Manusia Keragaman Dan Kesetaraan

16
BAB I Pendahuluan 1.1 Judul Manusia Keragaman Dan Kesetaraan 1.2 Latar Belakang Keragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan dalam kehidupan di masyarakat. Keragaman merupakan salah satu realitas utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini dan di waktu-waktu mendatang. Sebagai fakta, keragaman sering disikapi secara berbeda. Di satu sisi diterima sebagai fakta yang dapat memperkaya kehidupan bersama, tetapi di sisi lain dianggap sebagai faktor penyulit. Kemajemukan bisa mendatangkan manfaat yang besar, namun juga bisa menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan masyarakat sendiri jika tidak dikelola dengan baik.Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman identitas yang disandang. Kesetaraan merupakan hal yang inheren yang dimiliki manusia sejak lahir. Setiap individu memiliki hak-hak dasar yang sama yang melekat pada dirinya sejak dilahirkan atau yang disebut dengan hak asasi manusia.Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik nyata dengan adanya pranata- pranata sosial, terutama pranata hukum, yang merupakan mekanisme kontrol yang secara ketat dan adil mendukung

description

Makalah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

Transcript of Manusia Keragaman Dan Kesetaraan

Page 1: Manusia Keragaman Dan Kesetaraan

BAB IPendahuluan

1.1 Judul Manusia Keragaman Dan Kesetaraan

1.2 Latar BelakangKeragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan

dalam kehidupan di masyarakat. Keragaman merupakan salah satu realitas utama yang

dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini dan di waktu-waktu

mendatang. Sebagai fakta, keragaman sering disikapi secara berbeda. Di satu sisi

diterima sebagai fakta yang dapat memperkaya kehidupan bersama, tetapi di sisi lain

dianggap sebagai faktor penyulit. Kemajemukan bisa mendatangkan manfaat yang

besar, namun juga bisa menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan masyarakat

sendiri jika tidak dikelola dengan baik.Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun

dengan keragaman identitas yang disandang. Kesetaraan merupakan hal yang inheren

yang dimiliki manusia sejak lahir. Setiap individu memiliki hak-hak dasar yang sama

yang melekat pada dirinya sejak dilahirkan atau yang disebut dengan hak asasi

manusia.Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik nyata

dengan adanya pranata-pranata sosial, terutama pranata hukum, yang merupakan

mekanisme kontrol yang secara ketat dan adil mendukung dan mendorong

terwujudnya prinsip-prinsip kesetaraan dalam kehidupan nyata. Kesetaraan derajat

individu melihat individu sebagai manusia yang berderajat sama dengan meniadakan

hierarki atau jenjang sosial yang menempel pada dirinya berdasarkan atas asal rasial,

sukubangsa, kebangsawanan, atau pun kekayaan dan kekuasaan.Di Indonesia,

berbagai konflik antarsukubangsa, antarpenganut keyakinan keagamaan, ataupun

antarkelompok telah memakan korban jiwa dan raga serta harta benda, seperti kasus

Sambas, Ambon, Poso dan Kalimantan Tengah.

Masyarakat majemuk Indonesia belum menghasilkan tatanan kehidupan yang

egalitarian dan demokratis.Persoalan-persoalan tersebut sering muncul akibat adanya

dominasi sosial oleh suatu kelompok. Adanya dominasi sosial didasarkan pada

pengamatan bahwa semua kelompok manusia ditujukan kepada struktur dalam sistem

Page 2: Manusia Keragaman Dan Kesetaraan

hirarki sosial suatu kelompok. Di dalamnya ditetapkan satu atau sejumlah kecil

dominasi dan hegemoni kelompok pada posisi teratas dan satu atau sejumlah

kelompok subordinat pada posisi paling bawah. Di antara kelompok-kelompok yang

ada, kelompok dominan dicirikan dengan kepemilikan yang lebih besar dalam

pembagian nilai-nilai sosial yang berlaku. Adanya dominasi sosial ini dapat

mengakibatkan konflik sosial yang lebih tajam.Negara-bangsa Indonesia yang terdiri

dari berbagai kelompok etnis, budaya, agama, dapat disebut sebagai masyarakat

multikultural. Berbagai keragaman masyarakat Indonesia terwadahi dalam bentuk

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terbentuk dengan karakter utama

mengakui pluralitas dan kesetaraan warga bangsa. NKRI yang mengakui keragaman

dan menghormati kesetaraan adalah pilihan terbaik untuk mengantarkan masyarakat

Indonesia pada pencapaian kemajuan peradabannya.Cita-cita yang mendasari

berdirinya NKRI yang dirumuskan para pendiri bangsa telah membekali bangsa

Indonesia dengan konsepsi normatif negara bangsa Bhinneka Tunggal Ika, membekali

hidup bangsa dalam keberagaman, kesetaraan, dan harmoni. Hal tersebut merupakan

kesepakatan bangsa yang bersifat mendasar.Konstitusi secara tegas menyatakan

bahwa Indonesia adalah negara yang berkesetaraan. Pasal 27 menyatakan: “Setiap

warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan” adalah

rujukan yang melandasi seluruh produk hukum dan ketentuan moral yang mengikat

warga negara.Keberagaman bangsa yang berkesetaraan akan merupakan kekuatan

besar bagi kemajuan dan kesejahteraan negara bangsa Indonesia. Negara bangsa yang

beragam yang tidak berkesetaraan, lebih-lebih yang diskriminatif, akan menghadirkan

kehancuran.Semangat multikulturalisme dengan dasar kebersamaan, toleransi, dan

saling pengertian merupakan proses terus-menerus, bukan proses sekali jadi dan

sesudah itu berhenti. Di sinilah setiap komunitas masyarakat dan kebudayaan dituntut

untuk belajar terus-menerus atau belajar berkelanjutan. Proses pembelajaran semangat

multikulturalisme terus-menerus dan berkesinambungan dilakukan. Untuk itu, penting

kita miliki dan kembangkan kemampuan belajar hidup bersama dalam

multikulturalisme masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Kemampuan belajar hidup

bersama di dalam perbedaan inilah yang mempertahankan, bahkan menyelamatkan

semangat multikulturalisme. Tanpa kemampuan belajar hidup bersama yang memadai

Page 3: Manusia Keragaman Dan Kesetaraan

dan tinggi, niscaya semangat multikulturalisme akan meredup. Sebaliknya,

kemampuan belajar hidup bersama yang memadai dan tinggi akan menghidupkan dan

memfungsionalkan semangat multikulturalisme.Proses pembelajaran semangat

multikulturalisme atau kemampuan belajar hidup bersama di tengah perbedaan dapat

dibentuk, dipupuk, dan atau dikembangkan dengan kegiatan, keberanian melakukan

perantauan budaya (cultural passing over), pemahaman lintas budaya (cross cultural

understanding), dan pembelajaran lintas budaya (learning a cross culture).

C.Rumusan Masalah1. Keragaman dan kesetaraan adalah hal yang saling berkaitan satu sama lain

2. Keragaman dan kesetaraan adalah sifat dasar dari manusia dan bangsa Indonesia

menjadikan sebagai bingkai dasar Negara kesatuan Republik Indonesia

3. Mengetahui dan mengenali bagaimana masyarakat Indonesia mengenali dan

mengelola keragaman dan kesetaraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

sesuai dengan Semboyan “ Bhineka Tunggal Ika”

D.Tujuan1.Mengetahui keterkaitan antara Keragaman dan kesetaraan

2. menambah pengetahuan di Bidang Ilmu Sosial Budaya Dasar dan menambah

pemahaman tentang kemajemukan diharapkan bermanfaat bagi kita semua. 

Page 4: Manusia Keragaman Dan Kesetaraan

BAB IIPembahasan

Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berkaitan dengan konsep

kesetaraan dan keragaman. Konsep kesetaraan (equity) bisa dikaji dengan pendekatan

formal dan pendekatan substantif. Pada pendekatan formal kita mengkaji kesetaraan

berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku, baik berupa undang-undang, maupun

norma, sedangkan pendekatan substantif mengkaji konsep kesetaraan berdasarkan

keluaran / output, maupun proses terjadinya kesetaraan. Konsep kesetaraan biasanya

dihubungkan dengan gender, status sosial, dan berbagai hal lainnya yang mencirikan

perbedaan-perbedaan serta persamaan-persamaan. Sedangkan konsep keragaman

merupakan hal yang wajar terjadi pada kehidupan dan kebudayaan umat manusia.

Kalau kita perhatikan lebih cermat, kebudayaan Barat dan Timur mempunyai landasan

dasar yang bertolak belakang. Kalau di Barat budayanya bersifat antroposentris

(berpusat pada manusia) sedangkan Timur, yang diwakili oleh budaya India, Cina dan

Islam, menunjukkan ciri teosentris (berpusat pada Tuhan.Dengan demikian konsep-

konsep yang lahir dari Barat seperti demokrasi, mengandung elemen dasar serba

manusia, manusia-lah yang menjadi pusat perhatiannya. Sedangkan Timur

mendasarkan segala aturan hidup, seperti juga konsep kesetaraan dan keberagaman,

berdasarkan apa yang diatur oleh Tuhan melalui ajaran-ajarannya.

Penilaian atas realisasi kesetaraan dan keragaman pada umat manusia,

khususnya pada suatu masyarakat, dapat dikaji dari unsur-unsur universal kebudayaan

pada berbagai periodisasi kehidupan masyarakat.Sehubungan dengan itu Negara

kebangsaan Indonesia terbentuk dengan ciri yang amat unik dan spesifik. Berbeda

dengan Jerman, Inggris, Perancis, Italia, Yunani, yang menjadi suatu negara bangsa

karena kesamaan bahasa. Atau Australia, India, Sri Lanka, Singapura, yang menjadi

satu bangsa karena kesamaan daratan. Atau Jepang, Korea, dan negara-negara di

Timur Tengah, yang menjadi satu negara karena kesamaan ras. Indonesia menjadi satu

negara bangsa meski terdiri dari banyak bahasa, etnik, ras, dan kepulauan. Hal itu

terwujud karena kesamaan sejarah masa lalu; nyaris kesamaan wilayah selama 500

Page 5: Manusia Keragaman Dan Kesetaraan

tahun Kerajaan Sriwijaya dan 300 tahun Kerajaan Majapahit dan sama-sama 350

tahun dijajah Belanda serta 3,5 tahun oleh Jepang.

1. Mengenali dan mengelola keragaman masyarakat di Indonesia

Tidak ada masyarakat yang seragam. Setiap kelompok, baik di tingkat negara

maupun di tingka komunitas, dibangun atas berbagai macam identitas. Untuk dapat

berfungsi dengan baik, kelompok tersebut harus mampu mengenali dan mengelola

keragaman yang ada.Identitas dan Salient Identity. Secara mudah, identitas dapat

diartikan sebagai ciri yang melekat atau dilekatkan pada seseorang atau sekelompok

orang. Beberapa identitas, misalnya ras dan usia, cenderung bersifat given. Beberapa

lainnya lebih merupakan pilihan, seperti agama, ideologi, afiliasi politik, dan profesi.

Di samping itu, ada pula identitas yang terkait dengan pencapaian, seperti

pemenang/pecundang, kaya/miskin, pintar/bodoh.Ada kalanya, sebuah identitas

terkesan lebih mencolok atau berarti – dibanding lainnya. Sebelum penghapusan

politik Apartheid misalnya, warna kulit menjadi identitas pembeda yang paling

mencolok di Afrika Selatan. Pasca tragedi WTC, identitas Muslim/nonMuslim yang

sebelumnya tidak terlalu mendapat perhatian menjadi penting bagi masyarakat

Amerika Serikat.Identitas agama dan etnisitas biasanya mendapatkan perhatian lebih.

Bisa jadi, ini karena keduanya dianggap lebih rawan konflik dibandingkan identitas

lain. Padahal, keragaman status social (kaya/miskin, ningrat/jelata,

berpendidikan/tidak berpendidikan), kondisi fisik(sehat/sakit/diffable/butawarna),

fungsi dan profesi (produsen/konsumen, guru/siswa, dokter/pasien), jenis kelamin,

usia, afiliasi politik, ideologi, gaya hidup (moderat/militan), dan lain sebagainya juga

perlu dikelola. Hal ini bukan semata untuk mengurangi potensi konflik, melainkan

juga untuk memungkinkan pelayanan (publik) yang prima dan sesuai dengan

kebutuhan pengguna jasa. Sayang, slogan-slogan seperti Berbeda itu Indah, Bhinneka

Tunggal Ika dan Unity in Diversity lebih ditujukan untuk mengelola keragaman

agama dan etnisitas semata.

Jumlah struktur dan identitas dominan

Does number count? Apakah jumlah berpengaruh? Pertanyaan ini penting dijawab

ketika mengelola keragaman. Ada kalanya, ketidakselarasan hubungan sangat terkait

dengan ketimpangan jumlah (mayoritas-minoritas). Namun, ketidakselarasan juga

Page 6: Manusia Keragaman Dan Kesetaraan

dapat timbul dari ketimpangan yang sifatnya lebih struktural seperti ketimpangan

kekuasaan, sumber daya, pengaruh, keahlian, dan sebagainya.

Ketidakpekaan terhadap komposisi mayoritas-minoritas serta ketimpangan struktural

berperluang memunculkan masalah.Beberapa diantaranya adalah :

Tirani mayoritas

Dalam kelompok yang komposisi mayoritas-minoritasnya mencolok, mekanisme-

mekanisme pengambilan keputusan yang menekankan pada jumlah (sepert imisalnya

voting) perlu dihindari karena cenderung melimpahkan kekuasaan pada mayoritas

saja. Jika hubungan mayoritas-minoritas tidak kondusif, kekuasaan yang terpusat pada

mayoritas dapat disalahgunakan. Salah satu contoh tirani mayoritas adalah ketika

mayoritas kulit putih Amerika Serikat di awal abad 20 memilih disahkannya undang-

undang segregasi berdasar warna kulit – akibatnya, orang kulit hitam hanya boleh

duduk di bagian belakang bus, hanya boleh menggunakan kamar mandi khusus kulit

hitam, hanya boleh menghadiri gereja dan sekolah kulit hitam, dll.

Ketidakterwakilan

Ada banyak hal yang menyebabkan ketidakterwakilan. Di antaranya adalah

keberadaan minoritas atau kaum lemah yang “tidak nampak”, sehingga mereka tidak

dilibatkan dalam pengambilan keputusan, atau aspirasi mereka tidak dianggap

penting. Rapat desa misalnya, biasanya hanya mengundang laki-laki dewasa. Contoh

lain adalah pengambilan keputusan di lingkungan kampus atau asrama yang tidak

dikonsultasikan dengan mahasiswa atau penghuni asrama. Sistem dan sarana (publik)

yang tidak ramah guna Umumnya, proses merancang sistem dan sarana (publik) hanya

disesuaikan dengan kebutuhan mayoritas atau kaum kuat. Hal ini dapat dilihat dari

loket pelayanan, letak telfon di box telfon umum, serta lubang kotak pos yang terlalu

tinggi untuk jangkauan anak-anak atau pengguna kursi roda. 

Mengelola Keragaman

Ada banyak cara mengelola keragaman antara lain dapat dilakukan dengan:

• Untuk mendekonstruksi stereotip dan prasangka terhadap identitas lain

• Untuk mengenal dan berteman dengan sebanyak mungkin orang dengan identitas

yang berbeda – bukan sebatas kenal nama dan wajah, tetapi mengenali latar belakang,

karakter, ekspektasi, dll, makan bersama, saling berkunjung, dll

Page 7: Manusia Keragaman Dan Kesetaraan

• Untuk mengembangkan ikatan-ikatan (pertemanan, bisnis, organisasi, asosiasi, dll)

yang bersifat inklusif dan lintas identitas, bukan yang bersifat eksklusif

• Untuk mempelajari ritual dan falsafah identitas lain

2. Memahami Masyarakat Multultural

Pemahaman terhadap multikulturalisme sendiri sebenarnya tidak dapat

dilepaskan dari pengertian kebudayaan. Karena kata kebudayaan itulah, yang menjadi

kunci pemahaman konsep multikulturalisme.Kebudayaan merupakan sekumpulan

nilai moral untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaan. Multikulturalisme

adalah sebuah paham yang mengakui adanya perbedaan dalam kesetaraan, baik secara

individual maupun kelompok dalam kerangka kebudayaan. Heterogenitas kekayaan

budaya negara-bangsa Indonesia selama ini terekatkan dalam sesanti Bhinneka

Tunggal Ika. Dengan kata lain, kekayaan budaya dapat bertindak sebagai faktor

pemersatu, yang sifatnya majemuk dan dinamis. Tidak ada kebudayaan Indonesia, bila

bukan terbentuk dari kebudayaan masyarakat yang lebih kecil.Sebagai sebuah konsep,

multikulturalisme menjadi dasar bagi tumbuhnya masyarakat sipil yang demokratis

demi terwujudnya keteraturan sosial. Sehingga, bisa menjamin rasa aman bagi

masyarakat dan kelancaran tata kehidupan masyarakat.Melihat kemajemukan

Indonesia yang begitu luasnya – terdiri dari sedikitnya 500 suku bangsa, maka

multikulturalisme hendaknya tidak hanya sekadar retorika, tetapi harus diperjuangkan

sebagai landasan bagi tumbuh dan tegaknya proses demokrasi, pengakuan hak asasi

manusia, dan akhirnya bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Upaya itu harus

dilakukan jika melihat berbagai konflik yang terjadi di sejumlah daerah di tanah air,

beberapa waktu lalu. Konflik itu mengindikasikan belum tuntasnya pembentukan

masyarakat multikultural di Indonesia. Munculnya konflik antarsuku, misalnya,

menunjukkan belum dipahaminya prinsip multikulturalisme yang mengakui

perbedaan dalam kesetaraan. Penanaman nilai-nilai kesetaraan dalam perbedaan itulah

yang senantiasa dilakukan secara aktif baik oleh tokoh masyarakat, tokoh partai,

maupun lembaga swadaya masyarakat. Dengan demikian, pemahaman bahwa bangsa

Indonesia merupakan masyarakat yang terdiri dari beragam kebudayaan harus menjadi

Page 8: Manusia Keragaman Dan Kesetaraan

bagian tak terpisahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Kesetaraan setiap

warga masyarakat dan dijaminnya hak masyarakat tradisional merupakan unsur dasar

dari prinsip demokrasi, yang terkandung pengakuan terhadap kesetaraan dan toleransi

terhadap perbedaan dalam kemajemukan.

3.Kesetaraan Dalam Kehidupan masyarakat

Tuntutan kesetaraan mungkin belum beberapa abad terakhir ini di mulai oleh

manusia. Tentunya seruan dengan suara kecil malah yang hampir tidak terdengar,

pada ribuan tahun yang lalu sudah ada. Tingkatannya rakyat jelata, tetapi berkeinginan

agar menjadi sepadan dengan para bangsawan, dengan para orang kaya serta berkuasa

bahkan menjadi anggota kalangan Sang Baginda Raja. Kalau kita mau memikirkan

masak-masak keinginan untuk setara itu, biasanya dan selalu datang dari pihak yang

kurang beruntung untuk menyamai kaum yang sedang atau sudah beruntung. Sudah

adakah yang sebaliknya? Mungkin saja pernah ada dan contohnya bisa kita ambil

misalnya saja seorang raja yang ingin hidup seperti rakyat biasa, seorang pemimpin

atau khalifah yang amat merakyat. Mungkin yang dijalani oleh Siddharta Gautama

Budha adalah seperti itu, seorang yang dilahirkan sebagai anak seorang raja

Suddhodana yang memimpin bangsa Shakya. Daerah kekuasaan sang Raja

Suddhodana, terletak di daerah yang pada jaman sekarang dikenal dengan nama

Negara Nepal. Presiden Iran Achmad Dinejad adalah contoh lain yang paling

mengena. Seorang penguasa seperti dia, masih hidup dirumahnya yang kecil sejak dia

masih dosen, tidur bukan diatas tempat tidur, tetapi diatas kasur yang digelar dilantai,

kalau bersembahyang di dalam masjid, dia duduk dimana saja, ditengah jemaah lain,

tidak menuju ke saf paling depan seperti Presiden Indonesia, yang selalu begitu.Kalau

sekarang ini ada yang meneriakkan kesetaraan mungkin sekali adalah karena jurang

yang memisahkan kaum yang merasa dirinya tidak setara dengan kaum yang ingin

disetarai, semakin curam dan semakin lebar saja. Kesetaran ini tidak akan muncul dan

berkembang dalam susunan masyarakat yang didirikan di atas paham dominasi dan

kekuasaan satu kelompok terhadap kelompok yang lain.Republik kita yang sudah

berumur tua untuk ukuran manusia, 62 tahun saja tidak ada keadilan dalam kehidupan

berbangsa. Keadaan adil dan makmur yang menjadi idaman seluruh rakyat Indonesia

Page 9: Manusia Keragaman Dan Kesetaraan

tidak pernah datang sampai sekarang dan kemungkina besar juga di masa yang akan

depan nanti. Untuk mencapai kesetaraan itu sebaiknya dengan cara menaikkan derajat,

peringkat, kondisi serta kemampuan setiap perorangan ketingkat yang diingininya,

dengan upaya sendiri-sendiri untuk tahap awal. Ini adalah satu-satunya jalan. Jangan

mengajak teman sejawat terlebih dahulu hanya untuk membentuk mass-mass forming.

Mass forming seperti ini akan menjadi solid-utuh kalau para pembentuknya memang

mempunyai peringkat yang setara dan sepadan. Kalau isi para pembentuknya tidak

sama kemampuannya, visinya dan tugasnya, maka massa yang terbentuk akan tidak

utuh serta mudah tercerai-berai. Yang memilukan adalah bahwa setiap orang yang

mempunyai ambisi untuk menggerakan massa untuk mencapai kesetaraan, kurang

mengamati sekelilingnya sendiri. Dengan identitas pluralis dan multikulturalis itu

bangunan interaksi dan relasi antara manusia Indonesia akan bersifat setara. Paham

kesetaraan akan menandai cara berpikir dan perilaku bangsa Indonesia, apabila setiap

orang Indonesia berdiri di atas realitas bangsanya yang plural dan multikultural itu.

Identitas kesetaran ini tidak akan muncul dan berkembang dalam susunan masyarakat

yang didirikan di atas paham dominasi dan kekuasaan satu kelompok terhadap

kelompok yang lain. Kesetaraan merupakan identitas nasional Indonesia.

Page 10: Manusia Keragaman Dan Kesetaraan

BAB IIIPenutup

1. KESIMPULAN

Di tengah arus reformasi dewasa ini, agar selamat mencapai Indonesia Baru,

maka idiom yang harus lebih diingat-ingat dan dijadikan landasan kebijakan mestinya

harus berbasis pada konsep Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, sekali pun berada dalam

satu kesatuan, tidak boleh dilupakan, bahwa sesungguhnya bangsa ini berbeda-beda

dalam suatu Keragaman. Kesetaraan bisa di wujudkan dengan pemerataan

pembangunan di seluruh wilayah NKRI dan juga keadilan di dalam bidang hukum

( bahwa semua sama di di hadapan hukum ). Namun, jangan sampai kita salah

langkah, yang bisa berakibat yang sebaliknya: sebuah konflik yang

berkepanjangan. Oleh karena itu Keragaman dan Kesetaraan harus di tanamkan sejak

dini kepada generasi muda penerus bangsa.

2. SARAN

Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu

organisasi / kelompok manusia harus memiliki kesadaran diri terhadap realita yang

berkembang di tengah masyarakat sehingga dapat menghindari masalah yang

berpokok pangkal dari keragaman dan keserataan sebagai sifat dasar manusia.