Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum
-
Upload
osmaini-sutra-haryati -
Category
Documents
-
view
36 -
download
0
Transcript of Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum
Nama : Osmaini Sutra Haryati
NIM / BP : 1302670 / 2013
Jurusan / Prodi : Teknik Pertambangan / S1 teknik pertambangan
MANUSIA, NILAI, MORAL DAN HUKUM
I. Pendahuluan
Sebagai makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan, manusia tidak bisa terlepas dari segala
sesuatu yang bersifat interaksi dalam kehidupan. Interaksi mutlak dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari untuk melangsungkan kehidupan sebagaimana mestinya. Dalam interaksi terdapat banyak sekali
aspek, yang utama di antaranya adalah nilai, norma dan hukum. Nilai norma dan hukum selalu ada
dalam kehidupan manusia meskipun tak bnyak manusia yang meyadari keberadaan dari ketiganya.
Seluruh kegiatan manusia di permukaan bumi ini dipenuhi oleh unsur-unsur tersebut.
Keberadaan nilai, moral dan hukum tidak bisa dipisahkan dari kehidupan mausia,meski
semakin hari semakin banyak permasalahan yang terjadi yang menyangkut dengan nilai, moral dan
hukum tersebut. Permasalahan-permasalahan mral dan hukum memang semakin marak terjadi pada
zaman ini, namun hal tersebut tidak boleh memudarkan kekuatan norma yang ada dalam kehidupan
manusia. Oleh karena itu, melalui makalah ini, penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang nilai, moral
dan hukum serta menghubungkan kajian dengan kenyataan dilapangan yang berupa permasalahan
atau penyimpangan nilai, moral dan hukum agar lebih dapat memahami serta memperbaiki
keberadaan nilai, moral dan hukum dalam kehidupan, terutama kehidupan pribadi.
II. Permasalahan
Kenakalan Remaja di Indonesia Sudah Sangat Parah
Beberapa bulan terkhir ini, tingkat kenakalan remaja di negara kita khususnya di wilayah
Yogyakarta sudah sangat parah. Untuk itu, orang tua dan semua pihak harus hati-hati dan selalu
waspada dalam merawat atau menjaga anaknya.
Sebab, menurut Hajah Ciptaningsih Utaryo, dari yayasan ibu Yogyakarta, seperti tawuran
antar sekolah, tawuran remaja antar kampung, mabuk-mabukan, narkoba, ugal-ugalan, bahkan sampai
anak sekolah hamil diluar nikah dan sebagainya sudah mulai marak.
“dari pengalaman itu, kami hanya mohon semua pihak khususnya orang tua harus terus
waspada membimbing putra-putrinya” kata Hajah Ciptaningsih Utaryo saat menyampaikan paparannya
dalam acara sosialisasi kabupaten layak anak di gedung induk lantai III, komplek Parasamya Bantul.
Menurut Nyadi Kasmorejo berdasarkan data yang ada di lembaganya kasus kekerasan
terhadap anak di DIY sudah sangat tinggi. Dikatakan, Bantul menduduki angka cukup tinggi, seperti
kasus nikan usia dini. Dijelaskan hingga tahun 2013 terdapat 135 kasus, disusul kemudia Sleman, Kota
dan Kulonprogo jauh dibawah Bantul dan Gunung Kidul ada 145 kasus.
Sedangkan data kasus kekerasan yang ditangani LPA DIY di awal tahun 2013, di DIY angka
tertinggi kekerasan pengasuhan 13, disusul kekersan pencurian 11,kekerasan seks 10, kekerasan fisik 8
dan baru kekerasan psilkis 3 dan narkoba 1 kasus. ( Sumber : Beritakaget.com)
III. Isi / Pembahasan
A. Hakikat Nilai Moral dan Hukum dalam Kehidupan Manusia
1. Nilai Moral sebagai Materi Pendidikan
Bidang filsafat aksiologi (nilai) memiliki dua kajian utama yaitu estetika dan etika. Estetika
berhubungan dengan keindahan sedangkan etika berhubungan dengan kajian baik buruk dan
benar salah. Bidang ini merupakan tema baru dalam filsafat yang muncul pada abad ke-19.
Bentens (2001, hlm.6) menyebutkan ada tiga jenis makna etika, yaitu sebagai berikut :
a. Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
b. Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral, yang diamksud disini adalah kode etik.
c. Etika berarti ilmu tentang yang baik dan yang buruk. Etika disini sma artinya dengan filsafat
moral.
Dalam bidang pendidikan, ketiga pengertian di atas menjadi materi bahasannya. Selain
memahas nilai moral individu juga membahas kode ek yang menjadi patokan individu dalam
kehidupan sosial. Ketika ketiga penegertian tersebut dikembangkan dalam dunia pendidikan,
kecenderungan dan orientasi terhadap persoalan itu akan melibatkan problematika
metodologis. Perbedaan dan kecenderunganmetodologi yang dipilih lebh sering terjadi karena
perbedaan tujuan yang ingin dicapai.
2. Nilai Moral di Antara Pandangan Subjektif dan Objektif Manusia
Manusia sebagai makhluk yang bernilai aka memaknai nilai dalam 2 konteks, yaitu :
a. Memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif, apabila dia memandang nilai itu ada meski
tanpa ada yang menilainya bahkan memandang bahwa nilai telah ada sebelum adanya
manusia sebagai penilai.
b. Memandang nilai sebagai sesuatu yang subjektif,artinya nilai sangat tergantung pada subjek
yang menilainya.
Nilai subjektif dan objektif dapat dilihat dari dua kategori :
a. Apakah objek memiliki nilai karena kita mendambakannya,atau kita mendambakannya
karena objek tersebut memiliki nilai?
b. Apakah hasrat, kenikmatan perhatian yang memberikan nilai objek, atau kita mengalami
preferensi karena kenyataan bahwa objek tersebut memiliki nilai mendahului dan asing bagi
reaksi psikologis badan organis kita?
Untuk menelusuri apakah nalai itu objektif atau subjektif dapat digunakan dua pertanyaan
berikut ini:
a. Apakah kecenderungan, selera kehendak akan menentukan nilai suatu objek?
b. Apakah suatu objek tadi diperhatikan karena memag memiliki nilai?
3. Nilai di Antara Kualitas Primer dan Kualitas Sekunder
Semua zat yang ada di alam raya ini memiliki kualitas. Kualitas merupakan sifat yang
menentukan tinggi rendahnya derajat sesuatu. Menurut frondzi ( 2001, hlm.7-10) kualiatas
dibagi dua, yaitu sebagai berikut :
a. Kualitas primer, yaitu kualitas dasar yang tanpa itu objek tidak dapat menjadi ada.
b. Kualitas sekunder, yaitu kualitas yang dapat ditangkap oleh pancaindra seperti warna, rasa
dan bau.
Perbedaan mendasar antara kualits primer dan kualitas sekunder terletak pada
keniscayaannya.
4. Metode Menemukan dan Hierarki dalam Pendidikan
Nilai berhubungan erat dengan kegiatan manusia menilai. Sesuatu dipandang
bernilai apabila sesuatau itu berguna. Ilai memiliki polaritas dan hierarki, yaitu :
a. Nilai menampilka diri dalam aspek positif dana aspek negatif yang sesuai (polaritas) seperti
baik dan buruk, indah dan jelek.
b. Nilai tersusun secara hierarkis, yaitu hierarki urutan terpentingnya.
Nicholas Rescher (1969,hlm.14-19) menyatakan bahwa ada 6 klasifikasi nilai, yaitu
sebagai berikut:
a. Pengakuan, yaitu pengakuan subjek tentang nilai yang harus dimiliki oleh sesorang atu suatu
kelompok, misalnya nilai profesi dan nilai kebangsaan.
b. Objek yang dipermasalahkan, yaitu cara mengevaluasi suatu objek denga berpedoman pada
sifat tertentu objek yang dinilai. Seperti manusia dinilai dari kecerdasannya.
c. Keuntungan yang diperoleh, yaitu menurut keinginan, kepentingan atau minat seseorang.
d. Tujuan yang akan dicapai, yaitu berdasarkan tipe tujuan tertentu sebagai reaksi keadaan
yang dinilai. Contoh : akreditasi pendidikan.
e. Hubungan antara pengemban nilai dan keuntungan :
1. Nilai dengan orientasi pada diri sendiri (egosentris) yaitu memperoleh keberhasilan dan
ketentraman.
2. Nilai dengan orientasi pada orang lain, yaitu orientasi kelompok :
a.) 1.) Nilai yang berorientasi pada keluarga-hasilnya kebanggaan keluarga.
2.) Nilai yang berorientasi pada bangsa- hasilnya patriotisme.
3.) Nilai yang berorientasi pada masyarakat- hasilnya keadilan sosial.
b.) nilai yang berorientasi pada kemanusiaan, yaitu nilai universal.
f. hubungan yang dihasilkan nilai itu sendiri dengan hal lain yang lebih baik, dimana nilai
tertentu secara hierarkies lebih kecil dari nilai lainnya.
Dalam hierarkies nilai sangat tergantung dari sudut pandang dan nilai yang menjadi
patokan dasar si penilai. Contohnya hierarki nilai orang atheis dan orang religius nyata-nyata akan
berbeda. Menurut Max Scheller (Kaelan,2000,hlm.175) hierarki terdiri dari sebagai berikut :
a. Nilai kenikmatan, berkaitan dengan indera manusia, menyebabkan mausia senagn atau
menderita.
b. Nilai kehidupan, nilai yang penting bagi kehidupan.
c. Nilai kejiwaan, nilai yang tidak tergantung pada keadaan jasmani dan lingkungan.
d. Nilai kerohanian, yaitu moralitas nilai dari yang suci dan tidak suci
Notonegoro (Dardji, D.1984,hlm.66-67) membagi hierarki pada tiga bagian ,yaitu :
a. Nilai material, berguan bagi jasmani manusia.
b. Nilai vital, berguan bagi manusia untuk mengadakan kegiatan aktivitas.
c. Nilai kerohanian, berguan bagi rohani. Terbagi menjadi empat macam, yaitu :
1.) Nilai kebenaran yang bersumber dari akal.
2.) Nilai keindahan yang bersumber pada unsur perasaan.
3.) Nilai kebaikan atau oral yang bersumber pda kehendak.
4.) Nilai religius, adalah nilai yang tertinggi dan bersifat mutlak, bersumber pada keyakinan.
Di Indonesia, hierarki dibagi menjadi tiga (Kaelan,2002,hlm.178), yaitu sebagai berikut :
a. Nilai dasar (dasar ontologis), merupakan hakikat, esensi, inti sari yang terdalam dari nilai.
b. Nilai instrumental, merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan diarahkan. Nilai
instrumental dapat dikatakan sebagai suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
c. Nilai praksis, merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan nyata.
Nilai praksis adalah perwujudan dari nilai-nilai yang diatasnya.
5. Pengertian Nilai
Terdapat banyak sekali pengertian nilai, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Menurut lasyo (1999,hlm.9) : nilai merupakan landasan atau motivasi dalam segala tingkah laku
atau perbuatan.
b. Menurut Arthur W. Comb ; nilai adalah kepercayaan yang digeneralisir yang berfungsi sebagai
garis pembimbing untuk menyeleksi tujuan serta perilaku yang akan dipilih untuk dicapai.
c. Menurut Dardji Darmodiharjo (1986,hlm.36) : nilai adalah yang berguna bagi kehidupan manusia
jasmani dan rohani.
Dari berbagai klasifikasi nilai yang ada, dapat dilihat bahwa pengertian nilai ada yang
melihatnya sebagai kondisi psiklogis, objek ideal, ada juga yang mengklasifikasikannya mirip dengan
status benda.
Upaya mereduksi nilai dengan kondisi psikologos terjadi apabila nilai dihubungkan dengan
hal-hal sebagai berikut :
a. Sesuatu yang menyenagkan atau kenikmatan
b. Identik dengan yang diinginkan
c. Merupakan sasaran perhatian
Pereduksian nilai dengan status benda disebabkan oleh :
a. Kekacaunan dilmulai dengan kenyataan bahwa nilai tidak ada dalam diri sendiri tapi tergantung
penopangnya
b. Kebutuhan adanya penopang bagi nilai menjadikan nilai sebagai eksistensi yang parasitis.
Pereduksian nilai dengan objek ideal biasanya disebabkan kekeliruan antara nilai sebagai
sesuatu yang realistis dengan identitas yang menandai esensi. Perbedaan nilai dengan objek ideal
menurut Husserl adalah :
a. Objek ideal bersifat ideal, sedangka nilai tidak ril.
b. Keindahan adalah nilai, sedangkan ide tentang keindahan adalah objek ideal
c. Keindahan ditangkap melalui emosi, ide tentang keindahan ditangkap melalui intelektual
d. Menurt Lotze nilai itu tidak ada, objek ideal itu ada.
6. Makna Nilai bagi Manusia
Nilai itu sangat penting bagi manusia. Nilai itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh
indivdu dan diaplikasikan lewat perbuatan. Yang penting dalam kehidupan, keyakinan individu pada
nilai harus menyentuh sampai hierarki nilai tertinggi, sebab seperti yang diungkapkan Sheller,
bahwa :
a. Nilai tertinggi menghasilkan kepuasan yang lebih mendalam
b. Kepuasan jangan dikacaukan dengan kenikmatan
c. Semakin kurangnya kerlatifan nilai, semaikin tinggi keberadaannya, nilai tertinggi dari semua
nilai adalah nialai mutlak.
A. Problematika Pembinaan Nilai Moral
1. Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral
Kehidupan modern telah menghasilkan berbagai perubahan, pilihan dan kesempatan
tetapi mengandung resiko akibat kompleksitas kehidupan yang ditimbulkannya. Salah satunya adalah
munculnya nilai-nilai modern yang tidak jelas dan membingungkan anak.
Keluarga sebagai bagian dari masyarakat, terpengaruhi oleh tuntutan kemajuan yang
terjadi, namun banyak orang yang meyakini bahwa nilai moral hidup dan dibangun dalam lingkungan
keluarga. Namun, pada saat sekarang ini peran keluarga yang begitu penting banyak dirusak oleh
pola-pola kehidupan modern.
Persoalan merosotnya intensitas interaksi dalam keluarga serta terputusnya komunikasi
yang harmonis antara orang tua dan anak mengakibatkan merosotnya fungsi keluarga dalam
pembinaan nilai moral anak. Dalam situasi ini, institus pendidikan perlu memfasilitasi peserta didik
untuk melakukan klasifikasi nilai.
2. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Pembinaan Nilai Moral
Sebagai makhluk sosial aka pasti memiliki teman. Kumpulan kepercayaan yang dimiliki
anak dapat mendorongnya untuk menolak atau memilih sesuatu. Setiap orang teman anak akan
menampilkan kebiasaan yang dimilikinya.pengaruh pertemanan dapat bersifat positif dan dapat pula
bersifat negatif.
Pebedaan sudut pandang antara teman sebaya dan orang tua akan menjadi masalah
tersendiri bagi anak. Tak jarang anak menjadi dilematis, terjerumus pada hal-hal yang tidak baik bila
anak kurang memiliki dasar dan keyakinan yang kokoh tentang nilai-nilai kebaikan.
3. Pengaruh Figur Otoritas Terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu
Jika seorang anak mengungkapkan kebingungannya kepada orang dewasa, maka dapat
diprediksi reaks orang dewasa tersebut, langsung atau tidak langsung, orang dewasa akan berusaha
menunjukkan jalan yang paling bijak.
Orang tua belum meyakini bahwa anak-aak telah menjadi “manusia”. Anak-anak
diharuskan mengikuti anjuran yang disarankan. Dalam hal ini, lembaga pendidikan harus berupaya
agar peserta didik mampu menemukan nilai-nilai dirinya tanpa bertentangan dengan nilai-nilai yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat.
4. Pengaruh Media Komunikasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Pada akhir abad ke-20, alat-alat komunikasi yang potensial telah diperkenalka dalam
ritualit kehidupan keluarga. Berbagai media komunikasi hadir dalam kehidupansehari-hari. Media-
media tersebut menyuguhkan berbagai pandangan hidup yang bervariatif bagi para penggunanya
terutama anak-anak. Tak jarang pula anak-anak menemukan sesuatu yang tidak pernah
ditemukannya dalam kehidupan keluarga di dalam media komunikasi. Halini dapat menimbulkan
kebingungan pada anak dan berpotensi mengakibatkan anak berprilaku melanggar nilai dan norma
yang seharusnya.
5. Pengaruh Otak atau Berpikir Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Menurut Rath (1997,hlm.68) : pengalaman memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap proses kematangan, dengan demikian pendidik dapat dan harus membimbing anak melalui
proses yang kontiniu melalui pengembangan situasi bermasalah yang memperkaya kesempatan
berpikir dan memilih.
Pendidikan tentang nilai dan moral yang menggunakan pendekatan berpikir dan lebih
berorientasi pada upaya-upaya untuk mengklarisifikasi nilai moral sangat dimungkinkan bila melihat
eratnya hubungan antara berpikir dengan nilai itu sendiri, meskipun diakui bahwa ada pendekatan
lain dalam pendidikan nilai yang memiliki orientasi yang berbeda.
6. Pengaruh Informasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Setiap hari manusia mendapatkan informasi, informasi ini sangat berpengaruh terhadap
sistem keyakinan yang dimiliki oleh individu, baik informasi yang diterima secara keseluruhan ,
diterima sebagian atau ditolak semuanya, namun bagaimanapun informasi itu ditolak akan
menguatkan keyakinan yang telah ada pada individu tersebut.
Informasi yang dihasilkan sangat tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :
a. Bagaimana informasi diperkenalkan
b. Oleh siapa informasi dismapaikan
c. Dalam kondisi bagaiman infrmasi disampaikan
d. Sejauh mana tingkat disonansi kognitif yang terjadi akibat informasi
e. Level penerimaan individu yaitu motivasi individu utuk berubah
f. Level kesiapan individu untuk menerima informasi baru dan merubah tingkah lakunya
B. Manusia dan Hukum
Disepakati bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dalam konteks hubungan dengan sesama
perlu ada keteraturan sehingga setiap individu dapat berhubungan secara harmonis dengan individu di
sekitarnya. Untuk terciptanya keteraturan perlu ada aturan yang kita sebut hukum. Manusia masyarakat
dan hukum merupakan pengertian yang tidak dapat dipisahkan (ubi societsas ibi ius).
Tujuan hukum berbeda-beda. Namun tujuan utamanya adalah untuk ketertiban. Untuk
mencapai ketertiban dalam masyarakat diperlukan adanya kepastian dalam pergaulan antar manusia
dalam masyarakat. Hukum sebagai kaidah sosial tidak lepas dari nilai yang berlaku pada suatu
masyarakat. Hukum itu cerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
C. Hubungan Hukum dan Moral
Antara hukum dan moral terdapat hubungan yang erat sekali. Kualitas hukum harus selalu
diukur dengan norma moral, perundang-undangan yang immoral harus diganti. Moral juga membutuhak
hukum. Moral tanpa hukum adalah angan-angan saja, kalau tidak di undangkan atai dilembagakan.
Meskipun hukum dan moral sangat erat kaitannya namun keduanya sangat jelas berbeda.
Perbedaan hukum dan moral menurut K. Bertens adalah :
1. Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas. Hukum dibukukan secara sistematis dalam kitab,
norma moral tidak.
2. Hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja, moral menyangkut juga sikap batin seseorang.
3. Sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang yang berkaitan dengan moralitas.
Saksi hukum bisa dipaksakan, tapi sanksi moralitas tidak bisa. Sanksi moral biasanya berupa hati
nurani yang tidak tenang.
4. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara. Moralitas
didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi individu dalam masyarakat. Masyarakat dapat
merubah hukum tapi tidak dapat merubah moral.
Gunawan Setiardja membedakan hukum dan moral sebagai berikut :
1. Dilihat dari dasarnya, hukum memiliki dasar yuridis, konsensus, dan hukum alam, sedangkan moral
berdasarkan hukum alam.
2. Dilihat dari otonominya, hukum bersifat heteronom( datang dari luar diri manusia ), moral bersifat
otonom ( lahir dari diri sendiri ).
3. Dari pelaksanaannya, hukum secara lahiriah dapat dipaksakan, moral secara lahiriah terutama
batiniah tidak dapat dipaksakan.
4. Dari snaksinya, sanksi hukum bersifat yuridis sanksi lahiriah, sanksi moral bersifat kodrati, batiniah.
5. Dari tujan, hukum mengatur kehidupan manusia dalam bernegara, sedangkan moral mengatur
kehidupan manusia sebagai manusia.
6. Dari waktu dan tempat, hukum tergantung pada waktu dan tempat, moral secara objektif tidak.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian nilai yang telah dikemukakan oleh pakar-pakar pada dasarnya adalah upaya
dalam memberikan pengertian secara holistik terhadap nilai. Jika seseorang dikatakan bermoral, itu
berarti orang tersebut mewujudkan okodratnya untuk berfungsi berbuat baik dan benar serta
bermanfaat. Karena moral itu sejatinya merupakan kodrat. Hukum adalah aturan yang dibuat untuk
menciptakan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat yang berasal dari masyarakat itu sendiri.
Manusia, nilai, mooraldan hukum merupakan hal yang saling berkaitan dan menunjang serta tidak
dapat dipisahkan.
Dalam kasus yang disajikan pada bagian permasalahan, penyimpangan-penyimpangan yag
terjadi pada umumnya diakibatkan oleh kesalahan pada kontrol orang tua, kurangnya sinkronisasi
antara kemajuan zaman dengan benteng pribadi remaja serta kontrol moral pada pribadi masing-
masing remaja yang masih rendah. Hal itulah yang mengakibatkan terjadi berbagai penyimpanagn
moral yang sebenarnya tidak harus terjadi.
B. Saran
Sebaiknya perkembangan dan perubahan zaman diiringi pula dengan perkembangan
mentalitas serta benteng masing-masing pribadi dan segala aspek yang mengelilinginya terutama
orang tua. Hal ini ditujukan untuk mencegah terjadinya berbagai permasalahan yang menyangkut
penyimpangan nilai, moral dan hukum dalam kehidupan bermasyarakat.
V. LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Ridwan Efendi, Dkk.,2007.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta : Kencana Prenada Media Group
http://www.beritakaget.com/berita/553/kenakalan-remaja-di-Indonesia-sudah-sangat-parah.html
http://www.slideshare.net/09011988/nilai-dan -norma-12779572