Manajemen Resiko
-
Upload
teuku-bima-fasha -
Category
Documents
-
view
236 -
download
6
description
Transcript of Manajemen Resiko
A. Pengertian resiko dan manajemen resiko
Istilah (risk) Resiko memiliki berbagai definisi. Resiko dikaitkan dengan
kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi. Manajemen resiko juga dapat diartikan sebagai suatu pendekatan
yang terstruktur atau metodologi dalam upaya mengelola ketidakpastian yang
berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk Penilaian
resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan menatasi risiko dengan
menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumberdaya. Dalam manajemen
resiko, strategi yang dapat diambil untuk mengatasi masalah ini antara lain dengan
memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif
resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Resiko adalah
kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat merugikan
perusahaan.
Vaugan, mengemukakan beberapa definisi resiko
sebagaimana dapat kita lihat sebagai berikut :
1. Risk is the chance of loss ( Resiko adalah kerugian )
Chance of loss berhubungan dengan
suatu exposure (keterbukaan) terhadap kemungkinan kerugian.
Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan
tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Sebagian
penulis menolak definisi ini karena terdapat perbedaan antara
tingkat risiko dengan tingkat kerugian. Dalam halchance of
loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga risiko tidak
ada.
2. Risk is the possibility of loss ( Resiko adalah kemungkinan
kerugian )
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu
peristiwa berada diantara nol dan satu. Namun, definisi ini
kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.
3. Risk is uncertainty ( Resiko adalah ketidakpastian )
Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective.
Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap
situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap
individu yang bersangkutan.
4. Risk is the dispersion of actual from expected result ( Resiko
merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang
diharapkan).
Sedangkan Manajemen risiko adalah suatu sistem
pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak milik dan
keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan
timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko.
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan
terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang
berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk : Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk
mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat
diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain,
menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan
menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.
Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh
penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta
tuntutan hukum). Manajemen risiko keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang
dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan.
Pengertian resiko menurut para ahli :
1. Pengertian manajemen resiko menurut Djohanputro, Manajemen resiko
merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur,
memetakan, mengembangkan alternatif penanganan resiko, dan memonitor dan
mengendalikan penanganan resiko.
2. Pengertian manajemen resiko menurut Siahaan, manajemen risiko adalah
perbuatan (praktik) dengan manajemen Resiko, menggunakan metode dan
peralatan untuk mengelola Resiko sebuah proyek.
3. Pengertian manajemen resiko menurut Smith, Manajemen Resiko didefinisikan
sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah Resiko
yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang
dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.
4. Pengertian manajemen resiko menurut Australia/New Zealand Standards,
Manajemen Resiko merupakan suatu proses yang logis dan sistematis dalam
mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, mengendalikan, mengawasi, dan
mengkomunikasikan Resiko yang berhubungan dengan segala aktivitas, fungsi
atau proses dengan tujuan perusahaan mampu meminimasi kerugian dan
memaksimumkan kesempatan. Implementasi dari manajemen risiko ini
membantu perusahaan dalam mengidentifikasi Resiko sejak awal dan membantu
membuat keputusan untuk mengatasi Resiko tersebut.
5. Pengertian manajemen resiko menurut William, Manajemen resiko juga
merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian
pada sebuah organisasi.
6. Pengertian manajemen resiko menurut Fahmi, Manajemen resiko adalah suatu
bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan
ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan
berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis.
Manajemen resiko tradisional terfokus pada resiko - resiko yang timbul oleh
penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam, tuntutan hukum, kebakaran maupun
kematian). Manajemen resiko keuangan pada sisi lainnya, sangatlah fokus pada
resiko yang bisa dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi resiko yang
berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang
dapat diterima oleh masyarakat
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk
mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan
bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh
masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang
disebabkan
oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi
lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang
tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko
(manusia, staff, dan organisasi).
Manajemen resiko merupakan bagian penting dari strategi
manajemen semua wirausaha. Proses di mana suatu organisasi
yang sesuai metodenya dapat menunjukkan resiko yang terjadi
pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di dalam masing-masing
aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari manajemen resiko yang
baik adalah identifikasi dan cara mengatasi resiko. Sasarannya
untuk menambah nilai maksimum berkesinambungan (sustainable)
organisasi. Tujuan utama untuk memahami potensi upside dan
downside dari semua faktor yang dapat memberikan dampak bagi
organisasi. Manajemen resiko meningkatkan kemungkinan sukses,
mengurangi kemungkinan kegagalan dan ketidakpastian dalam
memimpin keseluruhan sasaran organisasi.
Manajemen resiko seharusnya bersifat berkelanjutan dan
mengembangkan proses yang bekerja dalam keseluruhan strategi
organisasi dan strategi dalam mengimplementasikan. Manajemen
resiko seharusnya ditujukan untuk menanggulangi suatu
permasalahan sesuai dengan metode yang digunakan dalam
melaksanakan aktifitas dalam suatu organisasi di masa lalu, masa
kini dan masa depan.
Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya
organisasi dengan kebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk
dipimpin beberapa manajemen senior. Manajemen resiko harus
diterjemahkan sebagai suatu strategi dalam teknis dan sasaran
operasional, pemberian tugas dan tanggung jawab serta
kemampuan merespon secara menyeluruh pada suatu organisasi,
di mana setiap manajer dan pekerja memandang manajemen
resiko sebagai bagian dari deskripsi kerja.Manajemen resiko
mendukung akuntabilitas (keterbukaan), kinerja pengukuran dan
reward, mempromosikan efisiensi operasional dari semua
tingkatan.
Definisi manajemen resiko (risk management) di atas dapat
dijabarkan lebih lanjut berdasarkan kata kunci sebagai berikut:
1. On going process
Manajemen resiko dilaksanakan secara terus menerus dan
dimonitor secara berkala. Manajemen resiko bukanlah suatu
kegiatan yang dilakukan sesekali (one time event).
2. Effected by people
Manajemen resiko ditentukan oleh pihak-pihak yang berada di
lingkungan organisasi. Untuk lingkungan instansi pemerintah,
manajemen resiko dirumuskan oleh pimpinan dan pegawai
institusi/departemen yang bersangkutan.
3. Applied in strategy setting
Manajemen resiko telah disusun sejak dari perumusan strategi
organisasi oleh manajemen puncak organisasi. Dengan
penggunaan manajemen resiko, strategi yang disiapkan
disesuaikan dengan resiko yang dihadapi oleh masing-masing
bagian/unit dari organisasi.
4. Applied across the enterprised
Strategi yang telah dipilih berdasarkan manajemen resiko
diaplikasikan dalam kegiatan operasional, dan mencakup seluruh
bagian/unit pada organisasi. Mengingat resiko masing-masing
bagian berbeda, maka penerapan manajemen resiko berdasarkan
penentuan resiko oleh masing-masing bagian.
5. Designed to identify potential events
Manajemen resiko dirancang untuk mengidentifikasi kejadian
atau keadaan yang secara potensial menyebabkan terganggunya
pencapaian tujuan organisasi.
6. Provide reasonable assurance
Resiko yang dikelola dengan tepat dan wajar akan
menyediakan jaminan bahwa kegiatan dan pelayanan oleh
organisasi dapat berlangsung secara optimal.
7. Geared to achieve objectives
Manajemen resiko diharapkan dapat menjadi pedoman bagi
organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
B. Tahapan dalam Manajemen Resiko
Menetapkan konteks adalah menetapkan parameter dasar dimana suatu
risiko harus dikelola dan menyiapkan pedoman untuk membuat keputusan yang lebih
rinci dalam proses manajemen resiko. Konteks tersebut termasuk lingkungan internal
dan eksternal organisasi dan tujuan aktivitas manajemen resiko.
Menetapkan konteks eksternal
Langkah ini menentukan lingkungan eksternal dimana organisasi beroperasi
dan hubungan antara organisasi dan lingkungannya antara lain: lingkungan sosial
budaya, regulasi (perkembangan), kompetisi, pasar keuangan dan lingkungan politik
serta stakeholder eksternal.
Menetapkan konteks internal
Sebelum aktivitas manajemen resiko disetiap level dimulai, maka perlu
memahami suatu organisasi antara lain meliputi:
1. Struktur
2. Kapabilitas sumber daya seperti manusia, sistem, proses, modal
3. Target dan sasaran serta strategi untuk mencapainya.
C. Ruang Lingkup Manajemen Resiko
Ruang lingkup proses manajemen resiko terdiri dari :
a) Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola resikonya
Menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang lingkup manajemen
risiko yang akan dilakukan
b) Identifikasi resiko
Mengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut. Teknik-teknik yang dapat
digunakan dalam identifikasi resiko antara lain:
1) Brainstorming (pengungkapan Pendapat)
2) Survey
3) Wawancara
4) Informasi historis
5) Kelompok kerja
c) Analisis resiko
Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan konsekuensi yang
akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada dengan mengalikan
kedua variabel tersebut (probabilitas X konsekuensi).
d) Evaluasi resiko
Evaluasi Risiko adalah membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung
pada tahapan analisis risiko dengan kriteria standar yang digunakan.
Hasil Evaluasi risiko diantaranya adalah:
1) Gambaran tentang seberapa penting risiko yang ada.
2) Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu ditanggulangi.
3) Gambaran tentang kerugian yang mungkin terjadi baik dalam parameter biaya
ataupun parameter lainnya.
4) Masukan informasi untuk pertimbangan tahapan pengendalian.
e) Pengendalian resiko
Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan
menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer risiko, dan lain-lain.
f) Monitor dan Review
Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen risiko yang dilakukan
serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan.
g) Koordinasi dan komunikasi
Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan internal dan
eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan.
Pemahaman risk management memungkinkan manajemen untuk terlibat
secara efektif dalam menghadapi uncertainty dengan risiko dan peluang yang
berhubungan dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan nilai
tambah. Menurut COSO, proses manajemen risiko dapat dibagi ke dalam 8
komponen (tahap)
(1) Internal environment (Lingkungan internal)
Komponen ini berkaitan dengan lingkungan dimana instansi Pemerintah berada dan
beroperasi. Cakupannya adalah risk-management philosophy (kultur manajemen
tentang risiko), integrity (integritas), risk-perspective (perspektif terhadap risiko),
risk-appetite (selera atau penerimaan terhadap risiko), ethical values (nilai moral),
struktur organisasi, dan pendelegasian wewenang.
(2) Objective setting (Penentuan tujuan)
Manajemen harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari organisasi agar dapat
mengidentifikasi, mengakses, dan mengelola risiko. Objective dapat diklasifikasikan
menjadi strategic objective dan activity objective. Strategic objective di instansi
Pemerintah berhubungan dengan pencapaian dan peningkatan kinerja instansi dalam
jangka menengah dan panjang, dan merupakan implementasi dari visi dan misi
instansi tersebut. Sementara itu, activity objective dapat dipilah menjadi 3 kategori,
yaitu : (1) operations objectives; (2) reporting objectives; dan (3) compliance
objectives. Risk tolerance dapat diartikan sebagai variation dalam pencapaian
objective yang dapat diterima oleh manajemen. Dalam penerapan pelayanan pajak
modern seperti pengiriman SPT WP secara elektronik, diperkirakan 80% Wajib Pajak
(WP) Besar akan mengimplementasikannya. Bila ditentukan risk tolerance sebesar
10%, dalam hal 72% WP Besar telah melaksanakannya, berarti tujuan penyediaan
fasilitas tersebut telah terpenuhi. Disamping itu, terdapat pula aktivitas suatu
organisasi seperti peluncuran roket berawak dengan risk tolerance adalah 0%.
(3) Event identification (Identifikasi risiko)
Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik yang terjadi di
lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang mempengaruhi strategi atau
pencapaian tujuan dari organisasi. Kejadian tersebut bisa berdampak positif
(opportunities), namun dapat pula sebaliknya atau negative (risks).
Terdapat 4 model dalam identifikasi risiko, yaitu (1) Exposure analysis; (2)
Environmental analysis; (3) Threat scenario; (4) Brainstorming questions. Salah satu
model, yaitu exposure analysis, mencoba mengidentifikasi risiko dari sumber daya
organisasi yang meliputi financial assetsphysical assets seperti tanah dan bangunan,
human assets yang mencakup pengetahuan dan keahlian, dan intangible assets seperti
reputasi dan penguasaan informasi. Atas setiap sumber daya yang dimiliki organisasi
dilakukan penilaian risiko kehilangan dan risiko penurunan. seperti kas dan simpanan
di bank.
(4) Risk assessment (Penilaian risiko)
Komponen ini menilai sejauhmana dampak dari events (kejadian atau keadaan) dapat
mengganggu pencapaian dari objectives. Besarnya dampak dapat diketahui dari
inherent dan residual risk, dan dapat dianalisis dalam dua perspektif, yaitu: likelihood
(kecenderungan atau peluang) dan impact/consequence (besaran dari terealisirnya
risiko). Dengan demikian, besarnya risiko atas setiap kegiatan organisasi merupakan
perkalian antara likelihood dan consequence.
Penilaian risiko dapat menggunakan dua teknik, yaitu: (1) qualitative techniques; dan
(2) quantitative techniques. Qualitative techniques menggunakan beberapa tools
seperti self-assessment (low, medium, high), questionnaires, dan internal audit
reviews. Sementara itu, quantitative techniques data berbentuk angka yang diperoleh
dari tools seperti probability based, non-probabilistic models (optimalkan hanya
asumsi consequence), dan benchmarking.
Yang perlu dicermati adalah events relationships atau hubungan antar
kejadian/keadaan. Events yang terpisah mungkin memiliki risiko kecil. Namun, bila
digabungkan bisa menjadi signifikan. Demikian pula, risiko yang mempengaruhi
banyak business units perlu dikelompokkan dalam common event categories, dan
dinilai secara aggregate.
(5) Risk response (Sikap atas risiko)
Organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Risk response dari
organisasi dapat berupa: (1) avoidance, yaitu dihentikannya aktivitas atau pelayanan
yang menyebabkan risiko; (2) reduction, yaitu mengambil langkah-langkah
mengurangi likelihood atau impact dari risiko; (3) sharing, yaitu mengalihkan atau
menanggung bersama risiko atau sebagian dari risiko dengan pihak lain; (4)
acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi (biasanya risiko yang kecil), dan tidak
ada upaya khusus yang dilakukan.
Dalam memilih sikap (response), perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti
pengaruh tiap response terhadap risk likelihood dan impact, response yang optimal
sehingga bersinergi dengan pemenuhan risk appetite and tolerances, analis cost versus
benefits, dan kemungkinan peluang (opportunities) yang dapat timbul dari setiap risk
response.
(6) Control activities (Aktifitas-aktifitas pengendalian)
Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan (policies) dan
prosedur-prosedur untuk menjamin risk response terlaksana dengan efektif. Aktifitas
pengendalian memerlukan lingkungan pengendalian yang meliputi: (1) integritas dan
nilai etika; (2) kompetensi; (3) kebijakan dan praktik-praktik SDM; (4) budaya
organisasi; (5) filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen; (6) struktur organisasi;
dan (7) wewenang dan tanggung jawab.
Dari pemahaman atas lingkungan pengendalian, dapat ditentukan jenis dan aktifitas
pengendalian. Terdapat beberapa jenis pengendalian, diantaranya adalah preventive,
detective, corrective, dan directive. Sementara aktifitas pengendalian berupa: (1)
pembuatan kebijakan dan prosedur; (2) pengamanan kekayaan organisasi; (3)
delegasi wewenang dan pemisahan fungsi; dan (4) supervisi atasan. Aktifitas
pengendalian hendaknya terintegrasi dengan manajemen risiko sehingga
pengalokasian sumber daya yang dimiliki organisasi dapat menjadi optimal.
(7) Information and communication (Informasi dan komunikasi)
Fokus dari komponen ini adalah menyampaikan informasi yang relevan kepada pihak
terkait melalui media komunikasi yang sesuai. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam penyampaiaan informasi dan komunikasi adalah kualitas informasi, arah
komunikasi, dan alat komunikasi.
Informasi yang disajikan tergantung dari kualitas informasi yang ingin disampaikan,
dan kualitas informasi dapat dipilah menjadi: (1) appropriate; (2) timely; (3) current;
(4) accurate; dan (5) accessible. Arah komunikasi dapat bersifat internal dan
eksternal. Sedangkan alat komunikasi berupa diantaranya manual, memo, buletin, dan
pesan-pesan melalui media elektronis.
(8) Monitoring
Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus (ongoing) maupun terpisah
(separate evaluation). Aktifitas monitoring ongoing tercermin pada aktivitas
supervisi, rekonsiliasi, dan aktivitas rutin lainnya.
Monitoring terpisah biasanya dilakukan untuk penugasan tertentu (kasuistis). Pada
monitoring ini ditentukan scope tugas, frekuensi, proses evaluasi metodologi,
dokumentasi, dan action plan.
Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti reporting
deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan berlebihan (tidak
relevan). Kendala ini timbul dari berbagai faktor seperti sumber informasi, materi
pelaporan, pihak yang disampaikan laporan, dan arahan bagi pelaporan.
D. Macam-macam Resiko
Menurut sifatnya dibedakan ke dalam :
1. Risiko murni, risiko yang terjadi pasti akan menimbulkan
kerugian dan terjadinya tanpa sengaja. Misal : kebakaran, bencana
alam, pencurian, penggelapan, dan sebagainya.
2. Risiko spekulatif, risiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang
bersangkutan agar memberikan keuntungan bagi pihak tertentu.
Misal: utang piutang, perdagangan berjangka, dan sebagainya.
3. Risiko fundamental, risiko yang penyebabnya tidak dapat
dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita cukup banyak.
Misal : banjir, angin topan, dan sebagainya. Risiko khusus, risiko
yang bersumber pada peristiwa yang mandiri dan umumnya mudah
diketahui penyebabnya, seperti kapal kAndas, pesawat jatuh, dan
sebagainya. Risiko dinamis, risiko yang timbul karena
perkembangan dan kemajuan masyarakat di bidang ekonomi, ilmu,
dan teknologi, seperti risiko penerbangan luar angkasa.
Menurut sumber/penyebab timbulnya :
1. Risiko intern, risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu
sendiri, seperti kerusakan aktiva karena kesalahan karyawan,
kecelakaan kerja.
2. Risiko ekstern, risiko yang berasal dari luar perusahaan, seperti
pencurian, persaingan dalam bisnis, fluktuasi harga, dan
sebagainya.
Untuk garis besarnya ada bermacam-macam risiko dalam
berusaha dan upaya untuk menghindari atau memperkecil risiko,
yaitu :
1. Risiko teknis
Risiko ini terjadi akibat kekurangmampuan manajer atau
Wirausaha dalam mengambil keputusan. Risiko yang sering terjadi:
a. Biaya produksi yang tinggi (inefisien),
b. Pemakaian sumber sumber daya yang tidak seimbang (tenaga
kerja terlalu banyak),
c. Terjadi pencurian, akibat pengawasan yang kurang baik,
d. Terjadi kebakaran, akibat keteledoran dan kurang kecermatan,
e. Terus menerus rugi karena biaya yang terus membengkak serta
harga jual tak berubah,
f. Penempatan tenaga kerja yang kurang tepat sehingga
produktivitas kerja menurun, Perencanaan dan desain yang salah,
sehingga sulit dioperasionalkan, serta hal-hal yang berhubungan
dengan ketatalaksana-an perusahaan.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas dapat ditempuh
upaya-upaya sebagai berikut,
a. Manajer atau Wirausaha menambah pengetahuan tentang:
1) Keterampilan teknis (technological skill), terutama yang
berkaitan dengan proses produksi yang dihasilkan. Diupayakan
dengan memakai metode yang dapat menurunkan biaya produksi
(efisien). Misalnya yang semula dengan teknologi tradisional diganti
dengan teknologi tepat guna atau teknologi modern.
2) Keterampilan mengorganisasi (organizational skiil), yaitu
kemampuan meramu yang tepat dari factor produksi dalam usaha,
mencakup sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber
daya modal. Ibarat membuat kue, bagaimana agar rasanya enak,
murah, dan disenangi pembeli.
3) Keterampilan memimpin (managerial skill), yaitu kemampuan
untuk mencapai tujuan usaha dan dapat dikerjakan dengan baik
dan serasi oleh semua orang yang ada pada organisasi. Untuk ini,
setiap pimpinan dituntut membuat konsep kerja yang baik
(conceptional skill).
b. Membuat strategi usaha yang terarah untuk masa depan, yang
meliputi strategi produksi, strategi keuangan, strategi sumber daya
manusia, strategi operasional, strategi pemasaran, dan strategi
penelitian dan pengembangan. Tujuan strategi ada tiga, yaitu tetap
memperoleh keuntungan, hari depan lebih baik dari sekarang
(usaha berkembang) dan tetap bertahan (survive). Upaya yang
dilakukan ialah kepAndaian menganalisis dan memprognosa
keadaan di dalam dan di luar lingkup organisasi.
c. Mengalihkan kerugian pada perusahaan asuransi, dengan
konsekuensi setiap saat harus membayar premi asuransi yang
merupakan pengeluaran tetap.
2. Risiko pasar
Risiko ini terjadi akibat produk yang dihasilkan kurang laku atau
tidak laku di pasar. Produk telah menjadi kuno (absolensence) yang
diperoleh terus menurun dan terjadi kerugian. Akibatnya
penerimaan (revenue) yang diperoleh terus menurun dan terjadi
kerugian. Hal ini akan menjadi bencana usaha yang berakibat
usahanya sampai di terminal alias gulung tikar. Upaya yang dapat
ditempuh pengusaha adalah sebagai berikut:
a. Mengadakan inovasi (product innovation), yaitu membuat
desain baru dari produk yang disenangi calon pembeli.
b. Mengadakan penelitian pasar (market research) dan
memperoleh informasi pasar secara berkesinambungan.
3. Risiko kredit
Adalah risiko yang ditanggung kreditor akibat debitor tidak
membayar pinjaman sesuai waktu yang telah disepakati. Sering
terjadi produsen menaruh produknya lebih dulu dan dibayar
kemudian. Atau debitor meminjam uang untuk usaha tetapi
usahanya gagal, akibatnya timbul kredit macet. Upaya untuk
mengatasi hal tersebut diantaranya sebagai berikut:
a. Berikan kredit pada seseorang yang minimal memenuhi syarat
sebagai berikut:
1) Dapat dipercaya (character), yaitu watak dan reputasi yang
telah diketahui.
2) Kemampuan untuk membayar (capacity). Hal ini dapat dilihat
dari kemampuan/hasil yang diperoleh dari usahanya.
3) Kemampuan modal sendiri yang ditempatkan dalam usaha
(capital) sehingga merupakan net personal assets.
4) Keadaan usahanya selama ini (conditions) apakah menunjukkan
trend naik mendatar atau menurun.
b. Jangan memberikan pinjaman yang terlalu besar sambil
mengevaluasi kredibilitas debitor.
c. Memperhatikan pengelolaan dana debitor bila yang
bersangkutan memiliki perusahaan. Yang perlu diperhatikan adalah
lembaran neraca, laporan laba-rugi tahunan dan aliran dana setiap
tahun.
4. Risiko alam
Risiko ini terjadi di luar pengetahuan manusia, misalnya gempa
bumi, banjir, angin puyuh, dan kemarau panjang. Karena
kemungkinan terjadi sangat kecil risiko ini dapat dianggap tidak
ada. Tetapi, bila takut menhadapi risiko tersebut, ada perusahaan
asuransi yang berani menanggung risiko tersebut.
E. Upaya Penanggulangan Resiko
Upaya penanggulangan risiko berdasar pada sifat dan objek
yang terkena risiko ada beberapa cara untuk menanggulangi atau
meminimumkan risiko, sebagai berikut:
1. Mengadakan pencegahan dan penanggulangan terhadap
kemungkinan terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian
2. Melakukan retensi artinya mentolerir terjadinya kerugian,
dengan membiarkan terjadinya kerugian dan untuk mencegah
terganggunya operasi dengan menyediakan dana untuk
penanggulangannya.
3. Melakukan pengendalian terhadap risiko, seperti melakukan
perdagangan berjangka
4. Mengalihkan/memindahkan risiko kepada pihak lain, yaitu
dengan cara mengadakan kontrak pertangguhan (asuransi) dengan
perusahaan asuransi terhadap risiko tertentu.
F. Konsep Resiko
Konsep dasar semua risiko mengandung ketidak-pastian.
Sebagian dari risiko tersebut dapat dialihkan kepada asuransi,
namun tidak semua risiko dapat diasuransikan.
Ketidak-pastian yang terdapat dalam setiap risiko mencakup
dua hal, yaitu ketidak-pastian mengenai :
1. Terjadi atau tidak terjadinya peristiwa yang menimbulkan
kerugian.
2. Besar kecilnya kemungkinan kerugian jika terjadi peristiwa yang
menimbulkan kerugian tersebut.
Pada umumnya masyarakat mempersamakan pengertian
resiko, hazard, peril dan losser. Padahal ketiga hal tersebut
berbeda. Maka dari itu hal ini harus dibedakan secara jelas dan
tegas.
Hazard à Peril àLosser
1. Hazard adalah keadaan bahaya yang dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya peril (bencana).
2. Peril adalah suatu peristiwa/kejadian yang dapat menimbulkan
kerugian atau bermacam kerugian.
3. Losser adalah kerugian yang diderita akibat kejadian yang tidak
diharapkan tapi ternyata terjadi.
G. Manfaat Manajemen Resiko
1. Membantu perusahaan menghindari semaksimal mungkin biaya-
biaya yang terpaksa harus dikeluarkan.
2. Membantu manajemen untuk memutuskana pakah resiko yang
dihadapi perusahaan akan dihindari atau diambil.
3. Jika penaksiran risiko dilakukans ecara akurat maka dapat
memaksimalkan keuntungan perusahaan.
H. Langkah-langkah Manajemen Resiko
1. Mengidentifikasi terlebih dahulu risiko-risiko yang mungkin akan
dialami oleh perusahaan
2. Mengevaluasi atas masing-masing risiko ditinjau dari severity
(nilai risiko) dan frekuensinya
3. Mengendalikan risiko, secara fisik (risiko dihilangkan, risiko
diminimalisir) dan ataupun secara finansial (risiko ditahan, risiko
ditransfer)
4. Menghilangkan risiko berarti menghapuskan semua
kemungkinan terjadinya kerugian, misalnya dalam mengendarai
mobil di musim hujan, kecepatan kendaraan dibatasi maksimum 60
km/jam
5. Meminimalisasi risiko dilakukan dengan upaya-upaya untuk
meminimumkan kerugian, misalnya dalam produksi, peluang
terjadinya produk gagal dapat dikurangi dengan pengawasan mutu
(quality control)
6. Menahan sendiri risiko berarti menanggung keseluruhan atau
sebagian dari risiko, misalnya dengan cara membentuk cadangan
dalam perusahaan untuk menghadapi kerugian yang bakal terjadi
(retensi sendiri)
7. Pengalihan/transfer risiko dapat dilakukan dengan
memindahkan kerugian atau risiko yang mungkin terjadi kepada
pihak lain, misalnya perusahaan asuransi
I. Sumbangan Manajemen Resiko
1. Terhadap perusahaan
a. Manajemen resiko dapat mencegah perusahaan dari kegagalan
b. Oleh karena laba dapat ditingkatkan melalui pengurangan
pengeluaran, maka Manejem Resiko menunjang secara langsung
peningkatan laba tersebut.
c. Manajemen Resiko dapat menyumbang secara tidak langsung
laba sedikitnya dengan cara-cara sebagai berikut :
1) Jika sebuah perusahaan dapat memanajeri resiko murninya
dengan berhasil, maka manajer akan bersifat tenang dan percaya
diri, dan membuka pikiran untuk menyelidiki resiko spekulatif.
2) Dengan membebaskan manajer umum dari aspek resiko murni
dari proyek yang bersifat spekulatif, maka manajemen resiko dalam
hal ini menunjang peningkatan kualitas keputusan yang diambil.
3) Bila keputusan telah diambil untuk menerima pokok yang
bersifat spekulatif, maka penanganan resiko spekulatif lebih efisien.
4) Manajemen resiko dapat mengurangi fluktuasi laba tahunan dan
aliran kas.
5) Melalui persiapan sebelumnya, manajemen resiko dalam
banyak hal dapat membuat perusahaan melanjutkan kegiatannya
walaupun telah mengalami kerugian. Jadi, dengan demikian
mencegah langganan pindah kesaingan.
d. Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh
adanya perlindungan terhadap resiko murni, merupakan harta non
material bagi perusahaan
e. Manajemen resiko melindungi perusahaan dari resiko murni,
dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai
perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung menolong
meningkatkan public image.
2. Terhadap keluarga
a. Manajemen resiko dapat mempersiapkan keluarga dengan
kelima faedah tersebut diatas.
b. Manajemen resiko yang sehat mungkin menyanggupkan suatu
keluarga untuk mengurangi pengeluaran untuk asuransi tanpa
mengurangi sifat perlindungannya.
c. Jika suatu keluarga telah dilindungi terhadap kematian atau
kesehatan, kehilangan atau kerusakan harta bendanya, maka
keluarga itu mungkin akan berani untuk menanggung resiko dalam
berinvestasi atau persetujuan mengenai karier.
d. Suatu keluarga dapat disembuhkan dari tekanan fisik dan
mental.
e. Keluarga mungkin memetik faedah dari program manajemen
resiko yang menolong orang-orang lain.
3. Terhadap Masyarakat
a. Manajemen resiko membuat masyarakat sekitar perusahaan
akan ikut menikmati, baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap hasil penanggulangan risiko yang dilakukan perusahan,
misalnya masyarakat tidak terganggu akibat pemogokan kerja,
demo karyawan serta terhindar dari pencemaran lingkungan
b. Dan Masyarakat juga dapat memetik faedah dari makin
efisiennya manajemen resiko menangangi perusahaan dan keluarga
akan mengurangi beban masyarakat (social cost).