Marxisme Dan Strukturalisme
-
Upload
devi-maryuni -
Category
Documents
-
view
12 -
download
2
description
Transcript of Marxisme Dan Strukturalisme
Marxisme dan Strukturalisme
Marxisme adalah suatu teori hubungan internasional yang tidak kalah penting
dibandingkan dengan realisme dan liberalisme. Tokoh marxisme yang sangat terkenal ialah Karl
Marx. Teori marxisme berasal dari pemikiran-pemikiran Karl Marx. Marxisme berfokus pada
aspek ekonomi dan materi dan emansipasi kelas pekerja dan kesetaraan dunia. Marxisme
sesungguhnya bukanlah ‘anak’ ilmu hubungan internasional seperti realisme dan liberalisme,
namun marxis merupakan ‘anak’ ilmu sosiologi yang kemudian diterapkan dalam teori hubungan
internasional (Wardhani, 2013). Marxisme berfokus terhadap konsep ketidaksetaraan kelas-
kelas dalam masyarakat. Karena marxis bukanlah ‘anak’ ilmu hubungan internasional, melainkan
‘anak’ ilmu sosiologi, marxis tidak banyak berbicara mengenai negara dalam konteks hubungan
internasional, namun marxisme lebih menekankan sistem pembagian kelas yang terjadi didalam
suatu negara. Menurut marxis, hubungan antarnegara dalam sistem internasional sama seperti
hubungan antar kelas yang terjadi.
Marxisme dan strukturalisme merupakan paradigma yang menolak pandangan realis dan liberalis
mengenai konsep konflik dan kerjasama. Bagi kaum marxis, realisme dan liberalisme adalah
ideologi egois yang diperkenalkan oleh elit ekonomi untuk membela dan membenarkan
ketidaksetaraan global yang terjadi (Wardhani, 2013). Aktor utama dalam teori marxis adalah
kelas-kelas dalam masyarakat, karena menurut kaum marxis, kehidupan manusia tidak akan jauh
dari konflik antar kelas. Kelas yang terbentuk dalam masyarakat terdiri atas kelas borjuis
(memiliki alat-alat produksi) dan kelas proletar (memiliki kekuatan kerja yang dijual kepada
borjuis) (Jackson & Sorensen, 2005, p. 239).
Marxis memandang sistem internasional sebagai sistem kapitalis yang terintegrasi dalam
mengejar akumulasi modal. Kapitalisme hanya akan membuat kaum borjuis atau pemilik modal
akan selalu mengeksploitasi kaum proletar atau kaum yang tidak memiliki modal. Kapitalisme
selalu identik dengan individualisme, sehingga kaum kapitalis akan selalu berusaha memenuhi
kepentingannya tanpa mementingkan nilai moral dalam sistem internasional. Kaum borjuis akan
berusaha mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan memanfaatkan modal yang
dimilikinya, termaksud dengan memanfaatkan tenaga kaum proletar. Hal ini dikarenakan sifat
dasar manusia yang matrealistis, selalu berusaha memenuhi kebutuhannya. Materi dianggap
sebagai suatu pencapaian tertinggi, sehingga kaum borjuis akan terus berusaha meningkatkan
pencapaian materinya, walaupun materi yang mereka miliki sudah sangat cukup bila
dibandingkan dengan kaum proletar. Disinilah Marx menentang ketidaksetaraan tersebut karena
menurutnya, kaum borjuis tidak banyak bekerja, mereka hanya memanfaatkan modal yang
dimilikinya, namun mereka mendapatkan keuntugan yang sangat banyak, sementara kaum
proletar yang bekerja dengan susah payah hanya mendapatkan sedikit keuntungan, dan mereka
tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk memiliki modal tersebut (Wardhani, 2013). Maka
untuk menciptakan kesejahteraan yang dapat dirasakan oleh semua pihak serta perdamaian
dunia, marxisme menuntut adanya penghapusan kelas-kelas sosial dalam masyarakat.
Sementara strukturalisme merupakan sebuah konsep yang diilhami dari teori marxisme, namun
sekaligus mengkritik teori marxisme. Strukturalisme berpendapat bahwa pembagian kelas-kelas
sosial dalam masyarakat memang perlu adanya dan tidak dapat dihindari karena kelas-kelas
terebut saling membutuhkan dalam sistem internasional. Asumsi dasar strukturalisme adalah
bahwa manusia bersifat dinamis dan kegiatan yang dilakukan manusia diatur oleh lingkungan
atau struktur. Dalam strukturalisme, terdapat dua teori, yaitu teori sistem dunia (world system
theory) dan teori ketergantungan (dependency theory).
Teori sistem dunia dipimpin oleh Immanuel Wallerstein. Teori ini memilah sistem dunia
kedalam tiga kelompok besar, yaitu : (1) Negara dunia pertama (core) yaitu negara-negara
makmur yang memiliki modal besar dan pemegang kekuatan produksi. (2) Negara dunia ketiga
(Periphery) yaitu negara-negara pinggiran atau negara-negra berkembang yang berperan sebagai
supplier sumber daya alam dan sumber daya manusia. Periphery merupakan target dari core. (3)
Negara semi periphery yaitu negara-negara yang bukan merupakan negara dunia pertama juga
bukan merupakan negara dunia ketiga namum berada pada kondisi tengah antara negara dunia
pertama dan negara dunia ketiga. Terdapat dua tipe teori sistem dunia, yakni world-empire dan
world-economies. world-empire merupakan bentuk sistem politik terpusat yang menggunakan
powernya untuk mendistribusikan sumber daya dari daerah pinggiran (periphery) ke daerah inti
(core). Sedangkan dalam world-economies tidak ada otoritas tunggal. Sumber daya
didistribusikan melalui media pasar (Wardhani, 2013).
Teori ketergantungan berkembang di Amerika Latin sebagai akibat kesenjangan yang timbul
antara Amerika Serikat dengan negara-negara disekitarnya. Teori ini menekankan transfer
sumber daya alam dari peripheral ke core. Negara miskin menyuplai sumber daya alam dan
sumber daya manusia dan sumber daya alam ke negara pemilik modal. Kebijakan luar negeri
yang dibuat negara-negara kaya semata-mata demi menciptakan dan memelihara sistem
ketidaksetaraan dengan tujuan menciptakan ketergantungan negara miskin terhdap negara kaya.
Dengan begitu, negara miskin akan tetap miskin, karena mereka terjebak didalam strategi politik
dan ekonomi yang dibuat oleh negara kaya yang akan menjadikannya semakin kaya.
Teori marxisme memiliki kontribusi yang tidak begitu besar terhadap ilmu hubungan
internasional. Marxisme merupakan satu-satunya teori dalam hubungan internasional yang
menekankan kesetaraan dan emansipasi. Marxisme juga memberikan landasa dasar dan
sistematis untuk memahami ketidakadilan dunia. Marxisme berfokus pada masalah
pembangunan, isu ketidaksetaraan, eksploitasi ketergantungan ekonomi, dan ketidakadilan
(Wardhani, 2013). Namun teori marxis tidaklah sempurna, terdapat beberapa kritikan mengeai
eori marxis. Teori marxis lebih fokus kepada cara-cara untuk mengubah masyarakat dalam
negeri dibandingkan dengan mengembangkan teori yang sistematis dari politik internasional,
singkatnya marxis bersifat dometik. Keberadaan teori marxis juga belum tentu objektif. Hingga
saat ini masih diperdebatkan, apakah eksploitasi yang dikatakan kaum marxis benar terjadi.
Tradisi Marxis memberikan kekhawatiran lebih lanjut tentang masalah modernisasi, eksploitasi
dan ketimpangan bukan perang, keamanan, kedamaian dan ketertiban yang menjadi perhatian
utama Liberal dan Realisme
Kesimpulannya adalah bahwa marxisme menekankan adanya ketidaksetaraan kelas-kelas dalam
masyarakat. Pembagian kelas ini menyebabkan eksploitasi terhadap kaum proletar yang
dilakukan oleh kaum borjuis. Kaum borjuis akan semakin kaya dan kaum proletar akan semkin
miskin karena mereka terjabak didalam sistem politik dan ekonomi yang diciptakan oleh kaum
borjuis dengan tujuan memperkuan posisinya. Marxisme berpendapat bahwa sistem internasional
sama seperti pembagian kelas dalam masyarakat. Sementara strukturalisme merupakan
pengembangan dari marxisme, namun strukturalisme juga mengkritik teori marxisme yang ingin
menghapuskan kelas-kelas dalam masyarakat. Menurutnya, kelas-kelas sosial yang terbentuk
dalam masyarakat memang perlu adanya, karena antar kelas tersebut saling membutuhkan dan
pembagian kelas tersebut lahir secara alamiah, sehingga tidak bisa dihilangkan.