Masalah Dan Tantangan Terhadap Etika Terapan Fix

download Masalah Dan Tantangan Terhadap Etika Terapan Fix

of 32

Transcript of Masalah Dan Tantangan Terhadap Etika Terapan Fix

A. MASALAH DAN TANTANGAN TERHADAP ETIKA TERAPAN I. Etika Terapan Etika terapan (applied ethics) sama sekali bukan hal yang baru dalam sejarah filsafat moral. Sejak Plato dan Aristoteles, etika merupakan filsafat praktis, artinya, filsafat yang ingin memberikan penyuluhan kepada tingkah laku manusia dengan memperlihatkan apa yang harus dilakukan. Sifat praktis ini bertahan selama seluruh sejarah filsafat. Dalam abad pertengahan, Thomas Aquinas melanjutkan tradisi filsafat praktis ini dan menerapkannya di bidang teologi moral. Pada awal zaman modern muncul etika khusus (ethica specialis) yang membahas masalah etis suatu bidang tertentu seperti keluarga dan negara. Namun pada dasarnya etika khusus dalam arti sebenarnya sama dengan etika terapan. Bagaimanapun juga, filsafat moral (khususnya etika terapan) sedang mengalami perkembangan yang pesat atau masa kejayaan. Di banyak tempat di seluruh dunia setiap tahun diadakan kongres dan seminar tentang masalah-masalah etis. Sekarang sudah cukup banyak institut, di dalam maupun di luar kalangan perguruan tinggi, yang khusus mempelajari persoalanpersoalan moral dan kerapkali berkaitan dengan bidang ilmiah tertentu (kedokteran, psikologi, hukum, ekonomi,dan lain-lain) bahkan seringkali dimasukkan dalam kurikulum di perguruan tinggi. Etika terapan saat ini menjadi penting karena tidak jarang jasa ahli etika diminta untuk mempelajari masalah-masalah yang berimplikasi moral terutama apabila pemerintah suatu negara ingin membuat peraturan hukum tentang masalah baru atau mengubah ketentuan hukum yang sedang berlaku. Salah satu contohnya adalah ketika membahas tentang perundang-undangan mengenai pornografi dan sensor film dalam suatu negara. Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa dengan orientasi praktis, etika terapan mengalami perkembangan dan terjadi perubahan pula untuk etika teoritis atau etika umum. Jika etika kini disibukkan di bidang praktis, maka teori etika juga terpengaruh. Terdapat pengaruh timbal balik anatara etika teoritis dan etika terapan. Perdebatan tentang masalah-masalah konkret akhirnya akan menjelaskan dan mempertajam juga prinsip-prinsip moral yang umum. Dan sebaliknya, Etika terapan mempergunakan prinsip-prinsip dan teori moral yang diharapkan sudah memiliki

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

1

dasar kukuh. Hasil etika terapan tidak dapat diandalkan kecuali teori etika yang ada dibelakangnya berbobot dan bermutu. Kualitas etika terapan turut ditentukan oleh kualitas teori etika yang dipergunakan. II. Beberapa Bidang Garapan Bagi Etika Terapan Etika dapat menyoroti suatu profesi atau suatu masalah. Etika terapan dalam masyarkat modern sekarang ini cenderung disibukkan dengan banyak persoalan yang penting dan mendesak. Ada empat cabang etika terapan yang paling mendapat banyak perhatian masa sekarang ini, yaitu: 1. Etika kedokteran 2. Etika bisnis 3. Etika tentang perang-damai 4. Etika lingkungan hidup Keempat macam etik menjadi menarik untuk dikaji karena dibidang-bidang ini berlangsung perkembangan yang paling pesat, sehingga terutama disitu kita berhadapan dengan persoalan-persoalan etis yang perlu segera ditangani dan dicari pemecahannya. Cara lain untuk mengklasifikasikan etika terapan adalah membedakan antara makroetika, mesoetika,dan mikroetika. Makroetika membahas masalah-masalah moral dalam skala besar, artinya masalah-masalah yang menyangkut suatu bangsa seluruhnya atau bahkan seluruh umat manusia. Contoh dari makroetika adalah masalah ekonomi, keadilan, lingkungan hidup, alokasi sarana kesehatan, dll. Sedangkan mesoetika menyoroti masalah-masalah etis yang berkaitan dengan kelompok atau profesi, misalnya kelompok ilmuwan, profesi, dll. Dan mikroetika membahas pertanyaan-pertanyaan etis dimana individu terlibat, seperti kewajiban psikolog terhadap kliennya (kewajiban mengatakan yang benar, kewajiban menyimpan rahasia, dsb). Selain itu klasifikasi juga dapat didasarkan atas etika individual dan etika sosial. Pada klasifikasi ini mengalami kesulitan dalam pembagian. Etika individual membahas kewajiban manusia terhada dirinya sendiri, sedang etika sosial memandangMasalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

2

kewajiban manusia sebagai anggota masyarakat. Manusia secara individual merupakan anggota masyarakat karena manusia adalah makhluk sosial, sehingga sulit dibedakan antara etika semata-mata individual dan etika semata-mata sosial. Masalah pada etika individual sering disebut bunuh diri, tetapi perbuatan bunuh diri tidak hanya melibatkan individu yang bersangkutan saja karena juga ada pengaruh atas keluarga, teman-teman, sekolah, lingkungan kerjanya, dsb. Dalam hal ini, tidak ada masalah apapun yang dapat lepas dari konteks sosialnya, sehingga pembagian ke dalam etika individual dan etika sosial kehilangan relevansinya. III. Etika Di Depan Ilmu Dan Teknologi Faktor-faktor yang mengakibatkan suasana etis di zaman sekarang di antaranya berasal dari perkembangan ilmu dan teknologi modern.Perkembangan yang pesat menimbulkan permasalahan permasalahan yang tidak terduga yang apabila tidak diperhatikan akan banyak melanggar etis. Hal tersebut banyak menimbulkan masalahmasalah etis yang berat dan tidak terduga sebelumnya, di antaranya adalah: 1. Ambivalensi Kemajuan Ilmiah Artinya, di samping banyak akibat positif, terdapat juga akibat-akibat negatif yang menyertai kemajuan teknologi. Awalnya berbagai kemajuan tersebut dinilai positif saja, namun seiring berjalannya waktu banyak sekali masalah yang timbul akibat kemajuan teknologi. Seperti saat bom atom yang dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki, dengan kemajuan teknologi, akibat yang ditimbulkan luar biasa dahsyat dan mengerikan. Penggunaan teknologi tanpa batas dan perusakan kelestarian lingkungan hidup menjadi masalah-masalah etis yang menjadi tanggung jawab manusia . 2. Masalah Bebas Nilai Ilmu adalah otonom dalam mengembangkan metode dan prosedurnya bisa diterima tanpa keberatan apapun. Akan tetapi, ilmu dan teknologi tercantum sebagai konteks yang luas, jadi perlu membatasi diri, yang terpenting untuk apa melakukan pengembangan ilmu dan teknologi itu. Akan tetapi kenyataannya tidak ada ilmu dan teknologi yang terlepas dari kepentingan bisnis dan politik/militer. 3. Teknologi yang Tak Terkendali

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

3

Ilmu dan teknologi akan terus berkembang dalam dunia ini. Hal itu adalah pasti, akan tetapi perkembangan ini harusnya bisa dibatasi manusia secara bijaksana, bukan hanya para ilmuwan saja. Batas bagi ilmu pengetahuan dan teknologi harus ditentukan berdasarkan kesadaran moral manusia. Dalam menangani masalah-masalah moral yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi, meminta penanganan lebih menyeluruh. Masalah-masalah itu sendiri memiliki penanganan yang berbeda-beda.Permasalahan itu timbul karena adanya arogansi suatu Negara yang menyatakan diri sebagai polisi dunia sehingga semena mena terhadap Negara yang ditindas. 4. Tanda-Tanda yang Menimbulkan Harapan Pandangan yang ideal adalah bahwa pemikiran etis itu mendahului dan mengarahkan perkembangan ilmiah-teknologis, tapi kenyataannya masih sulit untuk diwujudkan. Akan tetapi akhir-akhir ini, banyak penelitian ilmiahteknologis yang didahului adanya bentukan komisi-komisi etika. Salah satu contohnya adalah Proyek The Human Genome Project yaitu penelitian yang akan memetakan dan menentukan runtunan seluruh DNA genom manusia. Ini juga menandakan bahwa dengan itu kesulitan-kesulitan etis dalam wilayah penelitian yang rawan dapat diatasi dengan memuaskan. B. ENAM KEMUNGKINAN PRINSIP MORAL UNIVERSAL Saat memecahkan konflik nilai, setiap teori moral berasumsi bahwa adalah lebih penting untuk memberi perhatian pada sejumlah latar belakang daripada yang lainnya. Teori moral menarik perhatian kita pada segi latar belakang ini dengan memformulasikan prinsip dasar (foundational principles) yang mengindikasikan nilai apa saja yang seharusnya dijadikan prioritas utama dalam semua keputusan moral yang kita ambil. Prinsip ini adalah penting karena semua prinsip lainnya diciptakan pada level yang lebih rendah yang diinterpretasikan dengan merekomendasikan bagaimana hal tersebut cocok dengan teori prinsip dasar tersebut. Dengan begitu, prinsip dasar bukanlah sekadar teori, hal tersebut harus dapat menolong kita mengembangkan petunjuk praktis tentang bagaimana bertindak. Ada sedikitnya enam teori moral yang berbeda yaitu:

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

4

1. Ethical Egosim: Individu seharusnya bertindak meningkatkan kepentingannya. 2. Utilitarianism: Individu seharusnya bertindak untuk meningkatkan kebahagiaa pada setiap orang. 3. Natural Right Theory: Individu seharusnya bertindak sesuai dengan hak asasi manusia yang tidak dapat dicabut atau dibatalkan. 4. Social Contract Theory: Individu seharusnya bertindak sesuai dengan prinsip . 5. Kantian Duty Ethics: Individu seharusnya selalu memperlakukan orang sebagai hasil akhir 6. Discourse Ethics: Just those action norms are valid to which all possibly affected persons could agree as participants in rational discourses (Habermas, 1996, p. 107). 1. Ethical Egoism

Teori nilai egoist telihat mudah dipahami. Teori obligasi yang secara alami diikuti dari teori nilai ini adalah mengekspersikan prinsip dasar yang mengatakan, kita berkewajiban untuk meningkatkan kepentingan terbaik kita. Teori ini terlihat mudah untuk digunakan, tampak tidak sulit. Namun, sebelum kita dapat memulai, kita harus mengkronfontasikan sebuah masalah yang terdekat. Pada level apa kita menerapkan prinsip dasar? Prinsip utama sendiri merupakan sesuatu yang abstrak. Jika kita focus pada hal tersebut, kita akan melihat kebelakang bagian terdepan yang terdekat dimana tersususn aturan di tempat kita tinggal. Apakah kita seharusnya melewati level menengah yang melibatkan aturan dan merapkan prinsip secara langsung pada setiap tindakan kita? Atau kita seharunya menerapkan prinsip tersebut pada level menengah dalam aturan institusi, lalu sebagai individu, mengikuti aturan membenarkan prinsip tersebut. Secara strategis, pendekatan mana yang lebih sesuai dengan kepentingan terbaik kita? Dorongan dibelakang prinsip egoist tampak mudah dipahami. Lakukan apapun akan meningkatkan kepentingan terbaikmu.tapi, bahkan perintah yang sederhana ini tidak mudah untuk dibawa ke dalam dunia social. Untuk menerapkan sebuah prisnsip yang sederhana tersebut bahakan mengharuskan kita mencari sejumlah asumsi teori mengenai kepentingan kita dan strategi dalam penerapannya. Background for ethical egoism: personal egoism is not a moral position.

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

5

Kita hidup dalam sebuah institusi. Apa yang seharusnya Kohlbergs stage-two instrumental egoist fokuskan saat mendesain sebuah insitusi? Di tempat pertama, dia tidak akan memiliki kekhawatiran terhadap hal lain, sejak dia mendefenisikan nilai kemanunusiaan secara egosentris sebagai nilaiku. Seseorang yang menerima pendekatan ini pada semua pertanyaan mengenai apa yang seharusnya yang disebut personal egoist (ego personal). Meskipun filosofi egois dapat dipahami bahwa setiap orang memiliki sudut pandang mereka masing-masing, dari perspektifnya tidak ada alasan etis yang melekat untuk menilai kepuasan sudut pandang tersebut. Singkatnya, orang lain memiliki nilai ekstrinsik untuk sebuah egoist; mereka tidak memiliki satus moral instrinsik khusus pada dirinya. Bagimanapun, mari mengasumsikan bahwa personal egoist kita ingin untuk go public dengan prinsipnya sehingga hal tersebut dapat memulai untuk berfungsi sebagai prinsip moral social yang akan dipatuhi oleh yang lain. Untuk membuat prinsip tersebut sebuah persoalan moral, dia harus membuat hal tersbut universal sehingga setiap orang akan diberikan tugas yang sama. Dengan demikian, jika teori nilai berkata apa yang baik adalah apa yang menjadi kepentinga terbaik saya, teori obligasi seharusnya berkata, setiap orang seharusnya meningkatkan apa yang baikyaitu, apa yang menjadi kepentingan terbaikku. Sekarang prinsip tersebut memiliki bentuk yang universal, tapi itu tidak akan bekerja. Mengapa semua orang harus berpikiran kita diwajibkan untuk memuaskan ego? Sebuah personal ego yang bijak harus bertanya pada dirinya sendiri: apakah ini benar-benar rasional secara strategis untuk mempengaruhi institusi yang hanya akan memuaskan aku sendiri? Ego personal mungkin berpikir perhatian yang rasional untuk konsistensi dan aplikasi universal yang tidak relevan dengan pilihan hidup mereka, tetapi itu hanya satu alasan mengapa psosisi mereka ditolak dalam kebanyakan literature filosofis. Sebelum egoism akan dijadikan sebuah pronsip moral secara serius, egoism harus memenuhi criteria sudut pandang moral. Ini adalah tujuan dari orang yang mendukung secara filsafat didasari egoisme etis. Mereka memodifikasi prisnsip tersebut untuk membuat hal tersbut universal dalam aplikasi dan cukup umum. Vesi akhir dari filosofi etis berkata, Setiap orang seharusnya bertindak supaya meningkatkan kepentingan terbaik mereka. Egoisme Psikologis bukan merupakan egoisme etis.

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

6

Teori psikologi berkata, Orang-orang dalam faktanya selalu bertindak sesuai kepentingan mereka sendiri. Kadang egoism psikologis digunakan untuk membantah egoism etis, namun egoist etis yang bijak harus hati-hati dalam menerima teori yang menjelaskan mengenai human nature. Sebagai contoh, seandainya egoist psikologis membantah bahawa egoism etis adalah satu-satunya teori yang tidak berlawanan dengan apa yang dapat dilakukan oleh manusia, itu menjadi satu-satunya teori yang secara empiris dapat direkomendasikan. Sebagai sebuah teori prescriptive, egoist etis seharusnya menjelaskan dalam keadaan seperti apa yang memungkinkan orang untuk bertindak berlawanan dengan prinsip mereka. Ada dua cara mereka dapat melakukan hal tersebut. Pertama, mereka menolak egoism psikologis dan menegaskan bahwa orang pda faktanya bertindak dalam cara yang akan mengorbankan kepentingan mereka. Cara yang kedua yaitu menerima egoism psikologis namun menyampaikan bahwa tidaklah perlu untuk meniadakan egosime etis. Egoism psikologis mengatakan bahwa orang selalu mencoba untuk bertindak sesuai dengan kepentingan mereka, namun tidak berkata mereka selalu sukses. Karena orang dapat gagal untuk bertindak sesuai dengan kepentingan mereka, teori prescriptive egoism dapat digunakan untuk mendorong merka untuk bertahan dalam kehidupan mereka. Ideal Theory: The Enlightened Ethical Egoist Response Prinsipnya mengatakan untuk meningkatkan kepentingan terbaik, dan orang yang rasional mengetahui kehidupan yang baik mewajibkan bahwa kita harus member prioritas pada kenikmatan yang paling tinggihal-hal seperti cinta, amal, dan komitmen social. Suatu saat setiap orang akan belajar untuk memahami bagaimana manusia mendapat kepuasan terbaik, lalu kita dapat yakin bahwa egoist dengan alasan yang strategis tidak akan menghasilkan pilihan yang mengalahkan kebahagian mereka sendiri. Implementation: Problems remain Kritik terhadap enlightened egoism memperlihatkan bahwa itu hanya pura-pura untuk mewakili sudut pandang moral, dalam faktanya sebenarnya mewakili perspektif yang berlawanan dengan sudut pandang moral. Jika seseorang benar-benar enlightened, kritiknya, bahwa di kemungkinan tidak merupakan seorang yang egois.

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

7

Selain itu juga terdapat masalaah konseptual dan logis berkaitan dengan egoism. Pertama, bahwa teori tersebut adalah yang paling lemah sebagai teori etis yang akurat dimana diharapkan teori etis melakukan kerja mereka dengan baik. Teori etis menjelaskan pada kita bagaimana kita seharusnya bertindak. Poin terakhir bukan merupakan suatu argument yang kuat melawan egoism samapai kita menghubungkan hal tgersebut pada keseluruhan konsekuensi yang diikuti dari kehidupan dalam dunia egositik. Egoisme etis memliki masalah dalam menjelaskan mengapa seseorang harus melakukan tugasnya saat dia mengetahui bahwa tidak ada yang memperdulikan. 2. Utilitarianisme

Kebanyakan orang yang mendukung sebuah pendekatan ini yang berfokus pada kepentingan counsequentialist mengadopsi beberapa kepuasan versi utilitarianisme.Teoriteori utilitarian tradisional mengadopsi teori nilai yang sama seperti egoisme, tapi menolak untuk perspektif secara pribadi, interpersonal, karena ini lebih kompatibel dengan MpofV. Menurut teori latar belakang sifat manusia, yang mengatakan bahwa mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit adalah berasal dari intrinsik. Demikian teori kewajiban utilitarian mengatakan bahwa itu adalah tugas kita untuk mendistribusikan barang sehingga untuk mempromosikan penggunaan sebanyak mungkin kepada setiap orang. Ini adalah tugas moral kita mengevaluasi semua alternatif, yang bertindak di satu konsekuensi yang akan menghasilkan banyak kebahagiaan, bahkan jika itu berarti kita harus mengorbankan kepentingan kita sendiri. Bagaimana kita dapat mengurangi rasa sakit dan mempromosikan kebahagiaan? Kita hanya bisa mengirim tindakan kebahagiaan hanya dalam melalui sebuah surat? Tentu saja tidak. Persis seperti yang kita lihat pada egoism, kebahagiaan adalah nilai intrinsik nonmoral. Untuk memperbaiki itu, kita harus mendistribusikan nilai-nilai ekstrinsik (seperti uang, prestise, kehormatan, dan kebebasan) dalam cara yang baik untuk mengurangi rasa sakit dan mempromosikan kebahagiaan. Dengan demikian, prinsip utilitarian dapat dilakukan dengan cara yang berbeda: Setiap orang harus selalu memilih pilihan yang akan membuat kebahagiaan dalam jumlah terbesar dari jumlah terbesar dari utilitas. Versi lain: Selalu pilih opsi yang akan menciptakan kebaikan terbesar bagi jumlah terbesar.

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

8

Hal ini penting untuk menjaga fokus pada sejumlah orang. Beberapa kritik terhadap utilitarianisme bermunculan, utilitarianisme menganggap mereka tertarik dalam kenikmatan periode yang maksimal dan seolah-olah itu semacam sesuatu yang ada secara independen dari orang-orang. Jika ini terjadi, makhluk yang bisa mengalami kenikmatan tak terbatas akan memalukan teori utilitarian, karena dengan begitu itu akan masuk akal untuk mendistribusikan semua barang ekstrinsik sehingga dapat memberi makan raksasa. Ini tidak masuk akal. Titik awal adalah bahwa setiap orang bahagia, tidak boleh mempromosikan kebaikan mereka sendiri untuk kesenangan. Utilitarianisme adalah cara untuk memulai dengan latar belakang teori yang mengatakan bahwa yang penting adalah orang-orang pada umumnya dan bagaimana mereka merasakan. Adalah baik untuk mempromosikan rasa baik dan buruk orang-orang. Senang rasanya punya banyak orangorang bahagia, dan buruk untuk memiliki orang yang tidak bahagia. Ideal adalah untuk menghilangkan rasa sakit jika mungkin, dan semua orang mungkin akan bahagia.

Latar Belakang: Cara Menginterpretasi Kesenangan yang Layak Bahwa semua versi dari prinsip utilitarian memiliki kesamaan penekanan pada mengurangi disutility dan mengoptimalkan ekstrinsik dan nilai-nilai intrinsik untuk mempromosikan kebahagiaan terbesar. Teori utilitas sepenuhnya layak, jadi ini salah untuk menerapkannya pada gaya etnosentris. Semua orang sama di perhitungan sosial. Kesenangan atau kebahagiaan seorang raja tidak lebih baik daripada kesenangan petani. Kebahagiaan orang di Asia adalah sama pentingnya dengan kebahagiaan orang di Amerika Serikat. Pendekatan kita/mereka terhadap masalah-masalah sosial tidak konsisten dengan dorongan utama dari teori utilitarian. Namun sejauh keprihatinan etnosentris berhubungan dengan kebahagiaan rakyat, kekhawatiran ini juga harus diperhitungkan karena mereka mewakili kepentingan yang harus dipenuhi. Karena penekanan pada kesenangan atau kebahagiaan, kritik utilitarianisme merupakan terdakwa hedonistik adalah filsafat yang hanya cocok untuk babi. Mill (1863, 1957) menanggapi argumen ini dengan menunjukkan bahwa "jenis agen" pengalaman dengan babi hanya tahu kesenangan. Seperti untuk dirinya sendiri. Mill berargumen bahwa ia menerima kesenangan terbesar dari hal-hal yang membuat kemampuan manusia

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

9

yang lebih tinggi. Kenikmatan yang lebih tinggi tidak dapat direduksi menjadi jenis kenikmatan sensual babi yang mendominasi kehidupan. Tentu saja, kualitas hidup harus dimulai dengan memuaskan semua kesenangan fisik yang membuat bayi dan babi bahagia - makanan, sentuhan lembut bagi indera, permen, musik, dan sebagainya. Tapi Mill berargumen bahwa ketika kita telah menjadi orang dewasa, kapasitas baru muncul. Seekor babi secara fisik puas menjadi bahagia; yang secara fisik lebih memuaskan kebutuhan manusia. Mengingat sifat dari makhluk kita, orang harus mengejar kesenangan tertinggi dalam kehidupan yang penuh dengan rohani, pemahaman intelektual, keindahan, otonomi moral dan cinta dari pasangan, keluarga dan kemanusiaan. Mill sedang membuat suatu poin bahwa ada yang merupakan kesenangan tinggi dan kecil dalam hidup yang tidak dapat dibandingkan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, nilai-nilai yang tidak dapat dibandingkan ketika mereka secara radikal berbeda sehingga tidak ada standar umum yang dapat digunakan untuk mengukur properti dari satu set properti satu sama lain. Sebuah cara untuk mengungkapkan ini adalah dengan mengatakan "Anda tidak bisa membandingkan apel dan jeruk." Mereka berbeda di alam atau kualitas tidak hanya berbeda dalam tingkatan atau kuantitas. Sebagai contoh, Mill percaya bahwa kebebasan adalah batas yang lebih tinggi. Kesenangan yang kita terima dari kenikmatan sensual berbeda dalam derajat baik dan tidak hanya dalam kesenangan yang kita dapatkan secara gratis. Melampaui ketentuan minimum tertentu (misalnya, menghindari kelaparan), tidak ada jumlah kesenangan sensual yang dapat mengimbangi hilangnya kesenangan manusia yang terbesar adalah untuk bebas. Jika Anda tidak mendapatkan itu, Mill menyarankan bahwa Anda membutuhkan pelatihan dalam kesenangan tertinggi. Penting untuk diingat bahwa, sebagai sebuah teori etika, utilitarianisme adalah filsafat moral tentang bagaimana kita harus tinggal sementara di nonmoral. Utilitarianisme tidak harus duduk pasif dan menerima apa pun yang diinginkan oleh beberapa orang yang ingin juara. Seorang utilitarian juga dapat memaksimalkan tingkat dasar yang berlaku pada jangka panjang utilitas. Seorang anak mungkin ingin permen lolipop sekarang, tapi kerusakan gigi di masa depan orang tua juga akan mempengaruhi keputusan utilitarian. Sebuah negara mungkin ingin menebang hutan, tapi sekarang utilitarian akan menyeimbangkan kepentingan generasi berikutnya terhadap kepentingan itu semua akan mendapatkan keuntungan langsung dari perubahan hutan menjadi lahan pertanian.

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

10

Sebuah masalah berbeda yang berkaitan dengan bentrokan antara proutilitarian dan orang-orang yang memiliki nilai lebih antiutilitarian. Orang yang sadis memalukan orang lain atau kepentingan individu memutuskan untuk dirinya sendiri apa yang diinginkannya. Memang, semua orang penting untuk bersatu, tapi itu apakah benar-benar masuk akal untuk menyenangkan orang sadis penting kita tolong? Narveson (1967) berpendapat bahwa kesenangan pada orang sadis tidak boleh diberikan sama sekali. Mereka adalah antiutilatarian. Pertama, mereka tidak bisa puas kecuali dengan menciptakan rasa sakit di tempat lain, sehingga membatalkan diri dengan kesenangan yang sadis disutility digunakan untuk membeli mereka. Tapi Narveson mengklaim objek kedua bahkan lebih kuat. Dia mengatakan tidak ada alasan mengapa utilitarian memberikan bobot yang positif pada semua untuk kepentingan yang diketahui untuk menentang keinginan utilitarianisme adalah tidak relevan karena semua keinginan bisa dipertimbangkan dan sangat berbeda dengan mengatakan bahwa tidak ada keinginan untuk ditolak, atas kebijaksanaan. Pertimbangan yang paling jelas mungkin ada untuk menolak keinginan dalam setiap suatu sistem etika yakni bahwa keinginan yang berlawanan dengan tujuan dari suatu sistem. Keinginan untuk menyakiti orang lain adalah keinginan di luar kendali. Untuk menyadari sebuah prinsip adalah untuk mengenali bahwa kita harus menghambat keinginan yang bertentangan dengan itu. Oleh karena itu, kita semua harus menekan keinginan yang membuat kita ingin menyakiti. Seperti yang Adam Smith katakan, yang sadis harus latihan dalam memerintah diri, karena tindakan sadis adalah hal yang berkebalikan dari apa yang utilitarianisme ajarkan pada kita. Oleh karena itu, jika ada individu yang bertindak sadis harus dihukum tidak lebih dari pahala yang berguna karena harus diperlakukan seolah-olah itu sama baik. Pertimbangan ini mempersulit penghitungan utilitarian, karena itu tidak selalu mudah untuk membedakan antara motif dan anti-utilitarian satu-satunya yang hanya tertarik pada diri sendiri. Teori ideal: Perhitungan Kebajikan Netral dari Utility Karena tidak mudah untuk menghitung bagaimana memaksimalkan kebahagiaan, dan mudah untuk merasionalisasi dan berpikir mengenai kesenangan kita sendiri lebih menyenangkan daripada kesenangan orang lain, utilitarianisme sering merekomendasikan perangkat buatan untuk membantu orang-orang untuk mengadopsi MpofV ketika mereka menghitung utilitas. Tujuannya adalah untuk membuat pemikiran yang strategis dalam

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

11

penalaran moral. Perhitungan utilitas diperlakukan sebagai hal yang netral ketika kedua kasus (sehingga setiap orang memiliki satu dan semua pihak yang terkait termasuk dalam perhitungan). Ketika perhitungannya baik atau simpati dalam mengungkapkan kepedulian bagi mereka yang terlibat.). Dan itu adalah pandangan dari penonton ketika ia meniru agen moral, dilihat dari perspektif ketiga dengan keseimbangan antara kepentingan dan ketidaktertarikan.Memuliakan egoisme pribadi, sehingga utilitarianisme harus mengubah penekanan yang tidak mengenai orang tertentu. Penggunaan perangkat ini masuk akal. contoh yang baik tentang bagaimana teori-teori modern telah mencoba untuk tetap fokus pada sudut pandang filosofis meningkatnya arus utama dalam filsafat. Teori ini mengakui bahwa keputusan bertanggung jawab secara moral melibatkan lebih dari keterampilan intelektual murni. Dengan menekankan kebajikan, teori utilitarian mengakui bahwa baik moral, rasionalitas dan emosi adalah penting. Hal ini, tentu saja, yang sangat canggih secara sudut pandang moral. Bayangkan alam yang kompleks diperlukan untuk sepenuhnya memahami bahwa menggunakan perangkat ini ideal. Egosentris anak-anak tidak bisa memihak, murah hati atau pamrih cukup untuk berfungsi sebagai agen utilitarian ideal. Setelah itu mengembangkan alasan juga dapat mengembangkan kemampuan untuk tidak memihak, paling tidak dalam arti netralitas intelektual, tapi Anda hanya dapat belajar melalui hubungan sosial yang baik dan peduli. Masing-masing dari kita akan mengalami tingkat kekhawatiran, dan sangat mungkin bahwa kapasitas kita dapat berfluktuasi selama masa transisi fase kehidupan dan krisis situasional. Sebagaimana Erickson (1963, hal. 274ff) berpendapat, anak-anak harus terlebih dahulu belajar untuk percaya dalam sebuah keluarga untuk melindungi mereka selama periode kerentanan, setelah itu mereka dapat belajar untuk mengasihi atau peduli untuk intim orang lain. Akhirnya, mereka harus menjalani transendensi dari di mana mereka belajar untuk merasa lebih menghargai orang lain, atau kalau tidak mereka tidak akan menghitung utilitas dengan cara yang akan memastikan bahwa semua orang dianggap sebagai satu. Masalah Pelaksanaan Utilitarianisme Undang-undang utilitarianisme berpendapat bahwa kita harus menerapkan prinsip utilitas untuk setiap tindakan. Setiap kali, bertindak sehingga dapat meningkatkan jumlah terbesar dari kebahagiaan. UU utilitarianisme berpikir bahwa aturan benar-benar harus

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

12

dipertimbangkan

ketika

kita

sedang

membuat

perhitungan,

tetapi

kita

harus

memperlakukan mereka sebagai pedoman atau aturan-aturan praktis, bukan sebagai yang mutlak. Meskipun aturan-aturan umum harus dipatuhi, maka akan ada kasus di mana aturan spririts tidak dapat dilayani oleh ketaatan pada surat aturan, yaitu lebih banyak kenikmatan untuk semua orang dapat dipromosikan dengan melanggar peraturan yang berikut. Sebagai contoh, peraturan umum adalah bahwa Anda tidak boleh berbohong, tapi dalam beberapa kasus, adalah adil untuk berbohong jika berbohong akan mempromosikan lebih banyak kebahagiaan, berbohong untuk menyelamatkan hidup, atau memperpanjang kakek pikun Anda untuk cadangan perasaannya. Bahkan ketika suatu tindakan ditutupi oleh sebuah aturan, tindakan utilitarian mungkin berlaku prinsip utilitas langsung dengan tindakan itu sendiri bukan sekadar mematuhi aturan. Kesediaan untuk menangguhkan peraturan terganggu dengan sejumlah utilitarians. Mereka khawatir bahwa jika kita membiarkan orang untuk memilih untuk diri mereka sendiri atau tidak mengikuti aturan-aturan, mereka akan sangat sering melanggar peraturan untuk kepentingan diri sendiri dengan alasan seperti anak-anak. Teori yang sebenarnya akan menunjukkan bahwa terlalu banyak orang tidak nyata atau tidak dapat menghitung utilitas seperti jenis penonton tidak memihak, sehingga orang harus mengikuti aturan di tingkat pelaksanaan. Lagi pula, apa gunanya kode etik profesional jika kaum profesional bebas untuk mengambil keputusan sendiri atau tidak kita dapat mengizinkan semua orang untuk dapat bertindak utilitarianisme, tapi sampai saat itu, mungkin lebih baik untuk menerapkan prinsip utilitas hanya untuk sistem aturan, maka orang-orang dari kita yang tidak Socrates hanya bisa mengikuti aturan. Pendekatan ini disebut utilitarianisme karena aturan mengatakan bahwa individu harus selalu mematuhi aturan-aturan yang akan membawa kebahagiaan terbesar. Pertama, diterapkan prinsipprinsip fundamental untuk menghasilkan prinsip-prinsip lain, yang kemudian diaplikasikan pada aturan, dan peraturan akan berlaku untuk setiap tindakan. Mereka memfokuskan diri pada dua aturan, bertindak sebagai utilitarianisme memiliki tugas yang menakutkan. Untuk menilai kebenaran suatu tindakan mereka harus mempertimbangkan yang dipengaruhi oleh suatu keputusan atau aturan.Kemudian tindakan mereka atau aturan yang ditentukan berdasarkan perkiraan mereka. Tapi bayangkan betapa sulitnya memprediksi secara akurat utilitas dalam masyarakat pluralis. Bahkan jika kita mengecualikan preferensi yang tidak benar (mis. Mereka Sadique),

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

13

keragaman preferensi akan selalu dapat diabaikan. Orang dengan nilai yang berbeda pemrograman akan dibuat bahagia oleh hal yang berbeda dalam jumlah yang berbeda. Perbedaan individu ini harus dipertimbangkan? Memberikan semua orang sejumlah uang akan menjadi mudah, tetapi tidak semua orang dibuat sama senang dengan jumlah uang yang sama. Seperti Aristoteles menunjukkan 2.000 tahun yang lalu, karena Milo si penggulat memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda dari rata-rata orang, pemerataan pangan tidak akan memaksimalkan kebahagiaan. Ada dua masalah lain dengan pendekatan utilitarian etika. Pertama, perhatikan berapa banyak tuntutan kami. Apakah kita bertindak sesuai dengan aturan utilitarianisme, setiap kali kita bertindak (atau menilai sebuah aturan) kita harus selalu melakukan apa saja yang akan membuat banyak orang bahagia. Ini memerlukan beban moral yang berat. Sebagai contoh, dalam membuat keputusan tentang bagaimana menghabiskan waktu, saya harus mempertimbangkan semua orang yang akan dipengaruhi oleh keputusan saya. Hak untuk melakukan apa yang saya butuhkan untuk bermain golf? Ketika saya dapat digunakan untuk mempromosikan lebih banyak utilitas jika saya bekerja untuk membantu orang miskin.Saya mungkin merasa haus dan cenderung menghabiskan uang untuk bir. Hal ini akan meningkatkan utilitas, yang memuaskan dahaga dan menciptakan sedikit menyenangkan sarafku yang mati rasa. Prinsip utilitas jelas. Selama ada orang-orang yang memerlukan tindakan saya, saya mempunyai kewajiban untuk memilih tindakan yang akan memaksimalkan kebahagiaan mereka. Di mana saya menarik garis antara utilitarianisme. Satu tanggapan terhadap keprihatinan adalah untuk menunjukkan bahwa orang lebih bahagia ketika mereka memutuskan masalah untuk diri mereka sendiri. Tugas umum adalah untuk melakukan apa yang Anda bisa, tapi Anda memutuskan berapa banyak yang dapat Anda lakukan. Lebih jauh, karena utilitas dipromosikan dengan membiarkan orangorang yang memiliki kehidupan pribadi, mereka juga harus memutuskan berapa banyak waktu mereka, mereka akan menghabiskan dalam pengejaran individu. Ini masuk akal, karena tidak ada teori dapat dideterminasi sejauh waktu sebelum semua tindakan moral kita. Masalah Keadilan

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

14

Utilitarianisme mengatakan bahwa semua sifat ekstrinsik manusia dibenarkan oleh peran mereka dalam mempromosikan utilitas, jadi tidak ada hak-hak yang lebih fundamental daripada prinsip utilitas itu sendiri. Utilitas kritikus, bagaimanapun, mengatakan bahwa sikap itulah yang melanggar rasa keadilan kita. Mereka mengklaim utilitarians menolak untuk mengakui bahwa hak-hak tertentu sangat penting bahwa mereka bisa dipecahkan seperti hak untuk hidup, kebebasan dan persamaan kesempatan. (Indefeasible adalah istilah hukum yang berarti bahwa hukum tidak dapat dikalahkan atau sebanding dengan pertimbangan sosial lainnya, termasuk kesejahteraan). Kritikus ini mengatakan bahwa setiap teori yang salah kalau hal itu akan memungkinkan indefeasible dilanggar. Apakah teori utilitarianisme tidak adil? Ada serangkaian hal yang tentang "sekoci", contoh yang harus menunjukkan bahwa utilitarianisme setidaknya ada pada prinsipnya, untuk mengorbankan hak-hak individu untuk memaksimalkan manfaat sosial (misalnya, jika sebuah perahu hanya akan terisi sepuluh orang dan ada dua belas di papan, bahkan untuk melalui yang melanggar hak-hak mereka untuk hidup?) yang paling terkenal skenario sekoci ia menyatakan bahwa utilitas yang dapat digunakan untuk membenarkan menghukum orang yang tidak bersalah sebagai cara untuk mencegah kejahatan oleh orang lain (Anscombe, 1957, hal 16) ini jelas melanggar hak-hak individu, karena seseorang tidak boleh dihukum kecuali jika ia bersalah terhadap beberapa kejahatan. Jika utilitarianisme akan memungkinkan praktik-praktik seperti itu tampaknya menjadi sebuah teori cacat. John Stuart Mill (1863, 1957, chap 5) berpendapat bahwa utilitarianisme pernah membiarkan seseorang atau agensies untuk "melanggar" hak-hak individu.Sekarang dan nanti, keadaan mungkin mengharuskan kita untuk menolak klaim yang biasanya berlaku, tapi hanya jika klaim moral yang lebih tinggi akan didahulukan. Seperti disebutkan dalam Bab Satu, yang utama adalah tidak sama dengan melanggar. Dilakukan untuk melanggar alasan moral. Ketika kita mengesampingkan klaim hukum biasa, bahwa karena klaim tidak lagi memiliki status moral biasa. Mereka kadang-kadang terjadi keadaan yang luar biasa dan nilai-nilai moral lainnya menang atas apa yang biasanya benar. Mill juga berpendapat bahwa pengkritik utilitarianisme bingung tentang hak-hak Negara. Tapi, menurut utilitarianisme, ada dan hanya dapat dua hak mutlak: (1) hak untuk memiliki prinsip-prinsip utilty digunakan untuk membuat keputusan, dan (2) hak untuk

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

15

memiliki minat Anda dipertimbangkan ketika utilitas dihitung (Ini adalah diperlukan oleh logika, karena utilitas tidak dapat dihitung secara akurat kecuali semua kepentingan yang relevan dikaji dalam perhitungan). Kritik Nonconsequentialist Pendekatan counsequensialist moralitas bukanlah satu-satunya pendekatan yang dapat diambil. Sebagai contoh, banyak filsuf berpikir bahwa moralitas memiliki status khusus mereka sendiri bukan hanya sebuah cara untuk mempromosikan values.Filsuf nonmoral lain berpendapat bahwa hak dan kewajiban moral secara logis mendahului, dan tidak tergantung pada teori nilai tertentu. Pendekatan ini berpendapat bahwa status nonconsequentialist hak dan kewajiban moral tidak tergantung pada mereka yang menyebabkan counsequences karena ada beberapa hal lain yang lebih mendasar, "hak untuk" bebas konsekuensi karakteristik Bahkan, nonconsequentialist berpendapat bahwa salah satu fungsi dari teori moral adalah menempatkan batasan pada nilai-nilai yang dapat secara sah dianggap nonmoral di bawah nilai-nilai teori. Nonconsequentialist berpendapat bahwa untuk mengetahui apa batas-batas moral strategis utilitas perhitungan, kita membutuhkan sebuah teori yang menentukan hak-hak kewajiban dan kewajiban moral. Dengan kata lain, suatu teori tanggung jawab secara logis mendahului setiap teori karena nilai teoritis nilai tertentu tidak dapat diselesaikan sampai kita berpikir tentang batsan-batasan moral. Sebagai contoh, beberapa dari godaan yang mungkin bisa membuat kita melanggar tugas kami, kami menghargai bahwa mereka tidak benar-benar baik. Nonconsequentialist berpendapat bahwa agen moral yang dewasa seharusnya untuk membalikkan urutan historis. Itu adalah sebagian besar dari kita untuk memulai kehidupan kita sebagai konsekuensialis menangkap moral yang baik, jadi apa yang benar tampaknya dalam pelayanan yang baik. Tetapi ketika kita mulai memilih alam kita untuk lebih abstrak urutan logis yang melakukan apa yang benar atau kewajiban kita untuk datang sebelum pilihan gaya hidup yang baik. Tapi kita tidak dapat mengetahui cara yang tepat untuk membalikkan prioritas antara yang baik dan benar sampai kita pertama kali dikembangkan teori kewajiban. 3. Natural Rights Theory

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

16

Prinsip dasar yang mendasari teori hukum alam adalah setiap orang hendaknya berbuat dalam kesesuaian dengan hak yang tidak bisa dicabut serta hak yang tidak dapat dibatalkan. Hal tersebut merupakan orientasi yang tidak berakibat, sejak hukum alam memiliki status khusus sebagai kondisi terbatas dimana pemaksaan dalam berbagai keputusan memiliki nilai yang baik. Karena hukum alam lebih dari sebuah arti, mereka memiliki moral intrinsik yang pantas yang dimiliki. Hukum alam didiskusikan dalam label hak asasi manusia. Menurut Winston (1989) sebuah hak dimiliki oleh manusia, karena hak itu sendiri seharusnya : 1. Universal (semua manusia memiliki hak asasi); 2. Moral, bukan sipil (sehingga mereka tidak tergantung pada tindakan pemerintah; 3. Natural (dalam pengertian bahwa kita memiliki hak karena kita adalah manusia, hakhak tersebut merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita); 4. Equal (dalam arti kita mempunyai hak-hak untuk kesetaraan derajat tidak peduli apa konteks kebudayaan kita); 5. Fundamental (dalam pengertian tidak dapat dicabut (inalienable) dan tidak dapat dibatalkan (indefeasible)- inalienable berarti bahwa hak-hak merupakan hal yang sangat penting untuk kehidupan kita bahwa kita tidak dapat dipisahkan dari mereka (hak-hak) sebagaimana kita berasal dari nilai-nilai ekstrinsik, dan indefeasible berarti hak-hak tersebut tidak bisa dikalahkan atau dijauhkan dari situasi sosial yang lain); 6. Self-Evident (berarti hak-hak tidak mempunyai sesuatu untuk dibuktikan; hal ini berarti mereka mengadilkan diri, mendengar tentang hak-hak merupakan rekognisi yang ada seketika sebagai kevalidan hak-hak; 7. Standar kekuasaan, bahwa hak-hak memberikan individu kekuatan untuk membuat tuntutan perlawanan terhadap pemerintah dan peraturan yang berlebihan. Terdapat dua langkah untuk menentukan sesuatu yang legal dalam filosofi liberal tradisional, yakni popular sovereignty dan human atau natural rights. Popular sovereignty mengarah pada penciptaan atas pendirian demokratis dan peraturan yang mayoritas. Akan tetapi, teori natural rights didasarkan pada ide bahwa tiap individu seharusnya memiliki kontrol inherent dalam hidup mereka dan kebebasan untuk mengejar pilihan mereka sendiri tanpa campur tangan dari luar (Habermas, 2001, pp. 115pf). Dengan demikian, teori mengatakan hak asasi manusia dibatasi popular sovereignty. Hak asasi manusia tidak bisa menguasai seutuhnya.

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

17

Latar Belakang : Values in Nature Meskipun banyak dari kita saat ini melihat hukum alam atau hak asasi manusia terlihat seperti sebuah pendekatan lurus yang wajar untuk moralitas, tapi hak asasi individu tidak ditekankan dalam peradaban kuno. Dalam peradaban kuno tentu saja memiliki tren sejarah yang memiliki pendekatan individualistik. Tradisi agama memberikan kontribusi ide bahwa semua alam diciptakan oleh Tuhan. Kita semua merupakan bagian dari tujuan Tuhan, kita semua secara individual sederajat di mata Tuhan. Orang Roman kemudian mengelaborasi pemikiran Yunani bahwa alam mengikuti pola rasional atau norma dimana dapat diketahui secara individu jika dia akan menggunakan alasan manusialah untuk mengartikan tiap kejadian yang terjadi. Kemudian hukum Roma secara harfiah memaksakan semua perbedaan budaya dalam dunia barat yang terkenal, dimana membantu tiap manusia menerima pemikiran bahwa beberapa norma transendensi dapat diterapkan dalam kenyataannya secara lintas budaya. Selama budaya lokal konsisten dengan hukum Roma, mereka berjalan dalam konteks mereka sendiri, dan hal ini memberikan perkembangan pemikiran bahwa komunitas lokal seharusnya mempunyai kebebasan untuk memilih jalan hidup selama itu selaras dengan batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh hukum universal. Hal itu wajar dan merupakan langkah lurus ke depan dari tren sejarah tersebut yang mengarah pada konsep modern bahwa dalam diri mereka secara individu mempunyai hak asasi manusia secara universal yang mana dapat dilindungi dalam berbagai konteks masyarakat. Dalam abad 18, hak asasi menjadi alat utama yang digunakan oleh para filsuf modern untuk melawan perlawanan lembaga konvensional yang didasarkan atas hirarki keturunan. Antiroyalis meminta dengan tegas bahwa warganegara yang memiliki kebebasan hak individu seharusnya mengatur diri mereka sendiri. Dalam kenyataannya, teori hukum alam menginspirasi perubahan liberalis di beberapa negara. Sebagai catatan, bahwa konsep abstrak hukum alam secara logika mendahului peraturan yang legal. Pemerintah merupaka lembaga yang diartikan untuk melindungi hak-hak asasi, memberikan prioritas hukum alam untuk semua peraturan kontingen sosial. Ideal Theory : Self-governed Individuals

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

18

B.J. Diggs (1974, pp.33ff) mengungkapkan bahwa John Locke seharusnya memberikan tahapan untuk membuat logika sebelum ada tradisi hukum alam yang jelas secara sempurna. Locke (1689, 1968) mengungkap secara eksplisit bahwa kekuasaan dalam negara yang sah hanya dapat menjadi rasional jika diterima dalam pemikiran orang-orang secara universal. Dia percaya manusia baik memiliki cahaya ketuhanan, hal ini merupakan alasan yang memungkinkan manusia untuk mengetahui tentang hukum alam yang tidak dapat dilepas dari individu seperti hidup, kemerdekaan, kesehatan, hak kepemilikan (pp. 4-11). Hukum alam ditujukan untuk orang-orang yang hidup di luar batasan-batasan dari bagian, sebenarnya kondisi alami dari manusia adalah untuk menjadi bebas, sederajat, moral mengatur diri sendiri. Dengan demikian, teori hukum alam merupakan hal yang tidak dipisahkan dari individualistik, tujuannya adalah untuk melindungi individu dari hal-hal yang tidak sesuai dengan hak individu dan menciptakan sebuah kewaspadaan dalam konteks politik atau sosial untuk otonomi individu dimana individu akan menjadi bebas untuk mengejar kepentingan personalnya. Individualisme liberal memecahkan ketegangan antara pribadi dan bukan pribadi dalam kekuasaan pribadi, dan komunitas republik memecahkan ketegangan dalam perlakuan non personal dari keseluruhan komunitas. Locke mengungkapkan bahwa negara membutuhkan makna untuk melindungi hakhak individu. Karena orang-orang mempunyai hak asasi untuk mencari keadilan dan mencari siapa yang mempunyai kewajiban untuk menghukum seseorang yang melanggar hak asasi, tiap individu dan dalam konteks keluarga cenderung bereaksi berlebihan untuk ketidakadilan, mereka tidak bisa melakukan secara sepihak pekerjaan itu. Mereka mencari ganti rugi dari orang yang melanggar hak asasi, pendirian mereka atas kebiadaban moral secara alami mengarahkan mereka untuk melewati batasan-batasan dari keadilan hukuman. Relasi dari hukuman individu tersebut kemudian akan mencari ganti rugi sebagai imbalannya. Mereka akan terlalu berlebihan menciptakan kebiadaban baru, dan sebagainya, dan secepatnya kehidupan sosial alamiah akan merosot dalam bentuk sebuah perang. Untuk menghindari hal ini, Locke mengungkapkan bahwa orang-orang yang rasional akan setuju memasuki sebuah kontrak sosial untuk tujuan atas pemilihan sebuah pemerintahan yang dapat dipercaya untuk melindungi hak asasi mereka secara seimbang. Teori Locke dikembangkan dari perlawanan yang berlatar belakang atas individualisme yang mengarah pada konsep hak-hak yang negatif dari sebuah negara.

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

19

Maksudnya adalah individu mempunyai hak-hak baik dalam bentuk positif atau negatif. Contohnya individu memiliki hak untuk melakukan tindak kejahatan, akan tetapi dalam kehidupan universal tindak kejahatan telah disepakati bersama merupakan hal yang merugikan orang lain sehingga perlu dibatasi tindakan seperti itu dan hukum adalah batasannya. Dalam cara yang serupa misalnya analogi untuk penjaga malam yang pekerjaannya adalah menjaga toko dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti pencurian, maka dari analogi tersebut fungsi utama pemerintah adalah untuk menghentikan kelompok atau orang-orang dari perlakuan melanggar hak-hak milik dari individu lain, termasuk hak kepemilikan properti yang memiliki peran penting dalam kehidupan mereka. Implementasi : Permasalahan dengan Teori Hukum Alam. Masalah utama dengan teori ini adalah metodologi. Hukum alam diperkirakan menjadi self-evident, akan tetapi orang-orang melihat perbedaan rincian atas hak-hak sebagai self-evident. Rincian siapa yang benar? Mengapa seharusnya kita percaya sebuah rincian hak hanya self-evident untuk seseorang, ketika kita tahu bagaimana introjection dapat mempengaruhi perasaan? Apakah jika pendapat melihat self-evident adalah prasangka umum konteks lokal? Lagipula, bagaimana seharusnya kita mengartikan isi dari bagian hak? Sebagai contoh, Deklarasi Kesatuan National Hak Asasi Manusia telah diterima oleh hampir setiap negara, tapi apakah artinya itu? Rincian dari hak asasi manusia memberikan makna pada setiap orang bahwa tiap hak bekerja penuh arti. Pantaskah hal itu mengartikan makna self-evident? Jikalau kita menyetujui rincian resmi dari hak-hak, dapatkah kita setuju untuk merinci sebuah prioritas tentang bagaimana memecahkan konflik antara hak-hak tersebut dalam rincian yang ada? Apakah hak kepemilikan orang kaya kita langgar jika harga kepemilikan mereka untuk makanan anak-anak yang mempunyai hak untuk hidup, atau hak untuk kesehatan, hak untuk pendidikan? Semua teori harus menyelesaikan masalah seperti salah satunya yakni sebuah prioritas, tetapi teori hukum yang lama mempunyai kesulitan sejak setiap hak adalah inalienable dan indefeasible. Seperti pertanyaan menjengkelkan yang mengarahkan beberapa para ahli untuk menentang bahwa dunia moral dibentuk oleh alam yang kompleks. Mereka mengungkapkan bahwa kita harus menerima kenyataan bahwa keberagaman dalam hak-hak yang mutlak adalah fakta

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

20

fundamental. Ketika konflik muncul, kita harus menyelesaikan konflik tersebut dengan seruan langsung ke intuisi. Tapi hal ini tidak terlalu membantu. Apakah intuisi benar? Meskipun orang-orang mengklaim mereka mempunyai 6 tingkat intuisi, mereka masih butuh mengucapkan prinsip-psinsip di belakang prioritas intuisi mereka. Kemurnian teori intuisi terlalu diam tentang bagaimana kita dapat menganalisa kondisi latar belakang. Bersandar pada intuisi membuat kita secara khusus hanya peka pada masalah manusia yang standar, interpretasi kita dari makna hak asasi dan bagaimana untuk mengimplementasikan mereka akan lebih dominan dipengaruhi oleh latar belakang personal kita. Dalam teori, hak asasi manusia melindungi orang-orang tanpa melihat ras, kepercayaan, sex, usia, agama, dan lainnya. Tapi terdapat ketegangan antara makna universal atas hak asasi manusia dan situasi lokal dari perwujudan mereka (Habermas 2001, p. 118). Hukum alam mendapatkan arti yang positif dalam bentuk hak yang legal, sedangkan perlindungan hanya bersifat moral bukan politik. Tapi karena jalan politik bermain dalam situasi ini, kontrol kekuatan institusi dari hukum positif dapat mengimplementasikan hak asasi manusia. Sejak kekuatan implementasi hak dalam sebuah gaya paternalistik menggunakan pengalaman pribadi mereka, personal mereka melihat afek kebijakan menerapkan hak asasi manusia. Kita seharusnya tidak terkejut untuk mengetahui bahwa teori hak asasi manusia telah digunakan untuk melindungi status khusus yakni mengistimewakan kelompok dari orangorang dengan menyembunyikan status sesungguhnya dari penekanan minoritas dan ketidakadilan dibangun dalam peraturan yang legal. Beberapa kritik mengungkapkan bahwa kita seharusnya meletakkan permohonan pada hak asasi transkultural sejak penyalahgunaan ideologi mereka sehingga mereka benar-benar tidak bisa melindungi orang-orang dari penyalahgunaan. Kekuatan dari modernisasi dapat menciptakan perubahan hak asasi manusia dalam masyarakat Barat di sebuah tempat yang sekarang mencapai pertiga negara-negara. Mereka sekarang menyusun teori kembali pada kekuatan yang menindas mereka, dan menuntut perlindungan dari hak-hak sederajat mereka untuk kebebasan dan selfgovernance. Sebagai contoh, wanita dalam budaya patriarkhal sekarang menggunakan hak asasi manusia untuk meminta ketegasan bahwa mereka mempunyai nilai sebagai wanita individual. Mereka tidak hanya saudara perempuan, isteri, dan ibu, tetapi juga

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

21

individu yang mempunyai Hak terekognisi sebagai bagian terpisah yang mempunyai kesejahteraan hidup berbeda dari para suami (Nussbaum, 1999,p. 1144). Communitarians mengkritik hak asasi manusia menjadi terlalu individualistik, abstrak, dan antikomunitas. Seperti yang kita tahu, mereka mengklaim sebuah tekanan pada hak individu yang mengarahkan pada egoisme dan merusak kondisi komunitas yang membuat hidup berharga. Tapi pada kenyataannya, situasi tidak jelas. Hak asasi manusia digunakan dalam perlawanan untuk melindungi kesatuan atas sebuah komunitas. Individu memiliki identitas yang terikat untuk mengumpulkan identitas dari kebudayaan kelompok mereka, hak individual mereka yang ditujukan untuk gaya hidup tidak bisa dilindungi kecuali jika kesatuan dari kelompok dimana kebudayaannya yang dilindungi dengan baik. Kritik akhir berfokus pada hak yang telah diasosiasikan dengan tradisi hukum alam. Dalam dunia postmetalikal tidak jelas apa keuntungan ditumbuhkan oleh pertahanan label hak natural. Apakah membuat hukum alam begitu spesial? Fakta semata-mata bahwa sesuatu yang alami tidak membuat hal itu benar. Banyak hal alami yang tidak muncul menjadi sebuah hak. Seperti meninggal akibat penyakit tapi kita mencoba untuk mencegahnya dalam setiap langkah. Sebuah kealamian untuk merasakan emosi seperti cemburu, permusuhan, balas dendam, tapi apakah itu merupakan moral emosi? Dalam versi awal dari teori hukum alam tidak mengkhawatirkan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang meragukan adanya hukum tersebut karena hukum alam didukung oleh divine command theory (Teori Perintah Ketuhanan). Jenis ini teori moral yang berdasarkan atas fondasi agama yang mengklaim the right-making characteristic in morality is Gods commands. Merupakan sebuah moral untuk mematuhi Tuhan, dan imoral untuk tidak mematuhi Tuhan. Sejak Tuhan menciptakan alam semesta, sesuatu yang alami muncul kemudian sudah tentu hal itu merupakan hak. Kita tidak punya ruang untuk mendiskusikan divine command theory. Dalam banyak kasus, itu merupakan pertanyaan yang tidak akan berakhir, sejak keberagaman dalam tradisi agama mengarahkan pada isu-isu sama yang mengacaukan. Saya tidak mengatakan bahwa etika beragama adalah tidak penting, tapi agaknya bahwa kita hanya melakukannya kebanyakan dalam teks pendek. Untuk membuat ruangan bagi kebebasan beragama, para filsuf biasanya berusaha keras untuk membuat teori keseimbangan yang membantu figur dari perbedaan agama \untuk hidup bersama dalam kedamaian. Umat dari sebuah agama tertentu, berperan

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

22

sebagai agen moral yang bertanggungjawab, dan harus menggambarkan bagaimana membuat konsep agama mereka sejalan dengan moral duniawi. 4. Social Contract Theory

Teori kontrak sosial memiliki prinsip bahwa setiap orang hendaknya bereaksi sesuai dengan prinsip yang dipilih jika bebas dan masuk akal kemudian dimasukkan dalam kontak sosial untuk menciptakan kestabilan komunitas moral. Diasumsikan bahwa jika prinsip ini diterima secara universal dalam usaha menyamakan moral, maka ini akan mampu menuntun kita untuk membentuk kembali institusi yang sebenarnya yakni distribusi sosial, politik dan ekonomi ke arah yang lebih baik. Background: Hume Empiricism versus Rousseaus Normative Prescriptions Begitu banyak kritik terhadap teori kontrak sosial yang gagal dalam memahami inti dari hipotesis, perspektif abstrak. Seperti David Hume yang menyatakan, karena pemerintah berpikir bahwa kepatuhan untuk utilitas dan kebiasaan datang melalui kekuatan penaklukan. Bahwa kepatuhan sebagai sistem pemerintahan yang seharusnya berdasar pada ijin agar terjadi sedikit kesalahan. Namun Rousseau menolak pendekatan empirik yang dikemukakan oleh filosof seperti Hobbes, Grotius, dan Aristoteles. Dia memahami bahwa teori kontrak sosial bukan tentang bagaimana manusia berkembang dalam kebiasaan kepatuhan. Karena teori kontrak sosial mengajak manusia dari berbagai generasi untuk menspekulasi bagaimana menjadi yang seharusnya. John Rawlss Explanation of the Logic of a Social Contract Rawls mencoba untuk menggambarkan prinsip keadilan dipandang dari segi veil of ignorance, hipotesa yang akan digunakan adalah dengan mengelompokkan memori kita dan mengijinkan masing-masing dari kita untuk melupakan hal-hal detail tentang siapa kita, jadi hal ini untuk menjamin sebuah perspektif keadilan. Karena dengan begitu kita akan tahu hal-hal umum tentang humanitas, sedangkan kita tidak akan tahu jika kita masih memikirkan kita kaya atau miskin, laki-laki atau perempuan, hitam atau putih, tua atau muda dan sebagainya. Semua orang tahu tentang dirinya, kita akan tetap memilih prinsip regulasi sosial. Namun metafora abstrak seperti veil of ignorance ini ambigu

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

23

sehingga dapat membawa kontradiksi yang bergantung pada bagaimana cara menggunakan metafora ini. Kant menyatakan logika berpikir tentang veil bahwa intinya adalah kewajiban untuk membuat usaha serius dalam mendengarkan semua jenis perbedaan, bukan mengabaikan mereka. Jadi pendekatan kontrak sosial digunakan ketika seluruhnya digunakan dalam menjelaskan beberapa instusi etika dasar. Ideal Theory: Rawlss Two Principles are Really Three Secara umum teori kontrak sosial berada diantara tradisi consequentialis dan nonconsequentialis. Disisi lain kontrak sosial mencoba membuat pilihan strategi untuk memaksimalkan konsepsi yang baik, dan ini yang membuat teori ini mirip dengan pendekatan consequentialis tetang etika. Namun di sisi yang lain, ini adalah nonconsequentialis karena ada pembatasan moral secara tegas dalam memilih sebagai reflek alami kita sebagai penyetaraan moral. Konsepsi ini dimaksudkan adalah logika yang benar dalam memilih kehidupan yang baik. Rawls percaya kontrak akan dipilih sebuah sitem dengan mendasarkan pada tiga pusat kebaikan yaitu liberti, egalite, dan fraterniti. 1. Prinsip liberti (kebebasan) Prinsip yang menjelaskan bahwa Setiap orang mempunyai hak yang sama untuk yang paling luas total sistem sama dasar kebebasan kompatibel dengan sistem yang sama dari kebebasan untuk semua. Sehingga ada kebebasan yang maksimum pada setiap orang. 2. Prinsip kesamaan kesempatan Ketidaksamaan adalah ketidakadilan kecuali jika mereka mudah untuk membuka semua kondisi bawah agar memiliki kesaaman kesempatan.prinsip ini menomorduakan pembatasan kondisi untuk mrmutuskan persiapan institusional. Keadilan disini menekankan pada kesamaan kesempatan, namun juga harus nyata tidak hanya prinsip formal saja. 3. Prinsip perbedaan Prinsip perbedaan adalah sangat egalitarian konsep dalam arti bahwa kecuali ada distribusi yang baik membuat orang lebih makmur (membatasi diri untuk dua orang

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

24

untuk kasus sederhana), distribusi yang sama harus diutamakan. Dengan kata lain, tidak ada perbedaan kecuali yang dapat dibenarkan untuk alasan efisiensi. Implementation: Problems with Rawlss Social Contract Theory Ada beberapa kritik pada teori kontrak sosial milik Rawls, yang terbagi menjadi dua tipe. Yakni tipe pertama menerima metodologi yang digunakan, namun tidak menerima kesimpulan tentang apa yang akan dipilih. Sedangkan tipe yang kedua adalah tentang metode itu sendiri, karena dirasa terlalu abstrak dan tidak realistis. Teori ini untuk komunitas yang peduli terhadap pemikiran, karena pendekatan ini mendasarkan moral sosial menjadi sesuatu yang alami, terutama ketika kita adil dalam perasaan kita untuk berempati pada semua posisi yang representatif. 5. Kantian Duty Ethics

Kant (1797, 1964) berpendapat bahwa semua konsekuensi dari teori etika adalah kesalahan pemahaman, karena mereka mengalihkan kita dari variabel yang sesungguhnya benar-benar penting untuk moralitas. Kant beranggapan bahwa daftar tingkah laku lebih penting untuk menghukum moral daripada isi dari konsekwensi yang mengikutinya. Berpura-pura untuk membuat dirimu bahagia tidaklah baik, namun ini juga secara tidak moril patut dipuji. Kita tidak memberikan penghargaan secara moral untuk seseorang yang mengatakan bahwa dia mengerjakan tugasnya dikarenakan ini memiliki konsekuensi yang baik untuk dirinya sendiri. Kant berhati-hati untuk menghindari kebingungan antara hukum moral dengan hukum positif. Kalimat ini mengarah pada semua bentuk hukum yang di atur oleh badan pemerintah. kepengasuhan sisi sudut pandang moral yang dikembangkan dalam teori Kant melalui gagasan tentang penghormatan terhadap hukum moral seperti itu. Mengapa Kant menegaskan bahwa hormat harus "diproduksi diri" daripada dipengaruhi oleh sesuatu di luar moral orang (seperti ancaman hukuman dan imbalan)? tindakan dan perasaan yang benar-benar moral harus otonom. Kant menandai perbedaan ini dengan mengatakan bahwa tindakan yang dikontrol oleh kekuatan-kekuatan dari luar tanpa moral adalah heteronom, yang dikendalikan oleh moral saja akan bersifat otonom. Perkembangan berbicara, saya bertanya-tanya apakah seseorang dapat mampu hormat jika orang tersebut tidak memiliki kesempatan untuk mengatasi egosentris dan menjadi

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

25

sosial. Namun adalah bahwa meskipun membangun rasa hormat pada struktur sebelumnya, itu hanya muncul ketika kita merenungkan sesuatu yang membawa kita melampaui hewani yang kita warisi. Latar belakang : Otonomi dan alasan murni Kant berpendapat bahwa satu-satunya cara untuk membuat rasa moralitas, yang merupakan kebutuhan praktis karena kita membutuhkannya untuk memiliki kehidupan sosial, adalah dengan menganggap manusia itu makhluk yang bertanggung jawab. itu, oleh karena itu, kebutuhan praktis untuk percaya bahwa agen moral memiliki kapasitas mental yang diperlukan prasyarat untuk otonomi. Kant menggunakan istilah alasan untuk merujuk pada kapasitas otonom untuk melaksanakan intelek tanpa membiarkannya dikuasai oleh kecenderungan heteronomous tubuh. ketika alasan dimurnikan dari kecenderungan maka otonom karena kita telah dilucuti segala kecenderungan sampai tidak ada yang tersisa untuk mengendalikan alasan tapi alasan itu sendiri. Karena satu-satunya sumber hukum moral dan dengan demikian kewajiban moral adalah alasan murni, untuk menunjukkan rasa hormat terhadap alam otonom kita kita harus selalu memperlakukan orang sesuai dengan prinsip-prinsip etis yang dapat diperoleh dari latihan alasan murni mereka sendiri. Lalu bagaimana kita bisa tahu ketika tindakan kita termotivasi oleh tugas daripada kecenderungan? Perbedaan ditemukan pada bentuk dari prinsip kita bertindak, bukan pada konsekuensi dari tindakan kita. Ada dua cara di mana pepatah yang universal dapat gagal dalam ujian untuk menjadi peribahasa moral. Yang pertama, prinsip-prinsip moral adalah "konseptual membingungkan" jika mereka bertentangan dengan diri sendiri. Yang kedua, karena ada banyak prinsip-prinsip yang tidak bermoral tampaknya tidak mengakibatkan semacam ini jelas kontradiksi internal yang logis, kita harus bertanya tentang maksud yang jelas tidak bermoral tetapi tidak tampak secara internal kontradiksi-diri. penekanan pada universalitas tampaknya sangat abstrak dan membingungkan. Tanpa latihan filosofi, sulit untuk menggunakan seperti imperatif abstrak dari hari ke hari. Teori yang Ideal: Alam rasional sebagai tujuan pada dirinya sendiri dan kerajaan berakhir.

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

26

Kant percaya : Ada alam rasional sebagai tujuan itu sendiri. ini adalah cara di mana seorang pria tentu keberadaan menyusunnya sendiri....ini juga merupakan cara dimana rasionalitas yang lain tersusun oleh keberadaannya sendiri. Karena kapasitas untuk otonomi moral diperlukan sarana untuk mewujudkan akhir umat manusia "sebagai tujuan pada dirinya sendiri" dan karena kita tidak bisa berniat ujung tanpa bermaksud sarana, cara untuk mengakhiri kemanusiaan juga harus menjadi akhir saya jika imperatif kategoris adalah untuk mempunyai efek penuh dalam diriku. Tampaknya aneh bahwa konsep Kant sering dikritik sebagai sangat abstrak untuk melakukan tindakan merugikan pengakaran sebenarnya kita dalam berbagai cara hidup. Kritik semacam ini gagal untuk memahami bahwa tujuan dari konsep-konsep moral ini adalah untuk membantu kami fokus pada kewajiban kami untuk merawat perbedaan antara sesama pekerja dengan hormat. Namun, karena konsep non konsekuensialis sering disalahgunakan pada tingkat pelaksanaan, mungkin memang benar bahwa teori Kant terlalu abstrak untuk dapat berguna.

Implementasi : Terlalu abstrak? Terlalu monologis? contoh keluarga Banyak orang berpikir non konsekuentialisme adalah abstrak yang berlebihan terlalu abstrak adalah bahwa harus ada sesuatu untuk tuduhan. Itu adalah baik dan baik untuk mengatakan kepada kita untuk melakukan tugas kita, tapi apa sebenarnya tugas kita? Apa yang harus kita lakukan jika ada dua tugas yang bertentangan? Bagaimana jika mengatakan konflik yang sesungguhnya dengan bersikap baik? Ketika dianggap di luar konteks tertentu, Kant tampaknya menyiratkan bahwa kita harus selalu mengatakan yang sebenarnya tidak peduli apapun itu. Ada pepatah yang mengatakan: ketika kebohongan kecil akan menyelamatkan perasaan seseorang kita harus bohong. Bagaimana dengan sesuatu yang lebih serius, seperti berbohong untuk menyelamatkan nyawa? Solusi yang tepat untuk dilema ini mungkin mengharuskan kita untuk fokus pada prioritas yang menetapkan akal antara aturan-aturan dan prinsip-prinsip. Kant mempunyai alasan baik untuk tidak memberikan banyak petunjuk tentang cara untuk menyelesaikan masalah ini. Habermas berpendapat bahwa hal itu akan membantu jika Kant lebih peduli dengan konteks. Bahkan jika Kant menggunakan akal murni terlalu monologis, itu tidak berarti bahwa teori ini tidak memiliki implikasi praktis. Sebagai contoh, mempertimbangkan bagaimana teori dapat digunakan untuk memberikan

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

27

wawasan ke dalam struktur keluarga. Karena tidak ada seorang tidak dilahirkan matang, bahkan pemahaman moral biasa adalah mustahil kecuali orang-orang yang telah mengalami setidaknya beberapa bentuk keluarga pendukung. Semua agen otonom memiliki kewajiban yang tidak sempurna untuk mempromosikan sarana untuk humaniora berakhir, keluarga membantu mencapai tujuan mereka adalah tugas positif daripada hanya perbuatan amal sunah. 6. Discourse Ethics

Habermas dan wacana etika Habermas sudah bermaksud menyusun kembali etika Kantian untuk membuatnya lebih responsif terhadap keprihatinan filsuf pasca-modern dan lebih berguna untuk nonfilsuf dalam membuat keputusan praktis. Sejak universalitas adalah standar prinsipprinsip moral dalam filsafat Kant, Habermas dimulai dengan mencari alat interaksi sosial yang ditemukan dalam semua bentuk kehidupan dan norma-norma moralitas universal. Norma-norma ini harus mampu memberikan latar belakang yang umum untuk membangun moral lintas budaya solidaritas dan konsensus tentang standar keadilan. moralitas semacam ini harus berlabuh di tingkat di mana awalnya muncul dilema moral, terutama dalam cakrawala dari berbagai kehidupan dunia. Latar belakang : sifat komunikatif wacana Semua individu menggunakan wacana komunikatif sebagai makhluk hidup, untuk kemampuan berkomunikasi dalam rangka untuk mencapai saling pengertian. Normanorma yang ada, membuat komunikasi mungkin ada di mana-mana dan dikenal pada tingkat prosedural oleh setiap individu. untuk terus menggali norma-norma prosedural ini kita harus belajar pragmatis, yang memfokuskan pada jenis nilai-nilai masyarakat yang berkomitmen untuk terlibat dalam wacana argumentatif. Tidak seorang pun dapat menjadi anggota fungsional bahasa masyarakat kecuali mereka pertama-tama belajar latar belakang norma-norma procedural wacana. kita dapat menerimanya sebagai pemberian, kemudian, bahwa setiap pengguna bahasa kompeten telah berbagi rahasia, prosedural intersubjektif pengertian norma-norma tertentu yang memungkinkan komunikasi simbolis dengan orang lain dalam masyarakat. karena komunikasi adalah bertujuan untuk pemahaman suatu topik, baik pembicara dan pendengar harus bergantung pada harapan-harapan normatif yang sama tentang apa yangMasalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

28

sah dalam perkataan, dan ini berlaku di semua komunitas. Dengan demikian, setiap pembicara yang kompeten diinternalisasi kapasitas sosial yang penting bagi perkembangan individu sebagai makhluk sosial. kapasitas sosial logika ini adalah sama di mana-mana. Dengan berkonsentrasi pada cara logika linguistik tindakan, Habermas teori moral yang dibenahi adalah tentang jenis argumen yang digunakan untuk membenarkan klaimklaim moral kepada anggota masyarakat lainnya, bukan sebuah fenomena metafisik yang dianggap independen dari praktek-praktek sosial. Dalam praktek yang komunikatif mengkoordinasikan rencana mereka atas dasar konsensus dan mengevaluasi mereka dalam hal perjanjian " pengakuan intersubjektif " tentang apa yang bisa dianggap alasan yang sah untuk mengajukan klaim. sebelum sistem moralitas dapat bekerja, semua yang terkena dampak harus setuju tentang apa artinya untuk membuat klaim moral, dan faktorfaktor apa yang dapat dipakai sebagai alasan untuk membenarkan klaim tersebut. Dimensi intersubjektif individu di balik penggunaan bahasa memberikan moralitas universal abstrak logika dan kemampuan untuk berhubungan dengan kognitif lokal konten. Jadi, untuk memahami moralitas, kita harus terlebih dahulu mengeksplorasi logika praktik komunikatif. Komunikatif Rasionalitas Seperti yang sudah didiskusikan sebelumnya, dalam semua praktik komunikatif intersubjektif, orang yang sama yang menyatakan validitas dari tiga jenis klaim. Mereka membuat klaim kebenaran obyektif tentang dunia, seperti: "bulan adalah bulatan". mereka membuat klaim kebenaran atau kesesuaian norma sosial yang mengatur dunia dengan mereka, seperti: "Tidak ada yang bisa berbohong untuk keuntungan pribadi". Dan mereka membuat klaim tentang pengalaman pribadi atau subjektif yang tergantung pada kejujuran mereka, misalnya: "Aku lapar sekarang". Tujuan dalam wacana komunikatif di kedua bidang ini dengan jujur mengungkapkan kepercayaan anda kepada orang lain, sehingga kepedulian pada kebenaran dan kebenaran adalah sangat penting bagi kegiatan intersubjektif ini. Dengan demikian, rasionalitas ilmu pengetahuan dan moralitas di bagian belakang hanya dapat dijelaskan dengan bergaul dengan jenis rasionalitas komunikatif yang dikendalikan oleh norma-norma kesepakatan

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

29

umum yang dirancang untuk mengatur logika kedua "klaim kebenaran" dan "klaim benar dan salah" . Habermas percaya bahwa norma-norma di belakang komunikasi yang jujur untuk membuktikan bahwa pada dasarnya Kant benar mengenai karakter moral kita. Orang tidak hanya tidak ingin diperlakukan hanya sebagai alat, tetapi bicara moral mereka menunjukkan bahwa mereka mengembangkan rasa apa artinya menjadi superapersonal berakhir ketika mereka datang untuk memahami komunikasi jujur. setiap orang mengharapkan untuk diperlakukan dengan hormat seperti itu berakhir kepada diri mereka sendiri mengambil untuk diberikan untuk komunikasi jujur. mereka merasa diabaikan dan dilecehkan ketika orang berbicara dengan mereka tanpa mengikuti norma-norma yang harus komunikatif untuk mengatur pembicaraan antara orang-orang yang jujur mencoba untuk berkomunikasi. kita akan merasa benar-benar marah ketika orang menggunakan bahasa untuk membingungkan atau mengacaukan komunikasi, karena menghormati pendengar kita mengharuskan kita untuk bermain adil dan memberikan alasan yang baik untuk klaim kita. Ide dasarnya adalah bahwa kita tidak bisa netral dalam kaitannya dengan normanorma komunikatif karena mereka sangat penting bagi keberadaan kita sebagai makhluk sosial moralitas. Dunia normatif kita hanya ketika kita berkomunikasi menggunakan norma-norma kehidupan kita di dunia. Teori ideal : normatif praktis implikasi dari wacana komunikatif Apa yang diperlukan untuk sebuah norma agar memperoleh penerimaan sosial? Pertama, masalah kepercayaan. komunikasi dapat di lakukan karena pembicara dan pendengar sama-sama berkomitmen terhadap norma-norma yang membuat komunikasi mungkin. kedua, ada sanksi atau hukuman. Masyarakat harus menunjukkan dukungan dengan membentuk norma sanksi sesuai digunakan. Tidak memihak makna moral suatu norma harus diterima untuk setiap perspektif, dan ini hanya mungkin terjadi jika prinsip-prinsip universal yang dapat membuat minat dipegang bersama oleh semua terpengaruh. hanya daripada yang bisa kita percaya bahwa pada kenyataannya semua orang akan dapat memberikannya norma. Sebagai aturan argumen prinsip ini memberi kami beberapa alasan untuk percaya bahwa kita bisa mendapatkan persetujuan bulat, setidaknya dengan prinsip itu sendiri.

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

30

Prinsip-prinsip ini menangkap setiap orang memiliki kepentingan umum dengan tidak terikat oleh peraturan yang tidak diterima oleh mereka. sebagai aturan formal ini "prinsip universal dari argumen" melindungi semua orang dari penindasan, tetapi bukan substansi tertentu cara hidup. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi orang-orang yang masuk akal untuk menolaknya. Habermas melihat pergeseran dalam wacana teori etika sebagai imperatif kategoris Kant jauh dari "apa yang bisa saya akan menjadi hukum universal" dan "apa yang didapatkan sementara di suatu perjanjian untuk menjadi hukum universal". Pergeseran ini perhatian dua asumsi kunci yang mendasari seluruh wacana etika. Pertama, untuk keabsahan klaim moral memiliki makna kognitif umum bahwa semua dapat mengevaluasi. klaim moral yang mirip dengan klaim-klaim kebenaran dalam tersebut dapat ditebus oleh alasan yang membenarkan intersubjektif mereka baik. kedua, pembenaran norma memerlukan wacana nyata harus terjadi antara semua orang benarbenar terpengaruh. perubahan kualitatif dalam hidup ketika kita mencapai suatu titik di mana kita melihat yang lain, bukan sebagai sarana dan bukan sebagai seseorang untuk dikendalikan, tetapi sebagai hak moral yang sama untuk berpartisipasi dengan kami dalam membuat keputusan-keputusan yang mempengaruhi kami berdua. Ide yang intuitif adalah bahwa masing-masing dari kita ougth harus diperlakukan sesuai dengan konsensus intersubjektif yang sama norma-norma yang membuat para anggota sebuah komunitas percaya. wacana di bawah konsep keadilan, solidaritas dengan orang lain untuk berkembang secara alami, bahkan di antara mereka yang memiliki gaya hidup yang berbeda. Habermas (1998), wacana etika.

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

31

DAFTAR PUSTAKA Cooper, D. E., 2004. Ethics For Professionals In A Multicultural Word.Upper Saddle River, N.J.: Pearson Prentice Hall Bertens, K., 2002. Etika. Jakarta Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id/files/2009/11/john-rawls-justice.doc diakses pada tanggal 6 Maret 2010 http://musakazhim.wordpress.com/2007/05/07/utilitarianisme-penjelasan-singkat/ http://ms.wikipedia.org/wiki/Utilitarianisme http://one.indoskripsi.com/node/6540

Masalah dan tantangan terhadap etika terapan; Enam Kemungkinan Prinsip Moral Universal.

32