MANIPULASI USIA ANAK NIKAH DIBAWAH UMUR MENURUT …repository.uinjambi.ac.id/2473/1/SPM151575_IDRUS...
Transcript of MANIPULASI USIA ANAK NIKAH DIBAWAH UMUR MENURUT …repository.uinjambi.ac.id/2473/1/SPM151575_IDRUS...
MANIPULASI USIA ANAK NIKAH DIBAWAH
UMUR MENURUT HUKUM ADAT DAN
KOMPILASI HUKUM ISLAM
(Studi Kasus di Desa Tanjung Putus Kecamatan Tabir Barat
Kabupaten Meranngin)
SKRIPSI
Oleh
IDRUS ZAMZAMI
NIM: SPM 151575
PEMBIMBING
Dr.H.Ishaq SH,M.Hum
Abdul Razak SHI.,M.IS
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB
FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDINJAMBI
1440 H/2019
MOTTO
همم و م حل كم وظعامم كم م
ب حل مكت
ين ٱوثموا ٱ ل
وظعامم ٱ ب تم ي مع
م ٱ ميوم ٱحل مكم
حصن تم من ٱ ممم
ٱ
ن ٱجم وهم ذا ءاثيتممم ا ب من قبلكم مكت
ين ٱوثموا ٱ ل
حصن تم من ٱ ممم
ت وٱ ؤمن ممم
حصنين غي ٱ ن مم ورهم
م لخرة من ٱ
و ف ٱ ۥ وهم م ن فقد حبط علم يم
ل ومن يكفمر بٱ تخذي ٱخدان فحين ول مم سم ين مم خم
Artinya : “Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik, makanan (sembelihan)
orang-orang yang diberi Al-Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu
halal (pula) bagi mereka (dan dihalalkan mengawini) wanita yang
menjaga kehormatan, diantara wanita yang beriman dan wanita-wanita
yang menjaga kehormatan diantara orang-orang yang diberi Al-Kitab
sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan
maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula)
menjadikannnya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah
beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam). Maka hapuslah
amalannya dan ia dihari kiamat termasuk orang-orang yang merugi”.
(QS.Al-Maidah 5:5).
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah..Alhamdulillah.. Alhamdulillahirobbil’alamin.
Sujud syukurku kusembahkan kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang. Atas karunia serta kemudahan yang engkau
berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan
salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan
kusayangi.
Untuk ayah dan ibu Rusli dan Halimatunsakdiah sebagai tanda bukti,
hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini
kepada ayah dan ibuku tersayang, telah memberikan dukungan, semangat, iringan
doa, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku
selalu kuat, sabar dalam menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. Semoga
ini menjadi langkah awal untuk membuat ibu dan ayah bahagia karena kusadar,
selama ini belum bisa membuat yang lebih. Dalam hidupmu demi hidupku kalian
ikhlas mengorbankan segala perasaan, dalam bekerja tanpa mengenal rasa lelah.
Untuk kakak-kakak dan adik, Winarti, Bambang Adiyatma, Eka Rosdiana
dan Yases Karnando tiada yang paling mengharukan saat berkumpul bersama
kalian, terima kasih atas doa dan suport yang telah kalian berikan kepadaku
sebagai adik dan kakak kalian. Serta untuk semua keluarga yang telah banyak
membantu dan memberikan semangat kepadaku.
Tak lupa pula kuucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada
sahabat-sahabatku yang tak pernah berhenti untuk menyemangati sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan. Dodi, Diki Deri, Rahmat, Fadlan, Muhsen, Lukman,
Andespa dan Hengki. Teman-teman yang selalu ada di kala suka dan duka Vina
Nabila, Oktavia, Rini, Tutut, Golvia, Ica, Sulis, Evi, Ncul, Jariyah, Fatini, dan
Qawi. Serta teman-teman Perbandingan Madzhab yang tak bisa disebutkan satu
persatu. Semoga kebersamaan dan silaturahmi kita akan tetap terjaga hingga akhir
nanti. Sekali lagi kuucapkan terimakasih. Semoga Allah SWT membalas kebaikan
kita semua. Aamiin.
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk untuk mengetahui pelaksanaan terjadinya
manipulasi usia pernikahan dibawah umur di Desa Tanjung Putus Kecamatan
Tabir Barat Kabupaten Merangin dan mengetahui faktor-faktor penyebab
terjadinya manipulasi usia pernikahan anak dibawah umur serta mengkaji
manipulasi usia pernikahan anak dibawah umur yang terjadi di Desa Tanjung
Putus Kecamatan Tabir Barat Kabupaten Merangin menurut Hukum Adat dan
Kompilasi Hukum Islam. Skripsi ini menggunakan pendekatan yuridis empiris
dengan metode deskriftif kualitatif. Metode pengumpulan data melalui
wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh
hasil dan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Pelaksanaan pernikahan
dibawah umur di Desa Tanjung Putus Kecamatan Tabir Barat Kabaupaten
Merangin biasanya dilakukkan terhadap beberapa kasus seperti telah hamil
sebelum menikah, untuk bisa mendapatkan surat nikah maka mereka
memanipulasi usia mereka, dan sebelum ini dilakukan, terlebih dahulu mereka
melakukan kesepakatan dengan para tokoh adat setmpat. Kedua, faktor
penyebab terjadinya manipulasi usia pernikahan anak dibawah umur ini adalah
adalah faktor pergaulan, faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor budaya dan
faktor perjodohan. Ketiga, Manipulasi usia dalam pernikahan dibawah umur
menurut Kompilasi Hukum Islam adalah tidak diperbolehkan sesuai dengan
pasal 15 ayat 1 yang berbunyi “Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah
tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan oleh calon mempelai yanng telah
mencapai umur yang ditetapkan dalam pasal 7 Undang-undang No.1 Tahun
1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya 19 tahun dan calon istri
sekurang-kurangnya berusia 16 tahun. Sedangkan menurut hukum adat di Desa
Tanjung Putus Kecamatan Tabir Barat Kabupaten Merangin boleh
dilaksanakan karena memikirkan dampaknya dan demi kemaslahatan dan
kebaikan.
Kata Kunci : Manipulasi, Usia, Pernikahan, Anak di bawah umur.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufiq dan
hidayah-Nya maka penulis dapat meyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan
baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
sang suri teladan umat, yang telah membawa umat-Nya ke alam yang terang
benderang dengan cahaya iman, taqwa dan ilmu pengetahuan.
Perjalanan panjang disertai perjuangan yang melelahkan terasa begitu indah
untuk dikenang suka dukanya dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Manipulasi usia anak nikah dibawah umur menurut hukum adat dan kompilasi
ukum Islam (Studi kasus di desa Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat kabupaten
Merangin)”. Untuk mendapat gelar sarjana hukum (SH) Jurusan Perbandingan
Madzhab, Fakultas Syariah, UIN STS Jambi, akhirnya mencapai titik akhir
dengan penuh rasa syukur.
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui, tidak sedikit
hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data
maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,
terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas
penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama sekali kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. ..................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................................. iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 5
C. Batasan Masalah................................................................. 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................... 6
E. Kerangka Teori dan Konseptual......................................... 8
F. Tinjauan Pustaka ................................................................ 15
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 18
B. Pendekatan Penelitian ........................................................ 18
C. Jenis dan Sumber Data ....................................................... 18
D. Unit Analisis ...................................................................... 19
E. Instrumen Pengumpulan Data ............................................ 20
F. Teknik Analisis Data .......................................................... 21
G. Sistematika Penulisan ........................................................ 23
H. Jadwal Penelitian ................................................................ 24
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya desa Tanjung Putus ............................. 26
B. Geogrfis dan Strukrur Organisasi desa Tanjung Putus ...... 27
C. Pendidikan dan Pekerjaan Masyarakat desa Tj Putus ........ 29
D. Keadaan sosial dan Adat budaya desa Tanjung Putus. ...... 31
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Manipulasi usia anak nikah dibawah umur menurut
Hukum adat dan kompilasi Hukum Islam ......................... 35
B. Faktor-faktor terjadinya manipulasi usia anak nikah
Dibawah umur di Desa Tanjung Putus ............................ 44
C. Pelaksanaan Manipulasi usia anak nikah dibawah umur
di desa Tanjung Putus ....................................................... 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 60
B. Saran ................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 63
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 65
CURICULUM VITAE ................................................................................... 67
DAFTAR SINGKATAN
BPD : Badan Permusyawaratan Desa
HA : Hektar Are
KHI : Kompilasi Hukum Islam
IRT : Ibu Rumah Tangga
KADES : Kepala Desa
KADUS : Kepala Dusun
KAUR : Kepala Urusan
KUA : Kantor Urusan Agama
LANSIA : Lanjut Usia
MA : Muara
PA : Pengadilan Agama
PLN : Perusahaan Listrik Negara
PP : Peraturan Pemerintah
PPN : Pegawai Pencatat Nikah
SEKDES : Sekretaris Desa
UU : Undang-Undang
TJ : Tanjung
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian .............................................................................. 25
Tabel 2. Tingakat Pendidikan desa Tanjung Putus ......................................... 29
Tabel 3. Sarana Pendidikan desa Tanjung Putus ............................................ 30
Tabel 4. Pekerjaan Masyarakat desa Tanjung Putus ...................................... 31
Tabel 5. Jumlah Penduduk desa Tanjung Putus .............................................. 32
Tabel 6. Klub Olahraga di desa Tanjung Putus............................................... 32
Tabel 7. Tempat Peribadatan desa Tanjung Putus .......................................... 33
Tabel 8. Pelaku Manipulasi Usia Pernikahan ................................................. 37
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara Alami, naluri manusia diciptakan memiliki kecenderungan
seksual. Islam ingin menunjukkan bahwa yang membedakan manusia
dengan hewan dalam penyaluran naluri sekual adalah melalui
perkawinan, sehingga akibat segala akibat negatif yang ditimbulkan
oleh penyaluran seksual secara tidak benar dapat dihindari sedini
mungkin. Oleh karena itu ulama fikih menyatakan bahwa pernikahan
merupakan satu-satunya cara yang benar dan sah dalam menyalurkan
naluri seksual, sehingga masing-masing pihak tidak merasa khawatir
akan akibatnya.
Pernikahan merupakan salah satu sunattullah yang umum berlaku
pada semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan maupun
tumbuhan.1 Para mujtahid sepakat bahwa nikah adalah suatu ikatan
yang dianjurkan syariat. Orang yang sudah berkeinginan untuk nikah
dan khawatir terjerumus kedalam perbuatan zina, sangat dianjurkan
untuk melakanankan nikah. Yang demikian adalah lebih utama pada
haji, salat, jihad dan puasa sunnah. Demikian menurut kesepakatan para
imam madzhab.2
1Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah Juz ll, (Kairo: Maktanat: Dar al-Turas, 1970), hlm.104
2 Syekh Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasqi, Terjemahan Abdulla Zaki al-Khaf,
Fiqh empatMadzhab, (Bndung : Hasyimi Press, 2004), hlm 338.
Menurut Mahmud Yunus, nikah ialah akad antara calon suami istri
untuk memenuhi hajat jenisnya menurut yang diatur oleh syariat.3
Nikah amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun
kelompok. Dengan jalan nikah yang sah, pergaulan laki-laki dan
perempuan terjadi secara terhormat sesuai kedudukan manusia sebagai
makhluk yang berkehormatan. Pergaulan hidup berumah tangga dibina
alam suasana damai, tenteram, dan rasa kasih sayang antara suami dan
istri. Anak keturunan dari hasil nikah yang sah menghiasi kehidupan
keluarga dan sekaligus merupakan kelangsungan hidup manusia secara
bersih dan berkehormatan. Bagi umat islam, pernikahan itu sah apabila
telah memenuhi rukun. Adapun rukun nikah yaitu : 1) Ada calon suami;
2) Ada calon istri; 3) Wali; 4) Dua orang saksi laki-laki; dan 5) ijab dan
qabul. Selain telah memenuhi seluruh rukun dan syarat yang ditentukan
nikah tersebut telah bebas dari segala hal yang menghalangi terjadinya
nikah. Salah satu prinsip yang dianut undang-undang ini, calon suami
istri telah matang jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan
agar dapat mewujudkan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada
perceraian dan memperoleh keturunan yang baik dan sehat. Untuk itu
harus dicegah adanya perkawinan antara calon suami istri yang masih
dibawah umur. Batas umur yang lebih rendah bagi wanita untuk kawin
mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi. Oleh karena itulah
undang-undang menentukan batas umur untuk kawin sebagaimana
3 Muhammad Yunus, Hukum Nikah dakam Islam, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990),
hlm 1.
ditentukan pada pasal 15 (1), Untuk kemaslahatan rumah tangga,
perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah
mencapai umur yang ditetapkan dalam pasal 7 Undang-Undang No.1
tahun1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun
dan calon istri sekurang-kurangnya berumur 16 tahun.4
Adanya penetapan umur 16 tahun bagi wanita untuk diizinkan
menikah berarti dipandang sebagai ketentuan dewasa bagi seorang
wanita. Dengan mengacu pada persyartan ini, jika pihak calon
mempelai wanita dibawah umur 16 tahun, maka yang bersangkuan di
kategorikan masih dibawah umur dan tidak cakap untuk bertindak di
dalam hukum, termasuk melakuan perkawinan. Mengingat hukum
yang mengatur tentang perkawinan adalah Undang-Undang No 1.
Tahun 1974 tentang perkawinan, maka ketentuan dalam undang-undang
ini harus ditaati semua golongan mayarakat yang ada di Indonesia.5
Batas umur yang lebih rendah bagi wanita untuk menikah
mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi. Dari sudut pandang
kedokteran, penikahan dini mmpunyai dampak negatif baik bagi ibu
maupun anak yang dilahirkan. Menurut para sosiolog, ditinjau dari sisi
sosial, pernikahan dini dapat mengurani harmoisasi keluarga. Hal ini
disebabkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara
pikir yang belum matang. Melihat pernikahan dini dari berbagai
aspeknya memang mempunyai banyak dampak negatif. Oleh
4Kompilasi Hukum Islam Bab IV Pasal 5 tentang Rukun dan Syarat perkawinan, (Jakarta:
Dorektorat Pembinaan Peradilan Agama, Departemen Agama, 2001), hlm 3. 5http://repository.fhunia.ac.id/?q=node/167 diakses pada Kamis, 30 Oktober 2018.
karenanya, pemerintah hanya mentolerir pernikahan diatas umur 19
tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita. Meskipun batas umur
pekawinan telah ditetapkan dalam pasal 7 ayat (1) UU No.1 tahun 1974,
namun dalam prakteknya masih banyak kita jumpai pernikahan pada
usia muda atau dibawah umur, apalagi dengan adanya institui
dispensasi nikah memberikan peluang yang lebih potensial untuk
terjadinya pernikahan di bawah umur, padahal pernikahan yang sukses
membutuhkan kedewasaan dan tanggung jawab secara fisik maupun
mental, untuk bisa mewujudkan harapan yang ideal dalam kehidupan
berumah tangga.6
Tampaknya Kompilasi Hukum Islam (KHI) melaui pasal 12 ayat
(2) wanita yang ditalak suami yang masih berada dalam masa iddah
raj’iah haram dan dilarang untuk dipinang, telah mengantisipasi
kekurangan hal yang tersebut dalam pasal 27 ayat (2) UU No.1 tahun
1974 tentang perkawinan, dikemukakan bahwa perkawinan dapat
dibatalkan tidak hanya salah sangka mengenai diri suami atau istri,
tetapi juga termasuk “Penipuan”. Penipuan tersebut disini tidak hanya
dilakukan oleh pihak pria saja, tetapi dapat juga dilakukan oleh pihak
wanita.7
Salah satu bentuk penipuan yang terjadi di desa Tanjung Putus
kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin yaitu penipuan dalam
bentuk usia calon mempelai, para mempelai yang memiliki umur yang
6Ahmad Azhar Basyir, Hukum Nikah Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2004), hlm 16.
7Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di indonesia, (Jakarta : Kencana,
2008), hal 66.
kurang atau yang beum cukup umur menurut peraturan perundang-
undangan maupun Kompilasi Hukum Islam tetap bisa melaksanakan
pernikahan dengan cara memalsukan umur, sedangkan sudah diketahui
bahwa batas umur pernikahan untuk wanita itu menurut Kompilasi
Hukum Islam dan Undang-Undang Perindungan Anak minimal berusia
16 tahun dan pria minimal berusia 19 tahun.
Salah satu nya pernikahan yang di laksanakan Muhammad Tomi
yang masih berusia 18 tahun dan calon istrinya Misliana yang masih
berusia 15 tahun. Pernikahan ini dilaksanakan pada bulan Oktober
2017. Selain itu juga telah dilaksanakan pernikahan antara Ahmad yang
berusia 18 tahun dan istrinya Iza yang berusia 16 tahun pada bulan
Maret 2018. Menurut hukum adat yang berlaku di daerah ini pernikahan
ini sah menurut adat namun tidak menurut undang-undang dan
kompilasi hukum Islam. Berangkat dari permaslahan tersebutlah
penulis merasa tertarik untuk meneliti dan membahasnya lebih lanjut
dalam bentuk sebuah karya tulis yang berbentuk skripsi yang berjudul
“Manipulasi Usia Anak Nikah di Bawah Umur Menurut Hukum Adat
dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Kasus di desa Tanjung Putus
kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka yang menjadi
pembahasan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana manipulasi usia anak nikah dibawah umur di desa
Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin menurut
Kompilasi Hukum Islam dan Hukum Adat ?
2. Apa yang menjadi faktor penyebab manipulasi usia pernikahan
dibawah umur di desa Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat
kabupaten Merangin?
3. Bagaimana pelaksanaan manipulasi usia anak nikah dibawah umur
di desa Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin ?
C. Batasan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan serta tidak menyalahi sistematika
penulisan karya ilmiah sehingga membawa hasil yang diharapkan,
maka penulis merasa perlu membatasi masalah yang akan di bahas
dalam skripsi ini, yang mana penulis membatasi hanya pada masalah
pelaksanaan manipulasi usia pernikahan di bawah umur menurut
hukum adat dan kompilasi hukum Islam di desa Tanjung Putus
kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada hakikatnya mengungkapkan apa yang akan
dicapai oleh peneliti. Adapun yang menjadi tujuan yang hendak dicapai
oleh peneliti adalah :
a. Untuk mengetahui manipulasi usia pernikahan yang terjadi di
desa Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin
menurut Hukum Adat dan Kompilasi Hukum Islam.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan
dibawah umur di desa Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat
kabupaten Merangin.
c. Untuk mengetahui pelaksanaan terjadinya manipulasi usia anak
nikah dibawah umur di desa Tanjung Putus kecamtan Tabir Barat
kabupaten Merangin.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini mempunyai kegunaan teotitis dan praktis.
Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Kegunaan Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan kearah pengembangan atau kemajuan dibidang
hukum pada umumnya dan Perbandingan Mazhab pada
khususnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan juga sebagai referensi yang
dapat menunjang ilmu pengetahuan khususnya yang
berkaitan dengan manipulasi usia/identitas dalam
pernikahan di Indonesia.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian tersebut sebagai suatu kegiatan yang
bermanfaat dalam mengembangkan wawasan keilmuan di
bidang ilmu hukum, khusunya yang berkaitan dengan
manipulasi usia anak nikah di bawah umur menurut hukum
adat maupun kompilasi hukum Islam.
b. Bagi Pemerintah
Penelitian tersebut diharapkan memberikan
masukan bagi pemerintah untuk terus melakukan
perbaikan, monitoring dan evaluasi kearah yang lebih baik
dalam menanggulangi masalah manipulasi usia anak nikah
dibawah umur di Indonesia.
c. Bagi Masyarakat
Penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan masukan
bagi masyarakat untuk dapat lebih mengetahui dan ikut
meminalisir kasus-kasus manipulasi usia anak nikah dibawah
umur di Indonesia.
E. Kerangka Teori dan Konseptual
1. Kerangka Teori
Dalam rangka melaksanakan suatu penelitian diperlukan adanya
suatu kerangka teoritis sebagaimana dijelaskan oleh Ronny Hanitijo
Soemitro, bahwa setiap penelitian haruslah disertai pemikiran-
pemikiran teoritis. Penggunaan teori sebagai pisau analisis untuk
menjelaskan, memecahkan, dan mengendalikan masalah yang akan
dikaji dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini menggunakan teori
Maqashid Syari’ah.8
Pengertian maqashid syariah secara etimologi berarti maksud dan
tujuan di syari’atkannya hukum dalam Islam. Pengertian maqashid
syari’ah secara terminologi sebagaimana dikemukakan oleh Wahbah
Al-Zuhaili adalah sebahgai berikut:
“Maqhasid Syariah adalah makna-makna dan tujuan-tujuan yang
telah digariskan syar’i pada hukum-hukumnya. Dan keutamaannya
atau tujuan-tujuan syariat serta rahasia-rahasia hukum yang telah
ditetapkan oleh Allah (Syar’i) pada setiap hukumnya”9
Teori maqhasid syari’ah ini dikemukakan oleh Abi Ishaq Al-
Syathibi, yang mengatakan bahwa sesungguhnya syariat itu bertujuan
untuk mewujudkan kemaslahatan atau kebaikan manusia di dunia
maupun di akhirat. Muhammad Abu Zahrah dalam kaitan ini
menegaskan bahwa tujuan hakiki hukum Islam adalah kemaslahatan.
Tak satupun hukum yang di syari’atkan baik dalam al-qur’an maupun
sunnah melainkan didalamnya terdapat kemaslahatan.10
a. Memelihara agama (Hifzh al-Din)
Pemeliharaan agama merupakan tujuan pertama hukum
Islam. Dikarenakan agama merupakan pedoman hidup manusia.
Agama merupakan suatu yang harus dimiliki oleh manusia supaya
martabatnya dapat terangkat lebih tinggi dari martabat makhluk
8 Ishaq, Metode Penelitian Hukum, Penulisan skripsi,Tesis dan Disertasi, (Bandung:
Alfabeta, 2017), hlm 232. 9Ishaq, dikutip dari Wahbah Al-Zuhaili, Ilmu Ushul al-Fiqh, Juz II, (Beirut: Dar al-Fikr,
2001), hlm 1045.
10
M.Abu Zahrah, Ushul Fiqh, (Mesir: Dar Al-Fikr, 1958), hlm 366.
yang lain, dan juga untuk memenuhi hajat jiwanya. Oleh karena itu
islam wajib melindungi agama yang dianut oleh seseorang dan
menjamin kemerdekaan setiap orang untuk beribadah menurut
keyakinannya.
b. Memelihara jiwa (Hifz al-nafs)
Pemeliharaan jiwa merupakan tujuan kedua hukum Islam.
Dalam hal ini hak utama yang diperhatikan Islam adalah hak
hidup, hak yang disucikan dan tidak boleh dihancurkan
kemuliannya.
c. Memelihara akal (Hifz al-„aql)
Pemeliharaan akal sangat dipentingkan oleh hukum Islam,
karena akal merupakan sumber hikmah atau pengetahuan, sinar
hidayah,dan media kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.
d. Memelihara Keturunan (Hifzal-Nasl)
Memelihara keturunan, seperti disyari’atkan nikah dan
dilarang berzina. Kalau kegiatan ini diabaikan, maka eksistensi
keturunan akan terancam. Oleh karena itu Islam berupaya
memelihara keturunan, Islam mengatur pernikahan dan
mengharamkan atau melarang berbuat zina, menetapkan siapa-
siapa yang tidak boleh dikawini, bagaimana cara-cara perkawinan
itu dilakukan dan disyarat-syaratkan apa yang harus dipenuhi,
sehingga perkawinan itu dianggap sah dan percampuran anta lelaki
dan perempuan itu tidak anggap zina dan anak-anaknya yang lahir
dari hubungan tersebut dianggap sah dan menjadi keturunan sah
dari ayahnya.
e. Memelihara harta
Harta merupakan salah satu kebutuhan inti dalam
kehidupan, dimana manusia tidak bisa terpisah darinya. Manusia
termotivasi untuk mencari harta demi menjaga eksistensinya.11
Selain itu penulis juga menggunakan teori dari Jhon Rawls.
Menurut Jhon Rawls, masyarakat adalah bentuk kerja sama yang saling
menguntungkan diantara individu. Namun, yang terjadi dalam
masyarakat tidak hanya bersifat saling bekerja sama melainkan juga
kompetitif, bahkan tidak jarang saling menjatuhkan diantara mereka
yang lain. Kenyataan ini memberikan ruang pada konsep keadilan,
bagaimana mengatur kehidupan individu-individu yang berbeda-beda
dan sama-sama mempunyai kepentingan sendiri, sehingga bisa berjalan
bersama saling menguntungkan dan tidak merugikan pihak lain.12
A theory of Justice merupakan salah satu karya besar dari Jhon
Rawls tentang etika yang membahas keadilan sosial. Salah satu teori
11
Ibid, hlm 235. 12
Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 1993) ,hlm 63.
yang dikemukankannya adalah etika dalam hubungannya dengan
hukum antara lain:
1. Teori hukuman atau punishment, bahwa yang berbuat salah mesti
dihukum, bisa berupa pemberian ganti rugi (Retribution), memberi
balas jasa (Restitution), atau memberi manfaat (Utilitarian).
2. Teori tanggung jawab atau Responbility, bahwa siapa yang berbuat
harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Disini berkaitan
dengan, apakah tindakan tersebut dilakukan karena tidak tahu,
adanya paksaan atau tekanan, atau karena kesalahan semata.
3. Teori kesengajaan berbuat atau intentional acts dan
ketidaksengajaan bertindak atau unintentional act, bahwa berkaitan
dengan hukum, perlu dilihat apakah tindakan tersebut sengaja
direncanakan maupun tidak direncanakan.13
2. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual ini sebagai pedoman bagi penulis dalam
melakukan penelitian guna untuk mengetahui maksud yang tergantung
dalam judul skripsi dan menghindari penafsiran yang berbeda sehingga
penulisan ini terarah dan lebih baik maka skripsi ini sangat perlu
diperhatikan kerangka konseptual sebagai berikut:
1. Manipulasi Usia Anak
Ada beberapa definisi tentang manipulasi dan usia anak
yang secara berbeda. Manipulasi usia anak terdiri dari tiga suku
13
www.iaiameia.com /theory of justice Teori Keadilan Jhon Rawls/diakses pada 29
Desember 2018 pukul 22:37 Wib.
kata yakni manipulasi, usia, dan anak. Manipulasi merupakan kata
serapan dari bahasa Inggris yaitu manipulation yang berarti
“penyalahgunaan atau penyelewengan”. 14
Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, manipulasi diartikan sebagai
“upaya kelompok atau perseorangan untuk mempengaruhi perilaku
sikap dan pendapat orang lain tanpa orang itu menyadarinya”.15
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia umur atau usia
adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan).
Sedangkan kata anak dalam Kamus Besar bahasa Indonesia adalah
keturunan; manusia yang masih kecil atau belum dewasa.16
Jadi
yang dimaksudkan dengan manipulasi usia anak adalah melakukan
perbuatan mengubah umur anak yang dikategorikan belum dewasa
agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada
sebagai syarat di izinkannya menikah. Atau dengan kata lain
manipulasi usia anak adalah suatu upaya penyelewengan atau
penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang untuk memalsukan
umur yang sebenarnya dengan tujuan agar bisa melakukan
pernikahan.
2. Pernikahan dibawah umur
Pernikahan dalam literatur fiqh berbahasa Arab disebut dengan
dua kata kata Nikah dan Zawaj. Secara arti kata nikah atau Jawaz
14
Jhon Echols dan Hasan sadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,
2000), hlm 372. 15
Santoso, Ananda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Alumni, 2013 ), hlm
157. 16
https:kbbi.web.id diakses pada 27 Maret 2019 pukul 18:50 WIB.
adalah “akad”. Dalam terminologis dalm kitab-kitab fikih banyak
diartikan dengan akad atau perjanjian yang mengandung maksud
membolehkan hubungan kelamin dengan menggunakan lafadz Na-
Ka-Ha atau Za-Wa-Ja.17
Pernikahan dibawah umur adalah pernikahan atau akad yang
bisa menjamin seorang laki-laki dan perempuan saling memiliki dan
bisa melakukan hubungan suami istri, dan pernikahan itu
dilaksanakan oleh seseorang ( calon suami atau calon istri) yang
usianya belum mencapai umur yang telah ditentukan oleh undang-
undang yang berlaku di Indonesia yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.18
Fenomena perkawinan dibawah umur banyak terjadi di
Indonesia. Perkawinan tersebut tidak hanya terjadi karena
kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja, tapi juga karena
adanya beberapa faktor yang mempengaruhi. Salah satunya adalah
pengaruh dari adat istiadat atau kebiasaan masyarakat dan agama
yang melegalisasi perkawinan anak-anak. Di sejumlah daerah,
hukum agama dan hukum adat sering dipadukan sebagai landasan
teologis dan sosiologis untuk mengesahkan terjadinya pernikahan
dibawah umur.19
3. Hukum Adat
17
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2010), hlm
74. 18
Soni Dewi Judiasih, Perkawinan Bawah Umur Di Indonesia, (Bandung: Refika
Aditama, 2018), hlm 2. 19
Ibid, hlm 2.
Pengertian hukum adat lebih sering diidentikkan dengan
kebiasaan atau kebudayaan masyarakat setempat disuatu daerah.
Mungkin belum banyak masyarakat umum yang mengetahui
hukum adat telah menjadi bagian dari sistem hukum adat juga telah
lama menjadi kajian dari para ahli hukum.20
Menurut Van Vollenhoven menjelaskan bahwa hukum adat
adalah keseluruhan antara tingkah laku positif yang di satu pihak
mempunyai sanksi (sebab itu disebut hukum) dan dipihak lain
dalam keadaan tidak dikodifikasi (sebab itu disebut adat).21
4. Kompilasi Hukum Islam
Kompilasi Hukum Islam adalah rangkuman berbagai bahan
tertulis yang diambil dari berbagai macam buku ataupun kitab
mengenai suatu persoalan hukum islam. Tujuan KHI adalah untuk
mempermudah instansi pemerintah dan masyarakat dalam
menyelesaikan berbagai maslah yang berkaitan dengan hukum
islam. Ijma’ para ulama Indonesia sepakat untuk menerima tiga
jenis rancangan buku Kompilasi Hukum Islam diantaranya yaitu
20
Laksanto Utomo, Hukum Adat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016) Cet Ke-1, hlm 1 21
Tesishukum.com diakses pada 20 Februari 2019 pukul 19:59 WIB.
buku I mengenai hukum perkawinan, buku II mengenai hukum
kewarisan dan buku III yang berisikan hukum perwakafan.22
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian ataupun studi yang menjelaskan tentang manipulasi usia
anak nikah dibawah umur menurut hukum adat dan kompilasi hukum
islam secara umum sudah ada yang membahas sebelumnya tentang hal
ini, salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Bahrul Ulum 23
“Pernikahan dibawah umur dalam Perundang-Undangan di Indonesia
perspektif Hukum Islam”.Pada penelitian ini fokus membahas tentang
batasan usia perkawinan dalam undang-undang di Indonesia secara
umum mengikuti hukum Islam klasik.
Penelitian yang dilakukan oleh Zulkarnain24
“Manipulasi Identitas
dalam Perkawinan”. (Studi kasus pada KUA Kecamatan Kadugese,
Kuningan Jawa Barat) Pada penelitian ini membahas bahwa manipulasi
identitas dalam perkawinan biasanya dilakukan oleh instansi
pemerintah seperti kelurahan karena adanya pihak yang ingin
melakukan poligami sehingga memanipulasi identitas untuk
memperoleh jalur yang lebih cepat. Namun yang dibahas hanya
terfokus pada hal itu saja tidak dijelaskan bagaimana upaya
22
Ali, M.Daud., Asas-Asas Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1986), hlm 23. 23
Bahrul Ulum, Pernikahan dibawah umur dalam Perundang-Undangan di Indonesia
perspektif Hukum Islam, Skripsi, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2009). 24
Zulkarnain, Manipulasi Identitas dalam Perkawinan, (Studi kasus pada Kua
Kecamatan Kadugese, Kuningan Jawa Barat) Skripsi, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah,
(2010).
pencegahannya maupun faktor-faktor terjadinya pemalsuan identitas
tersebut.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Fauzi Ansori25
dalam
jurnalnya yang berjudul “Perkawinan di Bawah Umur pada Perkara
Dispensasi nikah di Pengadilan Agama Kabupaten Malang”. Penelitian
ini menitikberatkan pada perkara dispensasi nikah yang beradadi
Pengadilan Agama Malang dan bagaimana cara hakim memutuskan
perkara pada dispensasi nikah tersebut. Dari sini dapat diketahui bahwa
rata-rata faktor yang melatarbelakangi adanya dispensasi nikah ini
adalah kekhawatiran orang tua yang berlebihan terhadap anaknya. Hal
tersebut didasarkan pada hubungan anaknya dengan pasangannya yang
sudah sedemikian erat sehingga dikhawatirkan terjadi hal-hal yang
dilarang oleh agama.
Persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah
sama-sama membahas tentang manipulasi usia ataupun pemalsuan
identitas dalam pernikahan. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian-
penelitian sebelumnya banyak terfokus hanya pada batasan usia
menikah saja. Dalam penelitian ini akan membahas dan mengkaji
pelaksanaan manipulasi usia anak nikah di bawah umur, pandangan
hukum adat maupun kompilasi hukum Islam terhadap manipulasi usia
anak nikah dibawah umur dan faktor penyebab terjadinya manipulasi
25
Fauzi Ansori, Perkawinan di Bawah Umur pada Perkara Dispensasi nikah di
Pengadilan Agama Kabupaten Malang, Jurnal sosial vol 2 No 1, 2015, hlm 23.
usia pernikahan dibawah umur di desa Tanjung Putus kecamatan Tabir
Barat kabupaten Merangin.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara lapangan, tempat penelitiannya
adalah di desa Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat kabupaten
Merangin. Penelitian ini dilakukan pada 26 Desember 2018 - 26 Maret
2019. Alasan memilih lokasi penelitian ini, di karenakan adanya kasus
manipulasi usia anak nikah dibawah umur, maka dari itu penulis tertarik
dengan mengangkat judul yang berkaitan hal tersebut.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan yuridis empiris. Pendekatan penelitian yuridis empiris
berfokus pada perilaku yang berkembang dalam masyarakat, atau
bekerjanya hukum dalam masyarakat. Jadi hukum dikonsepkan sebagai
perilaku nyata yang meliputi perbuatan dan akibatnya dalam hubungan
hidup bermasyarakat.26
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam
penelitian, yang di peroleh secara langsung dari sumbernya
ataupun dari lokasi objek penelitian.27
b. Data Sekunder
26
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm 25. 27
Amirul Hadi, Metodologi Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia), 2004, hlm 122.
Data sekunder yakni sumber data data dari studi
kepustakaan diambil dari buku-buku, internet, dan beberapa hasil
penelitian terdahulu yang berhubungan dengan manipulasi usia
anak nikah dibawah umur.28
2. Sumber Data
Sumber data adalah suatu acuan yang digunakan peneliti
untuk mengumpulkan data yang diinginkan sesuai dengan masalah
penelitian.29
Sumber data dalam penelitian ini bersumber dari
informan-informan dari hasil wawancara dilapangan yang diteliti
berkenaan dengan manipulasi usia anak nikah dibawah umur.
D. Unit Analisis
Unit analisis adalah sesuatu yang berkaitan dengan fokus atau
komponen yang diteliti. Unit analisis suatu penelitian dapat berupa
individu, kelompok, organisasi, benda dan waktu tertentu sesuai dengan
fokus permasalahannya, unit analisis yang berupa lembaga atau
organisasi dapat berupa organisasi dalam skala kecil atau terbatas.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka unit analisis dalam
penelitian ini ditentukan adalah Lembaga Adat desa Tanjung Putus
yang terdiri dari:
1. Tokoh Adat
2. Tokoh Agama
3. Tokoh Masyarakat
28
Beni Ahmad, Metode Penelitian, (Bandung: Pusaka Setia, 2008), hlm 175. 29
Ibid, hlm 177.
Penetapan unit analisis ini didasarkan pada tugas dan fungsi
lembaga adat sebagai tempat menyelesaikan dan bertanggung jawab
terhadap permasalahan adat yang berlaku di desa Tanjung Putus.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan fakta penelitian. Untuk penelitian kualitatif
ada beberapa jenis alat pengumpulan data, yaitu wawancara (interview),
pengamatan (observasi) dan dokumentasi.30
1. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan alat pengumpulan data untuk
memperoleh informasi langsung dari informan.31
Informan
merupakan pemberi informasi yang diharapkan dapat menjawab
semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap. Dalam penelitian ini,
wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur yaitu
wawancara yang dilaksanakan secara terencana dengan berpedoman
pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Adapun pihak-pihak
yang akan diwawancarai adalah:
1) Bapak Bunjani selaku tokoh lembaga adat desa Tanjung
Putus
2) Bapak Ismail selaku tokoh agama desa Tanjung Putus
3) Bapak Fauzi selaku pegawai pencatat nikah di desa Tanjung
Putus
30
Ishaq, Metode Penelitian Hukum Dan Penelitian Skripsi, Tesis, Serta Desertasi,
(Kerinci: STAIN Krinci press, Edisi Revisi 2015), Cet ke-4, hlm. 180. 31
Amirul Hadi, Metodologi Penelitian, Op Cit, hlm 120.
4) Bapak Raden Jaswardi selaku kepala desa Tanjung Putus
2. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengadakan penelitian secara teliti mengenai fenomena
sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan
pencatatan.Pada penelitian ini peneliti melakukan observasi secara
langsung melihat proses pelaksanaan manipulasi usia anak nikah
dibawah umur di desa Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat
kabupaten Merangin.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen biasanya berbentuk surat-surat, catatan harian,
laporan, artefak, foto,dokumen pemerintahan dan sebagainya.32
Dalam penelitian ini metode dokumentasi ini peneliti gunakan
untuk memperoleh data atau dokumen-dokumen yang berupa buku,
foto, arsip dan dokumen pemerintah di desa Tj. Putus dan lain
sebagainya yang memiliki hubungan dan mendukung penelitian
skripsi ini.
F. Teknik Analisis Data
32
Ibid, hlm. 146.
Teknik analisis data kualitatif yakni, menguraikan data secara
berkualitas dan komprehensif dalam bentuk kalimat yang teratur,
logis, efektif, dan tidak tumpang tindih. sehingga memudahkan
pemahaman dan interpretasi data.33
Analisis ini penulis lakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut yaitu 1) Reduksi data; 2) Penyajian data; dan 3) Penarikan
kesimpulan. Secara lebih rinci dijelaskan dalam uraian berikut:
1. Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.34
Analisis reduksi ini digunakan untuk menganalisis data
yang diperoleh dari lapangan penelitian secara garis besarnya
mengenai kondisi lapangan, masalah manipulasi usia anak nikah
dibawah umur di desa Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat
kabupaten Merangin.
33
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RND, (Bandung: Alfabeta,
2013), hlm, 137 34
Ibid, hlm 139.
2. Penyajian Data
Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data
bias dilakukan dalam bentuk uraian singkat. Dalam hal ini Miles
and Hyberman menyatakan yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif.35
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan
mengumpulkan data,maka kesimpulan yang dikemukankan
merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian
kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin
juga tidak, karena seperti telah dikemukankan bahwa masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
35
Huberman dan Miles, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: UI, 1992), hlm 16-18.
sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di
lapangan.36
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab yang terdiri dari:
Pada Bab 1 bagian pendahuluan, penulis menggambarkan tentang
latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka
teori konseptual dan tinjauan pustaka.
Pada bab 2 metode penelitan terdiri dari tempat dan waktu
penelitian, pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, unit analisis
data, instrumen pengumpulan data, teknik analisis data dan sistematika
penulisan serta jadwal penelitian.
Pada bab 3 berisikan tentang gambaran umum dan sejarah desa
Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin.
Pada bab 4 bersisi tentang hasil penelitian faktor penyebab
pelaksanaan manipulasi usia dalam pernikahan di desa Tanjung Putus
kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin, pandangan hukum adat
dan kompilasi hukum Islam mengenai pelaksanaan manipulasi usia
dalam pernikahan desa Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat
kabupaten Merangin.
Pada bab 5 berisi kesimpulan dan saran-saran yang disampaikan
kepada pihak-pihak terkait setelah mengetahui masalah yang berkaitan
dengan manipulasi usia anak nikah dibawah umur menurut hukum adat
36
Ibid, hlm 152-153.
dan kompilasi hukum Islam di desa Tanjung Putus kecamatan Tabir
Barat kabupaten Merangin.
H. Jadwal Penelitian
Penulisan ini dilakukan slama enam bulan, Penelitian dilakukan
dengan pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan
hasil seminar skipsi. Setelah pengesahan judul dan izin riset, maka
penulis mengadakan pengumpulan data. Verifikasi dan analisis data
dalam waktu yang berurutan. Hasilnya penulis melakukan konsultasi
dengan pembimbing sebelum diajukan kesidang munaqasah. Adapun
Jadwal Penelitian sebagai berikut
Tabel 1. Jadwal Penelitian
No
Jenis Kegiatan
Penelitian
Bulan
Sep s/d
Oktober
November Desember Januari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul x
2 Penunjukkan Dosen
Pembimbing
X
3 Pembuatan Proposal X x X
4 Seminar & perbaikan
Hasil Seminar
x x
5 Surat Izin Riset x
6 Pengumpulan dan
Penyusunan data
X x x
7 Pembuatan Skripsi x x X x
8 Bimbingan dan
Perbaikan
x X
9 Agenda dan ujian
Skripsi
10 Perbaikan & Penjilidan
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKSI PENELITIAN
A. Sejarah Desa Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat kabupaten
Merangin
Desa Tanjung Putus adalah sebuah desa yang berada di antara desa
Muara Langeh dan desa Tanjung beringin kecamatan Tabir Barat,
kabupaten Merangin. Desa Tanjung Putus terbagi dalam beberapa dusun
diantaranya dusun Tanjung Putus, dusun Tengah Raya dan dusun Parit
Melintang. Begitupun keberadaan kepemimpinan desa Tanjung Putus
berubah sesuai dengan peraturan yang ada, diantaranya kepemimpinan
kades yang pernah menjabat dan memimpin sampai sekarang yaitu: kepala
desa pertama Abdul Malik (1980-1989), kedua Abu Jani (1989-1998),
ketiga Burhan (1998-2005), keempat Jon Hendri (2005-2009), kelima
Muslim.S (2009-2015), keenam Mulyadi (2015-2016), ketujuh Raden
Jaswardi (2016-2022).37
Asal mula desa Tanjung Putus adalah pada zaman dahulu, daerah
ini terbagi menjadi lima bagian sebanyak lima tumpuk yaitu Tanjung
Putus, Sengatok, Salampulai, Kampung darek, dan Kampung nan ompek
yang mana daerah ini terputus oleh daerah lainnya oleh sungai lubuk
betung maka dari itulah lima bagian wilayah ini disatukan menjadi satu
desa yang bernama desa Tanjung Putus.38
37
Kades desa Tanjung Putus, Raden Jaswardi, Wawancara 05 Januari 2019. 38
Datuk Tumenggung Abdul Muis, Tokoh Masyarakat desa Tanjung Putus, Wawancara,
30 Desember 2018.
B. Geografis dan Struktur Organisasi desa Tanjung Putus
1. Geografis Daerah
Desa Tanjung putus termasuk wilayah dalam kecamatan Tabir Barat
kabupaten Merangin dengan luas wilayah 12.724 Ha. Secara administratif
wilayah desa Tanjung Putus dibatasi oleh:
1. Sebelah Utara : Desa Ma. Langeh, kecamatan Tabir Barat
2. Sebelah Selatan: Desa Nalo Gedang, kecamatan Nalo Tantan
3. Sebelah Barat : Desa Tj.Beringin, kecamatan Tabir Barat
4. Sebelah Timur : Desa Ma.Langeh, kecamatan Tabir Barat
Desa Tanjung Putus merupakan desa pertanian, maka sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Terutama sebagai
petani karet, selain itu sawah juga banyak terdapat di daerah ini. Desa
Tanjung Putus juga merupakan daerah pariatif perbukitan dan dataran
rendah, dengan iklim sebagaimana desa-desa lain dalam kabupaten
Merangin mempunyai Iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap pola tanam yang ada di desa Tanjung Putus
kecamatan Tabir Barat. Diantaranya yaitu padi, jagung, ubi, cabe dan
berbagai jenis sayur lainnya. 39
39
Dokumentasi, arsip desa Tanjung Putus kec.Tabir Barat kab. Merangin, 04 Januari
2019.
2. Struktur Organisasi Pemerintahan desa Tanjung Putus
Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara
tiap-tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi dalam
menjalankan kegiatan oprasional untuk mencapai tujuan. Begitu pula desa
Tanjung putus memiliki struktur pemerintahan sebagai berikut:
Gambar 1. Struktur Organisasi Pemerintahan desa Tanjung Putus
Desa Tanjung Putus di pimpin oleh Raden Jaswardi sebagai kepala
desa dan dibantu oleh Jakpar Sidik sebagai BPD. Desa Tanjung Putus
terdiri dari empat dusun yang masing-masing dipimpin oleh M.Yamin
BPD
Jakpar Sidik
KADES
Raden Jaswardi
SEKDES
Topri
KAUR UMUM
Paudir
KAUR
PEMBANGUNAN
sapril
KAUR
PEMERINTAHAN
Riko
Rahmadi
KADUS II
Samsudin
KADUS I
M. Yamin
KADUS III
Hermanto
KADUS IV
Pendi
kadus Tanjung Putus, Samsudin kadus Tengah Raya, Hermanto kadus
Parit Melintang, Pendi kadus Sengatok. Sekretaris desa Tanjung Putus
adalah bapak Topri.40
C. Pendidikan dan Pekerjaan Masyarakat desa Tanjung Putus
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu hal yang penting karena pendidikan
merupakan suatu proses, dimana manusia dibekali akal untuk mendapat
ilmu pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan. Dengan
pendidikan manusia akan menjadikan dirinya menjadi manusia yang
cerdas dan berkualitas.
Tabel 2. Tingkat pendidikan desa Tanjung Putus
Pendidikan Rendah Pendidikan
Tinggi
Jumlah
Tamat SD Tamat
SMP Tamat SMA Sarjana
444
(53%)
202
(24,3%)
116
(14%)
51
(8,7%)
833
(100%)
Sumber: Dokumentasi desa Tanjung Putus
40
Dokumentasi, arsip desa Tanjung Putus kec.Tabir Barat kab. Merangin, 04 Januari
2019.
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dipahami bahwa masih
banyak penduduk yang masih dikategorikan berpendidikan rendah dari
tamatan SD, SMP dan SMA semuanya berjumlah 91,3 %. Sedangkan
sarjana hanya berjumlah 8,7 % dari jumlah masyarakat yang mengenyam
bangku pendidkan di desa Tanjung Putus. 41
2. Pekerjaan
Mata pencaharian penduduk desa Tanjung Putus dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari mayoritasnya adalah dalam bidang pertanian
karena daerah ini merupakan dataran perbukitan. Untuk lebih jelas lihat
pada tabel dibawah:
Tabel 4. Pekerjaan masyarakat desa Tanjung Putus
NO PEKERJAAN JUMLAH
1 PNS 30
2 Petani 768
3 Guru 20
4 Buruh 11
5 Wiraswasta 33
6 Tidak bekerja (Lansia,
IRT dan anak sekolah)
215
Jumlah 1.074
Sumber: Dokumentasi desa Tanjung Putus
41
Dokumentasi, arsip desa Tanjung Putus kec.Tabir Barat kab. Merangin, 2018.
Dari tabel diatas dapat dipahami bahwa memang mayoroitas mata
pencaharian masyarakat desa Tanjung Putus adalah dalam bidang
pertanian teruma adalah petani karet, kemudian petani sawah dan ketiga
petani sawit. Selain petani juga ada masyarakat yang bekerja sebagai guru,
PNS, karyawan, buruh dan pedagang untuk memenuhi kebutuhan sehari-
harinya.42
D. Keadaan sosial dan Adat budaya desa Tanjung Putus
a. Jumlah Penduduk
Desa Tanjung Putus memiliki jumlah penduduk sebanyak 320 KK
yang terdiri dari 1.074 orang warga.
Tabel 5. Jumlah penduduk desa Tanjung Putus
No Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
1
558 516 1074
Sumber: Dokumentasi desa Tanjung Putus
Seperti yang dijelaskan pada tabel diatas diketahui jumlah laki-laki
sebanyak 558 orang yang terdiri dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa,
dan lansia begitu juga dengan perempuan. Jumlah perempuan adalah
516 orang. Maka jumlah keseluruahan warga desa Tanjung Putus
adalah 1.074 orang.43
42
Dokumentasi, arsip desa Tanjung Putus kec.Tabir Barat kab. Merangin, 2018. 43
Dokumentasi, arsip desa Tanjung Putus kec.Tabir Barat kab. Merangin, 2018.
e. Pemuda dan Olahraga
Di desa Tanjung Putus pemuda-pemudi tergabung dalam
organisasi Karang Taruna atau pemuda desa yang mana juga terdapat
berbagai macam klub olahraga untuk mengembangkan minat dan bakat
pemuda-pemudi desa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 6. Klub olahraga desa Tanjung Putus
No KLUB OLAHRAGA JUMLAH KETERANGAN
1 Sepakbola 5 Club
2 Voli 3 Club
3 Bulutangkis 1 Perkumpulan
4 Futsal 2 Club
Sumber: Dokumentasi desa Tanjung Putus
Dari tabel ditas dapat diketahui bahwa di desa Tanjung Putus ada
empat macam klub olahraga yang terdiri dari klub sepakbola yang
berjumlah 5 klub, klub bola voli yang terdiri dari 3 klub, klub bulutangkis
yang terdiri dari 1 klub dan klub futsal dan klub futsal yang terdiri dari 2
klub. Jumlah seluruh klub dari emapt macam jenis olahraga di desa
Tanjung putus adalah 11 klub.44
44
Dokumentasi, arsip desa Tanjung Putus kec.Tabir Barat kab. Merangin, 2018.
f. Tempat Peribadatan
Bila dilihat dari pemeluk agama masyarakat desa Tanjung Putus,
maka mayoritas penduduk desa tanjung Putus adalah beragama islam.
Kemudian untuk melakukan suatu kegiatan dan aktivitas keagamaan,
maka sangat diperlukan suatu sarana dan fasilitas ibadah tersebut.
Untuk mengetahui jumlah sarana ibadah yang ada di desa Tanjung
Putus dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Tempat peribadatan desa Tanjung Putus
No JENIS PERIBADATAN JUMLAH KET.
1 Masjid 1
2 Mushola 3
4 Madrasah 1
5 Gereja -
JUMLAH 4
Sumber: Dokumentasi desa Tanjung Putus
Desa Tanjung putus memiliki satu buah masjid sebagai tempat
utama dalam melaksanakan ibadah terutama sholat untuk seluruh warga.
Terdapat tiga mushola dan satu madrasah di desa Tanjung Putus.
Mayoritas bahkan hampir seluruh warga Tj Putus beragama Islam
sehingga di desa Tj. Putus tidak ada terdapat gereja maupun tempat
beribadah lainnya.45
45
Dokumentasi, arsip desa Tanjung Putus kec.Tabir Barat kab. Merangin, 2018.
g. Keadaan Listrik dan Telekomunikasi warga
Desa Tanjung Putus Kecamatan Tabir Barat Kabupaten Merangin
penerangan berupa lampu PLN (Perusahaan Listrik Negara), yang mana
aliran listrik sudah bisa dinikmati oleh semua warga, dan ini
menjadikan desa ini menjadi terang diwaktu malam hari, sedangkan
untuk akses telekomunikasi warga lebih memilih menggunakan
Handphone daripada menggunakan telpon rumah, alasan mereka
memilih handphone adalah lebih mudah dan bisa dibawa kemana-mana.
Tetapi di desa Tanjung Putus belum terdapat tower sehingga
masyarakat susah untuk mendapatkan sinyal dan harus mencari sinyal
terlebih dahulu dalam menggunakan hanphone untuk berkomunikasi.46
46
Dokumentasi, arsip desa Tanjung Putus kec.Tabir Barat kab. Merangin, 2018.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Manipulasi Usia Anak Nikah di Bawah Umur di desa Tanjung Putus
Menurut Undang-Undang No.1 tahun 1974 Perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang kekal
berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa.47
Kompilasi Hukum Islam memberikan definisi perkawinan dengan
redaksi yang agak berbeda, yaitu: “Perkawinan menurut hukum Islam
adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan
untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”48
.
Rukun dan syarat perkawinan dalam kompilasi hukum islam
seperti dalam pasal 14, yaitu :
a. Calon suami dan istri
b. Wali nikah
c. Dua orang saksi
d. Ijab Kabul
Hukum Islam merupakan suatu hukum yang bersumber dari Al-
Qur’an dan Al-Hadits. Hukum Islam biasanya digunakan dan diterapkan
dinegara yang menganut sistem hukum islam atau “Islamic law”. Hukum
Islam juga digunakan dinegara Indonesia. Di Indonesia sendiri hukum
47
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Munakahat Khitan Nikah dan Talak (Jakarta :
AMZAH, 2009), hlm 43 48
Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Dorektorat Pembinaan Peradilan Agama,
Departemen Agama, 2001), hlm 1.
Islam digunakan untuk berbagai hal perbuatan hukum seperti proses
perceraian, pembagian harta warisan dan sebagianya. Didalam hukum
Islam, usia dewasa ditandai dengan suatu peristiwa biologis. Untuk kaum
pria, ditandai dengan sebuah mimpi yang biasa disebut dengan mimpi
basah. Sedangkan unutk kaum wanita, ditandai dengan menstruasi.
Biasanya peristiwa ini dapat dirasakan atau dialami oleh pria pada usia 15-
20 tahun dan wanita 9 sampai 19 tahun.49
Dalam kasus manipulasi usia ketika akan menikah yang terjadi di
desa Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin disini
dalam Kompilasi Hukum Islam telah membahas tentang batasan usia nikah
yang memuat perihal yang kurang lebih sama dengan UU Perkawinan
Nomor 1 Taun 1974. Yakni pada pasal 15 ayat 1 “Untuk kemaslahatan
kelurga dan umah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan jika calon
mempelai telah mencapai umur yang telah ditetapkan dalam pasal 7
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, yakni calon suami sekurang-
kurangnya berumur 16 tahun.50
Kebolehan dalam usia pernikahan ini di dasarkan pada
pertimbangan kemaslahhatan kelurga dan rumah tangga perkawinan. Ini
sejalan dengan prinsip yang telah diletakkan UU Perkawinan bahwa calon
suami istri harus sudah matang jiwa raganya, agar dapat mewujudkan
49
http://sanakyevan.blogspot.com/2016/03/kompilasi hukum-islam.htm.htm?m=1,diakses
pada tanggal 01 Januari 2018. 50
KHI Pasal 15 tentang calon mempelai. (Jakarta: Dorektorat Pembinaan Peradilan
Agama, Departemen Agama, 2001), hlm 3.
tujuan perkainan secara baik dan sehat. Untuk itu haus dicegah dengan
adanya perkawinan antara calon suami istri yang masih dibawah umur.
Disamping itu, perkawinan mempunyai hubungan dengan masalah
kependudukan. Ternyata bahwa batas umur yang rendah bagi seorang
wanita untuk menikah, mengakibatkan laju kelahiran lebih tinggi.
Berhubung dengan itu, maka undang-undang ini menentukan batas umur
untuk menikah, baik bagi pria maupun wanita.51
Masalah penentuan umur dalam undang-undang perkawinan
maupun dalam Kompilasi Hukum Islam, memang besifat ijtihadiyyah
disinilah pengaru sosial muncul sebagai usaha pembaharuan pemikiran
fikih masa lalu. Namun demikian apabila dilacak referensi syarahnya
ternyata mempunyai landasan yang cukup kuat. Misalnya isyarat Allah
dalam surah An-Nisa ayat 9 yang berbunyi:
م فا خافموا علي ة ضعم ي ر ين مو تركموا من خلفهم ذم ل وميقمومموا وميخش ٱ لل
فليتقموا ٱ
قول سديدا
Artinya:
”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka menucapkan perkataan yang benar.”52
Ayat tersebut memang bersifat umum, tidak secara langsung
menunjukkan bahwa perkawinan yang dilakukan oleh pasangan usia muda
51
Soemiyati, Hukum Perkawinan Isam dan Undang-Undang Perkawinan (Yogyakarta :
Liberty,1986), cet.ke 2, hlm 161. 52
Qs.An-Nisa (4) : 9.
dibawah ketentuan yang diatur UU No.1 tahun 1974 akan menghasiakan
keturunan yang dikhawatirkan kesejahteraannya. Akan tetepi berdasarkan
pengamatan yang penulis lakukan di desa Tanjung Putus kecamatan Tabir
Barat kabupaten Merangin atas berbagai kasus manipulasi usia anak yang
akan menikah dalam artian melakukan pernkahan dini, ternyata
menunjukkan bahwa pernikahan dibawah umur banyak menimbulkan hal-
hal yang tidak sejalan dengan misi dan tujuan perkawinan, yaitu
terwujudnya ketentraman dalam rumah tangga berdaarkan kasih dan
sayang. Tujuan ini tentu akan sulit terwujud, apabila masing-masing
mempelai belum matang jiwa raganya. Kematangan dan Integritas pribadi
yang stabil akan sangat berpengauh dalam menyelesaikan setiap problem
yang dalam liku-liku rumah tangga.53
Dalam mengacu pada perundang-undangan dan pasal 7 KHI tentang
batasan umur pernikahan yang berlaku pihak calon mempelai wanita di
bawah umur 16 tahun dan calon mempelai pria dibawah umur 19 tahun,
maka yang bersangkutan dikategorikan masih dibawah umur dan tidak
cakap untuk bertindak dalam hukum termasuk perkawinan. Oleh karena
itu, pelaksanaan manipulasi usia dalam pernikahan di desa Tanjung Putus
kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin ini adalah tidak sah dan
nikahnya menjadi batal demi hukum. Alasannya sangat sederhana
,termasuk dari syarat pernikahan adalah kedua belah pihak harus mencapai
asas kedewasaan yang termanifestasi dalam batasan umur, yaitu 16 tahun
53
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta : Raja Grafindo, 1998), cet ke3,
hlm 76-78.
bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki. Jika syarat ini tidak dipenuhi,
maka secara otomatis nikahnya tidak sah demi hukum.54
Penentuan batas usia nikah ini didasarkan kepada pertimbangan
kemaslahatan keluarga dan rumah tangga perkawinan. Yang ditekankan
adalah bahwa calon suami dan istri harus telah masuk jiwa raganya, agar
tujuan perkawinan dapat diwujudkan secara baik tanpa berakhir pada
perceraian dan mendapati keturunan yang baik dan sehat.55
Namun dalam pelaksanaan pada kasus tertentu perkawinan
dibawah umur dengan jalan memanipulasi usia ketika akan menikah pada
dasarnya dilarang akan tetapi dapat diberikan dalam keadaan yang khusus.
Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya perkawinan bagi seorang
anak yang belum cukup usia untuk melakukan perkawinan memang tidak
diperbolehkan tetapi jika telah terjadi hal seperti hamil terlebih dahulu
maka ini merupakan hal yang sangat kasuistis yang sangat mendesak atau
keadaan darurat yang harus segera di kawinkan dan disinilah para orang
tua dan tokoh adat di desa Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat
kabupaten Merangin kemudian saling bermufakat untuk melakukan
manipulasi usia anak mereka.
Dalam kasus seperti ini, Fauzi Ismail selaku Pegawai Pencatat
Nikah mengatakan dalam wawancara:
54
Ibid, hlm 80. 55
Baharudin Ahmad, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jambi: Global Nusa Pres Jambi,
2008), hlm 125.
“hakim tidak kuasa menolak untuk memberikan dispensasi kawin karena
mempunyai dampak yang cukup besar dan serius ke depan apalagi dari
pihak wanita dan keluarganya, karena dari pihak wanitalah yang paling
banyak menaggung akibatnya. Keputusan hakim ini juga dianggap tidak
bertentangan dengan hukum karenan dalam hukum kompilasi hukum
Islam secara tersirat tidak melarang menikahkan seseorang yang
melakukan hubungan diluar nikah, apalagi hingga mengakibatkan
kehamilan”.56
Hal ini terdapat dalam pasal 53 yang berbunyi:
a. Seorang wanita hamil diluar nikah, dapat dikawinkan dengan pria
yang menghamilinya
b. Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat
dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya.
c. Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil,
tidak diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang dikandung
lahir.57
Dalam hal inilah, kemudian hakim mengabulkan keinginan orang
tua untuk dapat menikahkan anak mereka walaupun keadaannya anak
mereka belum cukup umur dan harus memanipulasi data tentang umur
anak mereka. Namun yang sesungguuhnya menurut analisa penulis
kompilasi hukum Islam tidak konsisten dalam menentukan pernikahan.
Di satu sisi, pasal 7 UU Nomor 1 tahun 1974, yakni calon suami
sekurang-kurangnya 19 tahun dan calon istri sekurang-kurangnya
berumur 16 tahun. Namun dalam pelaksanaannya di desa Tanjung
Putus kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin masih ada saja yang
melakukan pernikahan dibawah umur yang terlebih dahulu dengan
memanipulasi usia anak mereka untuk lebih dituakan dengan merubah
56
Fauzi Ismail, Pegawai Pencatat Nikah, desa Tanjung Putus, Wawancara, 10 Januari
2019. 57
KHI pasal 53 tentang kawin hamil, (Jakarta: Dorektorat Pembinaan Peradilan Agama,
Departemen Agama, 2001), hlm 7.
akta kelahiran ternyata kebolehan tersebut adalah apabila ada izin orang
tua, dan jika kuang dari 19 ata 16 tahun, maka perlu izin pengadilan. Ini
dikuatkan oleh pasal 15 ayat 2 KHI.58
Hukum adat adalah kompleks-kompleks adat yang tidak dikitabkan
(tidak dikodifikasikan) bersifaat paksaan dan mempunyai akibat hukum.
Hukum adat mengatur tingkah laku manusia Indonesia dalam hubungan
satu sama lain, baik yang merupakan kelaziman, kebiasaan dan
kesusilaan yang benar-benar hidup dimasyarakat adat karena dianut dan
dipertahankan oleh anggota-anggota masyarakat itu, maupun yang
merupakan keseluruhan peraturan yang mengenal sanksi atas
pelanggaran yang ditetapkan dalam keputusan adat.59
Masyarakat hukum adat disebut juga dengan istilah “masyarakat
tradisional” atau the indegenaous people, sedangkan dalam kehidupan
sehari hari lebih sering dan populer disebut dengan istilah “masyarakat
adat” masyarakat hukum adat adalah komunitas manusia yang patuh
pada peraturan atau hukum yang mengatur tingkah laku manusia dalam
hubungannya satu sama lain berupa keseluruhan dari kebiasaan dan
kesusilaan yang benar-benar hidup karena diyakini dan dianut, dan jika
dilanggar pelakunya mendapat sanksi dari penguasa adat.60
Mengenai
praktek pelaksanaan manipulasi usia menikah yang terjadi di desa
58
Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm 83. 59
Soerjono Soekanto, Hukum Adat di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm 36. 60
http://www.almaira.blogspot.com.pengertian-menurut-para-ahli diakses pada 15
Januari 2019 pukul 14:45 WIB.
Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin memang
sudah beberapa kali terjadi, ini bisa terjadi karena adanya suatu
kesepakatan-kesepakatan antara petugas dan pelaku. Meski sudah ada
peraturan yang melarang perbuatan tersebut.
Menurut adat di desa Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat
kabupaten Merangin melalui wawancara dengan bapak Bunjani salah
seorang tokoh lembaga adat di desa Tanjung Putus beliau mengatakan:
“yang sebenarnya dalam hal menikah apabila kedua pasangan sudah
suka sama suka dan sudah matang atau sudah mencukupi syarat dalam
agama islam kedua pasangan tersebut diperbolehkan untuk melakukan
pernikahan walaupun masih dalam status nikah siri, hal ini dilakukan
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan”.61
Beliau juga menjelaskan bahwa apabila anak sudah akil baliqh maka
boleh menikah. Adapun hukum untuk menikahkan seseorang dalam Al-
qur’an diantaranya terdapat pada surah An-Nur ayat 32 dan An-Nahl
ayat 72 yang berbunyi:
م لل مم ٱ مغن موا فمقراء ي ن يكموه
ا مائكم
وا لحين من عبادكم م مص
وٱ مى منكم ي ل
وا ٱ من وٱنكحم
سع عليم م و لل ۦ وٱ فضل
Artinya:
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang
laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka
miskin Alah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan
Allah SWT maha luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui”.62
61
Bunjani, Tokoh Lembaga Adat, desa Tanjung Putus, Wawancara, 04 Januari 2019. 62
QS.An-Nur (24): 32
Selain itu juga bapak Ismail selaku tokoh agama dan masyarakat
desa Tanjung Putus saat wawancara beliau menuturkan:
“Manipulasi usia pernikahan yang terjadi di desa Tanjung Putus
kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin dapat dilakukan karena
mempertimbangkan banyak hal yang diantaranya pada kasus hamil
diluar nikah, tentunya ini dianggap sebagai penyelamatan bagi nama
baik bagi keluarga wanita. Dengan dasar dan landasan yang tepat
pelaksanaan manipulasi usia dalam pernikahan dapat dilakukan dan
tentunya disini terlebih dahulu memohon izin kepada ketua adat, tokoh
agama maupun tokoh masyarakat yang ada di desa Tanjung Putus
kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin”.63
Berdasarkan wawancara diatas dapat penulis simpulkan usia
bukanlah menjadi patokan untuk menikah di desa Tanjung Putus
kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin, namun ketentuan dalam
agama lebih diutamakan, mengingat para tokoh adat dan agama lebih
memikirkan dampaknya dan demi kemaslahatan dan kebaikan yang
didasarkan dengan keadilan dan dibolehkan dalam hukum Islam karena
menurut hukum Islam sesuatu yang dikerjakan demi kebaikan dan
keadilan itu boleh dikerjakan. Dan tentunya dalam pelaksanaan
manipulasi usia ini terlebih dahulu dibicarakan dan dirundingkan dengan
para tokoh adat dan adanya campur tangan dari pihak pegawai nikah,
namun mengingat ini demi kebaikan maka pelaksanaan manipulasi usia
ini bisa terjadi.
63
Ismail, Tokoh Agama, desa Tanjung Putus, Wawancara, 10 Januari 2019
B. Faktor Penyebab Terjadinya Manipulasi Usia Pernikahan Anak
dibawah Umur di desa Tanjung Putus
Pemalsuan umur dalam pernikahan yang terjadi di desa Tanjung
Putus kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin disebabkan oleh banyak
faktor. Antara pasangan yang satu dengan pasangan yang lain memiliki
alasan masing-masing. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan
bapak Bunjani salah satu tokoh lembaga adat dan kepala desa Tanjung
Putus penulis bisa menyimpulkan beberapa faktor penyebab manipulasi
usia anak dalam pernikahan di antaranya yaitu :
1. Faktor Pergaulan (Hamil diluar nikah)
2. Faktor Budaya
3. Faktor Pendidikan
4. Faktor Ekonomi
5. Faktor Perjodohan
a. faktor Pergaulan
Setiap manusia menghendaki menikah dalam keadaan suci,
begitu juga seorang wanita dan lelaki harus mampu menjaga dirinya
dari pergaulan bebas yang saat ini semakin marak. Sehingga kita
saksikan mereka terpaksa kawin dalam keadaan hamil.64
Pergaulan
bebas yang telah dilakukan oleh sepasang lelaki dan perempuan yang
menyebabkan kehamilan, dan lelaki dituntut untuk bertanggung jawab
atas perbuatannya melakukan hubungan seks sebelum akad nikah
menurut ajaran islam. Pekawinan harus dilakukan karena menutup
64
Saleh Wantjik, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm
73.
malu keluarga wanita. Kehamilan di luar nikah adalah sebuah aib dan
sulit untuk ditutup-tutupi sehingga harus segera dilakukan perkawinan
agar tertutupi aib tersebut.65
Keinginan untuk segera menikah dikarenakan para pelaku sudah
hamil diluar nikah jika ditunda-tunda atau tidak segera menikah pihak
keluarga akan menanggung aib dan malu. Selain itu keduanya merasa
saling mencintai sehingga ada keinginan untuk segera menikah tanpa
memandang umur. Dan jika oang tua tidak menyetujui, para pelaku
menembus jalan yang dilarang oleh agama yaitu melakukan hubungan
selayaknya suami istri meskipun belum menikah. Dari lima pasangan
yang menikah pada usia yang masih belum memenuhi syarat dengan
faktor keinginan untuk segera menikah karena sudah hamil diluar
nikah maupun faktor ekonomi dan perjodohan di desa Tanjung Putus
kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin terdapat empat pasangan
suami isti yaitu pasangan RN dan MY yang telah hamil dua bulan,
pasangan WI dan RH yang telah hamil tiga bulan.
b. Faktor Budaya
Budaya masyarakat yang berkembang didesa Tanjung Putus bisa
dikatakan masih tradisioanalis dan sangat menjunjung adat yang
berlaku didaerahnya. Maksudnya, masih ada warga masyarakat yang
tidak terbiasa mengikuti pekembangan hukum. Sehingga masih ada
65 Soni Dewi, Perkawinan dibawah Umur di Indonesia, (Bandung: Refika, 2018), hlm 99.
warga desa yang tidak mengetahui jika ada peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang batasan usia nikah.
Berdasarkan hasil wawancara bersama Kades dapat disimpulakn
faktor budaya masyarakat yang masih kental dan erat di desa Tanjung
Putus menjadi salah satu faktor terlaksananya manipulasi usia anak
mereka yang belum cukup umur yang akan menikah, apalagi sebagian
mereka beranggapan bahwa usia yang sudah terlalu jauh bagi anak
mereka yang belum menikah bisa membawa rasa malu bagi
masyarakat setempat, bahkan masih ada di antara mereka yang
beranggapan bahwa anak perempuan tidak perlu menunggu terlalu
lama unutk menikah, apalagi apabila sudah ada pria yang datang
melamarnya.66
Berdasarkan pemahaman seperti inilah sehingga dapat
terlaksanyanya manipulasi usia penikahan anak didesa Tanjung Putus
kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin.
c. Faktor Pendidkan
Faktor pendidikan juga memiliki pengaruh besar semakin tinggi
ilmu seseorang biasanya semakin bijak dalam bersikap. Seseorang
yang bependidikan tentu akan berfikir rasional dan lebih matang untuk
menentukan sikap. Keadaan pendidikan masyarakat didesa Tanjung
Putus kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin seperti telah
dibahas di bab 3 banyak dari warga yang tidak megenayam bangku
pendidikan, hal inilah yang menyebabkan sempitnya pemikiran
66
Raden Jaswardi, Kepala desa Tanjung Putus, wawancara, 12 Januari 2019.
masyarakat mengenai batas usia menikah pada anak mereka.
Sempitnya pemikiran sebagian warga di desa Tanjung Putus
kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin yang beranggapan bagi
anak wanita mereka walaupun sudah kuliah tinggi-tinggi namun toh
akhirnya mereka harus kembali kepada kodrat mereka yaitu mengurus
rumah tangga, mengurus suami dan mengurus anak. Bahkan diantara
mereka beranggapan tidak perlu menyekolahkan anaknya terlalu
tinggi sebab akhirnya juga harus kembali kepada kodratnya sebagai
wanita, sempitnya pemikiran masyarakat inilah yang menjadikan salah
satu penyebab manipulasi uisa anak nikah dibawah umur di desa
Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin.67
d. Faktor Ekonomi
Krisis bangsa yang berkepanjangan ternyata juga sangat
mempengaruhi usia perkawinan.68
Seperti telah dijelaskan di bab III
tentang pekerjaan masyarakat desa Tanjung Putus kecamatan Tabir
Barat kabupaten Merangin yang sebagian besar bermata pencaharian
sebagai petani, jasa angkutan (sopir) dan buruh menjadikan pihak
keluarga biasanya meringankan beban ekonomi kelurga dengan jalan
pintas segera menikahkan anak perempuan/anak laki-laki meskipun
memiliki usia di bawah batas minimal yang ditentukan oleh undang-
undang yaitu 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki.
67
Raden Jaswardi, Kepala desa Tanjung Putus, wawancara, 12 Januari 2019 68
Soni Dewi, Perkawinan dibawah Umur di Indonesia, (Bandung: Refika, 2018), hlm
102.
Terbatasnya jumlah penghasilan, mahalnya biaya pendidikan dan biaya
hidup menjadikan alasan inilah kemudian yang menjadi penyebab
warga desa Tanjung Putus untuk segera menikahkan anaknya.69
e. Faktor Perjodohan
Semakin majunya dunia ternyata tidak begitu merubah cara berfikir
bagi masyarakat desa Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat kabupaten
Merangin di era modern yang sudah semakin canggih masih saja
ditemukan orang tua yang masih menjodihkan anaknya ketika akan
menikah. Alasan Masing-masing orang tua dari pihak perempuan dan
laki-laki sudah sama-sama cocok dan menyukai. Selain itu ternyata
masing-masing orang tua adalah sahabat. Agar persahabatan mereka
lebih akrab maka mereka menjodohkan anak-anak mereka. Dan anak
pun juga merasa cocok dengan calon pasangan yang telah disipakan oleh
orang tua.70
C. Pelaksanaan Manipulasi Usia Pernikahan Anak dibawah Umur di
desa Tanjung Putus
Anak sebagai manusia yang belum sempurna karena ia merupakan
makhluk yang masih lemah, baik secara fisik maupun mental. Diposisikan
sebagai poin yang ternyata secara jelas prinsip Islam melindungi dan
menjaga kedudukannya. Dalam Al-qur’an, anak diposisiskan sebagai
amanat sekaligus fitnah (cobaan). Ia dilahirkan dalam keadaan suci
sehingga orang tua berkewajiaban untuk memelihara dan melindunginya
69
Bunjani, Tokoh Lembaga adat desa Tanjung Putus, wawancara, 10 Januri 2019. 70
Raden Jaswardi, Kepala desa Tanjung Putus, wawancara, 12 Januari 2019.
dengan sebaik-baiknya. Dalam keadaan orang tua tidak mampu memberi
pemeliharaan dan perlindungan, maka masyarakat dan negara
berkewajiban penuh untuk memberi perlindungan dan pemeliharaan yang
baik, sebagaimana dalam Al-qur’an diingatkan dalam surah An-Nisa ayat
9 yang berbunyi:
ل وميقمومموا وميخش ٱ لل
م فليتقموا ٱ فا خافموا علي ة ضعم ي ر ين مو تركموا من خلفهم ذم
سديدا قول
Artinya:
“Dan Hendakah takut kepada allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perataan yang benar”.71
Terhadap kerentanan anak dalam pernikahan dibawah umur,
misalnya UU Perlindungan Anak secara jelas menyatakan bahwa orang
tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mencegahnya. Sebab
pernikahan dibawah umur lebih condong sebagai upaya ekploitasi
terhadap anak, baik secara seksual maupun ekonomis, yang dapat
menimbulkan kerusakan yang besar dan dapat tumbuh berkembang sesuai
dengan alur perkembangannya. Hal ini tentu akan memberatkan anak.
Oleh karena itu, dalam semua tindakan yang berkaitan dengan
permasalahan anak, khususnya dalam pembuatanperaturan perundang-
undangan, harus menjamin bahwa prinsip kepentingan yang terbaik bagi
71
Qs.An-Nisa (4) :9.
anak menjadi pertimbangan utama, memberikan prioritas yang lebih baik
bagi anak-anak dan membangun masyarakat yang ramah untuk anak.72
Hukum adat tidak menegenal batas umur belum dewasa dan
dewasa. Dalam hukum adat tidak dikenal fiksi seperti hukum perdata.
Hukum adat mengenal secara isidental saja apakah seorang itu, berhubung
umur dan perkembangan jiwanya patut di anggap cakap atau tidak cakap
atau tidak, mampu atau tidak mampu melakukan perbuatan hukum tertentu
dalam hubungan hukum tertentu pula. Artinya apakah ia dapat
memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri dalam
perbuatan hukum yang dihadapinya itu. Belum cakap artinya, belum
mampu memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri. Cakap
artinya, mampu memperhitungkan dan memelihara kepentingannya
sendiri.73
Apabila kedewasaan itu dihubungkan dengan perbuatan kawin,
hukum adat mengakui kenyataan bahwa apabila seorang pria dan seorang
wanita itu kawin dan dapat anak, mereka dinyataan dewasa, walaupun
umur mereka baru 15 tahun. Sebaliknya apabila mereka dikawinkan tidak
dapat anak meghasilkan anak karena belum mampu berseksual, mereka
dikatakan belum dewasa.74
Usia dewasa pada hakikatnya mengandung unsur yang berkaitan
dengan dapat atau tidaknya seseorang mempertanggungjawabkan
perbuatan hukum yang telah dilakukannya, yang menggambarkan
72
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan, (Yogyakarta : UII Press, 2000) , hlm 2. 73
Riksaaneh.blogsopt.com/huku,-adat-menurut-ahli-/html. Diakses pada 12 Januari
2019. pukul 22:13 WIB. 74
Ahmad Azhar Basyir,Op cit, hlm 8.
kecakapan seseorang untuk bertindak dalam lalu lintas hukum perdata.75
Fisik wanita memang lebih cepat sempurna dan kuat daripada fisik laki-
laki, dan kesiapan wanita untuk memasuki gerbang rumah tangga juga
lebih cepat dari waktu yang dibutuhkan oleh laki-laki, maka sepatutnya
usia pernikahan bagi laki-laki adalah 18 tahun, sedangkan wanita adalah
16 tahun. Berdasakan pengamatan berbagai pihak, rendahnya usia
perkawinan, lebih banyak menimbulkan hal-hal yang tidak sejalan
dengan misi dan visi serta tujuan perkawinan, yaitu terwujudnya
ketentraman rumah tangga berdasarkan kasih dan sayang.76
Membahas mengenai usia dan batas kematangan untuk menikah di
desa Tanjung Putus, pelaksanaan pernikahan di bawah umur sudah
pernah terjadi dengan cara memanipulasi usia dalam pernikahan.
Wawancara penulis dengan pelaku ia mengatakan bahwa :
“ketika ia menikah usianya masih 14 tahun, namun ia tetap bisa
melaksanakan pernikahan sebagaimana biasanya, pesta pernikahan
berlangsung, hanya saja pada saat pendaftaran untuk pernikahan beliau
telah memalsukan usianya yan pada saat itu 14 tahun menjadi 19 tahun,
hal ini ia lakukan semata-mata hanya agar ia dapat menikah secara sah
baik itu dimata hukum maupun dimata agama dan untuk mendapatkan
buku nikah yang sah.”77
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan warga diatas terlihat
bahwa memang sebenarnya pelaksanaan pernikahan dengan memalsukan
umur ternyata memang ada dan pernah terjadi bahkan bukan bagi
masyarakat yang ingin menikah anaknya namun terbentur dengan
75
Wahyona Darmabrata, Tinjauan undnag-undang Ni.1 tahun 1974 tentang perkawinan
beserta ndang-undang dan pelaksanaanya, (Jakarta : CV.Gitamaya Jaya, 2003), hlm 19. 76
Ahmad Rofiq, Op Cit, hlm 78. 77
SN dan HN (pelaku manipulasi usia pernikahan), desa Tanjung Putus, 04 Januari 2019.
masalah usia maka praktik pemalsuan umur inilah merupakan solusi jalan
keluar bagi mereka. Berdasarkan data dari lapangan yang penulis peroleh
melalui observasi telah terjadi beberapa kali pelaksanaan pernikahan
dengan manipulasi usia calon mempelai yaitu ada beberapa orang yang
nama aslinya tidak disebutkan disini tetapi hanya menggunakan
inisialnya yaitu:
Tabel 8. Pasangan yang menikah dibawah umur dengan manipulasi usia78
No Nama Usia Tahun
pernikahan
Keterangan
1 SM dan HM
HM berusia
13 thun dan
SM berusia
20 tahun
2015 Dijodohkan
2 RN dan MY
RN berusia
14 tahun dan
MY berusia
19 tahun
2015 Hamil diluar
nikah
3 WI dan RH
WI beruia 14
tahun dan RH
berrusia 19
tahun
2016 Hamil diluar
nikah
4 AM dengan AI
AM berusia
19 tahun dan
DM berusia
16 tahun
2017 Ekonomi
5
MT dengan ML
MT berusia
15 tahun dan
ML berusia
18 tahun
2018
Tertangkap
Warga
Sumber: Arsip Lembaga adat desa Tanjung Putus
78
Dokumentasi arsip Lembaga adat desa Tanjung Putus tahun 2018
Berdasarkan beberapa kasus diatas pelaksanaan pernikahan
dibawah umur agar diaggap sah dan dicatat oleh hukum maka mereka
telah memanipulasi usia agar pernikahannya bisa berlangsung. Dan
tentunya ini juga telah terjadi kerja sama dengan beberapa pihak. Para
pelaku bisa dengan mudah melakukan manipulasi usia karena ada campur
tangan pihak ketiga, yang dianggap mengetahui tentang hukum. Pihak
tersebut adalah para tokoh adat serta petugas KUA dan PPN yang telah
berani menikahkan para pelaku dan membantu proses pemalsuan umur
mereka berperan aktif dalam mengupayakan pemalsuan umur para pelaku.
Mulai dari mengubah tanggal, bulan dan tahun kelahiran calon kedua
mempelai. Hingga ahirnya pernikahan para pelaku manipulasi usia bisa
berlangsung dengan lancar tanpa adannya suatu hambatan.
Meskipun petugas PPN tersebut telah mengetahui tata tertib dalam
pasal 45 ayat 1 huruf a PP No.9 Tahun 1975 telah disebutkan bagi pihak
mempelai yang melanggar ketentuan pasal 3, pasal 10 ayat 3 dan pasal 40
Peraturan Pemerintah ini dihukum dengan hukuman denda setingi-
tingginya Rp.7500,- (Tujuh ribu lima ratus rupiah). Kemudian pada huruf
b, bagi Pegawai Pencacat Nikah yang melanggar ketentuan yang diatur
dalam pasal 6, 7, 8, 9, 10 ayat 1, pasal 11, 12, 13, 44 Peraturan Pemerintah
(PP) ini dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan
atau denda setinggi-tingginya Rp.7500,- (Tujuh Ribu Lima Ratus Rupiah),
namun mereka tetap memiliki peran aktif bahkan sangat memiliki andil
dalam praktik manipulasi usia pernikahan ini, dan tentunya pemalsuan
umur dalam pernikahan yang jelas merupakan suatu pelanggaran hukum
dan menimbulkan dampak yang merugikan.79
Wawancara penulis dengan salah satu petugas PPN yang bernama
Fauzi Ismail beliau mengatakan:
“memang sebenarnya untuk menikah itu harus memiliki syarat salah
satunya adalah telah cukup umur, namun posisinya disini saya menolong
mereka karena ada diantar mereka yang telah hamil duluan. Jika tidak
dinikahnkan maka orang tersebut akan menanggung malu karena hamil
diluar nikah, dan bagaimana juga dengan nasib anak yang
dikandungnya.”80
Berdasarkan wawancara diatas dapat dipahami bahwa memang
sebenarnya tujuan dari petugas tersebut adalah baik dengan maksud
hendak menolong para warga yang ingin menikah, namun jika dipandang
dari segi hukum ini tetap tidak benar dan tetap dikategorikan dengan
pelanggaran hukum.
Walaupun petugas mengetahui betul tentang prosedur yang harus
dilalui bagi calon pengantin yang belum cukup umur. Prosedur yang
seharusnya dilalui oleh pasangan yang ingin menikah tapi umurnya belum
sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku, maka mereka harus
mengajukan permohonan dispensasi nikah ke Pengadilan Agama.
Berdasarkan data yang diperoleh telah ditemukan bahwa hal itu
dilatarbelakangi rasa kasihan dari para petugas tersebut. Pengurusan
syarat-syarat pernikahan mereka dibuat oleh para toko adat, dan beberapa
pihak keluarga yang mendatangi KUA untuk mendaftarkan pernikahan
79
Saleh Wantjik, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm
73. 80
Fauzi Ismail, Petugas PPN Desa Tanjung Putus, Wawancara, 04 Januari 2109.
M.Tomi dan Misliana tersebut. Berkas-berkas yang dibawa diperiksa oleh
KUA. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata diketahui bahwa usia calon
mempelai (MT dan ML) tidak memenuhi syarat. Kemudian pihak keluarga
dan beberapa orang tokoh adat desa Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat
kabupaten Merangin meminta untuk diupayakan bagaimana jalan
keluarnya. Akhirnya dengan alasan merasa kasihan, manipulasi usiapun
dilakukan. Manipulasi tersebut dilakukan dengan alasan merasa kasihan
kepada calon mempelai perempuan yang telah mengandung 2 bulan. Pihak
yang membantu pemalsuan umur atas terlaksananya pernikahan MT dan
ML adalah para petugas PPN. Manipulasi tersebut terjadi dengan
memalsukan akta kelahiran ML. Pihak keluarga dalam hal ini meyerahkan
akta kelahiran MT dan ML yang belum dipalsukan kepada petugas PPN
untuk dilakukan perubahan.
Untuk lebih megetahui masalah ini secara lebih mendalam, penulis
melakukan wawancara dengan tokoh adat di desa Tanjung Putus yang ikut
dalam membantu proses pernikahan MT dan ML tersebut yaitu bapak
Bunjani salah seorang tokoh adat desa Tanjung Putus beliau mengatakan:
“syarat sah seorang wanita yang hendak menikah itu harus sudah baligh,
jadi ketika mereka menikah walaupun usianya masih 9 tahun ini tetap sah
dimata agama.”81
Senada dengan itu bapak Ismail selaku tokoh agama dan
masyarakat di desa Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat kabupaten
Merangin beliau juga menambahkan:
81
Bunjani, Tokoh Adat desa Tanjung Putus, Wawancara, 04 Januari 2019.
“menikah itu adalah baik dan merupakan ibadah, jadi apabila sudah ada
kesepakatan untuk menikah dan sudah terpenuhi syarat sah dalam hukum
islam maka sebaiknya segera dinikahkan saja, daripada nantinya timbul
zina.”82
Berdasarkan wawancara dengan kedua tokoh agama dan sekaligus
tokoh masyarakat desa Tanjung Putus tersebut dapat diketahui
pelaksanaan manipulasi usia seseorang yang ingin menikah boleh
dilakukan dengan adanya bantuan dari beberapa tokoh adat dan petugas
dari PPN karena menurut mereka untuk menikah para calon memepelai
yang sudah memenuhi syarat sah dalam agama diperbolehkan, karena dari
segi agama dan adat setempat pernikahan mereka itu menjadi pernikahan
yang sah baik dimata agama maupun dimata hukum walaupun dengan
cara merubah umur atau usia calon pengantin yang ada di akta kelahiran
yang asli dan ini juga berarti merubah akte dengan cara menambah umur
sang calon pengantin dengan cara mengganti tahun kelahirannya.
Selanjutnya dalam kasus lain yang dialami oleh HM dan SM yaitu
pada saat usia menikah usia HM 14 tahun dan SM 19 tahun, penulis
melakukan wawancara langsung kepada mereka, dan mereka mengatakan
bahwa pada saat itu mereka menikah karena diminta orang tua HM dan
orang tua SM telah ada kesepakatan untuk menjodohkan anak mereka.
Apabila HM sudah menamatkan pendidikan sekolah menengah pertama
82
Ismail, Tokoh Agama dan Masyarakat Desa Tanjung Putus, Wawancara, 04 Januari
2019
maka HM harus menikah dengan SM. Perjodohan ini memang sudah lama
disepakati oleh kedua orang tua mereka.83
Berdasarkan hasil wawancara diatas terlaksananya pernikahan HM
dan SM yang saat itu belum cukup umur didorong oleh orang tua yang
telah melakukan perjodohan terhadap anak mereka. Dan ini sama sekali
tidak dianggap aneh bagi masyarakat setempat karena mereka terlebih
dahulu telah meminta izin kepada para pengurus adat desa tersebut.
Selain itu dalam hal manipulasi usia dalam pernikahan disini bisa
mengajukan dipensasi, yang mana dispensasi dilakukan oleh pihak
pemohon wanita tetapi tidak menutup kemungkinan juga jika pihak dari
lelaki memohon dispensasi usia perkawinan, karena kasus RN (Reni
Nillah) dan MY (M.Yanto) serta pasangan WI (Winda Inaya) dan RH
(Roni Haris) yang memanipulasi usia pernikahan karena diketahui oleh
tokoh setempat telah hamil duluan atau hamil diluar nikah, jika si anak
lelaki telah menghamili pasangannya sedangkan lelaki ini belum cukup
usia untuk melakukan perkawinan maka bisa di mohonkan dispensasi
kawin di Pengadilan Agama kepada hakim Pengadilan Agama (PA) di
desa Tanjung Putus, kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin.
Hakim boleh menganut aliran Interessenjurisprudens
(freirechtslehre). Aliran ini berpendapat bahwa undang-undang jelas tidak
lengkap. Undang-undang bu kan satu-satunya sumber hukum, sedangkan
83
RN dan SM (Pelaku), desa Tanjung Putus, wawancara, 10 Januari 2019.
hakim dan pejabat lainnya mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya
untuk melakukan penemuan hukum, jadi hakim bukan sekedar
menerapkan undang-undang saja, tetapi juga mencakup, memperluas, dan
membentuk peraturan dalam putusan hakim.84
Dapat diartikan, walaupun di UU telah diatur batasan usia untuk
melakukan perkainan yaitu bagi minimal berusia 19 tahun dan bagi wanita
minimal 16 tahun tetapi hakim dapat mengabulkan permohonan dispensasi
usia perkawinan karena suatu keadaan yang sangat mendesak karena
kerusakannya/mafadsnya lebih besar jika permohonan dispensasi
kawinnya ditolak yaitu dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
dimana orang tua khawatir akan hubungan anak dengan pasangannya yang
sudah terlalu jauh. Untuk mencapai keadilan yang seadil-adilnya, bahkan
hakim boleh menyimpang dari undang-undang, demi kemanfaatan
masyarakat. Jadi disini hakim mempunyai kebebasan dalam memberikan
dispensasi. Ukuran-ukuran dengan kesadaran hukum dan keyakinan warga
dan masyarakat tergantung pada ukuran dari keyakinan hakim, dimana
kedudukan hakim bebas dan mutlak.85
Namun menurut analisa penulis meskipun praktek pemalsuan umur
di desa Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat kabupaten Merangin telah
beberapa kali dilaksanakan, namun hendaknya disini hendaknya para
orang tua juga lebih memikirkan kepada nasib anak mereka yang menikah
84
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm
32. 85
Ibid, hlm 35.
diusia muda. Walaupun secara agama dianggap sah karena sudah
memasuki masa baligh dan tetap mendapatkan buku nikah dengan bantuan
para petugas PPN yaitu dengan cara meruba akta kelahiran asli mereka
untuk menuakan umur mereka. Namun manipulasi usia yang berujung
pada perkawinan dibawah umur hendaknya dicegah agar dapat memenuhi
tujuan luhur suatu perkawinan yaitu membentuk keluarga yang bahagia
dan kekal.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manipulasi usia dalam pernikahan dibawah umur di desa Tanjung
Putus kecamatan Tabir Barat kabaupaten Merangin menurut Kompilasi
Hukum Islam adalah tidak diperbolehkan sesuai dengan pasal 15 ayat 1
yang berbunyi “Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga,
perkawinan hanya boleh dilakukan oleh calon mempelai yang telah
mencapai umur yang ditetapkan dalam pasal 7 Undang-undang No.1
Tahun 1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya 19 tahun dan calon
istri sekurang-kurangnya berusia 16 tahun. Hukum Islam secara tersirat
tidak melarang menikahkan seseorang yang melakukan hubungan diuar
nikah, apalagi hingga mengakibatkan kehamilan. Hal ini terdapat dalam
pasal 53 KHI sedangkan menurut hukum adat boleh dilaksanakan
karena memikirkan dampaknya dan demi kemaslahatan dan kebaikan.
2. Faktor penyebab tejadinya manipulasi usia dalam pernikahan dibawah
umur di desa Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat kabupaten
Merangin yaitu disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain adalah
faktor pegaulan (hamil diluar nikah), faktor budaya, faktor pendidikan,
faktor ekonomi dan faktor perjodohan.
3. Pelaksanaan pernikahan dibawah umur di desa Tanjung Putus
kecamatan Tabir Barat kabaupaten Merangin biasanya dilakukkan
terhadap beberapa kasus seperti telah hamil sebelum menikah, untuk
bisa mendapatkan surat nikah maka mereka memanipulasi usia mereka,
dan sebelum ini dilakukan terlebih dahulu mereka melakukan
kesepakatan dengan para tokoh adat setmpat.
B. Saran
Dalam penelitian ini penulis ingin menyampaikan beberapa saran yaitu :
1. Pernikahan adalah suatu yang sakral dan memiliki nilai ibadah yang
tinggi, jadi jangan pernah mempermainkan pernikahan dan pernikahan
dimulai dari niat yang tulus.
2. Bagi orang tua walaupun dalam pelaksanaan hukum adat di desa
Tanjung Putus kecamatan Tabir Barat kabaupaten Merangin
menikahkan anak dalam usia yang muda itu pernah dilaksanakan,
namun sebaiknya kedepannya ini tidak dilaksankan lagi megingat masa
depan kehidupan rumah tangga yang tidak gampang untuk dilewati.
3. Bagi para penegak hukum agar benar-benar menegakkan hukum seadil-
adilnya dan mengikuti semua peraturan ang ada di perundang-undangan
karena ini menjadi panutan dan contoh bagi masyarakat.
C. Penutup
Dengan mengucapkan Alhamdulillah, maka akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan dan penyelesaian skripsi ini sesuai dengan data-
data yang penulis peroleh dari sumbenya, dan kemudian dianalisis melalui
prosedur Ilmiah menurut kemampuan yang penulis miliki.
Sehubungan dengan itu penulis juga menyadari bahwa apa yang
penulis uraikan didalam karya ini, baik penyajian kutipan fatwa-fatwa para
ulama dan pakar, sistematika penulisan sebuah karya ilmiah, ataupun
bahasa penulisan itu sendiri, semua masih sangat jauh dari
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak yang sempat
membaca karya ini, penulis sangat mengharapkan saran, kritikan, ataupun
perbaikan demi kesempurnaan penulisan karya ini.
Disini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dorongan dan memotivasi dalam
penyelesaian penulisan penyusunan karya ini, dan kepada Allah SWT
jualah penulis mengharap agar semua sumbangsih tersebut menjadi amal
kebaikan yang diterima di sisi-Nya.
Dan pada akhirnya dengan sebuah harapan, agar kiranya hasil
karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, dan juga bisa menjadi amal
ibadah penulis yang mendapat keridhaan Allah SWT. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Al-Quran danTerjemahannya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1981.
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia,
Jakarta:Kencana, 2008
Abdul Aziz, Fiqh Munakahat Khitab Nikah, dan Talak, Jakarta: AMZAH,
2009.
Abd.Rahman, Fiqh Munakahat, Bogor: Perpustakaan Nasional, 2003.
Ahmad AzharBasyir, Hukum Nikah Islam, Yogyakarta: UII Press, 2004.
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, Cet. IV, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2000.
Arso Sosroatmojo, Hukum Perkawinan Di Indonesia, Jakarta: Bulan
Bintang, 1975.
Amir Syarifudin, Garis-Garis BesarFiqh, Jakarta: Prenada Media Grup,
2010.
Baharudin Ahmad, Hukum Perkawinan di Indonesia, Jambi: Global Nusa
Press Jambi, 2008.
Cik Hasan, Kompilasi Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional,
Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1999.
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, Cet. ke-3
Jakarta: Bumi Aksara, 2015.
Ishaq, Metode Penelitian Hukum & Penulisan Skripsi, Tesi sserta
Disertasi, Bandung :Alfabeta, 2017.
Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI, 1992.
Muhammad Yunus, Hukum Nikah Dalam Islam, Jakarta: PT. Hidakarya
Agung 1990.
Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Disertasi, Jambi: Sultan Thaha
Press, 2007.
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Juz II, Kairo: Maktabat: Dar Al-Turas, 1970.
Soerjono Soekanto, Hukum Adat di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika 2013
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: RienekaCipta, 2006.
Syekh Muhammad Bin Abdurrahman Ad-dimasqi, Fiqh Empat Mazhab,
Bandung: Hasyim Press, 2004.
Tim Penyusun, Ilmu Fiqh, Cet 2, JIlid 2, Jakarta: Departemen Agama RI,
1984.
Wahyono Darmabrta, Tinjauan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan beserta Undang-Undang dan Pelaksanaannya,
Jakarta: CV.Gitamaya Jaya, 2004.
B. Peraturan Perundang-Undangan
UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Kompilasi Hukum Islam Bab IV Pasal 5 Rukun dan Syarat perkawinan
Kompilasi Hukum Islam Pasal 15 tentang calon mempelai
C. Karya Ilmiah, skripsi, Jurnal
Bahrul Ulum, Pernikahan dibawah umur dalam Perundang-Undangan di
Indonesia perspektif Hukum Islam, Skripsi, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta (2009).
Zulkarnain, Manipulasi Identitas dalam Perkawinan, (Studi kasus pada
Kua Kecamatan Kadugese, Kuningan Jawa Barat) Skripsi, UIN
Syarif Hidayatullah, (2010).
Fauzi Ansori, Perkawinan di Bawah Umur pada Perkara Dispensasi nikah
diPengadilan Agam Malang, Jurnal sosial vol 2 No 1, 2015.
D. Website
http://repository.fhunia.ac.id/?q=node/167.
www.iaiameia.com /theory of justice Teori Keadilan Jhon Rawls
Riksaaneh.blogsopt.com/hukum,-adat-menurut-ahli-/html.