Manajemen Produksi Benih Summery

11
MANAJEMEN PRODUKSI BENIH Oleh: Nama : Anatasia NIM : 125040200111140 Kelas : I PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

description

tugas kuliah Pak Semeru

Transcript of Manajemen Produksi Benih Summery

Page 1: Manajemen Produksi Benih Summery

MANAJEMEN PRODUKSI BENIH

Oleh :

Nama : Anatasia

NIM : 125040200111140

Kelas : I

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

2015

Page 2: Manajemen Produksi Benih Summery

Dalam mempelajari manajemen produksi benih kita harus terlebih dahulu mengetahui pengertiannya. Pengertian nya dibagi menjadi 3 yaitu manajemen yang berarti cara untuk mengelola atau mengatur suatu obyek agar terarah dan mudah dalam mencapai suatu tujuan, produksi yang adalah suatu proses tahapan dari awal hingga akhir ( hulu ke hilir) dari proses penciptaan yang menghasilkan barang atau jasa, dan yang terakhir ada benih yaitu bahan yang digunakan dalam proses perbanyakan tanaman.

Landasan hukum perbenihan

PP No 44 tahun 1195 tentang perbenihan Kepmen no 902/1996 tentang pengajuan, penelitian dan pelepasan varietas Kepmen no 803/1997 tentang sertifikasi dan pengawasan UU no 12 tahun 1992 tentang system budidaya tanaman

Managerial dibagi menjadi 3 yaitu:

1.Master him self:

o budding, grafting, species

o good planning: marketing, budgeting

o experiences: training, short cources

o technical master

2. Delegation of authority:

o the right man on the right place

o trusthy; chusnudon

o training for the next/ regeneration

3. Rewards and punishment:

REWARDS:

o Appreciation:

o material : money, other kinds:

o non-material : letter of appreciation

PUNISHMENT:

o Letter for credible

o Withdrawn of letter of appreciation

o Fire

Page 3: Manajemen Produksi Benih Summery

Part of production is :

o NURSERY LAY OUT

o MAKING A PROPOSAL

o OFFERING TO THE INVESTOR

o ACTION-OPERATION

Pemerintah mempunyai peranan yang penting dalam usaha meningkatkan produktivitas pertanian yaitu dengan memberikan perhatian yang besar dalam mengembangkan perbenihan di tanah air. Salah satu keberhasilan usaha peningkatan produksi padi sangat tergantung dari mutu benih. Benih yang bermutu adalah benih yang bersertifikat. Sertifikasi benih adalah suatu cara pemberian sertifikat atas cara perbanyakan, produksi dan penyebaran benih yang sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia.

Suatu varietas hanya dapat disertifikasi bila telah dianjurkan oleh tim penilai dan pelepas varietas dari Badan Benih Nasional dan disetujui oleh Menteri Pertanian. Selanjutnya pelaksanaan sertifikasi benih dilaksanakan oleh Dinas Pengawasan dan Sertifikasi Benih, dengan tugas pokok yaitu sertifikasi benih, pembinaan, pengaturan dan peningkatan mutu perbenihan tanaman pertanian. Tujuan sertifikasi benih adalah memelihara kemurnian mutu benih dari varietas unggul serta menyediakan secara kontinyu kepada petani.

Pengembangan agribisnis hortikultura sangat ditentukan oleh mutu benih, namun masih ada kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan benih bersertifikat. Saat ini benih introduksi masih mendominasi peredaran, hal ini mungkin dapat disebabkan karena SDM dan permodalan perbenihan kita masih lemah, keelembagaan perbenihan belum sesuai harapan serta pengawasan peredaran benih masih mengalami banyak hambatan dan masih sangat tidak menjamin petani – petani yang memiliki luas lahan dan modal kecil.

Isu perbenihan yang berkembang di daerah Jawa Timur antara lain :

Produksi benih hortikultura khususnya tanaman hias masih didominasi oleh benih introduksi karena sumber parental line dalam negeri masih lemah

Produksi tanaman buah belum memperhatikan batang bawah (hanya kebenaran batang atas yang menjadi perhatian)

Produksi benih bersertifikat di Balai Benih Hortikultura (UPT Pengembangan Benih Hortikultura) masih sangat terbatas pada komoditi tertentu.

Bimbingan kemandirian usaha perbenihan perlu digalakkan (produksi benih dapat menjadi tambahan usahatani)

Pada beberapa varietas tanaman (di Jatim) masih terdapat ketidakjelasan sumber benih, PIT dan BPMT.

Pemberdayaan kelompok penangkar belum optimal

Page 4: Manajemen Produksi Benih Summery

Kebijakan umum perbenihan antara lain :

Penyediaan benih bermutu dari varietas unggul secara 7 tepat (Jenis, Varietas, Mutu, Jumlah, Waktu, Lokasi, Harga yang Terjangkau)

Mendorong dan membina pihak swasta, BUMN dan Koperasi dalam produksi dan distribusi benih.

Meningkatkan peran UPT Pengembangan Benih Hortikultura dan UPT PSBTPH dalam perbenihan ditingkat regional maupun nasional.

Terdapat beberapa contoh pengembangan benih, antara lain sebagai contoh :

A. Pengembangan benih tanaman jeruk

Permintaan pasar dalam negri terhadap komoditi jeruk khususnya jeruk keprok/siem masih cukup tinggi, sementara kebutuhan akan konsumsi jeruk tersebut banyak diisi oleh jeruk import. Minat petani dalam budidaya jeruk masih cukup besar karena keuntungan yang menjanjikan. Sementra sampai dengan saat ini (tahun 2010), pengembangan kawasan jeruk dihadapkan pada kondisi sebagai berikut :

-Terjadi penurunan populasi jeruk siem/keprok karena serangan hama/penyakit yang berakibat pada penurunan tanaman yang menghasilkan dan produksi/produktivitas serta alih fungsi lahan, terutama yang terjadi di Kabupaten Jember, Banyuwangi dan Sumenep khususnya selama 3 tahun terakhir, yaitu :

Kab. Banyuwangi dengan jumlah tanaman yang menghasilkan di tahun 2007 sebesar 7.611.461 pohon dengan produksi 279.490 ton sedangkan pada tahun 2009 menjadi 5.927.464 pohon dengan produksi 82.130 ton.

Kab. Jember dengan jumlah tanaman yang menghasilkan di tahun 2007 sebesar 5.429.417 pohon dengan produksi 258.882 ton di tahun 2009 menjadi 4.680.584 pohon dengan produksi 123.216 ton

Kab. Sumenep, jumlah tanaman yang menghasilkan di tahun 2007 sebesar 50.408 pohon dan produksi 1.360 ton, di tahun 2009 menjadi 35.442 pohon dengan produksi 1.271 ton.

Total propinsi pada tahun 2007 menunjukkan tanaman yang menghasilkan sebesar 16.159.012 pohon dan produksi 633.417 ton sedangkan pada tahun 2009 jumlah tanaman yang menghasilkan 14.314.721 pohon dengan produksi 312.348 ton.

Page 5: Manajemen Produksi Benih Summery

Adanya kelangkaan sumber benih BF dan BPMT pada jeruk besar, sehingga perbanyakan benihnya mengalami hambatan.

Adanya kesenjangan antara kebutuhan benih (oleh petani) dan ketersediaan benih bersertifikat yang menyebabkan petani menggunakan benih sembarangan (tak jelas asal usulnya).

Banyak BPMT yang tak terpelihara (mengalami kerusakan berat/ringan) yang menyebabkan ketidakmampuan penyediaan benih (sumber mata tempel).

Kesulitan perolehan batang bawah bersertifikat.

Dukungan yang diperlukan untuk pengembangan perbenihan jeruk keprok/siem dan jeruk besar:

- Fasilitasi BF/BPMT di sentra produksi (screen house, benih sumber, dll)

- Penyiapan batang bawah yang sesuai dan bersertifikat (mempunyai respon yang baik tehadap kualitas hasil buah)

- Pembinaan/penumbuhan penangkar khususnya di sentra produksi

- Perlunya Penghitungan kebutuhan benih jeruk& kemampuan BF/BPMT

- Perlunya inovasi baru pengembangan jeruk (varietas baru, dll)

- Forum perbenihan

B. Pengembangan benih tanaman durian

Tingginya permintaan pasar terhadap durian terutama durian montong (di pasar modern), sementara durian unggul lokal yg sudah dilepas tak dijumpai di pasaran. Minat untuk pengembangan durian masih tinggi, namun umumnya menginginkan durian introduksi varietas montong, dll (mengikuti preferensi konsumen). Saat ini durian termasuk salah satu komoditi buah yang dianggap kritis keadaannya karena :

- Kelangkaan benih tanaman durian unggul nasional asal Jawa Timur yang sudah dilepas.

- Tak adanya BF dan BPMT durian asal Jawa timur yang sudah dilepas, baik di penangkar maupun di UPT Pengembangan Benih Hortikultura.

- Adanya ancaman penebangan PIT (Pohon Induk Tunggal).

- Isu penyimpangan karakteristik hasil buah dari karakteristik asalnya (tak seperti PI yang diharapkan).

- Isu ketidak benaran mata temple.

-Tantangan pemeliharaan benih tanaman durian yang cukup sulit

Page 6: Manajemen Produksi Benih Summery

Dukungan yang diperlukan untuk pengembangan perbenihan durian :

- Fasilitasi BF/BPMT di sentra produksi dan di UPT Pengembangan Benih Hortikultura ( benih sumber, dll).

- Pembinaan/penumbuhan penangkar khususnya di sentra produksi.

- Perlunya Penghitungan kebutuhan benih durian unggul lokal dan kemampuan BF/BPMT.

- Perlunya inovasi baru pengembangan durian (agar tak terjadi penyimpangan karakteristik).

- Forum perbenihan.

C. Pengembangan benih tanaman hias

Bunga potong krisan atau seruni mempunyai nilai ekonomis tinggi dan prospek pemasaran yang sangat cerah. Kondisi ini membuat petani bunga potong krisan sangat bergairah dalam berusaha, namun ada kendala yang sangat strategis dan menentukan terhadap kualitas hasil sebagai bunga potong adalah masalah penyediaan benih sumber yang masih terbatas.

Pada saat ini petani bunga potong krisan di Jawa Timur banyak mengalami kesulitan untuk mencukupi kebutuhan benih sumbernya. Sebagian besar benih tersebut didatangkan dari Prov.Jawa Barat, mengingat terbatasnya produsen benih krisan di Jawa Timur. Dilain pihak permintaan pasar akan benih krisan semakin lama semakin meningkat (Kec.Tutur, Kec. Poncokusumo, Sidomulyo, Mojokerto), sehingga peluang usaha dibidang perbenihan krisan sangat sulit sekali untuk dikembangkan.

Sedangkan untuk perbenihan anggrek, sejauh ini sebagian benih yang digunakan petani masih diimpor dari luar negeri. Ketergantungan benih anggrek impor ini menyebabkan daya saing industri anggrek menjadi lemah. Upaya yang dilakukan adalah dengan memberdayakan Pusat Perbenihan Anggrek Malang Raya yang anggotanya terdiri dari para penangkar benih anggrek di Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu dan Kabupaten Pasuruan.

Tujuan dibentuknya Pokja Anggrek Malang Raya ini adalah untuk memperbaiki kualitas benih anggrek lokal agar mampu bersaing dengan produk luar negeri, mendukung program pemerintah menuju swasembada benih hortikultura dan meningkatkan pendapatan petani/pengusaha benih anggrek.

Pengembangan perbenihan hortikultura dengan fokus komoditas (jeruk, durian, krisan, anggrek) merupakan dukungan terhadap pengembangan agribisnis hortikultura yang dilaksanakan berdasarkan 6 pilar (Pengambangan kawasan, Penataan Rantai Pasokan, Penerapan GAP/SOP, Fasilitasi Terpadu Investasi Hortikultura (FATIH), Penguatan Kelembagaan, Peningkatan Konsumsi dan Akselerasi Ekspor).

Page 7: Manajemen Produksi Benih Summery

Untuk mewujudkan agribisnis hortikultura tersebut mulai Tahun 2009 di Jatim telah dilaksanakan KHPI (Kawasan Hortikultura Pendampingan Intensif). Oleh karena itu diperlukan dukungan ketersediaan benih bermutu varietas unggul agar mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan.

Yang mendorong dilakukannya pengembangan benih ialah Benih adalah awal keberhasilan, pertumbuhan agribisnis harus menghela industri benih, penelitian bidang perbenihan merupakan bagian dari sistem perbenihan nasional, sistem perbenihan merupakan sistem pemanfaatan SDG nasional dalam suatu rangkaian fungsi ekonomi mendukung ketahanan pangan dan agribisnis berdaya saing. Dapat banyak permaslahan yaitu Dominasi negara maju, prospek bioteknologi dan kontroversinya (gene revolution), HKI dalam IPTEK dan perbenihan, kekurangharmonisan peraturan, reorganisasi Kementrian Pertanian, desentralisasi pemerintahan (revisited), swastanisasi, mobilisasi masyarakat.

Sumber benih tetua yang digunakan harus jelas kepemilikan, asal-usul, dan karakternya dan Sumber benih tetua yang digunakan untuk diproduksi benih hibridnya hanya benih yang:

a. Telah dinyatakan sebagai tetua kandidat hibrida unggul oleh pemulia/penyelenggara pemuliaan berdasarkan hasil penelitiannya

b. Telah dilepas berdasarkan Surat Menteri Pertanian Republik Indonesia

Program pengembangan benih hortikultura antara lain:

1. Penguatan dan peningkatan kinerja UPBS

Produksi benih inti; benih penjenis; Penyediaan sarana, prasarana; Produksi, promosi dan pemasaran benih dasar; Implementasi dan sertifikasi sistem manajemen

mutu ISO 9001

2. Peningkatan kapasitas dan penguatan SMM

Penyediaan sarana, prasarana; Akreditasi-perluasan ruang lingkup ISO 9001

3. Fasilitasi penguatan BPTP untuk menjadi produsen benih sumber (benih dasar/sebar)

Penyediaan sumber daya (VUB, SDM); Implementasi dan sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001; Produksi, promosi dan pemasaran FS, SS

Page 8: Manajemen Produksi Benih Summery

4. Pembentukan jejaring kerja perbenihan

Membentuk jaringan informasi (sumber daya, produk, pasar)

Membina kinerja UPBS dan Lab Uji melalui fasilitasi penerapan sistem

manajemen mutu

5. Penguatan penelitian teknologi perbenihan

Teknologi produksi dan distribusi benih efisien dan massal

Jadi dapat dijelasakan undang – undang, kebijakan serta peraturan perbenihan yang dilakukan oleh pemerintah memiliki peran yang sangat menentukan dalam pengembangan agribisnis, ketertinggalan industri benih Jatim merupakan masalah serius, perlu diatasi dengan serius pula, Jatim memiliki sumberdaya yang melimpah untuk membangun industri benih yang tangguh, pengembangan varietas unggul asal suatu kabupaten merupakan tanggung jawab dari kabupaten bersangkutan sesuai komitmen saat pelepasan varietas