MANAJEMEN TENAGA PENDIDIK DALAM LAYANAN SISWA …digilib.iain-palangkaraya.ac.id/1985/1/Tesis Dudut...
Transcript of MANAJEMEN TENAGA PENDIDIK DALAM LAYANAN SISWA …digilib.iain-palangkaraya.ac.id/1985/1/Tesis Dudut...
i
MANAJEMEN TENAGA PENDIDIK DALAM LAYANAN SISWA
BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH SAHABAT ALAM
PALANGKA RAYA
TESIS
Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Megister Pendidikan (M.Pd)
Oleh:
Dudut Unggi NIM: 17013189
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGAKA RAYA
STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
2019 M/1441 H
ii
iii
PERSETUJUAN
JUDUL : MANAJEMEN TENAGA PENDIDIK DALAM
LAYANAN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS
DI SEKOLAH SAHABAT ALAM PALANGKA
RAYA
NAMA : DUDUT UNGGI
NIM : 17013189
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
JENJANG : Strata Dua (S2)
Mengetahui:
iv
PENGESAHAN
Tesis yang berjudul MANAJEMEN TENAGA PENDIDIK DALAM
LAYANAN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH
SAHABAT ALAM PALANGKA RAYA. Oleh Dudut Unggi NIM : 17013189
telah dimunaqasyahkan oleh Tim Munaqasyah Tesis Pascasarjana Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 23 Safar 1441 H/22 Oktober 2019
Palangka Raya, 27 Oktober 2019
1. Dr. Normuslim, M.Ag
Ketua Sidang
(...................................................)
2. Dr. Dakir. M.A
Penguji Utama
(...................................................)
3. Dr. Tutut Sholihah, M.Pd
Anggota
(...................................................)
4. Dr. Emawati, M.Ag
Anggota
(...................................................)
Direktur
Pascasarjana IAIN Palangka Raya
v
ABSTRAK
Dudut Unggi. 2019. Manajemen Tenaga Pendidik dalam Layanan Siswa
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya.
Sekolah seharusnya menjadi tempat belajar yang nyaman bagi seluruh
siswa. Semua orang memiliki hak yang sama untuk belajar dan mendapatkan
pengajaran sebagaimana tertuang dalam amanah undang-undang dasar negara
repulik Indonesia. Sekolah sahabat alam sebagai salah satu sekolah inklusi yang
ada di Palangka Raya menerima siswa berkebutuhan khusus pada setiap kelas-
kelas reguler yang ada. siswa berkebutuhan khusus mendapatkan pendampingan
dan program pembelajaran sesuai dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan tim
psikolog yang merupakan mitra sekolah.
Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana
program tenaga pendidik dalam layanan siswa berkebutuhan khusus di sekolah di
sekolah sahabat alam palangka raya, ditinjau dari perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisa proses perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi program tenaga pendidik dalam layanan siswa berkebutuhan khusus
di sekolah sahabat alam Palangka Raya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan metode penelitian menggunakan metode penelitian
fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi,
wawancara mendalam, dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan program tenaga
pendidik dalam layanan siswa berkebutuhan khusus di sekolah sahabat alam,
menghasilkan program yang disebut dengan program pembelajaran individual
(PPI) dan home program. Perencanaan yang dilakukan di sekolah sahabat alam
dilaksanakan secara sistematis. Perencanaan kegiatan pembelajaran di susun
dalam skala priodik satu semester yang melibatkan orang tua, guru pendamping,
guru kelas dan koordinator learning support center. Pelaksanan program
dilakukan secara terjadwal, setiap kegiatan mengacu pada program pembelajaran
individu. Setiap anak memungkinkan memiliki perbedaan program dan layanan,
baik ketika di kelas maupun di luar kelas. Program pembelajaran dilaksanakan
oleh guru pendamping dan guru bantu kelas. Perencanaan dan pelaksanaan
program dilakukan evaluasi dalam bentuk pekanan dan semesteran. Laporan hasil
penilaian setiap kegiatan siswa dituangkan dalam rapot deskriptif yang disebut
dengan laporan perkembangan. Di dalam laporan perkembangan lebih banyak
memuat tentang kemampuan motorik, life skill, ibadah dan lain-lain tidak fokus
pada kurikulum kelas. Dalam laporan perkembangan, penilaian tidak
menggunakan anggka melainkan menggunakan simbol bintang. Jumlah setiap
bintang menerangkan ketuntansan siswa. Salah satu rekomendasi penelitian ini
adalah menawarkan konsep model program layanan siswa berkebutuhan khusus di
kelas-kelas reguler.
Kata kunci:Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program.
vi
ABSTRACT
Dudut Unggi. 2019. Management of Teachers in Treatment Students with
Special Needs in Schools Sahabat Alam Palangka raya.
Schools should be a comfortable place to study for all students. All people
have the same right to learn and get teaching as stated in the mandate of the
constitution of the Republic of Indonesia. Sekolah Sahabat Alam as one of the
inclusive schools in Palangka Raya accepts students with special needs in every
regular class. Students with special needs get assistance and learning programs in
accordance with the results of the examination conducted by a team of
psychologists who are school partners.
The formulation of the problem discussed in this research is how the
program of teaching staff in treatment students with special needs in Sekolah
Sahabat Alam Palangka raya, in terms of planning, implementation and
evaluation.
The purpose of this study was to analyze the process of planning,
implementing and evaluating educator programs in the handling of students with
special needs at Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya.
The approach used in this study is a qualitative approach to the research
method using the phenomenological research method. The main data collection
techniques are observation, in-depth interviews, and documentation studies.
The results of this study indicate that the planning of educators in the
handling of students with special needs in Sekolah Sahabat Alam, produces
programs called individual education programs (IEP) and home programs.
Planning is done in a friendly nature school carried out systematically. Planning
learning activities are arranged on a one-semester priodic scale involving parents,
shadow teacher, class teachers and coordinators learning support center. The
program is carried out on a scheduled basis, each activity refers to an individual
learning program. Every child makes it possible to have different programs and
treatments, both in class and outside the classroom. The learning program is
carried out by the shadow teacher and the classroom assistant teacher. Program
planning and implementation are evaluated in weekly and every semester. Reports
on the results of the assessment of each student's activity are outlined in
descriptive report cards called progress reports. In the development report
contains more about motor skills, life skills, worship and others do not focus on
the class curriculum. In progress reports, judgments do not use budget but rather
use the star symbol. The number of each star explains the student's completeness.
One of the recommendations of this research is to offer a concept model for
handling special needs students in regular classes.
Keywords: Program planning, implementation and evaluation program
.
vii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, penulis mengucapkan segala puji kepada Allah SWT yang
telah memberikan kemudahan kepada penulis untuk menyusun dan menyelesaikan
penelitian ini. Penelitian ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari pihak-pihak
yang benar-benar konsen dengan dunia penelitian. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor IAIN Palangka Raya Bapak Dr. Khairil Anwar, M.Ag yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan inspirasi,
motivasi dan pengalaman keilmuan selama menempuh kuliah di pascasarjana
IAIN Palangka Raya.
2. Direktur Pascasarjana IAIN Palangka Raya Bapak Dr. Normuslim, M.Ag
yang telah banyak memberikan dorongan sehingga perkuliahan program ini
dapat diselesaikan.
3. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Pascasarjana IAIN
Palangka Raya, Bapak Dr. Jasmani, M.Ag yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan perkuliahan pada
program ini hingga selesai.
4. Pembimbing I, Ibu Dr. Tutut Sholihah, M.Pd yang selalu bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi kepada
penulis agar penulisan penelitian ini bisa lebih bermakna dan bermanfaat
secara nyata.
viii
5. Pembimbing II, Ibu Dr. Emawati, M.Ag yang selalu bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, membaca dengan teliti dan detail serta
memberikan arahan perbaikan dalam penulisan penelitian ini.
6. Kepala Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya Bapak Rizqi Tajuddin yang
telah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada penulis untuk
melakukan penelitian di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya.
7. Seluruh dewan guru dan staf Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya yang
telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan data dalam rangka
membantu penyelesaian tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
ikut membantu dalam menyusun dan mengumpulkan data dalam penelitian ini.
Tanpa bantuan teman-teman semua tidak mungkin penelitian ini bisa diselesaikan.
Terakhir, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga yang
telah bersabar di dalam memberikan doa dan perhatiannya. Dengan penuh harapan
dan doa semoga tesis ini bermanfaat untuk kita semua.
Palangka Raya, 27 Oktober 2019
Penulis,
ix
PERNYATAAN ORISINALITAS
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Manajemen
Tenaga Pendidik dalam Layanan Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah Sahabat
Alam Palangka Raya, adalah benar karya saya sendiri dan bukan hasil penjiplakan
dari karya orang lain dengan cara yang tidak sesuai etika keilmuan.
Jika dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran, maka saya siap
menanggung resiko atau sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Palangka Raya 27 Oktober 2019
Yang Membuat Pernyataan,
Dudut Unggi
NIM. 17013189
x
MOTTO
1
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan.2
1 Al-Hasyr [59] : 548
2Muhammad Saifudin, Hijaz Terjemah Tafsir Perkata, Bandung: Sigma Creative Media
Corp, 2010, h. 548
xi
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ............................................................................................ i
Nota Dinas …… ….. ...................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ........................................................................................ iii
Lembar pengesahan .......................................................................................... iv
Abstrak .. ......................................................................................................... vi
Abstrack …. ................................................................................................... vi
Kata Pengantar ............................................................................................... vii
Pernyataan Orisinalitas..................................................................................... ix
Moto……. ........................................................................................................ x
Daftar Isi ......................................................................................................... xi
Daftar Tabel ................................................................................................... xiv
Daftar Gambar .................................................................................................. xv
Daftar Lampiran ............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 15
D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 15
E. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori ............................................................................ 17
1.Pengertian dan Konsep Manajemen .......................................... 17
2.Pendidikan inklusif ..................................................................... 28
3.Siswa Berkebutuhan Khusus ..................................................... 41
B. Penelitian Terdahulu........................... .......................................... 57
xii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis, Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 64
B. Prosedur Penelitian ................................................................. ... 66
C. Data dan Sumber ........................................................................ 68
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 69
E. Analisis Data .............................................................................. 75
F. Pemeriksaan Keabsahan Data ...................................................... 77
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum tentang Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Sekolah Sahabat Alam
Palangka Raya………. ...................................................... 78
2. Identitas Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya………….... 79
3. Visi, Misi, dan Moto Sekolah Sahabat Alam........................ 79
4. Kurikulum dan Program Sahabat Alam................................ 81
5. Struktur Organisasi Sekolah Sahabat Alam.......................... 84
6. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Sahabat Alam.. 86
7. Keadaan Siswa Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya…….. 91
8. Sarana dan Prasarana Sekolah Sahabat Alam ……………… 93
B. Penyajian Data
1. Perencanaan Progaram Tenaga Pendidik dalam Layanan
Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah Sahabat Alam….… 100
2. Pelaksanaan Program Tenaga Pendidik dalam Layanan
Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Sahabat Alam ........... 111
3.Evaluasi Program Tenaga Pendidik dalam Layanan Anak
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Sahabat Alam .................... 127
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Perencanaan Progaram Tenaga Pendidik dalam Layanan
Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah Sahabat Alam….… 134
2.Pelaksanaan Program Tenaga Pendidik dalam Layanan
Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Sahabat Alam ........... 140
xiii
3.Evaluasi Program Tenaga Pendidik dalam Layanan Anak
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Sahabat Alam .................... 149
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ................................................................................... 167
B. Rekomendasi ................................................................................. 161
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 163
LAMPIRAN .................................................................................................... 166
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Hasil Penelitian yang relevan ........................................................ 78
Tabel 3.1. Daftar Pertanyaan dalam wawancara ............................................. 88
Tabel 4.1. Data tenaga pendidik SDIT sahabat alam ..................................... 105
Tabel 4.2. Data tenaga pendidik SMPIT sahabat alam ................................... 108
Tabel 4.3. Data tenaga kependidikan sekolah sahabat alam ........................... 108
Tabel 4.4. Data tenaga ahli sekolah sahabat alam ........................................... 109
Tabel 4.5. Data siswa-siswi sekolah sahabat alam tahun 2018/2019 ............. 111
Tabel 4.6. Rencana pembelajaran .................................................................... 127
Tabel 4.7. Jadwal kegiatan belajar mengajar .................................................. 132
Tabel 4.8. Jadwal pelaksanaan PPI .................................................................. 133
Tabel 4.9. Daftar hadir terapi .......................................................................... 144
Tabel 4.10. Keterangan ketuntasan siswa ...................................................... 151
Tabel 4.11. Contoh rapot siswa dengan pendampingan penuh ....................... 152
Tabel 4.12. Daftar matar pelajaran dan materi kegiatan .................................. 163
Tabel 4.13. Dokumen hasil RAKER tim LSC ................................................ 170
Tabel 4.14. Evaluasi kemampuan dan kebutuhan ........................................... 171
Tabel 4.15. Laporan perkembangan siswa ....................................................... 175
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Kegiatan shalat dhuha anak dengan pendampingan khusus ....... 139
Gambar 4.2. Life skill (berjualan kue) ............................................................. 140
Gambar 4.3. Bermain Puzzle di ruangan LSC ................................................. 140
Gamber 4.4. Worksheet untuk ABK kelas 2 .................................................... 146
Gambar 4.5. Worksheet matamatika (Pejumlahan 1-10) ................................. 162
Gambar 4.6. Belajar pengukuran .................................................................... 164
Gambar 4.7. Kegiatan bersama di kelas reguler .............................................. 165
Gambar 4.8. Treatment siswa berkebutuhan khusus di ruangan LSC ............. 168
Gambar 4.9. Treatmen di lapangan terbuka (melatih motorik kasar) .............. 168
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman observasi .................................................................... 1
Lampiran 2. Pedoman wawancara ................................................................... 2
Lampiran 3. Catatan lapangan hasil observasi ................................................. 9
Lampiran 4. Catatan lapangan hasil wawancara .............................................. 10
Lampiran 5. Dokumentasi kegiatan dan foto keadaan sekolah ....................... 23
Lampiran 6. Daftar alat-alat pembelajaran dan fasilitas LSC ......................... 27
Lampiran 7. Dokumen hasil pemeriksaan untuk siswa SD ............................ 28
Lampiran 8. Dokumen hasil pemeriksaan siswa SMP ..................................... 29
Lampiran 9. Program pembelajaran individual PPI ......................................... 31
Lampiran 10. Program pembelajaran untuk anak autis .................................... 40
Lampiran 11. Home program untuk siswa berkebutuhan khusus .................... 41
Lampiran 12. Contoh buku penghubung sekolah sahabat alam ....................... 43
Lampiran 13. Kegiatan pembelajaran dalam satu pekan ................................ 44
Lampiran 14. Jadwal harian pembelajaran SMPIT .......................................... 45
Lampiran 15. Job description LSC, dan guru bantu sekolah sahabat alam ..... 46
Lampiran 16. SOP Mengajar guru SD sekolah Sahabat Alam ....................... 48
Lampiran 17. SOP Mengajar guru SMPIT Sahabat Alam ............................... 51
Lampiran 18. Surat perjanjian bersama orang tua …………………………… 53
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan merupakan usaha untuk mewariskan nilai-nilai suatu
generasi ke generasi berikutnya, sebagaimana disebutkan dalam UU RI No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 yang
berbunyi:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.3
Dasar dan tujuan pendidikan merupakan masalah yang sangat pokok
dalam pelaksanaan pendidikan. Sebab dari dasar pendidikan itu akan
menentukan corak dan arah pendidikan, dan dari tujuan pendidikan akan
menentukan ke arah mana peserta didik itu diarahkan.4
Pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan nasional berpusat pada
peserta didik agar dapat: (1) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, (2) belajar untuk memahami dan menghayati, (3)
belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (4) belajar
untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (5) belajar untuk
3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) UU RI. No. 20 tahun 2003
pasal 1 ayat (1). 4 Achmad Patoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004, h.
39.
1
2
membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan.5
Pada dasarnya semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan
yang layak sebagaimana tercamtum dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Undang-Undang Republik Indonesia No.
20 tahun 2003 pasal 5 ayat (1) menyebutkan bahwa, “Setiap warga negara
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.”6
Pendidikan yang bermutu akan mudah terwujud ketika semua warga
sekolah baik dari unsur tenaga pendidik mampun pemerintah mampu berjalan
secara besergi untuk menjalankan amanah undang-undang tersebut. Di dalam
Permendiknas No. 70 tahun 2009 Pasal 2 menyatakan bahwa, “Pemerintah
mewujudkan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak
diskriminatif bagi semua peserta didik.”7
Pada hakekatnya pendidikan adalah memanusiakan manusia,
mengembangkan potensi dasar peserta didik agar berani dan mampu
mengahadapi problema yang dihadapi tanpa rasa tertekan, mampu dan senang
meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi. Setiap orang tua
mengharapkan anaknya terlahir dalam kondisi yang normal secara fisik
maupun mental. Namun dalam kenyataan tidak demikian karena kondisi fisik
5 Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang Standar
Nasional Pendidikan, Bandung: Fokusmedia, 2008, h.109. 6 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) UU RI. No. 20 tahun 2003
pasal 5 ayat (1). 7 Tim Direktorat Pembinaan PKLK, Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan
Inklusif, Jakarta: Direktorat Pembinaan PKLK Pendidikan Dasar Direktorat Jendral Pendidikan
Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2003, h. 1.
3
dan mental yang beragam sehingga mempengaruhi mereka untuk mengikuti
pendidikan secara normal.8
Islam secara tegas juga melarang bersikap buruk atau membeda-
bedakan perlakuan terhadap seseorang. Islam tidak memandang bahwa orang
kaya lebih berhak dibandingkan orang miskin. Anak yang tidak memiliki
kekurangan ia lebih berhak dibandikan anak-anak yang memiliki kekurangan
seperti anak dengan gangguan fisik maupun psikis. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam Al Quran surah Al Hujarat ayat 11:
9
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan
orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang
ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu
lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat,
Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.10
Dalam tafsir shahih Ibnu Katsir dijelaskan bahwa makna yang
dimaksud adalah menghina atau meremehkan orang lain. perbuatan tersebut
8 Mudjito, Harizal dan Elfrindri, Pendidikan Inklusif, Jakarta: Baduose Media Jakarta,
2012, h. 11. 9 Al Hujarat [49]: 11.
10 Kementerian Agama RI, Hijaz Terjemah Tafsir per Kata, Bandung: Sygma Creative
Media Corp, 2010, h. 516.
4
diharamkan, sebab barangkali orang yang dihina tersebut memiliki
kedudukan yang lebih tinggi dihadapan Allah SWT dan lebih dicintai Allah
dari pada orang yang menghina.11
Pada ayat ini Allah SWT juga mengingatkan kita, bahwa dalam
konsep Islam tidak boleh ada pembedaan seseorang dengan orang lain, Islam
tidak memandang kebaikan seseorang hanya dari bentuk fisik atau
kecerdsannya dalam berpikir.
Dijelaskan dalam Al Quran surah Abasa, bahwa pernah suatu hari
Rasulullah SAW berdialog dengan salah seorang dari tokoh-tokoh Quraisy,
dan beliau mengharapkan keislaman mereka. Ketika beliau sedang berdialog
dengan mereka tiba-tiba datang Ummi Maktum, salah seorang sahabat
angkatan pertama yang masuk Islam. Ia menanyakan sesuatu kepada
Rasulullah SAW, dan mengulang-ulang pertanyaannya tersebut kepada
beliau. Beliau sendiri berharap seandainya saja Ibnu Ummi Maktum menahan
diri pada saat itu, sehingga beliau bisa mengfokuskan diri untuk berbicara
kepada tokoh Quraisy itu, karena beliau ingin dan berharap dia mendapatkan
hidayah. Beliaupun bermuka masam kepada Ibnu Ummi Maktum, tidak
memperhatikannya dan berpaling kepada yang lain,12
maka Allah
menurunkan surah Abasa ayat 1-10:
Artinya: (1) Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, (2)
Karena Telah datang seorang buta kepadanya, (3) Tahukah kamu barangkali
11
Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri, Al-
Misbaahul Muniir fii Tahdziibi Tafsir Ibnu Katsiir, Riyadh: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi’,
2000 M/1421 H. Diterjemahkan oleh: Abu Ahsan Sirojuddin Hasan Bashri dan Izzudin Karimi,
Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, cet.13 2015, h. 475. 12
Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri, Al-
Misbaahul ...., h. 445.
5
ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), (4) Atau dia (ingin) mendapatkan
pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?, (5) Adapun
orang yang merasa dirinya serba cukup. (6) Maka kamu melayaninya. (7)
Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri
(beriman). (8) Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera
(untuk mendapatkan pengajaran), (9) Sedang ia takut kepada (Allah), (10)
Maka kamu mengabaikannya.13
Dari ayat ini diketahui bahwa Allah SWT memerintahkan Rasul-Nya
untuk tidak mengkhususkan peringatan kepada seseorang saja melainkan
harus adil antara orang yang kuat dan yang lemah, yang kaya dan yang
miskin, tuan dan hamba, laki-laki dan perempuan, besar ataupu kecil.
Kemudian Allah memberi petunjuk kepada siapapun yang dikendaki-Nya ke
jalan yang lurus, karena Dia lah pemilik hikmah yang tinggi dan alasan yang
kuat.14
Secara konstitusi, negara sebenarnya sudah melindungi hak-hak
semua peserta didik untuk menikmati pendidikan yang sudah disediakan
pemerintah melalui sekolah-sekolah inklusif. Melalui Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan
Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar menyebutkan
tentang pendidikan Inklusif adalah:
Suatu strategi atau sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatakan kepada anak berkebutuhan khusus untuk
mengikuti pendidikan di sekolah reguler dengan suatu layanan
13
Kementerian Agama RI, Hijaz Terjemah Tafsir per Kata, Bandung: Sygma Creative
Media Corp, 2010, h. 585. 14
Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri, Al-
Misbaahul Muniir fii Tahdziibi Tafsir Ibnu Katsiir, Riyadh: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi’,
2000 M/1421 H. Diterjemahkan oleh: Abu Ahsan Sirojuddin Hasan Bashri dan Izzudin Karimi,
Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, cet.13 2015,h. 446.
6
pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak berkebutuhan
khusus tersebut.15
Dalam Peraturan Pemerintahan PP No. 17 tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 127 menyebutkan:
Pendidikan Khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa.16
Pada pasal 129 nomor (3) menyebutkan beberapa jenis anak
berkebutuhan khusus atau peserta didik berkelainan seperti:
a. Tunanetra
b. Tunarungu
c. Tunawicara
d. Tunagrahita
e. Tunadaksa
f. Tunalaras
g. Berkesulitan belajara
h. Lamban belajar
i. Autis
j. Memiliki ganguan motorik
k. Menjadi penyalahgunaan narkotika, obat terlarang dan zat adiktif lain dan
l. Memiliki kelainan lain.17
Pada pasal selanjutnya Pasal 130 menyebutkan:
1. Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat
diselenggarakan pada semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
2. Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui satuan
pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan
kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan.18
15
Tim Direktorat Pembinaan PKLK, Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan
Inklusif, Jakarta: Direktorat Pembinaan PKLK Pendidikan Dasar Direktorat Jendral Pendidikan
Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2003, h.4. 16
Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 127. 17
Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 129. 18
Ibid., Pasal 130.
7
Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa pemerintah
memberikan ruang yang sama kepada semua peserta didik termasuk anak
berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan yang sama pada sekolah
reguler. Sehingga mampu mengembangkan potensi yang mereka miliki tanpa
ada rasa dikucilkan atau diskriminasi sebagai bentuk perwujudan penerapan
sila ke 5 pada sila pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Untuk mewujudkan pendidikan inklusif yang mampu berjalan sesuai
dengan rel yang menjadi tujuan pemerintah tidak akan mudah tercapai,
apabila tidak di atur dengan baik atau dikelola dengan baik dan benar oleh
setiap lembaga pendidikan sekolah.
Di Amerika Serikat persoalan special education ini juga menjadi
sorotan publik. Awalnya proses pendidikan inklusif dipisahkan dengan
pendidikan anak normal atau reguler. Namun banyak juga yang tidak setuju.
Bagaimanapun perkembangan dari penelitian akan dapat ditemukan
kenyataan bahwa mengelola layanan pendidikan untuk anak-anak
berkebutuhan khusus memerlukan atensi dan cara khusus pula. Membutuhkan
sumber daya yang relatif khusus mempelajari karakter anak pula.19
Panduan tentang pendidikan inklusif yang masih terbatas. Literatur
berkembang sedemikian rupa sehingga masih terbatas untuk mengatasi
persoalan pendidikan inklusif di dalam negeri dan mengingat begitu cepatnya
pentumbuhan jumlah penduduk maka pendidikan inklusif menjadi tepat untuk
19
Mudjito, Harizal dan Elfindri, Pendidikan Inklusif, Jakarta: Baduose Media Jakarta,
2012, h. 5
8
dapat memberikan layanan kepada anak-anak usia sekolah, agar mereka
memperoleh pendidikan yang wajar, bermutu dan berkelanjutan sebagaimana
rekannya yang lain.20
Sekolah yang menerapkan sekolah inklusif yang berarti menerima
anak berkebutuhan khusus pada setiap kelas, seharusnya mampu menerapkan
konsep kelas inklusif seperti:
1. Guru menghargai perbedaan setiap latar belakang dan kemampuan anak
dan orangtuanya. Guru kreatif dan selalu memiliki gagasan yang
mendukung kebutuhan dan minat anak yang berbeda dan unik.
2. Pengaturan tempat duduk yang bervariasi seperti, duduk berkelompok di
lantai membentuk tapal kuda, atau duduk di bangku bersama-sama
melingkar sehingga dapat melihat satu sama lainnya.
3. Assesmen: kemajuan belajar anak berdasarkan pada observasi, dan
portofolio terhadap hasil karya anak dalam kurun waktu tertentu sebagai
proses penilaian.21
Menurut Hegemen sebagaimana dikutip oleh Mudjito A.K, dkk
menyebutkan guru dalam sekolah inklusif harusnya mampu mengembangkan
kopentensi sebagai berikut:
1. Memiliki pengetahuan mengenai kemampuan siswa dan
ketidakmampuannya, dan bagaimana setiap individu berbeda dalam
menerima pembelajaran
20
Ibid. 21
UNESCO, Embracing Diversity: Toolkit for Creating Inclusive, Learning-Friendly
Enviroment Specialized, Bangkok: 2006. Diterjemahkan oleh: Susi Rakhmawati dan Braillo
Norway, Merangkul Perbedaan: Perangkat untuk Mengembangkan Lingkungan Inklusif Ramah
terhadap Pembelajaran, t.tp., IDPN Indonesia, Arbeiter-Samariter-Bund, h. 29.
9
2. Kompetensi dalam kaitannya dengan metodelogi dari ketidakmampuan
terkait dengan pengembangan keahlian dan kompetensi
3. Strategi adaptif yang diperlukan
4. Kemapuan menggunakan teknologi dan perangkat-perangkat pendukung
pelayanan pendidikan
5. Kesadaran psikologi dan kebutuhan konseling dari para penyandang cacat
6. Sikap bisa saling bekerjasama
7. Perhatian yang serius terhadap seluruh perkembangan keahlian anak dan
hubungan sosialnya dengan anak-anak biasa dan kelompok lainnya
8. Memiliki hubungan interpersonal yang baik, menyediakan informasi,
nasehat dan dukungan
9. Memiliki harapan yang realistik untuk para anak berbakat dan cacat. 22
Di dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif kurikulum
pendidikan menjadi pedoman dasar bagi para guru dalam menjalankan proses
pembelajaran di kelas maupun di luar kelas karena pada dasarnya kurikulum
dalam sekolah inklusif disusun secara fleksibel untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada
dengan mengutamakan unsur partisipasi peserta didik. Kurikulum yang
digunakan mengacu pada Standar Kopetensi yang dapat disederhanakan
sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
22
Mudjito A.K dkk, Pendidikan Inkulusif, Jakata: Baduose Media Jakarta, 2012, h.169.
10
Peserta didik dalam sekolah-sekolah insklusif harus mendapatkan
kurikulum yang sesuai dengan tujuan mereka sehingga tujuan yang hendak
dicapai menjadi jelas dan terarah.23
Model kurikulum yang dapat dikembangkan dalam sekolah inklusif
adalah model kurikulum yang memusatkan perhatian pada permasalahan
yang dihadapi masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada pendidikan
intraksional yang melibatkan kegiatan bersama, interaksi, dan kerjasama.
Kerjasama atau interaksi bukan hanya terjadi antar peserta didik dengan guru,
tetapi juga antar peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan
orang di lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi
dan kerjasama, peserta didik berusaha memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya dalam menuju kemandirian dan memenuhi kompetensi untuk
hidup.24
Menurut Gargiulo sebagaimana dikutip oleh Mudjito dkk,
menyebutkan bahwa pendidikan inklusif bertujuan sedini mungkin untuk:
1) meminimalkan keterbatasan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak
dan untuk memaksimalkan kesempatan anak terlibat dalam aktivitas
normal.
2) Memungkinkan untuk mencegah terjadinya kondisi yang lebih parah
dalam ketidak teraturan perkembangan sehingga menjadi anak yang tidak
berkemampuan.
3) Mencegah berkembangnya keterbatasan kemampuan lainnya sebagai hasil
yang diakibatkan oleh ketidakmampuan utamanya.25
Di sekolah Sahabat Alam Palangka Raya berdasarkan hasil observasi
dan wawancara penulis dengan Ibu Qanita Tajuddin,26
penulis mendapatkan
23
Mudjito A.K dkk, Pendidikan Inkulusif, Jakata: Baduose Media Jakarta, 2012, h.225. 24
Ibid, h. 226. 25
Mudjito Ak dkk, Pendidikan Inklusif, Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2012, h. 13.
11
informasi bahwa Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya sejak pertama berdiri
sudah mengikrarkan diri sebagai sekolah Islam inklusif yang menerima anak
berkebutuhan khusus. Sejak tahun pertama berdiri yaitu pada tahun 2010
sekolah Sahabat Alam Palangka Raya sudah menerima 1 anak berkebutuhan
khusus dengan kategori Autis dalam satu kelas reguler dengan jumlah total 20
siswa dalam satu kelas. Hingga saat ini sudah ada sekitar 25 anak lebih anak
berkebutuhan khusus yang ada di Sekolah Islam Sahabat Alam dengan
berbagai kategori seperti Autism, ADD, ADHD, lamban belajar, kesulitan
belajaran, slow learner, mentality retarded, borderline dan asperger
syndrome dari jumlah total siswa keseluruhan 170 siswa.
Kota Palangka Raya semenjak tahun 2014 sudah menyatakan diri
sebagai kota pendidikan inklusif yang artinya semua siswa berkebutuhan
khusus berhak mendapatkan pendidikan yang sama pada setiap kelas-kelas
reguler atau sekolah umum. Sesuai dengan Permendiknas nomor 70 Tahun
2009 yang menyatakan bahwa pemerintah memberikan kesempatan atau
peluang kepada anak-anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh
pendidikan reguler (SD, SMP dan SMA/SMK). Sehingga harapannya semua
sekolah mampu memberikan layanan untuk siswa-siswa berkebutuhan khusus
sesuai dengan tujuan dan dasar pendidikan inklusif.
Jumlah siswa berkebutuhan khusus yang mendaftar di sekolah
sahabat alam berdasarkan dokumen Sekolah Sahabat Alam, menunjukkan
bahwa hampir disetiap tahun penerimaan siswa baru tercatat bahwa lebih dari
26
Koordinator Hubungan Masyarakat (HUMAS) di Sekolah Sahabat Alam Palangka
Raya.
12
5 orang siswa terdeksi siswa berkebutuhan khusus dengan berbagai kategori
diantaranya seperti ketegori lamban belajar dan kesulitan belajar. Kategori
dan hambatan yang di alami siswa di ketahui setelah siswa mengikuti tes
pemeriksaan perkembangan yang dilakukan oleh pihak sekolah yang bekerja
sama dengan tim psikolog.
Pada saat observasi, penulis melihat bahwa di Sekolah Sahabat Alam
di setiap kelas terdapat ada dua hingga tiga guru dalam satu kelas. Misalnya,
ketika penulis mengamati khususnya pada tingkat Sekolah Dasar yaitu di
kelas satu. Di kelas tersebut, terdapat dua guru dan terlihat siswa
berkebutuhan khusus mengikuti kelas reguler dan belajar dengan siswa yang
lain dalam satu kelas regular. Siswa-siswa berkebutuhan khusus belajar dalam
satu kelompok kecil yang di dalamnya ada satu guru bantu yang
mendampingi selama kegiatan pembelajaran..27
Sedangkan pada Sekolah Tingkat Pertama (SMP) siswa
berkebutuhun khusus dengan kategori autis di dampingi oleh satu guru
damping atau shadow teacher. Guru tersebut mendampingi dan mengarahkan
semua kegiatan yang dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Guru damping tersebut juga terlihat melatih beberapa kegiatan-kegiatan
motorik dan treatment untuk membantu meningkatkan kemampuan anak
dampingnya.28
27
Observasi melihat jumlah guru dan kegiatan guru dalam penanganan siswa
berkebutuhan khusus di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya 27 September 2018. 28
Observasi melihat jumlah guru dan kegiatan guru dalam penanganan siswa
berkebutuhan khusus di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya 27 September 2018.
13
Sebagaimana hasil wawancara dengan Ibu HNA Koordinator SDM
Sekolah Sahabat Alam29
menyatakan bahwa:
Sekolah Sahabat Alam sebagai sekolah inklusif, keberadan dua guru
dalam satu kelas memang menjadi suatu kebutuhan bahkan
kewajiban selain memang sekolah Sahabat Alam dalam filosofinya
yang selalu mengahadirkan dua guru adalah untuk menghadirkan
sosok ayah dan ibu dalam satu kelas. Hal ini dapat dilihat dihampir
seluruh kelas pasti ada 1 guru laki-laki dan 1 guru perempuan. Di
sisi lain memang kebutuhan 2 guru tersebut adalah untuk
memaksimalkan proses pembelajaran. Siswa yang mengalami
kesulitan pembelajaran akan ditangani oleh guru bantu, misalnya
ketika guru kelas menjelaskan materi atau memberi tugas secara
klasikal kepada seluruh siswa, guru bantu membantu melanjutkan
menjelaskan kepada siswa-siswa yang mengalami kesulitan seperti
siswa berkebutuhan khusus. Ketika guru kelas memberikan
worksheet kepada siswa berkebutuhan khusus, guru bantu
mendampingi siswa tersebut untuk mengerjakannya hingga selesai
dengan tetap dalam pengawasan guru kelas. Guru kelas bertanggung
jawab secara penuh proses pembelajaran yang ada di kelas.
Di dalam penyusunan program penangan siswa berkebutuhan khusus
guru-guru dibantu oleh Learning Support Center (LSC)30
yang merupakan
lembaga khusus yang ada di sekolah Sahabat Alam Palangka Raya yang
bertangung jawab dalam masalah penyusunan program dalam penanganan
siswa berkebutuhan khusus atau dikenal juga dengan istilah anak
berkebutuhan khusus (ABK).
Di dalam proses layanan siswa berkebutuhan khusus sekolah
Sahabat Alam Palangka Raya memiliki beberapa tenaga ahli yang berperan
sebagai konsultan penanganan ABK yaitu:
29
Wawancara dengan Halimah Nur Amini Koordinator bidang Sumber Daya Manusia
(SDM) di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya 27 September 2018. 30
LSC (Learning Support Center), merupakan lembaga sekolah yang bertanggung jawab
secara penuh tentang penanganan siswa berkebutuhan khusus dan sebagai tempat konsultasi para
guru kelas dan guru bantu kelas untuk penganan siswa ABK di kelas. Lembaga ini dipimpin oleh
seorang pendidik dengan latar belakang pendidikan pisikolog.
14
1. Dra. Ery Retno Artini, Psi, Msc (Edu) yang berasal dari sekolah
Komunitas Kebon Main Depok
2. Leni Sintorini dan Haspiati, S.Psi yang berasal dari Kidzmotion Jakarta
3. dr. Frida Ayu Nurhayati yang berasal dari RSJ. Kelawa Atei Palangka
Raya.31
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan dilokasi penelitian,
menunjukkan bahwa ada 3 – 5 siswa berkebutuhan khusus pada setiap kelas
dengan berbagai kategori seperti lamban belajar atau kesulitan belajar. Siswa
berkebutuhan khusus tersebut terlihat mampu bekerja sama dengan teman-
temanya dalam satu kelas reguler dengan tetap dalam pendampingan dari
guru, termasuk anak dengan kategori autis.
Penulis juga melihat, bahwa siswa dengan kategori autis
mendapatkan guru damping atau shadow teacher yang memberikan
pelayanan program pembelajaran khusus kepada siswa dampingnya baik
ketika di kelas maupun di luar kelas. Untuk kegiatan di luar kelas lebih
banyak kegiatan tretment motorik, baik motorik kasar maupun motorik halus.
Untuk kegiatan pembelajaran di kelas siswa hanya mengikuti materi yang
diangap mampu saja dan materi khusus seperti olah raga, agama, tahfiz dan
kegiatan kunjungan perpustakaan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
mengangkat judul pada tesis ini yaitu, “Manajemen Tenaga Pendidik
dalam Penanganan Siswa Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Sahabat
Alam Palangka Raya.
31
Wawancara dengan Rani Fajar di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya 04 April 2019.
15
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah
yang menjadi poin penting dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perencanaan program tenaga pendidik dalam layanan siswa
berkebutuhan khusus di sekolah Sahabat Alam Palangka Raya?
2. Bagaimana pelaksanaan program tenaga pendidik dalam layanan siswa
berkebutuhan khusus di sekolah Sahabat Alam Palangka Raya?
3. Bagaimana evaluasi program tenaga pendidik dalam pelayanan siswa
berkebutuhan khusus di sekolah Sahabat Alam Palangka Raya?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian, “Manajemen Tenaga Pendidik dalam
Layanan Siswa Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Sahabat Alam Palangka
Raya,” adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis proses perencanaan program tenaga pendidik dalam layanan
siswa berkebutuhan khusus di sekolah Sahabat Alam Palangka Raya.
2. Menganalisis proses pelaksanaan program tenaga pendidik dalam layanan
siswa berkebutuhan khusus di sekolah Sahabat Alam Palangka Raya.
3. Menganalisis proses evaluasi program tenaga pendidik dalam pelayanan
siswa berkebutuhan khusus di sekolah Sahabat Alam Palangka Raya.
4. Membuat konsep model program pelayanan siswa berkebtuhan khusus di
sekolah inklusif.
16
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian, “Manajemen Tenaga Pendidik dalam
Pelayanan Siswa Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Sahabat Alam Palangka
Raya,” adalah:
1. Sebagai salah satu refrensi dalam pengelolaan tenaga pendidik pada
sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan inklusif.
2. Memudahkan lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan Islam
yang ada di kalimantan tengah dalam layanan siswa berkebutuhan khusus
yang ada pada setiap sekolah inklusif.
3. Sebagai bahan pertimbangan atau masukan bagi yayasan, dewan komite,
kepala sekolah, guru dan seluruh tenaga kependidikan yang ada diruang
lingkup Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya dalam pengembangan
manajemen tenaga pendidik dalam layanan siswa berkebutuhan khusus.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Pengertian dan Konsep Manajemen
Pengertian Manajemen menurut Sapre sebagaiman dikutip oleh
Husaini Usman menyebutkan bahwa:
Manajemen adalah serangkaian kegiatan yang diarahkan langsung
untuk penggunaan sumber daya organisasi secara efektif dan
efisien dalam rangka mencapai tujuan organisasi.32
Sedangkan Prof. Husaini Usman sendiri mendefenisikan
manajemen dalam arti luas adalah perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan atau evaluasi sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien.33
Dalam istilah manajemen ada yang disebut dengan manajemen
pendidikan yang diartikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya
pendidikan untuk mewujudkan proses dan hasil peserta didik secara aktif,
kreatif, inovatif dan menyenangkan dalam mengembangkan potensi
dirinya.34
32
Husaini Usman, MANAJEMEN Teori, praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 4, Jakarta:
2014, h.6. 33
Ibid 34
Ibid, h.13.
17
18
Berikut penulis jelaskan manajemen dilihat dari segi perencanaan,
dan evalusi dalam pada lembaga pendidikan sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning) pendidikan
Sebuah perencanaan dapat diartikan sebuah kegiatan yang
akan dilaksanakan. Perencanaan adalah pengambilan keputusan.
Perencanaan menurut Handoko sebagaimana di kutip oleh Husaini
Usman meliputi: “1) Pemilihan dan penetapan tujuan-tujuan
organisasi, 2) penentuan strategi, kebijakan, proyek, program,
prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan.35
”
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut
perencanaan adalah kegiatan yang dilakukan dimasa yang akan datang
untuk mencapai tujuan. Dari defenisi perencanaan mengandung unsur-
unsur: 1) sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya, 2) adanya
proses, 3) hasil yang ingin dicapai, dan 4) menyangkut masa depan
yang ingin dicapai.36
Proses manajemen pada dasarnya adalah perencanaan segala
sesuatu secara sistematis yang kemudian akan melahirkan keyakinan
yang berdampak pada melakukan sesuatu yang sesuai dengan aturan
serta memiliki manfaat. Perbuatan yang tidak bernilai manfaat adalah
sama dengan perbuatan yang tidak pernah direncanakan. Jika
perbuatan tersebut tidak pernah direncanakan, maka dapat dipastikan
35
Ibid, h. 77. 36
Ibid.
19
dalam pelaksanaannya akan menemui berbagai hambatan dan
kesulitan dalam proses penyelesaian masalah tersebut.37
Perencanaan tidak dapat dilepas dari unsur pelaksaan dan
pengawasan termasuk pemantauan dan penilaian, dan pelaporan.
Pengawasan diperlukan dalam perencanaan agar tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan. Pengawasan dan perencaan dan
dilakukan secara preventif dan reprensif. Pengawasan preventif
merupakan pengawasan yang melekat dengan perencanaannya,
sedangkan pengawasan reprensif merupakan pengawasan fungsional
atas pelaksanaan rencana, baik yang dilakukan secara internal maupun
secara eksternal oleh aparat pengawasan yang ditugasi.38
Ada beberapa ayat Al Quran yang menjelaskan tentang
perencanaan. salah satunya surah Al-Hasyr ayat 18. Menurut Ibnu
Katsir, ayat ini menjelaskan bahwa intropeksilah diri sebelum kalian
intropeksi dan lihatlah amalan yang kalian simpan untuk bekal pada
hari kiamat.39
Penyusunan atau pembuatan perencaanan dalam suatu
lembaga pendidikan bertujuan untuk:
1) Standar pengawasan, yaitu mencocokan pelaksanaan dengan
perencanaannya
37
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam; Konsep, Strategi dan Aplikasi, Yogyakarta:
Teras, 2009, h. 28. 38
Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktek dan Riset Pendidikan Edisi 4, cet ke 2,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013, h. 77. 39
Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Riyadh: Daarus
Salaam lin Nasyr wat Tauzi’: 2000. Diterjemahkan oleh: Tim Pustaka Ibnu Katsir, Shahih Tafsir
Ibnu Katsir, Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2016, h. 36.
20
2) Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan
3) Mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya), baik
kualifikasinya dan kuantitasnya
4) Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan
kualitas pekerjaan
5) Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan
menghemat biaya, tenaga, dan waktu
6) Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan
pekerjaan
7) Menyerasikan dan memadukan beberapa subkegiatan
8) Mendekteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui
9) Mengarahkan pencapaian tujuan.40
Perencanaan dalam suatu lembaga pendidikan memberikan
banyak sekali manfaat sebagai berikut:
1) Standar pelaksanaan dan pengawasan (memfasilitasi monitoring
dan evaluasi)
2) Pemilihan berbagai alternatif terbaik (pedoman pengambilan
keputusan)
3) Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan
4) Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi
5) Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan
40
Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktek dan Riset Pendidikan Edisi 4, cet ke 2,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013, h. 76.
21
6) Alat memudahkan dalam koordinasi dengan pihak terkait
7) Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti (untuk mengatasi
masalah yang muncul)
8) Meningkatkan kinerja (keberhasilan organisasi tergantung
keberhasilan perencanaannya).41
Dalam menyusun perencanaan ada ruang lingkup
perencanan yang dipengaruhi oleh dimensi waktu, spasial, tingkatan
teknis perencanaan dan demensi jenis. Masing-masing dimensi
tersebut sebagai berikut.
1. Perencanaan dari dimensi waktu meliputi; perencanaan jangka
panjang (long term planning), perencanaan jangka menengah
(Medium term planning), dan perencanaan jangka pendek (Short
term planning).
2. Perencanaan dari dimensi spasial meliputi; Perencanaan nasional,
perencanaan regional, dan perencanaan tata ruang.
3. Perencanaan dari dimensi tingkatan teknis perencanaan meliputi;
perencanaan makro, perencanaan mikro, perencanaan sektoral,
perencanaan kawasan, dan perencanaan proyek.
4. Perencanaan dari dimensi jenis meliputi; perencanaan dari atas ke
bawa (top down planning), perencanaan dari bawah ke atas
(buttom up planning), perencanaan menyerong ke samping
(diagonal planning), perencanaan mendatar (horizontal
41
Ibid, h. 76-77.
22
planning), perencanaan menggelinding (rolling planning), dan
perencanaan gabungan atas ke bawah dan bawah ke atas (top-
down and buttom-up planning).42
b. Pengawasan atau evaluasi
Pengawasan merupakan tahap akhir dalam fungsi manjemen.
Fungsi manajem yang dikendalikan adalah perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan itu sendiri.
Pengawasan dapat diartikan sebagai proses pemantauan,
penilaian dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut.
Beda pengendalian dengan pengawasan adalah pada wewenang dari
pengembang kedua istilah tersebut. Pengendalian mimiliki
wewenang turun tangan yang tidak dimiliki oleh pengawas.
Pengawas hanya sebatas memberikan saran, sedangkan tindak lanjut
dilalukan oleh pengendali. Jadi, dapat dipahami bahwa pengendalian
lebih luas jangkauanya dibandingkan dengan pengawas.43
Harahap mengatakan yang dikutip oleh Abdur Rauf dakan
jurnalnya Transformasi dan Inovasi Manajemen pendidikan Islam
menyebutkan bahwa: “Pengawasan merupakan keseluruhan sistem,
teknik, cara yang mungkin dilakukan di dalam organisasi untuk
benar-benar menerapkan prinsip efesiensi dan mengarah pada upaya
untuk mencapai keseluruhan tujuan organisasi.” Oleh sebab itu
42
Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktek dan Riset Pendidikan Edisi 4, cet ke 2,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013, h. 81-86. 43
Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktek dan Riset Pendidikan Edisi 4, cet ke 2,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013, h. 534.
23
dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai pengawas
dalam berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Terkait dengan
tanggung jawab ini, guru harus mampu mengevaluasi, mengoreksi
dan menilai hasil proses pengajaran yang dilakukan apakah sudah
mengarahkan pada tujuan yang sebelumnya direncanakan atau masih
belum sama sekali.44
Di dalam Al Quran juga menyebutkan mengenai pengawasan
atau controling sebagaiman firman Allah SWT dalam Al Quran
Surah At-Tahrim ayat 6:
45
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.46
Ayat ini memberikan arahan kepada kita untuk selalu
mengontrol dan mengoreksi kepada diri sendiri dan seluruh kelurga
sebagai bentuk evaluasi, karena sebenarnya selalu ada malaikat yang
mengawasi gerak gerik manusia dan ancaman bagi yang
melanggarnya.
44
Abdur Rauf, Transformasi dan Inovasi Manajemen Pendidikan Islam, Volume 1,
Nomor 2, November 2016/1438, h. 338. 45
At-Tahrim [66] : 560 46
Muhammad Saifudin, Hijaz Terjemah Tafsir Perkata, Bandung: Sigma Creative Media
Corp, 2010, h. 560
24
Dalam pelaksanaan pengawasan atau pengendalian pada
sebuah lembaga bertujuan untuk:
1) Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidakadilan;
2) Mencegah terjadinya kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan, hambatan dan ketidakadilan;
3) Mendapatkan cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah
baik;
4) Menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi, dan
akuntabilitas organisasi;
5) Meningkatkan kelancaran operasi organisasi;
6) Meningkatkan kinerja organisasi;
7) Memberikan opini atas kinerja organisasi;
8) Mengarahkan manajemen untuk melakukan koreksi atas
masalah-masalah pencapaian kinerja yang ada;
9) Menciptakan pemerintahan yang bersih.47
Pengawasan dan pengendalian juga memberikan manfaat
dalam pengelolaan suatu lembaga atau organisasi untuk
meningkatkan akuntabilitas dan keterbukaan. Pengawasan dan
pengendalian pada dasarnya menekankan langkah-langkah
47
Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktek dan Riset Pendidikan Edisi 4, cet ke 2,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013, h. 535.
25
pembenahan atau koreksi yang objektif jika terjadi perbedaan atau
penyimpangan antara pelaksanaan dengan perencanaan.
Ruang lingkup pengendalian meliputi: 1) Pemantauan, 2)
Penilaian, 3) Pelaporan. Pemantauan dan penilaian dilingkungan
pendidikan sering disebut dengan istilah monev yaitu singkatan dari
monitoring evaluasi.48
Evaluasi sendiri memiliki pengertian sebagaimana
disebutkan oleh Scrivin yang dikutip oleh Didin Kurniadin dan
Imam Machali menyebutkan:
That consist simply in the gathering and combining of
performance data with evaluation as a methodological activity a
weigh set goal scales to yield either comparative or numerical
rating, and tha justification, of, 1) the data ghatering instruments, 2)
the weingting, and 3) the selection goals. Artinya, evaluasi
merupakan aktivitas secara metodologi yang terdiri dari pencarian
dan pengkombinasian data dengan menitikberatkan kepada tujuan
tertentu untuk memperoleh informasi komporatif atau numerik, dan
untuk kebenaran suatu: 1) instrumen penjaringan data, 2)
penitikberatan, 3) tujuan yang telah ditetapkan.49
Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 20013 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1)
dan (2) menyebutkan:
(1) Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. (2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta
48
Iibid, h. 540. 49
Didin Kurniadin dan Imam Machali, MANAJEMEN PENDIDIKAN Konsep dan
Prinsip Pengelolaan Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, h. 373.
26
didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur
formal.50
Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya
terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan Evaluasi
merupakan bagian dari kurikulum pendidikan, adanya evaluasi guna
mengetahui tujuan dari pendidikan yang sudah direncanakan apakah
kegiatan belajar mengajar sudah sesuai atau belum. Sedangkan
dalam pelaksanaannya yang melakukan evaluasi adalah seorang
pendidik.51
Evaluasi dalam dunia pendidikan khusus untuk siswa
memiliki fungsi sebagaimana disebutkan oleh Ngalim Purwanto
yang dikutif oleh Sulistyorini bahwa ada empat fungsi evaluasi bagi
siswa sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan siswa serta
keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan
belajar selama jangka waktu tertentu.
2) Untuk mengatahui tingkat keberhasilan program pengajaran.
3) Untuk keperluan bimbingan dan konseling.
4) Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum
sekolah yang bersangkutan.52
Evaluasi sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar,
dari evaluasi ini, kita akan mengetahui tingkat keberhasilan program
50
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 57 ayat (1) dan (2). 51
Subar Junanto dan Nur Arini Asmaul Kusna, Evaluasi Program Pembelajaran di
PAUD Inklusi dengan Model Context, Input, Process, and Product (CIPP), Jurnal, Journal of
Disability Studies, Vol. V, No. 2, Jul-Des 2018, h. 182. 52
Sulistyorini, EVALUSI PENDIDIKAN dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,
Jogjakarta, Teras: 2019, h. 57.
27
yang kita jalankan, kelemahan program dan pengembangan program
sebagaimana disebutkan oleh Ngalim Purwanto. Evaluasi itu sendiri
apabila ditinjau dari tujuan dan fungsinya terbagi menjadi beberapa
bagian seperti tujuan evaluasi bagi guru, bagi peserta didik, bagi
sekolah, bagi orang tua peserta didik dan bagi masyarakat.
Dalam ilmu evaluasi, ada banyak model evaluasi yang
digunakan untuk mengevaluasi suatu pembelajaran ataupun program.
Model evaluasi dikategorikan menurut objek dan tujuan evaluasinya.
Salah satu model evaluasi yaitu CIPP Evaluation Model, model
evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan
diterapkan oleh para evaluator. Model CIPP dikembangkan oleh
Stufflebeam. Model ini merupakan singkatan dari huruf awal empat
buah kata, yaitu: Context evaluation (evaluasi terhadap konteks); Input
evaluation (evaluasi terhadap masukan; Process evaluation (evaluasi
terhadap proses); Product evaluation (evaluasi terhadap hasil).53
Menurut Badrujaman menjelaskan sasaran utama dari evaluasi
terhadap konteks (context evaluation) adalah untuk menelaah status
objek secara keseluruhan sehingga dapat memberikan deskripsi
mengenai karakteristik lingkungan. Evaluasi terhadap masukan (input
evaluation) dilakukan dengan menelaah dan menilai pendekatan yang
relevan yang dapat digunakan. Melalui evaluasi terhadap masukan
dapat diketahui dukungan sistem di sekolah terhadap strategi yang
53
Subar Junanto dan Nur Arini Asmaul Kusna, Evaluasi Program Pembelajaran di
PAUD Inklusi dengan Model Context, Input, Process, and Product (CIPP), Jurnal, Journal of
Disability Studies, Vol. V, No. 2, Jul-Des 2018, h. 182.
28
dipilih. Evaluasi terhadap masukan bertujuan untuk mengidentifikasi
dan menelaah kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain
prosedur dimana strategi akan diimplementasikan.
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang berorientasi pada
seberapa jauh kegiatan program terlaksana sesuai dengan rencana.
Evaluasi proses melibatkan aspek apa kegiatannya, siapa
penanggungjawab program, dan kapan kegiatan selesai. Evaluasi
produk adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengukur,
menginterpretasikan, dan menilai capaian program.54
2. Pendidikan Inklusif
Dalam Permendikanas nomor 70 tahun 2009 menyebutkan
pendidikan inklusif ialah lembaga pendidikan yang memberikan
kesempatan atau peluang kepada anak-anak berkebutuhan khusus untuk
memperoleh pendidikan di sekolah reguler (Sekolah Dasar, Sekolah
Menegah Pertama, dan Sekolah Menangah Atas/Kejuruan) terdekat.55
Ada beberapa aspek nilai yang harus dikembangkan dalam
mengelola lembaga pendidikan inklusif sebagaimana disebutkan oleh
Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
Pendidikan Dasar Kementrian Pendidikan Nasional tahun 2010
menyebutkan bahwa:
54
Siti Muyana, Context Input Process Product (Cipp): Model Evaluasi Layanan
Informasi, Jurnal Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling di Vol. 1, No. 1, 2017, h. 345-346. 55
Permendiknas nomor 70 tahun 2009.
29
1) Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan
2) Semua anak dapat belajar
3) Setiap orang membutuhkan dukungan untuk belajar
4) Setiap orang dapat mengalami kesulitan belajar pada bidang
tertentu pada waktu tertentu
5) Setiap orang harus menghargai perbedaan
6) Sekolah, guru, keluarga dan masyarakat mempunyai tanggung
jawab bersama memfasilitasi belajar, bukan hanya anak.
Berikut penulis akan uraikan tentang kopentensi guru dalam
sebuah pendidikan inklusif dan ruang lingkup pendidikan inklusif yang
didalamnya membahas tentang kurikulum pembelajaran pada sekolah
inklusif.
a. Kompetensi guru inklusif
Untuk menjadi seorang tenaga pendidik atau guru
khusunya disekolah inklusif harus memiliki kopetensi keilmuan
yang cukup dibidangnya. Karena kompentensi ini akan mendukung
proses belajar dan mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di
kelas atau di luar kelas.
Guru sebagai salah satu komponen penting dalam sebuah
lembaga pendidikan, diharuskan memiliki potensi yang sesuai
dengan profesinya sebagai guru, lalu ia juga harus mampu
menyampaikan dengan baik semua potensi yang dimilikinya dalam
30
bentuk pendidikan dan pembelajaran, sehingga hasil dari keduanya
dapat terlihat dan dirasakan oleh peserta didik.56
Seorang guru senantiasa dituntut untuk mengembangkan
pribadi dan profesinya secara terus menerus, juga dituntut untuk
mampu dan siap berperan secara profesional dalam lingkungan
sekolah dan masyarakat. Empat kompetensi yang harus dimiliki
oleh guru sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1).
1) Kompetensi pedagogik
2) Kompetensi kepribadian
3) Kompetensi profesional
4) Kompetensi sosial dan juga kompetensi khusus.
Di dalam pedoman umum sekolah inklusif yang
menyebutkan bahwa kompetensi guru inklusif selain dilandasi oleh
empat kompetensi utama di atas, secara khusus juga beorentasi
pada tiga kemampuan utama lain, yaitu:
1) Kemampuan umum (general ability)
2) Kemampuan dasar (basic ability)
3) Kemampuan khusus (specific ability)
Kemampuan umum (general ability) adalah kemampuan
yang diperlukan untuk mendidik peserta didik pada umumnya
(anak normal), sedangkan kemampuan dasar (basic ability) adalah
56
Rusdina, Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja Guru
Pada Sd Negeri 2 Lambheukabupaten Aceh Besar, Volume 1, No. 2, November 2014, h. 72.
31
kemampuan tambahan untuk guru disekolah reguler mendidik
peserta didik berkebutuhan khusus, yaitu:
1) Menciptakan iklim belajar yang kondusif
2) Menyusun dan melaksanakan assesmen
3) Menyususn pembelajaran dengan kurikulum modifikasi
4) Melakukan penilaian
5) Memberikan program remedi pembelajaran.
Kemampuan khusus (spesific ability) adalah kemampuan
yang diperlukan oleh guru pembimbing khusus (GPK) untuk
mendidik peserta didik berkebutuhan khusus jenis tertentu
(spesialis), yaitu:
1) Menyusun instrumen assesmen pendidikan khusus
2) Melaksanakan pendampingan untuk pendidikan kebutuhan
khusus
3) Memberikan bantuan layanan khusus
4) Memberikan bimbingan secara berkesinambungan untuk anak
berkebutuhan khusus
5) Memberikan bantuan kepada siswa berkebutuhan khusus.57
b. Ruang lingkup ranah pendidikan inklusif
Menurut Sapon-Shevin sebagaimana dikutip oleh Mudjito
A.K dkk menyebutkan 5 (lima) profil pembelajaran di sekolah
inklusif, sebagai berikut:
57
Mudjito dkk, Pendidikan Inklusif, Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2012, h.53-54.
32
1) Pendidikan inklusif berarti menciptakan dan menjaga komunitas
kelas yang hangat, menerima keanekaragaman, dan menghargai
perbedaan. Pendidikan inklusif berarti penerapan kurikulum
yang multilevel dan multimodalitas.
2) Mengajar kelas yang heterogen memerlukan perubahan
pelaksanaan kurikulum secara mendasar. Pembelajaran di kelas
yang inklusif akan bergeser dari pendekatan pembelajaran yang
kompetitif yang kaku, mengacu materi tertentu, ke pendekatan
pembelajaran kooperatif yang melibatkan kerjasama atar siswa,
dan bahan belajara tematik.
3) Pendidikan inkusif berarti menyiapkan dan mendorong guru
untuk mengajar secara interaktif. Model kelas tradisional yang
berfokus pada guru harus bergeser dengan model antar siswa
harus bekerjasama, saling mengajar dan belajar dan secara aktif
bertanggung jawab terhadap pendidikannya sendiri dan
pendidikan teman-temannya.
4) Pendidikan inklusif berarti penyediaan dukungan, dorongan bagi
guru dan kelasnya secara terus menerus.
5) Pendidikan inklusif berarti melibatkan orang tua secara
bermakna dalam proses perencanaan. Keberhasilan pendidikan
inklusif sangat tergantung kepada partisipasi aktif orang tua
pada pendidikan anaknya, misalnya keterlibatan mereka dalam
33
penyusunan program pengajaran individual (PPI) dan batuan
dalam belajara di rumah.58
Dalam dunia pendidikan setidaknya ada 4 ranah
pendidikan yang mesti diberikan dalam proses belajar mengajar.
Melalui pendidikan dalam kelas atau luar kelas, kepada siapa saja
pendidikan itu diberikan, dan pada anak yang memiliki
problematika seperti apa. Ranah tersebut menjadikan anak-anak
akan semakin bermakna setelah mereka memperoleh pendidikan.59
Empat ranah pendidikan tersebut ialah:
1) Ranah kognitif
Pada ranah kognitif yang menjadi tujuan pendidikan
adalah bagaimana anak-anak semakin berkembang kemampuan
ilmu, melalui proses pedagogi, serta metodelogi yang pas
digunakan oleh pendidik. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
daya nalar anak. Sehingga suatu saat anak-anak akan sanggup
mengambil keputusan yang sistematis dalam menghadapi
persoalan yang dia hadapi.
2) Ranah Psikomotorik
Dalam memenuhi ranah psikomotorik, anak-anak
sebenarnya perlu digali bakat keterampilan yang ada dalam
dirinya. Baik keterampilan untuk menguasai motorik,
keterampilan kerja, bakat seni, bakat olah raga, maupun seluruh
58
Mudjito dkk, Pendidikan Inklusif, Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2012, h. 56 59
Ibid, h. 63.
34
dimensi potensi motorik yang dimiliki. Kemampuan
keterampilan menjadikan anak-anak mudah dalam memahami
aplikasi ilmu dalam prakteknya, dan kemudian berguna untuk
hidup ketika mereka sudah harus hidup secara mandiri.
3) Ranah soft kills
Pada ranah soft kills, tatanan sikap mesti dikenalkan
secara baik. Soft kills terdiri dari melatih: a) intrapersonality, b)
mengenalkan interpersonality, c) karakter-karakter individu
untuk dirinya, d) sosial dan e) dengan sang pencipta.
Intrapersonality melatih anak care dengan dirinya
sendiri, mulai terbiasa mandi, merawat tubuh, sampai
manajemen waktu dan merawat lingkungan. Interpersonal
adalah unsur-unsur yang menyebabkan anak akan semakin eksis
dalam komunitasnya. Dimensi ini seperti bagaimana
meningkatkan kemampuan cara berkominikasi yang baik,
terbiasa menjadi pekerja keras, jujur, sanggup hidup dalam
komunitas yang lebih luas, gigih, bekerja perkelompok, bekerja
pada kualitas yang terbaik, memiliki integritas yang tinggi dan
sebagainya.
4) Unsur karakter, unsur karekter lebih kepada kombinasi dari
hard-skills (kognitif-psikomotorik) dengan unsur soft skills
(ranah afektif), sehingga terbangun kepribadian yang dapat
memberikan arti besar dalam tumbuh dan berkembang anak-
35
anak di tengah masyarakat. Anak-anak dimensi ini dituntut
untuk tanggap, terbiasa pekerja keras, dan terbiasa bangga
dengan negaranya, termasuk memilik cara yang solutif terhadap
persoalang lingkungannya.60
Untuk mengembangkan lembaga pendidikan Inklusif, maka
sekolah Inklusif harus memperhatikan beberapa kegiatan
pendidikan yang mesti tersedia untuk anak-anak berkebutuhan
khusus dan layanan khusus yang termuat dalam pelaksanaan
kurikulumnya seperti:
1) Pengembangan konsep dan akademik
Ada beberapa keterampilan yang seharusnya guru dapat
memehami sebagai dasar pengembangan konsep dan akademik.
pertama bagaimana mengarahkan anak didik untuk mampu
mendengar dan berketerampilan belajar. Menaruh perhatian
kepada anak-anak untuk mau berkonsentrasi dalam
mendengarkan pembelajaran di kelas.
Setelah kemampuan mendengar, maka kemampuan
untuk mulai melihat lebih luas lagi setiap aspek dijelaskan
kepada anak didik. Dalam kegiatan ini unsur pengembagan
nalar terhadap sesuatu, auditory comprehension menjadi
semakin sering diasah dan dibiasakan dalam prsoses belajar
mengajar. Nalar yang bagus akan terbangun ketika dilakukan
60
Ibid, h. 66-67.
36
pembeisaan anak-anak untuk melihat, merasakan dan
menjelasakan fenomena yang dilihat. Proses pembangunan
logika sangat diperlukan dengan bertambahnya usia dari anak
didik.61
2) Kemampuan akademik
Kemampuan akademik dimaksudkan disini adalah
bertujuan untuk meningkatkan dan mengembanga logika
berpikir anak-anak sehingga pada usianya mereka akan dengan
mudah menentukan sikap dan mengambil keputusan dan
serangkaian alternatif yang mereka hadapi.
Keperluan minimal anak-anak sangat tergantung kepada
apa yang menjadi persoalan bagi mereka. Ketika anak-anak
adalah termasuk dalam kategori cacat pengindraan blind, maka
tanpa panca indra anak-anak mesti disiapkan untuk sanggup
menguasai huruf braile, large print, dan setiap rekaman yang
disediakan menginformasikan segala hal yang perlu diketahui
melalui pendengaran.62
3) Emosi sosial
Dalam tahapan emosi sosial adalah bagaimana
menumbuhkan dan mengaktifkan fungsi dari otak kanan anak-
anak, dengan memahami bahwa unsur emosis sosial perlu
dikembangkan. Tujuan emosi sosial diberikan adalah untuk
61
Mudjito dkk, Pendidikan Inklusif, Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2012, h. 67-68. 62
Ibid, h. 69.
37
menjadikan anak-anak eksis dalam kelompok masyarakat dan
tidak merasa tertinggal, rendah dari kawan lainnya yang ada.
Membagun kepercayaan diri adalah bagian terpenting dalam
tahap ini.
Suatu saat nanti anak tidak akan hidup sendiri, namun
akan berinteraksi dengan orang lain. Oleh karenanya, kehidupan
sosial akan menentukan dan mempermudah anak eksis setelah ia
menjadi dewasa. Ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan
dalam mengembangkan kemampuan sosial anak seperti:
a) Sosialisasi diri
Bagian pertama adalah bagaimana anak-anak mampu
mensosialisasikan dirinya kepada orang lain, baik dalam
memperkenalkan diri, diajak untuk sanggup berbicara dan
berkomunikasi dengan mudah dengan seusianya.
Tujuan sosiliasasi diri adalah untuk memudahkan
anak-anak memperkenalkan dan membangun komunikasi
dengan masyarakat sosialnya. Tata cara yang mudah untuk
membawa mereka untuk sanggup mensosialisasi diri, ide dan
gagasan adalah dengan membiasakan mereka berdialog,
membahas persoalan yang dapat memperkaya khasanah
komunikasinya.
b) Pendidikan sikap
Pendidikan sikap dan prilaku adalah proses dimana
anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.
38
Termasuk juga bagaimana membangun sikap dan prilaku
hidup sehingga anak mengetahui standar boleh dan tidak
boleh dalam berprilaku dan bersikap dalam hal apapun.
karena pembentukan sikap tidak diajarkan, tetapi
diperlihatkan.
Pembagunan penting agar anak-anak inklusif
kemudian menyesuaikan diri dengan teman lainnya.
Berprilaku pada diri sendiri, dengan teman, dan dengan sang
pencipta adalah serangkaian yang perlu diperkenalkan kepada
anak-anak yang berkebutuhan khusus.
c) Rekreasi
Rekreasi memudahkan anak-anak untuk mengetahui
bagaimana lingkungan sosial, dan lingkungan alamnya.63
4) Sensory motor need
Aspek berikutnya adalah bagaimana membangun
keterampilan dan bakat alamiah yang dimiliki oleh anak didik.
membekali anak-anak dengan keterampilan, kemudian akan
mengetahui bagiamana keterampilan utama yang mereka kuasai.
karena banyak contoh bahwa anak yang memiliki cacat pisik
misalnya dapat mandiri ketika mereka memiliki keterampilan
dalam melukis atau memainkan musik.
5) Orientasi dan keperluan gerak
63
ibid, h. 70-73.
39
Diantara jenis-jenis yang perlu mereka pahami adalah
sebagai berikut:
a) Konsep lingkungan
Konsep lingkungan adalah bagaimana memberikan
pengenalan tehadap lingkungan pribadi, lingkungan sekitar
dan memaknainya. Sehingga anak merasa bagian dari
lingkungan yang dapat tumbuh dan berkembang selama
proses pendidikan sampai mereka dewasa.
b) Traffic and traffic control konsep
Anak dikenalkan konsep kontrol lalu lintas, sehingga
suatu saat akan berguna dan bermanfaat untuk kepentingan
individu dan sosial.
c) Pemanfaatan alat bantu
Anak-anak yang memiliki kekurangan pada dirinya
dikenalkan dengan alat bantu yang dapat berguna untuk
menjadikan kehidupannya normal.
d) Mempelajari dasar berjalan dan traveling
Memberikan pemahaman tentang traveling adalah
bagian penting yang harus anak-anak pahami, bahwa suatu
saat mereka akan semakin mandiri dalam hidup dan pasti
akan melakukan kegiatan berpergian yang ini menjadi bagian
penting dan bermanfaat dalam hidupnya.64
64
Ibid, h. 73-75.
40
7) Daily living skills
Bagian yang fundamental yang harus diajarkan kepada
anak didik yang mengalami persoalan fisik atau mental adalah
bagaimana mereka juga terbiasa untuk memperoleh pemahaman
minimum tentang bagaimana kebiasaan dan keterampilan hidup
sehari-hari.
Beberapa hal yang menjadi penting dan mendasar serta
sangat berguna untuk interpersonality skill adalah sebagai
berikut:
a) Kebersihan diri (personal higiene)
Dari sejak awal anak mulai dikenalkan dengan
toiletting, dikenalkan bagaimana cara mencuci tangan
menggunakan sabun dan mencuci tangan setelah melakukan
kegiatan yang mengharuskan mencuci tangan.
b) Berpakaian (dressing)
Diajarkan bagaimana menggunakan pakaian atau
berbusana sesuai konteks norma.
c) Perawatan pakaian (clother care)
Diajarkan untuk membiasakan diri merawat pakaian
sendiri mulai dari mencuci, melipat serta mengajarkan
bagaimana tata warna dan estetika dalam berpakaian.
41
d) Perawatan rumah (housekeeping)
Anak mulai diberikan pemahaman untuk sensitif
terhadap lingkungan sekitarnya khususnya kamar dan
rumahnya. Anak mulai dibiasakan membersihkan lantai,
kamar mandi, mencuci piring dan menjaga keindahan rumah
serta seisinya.
e) Keterampilan makan (eating skill)
Dikenalkan tata cara makan yang baik, baik
menggunakan tangan atau ketika menggunakan peralatan
makan yang diperlukan.
f) Memenej uang (money management)
Dikenalkan nilai pada mata uang, dan bagaimana
menggunakan uang sebaiknya serta bagaimana cara
menghemat dan menabung uang.
g) Komunikasi sosial (social comunication)
Mengembangkan kemampuan interpersonal
komunikasi. Komunikasi dengan tetangga, sahabat, temasuk
bagaimana mimik dan cara menjelaskan sehingga muncul
kepercayaan diri dari anak-anak untuk tidak merasa tertinggal
dibandingkan dengan saudara lainya.
42
h) Menggunakan telepon (telepon usage)
Diajarkan bagaimana cara penggunaan telepon mulai
dari menjawab telepon, termasuk pengunaan kata-kata baik
dan cepat dibiasakan.
i) Persiapan makan (food prepration)
Diajarkan bagaimana cara membuat bahan makanan
dan memasaknya secara mandiri.65
Pelaksanaan pengajaran merupakan tindak lanjut tugas guru
secara riil memainkan peran-peran tugasnya. Apa yang hendak
dikomunikasikan, diajarkan atau bahan pengajaran yang harus diserap
dan dikembangkan siswa akan ditentukan oleh bagaimana guru
mengkomunikasikannya. Evaluasi merupakan kegiatan akhir yang
harus dimliki guru dalam melihat keberhasilan pengajaran. Artinya,
hasil evaluasi merupakan salah satu indikator keberhasilan tugas guru
dalam proses pembelajaran.66
3. Siswa Berkebutuhan Khusus
a. Pengertian siswa berkebutuhan khusus
Menurut Mudjito sebagaimana dikutip oleh Kasidah
menyebutkan siswa berkebutuhan khusus adalah “Anak dengan
karaktristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tampa
65
ibid, h. 76-78. 66
Rusdina, Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja Guru
Pada Sd Negeri 2 Lambheukabupaten Aceh Besar, Volume 1, No. 2, November 2014, h. 72.
43
selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosional, atau
fisik.”67
Heward mendefenisikan tentang anak berkebutuhan khusus
sebagaimana di kutip oleh Florentina Atik, dkk sebagai berikut: “Anak
berkebutuhan khusus adalah anak yag memilik karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan
pada ketidakmampuan mental, emosi dan fisik.”68
Hallahan dan Kauffiman mendefenisikan sebagaimana dikutip
oleh Florentina Atik dkk bahwa:
“Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang
membutuhkan pendidikan khusus dan pelayanan-pelayanan
terkait untuk merealisasikan potensi keseluruhan mereka.
Pendapat lain menyebutkan seperti Demeris, Childs dan Jordan
mendefenisikan anak berkebutuhan khusus adalah, “Anak yang
memiliki keterbatasan dan keterbatasan tersebut
mempengaruhi cara belajarnya.”69
American Public Association (APHA) dan American Academy
of Pediatrics (AAP) mendefenisikan peserta didik berkebutuhan khusus
adalah, “Anak dengan hambatan tumbuh kembang, hambatan emosi,
keterbalakangan mental, anak yang memiliki penyakit kronis, anak
yang memiliki kecacatan tubuh serta kecacatan panca indra.”70
67
Kasidah, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pada
sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Banda Aceh, Jurnal Magister Administrasi Pendidikan
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Volume 5, No. 3, Agustus 2017, h. 129-130. 68
. Qanita, Implementasi Program Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Sahabat Alam Palangka Raya, Tesis Megister, Palangka Raya: IAIN Palangka Raya, 2016,
h. 30. 69
Ibid, h. 31. 70
Qanita, Implementasi Program Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Sahabat Alam Palangka Raya, Tesis Megister, Palangka Raya: IAIN Palangka Raya, 2016,
h. 30-31.
44
Dalam pengertian lain menjelelaskan Anak berkebutuhan
khusus (ABK) yaitu anak-anak yang menyandang kecacatan tertentu
(disable children) baik secara fisik, mental dan emosional maupun yang
mempunyai kebutuhan khusus dalam pendidikannya (children with
special educational needs).71
b. Jenis siswa berkebutuhan khusus
Di dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia (Permendiknas No. 70/2009 pasal 3 ayat 1 dan 2),
menjelaskan tentang peserta didik berkebutuhan khusus.
Pasal 1, peserta didik berkebutuhan khusus diistilahkan sebagai
anak atau peserta didik yang mengalami kelainan. Pasal 2
menyebutkan tentang daftar kondisi anak yang termasuk anak
berkebutuhan khusus yaitu tunanetra, tunarungu, tunawicara,
tunagrahita, tunadaksa, berkesulitan belajara, lamban belajar,
autis, memiliki hambatan motorik, menjadi korban
penyalahgunaan narkoba, memiliki kelainan lainnya, tuna
ganda.72
Berbagai jenis anak berkebutuhan khusus di atas sebagaimana
disebutkan dalam Permendiknas akan penulis uraikan pada penjelasan
berikut:
a. Kelainan mental
1) Mental Tinggi
Istilah mental tinggi sering juga dikenal dengan anak
berbakat intelektual dimana selain memiliki kemampuan
71
Gangsar Ali Daroni dkk, “Manajemen Pendidikan Khusus di Sekolah Luar Biasa
Untuk Anak Autis, ” Jurnal Manajemen Pendidikan Magister Manajemen Pendidikan FKIP
Universitas Kristen Satya Wacana, Volume: 5, No. 2, Juli-Desember 2018, h. 197. 72
Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 Pasal 3 ayat (1 dan2).
45
intelektual di atas rata-rata normal yang signifikan juga memiliki
kreativitas dan tanggung jawab terhadap tugas.73
2) Mental rendah
Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual
(IQ) di bawah rata-rata. Ada beberapa tingkatan yang tergolong
anak dengan kemampuan mental rendah:
a) Anak yang memiliki IQ antara 70-90 di sebut dengan anak
dengan lamban belajar (slow learners).74
b) Anak yang memiliki IQ antara 51-71 intermittent support
(bantuan dipergunakan saat dibutuhkan, mampu didik, dapat
bekerja dan tidak mengalami kelainan fisik.
c) Anak dengan IQ antara 36-51 limited support (bantuan
dipergunakan secara konsisten pada waktu tertentu saja),
mampu dilatih, penundaan aktivitas secara terbatas dan ada
kelainan fisik bawaan.
d) Anak yang memiliki IQ antara 20-35 extensive support
(bantuan digunakan secara berkala pada lingkungan tertentu),
mampu rawat, tidak dapat menjaga kebersihan pribadi dan
mengalami kelainan fisik.75
Beberapa kegiatan yang dapat membantu siswa dengan
hambatan intelektual diantaranya adalah dengan melakukan
73
Mudjito, Praptomo dan Asep Jiehad, Pendidikan Anak Autis, t.dt, h. 6. 74
Ibid. 75
Qanita, Implementasi Program Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Sahabat Alam Palangka Raya, Tesis Megister, Palangka Raya: IAIN Palangka Raya, 2016,
h. 30-31.
46
pengulangan dalam belajar, menggunakan media konkrit yang
dekat dengan kehidupannya. Selain itu juga memberikan instruksi
yang jelas, pendek dan bertahap. Siswa dengan hambatan
intelektual membutuhkan pendampingan, perlu pembiasaan,
koreksi langsung dan berulang.76
Model pembelajaran yang dapat dilakukan untuk anak
berkebutuhan khusus dengan ganguan hambatan intelektual,
khususnya slow learner diantaranya adalah dimulai dengan riview
mengulang materi terdahulu, menggunakan bahasa yang
sederhana dan jelas, berikan tugas yang lebih sederhana dan lebih
sedikit dibandingkan yang lain untuk menghidari frustasi,
pembelajaran dilakukan secara kooperatif karena siswa slow
leaner tidak menyukai kompetitif, mengulang materi secara
individual, berikan pemahaman konsep bukan hafalan, desain
pembelajaran yang menempatkan siswa dalam konteks
pembelajaran yang “tidak pernah gagal” untuk menghindari
perasaan tidak berdaya.77
Khusus untuk anak-anak dengan IQ dibawah 70 maka,
pembalajaran bagi individu tersebut lebih di titik beratkan pada
kemampuan bina diri dan sosialisasi.78
76
Ibid, h.33. 77
Triani, Nani dan Amir, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Lamban Belajar Slow
Leaner, Jakarta: Luxima Metro Media, 2016, h.30-32 78
Mudjito, dkk, Pendidikan Inkluisif, Jakarta: Baduoese Media Jakarta, 2012, h. 28.
47
3) Berkesulitan belajar spesifik
Siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam istilah
bahasa inggris dikenal dengan learning disability.79
Bisa juga
disebut dengan learning disorder atau learning difficulty.80
Dalam pengertian lain djelaskan yang dimaksud dengan
anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang
memiliki kapasitas intelektual normal ke atas tetapi memiliki
prestasi belajar rendah pada bidang akademik tertentu.81
Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multidispliner
yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun
ilmu kedokteran. Pada tahun 1963 Samuel A. Kirk untuk pertama
kali menyarankan penyatuan nama-nama gangguan anak seperti
disfungsi otak (minimal brain dysfunction), gangguan neurologis
(neurogical disorders), disleksia (dyslexia), dan afasia
perkembangan (developmental aphasia) menjadi satu nama
dengan kesulitan belajar (learning disabilities).82
Kesulitan belajar merupakan suatu gangguan dalam satu
atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan.
Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk
79
Mulyono Abdurrahman, ANAK BERKESULITAN BELAJAR: Teori, Diagnosis, dan
Remediasinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2012, h. 1. 80
Triani, Nani dan Amir, Pendidikan Anak...., h. 24 81
Mudjito, dkk, Pendidikan Anak Autis, t.dt, h. 6. 82
Mulyono Abdurrahman, ANAK BERKESULITAN BELAJAR: Teori, Diagnosis, dan
Remediasinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2012, h. 2
48
kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis,
mengeja atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-
kondisi seperti ganguang perseptual, luka pada otak, disleksia,
dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-
anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamannya
berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran
atau motorik, hambatan karena tuna grahita, karena gangguan
emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau
ekonomi.83
Kemudian Kaufman dan Hallahan menjelaskan tentang
beberapa jenis hambatan anak kesulitan belajar sebagaimana yang
dikutip oleh florentina Atik, dkk yaitu:
Diskalkulia, yaitu kesulitan dalam memahami simbol
matematika, konsep, arah dalam berhitung atau terbalik
dalam menulis angka maupun nilai tempat. Disleksia,
yaitu kesulitan dalam membaca seperti membaca lompat
kata, kalimat atau baris. Disgrafia, yaitu kesulitan dalam
menulis huruf tak berbentuk, tulisan besar-besar.84
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
membantu siswa dengan kebutuhan kesulitan belajar diantarnaya
adalah dengan melakukan pengulangan dalam belajar,
menggunakan 5 pertanyaan dasar (apa, siapa, di mana, kapan dan
83
Ibid. 84
Qanita, Implementasi Program Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Sahabat Alam Palangka Raya, Tesis Megister, Palangka Raya: IAIN Palangka Raya, 2016,
h. 32.
49
mengapa), instruksi jelas dan pendek, koreksi langsung dan
belajar bertahap.85
b. Kelainan Fisik
Ragam jenis kelainan fisik yang tergolong dalam anak
berkebutuhan khusus adalah sebagai berikut:
1) Kelainan indra penglihatan (Tunanetra)
Tunanetra adalah istilah yang digunakan untuk
menyebutkan individu yang memiliki hambatan atau
gangguan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklsifikasikan
kedalam dua golongan yaitu buta total (total blind) yaitu
tidak mampu menerima rangsang cahaya sama sekali atau
tidak ketidakmampuan sebagian saja (law vision).86
Cara yang dapat dilakukan untuk membantu siswa
dengan hambatan penglihatan diantaranya adalah dengan
menggunakan objek riil dan konkit untuk menjelaskan
konsep, menggunakan komunikasi verbal untuk menjelaskan
sesuatu, menghindari kata-kata yang membutuhkan
pemahaman visual, menyediakan alat bantu untuk menulis
Braille atau membuat perekam suara untuk buku bicara.87
85
Ibid, h. 33 86
Mudjito, dkk, Pendidikan Inklusif, Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2012, h. 26. 87
Qanita, Qanita, Implementasi Program Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar Islam
Terpadu (SDIT) Sahabat Alam Palangka Raya, Tesis Megister, Palangka Raya: IAIN Palangka
Raya, 2016, h. 28.
50
2) Kelainan indra pendengaran (Tunarungu)
Kelaianan pendengaran adalah seseorang yang telah
mengalami kesulitan untuk memfungsikan pendengarannya
untuk interaksi dan sosialisasi dengan lingkungan termasuk
pendidikan dan pengajaran.88
Peserta didik tunarungu biasa juga disebut dengan
peserta didik dengan hambatan pendengaran. Dalam hal ini
WHO mendefenisikan anak dengan hambatan pendengaran
adalah anak yang mengalami kesulitan mendengarkan karena
kehilangan pendengaran di satu atau dua telinga. Hambatan
pendengaran ini biasanya diikuti juga dengan kesulitan
berbicara sehingga biasanya anak yang mengalami hambatan
pendengaran juga mengalami hambatan berbicara.89
Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat ganguan
pendengaran adalah:
a) Gangguan pendengaran sangat ringan (27-40dB)
b) Gangguan pendengaran ringan (41-55dB)
c) Gangguan pendengaran sedang (56-70dB)
d) Gangguan pendengaran berat (71-90dB)
e) Gangguan pendengaran ekstrem/tuli (di atas 91dB).90
88
Mudjito, dkk, Pendidikan Anak Autis, t.dt, h. 7. 89
Qanita, Implementasi Program Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Sahabat Alam Palangka Raya, Tesis Megister, Palangka Raya: IAIN Palangka Raya, 2016,
h. 28-29. 90
Mudjito, dkk, Pendidikan Inklusif, Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2012, h. 27.
51
Beberarap kegiatan yang dapat membantu siswa
dengan hambatan pendengaran diantaranya adalah dengan
menempatkan siswa tersebut sedekat mungkin dengan guru,
menggunakan gambar untuk mengenalkan kata/konsep baru,
menggunakan komunikasi tulis, bicara dengan artikulasi jelas
berhadapan muka agar siswa bisa melihat mimik dan gerak
bibir.91
Individu yang memiliki hambatan dalam
pendengaran akan memiliki hambatan juga dalam hal
berbicara sehingga mereka bisa disebut tunawicara. Saat ini
di beberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total
yaitu cara komunikasi dengan melibatkan bahasa verbal,
bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu
cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu
yang abstrak. 92
3) Kelainan tubuh (Tunadaksa)
Pengertian dari kelainan tubuh atau tunadaksa adalah
adanya kondisi tubuh yang menghambat proses interaksi dan
sosialisasi individu meliputi kelumpuhan yang disebabkan
polio, dna gangguan pada fungsi syaraf otot yang disebabkan
91
Qanita, Implementasi Program Pendidikan...., h.29. 92
Mudjito, dkk, Pendidikan Inklusif, Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2012, h. 27.
52
kelayuhan otak (cerebal palsy) serta adanya kehilangan organ
tubuh (amputasi).93
Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan untuk
membantu siswa dengan hambatan gerak diantaranya adalah
dengan memasang ralling di sepanjang dinding untuk
membantu bergerak, menyediakan ruang gerak yang luas
terutama ditoilet, menyediakan bidang miring untuk
memudahkan menggunakan kursi roda.94
4) Kelainan wicara
Kelainan wicara adalah seseorang yang mengalami
kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa
verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang
lain. Kelainan wicara ini ada yang bersifat fungsional dimana
mungkin disebabkan karena ketunaruguan dan organik yang
memang disebabkan adaanya ketidak sempurnaan organ
wicara maupun adanya gangguan pada organ motoris yang
berkaiatan dengan wicara.95
c. Kelainan emosi
Keadaan anak yang termasuk dalam kelompok anak yang
memimiliki kelainan emosi adalah anak autis. Sementara itu
gangguan emosi merupakan masalah psikologis, dan hanya dapat
93
Mudjito, dkk, Pendidikan Anak Autis, t.dt, h. 6. 94
Qanita, Implementasi Program Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Sahabat Alam Palangka Raya, Tesis Megister, Palangka Raya: IAIN Palangka Raya, 2016,
h. 30. 95
Mudjito, dkk, Pendidikan Anak Autis, t.dt, h. 7.
53
dilihat dari indikasi prilaku yang tampak pada individu dengan
klasifikasi ganguang emosi meliputi: ganguan prilaku, ganguan
kosestrasi (ADD), dan anak hiperaktiv (ADHD). Berikut penulis
uraikan satu persatu anak yang tergolong dalam kelainan dan
gangguan emosi.
1) Hambatan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif
Anak dengan hambatan pemusatan perhatian dan
hiferaktif biasa juga disebut dengan ADHD (Attention Deficit
and Hyperactive Disorder) yaitu anak yang mengalami
hambatan dalam pemusatan perhatian yang terkadang juga
diikuti dengan gejala prilaku hiperaktif serta influsif (sangat
mudah dipengaruhi oleh berbagai ransangan). Anak baru
dikatakan ADHD jika hambatan pemusatan perhatian dan
prilakunya yang hiperaktif secara konsisten telah
menimbulkan kesulitan bagi dirinya sendiri dalam belajar dan
interaksi sosial.96
Adapun cara membantu siswa berkebutuhan khusus
dengan masalah pemusatan perhatian dan hiperaktif
diantaranya adalah dengan mengajarkan membuat jadwal
harian sesuai dengan ketahanan konsentrasi anak, hidari
96
Florentina Atik, dkk dalam Panduan Teknis Pelaksanaan Pelatihan Bagi Pelaksana
Pendidikan Inklusif Berbasis Sekolah, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan
Khusus Pendidikan Dasar, 2013, h.27.
54
panjangan yang akan mengaggu kosentarasi anak, koreksi
langsung dan melatih disiplin dengan pengelolaan prilaku.97
2) Autis
Istilah anak autis sering dikenal dengan anak dengan
dunia sendiri. Edi Purwanta menjelaskan sebagaimana dikutip
oleh Florentina Atik dkk bahwa:
Anak autism adalah anak yang memiliki hambatan
perkembangan yang sangat komplek. Hambatan
perkembangan ini mencakup perkembangan bahasa,
kognitif, prilaku (pola prilaku repentitif dan resistensi)
yang mengakibatkan anak sulit untuk mengikuti dan
menyesuaikan diri terhadap perubahan pada rutinitas.
Anak juga mengalami hambatan dalam komunikasi
(verbal maupun non verbal), kosulitan berimajinasi dan
hambatan interaksi sosial.98
Dalam berbagai literatur yang lain juga menjelaskan
apa yang dimaksud dengan anak autis. Dalam kamus lengkap
psikologis sebagaimana dikutip oleh Mudjito dkk, autis
didefenisikan sebagai: “1) Cara berpikir yang dikendalikan
oleh kebutuhan personal atau diri sendiri, 2) Menanggapi dunia
berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri, 3) Keasyikan
ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri.”99
Sedangkankan
pendapat lain sebagaimana dikemukakan oleh Leo Karner
sebagaimana dikutip oleh Mudjito dkk, menjelaskan autis
adalah:
97
Ibid, h. 28. 98
Qanita, Implementasi Program Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Sahabat Alam Palangka Raya, Tesis Megister, Palangka Raya: IAIN Palangka Raya, 2016,
h. 33. 99
Mudjito, dkk, Pendidikan Anak Autis, t.dt, h. 23.
55
Gangguan perkembangan yang komplek dan berat pada
anak, yang sudah tampak sebelum mereka usia 3 tahun
dan membuat mereka tidak mampu berkomunikasi, tidak
mampu mengekspresikan perasaan dan keinginannya,
sehingga prilaku dan hubungannya dengan orang lain
menjadi terganggu.100
Ada beberapa ciri atau gejala yang menunjukkan
bahwa anak teresebut termasuk anak autis adalah:
a) Kurang mampu berbicara dan sulit berkomunikasi dengan
orang lain
b) Sulit mengungkapkan keinginannya sehingga suka sekali
menarik tangan orang lain, atau menunjuk-nunjuk
keinginannya
c) Suka membeo atau sebaliknya jika ditanya tidak menjawab
tetapi hanya menggelengkan kepalanya
d) Suka menangis, marah, tertawa tanpa diketahui sebabnya
e) Sulit bermain dengan teman sebanya
f) Tidak responsive bila diajak berbicara seakan tidak
mendengan walaupun tidak tuli
g) Tidak responsive terhadap pembelajaran dari terapis/guru
h) Tidak suka dipeluk atau memeluk orang lain
i) Suka menyendiri dan cuek terhadap lingkungannya
j) Takut pada benda, suara atau sesuatu tertentu
k) Kontak mata sangat kurang
l) Tidak sensitif atau sebaliknya sangat sensitif terhadap rasa
sakit
100
Ibid, h. 24.
56
m) Tidak mengenal bahaya apapun
n) Kemampuan motorik kurang bisa berkembang
o) Suka mengulangi gerakan tanpa tujuan misalnya jinjit-jinjit,
memukul kepala, tepuk-tepuk tangan, mata melirik, dan
berkedip, main jari tangan, memegang kemaluannya dan
memasukkan benda ke mulutnya
p) Suka mengamuk ketika keinginannya tidak terpenuhi
q) Lekat pada benda tertentu seperti bantal, guling, gambar
pada majalah
r) Menutup telinga ketika mendengar sesuatu
s) Cara bermain tidak wajar seperti suka mengamuk, suka
membuang-buang
t) Suka memutar benda.101
Dua puluh gejala seperti yang disebutkan di atas
biasanya tetap terlihat di manapun anak autis berada yang berbeda
dengan tingkah laku anak seusianya. Namun demikian setiap anak
mempuanya variasi gejala yang berbeda-beda. Sedangkan secara
klinis diangonosis autisme akan terlihat pada empat gejala sebagai
berikut:
a) Kurangnya kemampuan interaksi sosial dan emosional
b) Kurangnya komunikatif timbal balik
c) Minat yang terbatas disertai dengan gerakan berulang-ulang
tanpa tujuan
101
Ibid, h.27.
57
d) Respon sensorik yang menyimpang.102
Model kurikulum yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran dikelas untuk anak berkebutuhan khusus autis pada
umumnya sangat indivudual karena setiap anak autis memiliki
kebutuhan yang berbeda. Dyah Puspita seorang psikolog dari
sekolah khusus autism, “Mandiga,” menjelaskan sebagaimana
dikutip oleh Hargio santoso bahwa:
Kurikulum autism harus dibuat berbeda-beda untuk
setiap individu. Mengingat setiap anak autism memiliki
kebutuhan yang berbeda. Ini sesuai dengan sifat autism
yang berspektrum. Ada anak yang perlu belajar
komunikasi intensif, ada yang perlu belajar bagaimana
mengurus dirinya sendiri dan ada yang hanya perlu fokus
pada masalah akademis.103
Model kegiatan lain yang dapat dilakukan siswa
berkebutuhan khusus autism adalah program bina diri yaitu
pelatihan atau pembinaan tentang kegiatan kehidupan sehari-hari.
Program ini antara lain merawat, mengurus dan memilihara diri
yang merupakan kigiatan rutin dan mendasar yang harus dikuasai
oleh manusia atau biasa dikenal dengan istilah Activity of Daily
Living. Program ini bertujuan untuk meminimalisir dan
menghilangkan ketergantungan terhadap bantuan orang lain
dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.104
102
Ibid, h. 28. 103
Qanita, Implementasi Program Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Sahabat Alam Palangka Raya, Tesis Megister, Palangka Raya: IAIN Palangka Raya, 2016,
h. 34. 104
Dodo Sudrajat dan Rosida Lilis, Pendidikan Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus, Jakarta: Luxima Metro Media, 2013, h. 53.
58
B. Penelitian Terdahulu
Adanya banyak tulisan dalam bentuk hasil penelitian, jurnal atau
artikel yang membahas tentang penanganan anak berkebutuhan khusus, dalam
penelitian ini penulis mengambil setting yang berbeda yaitu Manejemen
Tenaga Pendidik dalam Penanganan Siswa Berkebutuhan Khusus. Penelitian
ini memfokuskan pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi tenaga
pendidik baik guru kelas maupun guru bantu kelas dan tenaga ahli lainya
dalam penangan siswa berkebutuhan khusus yang ada di sekolah Sahabat
Alam Palangka Raya yang merupakan sekolah inklusif swasta pertama yang
ada di Palangka Raya. Selain itu penelitian ini juga lebih menekankan pada
pengembangan manajemen penanganan siswa berkebutuhan khusus di
sekolah Sahabat Alam Palangka Raya.
Hasil penelitian yang relevan akan memperluas cakrawala wawasan
penulis. Berikut penulis akan tampilkan beberapa hasil penelitian yang
memiliki relevansi dengan judul yang diangkat, sebagai berikut:
1. Penelitian (tesis) yang ditulis oleh Siti Rahmah yang berjudul,
“Manajemen Layanan Khusus Disekolah Islam Terpadu Sahabat Alam
Palangka Raya.” Tujuan peneltian ini adalah untuk memperoleh gambaran
tentang bagaimana proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi layanan khusus yang ada disekolah Islam Terpadu Sahabat Alam
59
Palangka Raya serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
Layanan Khusus di SIT Sahabat Alam Palangka Raya.105
2. Tesis yang ditulis oleh Qanita yang berjudul, “Implementasi Program
Pendidikan Inklusif di Sekolah Islam Terpadu Sahabat Alam Palngaka
Raya.”
Fokus penelitian ini menggali proses perencanaan hingga
implementasi program pendidikan Inklusif di SIT Sahabat Alam dengan
tujuan penelitian yaitu mengetahui proses perencanaan dan implementasi
program sekolah inklusif yang pada akhirnya dapat mengembangkan
program pendidikan inklusif yang ada di SIT Sahabat Alam Palangka
Raya. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan
cara pengumpulan data yaitu observasi, wawancara mendalam dan studi
dukumentasi.106
3. Jurnal oleh Gangsar Ali Daroni, dkk, berjudul, “Manajemen Pendidikan
Khusus di Sekolah Luar Biasa Untuk Anak Autis.”
Penelitian ini ditulis untuk bertujuan untuk mengetahui bagaimana
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pendendalian, evaluasi
pendidikan serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat
pelaksanaan pendidikan di SLB untuk anak Autis di kabupaten
Karanganyer.
105
Siti Rahmah, “Manajemen Layanan Khusus di Sekolah Islam Terpadu Sahabat Alam
Palangka Raya,” Tesis Megister, Palangka Raya: IAIN, 2017. 106
Qanita, “Implementasi Program Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar Islam Terpadu
Sahabat Alam Palangka Raya,” Tesis Megister, Palangka Raya: IAIN, 2016.
60
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian
ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa Autis di Kabupaten Karanganyar.
Narasumber dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan dua guru di
SLB tersebut. Analisis data dalam penelitian ini, menggunakan Analisis
Model Interaktif Miles dan Huberman. Ada tiga langkah pada model ini,
yaitu reduksi data, tampilan data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi.107
4. Jurnal oleh Trimo, “Manajemen Sekolah Penyelenggara Pendidikan
Inklusif: Kajian Aplikatif Pentingnya Menghargai Keberagaman Bagi
Anak-Anak Berkebutuhan Khusus.
Penelitian ini bertujuan melakukan analisis dan deskripsi program
sekolah inklusif di SD Negeri 1 Magelung Kabupaten Kendal dalam
proses penyelenggaraan program pendidikan inklusif untuk anak-anak
berkebutuhan khusus di mana di dalamnya membahas bagaimana model
sekolah, kurikulum dan kegiatan yang di lakukan di sekolah tersebut.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif di mana yang menjadi sumber penelitian adalah para
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di lingkungan SD
Negeri 1 Megelung Kabupaten Kendal.108
5. Jurnal oleh Renalatama Kismawiyati, “Identifikasi Anak Berkebutuhan
Khusus Di Sekolah Paud Kabupaten Jember.
107
Gangsar Ali Daroni, dkk, “Manajemen Pendidikan Khusus di Sekolah Luar Biasa
Untuk Anak Autis.” Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2018. 108
Trimo, “Manajemen Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif: Kajian Aplikatif
Pentingnya Menghargai Keberagaman Bagi Anak-Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal JMP,
Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012.
61
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. pada
penelitian ini penulis menguraikankan tentang bagaimana guru-guru
PAUD melakukan identifikasi anak-anak berkebutuhan khusus. dalam
penelitian ini juga menggambarkan bagaimana kesulitan guru-guru dalam
memberikan penaganan yang sesuai bagi anak berkebutuhan khusus,
sesuai dengan identifikasi yang sudah mereka lakukan.109
6. Jurnal oleh Siti Rahmawati, dkk, Kesadaran dan Pengetahuan untuk
Penanganan Awal Anak Berkebutuhan Khusus di Lembaga PAUD
Pesanggrahan Jakarta.
Metode yang digunakan adalah kuantitatif, dengan menggunakan
model evaluasi pelatihan KirkPatrick, dan pre-post treatment. Sebelum
pelaksanaan pelatihan, para peserta akan diberikan pre-test dan setelah
kegiatan selesai dilakukan, para peserta akan mengerjakan post test.
Data dalam kegiatan ini adalah peningkatan pengetahuan dan
keterampilan para pendidik PAUD tentang deteksi dini dan penanganan
ABK yang akan dilihat dari hasil pre dan post test. Pre dan post test
mencakup pengetahuan dan keterampilan para pendidik PAUD terkait
penanganan awal ABK sebelum dan sesudah kegiatan pelatihan. Sumber
datanya adalah para pendidik PAUD dalam lingkungan HIMPAUDI
Kecamatan Pesanggrahan yang mengikuti kegiatan pelathan ini.110
109
Renalatama Kismawiyati, “Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Paud
Kabupaten Jember, Jurnal Helper, Vol 35 No 1 2018. 110
Siti Rahmawati, dkk, “Kesadaran dan Pengetahuan untuk Penanganan Awal Anak
Berkebutuhan Khusus di Lembaga PAUD Pesanggrahan Jakarta.” Jurnal AL-AZHAR
INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 2, September 2015.
62
7. Jurnal oleh Sari Rudiyati, Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Inklusif
dalam Penanganan Anak Berkebutuhan Pendidikan Khusus Melalui
Pembelajaran Kolaboratif.
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan. Penelitian ini dilakukan dengan tindakan pelatihan,
workshop, dan pendampingan bagi guru reguler dan guru pembimbing
khusus sekolah inklusif anak berkebutuhan pendidikan khusus dalam
meningkatkan kompetensi profesional penanganan anak berkebutuhan
pendidikan khusus melalui pembelajaran kolaboratif. Data yang diperoleh
kemudian dilakukan analisis secara deskriptif.
Dalam penelitian ini penulisi ingin mendeskripsikan bagaimana
peningkatan kopetensi guru dalam penanganan anak berkebutuhun khusus
melalui pembelajaran kolaboratif.111
Berdasarkan dari penelitian terdahulu yang relevan sebagaimana
pada uraian di atas, maka penelitian penulis dengan penelitian di atas
memiliki perbedaannya diantaranya:
Tabel. 2.1.
HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Nama Persamaan Perbedaan
Siti Rahmah Lokasi penelitian dan
metode penelitian
Penulis:
Fokus penelitian penulis adalah
bagaimana manajemen tenaga pendidik
dalam hal ini guru/tenaga ahli yang ada
di sekolah Sahabat Alam dalam
111
Sari Rudiyati, “Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Inklusif dalam Penanganan
Anak Berkebutuhan Pendidikan Khusus Melalui Pembelajaran Kolaboratif.” Cakrawala
Pendidikan, Th. XXXII, No. 2, Juni 2013.
63
penanganan siswa berkebutuhan khusus
mulai dari perencanaan, pelaksanaan
dan pengorganisasiannya.
Siti Rahmah:
Penetilitian tentang bagaimana peran
serta layanan khusus di sekolah sahabat
Sahabat Alam mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
layanan program layanan khusus di
sekolah Sahabat Alam.
Qanita Lokasi penelitian dan
metode penelitian
Qanita:
Pada penelitian ini fokuspenulisadalah
melakukan analisis perencanaan
program sekolah inkulusi dan
implementasinya di lapangan yang
dilakukan oleh guru-guru yang ada di
setiap kelas.
Gangsar Ali
Daroni, dkk
- Sama-sama
membahas tentang
bagaimana
manajemen
pendidikan anak
berkebutuhan khusus
dengan fokus yang
berbeda yaitu hanya
pada anak autis.
- Metode penelitian
yang sama yaitu
kualitatif
- Fokus dalam penelitian adalah hanya
pada manajemen pendidikan untuk
anak autis. di dalamnya membahas
tentang bagaiamana perencanaan,
pelaksanaan, pengorganisasian,
pengendalin dan faktor pendukung
dan penghambat dalam pengeloaan
pelaksanaan pendidikan.
- Lokasi penelitian dilakukan di SLB
Kabupaten Karanganyar.
Trimo Manajemen Sekolah
Penyelenggara
Pendidikan Inklusif:
Kajian Aplikatif
Pentingnya
Menghargai
Keberagaman Bagi
Anak-Anak
Berkebutuhan
- Penelitian ini membahas bagaimana
proses penyelenggaraan pendidikan
inklusif mulai dari model kurikulum
yang digunakan, model
penyelengaraan pendidikannya serta
permasalahan-permasalah yang timbul.
- Lokasi penelitian dilakukan SD Negeri
1 Magelung Kabupaten Kenda.
64
Khusus.
Renalatama
Kismawiyati
- Membahas tentang
anak berkebutuhan
khusus
- Metode yang
digunakan deskritif
kualitatif.
- Fokus hanya pada bagaimana guru-
guru dalam melakukan indentifikasi
anak berkebutuhan khusus pada
tingkat PAUD
- Penelitian dilakukan di 3 Sekolah
PAUD di Kabupaten Jember.
Siti
Rahmawati,
dkk
Membahas tentang
keterampilan tenaga
pendidik dalam
memahami anak
berkebebutuhan
khusus
- Metode yang digunakan dalam
penelitian ini kuntitatif
- fokus penelitian untuk melihat
keterampilan atau kemampuan tenaga
pendidik dalam melakukan identifikasi
dini pada anak tingkat PAUD
- Lokasi penelitian dilakukan di
lingkungan HIMPAUDI Kecamatan
Pesanggrahan. Jumlah sampel dalam
kegiatan ini adalah empat puluh empat
(44) orang pendidik PAUD.
Sari
Rudiyati,
Dalam
pembahasannya
penulis juga meneliti
tentang tenaga
pendidik dan
penanganan anak
berkebutuhan
- Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan
- Fokus penelitian adalah bagaimana
peningkatan kompetensi tenaga
pendidik dalam penanganan anak
berkebutuhan khusus melalui
pembelajaran kolaboratif
65
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian, “Manajemen Tenaga Pendidik dalam Penangan Siswa
Bekebutuhan Khusus di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya dilakukan di
Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya. Adapun identitas sekolah sebagai
berikut:
Nama sekolah : Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
Kelurahan : Langkai
Kecamatan : Pahandut
Kota : Palangka Raya
Propensi : Kalimantan Tengah
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena
permasalahan yang diteliti dirasa holistik, kompleks, dinamis dan penuh
makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dilakukan
dengan penelitian kuantitatif.112
Secara lebih spesifik penelitian kualitatif ini menggunakan strategi
penelitian fenomenologi. Penelitian fenomenologi digunakan karena latar
belakang masalah yang menurut penulis ada fenomena menarik, pertama
Sekolah Islam Terpadu Sahabat Alam adalah sekolah swasta pertama yang
sejak tahun pertama berdiri 2010 menyatakan diri sebagai sekolah inklusif.
112
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta,
2013, h.293. 64
66
Sekolah sahabat alam menerima siswa berkebutuhan khusus untuk mengikuti
kelas reguler. Kedua, setiap kelas yang di dalamnya ada siswa berkebutuhan
khusus, pihak sekolah menyediakan guru bantu kelas yang membantu guru
kelas dalam menangani siswa berkebutuhan khusus. Untuk siswa yang
berkebutuhan khusus yang mengalami tingkat kesulitan tertentu, pihak
sekolah bekerjasama dengan orang tua menyediakan guru damping siswa
(shadow teacher). Guru damping tersebut hanya fokus mendampingi siswa
yang menjadi tanggung jawabnya. Ketiga, sekolah sahabat alam memiliki
lembaga khusus yang disebut learning support center (LSC) yang
bertanggung jawab dalam masalah penangan dan penyusunan program siswa
berkebutuhan khusus. Hal semacam ini menjadi fenomena menarik untuk
diteliti.
Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Denzin dan Lincoln
yang dikutip oleh Hasbiansyah, bahwa ada dua hal utama yang menjadi fokus
penelitian fenomenologi yaitu:
Pertama adalah Tekstural Description tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian tentang sebuah fenomena. Apa yang dialami adalah
aspek obyektif yang merupakan data yang bersifat faktual.
Sedangkan yang kedua adalah Stuctural Description tentang
bagaimana subjek mengalami dan memaknai pengalamannya.
Deskripsi ini berisi tentang aspek subyektif yang menyangkut
pendapat, penilaian, perasaan, harapan serta respon subyektif lainnya
dari subyek penelitian yang berkaitan dengan pengalamannya
tersebut.113
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan, dimulai dari pembuatan
proposal penelitian, seminar proposal, penelitian lapangan hingga pelaporan
113
Hasbiansyah, Pendekatan Fenomenologi Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu
Sosial , tt: Mediator, vol.9. No. 1 Tahun 2008, h. 171.
67
(ujian tesis). Waktu penelitian khususnya pengambilan data dan uji
keabsahan data dapat diperpanjang jika dalam perjalanan penelitian dirasa
data yang diperoleh masih kurang.
B. Prosedur Peneltian
Penelitian kualitatif dilaksanakan dalam beberapa tahap yakni, tahap
eksplorasi, atau observasi umum, tahap eksplorasi terfokus, tahap
pengumpulan data dan tahap konfirmasi data.114
Dalam buku lain
menjelaskan ada beberapa teknik atau tahapan-tahapan dalam penelitian
kualitatif.
Pada penelitian ini penulis menggunakan tahapan penelitian yang
dijelaskan oleh Lexy J.Moleong yang dikutip oleh M. Zunaidi Ghoni dan
Fauzan Almanshur.115
Tahap pertama yaitu tahap pra lapangan, pada tahap ini penulis
menyusun rancangan penelitian termasuk menentukan lokasi penelitian dan
fenomena yang menarik yang akan di teliti. Lokasi penelitian yang dituju
adalah sekolah Sahabat Alam. Ini dilakukan atas dasar pertimbangan pertama;
bahwa sekolah ini merupakan sekolah swasta yang sejak tahun pertama
beridiri sudah menerima siswa berkebutuhan khusus atau anak berkebutuhan
khusus (ABK) pada kelas-kelas reguler dan memiliki devisi khusus dalam
masalah dan penyusunan program layanan siswa berkebutuhan khusus.
Kedua; Siswa-siswa berkebutuhan khusus terlihat mampu belajar bersama
114
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana, 2008, h. 134-141. 115
68
dalam satu kelas dan untuk siswa berkebutuhan khusus tertentu khusus, guru
pendamping memberikan layanan pembelajaran secara individual baik ketika
di kelas maupun di luar kelas.
Pada tahap berikutnya, yaitu tahap pekerjaan lapangan pada tahap ini
yang perlu dilakukan adalah: memahami latar penelitian, persiapan diri,
penampilan penulis dan pengenalan hubungan penulis di lapangan.116
Maksudanya pada tahap ini adalah penulis akan mempersiapkan diri
terutama terkait dengan jadwal atau waktu observasi untuk mendukung data
yang dibutuhkan penulis, serta menyepakati waktu wawancara dengan kepala
sekolah, koordinator SDM, koordinator Learning Support Center (LSC), guru
kelas, guru bantu kelas dan guru pendamping (shadow teacher) yang ada di
Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya.
Tahap ketiga yaitu tahap berperan serta sambil mengumpulkan data
yang perlu dilakukan adalah: pengarahan batas waktu penelitian, mencatat
data dan analisis lapangan.117
Pada tahap yang terakhir ini penulis melakukan
pengumpulkan data dengan perkiraan waktu yang dibutuhkan adalah selama
2-3 bulan agar data yang didapat lebih lengkap dan mendalam. Waktu
pengumpulan data bisa diperpanjang jika kemudian penulis merasa ada data
yang kurang lengkap dan masih diperlukan. Setelah semua data sudah
terkumpul, maka analisa data bisa langsung dilakukan.
116
M.Djunaidi Ghoni dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, Yogjakarta:
Ar Ruzz Media, 2012, h. 150-157. 117
Ibid,.
69
C. Data dan sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Menurut Musfiqon, “Data primer adalah data yang berkaitan
langsung dengan masalah penelitian dan didapatkan secara langsung dari
informan atau responden untuk menjadi bahan analisis.”118
Pada penelitian ini data primer diperoleh dari Kepala Sekolah
koordinator SDM, koordinator Learning Support Center (LSC), guru kelas
dan guru bantu kelas dan guru damping siswa shadow teacher. Selain data
yang berasal dari subyek penelitian dan informan, ada pula data primer dalam
bentuk dukumen, antara lain dukumen yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi program tenaga pendidik dalam penanganan siswa
berkebutuhan khusus.
Sedangkan data sekunder yang akan diambil atau diminta adalah
sebagai berikut:
1) Profil sekolah
2) Data siswa (Jumlah anak ABK, Jenis dan total jumlah siswa)
3) Data tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam penanganan anak
berkebutuhan khusus
4) Dokumen kegiatan pembelajaran dalam penangan siswa berkebutuhan
khusus.
118
Musfiqon, Panduan Lengkap Metodelogi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Prestasi
Pustakarya, 2012, h. 151.
70
D. Teknik pengumpulan data
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, sehingga
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi.119
a. Observasi/Pengamatan
Pada penelitian ini penulis memilih tipe pengamatan terbuka, di
mana kehadiran penulis diketahui secara terbuka oleh subyek. Observasi
yang dilakukan penulis adalah mengamati keadaan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi program tenaga pendidik dalam penanganan
siswa berkebutuhan khusus.
Observasi dilakukan dengan tujuan guna untuk membuktikan
hasil dari wawancara yang didapat terhadap kenyataan yang ada di
lapangan. Alat yang digunakan dalam observasi adalah lembar instrumen
pengamatan dan untuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program tenaga pendidik dalam
penangganan siswa berkebutuhan khusus. Lembar observasi digunakan
agar lebih efektif dalam melakukan observasi sehingga pengamatan lebih
mendalam.
Informan narasumber yang dipilih pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Kepala sekolah
2) Koordinator SDM
119
M.Djunaidi Ghoni dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, Yogjakarta:
Ar Ruzz Media, 2012, h. 293.
71
3) Koordinator Learning Support Center (LSC)
4) Guru kelas
5) Guru bantu kelas dan guru pendamping (shadow teacher).
Melalui metode ini penulis akan menggali data sebagai
berikut:
1) Profil sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
2) Proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Pada tahap ini penulis akan
melakukan pengamatan penuh untuk mengamati peristiwa yang terjadi
dan hal-hal yang dilakukan oleh guru kelas, guru bantu kelas atau guru
pendamping dan koordinator Learning Support Center (LSC) berserta
guru yang ada di dalamnya.
Penulis akan melakukan observasi atau pengamatan menimal
ke tiga kelas. Observasi di masing-masing kelas dilakukan minimal
satu pekan pembelajaran atau lima hari. Dari observasi kelas ini
penulis akan memperoleh gambaran umum tentang proses perancanan,
pelaksanan dan evaluasi program tenaga pendidik dalam layanan
siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya.
b. Wawancara
Pada penelitian ini, penulis melakukan wawancara yang
mendalam untuk pengumpulan data. Pada penelitian penulis
menyiapkan sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada partisipan.
Dalam hal ini wawancara yang mendalam akan ditujukan kepada
orang-orang yang sungguh mengalami proses yang diteliti. Pertanyaan
72
tersebut terdiri dari pertanyaan umum dan pertayaan spesifik dan akan
makin spesifik selama penelitian berlangsung. Dari pertanyaan yang
sangat spesifik itulah akan tergali informasi tentang bagaimana
perencanan, pelaksanaan dan evaluasi program tenaga pendidik dalam
layanan siswa berkebutuhuan khusus di sekolah Sahabat Alam
Palangka Raya.
Adapun data yang ingin digali melalui teknik wawancara ini
adalah:
1) Proses perencanaan guru dalam penanganan siswa berkebutuhan
khusus di Sekolah Sahabat Alam Palangka raya.
2) Proses pelaksanaan guru dalam penanganan siswa berkebutuhan
khusus di Sekolah Sahabat Alam Palangka raya.
3) Proses kegiatan pembelajaran di kelas dan luar kelas
4) Model pembelajaran dan metode yang digunakan dalam
penanganan siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Sahabat Alam
Palangka raya.
5) Proses evaluasi program tenaga pendidik dalam penanganan siswa
berkebutuhan khusus di Sekolah Sahabat Alam Palangka raya.
Beberapa subyek yang akan diwawancarai seperti:
1) Kepala Sekolah Sahabat Alam : Dari wawancara ini diharapkan
mendapatkan informasi secara umum apa yang dilakukan dan
keterkibatan kepala sekolah dalam melakukan perencanan dan
73
evaluasi program tenaga pendidik dalam penaganan siswa
berkebutuhun khusus yang ada di Sekolah Sahabat Alam.
2) Koordinator SDM: Merupakan salah satu bidang yang bertanggung
jawab secara penuh tentang sumber daya manusia terutama guru-
guru yang ada di Sekolah Sahabat Alam. Dari wawancara ini
harapanya dapat menggali informasi tentang bagaimana SDM
melakukan perencanaan dan evaluasi program tenaga pendidik
dalam penanganan siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Sahabat
Alam.
3) Koordinator learning suport center (LSC): Bidang yang
bertanggung jawab secara khusus tentang program penanganan
siswa berkebutuhan khusus. Pada wawancara ini, harapannya
dapat menggali informasi yang lebih mendalam tentang
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program tenaga pendidik
yang dilakukan oleh LSC dalam penanganan siswa berkebutuhan
khusus yang ada di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya.
4) Guru kelas, guru bantu kelas dan guru pendamping (shadow
teacher): Harapannya dapat menggali informasi bagaimana proses
perencanaan program hingga pelaksanaan yang dilakukan dalam
penanganan siswa berkebutuhan khusus ketika mengikuti
pembelajaran di kelas reguler.
74
Berdasarkan fokus permasalahan penelitian maka pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dalam wawancara penulis sajikan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
DAFTAR PERTANYAAN DALAM WAWANCARA
N
o
Sub fokus
penelitian
Indikator Pertanyaan Informan
1. Perencanaan
program
tenaga dalam
penanganan
siswa
berkebutuhan
khusus
Mendeskrip
sikan aspek-
aspek
perencanaan
guru dalam
penanganan
siswa
berkebutuha
n khusus
1) Bagaimana tahap awal yang
dilakukan dalam menyususun
perencanaan program guru
dalam penanganan siswa
berkebuhun khusus.
2) Hal apa saja yang harus
dipahami dan diperhatikan
oleh seorang guru dalam
merencanakan program guru
dalam penanganan siswa
berkebutuhan khusus.
3) Apakah perencanaan
penyusunan program guru
benar-benar sudah mengarah
pada proses yang efektif,
efisien,
4) Pada tahap awal perencanaan
program guru dalam
penanganan anak
berkebutuhan khusus, secara
administratif apa saja yang
harus disiapkan.
5) Bagaimana mekanisme
penyusunan program
perencanaan guru dalam
penanganan siswa
berkebutuhan khusus
1) Kepala
sekolah
2) Koordin
ator
SDM
3) Koordin
ator
Learning
support
center
(LSC)
4) Guru
kelas
5) Guru
damping
atau
shadow
teacher
2. Pelaksanaan
program
tenaga
pendidik
dalam
penanganan
Mendeskrip
sikan proses
pelaksanaan
program
guru dalam
penanganan
1) Bagaimana prosedur
pelaksanaan program guru
dalam penanganan siswa
berkebutuhan khusus
2) Bagaimana mekanisme
pelaksanaan program guru
1) Koordin
ator
SDM
2) Koordin
ator
Learning
75
siswa
berkebutuhan
khusus
siswa
berkebutuha
n khusus
dalam penanganan siswa
berkebutuhan khusus
3) Bagaimana tahapan
pelaksanaan program guru
dalam penanganan siswa
berkebutuhan khusus
4) Bagaiamana teknis
pelaksanaan program guru
dalam penanganan siswa
berkebutuhan khusus
5) Bagaimana peran guru kelas
dan guru damping untuk
mendukung pelaksanaan
program guru dalam
penanganan siswa
berkebutuhan khusus
support
center
(LSC)
3) Guru
kelas
4) Guru
damping
atau
shadow
teacher.
3. Evaluasi
program
tenaga
pendidik
dalam
penanganan
siswa
berkeutuhan
khusus
Mendeskrip
sikan aspek-
aspek dan
proses
evaluasi
guru dalam
penanganan
siswa
berkebutuha
n khusus
1) Bagaimanan prosedur
evaluasi tenaga pendidik
dalam penanganan siswa
berkebutuhan khusus
2) Bagaimana mekanisme
evaluasi program dalam
penanganan siswa
berkebutuhan khusus
3) Bagaiamana tahapan evaluasi
tenaga pendidik dalam
penanganan siswa
berkebutuhan khusus
4) Bagaimana teknis evaluasi
tenaga pendidik dalam
penanganan siswa
berkebutuhan khusus
5) Apakah ada kendala atau
hambatan dalam evaluasi
guru dalam penaganan siswa
berkebutuhan khusus
1) Kepala
sekolah
2) Koordin
ator
SDM
3) Koordin
ator
Learning
support
center
(LSC)
c. Dokumentasi
Salah satu teknik pengumpulan data yang penulis gunakan
dalam penelitian ini, sebagai salah satu bentuk memperkuat data hasil
observasi dan wawancara adalah dokumentasi.
76
Adapun data-data dokumen yang diperlukan dan ingin digali
dalam teknik penelitian ini adalah dokumen sekolah terkait data
pendidikan inklusif di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya seperti:
1) Sejarah berdirinya sekolah
2) Data profil sekolah
3) Data guru (guru kelas, guru bantu kelas atau Shadow teacher)
4) Data siswa (jumlah ABK dan jenis ABK)
5) Kurikulum atau program pembelajaran untuk ABK di kelas-kelas
reguler
6) Data program perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi guru dan
data-data lain yang dibutuhkan berkaitan dengan data penanganan
siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Sahabat Alam Palangka
Raya.
E. Analisis Data
Dalam melakukan analisis data dalam sebuah penelitian kualitatif
dengan metode pendekatan fenomenologis sebagaimana disebutkan oleh
Stevik, Cloaizzi dan Kenn:
1) Menetapkan fenomena yang akan di teliti
2) Menyusun daftar pertanyaan
3) Pengumpulan data
4) Analisis data
5) Tahap deskripsi esensi
6) Peneliti melaporkan hasil penelitian120
120
Dikutip dari Hasbiyah dalam Pendekatan Fenomenologi Pengantar Praktik Penelitian
dalam Ilmu Sosial, tt: Mediator, vol. 9. No 1 Tahun 2008, h. 171.
77
Berdasarkan teori tersebut di atas maka, penulis melakukan beberapa
tahapan dalam analisis data sebagai berikut sebagaimana yang disebutkan oleh
Hasbiyah121
dalam jurnalnya sebagai berikut;
1) Tahap awal. Penulis mendeskripsikan sepenuhnya tentang fenomena yang
dialami subyek penelitian. Seluruh hasil wawancara mendalam yang
dilakukan penulis dengan subyek penelitian ditrankripkan ke dalam bahasa
tulisan.
2) Tahap horizonalition. Pada tahap ini penulis mengiventarisasi pertanyaan-
pertanyaan penting dengan topik penelitian.
3) Tahap closter of meaning. Pada tahap ini penulis mengklasifikasikan
pertanyaan-pertanyaan tadi ke dalam tema-tema dan menyisihkan
pertanyaan-pertanyaan yang tumpang tindih atau berulang-ulang sehingga
memudahkan proses pengumpulan data. Pada tahapan closter of meaning
penulis melakukan dua tahapan pertama; textural description (deskripsi
tekstural) yaitu penuliskan apa yang di alami individu mulai dari proses
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program dalam pelayanan siswa
berkebutuhan khusus. Kedua; struktural description (deskripsi struktural),
penulis menuliskan bagaimana fenomena itu dialami oleh para individu atau
informan. Penulis juga mencari segala makna yang mungkin menurut
penulis berdasarkan refleksi penulis sendiri berupa opini, penilaian, harapan,
dan perasaan tentang fenomena yang dialami oleh subyek penelitian.
121
Hasbiyah Pendekatan Fenomenologi Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu Sosial,
tt: Mediator, vol. 9. No 1 Tahun 2008, h. 172.
78
F. Pemeriksaan Keabsahan Data
Uji keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji
kredibilitas (validasi internal), uji dependabilitas data, uji trasferbilitas
(validitas eksternal) dan uji konfirmabilitas (obyektivitas).122
1. Uji kredibilitas data (validasi internal)
Pemeriksaan keabsahan data yang penulis lakukan melalui uji
kredibilitas data (validasi internal) seperti yang dikemukakan oleh pakar
metodelogi penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik:
a. Perpanjangan keikutsertaan penulis di lapangan
Dengan melakukan perpanjangan keikutsertaan penulis di
lapangan maka penulis dapat menguji ketidakbenaran informasi yang
diperoleh. Hal ini relatif lebih dilakukan karena penulis bekerja di lokasi
penelitian.
b. Meningkatkan ketekunan pengamatan
Dalam penelitian kualitatif ini, penulis melakukan ketekukan
pengamatan dengan meluangkan waktu yang lebih panjang untuk berada
di kelas dan mencatat dengan detail proses yang terjadi. Bahkan penulis
melakukan dokumentasi hal-hal yang dianggap penting dan diperlukan.
c. Triagulasi
Teknik triagulasi sebagaimana dijelaskan oleh Iskandar ialah
melakukan pengecekan ulang terhadap sumber data dengan cara:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara
122
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2013, h. 294.
79
2) Membandingkan apa yang dikatakan oleh seorang partisipan yang
dikatakan di depan umum dengan yang dikatakan ketika wawancara
3) Membandingkan keadaan dan persfektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain
4) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dukumen yang
berkaitan.123
2. Uji trasferbilitas (validitas eksternal)
Uji transferbilitas (validas eksternal) bertujuan agar orang lain
dapat lebih mudah memahami hasil penelitian yang dilakukan dilapangan
sebagaimana pendapat Denim tentang validas eksternal.
Menurut Danim, kriteria kesahihan eksternal meminta penulis
untuk menghasilkan penelitian yang dapat mendeskripsikan
rekuntruksi realita lapangan secara lengkap dan detail. Apabila
pembaca dapat memperoleh informasi yang lebih jelas tentang
temuan penulis maka dapat dikatakan data penelitian tersebut
termasuk dan memenuhi kriteria validitas eksternal.124
Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas, maka penulis berupaya
melakukan deskripsi rekonstruksi tentang realita lapangan secara lengkap,
rinci, dan detail, sistematis dan empiris yang mengacu pada data-data yang
telah didapat. Penulis menuangkan temuan penelitian tersebut dengan detail
mulai dari temuan tentang perencanan, pelaksanaan dan evaluasi program
tenaga pendidik dalam penganangan siswa berkebutuhan khusus di sekolah
Sahabat Alam Palangka Raya.125
123
Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif),
Jakarta: Gaung Persada Press, 2009, h. 230-231. 124
Ibid, 125
Ibid, h. 228-229.
80
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subyek Penelitian
1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Sekolah Sahabat Alam Palangka
Raya.
Sekolah Sahabat Alam merupakan salah satu sekolah swasta
pertama yang menyatakan diri sebagai sekolah inklusif. Pada tahun pertama
berdiri lewat yayasan Mutiara Tarbiyah mendirikan Sekolah Dasar Islam
Terpadu (SDIT) pada bulan Juni tahun 2010. Kemudian pada bulan Mei
tahun 2014 Sekolah Sahabat Alam mendidrikan sekolah lanjutan tingkat
pertama (SMPIT). Yayasan Mutiara Tarbiyah secara resmi berdiri dengan
Akte Notaris R.A. Setiyo Hidayati. SH.MH Nomor 27 tanggal 08 Juni
2010.
Didirikannya Sekolah Sahabat Alam dengan konsep sekolah
inklusif adalah sebagai wujud dari rasa kepedulian dari para pendiri sekolah
Alam yaitu Ibu Qanita Tajuddin, Ust. Amanto Surya Langka dan Bapak
Rizqi Tajuddin melihat pendidikan yang ada di Indonesia, khususnya
pendidikan di kalimantan tengah yang belum memiliki lembaga pendidikan
Islam inklusif.126
126
Wawancara dengan M. Husaini Guru pertama di sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
13 Mei 2019.
79
81
2. Identitas Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
Penelitian, “Manajemen Tenaga Pendidik dalam Layanan Siswa
Bekebutuhan Khusus di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya dilakukan di
Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya. Adapun identitas sekolah sebagai
berikut:
Nama sekolah : Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
Kelurahan : Langkai
Kecamatan : Pahandut
Kota : Palangka Raya
Propensi : Kalimantan Tengah
status sekolah : Swasta
Jenjang pendidikan : 1) Sekolah Dasar (SD)
a. NPSN : 30208766
b. Tahun berdiri : 2010
2) Sekolah Tingkat Pertama (SMP)
a. NPSN : 69929112
b. Tahun berdiri : 2014.127
3. Visi, Misi dan Moto Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
Setiap lembaga sekolah memiliki orientasi, tujuan, harapan dan
target yang diinginkan ketika mendirikan lembaga sekolah. Harapannya
semua output yang dihasilkan sesuai dengan target yang diharapkan sesuai
dengan visi, misi dan moto sekolah.
127
Dokumen Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya Tahun 2019.
92
82
Berdasarkan dokumen sekolah Sahabat Alam visi, misi, hasil-hasil
yang diharapkan dan moto Sekolah Sahabat Alam adalah sebagai berikut:
a. Visi :
Eksis sebagai sekolah alam berbasis Islam dengan standar keilmuan
yang berkualitas
b. Misi :
1. Membentuk sumber daya insan yang selaras antara jasad, akal dan hati
2. Mengembangkan potensi anak didik dalam aktualisasi diri
3. Menyediakan kebutuhan pembelajaran individual dan komunal
dengan sistem dan metode yang modern
4. Menanamkan sejak dini kepada anak kecintaan kepada alam
c. Hasil-hasil yang diharapkan:
1. Mendorong anak didik menjadi manusia beriman dan bertaqwa
2. Menyerap kaedah keislaman, melakukan proses internalisasi nilai
dan meyakininya sebagai langkah untuk mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari
3. Membina kecintaan terhadap aqidah dan akhlak Islam
4. Membiasakan ketetepan-ketetapan dalam agama lslam sebagai
sebuah tanggungjawab bukan beban
5. Menggunakan segala ilmu yang sudah diketahui selama belajar
dengan konsep biar sedikit yang penting kontinyu
6. Mendorong siswa untuk berprestasi bukan hanya dalam akademik.
7. Menjadikan arena sekolah dan kehidupan sehari-hari sebagai latihan
untuk bersnergi dan bekerjasama.
8. Memupuk hasrat untuk terus berinisiatif, proaktif dan kreatif
83
9. Membentuk anak didik berjiwa sosial, humoris dan adaptif
10. Menyeimbangkan pendidikan dan perangsangan otak kanan dan otak
kiri
11. Mendorong anak didik agar tidak gagap dalam mengarungi
kemajuan zaman
12. Menjadikan anak didik cinta kepada kelestarian lingkungan, alam
dengan fondasi aqidah Islamiyah.
d. Moto :
Belajar dimana saja dengan siapa saja.128
4. Kurikulum dan Program Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
Sekolah Sahabat Alam sebagai salah satu sekolah yang menerapkan
konsep pendidikan inklusif dimana disetiap kelas reguler ada beberapa
siswa berkebutuhan khusus yang tergabung di dalamnya. Semua kegiatan
dilakukan secara bersama, hanya saja untuk siswa berkebutuhan khusus
standarnya yang diturunkan.
Sekolah sahabat alam sekarang tergabung dalam Jaringan Sekolah
Alam Nusantara (JSAN). Di sekolah alam ada istilah yang di kenal dengan
BBA yaitu Belajar Bersama Alam. Sebagaimana penjelasan yang
disampaikan oleh koordinator HUMAS129
bahwa; Kegiatan ini merupakan
suatu konsep pendidikan dengan menggunakan alam sebagai sarana atau
media pembelajaran yang baik untuk peserta didik. Dari kegiatan ini siswa
ditanamkan nilai-nilai luhur di dalamnya. Anak tidak sekedar dikenalkan
128
Dokumen Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya Tahun 2018-2019. 129
Wawancara dengan Qanita Koordinator HUMAS Sekolah Sahabat Alam Palangka
Raya 13 Mei 2019.
84
nama tanaman atau manfaatnya, namun juga diajarkan bagaimana cara
merawatnya, mensyukuri dan mengagungkan Allah sebagai maha pencipta
yang mampu menciptakan tanaman yang beraneka jenis dan macamnya.
Dalam proses pembelajaran BBA anak dikenalkan proses mulai dari
bagaimana cara menanam, bagaimana merawatnya, bagaimana cara
memanennya dan yang terakhir adalah bagaimana siswa mampu bersyukur
atas segala apa yang sudah Allah berikan kepada kita semua.
Di dalam penyusunan kurikum sekolah sebagaimana yang di
jelaskan oleh Kepala Sekolah Sahabat Alam Palangaka Raya130
bahwa;
Mulai tahun ini sekolah akan mencoba membuat kurikulum sekolah yang di
dalamnya memuat tentang kurikulum Ahlak, kurikulum motorik, kurikulum
bahasa, kurikulum sains dan kurikulum logika matematika. Sekolah Sahabat
Alam akan lebih fokus tentang lima muatan yang ada pada kurikulum
tersebut. Untuk siswa SMP maka yang pertama diajarkan adalah bagaimana
ahlak itu lebih tinggi derajatnya dibandingkan ilmu. Sedangkan untuk siswa
SD kelas rendah maka tuntas motorik yang lebih diutamakan karena hal ini
yang akan menunjang kegiatan pembelajaran di kelas nanti.
Di sekolah sahabat alam kegiatan pembelajaran tidak hanya
dilakukan di dalam kelas, kegiatan pembelajaran terkadang terlihat di luar
kelas. Seperti ketika guru kelas 1 mengenalkan tanaman dan bagian-bagian
tanaman. Guru tersebut terlihat mengajak siswa untuk mengamati jenis-jenis
tumbuhan yang ada disekitar sekolah, kemudian meminta setiap siswa
130
Wawancara dengan Rizqi Tajuddin Kepala Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya 13
Mei 2019.
85
mengambil satu tumbuhan liar yang ada di sekitar sekolah dan menyebutkan
bagian-bagian yang ada pada setiap tumbuhan tersebut.131
Sekolah Sahabat Alam dalam konsep pembelajaran banyak
menggunakan konsep pendekatan konseptual, semua kegiatan dilakukan
secara konkrit dan langsung dipraktekkan sehingga semua siswa dapat
merasakan langsung dan kegiatan pembelajaran tersebut akan lebih
bermakna.
Ada beberapa kegiatan pembelajaran atau program sekolah sahabat
alam yang berbeda dengan beberapa sekolah lain sebagaimana tercantum
dalam newsletter sekolah seperti berenag, panahan dan tarung derajat semua
kegiatan ini merupakan kegiatan intra sekolah yang wajib diikuti oleh
semua siswa. Untuk panahan dimulai dari kelas 4 sedangkan berenang
dijadwalkan mulai dari kelas SD hingga SMP. Sekolah juga mengadakan
beberapa kegiatan yang merupakan agenda wajib semesteran seperti
camping, quran night, sahabat alam expo dan drama musikal yang diikuti
oleh semua siswa.132
Dalam kegiatan ini semua anak terlibat termasuk anak-anak
berkebutuhan khusus. Seperti ketika sekolah mengadakan kegiatan pentas
drama musikal yang diselengarakan pada 4 mei 2019. Siswa berkebutuhan
khusus dilibatkan secara langsung dalam kegiatan drama tersebut dan
131
Observasi di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya 09 Mei 2019. 132
Data Kegiatan Pembelajaran Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya tahun 2018-2019.
86
diberikan tanggung jawab berperan menjadi salah satu tokoh yaitu menjadi
penduduk Qurays.133
5. Struktur Organisasi Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
Sekolah Sahabat Alam dalam struktuk organisasi tidak
menggunakan istilah yang umum pada sekolah-sekolah lain seperti wakil
kepala sekolah. Sekolah Sahabat Alam memiliki istilah yaitu support sistem
dan main sistem sebagaimana dijelaskan oleh Koordintor Tata Usaha
sekolah Sahabat Alam yang menjelaskan bahwa yang termasuk dalam
bagian support sistem adalah:
a. Koordinator sumber daya manusia (SDM)
b. Koordinator pelatihan atau diklat
c. Koordinator humas
d. Koordinator sarana dan prasarana.
Sedangkan yang termasuk dalam bagian main sistem dan
penjelesannnya adalah sebagai berikut:
a. Koordinator learning support center (LSC) bertanggung jawab dan
membawahi seluruh guru bantu dan guru damping siswa serta
penyusunan program siswa berkebutuhan khusus.
b. Koordinator kelas rendah, bertanggung jawab dan membawahi dari
tingkat PAUD hingga kelas 2 (dua)
c. Koordinator kelas tinggi, bertanggung jawab dan membawahi dari kelas
3 (tiga) hingga kelas 6 (enam)
133
Observasi di Kegiatan Pentas Drama Musikal Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya 4
Mei 2019.
87
d. Koordinator SMP, bertanggung jawab dan membawahi seluruh guru
kelas dan guru bidang studi mulai dari kelas 7 (tujuh) sampai kelas 9
(sembilan).134
Adapun bagan struktur organisasi sekolah Sahabat Alam Palangka
Raya mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP)135
adalah sebagai berikut:
134
Wawancara dengan Koordinator Tata Usaha Rani Fajar 09 Mei 2019. 135
Dokumen Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya Tahun 2018-2019.
Kepala Sekolah YAYASAN
Koordinator
Humas
Koordinator
Sarpras
Koordinator
SDM
Koordinator
Tata Usaha
Support Sistem
Main Sistem
Koordinator
Pelatihan
Koordinator
LSC
Koordinator
Kelas Rendah
Koordinator
Kelas Tinggi
Koordinator
Kelas SMP
Staf Humas
Staf Admin Kepala
Perpustakaan
Staf Admin
Staf LSC
Guru
bantu/damping
kelas
Guru PAUD,
Kelas 1 – 2 SD
Guru Kelas
Kelas 3 – 6 SD
Guru Kelas &
Bidang Study
88
6. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Sekolah Sahabat
Palangka Raya
Berdasarkan data dokumentasi tahun pelajaran 2018/2019 tenaga
pendidik yang ada di sekolah Sahabat Alam, baik pada tingkat Sekolah
Dasar atau Sekolah Menengah Pertama hampir secara keseluruhan memiliki
klasifikasi pendidikan strata satu (S-1). Hanya ada tiga guru yang belum
memiliki kualifikasi pendidikan S-1 yaitu; satu guru bantu kelas pada
jenjang SD dan dua guru pada jenjang SMP. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
a. Data tenaga pendidik pada tingkat SD Sahabat Alam Palangka Raya136
Tabel. 4.1
DATA TENAGA PENDIDIK SDIT SAHABAT ALAM
No Nama Pendidikan
Terakhir Jabatan
1 Rizqi tajuddin S -1 Kepala Sekolah
2 Bayu setyoashih dewi putri S-1 Koordinator LSC
3 Kristin dewi nufita S-2 Guru Bidang Studi
4 Kiswati S-1 Guru Bidang Studi
5 Ella yuliani S-1 Guru Bidang Studi
6 Herlina S-1 Guru Bidang Studi
7 Dudut unggi S-1 Guru Kelas 6
8 Fitri handayani S-1 Guru Kelas 5
136
Dokumen Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya Tahun 2018-2019.
89
9 Akhdiyah nur fiqiana S-1 Guru Kelas 4
10 Dian hidayat S-1 Guru Kelas 3
11 Siti Fatimah S-1 Guru Kelas 2
12 Sangidun S-1 Guru Kelas 1
13 Heny hasanah S-1 Guru Bantu Kelas
14 Suyanti S-1
Guru Bantu Kelas
15 Muhammad Iqbal D-2
Guru Bantu Kelas
16 Dina shahlia S-1
Guru Bantu Kelas
17
Ikrima erma liani S-1
Guru Bantu Kelas
Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator Tata Usaha137
menjelaskan bahwa pada setiap kelas khususnya pada tingkat SD minimal di
di setiap kelas harus ada 2 (dua) guru untuk menangani siswa. 1 (satu) guru
bertanggung jawab sebagai guru kelas dan 1 (satu) guru lagi bertugas
sebagai guru bantu kelas. Guru bantu kelas berperan membantu dalam hal
layanan siswa berkebutuhan khusus. Keberadaan 2 (dua) guru dalam satu
kelas terkadang masih dapat dikatakan belum cukup khususnya di kelas-
kelas yang memiliki siswa berkebutuhan khusus dengan tingkat kesulitan
yang lebih komplek seperti anak dengan gangguan mentallity retarded
(MR), anak autis atau anak dengan gangguan lain yang harus dilakukan
pendampingan selama kegiatan di kelas atau luar kelas, sesuai dengan
rekomendasi psikolog berdasarkan hasil tes pada awal masuk sekolah.
137
Wawancara dengan Rani Fajar Koordinator Tata Usaha Sekolah Sahabat Alam
Palangka Raya 09 Mei 2019.
90
Keterangan yang disampaikan oleh koordinator tata usaha sesuai
dengan pernyataan yang disampaikan oleh Koordinator SDM yang
menyebutkan bahwa:
Sekolah Sahabat Alam hingga saat ini masih membuka lowongan
guru, khususnya guru pendamping karena ada beberapa anak sesuai
dengan rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh
tim learning support center, menyebutkan bahwa ada beberapa
anak harus mendapatkan pendampingan khusus untuk membantu
memaksimalkan proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas
terutama untuk anak- anak dengan kesulitan yang lebih
kompleks.138
b. Data tenaga pendidik dan kependidikan SMPIT Sahabat Alam Palangka
Raya
Pada tingkat SMP jumlah tenaga pendidik berdasarkan
wawancara dengan koordinator tata usaha139
menyebutkan bahwa
keadaan jumlah guru sekarang bisa dikatakan sudah cukup dengan
formasi, 3 (tiga) guru kelas sekaligus guru bidang studi, 6 (enam) guru
bidang studi murni dan 1 (satu) guru pendamping yang khusus
mendampingi siswa berkebutuhan khusus (autis) yang ada di kelas IX.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel yang ada di bawah ini:
138
Wawancara dengan Halimah Nur Amini Koordinator Sumber Daya Manusia Sekolah
Sahabat Alam Palangka Raya 09 Mei 2019. 139
Wawancara dengan Rani Fajar Koordinator Tata Usaha Sekolah Sahabat Alam
Palangka Raya 09 Mei 2019
91
Tabel.4.2
DATA TENAGA PENDIDIK TINGKAT SMPIT SAHABAT ALAM140
No Nama Pendidikan
Terakhir Jabatan
1 Bayu Setyoashih Dwi
Putri S-1 Koordinatro LSC
2 Ani Fathrida S-1
Guru kelas 7 dan
bidang studi
3 Ella Yuliani S-1
Guru kelas 8 dan
bidang studi
4 Amrullah DII
Guru kelas 9 dan
bidang studi
5 Herlina S-1 Guru bidang studi
6 Muntaha
Pesantren
(Hafizd Quran) Guru tahfidz
7 Kristin Dewi Nufita S-1 Guru bidang studi
8 M. Ari Setio S-1 Guru bidang studi
9 Nisa Ul Umma S-1 Guru bidang studi
10 Sigit Setyawan S-1 Guru Pendamping
Tabel.4.3
DATA TENAGA KEPENDIDIKAN SEKOLAH SAHABAT ALAM
(SUPPORT SISTEM)141
No Nama Pendidikan
Terakhir Jabatan
1 Rizqi Tajuddin S-1 Kepala sekolah
2 Halimah Nur Amini S-2 Koordinator SDM
3 Qanita S-2 Koordinator Humas
4 Rani Fajar D-3 Koordinator Tata
Usaha
5 Muhammad Husaini S-1 Koordinator Pelatihan
6 Muhammad Tamjir Jamil S -1 Staf Admin
7 Puji Siswanto S -1 Kepala Perpustakaan
8 Sapti Chusniati S-1 Staf Perpustakaan
140
Dokumen Tenaga pendidik dan Kependidikan Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
Tahun Pelajaran 2018-2019. 141
Ibid.
92
d. Data tenaga ahli atau konsultan pendidikan inklusif
Sekolah Sahabat Alam sebagai salah satu sekolah Islam swasta
dengan model pendidikan inklusif. Dalam proses diagnosa anak, untuk
mengenali jenis anak berkebutuhan khusus atau untuk menentukan
treatmen layanan yang tepat pada anak-anak berkebutuhan khusus,
menggunakan tim ahli yang merupakan konsultan pendidikan dengan
latar pendidikan psikolog anak. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel.4.4
DATA TENAGA AHLI SEKOLAH SAHABAT ALAM142
No Nama Asal Lembaga Jabatan
1 Dra. Ery Retno Artini,
S.Psi, Msc (Edu)
Sekolah
Komunitas Kebon
Main Depok
Konsultan Layanan
ABK
2 Leni Sintorini, S. Psi
Kidzmotion
Jakarta
Konsultan Layanan
ABK
3 Dr. Frida Ayu Nurhayati
RSJ Kalawa Atei
Palangka Raya
Relawan Layanan
ABK
Berdasarkan wawancara dengan koordinator Tata Usaha sekolah
Sahabat Alam,143
menjelaskan bahwa Tenaga ahli atau konsultan
pendidikan tersebut merupakan mitra sekolah untuk membantu pihak
sekolah dalam proses penerimaan siswa baru dalam melakukan pemetaan
siswa berdasarkan kemampuan siswa. Di sekolah sahabat alam dalam
proses penerimaan siswa baru, ada beberapa tahapan yang harus diikuti
142
Dokumen Tenaga Ahli Sekolah Sahabat Alam Tahun Pelajaran 2018-2019. 143
Wawancara dengan Rani Fajar Koordinator Tata Usaha Sahabat Alam Palangka Raya
08 Mei 2019.
93
diantaranya adalah pemeriksaan perkembangan siswa. Pada tingkat
PAUD disebut dengan Tes Perkembangan, pada tingkat SD disebut
dengan Tes Kematangan Sekolah (TKS) dan pada tingkat SMP disebut
dengan Sikotes.
Apa yang dijelaskan oleh koordinator Tata Usaha tersebut sesuai
dengan apa yang disampaikan oleh koordinator Learning Suppor Center
(LSC), sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam proses penerimaan
siswa baru yang menyatakan bahwa:
Sekolah mewajibkan bagi setiap calon wali murid untuk
mengikuti rangkaian proses penerimaan masuk di sekolah
Sahabat Alam salah satunya adalah pemeriksaan siswa yang
dilakukan oleh psikolog. Pemeriksaan tersebut terbagi dalam tiga
jenjang, jenjang PG disebut dengan tes perkembangan, jenjang
SD disebut dengan tes kematangan sekolah (TKS) dan untuk
jenjang SMP disebut dengan sikotes. Hasil pemeriksaan ini
berguna bagi sekolah khususnya guru dan LSC untuk mengetahui
kesulitan anak. Apakah anak ini termasuk dalam kategori ABK
atau tidak, apakah perlu pendampingan penuh atau tidak selama
kegiatan di kelas. Dari hasil ini juga sehingga guru dapat
mengetahui penangan yang tepat di kelas, sesuai dengan
rekomendasi yang disampaikan dalam hasil pemeriksaan.144
7. Keadaan Siswa Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
Data keseluruhan siswa sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
tahun pelajaran 2018/2019 mulai dari jenjang SD hingga SMP berjumlah
144 siswa, terdiri dari 84 (58,33%) siswa laki-laki dan 60 (41,67%) siswa
perempuan. Sekolah Sahabat Alam pada setiap kelasnya memiliki beberapa
144
Wawancara dengan Bayu Setyoasih Dwi Putri, Koordinator LSC Sekolah Sahabat
Alam Palangka Raya 08 Mei 2019.
94
siswa berkebutuhan khusus dengan beragam jenis dan tingkat kesulitan
masing-masing yang tergabung dalam satu kelas reguler.145
Dari keseluruhan jumlah siswa Sahabat Alam total jumlah siswa
berkebutuhan khusus ada 39 siswa atau sekitar 27,% siswa. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5
DATA SISWA SEKOLAH SAHABAT ALAM
PALANGKA RAYA TAHUN PELAJARAN 2018/2019146
Kelas
Jenis
Kelamin Jumlah
siswa Diagnosa Jenis ABK
Jumlah
ABK
L P
I 12 8 20
Gangguan bahasa ekspresif dan
reseptif, ganguan pemrosesan
sensori, kesulitan belajar, low
tonus, superior, motorik halus dan
motorik kasar
8
II 9 11 20
Ganguan bahasa ekspresif dan
reseptif, ADD, kesulitan belajar
dan gangguan pemusatan sensori
5
III 8 7 15
Ganguan bahasa ekspresif dan
reseptif, MR ringan, dysgraphia,
Susp. CP, ADD dan gangguan
pemerosesan sensori
6
IV
11
6
17
Gangguan bahasa reseptif,
boderline, kesulitan belajar, MR
sedang, kesulitan belajar dan low
4
145
Dokumen Learning Support Centre (LSC) Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
tahun Pelajaran 2018-2019. 146
Dokumen Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya tahun Pelajaran 2018-2019.
95
tonus
V 10 8 18 ADD, Kesulitan belajar, slow
leaner dan ganguan komunikasi 4
VI 10 7 17
Asperger syndrom, kesulitan
belajar, ganguan bicara, dan
masalah regulasi emosi
4
VII 9 4 13
Borderline, ADHD, ADD, ASD
(Autism spectrum disorder),
kesulitan belajar dan under
motivation karena pola asuh
7
VIII 7 4 11 - -
X 8 5 13 Autis 1
Total 84 61 144 39
8. Sarana dan Prasarana Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
Sekolah Sahabat Alam sebagai lembaga pendidikan inklusif yang
memiliki konsep pendidikan berbasis belajar bersama alam dan tergabung
dalam Jaringan Sekolah Alam Nusantara (JSAN), memiliki kekhasan dalam
sarana prasarana yang dimiliki, seperti ruang kelas yang terbuka dan
memimiliki wahana bermain atau outbond serta memiliki ruang khusus
untuk melakukan tritmen bagi siswa-siswi berkebutuhan khusus sebagai
salah satu ciri sekolah inklusif. Berikut penulis uraikan tentang sarana
prasarana yang ada sekolah Sahabat Alam Palangka Raya sebagai berikut:
a. Bangunan kelas
Bangunan kelas di sekolah Sahabat Alam memiliki konsep
terbuka. Bangunan dirancang khusus membentuk seperti pendopo yang
96
berbeda dengan sekolah-sekolah lain pada umumnya. Semua bagunan
terbuat dari kayu dengan bentuk semi permanen.
Ruangan kelas di Sahabat Alam disebut dengan istilah pasah,
setiap kelas atau pasah memiliki nama yang menunjukkan ruang kelas.
Nama-nama tersebut mengambil dari nama-nama kayu yang ada di
kalimantan tengah dengan menggunakan istilah bahasa dayak misalnya
untuk kelas 1 nama kelasnya adalah pasah tabalien yang artinya kayu
ulin.
Pada tingkat sekolah dasar (SD), sekolah memiliki 6 ruang kelas.
Ruang kelas yang ada di sahabat alam tidak disusun secara urut.
Penempatan kelas dilakukan berdasarkan kebutuhan anak.
Sedangkan pada tingkat sekolah menengah pertama (SMP)
sekolah memiliki satu bangunan panjang yang dibagi menjadi tiga ruang
kelas. Bagian tengah kelas 7, bagian kiri kelas 8 dan bagian sebelah
kanan kelas 9. Dinding pemisah menggunakan papan tulis atau tirai
bambu.
Pada setiap kelas dilengkapi dengan beberapa sarana prasarana
yang mendukung kegiatan siswa di kelas seperti:
1) Meja. Pada setiap kelas rata-rata memiliki 4 – 5 meja panjang. 1
meja untuk 3 – 4 orang siswa dan 1 meja guru. Disesuaikan dengan
jumlah siswa di dalam kelas.
2) Kursi. Jumlah kursi disesuaikan dengan jumlah siswa dan guru yang
ada di kelas
97
3) Papan tulis
4) Perlengkapan ATK (spidol, penghapus, cutter, lem, pewarna dan
lainnya)
5) Lemari tempat penyimpanan ATK
6) Papan display
7) Pojok perpustakaan kelas
8) Dispenser air minum
9) Perlengkapan makan (piring, gelas dan sendok)
10) Bok penyimpanan peralatan pribadi anak
11) Balok-balok kayu untuk permainan anak (khusus untuk anak SD)
12) Rak sandal
13) Jam dinding
14) Cermin dan
15) Alat-alat kebersihan kelas.147
b. Perpustakaan
Bentuk bangunan perpustakaan sekolah berbeda dengan bentuk
kelas yang terbuka. Perpustakaan sekolah menempati gedung khusus
yang tertutup dan permanen. Posisi perpustakan satu bangunan dengan
ruang adminstrasi atau tata usaha.
Ruang perpustakaan dilengkapi dengan 2 buah AC dan rak-rak
buku yang tingginya sekitar 1.5 meter. Rak-rak buku sengaja di buat
tidak terlalu tinggi agar memudahkan anak-anak untuk mengambil buku.
147
Observasi di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya Tanggal 9 Mei 2019.
98
Ruangan perpustakaan juga segaja didesain sejuk dan nyaman agar anak-
anak bisa bertahan lebih lama dan senang untuk pergi ke perpustakaan
sekolah. Perpustakaan sekolah sudah menggunakan software khusus
dalam pengelolaan perpustakaan yaitu software Senayan Library
Management System (SliMS 8).148
Jumlah buku yang ada di perpustakaan ada sekitar 6000 lebih
judul buku. Di perpustkaan sekolah lebih banyak menyediakan buku-
buku refrensi, sekolah tidak menyediakan buku paket. Ada beberapa jenis
buku bacaan yang disediakan di perpustakaan sekolah. Mulai dari buku
cerita untuk anak usia 2 tahun hingga buku-buku novel untuk remaja dan
dewasa. Buku-buku sains, buku-buku agama seperti buku-buku sirah
nabi dan sahabat serta beberapa jenis buku lain.149
Di Sekolah Sahabat Alam waktu kunjungan perpustakaan
dibuatkan jadwal khusus untuk setiap kelas, ini dilakukan agar tidak
terjadi penumpukan siswa di perpustakaan sehingga proses pembelajaran
di perpustakaan bisa berjalan secara efektif dan efisien sebagaimana
wawancara dengan kepala perpustakaan Sahabat Alam yang menjelaskan
bahwa:
Perpustakaan sekolah melalui staf perpustakaan berkoordinasi
dengan guru-guru kelas membuat jadwal kunjungan
perpustakaan. Dalam satu hari ada 2 kelas yang mendapakan
jadwal khusus kunjugan perpustakaan dengan waktu yang
berbeda-beda. Namun tetap kami memperbolehkan kelas lain
untuk tetap berkunjung di perpustakan untuk meminjam atau
mengembalikan buku diluar jadwal kelasnya. Penyusunan
148
Wawancara dengan Pujis Siswanto Kepala Perpustakaan Sekolah Sahabat Alam
Palangka Raya 13 Mei 2019. 149
Observasi di perpustakaan sekolah Sahabat Alam Palangka Raya tanggal 13 Mei 2019.
99
jadwal dilakukan untuk memudahkan pengkodisian siswa dan
untuk memaksimal kegiatan perpustakan karena literasi bagi
anak-anak sangat penting untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mereka. Diperpustakan sekolah menyediakan
berbagai refrensi seperti buku bacaan untuk anak-anak usia PG
dan buku novel-novel remaja serta buku-buku refrensi untuk
mata pelajaran seperti sains dan lain-lain.150
c. Ruang Learning Support Center (LSC)
Ruang LSC adalah ruangan yang digunakan oleh guru-guru
bantu kelas atau guru pendamping untuk melakukan treatment kepada
siswa berkebutuhan khusus. LSC memiliki 2 ruangan setiap rungan
mempunyai fungsi dan kegunaan masing-masing.
Sebagaimana wawancara dengan staf LSC yang menjelaskan
bahwa:
Ruangan LSC memang disediakan sekolah sebagai wadah untuk
para guru-guru melakukan tretment atau pembelajaran khusus
bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Ruangan pertama
disediakan sebagai tempat penyimpanan alat-alat untuk melatih
sensori motorik seperti bola besar, cermin besar, trampolin dan
lain-lain. Sedangkan ruangan kedua dimanfatkan untuk kegiatan
pembelajaran individual untuk anak-anak berkebutuhan khusus
yang mengalami kesulitan ketika mengikuti kegiatan
pembelajaran klasikal di kelas.151
Dari wawancara dengan staf Learning support center (LSC)
penulis dapat menyimpulkan bahwa LSC adalah sebagai tempat bagi
guru-guru untuk melakukan tretment pembelajaran yang secara tidak
langsung berperan sebagai pendukung kegiatan pembelajaran bagi siswa
berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran klasikal di kelas.
150
Wawancara dengan Puji Siswanto Kepala Perpustakaan Sekolah Sahabat Alam
Palangka Raya Tanggal 13 Mei 2019. 151
Wawancara dengan Sigit Setiawan Staf LSC Sekolah Sahabat
100
Dalam rangka membantu guru-guru untuk melakukan treatmen,
LSC menyediakan beberapa alat sebagai media pembelajaran untuk
menunjang kegiatan tersebut. (Untuk lebih jelas lihat lampiran 6 Daftar
Alat-Alat pembelajaran dan fasilitas LSC).
d. Musala atau tempat ibadah
Sekolah Sahabat Alam memiliki satu bangunan musala yang
terletak ditengah-tengah lingkungan sekolah. Musala digunakan untuk
kegiatan-kegiatan ibadah seperti shalat Duha, salat Zuhur atau kegiatan
pembelajaran untuk hafalan Al Quran. Musala sekolah juga dibuka untuk
umum, karena posisi sekolah yang berdekatan dengan rumah sakit dan
rumah makan.
e. Lapangan olah raga dan wahana outbound
Sekolah memiliki lapangan basket yang mana ring dan tiang
ringnya merupakan sumbangan dari wali murid. Posisi lapangan basket
berada di tengah. Lapangan basket juga terkadang dimanfatkan oleh
siswa untuk melakukan kegiatan olah raga lain.
Sekolah juga memiliki wahana outbound yang merupakan salah
satu satu ciri sekolah alam. Area outbound berada dibagian paling
belakang, satu lokasi dengan tempat bermain anak-anak PAUD. Ada
beberapa wahana outbond yang dimiliki sahabat alam seperti jembatan
gantung, jaring laba-laba, tangga pohon dan monkey bars.152
152
Obervasi di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya Tanggal 09 Mei 2019.
101
Wahana outbound digunakan untuk melatih motorik, konsentrasi
dan ketangkasan siswa. Sebagaimana wawancara dengan koordinator
SARPRAS yang menjelaskan bahwa:
Sekolah sahabat alam yang memiliki konsep pendidikan yang
berbasis belajar bersama alam dan hampir semua kegiatan
banyak dilakukan outdor. Sehingga sekolah membuat wahana
outbound sebagai salah satu sarana buat anak-anak bermain,
sekaligus melatih motorik dan ketangkasan siswa. Ada beberapa
wahana outbound yang ada di sekolah sahabat alam seperti
jembatan gantung untuk melatih keseimbangan, monkey bars
untuk melatih kekuatan tangan dan beberapa wahana lain.153
Berdasarkan informasi dari koordinator sarana prasarana dapat
disimpulkan bahwa wahana outbound yang ada di sekolah Sahabat Alam,
dirancang sebagai salah satu bentuk upaya sekolah untuk menunjang
kebutuhan siswa dalam meningkatkan kemampuan motorik dan
ketangkasan siswa.
B. Penyajian Data
Pada bagian ini akan diuraikan tentang penyajian data penelitian
manajemen tenaga pendidik dalam layanan anak berkebutuhan khusus (ABK)
di sekolah Sahabat Alam Palangka Raya. Untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian dalam rumusan masalah pada bab sebelumnya.
Berdasarkan hasil penelitian dan kondisi rill di lapangan yang diperoleh dari
hasil wawancara mendalam dari berbagai sumber sebagai informan, observasi
dan dokumentasi. Data yang disajikan sebagaimana rumusan masalah yaitu:
perencanaan program tenaga pendidik dalam layanan siswa berkebutuhan
153
Wawancara dengan Puji Siswanto Koordinator Sarana Prasarana Sekolah Sahabat
Alam Palangka Raya Tanggal 09 Mei 2019.
102
khusus di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya, pelaksanaan program tenaga
pendidik dalam layanan siswa berkebutuhan khusus di sekolah Sahabat Alam
Palangka Raya dan evaluasi program tenaga pendidika dalam layanan siswa
berkebutuhan khusus di sekolah Sahabat Alam Palangka Raya.
1. Perencanaan Program Tenaga Pendidik dalam Layanan Siswa
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
Manajemen perencanaan program tenaga pendidik dalam layanan
siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya yang
berkaitan dengan perencanaan adalah sebagai berikut:
a. Waktu perencanaan program
Perencanaan program dalam layanan siswa berkebutuhan khusus
dilakukan setelah pihak sekolah mendapatkan hasil pemeriksaan tes
kematangan sekolah dan sikotes yang di lakukan ketika proses
pemeriksaan siswa baru.
Dalam proses penerimaan siswanya, sekolah mewajibkan
kepada seluruh peserta didik untuk mengikuti seleksi awal. Untuk
jenjang Sekolah Dasar disebut dengan Tes Kematangan Siswa (TKS) dan
untuk tingkat SMP disebut dengan sikotes. ( Lihat lampiran 7 dan 8
Dokumen sekolah yang berisi bentuk hasil pemeriksaan SD dan SMP).
Dari data inilah akan diketahui kendala atau hambatan pada
setiap anak, sehingga pihak sekolah dapat melakukan penyusunan
program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak tersebut
sesuai dengan hasil tes dan rekomendasi dari psikolog sebagai mana
103
wawancara dengan Koordinator Sumber Daya Manusia (SDM) sekolah
Sahabat Alam yang menjelaskan bahwa:
Penyusunan program untuk anak-anak berkebutuhan khusus
dilakukan di awal tahun ajaran baru. Setelah pihak sekolah
sudah mendapatkan data hasil pemeriksaan siswa yang
dilakukan oleh para psikolog. Dari data inilah pihak sekolah
nanti akan menyusun program, untuk anak berkebutuhan khusus
tersebut sesuai dengan kebutuhannya.154
Apa yang disampaikan oleh Koordinator SDM Sekolah Sahabat
Alam sesuai dengan apa yang dijelaskan juga oleh Koordinator Learning
Support Center (LSC) sebagai koordinator penanggung jawab
penerimaan siswa baru sekolah Sahabat Alam Palangka Raya yang
menjelaskan bahwa:
Dalam penyususunan program untuk anak-anak berkebutuhan
khusus biasanya dilakukan 2 pekan setelah siswa masuk pada
tahun ajaran baru. Semua program mengacu pada data hasil
pemeriksaan, baik Tes Kematangan Siswa untuk SD atau
Sikotes untuk SMP. Sedangkan untuk siswa lama yang baru
terdeteksi ABK, maka program akan disusun setelah siswa
mengikuti tes lanjutan yang disarankan oleh pihak sekolah. Pada
tahap ini pemeriksaan akan dilakukan secara individual sehingga
kesulitan atau hambatan pada setiap anak akan lebih mudah
terdeteksi.155
Koordinator LSC juga menambahkan penjelesannya dalam
wawancara dengan penulis bahwa:
Untuk anak-anak berkebutuhan khusus lama (siswa lama),
waktu penyusunan program bisa dilakukan pada setiap awal
semester ketika rapat kerja semester (RAKER) dan akan
dilakukan dievaluasi program, ketika rapat pembelajaran
pekenan. Penyusunan program ini disebut dengan penyusunan
program ulang atau bisa juga evaluasi program. Penyusunan
154
Wawancara dengan Halimah Nur Amini Koordinator SDM Sahabat Alam Palangka
Raya tanggal 13 Mei 2019. 155
Wawancara dengan Bayu Setyo Asih Dwi Putri Koordinator Learning Support Center
(LSC) Sekolah Sahabat Alam tanggal 14 Mei 2019.
104
program mengacu draf pada program semester sebelumnya.
Materi atau kegiatan disusun per level ketika sudah
menyelesaikan level 1 maka lanjut ke level berikutnya. 156
Hal yang sama juga disampaikan oleh guru bantu kelas 3 dalam
wawancara kepada penulis bahwa:
Guru kelas bersama guru bantu kelas menyusun materi dan
kegiatan program untuk anak berkebutuhan khusus yang ada di
kelas, ketika kegiatan rapat kerja atau RAKER awal semester
dan ketika rapat pembelajaran pekanan bersama dengan
koordinator guru dan koordinator LSC.157
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa dalam proses penyusunan program untuk anak-
anak berkebutuhan khusus di sekolah Sahabat Alam, terbagi dalam tiga
jenjang sebagai berikut:
1) Penyusunan program untuk siswa baru yang sudah terditeksi anak
berkebebutuhan khusus berdasarkan hasil pemerksaan awal yaitu TKS
atau Sikotes yang dilakukan ketika proses penerimaan siswa baru.
2) Penyusunan program untuk siswa lama yang baru terditeksi oleh guru
kelas dan tim LSC, setelah beberapa lama mengikuti proses kegiatan
pembelajaran di kelas. Penyusunan program dilakukan setelah siswa
mengikuti proses pemeriksaan lanjutan oleh psikolog secara
individual untuk mengetahui kendala dan cara layanan yang tepat
untuk anak tersebut.
156
Ibid. 157
Wawancara dengan Heny Hasanah Guru Bantu kelas 3 SD Sekolah Sahabat Alam
Palangka Raya tanggal 15 Mei 2019.
105
3) Penyusunan program untuk siswa lama yang masih dalam
pendampingan, waktu penyusunan ketika RAKER atau rapat kerja
semester dan dievaluasi ketika rapat pembelajaran pekanan.
Penyusunan program untuk anak berkebutuhan khusus yang ada
di sekolah Sahabat Alam sebagaimana dijelaskan di atas semuanya
mengacu pada hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh psikolog serta
rekomendasi dari psikolog. Dari hasil ini pihak sekolah menyusun
program yang bisa dilaksanakan di sekolah dengan sumber daya dan
sarana prasarana yang ada di sekolah baik program akademik maupun
non akademik. Masing-masing anak memiliki program sesuai dengan
kebutuhannya. Penyusunan program tidak mengacu pada kurikulum
pembelajaran yang ada di kelas semuanya mengacu pada hasil
pemeriksaan dan kebutuhan yang ingin dikembangkan pada setiap
peserta didik.
Koordinator LSC158
menjelaskan dalam wawancara kepada
penulis bahwa dalam proses penyusunan program untuk anak-anak
berkebebutuhan khusus, ada beberapa tahapan awal yang harus dilakukan
baik tim LSC atau guru kelas seperti:
1) Megumpulkan data-data terkaiat hasil tes pemeriksaan baik
pemeriksaan hasil TKS atau sikotes dan pemeriksaan lanjutan bagi
siswa yang mengikuti pemeriskaan lanjutan, data assesment LSC, data
158
Wawancara dengan Bayu Setyo Asih Dwi Putri Koordinator Learning .... tanggal 14
Mei 2019.
106
terapi yang pernah di lakukan di luar sekolah dan data observasi kelas
atau observasi guru bidang studi.
2) Menentukan jadwal pertemuan orang tua, guru kelas, guru bantu dan
guru pendamping.
3) Penyusunan program, dalam penyusunan ini adalah sesi wawancara
untuk mengetahui peforma anak dan target yang diharapkan orang tua
untuk anak tersebut.
4) Orang tua menyepakati kegiatan yang akan dilakukan yang mana
kegiatan ini akan dilakukan di sekolah oleh guru kelas dan guru bantu
kelas serta guru pendamping apabila menggunakan guru pendamping.
5) Tahap terakhir adalah evaluasi, untuk evauluasi secara menyeluruh
biasanya dilakukan di akhir semester, sedangkan untuk laporan
kegiatan atau control kegiatan dilakukan setiap pekan oleh guru kelas
dalam bentuk lembar tretment yang wajib di isi oleh orang tua.
b. Personal yang terlibat dalam perencanaan program
Penyusunan program untuk siswa berkebutuhan khusus
melibatkan beberapa tenaga pendidik baik guru kelas maupun guru bantu
kelas serta melibatkan tenaga pendidik ahli sebagai narasumber dan
fasilitator dalam penyusunan materi. Selain itu sekolah juga melibatkan
orang tua wali murid yang merupakan pelaksana utama kegiatan tretment
di rumah. Sebagaimana wawancara dengan koordinator LSC sebagai
penanggung jawab program penangan anak berkebutuhan khusus yang
ada di sekolah Sahabat Alam Palangka Raya, menjelaskan bahwa:
107
Program untuk anak-anak berkebutuhan khusus disusun setelah
tim LSC mendapatkan hasil pemeriksaan yang dilakukan
psikolog. Dari data-data tersebut tim LSC menyampaikan hasil-
hasil tersebut kepada guru-guru yang bersangkutan. Setelah
penyampaian hasil, tim LSC membuat draf kegiatan tretment
yang bisa dilakukan di sekolah dan di rumah. Setelah
penyusunan draf selesai guru kelas dipersilahkan memberikan
masukan atau saran. Tim LSC melakukan pemanggilan kepada
wali murid anak yang bersangkutan untuk menyepakati
beberapa kegiatan yang bisa dilakukan di rumah, dalam rangka
membantu percepatan layanan anak tersebut. Program ini
disebut home program.159
Pernyataan tersebut juga senada dengan apa yang disampaikan
oleh guru guru kelas 3 bahwa:
Dalam penyusunan program untuk anak-anak berkebutuhan
khusus biasanya saya dan guru bantu kelas bekerjasama dengan
tim LSC dan orang tua untuk menyepakati kegiataan yang bisa
dilakukan di sekolah dan di rumah. Penyusunan ini dilakukan
lewat pertemuan khusus dengan orang tua siswa, ketika jam
pulang siswa atau sesuai jadwal kesepakatan bersama orang
tua.160
Koordinator Learning Support Center (LSC)161
menyampaikan
bahwa, penyusunan program untuk anak-anak berkebutuhan khusus
dengan tingkat kesulitan tertentu yang tidak perlu menggunakan
pendampingan khusus terutama siswa-siswa lama, maka guru kelas dan
guru bantu kelas atau guru bidang study pada tingkat sekolah menengah
pertama (SMP) dapat melakukan pemetaan siswa di awal semester untuk
menentukan materi yang sesuai untuk setiap peserta didik yang ada di
kelas masing-masing.
159
Wawancara dengan Bayu Setyo Asih Dwi Putri Koordinator Learning Support Center
(LSC) Sekolah Sahabat Alam tanggal 14 Mei 2019. 160
Wawancara dengan Dian Hidayat guru kelas 3 SD Sahabat Alam Palangka Raya
tanggal 14 Mei 2019. 161
Wawancara dengan Bayu Setyo Asih Dwi Putri Koordinator Learning Support Center
(LSC) Sekolah Sahabat Alam tanggal 14 Mei 2019.
108
Perencancaan program tersebut akan dimasukkan dalam
perencanaan pembelajaran atau dikenal dengan RPP yang disusun oleh
masing-masing guru kelas dan bantu kelas. Untuk kelas SMP disusun
oleh guru bidang study masing-masing. Sebagaiman wawancara dengan
guru bidang study mata pelajaran matematika SMP yang menjelaskan
bahwa:
Guru menyusun rancangan rencana pembelajaran untuk siswa di
kelas dan anak-anak berkebutuhan khusus sesuai dengan hasil
pemetaan yang kami lakukan di awal semester. Setiap kegiatan
yang kami susun kami koordinasikan dengan tim LSC agar
materi tersebut atau kegiatan tersebut sesuai dengan
perekembangan peserta didik. Setiap materi pembelajaran kami
siapkan level sehingga anak-anak berkebutuhan khusus dengan
tingkat kesulitan ringan tetap dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran di kelas dengan grade materi yang kami
turunkan.162
Hal yang senada juga disampaikan ketika wawancara dengan
guru kelas 1 Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya yang menjelaskan
bahwa:
Kegiatan untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang ada di
kelas, sementara ini mengikuti kegiatan yang diprogramkan oleh
tim LSC. Sedangkan untuk anak-anak ABK dengan tingkat
kesulitan ringan kami guru kelas dan guru bantu kelas menyusun
materi pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan
siswa, materi pembelajaran sama hanya saja grade atau
tingkatan materi yang diturunkan, misalnya ketika pembelajaran
penjumlahan untuk anak biasa materi penjumlahan yang
diajarkan adalah penjumlahan 1-10 sedangkan untuk anak ABK
mungkin hanya diajarkan 1-5 terlebih dahulu hingga benar-
benar paham. 163
162
wawancara dengan Herlina Guru Mata Pelajaran Matematika tingkat SMP Sekolah
Sahabat Alam Palangka Raya tanggal 15 Mei 2019. 163
Wawancara dengan Sangidun Guru Kelas 1 SD Sahabat Alam Palangka Raya tanggal
15 Mei 2019.
109
Adapun dokumen yang diperoleh penulis berupa rancangan
pembelajaran untuk siswa SD kelas 1 Sahabat Alam Palangka Raya
sebagai berikut:
Tabel.4.6
RENCANA PEMBELAJARAN164
Tema Semester Islam rahmantan lil alamin (Menjadi Islam yang
ramah dan santun)
B
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n
KEGIATAN:
a. Guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilakukan hari ini secara
klasikal
b. Guru membagi siswa dalam dua kelompok, pertama kelompok siswa yang
sudah mampu menulis dan kedua kelompok yang belum mampu menulis.
Pada setiap kelompok di bagi menjadi dua meja.
164
Dokumen Lesson Plan kelas 1 SD Sahabat Alam Semester II tahun Pelajaran 2018-
2019.
Nama Guru/Tanda
Tangan
: SNGN
Kelas/Semester/Tahun : 1/2/2018
Mata Pelajaran : a. Sains
b. B. Indonesia
c. Matematika
Materi : a. Mengenal benda padat dan cair
b. Menulis
c. Mengenal lambang bilangan dan penjumlahan
satuan
Media : a. Minyak goreng, sabun cair dan Air
b. Stik es krim
c. Kertas bergaris
Alokasi waktu : 09.55-11.40 WIB
Hari/Tanggal : Selasa 22 Maret 2019
Nama File & lokasi
file
: Tahun 2018-2019/KBM/Lessonplan/ LP_1_
220319
110
c. Guru meminta siswa menuliskan angka puluhan dan belasan dalam bentuk
angka sesuai dengan lemparan angka dadu yang muncul
d. Untuk siswa yang belum mampu menulis guru mengajarkan cara
penyebutan lambang bilangan dan menulis lambang bilangan puluhan dan
belasan.
e. Guru mengenalkan benda cair dan benda padat melalui percobaan.
- Guru menuangkan air pada piring, kemudian guru menuangkan lagi
minyak pada piring ke dua dan sabun cair pada piring ke tiga
- Guru meletakkan batu, stik es krim dan balok pada setiap piring Pada
kegiatan ini siswa diminta melihat perbedaan benda – benda tersebut.
- Kegitan berikutnya guru memindahkan benda-benda tersebut ke gelas
dan siswa diminta mengamati perbedaannya. Apakah benda padat bisa
mengikuti tempat, seperti halnya benda cair bisa mengikuti tempat
dimana diletakkannnya.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat penulis simpulkan
bahwa dalam menyusun perencanaan khususnya program dalam layanan
siswa berkebutuhan khusus, terutama program untuk siswa baru yang
mendapatkan pendampingan atau siswa lama yang mendapatkan
pendampingan berdasarkan hasil pemeriksaan lanjutan. Dalam
penyusunan program melibatkan beberapa elemen seperti koordinator
learning support center, guru kelas, guru bantu kelas, guru pendamping
serta orang tua wali murid yang bersangkutan.
Sedangkan untuk siswa berkebutuhan khusus yang tidak
mendapatkan pendampingan program pembelajaran disusun oleh guru
kelas dan bantu kelas secara mandiri dengan mengacu program
pembelajaran sebelumnya yang dimuat dalam rencana pembelajara atau
RPP.
111
c. Hasil perencanaan progam
Hasil perencanan program layanan siswa berkebutuhan yang
dilakukan oleh tim LSC, guru kelas, bantu kelas, guru pendamping serta
orang tua dituangkan dalam bentuk program pemebelajaran individual
(PPI) dimana PPI tersebut menjadi acuan dasar kegiatan di kelas dan
home program kegiatan pembelajaran yang dilakukan orang tua di
rumah.
Di sekolah Sahabat Alam, siswa dengan tingkat kesulitan
tertentu seperti anak autis yang membutuhkan guru pendamping khusus,
maka semua kegiatan atau program mengacu pada program yang sudah
disusun bersama tim LSC. Siswa tidak mengikuti kegiatan pembelajaran
di kelas. Semua kegiatan pembelajaran di pegang oleh guru pendamping
khusus. Guru kelas atau bidang study tidak menyiapkan materi khusus.
Sebagaimana wawancara dengan koordinator SDM Sekolah
Sahabat Alam menjelaskan bahwa:
Guru pendamping khusus mempunyai kewajiban dan tanggung
jawab kepada setiap anak dampingnya, seperti mendampingi
semua kegiatan baik kegiatan di kelas maupun di luar kelas,
menyusun materi atau kegiatan berdasarkan tingkat kebutuhan
anak dampingnya dan melakukan treatment berdasarkan saran
psikolog. Siswa dengan kesulitan yang lebih komplek tidak
mengikuti materi atau kurikulum kelas.165
Hal senada juga disampaikan ketika wawancara dengan guru
pendamping khusus anak autis kelas 9 yang menjelaskan bahwa:
165
Wawancara dengan Halimah Nur Amini Koordinator SDM Sahabat Alam Palangka
Raya tanggal 13 Mei 2019.
112
Untuk anak damping saya, lebih banyak mengikuti kegiatan
pembelajaran di luar kelas dengan beberapa kegiatan treatment
yang saya lakukan di ruang LSC, seperti kegiatan terapi motorik
halus dan kasar. Siswa damping saya hanya mengikuti kegiatan
kelas yang bentuknya seperti kegiatan assambly atau outing
kelas.166
Adapun dokumen yang diperoleh penulis berupa program
individual (PPI), Home Program, kegiatan harian dan buku penghubung
untuk anak-anak berkebutuhan khusus dengan kategori autis pada tingkat
sekolah menengah pertama (SMP). (Lihat lampiran 9, 10, 11 dan 12).
Dari analisis yang penulis lakukan berdasarkan hasil wawancara
dan dokumen yang penulis dapatkan, dapat penulis simpulkan bahwa
semua program yang disusun oleh pihak sekolah bersama dengan orang
tua terlihat mengendepankan pengembagan kemampuan individu siswa
baik dari segi kemandirian, keterampilan atau skill dan juga tidak
meninggalkan aspek ibadah yang menjadi poin penting yang harus
dikuasai oleh setiap anak. Materi yang disusun juga terlihat
menyesuaikan kebutuhan anak tidak memaksakan anak didik untuk
mengikuti kurikulum atau materi kelas.
166
Wawancara dengan Sigit Setyawan Guru Pendamping Khusus SMP Sahabat Alam
Palangka Raya tanggal 16 Mei 2019.
113
2. Pelaksanaan Program Tenaga Pendidik dalam Layanan Siswa
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
Berdasarkan Observasi penulis di lapangan, penulis mengamati
pelaksanaan program layanan anak berkebutuhan khusus di sekolah Sahabat
Alam Palangka Raya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Di dalam layanan anak berkebutuhan khusus, pihak sekolah
memberikan tanggung jawab dan kewenangan kepada koordinator Learning
Support Center (LSC). Tim LSC kemudian menyusun program pembelajaran
individual (PPI) dan home program untuk setiap anak berkebutuhan khusus
berdasarkan hasil pemeriksaan psikolog.
Program pembelajaran dalam bentuk PPI dilaksnakan di sekolah,
dikerjakan oleh guru bantu kelas atau guru pendamping serta guru kelas.
sedangkan home program merupakan program pembelajaran atau treatmen
ini dikerjakan oleh orang tua di rumah.
Berdasarkan wawancara dengan koordinator SDM Sekolah Sahabat
Alam Palangka Raya menjelaskan bahwa:
Untuk membantu guru-guru dalam layanan anak berkebutuhan
khusus yang ada di sekolah sahabat alam, pihak sekolah
memberikan tanggung jawab kepada koordinator LSC dalam
masalah layanan ABK, termasuk menyusun program-program
pembelajaran dan treatment. Selain menyusun program untuk guru-
guru, pihak LSC juga menyusun program pembelajaran untuk di
rumah yang dikerjakan oleh orang tua.167
Penyusunan program pembelajaran individual baik yang di
kerjakan di sekolah (PPI) maupun yang dikerjakan di rumah (home
167
Wawancara dengan Halimah Nur Amini Koordinator SDM Sekolah Sahabat Alam
Palangka Raya tanggal 14 Mei 2019.
114
program), memiliki fokus yang sama untuk membantu percepatan
perkembangan peserta didik sehingga pihak sekolah dan orang tua tetap bisa
bersenergi dalam melakukan treatment.
Adapun dalam pelaksanaan program untuk layanan anak-anak
berkebutuhan khusus dapat dibagi dalam beberapa kategori:
a. Waktu pelaksanaan program
Pelaksanaan program layanan anak berkebutuhan khusus di
sekolah Sahabat Alam dilaksanakan sesuai dengan jam belajar yang ada
di sekolah Sahabat Alam. Masing-masing peserta didik mendapatkan
treatment sesuai dengan program pembelajaran individual masing-
masing. Treatment dilakukan oleh guru pendamping apabila memiliki
guru pendamping khusus, apabila tidak , maka treatment akan dilakukan
oleh guru bantu kelas. Sebagaimana wawancara dengan Kepala Sekolah
Sahabat Alam yang menjelaskan bahwa:
Treatment untuk anak-anak berkebutuhan khusus mengikuti
jadwal pembelajaran aktif sekolah. Biasanya guru pendamping
khusus melakukan treatmen sesuai dengan jadwal yang sudah
mereka susun sendiri yang berkoordinasi dengan tim LSC dan
guru kelas maising-masing atau guru mata pelajaran pada
tingkat SMP.168
Hal yang senada juga disampaikan oleh Koordinator LSC
sebagai penanggung jawab layanan anak berkebutuhan khusus yang ada
di sekolah Sahabat Alam menjelaskan bahwa:
Jadwal treatment anak berkebutuhan khusus secara umum
mengikuti jadwal pembelajaran di kelas. Ini dilakukan agar
168
Wawancara dengan Rizqi Tajuddin Kepala Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
tanggal 16 Mei 2019.
115
memudahkan koordinasi kegiatan antara guru bantu kelas dan
guru kelas dalam pengkodisian siswa, karena biasanya treatmen
dilakukan satu guru satu anak. Treatment bisa dilakukan
bersamaan apabila masalah yang dihadapi anak sama dan
layanan yang ingin dilakukan juga sama, seperti bermain bulu
tangkis untuk melatih motorik dan fokus anak-anak dengan
ganguan motorik dan konsentrasi.169
Adapun dokumen kegiatan kelas dalam satu pekan yang
diperoleh penulis dalam bentuk news letter (jadwal pembelejaran harian
kelas) sebagai berikut:
Tabel 4.7.170
JADWAL KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Jam Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
06.30-07.00 Penyambutan Penyambutan Penyambutan Penyambutan Penyambutan
07.00-08.15 Kegiatan Pagi Kegiatan Pagi Kegiatan Pagi Kegiatan Pagi Kegiatan Pagi
08.15-08.30 Snack Time Snack Time Snack Time Snack Time Snack Time
08.30-08.45 Ikrar dan Doa Ikrar dan Doa Ikrar dan Doa Ikrar dan Doa Ikrar dan Doa
08.45-09.20 Olah Raga Tahfidz
Perpus Blocking Time
(Belajar)
Assambly
09.20-09.55
Blocking Time
(Belajar)
Pulang
09.55-10.30 Blocking Time
(Belajar)
Blocking Time
(Belajar) 10.30-11.05 Tahfidz
11.05-11.40
11.40-11.50 Penutup Penutup Penutup Penutup
11.50-12.20 Shalat Shalat Shalat Shalat
12.20-12.50 Makan Siang Makan Siang Makan Siang Makan Siang
12.50-13.00 Pulang Pulang Pulang Pulang
Berdasarkan keterangan dari guru kelas 4171
menjelaskan bahwa:
dalam penyusunan jadwal treatment ABK yang ada di kelas, guru bantu
atau guru pendamping khusus menyesuaikan jadwal pembelajaran yang
169
Wawancara dengan Bayu Setyo Asih Dwi Putri Koordinator Learning Support Center
Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya tanggal 14 Mei 2019. 170
Dokumen Sekolah Sahabat Alam Kelas 1 Sekolah Dasar Tahun Pelajaran 2018-2019. 171
Wawancara dengan guru SD kelas 4 Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya tanggal 13
Mei 2019.
116
di muat dalam news letter kelas, karena ada beberapa mata pelajaran
yang mengharuskan anak berkebutuhan khusus (ABK) tetap terlibat,
seperti kegiatan olah raga, tahfidz dan kunjugan perpustakaan serta
kegiatan outing kelas.
Adapun contoh jadwal pembelajaran untuk anak dengan
pendampingan penuh di sekolah sahabat alam sebagai berikut:
Tabel 4.8.
JADWAL PELAKSANAAN PPI172
Jam Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
07.00-07.45
Berenang Olah Raga
Kegiatan Pagi Kegiatan Pagi Kegiatan Pagi Kegiatan Pagi
07.00-08.10 - Back Up diatas bola
- Peregangan menggunakan tali
- Mengganti kertas hari dan tanggal di kelas
- Berenang - Push Up - Sit Up sambil
melempar bola - Duduk kaki
lurus dan menggelindingkan bola
- Mengganti kertas hari dan tanggal di kelas
- Duduk jongkok
- Melempar bola
- Memanjat - Mengganti
kertas hari dan tanggal di kelas
- Mengganti
kertas hari dan tanggal di kelas
- Bermain Bebas
08.15-08.45 Snack time, Ikrar dan
Do’a
Snack time, Ikrar dan Do’a
Snack time, Ikrar dan Do’a
Snack time, Ikrar dan Do’a
Snack time, Ikrar dan Do’a
08.45-09.20
Tahfidz
Motorik Halus Bermain
Playdough, jepitan, Koran
bekas Tahfidz
Matematika (Penjumlahan
dan Pengurangan)
(Jam 08.30-10.30)
- Proyek di kelas
- Remedi
09.20-09.55 Kunjungan
Perpustakaan Body
Localization
09.55-10.30 Matematika (Hari,
Tanggal dan Bulan)
Matematika (Hari, Tanggal
dan Bulan)
Matematika (Hari, Tanggal
dan Bulan)
Menceritakan gambar
172
Dokumen Learning Support Center Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya tahun
2018/2019.
117
10.30-11.05 Bahasa Indonesia (Membaca
dan menulis kata yang terdapat
huruf g dan j)
Bahasa Indonesia (Membaca
huruf konsonan-
vokal-konsonan)
Bahasa Indonesia (Membaca huruf konsonan-vokal-
konsonan)
Bahasa Indonesia (Membaca dan huruf konsonan-
vokal-konsonan)
11.05- 11.25 Toilet Training
Instruksi 3 Tahap
Toilet Training Bahasa Arab
11.25- 12.30 Ishoma Ishoma Ishoma Ishoma
12.30- 13.00 Persiapan Pulang
Persiapan Pulang
Persiapan Pulang Persiapan Pulang
13.00-14.00 Tarung Drajat Pramuka Memanah
Dari penjelasan wawancara tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa jadwal treatment untuk anak berkebutuhan khusus yang ada di
sekolah Sahabat Alam. Khususnya anak-anak yang mengalami kesulitan
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran klasikal di kelas, maka waktu
treatment menyesuaikan waktu pembelajaran di kelas, yaitu ketika
blocking time sesuai jadwal pembelajaran di atas. Ada beberapa mata
pelajaran yang tetap diikuti oleh anak berkebutuhan khusus, guna
memenuhi kebutuhannya seperti kegiatan olah raga, tahfidz, kunjungan
perpus serta outing kelas.
Untuk anak-anak berkebutuhan khusus dengan kesulitan tertentu
seperti autis, terkadang guru pendamping khusus mengikutkan anak
dampingnya untuk mengikuti kegiatan tersebut seperti olah raga,
kunjugan perpus atau outing kelas, namun tetap dalam pendampingan
penuh. Untuk tahfidz, guru pendamping langsung yang mengajarkannya
termasuk kegiatan pembelajaran lainnya.
118
Berdasarkan Observasi penulis di lokasi penelitian, penulis
menemukan anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapatkan
pendampingan secara khusus atau tidak menggunakan guru pendamping
khusus, lebih banyak mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.
Pembelajaran di bantu oleh guru bantu kelas dengan model pembelajaran
membentuk kelompok kecil.
b. Tenaga pendidik yang terlibat dalam pelaksanaan program
Di sekolah Sahabat Alam Palangka Raya berdasarkan observasi,
penulis melihat dalam layanan siswa berkebutuhan khusus ada beberapa
kategori guru dalam masalah pendampingan siswa; pertama, guru
pendamping penuh 1 guru untuk 1 anak berkebutuhan khusus. Kedua,
guru pendamping tidak penuh 1 guru untuk 2 – 3 orang anak
berkebutuhan khusus. Ketiga, guru bantu kelas mendampingi anak-anak
yang sudah tidak mendapatkan pendampingan khusus. (Lihat lampiran
18 surat perjanjian bersama orang tua).
Berikut penulis uraikan pengertian guru pendamping penuh,
tidak penuh dan guru bantu kelas berserta tanggung jawabnya dalam
layanan anak berkebutuhan khusus di sekolah Sahabat Alam Palangka
Raya sebagai berikut:
1) Guru pendamping penuh, 1 guru untuk 1 orang anak berkebutuhan
khusus
Berdasarkan observasi penulis di lokasi penelitian, penulis
melihat bahwa pendampingan penuh dilakukan untuk anak-anak
119
dengan kesulitan tertentu seperti anak Autis. Untuk anak dengan
gangguang ringan maka tidak mendapatkan pendampingan penuh
sebagaimana wawancara dengan kepala sekolah Sahabat Alam
Palangla Raya yang menjelaskan bahwa:
Pendampingan penuh dilakukan untuk beberapa jenis anak
berkebutuhan khusus seperti Autis, mentally retarded, slow
leaner, borderline, kesulitan belajar atau ganguan lainya.
Sesuai dengan rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang di
lakukan baik tes kematangan siswa di awal penerimaan
untuk SD dan sikotes untuk siswa SMP, atau tes lanjutan
ketika proses pembelajaran sudah berlangsung.173
Hal senada juga disampaikan oleh koordinato LSC yang
menyebutkan bahwa:
Pendampingan penuh dilakukan untuk beberapa siswa yang
mengalami kesulitan yang lebih komplek dan secara
kemampuan ia mengalami kesulitan untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas sehingga membutuhkan
guru pendamping untuk membantu kegiatan
pembelajarannya secara penuh.174
Dari penjelasan wawancara tersebut dapat disimpulkan
bahwa; pertama, guru pendampingan penuh 1 guru untuk 1 orang
siswa berkebutuhan khusus dilakukan untuk siswa yang mengalami
kesulitan seperti anak dengan kategori autis. Kedua, anak dengan
kesulitan tertentu yang membuat dirinya kesulitan untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas sehingga membutuhkan guru
pendamping dan juga berdasarkan hasil observasi ketika
pemeriksaan TKS, sikotes dan tes lanjutan sesuai saran psikolog.
173
Wawancara dengan Rizqi Tajuddin Kepala Sekolah Sahabat Alam Palangka raya
tanggal 13 Mei 2019. 174
wawancara dengan Bayu setyo Asih Koordinator LSC Sekolah Sahabat Alam
Palangka Raya tanggal 14 Mei 2019.
120
Dalam menentukan guru pendamping pihak sekolah
melakukan proses seleksi calon dengan cara mengikuti beberapa
tahapan tes. Tahapan pertama, tes yang dilakukan psikolog, apabila
lolos lanjut tahap kedua, tahapan wawancara dan perjanjian atau
penandatangan kesepakatan. Sebagaimana penjelasan yang
disampaikan oleh Koordinator Tatah Usaha yang menyampaikan
bahwa:
Rekrutmen guru di sekolah sahabat alam baik guru kelas,
guru bidang study maupun guru damping atau guru bantu.
Ada beberapa tahapan seleksi yang dilakukan sekolah
pertama seleksi yang dilakukan psikolog (tes menggambar,
menyusun balok) dilanjutkan dengan wawancara dan
perjanjian kesepakatan apabila sudah diterima.175
Guru damping khusus yang mendampingi 1 anak, berperan
sebagai mentor yang membantu dan mengarahkan anak
dampingnya dalam melaksanakan beberapa tugasnya. Guru
damping memiliki tanggung jawab penuh dalam penaganan anak
dampingnya mulai dari penyusunan program individual dan
pelaksanaan program atau treatment sebagaimana dijelaskan di
atas.
Pendampingan untuk anak berkebutuhan khusus dengan
kategori autis yang ada di SMP. Dimulai dari kegiatan pagi yaitu
pukul 07.00 sampai pulang yaitu pukul 14.00 WIB. (Lihat lampiran
175
Wawancara dengan Rani Fajar Koordinator Tata Usaha Sahabat Alam Palangka Raya
tanggal 11 Mei 2019.
121
14 jadual pembelajaran harian untuk siswa SMP Sekolah Sahabat
Alam)
Anak autis dengan pendampingan penuh yang ada di SMP
Sahabat Alam mengikuti kegiatan pagi secara mandiri dengan tetap
dalam pengawasan guru pendamping. Beberapa kegiatan pagi yang
diikuti seperti fonik, jurnal, salat duha, tahsin dan tahfiz.176
Untuk kegiatan pagi berdasarkan obsevasi penulis di lokasi
penelitian, penulis melihat guru pendamping hanya mengarahkan
anak dampingnya dari kejauhan untuk mendatangi satu persatu
guru kegiatan pagi yang ada pada setiap kelas.
Pada pembelajaran kelas guru damping sering mengajak
anak dampingnya keluar kelas untuk melakukan treatment baik
yang dilakukan langsung di ruang LSC atau lapangan terbuka.
Sebagaimana wawancara dengan guru pendamping khusus anak
autis yang menjelaskan bahwa:
Saya terkadang harus membawa anak damping saya keluar
kelas ketika kegiatan pembelajaran, karena anak damping
saya mudah bosan kalau harus bertahan di kelas. Saya
terkadang mengajaknya bermain di LSC seperti bermain
puzzel atau bermain sepeda di lapangan untuk melatih
motorik dan keseimbangannya.177
Hal senada juga disampaikan oleh guru bidang study
Bahasa Inggris yang menjelaskan bahwa:
176
Fonik adalah model pembelajaran yang digunakan oleh sekolah Sahabat Alam dalam
pembelajaran bahasa indonesia. (menulis, membaca, bercerita dan lain-lain). Jurnal, yaitu kegiatan
ekpresi, pada kegiatan ini guru eksplor tentang perasaan anak di pagi hari. tahsin: kegiaatan
perbaikan bacaan dan tahfidz kegiatan hafalan quran. 177
Wawancara dengan Sigit Setyawan Guru Pendamping khusus Sekolah Sahabat Alam
Palangka Raya tanggal 10 Mei 2019.
122
Anak berkebutuhan khusus yang ada di kelas, seperti anak
autis. Anak tersebut lebih banyak mengikuti kegiatan
treatment di luar kelas. Saya tidak memberikan materi yang
sesuai dengan materi yang ada di kelas. Saya mengizinkan
kepada guru dampingnya untuk mengajaknya keluar kelas
ketika anak tersebut sudah terlihat mulai bosan berada di
kelas.178
Berikut beberapa dokumentasi foto kegiatan yang
dilaksanakan oleh guru pendamping khusus ketika kegiatan pagi,
dan ketika pembelajaran kelas.
Gambar 4.1 Kegiatan Shalat Dhuha yang dilakukan secara mandiri
oleh anak dengan pendampingan khusus.179
Gambar 4.2 Berlajar life skill (berjualan kue)
180
178
Wawancara dengan Annisa Guru Bahasa Inggris SMP Sahabat Alam Palangka Raya
tanggal 10 Mei 2019. 179
Dokumentasi Kegiatan Pagi Shalat Dhuha yang dilakuan secara mandiri oleh anak
dengan pendampingan khusus di Musola Sekolah Sahabat Alam.
123
Gambar 4.2 Bermain Puzzle di Ruangan LSC181
Berdasarkan keterangan dari wawancara dan observasi
dapat disimpulkan, bahwa dalam penagangan anak berkebutuhan
khusus dengan kategori anak autis, maka treatment dilakukan oleh
guru pendampingnya. Treatment dapat dilakukan di dalam ruangan
tertutup atau di lapangan terbuka sesuai dengan kebutuhan atau
programnya yang tercamtum dalam program pembelajaran
individual (PPI). Guru bidang study tidak terlibat langsung dalam
layanan anak berkebutuhan khsusus, baik penyunan materi atau
lain sebagainya. Guru bidang study juga tidak menyiapkan materi
khusus ketika kegiatan pembelajaran di kelas. Materi dan kegiatan
lebih banyak dilakukan oleh guru pendamping.
180
Dokumentasi kegiatan Berjualan yang di Lakukan ketika selesai kegiatan pagi yang
dilaksanak di sekolah sahabat Alam Palangka Raya. 181
Dokumentasi Kegiatan Bermain Puzzle (melatih koordinasi bentuk dan warna) Untuk
Anak dengan Pendampingan Khusus di Ruangan LSC.
124
2) Guru pendamping tidak penuh, 1 guru untuk 2-3 orang anak
berkebutuhan khusus
Model pendampingan seperti ini diterapkan untuk anak-
anak berkebutuhan khusus yang dianggap sudah mulai mampu
untuk melakukan atau mengikuti kegiatan secara mandiri. Biasanya
mulai diterapkan di kelas 3. Siswa yang mendapatkan
pendampingan seperti ini sebelumnya adalah siswa dengan
pendampingan penuh 1 guru 1 orang anak dengan kategori
slowleaner, kesulitan belajar, ADD atau ADHD. Terkadang
pendampingan seperti ini juga bisa langsung diterapkan di kelas 1,
ketika tim LSC berdasarkan saran dari psikolog menganjurkan
pendampingan 1 guru untuk 2-3 anak dengan jenis ABK tertentu.
Berdasarkan wawancara dengan koordinator Learning
Support Center (LSC) yang menjelaskan bahwa;
Penerapan pendampingan 1 guru untuk 2-3 orang anak
berkebutuhan khusus, diterapkan berdasarkan hasil
observasi program yang sudah dijalankan selama ini yaitu
di kelas 1-2. Apabila hasil dan kemampuan siswa sudah
meningkat dan dianggap mampu untuk bekerja secara
mandiri, maka pendampingan penuh mulai di lepas dalam
bahasa lain mulai dilakukan penyapihan. Namun untuk
beberapa ABK tertentu juga bisa langsung diterapkan model
pendampingan seperti ini bedasarkan saran dari psikolog
ketika siswa mengikuti tes awal masuk sekolah.182
Guru pendamping khusus yang mendapingi 2-3 anak
berkebutuhan khusus mempunyai tanggung untuk membantu
182
Wawancara dengan Bayu Setyo Asih Dwi Putri Koordinato LSC Sekolah Sahabat
Alam Palangka Raya tanggal 13 Mei 2019.
125
mengarahkan anak dampingnya ketika mengikuti kegiatan klasikal
di kelas. Guru pendamping menjelaskan secara individual kepada
anak dampingnya ketika ada anak dampingnya yang kesulitan
memahi instruksi yang disampaikan oleh guru kelas.
Sebagaimana wawancara dengan guru kelas 4 yang
menjelaskan bahwa; guru pendamping khusus yang ada di kelas
berperan membantu guru kelas dalam hal menjelaskan kembali
kepada anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan
dalam memahami instruksi secara klasikal atau kesulitan dalam
menyelesaikan worksheet yang guru berikan.183
Guru pendamping khusus dengan model seperti ini ketika
melakukan treatment di LSC. Guru hanya membawa satu anak
dampingnya, anak damping yang lain diberikan tugas atau
worksheet yang dikerjakan di kelas, tanggung jawabnya diserahkan
sementara kepada guru bantu kelas untuk membantu atau
mengarahkan ketika anak-anak tersebut mengalami kesulitan.
Bedasarkan observasi penulis di lokasi penelitian, penulis
melihat sejak pertengahan semester II model pendampingan seperti
ini tidak lagi dilaksanakan, dikarenakan banyaknya guru
pedamping yang mengundurkan diri dari Sahabat Alam untuk
mengikuti peneriman CPNS (calon pegawai negeri sipil) pada akhir
tahun 2018.
183
Wawanacara dengan Akhdiyah Nur Fiqyana Guru kelas 4 SD Sahabat Alam Palangka
Raya tanggal 17 Mei 2019.
126
Sebagaimana penjelasan koordinator SDM Sekolah Sahabat
Alam yang menjelaskan bahwa:
Saat ini sekolah sahabat Alam sedang kekurangan guru
pendamping khusus. Sejak dibukanya awal semester II,
belum ada pendaftar yang berminat menjadi guru
pendamping ABK. Siswa berkebutuhan khusus yang
seharusnya mendapatkan pendampingan penuh, sementara
tanggung jawabnya diserahkan kepada guru bantu kelas dan
guru kelas.184
Adapun keterangan dari wawancara dengan guru kelas 3 SD
Sahabat Alam menjelaskan bahwa:
Untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang ada di kelas,
sementara ini, kami tidak ada melakukan treatment khusus.
kami menyarankan kepada orang tua untuk melakukan
treatment mandiri baik dengan tenaga ahli atau dikerjakan
sendiri. Untuk terapi sensori integrasi (SI) kami
menyarankan langsung kepada tenaga ahli sedangkan untuk
terapi motorik bisa dilakuan mandiri dengan mengajak anak
latihan berenang, bermain sepeda atau lempar tangkap bola
atau kegiatan lain.185
Guru bantu kelas 3 SD Sahabat Alam dalam wawancara
dengan penulis menambahkan keterangan guru kelas 3 bahwa:
Materi pembelajaran untuk anak berkebutuhan yang ada di kelas,
sementara ini mengikuti materi yang ada, hanya saja grade atau
tingkatan materi yang kami turunkan. 186
Dalam pelaksanaan terapi atau treatment pihak sekolah
mewajibkan kepada orang tua untuk membawa daftar hadir yang
sudah disiapkan dari sekolah sebagai bentuk kontrol sekolah, bahwa
184
Wawancara dengan Halimah Nur Amini Koordinator SDM Sekolah Sahabat Alam
Palangka Raya tanggal 13 Mei 2019. 185
Wawancara dengan Dian Hidayat Guru kelas 3 SD Sahabat Alam Palangka Raya
tanggal 11 Mei 2019. 186
Wawancara dengan Heny Hasanah Guru kelas 3............tanggal 11 Mei 2019
127
orang tua mengikuti saran yang disampaikan pihak sekolah dalam
rangka membantu perkembangan kemampuan anak.
Tabel 4. 9
CONTOH DAFTAR HADIR TERAPI187
ABSENSI KEHADIRAN TERAPIS
NAMA : …………………………
KELAS :………………………….
JENIS TERAPI :………………………….
NO. Hari/Tanggal Keterangan
Paraf Terapis
dan Stempel
Instansi
1
2
3
Berdasarkan keterangan dari hasil wawancara di atas dapat
disimpulkan bahwa untuk semester II tahun Ajaran 2018/2019
sekolah Sahabat Alam tidak menerapkan model pendampingan
seperti ini dikarenakan kekurangan jumlah guru dalam layanan
anak berkebutuhan khusus. Tanggung jawab layanan anak
berkebutuhan khusus diserahkan kepada guru kelas dan guru bantu
kelas serta tim LSC.
Materi pembelajaran untuk anak-anak berkebutuhan
khusus disesuaikan dengan kemampuan siswa. Guru kelas maupun
guru bantu kelas tidak melakukan treatment khusus di sekolah.
Treatmen dan terapi diserahkan kepada orang tua untuk dikerjakan
187
Dokumentasi LSC (Absensi Kehadiran Terapi Sensori Integrasi (SI) yang
Dilaksanakan di Luar Sekolah Untuk Anak ABK).
128
secara mandiri. Untuk terapi seperti sensori integrasi dilakukan
bersama tenaga ahli. Sedangkan latihan lain untuk meningkatkan
kemampuan motorik anak dapat dilakukan secara mandiri di rumah
seperti latihan berenang, bersepeda, bermain bola dan lain
sebagainya.
3) Guru bantu kelas dan guru kelas
Di sekolah Sahabat Alam setiap kelas memiliki dua guru, 1
guru kelas dan 1 guru bantu kelas. Guru kelas yang bertanggung
jawab secara penuh terhadap semua siswa dan kegiatan
pembelajaran yang ada di kelas. Guru bantu kelas bertanggung
jawab membantu beberapa siswa yang kesulitan di kelas.
Sebagaimana wawancara dengan Kepala Sekolah Sahabat Alam
Palangka Raya yang menjelaskan bahwa:
Sekolah Sahabat Alam sebagai salah satu sekolah inklusi,
keberadaan dua guru dalam satu kelas adalah sebagai salah
bentuk memaksimalkan dalam layanan anak di kelas. Guru
kelas dan guru bantu secara kedudukan mempunyai
kedudukan yang sama, hanya saja tanggung jawabnya yang
berbeda. Pada intinya guru kelas dan guru bantu kelas
besenergi dalam memaksimalkan pembelajaran di kelas
baik pada tingkat SD maupun SMP.188
Guru kelas dan guru bantu kelas secara bersama-sama
menyusun materi pembelajaran di kelas. Guru bantu kelas
membantu menyiapkan worksheet untuk anak-anak berkebutuhan
khusus yang sudah tidak mendapatkan pendampingan. Sedangkan
188
Wawanacara dengan Rizqi Tajuddin Kepala Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
tanggal 14 Mei 2019.
129
guru kelas menyiapkan worksheet untuk anak-anak lain dengan
materi atau grade yang berbeda.
Penyusunan materi dilakukan ketika rapat pembelajaran
pekanan yaitu dilakukan pada setiap hari rabu, baik untuk guru-
guru SD atau guru SMP. Penyusunan materi pembelajaran
dipimpin oleh koordinator guru dan beberapa guru senior dan
koordinator LSC.
3. Evaluasi Program Tenaga Pendidik dalam Layanan Siswa
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
Proses evaluasi atau pengendalian yang dilakukan oleh sekolah
Sahabat Alam adalah dalam rangka untuk mengukur atau menilai sejauh
mana program yang sudah direncanakan dapat berjalan secara maksimal
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Berikut penulis sajikan beberapa bentuk evaluasi atau pengendalian
yang dilakukan oleh sekolah sahabat alam dalam perencanaan dan
Gambar 4.4 Worksheet untuk anak berkebutuhan khusus kelas 2
130
pelaksanaan program tenaga pendidik dalam layanan anak berkebutuhan
khusus (ABK). Adapun beberapa data hasil penelitian yang dapat penulis
uraikan sebagai berikut:
a. Waktu pelaksanaan evaluasi
Dalam pengelolaan suatu lembaga, maka diperlukan evaluasi
yang dilaksanakan secara berkala untuk memantau pelaksanaan
program, apakah sudah sesuai dengan perencaan dan target yang sudah
ditentukan atau yang lainnya.
Berdasarkan wawancara dengan Koordinator SDM menjelaskan
bahwa:
Dalam pelaksanaan evaluasi sekolah sahabat alam memiliki dua
bentuk evaluasi. Pertama evaluasi pekanan. Evaluasi pekananan
dilakukan setiap hari selasa dan Rabu yang disebut dengan
evaluasi pembelajaran yaitu; Hari selasa dikhususkan untuk
evaluasi program kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru bantu dan guru damping siswa yang dipimpin oleh
koordinator learning support center. Sedangkan hari rabu diikuti
oleh semua guru yang terbagi dalam tiga kelompok. Kelompok
satu kelas rendah PAUD-Kelas 2, kelompok kedua Kelas 3-6
dan kelompok ketiga guru-guru SMP. Kedua evaluasi program
satu semester yang dilaksanakan ketika Rapat Kerja guru pada
setiap akhir semester.189
Hal senada juga ditambahkan oleh guru bidang studi matematika
kelas 7 bahwa:
Kami para guru kelas dan para guru bidang studi setiap hari rabu
melakuan rapat pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Rapat
pembelajaran dimulai pukul 13.30 dan berakhir pukul 15.00 atau
ketika terdengar suara adzan asar yang dipimpin oleh koordinator
guru. Sedangkan untuk evaluasi yang sifatnya menyeluruh
189
Wawanacara dengan Halimah Nur Amini Koordinator SDM Sekolah Sahabat Alam
Palangka Raya Tanggal 13 Mei 2019.
131
dilakukan ketika RAKER akhir semester selama dua pekan yang
dipimpin oleh Kepala Sekolah.190
Berdasarkan wawancara dengan koordinator SDM dan guru
bidang studi SMP dapat penulis simpulkan bahwa evaluasi yang
dilaksanakan di sekolah sahabat alam terbagi dalam dua jenjang.
Pertama, evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan setiap satu pekan.
Hari selasa untuk tim learning suppor center dan hari rabu untuk semua
guru kelas dan guru bidang studi mulai dari tingkat PAUD hingga SMP
yang dipimpin oleh koordinator guru sesuai level masing-masing.
Sedangkan untuk evaluasi keseluruhan program sekolah dilaksanakan
ketika rapat kerja guru yang diadakan setiap akhir semester selama dua
pekan.
b. Bentuk evaluasi
Evaluasi dalam sebuah manajemen sangat diperlukan untuk
melihat pencapaian hasil dan sebagai bahan pertimbangan untuk
merencanakan program selanjutnya. Evaluasi yang dilakukan sekolah
sahabat alam dalam program layanan anak berkebutuhan khusus.
Berdasarkan wawancara dengan koordinator SDM menjelaskan bahwa:
Sekolah membuat jadwal khusus bagi para guru-guru untuk
melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran. Pada rapat
pembelajaran itu semua guru menyampaikan hasil kegiatan
selama satu pekan yang sudah mereka laksanakan termasuk
kendala-kendala yang mereka hadapi di kelas. Rapat
pembelajaran diikuti oleh semua guru termasuk guru bantu dan
guru damping siswa. Khusus untuk guru damping siswa dan
guru bantu, selain melakukan evaluasi pada rapat pembelajaran
190
Wawanacara dengan Herlina Guru Matematik SMP Sahabat Alam Palangka Raya 10
Mei 2019.
132
mereka juga melakukan evaluasi program yang sudah mereka
laksanakan sesuai dengan hasil PPI. Dari rapat evaluasi ini akan
diketahui program mana yang sudah berjalan dan program mana
yang tidak berjalan dan harus dilakukan penyusunan kegiatan
ulang atau perencanaan kegiatan ulang.191
Hal yang senada juga disampaikan oleh koordinator learning
support center ketika penulis melakukan wawancara dengan beliau
yang menjelaskan bahwa:
Evaluasi program untuk anak-anak berkebutuhan khusus,
melibatkan semua guru pendamping dan guru bantu. semua guru
menyampaikan program yang sudah dilaksanakan berdasarkan
hasil penyusunan PPI. Sedangkan untuk home program yang
dikerjakan orang tua evaluasi hanya dalam bentuk pengecekan
data lembar kegiatan yang sudah dikerjakan orang tua.
pengecekan dilakukan oleh guru pendamping.192
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat penulis simpulkan
bahwa dalam evaluasi program layanan anak berkebutuhan khusus,
sekolah sahabat alam membuat jadwal tersendiri atau terpisah dengan
jadwal rapat pembelajaran kelas. Poin-poin yang dievaluasi mengacu
kegiatan pada program pembelajaran individu (PPI) yang telah disusun
bersama orang tua.
Untuk melihat tercapai atau tidak tercapainya program
pembelajaran individu atau home program anak berkebutuhan khusus
dalam satu semester, dapat dilihat ketika guru membuat laporan
perkembangan siswa secara keseluruhan dalam bentuk rapot deskripsi
yang dibagikan kepada orang tua setiap akhir semester.
191
Wawancara dengan Halimah Nur Amini Koordinator SDM Sekolah Sahabat Alam
Palangka Raya tanggal 10 Mei 209. 192
Wawancara dengan Bayu Setyo Asih Dwi Putri Koordinator LSC Sekolah Sahabat
Alam Palangka Raya tanggal 14 Mei Tahun 2019.
133
Berdasarkan wawancara dengan koordinator LSC menjelaskan
bahwa:
Anak berkebutuhan khusus yang mendapatkan pendampingan,
baik pendampingan penuh maupun pendampingan tidak penuh.
mendapatkan rapot perkembangan yang disusun oleh guru
pendamping dalam bentuk deskripsi. Semua indikator mengacu
pada program yang ada dalam PPI.
Dalam pengambilan rapot siswa, pihak sekolah mewajibkan
kedua orang tua hadir. Sebagaimana wawancara dengan Koordinator
SDM menjelaskan bahwa:
Pihak sekolah sudah membuat kesepakatan bersama orang tua.
salah satunya bahwa untuk pengambilan rapot harus di ambil
oleh kedua orang tua ayah dan ibu. khusus untuk siswa
berkebutuhan khusus pengambilan rapot tidak hanya dengan
guru kelas, tetapi ada juga pengambilan rapot dengan tim LSC.
namun biasanya, pengambilan rapot kelas dan rapot LSC
dijadikan satu waktu dengan durasi pengambilan (konsultasi
hasil rapot) 15 menit. 193
Berikut penulis tampilkan sebagian halaman bentuk rapot siswa
berkebutuhan khusus yang ada di sekolah sahabat alam Palangka Raya.
(Untuk lebih jelas lihat lampiran 15)
Tabel. 4.10
TABEL KETERAGAN KETUNTASAN SISWA194
KETERANGAN KATEGORI LAPORAN LSC
Belum bisa, bantuan penuh dan diarahkan.
Bisa, bantuan setengah, cukup diarahkan dan diingatkan.
Bisa, belum konsisten dan berhasil 60%-80%.
Bisa, konsisten, mandiri dan keberhasilan lebih dari 80%.
193
Ibid. 194
Dokumen Sekolah Sahabat Alam Bagian Learning Support Center Tahun Pelajaran
2018-2019.
134
Tabel.4.11
CONTOH RAPOT SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DENGAN
PENDAMPINGAN PENUH195
Nama Siswa : …….. Kelas : 8 (delapan), semester I Nama GPK : Sgt
Keterampilan Pencapaian Deskripsi
Motorik Kasar
1. PUSH -UP dengan posisi kedua tangan menyentuh lantai, punggung dan pantat sama rata tidak menyentuh lantai, kemudian lutut tidak menyentuh lantai. Di lakukan sebanyak 3 set, setiap 1 set ada 12 kali hitungan (dengan bantuan).
Haekal mampu push-up,
dengan target 3 set dan setiap 1 set ada 12 kali gerakan. Pada saat melakukan push-up gerakanya benar terlihat dari posisi punggung, pantat sama rata, kemudian posisi dada, perut, lutut dan pahanya tidak menyentuh lantai pada saat melakukan gerakan seperti menekuk kedua sikunya. (dengan arahan).
2. Monkeybar/bergelantung, dengan kedua tangan memegang besi, lalu menarik kuat sampai posisi kepala melewati besi yang di pegang sampai melewati dagu. (Dengan bantua).
Haekal mampu melakukan
mangkeybar/bergelantung dengan bantuan guru sebanyak 3 kali. Haekal sudah mandiri dalam melakukan posisi star untuk memulai maonkeybar. Ketika guru menginstruksikan “Haekal mulai” spontan merespon dengan menggerakan kedua tangannya seperti menarik dan sikunya terlihat sedikit menekuk sedang untuk mencapai target mangkeybar sampai posisi dagu melewati besi yang menjadi pegangannya masih di perlukan bantuan dari guru.
195
Ibid.
135
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumen yang ada, dapat
penulis simpulkan bahwa sekolah melakukan evaluasi kegiatan
pembelajaran selama satu semester untuk anak berekbutuhan khusus,
semuanya pengacu pada hasil penyusunan PPI dan home program.
semua bentuk hasil evaluasi kegiatan satu semester dituangkan dalam
bentuk rapot deskripsi yang format dan bentuknya disusun oleh tim
LSC.
Rapot yang dikeluarkan oleh LSC disusun oleh guru
pendamping. Setiap guru membuat satu rapot, untuk setiap satu anak
dampingnya. Berdasarkan keterangan dari hasil wawancara,
menjelaskan bahwa pengambilan rapot harus dilakukan oleh kedua
orang tua, agar guru dapat informasi yang lebih lengkap tentang
perkembangan anak di rumah. Sehingga guru dan orang tua dapat
bersinergi dalam melakukan treatment perekembangan anak.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan observasi, wawancara dan studi dokumen yang
dilakukan dilokasi penelitian tentang manajemen tenaga pendidik dalam
layanan siswa berkebutuhan khusus. Penulis melakukan analisis data-data
tersebut, mengingat bahwa data-data yang terkumpul bersifat fenomenologis
kependidikan yang tidak dapat diuraikan dengan angka karena bersifat
kualitatif, maka dalam menganalisa data digunakan data deskriptif yang
136
dideskripsikan dan dikomparasikan dengan konsep teori manajemen
pendidikan yang ditemukan dalam studi kepustakaan.
Penulis menganalisis hasil penelitian sesuai data dan realita di
lapangan. Penulis melakukan analisis dalam penelitian ini meliputi:
Manajemen tenaga pendidik dalam layanan anak berkebutuhan khusus yang
mencakup; perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian secara lebih jelas
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Perencanaan Program Tenaga Pendidik dalam Layanan Siswa
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Sahabat Alam
a. Proses Perencanaan Program
Berdasarkan data yang dikumpulkan dari hasil observasi,
wawancara dan studi dokumen yang dilakukan dilokasi penelitian
penulis menemukan bahwa apa yang dilakukan sekolah Sahabat Alam
dalam menyusun perencanaan program tenaga pendidik dalam
penangan siswa berkebutuhan khusus bertujuan untuk mempermudah
pelaksanaan program sehingga apa yang menjadi tujuan bisa tercapai
sesuai dengan target yang ingin dicapai.
Perencanaan program tenaga pendidik dalam layanan anak
berkebutuhan khusus yang dilakukan sekolah sahabat alam, mengacu
pada unsur-unsur seperti yang disebutkan oleh Husaini Usman; 1)
Sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya, 2) Adanya proses, 3)
137
Hasil yang ingin dicapai, 4) Menyangkut masa depan dalam waktu
tertentu.196
Hal tersebut dapat dilihat dari penyusunan program
pembelajaran individual yang disusun oleh tim Learning Support Center
(LSC) bersama guru bantu, guru damping dan orang tua siswa. Pada
setiap anak berkebutuhan khusus memiliki program pembelajaran
individual masing-masing. Setiap program yang disusun mengacu pada
hasil observasi yang dilakukan oleh tim psikolog. Berdasarkan hasil
observasi tersebut akan diketahui kendala atau hambatan dan treatment
yang cocok untuk mempebaiki kendala atau hambatan yang ada pada
setiap anak.
Penyusunan program pembelajaran individual untuk anak-anak
berkebutuhan khusus seperti autis sifatnya berkelanjutan, sedangkan
untuk siswa dengan kesulitan tertentu atau ABK kategori ringan, maka
secara bertahap akan mengikuti materi pembelajaran di kelas dengan
grade/tingkatan yang disesuaikan dengan kemampuan anak.
Penyusunan program pembelajaran individual (PPI) yang
dilakukan oleh sekolah Sahabat Alam dalam layanan anak berkebutuhan
khusus (ABK) apabila dilihat dari jenis perencanaannya bisa
dikategorikan termasuk dalam ruang lingkup perencanaan dari dimensi
jenis sebagaiman pendapat oleh Anen yang dikutip oleh Husaini Usman
tentang ruang lingkup perencanaan yaitu; Perencanaan dari atas ke
196
Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktek dan Riset Pendidikan Edisi 4, cet ke 2, Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2013, h. 77.
138
bawah (Top down planning) dan perencanaan menyerong ke samping
(diagonal planning).197
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Perencanaan dari atas ke bawah (Top down planning)
Dalam proses penyusunan perencanaan program dalam
penaganan anak berkebutuhan khusus, Sekolah Sahabat Alam
memiliki lembaga khusus yang disebut Learning Support Center
(LSC) yang dipimpin oleh seorang tenaga pendidikan berlatar
belakang pendidikan S1 Psikolog. LSC di tunjuk sebagai lembaga
yang bertanggung jawab secara keseluruhan dalam masalah layanan
anak berkebutuhan khusus mulai dari observasi tahap pertama yaitu
proses penerimaan siswa baru yaitu tes kematangan sekolah (SD) dan
sikotes (SMP).
Observasi tahap awal ini dibantu oleh tim ahli yang merupakan
konsultan pendidikan dan mitra sekolah Sahabat Alam. Dari observasi
tahap awal ini tim LSC akan mendapatkat data-data berupa jenis anak
berkebutuhan khusus (ABK) dan jumlah ABK yang akan masuk ke
Sahabat Alam.
Learning Support Center selain sebagai penanggung jawab
dalam proses peneriaman siswa baru. LSC juga berperan sebagai tim
penyusunan program untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang
disebut dengan istilah Program Pembelajaran Idividual (PPI) dan
home program, program ini dilaksanakan atau dikerjakan oleh guru
197
Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktek dan Riset Pendidikan Edisi 4, cet ke 2,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013, h. 85.
139
kelas, guru bantu kelas dan guru pendamping di sekolah. Selain
program yang dikerjakan di sekolah oleh guru, tim LSC juga
menyusun program yang dijalankan atau dikerjakan di rumah oleh
orang tua yang disebut dengan istilah home program. Home Program
seperti ini, membantu agar pihak sekolah dan orang tua di rumah
bersinergi dalam melakukan treatment kebutuhan anak sehingga apa
yang menjadi tujuan bersama akan mudah tercapai dengan maksimal.
Dalam proses penyusunan perencanaan program, learning
support center (LSC) berperan sebagai penyusunan draf perencanaan
kegiatan yang kemudian disampaikan kepada guru kelas, guru bantu
kelas, guru pendamping sebelum melakukan diskusi program bersama
orang tua.
2) Perencanaan menyerong ke samping (diagonal planning)
Penyusunan perencanaan program dalam layanan anak
berkebutuhan khusus (ABK) yang dikerjakan di sekolah Sahabat
Alam bisa juga dikategorikan tergolong dalam ruang lingkup
perencanaan menyerong ke samping atau diagonal planning, karena
LSC dalam proses akhir sebelum penetapan dan pelaksanaan program
mengudang orang tua untuk menyepakati atau memberikan saran
berkaitan program yang ditawarkan oleh pihak sekolah.
Orang tua dan pihak sekolah sebelum masuk pada pemilihan
kegiatan yang cocok untuk dikerjakan baik di sekolah dan dirumah.
Pihak sekolah dan orang tua membuat kesepakatan terlebih dahulu
140
target apa yang ingin dicapai untuk satu semeter ke depan. Setelah
orang tua menyampaikan target yang ingin dicapai. Tim LSC dan guru
pendamping bersama orang tua menyusun kegiatan yang dapat
dilakukan di sekolah oleh guru dalam bentuk program pembelajaran
individual (PPI) dan kegiatan yang dikerjakan dirumah (home
program).
b. Bentuk perencanaan program
Di sekolah Sahabat Alam berdasarkan data yang penulis
dapatkan baik dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Penulis
menemukan bahwa dalam penyusunan program baik dalam bentuk
program pembelajaran individual (PPI) dan program pembelajaran di
rumah (home program) dalam layanan anak berkebutuhan khusus
(ABK) pihak sekolah tidak serta merta atau sepihak dalam
menetapkan program tersebut. Learning Support Center sebagai
lembaga yang bertanggung jawab juga melibatkan guru kelas, guru
bantu kelas guru pendamping dan orang tua dalam penyusunan
program.
Semua program dan kegiatan yang ada dalam PPI dan home
program merupakan hasil kesepakatan bersama yang disepakati oleh
semua pihak melalui pertemuan khusus yang dijadwalkan oleh LSC
berdasarkan kesepakatan bersama.
Apa yang dilakukan oleh sekolah Sahabat Alam (tim LSC)
dalam penentuan program dengan cara diskusi dan musyawarah
141
terlebih dahulu adalah untuk mendapatkan hasil yang terbaik, sesuai
dengan firman Allah SWT yang mengajurkan untuk selalu
bermusyawarah sebelum menentukan urusan yang tertuang dalam Al
Quran surah Ali Imran ayat 159:
.
Artinya:....., dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya.198
Musyawarah adalah cara terbaik yang diajarkan Allah SWT
dalam menentukan urasan. Lewat musyawarah kita bisa dapat
menghasilkan keputusan yang terbaik yang tidak memberatkan atau
merugikan orang lain. Apabila keputusan sudah disepakati, maka akan
mudah menyusun perencanaan, sehingga perencanan yang disusun
bisa berjalan secara maksimal, efektif dan efisien untuk mendapatkan
hasil yang terbaik.
Manusia diperintahkan oleh Allah SWT untuk beriktiar
sekuat tenaga untuk mencapai hasil yang terbaik dengan cara
menyiapkan segala sesuatu diawal atau membuat perencanaan terlebih
dahulu. Setelah semua iktitiar dilakukan maka keputusan akhir
dikembalikan kepada Allah, sebagai bentuk penghambaan dan tawakal
kepada Allah.
198
Ali Imran [3]: 159.
...............
...
142
2. Pelaksanaan Program Tenaga Pendidik dalam Layanan Siswa
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
Pelaksanaan program tenaga pendidik dalam layanan siwa
berkebutuhan khusus berdasarkan data yang diperoleh penulis, penulis
menemukan bahwa apa yang dilakukan di sekolah Sahabat Alam Palangka
Raya sesuai dengan apa yang menjadi pofil pembelajaran sekolah inklusif
menurut Sapon-Shevin sebagaimana dikutip oleh Mudjito A.K dkk
menyebutkan 5 (lima) profil pembelajaran di sekolah inklusif 199
sebagai
berikut:
Berdasarkan data yang diperoleh penulis, maka pelaksanaan
program tenaga pendidik dalam layanan anak berkebutuhan khusus (ABK)
sesuai dengan profil pembelajaran yang dikemukakan oleh Sapon-Shevin
yang dikutip oleh Mudjitu A.K dkk, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pendidikan inklusif berarti menciptakan dan menjaga komunitas kelas
yang hangat, menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaan.
Pendidikan inklusif berarti penerapan kurikulum yang multilevel dan
multimodalitas.
Sekolah Sahabat Alam dalam praktek pembelajarannya
menerima semua anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam satu kelas
reguler. Anak dengan ganguan seperti autis, maka akan mendapatkan
pendampingan penuh, sedangkan anak dengan gangguan ringan dan
dianggap mampu untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas, cukup
199
Mudjito A.K dkk, Pendidikan Inklusif, Jakarta: Baduoses Media Jakarta, 2012, h. 56.
143
dengan pendampingan 1 guru untuk 2 orang anak. Pendampingan seperti
diharapkan dapat membantu anak-anak untuk mengikuti kegiatan di
sekolah dan mengembangkan potensi yang mereka miliki sehingga
dikemudian hari mampu hidup bersosialisasi di masyarakat.
Dalam proses pelaksanan program dalam layanan anak
berkebutuhan khusus sekolah menerapkan model kurikulum adaptif
dimana muatan materi pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan atau
kemampuan anak. Sekolah Sahabat Alam sangat memahami bahwa
setiap anak berbeda dan memiliki kecerdasan masing-masing.
Kecerdasan tidak bisa dilihat dari satu sisi mata pelajaran saja.
Materi pelajaran yang disusun disesuaikan dengan
perkembangan dan daya nalar siswa yang diketahui dari hasil observasi
yang dilakukan pihak sekolah ketika awal masuk sekolah untuk tingkat
SD disebut dengan Tes Kematangan Sekolah (TKS) dan untuk tingkat
SMP disebut dengan Sikotes dan ada juga yang disebut dengan tes
lanjutan. Tes lanjutan bertujuan untuk mengetahui kesulitan atau
hambatan yang di alami siswa secara lebih detail sehingga treatment
yang sesuai bisa dilakukan dengan benar.
Contoh worksheet matematika (Penjumlah 1-10) untuk anak
berkebutuhan khusus yang ada di kelas 2 dengan katergori ganguan
slowlearner.
144
Gambar 4.5 Worksheet matematika (Penjumlahan 1-10) untuk
siswa kelas 2 SD.
Untuk siswa SMP berdasarkan data yang penulis dapatkan,
bahwa untuk ABK yang ada di kelas SMP khususnya anak dengan
ganguan kategori autis, guru bidang study tidak mengikut anak tersebut
ke dalam materi pembelajaran kelas kecuali untuk beberapa mata
pelajaran seperti olah raga, agama, dan beberapa kegiatan lain seperti
outing kelas, kunjungan perpustakaan, camping serta quran night.
Untuk kegiatan pembelajaran guru menyerahkan kepada guru
pendamping untuk melakukan kegiatan pembelajaran individual sesuai
dengan treatment yang dibutuhkan untuk perkembangannya.
2) Mengajar kelas yang heterogen memerlukan perubahan pelaksanaan
kurikulum secara mendasar. Pembelajaran di kelas yang inklusif akan
bergeser dari pendekatan pembelajaran yang kompetitif yang kaku,
mengacu materi tertentu, ke pendekatan pembelajaran kooperatif yang
melibatkan kerjasama atar siswa, dan bahan belajaran tematik.
145
Sekolah Sahabat Alam dalam proses kegiatan belajar mengajar
di kelas, berdasarkan data yang penulis dapatkan menunjukkan bahwa
sejak tahun awal berdiri yaitu pada tahun 2010, sudah menggunakan
model pembelajaran tematik. Berikut contoh kegiatan belajar mengajar
dengan konsep tematik untuk anak berkebutuhan khusus dengan model
pendampingan tidak penuh di sekolah Sahabat Alam Palangka Raya.
Tabel 4.12
DAFTAR MATA PELAJARAN DAN MATERI KEGIATAN200
Mata Pelajaran Materi Tahfidz Hapalan surah Al-Fatihah
PAI (Bina diri) 1) Thoharoh (mandi, membersihkan diri setelah BAK
dan BAB)
2) Kemandirian (memasang pakaian sendiri)
IPS Mengenal diri sendiri dan keluarga inti
Matematika/IPA
/Bahasa
Indonesia
1) Mengenal ukuran (banyak-sedikit, besar-kecil, berat-
ringan)
2) Mengenal bentuk benda
3) Mengenal anggota tubuh sendiri.
Assembly/
Proyek
Membuat bubur kacang hijau
Dari tabel kegiatan belajar mengajar di atas, terlihat bahwa guru
mengaitkan semua materi pada setiap mata pelajaran dengan fokus materi
kegiatan adalah mengenal diri atau anggota tubuh. bisa diperhatikan
semua kegiatan ada hubungannya dengan kegiatan anggota tubuh, mulai
dari kegiatan agama bina diri, IPS mengenal diri dan keluarga,
matematika mengenal ukuran. Kegiatan mengenal ukuran bisa dilakukan
degan cara mengukur dan membandingkan tinggi badan, ukuran tangan
dan lain-lain. Semua kegiatan terlihat saling keterkaitan.
200
Dokumen News Letter kelas 2 sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
146
Gambar 4.6 Anak sedang mengukur tinggi badan temannya.
201
3) Pendidikan inkusif berarti menyiapkan dan mendorong guru untuk
mengajar secara interaktif. Model kelas tradisional yang berfokus pada
guru harus bergeser dengan model antar siswa harus bekerjasama, saling
mengajar dan belajar dan secara aktif bertanggung jawab terhadap
pendidikannya sendiri dan pendidikan teman-temannya. Semua anak
berada di satu kelas bukan untuk berkompetisi melainkan untuk saling
belajar dan mengajar dengan yang lain. Guru memfasilitasi kebutuhan
anak agar dapat berkembang maksimal.
Anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah Sahabat yang tidak
mendapatkan pendampingan penuh atau ABK yang sudah tidak
menggunakan guru pendamping khusus, mengikuti kegiatan
pembelajaran di kelas reguler bersama-sama anak yang ada di kelas
seperti pada gambar di bawah ini:
201
Kegiatan Pembelajaran di Kelas 2 (dua) dengan Model Pembelajaran Tematik
(mengenal anggota tubuh dan pengukuran).
147
Gambar 4.7. Kegiatan bersama di kelas reguler (mengenal bentuk benda
padat dan cair).202
Sekolah Sahabat Alam tidak menggunakan istilah rangking dalam
menentukan atau menunjukkan kemampuan siswa pada setiap kelas. Setiap
anak-anak memiliki kecerdasan masing-masing dan memiliki hambatan
masing-masing. Sekolah tidak mengajarkan anak-anak untuk berkompetisi
tetapi berkolaborasi agar semua anak dapat merasakan nuansa belajar, baik
ketika di kelas atau di luar kelas.
4) Pendidikan inklusif berarti penyediaan dukungan, dorongan bagi guru dan
kelasnya secara terus menerus. Aspek terpenting dari pendidikan inklusif
adalah bekerja dengan tim, kolaborasi dan konsultasi serta kerjasama antar
guru dengan profesi lain seperti para profesional, ahli bina bicara, petugas
bimbingan, guru pembimbing khusus dan lain sebagainya.
Dalam pengelolaan program dan juga sebagai tim pelaksana
sekaligus penanggung jawab program untuk layanan anak berkebutuhan
khusus, sekolah Sahabat Alam memiliki devisi atau lembaga khusus yang
disebut Learning Support Center (LSC) yang dipimpin oleh seorang
202
Dokumentasi Kegiatan Kelas 2 (pembelajaran tematik) mengenal bentuk padat cair
dan deskripsi benda.
148
pendidik dengan latar belakang pendidikan psikolog. Devisi ini menjadi
wadah bagi para guru dan orang tua untuk konsultasi program untuk layanan
anak berkebutuhan khusus.
Selain memiliki devisi atau lembaga khsusus dalam layanan anak
berkebutuhan khusus (ABK). Sekolah juga memimiliki konsultan
pendidikan yang fokus dalam masalah layanan ABK yaitu ibu Dra. Ery
Retno Artini, Psi, Msc (Edu) dan Leni Sintorini, Psi. Konsultan pendidikan
ini terlebit langsung dalam proses observasi tahap awal atau penerimaan
siswa baru untuk tingkat SD disebut dengan Tes Kematangan Sekolah
(TKS) sedangkan untuk tingkat SMP disebut dengan Sikotes. Semua
tahapan observasi ini dilakukan untuk mengetahui potensi dan hambatan
atau kendala yang dimiliki setiap anak.
Untuk membantu menjalankan program dalam layanan siswa
berkebutuhan khusus, pihak sekolah melakukan kerjasama dengan terapis
(OT), pelatih renang dan bela diri.
Dalam proses penyusunan program atau pelaksanaan program di
kelas, guru dibantu kelas dan guru pendamping siswa dibantu oleh tim
Learning Support Center (LSC). Tim LSC membuat jadwal khusus bagi
para guru bantu kelas dan guru damping siswa untuk diskusi dan evaluasi
program pembelajaran selama satu pekan pembelajaran yang dilaksanakan
pada setiap hari selasa. Kegiatan ini lebih banyak diskusi tentang program
pembelajaran di kelas reguler untuk anak-anak berkebutuhan khusus (ABK)
dan program pembelajaran individual.
149
Selain rapat yang dilaksanakan pada setiap hari selasa, tim LSC
juga terlibat langsung dalam proses penyusunan materi dan evaluasi
pembelajaran pekanan untuk non ABK dan ABK yang sudah tidak
menggunakan guru pendamping yang ada pada setiap kelas. Untuk rapat
pembelajaran seperti ini dilaksanakan setiap hari rabu yang diikuti oleh
semua guru kelas dan guru bidang studi sesui level masing-masing.
5) Pendidikan inklusif berarti melibatkan orang tua secara bermakna dalam
proses perencanaan. Keberhasilan pendidikan inklusif sangat tergantung
kepada partisipasi aktif orang tua pada pendidikan anaknya, misalnya
keterlibatan mereka dalam penyusunan program pengajaran individual (PPI)
dan batuan dalam belajar di rumah.
Pelaksanaan program untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) tidak
akan bisa berjalan secara maksimal ketika semua program hanya
dilaksanakan di sekolah. Orang tua tidak dilibatkan secara langsung dalam
pelaksanaan program.
Learning Support Center (LSC) sebagai lembaga sekolah yang
bertanggung jawab dalam masalah penaganan anak berkebutuhan khusus
(ABK). Secara berkala membuat program untuk anak berkebutuhan khusus
yang disebut dengan Program Pembelajaran Individual (PPI) dan home
program. Program yang disusun dalam PPI dan home program merupakan
hasil musyawarah atau kesepakatan bersama dengan orang tua siswa.
Program Pembelajaran Individual (PPI) dilaksanakan atau dikerjakan
oleh guru pendamping di sekolah, ketika jam pembelajaran di kelas sedang
150
berlangsung. Treatment terkadang dilakukan di tempat tertutup seperti ruang
terapi LSC untuk kegiatan yang sifatnya akademik dan di lapagan terbuka
untuk treatment motorik kasar seperti bermain sepeda, bermain bulu tangkis
dan lain sebagainya. Berikut penulis tampilkan beberapa foto kegiatan yang
dilaksanakan di ruangan LSC dan di lapangan terbuka.
Gambar 4.8 Kegiatan treatment bina diri anak autis dan bermain fuzzle
(melatih koordinasi, warna dan bentuk) di ruangan LSC.203
Gambar 4.9 Treatmen di lapangan terbuka (melatih motorik kasar otot
bagian bawah)204
Sedangkan home program merupakan kegiatan treatmen yang
dilaksanakan di rumah oleh orang tua seperti bermain bola, bersepeda
dan lain-lain. Untuk beberapa treatmen seperti terapi sensory integrasi
203
Dokumentasi Kegiatan Bina Diri Learning Support Center Tahun Pelajaran 2018-
2019. 204
Dokumentasi Kegiatan Treatmen di Lapangangan Terbuka......... Pelajaran 2018-2019.
151
(SI) atau terapi wicara, pihak sekolah menyarankan orang tua untuk
melakukan treatmen dengan tim ahli baik di rumah sakit atau klinik
tumbuh kembang anak.
3. Evaluasi Program Tenaga Pendidik dalam Layanan Siswa
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
Evaluasi program tenaga pendidik dalam layanan anak
berkebutuhan khusus berdasarkan data yang diperoleh penulis, penulis
menemukan bahwa apa yang dilakukan di sekolah Sahabat Alam Palangka
Raya sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dan fungsi evalusi sebagai
mana pendapat Ngalim Purwanto yang dikutip oleh Sulityorini yang
menyebutkan 4 (empat) fungsi evaluasi. Berikut penulis uraikan
pendampat tersebut di atas dengan fakta di lapangan sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan siswa serta
keberhasilan siswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar
selama jangka waktu tertentu.
Sekolah sahabat alam menjalankan mekanisme pelaksanaan
evaluasi dalam dua bentuk. Pertama, evaluasi kegiatan harian yang
dilaksanakan melalui rapat pekanan. Kedua, Evaluai program
keseluruhan yang dilaksnakan melalui rapat kerja guru (RAKER) yang
dijadwal secara rutin dan dimasukkan dalam kelender pendidikan
sekolah.
Pada rapat pekanan ini semua guru bantu dan guru pendamping
khusus menyampaikan kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan
152
dengan standar mengacu pada program pembelajaran individu atau PPI.
Pada rapat pekanan seluruh guru pendamping atau guru bantu tidak
hanya menyapaikan kegiatan yang sudah dilaksanakan, namun juga
diskusi mengenai kendala-kendala yang mereka hadapi dalam layanan
anak dampingnya. Rapat pembelajaran ini dipimpin oleh koordinator
LSC yang memiliki latar belakang pendidikan psikolog.
Evaluasi program yang dilaksanakan ketika RAKER bentukanya
adalah laporan dari seluruh guru pendamping tehadap seluruh program
dan kegiatan yang diselenggarakan oleh LSC dalam satu semester.
Raker tim LSC dipimpin oleh koordinator LSC. Berikut dokumen hasil
rapat kerja tim LSC.
Tabel. 4.19
DOKUMEN HASIL RAKER LSC205
HASIL RAKER TIM LSC, GURU BANTU DAN GURU DAMPING
1. Autism day
Pada saat autism day terjadi miskomunikasi dengan kalteng
pos sehingga acara autism day tidak dipublikasikan.
Hanan ada mendokumentasikan di youtube nanti akan
dihubungi dan di like serta dibagikan
Autism day selanjutnya tersendiri tidak gabung dengan
pementasan. Rencanaya akan dilaksanakan 1 april 2018
bekerja sama dengan bu selfi dan sekolah lain.
2. IEP
Untuk guru damping menggunakan format yang baru.
IEP yang sudah dibuat kemudian dikoreksi oleh bu Bayu dan
205
Dokumen Sekolah bidang LSC Sekolah Sahabat Alam Palangka Raya
153
langsung diperbaiki oleh guru bantu kemudian dikasih ke pak
Sigit. (batas waktu penyerahan IEP ke orang tua maksimal 1
minggu (untuk guru pendamping full) dan 2 minggu (untuk
guru pendamping lebih dari 1 anak) setelah koreksi awal).
Dibuat tiga rangkap untuk orang tua, guru damping, dan arsip.
Bu Bayu mengasesmen kemudian guru mencoba menyusun
IEP.
3. JADUAL RAPAT LSC
Satu kali dalam seminggu pada hari selasa pukul 13.30 WIB.
JADUAL TRAINING LSC
Satu kali dalam sebulan pada pekan pertama dihari sabtu pukul
08.00-10.00 WIB.
4. HOME PROGRAM
Berisikan kegiatan yang memungkinkan untuk dikerjakan anak
di rumah, misalnya; lompat tali dan berlari.
Diberikan pada orang tua dihari senin dan diambil dihari senin
pekan depan dengan memberikan home program baru.
Bagi orang tua yang lama menjemput anaknya atau bukan
dijemput oleh orang tua, bisa dititipkan kepada anak dengan
pemberitahuan kepada orang tua terlebih dahulu melalui via
sms.
5. BUKU PENGHUBUNG
Guru damping memberikan buku penghubung kepada orang
tua dihari senin dan dikembalikan pada guru dihari kamis.
Bagi guru yang memegang lebih dari dua anak, memberikan
buku penghubung setiap dua pekan sekali.
6. Worksheet
Bagi guru yang memegang lebih dari satu anak, menyediakan
worksheet untuk anak yang dikelas ketika membawa salah
satu anak ke ruang LSC.
Membuat worksheet sehari sebelum diberikan kepada anak
154
2) Untuk mengatahui tingkat keberhasilan program pengajaran
Sekolah sahabat alam dalam melakukan evaluasi program
tenaga pendidik dalam layanan siswa berkebutuhan khusus dalam satu
priodik atau semester dengan cara membuat evaluasi program
pembejaran dan rapot perkembangan siswa.
Tabel 4.14
EVALUSI KEMAMPUAN DAN KEBUTUHAN206
Kemampuan dan kebutuhan 6 bulan ke depan
Nama siswa : ……… Tanggal tes : 03-08-2018,
insidentil
Kelas : 6 Pemeriksa : Bayu SDP
Umur : 11 tahun 6
Bulan
Tujuan
asesmen :
Evaluasi dan PPI
semester I
Materi Kemampuan saat ini Kebutuhan 6 bulan ke
depan
1. Motorik
Kasar - Tampak kesulitan mengatur
energi ketika bermain
lompat tali, sehingga
lompatan terlalu banyak
mengeluarkan suara dan
cenderung mengeluh cape.
Bermain lompattali
mengikut aba-abadari
guru.
- Mampu berjalan jongkok
dengan diingatkan
pandangan kedepan dengan
aba-aba guru.
Mampu berjalan jongkok
dengan konsisten dan
tidak diingatkan
pandangan kedepan
dengan aba-aba guru. Di
modifikasi kegiatan jalan
jongkok sambil
memindahkan benda atau
puzle.
- Untuk bermain bulu tangkis
sudah cukup bagus,
diingatkan untuk mengatur
energinya supaya pukulan
yang dihasilkan terarah.
- Mampu mengatur
energinya agar
pukulan lebih terarah
dengan konsisten dan
tidak diingatkan.
- Memukul bola atau
kok lambung atas 5x
206
Dokumen Sekolah Sahabat Alam bagian Learning Suppor Center 2018-2019.
155
melewti net.
- Melempar bola
basket 5x masuk
ring.
- Cenderung diingatkan untuk
fokus dan tidak tergesa-gesa
ketika melangkah.
Mampu berjalan di balok
titian dengan fokus,
tidak tergesa-gesa dan
konsisten ketika
melangkah.
2. Sensory
motor
Anggota
tubuh - Mampu memegang dan
meyebutkan anggota tubuh,
cenderung ragu-ragu di
bagian pundak,tumit, lutut
dan betis.
Mampu memegang dan
menyebutkan anggota
tubuh benar dan
konsisten.
Arah - Ragu-ragu ketika
diperintahkan kearah kanan
/kiri, untuk arah depan dan
belakang sudah spontan.
Tidak ragu-ragu dan
spontan ketika
diperintahkan untuk
melompat kearah kanan
dan kiri.
Melompat ke kanan dan
ke kiri engan mmelihat
tanda yang ditunjukan
guru (bisa berupa benda
hijau = kanan,merah =
kiri).
3. Bahasa
Membaca
nyaring dan
menyimpulk
an inti
bacaan
Kesulitan menentukan inti
bacaan dengan mandiri. Mampu
menentukan inti bacaan dengan
diberikan pilihan.
Mampu menentukan inti
bacaan dengan diberikan
2 pilihan.
Membaca
dengan
lancar dan
memperhatik
an tanda baca
Mampu membaca dengan tanda
baca, namun ada beberapa kata
yang di eja ketika membaca
Mampu membaca dengan
lancar kata-kata yang
terdapat “ng”dan “ny”.
Dokumen sekolah yang berisi rapot perkembangan dengan
model pendampingan penuh. (lihat lampiran 15).
3) Untuk keperluan bimbingan dan konseling
156
Sekolah Sahabat alam menyiapakan laporan perkembangan
setiap anak berkebutuhan khusus dalam bentuk rapot perkembangan
siswa. Untuk anak dengan pendampingn tidak penuh, mendapatkan dua
rapot yaitu rapot kelas dan rapot LSC, sedangkan anak dengan
pendampingan penuh hanya mendapatkan satu rapot yaitu rapot LSC.
Seluruh laporan perkembangan disusun oleh guru pendamping, mulai
dari indikator sampai dengan deskripsi hasil belajar siswa dengan tetap
mengacu pada program pembelajaran individual (PPI), sehingga setiap
anak akan mendapatkan penilaian laporan perkembangan setiap
kegiatan mulai dari kegiatan motorik, , life skill, dan materi-materi
akademik seperti bahasa, matematika dan agama atau ibadah.
Berikut dokumen sekolah tentang rapot perkembangan siswa
dengan model pendampingan tidak penuh.
Tabel.4.15
LAPORAN PERKEMBANGAN SISWA207
Nama Siswa : ....
Kelas : 6
Nama GPK : Sg
Keterampilan Pencapaian Deskripsi
Motorik Kasar
3. Lompat tali Mampu mengatur energi ketika
bermain lompat tali, satu kali kesempatan ± 20 lompatan dan gerakannya ritmis.
4. Jalan jongkok Kegiatan jalan jongkong untuk
semester ini cukup konsisten, diingatkan untuk pandangan mata kedepan dan gerakan
207
Dokumen Sekolah Sahabat Alam bidang Learning Support Center laporan
perkembangan siswa dengan model pendampingan tidak penuh yang diterbitkan oleh Unit LSC, di
susun oleh guru pendamping tahun pelajaran 2018/2019.
157
menggunakan aba-aba oleh guru
5. Bulu tangkis Mampu memukul bola lambung
atas ± 6 pukulan sudah cukup konsisten, diingatkan untuk mengatur energinya supaya pukulan yang dihasilkan terarah.
6. Jalan di balok titian Keseimbsngsn sudah bagus,
diingatkan untuk fokus dan tidak tergesa-gesa ketika melangkah. Terkadang diingatkan dengan aba-aba oleh guru(1-2 kali) supaya tidak tergesa-gesa.
7. Inting Mampu bermain inting ban
(dengan menggunakan ban motor yang disusun) lompatan dan gerakan nampak seimbang.
Body localization
1. Anggota tubuh Mampu memegang dan
meyebutkan anggota tubuh, cenderung ragu-ragu di bagian pundak,tumit, lutut dan betis.
2. Arah Ragu-rgu ketika diperintahkan
kearah kanan /kiri, untuk arah depan dan belakang sudah spontan.
Karakter: Dalam semester ini kemampuan berinterksi .... nampak berkembang. Ia mampu
bercanda dan bermain bersama teman-temanya setelah kegiatan pagi selesai (bermain bebas) dan setelah berolah raga.
Kemampuan motorik kasarnya nampak berkembang dilihat dari kegiatan lompat tali yang nampak ritmis, keakuratan memukul bola lambung atas dan bermain inting.
Berbicara kepada teman atau ketika bercanda cenderung nyaring sehingga guru mengingatkan .... untuk memperkecil volume suaranya.
Kemampuan akademik .... nampak berkembang ini terlihat dari Inisiatif dan motivasi belajar yang ingin selalu mencoba. Ia langsung bertanya kepada gurunya “ bu ini seperti apa/bagaimana ini bu”, ketika mengalami kesulitan di kelas.
.... perlu dilatih lagi untuk mengembangkan kemampuan motorik kasarnya seperti: jalan jongkok, lompat tali, berenang dan bersepeda dengan jarak yang lebih jauh. Dalam kegiatan motorik kasar tersebut orang tua dapat berperan mendampingi, mengatur dan memberikan arahan, agar .... tidak terburu-buru melakukan kegiatanya agar ketahanan untuk bekerja menjadi lama (tidak mudah bosan dan beralih).
158
Sedangkan siswa dengan pendampingan penuh dengan tingkat
kesulitan yang lebih komplek seperti anak dengan hambatan autis,
mendapatkan satu rapot perkembangan yang disusun oleh guru
pendamping khusus (GPK) dengaan format rapot yang sama dengan
tabel 4.15.
Rapot perkembangan siswa yang telah disusun dan telah selesai
dikoreksi oleh koordinator LSC, diserahkan kepada orang tua. Di
sekolah sahabat alam dalam proses pengambilan rapot, sekolah
mewajibkan kepada kedua orang tua untuk hadir. Proses penyerahan
rapot dilakukan oleh guru kelas, guru bantu kelas, guru pendamping
khusus dan didampingi koordinator learning support center.
Guru pendamping menjelaskan program yang sudah terlaksana
sesuai dengan program individual yang sudah disusun bersama orang
tua, menyampaikan hasil perkembangan, serta program yang belum
terlaksana. Pada kesempatan sama orang tua diberikan waktu untuk
konsultasi keadaan anak dengan koordinator LSC yang mempunyai
latar belakang pendidikan psikolog.
4) Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang
bersangkutan.208
Setelah orang tua sudah mendapatkan laporan perkembangan
anak dalam bentuk rapot, baik rapot kelas maupun rapot LSC dan sudah
melakukan konsultasi tentang hasil perkembangan selama satu
semester.
208
Sulistyorini, EVALUSI PENDIDIKAN dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,
Jogjakarta, Teras: 2019, h. 57.
159
Pada kesempatan yang sama orang tua juga melaporkan program
yang sudah dilaksanakan di rumah (home program). Dari pertemuan ini
koordinator LSC dan orang tua berserta guru mengetahui program yang
sudah terlaksana dan program belum terlaksana. Dari hasil pertemuan
ini, pihak sekolah akan melakukan evaluasi program. Sehingga pada
awal semester berikutnya akan dilakukan pertemuan lanjutan bersama
orang tua untuk melakukan penyusunan perbaikan program
pembelajaran individual lanjutan.
Selain melakukan pertemuan untuk membahas penyusunan PPI,
tim LSC juga akan menyarankan orang tua untuk melakukan tes
lanjutan apabila siswa tersebut belum pernah mengikuti tes lanjutan dan
dirasa belum ada perkembangan yang signifikan berdasarkan program
yang sudah disusun baik PPI maupun home program. Tes lanjutan ini
bertujuan untuk mengetahui program yang sesuai dengan tingkat
kebutuhan setiap anak berkebutuhan khusus.
160
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dilakukan analisa
pembahasan tentang manajemen tenaga pendidik dalam layanan anak
berkebutuhan khusus di sekolah sahabat alam Palangka Raya, maka dapat
ditarik suatu kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah penelitian, yaitu :
(1) Perencanaan program tenaga pendidik dalam layanan siswa berkebutuhan
khususn di sekolah sahabat alam palangka raya, (2) Pelaksanaan program
tenaga pendidik dalam layanan siswa berkebutuhan khususn (3) Evaluasi
program tenaga pendidik dalam layanan siswa berkebutuhan khususn .
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasannya dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Perencanaan program tenaga pendidik dalam layanan anak berkebutuhan
khusus (ABK) di sekolah sahabat alam palangka raya sudah dilaksanakan
dengan baik dan sistematis. Program disusun secara komperhensif dan
sistematis yang melibatkan tim ahli dan divisi khusus yaitu learning
support center (LSC). Beberapa program yang disusun dalam layanan
anak berkebutuhan khusus (ABK) seperti program pembelajaran
individual (PPI) yang dilaksanakan di sekolah oleh guru bantu dan guru
pendamping siswa serta home program yang dilaksanakan di sekolah.
160
161
home program berisi rancangan kegiatan yang dapat dikerjakan oleh orang
tua di rumah dalam rangka memamksimalkan treatment untuk setiap anak.
Semua perencanaan kegiatan dalam pelayanan siswa
berkebutuhan baik dalam bentuk PPI maupun home program merupakan
hasil kesepakatan bersama yang disusun secara demokratis dengan
melibatkan semua orang tidaknya tim Learning Support Center tetapi juga
melibatkan guru dan orang tua siswa yang bersangkutan.
Perencanaan kegiatan berupa PPI dan home program untuk siswa
berkebutuhan khusus dilakukan ketika pekan pertama masuk sekolah atau
awal semester tahun ajaran baru. Program disusun berdasarkan data yang
didapatkan dari hasil obsevasi baik TKS, sikotes maupun tes lanjutan.
Untuk anak-anak yang tidak lagi mendapatkan pendampingan
penuh, perencanaan program pembelajaran di lakukan ketika rapat
pekanan pembelajaran yang dilaksanakan pada setiap hari Rabu yang
diikuti semua guru kelas, guru bantu kelas, guru pendamping dan guru
bidang study serta koordinator LSC sesuai level masing-masing.
2. Pelaksanaan program tenaga pendidik dalam layanan siswa berkebutuhan
khusus di sekolah sahabat alam di Palangka Raya telah berjalan dengan
baik secara efektif dan efisien karena telah merealisasikan proses
pelaksanaan pembelajaran sekolah inklusif.
Pelaksanaan layanan untuk siswa berkebutuhan khusus terbagi
dalam tiga bentuk. Pertama, Pedampingan penuh. Pendadampingan penuh
dilakukan untuk anak berkebutuhan khusus dengan kesulitan yang
162
komplek yang membuat dirinya kesulitan yang untuk dapat mengejakan
atau mengikuti kegiatan di kelas reguler, seperti anak dengan kategori
autis. Kedua, pendampingan tidak penuh 1 guru untuk 2-3 orang anak
berkebutuhan khusus. Pendampingan seperti ini dilaksanakan untuk anak-
anak dengan kategori ABK ringan atau sesuai dengan rekomendasi tim
psikolog berdasarkan hasil tes pada TKS, sikotes atau tes lanjutan. Ketiga,
pendampingan ABK yang dilakukan oleh guru bantu. Pendampingan
seperti ini dilakukan untuk ABK yang sudah tidak mendapatkan
pendampingan berdasarkan assesment yang dilakukan oleh tim LSC.
Untuk anak-anak berkebutuhan khusus, mendapatkan tretment
dan materi pemebelajaran yang berbeda dengan materi di kelas. Treatmen
dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang ingin dicapai dengan mengacu
pada hasil observasi tahap awal dan program pembelajaran individual
(PPI) yang sudah disusun bersama orang tua. Sedangkan untuk ABK
tertentu guru kelas dan guru bantu kelas memberikan materi pembelajaran
yang disesuaikan dengan kemampuan siswa atau penuruan grade atau
standar indikator kelas kelas. Treatmen dapat dilakukan di ruangan
tertutup atau lapangan terbuka sesuai dengan kebutuhan.
2. Evaluasi program tenaga pendidik dalam pelayanan siswa berkebutuhan
khusus di sekolah Sahabat Alam Palangka Raya dilakukan dengan baik
sesuai dengan tujuan evaluasi. evaluasi di sekolah sahabat alam
dilaksanakan dengan dua model yaitu: pertama, evaluasi pekanan dalam
163
bentuk rapat pembelajaran yang dilaksanakan setiap hari selasa, dipimpin
oleh koordinator learning support center.
Rapat pekanan yang dilaksanakan setiap hari selasa diikuti oleh
seluruh guru pendamping dan guru bantu. Pada kesempatan ini semua guru
menyampaikan kegiatan yang telah mereka laksanakan dalam satu pekan
sesuai dengan program pembelajaran individual (PPI) dan kendala-kendala
yang mereka hadapi dalam layanan siswa berkebutuhan khusus.
Kedua, evaluasi semesteran. Pada evaluasi ini ada beberapa aspek
yang dievaluasi seperti; evaluasi program pembelajaran individual yang
dimuat dalam laporan perekembangan siswa atau rapot siswa dan home
program. Untuk evaluasi home program disampaikan langsung oleh orang
tua ketika proses pengambilan rapot siswa. Selain evaluasi program
pemebalajaran ada juga evaluasi kegiatan dalam bentuk rapat kerja guru
(RAKER) yang dilaksanakan pada akhir semester selama dua pekan yang
dipimpin oleh Kepala sekolah.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan rekomendasi
sebagai berikut:
1. Sekolah Sahabat Alam sebagai sekolah inklusif, diharapkan semua guru
memiliki kemampuan yang cukup dalam membuat perencanaan program
pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus. Selama ini kegiatan
perencanan lebih banyak di handle atau dipegang oleh koordinator LSC.
164
Peningkatan kemampuan guru kopetensi guru dapat dilakukan dengan cara
memanggangkan guru pada sekolah-sekolah inklusif yang sudah
berkembang atau memberikan kesempatan kepada guru untuk mengambil
jalur pendidikan yang khusus dalam masalah layanan siswa berkebutuhan
khusus.
2. Keberadaan sekolah inklusi di jaman sekarang ini menjadi hal yang sangat
penting, sehingga penyiapan sumber daya manusia seperti guru-guru perlu
dipersiapkan dan diperhatikan. Guru perlu memiliki pengetahuan dan skill
yang cukup untuk mengetahui bagaimana cara layanan anak berkebutuhan
khusus yang baik dan benar.
3. Learning Support Center (LSC) sebagai devisi khusus yang bertanggung
jawab dalam layanan anak berkebutuhan khusus perlu mengembangkan
dalam pengelolaan LSC dengan melengkapi sarana prasarana yang ada.
Perlu menyiapkan tenaga ahli khusus seperti tenaga ahli okopasi terapi (OT)
yang membantu treatmen dalam penangan anak berkebutuhan khusus di
sekolah. Sehingga semus siswa dapat melakukan terapi atau treatment di
sekolah tidak lagi melakukan terapi di luar sekolah.
4. Sekolah perlu melakukan kerjasama dengan dinas terkait dan rumah sakit
untuk memaksimalkan program dalam layanan anak berkebutuhan khusus,
mulai dari terapi hingga pengadaan sarana prasarana untuk treatment anak
yang selama ini pengadaan sarana prasarana bersumber dari dana sekolah.
165
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdurrahman, Mulyono, ANAK BERKESULITAN BELAJAR: Teori, Diagnosis,
dan Remediasinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodelogi Penelitian Kualitatif,
Bandung: Pustaka Setia, 2012.
Anita, “Motivasi dan Kinerja Guru Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krangean Dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Wirasaba, Purbalingga,” Tesis.
Atik, Florentina, dkk dalam Panduan Teknis Pelaksanaan Pelatihan Bagi
Pelaksana Pendidikan Inklusif Berbasis Sekolah, Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
Pendidikan Dasar, 2013.
Burhan, M. Bungin, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana, 2008.
Creswell dan John, Riset Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Djunaidi, M. Ghoni dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif,
Yogjakarta: Ar Ruzz Media, 2012.
Gunawan, Imam dan Djum Djum Noor Benty, MANAJEMEN PENDIDIKAN
(Suatu Pengantar Praktik), Bandung: Alfabeta, 2017.
Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif), Jakarta: Gaung Persada Press, 2009.
Kementrian Agama RI, Hijaz Terjemah Tafsir per Kata, Bandung: Sygma
Creative Media Corp, 2010.
Kurniadin, Didin dan Imam Machali, MANAJEMEN PENDIDIKAN Konsep
dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012
Musfiqon, Panduan Lengkap Metodelogi Penelitian Pendidikan, Jakarta:
Prestasi Pustakarya, 2012.
Mudjito, Harizal dan Elfindri, Pendidikan Inklusif, Jakarta: Baduose Media
Jakarta, 2012
165
166
Patoni, Achmad, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Bina Ilmu,
2004.
Putra, Nusa, Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, RajaGrafindo Persada,
Jakarta 2012.
Sisdiknas, UU RI No.20 Tahun 2003, Jakarta: Asa Mandiri, 2006.
Sudrajat, Dodo dan Rosida Lilis, Pendidikan Bina Diri Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus, Jakarta: Luxima Metro Media, 2013.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung:
Alfabeta, 2013
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam; Konsep, Strategi dan Aplikasi,
Yogyakarta: Teras, 2009.
…………, EVALUSI PENDIDIKAN dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,
Jogjakarta, Teras: 2019.
Surakhmad, Winarno, dkk, Reformasi Pendidikan Muhammadiyah Suatu
Keniscayaan, Yogyakarta: Pustaka Suara Muhammadiyah, 2003.
Santoso, Hargio, Cara Memahami dan Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus,
Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2012.
Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri,
Al-Misbaahul Muniir fii Tahdziibi Tafsir Ibnu Katsiir, Riyadh: Daarus
Salaam lin Nasyr wat Tauzi’, 2000 M/1421 H. Diterjemahkan oleh: Abu
Ahsan Sirojuddin Hasan Bashri dan Izzudin Karimi, Shahih Tafsir Ibnu
Katsir Jilid 9, Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, cet.13 2015.
Tim Direktorat Pembinaan PKLK, Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pendidikan Inklusif, Jakarta: Direktorat Pembinaan PKLK Pendidikan
Dasar Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2003.
Tim Redaksi Fokus media, Himpunan Peraturan Perundang-undangan
Tentang Standar Nasional Pendidikan, Bandung: Fokusmedia, 2008.
Tim Revisi, PANDUAN PENELITIAN TESIS Pasca Sarjana IAIN
Palangkaraya, Palangka Raya: Pasca Sarjana IAIN Palangka Raya, 2017.
Triani, Nani dan Amir, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Lamban
Belajar Slow Leaner, Jakarta: Luxima Metro Media, 2016.
167
Uha, Ismail Nawawi, BUDAYA ORGANISASI KEPEMIMPINAN DAN
KINERJA Proses Terbentuk, Tumbuh Kembang, Dinamika, dan Kinerja
Organisasi, cet ke 2. Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.
Usman, Husaini, Manajemen; Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2008.
Qodir, Abdul dkk, Pedoman Penulisan Tesis, Palangka Raya: STAIN Palangka
Raya, 2014.
Qanita, “Implementasi Program Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar Islam
Terpadu (SIT) Sahabat Alam Palangka Raya,” Tesis.
B. Internet
Ali, Gangsar Daroni dkk, “Manajemen Pendidikan Khusus di Sekolah Luar Biasa Untuk Anak Autis, ” Jurnal Manajemen Pendidikan Magister Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Kristen Satya Wacana, Volume: 5, No. 2, Juli-Desember 2018.
Junanto, Subar dan Nur Arini Asmaul Kusna, Evaluasi Program Pembelajaran
di PAUD Inklusi dengan Model Context, Input, Process, and Product (CIPP), Jurnal, Journal of Disability Studies, Vol. V, No. 2, Jul-Des 2018.
Hasbiansyah, Pendekatan Fenomenologi Pengantar Praktik Penelitian dalam
Ilmu Sosial , tt: Mediator, vol.9. No. 1 Tahun 2008. Muyana, Siti, Context Input Process Product (Cipp): Model Evaluasi Layanan
Informasi, Jurnal Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling di Vol. 1, No. 1, 2017.
Kismawiyati, Renalatama, “Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Di
Sekolah Paud Kabupaten Jember, Jurnal Helper, Vol 35 No 1 2018. Rahmawati, Siti, dkk, “Kesadaran dan Pengetahuan untuk Layanan Awal Anak
Berkebutuhan Khusus di Lembaga PAUD Pesanggrahan Jakarta.” Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 2, September 2015.
Rudiyati Sari, “Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Inklusif dalam
Layanan Anak Berkebutuhan Pendidikan Khusus Melalui Pembelajaran Kolaboratif.” Cakrawala Pendidikan, Th. XXXII, No. 2, Juni 2013.
Trimo, “Manajemen Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif: Kajian
Aplikatif Pentingnya Menghargai Keberagaman Bagi Anak-Anak
Berkebutuhan Khusus. Jurnal JMP, Volume 1 Nomor 2, Agustus 2012.
168