Manajemen Terapi Cairan Pada Operasi Laparatomi Eksisi Tumor Pada Pasien Liposarkoma Retroperitoneal...

5
MANAJEMEN TERAPI CAIRAN PADA OPERASI LAPARATOMI EKSISI TUMOR PADA PASIEN LIPOSARKOMA RETROPERTONEAL DAN BATU STAGHORN GINJAL KANAN Makalah ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menjalani Pendidikan Klinik di Stase Anestesi di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati OLEH Hutami Mutiara Muhammad Fadly Amir Noor Isty Fauzia Ulhaq Pembimbing : dr. Nurgani Sp.AN.KIC KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA JUNI 2015

description

hrhhrtjjj

Transcript of Manajemen Terapi Cairan Pada Operasi Laparatomi Eksisi Tumor Pada Pasien Liposarkoma Retroperitoneal...

MANAJEMEN TERAPI CAIRAN PADA OPERASI LAPARATOMI EKSISI TUMOR PADA PASIEN LIPOSARKOMA RETROPERTONEAL DAN BATU STAGHORN GINJAL KANANMakalah ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menjalani Pendidikan Klinik di Stase Anestesi di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati

OLEH

Hutami Mutiara

Muhammad Fadly Amir

Noor Isty Fauzia UlhaqPembimbing : dr. Nurgani Sp.AN.KIC

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

JUNI 2015BAB IVANALISIS KASUSTubuh manusia terdiri dari zat padat dan zat cair. Dimana distribusi cairan tubuh zat padat terdapat 40% dari berat badan dan zat cair terdapat 60% dari berat badan. Kompartemen cairan tubuh manusia dari cairan intrasel (40% dari BB), cairan ekstrasel ( 20% dari BB) yang terdiri dari cairan intravaskuler sebanyak 5% dari BB dan cairan interstisial sebanyak 15% dari BB. Selain itu terdapat cairan transseluler (1-3%) yaitu cairan serebrospinal, synovial, intraorbital dan gastrointestinal. Ketiga cairan ini harus terpenuhi agar mendapatkan keadaan yang seimbang.Pasien perempuan dengan usia 63 tahun, merupakan pasien post laparatomi eksisi tumor et causa Liposarkoma Retroperitoneal dan Bat Staghorn Ginjal Kiri. Pasien laparotomi beresiko terjadi perdarahan massif akibat prosedur operasi. Terapi cairan pada pasien ini sudah adekuat sehingga komplikasi syok hemoragik akibat perdarahan laparotomi dapat dihindari. Terapi cairan adekuat dibuktikan berdasarkan perhitungan cairan dimana terpenuhinya balance cairan normal. Perhitungan jumlah cairan yang di butuhkan oleh pasien sebagai berikut :A. Kebutuhan cairan maintenance normal pasien :

10 kg pertama: 4cc/kg/jam (4x10=40cc)

10 kg kedua : 2 cc/kg/jam (2x10=20cc)

>20 kg 1 cc/kg/jam (1x46cc=46cc)Maka kebutuhan cairan maintenance pada pasien ini dengan berat badan 66 kg adalah 40+20+46= 106cc/jamB. Mengganti cairan yang hilang saat puasa

Sebelum tindakan pembedahan biasanya pasien akan berpuasa selama 6-8 jam. Saat puasa terjadi deficit cairan. Deficit cairan ini dapat dihitumg dengan mengalikan dengan maintenance.

Pasien dilakukan puasa selama 6 jam, sehingga pengganti cairan yang hilang adalah

6 jam x106 cc = 636cc

C. Jenis Operasi

Pada pasien ini dilakukan tidakan pembedahan laparotomi dimana tindakan tersebut akan menyebabkan cairan pindah ke ruang peritoneum. Tindakan tersebut masuk dalam kategori operasi besar, sehingga perkiraan cairan yang hilang adalah sebesar 8cc/kg x 66kg = 528cc

1 jam pertama : M+1/2P+O =106+318+528 = 952

1 jam kedua : M+1/4P+O =106+159+528 = 793

1 jam ketiga : M+1/4P+O =106+159+528 = 7931 jam keempat: M+1/4P+O =106+159+528 = 793

1 jam kelima: M+1/4P+O =106+159+528 = 793

1 jam keenam : M+1/4P+O =106+159+528 = 793

Sehingga untuk kebutuhan cairan selama operasi selama 6 jam sebesar 952+793+793+793+793+793= 4917Cairan masukInfuse :

Ringer laktat 1500ccNaCl 0,9% : 500cc

Gelofusine: 500ccDarah:

PRC : 500cc

Jumlah 3000cc

Cairan keluar

Urin : 400cc

Perdarahan : 1000cc

Jumlah 1400cc

Balans cairan : 4917- 3000-1400 : 517 ccSelama tindakan operasi, manajemen perdarahan perlu dilakukan dengan mengkombinasikan manajemen cairan normal dan estimasi darah yang hilang akibat tindakan operasi. Jika perdarahan melebihi estimasi perdarahan yang masih dapat di toleransi, maka diindikasikan transfuse darah.

Estimasi perdarahan yang terjadi selama operasi yaitu :

Estimated blood volume (EBV) = BB(kg) x volume plasma(cc)

= 66x 65

= 4290ccRBCV (Ht%) = 4290 x 35% = 1501ccRBCV (Ht 30%) = 4290 x 30%= 1287cc

MABL ( Maximum allowable blood loss (perkiraan maksimal jumlah darah yang hilang)MABL = EBV X (starting Ht target ht)Starting Ht

= 4290x(1501-1287)1501

= 611,6 cc

Pasien perempuan usia 63 tahun dengan BB 66 kg. Diagnosis operasi berupa liposarkoma retroperitoneal dan batu staghorn ginjal kanan yang menjalani operasi laparotomi eksisi tumor. Riwayat alergi, asma, diabetes mellitus disangkal, namun pasien mengaku mempunya riwayat penyakit jantung dan hipertensi. Kondisi fisik pasien dinyatakan ASA III dengan gangguan sistemik berat dan terdapat gangguan aktivitas. Kondisi umum pasien preoperative dengan kesadaran compos mentis, tekanan darah 134/84 mmHg, dengan frekuensi nadi 100x/menit.Saat tindakan operasi pasien ini mempunyai resiko untuk terjadinya syok hipovolemik akibat perdarahan, sehingga untuk mencegah terjadinya syok hipovolemik, pasien diberikan cairan kristaloid dan koloid dengan tujuan meningkatkan volume intraseluler. Selain itu, pada pasien ini terjadi perdarahan sebanyak 1000 cc yang artinya perdarahan terjadi mencapai 30% Estimated Blood Volume. Maka saat operasi berlangsung mendapatkan transfusi darah untuk meningkatkan kapasitas transport oksigen dan volume intravascular. Hal ini sesuai dengan indikasi transfuse darah yaitu bila kehilangan volume darah >20% EBV atau mencapai MABL. Transfuse darah yang diberikan Packed Red Cell (PRC). Tujuan pemberian PRC adalah agar terkoreksinya kehilangan volume darah ang dapat menggangu perfusi oksigen ke jaringan. PRC mengandung sel darah merah dan ini penting bagi distribusi oksigen ke jaringan tubuh.