Manual Indikator Ekpod

175

Transcript of Manual Indikator Ekpod

1Daftar IsiKATA PENGANTAR5BAGIAN I8A. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT81. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 8Indikator A|Pertumbuhan PDRB8Indikator B|Laju Infasi Provinsi10 Indikator C|PDRB per Kapita12Indikator D|Indeks Gini13 Indikator E|Pemerataan Pendapatan Versi Bank Dunia15 Indikator F|Indeks Ketimpangan Regional162. Kesejahteraan Sosial17Indikator A|Angka Melek Huruf17Indikator B|Angka Rata-Rata Lama Sekolah18Indikator C|Angka Partisipasi Murni (APM)21Indikator D|Angka Partisipasi Kasar (APK)23Indikator E|Angka Pendidikan yang Ditamatkan25Indikator F|Angka Kelangsungan Hidup Bayi25Indikator G|Angka Usia Harapan Hidup29Indikator H|Prosentase Balita Gizi Buruk30Indikator I|Prosentase Penduduk di Atas Garis Kemiskinan31Indikator J|Prosentase Penduduk yang Memiliki Lahan33Indikator K|Rasio Penduduk yang Bekerja 34Indikator L|Angka Kriminalitas yang Tertangani353. Seni Budaya dan Olahraga36 Indikator A|Jumlah Group Kesenian36Indikator B|Jumlah Gedung Kesenian37Indikator C|Jumlah Klub Olahraga38Indikator D|Jumlah Gedung Olahraga40 Daftar Isi2BAGIAN II41B. ASPEK PELAYANAN UMUM411. Pelayanan Dasar 41Indikator A|Angka Partisipasi Sekolah (Pendidikan Dasar)41Indikator B|Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah (Pendidikan Dasar)43Indikator C|Rasio Guru/Murid (Pendidikan Dasar)44Indikator D|Rasio Guru/Murid per Kelas Rata-Rata (Pendidikan Dasar)45Indikator E|Angka Partisipasi Sekolah (Pendidikan Menengah)46Indikator F|Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah (Pendidikan Menengah)48Indikator G|Rasio Guru/Murid (Pendidikan Menengah) 49Indikator H|Rasio Guru/Murid per Kelas Rata-Rata (Pendidikan Menengah)50Indikator I|Rasio Posyandu per Satuan Balita52Indikator J|Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu per Satuan Penduduk54Indikator K|Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk56 Indikator L|Rasio Dokter per Satuan Penduduk58Indikator M|Rasio Tenaga Medis per Satuan Penduduk59Indikator N|Prosentase Penanganan Sampah61Indikator O|Prosentase Penduduk Berakses Air Minum64 Indikator P|Prosentase Luas Pemukiman yang Tertata66Indikator Q|Proporsi Panjang Jaringan Jalan dalam Kondisi Baik67Indikator R|Rasio Jaringan Irigasi 68Indikator S|Rasio Tempat Ibadah per Satuan Penduduk69 Indikator T|Prosentase Rumah Tinggal Bersanitasi 71Indikator U|Rasio Tempat Pemakaman Umum per Satuan Penduduk73Indikator V|Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per Satuan Penduduk74Indikator W|Rasio Rumah Layak Huni75Indikator X|Rasio Pemukiman Layak Huni 77Indikator Y|Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah78Indikator Z|Rasio Bangunan Ber-IMB per Satuan Bangunan 80Indikator aa|Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum82Indikator ab|Rasio Ijin Trayek83Indikator ac|Jumlah Uji KIR Angkutan Umum85Indikator ad|Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal86 2. Pelayanan Penunjang87Indikator A|Jumlah Ivestor Berskala Nasional (PMDN/PMA) 87Indikator B|Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional (PMDN/PMA)89Indikator C|Rasio Daya Serap Tenaga Kerja90KUKMIndikator D|Prosentase Koperasi Aktif 92Indikator E|Rasio Daya Serap Tenaga Kerja94Indikator F|Jumlah BPR/LKM96Indikator G|Rasio Penduduk Ber-KTP per Satuan Penduduk 97Indikator H|Rasio Bayi Ber-Akte Kelahiran98Indikator I|Rasio Pasangan Ber-Akte Nikah100Indikator J|Angka Partisipasi Angkatan Kerja101 Indikator K|Angka Sengketa Pengusaha-Pekerja per Tahun 103Daftar Isi3Indikator L|Prosentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintahan105 Indikator M|Partisipasi Permepuan di Lembaga Swasta 106Indikator N|Rasio KDRT107Indikator O|Prosentase Jumlah Tenaga Kerja di Bawah Umur109Indikator P|Rata-Rata Jumlah Anak per Keluarga110Indikator Q|Rasio Akseptor KB 111Indikator R|Jumlah Jaringan Komunikasi112Indikator S|Rasio Wartel/Warnet Terhadap Penduduk113 Indikator T|Jumlah Surat Kabar Nasional/Lokal114Indikator U|Jumlah Penyiaran Radio/TV Lokal115Indikator V|Prosentase Luas Lahan Ber-Sertifkat116Indikator W|Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)118 Indikator X|Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan PKK119Indikator Y|Jumlah LSM120FOKUS PERPUSTAKAAN Indikator Z|Jumlah Perpustakaan121Indikator aa|Jumlah Pengunjung Perpustakaan per Tahun122Indikator ab|Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 Penduduk123Indikator ac|Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk 124 Indikator ad|Rasio Pos Siskamling per Jumlah Desa/Kelurahan125Indikator ae|Jumlah Organisasi Pemuda126 Indikator af|Jumlah Organisasi Olahraga127Indikator ag|Jumlah Kegiatan Kepemudaan128Indikator ah|Jumlah Kegiatan Olahraga129 C. ASPEK DAYA SAING DAERAH1301. Kemampuan Ekonomi Daerah130Indikator A|Angka Konsumsi RT per Kapita130 Indikator B|Perbandingan Faktor Produksi dengan Produk132Indikator C|Prosentase Konsumsi RT untuk Non Pangan133Indikator D|Produktiftas Total Daerah134 2. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur 136Indikator A|Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan136 Indikator B|Jumlah Orang/Barang yang Terangkut Angkutan Umum137Indikator C|Jumlah Orang/Barang Melalui Dermaga/Bandara/Terminal per Tahun139Indikator D|Ketaatan Terhadap RT/RW140Indikator E|Luas Wilayah Produktif142Indikator F|Luas Wilayah Industri143Indikator G|Luas Wilayah Kebanjiran144Indikator H|Luas Wilayah Kekeringan145Indikator I|Luas Wilayah Perkotaan146Indikator J|Jenis dan Jumlah Bank dan Cabang-Cabangnya148 Indikator K|Jenis dan Jumlah Perusahaan Asuransi dan Cabang-Cabangnya149Indikator L|Prosentase Rumah Tangga (RT) yang Menggunakan Air Bersih151Indikator M|Rasio Ketersediaan Daya Listrik152Indikator N|Prosentase Rumah Tangga (RT) yang Menggunakan Listrik153Indikator O|Prosentase Penduduk yang Menggunakan HP/Telepon154Daftar Isi4FOKUS KETERSEDIAAN RESTORANIndikator P| Jenis, Kelas, dan Jumlah Restoran155FOKUS KETERSEDIAAN PENGINAPANIndikator Q| Jenis, Kelas, dan Jumlah Penginapan Hotel 156 3. Iklim Berinvestasi157Indikator A|Angka Kriminalitas157Indikator B|Jumlah Demo 159Indikator C|Lama Proses Perijinan160Indikator D|Jumlah dan Macam Pajak dan Retribusi Daerah162Indikator E|Jumlah Perda yang Mendukung Iklim Usaha165Indikator F|Prosentase Desa Berstatus Swasembada Terhadap Total Desa168 4. Fokus Sumber Daya Manusia170Indikator A|Rasio Lulusan S1/S2/S3170Indikator B|Rasio Ketergantungan171Daftar Isi5KataPengantarManual Indikator EKPOD ini menjelaskan mengenai 119 indikator EKPOD sepertiyangtermuatdidalamLampiranPeraturanPemerintah(PP) No.6/2008.Ke-119indikatoryangtelahditetapkansebagaiIndikatorKi-nerja Kunci (IKK) tersebut, dijelaskan secara lebih rinci. Dalam manual ini, setiap indikator dijelaskan dengan menggunakan empat dimensi;yaitudimensiapa,mengapa,bagaimanadandimana.Dimensi apa, meliputi rumusan singkat tentang pengertian setiap indikator. Dimensi mengapa,menjelaskantentangalasandipilihnyasetiapindikatoruntuk mengevaluasikemampuanpemerintahandaerah.Dimensibagaimana, meliputi cara menentukan nilai setiap indikator serta bagaimana setiap ni-laitersebutdiinterpretasikan.Sedangkandimensidimana,menerangkan mengenaisumberdatayangdapatdiidentifkasi.Dengandemikian,buku ManualIndikatorEKPODinidapatdijadikansebagaibukureferensiyang menyatukanpemahamandanpersepsisemuapemangkukepentingan (stake-holders) sistem EKPOD di semua tingkatan, dari pengambil keputusan dan operator sistem di pusat, sampai petugas teknis pengisian formulir data dan verifkator di daerah.ApabiladikelompokkanberdasarkantahapevaluasiEKPOD,ke-119yang adadalamlampiranPP06/2008tersebutterdiridariduakelompokbesar. KelompokpertamaadalahIndeksPembangunanManusia(IPM)1yang terdiridari4indikatordandigunakandalamevaluasitahapI.Sedangkan kelompokkeduaterdiridari115indikatoryangdigunakandalamevaluasi tahap II, ketika dinyatakan gagal dalam evaluasi tahap I. Indikator kelompok kedua tersebut dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga sub-kelompok yang mencerminkan3aspektujuandesentralisasi,yaituaspekkesejahteraan masyarakat, aspek daya saing daerah, dan aspek pelayanan publik.2

1.Untuk penjelasan tentang sumber data, lihat juga buku Petunjuk Penggunaan Toolkit EKPOD bagian Panduan Pengumpulan Elemen Data EKPOD.2.Tentang Evaluasi Tahap I dan Evaluasi Tahap II dijelaskan dalam Buku lain yang berjudul Sistem EKPODKata Pengantar6Apabiladirincilebihlanjut,aspekkesejahteraanmasyarakatterdiridari3fokus,yaitukese-jahteraandanpemerataanekonomi,kesejahteraansosial,sertasenibudayadanolahraga. Sedangkan aspek pelayanan publik terdiri dari 2 fokus, yaitu pelayanan dasar dan pelayanan penunjang.Untukaspekdayasaingdaerahterdiridari4fokusyaitukemampuanekonomi daerah, fasilitas wilayah/infrastruktur, iklim investasi, dan sumber daya manusia.Masing-ma-sing fokus juga memiliki jumlah indikator yang sangat bervariasi. Fokus pelayanan penunjang memilikijumlahindikatorterbanyak(34indikator),sedangkanfokussumberdayamanusia mempunyaijumlahindikatorpalingsedikit(2indikator).Secaralebihlengkapstrukturdan jumlahindikatortersebutdapatdilihatdalamGambar1dibawahinitentangAspek,Fokus dan Indikator EKPOD.Gambar 1Aspek, Fokus, dan Indikator EKPODApabila ke-115 indikator EKPOD di luar 4 indikator IPM tersebut dikelompokkan berdasarkan input, proses, output, dan outcome, hasilnya adalah sebagai berikut: untuk aspek kesejahtera-anmasyarakat,terdapat5indikatoryangmasukdalamkategorioutputdan17indikator dalam kategori outcome; untuk aspek pelayanan publik, sebagian besar adalah indikator out-come; begitu juga dengan aspek daya saing daerah. Jadi secara umum tipe indikator outcome lebih banyak daripada tipe indikator lainnya (lihat Tabel 1). Identifkasi tipe indikator ini sangat penting karena pada tingkat agregasi, tipe indikator yang berbeda tidak dapat diagregasi be-gitu saja.Kata Pengantar7TIPEKESEJAHTERAANPELAYANANDAYA SAINGMASYARAKATPUBLIKDAERAHInput0167Proses001Output5156Outcome173315Jumlah226429Total115Tabel 1Indikator EKPOD berdasarkan tipenyaJika dilihat secara seksama, dari ke-119 indikator tersebut ada 107 indikator yang memiliki nilai trend positifdanada12indikatoryangmemilikinilaitrendnegatif.Artinilaitrendpositifadalah,semakin tingginilaisuatuindikator,semakintinggikemampuandaerahdalambidangtertentu.Misalnya, semakin tinggi nilai indikator PDRB suatu daerah, semakin tinggi kemampuan ekonomi daerah terse-but,karenanyasemakinmampudaerahtersebutmenjalankanotonomi.Sebaliknya,suatuindikator memiliki nilai trend negatif, jika semakin tinggi nilai indikator tertentu di suatu daerah, semakin rendah kemampuan suatu daerah dalam bidang tertentu. Misalnya, semakin tinggi tingkat kriminalitas suatu daerah, semakin rendah kemampuan daerah tersebut dalam menjamin rasa aman penduduknya. De-ngan demikian semakin rendah kemampuan daerah tersebut dalam melaksanakan otonomi daerah. Untuk memudahkan pembedaan kedua jenis indikator tersebut, manual ini memberi tanda panah ke atas di depan nama setiap indikator dengan nilai trend positif, dan tanda panah ke bawah di depan nama setiap indikator yang memiliki trend nilai negatif.ManualIndikatoriniberusahamenyajikanke-119indikatorEKPODsesederhanamungkindansera-gam,namunsepenuhnyamengikutiurutansertamenggunakanpenamaansepertiyangtercantum dalam lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 6/2008. Dengan demikian sungguh diharapkan, bahwa manual ini mudah dibaca dan dipahami, serta akhirnya dapat menyatukan persepsi dan langkah selu-ruh pemangku kepentingan dalam menggunakan system EKPOD yang telah dikembangkan. Kata Pengantar[[8Bagian 1A. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT1. Kesejahteraan dan Pemerataan EkonomiINDIKATOR A|PERTUMBUHAN PDRBDefnisiPDRBmerupakansingkatandariProdukDomestikRegional Bruto,yaitupenjumlahannilaioutputbersihperekonomian yangdihasilkandariseluruhkegiatanekonomi(mulaike-giatanpertanian,pertambangan,industripengolahan,sam-pai jasa), di suatu wilayah tertentu (provinsi, kabupaten/kota), dalamkurunwaktutertentu(biasanyadihitungdalamsatu tahun kalender).3

KegunaanSecara logis PDRB dianggap sebagai cerminan dari tingkat ke-sejahteraan ekonomi yang dicapai oleh suatu daerah. Tingkat pertumbuhanPDRBdariwaktukewaktudapatdibacase-bagaikemajuan(perkembanganpositif )darikesejahteraan ekonomidaerahtersebut.PertumbuhanPDRBsuatudaerah menggambarkankemampuandaerahtersebutuntukmen-ciptakan output (nilai tambah) pada waktu tertentu.4 Dengan kata lain PDRB mencerminkan kemampuan suatu wilayah un-tuk menciptakan output (nilai tambah) pada waktu tertentu. DengankatalainmakintinggitingkatpertumbuhanPDRB suatu daerah, semakin mampu daerah tersebut mencapai tu-juan desentralisasi.3.Badan Pusat Statistik. Memahami Data Strategis yang Dihasilkan BPS (2007).4.Penjelasan Teknis PP No.6/2008[A.Aspek Kesejahteraan Masyarakat1.Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi9Cara Penghitungan 5

Ada cara penghitungan yang dapat digunakan untuk menghitung Pertumbuhan PDRB, yaitu:Pendekatan Produksi;dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai tambah dari seluruh produksi pada tahun tertentu;Pendekatan Pengeluaran; dilakukan dengan cara menjumlahkan semua pengeluaran konsumsi rumah tangga, lembaga nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor netto.Pendekatan Pendapatan; dilakukandengancaramenjumlahkanbalasjasafaktorproduksiyangdigunakan dalamprosesproduksi,dandikelompokkankedalamupah/gaji,surplususaha,pe-nyusutan dan pajak tak langsung netto (pajak dikurangi subsidi).Nilai indikator ini dapat diperoleh dengan menggunakan formula sebagai berikut:{PDRB (t+1) PDRB (t)} / PDRB (t) X 100%di mana selisih PDRB pada kurun waktu tertentu dibagi dengan PDRB tahun awal perhi-tungan.Sumber DataSetiap tahun BPS daerah menghitung PDRB dan tingkat pertumbuhannya sampai tingkat Kabupaten/Kota. Untuk memperoleh datanya dapat diminta di Kantor BPS setempat.A.Aspek Kesejahteraan Masyarakat1.Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi5.Sistem neraca nasional yang diakomodasi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.10INDIKATORB|LAJU INFLASI PROVINSIDefnisiLaju Infasi Provinsi adalah angka yang menggambarkan kecen-derungan umum tentang perkembangan harga dan perubah-an nilai. Angka ini dapat dipakai sebagai informasi dasar untuk pengambilan keputusan, baik tingkat ekonomi mikro maupun makro, baik fskal maupun moneter. 6KegunaanSecaraumum,angkainfasimerupakansalahsatuindikator pentingyangdapatmemberikaninformasitentangdinamika perkembanganhargabarangdanjasayangdikonsumsima-syarakat. Pada tingkat mikro, rumah tangga dapat memanfaatkan angka infasiuntukmenyesuaikanpengeluarandenganpendapatan merekayangrelatiftetap.Padatingkatkorporatangkainfasi dapatdipakaiuntukperencanaanpembelanjaandankontrak bisnis.Padatingkatmakroangkainfasimenggambarkansta-bilitas moneter dan perekonomian. Secara spesifk kegunaan angka infasi antara lain untuk:a.Indeksasiupah(Wage-Indexation)dantunjangangaji pegawai;b.Penyesuaian nilai kontrak (Contractual Payment);c.Eskalasi nilai proyek (Project Escalation);d.Penentuan Target Infasi (Infation Targeting);e.Indeksasi Anggaran Pendapatan dan Belaja Negara/Daerah (APBN/D);f.Sebagai pembagi PDB, PDRB (GDP Defator);g.Sebagaiproksiperubahanbiayahidup(proxyofcostof living);h.Indikatordinitingkatbunga,valas,danindeksharga saham.A.Aspek Kesejahteraan Masyarakat1.Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi[6.Badan Pusat Statistik. Memahami Data Strategis yang Dihasilkan BPS (2007); Badan Pusat Statistik. Buku Data Stategis BPS (2007)11Cara PenghitunganPenghitungan angka infasi dapat dilakukan dengan cara menghitung sbb:Infasi Inti (core infation) adalah infasi barang/jasa yang perkembangan harga-nyadipengaruhiolehperkembanganekonomisecaraumum,sepertiekspek-tasi infasi, nilai tukar, dan keseimbangan permintaan dan penawaran. Infasiadministeredpricesadalahinfasibarang/jasayangperkembangan harganya secara umum dapat diatur pemerintah. Berdasar SBH 2002 jumlah ko-moditasnya sebanyak 19 antara lain bensin, tarif, listrik, rokok, dan sebagainya.Infasivolatilegoodsadalahinfasibarang/jasayangperkembanganharganya sangatbergejolak.Berdasarkantahundasar2002,infasivolatilegoodsmasih didominasi bahan makanan, sehingga sering disebut juga sebagai infasi vola-tile foods. Jumlah komoditasnya sebanyak 55 antara lain beras, minyak goreng, cabe, daging ayam ras, dan sebagainya.InfasiIHKatauinfasiumum(headlineinfationadalahinfasiseluruhbarang/ jasa yang harganya dimonitor secara periodik.)7 Nilai indikator ini dapat diperoleh dengan menggunakan formula sebagai berikut:{Inf (t +1) Inf (t)} / Inf (t) X 100Sumber DataBPSmengeluarkanangkainfasibulanandantahunanuntuksemuaprovinsidan beberapakotadiIndonesiasecararutin.DatanyadapatdiperolehdiKantorBPS setempat. A.Aspek Kesejahteraan Masyarakat1.Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi7.Komposit dari infasi inti, infasi administered prices, dan infasi volatile goods12INDIKATORC|PDRB PER KAPITADefnisiPDRB per Kapita adalah angka perbandingan antara PDRB suatu daerah dengan jumlah penduduk di daerah tersebut.KegunaanPDRB, seperti telah dijelaskan sebelumnya, digunakan sebagai salah satu ukuran untuk menjelaskan kinerjaekonomisuatudaerahselamasuatuperiodewaktutertentu.SedangkanPDRBperkapita bergunauntukmemperkirakantingkatkinerjaekonomirata-ratapendudukdisuatudaerah.Se-makin tinggi PDRB suatu daerah, semakin tinggi kemampuan rata-rata kinerja penduduk di daerah tersebut, dan semakin tinggi kemampuan kinerja ekonomi daerah tersebut.Cara PenghitunganPDRB dapat dihitung dengan dua cara, yaitu:nilaitambahbarangdanjasaatasdasarhargayangberlakusetiaptahun.Angkainiberguna untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi;nilai tambah barang dan jasa atas dasar harga konstan , yaitu nilai tambah barang dan jasa terse-butdihitungdenganmenggunakanhargayangberlakupadasatutahuntertentu.Angkaini berguna untuk memonitor pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.8

Dalam kasus-kasus data dalam harga berlaku tidak tersedia, dimungkinkan untuk melakukan esti-masi dengan melihat perkembangan PDRB atas dasar harga konstan. Terdapat tiga (3) metode yang dapat di gunakan, yaitu:a.Revaluasi, yaitu perkalian kuantum produksi tahun berjalan dengan harga tahun dasar (tahun 2000), menghasilkan langsung PDRB atas dasar harga konstan;b.Ekstrapolasi,yaitudengancaramengalikannilaitahundasardengansuatuindekskuantum dibagi 100;c.Defasi,yaitudenganmembaginilaipadatahunberjalandengansuatuindekshargadibagi 100.SedangkanuntukmenghitungPDRBperkapitadapatdilakukandenganmenggunakanformula sbb: PDRB Penduduk Pertengahan TahunSumber DataDataPDRBdihitungBPSsetiaptahunsampaitingkatKabupaten/Kota.Untukmengisinilaidalam formulir atas dasar harga konstan. Isikan data nilai total PDRB dalam unit Milyar Rupiah. Sedangkan elemen data jumlah penduduk dihitung BPS untuk pertengahan dan akhir tahun. Elemen data yang diisikan di formulir adalah jumlah penduduk pertengahan tahun. Diisikan dalam unit ribuan jiwa.A.Aspek Kesejahteraan Masyarakat1.Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi[8.Untuk cara penghitungan PDRB dan pendekatannya dapat dilihat pada penjelasan sebelumnya.13INDIKATORD|INDEKS GINIDefnisiIndeks Gini adalah sebuah angka yang sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpanganpendapatansecaramenyeluruh.Secarateknis,KoefsienGinidihi-tungberdasarkankurvaLorenz,yaitusebuahkurvapengeluarankumulatifyang membandingkan distribusi suatu variabel tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi seragam (uniform) yang mewakili persentase kumulatif penduduk.KegunaanSecara fungsional, Koefsien Gini digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan. Koefsien Gini didefnisikan sebagai A/(A+B) seperti yang ditunjukkan dalam grafk. Jika A = 0 Koefsien Gini bernilai 0, hal ini yang berarti terjadi pemera-taan sempurna. Sedangkan jika B = 0, Koefsien Gini bernilai 1, hal ini menunjukkan ketimpangan yang sempurna.9 Cara MenghitungUntukmembentukkoefsienGini,dibuatsebuahgrafkdaripersentasekumulatif rumah tangga dari yang termiskin hingga yang terkaya, yang kemudian diletakkan pada sebuah sumbu vertikal yang menghasilkan sebuah kurva yang disebut kurva Lorenz. Formula:kG = 1 -fpi (Fci + Fci-l )IDimana:fpi=frekuensi penduduk pada kelas pendapatan ke iFci=frekuensi kumulatif dari total pendapatan padapendapatan ke i k= banyak kelas Fci - l= frekuensi kumulatif dari total pendapatan pada kelas pendapatan kelas ke iA.Aspek Kesejahteraan Masyarakat1.Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi[9.Penjelasan Teknis PP No. 6/2008.14PERSENTASEDESIL KUMULATIF PENDUDUK PENDAPATANKUMULATIF PENDAPATAN (1)(2)(3)(4) 1103,973,972205,299,263306,0615,324407,1222,435507,6830,126608,6138,727709,5248,24880 11,2659,50990 13,6173,1110100 26,89100,00Total-100-Gini Rasio0,31Tabel 2Desil Pendapatan Kabupaten X tahun tDesil Pendapatan dalam Kurva LorentzDesilpendapatanadalahperemerataanpendapatandalamsuatulapisan(strata)sepuluh-persenan penduduk.Angka inidivisualisasikan dalam bentuk kurva Lorentz. Table di bawah ini memperlihatkan perhitungan Indeks Gini dengan menggunakan kriteria tingkat pendapatan dari Bank Dunia di Kabu-paten X pada tahun t. KumulatifDesil1sampai4merupakanlapis40persenpendudukberpendapatanrendah,kumulatif pendapatannya 22,43 persen. Pemerataan sempurna terjadi apabila kurva Lorentz berhimpitan dengan garis diagonal. Gambar kurva Lorentz dari Tabel 1 di atas dapat dilihat pada grafk berikut.Sumber DataBPS menghitung Indeks Gini untuk semua provinsi dan bebera-pa Kabupaten/Kota tidak secara rutin. Hal ini dapat ditanyakan di Kantor BPS setempat. A.Aspek Kesejahteraan Masyarakat1.Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi15INDIKATORE|PEMERATAAN PENDAPATAN VERSI BANK DUNIADefnisiPemerataanpendapatanversiBankDuniadihitungdenganmenggunakanpendekatandengan mengelompokkan penduduk ke dalam tiga kelompok berdasarkan besarnya pendapatan, yaitu:40% penduduk berpendapatan rendah;40% penduduk berpendapatan menengah, dan20% penduduk berpendapatan tinggi.KegunaanIndeks ini digunakan untuk mengukur tingkat pemerataan pendapatan penduduk. Semakin tinggi nilai indikator ini, semakin merata pendapatan penduduk daerah tersebut. Hal tersebut juga berarti semakin tinggi kemampuan daerah tersebut menciptakan kesejahteraan ekonomi secara merata, serta semakin mampu daerah tersebut menyelenggarakan otonomi.Cara MenghitungKetimpanganpendapatandiukurdengancaramenghitungprosentasejumlahpendapatanpen-duduk dari kelompok yang berpendapatan 40% terendah dibandingkan total pendapatan seluruh penduduk. Kategori ketimpangan ditentukan sebagai berikut :1)Jika proporsi jumlah pendapatan dari 40% penduduk kurang dari 12%, masuk dalamkategori ketimpangan pendapatan tinggi.2)Jika proporsi jumlah pendapatan dari 40% penduduk antara 12%-17%, masuk dalam kategori ketimpangan pendapatan sedang/menengah.3)Jika proporsi jumlah pendapatan dari 40% penduduk lebih dari 17%, maka masuk dalam kate-gori ketimpangan pendapatan rendah.10Formula:YD4=Qi-l-40 - Pi xqiPi Pi-l Adapun penjelasan formula tersebut sebagai berikut:YD4 =Persentase pendapatan yang diterima oleh 40 % penduduk lapisan bawahQi -l= Persentase kumulatif pendapatan ke i-1Pi =Persentase kuraulatif penduduk ke iqi=Persentase pendapatan ke iSumber DataBPS menghitung Indeks Gini dan Pemerataan Pendapatan termasuk versi Laporan Bank Dunia un-tuk semua provinsi dan beberapa kabupaten/kota, meski tidak secara rutin. Hal ini dapat ditanya-kan di Kantor BPS setempat. Bila datanya ada, isikan dalam formulir di kolom yang tersedia sesuai tahun ketersediaan data. 10. Lihat Penjelasan Teknis PP No. 6/2008A.Aspek Kesejahteraan Masyarakat1.Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi[16INDIKATORF|INDEKS KETIMPANGAN REGIONALDefnisiIndeks Ketimpangan Regional adalah sebuah indeks untuk mengukur ketimpangan pembangunan antar kecamatan di suatu kabupaten/kota atau antar kabupaten kota di suatu propinsi dalam waktu tertentu.11 KegunaanIndeks ini berguna sebagai indikasi tingkat pemerataan pembangunan di suatu wilayah. Semakin tinggi nilai indikator ini, semakin merata pendapatan penduduk daerah tersebut. Hal tersebut juga berartisemakintinggikemampuandaerahtersebutmenciptakankesejahteraanekonomisecara merata, serta semakin mampu daerah tersebut menyelenggarakan otonomi.Cara MenghitungNilai indikator ini dapat diperoleh dengan menggunakan formula sebagai berikut:IW= (Yi Y)2 fi l nYTingkat kabupaten/kota Yi=PDRB perkapita di kecamatan IY =PDRB perkapita rata-rata kab/kota fi =jumlah penduduk di kecamatan in = jumlah penduduk di kab/kotaTingkat ProvinsiYi=PDRB perkapita di kab/kota i Y = PDRBperkapita rata-rata provinsi fi = jumlah penduduk di kab/kota i n =jumlah penduduk di provinsiSumber DataIndeks ketimpangan regional ini dihitung dengan menggunakan indeks Williamson. Untuk semen-tarahanyabisadihitungditingkatprovinsikarenadataPDRBtingkatkecamatanuntuksebagian besar kabupaten/kota belum tersedia. Hal ini dapat ditanyakan di kantor BAPPEDA atau BPS setem-pat. Bila datanya ada, isikan dalam formulir di kolom yang tersedia sesuai tahun ketersediaan data. 11. Penjelasan Teknis PP No. 6/2008.A.Aspek Kesejahteraan Masyarakat1.Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi[172. Kesejahteraan SosialINDIKATOR A|ANGKA MELEK HURUFDefnisiAngka Melek Huruf (AMH) adalah prosentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari.12

Angka Melek Huruf (dewasa) adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat mem-baca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya.13 KegunaanAMH dapat digunakan untuk:Mengukurkeberhasilanprogram-programpemberantasanbutahuruf,terutamadidaerah pedesaandiIndonesiadimanamasihtinggijumlahpendudukyangtidakpernahbersekolah atau tidak tamat SD.14 Menunjukkankemampuanpendudukdisuatuwilayahdalammenyerapinformasidariber-bagai media. Menunjukkankemampuanuntukberkomunikasisecaralisandantertulis.Sehinggaangka melek huruf dapat berdasarkan kabupaten mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah.Semakin tinggi nilai indikator ini, semakin mampu suatu daerah menyediakan akses terhadap pen-didikan, dan semakin tinggi pula daerah tersebut menyelenggarakan otonomi daerah.Cara MenghitungAngka melek huruf diperoleh dengan caramembagi jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas kemudian hasilnya dikalikan dengan seratus. Nilai indikator ini dapat diperoleh dengan menggunakan formula sebagai berikut:Dimana: =Angka melek huruf ( penduduk usia 15 tahun ke atas) pada tahun t =Jumlah penduduk (usia di atas 15 tahun) yang bisa membaca dan menulis pada tahun t =Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atasSumber DataAngka Melek Huruf (AMH) merupakan salah satu komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM). SetiaptahunBPSmenghitungIPMsampaitingkatKabupaten/Kota.Untukmemperolehdatanya dapat diminta di Kantor BPS setempat. LIT1+15L1+15P1+15=x 100LIT1+15L1+15P1+15A.Aspek Kesejahteraan Masyarakat2.Kesejahteraan Sosial[12. Badan Pusat Statistik. Data Statistik Indonesia.13. Penjelasan Teknis PP No. 6/2008. Inpres No 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan ButaAksara, mengamanatkan bahwa pencapaian target pembangunan pendidikan yaitumenurunkan persentase penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas sekurang-kurangnya menjadi 5 % pada akhir. tahun 2009.18INDIKATORB|ANGKA RATA-RATA LAMA SEKOLAHDefnisiAngkarata-ratalamanyasekolahadalahrata-ratajumlahtahunyangdihabiskan olehpendudukusia15tahunkeatasuntukmenempuhsemuajenispendidikan formal yang pernah dijalani.15LamanyaSekolahatauyearsofschoolingadalahsebuahangkayangmenunjuk-kan lamanya seseorang duduk di bangku sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai dengan tingkat pendidikan terakhir. Pada prinsipnya angka ini merupakan trans-formasidaribentukkategoritingkatpendidikantertinggi(TPT)menjadibentuk numerik.16

Lamanyabersekolahmerupakanukuranakumulasiinvestasipendidikanindivi-du.Setiaptahuntambahansekolahdiharapkanakanmembantumeningkatkan pendapatan individu tersebut. Rata-rata lama bersekolah dapat dijadikan ukuran akumulasi modal manusia suatu daerah. Ukuran ini mengatasi masalah kekurang-an estimasi dari TPT yang tidak mengakomodasi kelas tertinggi yang pernah dica-pai seorang individu. Angkatahunbersekolahinitidaktermasukkasus-kasustidaknaikkelas,putus sekolahyangkemudianmelanjutkankembali,danmasuksekolahdasardiusia yangterlalumudaatausebaliknya.Sehingganilaidarijumlahtahunbersekolah dapatmenjaditerlalutinggi(overestimate)ataubahkanterlalurendah(underes-timate).KegunaanIndikator ini mengukur rata-rata lamanya sekolah penduduk di suatu daerah. Se-makin tinggi nilai indikator ini, semakin mampu suatu daerah menyediakan akses masyarakat terhadap bidang pendidikan, dan semakin tinggi kemampuan daerah tersebut untuk menyelenggarakan otonomi daerah. 15. Penjelasan Teknis PP No. 6/2008.16. BPS-Data Statistik IndonesiaA.Aspek Kesejahteraan Masyarakat2.Kesejahteraan Sosial[19JENJANGKELASJUMLAH TAHUNBERSEKOLAH(KUMULATIF)SD11 22 33 44 55 66SMP17 2839SMA110 211 312DiplomaI13 II14 III15S1I13 II14 III15 IV16S217 19S320 - 24Tabel 3Lamanya Bersekolah berdasarkan Jenjang Pendidikan dan KelasCara MenghitungLamanyabersekolahdapatdikonversikanlangsungdarijenjangpendidikandankelastertinggiyang pernah diduduki seseorang, dengan menggunakan tabel konversi sebagai berikut: Untuk Diploma, S1, S2, dan S3, konversi lamanya bersekolah dapat berbeda untuk setiap individu kare-na asumsi yang digunakan dalam konversi diatas adalah sebagai berikut:Seseorang yang masuk S1 adalah lulusan SMA, bukan melanjutkan dari diploma. Dalam kenyataannya, terdapat program S1 extension yang membuka kesempatan bagi lulusan Diploma untuk melanjutkan studi ke jenjang S1. Asumsi menempuh pendidikan S2 maksimum adalah 3 tahun dan S3 maksimum adalah 4 tahun.A.Aspek Kesejahteraan Masyarakat2.Kesejahteraan Sosial20A.Aspek Kesejahteraan Masyarakat2.Kesejahteraan SosialSedangkanuntukrata-ratajumlahtahunbersekolahditingkatkabupaten, dapat digunakan rumus sebagai berikut: X=x1nDimana : Xadalahrata-ratajumlahtahunbersekolahpendudukusia5tahunke atasx1adalah jumlah tahun bersekolah individu usia 5 tahun ke atasn adalah jumlah penduduk usia 5 tahun ke atas.Sumber DataAngkaRata-rataLamaSekolahmerupakansalahsatukomponenIndeks PembangunanManusia(IPM).SetiaptahunBPSmenghitungIPMsampai tingkat Kabupaten/Kota. Untuk memperoleh datanya dapat diminta di Kan-tor BPS setempat. Catatan: DalamdataSUSENASvariabelkelas,terdapatpilihantingkat8.Angka8ini menunjukkan bahwa seseorang telah tamat di jenjang tertentu.21INDIKATORC|ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM)DefnisiAngka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama.17 Angka Partisipasi Murni tingkat SD/SLTP/SLTA adalah perbandingan penduduk usia antara 7 hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah pen-duduk usia 7 hingga 18 tahun.18KegunaanAPMmenunjukkanpartisipasisekolahpendudukusiasekolahditingkatpendidikantertentu. SepertiAPK,APMjugamerupakanindikatordayaserappendudukusiasekolahdisetiapjenjang pendidikan. Semakin tinggi nilai indikator ini, semakin tinggi akses penduduk suatu daerah terha-dap pendidikan, dan semakin tinggi tingkat kemampuan daerah tersebut dalam menyelenggara-kan otonomi daerah.Cara MenghitungAPM dapat dihitung dengan menggunakan data Susenas, dengan cara sbb: Angkapembilangadalahsemuaorangyangmasihsekolahsaatini.Kemudiandikelompok-kanberdasarkanjenjangdanJenisPendidikan Tertinggiyangpernahatausedangditempuh. Setelah itu dikelompokkan menurut kelompok umur.Angkapenyebutadalahpendudukyangdikelompokanberdasarkanusiayangberkaitan dengan tingkat pendidikan.Tabel 5Contoh Perhitungan APM Menurut Kelompok Umur di Kabupaten X Tahun 2002-200417.BPS-Data Statistik Indonesia18. Penjelasan Teknis PP No. 6/2008.[A.Aspek Kesejahteraan Masyarakat2.Kesejahteraan SosialLAKI-LAKIPEREMPUANNO. APM (TAHUN)200320042003 2004(1) (2)(3)(4)(5) (6)1SD/MI92,76%96,64%92,61%93,61% 2SLTP/MTS72,68%63,38%75,89%81,89%3SLTA/SMK/MA36,05%52,18% 33,23%50,80%22Nilai indikator ini dapat diperoleh dengan menggunakan formula sbb:APM SD/MIBanyaknya murid usia 7-12 th X 100 Banyaknya penduduk usia 7-12 thAPM SLTP/ MTsBanyaknya murid usia 13-15 th X 100 Banyaknya penduduk usia 13 -15 th APM SLTA/ MABanyaknya murid usia 16-18 th X 100Banyaknya penduduk usia 16-18 thSumber DataElemendatatentangbanyaknyamuridSDusia712,banyaknyamurid SLTP usia 1315, dan banyaknya murid SLTA usia 1618, sumber datanya dariDinasPendidikan.Isikandatanyadalamformulirdengansatuanse-pertiyangtercantumdalamkolom(2).Sedangkanuntukelemendata pendudukusiasekolah,padaumumnyaKantorBPSmelakukanpenghi-tunganproyeksipendudukmenurutumurtunggal.Daridataproyeksi tersebutdijumlahkanpendudukyangberusia7-12(usiaSD),penduduk yangberusia13-15(usiaSMP),danpendudukyangberusia16-18(usia SMA), kemudian diisikan dalam formulir dengan unit ribuan jiwa.Catatan:JikadibandingkandenganAPK,APMmerupakanindikatordayaserap yang lebih baik karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar dijenjang pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut.

A.Aspek Kesejahteraan Masyarakat2.Kesejahteraan Sosial23INDIKATORD|ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK)DefnisiAngkaPartisipasiKasar(APK)adalahrasiojumlahsiswa,berapapunusianya, yangsedangsekolahditingkatpendidikantertentuterhadapjumlahpen-dudukkelompokusiayangberkaitandenganjenjangpendidikantertentu. Misal,APKSDsamadenganjumlahsiswayangdudukdibangkuSDdibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia 7 sampai 12 tahun.19 AngkaPartisipasiKasarSD/SLTP/SLTAadalahperbandinganjumlahsiswa pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk usia 7 hingga 18 tahun.20 KegunaanAPK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan.APKmerupakanindikatoryangpalingsederhanauntukmeng-ukurdayaserappendudukusiasekolahdimasing-masingjenjangpendidik-an.21 Semakin tinggi nilai indikator ini, semakin tinggi akses penduduk suatu daerah terhadap pendidikan, dan semakin tinggi tingkat kemampuan daerah tersebut dalam menyelenggarakan otonomi daerah.Cara MenghitungNilai indikator ini dapat dihitung dengan formula sbb:APK SD/ MIBanyaknya murid SD X 100Banyaknya penduduk usia 7-12 thPK SLTP/ MTsBanyaknya murid SLTPX 100Banyaknya penduduk usia 13-15 thAPK SLTA/ MABanyaknya murid SLTAX 100Banyaknya penduduk usia 16-18 th 19.BPS-Data Statistik Indonesia20.Penjelasan Teknis PP No. 6/200821.Inpres No 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara, mengamanatkan bahwa pencapaian target pembangunan pendidikan yaitu meningkatkan persentase peserta didik sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah/pendidikan yang-. sederajat terhadap penduduk usia 13-15 tahun atau angka partisipasi kasar (APK) sekurang-kurangnya menjadi 95 % pada akhir tahun 2009.A.Aspek Kesejahteraan Masyarakat2.Kesejahteraan Sosial[24A.Aspek Kesejahteraan Masyarakat2.Kesejahteraan SosialData yang diperlukanDatajumlahpendudukyangpadatahuntsedangsekolah(ataumenjadi siswa) dari berbagai usia, pada setiap jenjang pendidikan. Data jumlah penduduk per kelompok usia standar (lihat tabel usia standar) yang berkaitan dengan setiap jenjang pendidikan.Sumber dataJumlah murid SD, jumlah murid SLTP, dan jumlah murid SLTA, sumber datanya dariDinasPendidikan.Isikandatanyadalamformulirdengansatuanseperti yangtercantumdalamkolom(2).Sedangkanuntukelemendatapenduduk usiasekolah,padaumumnyaKantorBPSmelakukanpenghitunganproyeksi pendudukmenurutumurtunggal.Daridataproyeksitersebutdijumlahkan pendudukyangberusia7-12(usiaSD),pendudukyangberusia13-15(usia SMP), dan penduduk yang berusia 16-18 (usia SMA), kemudian diisikan dalam formulir dengan unit ribuan jiwa.25INDIKATORE|ANGKA PENDIDIKAN YANG DITAMATKANDefnisiAngka Pendidikan yang ditamatkan adalah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhirsuatujenjangsekolahdisekolahnegerimaupunswastadenganmendapatkan tanda tamat belajar/ijazah.22

Tingkat Pendidikan Tertinggi (TPT) adalah persentase jumlah penduduk, baik yang masih sekolahataupuntidaksekolahlagi,menurutpendidikantertinggiyangtelahditamat-kan.23 KegunaanIndikator ini digunakan untuk menunjukkan pencapaian pembangunan bidang pendidik-andisuatudaerah. TPTjugabergunauntukmelakukanperencanaanpenawarantenaga kerja,terutamauntukmelihatkualifkasipendidikanangkatankerjadisuatuwilayah. Semakintingginilaiindikatorinisemakintinggikualitassumberdayamanusiadisuatu daerah,dansemakintinggipulakemampuandaerahtersebutdalammenyelenggarakan otonomi daerah.Cara MenghitungTPT merupakan pembagian antara jumlah penduduk menurut pendidikan terakhir dengan jumlah penduduk keseluruhan. Formula%TPTth= Pth x 100Ptdimana: Pth= jumlah penduduk yang mencapai jenjang pendidikan h pada tahun t Pt= total jumlah penduduk pada tahun t 22. Penjelasan Teknis PP No. 6/2008.23. BPS-Data Statistik Indonesia 2007. A.Aspek Kesejahteraan Masyarakat2.Kesejahteraan Sosial[26TPT SD =(43,440,860/120,589,574)*100 = 36 % TPT SMP =(23,625,661/120,589,574)*100 =19.6 %Penduduk tamat < SD x 100Jumlah penduduk Penduduk tamat SD x 100Jumlah penduduk Penduduk tamat SLTP x 100Jumlah penduduk Penduduk tamat SLTA x 100Jumlah pendudukPenduduk tamat Universitas x 100Jumlah penduduk Sumber DataElemendatatentangjumlahpendudukijazahterakhirSD,jumlahpenduduk ijazah terakhir SLTP, jumlah penduduk ijazah terakhir SLTA, jumlah penduduk ijazahterakhirUniversitas,danjumlahlulusanpendidikantinggiadalahha-silolahandataSusenasolehBPS.Isikandatanyadalamformulirdenganunit jiwa.SedangkanelemendatatentangjumlahpendudukdihitungBPSuntuk pertengahandanakhirtahun.Yangdiisikandiformuliradalahjumlahpen-duduk pertengahan tahun. Diisikan dalam unit ribuan jiwa.Berikut ini contoh perhitungan TPT penduduk usia 15-64 tahun dengan data Susenas 2004. Dike-tahui jumlah penduduk usia 15-64 tahun menurut ijazah tertinggi yang pernah ditamatkan:Tabel 7Jumlah penduduk usia 15-64 tahun menurut ijazah tertinggi, 200424

IJAZAH TERTINGGIJUMLAH PENDUDUKTidak Berizajah20.207.615SD43.440.860SMP23.625.661SMA27.227.513Perguruan Tinggi6.087.925Total120.589.57424.Sumber Susenas 2004A.Aspek Kesejahteraan Masyarakat2.Kesejahteraan Sosial27INDIKATORF|ANGKA KELANGSUNGAN HIDUP BAYIDefnisiAngka Kelangsungan Hidup Bayi adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun.25 Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum beru-sia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.26

Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neo-natal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya atau didapat selama kehamilan. Kematianbayieksogenataukematianpostneo-natal,adalahkematianbayiyangterjadisetelah usiasatubulansampaimenjelangusiasatutahunyangdisebabkanolehfaktor-faktoryangber-talian dengan pengaruh lingkungan luar.Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia di bawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.KegunaanAngkaKelangsunganhidupbayimerupakanindikasikeadaansosialekonomimasyarakat.Angka ini dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan dari program-program untuk mengurangi ang-ka kematian neo-natal seperti program pelayanan kesehatan ibu hamil, program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. 27 Kegunaan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita adalah untuk mengembangkan program imunisasi, program-program pencegahan penyakit menular ter-utamapadaanak-anak,programpenerangantentanggizidanpemberianmakanansehatuntuk anak dibawah usia 5 tahun.Semakintingginilaiindikatorinidisuatudaerah,semakinbaiktingkatkesehatanbayididaerah tersebut. Artinya semakin baik kondisi kesehatan penduduk dan semakin mampu daerah tersebut menyelenggarakan otonomi daerah.25.Penjelasan Teknis PP No. 6/2008.26.BPS-Data Statistik Indonesia.27.Tujuan ke 4 (empat) Milenium Development Goals (MDG) mengamatkan, bahwa angka kematian bayi (IMR/ Infant Mortality Rate) pada tahun 2015 diturunkan sebesar dua pertiga (2/3) dari situasi pada tahun 1990 . Situasi angka kematian bayi di Indonesia berdasarkan data SDKI pada tahun 2002 2003 sebesar 46 per 1.000 kelahiran artinya dengan mendasarkan pada mandat MDG pada tahun 2015 angka kematian bayi harus diturunkan menjadi sebesar 15 per 1.000 kelahiran.A.Aspek Kesejahteraan Masyarakat2.Kesejahteraan Sosial[28Cara MenghitungAngka Kematian Bayi dapat dihitung dengan menggunakan formula sbb: AKB=D 0- (lebih dari) 10 ha.Cara MenghitungJumlah luas wilayah ke I x 100Jumlah luas keseluruhan wil.budidayai.= wilayah produktif, industri, kebanjiran, kekeringan dan perkotaanSumber DataElemen data ini dapat diperoleh dari dinas pertanian atau dinas kehutanan. C.Aspek Daya Saing Daerah2.Fasilitas Wilayah/Infrastruktur[137.Penjelasan Teknis PP No.6/2008.145INDIKATORH|LUAS WILAYAH KEKERINGANDefnisiLuaswilayahkekeringanadalahluaswilayahkekeringanterhadapluas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.138KegunaanIndikatorinimengukurproporsiluaswilayahkekeringanterhadapluas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW. Hal ini mencerminkan kemampuan suatu daerah untuk membudidayakan lahan. Semakin luas wilayah kekeringan di suatu daerah, semakin kecil kemampuan budidaya lahandidaerahtersebut,dansemakinkecilkemampuanekonominya. Oleh karena itu semakin rendah pula kemampuan daerah tersebut dalam menyelenggarakan otonomi.Cara MenghitungJumlah luas wilayah ke ix 100Jumlah luas keseluruhan wil.budidayai.= wilayah produktif, industri, kebanjiran, kekeringan dan perkotaanSumber DataElemendatauntukmenghitungindikatorinidiperolehdaridinas pertanian atau dinas kehutanan. C.Aspek Daya Saing Daerah2.Fasilitas Wilayah/Infrastruktur[138.Penjelasan Teknis PP No.6/2008.146INDIKATORI|LUAS WILAYAH PERKOTAANDefnisiLuas wilayah perkotaan adalah persentase realisasi luas wilayah perkotaan terhadap luas rencana wilayah budidaya sesuai dengan RTRW.139

Kawasanperkotaanadalahkawasanyangmempunyaikegiatanutamabukanpertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi jasa pemerintahan, pelayanan sosial , dan kegiatan ekonomi;Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang ;Tata ruang adalah wujud strukural dan pola pemanfaatan ruang , baik direncanakan mau-pun tidak ;Kawasan budi daya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudi-dayakanatasdasarkondisidanpotensisumberdayaalam,sumberdaya,manusia,dan sumber daya buatan;Pengembangankawasanbudidayasebagaimanadimaksudmeliputipengembangan berbagai usaha dan/atau kegiatan, pengembangan sistem permukiman, pengembangan jaringantransportasinasional,pengembanganenergidanjaringankelistrikannasional, pengembanganjaringantelekomunikasinasional,sertapengembanganjaringanprasa-rana dan sarana air baku nasional.Kriteriakawasanbudidayamerupakanukuranyangdigunakanuntukpenentuansuatu kawasanyangditetapkanuntukberbagaiusahadan/ataukegiatandanyangdibagi dalam: 1)kriteriateknissektoral;yaituukuranuntukmenentukanbahwapemanfaatanruang untuksuatukegiatandalamkawasanmemenuhiketentuan-ketentuanteknis,daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, kesesuaian ruang, dan bebas bencana; dan 2)kriteriaruang;yaituukuranuntukmenentukanbahwapemanfaatanruanguntuk suatukegiatanbudidayadalamkawasan,menghasilkannilaisinergiterbesarterha-dap kesejahteraan masyarakat sekitarnya dan tidak bertentangan dengan pelestarian fungsi lingkungan hidup, yang didasarkan pada azas-azas sebagai berikut : 1)saling menunjang antar kegiatan yang meliputi : a.peningkatandayagunapemanfaatanruangsertasumberdayayangadadi dalamnya guna perkembangan kegiatan sosial ekonomi dan budaya; b.dorongan terhadap perkembangan kegiatan sekitarnya. C.Aspek Daya Saing Daerah2.Fasilitas Wilayah/Infrastruktur[139.PP No.47/19971472)kelestarian fungsi lingkungan hidup yang meliputi : a.jaminan terhadap ketersediaan sumber daya dalam waktu panjang; b.jaminan terhadap kualitas lingkungan hidup. 3)tanggap terhadap dinamika perkembangan yang meliputi : a.peningkatan pendapatan masyarakat; b.peningkatan pendapatan daerah dan nasional ;c.peningkatan kesempatan kerja ; d.peningkatan ekspor; e.peningkatan peran serta masyarakan dan kesesuaian sosial budayaKegunaanLuaswilayahperkotaanadalahprosentaserealisasiluaswilayahperkotaanterhadapluas rencana wilayah budidaya sesuai dengan RTRW. Hal ini menunjukkan tingkat urbanisasi dan proporsiekonominon-pertaniandisuatudaerah.Asumsiumumyangdigunakan,adalah bahwatingkatekonomiperkotaanlebihtinggidariekonomiperkotaan.Olehkarenaitu, makin tinggi luas wilayah perkotaan, semakin tinggi kemampuan suatu daerah untuk me-nyelenggarakan otonomi.Cara MenghitungJumlah luas wilayah ke i x 100Jumlah luas keseluruhan wil.budidayai.= wilayah produktif, industri, kebanjiran, kekeringan dan perkotaanSumber DataElemen data untuk menghitung indikator ini diperoleh dari Kantor P.U. tapi dari unit Satuan Kerja (Satker) yang berbeda dan lokasinya pun terpisah. Oleh karena itu untuk mendapat-kan datanya perlu ditanyakan dengan jelas tentang pengertian dari masing-masing elemen datanya. C.Aspek Daya Saing Daerah2.Fasilitas Wilayah/Infrastruktur148INDIKATORJ|JENIS DAN JUMLAH BANK DAN CABANG-CABANGNYADefnisiFasilitas bank yang diukur dengan jenis dan jumlah bank dan cabang-cabangnya.140

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.BankUmumadalahbankyangdapatmemberikanjasadalamlalu-lintaspembayaran.Usaha daribankumumtersebutadalahmenghimpundanamasyarakatdalambentukgiro,deposito berjangka, sertifkat deposito dan tabungan serta menyalurkan kembali dananya dalam bentuk pemberian kredit. Yang termasuk dalam bank umum menurut UU No. 7 tahun 1992 adalah, semua jenis bank, se-perti bank pemerintah, bank swasta, bank asing, dan bank campuran baik yang masuk kategori devisa maupun non devisa.KantorPusatadalahkantoryangberwenangdanbertanggungjawabpenuhdalammembuat kebijakan-kebijakan manajemen untuk keberhasilan tujuan perbankan.Kantor Cabang/Cabang Pembantu adalah setiap kantor bank yang secara langsung bertanggung jawab kepada kantor pusat bank yang bersangkutan, dengan tempat usaha yang permanen di-mana kantor cabang/cabang pembantu tersebut melakukan kegiatannya.KegunaanKehadiran fasilitas bank yang diukur dengan jenis dan jumlah serta cabang-cabangnya di suatu daerah mencerminkan keberadaan fasilitas yang memudahkan penduduk melakukan transaksi keuangan. Oleh karenanya dapat dianggap sebagai salah satu menunjang kemampuan yang di-miliki oleh suatu daerah untuk menyelenggarakan otonomi.Cara MenghitungJumlah dan jenis bank dan cabang-cabangnyaSumber DataElemen data untuk menghitung indikator ini dapat diperoleh dari Biro Ekonomi Pemda. C.Aspek Daya Saing Daerah2.Fasilitas Wilayah/Infrastruktur[140.Badan Pusat Statistik. Pedoman Podes149INDIKATORK|JENIS DAN JUMLAH PERUSAHAAN ASURANSI DAN CABANG-CABANGNYADefnisiAsuransiataupertanggunganadalahperjanjianataraduapihakataulebih,dengan manapihakpenanggungmengikatkandirikepadatertanggung,denganmenerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwayangtidakpasti.Atauuntukpembayaranyangdidasarkanatasmeninggal atau hidupnya seseorang yang di tanggungkan.141Obyekasuransiadalahbendadanjasa,jiwadanraga,kesehatanmanusia,tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan atau berkurang nilainya.Jenis usaha perasuransian meliputi:a.Usaha asuransi terdiri dari :Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan resiko atas kerugian,kehilanganmanfaat,dantanggungjawabhukumkepadapihakketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Usahaasuransijiwayangmemberikanjasadalampenanggulanganresikoyang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Usahareasuransiyangmemberikanjasadalampertanggunganulangterhadap resikoyangdihadapiolehPerusahaanAsuransiKerugiandanatauPerusahaan Asuransi Jiwa.b.Usaha penunjang usaha asuransi terdiri dari:Usahapialangasuransiyangmemberikanjasakeperantaraandalampenutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan teranggung. Usaha pialang reasuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransidanpenangananpenyelesaiangantirugireasuransidenganbertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi. Usaha penilai kerugian asuransi yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada obyek asuransi yang di pertanggungkan Usaha konsultasi aktuaria yang memberikan jasa konsultasi aktuaria. Usahaagenasuransiyangyangmemberikanjasakeperantaraandalamrangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama tertanggung.C.Aspek Daya Saing Daerah2.Fasilitas Wilayah/Infrastruktur[141.UU No.2/1992150Bentuk Hukum Usaha Perasuransiana.Perusahaan Perseroan (PERSERO);b.Koperasi;c.Perseroan Terbatas;d.Usaha Bersama KegunaanKehadiran fasilitas asuransi yang diukur dengan jenis dan jumlah serta cabang-cabang-nyadisuatudaerahmencerminkankeberadaanfasilitasmoderndalammengelola risikousahadanberbagaiaktivitaslainnya.Olehkarenanyadapatdianggapsebagai salah satu menunjang kemampuan yang dimiliki oleh suatu daerah untuk menyeleng-garakan otonomi.Cara MenghitungJumlah dan jenis perusahaan asuransi dan cabang-cabangnya.Sumber DataElemendatauntukmenghitungindikatorinidapatdiperolehdaridariBiroEkonomi Pemda. C.Aspek Daya Saing Daerah2.Fasilitas Wilayah/Infrastruktur151INDIKATORL|PROSENTASE RUMAH TANGGA (RT) YANG MENGGUNAKAN AIR BERSIHDefnisiProsentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih adalah proporsi jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih terhadap jumlah rumah tangga.142AirBersih(cleanwater)adalahairyangdigunakanuntukkeperluansehari-hariyang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.143Rumah Tangga yang memiliki akses terhadap air bersih adalah keluarga yang mempu-nyai kemudahan dalam memperoleh air bersih dalam jumlah yang cukup sesuai kebu-tuhan.144KegunaanProsentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih adalah proporsi jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih terhadap jumlah rumah tangga.145Indika-tor ini mencerminkan kemampuan suatu daerah untuk menyelenggarakan pelayanan publik.Semakintingginilaiindikatorinidisuatudaerah,semakintinggikemampuan daerah tersebut menjalankan otonomi.Cara MenghitungJumlah RT menggunakan air bersih x 100Jumlah RTSumber DataElemendatauntukmenghitungnilaiindikatorinidapatdiperolehdariSusenasBPS yang diadakan setiap 3 tahun. C.Aspek Daya Saing Daerah2.Fasilitas Wilayah/Infrastruktur[142. Penjelasan Teknis PP No. 6/2008.143.Pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan berbasis masyarakat (2003)144.Indikator Indonesia Sehat 2010-Depkes145. Penjelasan Teknis PP No. 6/2008.152INDIKATORM|RASIO KETERSEDIAAN DAYA LISTRIKDefnisiRasio ketersediaan daya listrik adalah perbandingan daya listrik terpasang terhadap jumlah kebutuhan.146Sektor ketenagalistrikan selain menjadi bagian yang menyatu dari mesin pertumbu-han ekonomi, juga merupakan komponen sentral pembangunan berkelanjutan. Energiyangberkualitastinggi,termasukdidalamnyaaksesterhadappelayanan listrik, dapat menjadi senjata yang ampuh bagi pembangunan. Akses tersebut dapat mendukung perbaikan kesehatan, pendidikan dan munculnya kesempatanuntukmembukausaha.Hinggadetikini,faktamenunjukkanbahwa sebesar 56% atau 1,7 milyar penduduk dunia tidak mendapatkan akses terhadap lis-trik (World Energy Assessment, 2000).147 KegunaanRasio ketersediaan daya listrik adalah perbandingan daya listrik terpasang terhadap jumlahkebutuhan.Indikatorinimencerminkankemampuansuatudaerahdalam menyelenggarakanpelayananpublik.Olehkarenaitusemakintinggidayalistrik yangtersediadisuatudaerah,semakintinggikemampuandaerahtersebutuntuk menyelenggarakan otonomi.Cara MenghitungDaya listrik terpasangJumlah kebutuhanSumber DataElemen data dapat diperoleh dari Kantor Perusahaan Listrik Negara. C.Aspek Daya Saing Daerah2.Fasilitas Wilayah/Infrastruktur[146.Penjelasan Teknis PP No.6/2008147.Listrik Indonesia: Restrukturisasi di Tengah Reformasi-Pelangi 2002153INDIKATORN|PROSENTASE RUMAH TANGGA (RT) YANG MENGGUNAKAN LISTRIKDefnisiProsentaserumahtanggayangmenggunakanlistrikmerupakanproporsijumlah rumahtanggayangmenggunakanlistriksebagaidayapeneranganterhadapjumlah jumlah rumah tangga.148

KeluargapenggunalistrikPerusahaanListrikNegara(PLN)adalahkeluargayangber-langgananlistriksecararesmidariPLN.SumberdatapenggunalistrikPLNdapatdi-peroleh dari kantor pembayaran listrik PLN (mempunyai meteran PLN). Tidak termasuk keluarga yang mencuri listrik dari keluarga lain.Keluarga pengguna listrik non-PLN adalah keluarga yang berlangganan listrik dari Non PLN, misalnya dari diesel/generator yang diusahakan perorangan atau diusahakan se-carabersama. Termasukdaridiesel/generatoryangdibangkitkansendiri(tidakdiusa-hakan) dan hanya digunakan sendiri.KegunaanProsentaserumahtanggayangmenggunakanlistrikmerupakanproporsijumlah rumahtanggayangmenggunakanlistriksebagaidayapeneranganterhadapjumlah jumlahrumahtangga.Indikatorinimengukuraksespendudukterhadapfasilitasdan infrastrukturpenunjang.Olehkarenaitu,makintinggiaksesrumahtanggaterhadap fasilitaslistrik,semakintinggikemampuansuatudaerahuntukmenyelenggarakan otonomi.Cara MenghitungJumlah Rumah Tangga menggunakan listrikx 100Jumlah Rumah Tangga Sumber DataElemen data untuk menghitung nilai indikator ini dapat diperoleh dari Kantor Perusa-haan Listrik Negara. C.Aspek Daya Saing Daerah2.Fasilitas Wilayah/Infrastruktur[148.Badan Pusat Statistik. Pedoman Podes154INDIKATORO|PROSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN HP/TELEPONDefnisiProsentasependudukyangmenggunakanHP/teleponadalahproporsijumlah penduduk menggunakan HP/telepon terhadap jumlah penduduk.149Keluargayangberlanggananteleponkabeladalahkeluargayangmempunyai sambungan telepon (yang dimiliki atau dikuasai oleh pelanggan secara pribadi). Apabila ada keluarga yang memiliki/menguasai lebih dari satu sambungan tele-pon tetap dihitung sebagai satu. KegunaanProsentasependudukyangmenggunakanHP/teleponadalahproporsijumlah pendudukmenggunakanHP/teleponterhadapjumlahpenduduk.Indikatorini mencerminkankemampuansuatudaerahmenyediakanaksespendudukterha-dapsaranakomunikasiyangmemungkinkandaerahtersebutmendapatakses terhadap informasi. Semakin tinggi nilai indikator ini, semakin tinggi kemampuan suatu daerah untuk menyelenggarakan otonomi.Cara MenghitungJumlah penduduk menggunakan HP/teleponx 100Jumlah pendudukSumber DataElemen data pengguna telepon dapat diperoleh dari Kantor telepon dan opera-torteleponselular,sedangkanjumlahpendudukdapatdiperolehdarisensus penduduk yang diadakan secara berkala oleh BPS.C.Aspek Daya Saing Daerah2.Fasilitas Wilayah/Infrastruktur[149.Pedoman Podes-BPS155FOKUS : KETERSEDIAAN RESTORANINDIKATORP|JENIS, KELAS DAN JUMLAH RESTORANDefnisiProsentasejumlahrestoranmenurutjenis,dankelasadalahproporsisetiapjenisdankelas restoran terhadap jumlah seluruh restoran.150

Restoranadalahperusahaan/usahayangmenyajikan,danmenjualmakanandanminuman bagiumumditempatusahanyayangbertempatdisebagianatauseluruhbangunanper-manen, dilengkapi peralatan dan perlengkapan proses pembuatan, penyimpanan dan penya-jian. Proses pembuatan dari bahan baku menjadi bahan jadi dilakukan di tempat usahanya. Klasifkasirestoranadatigayaitu,TalamKencana,TalamSelaka,danTalamGangsa(kriteria penilaian antara lain peralatan, tempat parkir kendaraan, kebersihan dan lain-lain).151 Ijin restoran dan kualifkasinya diberikan oleh Ditjen Pariwisata/Kanwil Parpostel setempat. Ijin rumahmakandiberikanolehDiparda(padakabupaten/kota)yangada.DinasPariwisatabia-sanyapemberianijinditanganiolehDirektoratPerekonomian/BagianPerekonomianPemda setempat.Rumahmakanadalahperusahaan/usahayangkegiatannyahanyamenyediakan/menjual makanan(hidangan)danminumanbagiumumditempatusahanya,yangprosespembuat-an dari bahan baku menjadi bahan jadi tidak dilakukan di tempat usahanya, termasuk rumah makan, tenda atau caf pinggir jalan yang hanya buka pada malam hari.KegunaanJumlahrestoranmenurutjenis,dankelasnyamerupakanindikasikemampuansuatudaerah untukmenyediakanaksesterhadaplayanankulinerterhadappenduduk,selainmerupakan indikasibagikemampuansuatudaerahmendukungaktiftasperekonomian.Olehkarenaitu, daerah yang memiliki banyak jenis restoran dalam jumlah banyak, dapat diidentifkasi sebagai daerah yang memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan otonomi.Cara MenghitungProsentase jumlah restoran menurut jenis dan kelas.Sumber DataElemen data ini dapat diperoleh dari Disbudpar atau dari BPS. .C.Aspek Daya Saing Daerah2.Fasilitas Wilayah/Infrastruktur[150.Badan Pusat Statistik. Pedoman Podes151.Ditjen Pariwisata/Kanwil Parpostel156FOKUS : KETERSEDIAAN PENGINAPANINDIKATORQ|JENIS, KELAS, DAN JUMLAH PENGINAPAN HOTELDefnisiPenginapan adalah suatu usaha penyediaan jasa pelayanan penginapan dalam bentuk seder-hana bagi umum yang dikelola secara komersial dengan menggunakan sebagian untuk atau seluruh bagian bangunan. Biasanya hanya menyediakan minum saja. Contoh: motel, hostel, losmen, wisma dan sejenisnya.152

Hoteladalahsuatuusahayangmenggunakansuatubangunanatausebagianbangunan yangdisediakansecarakhususuntuksetiaporangdapatmenginap,makan,memperoleh pelayanandanmenggunakanfasilitaslainnyadenganpembayaran.Bangunanatauusaha tersebut oleh masyarakat setempat dikenal bernama hotel.KegunaanJumlahpenginapan/hotelmenurutjenis,dankelasnyamerupakanindikasikemampuan suatudaerahuntukmenyediakanaksesterhadaplayanansaranapariwisataterhadappen-duduk, selain merupakan indikasi bagi kemampuan suatu daerah mendukung aktiftas per-ekonomian.Olehkarenaitu,daerahyangmemilikiberbagaijenisrestorandalamjumlah banyak, dapat diidentifkasi sebagai daerah yang memiliki kemampuan untuk menyediakan fasilitas untuk para wisatawan, baik domestik maupun internasional. Oleh karena itu, dapat dianggapdaerahtersebutmemilikikemampuanuntukmenyelenggarakanotonomidae-rah.Cara MenghitungProsentase jumlah penginapan/ hotel menurut jenis dan kelasSumber DataElemen data ini dapat diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.C.Aspek Daya Saing Daerah2.Fasilitas Wilayah/Infrastruktur[152.Badan Pusat Statistik. Pedoman Podes1573. Iklim BerinvestasiINDIKATOR A|ANGKA KRIMINALITASDefnisiAngkakriminalitasdihitungberdasarkandelikaduandaripendudukyangmenjadikorban kejahatan dalam periode 1 (satu) tahun per 10.000 orang penduduk.153 Kriminalitasatautindakkriminaladalahsegalasesuatuyangmelanggarhukumatausebuah tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal. Biasanya yang dianggap kriminal adalah seorang malingataupencuri,pembunuh,perampokdanjugateroris.Meskipunkategoriterakhirini agak berbeda karena seorang teroris berbeda dengan seorang kriminal, melakukan tindak ke-jahatannya berdasarkan motif politik atau paham.KegunaanIndikator ini merupakan refeksi dari kemampuan suatu daerah untuk menjamin rasa aman bagi penduduk.Nilaiindikatoriniberhubungansecaranegatifdenganikliminvestasi.Dalamarti, semakin tinggi tingkat kriminalitas di suatu daerah, semakin rendah tingkat investasi di daerah tersebut. Dengan demikian, daerah yang tidak menarik investor untuk melakukan investasi di daerahnya, semakin tinggi kemungkinan daerah tersebut gagal untuk melaksanakan otonomi.Catatan:Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuang-an dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapanmendapatkankeuntungandimasadepan. Terkadang,investasidisebutjugasebagai penanaman modal.Investasi selain dapat menambah penghasilan seseorang juga membawa risiko keuangan bila-manainvestasitersebutgagal.Kegagalaninvestasidisebabkanolehbanyakhal,diantaranya adalah faktor keamanan (baik dari bencana alam atau diakibatkan faktor manusia), ketertiban hukum, dan lain-lain.Tingginyaangkakriminalitasmerupakansalahsatufaktorpenghambatinvestasidisebuah daerah karena tidak adanya kepastian jaminan keamanan dalam berinvestasi dan menyebab-kan tingginya biaya siluman sebagai salah satu komponen biaya produksi. Dalam hal ini karena situasi daerah tidak aman dan tidak kondusif para investor enggan untuk menanamkan modal di daerah tersebut. C.Aspek Daya Saing Daerah3.Iklim Berinvestasi[153.Penjelasan Teknis PP No. 6/2008.158Cara MenghitungJumlah tindak kriminal yang terjadi selama 1 tahun x 10.000Jumlah penduduk seluruhnyaSumber DataElemendatatentangtingkatkriminalitasdapatdiperolehdari kepolisian,sedangkandatatentangjumlahpendudukdapat menggunakan hasil sensus penduduk dari BPS.C.Aspek Daya Saing Daerah3.Iklim Berinvestasi159INDIKATORB|JUMLAH DEMODefnisiDemonstrasiadalahpernyataanprotesyangdikemukakansecaramassal (KBBI1997),baikyangditujukankepadaseseorangmaupunkelompok atau pemerintahan. Demonstrasi juga biasa disebut dengan istilah unjuk rasa. Ensiklopedi Bri-tannic Online (2008) memberikan defnisi demonstrasi dengan a public dis-play of group feelings toward a person or cause. KegunaanInidikator ini mengindikasikan adanya ketidakpuasan terhadap suatu kon-disi, khususnya akibat dari lahirnya suatu kebijakan. Demonstrasimerupakanmediakatarsisdariwargayangmerasaterlang-garhakhaknyadantidakmendapataksessertakesempatanuntukme-nyampaikan keluhan. Frekuensidemonstrasiyangtinggidisuatudaerah,dapatmenimbulkan rasa tidak nyaman dan aman bagi anggota masyarakat lainnya, terutama karenademoseringberakhirdengankerusuhandanperusakanfasilitas umum. Nilai indikator ini juga berhubungan secara negatif dengan iklim investasi. Dengandemikian,daerahyangtidakmampumenjaminrasaamanbagi penduduknyadantidakmampumenarikinvestoruntukmelakukanin-vestasi di daerahnya, semakin tinggi kemungkinan daerah tersebut gagal dalam melaksanakan otonomi daerah.Cara MenghitungJumlah Demo dalam 1 tahunSumber DataElemendatatentangjumlahdemodapatdiperolehdariKepolisiandan SKPD yang mengeluarkan ijin pelaksanaan demo.C.Aspek Daya Saing Daerah3.Iklim Berinvestasi[160INDIKATOR C|LAMA PROSES PERIJINANDefnisiLamanyaprosesperijinanmerupakanrata-ratawaktuyangdibutuhkanuntuk memperoleh suatu perijinan.154IndonesiamerupakansalahsatunegaradiAsiayangprosesperijinannya dianggap berbelit-belit, lama dan korup. Birokrasi perizinan yang seperti ini menyebabkan hampir 80% dari pelaku usaha domestik, khususnya UMKM, tetap memilih melakukan usaha secara informal dan tidakmendaftar.Haltersebutdilakukanuntukmengurangibiayabebanuntuk birokrasi perizinan. Dalamrangkapenyelenggaraanotonomidaerahadabeberapakabupaten/kota yang berhasil menyelenggarakan peningkatan pelayanan publik dalam bidang ini. Salah satu inovasi di bidang investasi, khususnya birokrasi perijinan di bentuklah OSS (One Stop Sevice) atau pelayanan perijinan satu atap. DalampenyelenggaraanOSS,dilakukanterobosandebirokratisasipengurusan ijin, percepatan waktu pengurusan ijin, transparansi dan akuntabilitas pengurusan dan penerbitan ijin serta cost efectiveness dalam pengurusan perijinan. Seluruh pengurusan perijinan yang menyangkut investasi, UMKM, IMB dan aneka perijinan lain yang menyangkut investasi, di layani dalam satu atap secara efektif dan efsien.Beberapahalterkaitdenganmasalahperizinanyangdianggapberbelitoleh investor adalah:Biaya pengurusan perizinan yang rentan terhadap pungli (tidak transparan);Waktu tunggu untuk perizinan yang sangat lama;C.Aspek Daya Saing Daerah3.Iklim Berinvestasi154.Asia Foundation-Memperbaiki Lingkungan Usaha di Indonesia[161Sejakberlakunyasistemdesentralisasipadatahun2001,pemerintah daerahmemilikikewenanganbaruuntukmengeluarkankebijakan, khususnyaperaturandaerah.Halinimengakibatkanmunculnyaber-bagaiperaturanterutamaberupapajakdanpungutanyangmem-beratkan,karenalebihberorientasikepadapeningkatanpendapatan daerahdalamjangkapendektanpamemperhatikandampakjangka panjang bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Sebagai bagian dari upa-ya deregulasi yang lebih luas di Indonesia.KegunaanIndikatorinimengukurtingkatkemudahandankecepatanmengurus perijinan, khususnya yang terkait dengan persoalan investasi.155 Nilaiindikatorinimencerminkankemampuansuatudaerahuntuk melakukan layanan publik secara mudah, cepat, dan transparan kepada penduduk di daerah tersebut. Oleh karena itu juga mencerminkan ke-mampuan daerah tersebut dalam menyelenggarakan otonomi daerah. Semakintingginilaiindikatorini,semakintinggitingkatkemampuan suatu daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.Cara MenghitungRata-rata lama proses perijinan (dalam hari)Sumber DataElemendatainidapatdiperolehdariSKPDyangmenanganimasalah perijinan, khususnya perijinan usaha.C.Aspek Daya Saing Daerah3.Iklim Berinvestasi155.Penjelasan Teknis PP No.6/2008.162INDIKATORD|JUMLAH DAN MACAM PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAHDefnisiPajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadiataubadankepadaDaerahtanpaimbalanlangsungyangseimbang,yangdapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan un-tuk membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Pembangunan Daerah.156Menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan, disebutkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadiataubadanyangbersifatmemaksaberdasarkanUndangUndang,dengantidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebe-sar-besarnya kemakmuran rakyat.Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pem-bayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.157

Pajak Propinsi terdiri dari: 1)Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air (5%); 2)Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air (10%); 3)Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (5%); 4)Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (20%).Catatan: DaerahPropinsidapattidakmemungutsalahsatuataubeberapajenispajakyangtelah ditetapkan, apabila potensi pajak di Daerah tersebut dipandang kurang memadai.Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri dari:1)Pajak Hotel (10%);2)Pajak Restoran (10%);3)Pajak Hiburan (35%);4)Pajak Reklame (25%);5)Pajak Penerangan Jalan (10%);6)Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C (20%);7)Pajak Parkir (20%).C.Aspek Daya Saing Daerah3.Iklim Berinvestasi[156.Pasal 1 ayat 6 UU No. 34/2000157.Pasal 1 ayat 26 UU No. 34/2000 163Sesuai dengan semangat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan DaerahdanUndang-UndangNomor33Tahun2004tentangPerimbanganKeuangan antaraPemerintahPusatdanDaerah,AnggaranPendapatandanBelanjaDaerahber-sumber dari Pendapatan Asli Daerah dan penerimaan berupa Dana Perimbangan yang bersumberdariAnggaranPendapatandanBelanjaNegara.PendapatanAsliDaerah, yangantaralainberupaPajakDaerahdanRetribusiDaerah,diharapkanmenjadisalah satusumberpembiayaanpenyelenggaraanpemerintahandanpembangunanDaerah, untukmeningkatkandanmemeratakankesejahteraanmasyarakat.Dengandemikian, Daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.Menurut Pasal 6 UndangUndang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuang-anPusatdanDaerahsumberPendapatanAsliDaerah(PAD)terdiriatas:pajakdaerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lainlain PAD yang sah. Lainlain PAD yang sah meliputi: hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjual-an dan atau pengadaan barang/atau jasa oleh daerah. Semenjakadanyadesentralisasikekuasaandaripusatkepadadaerahsertadiikuti dengan desentralisasi pengelolaan keuangan daerah di tuntut untuk mencari sumber-sumberpendapatandaerahyangsah.MelaluiPADdaerahmenggalisumbersumber pendapatan APBD melalui pajak daerah dan retribusi daerah. Namun ada batasan regu-lasi yang terkait dengan penambahan sumber pendapatan daerah, pasal 7 UndangUn-dang Nomor 33 tahun 2004 memberikan sinyal bahwa dalam upaya meningkatkan PAD, daerah dilarang:a.menetapkanPeraturanDaerahtentangpendapatanyangmenyebabkanekonomi biaya tinggi; danb.menetapkanPeraturanDaerahtentangpendapatanyangmenghambatmobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan impor/ekspor.C.Aspek Daya Saing Daerah3.Iklim Berinvestasi164KegunaanIndikatorinimengukurjumlahdanmacampajakdaerahsertaretribusi daerah, khususnya jumlah dan macam insentif pajak dan retribusi daerah yang mendukung iklim investasi.158Hal tersebut mencerminkan kemam-puan suatu daerah untuk menggalang dana pendapatan asli daerah (PAD) sebagaisalahsatutulangpunggungpenyelenggaraanotonomidaerah. Semakin besar kemampuan suatu daerah dalam memperoleh PAD, sema-kin kuat dasar fnansial daerah tersebut, dan semakin tinggi kemampuan-nya untuk menyelenggarakan otonomi daerah.Cara MenghitungJumlah dan macam pajak dan retribusi daerahSumber DataElemen data ini dapat diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah atau SKPD yang manangani masalah pajak dan retribusi.158.Penjelasan Teknis PP No.6/2008C.Aspek Daya Saing Daerah3.Iklim Berinvestasi165INDIKATORE|JUMLAH PERDA YANG MENDUKUNG IKLIM USAHADefnisiJumlahPerdayangmendukungiklimusahaadalahbanyaknyaperaturandaerah yangdikeluarkanolehpemerintahdaerahdalamrangkamenciptakaniklimyang kondusif bagi dunia usaha dan perekonomian daerah.Pada tahun 2004 Departemen Dalam Negeri mengevaluasi ribuan Peraturan Dae-rahdariberbagaiKabupaten/KotadiIndonesiasebagaiprodukdarisemangat otonomidaerah.Hasilnya,Depdagrimembatalkan4.000peraturandaerahyang secarasubstansibertentangandenganperaturanyanglebihatassertaperaturan daerah tersebut tidak mendukung investasi dan menambah beban biaya ekonomi yang tinggi.Dengan alasan untuk meningkatkan PAD, lahir ribuan Perda yang secara substansi tidak memenuhi kaidah perundangundangan.Sementara itu tujuan utama pe-nyelenggaraanpemerintahsebagaipelayanpublikyangprima,tidakmenjadise-mangat yang melandasi lahirnya ribuan Perda tersebut.Penyelenggarapemerintahandaerahdalammelaksanakantugas,wewenang,ke-wajiban, dan tanggungjawabnya, serta atas kuasa peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, dapat menetapkan kebijakan daerah yang dirumuskan antara lain dalam peraturan daerah, peraturan kepala daerah, dan ketentuan daerah lainnya. Kebijakandaerahdimaksudtidakbolehbertentangandenganperaturanperun-dang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum serta peraturan daerah lain.PeraturandaerahdibuatolehDPRDbersamasamaPemerintahDaerah,artinya dapatberasaldarihakinisiatifDPRDmaupunprakarsadariPemerintahDaerah (Eksekutif ).Khusus peraturan daerah tentang APBD, rancangannya disiapkan oleh Pemerintah Daerah yang telah mencakup keuangan DPRD, untuk dibahas bersama DPRD. Per-aturan daerah dan ketentuan daerah lainnya yang bersifat mengatur, diundangkan dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah. Peraturan daerah tertentu yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah, APBD, pe-rubahan APBD, dan tata ruang, baru berlaku setelah melalui tahapan evaluasi oleh Pemerintah.C.Aspek Daya Saing Daerah3.Iklim Berinvestasi[166Haltersebutdilakukandenganpertimbanganantaralain,untukmelindungi kepentinganumum,menyelaraskandanmenyesuaikandenganperaturan perundang-undanganyanglebihtinggidan/atauperaturanDaerahlainnya, terutama peraturan daerah mengenai pajak daerah dan retribusi daerah.Peraturan daerah selanjutnya disebut Perda adalah peraturan daerah provinsi dan/atau peraturan daerah kabupaten/kota.Perda sebagaimana dimaksud di atas merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturanperundang-undanganyanglebihtinggidenganmemperhatikan ciri khas masing-masing daerah.Jenis-jenis produk hukum di daerah terdiri dari:a.Peraturan Daerah;b.Keputusan Kepala Daerah;c.Instruksi Gubernur/Bupati/Walikota.159

MekanismepenyusunanPerdadimulaidenganmerumuskanmasalahyang akan diatur, untuk itu harus menjawab pertanyaan apa masalah sosial yang akan diselesaikan ?Masalah sosial yang akan diselesaikan pada dasarnya akan terbagi dalam dua jenis. Pertama, masalah sosial yang terjadi karena adanya perilaku dalam ma-syarakat yang bermasalah. Misalnya:banyak masyarakat membuang sampah sembarangan, sehingga menye-babkan lingkungan menjadi kumuh, maka diperlukan perda kebersihan. Banyakorangmabukkarenamengkonsumsiminumandengankadar alkoholyangtinggi,makadiperlukanpengaturantentangperedaran minuman beralkohol.Rusaknya bangunan bersejarah/bangunan kuno karena dirobohkan atau diganti dengan bangunan baru yang menghilangkan ciri khas bangunan lama.Untukini,makadiperlukanpengaturantentangPerdaCagarBu-daya. C.Aspek Daya Saing Daerah3.Iklim Berinvestasi159.Kepmendagri No.23/2001167Kedua,masalahsosialyangdisebabkankarenaaturanhukumyangadatidaklagipropor-sional dengan keadaan masyarakatnya. Misalnya:Peraturan daerah tentang retribusi biaya pemeriksaan kesehatan, ternyata memberatkan masyarakat kecil, hingga tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai.Perda tentang Pajak Daerah, sudah tidak sesuai dengan UU tentang Pajak Daerah, maka perda tersebut harus diganti dengan yang baru.Perancang Peraturan Daerah wajib mendiskripsikan masalah sosial tersebut. Salah satu cara untuk menggali permasalah tersebut adalah dengan melakukan penelitian. Untuk masalah sosial yang ada dalam masyarakat, observasi pada obyek persoalan harus dilakukan. Misal-nyamengumpulkandatatentangbangunankunoyangadadikabupaten/kotadimaksud. Mendeskripsikansiapapemilik,danbagaimanakeadaanmasing-masingbangunanituse-lama ini, berapa bangunan yang sudah berubah bentuk atau pun berubah fungsi. KegunaanIndikator ini digunakan untuk melihat kembali kinerja dari pemerintah daerah untuk men-dorong iklim investasi dengan mengeluarkan Perda yang terkait. Semakin banyak peraturan daerah yang dapat menciptakan iklim usaha, semakin suatu daerah mampu menyelengga-rakan otonomi.Cara MenghitungJumlah Perda yang mendukung iklim usahaSumber DataBiro Administrasi Pemerintahan atau SKPD yang menangani Bidang Administrasi.C.Aspek Daya Saing Daerah3.Iklim Berinvestasi168INDIKATORF|PROSENTASE DESA BERSTATUS SWASEMBADA TERHADAP TOTAL DESADefnisiProsentasedesaberstatusswasembadaterhadaptotaldesaadalahproporsijumlah desa/kelurahan berswasembada terhadap jumlah desa/kelurahan.Desaatauyangdisebutdengannamalain,selanjutnyadisebutdesa,adalahkesatuan masyarakathukumyangmemilikibatas-bataswilayahyangberwenanguntukmeng-aturdanmenguruskepentinganmasyarakatsetempat,berdasarkanasal-usuldan adatistiadatsetempatyangdiakuidandihormatidalamsistemPemerintahanNegara Ke-satuan Republik Indonesia.160

Desa adalah satuan wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat,termasukdidalamnyakesatuanmasyarakathukumyangmempunyaior-ganisasipemerintahanterendahdanlangsungdibawahcamat,sertaberhakmenye-lenggarakan rumah tangga sendiri dalam ikatan negara kesatua Republik Indonesia. Ciri utama desa adalah kepala desanya dipilih oleh masyarakat setempat.161ArtiPengertiandanDefnisiPedesaan/DesaTerbelakang,DesaSedangBerkembang, dan Desa Maju, adalah sbb:Desa Terbelakang atau Desa Swadaya adalah desa yang kekurangan sumber daya ma-nusia atau tenaga kerja dan juga kekurangan dana sehingga tidak mampu memanfaat-kanpotensiyangadadidesanya.Biasanyadesaterbelakangberadadiwilayahyang terpencil jauh dari kota, taraf berkehidupan miskin dan tradisional serta tidak memiliki sarana dan prasaranan penunjang yang mencukupi.Desa Sedang Berkembang atau Desa Swakarsa adalah desa yang mulai menggunakan danmemanfaatkanpotensifsikdannonfsikyangdimilikinyatetapimasihkekurang-ansumberkeuanganataudana.Desaswakarsabelumbanyakmemilikisaranadan prasarana desa yang biasanya terletak di daerah peralihan desa terpencil dan kota. Ma-syarakat pedesaan swakarsa masih sedikit yang berpendidikan tinggi dan tidak bermata pencaharian utama sebagai petani di pertanian saja serta banyak mengerjakan sesuatu secara gotong royong.C.Aspek Daya Saing Daerah3.Iklim Berinvestasi[160.UU. No. 32/2004161.Badan Pusat Statistik169Desa Maju atau Desa Swasembada adalah desa yang berkecukupan dalamhalSDM(SumberDayaManusia)danjugadalamhaldana modal sehingga sudah dapat memanfaatkan dan menggunakan se-gala potensi fsik dan non fsik desa secara maksimal. Kehidupan desa swasembada sudah mirip kota yang modern dengan pekerjaan mata pencarianyangberanekaragamsertasaranadanprasaranayang cukuplengkapuntukmenunjangkehidupanmasyarakatpedesaan maju.162Cara MenghitungJumlah desa/kelurahan berswasembada x 100Jumlah desa/kelurahan Sumber DataElemen data dapat diperoleh dari Biro Pemerintahan.C.Aspek Daya Saing Daerah3.Iklim Berinvestasi162.Perpustakaan online Indonesia1704. Fokus Sumber Daya ManusiaINDIKATOR A|RASIO LULUSAN S1/S2/S3DefnisiRasio lulusan S1/S2/S3 adalah jumlah lulusan S1/S2/S3 per 10000 penduduk.Programgelar,yaituprogramyangmemberikantekananpadapembentukankeahlianaka-demik,yaitukeahlianyangberkaitandenganpenelitiandanpengembangan,peningkatan/penerapan konsep, dan metode operasional dalam suatu bidang ilmu, teknologi, atau seni yang dikelola oleh suatu perguruan tinggi, mencakup pendidikan sarjana muda, pendidikan sarjana/strata I (S1), pendidikan pasca sarjana/strata II (S2), dan pendidikan doktor/strata III (S3).DiplomaIV/SarjanaS1,adalahtamatprogrampendidikandiplomaIV,sarjanapadasuatu universitas/institut/sekolah tinggi.Program S2/S3 adalah program pendidikan pasca sarjana (master atau doktor), spesialis 1 atau 2 pada suatu perguruan tinggi.KegunaanRasio lulusan S1/S2/S3 adalah jumlah lulusan S1/S2/S3 per 10000 penduduk. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat di tentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya se-makin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya.163 Semakin tinggi nilai indikator ini semakin tinggi kualitas SDM di suatu daerah. Dengan demiki-an semakin mungkin daerah tersebut, mampu untuk menyelenggarakan otonomi daerah.Cara MenghitungJumlah lulusan S1/S2/S3 x 10.000Jumlah penduduk Sumber DataElemendatauntukmenghitungnilaiindikatorinidapatdiperolehdariDinasPendidikandan data sensus kependudukan BPS.C.Aspek Daya Saing Daerah4.Fokus Sumber Daya Manusia[163.Penjelasan Teknis PP No.6/2008.171INDIKATORB|RASIO KETERGANTUNGANDefnisiRasioKetergantungan(DependencyRatio)adalahperbandinganantarajumlahpenduduk berumur0-14tahun,ditambahdenganjumlahpenduduk65tahunkeatasdibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun.164

RasioketergantungandapatdilihatmenurutusiayakniRasioKetergantunganMudadan Rasio Ketergantungan Tua.RasioKetergantunganMudaadalahperbandinganjumlahpendudukumur0-14tahun dengan jumlah penduduk umur 15-64 tahun. RasioKetergantungan Tuaadalahperbandinganjumlahpendudukumur65tahunkeatas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun.Pendudukmudaberusiadibawah15tahunumumnyadianggapsebagaipendudukyang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yangmenanggungnya.Selainitu,pendudukberusiadiatas65tahunjugadianggaptidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Pendudukusia15-64tahun,adalahpendudukusiakerjayangdianggapsudahproduktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demograf. KegunaanRasioketergantungan(DependencyRatio)digunakansebagaiindikatoruntukmengukur keadaanekonomisuatunegara,apakahtergolongnegaramajuataunegarayangsedang berkembang. Dependency Ratio merupakan salah satu indikator demograf yang penting. Semakin tinggi prosentase dependency ratio, semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan prosentase Dependency Ratio yang rendah menunjukkan rendahnya beban yang ditanggungpendudukyangproduktifuntukmembiayaipendudukyangbelumproduktif dan tidak produktif lagi. C.Aspek Daya Saing Daerah4.Fokus Sumber Daya Manusia[164.BPS dan Penjelasan Teknis PP No. 6/2008172Cara MenghitungUntuk memudahkan pemahaman tentang perhitungan Rasio Ketergantungan (De-pendency Ratio), di bawah ini diberikan contoh perhitungan dengan menggunakan data SP 2000 (lihat Tabel 13). Langkahpertama,adalahmenghitungjumlahpendudukyangdikelompokkan menjadi tiga yaitu kelompok umur muda (0-14 tahun), kelompuk usia kerja 15-64 tahun (umur produktif ) dan kelompok umur tua (65 tahun ke atas).Tabel 13. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Muda, Umur Produktif, dan Umur Tua Tahun 2000Kel. UmurJumlah Penduduk0-1463. 206. 00015-64133.057. 00065+9. 580. 000Setelah jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun), umur produktif (15-64 tahun) dan umur tua (65 tahun ke atas) diperoleh. Selanjutnya dapat dihitung rasio ketergantungan (Dependency Ratio), dengan hasil seperti yang disajikan pada tabel berikut.Tabel 14 Rasio Ketergantungan Muda, Tua, dan Total Tahun 2000KeteranganRasio KetergantunganRKTot54,7RKMuda47,0RKTua7,2Langkahkedua,RasioKetergantungandidapatdenganmembagitotaldarijum-lah penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) dengan menggunakan formula sbb:.RKTotal=P(0-14)+P(65+) x 100 RKMuda=P(0-14) x 100P(15-64)P(15-64)C.Aspek Daya Saing Daerah4.Fokus Sumber Daya Manusia173Di mana : RKTotal= Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda dan Tua RKMuda= Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda RKTua= Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Tua P(0-14)= Jumlah Penduduk Usia Muda (0-14 tahun) P(65+)= Jumlah Penduduk Usia Tua (65 tahun keatas) P(15-64)= Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64 tahun) Interpretasi :Daricontohperhitungandiatas,rasioketergantungantotaladalah sebesar 54,7%, artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif )mempunyaitanggungansebanyak55orangyangbelum produktifdandianggaptidakproduktiflagi.Rasiosebesar54.7%ini disumbangkanolehrasioketergantunganpendudukmudasebesar 47,0%, dan rasio ketergantungan penduduk tua sebesar 7,2%. Dari in-dikator ini terlihat bahwa pada tahun 2000 penduduk usia kerja di In-donesia masih dibebani tanggung jawab akan penduduk muda yang proporsinyalebihbanyakdibandingkantanggungjawabterhadap penduduk tua.Penduduk usia < 15 th + usia > 64 x 100Penduduk usia 15-64 Sumber DataElemendatauntukmenghitungproksinilaiindikatorinidapatdi-peroleh dengan menggunakan data Susenas dan Susduk yang dilaku-kan oleh BPS secara periodik. PS.C.Aspek Daya Saing Daerah4.Fokus Sumber Daya Manusia