MANAJEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM
description
Transcript of MANAJEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM
MANAJEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM(Kajian tentang : Penerapan Fungsi-fungsi Manajemen dalam Pengembangan Kurikulum)
Oleh : Marubat Sitorus NIM : 09011050
Manjemen dalam sebuah sekolah juga dapat di pilah berdasarkan aspek kegiatan di
sekolah antara lain Kurikuler, Ketenagaan, Kegiatan Kesiswaan, Pengemebangan Sarana-
prasarana, Hubungan Masyarakat. Aspek Kegiatan Kurikuler atau sering juga disebut Bidang
Akademik sudah mencakup Kegiatan Pengembangan Kurikulum, Kegiatan pembelajaran,
Kegiatan Penilaian serta Pendayagunaan Sumberdaya terkait kegiatan Akademik tersebut.
Dalam kaitan ini secara khusus dibatasi pada kegiatan Pengembangan Kurikulum, yang
tentunya menggunakan konsep-konsep manajemen, sesuai dengan implementasi di masing-
masing sekolah.
Kurikulum sebagai suatu piranti penting pendidikan yang menggambarkan
keseluruhan dari tujuan, isi dan strategi pelaksanaan pendidikan khususnya pembelajaran di
suatu sekolah. Proses pengembangan Kurikulum Sekolah di Indonesia saat ini sudah
berbasis sekolah, dimana pemerintah hanya menetapkan arah kebijakan, landasan dan
standar isi kurikulum secara nasional, yang selanjutnya dikembangkan menjadi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Proses pengembangan kurikulum secara mikro benar-
benar diserakan ke sekolah, sehingga dapat didesain kurikulum yang mengacu pada standar
Isi (standar nasional) dan sesuai keadaan, kemampuan dan konteks dimana sekolah itu
berada.
Dalam pengembangan KTSP sangat diperlukan pengelolaan yang sistematis, dimulai
dengan Analisis Konteks dan Kebutuhan, Penyususnan dan Revisi, Penerapan, Supervisi,
diakhiri dengan penilaian berkelanjutan; dan jelas disini dibutuhkan manajemen
pengembangan kurikulum.
I. Identifikasi Fungsi-Fungsi Manajemen
Secara umum fungsi manjerial dalam suatu organisasi meliputi ; Perencanaan
(Planning), Pengorganisasian (organizing), Pelaksanaan (Implementing, Directing,
Actuating), Pengendalian (Controling) dan Penilaian (Assesment, Evaluating). Dalam
pendidkanpun fungsi manajerial tersebut berlaku sama, membentuk semacam siklus,
artinya setelah melalui btahapan Evaluasi, hasilnya digunakan kembali dalam Perencanaan
berikutnya.
II. Identifikasi Komponen Kurikulum
Kurikulum merupakan landasan operasional pendidikan dalam kurun waktu
tertentu. Kurikulum merupakan serangkaian ketentuan yang mengatur masukan, proses dan
keluaran yang diberlakukan bagi lembaga, pengelola, guru dan siswanya. Komponen suatu
kurikulum biasanya merupakan integrasi berbagai unsur yang menggambarkan keseluruhan
dari rancangan pendidikan dan pembelajaran yang sekurang-kurangnya terdiri dari: tujuan,
struktur dan isi serta strategi pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di suatu sekolah.
Saat ini di semua sekolah dikenal kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang
disusun sekolah berdasarkan panduan standar (terbatas) dari Kementerian pendidikan.
Pemerintah menetapkan garis besar muatan, standar isi dan beban belajar satuan
pendidikan dilengkapi dengan berbagai dokumen peraturan serta pedoman
pengembangannya, sebagai kurikulum dokumenter. Selanjutnya sekolah mengembangkan
sendiri kurikulum sekolahnya mengikuti panduan yang sudah ada menjadi kurikulum
operasional yang disebut KTSP.
Merujuk pada pedoman Penyusunan dan Pengembangan KTSP, KTSP sekurang-
kurangnya meliputi penyusunan komponen sebagai berikut :
1) Visi dan Misi satuan pendidikan
2) Tujuan Pendidikan Satuan Pendidikan
3) Analisis Konteks : Analisis SWOT, Analisis SK-KD, Scholl Review dan
Benchmarking Sekolah
4) Struktur Dan Muatan KTSP meliputi Mata pelajaran, Muatan Lokal,
Pengembangan diri, Pengaturan Beban belajar, Pendidikan Kecakapan Hidup,
Pendidikan Keunggulan Lokal dan Global.
5) Kalender Pendidikan
6) Sillabus, Strategi Pelaksanaan
7) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
8) Ketentuan Kelulusan-Kenaikan Kelas, KKM dan persyaratan akademik lainnya.
9) Penilaian dan Pelaporan hasil Belajar
Kompleksitas struktur dan muatan KTSP diatas menunjukkan betapa luasnya
aspek cakupan pengelolaan kurikulum yang hampir memuat keseluruhan aspek
manajerial sekolah, sehingga penerapan fungsi-fungsi manajemen jelas diperlukan.
III. Penerapan Fungsi Manjemen Dalam Pengembangan Kurikulum
Pengembangan dan Pengelolaan Kurikulum merupakan pekerjaan manajerial
besar dalam perencanaan pendidikan. Dalam sejarah pendidikan Indonesia, sebelum
tahun 2006 kurikulum dikembangkan oleh tim ahli secara terpusat sampai ke hal-hal
detail, guru hanya menyusun lesson plan mengikuti kurikulum yang sudah digariskan
secara rinci. Kini peran sekolah semakin diperluas dan dituntut lebih bertanggung
jawab menetukan kurikulum yang akan dilaksanakan.
Kurikulum itu sendiri adalah merupakan bagian dari manajemen sekolah,
terutama dari sisi Perencanaan dan Pengorganisasiannya. Artinya menyelesaikan
kurikulum berati menyelesaikan sebagian besar fungsi manajemen sekolah dalam
fase Perencanaan dan Pengoganisasian. Ditandai dari adanya penetapan visi, misi
tujuan, analisis konteks, struktur dan muatan pembelajaran, serta pengaturan
persyaratan akademik.
Sebaliknya dengan memandang aspek pengembangan kurikulum sebagai
satu program tersendiri dalam program sekolah maka semua fungsi manajerial akan
diterapkan secara simultan didalamnya, sebgaimana uraian brikut ini :
Perencanaan Kurikulum
Perencanaan pengembangan kurikulum adalah kegiatan penyususunan
program Kegiatan Pengembangan Kurikulum yang mencakup paling tidak,
Rasional, Tujuan, Struktur Kurikulum dan sasaran, Sumberdaya (pembagian tugas
dan tanggungjawab) dan sumber dana, waktu dan jadwal pelaksanaan.
Perencanaan pengembangan kurikulum pola KTSP sangat tergantung dengan
kesiapan SDM sekolah yang sesungguhnya belum memiliki tenaga ahli kurikulum,
oleh karenanya didalamnya juga diterakan kegiatan orientasi/workshop, sumber-
sumber eksternal, ketersediaan dokumen, keterkaitan peraturan- instansi- pihak-
pihak lainnya dengan ukuran keterlibatan dan tanggungjawabnya.
Pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian sesungguhnya adalah kegiatan penyusunan
(realisasi) kurikulum itu sendiri, merupakan bagian terpenting dalam
pengembangan kurikulum yang akan menghasilkan produk berupa dokumen
KTSP. Kurikulum yang dibuat dan diorganisir oleh sekolah kemudian akan
digunakan sebagai pedoman operasional pembelajaran adalah merupakan
piranti rancangan/rencana pendidikan yang shah diberlakukan di satuan
pendidikan bersangkutan.
Dalam kajian ini Kurikulum dimaksud adalah KTSP yang meliputi dua
dokumen. Dokumen I dikembangkan oleh TIM pengembang Kurikulum dipimpin
kepala sekolah, setidaknya berisi: Visi, misi dan tujuan Sekolah, Struktur/Muatan
Kurikulum dan Beban Belajar, Standar kompetensi, Kriteria Hasil belajar, Alur
Pencapaian Kompetensi dan Kalender Satuan Pendidikan. Penyusunan Dokumen
I KTSP melalui analisis konteks yang melibatkan Dinas pendidikan, Komite
Sekolah, Dunia Usaha/Industri, Bappeda dan Narasumber Akademik (mis: LPMP,
BSNP, dan PT). Dokumen II disusun oleh guru dan kelompok guru mata pelajaran,
didasarkan pada dokumen I. Dokumen II terdiri dari Sillabus dan RPP yang
dilengkapi dengan program tahunan, program semester, rancangan penilaian
dan tindak lanjut serta kalender mata pelajaran.
Langkah Langkah Pengorganisasian/Pengembangan Kurikulum
1. Konsiderasi Visi dan Misi serta Tujuan Pendidikan yang ingin dicapai.
2. Merumuskan tujuan pendidikan, tujuan program studi, tujuan mata pelajaran.
3. Mengkonsiderasikan tujuan pembelajaran sebagai turunan dari Standar Isi
dalam bentuk rumusan tertulis Standar Kompetensi Lulusan, Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator Pencapaian dan Indikator/kriteria
penilaian.
4. Pemilihan materi dan isi pembelajaran untuk mencapai tujuan, serta bentuk
pengalaman belajar yang diperlukan. Menetapkan metode dan prosedur
pelaksanaan untuk mencapai tujuan.
5. Pemilihan teknik dan bentuk penilaian hasil belajar, penetapan indikator dan
kriteia penilain.
6. Memilih sumber belajar, referensi, media, alat dan material bagi siswa dan
untuk guru.
7. Menentukan standar ketuntasan (KKM), kriteria kenaikan kelas dan kelulusan.
Prinsip Pengornanisasian Isi Kurikulum
1. World-Related Sequence /Kaitan dengan Dunia Nyata
Isi dan rangakaian materi pembelajaran hendaknya memperhatikan keterkaitan dengan
keberadaan manusia, objek dan peristiwa dalam kehidupan dunia nyata.
2. Concept-Related Sequence / Rangkaian Konseptual
Pengaturan materi harus mencerminkan kaidah organisasi konseptual yang berlaku,
sehingga konsep-konsep dan objek dalam kurikulum menunjukkan hubungan yang logis.
a. Hubungan Sejenis /Class Relation
Pengelompokan konsep dan kompetensi disusun berdasarkan kedekatan
almiah konsep dan objek yang dipelajari. Contoh
1. Teach mammals before teaching specific animals.
2. Compare sound and light before teaching about wave motion.
b. Hubungan Prasyarat/ Propositional Relation
Komponen materi disusun dari apa yang seharusnya diperlukan untuk
mempelajari kompetensi selanjutnya. Contoh:
1. Mengajarkan kesamaam hak didaloam hukum sebelum mengajarkan
Keputusan Hakim bersifat mutlak.
2. Mempelajari penjumlahan dan pengurangan, sebelum pembagian dan
akar.
3. Ilmiah
Penemuan dan penanaman konsep/pengetahuan dilandasi prinsip dan metode
ilmiah berdasarkan urutan dalam inkuiri. Contoh : Metodolgi Sains – identifikasi dan
rumusan masalah, hypothesis, pengamatan, uji-coba, evaluasi dan menarik
kesimpulan.
4. Learning-Related Sequence / Sesuai dengan Tahapan Belajar
Pengorganisasian materi dan kegiatan pembelajaran harus didasarkan pada konsep
psikologi belajar yang telah teruji dari berbagai riset bagai mana orang mengalami
pembelajaran. Hal ini terutama ditujukan dalam pengorganisasian pengalaman
belajar siswa agar sesuai dengan proses pengalaman belajar alamiah manusia.
a. Empirical Prerequisites/Prasyarat Pengalaman
Kegiatan dan pengalaman belajar dimulai dari apa yang sudah diketahui, dari
hal yang lebih mudah dan sederhana menuju ke yang lebih rumit
b. Familiarity/Kedekatan
Apa yang paling dekat dengan kehidupan siswa harus didahulukan dari yang
kurang lazim diketahui.
c. Difficulty/Tingkat Kesulitan
Dari isi yang mudah ke isi yang lebih sulit.
d. Interest/Menarik
Kemasan isi materi dan pengalaman belajar dibuat menarik bagi peserta
didik.
e. Continuity/Kesinambungan
Proses dalam kurikulum dirancang memungkinkan peserta didik
meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan sikapnya secara
berkesinambungan. Prinsip ini menginginkan perulangan dalam periode
tertentu materi pelajaran dengan terus mengalami peningkatan mutu dan
kedalamannya (Kurikulum Model Spiral)
f. Integration/Terpadu
Segala sesuatu terlihat saling terkait dan berhubungan. Disini lah esensi
perancangan kurikulum yang utuh, sebagi mana layaknya dalam kehidupan
berbagai konsep, even dan objek saling berkait dalam kehidupan nyata.
g. Articulation/Keterlaksanaan
Keterlaksanaan harus memperhatikan kebutuhan waktu dan pendukung
kegiatan belajar, disamping keterlaksanaan secara vertikal dan horizontal.
Secara vertikal menyangkut urut hiraki keterkaitan konsep dalam satu
disiplin/bidang, sedangkan secara horizontal adalah keterlaksanaan dilihat
dengan kaitannya dengan disiplin ilmu/’bidang lainnya pada saat bersamaan.
h. Balance/Keseimbangan
Keseimbangan menyangkut isi, waktu, pengalaman/kegiatan belajar dan
elemen lainnya yang terkait dengan keseimbangan rancangan kurikulum.
Pelaksanaan /Implementasi Kurikulum
Kurikulum yang telah disusun sekolah dalam bentuk draf kemudian disyahkan oleh
Kepala Satuan pendidikan dengan pertimbangan dari Komite Sekolah dan Persetujuan
Dinas yang membidangi pendidikan (mewakili pemerintah). Setelah itu KTSP menjadi
kurikulum operasional yang sah diberlakukan di sekolah bersangkutan. KTSP terdiri dari
dua dokuemen, sweperti telah dijelaskan diatas. Dokumen I yang berisi Visi, misi dan
tujuan sekolah; Analisis Konteks; beban belajar dan Isi . dijadikan rujukan penyusunan
dokumen II yang terdiri dari Sillabus dan RPP. Silabus dan RPP menjadi kurikulum
implementasi di kelas.
Pengendalian dan Penilaian
Pelaksanaan Kurikulum berupa proses pembejaran dan sejumlah kegiatan lainnya
dipantau dan di evaluasi sepanjang proses berjalan dengan tujuan utama melakukan
perbaikan pemebelajaran, jadi tidak terpaku pada kesesuaian dengan sillabus/rencana.
Pengendalian dan Penialain ini lebih cocok dinamakan kegiatan supervisi untuk perbaikan
berkelanjutan. Para guru didorong melakukan perubahan inovatif terhadap praktik
pemeblajarannya ditengah jalan tanpa harus menunggu rekomendasi perubahan
kurikulum di tahun berikutnya.
Dari uraian diatas dapat dirangkum bahwa fungsi-fungsi manajemen dalam
pengembangan kurikulum dapat dibedakan menjuadi empat yaitu Perencanaan,
Pengembangan, Penerapan dan Penilaian yang membentuk suatu proses berkelanjutan,
yang dinamakan siklus kurikulum.
IV. Paradigma penegmbangan Kurikulum
Faktor-faktor dalam Pengembangan Kurikulum
1. Proses Belajar Mengajar : meliputi guru, siswa, dan suasana belajar.
2. Sekolah : meliputi organisasinya, manajemen, fisik bangunan dan
lingkungannya.
3. Komunitas masyarakat terkait
Beberapa cara pandang pengembangan Kurikulum diantaranya adalah : Dilihat dari
orientasinya Kurikulum Berbasis Tujuan yang mementingkan tujuan yang ingin dicapai
pendidikan dan Kurikulum berbasis Kompetensi/Kebutuhan Peserta didik yang disususn
berdasarkan realitas kontekstual. Dilihat dari cakupan dan keterlaksanaannya ada
paradigma Kurikulum Tingkat Nasional (Dokumentasi) yang berlaku secara nasional, dan
Kurikulum Sekolah (Operasional) sebagai kurikulum yang dilaksanakan di dalam skop
sekolah.
KTSP dalam hal ini merupakan kurikulum kombinasi yang sedang diarahkan menjadi
kurikulum berbasis kompetensi dan berdasarkan konteks sekolahnya secara utuh.
Tipe Kurikulum Operasional di Sekolah
1. Kurikulum Acuan (Yang Direkomendasikan) – dikembangkan oleh tenaga professional
dan diterbitkan lembaga yang membawahi/membina pendidikan, kemudian
diberikan kesekolah untuk dilaksanakan, dijabarkan atau digunakan sebagai acuan
pengembangan kurikulum lebih lanjut. Kurikulum jenis ini di Indonesia saat ini
berupa peraturan yang memuat berbagai ketentuan menyangkut penyelngggaraan
pembelajaran, antara lain : Standar kompetensi lulusan, Standar Isi (berisi standar
kompetensi dan Kompetensi Dasar), Standar Proses dan Standara Sarana Prasarana
Pembelajaran.
2. Kurikulum Tertulis – berupa dokumen pembelajaran menyangkut materi, strategi dan
sillabus mata pelajaran yang dibuat untuk diterapkan di sekolah. Biasanya kurikulum
tertulis ini disusun oleh Tim Pengembang Kurikulum dengan melibatkan Partisispasi
para guru. Termasuk dalam cakupan jenis dokumen kurikulum tertulis adalah
Sillabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Saat ini di Indonesia
Pengembangan Sillabus dilakukan oleh para guru di Satuan Pendidikan maupun
lintas sekolah dalam wadah MGMP dengan melibatkan ahli dan narasumber
kompeten. Kurikulum ini yang menjadi acuan pelaksanaan pembelajaran sehari-
harinya oleh guru di lapangan.
3. Kurikulum Pendukung – kelengkapan-kelengkapan lainnya yang mendukung kurikulum
seperti panduan pelaksanaan pembelajaran, penilaian, media pembelajaran, data
sumber belajar, lingkungan dan peralatan praktik. Kurikulum pendukung juga dapat
meliputi materi, proses dan tujuan pembelajaran selain dari komponen kurikulum
utama. Di Indonesia ini dapat berupa Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Bebasis
Lingkungan, keunggulan Lokal, Global dan Pengembangan Diri Siswa serta Pedoman
Penguatan Kultur Budaya dan Kebangsaan.
4. Kurikulum Penilaian – berkaitan dengan pengujian dan penilaian. Setelah menerapkan
berbagai kegiatan, guru melakukan serangakaian penilaian dan evaluasi prose dan
hasil belajar peserta didik. Perencanaan penilaian, kriteria penilaian, alat penilaian,
portopolio penilaian, analisis dan dokumentasi penilaian termasuk
didalamnya.Kurikulum dalam pengertian ini juga berarti dokumen tentang hasil
belajar siswa yang ditunjukkan oleh hsil test maupun perbahan pada siswa berupa
perubahan kemampuan kognitif, apfektif dan psikomotor.
5. Kurikulum Tersembunyi (Hidden) – berbagai hal yang belum secara nyata
direncanakan/dituliskan tetapi dapat mengubah atau mempengaruhi dampak
pembelajaran. Contohnya, suasana lingkungan sekolah, pola pergaulan sebaya (para
siswa), latarbelakang masyarakat dan orangtua, penampilan umum guru dan pola
interaksi siswa-guru diluar jam pelajaran. Begitu banyak hal diluar kurikulum yang
terencana masih tersembunyi dan mepengaruhi hasil belajar para siswa, biasanya
faktor-faktor ini dikelola guru secar situasional dan tidak terencana.