MASALAH FIQH KONTEMPORER BIDANG ZAKAT DAN HAJI

7
VI MASALAH FIQH KONTEMPORER BIDANG ZAKAT DAN HAJI

description

VI. MASALAH FIQH KONTEMPORER BIDANG ZAKAT DAN HAJI. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of MASALAH FIQH KONTEMPORER BIDANG ZAKAT DAN HAJI

Page 1: MASALAH FIQH KONTEMPORER BIDANG ZAKAT DAN HAJI

VIMASALAH FIQH KONTEMPORER BIDANG ZAKAT

DAN HAJI

Page 2: MASALAH FIQH KONTEMPORER BIDANG ZAKAT DAN HAJI

A. ZAKAT HASIL PROFESI * Diantara penghasilan yang besar jumlahnya dewasa ini adalah dari kerja profesi, seperti : konsultan, pengacara, dokter spe- sialis, pegawai negeri dan swasta, pejabat negara, dsb. * Selaras dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat Madinah pada waktu itu, Nabi menentukan jenis harta yang wajib diza- kati meliputi : 1. hasil pertanian, 2. peternakan, 3. perdagang- an, 4. hasil tambang, 5. uang, 6. barang temuan/ rikaz. * Hukum Islam mengenal konsep relatifitas, kontekstualitas, dan perubahan. * Tujuan hukum Islam adalah mewujudkan kemaslahatan umat manusia di dunia dan akhirat.

Page 3: MASALAH FIQH KONTEMPORER BIDANG ZAKAT DAN HAJI

*MASALAH; * Apakah harta hasil profesi wajib dikenai zakat ?, Bagaimana menentukan nisab dan kadar zakatnya ?

* J A W A B ; * Harta hasil kerja profesi wajib dizakati. * ALASAN / DALIL ; 1. QS.Al-Baqarah : 267:

*Kata Ma dalam ayat ini meliputi semua penghasilan, terma- suk hasil profesi, (kriteria pokok : hasil kerja non dagang). * Istilah infaq di sini dpt dimaknai infaq wajib (zakat) 2. Qiyas: * Jika harta hasil pertanian yang hanya 13 kwintal saja wajib dizakati, maka adil jika hasil profesi yang lebih banyak diwa- jibkan zakatnya. 3. Logika : * Nabi tidak memasukkan hasil profesi sbg yg wajib dizakati karena waktu itu belum menjadi pekerjaan yg bernilai ekon.

Page 4: MASALAH FIQH KONTEMPORER BIDANG ZAKAT DAN HAJI

* Zakat sangat vital untuk merealisasikan keislaman dan mewu- judkan keharmonisan hubungan antara sesama manusia, serta kepedulian sosial. Itulah makanya UU no. 38/99 ttg Pengelolaan Zakat, Ps.11 (2) menetapkan jenis harta yg wajib dizakati cukup luas, tms hasil pendapatan dan jasa. * NISAB ZAKAT HASIL PROFESI * Menetapkan nisabnya : Diqiyaskan dengan tijarah, yakni peng- hasilan ditotal selama satu tahun, dikurangi kebutuhan pokok keluarga dan biaya profesi ( menurut Kep Dirjen Bimas Islm dn Urusan haji, hanya dikurangi biaya jabatan). Jika sisanya masih cukup untuk membeli emas seberat 93,6 / 84 gram, maka cukup memenuhi nisab dan wajib dizakati. * Jika diqiyaskan tijarah, maka hasil profesi terkena aturan haul, Sabda Rasul ; Barang siapa mendapatkan penghasilan, tidak ada kewajiban zakat sehingga melewati satu thn *KADAR ZAKAT : * Kadar zakat hasil profesi adalah 2,5 % (Amin Rais dan Jalaludin Rahmat menetapkan 20 % disamakan dengan rikaz.

Page 5: MASALAH FIQH KONTEMPORER BIDANG ZAKAT DAN HAJI

B. HAJI AMANAH DAN BPIH PEMBERIAN * Haji amanah adalah berhaji untuk orang lain, misal: anak meng- hajikan orang tua, atau seseorang menghajikan org lain, krn yg bersangkutan ada uzur, atau telah meninggal. * Islam mengajarkan agar anak berbakti kpd ortu dan bahagiakan * Diantara syarat wajib haji adalah istita’ah: sehat jasmani/ruhani, aman perjalanannya, ada transportasinya, ada biayanya. *MASALAH * Seseorang berniat kuat untuk berhaji, namun kesehatannya tdk ada atau BPIH tidak cukup. Anaknya atau anak-anaknya secra kolektif mau dan mampu menghajikan ortunya. Bolehkah anak atau orang lain menghaji amanahkan ortu/ or lain? * J A W A B: * Anak atau orang lain yg telah berhaji boleh menghajikan ortu atau orang lain. * ALASAN / DALIL : 1. HR. Bukhari dan lain-lain : Seorang wanita bertanya: Ya Rasulallah, sungguh Allah mewa- jibkan pada hambaNya berhaji, Paduka tahu bhw ayah saya

Page 6: MASALAH FIQH KONTEMPORER BIDANG ZAKAT DAN HAJI

sudah tua renta yang tak punya kemampuan, ia berjalan dgn kur- sinya, apakah saya boleh berhaji untuknya ?. Nabi menjawab: boleh. Dan hal ini terjadi pada wkt haji wada’. 2. HR.Abu Dawud : Sahabat berhaji dengan menyebut untuk Subrumah, Rasul ber- tanya: siapa Subrumah itu?, Sahabat menjawab, ia saudara de- katku, Rasul bertanya : apakah kamu pernah berhaji?, dijawab: belum. Rasul Bersabda: hendaklah kamu berhaji untukmu, lalu berhajilah untuk Subrumah. 3. Logika: * Haji seseorang tdk tergantung pada melaksanakan sendiri dn biaya sendiri, bisa oleh orang lain dan biaya or lain (kemam- puan tdk musti segalanya dari dan oleh diri pribadi). * Orang yg henda mewujudkan ketaatan pada syari’at serta ber- maksud memperoleh fadilah dari hikmah haji tidak boleh di- halangi oleh keterbatasan diri. *Mengenai BPIH yg berasal dari or lain / anak/ instansi boleh di- pakai berhaji dan tdk menghalangi istita’ah, sebab yg menentu- kan sah/ tdknya haji adalah terpenuhinya syarat –rukun- wajib hj

Page 7: MASALAH FIQH KONTEMPORER BIDANG ZAKAT DAN HAJI

BPIH bukanlah syarat, rukun, atau wajib haji. Namun BPIH tersebut haruslah halal. Rasul bersabda: Sesungguhnya Allah mencintai yg suci / halal tidak menerima kecuali yang baik/ halal.

4. Qaidah : * Kesulitan menarik pada kemudahan * Kemelaratan haruslah dihilangkan * dll.