Manajemen Risiko Kelompok 5

download Manajemen Risiko Kelompok 5

of 18

Transcript of Manajemen Risiko Kelompok 5

  • 8/17/2019 Manajemen Risiko Kelompok 5

    1/18

    12.1 RISIKO PERUBAHAN KURS

    Kurs adalah nilai suatu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya. Sebagai contoh,

    kurs Rp 10.000/$. Kurs tersebut mempunyai arti bahwa satu dolar Amerika Serikat nilainya sama

    dengan 10.000 rupiah. Nilai absolut dari kurs tersebut barangkali tidak begitu penting. Dengankata lain, dalam kurs di atas, tidak berarti bahwa rupiah merupakan mata uang yang lebih jelek 

    karena lebih murah dibandingkan dengan dolar AS. Perubahan kurs barangkali yang lebih

     penting diperhatikan. Jika rupiah mempunyai kecenderungan melemah terhadap dolar AS, maka

    kecenderungan tersebut bisa mengindikasikan sesuatu. Mata uang suatu Negara merupakan

    cerminan kondisi ekonomi suatu Negara. Jika perekonomian suatu Negara membaik, maka mata

    uang Negara tersebut cenderung menguat terhadap mata uang Negara lainnya. Karena itu, jika

    mata uang suatu Negara melemah terhadap mata uang Negara lain, maka ada kemungkinan

     bahwa kondisi Negara tersebut melemah dibandingkan dengan sebelumnya.

    Jika suatu Negara menetapkan kurs mata uangnya terhadap mata uang lain, maka

     perubahan kurs tidak lagi terjadi melalui mekanisme pasar. Perubahan kurs dilakukan oleh

     pemerintah secara resmi. Istilah menguat atau melemahnya mata uang dengan sistem kurs yang

    tetap dan bebas bisa dilihat pada tabel berikut ini.

    Mata Uang Menguat Mata Uang Melemah

    Sistem Kurs Bebas Apresiasi Depresiasi

    Sistem Kurs Tetap Revaluasi Devaluasi

    Indonesia pernah mengalami dua sistem kurs yang berbeda. Sebelum krisis pada tahun

    1997, Indonesia menggunakan sistem kurs tetap. Perubahan kurs dilakukan secara resmi oleh

     pemerintah. Biasanya pemerintah mendevaluasikan rupiah terhadap dolar. Sebagai contoh, kurs

    sebelumnya misalnya Rp2.500/$. Kemudian pemerintah mendevaluasikan rupiah terhadap dolar 

    menjadi misalnya, Rp3.000/$.

    Pada periode sesudah pertengahan tahun 1997, pemerintah Indonesia memutuskan untuk 

    mengembangkan kurs rupiah. Dalam situasi tersebut, nilai rupiah bergerak naik atau turun

    tergantung mekanisme pasar. Sebagai contoh, jika perusahaan membutuhkan dolar untuk 

    melunasi utang dalam dolar, permintaan terhadap dolar akan meningkat, yang menyebabkan

  • 8/17/2019 Manajemen Risiko Kelompok 5

    2/18

    naiknya nilai dolar terhadap rupiah (atau turunnya rupiah terhadap dolar). Pada waktu terjadi

     bom, rupiah jatuh nilainya terhadap dolar. Dalam kedua contoh tersebut, rupiah mengalami

    depresiasi terhadap dolar AS. Dalam situasi sebaliknya, rupiah bisa menguat terhadap dolar

    (apresiasi), misalnya dari Rp10.000/$ menjadi Rp9.000/$. Perubahan tersebut ditentukan olehn

    mekanisme pasar, bukannya oleh pemerintah. Bank Sentral bisa saja melakukan intervensi jika

    mereka menginginkan kurs tertentu, tetapi intervensi tersebut biasanya dilakukan melalui

    mekanisme pasar.

    Tabel berikut ini menyajikan contoh perhitungan apresiasi dan depresiasi suatu mata

    uang terhadap mata uang lainnya (perubahan kurs).

    Tabel 12.1 Apresiasi dan Depresiasi Rupiah terhadap Dolar 

    Rupiah Melemah

    Terhadap $

    Rupiah Menguat

    Terhadap $

    Kurs Awal Tahun Rp10.000/$ Rp10.000/$

    Kurs Akhir Tahun Rp12.000/$ Rp8.000/$

    Berapa persen pelemahan/penguatan $

    terhadap Rp

    (12.000-10.000) /

    (10.000)x100% = 20%

    (8.000-10.000) /

    (10.000)x100% = -

    20%

    Berapa persen pelemahan/penguatan

    Rp terhadap $

    (10.000-12.000) /

    12.000x100% = -

    16,67%

    (10.000-8.000) /

    8.000x100% = 25%

    Kolom (2) pada tabel di atas menyajikan situasi di mana rupiah melemah dari Rp10.000/$ pada

    awal tahun menjadi Rp12.000/$ pada akhir tahun. Dalam situasi tersebut, dolar mengalami

    apresiasi terhadap rupiah sebesar 20%. Jika kita menggunakan sudut pandang rupiah, maka kita

    mengatakan bahwa rupiah melemah terhadap dolar sebesar 16,67%. Tanda positif menunjukkan

     penguatan, sementara tanda negatif menunjukkan pelemahan. Kolom (3) menyajikan contoh

     perhitungan situasi di mana rupiah menguat terhadap dolar.

  • 8/17/2019 Manajemen Risiko Kelompok 5

    3/18

    12.1.1 Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Kurs

    Dalam sistem kurs bebas, ada banyak faktor yang menyebabkan kurs bisa berubah-ubah.

    Berikut ini pembahasan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan perubahan kurs tersebut.

    a. Perbedaan Inflasi.

    Inflasi suatu Negara yang lebih tinggi dibandingkan dengan Negara lainnya

    menyebabkan kurs mata uang Negara tersebut melemah. Hubungan yang lebih formal

    atas pernyataan tersebut bisa dilihat melalui persamaan kondisi paritas Purchasing Power

    Parity sebagaiberikut.

    et / e0 = (1 + ih)t / (1 + if )

    t

    dimana et = kurs pada periode t

    e0 = kurs pada awal periodeih = inflasi pada neggara domestik  (home)

    if  = inflasi pada Negara asing

    t = waktu

    Sebagai contoh, misalkan kurs awal Rp10.000/$. Inflasi di Indonesia dan Amerika

    Serikat adalah 20% dan 5%, berturut-berturut. Kurs Rp/4 satu tahun mendatang menurut

    model tersebut adalah :

    e1 = 10.000 (1 + 0,2)1 / (1 + 0,05)1 = Rp11.429/$

    Menurut kondisi paritas, kurs akhir tahun adalah Rp11.429/$, yang berarti rupiah

    mengalami depresiasi terhadap $. Bukti empiris nampaknya mendukung prediksi

    tersebut. Sebagai contoh, pada waktu krisis ekonomi terjadi di Indonesia pada tahun

    1997-an, mata uang rupiah mengalami kemerosotan yang cukup tajam. Pada waktu itu

    Indonesia mengalami inflasi yang cukup parah, yaitu mencapai sekitar 50-60% per tahun.

    b. Perbedaan Tingkat Bunga.Tingkat bunga bisa dibedakan menjadi tingkat bunga nominal dan tingkat bunga

    riil. Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang bisa diobservasi. Sebagai contoh,

     jika kita memperoleh informasi tingkat bunga deposito sebesar 12% per tahun, maka

    tingkat bunga tersebut merupakan tingkat bunga nominal. Tingkat bunga riil tidak bisa

    diobservasi secara langsung. Negara yang mempunyai tingkat bunga nominal yang tinggi,

  • 8/17/2019 Manajemen Risiko Kelompok 5

    4/18

    mata uangnya cenderung mengalami depresiasi. Secara formal, kondisi paritas

    internasional fisher effect meringkaskan situasi tersebut melalui formula berikut ini.

    et / e0 = (1 + r h)t / (1 + r f )

    t

    dimana et = kurs pada periode t

    e0 = kurs pada awal periode

    r h = tingkat bunga nominal pada Negara domestik  (home)

    r f  = tingkat bunga nominal pada Negara asing

    t = waktu

    Sebagai contoh, misalkan kurs awal adalah Rp10.000/$. Tingkat bunga di

    Indonesia dan Amerika Serikat adalah 20% dan 5%, berturut-turut. Kurs Rp/$ satu tahun

    mendatang menurut model Amerika Serikat adalah 20% dan 5%, berturut-turut. Kurs

    Rp/$ satu tahun mendatang menurut model international fisher effect adalah :

    e1 = 10.000 (1 + 0,2)1 / (1 + 0,05)1 = Rp11.429/$

    Menurut prediksi international fisher effect, rupiah melemah menjadi Rp11.429. Dengan

    kata lain, Negara yang mempunyai tingkat bunga yang lebih tinggi, mata uangnya akan

    cenderung melemah (depresiasi). Bukti empiris nampaknya mendukung prediksi tersebut.

    Sebagai contoh, pada waktu krisis ekonomi terjadi di Indonesia pada waktu 1997-an,

    mata uang rupiah mengalami kemerosotan yang cukup tajam. Pada waktu itu tingkat

     bunga di Indonesia sangat tinggi, mencapai sekitar 60% per tahun.

    Tingkat bunga riil berpengaruh positif terhadap nilai mata uang. Dengan kata lain,

     Negara yang mempunyai tingkat bunga riil, maka mata uang Negara tersebut cenderung

    menguat. Alasannya adalah, uang akan mengalir ke Negara dengan tingkat keuntungan

    yang lebih tinggi. Sebagai contoh, misalkan tingkat bunga riil di Indonesia adalah 5%,

    sementara tingkat bunga riil di Amerika Serikat adalah 3%. Dana akan mengalir dari

    Amerika Serikat ke Indonesia. Aliran modal tersebut menyebabkan permintaan terhadap

    rupiah meningkat sehingga rupiah akan menguat terhadap dolar AS. Pada waktu tingkat

     bunga riil keduanya sama, misalnya sama-sama 4%, aliran dana akan berhenti.

    Sayangnya tingkat bunga riil tidak bisa diobservasi langsung. Tingkat bunga riil tersebut

     bisa dihitung secara tidak langsung melalui persamaan berikut ini.

    ( 1 + R ) = ( 1 + a ) ( 1 + i )

    dimana R = tingkat bunga nominal

  • 8/17/2019 Manajemen Risiko Kelompok 5

    5/18

    a = tingkat bunga riil

    i = inflasi

    Persamaan di atas bisa disederhanakan menjadi berikut ini.

    ( 1 + R ) = ( 1 + a + i + a.i )

    Kemudian, karena perkalian a.i menghasilkan angka yang sangat kecil, maka hasil

     perkalian tersebut bisa dianggap nol, sehingga Persamaan di atas bisa disederhanakan

    menjadi :

    R = a + i

    Tingkat bunga nominal sama dengan tingkat bunga riil ditambah inflasi. Jika inflasi

    meningkat, maka tingkat bunga nominal mempunyai kecenderungan meningkat. Karena

    itu meningkatnya tingkat bunga nominal biasanya disebabkan oleh meningkatnya inflasi,

    dan karena itu mata uang Negara cenderung melemah.

    c. Independensi Bank Sentral

     Negara yang mempunyai bank sentral yang independen akan cenderung mempunyai mata

    uang yan lebih kuat, dan sebaliknya. Independensi yang dimaksud disini adalah kemampuan

     bertahan diri tekanan (biasanya) pemerintah yang sedang berkuasa. Presiden yang berkuasa

    kadang-kadang tergoda untuk melakukan kebijakan yang popular. Sebagai contoh, presiden yang

     berkuasa ingin menurunkan tingkat penngangguran. Jika tingkat pengangguran turun, maka

     presiden tersebut akan kelihatanberhasil di mata masyarakat. Tetapi cara ointas untuk

    menurunkan pengangguran adalah dengan mencetak uang beredar lebih banyak lagi. Uang yang

     beredar lebih banyak tersebut akan meningkatkan inflasi, dengan demikian tingkat pertumbuhan

    meningkat tetapi disertai dengan peningkatan inflasi. Jika peningkatan inflasi lebih tinggi

    dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi, maka pertumbuhan ekonomi riil negara tersebut

    menjadi negative. Negara yang bank sentral kurang independen akan gampang ditekan untuk

    mencetak uang lebih banyak, yang mendorong inflasi, dan menurunkan nilai mata uang negara

    tersebut. Negara yang bank sentralnya independen akan bertahan terhadpa tekanan semacam itu,

    dan bisa mengendalikan inflasi negara tersebut. Mata uang negara semacam itu akan cenderung

    menguat.

    d. Pertumbuhan Ekonomi

  • 8/17/2019 Manajemen Risiko Kelompok 5

    6/18

     Negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menarik banyak

    investor. Banyak investor yang ingin masuk, yang menyebabkan naiknya permintaan terhadap

    mata uang tersebut. Mata uang tersebut akan meningkat nilainya karena banyak permintaan

    terhadap mata uang tersebut.

    e. Ekspektasi

    Mata uang bisa dilihat sebagai sekuritas, sehingga bisa digunakan sebagai alat investasi.

    Pengharapan masa mendatang cukup menentukan nilai suatu sekiritas. Jika investor

    memperkirakan perusahaan tertentu akan mempunyai prospek yang baik, maka saham

     perusahaan tersebut akan meningkat, meskipun saai ini perusahaan tersebut tidak atau belum

    mengalami perubahan yang signifikan. Tetapi karena investor cenderung mengantisipasi, maka

    investor akan membeli tanpa menunggu kenyataan yang terjadi di lapangan. Investor harus bertindak atas informasi yang diperolehnya, jika tidak maka ia akan kehilangan kesempatan

    untuk memperoleh keuntungan.

    Jika pengharapan terhadap suatu mata uang positif, maka mata uang suatu negara akan menguat

    dan sebaliknya.

    Tabel 12.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs

    Faktor Pengaruh terhadap kurs

    Inflasi tinggi Depresiasi

    Tingkat bunga nominal tinggi Depresiasi

    Tingkat bunga riil tinggi Apresiasi

    Pertumbuhan ekonomi tinggi Apresiasi

    Independensi bank sentral tinggi Apresiasi

    Ekspektasi positif (negatif) Apresiasi (Depresiasi)

    12.1.2. Eksposur Terhadap Perubahan Kurs

    Jika kurs berubah-ubah seperti yang dijelaskan sebelumnya, bagaimana pengaruhnya

    terhadap organisasi. Eksposur apa yang dihadapi oleh organisasi? Literatur keuangan

  • 8/17/2019 Manajemen Risiko Kelompok 5

    7/18

    internasional membagi tiga jenis eksposur yang dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan

     perubahan kurs, yaitu :

    1. Eksposur transaksi

    2. Eksposur akuntansi3. Eksposur operasi

    Ketiga jenis eksposur tersebut, dalam kaitannya dengan timing perubahan kurs, bisa dilihat pada

     bagan berikut.

    Bagan 12.1 Eksposur Terhadap Perubahan Kurs

    a. Eksposur Transaksi

    Eksposur transaksi adalah eksposur yang terjadi karena perusahaan memasuki kontrak

    tertentu, yang kemudian memunculkan sejumlah nilai uang yang rentan terhadap perubahan kurs.

    Sebagai contoh, misalkan importer Indonesia memebeli barang dari Amerika Serikat senilai $1

     juta. Pembayaran dilakukan tiga bulan mendatang. Kewajiban melunasi utang dagang tersebutsenilai $1 juta rentan terhadap perubahan kurs di masa mendatang. Jika kurs Rp/$ tiga bulan

    mendatang, pada saat utangnya jatuh tempo, melemah, maka ia akan mengalami kerugian karena

    harus menyediakan rupiah yang lebih banyak. Sebagai contoh, jika kurs Rp/$ jatuh menjadi Rp

    20.000/$, padahal saat ini kurs Rp/$ adalah Rp 10.000/$, maka ia harus menyediakan rupiah dua

    kali lebih banyak. Tetapi jika kurs rupiah tiga bulan mendatang menguat terhadap dolar ,

  • 8/17/2019 Manajemen Risiko Kelompok 5

    8/18

    importir tersebut akan memperoleh keuntungan. Sebagai contoh, misal tiga bulan mendatang

    kurs Rp/$ menjadi Rp 5.000/$, maka ia akan menyediakan rupiah lebih sedikit (separuh dari

    rupiah yang disediakan saat ini).

    Bagan berikut ini menunjukkan situasi yang dihadapi oleh importir tersebut.

    Bagan 12.2. Posisi Spot Importir : Sort $

    Bagan tersebut menunjukkan bahwa jika rupiah melemah (bergerak ke kanan), maka

    importir tersebut mengalami kerugian. Semakin besar pelemahan rupiah, semakin besar kerugia

    importir tersebut. Tetapi jika rupiah menguat, importir tersebut memperoleh keuntungan, karena

    menyediakan rupiah lebih sedikit. Semakin besar penguatan rupiah (kurs bergerak ke kiri),

    semakin besar keuntungan importir tersebut.

    Misalkan seseorang eksportir Indonesia menjual barang ke Amerika Serikat, dan akan menerima

    $1 juta tiga bulan mendatang. Posisi spot  yang dihadapi oleh eksportir tersebut akan terlihat

    seperti berikut ini.

    Bagan 12.3. Posisi Spot Eksportir : Long $

  • 8/17/2019 Manajemen Risiko Kelompok 5

    9/18

    Bagan tersebut menunjukkan contoh kebalikan dengan sebelumnya. Jika rupiah

    melemah, maka eksportir tersebut akan memperoleh keuntungan, karena dia akan memperoleh

    rupiah yang lebih banyak. Sebaliknya, jika rupiah menguat (kurs beregerak ke arah kiri),

    eksportir tersebut akan mengalami kerugian, karena ia akan menerima rupiah yang lebih sedikit.

    Ilustrasi diatas menunjukkan bahwa eksportir dan importir, karena memasuki kontrak atau

    transaksi perdagangan, akhirnya menghadapi risiko perubahan kurs.

    b. Eksposur Akuntansi

    Eksposur akuntansi terjadi karena laporan keuangan dengan mata uang tertentu,

    kemudian dikonversikan ke laporan keuangan dengan mata uang lain, rentan (terekspos)

    terhadap peruabahan kurs. Perubahan kurs bisa menyebabkan proses konversi semacam itu

    menghasilkan keuntungan atau kerugian. Sebagai ilustrasi, misalkan suatu perusahaan

    multinasional Amerika Serikat, memiliki anak perusahaan di Indonesia. Misalkan neraca anak

     perusahaan tersebut pada awal tahun terlihat sebagai berikut ini (lihat kolom 2).

    Tabel 12.3 Eksposur Akuntansi

    Dalam RpAwal tahun ($)

    Kurs = Rp 5.000/$

    Akhir tahun ($)

    Kurs = Rp 10.000/$

    Kas

    Piutang dagang

    Persediaan

    1.000.000

    2.000.000

    2.000.000

    200

    400

    400

    100

    200

    200

  • 8/17/2019 Manajemen Risiko Kelompok 5

    10/18

    Aktiva tetap

    Total aset

    5.000.000

    10.000.000

    1.000

    2.000

    500

    1.000

    Utang dagang

    Utang jangja panjang

    Modal saham

    Total pasiva

    2.000.000

    2.000.000

    6.000.000

    10.000.000

    400

    400

    1.200

    2.000

    200

    200

    600

    1.000

    Total aset adalah Rp 10 juta. Karena neraca tersebut dalam rupiah, sedangkan perusahaan

    multinasional tersebut merupakan perusahaan Amerika Serikat, maka neraca tersebut perlu

    dikonversi ke $. Misalkan kurs awal tahun adalah Rp 5.000/$, (kolom 3) tabel diatas menyajikan

    hasil proses dari konversi tersebut. Terlihat bahwa total aset perusahaan adalah $2.000, modal

    saham adalah $1.200. Misalkan satu tahun kemudian perusahaan tidak melakukan aktivitas apa-

    apa, sehingga nilai ekonomis perusahaan tersebut sama antara awal tahun dengan akhir tahun.

    Satu-satunya perbedaan adalah kurs yang berubah, yaitu rupiah melemah dari Rp 5.000/$

    menjadi Rp 10.000/$. Bagaimana efek perusahaan kurs tersebut terhadap neraca anak perusahaan

    dalam dolar?

    Kolom (4) menyajikan hasil konversi dengan menggunakan kurs yang baru yaitu Rp

    10.000/$. Terlihat total aset turun menjadi $1.000, modal saham turun nilainya menjadi $600.

    Penurunan modal saham tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian, yang

    menyebabkan modal sahamnya berkurang nilainya. Perhatikan bahwa kerugian tersebut bukan

    dikarenakan perubahan nilai ekonomis perusahaan, tetapi semata-mata karena perubahan kurs.

     Nilai ekonomis perusahaan sama antara awal tahun dengan akhir tahun.

    Ilustrasi diatas menunjukkan bahwa perusahaan tersebut menghadapi risiko perubahan kurs

    dalam proses konversi laporan keuangannya dari rupiah ke dolar.

    c. Eksposur Operasi

    Eksposur operasi adalah operasi perusahaan yang rentan (terekspos) terhadap perubahan

    kurs. Sebagai ilustrasi, misalkan produsen mobil Jepang Toyota menjual mobilnya ke Amerika

    Serikat. Jika yen menguta terhadap dolar AS, maka harga mobil Toyota di Amerika Serikat akan

  • 8/17/2019 Manajemen Risiko Kelompok 5

    11/18

    menjadi lebih mahal dibandingkan dengan sebelumnya. Akibatnya daya saing mobil Toyota di

    Amerika Serikat menjadi turun.

    Tabel berikut ini menjelaskan kenapa demikian.

    Harga Toyota (dalam yen) Harga Toyota ($)

    Kurs adalah Y100/$

    Harga Toyota ($)

    Kurs adalah Y50/$

    Yen 1.000 $ 10 $ 20

    Misalkan harga mobil tersebut adalah 1.000 yen. Jika kurs yen/dolar adalah yen 100/$,

    maka mobil tersebut akan mempunai harga yaitu $10(1.000/10) di Amerika Serikat. Misalkan

    yen menguat terhadap dolar AS, menjadi Y50/$ dengan kurs baru, harga mobil di Amerika

    Serikat menjadi $20. Terlihat harga mobil Toyota menjadi lebih mahal dibandingkan

    sebelumnya. Kenaikan harga tersebut bukan karena kenaikan harga mobil dalam yen (hargamobil dalam yen tetap), tetapi karena perubahan kurs saja.

    Karena harga mobil Toyota di Amerika Serikat semakin mahal, akibat selanjutnya adalah

     penjualan Toyota di AS berkurang, yang mengakibatkan kas masuk Toyota dari penjulan di

    Amerika Serikat berkurang. Disisi lain, Toyota harus membayar input , tenaga kerja di Jepang.

    Jika pemasukan terganggu, maka operasi Toyota bisa terganggu karena pemasukan menjadi

    lebih sedikit, padahal pengeluaran tetap sama. Toyota dalam contoh diatas dikatakan

    mempunyai eksposur operasi, karena Toyota rentan terhadap perubahan kurs.

    d. Eksposur Ekonomi

    Eksposur operasi digabung dengan eksposur transaksi menjadi eksposur ekonomi.

    Eksposur Ekonomi = Eksposur operasi + Eksposur transaksi

    Eksposur ekonomi adalah nilai perusahaan yang rentan terhadap perubahan kurs. Sebagai

    ilustrasi, kembali ke contoh Toyota, karena penjualan Toyotaberkurang, akibatnya adalah

    menurunnya aliran kas untuk Toyota. Karena aliran kas berkurang, nilai atau harga saham

    Toyota bisa turun. Dengan demikian harga saham Toyota terekspos (rentan)terhadap perubahan

    kurs.

    12.2 RISIKO TEKNOLOGI

  • 8/17/2019 Manajemen Risiko Kelompok 5

    12/18

    Teknologi di satu sisi mempunyai manfaat, di sisi lain memunculkan risiko baru. Perusahaan

    yang menggunakan teknologi yang tepat bisa mendorong bisnis perusahaan (meningkatkan

     penjualan dan menurunkan biaya). Tetapi penggunaan teknologi yang tidak tepat bisa merugikan

     perusahaan dengan signifikan. Dalam kasus yang kebih ekstrim, teknologi baru bisa

    menghancurkan perusahanaan yang tidak menguasai teknologi baru tersebut. Sayangnya risiko

    yang berkaitan dengan teknologi relatif lebih sulit dipahami karakteristiknya, lebih sulit

    dikuantifisir, dan lebih sulit diantisipasi, meskipun risiko teknologi tersebut merupakan sesuatu

    yang riil.

    Secara umum, teknologi yang tepat bisa menurunkan biaya operasional perusahaan,

    seperti terlihat dalam bagian berikut ini.

    Perusahaan yang menggunakan teknologi yang lebih ekstensif digambarkan mempunyai kurva

     biaya rata-rata AC1, sementara perusahaan dengan teknologi yang lebih sederhana digambarkan

    mempunyai kurva biaya rata-rata AC2. Dari kurva tersebut terlihat bahwa perusahaan dengan

    teknologi tinggi beroperasi lebih efisien. Semakin besar output yang dihasilkan, semakin efisien

    operasi perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan dengan teknologi yang lebih

    rendah. Karena itu teknologi bisa menjadi alat persaingan bisnis. Perusahaan dengan teknologiyang lebih baik akan mempunyai posisi persaingan yang lebih baik juga.

  • 8/17/2019 Manajemen Risiko Kelompok 5

    13/18

    Alternatif lain untuk melihat efek dari teknologi adalah dengan menggunakan bagan

     berikut ini.

    Bagan diatas menggambarkan dua perusahaan:

    ∑ Perusahaan yang melakukan investasi yang signifikan di bidang teknologi. Perusahaan

    tersebut ditandai dengan TC2 (total cost  atau biaya total). Karena perusahaan melakukan

    investasi yang signifikan di bidang teknologi, kemudian dikapitalisasi, maka depresiasi yang

    dibebankan menjadi tinggi. Dengan kata lain biaya tetap perusahaan tersebut cukup tinggi

    (FC2). Tetapi biaya variabel perusahaan tersebut lebih rendah. Karena itu slope dari TC2

    cenderung lebih datar.

    ∑ Perusahaan yang investasi di bidang teknologinya lebih sedikit akan menggunakan mesin

    yang lebih sedikit. Karena itu depresiasinya lebih sedikit, dan biaya tetapnya lebih kecil,

    seperti yang ditunjukkan oleh FC1. Tetapi biaya variabelnya lebih besar, sehingga slope dari

    TC1 lebih besar dibandingkan dengan slope dari TC2.

    Dari bagan di atas terlihat bahwa jika perusahaan beroperasi dengan di bawah Q*, maka

     perusahaan dengan teknologi lebih rendah akan lebih efisien (mempunyai biaya yang lebih

    rendah). Tetapi jika perusahaan beroperasi di atas Q*, maka perusahaan dengan teknologi tinggi

    akan lebih efisien. Semakin besar output yang dihasilkan, akan semakin efisien bagi perusahaan

    yang menggunakan teknologi yang lebih besar.

    Di samping bisa mengefisienkan operasi perusahaan, penggunaan teknologi yang tepat bisa

    meningkatkan penjualan. Sebagai contoh, bank yang mempunyai ATM yang lebih baik, jaringan

  • 8/17/2019 Manajemen Risiko Kelompok 5

    14/18

    yang lebih tersebar, mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan lebih banyak nasabah

    dibandingkan dengan bank yang tidak mempunyai ATM atau jaringan ATM-nya tidak banyak.

    Perusahaan dengan teknologi yang lebih baik bisa meluncurkan produk baru, inovasi baru, lebih

     baik lagi.

    Di samping manfaat teknologi yang dibicarakan, penggunaan teknologi bisa memunculkan

    risiko-risiko yang berkaitan dengan teknologi tersebut. Berikut ini beberapa ilustrasi risiko yang

    muncul karena teknologi.

    ∑ Ketergantungan pada teknologi bisa mengakibatkan timbulnya risiko baru. Pada teknologi

    manual (dikerjakan oleh manusia), risiko yang sering dihadapi adalah kesalahan manusia

    (human error ) seperti kesalahan mencatat karena kecapaian. Frekuensi kesalahan semacam

    itu relatif sering. Dengan komputer, risiko semacam itu bisa dihilangkan karena komputertidak pernah kecapaian. Tetapi risiko baru muncul, yaitu risiko terkena serangan virus,

    kerusakan komputer, yang bisa mengakibatkan kerugian yang lebih besar, meskipun

    frekuensi kerugian semacam itu tidak banyak.

    ∑ IBM pada tahun 1970-an merupakan perusahaan terkemuka dengan produk andalannya yaitu

    computer mainframe. Pangsa pasar computer mainframe mencapai lebih dari 90%. Pada

    tahun 1980-an, komputer PC mulai populer. IBM termasuk salah satu perusahaan yang

    mempopulerkan PC. Tetapi PC tersebut tidak pernah dianggap sebagai produk serius. Ketika

    PC semakin baik, semakin andal, banyak perusahaan yang beralih dari mainframe ke PC,

    karena biayanya yang lebih murah. IBM terlambat mengantisipasi sehingga penjualan

    mainframe  jatuh. IBM berada dalam krisis besar. Untungnya Direktur baru berhasil

    melakukan perubahan sehingga IBM bisa bertahan sampai sekarang.

    ∑ Pada tahun 1990-an,  floppy disk  sempat mendapat persaingan produk baru yaitu  Zip-drive

    (buatan lomega).  Zip-drive mirip dengan disk drive, bedanya  Zip-drive lebih tebal, dan

    mempunyai kapasitas lebih besar. Secara ekonomis  Zip-drive tersebut lebih baik 

    dibandingkan dengan disk-drive. Karena itu beberapa PC mulai memasang Zip-drive tersenut

     bersamaan dengan  floppy disk-drive. Nampaknya  Zip-drive akan menjadi standar baru

    menggantikan  floppy-drive. Tetapi karena sesuatu hal,  Zip-drive tidak pernah berkembang

     pesat apalagi menggantikan  floppy-drive. Beberapa analis menganggap kesalahan ada pada

     perusahaan karena tidak bisa memanfaatkan momentum dengan cepat. Tetapi sumber

  • 8/17/2019 Manajemen Risiko Kelompok 5

    15/18

     penghalang lain adalah munculnya teknologi penyimpanan data yang lebih baik, seperti CD

    recordable dan writeable, yang lebih murah dan mempunyai kapasitas yang jauh lebih

     banyak. Flash disk  juga mulai populer dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan

     floppy-disk atau CD. Zip-drive gagal menjadi standar dalam PC karena munculnya teknologi

     bbaru yang lebih baik.

    ∑ Misalkan suatu perusahaan melakukan investasi pada pabrik semen. Pembangunan pabrik

    tersebut memakan waktu lama, misal tiga tahun. Pada waktu pabrik selesai dibangun,

    ternyata muncul teknologi baru yang lebih efisien. Akibatnya pabrik yang sudah terlanjur

    dibangun tersebut tidak akan seefisien jika pabrik menggunakan teknologi baru tersebut.

    Akibat selanjutnya, produk semen yang dihasilkan akan lebih mahal dibandingkan dengan

     produk semen pesaing yang menggunnakan teknologi baru. Kegagalan mengantisipasi

    teknologi baru bisa mempunyai dampak negatif seperti ilustrasi tersebut.

    Seperti disebutkan di muka, risiko teknologi lebih sulit dikuantifir, meskipun risiko tersebut

     benar-benar riil. Bagaimanapun manajer risiko harus sadar bahwa risiko teknologi ada, sehingga

     bisa melakukan antisipasi lebih baik.

    12.3 RISIKO LAINNYA

    Di samping risiko perubahan kurs dan risiko teknologi, masih banyak risiko spekulatif

    lainnya yang di hadapi oleh perusahaan. Bagian berikut ini menjelaskan sebagian risiko

    spekulatif lainnya. Perlu diperhatikan bahwa semua risiko spekulatif tidak bisa dicakup

    seluruhnya di buku ini. Tujuan utamanya adalah menyadarkan pembaca bahwa masih banyak

    risiko lain yang harus diperhatikan oleh perusahaan.

    12.3.1 Risiko Likuiditas

    Risiko likuiditas terjadi jika perusahaan mengalami kesulitan membayar kewajiban

     jangka pendek. Jika risiko likuiditas tidak ditangani dengan baik, risiko tersebut bisa meningkat

    menjadi risiko solvabilitas atau solvency risk, yang bisa mengakibatkan kebangkrutan

     perusahaan. Sebagai contoh, misalkan perusahaan tidak bisa melunasi utang dagangnya.

    Perusahaan mengalami krisis likuiditas sehingga ketika utan dagang menjadi utang wesel.

    Sekarang utang wesel mempunyai kekuatan hukum, karena perusahaan secara tertulis berjanji

    untuk melunasi utang wesel pada tanggal tertentu di masa mendatang. Jika perusahaan gagal

  • 8/17/2019 Manajemen Risiko Kelompok 5

    16/18

    melunasi utang wesel, bukannya tidak mungkin kreditur tersebut tersebut meminta pengadilan

    untuk membangkrutkan perusahaan. Dalam kasus ini perusahaan menghadapi risiko solvency.

    Perusahaan biasa bisa menggunakan risiko likuiditas seperti rasio lancar dan acid ratio untuk

    mengukur risiko likuiditas tersebut, seperti berikut ini.

    Rasio lancar = ( Aktiva Lancar/Utang Lancar )

    Acid ratio = ( Aktiva Lancar – persediaan )/Utang Lancar 

    Di samping rasio keuangan, perusahaan juga bisa menggunakan anggaran kas atau peramalan

    untuk melihat risiko likuiditas. Dibandingkan sektor usaha lain, bank biasanya menhadapi risiko

    likuiditas yang lebih besar. Risiko likuiditas bank besumber dari sisi aset dan sisi pasiva.

    ∑ Sisi aset : jika bank memberikan jaminan atau komitmen untuk memberikan utang

    sejumlah tertentu di masa mendatang (misal 3 bulan). Misalkan 3 bulan mendatang calon

    debitur datang ke bank untuk memanfaatkan janji tersebut, maka bank harus bisa

    menyediakan sejumlah uang yang dijanjikan. Jika bank gagal menjanjikan jumlah uang

    tersebut, maka bank menghadapi risiko likuiditas.

    ∑ Sisi pasiva : sumber dana bank sebagian besar dari dana pihak ketiga dalam bentuk

    tabungan dan deposito. Tabungan praktis bisa di tarik setiap saat. Deposito mempunuyai

     jangka waktu yang cukup pendek (1 bulan sampai 1 tahun). Jika penarikan dana olehmasyarakat terjadi lebih besar dari yang diperkirakan, maka bank tersebut bisa

    mengalami krisis likuiditas. Jika kriris tersebut tidak ditangani, perusahaan bisa terancam

    kelangsungannya. Misalkan masyarakat menjadi panik karena tidak bisa mengalami

    krisis kepercayaan terhadap bank tersebut. Sebagai akibatnya, masyarakat akan menarik

    dananya secara bersamaan dari bank tersebut bank bisa jatuh karena sumber dana

    menghilang, di tarik masyarakat secara bersamaan.

    12.3.2 Risiko Politik (soverigen risk)

    Jika perusahaan merupakan perusahaan multinasional yang beroprasi di banyak negara,

    maka perusahaan tersebut mengalami risiko politik. Risiko politik bisa didefinisikan sebagai

    kejadian di negara tujuan investasi (host) yang bisa mengganggu aliran kas perusahaan

  • 8/17/2019 Manajemen Risiko Kelompok 5

    17/18

    multinasional. Risiko politik merupakan garis kontinum dari yang paling ke yang paling

     berat.

    12.6 Risiko Politik

    Perubahan barangkali termasuk ringan. Kerusuhan sosial cenderung lebih serius, apalagi jika

    disertai dengan gangguan fisik (misal pabrik di bakar) atau gangguan yang lain lebih serius(misal karyawan mogok kerja). Kejadian yang paling berat adalah jika pabrik di ambil alih

    oleh negara lokal (di eksprorisasi). Jika pabrik di ambil alih oleh negara lokal biasanya

     perusahaan tidak bisa berbuat apa-apa.

    Salah satu indikator untuk melihat risiko politik di suatu negara adalah risiko negara

    (country risk) beberapa lembaga menerbitkan risiko negara-negara di dunia, mulai dengan

    negara dengan risiko rendah, tinggi, sampai terlarang. Perusahaan multinasional akan

    memperhatikan risiko negara jika mereka memutuskan untuk melakukan investasi di negaratersebut.

    Paling Ringan Paling Berat

    Perubahan Peraturan Kerusuhan Sosial Pengambil Alihan

  • 8/17/2019 Manajemen Risiko Kelompok 5

    18/18

    DAFTAR PUSTAKA

    Mamduh, M. Hanafi, 2006, Manajemen Risiko (cetakan Pertama). Yogyakarta: UPP STIM

    YKPN.