mankeu

download mankeu

of 32

description

mankeu

Transcript of mankeu

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMemasuki era globalisasi persaingan usaha semakin ketat.Kondisi tersebut menuntut suatu perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat bertahan, berdaya saing dan terus berkembang di tengah gencarnya persaingan usaha, oleh sebab itu perusahaan perlu mengembangkan suatu strategi yang tepat agar perusahaan dapat mempertahankan eksistensinya dan dapat memperbaiki kinerja perusahaan.Strategi tersebut yaitu melalui penggabungan usaha antara dua perusahaan atau lebih (merger dan akuisisi).Salah satu cara untuk menjadi perusahaan yang besar dan kuat melalui ekspansi. Ekspansi perusahaan dapat dilakukan baik dalam bentuk ekspansi internal maupun ekspansi eksternal. Ekspansi internal terjadi pada saat divisi-divisi yang ada dalam perusahaan tumbuh secara normal melalui kegiatan menambah kapasitas pabrik, menambah unit produksi, dan menambah divisi baru (Capital Budgeting) sedangkan ekspansi eksternal dapat dilakukan dalam bentuk penggabungan usaha (Business Combination) (Husnan. 1998: 647).Penelitian ini fokus pada strategi secara eksternal.Merger dan akuisisi adalah strategi pertumbuhan eksternal dan merupakan jalur yang cepat untuk mengakses pasar baru untuk produk baru tanpa harus membangun dari awal. Merger merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih menjadi satu kekuatan untuk memperkuat posisi perusahaan, sedangkan akuisisi merupakan pengambil-alihan (Take Offer) sebagian atau keseluruhan saham atau aset perusahaan lain sehingga perusahaan pengambil-alih mempunyai hak kontrol atas perusahaan target. Arti dari merger dan akuisisi memang berbeda tetapi pada prinsipnya sama yaitu sama-sama kegiatan yang melakukan penggabungan usaha (Business Combination)Alasan sebuah perusahaan bergabung dengan perusahaan lain atau membeli perusahaan lain dengan merger dan akuisisi karena lebih cepat dan mudah prosesnya daripada harus membangun perusahaan dari awal. Faktor yang paling mempengaruhi sebenarnya adalah motif ekonomi, karena apabila kita membeli perusahaan lain, maka pembelian tersebut akandibenarkan apabila menguntungkan kedua-belah pihak. Kondisi salingmenguntungkan tersebut akan terjadi jika dari peristiwa merger dan akuisisi diperoleh sinergi. Pada umumnya tujuan dilakukan merger dan akuisisi adalahmendapatkan sinergi atau nilai tambah.Sinergi merupakan kondisi dimana keadaaan secara keseluruhan lebih besar daripada jumlah masing-masing bagian. Dalam suatu merger, sinergi dan nilai setelah merger akan melebihi jumlah nilai dari perusahaan-perusahaan secara terpisah sebelum merger terjadi (Brigham 2006 : 469). Nilai yang dimaksud, lebih bersifat jangka panjang disbanding nilai yang bersifat sementara. Ada atau tidaknya sinergi dari merger dan akuisisi tidak dapat langsung dilihat hasilnya, tetapi harus melalui proses yang panjang.Perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi terlihat pada kinerja perusahaan dan penampilan financialnya, hal ini tercermin dalam laporan keuangan perusahaan baik dari perusahaan bidder atau perusahaan target merger dan akuisisi.Keberhasilan merger dan akuisisi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, dapat dilihat dari kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi, terutama dari kinerja keuangan. Ardiagarini (2010) menganalisis dampak merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan target tahun 1997- 2009, hasilnya menunjukkan bahwa dari 7 rasio keuangan Net Profit Margin, Return On Investment, Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Current Ratio, Total Asset Turn Over dan Earnings Per Share hanya current ratio yang menunjukkan perbedaan signifikan, DER juga menunjukkan perbedaan 1 tahun, sedangkan rasio yang lain tidak menunjukkan adanya perbedaan signifikan.Widjanarko (2004) melakukan penelitian tentang pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan manufaktur.Variabel yang digunakan yaitu return on asset, return on equity, gross profit margin, net profit margin, operating profit margin, dan debt to equity ratio. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kinerja perusahaan manufaktur yang diukur dengan ROA, ROE, GPM, NPM, OPM, dan DER untuk 2 tahun sebelum dan sesudah diadakannya merger dan akuisisi. Penelitian lain yang menunjukkan hasil tidak signifikan adalah penelitian yang dilakukan oleh Freddy Koesmoyo dan Aida Yulianti (2001) melakukan penelitian kinerja keuangan empat BUMN yang ada di indonesia sebelum dan sesudah go public. Variabel yang digunakan adalah return on assets (ROA), return on equity (ROE), gross profit margin (GPM), net profit margin (NPM), operating profit margin (OPM), dan debt to equity ratio (DER). Hasil dari penelitian tersebut tidak adanya perubahan yang signifikan antara kinerja perusahaan sebelum dan sesudah go public (Ardiagarini, 2011: 5).Usadha dan Yasa (2009) melakukan penelitian tentang analisis manajemen laba dan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah merger akuisisi di BEI. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan current ratio dan ROI secara statistikmengalami penurunan secara signifikan pasca merger, namun DER mengalami peningkatan nilai yang signifikan pasca merger, meningkatnya nilai DER pasca merger mencerminkan kinerja perusahaan mengalami penurunan. Selain itu penelitian ini membuktikan bahwa perusahaan pengakuisisi melakukan tindakan manajemen laba sebelum pelaksanaan merger akuisisi dengan cara income increasing accrual dan telah memicu penurunan kinerja perusahaan setelah merger akuisisi. Penelitian lain dilakukan oleh Sutrisno dan Sumarsih (2004) yang meneliti tentang return saham sebuah perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dalam jangka panjang, hasilnya menunjukkan bahwa merger dan akuisisi berpengaruh positif atau negatif terhadap return saham tetapi tidak signifikan secara statistik.Namun Tak dapat dielakkan bahwa pada akhirnya merger dan akuisisi berujung pada perlunya restrukturisasi, sebuah strategi yang diambil untuk mengubah model bisnis atau struktur keuangan.Kegagalan merger dan akuisisi seringkali diawali dengan tidak adanya strategi restrukturisasi.Salah satucontoh akuisisi yang mengalami kerugian akibat tidak dilanjuti dengan restrukturisasi adalahketika AT&T membeli NCR dengan harga $7.4 milyar dan pada saat menjual kembali hanya lakuseharga $3.4 miliyar.Dari transaksi ini pemegang saham AT&T mengalami kerugian sebesar $4milyar. Di pihak lain, perusahaan dapat menerapkan strategi restrukturisasi karena terjadiperubahan lingkungan eksternal dan internal perusahaan.Terdapat tiga alternatif strategi restrukturisasi yang acapkali digunakan: downsizing,downscoping, dan leverage buyouts. Downsizing dilakukan dengan mengurangi jumlah karyawandan atau dalam keadaan tertentu dengan mengurangi unit operasi dengan atau tanpa mengubahkomposisi portofolio bisnis.Dengan demikian downsizing merupakan strategi proaktifmanajemen dengan memperkecil jumlah sumber daya manusia terutama yang tidak lagi dapatberperan sebagai aset dan cenderung menjadi liability.Dibandingkan dengan downsizing, downscoping menghasilkan efek yang lebih positifterhadap kinerja perusahaan. Hal ini terjadi karena strategi yang dilakukan berupa pelepasan asset (divestiture), pemisahan unit bisnis (spin-off), atau cara lain yang dimaksudkan untuk mngurangiaktivitas bisnis yang tidak terkait dengan bisnis inti perusahaan. Dengan downscoping diharapkanperusahaan akan fokus pada bisnis intinya saja.Leverage buyout (LBO) di pihak lain, merupakan strategi restrukturisasi yang banyakdigunakan untuk memperbaiki kesalahan manajemen baik yang disebabkan oleh kesalahan dalammembuat keputusan atau keputusan dibuat berdasarkan pertimbangan kepentingan pribadi bukankarena kepentingan pemegang saham. Dengan LBO, manajemen menggunakan hutang untukmembiayai akuisisi. Guna membayar pinjaman plus bunganya dan melakukan downscoping agarperusahaan fokus pada bisnis intinya, pemilik baru dapat menjual sebagian aset perusahaan ataumenjual seluruh perusahaan setelah jangka waktu tertentu perusahan memberikan untung.Dari uraian di atas pada saat ini semakin banyak perusahaan yang memutuskan untuk melakukan merger dan akuisisi dengan harapan keputusan tersebut akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut, Kami tertarik untuk mengambil tema RESTRUKTURISASI MERGER DAN AKUISISI PERUSAHAAN

1.2 Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:1. Adanya persaingan usaha yang semakin ketat yang dihadapi oleh sebuah perusahaan menuntut perusahaan untuk mengambil keputusan strategis yaitu dengan melakukan penggabungan dua perusahaan atau lebih (merger dan akuisisi).2. Perusahaan dihadapkan pada motif ekonomi yang mungkin terjadi dalam melakukan merger dan akuisisi.3. Ada tidaknya sinergi suatu merger dan akuisisi tidak dapat dilihat beberapa saat setelah merger dan akuisisi terjadi, tetapi diperlukan waktu yang relatif panjang.4. Adanya tahap pasca penggabungan perusahaan berupa restrukturisasi untuk membenahi keadaan perusahaan yang rancu setelah terjadi merger dan akuisisi

1.3 Batasan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah di atas, serta untuk menghindari perluasan permasalahan yang akan diteliti, maka penulis membatasi hal-hal yang akan dibahas dalam makalah ini. Pokok-Pokok yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi landasan teori berupa definisi merger dan akuisisi, dasar hukum merger dan akuisisi, syarat mergerdan akuisisi, jenis-jenis merger dan akuisisi, motif-motif mengapa diperlukan merger dan akuisisi, segi positif dan negatif dalam merger dan akuisisi, tahapan dalam proses bermerger dan akuisisi, dan pembenahan apa yang harus dilakukan setelah proses merger dan akuisisi telah dilakukan berupa restrukturisasi.

1.4 Rumusan MasalahBerdasarkan pembatasan masalah di atas, perumusan masalah yang akan disampaikan yaitu :1. Apakah definisi dari merger dan akuisisi2. Bagaimana Merger dan akuisisi diatur dalam undang-undang3. Syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi untuk menjamin keberhasilan dari penggabungan usaha4. Apakah yang menjadi motif sebuah perusahaan melakukan penggabungan usaha5. Bagaimana tahapan-tahapan dari mergerdan akuisisi6. Apa yang harus dilakukan sebuah perusahaan untuk mewujudkan keberhasilan dari penggabungan usaha tersebut setelah segala tahapan dan proses dijalani

1.5 Tujuan Penulisana. Berguna untuk referensi bagi pihak pihak yang ingin mengenal lebihdalam tentang pengukuran kinerja keuangan perusahaan.b. Memberikan informasi bagi mahasiswa sebagai bahan dalam melakukan penelitian lanjutan mengenai peristiwa merger dan akuisisi.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Definisi Merger dan AkuisisiAda beberapa pengertian mengenai merger:1) Merger atau amalgamation, merupakan penggabungan bersama dua atau lebih perusahaan menjadi satu bisnis menurut basis yang disetujui semua pihak oleh manajemen perusahaan dan pemegang saham. Mergermerupakan satu bentuk pertumbuhan eksternal (external growth) yang meliputi perusahaan-perusahaan yang melakukan ekspansi horisontal, vertikal atau konglomerasi.(Christopher, 2006: 373).2) Penggabungan dua perusahaan atau lebih menjadi satu perusahaan (Brigham, 2006: 377).3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1988 mendefinisikan merger sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.4) Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) no 22 menyatakan bahwa merger merupakan suatu proses penggabungan usaha, dengan jalan mengambil alih satu atau lebih perusahaan yang lain. Setelah terjadi pengambilalihan, maka perusahaan yang diambil alih dibubarkan atau dilikuidasi, sehingga eksistensinya sebagai badan hukum lenyap, dengan demikian kegiatan usahanya dilanjutkan oleh perusahaan yang mengambil alih.Dari berbagai pengertian tentang merger di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa merger adalah suatu proses penggabungan dua perusahaan atau lebih dimana perusahaan pengambil alih akan tetap berdiri sedangkan perusahaan yang diambil alih akan lenyap.Pihak yang masih hidup dalam atau yang menerima merger dinamakan surviving firm atau pihak yang mengeluarkan saham dinamakan issuing firm. Sementara itu perusahaan yang berhenti dan bubar setelah terjadinya merger dinamakan merged firm. Surviving firm dengan sendirinya memiliki ukuran yang semakin besar karena seluruh aset dan kewajiban dari merger firm dialihkan ke surviving firm. Perusahaan yang dimerger akan menanggalkan status hukumnya sebagai entitas yang terpisah dan setelah merger statusnya berubah menjadi bagian (unit bisnis) di bawah surviving firm. Dengan demikian merged firm tidak dapat bertindak hukum atas namanya sendiri.Dari penjelasan di atas dapat digambarkan menjadi suatu skema atas merger sebagai salah satu strategi perusahaan.PERUSAHAAN AATAUPERUSAHAAN BPERUSAHAAN BPERUSAHAAN A

Sumber: Muhammad Aji (2010)Gambar 1. Skema Merger

Akuisisi berasal dari kata acquisitio (Latin) dan acquisition (Inggris), secara harfiah akuisisi mempunyai makna membeli ataumendapatkan sesuatu/obyek untuk ditambahkan pada sesuatu/obyekyang telah dimiliki sebelumnya. Dalam teminologi bisnis, akuisisidapat diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan ataupengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusaahaanlain (Muhammad Aji, 2010).Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.27 tahun1998 tentang penggabungan, peleburan dan pengambilalihan PerseroanTerbatas mendefinisikan akuisisi sebagai perbuatan hukum yangdilakukan oleh badan hukum atau perseorangan untuk mengambil alihbaik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapatmengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No.22menyatakan bahwa akuisisi adalah bentuk pengambilalihankepemilikan perusahaan oleh pihak pengakuisisi (acquirer), sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih (acquiree) tersebut. Kendali perusahaan yang dimaksud adalah kekuatan untuk:a) Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan.b) Mengangkat dan memberhentikan manajemen.c) Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi.

Pengendalian ini yang memberikan manfaat kepada perusahaan pengakuisisi. Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas hukum. Perusahaanperusahaan yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri dan beroperasi secara independen tetapi telah terjadi pengalihan oleh pihak pengakuisisi.Beralihnya kendali berarti pengakuisisi memiliki mayoritas saham-saham berhak suara (voting stock) yang biasanya ditunjukan atas kepemilikan lebih dari dari 50 persen saham berhak suara tersebut.Dimungkinkan bahwa walaupun memiliki saham kurang dari jumlah itu pengakuisisi juga dapat dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika anggaran dasar perusahaan yang diakuisisi menyebutkan hal yang demikian. Namun dapat juga pemilik dari 51 persen tidak tau belum dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika dalam anggaran dasar perusahaan menyebutkan lain. Akuisisi memunculkan hubungan antara perusahaan induk (pengakuisisi) dan perusahaan anak (terakuisisi) dan selanjutnya kedua memiliki hubungan afiliasi.Skema dari penjelasan di atas dapat digambarkan sebagai berikut:Sumber: Muhammad Aji (2010)

Gambar 2. Skema Akuisisi

Sebelum akuisisisetelah akuisisi

PERUSAHAAN BPengendalianPERUSAHAAN BPERUSAHAAN APERUSAHAAN A

2.2 Dasar Hukum Merger dan akuisisi menurut UUPTUUPT dan peraturan pelaksanaannya merupakan dasar hukum bagi suatu merger perusahaan.UUPT mengatur tentang Merger, akuisisi dan konsolidasi mulai dari Pasal 26, 62,122, 123, 126, 127, 128, 129, 132,133, dan 152.Sebagimana disebutkan di atas Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998 yang menjabarkan ketentuan-ketentuan UU No.1 Tahun 1995 tentang Pereroan Terbatas (UUPT lama). Menurut ketentuan Pasal 4 Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1998, syarat-syarat melakukan merger, akuisisi adalah :(1). Penggabungan, peleburan,dan pengambilalihan hanya dapat dilakukandengan memperhatikan:a. kepentingan perseroan, pemegang saham minoritas, dan karyawan perseroan bersangkutan; b. kepentingn masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha;(2). Penggabungan, peleburan, danpengambilalihan tidak mengurangi hak pemegang saham minoritas untuk menjual sahamnya dengan harga saham yang wajar;.(3). Pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan rapat pemegangsaham mengenai penggabungan,peleburan, dan pengambilalihan hanya menggunakan haknya agar saham yang dimilikinya dibeli dengan harga yang wajar sesuai dengan ketentuan Pasal UUPT;(4). Pelaksanan hak sebagaimana dimaksudkan dalam Ayat 3 tidak menghentikan proses penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan.

Selanjutnya pada pasal 6 disebutkan :(1). Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan hanya dapat dilakukan dengan persetujuan rapat umum pemegang saham.(2). Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan dilakukan berdasarkan keputusan rapatumum pemegang saham yang dihadiri oleh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit bagian dari jumlah suara tersebut;(3). Bagi perseroan terbuka, dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Ayat 2 tidak tercapai maka syarat kehadiran dan pengambilan keputusan ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undang di bidang pasar modal.Dengan demikian secara umum, ketentuan merger dalam UU No. 1 Tahun 1995 dan PP 27 Tahun 1998 sudah cukup mengakomodir kebutuhan akan kepastian hukum dalam melakukan merger di Indonesia, hanya saja pengaturan dalam kedua ketentuan tersebut belum menyentuh aspek persaingan usaha. Jika ditelusuri lebih rinci, terdapat perbedaan yang cukup signifikan pengaturan merger dalamUU No.1 Tahun 1995 dengan UUPT No 40 Tahun 2007, antara lain:a. UU No.1 Tahun 1995 hanya mengaturketentuan mengenai merger saja, sedangkan UUPT No.40 Tahun 2007 memilikicakupan yang lebih luas karena undang-undang ini tidak hanya mengatur ketentuan mengenai merger akan tetapi juga mengatur ketentuan mengenai pemisahan perseroan (Corporate split)sebagaimana disebutkan pada Pasal 1 butir 12, sedangkan UU No.1 Tahun 1995 tidak mengenal ketentuan ini. b. UU No 1 Tahun 1995 mengatur bahwa merger mengakibatkan perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri berakhir karena hukum, merger dapat dilakukan dengan atau tanpa likuidasi terlebih dahulu. Ketentuan tersebut pada UUPT No. 40 Tahun 2007 dipersempit sehingga berakhirnya perseroan terjadi tanpa likuidasi terlebih dahulu.c. UUPT No. 40 Tahun 2007 mensyaratkan kewajiban perseroan untuk mengumumkan rencana merger , konsolidai, dan akuisisi kepadakaryawan perseroan dalam bentuk tertulis dalamwaktu 30 hari sebelum merger, suatu hal yang tidak diatur dalam UU No.1 Tahun 1995.

2.3 Jenis-jenisMergerdan AkuisisiBerdasarkan aktivitas ekonomik, merger dan akuisisi dapat diklasifikasikan dalam lima tipe.1) Merger HorisontalMerger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar/industri yang sama. Salah satu tujuan utama merger dan akuisisi horisontal adalah untuk mengurangi persaingan atau untuk meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran dan distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitas administrasi.Efek dari merger horisontal ini adalah semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Apabila hanya terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar dapat mengarah pada bentuk oligopoli, bahkan akan mengarah pada monopoli.2) Merger VertikalMerger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. Merger dan akuisisi tipe ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hulu memasuki industri hilir atau sebaliknya.Merger dan akuisisi vertikal dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan/atau pengguna produk dalam rangka stabilisasi pasokan dan pengguna. Tidak semua perusahaan memiliki bidang usaha yang lengkap mulai dari penyediaan input sampai pemasaran. Untuk menjamin bahwa pasokan input berjalan dengan lancar maka perusahaan tersebut dapat mengakuisisi atau merger dengan pemasok. Merger dan akuisisi vertikal ini dibagi dalam dua bentuk yaitu integrasi ke belakang atau ke bawah (backward/downward integration) dan integrasi ke depan atau ke atas (forward/upward integration).3) Merger KonglomeratMerger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait.Merger dan akuisisi konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis semula. Apabila merger dan akuisisi konglomerat ini dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah konglomerasi.Sebuah konglomerasi memiliki bidang bisnis yang sangat beragam dalam industri yang berbeda.4) Merger Ekstensi PasarMerger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar.Tujuan merger dan akuisisi ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-masing perusahaan.Merger dan akuisisi ekstensi pasar sering dilakukan oleh perusahan-perusahan lintas Negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar. Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat tanpa harus membangun fasilitas produksi dari awal di negara yang akan dimasuki. Merger dan akuisisi ekstensi pasar dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor karena kurang memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen luar negeri.5) Merger Ekstensi ProdukMerger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masingmasing perusahaan. Setelah merger perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas. Merger dan akuisisi ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan departemen riset dan pengembangan masing-masing untuk mendapatkan sinergi melalui efektivitas riset sehingga lebih produktif dalam inovasi.Dasar klasifikasi mergerdan akuisisi:1) Klasifikasi berdasarkan polaPola adalah sistem bisnis yang diimplementasikan oleh sebuah perusahaan dan dalam hal ini pola merger adalah sistem bisnis yang aka diadopsi atau yang akan dijadikan acuan oleh perusahaan hasil merger. Klasifikasi berdasarkan pola merger terbagi dalam dua kategori yaitu:a. Mothership MergerMothership merger adalah pengadopsian satu pola atau sistem untuk dijadikan pola atau sistem pada perusahaan hasil merger.Biasanya perusahaan yang dipertahankan hidup adalah perusahaan yang dominan dan sistem pola bisnis perusahaan yang dominan inilah yang diadopsi.b. Platform MergerJika dalam mothership merger hanya satu sistem yang diadopsi, maka dalam platform merger hardware dan software yang menjadi kekuatan masing-masing perusahaan tetap dipertahankan dan dioptimalkan. Artinya adalah semua sistem atau pola bisnis, sepanjang itu baik, akan diadopsi oleh perusahaan hasil merger.

2) Klasifikasi Berdasarkan Metode PembiayaanMetode pembiayaan adalah cara pembayaran transaksi merger dan akuisisi antara pengakuisisi dengan yang diakuisisi. Klasifikasi dalam metode ini terdiri dari kas, hutang, saham atau kombinasi ketiganya.

3) Klasifikasi Berdasarkan Objek PajakKlasifikasi merger dan akuisisi atas dikenakan atau tidaknya pajak didasarkan pada media transaksi yang dipakai.Jika pembayaran dilakukan dengan kas berarti transaksi tersebut merupakan objek pajak.Sebaliknya jika transaksi dilakukan dengan 100% saham maka transaksi tersebut tidak kena pajak. Terdapat tiga bentuk merger yang terkena pajak dan enam bentuk merger yang tidak kena pajak, yaitu:a. Terkena pajak Merger kedepan (forward merger)Merger kedepan merupakan merger yang melibatkan uang kas sebagai media pembayaran sehingga merger tipe ini merupakan transaksi yang kena pajak. Merger kebalikan (reverse merger)Merger kebalikan adalah merger dimana pemilik saham hasil merger adalah pemilik saham yang dimerger, sehingga pada merger ini terdapat perubahan kepemilikan perusahaan hasil merger. Merger melalui perusahaan anak (subsidiary merger) Merger melalui perusahaan anak atau merger segitiga (triangular merger) adalah merger yang dilakukan oleh perusahaan induk dengan melibatkan perusahaan anak. Merger segitiga berbalikan (triangular reverse merger) Merger segitiga kebalikan adalah merger yang (1) dilakukan antara perusahaan target dengan perusahaan induk melalui perusahaan anak, (2) setelah merger, perusahaan anak dibubarkan dan perusahaan target dipertahankan hidup serta menjadi anak perusahaan induk.b. Bebas pajak Reorganisasi Tipe A/ Merger berdasarkan Statuta (statutory merger); Reorganisasi hibrid segitiga (hybrid triangular merger); Reorganisasi tipe B (acquisition of stock for voting stock); Reorganisasi tipe B segitiga (triangular acquisition of stock for voting stock); Reorganisasi tipe C (acquisition property for voting stock); Reorganisasi tipe C (special-case acquisition property for voting stock).4) Klasifikasi Berdasarkan Objek yang Diakuisisia. Akuisisi SahamIstilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual beli perusahaan, dan transaksi tersebut mengakibatkan beralihnya kepemilikan perusahaan dari penjual kepada pembeli.Karena perusahaan didirikan atas saham saham, maka akuisisi terjadi ketika pemilik saham menjual saham-saham mereka kepada pembeli/pengakuisisi.Akuisisi saham merupakan salah satu bentuk akuisisi yang paling umum ditemui dalam hampir setiap kegiatan akuisisi. Akuisisi tersebut dapat dilakukan dengan cara membeli seluruh atau sebagian saham-saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan maupun dengan atau tanpa melakukan penyetoran atas sebagian maupun seluruh saham yang belum dan akan dikeluarkan perseroan yang mengakibatkan penguasaan mayoritas atas saham perseroan oleh perusahaan yang melakukan akuisisi tersebut, yang akan membawa ke arah penguasaan manajemen dan jalannya perseroan.b. Akuisisi AsetApabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka ia dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau aset perusahaan lain tersebut. Jika pembelian tersebut hanya sebagian dari aktiva perusahaan maka hal ini dinamakan akuisisi parsial. Akuisisi aset secara sederhana dapat dikatakanmerupakan:1) Jual beli (aset) antara pihak yang melakukan akuisisi aset (sebagai pihak pembeli) dengan pihak yang diakuisisi asetnya (sebagai pihak penjual), jika akuisisi dilakukan dengan pembayaran uang tunai. Dalam hal ini segala formalitas yang harus dipenuhi untuk suatu jual beli harus diberlakukan, termasuk jual beli atas hak atas tanah yang harus dilakukan dihadapan Pejabat Pembuatan Akta Tanah.2) Perjanjian tukar menukar antara aset yang diakuisisi dengan suatu kebendaan lain milik dan pihak yang melakukan akuisisi, jika akuisisi tidak dilakukan dengan cara tunai. Dan jika kebendaan yang dipertukarkan dengan aset merupakan sahamsaham, maka akuisisi tersebut dikenal dengan namaassets for share exchange, dengan akibathukum bahwa perseroan yang diakuisisi tersebut menjadi pemegang saham dan perseroan yang diakuisisi.5) Klasifikasi Berdasarkan Perlakuan Akuntansi-Metode PembelianMetode pembelian terjadi jika dalam kegiatanpenggabungan usaha melibatkan transaksi pembelian mayoritassaham perusahaan target secara tunai, yang berakibatberalihnya pengendalian terhadap manajemen perusahaan.Metode pembelian mengakui dan mencatat aset dan kewajibannerdasarkan nilai pasar, sedangkan laba ditahan dan agio sahamtidak diakui dalam laporan keuangan konsolidasi. Metode PenyatuanMetode penyatuan terjadi ketika pemegang saham perusahaan yang bergabung tetap melanjutkan kepemilikannya terhadap perusahaan hasil penggabungan. Dalam metode penyatuan ini tidak ditemukan proses jual beli antara satu pihak dengan pihal lainnya, tidak ada pihak yang dianggap sebagai pengambilalih dan tidak ada pihak yang dominan timbul dari kegiatan merger dan akuisisi tersebut.

2.4 Motivasi Perusahaan Melakukan Merger dan AkuisisiMenurut Moin (Muhammad Aji, 2010), pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan melakukan merger dan akuisisi, yaitu motif ekonomi dan motif non-ekonomi.Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Di sisi lain, motif non-ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada keinginan subyektif atau ambisi pribadi pemilik. Kedua motif tersebut akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini:1) Motif EkonomiEsensi dari tujuan perusahaan, jika ditinjau dari perpektif manajemen keuangan, adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger dan akuisisi memiliki motif ekonomiyang tujuan jangka panjangnya adalah mencapai peningkatan nilai tersebut.Oleh karena itu seluruh aktivitas dan keputusan yang diambil oleh perusahaan harus diarahkan mencapai tujuan ini.Implentasi program yang dilakukan oleh perusahaan harus melalui langkah-langkah konkrit misalnya melalui efisiensi produksi, peningkatan penjualan, pemberdayaan dan peningkatan produktivitas sumber daya manusia. Disamping itu menurut Moin (Muhammad Aji, 2010), motif ekonomi merger dan akuisisi yang lain meliputi:a. Mengurangi waktu, biaya dan risiko kegalalan memasuki pasar baru.b. Mengakses reputasi teknologi, produk dan merk dagang.c. Memeroleh individu-individu sumber daya manusia yang profesional.d. Membangun kekuatan pasar.e. Memperluas pangsa pasar.f. Mengurangi persaingan.g. Mendiversifikasi lini produk.h. Mempercepat pertumbuhan.i. Menstabilkan cash flow dan keuntungan.2) Motif SinergiMotivasi utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah menciptakan sinergi.Sinergi merupakan kondisi yang saling menguntungkan dari peristiwa merger maupun akuisisi.Sinergi dapat berarti nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masingmasing perusahaan sebelum merger dan akuisisi.Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas-aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri. Pengaruh sinergi dapat timbul dari empat sumber: Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomi dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi; Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas; Perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger dan; Peningkatan penguasaaan pasar akibat berkurangnya persaingan (Brigham, 2006).Bentuk-bentuk sinergi disajikan berikut ini:1. Sinergi OperasiSinergi operasi (operating synergy) terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan cara pemanfaatan secara optimal sumberdaya-sumberdaya perusahaan, sehingga dengan adanya merger ataupun akuisisi yang dilakukan perusahaan maka diharapakan perusahaan dapat memasarkan produknya hingga kapasitas penuh, dimana yang sebelumnya masih idle akan dapa dioptimalkan untuk mendukung permintaan pasar. Disini terjadi efisiensi karena pemanfaatan kapasitas produksi yang semula masih menganggur.2. Sinergi FinansialSinergi finansial (financial synergy) dihasilkan ketika perusahaan hasil merger memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun. Struktur permodalan yang kuat akan menjamin berlangsungnya aktivitas operasi perusahaan tanpa menghadapi kesulitan likuiditas. Akses yang semakin mudah terhadap sumber-sumber dana dimungkinkan ketika perusahaan memiliki ukuran yang semakin besar. Perusahaan yang memliki struktur permodalan kuat dan size yang besar akan diberi kepercayaan dan kepercayaan yang positif oleh publik. Kondisi seperti ini akan memberikan dampak positif bagi perusahaan karena makin meningkatnya kepercayaan pihak lain seperti lembaga-lembaga keuangansehingga mereka bersedia meminjamkan dana. Perusahaan yang memiliki kepercayaan dari publik seperti itu memiliki risiko kebangkrutan yang lebih kecil daripada yang tidak memiliki kepercayaan publik.3. Sinergi ManajerialSinergi manajerial (managerial synergy) dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke perusahaan lain atau ketika secarabersama-sama mampu memanfaatkan kapasitas know-how yang mereka miliki. Manajemen yang seperti ini mampu bersinergi dalam mengambil keputusan-keputusan strategik. Transfer kapabilitas terutama sekali terjadi ketika sebuah perusahaan yang memiliki kinerja manajerial yang lebih baik merger dengan perusahaan lain yang memiliki kinerja manajerial yang kurang bagus. Perusahaan yang superior dalam suatu industri seringkali memiliki sumberdaya manajemen yang lebih bagus dibanding perusahaan yang lain di industri yang sama. Perusahaan yang belum memiliki manajerial yang bagus perlu pembelajaran internal melalui merger dengan perusahaan lain apabila ingin memiliki keunggulan manajerial.4. Sinergi TeknologiSinergi teknologi dapat dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga saling memetik manfaat. Sinergi teknologi dapat terjadi misalnya pada departemen riset dan pengembangan, departemen disain dan engineering, proses manufacturing, dan teknologi informasi.5. Sinergi PemasaranPerusahaan yang melakukan merger akan memeroleh manfaat dari semakin luas dan terbukanya produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan semakin banyak konsumen yang dapat dijangkau.3) Motif DiversifikasiDiversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang dapat dilakukan melalui merger dan akuisisi.Diversifikasi dimaksud untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing.Akan tetapi jikamelakukan diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor yang mendukung kompetensi inti (core competence).Disamping memberikan manfaat seperti transfer teknologi dan pengalokasian modal,diversifikasi juga membawa kerugian yaitu adanya subsidi silang.4) Motif Non-ekonomiAktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non-ekonomi, seperti prestise dan ambisi.Motif nonekonomi dapat berasal dari manajemen perusahaan atau pemilikperusahaan.a. Motif Hubris HypothesisHipotesis ini menyatakan bahwa merger dan akuisisi semata-mata didorongoleh motif ketamakan dan kepentingan pribadi para eksekutif perusahaan.Alasannya adalah menginginkan ukuran perusahaan yang lebih besar. Dengan semakin besarnya perusahaan maka akan makin besar kompensasi yang akan diterima. Kompensasi yang diterima bukan hanya berupa materi namun juga berupa pengakuan atau aktualisasi diri. Dalam hipotesis ini menjelaskan alas an mengapa manajer membayar premium yang sangat tinggi terhadap perusahaan target. Hal ini disebabkan karena kepercayaan tinggi yang berlebih terhadap perushaanyang diakuisisi.b. Ambisi pemilikAdanya ambisi dari pemilik perusahaan untuk menguasai berbagai sektor bisnis.Menjadikan aktivitas merger dan akuisisi sebagai strategi perusahaan untuk menguasai perusahaan-perusahaan yang ada untuk membangun kerajaan bisnis.Hal ini biasanya terjadi dimana pemilik perusahaan memiliki kendali dalam pengambilan keputusan perusahaan.

2.5 Segi Positif dan Segi Negatif Penggabungan PerusahaanPenggabungan badan usaha menurut Desak Agung Oka Suardewi (Yeni, 2006) memiliki segi positif dan segi negatif. Segi positif dari penggabungan usaha adalah sebagai berikut:1. Dengan skala usaha yang relatif besar, konglomerat dapat menikmati dan memanfaatkan economies of scale.2. Dengan melaksanakan diversifikasi setiap perusahaan yang berada dibawah kepemilikan konglomerat dapat menikmati dan memanfaatkan eksternal economies karena terbukanya peluang untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas yang pada gilirannya akan mendatangkan laba yang memuaskan.3. Dengan melakukan diversifikasi usaha dan ditunjang dengan skala usaha yang relatifbesar, dapat meningkatkan profesionalisme dan mempercepat penguasaan alih teknologi.4. Dengan efisiensi dan produktifitas yang lebih tinggi pada gilirannya dapat meningkatkan ekspor, menciptakan dan memperluas kesempatan kerja serta mendukung industrialisasi.5. Bargaining position yang lebih kuat.6. Dari segi manajemen, sentralisasi pengambilan keputusan mengandung aspek positif seperti pengambilan keputusan yang cenderung lebih cepat, berpandangan jauh kedepan dan berwawasan luas. Kemudian segi-segi negatif yang terdapat dalam penggabungan usaha, yaitu:

Segi negatif dari penggabungan usaha adalah sebagai berikut :1. Apabila penggabungan usaha tidak dibatasi dalam jenis dan skala usahanya, maka cenderung dapat menimbulkan free fightliberalism, yang pada akhirnya bermuara pada struktur pasar baru yang monopolistis.2. Sentralisasi pengambilan keputusan dapat dimanfaatkan untuk melakukan manipulasi pelaporan hasil usaha, pelaporan kekayaan perusahaan maupun manipulasi melalui transfer pricing. Cara ini sering disebut conglomerate game.3. Integrasi Horisontal dengan tujuan mengurangi jumlah pesaing maupun vertikal dengan tujuan membatasi kemampuan pesaing melalui penguasaan sejumlah mata rantai produksi dari hulu sampai hilir dapat berdampak kepada melemahnya mekanisme pasar yang menjurus kepada monopoli.4. Dengan adanya sentralisasi pengambilan keputusan, maka kepentingan tiap perusahaan anak disubordinasikan pada kepentingan perusahaan induk yang pada gilirannya dapat berdampak negatif dan destruktif, seperti peluang yang semakin besar dan mudah untuk membentuk semacam trust dan kartel. Kondisi ini juga memungkinkan terbentuknya community ofinterest diantara konglomerat yang tidak sejalan dengan kepentingan nasional.5. Kecenderungan timbulnya praktik reprocity yakni penciptaan kondisi yang memungkinkan kesepakatan sejumlah perusahaan yang tergabung, untuk saling membeli barang dan jasa yang dihasilkan masing-masing perusahaan tersebut tanpa mempertimbangkan keadaan pasaran, sehingga membatasi atau meniadakan akses pasar bagi pesaing. Apabila kondisi ini semakin berkembang maka dapat menimbulkan ketimpangan ekonomi terutama terdesaknya usaha-usaha kecil dan menengah.

2.6 Proses Merger dan AkuisisiProses merger dan akuisisi menurut Dian Purnomo Jati (Yeni,2006) memiliki beberapa tahapan, yaitu:1. Tahap Perencanaan. Pada tahapan ini terdapat dua proses, yaitu identifikasi awal dan screening. Pada proses identifikasi awal berarti perusahaan mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin perusahaan-perusahaan mana saja yang potensial untuk diajak bergabung. Berbagai informasi dikumpulkan untuk melihat karakteristik perusahaan target. Hal ini tidak lepas dari motif perusahaan dalam malakukan kegiatan merger dan akuisisi sehingga perusahaan yang akan dipilih menyesuaikan dengan yang akan dicapainya. Setelah perusahaan melakukan identifikasi awal kemudian perusahaan melakukan screening. Screening merupakan proses penyaringan sekaligus memilih diantara berbagai calon perusahaan target yang telah terkumpul informasinya.2. Tahap Proses Merger dan Akuisisi. Tahapan ini terdiri dari empat proses yaitu penawaran formal, due diligenco, negosiasi/deal dan closing. Proses penawaran formal merupakan pendekatan formal yang dilakukan oleh perusahaan melalui pemberitahuan secara tertulis dan resmi tentang maksud penggabungan usaha terhadap manajemen puncak perusahaan target. Kedua belah pihak melakukan penjajakan dan pembicaraan tentang harga yang akan disepakati. Setelah penawaran formal, kemudian dilakukan due diligenco atau uji tuntas, yaitu suatu investigasi yang menyeluruh dan mendalam terhadap berbagai aspek perusahaan target.Uji tuntas dilakukan terhadap aspek hukum, keuangan, organisasi, sumber daya manusia, pemasaran serta teknologi dan produksi. Negosiasi/deal dianggap telah terlaksana apabila tercapai kesepakatan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam proses merger atau akuisisi antara perusahaan pengakuisisi dan pihak perusahaan target. Setelah ketiga proses diatas telah terlaksana, kemudian dilakukan penutupan transaksi merger atau akuisisi yang ditandai dengan berlakunya status hukum perusahaan yang dimerger kedalam perusahaan hasil penggabungan usaha disertai dengan penyerahan saham.3. Tahap Pasca Akuisisi.Tahapan pasca akuisisi merupakan tahapan baru setelah perusahaan melakukan penggabungan usaha sebagai suatu kesatuan entitas. Satu hal terpenting yang dilakukan pada tahap ini adalah Restrukturisasi:3.1 Dasar Pemikiran RestrukturisasiPada keadaan lain perusahaan menggunakan strategi restrukturisasi karenaperubahan dalam lingkungan eksternal dan internal. Dalam kasus ini, restrukrurisasimungkin cocok untuk posisi perusahaan, jadi dapat menciptakan lebih banyak nilai untukmemegang saham, memberikan perubahan lingkungan. Dengan memperhatikan alas anpenggunaan ini, strategi restrukturisasi merubah komposisi bisnis portfolio perusahaan.Perusahaan dapat mengadopsi tiga tipe strategi restrukturisasi yaitu downsizing, downscoping dan leveraged buyouta. Downsizingadalah pengurangan jumlah tenaga kerja perusahaan dan kadangkadang jumlah unit operasi tetapi itu mungkin atau tidak mungkin merubah komposisi bisnis dalam perusahaan portfolio. Perusahaan menggunakan downsizing sebagai strategi restrukturisasi untuk alasan yang berbeda. Alasan yang paling banyak disebutkan adalah bahwa perusahaan mengharapkan peningkatan keuntungan dari pengurangan biaya danoperasi yang lebih efisien.b. DownscopingDibandingkan dengan downsizing, downscoping lebih berdampak positif pada kinerja perusahaan.Downscoping adalah pelepasan, pembagian atau cara-cara lain untuk menghapus bisnis yang tidak berkaitan dengan bisnis inti perusahaan.Pada umumnya, downscoping dijelaskan sebagai serangkaian tindakan yang menyebabkan perusahaan secara strategis memusatkan kembali perhatiannya ke bisnis intinya.c. Leveraged BuyoutsPada umumnya leveraged buyouts (LBOs) digunakan sebagai strategirestrukturisasi untuk memperbaiki kesalahan manajerial atau karena manajer membuat keputusan yang pada dasarnya melayani keinginan sendiri dibandingkan keinginan pemegang saham. Leveraged buyouts adalah strategi restrukturisasi dimana satu pihak membeli semua aktiva perusahaan agar perusahaan menjadi milik pribadi.Ketika transaksi itu diselesaikan, saham perusahaan tidak lagi dijual kepada public.

3.2 Jenis-jenis RestrukturisasiRestrukturisasi suatu perusahaan dibedakan menjadi :1. Restrukturisasi portofolio/ AssetsRestrukturisasi portofolio/ Assets merupakan kegiatan penyusunan portofolio perusahaan supaya kinerja perusahaan semakin baik.Yang termasuk ke dalam portofolio perusahaan adalah setiap assets, lini bisnis, divisi, unit usaha maupun anak perusahaan.2. Restrukturisasi modal atau keuanganRestrukturisasi keuangan atau modaladalah penyusunan ulang komposisi modal perusahaan supaya kinerja keuangan menjadi lebih sehat. Kinerja keuangan dapat dievaluasi berdasarkan laporan keuangan, yang terdiri dari: neraca, Rugi/Laba, laporan arus kas, dan posisi modal perusahaan. Berdasarkan data dalam laporan keuangan perusahaan, akan dapat diketahui tingkat kesehatan perusahaan. Kesehatan perusahaan dapat diukur berdasar rasio kesehatan, yang antara lain: tingkat efisiensi (efficiency ratio), tingkat efektifitas (effectiveness ratio), profitabilitas (profitability ratio), tingkat likuiditas (liquidity ratio), tingkat perputaran aset (asset turn over), leverage ratio dan market ratio. Selain itu, tingkat kesehatan dapat dilihat dari profil risiko tingkat pengembalian.3. Restrukturisasi manajemen/organisasiRestrukturisasi manajemen dan organisasi, merupakan penyusunan ulang komposisi manajemen, struktur organisasi, pembagian kerja, sistem operasional, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah managerial dan organisasi.Dalam hal restrukturisasi manajemen/organisasi, perbaikan kinerja dapat diperoleh melalui berbagai cara, antara lain dengan pelaksanaan yang lebih efisien dan efektif, pembagian wewenang yang lebih baik sehingga keputusan tidak berbelit-belit, dan kompetensi staf yang lebih mampu menjawab permasalahan di setiap unit kerja.Pada dasarnya setiap korporasi dapat menerapkan salah satu jenis restrukturisasi pada satu saat, namun bisa juga melakukan restrukturisasi secara keseluruhan, karena aktifitas restrukturisasi saling terkait.Pada umumnya sebelum melakukan restrukturisasi, manajemen perusahaan perlu melakukan penilaian secara komprehensip atas semua permasalahan yang dihadapi perusahaan, langkah tersebut umum disebut sebagai due diligence atau penilaian uji tuntas perusahaan.Hasil penilaian ini sangat berguna untuk melakukan langkah restrukturisasi yang perlu dilakukan berdasar skala prioritasnya.Dari hasil pengalaman, pelaksanaan restrukturisasi yang berhasil, harus melibatkan dan mendapatkan komitmen dari semua pihak. Dan akan menjadi lebih rumit, jika perusahaan mempunyai pinjaman lebih dari satu Bank, karena akan melibatkan rangkaian pembicaraan dan pertemuan-pertemuan yang melelahkan, namun bukan hal yang tak dapat dilakukan. Pada akhirnya, kerja sama, niat baik, dan semangat yang harus didukung oleh semua jajaran di dalam perusahaan (dari karyawan, manajemen, komisaris) serta dukungan dari stakehoders akan mempengaruhi keberhasilan restrukturisasi tersebut.

3.3 Motivasi RestrukturisasiMotivasi atau alasan suatu perusahaan menata ulang struktur perusahaannya adalah sebagai berikut :1. Masalah hokum dan desentralisasiUndang-undang No 22/1999 dan No 25/1999 telah mendorong korporasi untuk mengkaji ulangcarakerja dan mengevaluasi hubungan kantor pusat, yang kebanyakan di Jakarta, dengan anak-anak perusahaan yang menyebar di seluruh pelosok tanah air. Keinginan Pemerintah Daerah untuk ikut menikmati hasil dari perusahaan-perusahaan yang ada di daerah masing-masing menuntut korporasi untuk mengkaji ulang seberapa jauh wewenang perlu diberikan kepada pimpinan anak-anak perusahaan supaya bisa memutuskan sendiri bila ada masalah-masalah hukum di daerah.2. Masalah Hukum/monopoliPerusahaan yang telah masuk dalam daftar hitam monopoli, dan telah dinyatakan bersalah oleh Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU)/pengadilan, harus melakukan restrukturisasi agar terbebas dari masalah hukum.Misalkan, perusahaan harus melepas atau memecah divisi supaya dikuasai pihak lain, atau menahan laju produk yang masuk ke daftar monopoli supaya pesaing bisa mendapat porsi yang mencukupi.3. Tuntutan pasarKonsumen dimanjakan dengan semakin banyaknya produsen.Apalagi dalam era perdagangan bebas, produsen dari manapun boleh ke Indonesia. Hal ini menuntut korporasi untuk memenuhi tuntutan konsumen, yang antara lain menyangkut :1) kenyamanan (convenience), 2) kecepatan pelayanan (speed), 3) ketersediaan produk (conformity), dan 4) nilai tambah yang dirasakan oleh konsumen (added value). Tuntutan tersebut bisa dipenuhi bila perusahaan paling tidak mengubah cara kerja, pembagian tugas, dan sistem dalam perusahaan supaya mendukung pemenuhan tuntutan tersebut.4. Masalah GeografisKorporasi yang melakukan ekspansi ke daerah-daerah sulit dijangkau, perlu memberi wewenang khusus kepada anak perusahaan, supaya bisa beroperasi secara efektif. Demikian juga jika melakukan ekspansi ke luar negeri, korporasi perlu mempertimbangkan sistem keorganisasian dan hubungan induk-anak perusahaan supaya anak perusahaan di manca negera dapat bekerja baik5. Perubahan kondisi korporasiPerubahan kondisi korporasi sering menuntut manajemen untuk mengubah iklim supaya perusahaan semakin inovatif dan menciptakan produk atau cara kerja yang baru. Iklim ini bisa diciptakan bila perusahaan memperbaiki manajemen dan aspek-aspek keorganisasian, misalnya kondisi kerja, sistem insentif, dan manajemen kinerja.6. Hubungan holding-anak perusahaanKorporasi yang masih kecil dapat menerapkan operating holding system, dimana induk dapat terjun ke dalam keputusan-keputusan operasional anak perusahaan.Semakin besar ukuran korporasi, holding perlu bergeser dan berlaku sebagaisupporting holding, yang hanya mengambil keputusan-keputusan penting dalam rangka mendukung anak-anak perusahaan supaya berkinerja baik. Semakin besar ukuran korporasi, induk harus rela bertindak sebagai investment holding, yang tidak ikut dalam aktifitas, tetapi semata-mata bertindak sebagai pemilik anak-anak perusahaan, menyuntik ekuitas dan pinjaman, dan pada akhir tahun meminta anak-anak perusahaan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya dan menyetor dividen.7. Masalah Serikat PekerjaEra keterbukaan, yang diikuti dengan munculnya undang-undang ketenaga kerjaan yang terus mengalami perubahan mendorong para buruh untuk semakin berani menyuarakan kepentingan mereka.8. Perbaikan image korporasiKorporasi sering mengganti logo perusahaan dalam rangka menciptakan image baru, atau memperbaiki image yang selama ini melekat pada stakeholderskorporasi.Sebagai contoh, beberapa tahun lalu, PT Garuda Indonesia mengganti logo perusahaan supaya image korporasi mengalami perubahan.9. Fleksibilitas ManajemenManajemen seringkali merestrukturisasi diri supaya cara kerja lebih lincah, pengambilan keputusan lebih cepat, perbaikan bisa dilakukan lebih tepat guna. Restrukturisasi ini biasanya berkaitan dengan perubahan job description, kewenangan tiap tingkatan manajemen untuk memutuskan pengeluaran, kewenangan dalam mengelola sumber daya (temasuk SDM), dan bentuk organisasi.PT Kimia Farma melakukan restrukturisasi organisasi, dengan memisah unit apotik supaya manajemen menjadi semakin lincah dan fokus beroperasi.10. Pergeseran kepemilikanPendiri korporasi biasanya memutuskan untuk melakukan go public setelah si pendiri menyatakan diri sudah tua, tidak sanggup lagi menjalankan korporasi seperti dulu. Perubahan paling sederhana adalah mengalihkan sebagian kepemilikan kepada anak-anaknya. Tapi caraini seringkali tidak cukup.3.4 Hasil RestrukturisasiHasil jangka pendek dan panjang dari tiga strategi restrukturisasi ditampilkanpada gambar dibawah ini.AlternatifHasil Jangka PendekHasil Jangka Panjang

Mengurangi biaya tenaga kerjaKehilangan modal tenaga

Downsizing

Kinerja yang lebih rendah

Mengurangi biaya hutang

Downscoping

Kinerja yang lebih tinggi

Penekanan PadaPengawasan Strategi

Leveraged Buyout

Resiko YangLebih TinggiBiaya hutang tinggi

Seperti ditunjukkan pada gambar, downscoping memegang peranan pentingdalam menghasilkan lebih banyak hasil yang positif dalam jangka pendek dan jangka panjang dibandingkan dengan penggunaan downsizing atau LBOs. Bagaimanapun hasil positif dari downscoping pada jangka pendek dan jangka panjang hanya dapat tercapai ketika perusahaan menggunakan strategi restrukturisasi sebagaimana mestinya yaitu dengan cara dimana mengijinkan perusahaan untuk memfokuskan kembali pada inti bisnisnya.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

AT&T adalah perusahaan operator telekomunikasi.Tahun lalu, AT&T berencana membeli operator nirkabel dari induk usahanya Deutsche Telekom (DT).Tapi kesepakatannya gagal setelah Departemen Kehakiman menuntut untuk memblokir dan membatalkan akuisisi tersebut sebagai sesuatu yang dianggap tidak kompetitif.Hal itu membuat DT terjebak menjadi kambing hitam di antara 4 operator nirkabel AS lainnya. Operator 4G yaitu T-mobile menjadi tertinggal dari 3 operator lainnya, dan kepuasan pelanggan berada dalam tempat akhir dengan AT&T Mobility, menurut ACSI.

T-Mobile juga berada di peringkat terbawah di antara daftar pelayanan pelanggan dalam survei yang dilakukan MSN. T-Mobile berharap untuk meningkatkan posisinya dengan cara 'kawin' dengan MetroPcs, dan akhirnya menawarkan iPhone pada pelanggannya. Namun, dengan kerugian yang tidak biasa yaitu kehilangan 1.588.000 pelanggannya, hal itu seperti terlambat bagi T-Mobile.

10