manusia

22
Dr. Syahrial Syarbaini, MA., Ph.D.Modul 3 FIl-MAN MODUL 1 FILSAFAT MANUSIA Program Kelas Karyawan (PKK) Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Pertemuan ke 1 Penyusun PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Syahrial Syarbaini, MA.Ph.d FILSAFAT MANUSIA 1

Transcript of manusia

Page 1: manusia

Dr. Syahrial Syarbaini, MA., Ph.D.Modul 3 FIl-MAN

MODUL 1FILSAFAT MANUSIA

Program Kelas Karyawan (PKK)Fakultas Psikologi

Universitas Mercu Buana

Pertemuan ke 1

Penyusun

Dr. Syahrial Syarbaini, MA

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Syahrial Syarbaini, MA.Ph.d

FILSAFAT MANUSIA 1

1

Page 2: manusia

Dr. Syahrial Syarbaini, MA., Ph.D.Modul 3 FIl-MAN

MODUL 1PENGERTIAN FILSAFAT MANUSIA

Tujuan Instruksional Umum

Setelah perkualiahan ini mahasiswa diharapan dapat menganalisis pengertian filsafat

manusia..

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah pembahasan dalam modul ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan

menganalisis filsafat manusia yang meliputi sebagai berikut:

Filsafat manuia dan ilmu-ilmu tentang manusia

Ciri-ciri filsafat manusia

Kedudukan manusia dalam humanisme (filsafat humanistik)

Materi Pembahasan

Pengertian Manusia

Manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa arabnya, yang berasal

dari kata nasiya yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar al-uns yang berarti jinak.

Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak

artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya. Manusia

cara keberadaannya yang sekaligus membedakannya secara nyata dengan mahluk yang lain.

Seperti dalam kenyataan mahluk yang berjalan diatas dua kaki, kemampuan berfikir dan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Syahrial Syarbaini, MA.Ph.d

FILSAFAT MANUSIA 2

2

Page 3: manusia

Dr. Syahrial Syarbaini, MA., Ph.D.Modul 3 FIl-MAN

berfikir tersebut yang menentukan manusia hakekat manusia. Manusia juga memiliki karya

yang dihasilkan sehingga berbeda dengan mahluk yang lain. Manusia dalam memiliki karya

dapat dilihat dalam seting sejarah dan seting psikologis situasi emosional an intelektual yang

melatarbelakangi karyanya. Dari karya yang dibuat manusia tersebut menjadikan ia sebagai

mahluk yang menciptakan sejarah. Manusia juga dapat dilihat dari sisi dalam pendekatan

teologis, dalam pandangan ini melengkapi dari pandangan yang sesudahnya dengan

melengkapi sisi trasendensi dikarenakan pemahaman lebih bersifat fundamental.

Pengetahuan pencipta tentang ciptaannya jauh lebih lengkap dari pada pengetahuan ciptaan

tentang dirinya. (Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999)

Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah berbagai

macam perfektif, ada yang mengatakan masnusia adalah hewan rasional (animal rasional)

dan pendapat ini dinyakini oleh para filosof. Sedangkan yang lain menilai manusia sebagai

animal simbolik adalah pernyatakan tersebut dikarenakan manusia mengkomunikasikan

bahasa melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan simbol-simbol tersebut. Ada yang

lain menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber dimana manusia adalah hewan yang

melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja. Manusia memang sebagai mahluk yang

aneh dikarenakan disatu pihak ia merupakan “mahluk alami”, seperti binatang ia memerlukan

alam untuk hidup. Dipihak lain ia berhadapan dengan alam sebagai sesuatu yang asing ia

harus menyesuaikan alam sesuai dengan kebutuh-kebutuhannya. Manusia dapat disebut

sebagai homo sapiens, manusia arif memiliki akal budi dan mengungguli mahluk yang lain.

Manusai juga dikatakan sebagai homo faber hal tersebut dikarenakan manusia tukang yang

menggunakan alat-alat dan menciptakannya. Salah satu bagian yang lain manusia juga

disebut sebagai homo ludens (mahluk yang senang bermain). Manusia dalam bermaian

memiliki ciri khasnya dalam suatu kebudayaan bersifat fun. Fun disini merupakan kombinasi

lucu dan menyenangkan. Permaianan dalam sejarahnya juga digunakan untu memikat dewa-

dewa dan bahkan ada suatu kebudayaan yang menganggap permainan sebagai ritus suci. (K.

Bertens, Panorama Filsafat Modern, 2005)

Marx menunjukan perbedaan antara manusia dengan binatang tentang kebutuhannya,

binatang langsung menyatu dengan kegiatan hidupnya. Sedangkan manusia membuat kerja

hidupnya menjadi objek kehendak dan kesadarannya. Binatang berproduksi hanya apa yang

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Syahrial Syarbaini, MA.Ph.d

FILSAFAT MANUSIA 3

3

Page 4: manusia

Dr. Syahrial Syarbaini, MA., Ph.D.Modul 3 FIl-MAN

ia butuhkan secara langsung bagi dirinya danketurunnya, sedangkan manusia berproduksi

secara universal bebas dari kebutuhan fisik, ia baru produksi dari yang sesungguhnya dalam

kebebasan dari kebutuhannya. Manusia berhadapan bebas dari produknya dan binatang

berproduksi menurut ukuran dan kebutuhan jenis produksinya, manusia berproduksi mnurut

berbagai jenis dan ukuran dengan objek yang inheren, dikarenakan manusia berproduksi

menurut hukum-hukum keindahan. Manusia dalam bekerja secara bebas dan universal, bebas

I dapat bekerja meskipun tidak merasakan kebutuhan langsung, universal dikarenakan ia

dapat memakai beberapa cara untuk tujuan yang sama. Dipihak yang lain ia dapat

menghadapi alam tidak hanya dalam kerangka salah satu kebutuhan. Oleh sebab itu menurut

Marx manusia hnya terbuka pada nilai-nilai estetik dan hakekat perbedaan manusia dengan

binatang adalah menunjukan hakekat bebas dan universal.(Franz Magnis Suseno, Pemikiran

Karl Marx, 1999).

Antropologi adalah merupakan salah satu dari cabang filsafat yang mempersoalkan

tentang hakekat manusia dan sepanjang sejarahnya manusia selalu mempertanyakan tentang

dirinya, apakah ia sedang sendirian, yang kemudian menjadi perenungan tentang kegelisahan

dirinya, ataukah ia sedang dalam dinamika masyarakat dengan mempertanyakan tentang

makna hidupnya ditengan dinamika perubahan yang kompleks, dan apakah makna

keberadaannya ditengah kompleksitas perubahan itu? Pertanyaan tentang hakekat manusia

merupkan pertanyaan kuno seumur keberadaan manusia dimuka bumi. Dalam jawaban

tentang manusia tidak pernah akan selesai dan dianggap tidak pernah sampai final

dikarenakan realitas dalam keling manusia selalu baru, meskipun dalam subtansinya tidak

berubah.(Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999)

Manusia menurut Paulo Freire mnusia merupakan satu-satunya mahluk yang

memiliki hubungan dengan dunia. Manusia berbeda dari hewan yang tidak memiliki sejarah,

dan hidup dalam masa kini yang kekal, yang mempunyai kontak tidak kritis dengan dunia,

yang hanya berada dalam dunia. Manusi dibedakan dari hewan dikarenakan kemampuannya

untuk melakukan refleksi (termasuk operasi-operasi intensionalitas, keterarahan, temporaritas

dan trasendensi) yang menjadikan mahluk berelasi dikarenakan kapasitasnya untuk

meyampaikan hubungan dengan dunia. Tindakan dan kesadaran manusia bersifat historis

manusia membuat hubungan dengan dunianya bersifat epokal, yang menunjukan disini

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Syahrial Syarbaini, MA.Ph.d

FILSAFAT MANUSIA 4

4

Page 5: manusia

Dr. Syahrial Syarbaini, MA., Ph.D.Modul 3 FIl-MAN

berhubungan disana, sekarang berhubungan masa lalu dan berhubungan dengan masa depan.

manusia menciptakan sejarah juga sebaliknya manusia diciptakan oleh sejarah. (Denis Collin,

Paulo Freire Kehidupan, Karya dan Pemikirannya, 2002).

Dalam abad pertengahan, manusia dipandang sebagai salah satu makhluk ciptaan

Tuhan yang melebihi makhluk-makhluk lainnya, pandangan yang sejalan dengan keyakinan

agama serta menganggap bahwa biumi tempat manusia hidup merupakan pusat dari alam

semesta. Tapi pandangan ini digoyahkan oleh Galileo yang membuktikan bahwa bumi

tempat tinggal manusia, tidak merupakan pusat alam raya. Ia hanya bagian kecil dari planet-

planet yang mengintari matahari.

Manusia secara sadar disebut juga insane yang dalam bahasa arabnya, yang berasal dari

kata nasiya yang berarti lupa dan jika di lihat dari kata dasar dari al-uns yang berarti jinak.

Kata insane dipkai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak

artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru di sekitarnya. Manusia

yang cara keberadaannya yang sekaligus yang membedakannya secara nyata dengan

makhluk yang lain. Seperti dalam kenyataan makhluk yang berjalan di atas dua kaki,

kemampuan berpikir dan berpikir tersebut yang menentukan manusia hakekat manusia.

Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan makhluk yang lain.

Manusia dalam memiliki karya dapat di lihat dalam seting sejarah dan seting psikologis

situasi emosonal dan intelektual yang melatar belakangi karyanya. Dari karya yang dibuat

manusia tersebut menjadikan ia sebagai makhluk yang menciptakan sejarah. Manusia juga

dapat dilihat dari sisi dalam pendekatan teologis, dalam pandangan ini melengkapi dari

pandangan yang sesudahnya dengan melengkapi sisi transendensi dikarenakan pemahaman

lebih bersifat fundamental. Pengetahuan pencipta tentang ciptaannya jauh lebih lengkap dari

pada pengetahuan ciptaan tentang dirinya. (Musa asy’ari, Filsafat islam, 1999).

Karl max menunjukkan perbedaan antara manusia dengan binatang tentang

kebutuhannya, binatang langsung menyatu dengan kegiatan hidupnya. Sedangkan manusia

membuat kerja hidupnya menjadi objek kehandak dan kesadarannya. Binatang berproduksi

hanya apa yang ia butuhkan secara langsung bagi didirya dan keturunannnya, sedangkan

manusia berproduksi secara universal bebas dari kebutuhan fisik, ia baru produksi dari yang

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Syahrial Syarbaini, MA.Ph.d

FILSAFAT MANUSIA 5

5

Page 6: manusia

Dr. Syahrial Syarbaini, MA., Ph.D.Modul 3 FIl-MAN

sesungguhnya dalam kebebasan dari kebutuhannya. Manusia berhadapan bebas dari

produknya dan binatang berproduksi menurut ukuran dan kebutuhan jenis produksinya,

manusia berproduksi menurut berbagai jenis dan ukuran dengan objek yang inheren,

dikarenakan manusia berproduksi menurut hukum-hukum keindahan. Manusia dalam bekerja

secara bebas dan universal, bebas I dapat bekerja meskipun tidak merasakan kebutuhan

langsung, universal dikarenakan ia dapat memakai beberapa cara untuk tujuan yang sama.

Dipihak yang lain ia dapat menghadapi alam tidak hanya dalam kerangka salah satu

kebutuhan.

Manusia di bedakan dari hewan di karenakan kemampuannya untuk melakukan refleksi

(tremasuk opersi-operasi intensionalitas, keterarahan, temporaritas dan transendensi) yang

menjadikan makhluk berelasi dikarenakan kapasitasnya untuk menyampaikan hubungan

dengan dunia.

Antropologi adalah merupakan salah satu dari cabang filsafat yang mempersoalkan

tentang hakekat manusia dan sepanjang sejarahnya manusia selalu mempertanyakan tentang

dirinya, apakah ia sedang sendirian, yang kemudian menjadi perenungan tentang kegelisahan

dirinya, ataukah ia sedang dalam dinamika masyarakat dengan mempertanyakan tentang

makna hidupnya di tengah dinamika perubahan yang kompleks, dan apakah makna

keberadaanya ditengah kompleksitas perubahan itu? Pertanyaan tentang hakekat manusia

merupakan pertanyaan kuno seumur keberadaan manusia di muka bumi. Dalam jawaban

tentang manusia tidak pernah akan selesai dan dianggap tidak pernah sampai final

dikarenakan realitas dalam keeling manusia selalu baru, meskipun dalam subtansinya tidak

berubah.

Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsure pokok yang membentuknya. Manusia

secara individu tidak pernah menciptakan dirinya, akan tetapi bukan berarti bahwa ia tidak

dapat menentuk jalan hidup setelah kelahirannya dan eksistensinya dalam kehidipan dunia ini

mencapai kedewasaan dan semua kenyataan itu, akan memberikan andil atas jawaban

mengenai pertanyaan hakekat, kedudukan, dan perannya dalam kehidupan yang ia hadapi.

(Musa asy’ari, Filsafat Islam,. 1999).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Syahrial Syarbaini, MA.Ph.d

FILSAFAT MANUSIA 6

6

Page 7: manusia

Dr. Syahrial Syarbaini, MA., Ph.D.Modul 3 FIl-MAN

Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya, seperti

dalam pandangan monoteisme, yang menccari unsur pokok yang menentujkan yang bersifat

tunggal, yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani dalam pandangan

spritualisme, atau dualisme yang memiliki pandangan yang menetapkan adanya dua unsur

pokok sekaligus yang keduanya tidak saling menafikan nyaitu materi dan rohani, nyakni

pandangan pluralisme yang menetapkan pandangan pada adanya berbagai unsur pokok yang

pada dasarnya mencerminkan unsur yang ada dalam marco kosmos atau pandangan mono

dualis yang menetapkan manusia pada kesatuannya dua unsur, ataukah mono pluralism yang

meletakkan hakekat pada kesatuannya semua unsur yang membentuknya. Manusia secara

individu tidak pernah menciptakan dirinya , kan tetapi bukan berarti bahwea ia tidak dapat

menentukan jalan hidup setelah kelahirannya dan eksistensinya dalam kehidupan dunia ini

mencapai kedewasaan dan semua kenyataan itu, akan memberikan andil atas jawaban

mengenai pertanyaan hakekat, kedudukan, dan perannya dalam kehidupan yang ia hadapi.

(Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999)

Hakekat Manusia

Masalah manusia adalah terpenting dari semua masalah. Peradaban hari ini

didasarkan atas humanisme, martabat manusia serta pemujaan terhadap manusia. Ada

pendapat bahwa agama telah menghancurkan kepribadian manusia serta telah memaksa

mengorbankan dirinya demi tuhan. Agama telah memamaksa ketika berhadapan dengan

kehendak Tuhan maka manusia tidak berkuasa. (Ali Syariati, Paradigma Kaum Tertindas,

2001). Bagi Iqbal ego adalah bersifat bebas unifed dan immoratal dengan dapat diketahui

secara pasti tidak sekedar pengandaian logis. Pendapat tersebut adalah membantah tesis yang

dikemukanakn oleh Kant yang mengatakan bahwa diri bebas dan immortal tidak ditemukan

dalam pengalaman konkit namun secara logis harus dapat dijatikan postulas bagi kepentingan

moral. Hal ini dikarenakan moral manusia tidak masuk akal bila kehidupan manusia yang

tidak bebas dan tidak kelanjutan kehidupannya setelah mati. Iqbal memaparkan pemikiran

ego terbagi menjadi tiga macam pantheisme, empirisme dan rasionalisme. Pantheisme

memandang ego manusia sebagai non eksistensi dimana eksistensi sebenarnya adalah ego

absolut. Tetapi bagi Iqabal bahwa ego manusia adalah nyata, hal tersebut dikarenakan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Syahrial Syarbaini, MA.Ph.d

FILSAFAT MANUSIA 7

7

Page 8: manusia

Dr. Syahrial Syarbaini, MA., Ph.D.Modul 3 FIl-MAN

manusia berfikir dan manusia bertindak membuktikan bahwa aku ada. Empirisme

memandang ego sebagai poros pengalaman-pengalaman yang silih berganti dan sekedar

penanaman yang real adalah pengalaman. Benak manusia dalam pandangan ini adalah

bagaikan pangging teater bagai pengalaman yang silih berganti. Iqbal menolak empirisme

orang yang tidak dapat menyangkal tentang yang menyatukan pengalaman. Iqbal juga

menolak rasionalisme ego yang diperoleh memlalui penalaran dubium methodicum

(semuanya bisa diragukan kecuali aku sedang ragu-ragu karena meragukan berarti

mempertegas keberadaannya). Ego yang bebas, terpusat juga dapat diketahui dengan

menggunakan intuisi. Menurut Iqbal aktivitas ego pada dasarnya adalah berupa aktivitas

kehendak. Baginya hidup adalah kehendak kreatif yang bertujuan yang bergearak pada satu

arah. Kehendak itu harus memiliki tujuan agar dapat makan kehendak tidak sirna. Tujuan

tersebut tidak ditetapakan oleh hukum-hukum sejarah dan takdir dikarenakan manusia

kehendak bebas dan berkreatif. (Donny Grahal Adian, Matinya Metafisika Barat, 2001)

Hakekat manusia harus dilihat pada tahapannya nafs, keakuan, diri, ego dimana pada

tahap ini semua unsur membentuk keatuan diri yang aktual, kekinian dan dinamik, dan

aktualisasi kekinian yang dinamik yang bearada dalam perbuatan dan amalnya. Secara

subtansial dan moral manusia lebih jelek dari pada iblis, tetapi secara konseptual manusia

lebih baik karena manusia memiliki kemampuan kreatif. Tahapan nafs hakekat manusia

ditentukan oleh amal, karya dan perbuatannya, sedangkan pada kotauhid hakekat manusai

dan fungsinya manusia sebagai ‘adb dan khalifah dan kekasatuan aktualisasi sebagai

kesatuan jasad dan ruh yang membentuk pada tahapan nafs secara aktual. (Musa Asy’ari,

Filsafat Islam, 1999)

Bagi Freire dalam memahami hakekat manusia dan kesadarannya tidak dapat

dilepaskan dengan dunianya. Hubungan manusia harus dan selalu dikaitkan dengan dunia

dimana ia berada. Dunia bagi manusia adalah bersifat tersendiri, dikarenakan manusia dapat

mempersepsinya kenyataan diluar dirinya sekaligus mempersepsikan keberadaan didalam

dirinya sendiri. Manusia dalam kehadirannya tidak pernah terpisah dari dunidan

hungungganya dengan dunia manusia bersifat unik. Status unik manusia dengan dunia

dikarenakan manusia dalam kapasistasnya dapat mengetahui, mengetahui merupakan

tindakan yang mencerminkan orientasi manusia terhdap dunia. Dari sini memunculkan

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Syahrial Syarbaini, MA.Ph.d

FILSAFAT MANUSIA 8

8

Page 9: manusia

Dr. Syahrial Syarbaini, MA., Ph.D.Modul 3 FIl-MAN

kesadaran atau tindakan otentik, dikarenakan kesadaran merupakan penjelasnan eksistensi

penjelasan manusia didunia. Orientasi dunia yang terpuasat oleh releksi kritiuas serta

kemapuan pemikiran adalah proses mengetahui dan memahami. Dari sini manusia sebagaiu

suatu proses dan ia adalah mahluk sejarah yang terikat dalam ruang dan waktu. Manusia

memiliki kemapuan dan harus bangkit dan terlibat dalam proses sejarah dengan cara untuk

menjadi lebih. (Siti Murtiningsih, Pendidikan sebagai Alat Perlawanan, 2004)

Manusia dalam konsep al Quran mengunakan kensep filosofis, seperti halnya dalam

proses kejadian adam mengunakan bahasa metaforis filosofis yang penuh makna dan simbol.

Kejadian manusia yakni esensi kudrat ruhaniah dan atributnya, sebagaimana dilukiskan

dalam kisah adam dapat diredusir menjadi rumus;

Keberadaan Manusia

Manusia mampu mengetahui dirinya dengan kemampuan berpikir yang ada pada dirinya.

Manusia menghasilkan pertanyaan tentang segala sesuatu. Filsafat lahir karena berbagai

pertanyaan yang diajukan oleh manusia. Ketika Manusia mulai menanyakan keberadaan

dirinya, filsafat manusia lahir dan mempertanyakan, “siapakah Kamu Manusia?” Manusia

bisa memikirkan dirinya, tapi apakah tujuan pertanyaan yang diajukannya. Keberadaan

dirinya diantara yang lain yang membuat menusia perlu mendefinisikan keberadaan dirinya.

Apabila pernyataan bahwa manusia dapat mengatur dirinya untuk dapat membedakan apa

yang baik dan buruk baginya yang harus diperoleh dari hakikat diri manusia. Hakikat diri

manusia tidak akan muncul ketika tidak terdapat pembanding diluar dirinya. Sesuatu yang

baik dan buruk pada manusia menunjukkan dirinya ada dinilai diantara keberadaan yang lain.

Watak manusia merupakan suatu kumpulan corak-corak yang khas, atau rangkain bentuk

yang dinamis yang khas yang secara mutlak terdapat pada manusia. Manusia berada dengan

yang alain menciptakan kebudayaan. Suatu kebudayaan manusia tidak mungkin ada tanpa

bahasa. Bahasa melakukan enilain tentang keberdaan manusia berupa wujud yang dapat

diterjemahkan melalui kata-kata. Filsafat mengarahkan penyelidikannya terhadap segi yang

mendalam dari makhluk hidup karena terdapat penilaian dari yang lain sebagai pembanding.

Pengetahuan dan pengalaman manusia, serta dunia yang secara wajar ada pada setiap

individu yang dimiliki oleh semua orang secara bersama-sama malakukan penilaian diantara

individu manusia.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Syahrial Syarbaini, MA.Ph.d

FILSAFAT MANUSIA 9

9

Page 10: manusia

Dr. Syahrial Syarbaini, MA., Ph.D.Modul 3 FIl-MAN

Menurut Adelbert snijders, filsafat manusia adalah suatu refleksi atas pengalaman yang

dilaksanakan dengan rasional, kritis serta ilmiah, dan dengan maksud untuk memahami diri

manusia dari segi yang paling asasi. Sedangkan tujuan filsafat manusia adalah untuk

memahami diri manusia dari segi yang paling dasar.

Dengan demikian, Adelbert snijders, mengajak kepada manusia untuk mengetahui apa

dan siapa sebenarnya manusi. Manusia adalah makhluk unik yang menarik untuk dikaji lebih

lanjut. Hal ini dikarenakan, manusia selain dibekali dengan nafsu juga dibekali dengan akal

pikiran yang tidak dimiliki oleh makhluk lain.

Hakekat manusia harus dilihat pada tahapannya nafs, kekuatan, diri, ego dimana pada

tahap ini semua unsur membentuk kesatuan diri yang aktual, kekinian dan dinamik, dan

aktualisasi kekinan yang dinamik yang brada dalam perbuatan dan amalnya. Secara

subtansial dan moral manusia lebih jelek daripada iblis, tetapi secara konseptual manusia

lebih baik karena manusia memiliki kemampuan kreatif. Tahapan nafs hakekat manusia

ditentukan oleh amal, karya dan perbuatannya, sedangkan pada kotauhid hakekat manusi dan

fungsinya manusia sebagai ‘adb dan khalifah dan kesatuan aktualisasi sebagai kesatuan jasad

dan ruh yang membentuk pada tahapan nafs secara actual. (Musa asy’ari, Filsafat Islam,.

1999).

Bagi freire dalam memahami hakekat manusia dan kesadarannya tidak dapat dilepaskan

dengan dunianya. Hubungan manusia harus dan selalau dikaitkan dengan dunia dimana ia

berada. Dunia bagi manusia bersifat tersendiri, dikarenakan manusia dapat mempersepsinya

kenyataan diluar dirinya sekaligus mempersepsikan keberadaan di dalam dirinya sendiri.

Manusia dalam kehadirannya tidak pernah ter[pisah dari dunai dan hubungannya dengan

dunia manusi bersifat unik. Status unik manusi dengan dunia dikarenakan manusia dalam

kapasitasnya dapat mengetahui, mengetahui merupakan tindakan yang mencerminkan

orientasi manusia terhadap dunia.

Dari sini manusi sebagai suatu proses dan ia adalah makhluk sejarah yang terikat dalam

ruang dan waktu.

Watak Sifat Manusia

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Syahrial Syarbaini, MA.Ph.d

FILSAFAT MANUSIA 10

10

Page 11: manusia

Dr. Syahrial Syarbaini, MA., Ph.D.Modul 3 FIl-MAN

Filsafat manusia menduga bahwa suatu watak manusia suatu kumpulan atau corak-corak

yang khas, atau rangkaian bentuk yang dinamis yang khas yang secara mutlak terdapat pada

manusia. Kategori manusia secara fundamental dari semu kebudayaan memiliki kesamaan.

Suatu kebudayaan manusia tidak mungkai ada tanpa bahasa. Semua kebudaya diatur untuk

dapat menyaelamatkan solidaritas kelompok yang dengan cara memenuhi tuntutan yang di

ajukan oleh semua orang, yaitu dengan mengadakan cara hidup teratur yang memungkinkan

pelaksanaan kebutuhan vital mereka.

Keberadaan Manusia

Manusia mampu mengetahui dirinya dengan kemampun berpikir yang ada pada dirinya.

Manusia menghasilkan pertanyaan tentang segala sesuatu. Filsafat lahir karena berbagai

pertanyaan yang diajukan oleh manusia. Ketika manusia mulai menanyakan tentang

keberadaan dirinya, filsafat manusia dengan mempertanyakan, “siapakah kamu manusia?”

Manusia bisa memikirkan dirinya, tapi apakah tujuan pertanyaan yang diajukannya.

Keberadaan dirinya diantara yang lain yang membuat manusia perlu mendefinisikan

keberadaan dirinya.

Apabila pertanyaan manusia dapat mengatur dirinya untuk dapat membedakan apa

yang baik dan buruk baginya yang harus diperoleh dari hakikat diri manusia. Hakekat diri

manusia tidak akan muncul ketika tidak terdapat pembanding diluar dirinya. Sesuatu yang

baik dan buruk pada manusia menunjukkan dirinya ada dinilai diantara keberadaan yang lain.

Filsafat Manusia

Fisafat manusia atau antropologi filsafat adalah bagian integral dari system filsafat, yang

secara spesifik meyoroti hakikat atau esensi manusia. Secara ontologism filsafat manusia

sangat penting klarena mempersoalkan secara spesifik persoalan asasi mengenai esensi

manusia.

Filsafat manusia sebagaimana juga ilmu-ilmu tentang manusia mengkaji secara

merial gejala-gejala manusia., yaitu menyelidiki, menginterpretasi dan memahami gejala-

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Syahrial Syarbaini, MA.Ph.d

FILSAFAT MANUSIA 11

11

Page 12: manusia

Dr. Syahrial Syarbaini, MA., Ph.D.Modul 3 FIl-MAN

gejala atau ekspresi-ekpresi manusia.. Ini berarti bahwa gejala atau ekspresi manusia, baik

merupakan objek kajian untuk filsafat manusia maupun untuk ilmu-ilmu tentang manusia.

Setiap cabang ilmu-ilmu tentang manusia mendasartkan penyelidikannya pada gejala-

gejala empiris, yang bersiofat objektif dan bisa diukur dan gejala itu kemudian diselidiki

dengan menggunakan metode yang bersifat observasional dan atau eksperimental.

Sebaliknya filsafat manusia tidak membatasi diri pada gejala empiris. Bentuk atau jenis

gejala apapun tentang manusia sejauh bisa dipikirkan dan memungkinkan untuk dipikirkan

secara rasional, bisa menjadi bahan kajian filsafat manusia.

Aspek-aspek, dimenasi-dimensi atau nilai-nilai yang bersifat metafisis, spritual dan

universal dari manusia yang tidak bisa diobservasi dan diukur melalui metode-metode

keilmuan, bisa menjadi bahan kajian terpenting bagi filsafat manusia. Aspek itu suatu hal

yang hendak dipikirkan, dipahami dan diungkap maknanya oleh filsafat manusia.

Filsafat manusia tidak mungkin hanya menggunakan metode yang bersifat

obsrervasionbal dan eksperimental karena luasnya cakupannya. Observasi dan

eksperimentasi hanya mungkin dilakukan, kalau gejalanya bisa diamati (empiris), bisa diukur

(misalnya dengan menggunakan metode statistik) dan bisa dimanupulasi (misalnya di dalam

eksperimen-eksperimen di laboratorium). Sedangkan aspek dan dimensi metfisis, spritual dan

universal hanya bisa diselidiki dengan menggunakan metode yang lebih spesifik, misalnya

melalui sintesis dan refleksi.

Sintesis dan refleksi bisa dilakukan sejauh gejalanya bisa dipikirkan. Dan kerana apa

yang bisa dipikirkan jauh lebih luas daripada apa yang bisa diamati secara empiris, maka

pengetahuan atau informasi tentang gejala manusia di dalam filsafat manusia, pada akhirnya,

jauh lebih ekstensif (menyeluruh) dan intensif ( mendalam) dari pada informasi atau teori

yang didapatkan oleh ilmu-ilmu tentang manusia.

Filsafat Manusia secara umum bertujuan menyelidiki, menginterpretasi dan memahami

gejala-gejala atau ekspresi-ekspresi manusia sebagaimana pula halnya dengan ilmu-ilmu

tentang manusia (human studies). Adapun secara spesifik bermaksud memahami hakikat atau

esensi manusia. Jadi, mempelajari filsafat manusia sejatinya adalah upaya untuk mencari dan

menemukan jawaban tentang siapakah sesungguhnya manusia itu?

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Syahrial Syarbaini, MA.Ph.d

FILSAFAT MANUSIA 12

12

Page 13: manusia

Dr. Syahrial Syarbaini, MA., Ph.D.Modul 3 FIl-MAN

Obyek kajiannya tidak terbatas pada gejala empiris yang bersifat observasional dan atau

eksperimental, tetapi menerobos lebih jauh hingga kepada gejala apapun tentang manusia

selama bisa atau memungkinkan untuk dipikirkan secara rasional.

Metodenya: (1) Sintesis, yakni mensintesakan pengetahuan dan pengalaman kedalam satu

visi yang menyeluruh tentang manusia; (2) Refleksi, yakni mempertanyakan esensi sesuatu

hal yang tengah direnungkan sekaligus menjadikannya landasan bagi proses untuk

memahami diri sendiri (self understanding).

Cirinya: (1) Ekstensif, yakni mencakup segala aspek dan ekspresi manusia, lepas dari

kontekstualitas ruang dan waktu. Jadi merupakan gambaran menyeluruh (universal) tidak

fragmentaris tentang realitas manusia; (2) Intensif, yakni bersifat mendasar dengan mencari

inti, esensi atau akar yang melandasi suatu kenyataan; dan (3) Kritis, atau tidak puas pada

pengetahuan yang sempit, dangkal dan simplistis tentang manusia. Orientasi telaahnya tidak

berhenti pada “kenyataan sebagaimana adanya” (das Sein) tetapi juga berpretensi untuk

mempertimbangkan “kenyataan yang seharusnya atau yang ideal) (das Sollen).

Manfaatnya, secara: (1) Praktis, mengetahui tentang apa atau siapa manusia dalam

keutuhannya, serta mengetahui tentang apa dan siapa diri kita ini dalam pemahaman tentang

manusia tersebut; dan (2) secara Teoritis, untuk meninjau secara kritis beragam asumsi-

asumsi yang berada di balik teori-teori dalam ilmu-ilmu tentang manusia.

Diharapkan dengan mempelajari filsafat manusia, seseorang akan menyadari dan memahami

tentang kompleksitas manusia yang takkan pernah ada habisnya untuk senantiasa

dipertanyakan tentang makna dan hakikatnya. Sejauh “misteri” dan “ambiguitas” manusia ini

disadari dan dipahami, seseorang akan menghindari sikap sempit dan tinggi hati.

Soal / Tugas

Jawablah pertanyaan berikut ini!1. Apakah arti Manusia secara filsafat2. Apakah arti filsafat manusia yang batasan kajiannya?3. Apakah perbedaan filsafat manusia dengan ilmu-ilmu yang mengkaji tentang

manusia?

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Syahrial Syarbaini, MA.Ph.d

FILSAFAT MANUSIA 13

13

Page 14: manusia

Dr. Syahrial Syarbaini, MA., Ph.D.Modul 3 FIl-MAN

4. Jelaskanlah tentang hakekat manusia ?5. Apakah watak dan keberadaan manusia ?

Daftar Pustaka:1. Abidin, Zainal. 2003. Filsafat Manusia. Cet. Ke 3. Bandung. Remaja Rosdakarya.2. Franz Magnis Suseno. 2009. Menjadi Manusia. Jokyakarta. Kanisius.3. Kartanegara, Mulyadi. 2005. The Best Chicken Soup of The Philosophers (terj.

Ahmad Fadhil). Jakarta. Himah4. Rapar, Jan Hndrik. 2005. Pengantar Filsafat. Cet. Ke-10. Jokyakarta. Kanisius.5. Osborne, Richard. 2001. Filsafat Untuk Pemula (terj.) Cet. Ke-1. Jokyakarta.

Kanisius..

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Dr. Syahrial Syarbaini, MA.Ph.d

FILSAFAT MANUSIA 14

14