MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

236
MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA CILEGON SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh: DEVY SULIHATI 6661110847 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG JULI 2018

Transcript of MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

Page 1: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAHSAKIT UMUM DAERAH KOTA CILEGON

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk MemperolehGelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

DEVY SULIHATI

6661110847

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG JULI 2018

Page 2: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAHSAKIT UMUM DAERAH KOTA CILEGON

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk MemperolehGelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

DEVY SULIHATI

6661110847

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG JULI 2018

Page 3: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …
Page 4: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …
Page 5: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …
Page 6: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

ABSTRAK

Devy Sulihati. NIM 6661110847. 2018. Manajemen Pengelolaan Rumah SakitUmum Daerah Kota Cilegon. Pembimbing 1: DR. Agus Sjafari, M.Si danPembimbing 2: Listyaningsih, S.Sos, M.Si. Program Studi Ilmu Administrasi Negara.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Latar belakang masalah penelitian yaitu belum sesuainya pernecanaan kebutuhanrumah sakit, ketidaksiap/siaganya tenaga medis yang tersedia, manajemen sumberdaya manusia kurang baik, pelaksanaan pelayanan lambat, minimalnyapengawasan manajemen pengelolaan tenaga medis, sarana prasarana belummenunjang kenyamanan pasien. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimanamanajemen pengelolaan RSUD Kota Cilegon. Penelitian ini menggunakan teoriFungsi Manajemen dari G.R Terry terdiri dari Perencanaan, Pengorganisasian,Pelaksanaan dan Pengawasan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptifdengan pendekatan kualitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian inidari Prasetya Irawan, meliputi pengumpulan data mentah, transkip data,pembuatan koding, kategorisasi data, penyimpulan sementara, triangulasi, sertapenyimpulan akhir. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen pengelolaanRSUD Kota Cilegon belum berjalan dengan baik. Kesimpulan penelitian belumterealisasikannya beberapa perencanaan, kurangnya kerjasama antar lini dansarana yang masih belum memadai, kurangnya tenaga medis di RSUD. Saranpeneliti RSUD harus memilah prioritas perencanaan yang baik, perbaikan saranadan prasarana harus ditingkatkan, RSUD harus bekerjasama dengan instansiterkait BKD, SPI, Inpektorat.

Kata kunci: Manajemen, RSUD.

Page 7: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

ABSTRACT

Devy Sulihati. NIM 6661110847. 2018. Script. Management of Public Hospital inCilegon city. 1st Adviser: DR. Agus Sjafari, M.Si and 2nd Adviser: Listyaningsih,S.Sos, M.Si. Study of Public Administration. Faculty of Social Science andPolitical Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa.

The background of the research problem is the incomplete hospitalization of thehospital, lack of available medical personnel, poor human resource management,slow service delivery, minimum management of medical personnel management,facilities not yet supporting patient comfort. The purpose of this research is toknow how management management of RSUD Kota Cilegon. This research usesthe theory of Management Function of G.R Terry consists of Planning,Organizing, Implementation and Supervision. The method used is descriptivemethod with qualitative approach. Data analysis used in this research fromPrasetya Irawan, including raw data collection, data transkip, coding, datacategorization, inference, triangulation, and final conclusion. The results showedthat management management of RSUD Kota Cilegon has not run well. Theconclusion of the research has not been realized how much planning, lack ofcooperation between lines and facilities that are still not adequate, the lack ofmedical personnel in hospitals. Suggestion of RSUD researcher must sort out thepriority of good planning, improvement of facility and infrastructure must beimproved, RSUD must cooperate with related institution BKD, SPI, Inpektorat.

Keywords: Management, RSUD.

Page 8: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

“It takes two to tango”

“Even if someone is born with a talent for something,

nothing will ever happen to it if they don’t practice.

It’s like growing a plant:

You’ve got to water it if you want it to grow”

- Cityscape -

Skripsi ini kupersembahkan:

untuk kedua orang tuaku

yang telah membesarkan,

mendidik dan membuatku

mampu menyelesaikan skripsi ini

Page 9: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Dengan mengucap syukur Alhamdulillahirobbil’alamin peneliti panjatkan

kehadirat ALLAH SWT, serta shalawat serta salam selalu tercurahkan untuk Nabi

Muhammad SAW, sahabat beserta keluarganya, karena dengan ridho, rahmat,

karunia dan kasih sayang-Nya yang berlimpah sehingga akhirnya peneliti dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Manajemen Pengelolaan Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Cilegon".

Dengan selesainya skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak yang senantiasa selalu mendukung peneliti. Maka

peneliti ingin mengucapkan terima kasihkepada:

1. Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa serta sebagai Doen

Pembimbing 1 atas kebaikan dan waktu yang telah diberikan kepada

penulis dalam memberikan arahan dan bimbingan untuk menyelesaikan

Skripsi ini.

2. Rahmawati, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Imam Mukhroman, M.Ikom selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Kandung Sapto Nugroho, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Page 10: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

i

5. Listyaningsih, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa serta Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing

Skripsi II atas kebaikan dan waktu yang telah diberikan kepada penulis

dalam memberikan arahan dan bimbingan untuk menyelesaikan Skripsi

ini.

6. Semua Dosen dan Staf Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang

membekali peneliti dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

7. Mama Ida dan Papa Tikno, atas cinta kasih yang tulus tak terhingga dan

sekaligus merupakan motivator, pendukung dan penanya terbesar dan

tersering dalam menyelesaikan Skripsi ini.

8. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon yang telah membantu serta

memberikan data untuk pengerjaan dan kelengkapan Skripsi ini.

9. Mba Ika, Aa Ryan, Mba Erni serta Aa Ahan dan Ghiina, atas omelan

yang berfaedah dan menambah ruwet otak saya sehingga saya harus

menyelesaikan skripsi ini. Serta Mas Arman yang selalu siap, antar,

jaga dalam membantu menyelesaikan penelitian ini.

10. Teman-teman ANE 2009-2011; Ikram Wahdi, Naomi Laura, Gesti

Resti Fitri, Shella Novianti, Doni Winarno serta teman-teman lain yang

tidak bisa saya sebutkan satu-satu namanya disini. Terimakasih atas

dukungan dan kebersamaan yang begitu besar.

Page 11: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

i

Akhirnya peneliti mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan

selesainya skripsi ini. Peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan

dalam penyusunan skripsi ini sehingga peneliti dengan rendah hati menerima

masukan dari semua pihak agar dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi.

Serang, Juli 2018

Penulis

Devy Sulihati

Page 12: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

iii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR............................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ……………………………………………….. ........ 12

1.3 Batasan Masalah……………………………………................................ 12

1.4 Rumusan Masalah ..................................................................................... 13

1.5 Tujuan Penelitian ………………………………………………….. ....... 13

1.6 Manfaat Penelitian…………………………………………………. ....... 13

1.6.1 Secara Teoritis................................................................................... 13

1.6.2 Secara Praktis .................................................................................... 13

Page 13: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

iii

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 15

2.1.1 Definisi Manajemen .......................................................................... 15

2.1.1.2 Tujuan Manajemen................................................................ 18

2.1.2 Definisi Pengelolaan ........................................................................ 29

2.1.3 Definisi Rumah Sakit ...................................................................... 30

2.1.3.1 Klasifikasi Rumah Sakit Di Indonesia ................................. 31

2.2 Penelitian Terdahulu ……………………………………………….. ......... 34

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ………………………………………….. 40

2.4 Asumsi Dasar............................................................................................... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian.............................................................. 43

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………… ......... 44

3.3 Lokasi Penelitian ………………………………………………. .............. 44

3.4 Dimensi Penelitian …………………………………………..................... 44

3.4.1 Definisi Konsep……………………………………………............. 44

3.4.2 Definisi Oprasional………………………………………… ........... 47

3.5 Instrumen Penelitian……………………………………………....... ......... 49

3.6 Informan Penelitian .................................................................................... 50

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 52

3.7.1 Teknik Pengolahan Data…………………………………… ........... 52

Page 14: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

iii

3.8 Pengujian Keabsahan Data ......................................................................... 65

3.9 Jadwal Penelitian ........................................................................................ 67

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian .......................................................................... 68

4.1.1 Sejarah Umum Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon .............. 68

4.1.2 Tugas Pokok, Moto dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Cilegon............................................................................................... 70

4.1.3 Visi, Misi dan Strategi Rumah Umum Daerah Kota Cilegon .......... 70

4.1.4 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan dalam Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Cilegon ........................................................................ 71

4.2 Deskripsi Data dan Analisis Penelitian........................................................ 75

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian.................................................................. 75

4.2.2 Data Informan Penelitian ................................................................. 77

4.3 Pembahasan ................................................................................................ 78

4.3.1 Planning (Perencanaan) .................................................................. 79

4.3.2 Organizing (Pengorganisasian).......................................................... 90

4.3.3 Actuating (Pelaksanaan) .................................................................. 122

4.3.4 Controlling (Pengawasan) ............................................................... 129

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 166

5.2 Saran ........................................................................................................... 167

Page 15: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

iii

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu tugas utama negara adalah memberi pelayanan kepada masyarakat

baik dalam bentuk jasa maupun fasilitas. Bahkan untuk mengukur tingkat

kemajuan sebuah negara, kualitas pelayanan publik dapat digunakan sebagai salah

satu indikator. Oleh karena itu, bila sebuah negara berada dalam posisi menuju

pada kemajuan, hal utama yang perlu diperbaiki adalah pelayanan publik di

negara tersebut. Indonesia sebagai negara yang sedang bergerak menuju negara

maju juga memprioritaskan pelayanan publik sebagai salah satu aspek yang perlu

ditingkatkan. Karena pemerintah Indonesia sangat menyadari bahwa jika

masyarakat sudah mendapatkan apa yang menjadi haknya yaitu pelayanan yang

baik, maka masyarakat juga akan menjalankan kewajibannya dengan penuh

kesadaran.

Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan yang sangat

luas. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka pemerintah memiliki

fungsi memberikan berbagai pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat,

mulai dari pelayanan dalam bentuk pengaturan dan pelayanan-pelayanan lain

dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidkan,

kesehatan, utilitas dan lainnya. Berbagai gerakan reformasi publik yang dialami

oleh negara-negara maju pada awal tahun 1990-an banyak diilhami oleh tekanan

masyarakat akan perlunya peningkatan kualitas pelayanan publik yang diberikan

Page 17: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

2

oleh pemerintah. Pelayanan publik yang dituntut bukan hanya sekedar servis

pelayanan saja, namun masyarakat juga menuntut adanya reformasi dalam

fasilitas-fasilitas yang memang menjadi fasilitas publik.

Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang

paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Tidak mengherankan apabila bidang

kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan

yang terbaik untuk masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya

adalah pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah

negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh

masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani. Berangkat dari kesadaran

tersebut, rumah sakit-rumah sakit yang ada di Indonesia baik milik pemerintah

maupun swasta, selalu berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik

kepada pasien dan keluarganya. Baik melalui penyediaan peralatan pengobatan,

tenaga medis yang berkualitas sampai pada fasilitas pendukung lainnya seperti

tempat penginapan, kantin, ruang tunggu, apotek dan sebagainya. Dengan

demikian masyarakat benar-benar memperoleh pelayanan kesehatan yang cepat

dan tepat.

Sebagai organisasi publik, rumah sakit diharapkan mampu memberikan

pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat. Akan tetapi, di satu sisi

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sebagai unit organisasi milik pemerintah

daerah dihadapkan pada masalah pembiayaan untuk menciptakan pelayanan yang

berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat banyak. Tingginya harga obat dan

alat-alat medis merupakan contoh di mana sistem pelayanan kesehatan yang ada

Page 18: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

3

belum banyak melakukan intervensi agar semua pelayanan tersebut dapat

dijangkau masyarakat. Kondisi ini akan memberikan dampak yang serius bagi

pelayanan kesehatan di rumah sakit karena sebagai organisasi yang beroperasi

setiap hari, likuiditas keuangan merupakan hal utama dan dibutuhkan untuk

menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Masyarakat menghendaki

pemerintah melalui organisasi-organisasinya termasuk rumah sakit, dapat

memberikan pelayanan kesehatan dengan biaya yang murah, padahal tidak semua

pelayanan kesehatan bisa didapatkan dengan biaya yang murah.

Perkembangan rumah sakit saat ini mengalami transformasi besar. Pada masa

sekarang rumah sakit sedang berada dalam suasana global dan bersaing dengan

pelayanan kesehatan alternatif seperti dukun dan tabib. Pada keadaan demikian

pelayanan rumah sakit sebaiknya dikelola dengan dasar konsep manajemen yang

mempunyai etika. Tanpa konsep manajemen yang jelas, perkembangan rumah

sakit akan berjalan lambat. Hal ini dapat diihat pada perkembangan aspek

keuangan rumah sakit. Infrastruktur keuangan rumah sakit pemerintah sangat

buruk karena belum ada pemahaman bahwa sistem keuangan harus berdasarkan

sistem akuntansi yang benar, maka dalam kegiatan organisasi rumah sakit yang

kompleks pengalaman saja tidak cukup, penanganannya tak bisa lagi atas dasar

kira-kira atau selera, hal ini disebabkan oleh sumber daya yang makin sulit dan

mahal, era kompetisi yang menuntut pelayanan prima dan tuntutan masyarakat

yang makin berkembang.

Manajemen profesional berarti melaksanakan manajemen dengan tata cara

yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka memerlukan orang yang

Page 19: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

4

terlatih pula secara benar dan tepat. Dalam rangka melaksanakan pelayanan yang

berorientasi pada pasien, dan menjaga mutu pelayanan perlu dengan manajemen

profesional yang handal, dengan demikian segala hal yang diperlukan akan

tersedia dalam bentuk tepat jumlah, tepat waktu dan tepat sasaran. Walaupun dulu

manajemen banyak sebagai seni dari pada pengetahuan, tapi sekarang ini telah

berubah ke aspek manajemen yang canggih dan membutuhkan pembinaan,

pendidikan serta profesionalisme. Dalam situasi ini filosofi manajemen

pengelolaan dapat dipergunakan untuk menghindarkan rumah sakit pemerintah

dari keterpurukan sebagai lembaga jasa yang inferior. Hal inilah yang menjadi

relevansi manajemen pengelolaan di rumah sakit.

Penilaian terhadap kegiatan rumah sakit adalah hal yang sangat diperlukan

dan sangat diutamakan. Kegiatan penilaian kinerja organisasi atau instansi seperti

rumah sakit, mempunyai banyak manfaat terutama bagi pihak-pihak yang

memiliki kepentingan terhadap rumah sakit tersebut. Bagi pemilik rumah sakit,

hasil penilaian kegiatan rumah sakit ini dapat memberikan informasi tentang

kinerja manajemen atau pengelola yang telah diberikan kepercayaan untuk

mengelola sumber daya rumah sakit. Bagi masyarakat, semua hasil penilaian

kinerja rumah sakit dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan pertimbangan

kepada siapa (rumah sakit) mereka akan mempercayakan perawatan

kesehatannya.

Rumah sakit perlu menerapkan sistem manajemen yang berorientasi pada

kepuasan pelanggan. Untuk itu rumah sakit di Indonesia harus menciptakan

kinerja yang unggul. Kinerja yang unggul atau Performance Excellence

Page 20: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

5

merupakan salah satu faktor utama yang harus diupayakan oleh setiap organisasi

untuk memenangkan persaingan global, begitu juga oleh perusahaan penyedia jasa

pelayanan kesehatan. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh para pengelola

rumah sakit untuk menciptakan kinerja yang unggul diantaranya melalui

pemberian pelayanan yang bagus serta tindakan medis yang akurat dan

mekanisme pengelolaan mutu tentunya.

Pengelolaan rumah sakit pada masa lalu dipandang sebagai usaha sosial tetapi

di masa sekarang pengelolaan yang berbasis ekonomi dan manajemen sangat

penting artinya untuk menghadapi berbagai situasi persaingan global,

mengantisipasi cepatnya perubahan lingkungan dan menjaga kelangsungan usaha

rumah sakit itu sendiri. Persaingan global dan perubahan lingkungan mulai

nampak pada pengelolaan rumah sakit swasta multinasional yang terdapat di kota-

kota besar.

Di Indonesia pengelolaan rumah sakit telah berkembang dengan pesat dan

menjadikan industri yang berbasis prinsip-prinsip ekonomi dan manajemen

merupakan ancaman bagi rumah sakit pemerintah maupun nasional jika tidak

berusaha meningkatkan kualitas pelayanan dan kinerjanya secara keseluruhan.

Indikator perusahaan yang selama ini digunakan dalam mengukur suatu kinerja

organisasi pelayanan kesehatan tidak komprehensif dan hanya bersifat sementara.

Indikatornya banyak dipengaruhi faktor eksternal seperti keadaan ekonomi dan

kebijakan pemerintah yang kurang. Hal ini dapat menyebabkan pengukuran

kinerja suatu organisasi pelayanan kesehatan belum menggambarkan realita yang

sesungguhnya dari keadaan organisasi tersebut. Indikator tersebut juga merupakan

Page 21: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

6

alat untuk memantau pencapaian suatu organisasi. Dengan adanya indikator ini

dapat juga diketahui tingkat kemajuan dalam suatu organisasi dan dapat dilakukan

perbandingan antara organisasi yang bergerak di bidang yang sama.

Salah satu rumah sakit di Banten ialah Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Cilegon. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon merupakan salah satu unit

bisnis pemerintah (sektor publik) yang memiliki kewajiban memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan optimal tanpa tujuan mencari

laba (non profit organization). Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang

optimal seperti yang diharapkan, dibutuhkan biaya yang cukup besar dalam

perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian dan pengendalian yang baik.

RSUD Kota Cilegon sebagai rumah sakit rujukan pelayanan kesehatan, di era

globalisasi dihadapkan pada kekuatan-kekuatan dan masalah-masalah interen

yang ada, seperti terbatasnya sumber daya yang dimiliki dan inventarisasi yang

belum memadai. Di lain pihak secara bersamaan juga dihadapkan pada kondisi

lingkungan dengan berbagai faktor peluang dan tantangan yang senantiasa

berkembang dinamis. Oleh karena itu, untuk dapat memberikan pelayanan

kesehatan yang prima bagi masyarakat perlu disusun visi, misi, tujuan, sasaran,

serta indikator keberhasilan yang diwujudkan dalam bentuk rencana strategis.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon merupakan salah satu Rumah Sakit

Umum di Banten yang berusaha memberikan pelayanan kesehatan secara optimal,

profesional dan meningkatkan mutu terus-menerus. Oleh karena itu, RSUD Kota

Cilegon harus selalu memperbaiki kinerja agar dapat menambah kepercayaan

masyarakat atas pelayanan RSUD Kota Cilegon. Kepercayaan ini sangatlah

Page 22: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

7

penting, mengingat masyarakat merupakan pengguna jasanya. Dengan adanya

peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit, diharapkan akan

mempunyai dampak pada pendapatan rumah sakit.

Setelah melakukan observasi awal, peneliti menemukan beberapa masalah

terkait dengan manajemen pengelolaan Rumah Sakit Umum Cilegon. Pertama,

dalam segi perencanaan, masih ada rencana-rencana yang tidak sesuai dengan

kebutuhan, seperti rencana pembangunan tampak muka Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Cilegon yang menghabiskan anggaran besar seharusnya dialokasikan

untuk membeli alat-alat medis, peralatan di laboratorium yang lebih dibutuhkan

untuk masyarakat, hal ini diperjelas oleh Bapak Agus (Rabu, 04 Maret 2015 pukul

08:35 WIB) yang menyatakan bahwa peralatan di laboratorium masih kurang,

sehingga Bapak Agus melakukan uji laboratorium untuk penyakit yang diderita

orangtuanya harus dilakukan di luar Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.

Hal tersebut juga dipertegas kembali oleh Kasubag Perencanaan dan Pelaporan

RSUD Kota Cilegon (Jumat, 06 Maret 2015) bahwa memang masih banyak alat

kesehatan terutama bagian laboratorium yang memang perlu ditingkatkan

kembali.

Kedua, dalam hal pengorganisasian. Tenaga medis merupakan unsur yang

terpenting dalam manajemen pengelolaan rumah sakit sehingga pekerjaan dapat

dilaksanakan dengan sukses. Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon

yang berklasifikasi kelas B, jumlah tenaga medis masih kurang jika dilihat dari

standarisasi jumlah tenaga medis untuk rumah sakit berklasifikasi kelas B. Berikut

jumlah tenaga medis RSUD Kota Cilegon disajikan pada tabel 1.1 dibawah.

Page 23: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

8

Page 24: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

9

Tabel 1.1

JUMLAH TENAGA MEDIS RSUD KOTA CILEGON

No Nama Pendidikan PNS Honor/BLUD OTS Jumlah

1MedikDasar

Umum 24 10 - 34

Gigi 2 - - 2

2Medik

SpesialisDasar

PenyakitDalam

4 - - 4

Anak 4 - - 4

Bedah 2 - - 2

Obgyn 2 1 - 3

3Medik

SpesialisLain

Mata 1 1 - 2

THT 2 - - 2

Syaraf 1 - - 1

Jantung 1 - - 1

KulitdanKelamin

- 1 - 1

Paru 1 - - 1

BedahOrtopedi

1 1 - 2

Jumlah Keseluruhan 59

(Sumber: RSUD Kota Cilegon, 2015)

Dari tabel di atas berdasarkan data yang diperoleh dari pihak rumah sakit

tentang jumlah tenaga medis dalam Pelayanan Medik Dasar berbeda dengan apa

yang dituangkan oleh PERMENKES RI Nomor 340/MENKES/PER/III/2010

Pasal 11 Ayat 2 yang menyatakan bahwa pada Pelayanan Medik Dasar minimal

harus ada 12 (dua belas) orang dokter umum dan 3 (tiga) orang dokter gigi

sebagai tenaga tetap sedangkan yang tersedia di RSUD Kota Cilegon memiliki

Dokter Gigi sebanyak 2 (dua) orang sebagai tenaga tetapnya. Sedangkan untuk

Pelayanan Spesialis Medis Dasar, berdasarkan PERMENKES RI Nomor

Page 25: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

10

340/MENKES/PER/III/2010 Pasal 11 Ayat 3 yang isinya menyatakan bahwa pada

Pelayanan Medik Spesialis Dasar masing-masing minimal 3 (tiga) orang dokter

spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang sebagai tenaga tetap, tetapi dalam

RSUD Kota Cilegon masih memiliki kekurangan tenaga medis (dokter spesialis)

pada pelayanan Medik Spesialis Dasar bagian Bedah dan Anak. Sedangkan jika

dilihat berdasarkan PERMENKES RI Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 Pasal

10 Ayat 7 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Kelas B yang menyatakan bahwa

dalam Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dari 13

(tiga belas) pelayanan meliputi Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf,

Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru,

Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik tetapi

dalam RSUD Kota Cilegon masih memiliki kekurangan satu Pelayanan Medik

Spesialis Lain yang belum mmenuhi aturan dari PERMENKES tersebut.

Selain itu, dalam PERMENKES RI Nomor 340/MENKES/PER/III/2010

Pasal 11 Ayat 5 menyatakan bahwa pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus

ada masing-masing minimal 1 (satu) orang dokter spesialis setiap pelayanan

dengan 4 orang dokter spesialis sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda

sedangkan RSUD Kota Cilegon masih kurang dalam hal penyediaan dokter

spesialis yang belum banyak dan kurangnya tenaga medis tetap pada bidang

Pelayanan Medik Spesialis Lain tersebut. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya

keluhan pasien yang mengatakan bahwa tidak siap/siaganya dokter-dokter

terutama dokter ahli/spesialis ketika mereka telah sampai untuk berobat dan

Page 26: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

11

mereka terpaksa menunggu lama (wawancara dengan Ibu Fitria pada Senin, 12

Januari 2015 pukul 10:15 WIB).

Ketiga, dalam hal pelaksanaan pelayanan. Pelayanan yang diberikan oleh

pihak rumah sakit masih belum cukup untuk pasien terutama dalam hal

pendaftaran dan ruang tunggu. Berdasarkan KEPMENKES RI No.

129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit

menyatakan bahwa dalam menjalankan pelayanan dari setiap pelayanan medis

(kecuali Instalasi Gawat Darurat) memiliki waktu >60 menit, hal ini dapat

menjadi dampak tidak adanya kepastian pihak pasien dalam menerima pelayanan

yang efektif dikarenakan waktu tunggu yang tidak pasti. Terlebih dalam proses

pelayanan rawat jalan, banyak pasien yang menunggu lama karena loket yang

dibuka hanya satu serta kurangnya tenaga medis yang tersedia dan menyebabkan

pasien menumpuk di ruang tunggu serta tidak adanya tenaga medis pengganti

apabila dokter-dokter tersebut mengambil cuti (wawancara peneliti dengan Ibu

Wati pada Senin, 12 Januari 2015 pukul 08:25 WIB).

Keempat, dari segi pengawasan. Pengawasan dan monitoring terhadap

pengelolaan sumber daya Rumah Sakit yang dilakukan oleh satuan pengawasan

internal belum berjalan dengan baik hal ini ditunjukkan dengan pengawasan

terhadap pengelolaan tenaga medis yang belum mampu melayani pasien secara

maksimal. Serta masih banyak fasilitas, sarana dan prasarana yang belum

lengkap, seperti kurangnya peralatan laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Cilegon yang tidak lengkap sehingga pasien harus melakukan tes

laboratorium di luar rumah sakit (wawancara peneliti dengan bapak Agus pada

Page 27: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

12

Rabu tanggal 4 Maret 2015 pukul 08.35 WIB). Kemudian sarana prasarana lain

yaitu ruang tunggu pasien, dimana rumah sakit mempunyai keterbatasan kursi di

dalam ruang tunggu tersebut. Adanya pasien yang berdiri saat melakukan

pelayanan kesehatan sehingga pasien lelah dalam melakukan antrian pengobatan.

Hal serupa juga terjadi pada ruang bagian pendaftaran dimana keluarga pasien

yang mendaftar harus menunggu lama dalam proses pendaftaran selesai

dikarenakan hanya ada satu loket yang buka padahal di dalam ruang pendaftaran

tersebut ada empat loket yang tersedia tetapi hanya ada satu loket saja yang

dibuka sehingga menyebabkan antrian panjang pada proses pendaftaran

berlangsung.

Selain itu, RSUD Kota Cilegon masih belum mendukung fasilitas untuk

penyandang cacat (difabel). Hal ini terlihat dari struktur bangunan yang bertingkat

tetapi masih belum tersedianya lift atau tangga berjalan (eskalator) untuk mereka,

sehingga menyebabkan kesulitan bagi pasien terutama pasien rawat jalan yang

merupakan bagian dari difabel (wawancara peneliti dengan Ibu Sri pada Senin, 12

Januari 2015 pukul 09:00 WIB). Jika dilihat berdasarkan UU RI No. 44 tahun

2009 tentang Rumah Sakit dalam Pasal 9 menyatakan Persyaratan Bangunan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 harus memenuhi: (a) persyaratan

administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung pada umumnya, sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan; (b) persyaratan teknis

bangunan rumah sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam

pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang

termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut.

Page 28: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

13

Melihat permasalahan di atas, maka perlu digunakan manajemen pengelolaan

yang lebih baik lagi bagi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon dengan

menggunakan fungsi-fungsi manajemen yang lebih baik, terarah dan terorganisir

karena kinerja suatu organisasi tidak hanya dinilai dari aspek keuangan saja, tetapi

juga dinilai dari aspek non-keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin

mengadakan penelitian dengan judul “Manajemen Pengelolaan Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Cilegon”.

1.2 Identifikasi Masalah

Jika dilihat dari latar belakang masalah di atas, maka masalah yang timbul

diantaranya:

1. Tidak sesuainya perencanaan dengan kebutuhan rumah sakit;

2. Tidak siap / kurangnya tenaga medis yang tersedia;

3. Kurang baiknya manajemen pengelolaan sumber daya manusia:

4. Lambatnya pelaksanaan pelayanan terhadap masyarakat;

5. Minimnya pengawasan manajemen dalam pengelolaan tenaga medis;

6. Kurangnya sarana prasarana dalam menunjang kenyamanan pasien.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang akan diambil dalam penelitian ini adalah manajemen

pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon yang lebih memfokuskan

pada manajemen pengelolaan rumah sakit dalam segi fasilitas dari segi material

maupun non-material, pelayanan serta sarana dan prasarana yang disediakan oleh

pihak rumah sakit, menggambarkan realita sesungguhnya dari keadaan Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.

Page 29: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

14

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah manajemen pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Cilegon

2. Bagaimanakah koordinasi di RSUD Kota Cilegon dengan Badan/Dinas

terkait

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen pengelolaan

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1.6.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi referensi

atau masukan bagi perkembangan ilmu Administrasi Negara dan menambah

kajian ilmu Administrasi Negara lainnya khususnya ilmu Manajemen untuk

mengetahui bagaimana cara pengelolaan yang diterapkan oleh Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Cilegon.

1.6.2 Kegunaan praktis

1.6.2.1 Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon

Page 30: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

15

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang

berguna untuk meningkatkan kinerja pelayanan, guna terciptanya

kualitas pelayanan rumah sakit yang diharapkan oleh masyarakat.

1.6.2.2 Bagi Peneliti

Seluruh rangkaian kegiatan dari hasil penelitian diharapkan

dapat lebih memantapkan penguasaan fungsi keilmuan yang dipelajari

selama mengikuti program perkuliahan Ilmu Administrasi Negara pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

1.6.2.3 Bagi Perguruan Tinggi

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dokumen akademik

yang berguna untuk dijadikan sebagai acuan bagi civitas akademika.

Page 31: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung

masalah dalam penelitian ini, dimana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi

panduan dalam penelitian. Teori yang akan digunakan adalah beberapa teori yang

mendukung masalah penelitian mengenai Manajemen Pengelolaan Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Cilegon sebagai salah satu rumah sakit umum di Banten,

diantaranya adalah teori manajemen, pengelolaan dan yang berhubungan dengan

rumah sakit.

2.1.1 Definisi Manajemen

Secara etimologi, management (di Indonesia diterjemahkan sebagai

“manajemen”) berasal dari kata manus (tangan) dan agree (melakukan), yang

setelah digabung menjadi kata manage (bahasa Inggris) berarti mengurus atau

managiere (bahasa latin) yang berarti melatih. Sedangkan menurut Hasibuan

(2011:1), manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.

Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari

fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses

untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.

Manajemen atau pengelolaan berarti menyelenggarakan. Pengelolaan

adalah proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggunakan tenaga

orang lain. Pengelolaan juga dapat diartikan sebagai rangkaian pekerjaan atau

Page 32: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

16

usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian

kerja mencapai tujuan tertentu.

Ada pula perbedaan–perbedaan mengenai definisi pengelolaan oleh

para ahli yang disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari sudut

yang berbeda–beda. Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda,

kelembagaan dan ada yang meninjau pengelolaan sebagai satu kesatuan.

Namun apabila dipelajari prinsipnya, definisi–definisi tersebut memiliki

pengertian dan tujuan yang sama.

Menurut Stoner dalam Handoko (2003:8), manajemen adalah proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha

para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi

lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sedangkan

Terry (2008:85) mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses yang khas

yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan sasaran-

sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia

dan sumber-sumber lainnya. Sementara menurut Koontz dan O’Donnel

dalam Amirullah (2004:7) sebagai berikut:

“management is getting things done through people. In

bringing about this coordinating of group activity, the manager, as

a manager plans, organizes, staffs, direct and control the activities

other people” yang dapat diterjemahkan bahwa manajemen

adalah usaha mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.

Page 33: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

17

Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atau sejumlah

aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,

penempatan, pengarahan, dan pengendalian.

Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik, pengetahuan,

waktu dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk

memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam melakukan pekerjaan

mendorong manusia membagi pekerjaan, tugas dan tanggung jawab ini maka

terbentuklah kerjasama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi. Dalam

organisasi maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan

baik serta tujuan yang diinginkan tercapai. Siagian (2008:5) mendefinisikan

manajemen sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh

sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan

orang lain. Penekanan yang disampaikan Siagian lebih menekankan pada

bagaimana seorang manajer atau pimpinan dalam menggerakkan bawahan

atau orang lain agar dapat bekerja sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Penekanan pengertian manajemen adalah pada dua kategori yaitu ilmu dan

seni dalam mengatur berbagai macam sumber daya sehingga dapat

dimanfaatkan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Model

penerapan ilmu dan seni dalam manajemen merupakan suatu model yang

menyangkut bagaimana seorang pemimpin dapat mengoptimalkan

kemampuan mengelolanya.

Dari beberapa pengertian tersebut, menyimpulkan bahwa manajemen

adalah suatu proses pemanfaatan sumber daya yang ada melalui tindakan-

Page 34: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

18

tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan yang dapat diuraikan menjadi

beberapa unsur pokok yaitu:

1) Bahwa manajemen selalu diterapkan pada suatu kelompok atau

organisasi formal, dimana di dalamnya terdapat orang-orang yang

saling mengikatkan diri;

2) Bahwa manajemen senantiasa memanfaatkan segenap sumber-

sumber yang ada dalam proses kegiatannya;

3) Bahwa manajemen terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,

pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan;

4) Bahwa di dalam manajemen senantiasa terdapat adanya tujuan yang

ingin dicapai atau diwujudkan.

2.1.1.2 Tujuan Manajemen

Pada dasarnya setiap aktivitas atau kegiatan selalu mempunyai tujuan

yang ingin dicapai (Hasibuan, 2009:17). Tujuan individu adalah untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhannya berupa materi dan non materi dari hasil

kerjanya. Tujuan organisasi adalah mendapatkan laba (business organization)

atau pelayanan/pengabdian (public organization) melalui proses manajemen

itu. Tujuan yang ingin dicapai selalu ditetapkan dalam suatu rencana (plan),

karena itu hendaknya ditetapkan “jelas, realistis, dan cukup menantang”

untuk diperjuangkan berdasarkan potensi yang dimiliki. Jika tujuannya jelas,

realistis dan cukup menantang maka usaha-usaha untuk mencapainya cukup

besar. Sebaliknya, jika tujuan ditetapkan terlalu mudah atau terlalu muluk

Page 35: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

19

maka motivasi untuk mencapainya rendah. Jadi, semangat kerja karyawan

akan termotivasi kalau tujuan ditetapkan jelas, realistis dan cukup menantang

untuk dicapainya.

Dalam menetapkan tujuan ini harus didasarkan pada analisis “data,

informasi, dan potensi” yang dimiliki serta memilihnya dari alternatif-

alternatif yang ada (Hasibuan, 2011:18-19). Tujuan organisasi dapat diketahui

dalam anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART)-nya.Tujuan-

tujuan ini dapat kita kaji dari beberapa sudut dan dibedakan sebagai berikut:

1. Menurut tipenya, tujuan dibagi atas:

a. Profit objectives, bertujuan untuk mendapatkan laba bagi

pemiliknya;

b. Service objective, bertujuan untuk memberikan pelayanan yang

baik bagi konsumen dengan mempertinggi nilai barang dan jasa

yang ditawarkan kepada konsumen;

c. Social objective, bertujuan meningkatkan nilai guna yang

diciptakan perusahaan untuk kesjahteraan masyarakat;

d. PeRumah Sakitonal objective, bertujuan agar para karyawan

secara individual economic, social psychological mendapatkan

kepuasan di bidang pekerjaannya dalam perusahaan.

2. Menurut prioritasnya, tujuan dibagi atas:

a. Tujuan primer;

b. Tujuan sekunder;

c. Tujuan individual, dan;

Page 36: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

20

d. Tujuan sosial.

3. Menurut jangka waktunya, tujuan dibagi atas:

a. Tujuan jangka panjang;

b. Tujuan jangka menengah, dan;

c. Tujuan jangka pendek.

4. Menurut sifatnya, tujuan dibagi atas:

a. Management objective, tujuan dari segi efektif yang harus

ditimbulkan oleh menejer;

b. Managerial objectives, tujuan yang harus dicapai daya upaya

atau kreativitas-kreativitas yang beRumah Sakitifat manajerial;

c. Administrative objectives, tujuan-tujuan yang pencapaiannya

memenuhi administrasi;

d. Economic objectives, tujuan-tujuan yang bermaksud memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dan memerlukan efesiensi untuk

pencapaiannya;

e. Social objectives, tujuan suatu tanggung jawab , terutama

tanggung jawab moral;

f. Technical objectives, tujuan berupa detail teknis, detail kerja,

dan detail karya;

g. Work objectives, yaitu tujuan-tujuan yang merupakan kondisi

kerampungan suatu pekerjaan.

Page 37: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

21

5. Menurut tingkatnya, tujuan dibagi atas:

a. Overall enterprise objectives, adalah tujuan semesta

(generalis) yang harus dicapai oleh badan usaha secara

keseluruhan;

b. Divisional objectives, adalah tujuan yang harus dicapai oleh

setiap divisi;

c. Departemental objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus

dicapai oleh setiap masing-masing bagian;

d. Sectional objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicaoai

oleh setiap seksi;

e. Group objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh

setiap kelompok urusan;

f. Individual objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai

oleh masing-masing individu.

6. Menurut bidangnya, tujuan dibagi atas:

a. Top level objectives, adalah tujuan-tujuan umum, menyeluruh,

dan menyangkut berbagai bidang sekal;igus

b. Finanace objectives, adalah tujuan-tujuan tentang modal;

c. Production objectives, adalah tujuan-tujuan tentang produksi;

d. Marketing objectives, adalah tujuan-tujuan mengenai bidang

pemasaran barang dan jasa-jasa;

Page 38: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

22

e. Office objectives, adalah tujuan-tujuan mengenai bidang

ketatausahaan dan administrasinya.

7. Menurut motifnya, tujuan dibagi atas :

a. Public objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai

berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang Negara;

b. Organizational objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus

dicapai berdsarkan ketentuan-ketentuan anggaran dasar,

asnggaran rumah tangga dan status organisasi yang besifat

umum dan impersonal (tidak boleh berdasarkan pertimbangan

perasaan atau selera pribadi) daam upaya pencapaiannya;

c. Personal objectives, adalah tujuan pribadi atau individual

(walaupun mungkin berhubungan dengan organisasi) yang

dalam usaha pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh selera

ataupun pandangan pribadi.

Dari hal-hal diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan merupakan hal

terjadinya proses manajemen dan aktivitas kerja, tujuan beraneka macam,

tetapi harus ditetapkan secara jelas, realistis dan cukup menantang

berdasarkan analisis data, informasi, dan pemilihan alternatif-alternatif yang

ada. Kecakapan manajer dalam menetapkan tujuan dan kemampuannya

memanfaatkan peluang, mencerminkan tingkat hasil yang dapat dicapainya.

2.1.1.2 Fungsi-fungsi Manajemen

Page 39: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

23

Manajemen (Hasibuan, 2009:37) oleh para penulis dibagi atas

beberapa fungsi. Pembagian fungsi-fungsi manajemen ini tujuannya adalah:

a. Supaya sistematika urutan pembahasannya lebih teratur;

b. Agar analisis pembahasannya lebih mudah dan lebih mendalam;

c. Untuk menjadi pedoman pelaksanaan proses menejemen bagi

manajer.

Fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan para ahli tidak sama.

Hal ini disebabkan latar belakang ahli serta pendekatan yang dilakukan tidak

sama. Untuk bahan perbandingan fungsi-fungsi manajemen yang

dikemukakan para ahli, penulis mengutip beberapa fungsi manajemen

menurut para ahli:

TABEL 2.1

FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN MENURUT PARA AHLI

G. R. TERRY1. Planning2. Organizing3. Actuating4. Controlling

JOHN F. MEE1. Planning2. Organizing3. Motivating4. Controlling

LOUIS A.ALLEN1. Leading2. Planning3. Organizing4. Controlling

MC NAMARA1. Planning2. Programming3. Budgeting4. System

HENRYFAYOL1. Planning2. Organizing3. Commanding4. Coordinatin5. Controlling

HAROLDKOONTS &CYRILO’DONNEL1. Planning2. Organizing3. Staffing4. Directing5. Controlling

DR. P.SIAGIAN1. Planning2. Organizing3. Motivating4. Controling5. Evaluating

PROF. DRUMAHSAKIT. OEYLIANG LEE1. Perencanaan2. Pengorganisasian3. Pengarahan4. Pengkoordinasian5. Pengontrolan

W. H.NEWMAN1. Planning

LUTHERGULLICK1. Planning

LYNDALL F.URWICK1. Forecasting

JOHN D.MILLET1. Directing

Page 40: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

24

2. Organizing3. Assembling4. Resources5. Directing6. Controlling7. --------------

2. Organizing3. Staffing4. Directing5. Coordinating6. Reporting7. Budgeting

2. Planning3. Organizing4. Commanding5. Coordinatig6. Controlling7. --------------

2. Facilitating

(Sumber: Hasibuan, 2001:38)

Berikut adalah pengertian fungsi-fungsi Manajemen menurut para ahli :

Planning (perencanaan) ialah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan

untuk mencapai tujuan yang digariskan, planning mencakup kegiatan

pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan alternatif-alternatif

keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat

kedepan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa

mendatang (Terry, 2008:17). Planning merupakan pemilihan dan menghubungkan

fakta, menggunakan asumsi-asumsi tentang masa depan dalam membuat

visualisasi dan perumusan kegiatan yang diusulkan dan memang perlu dilakukan

untuk mencapai hasil yang diinginkan (Terry, 2008:46).

Organizing (pengorganisasian) merupakan kegiatan dasar dari manajemen

dilaksanakan untuk dan mengatur seluruh komponen-komponen yang dibutuhkan

termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan sukses.

Manusia merupakan unsur yang terpenting melalui pengorganisasian manusia

dapat di dalam tugas-tugas yang saling berhubungan (Terry, 2008:73). Organizing

mencakup: membagi komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan kedalam kelompok-kelompok, membagi tugas kepada seorang

manajer untuk mengadakan pengelompokan tersebut dan menetapkan wewenang

diantara kelompok atau unit-unit organisasi. Pengorganisasian berhubungan erat

Page 41: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

25

dengan manusia, sehingga pencaharian dan penugasannya ke dalam unit-unit

organisasi dimasukkan sebagai bagian dari unsur organizing. Ada yang tidak

berpendapat demikian, dan memasukan staffing sebagai fungsi utama. Di dalam

setiap kejadian, pengorganisasian melahirkan peranan kerja dalam struktur formal

dan dirancang untuk memungkinkan manusia bekerja sama secara efektif guna

mencapai tujuan bersaama (Terry, 2008:17).

Actuating, atau disebut juga “gerakan aksi” mencakup kegiatan yang

dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang

ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar ujuan-tujuan dapat

tercapai. Actuating mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari

pegawai-pegawainya, memberi penghargaan, memimpin, mengembangkan dan

memberi komponsasi kepada mereka (Terry, 2008:17). Pengarahan merupakan

suatu kegiatan untuk mengintregasikan usaha-usaha anggota-anggota dari suatu

kelompok, sehingga melalui tugas-tugas mereka dapat terpenuhi tujuan pribadi

dan kelomponya. Semua usaha kelompok menghendaki pengarahan apabila ingin

secara sukses mencapai tujuan akhir kelompok tersebut (Terry, 2008:138).

Controlling (pengendalian) ialah suatu usaha untu meneiliti kegiatan-kegiatan

yang telah dan akan dilaksanakan. Pengendalian berorientasi pada objek yang

dituju dan merupakan alat untuk menyuruh orang-orang bekerja menuju sasaran

yang ingin dicapai (Terry, 2008:18). Controlling mencakup kelanjutan tugas

untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan dilaksanakan sesuai rencana. Pelaksanaan

kegiatan dievaluasi dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan

diperbaiki supaya tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik. Ada berbagai cara

Page 42: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

26

untuk mengadakan perbaikan, termasuk merubah rencana dan bahkan tujuanya,

mengatur kembali tugas-tugas dan wewenang, tetapi seluruh perubahan dilakukan

melalui manusianya. Orang yang bertanggungjawab atas penyimpangan yang

tidak diinginkan itu harus dicari dan mengambil langkah-langkah perbaikan

terhadap hal-hal yang sudah atau akan dilaksanakan (Terry, 2008:166).

Staffing atau assembling resources adalah fungsi manajemen yang berkenaan

dengan penarikan, penempatan, pemberian latihan dan pengembangan anggota-

anggota organisasi (Handoko, 2003:233). Staffing merupakan kegiatan merekrut,

memilih, mempromosikan, memindahkan dan pengunduran diri dari para anggota

manajemen. Pendekatan tersebut mengemukakan hal-hal yang penting dalam

mengisi tugas-tugas manajerial dengan orang-orang yang tepat (Terry, 2008:112).

Motivating (motivasi) berasal dari bahasa latin, Mavare yang berarti

dorongan atau daya penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia,

khususnya diberikan kepada bawahan atau pengikut. Menurut Hasibuan dalam

(Hasibuan, 2001:219) motivasi adalah pemberian daya penggerak yang

menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja

efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.

Budgeting (anggaran) adalah laporan-laporan formal sumber daya keuangan

yang disisihkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu selama periode

waktu yang ditetapkan. Anggaran menunjukkan pengeluaran, penerimaan, atau

laba yang direncanakan di waktu yang akan datang. Anggaran mencerminkan

sasaran, rencana dan program-program organisasi yang dinyatakan dalam bentuk

Page 43: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

27

bilangan. Angka-angka perencanaan ini menjadi standar dimana pelaksanaan di

waktu yang akan datang diukur (Handoko, 2003:377).

System (sistem) menurut Davis dalam Hasibuan (2001:253) adalah sebagai

berikut:

“System can be abstract or physical. An abstract system is an orderlyarrangement of interdependent ideas or constructs. For example, asystem of theology is an orderly arrangement of ideas about God, man,etc. A physical system is a set of elements which operate together toaccomplish an objective”. Artinya: sistem dapat abstrak atau fisis. Sistemyang abstrak adalah susunan yang teratur dari gagasan-gagasan ataukonsepsi-konsepsi yang saling bergantungan. Misalnya, sistem teologiadalah sistem yang teratur dari gagasan-gagasan tentang Tuhan, manusiadan sebagainya. Sistem yang beRumah Sakitifat fisis adalah serangkaianunsur yang bekerja sama untuk mencapai tujuan.

Coordinating (koordinasi) adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan

dan mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen (6M) dan pekerjaan-pekerjaan

para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi (Hasibuan, 2001:85). Terry

dalam Hasibuan (2001:96), koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan

teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan

pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada

sasaran yang telah ditentukan. Definisi Terry ini berarti bahwa koordinasi adalah

pernyataan usaha dan meliputi ciri-ciri sebagai berikut:

1. Jumlah usaha, baik secara kuantitatif maupun kualitatif;

2. Waktu yang tepat dari usaha-usaha ini;

3. Pengarahan usaha-usaha ini.

Evaluating (penilaian) adalah proses pengukuran dan perbandingan hasil-

hasil pekerjaan yang nyatanya dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai.

Penilaian itu sendiri mengandung tujuan-tujuan motivatif. Apabila para manajer

Page 44: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

28

mengevaluasikan hasil-hasil pekerjaan dan potensi bawahan mereka, maka

mereka mengetahui hal-hal yang telah dikerjakan oleh bawahan dan mereka

sendiri juga harus meningkatkan keterampilan dan kemampuan mereka (Terry,

2008:160).

Reporting (laporan) adalah kegiatan berhubungan dengan laporan dari setiap

kejadian, lancar tidaknya aktivitas, apakah ada kemajuan atau tidak. Ini kebalikan

dari directing yang datang dari atasan ke bawahan sedang ini dari bawah keatas.

Disini terjadi “two-way traffic”. Kegiatan eksekutif menyampaikan informasi

tentang apa yang sedang terjadi kepada atasannya, termasuk menjaga agar dirinya

dan bawahannya tetap mengetahui informasi lewat laporan-laporan, penelitian dan

inspeksi.

Forecasting (peramalan) merupakan usaha untuk meramal melalui studi dan

analisa terhadap data yang tersedia, potensi oprasional dan kondisi kondisi dimasa

yang akan datang. Forecasting juga mencoba untuk mengetahui lebih dahulu

situasi dari lingkungan sosial di masa yang akan datang dimana perusahaan akan

melakukan kegiatannya (Terry, 2008:52).

Facilitating, fungsi fasilitas meliputi pemberian fasilitas dalam arti luas yakni

memberikan kesempatan kepada anak buah agar dapat berkembang ide-ide dari

bawahan diakomodir dan kalau memungkinkan dikembangkan dan diberi ruang

untuk dapat dilaksanakan.

2.1.2 Definisi Pengelolaan

Page 45: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

29

Pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal dari kata “kelola”

mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk menggali dan

memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna

mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya.

Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha

yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja

dalam mencapai tujan tertentu. Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat

perbedaan–perbedaan hal ini disebabkan karena para ahli meninjau

pengertian dari sudut yang berbeda-beda. Ada yang meninjau pengelolaan

dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang meninjau pengelolaan sebagai

suatu kesatuan. Namun jika dipelajari pada prinsipnya definisi-definisi

tersebut mengandung pengertian dan tujuan yang sama

(http://ado1esen.blogspot.com/2014/02/menurut-para-ahli.html).

Definisi dan pengertian pengelolaan menggunakan beberapa

pemahaman (http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan), yaitu: proses

mempertimbangkan hubungan timbal balik antara kegiatan pembangunan

yang secara potensial terkena dampak kegiatan-kegiatan tersebut. Dapat juga

diartikan sebagai suatu proses penyusunan dan pengambilan keputusan secara

rasional tentang pemanfaatan segenap sumber daya alam yang terkandung

didalamnya secara berkelanjutan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia pengelolaan adalah (1) proses, cara, perbuatan mengelola; (2)

proses melakukan kegiatan tertentu dng menggerakkan tenaga orang lain; (3)

proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi; (4)

Page 46: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

30

proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam

pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. (Kamus Besar Bahasa

Indonesia).

Pengelolaan rumah sakit adalah semua upaya, termasuk proses yang

terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi,

pembuatan keputusan, alokasi sumber daya manusia dan implementasi serta

penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan,

yang dilakukan oleh rumah sakit sebagai Badan Layanan Umum (BLU) yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dan

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang bertujuan menggali dan

memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efektif untuk mencapai

tujuan organisasi yang telah ditentukan.

2.1.3 Definisi Rumah Sakit

WHO (World Health Organization) mendefinisikan rumah sakit sebagai

berikut:

“is an integral part of social and medical organization, the function ofwhich is to provide for the population complete health care, bothcurative and preventive and whose out patient service reach out to thefamily and its home environment; the hospital is also a centre for thetraining of health workeRumah Sakit and biosocial research”. Artinyarumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dankesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahanpenyakit (preventif) kepada masyarakat.

Page 47: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

31

Berdasarkan Undang-undang No. 44 Tahun 2010 tentang Rumah Sakit,

yang dimaksud rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Sedangkan

berdasarkan Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, yang dimaksud rumah sakit

merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit

maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta

memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.

Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus adalah

rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu

jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis

penyakit atau kekhususan lainnya. Rumah Sakit Publik adalah rumah sakit

yang dikelola pemerintah, Pemerintah Daerah dan Badan Hukum yang

bersifat nirlaba. Sedangkan Rumah Sakit Privat adalah rumah sakit yang

dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan

terbatas atau persero.

2.1.3.1 Klasifikasi Rumah Sakit di Indonesia

Di Indonesia dikenal tiga jenis rumah sakit sesuai dengan

kepemilikan, jenis pelayanan dan kelasnya. Berdasarkan

kepemilikannya, dibedakan tiga macam rumah sakit yaitu Rumah Sakit

Page 48: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

32

Pemerintah (Rumah Sakit Pusat, Rumah Sakit Propinsi, Rumah Sakit

Kabupaten), Rumah Sakit BUMN/ABRI, dan Rumah Sakit Swasta

yang menggunakan dana investasi dari sumber dalam negeri (PMDN)

dan sumber luar negeri (PMA). Jenis Rumah Sakit yang kedua adalah

Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Khusus (mata,

paru, kusta, rehabilitasi, jantung, kanker, dsb). Jenis Rumah Sakit yang

ketiga adalah Rumah Sakit kelas A, kelas B (pendidikan dan non-

pendidikan), Rumah Sakit kelas C dan Rumah Sakit kelas D

(Kepmenkes No.51 Menkes/SK/II/1979). Pemerintah sudah

meningkatkan status semua Rumah Sakit Kabupaten menjadi kelas C.

Kelas Rumah Sakit juga dibedakan berdasarkan jenis pelayanan

yang tersedia. Pada Rumah Sakit kelas A tersedia pelayanan spesialistik

yang luas termasuk spesialistik. Rumah Sakit kelas B mempunyai

pelayanan minimal sebelas spesialistik dan subspesialistik terdaftar.

Rumah Sakit kelas C mempunyai minimal empat spesialistik dasar

(bedah, penyakit dalam, kebidanan, dan anak). Di Rumah Sakit kelas D

hanya terdapat pelayanan medis dasar. Keputusan Menteri Kesehatan

No.134 Menkes/SK/IV/78 Th.1978 tentang susunan organisasi dan tata

kerja Rumah Sakit Umum di Indonesia antara lain:

a) Pasal 1: Rumah Sakit Umum adalah organisasi di

lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah

dan bertanggung jawab langsung kepada Dirjen Yan Medik;

Page 49: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

33

b) Pasal 2: Rumah Sakit Umum mempunyai tugas

melaksanakan pelayanan kesehatan (caring) dan

penyembuhan (curing) penderita serta pemulihan keadaan

cacat badan dan jiwa (rehabilitation);

c) Pasal 3: Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Rumah

Sakit mempunyai fungsi:

1. Melaksanakan usaha pelayanan medik;

2. Melaksanakan usaha rehabilitasi medik;

3. Usaha pencegahan komplikasi penyakit dan peningkatan

pemulihan kesehatan;

4. Melaksanakan usaha perawatan;

5. Melaksanakan usaha pendidikan dan latihan medis dan

paramedis;

6. Melaksanakan sistem rujukan;

7. Sebagai tempat penelitian.

d) Pasal 4: Rumah Sakit Umum yang dimaksud dalam

keputusan ini adalah Rumah Sakit kelas A, kelas B, kelas C.

1. Rumah Sakit Umum kelas A adalah Rumah Sakit yang

melaksanakan pelayanan kesehatan yang spesialistik dan

subspesialistik yang luas;

2. Rumah Sakit Umum kelas B adalah Rumah Sakit yang

melaksanakan pelayanan kesehatan spesialistik yang

luas;

Page 50: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

34

3. Rumah Sakit Umum kelas C adalah Rumah Sakit yang

melaksanakan pelayanan kesehatan spesialistik paling

sedikit empat spesialis dasar yaitu: Penyakit Dalam,

Penyakit Bedah, Penyakit Kebidanan/Kandungan, dan

Kesehatan Anak.

2.2 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa

hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca

diantaranya:

1. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UniveRumah Sakititas

Sultan Ageng Tirtayasa yang ditulis oleh Gitry Wulanjani Tahun 2011

dengan judul Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien

Rawat Inap pada Rumah Sakit Umum Daerah Serang, pada penelirian

tersebut peneliti menggunakan teori Kualitas Pelayanan (Zeithaml

Parasuraman dalam Arief 2007:125-128) sebagai pedoman dalam

melakukan penelitiannya. Indikator penelitian terdiri dari: Tangible

(fasilitas fisik), Reliabilitas, Responsivitas, Kompetensi, Courtesy

(Kesopanan), Kredibilitas, Keamanan, Akses dan Komunikasi.

Metodologi dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan

pendekatan korelasi. Adapun hasil dari penelitian Pengaruh Kualitas

Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit

Page 51: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

35

Umum Daerah Serang menunjukan bahwa Kualitas pelayanan

mempengaruhi tingkat kepuasan pasien rawat inap pada Rumah Sakit

Umum Daerah Serang sebesar 45,0% dan sisanya 55,0% dipengaruhi

faktor lain. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang sedang

peneliti lakukakan adalah fokus penelitian yaitu rumah sakit. Sedangkan

perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan

adalah locus penelitian, skripsi ini dilakukan di Kabupaten Serang

sedangkan peneliti melakukan penelitian di Kota Cilegon, selanjutnya teori

yang digunakan dalam skripsi ini adalah Indikator Kualitas Pelayanan dari

Zeithaml Parasuraman dalam Arief (2007:125-128) sedangkan peneliti

menggunakan teori Terry (Hasibuan, 2001:38) fungsi-fungsi manajemen

yang terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, Controlling.

2. Skripsi Fakultas kesehatan masyarakat, Program Studi Manajemen Rumah

Sakit, Departemen Administrasi Kebijakan dan Kesehatan, Depok, ditulis

oleh Dewi Ikasari pada Januari 2012 dengan judul Tingkat Standar

Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Berdasarkan Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit Tahun 2011. Pada penelitian tersebut

peneliti menggunakan teori indikator yang ada dalam Standar Pelayanan

Rawat Inap berdasarkan PERMENKES RI No. 129/MENKES/SK/II/2008

dari 15 (lima belas) indikator menjadi 10 (sepuluh) indikator Standar

Pelayanan Minimal Rawat Inap Rumah Sakit sebagai pedoman dalam

melakukan penelitiannya. Metodologi dalam penelitian ini menggunakan

metode kuantitatif deskriptif. Adapun hasil penelitian tersebut

Page 52: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

36

mendapatkan bahwa pelayanan rawat inap Rumah Sakit Haji Jakarta sudah

sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan dimaksud sepuluh (10)

indikator yang ada berdasarkan PERMENKES RI No

129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah

Sakit terdapat tiga (3) indikator yang belum sesuai, yaitu indikator pemberi

pelayanan di rawat inap, jam visite dokter spesialis, serta angka kematian

pasien lebih dari 48 jam. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang

sedang peneliti lakukakan adalah fokus penelitian yaitu mengenai rumah

sakit. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sedang

peneliti lakukan adalah locus penelitian, skripsi ini dilakukan di Jakarta

sedangkan peneliti melakukan penelitian di Kota Cilegon, selanjutnya teori

yang digunakan dalam skripsi ini adalah Indikator Standar Pelayanan

Minimal dari PERMENKES RI No. 129/MENKES/SK/II/2008 sedangkan

peneliti menggunakan teori Terry (Hasibuan, 2001:38) fungsi-fungsi

manajemen yang terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, Controlling.

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

No. ITEM Peneliti A Peneliti B Peneliti C /

Mhs ybs

1 Judul Pengaruh Kualitas

Pelayanan terhadap

Kepuasan Pasien

Rawat Inap pada

Rumah Sakit Umum

Tingkat Standar

Pelayanan Rawat

Inap di Rumah Sakit

Haji Jakarta

Berdasarkan Standar

Pelayanan Minimal

Manajemen

Pengelolaan Rumah

Sakit Umum

Daerah Kota

Cilegon

Page 53: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

37

Daerah Serang Rumah Sakit Tahun

2011

2 Tahun 2011 2012 2015

3 Tujuan

Penelitian

untuk dapat

mengetahui seberapa

besar pengaruh

kualitas pelayanan

terhadap kepuasan

pasien rawat inap di

Rumah Sakit Umum

Daerah Serang

untuk mengetahui

tingkat Standar

Pelayanan

Rawat Inap di

Rumah Sakit Haji

Jakarta Tahun 2011

berdasarkan

Keputusan Menteri

Kesehatan RI No:

129/MENKES/SK/II

/2008 tentang

Standar

Pelayanan Minimal

Rumah Sakit dan

Peraturan Menteri

Kesehatan RI No:

340/MENKES/PER/

III/2010 tentang

Klasifikasi Rumah

Sakit

untuk mengetahui

bagaimana

penerapan

manajemen

pengelolaan Rumah

Sakit Umum

Daerah Kota

Cilegon

4 Teori Kualitas Pelayanan (Z.

Parasuraman dalam

Arief 2007:125-128):

1. Tangible (fasilitas

fisik);

2. Reliabilitas;

3. Responsivitas;

4. Kompetensi;

5. Courtesy

indikator dalam

Standar

Pelayanan Rawat

Inap berdasarkan

KEPMENKES RI

No:

129/MENKES/SK/II

/2008 dari 15 (lima

Fungsi-fungsi

manajemen POAC

(Planning,

Organizing,

Actuating,

Controlling)

menurut Terry

dalam Hasibuan

(2001:38)

Page 54: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

38

(kesopanan);

6. Kredibiltas;

7. Keamanan;

8. Akses;

9. Komunikasi.

belas) indikator

menjadi 10

(sepuluh)

indikator Standar

Pelayanan Minimal

Rawat Inap Rumah

Sakit

5 Metode /

Paradigma

Kuantitatif Korelasi Kuantitatif

Deskriptif

Kualitatif

Deskripstif

6 Hasil

Penelitian

/

Kesimpula

n

Kualitas pelayanan

mempengaruhi tingkat

kepuasan pasien rawat

inap pada Rumah Sakit

Umum Daerah Serang

sebesar 45,0% dan

sisanya 55,0%

dipengaruhi faktor lain

Hasil penelitian

mendapatkan bahwa

pelayanan rawat

inap Rumah Sakit

Haji Jakarta sudah

sesuai dengan

Peraturan Menteri

Kesehatan

dimaksud. sepuluh

(10) indikator yang

ada berdasarkan

Peraturan Menteri

Kesehatan RI

Nomor

129/MENKES/SK/II

/2008 tentang

Standar Pelayanan

Minimal Rumah

Sakit terdapat 3

(tiga) indikator yang

belum sesuai

yaitu indikator :

pemberi

Manajemen

pengelolaan

Rumah Sakit

Umum Daerah Kota

Cilegon masih

belum optimal dan

masih diperlukan

perbaikan serta

peningkatan

terhadap

pengelolaannya

Page 55: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

39

pelayanan di rawat

inap, jam visit dokter

spesialis, angka

kematian pasien

lebih

dari 48 jam sehingga

rawat inap Rumah

Sakit Haji Jakarta

masih perlu

meningkatkan diri

sesuai standar yang

ditetapkan

pemerintah

7 Persamaan Fokus penelitian yaitu

sama-sama meneliti

tentang rumah sakit

Fokus penelitian

yaitu sama-sama

meneliti tentang

rumah sakit

Fokus penelitian

yaitu sama-sama

meneliti tentang

rumah sakit

8 Perbedaan Menggunakan teori

dan metode penelitian

yang berbeda

Menggunakan teori

dan metode

penelitian yang

berbeda

Menggunakan teori

dan metode

penelitian yang

berbeda

9 Kritik Penelitian yang

dilakukan hanya

berdasarkan angket

yang telah diberikan

kepada responden

terkait sehingga tidak

mendalami masalah

yang terjadi dalam

lingkungan

penelitiannya

Penelitian yang

dilakukan hanya

berdasarkan angket

yang telah diberikan

kepada responden

terkait sehingga

tidak mendalami

masalah yang terjadi

dalam lingkungan

penelitiannya

Penelitian yang

dilakukan

menggunakan

metode kualitatif

cenderung lebih

memerlukan waktu

yang lama

dibandingkan dua

penelitian terdahulu

tersebut

10 Sumber Skripsi dari Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, UniveRumah

Skripsi dari Fakultas

kesehatan

masyarakat,

Peneliti ybs.

Page 56: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

40

Sakititas Sultan Ageng

Tirtayasa, Serang,

2011.

Program Studi

Manajemen rumah

Sakit, Departemen

Administrasi

Kebijakan dan

Kesehatan, Depok,

Januari 2012.

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka berpikir dari peneelitian ini tentang Manajemen Pengelolaan

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon. Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Cilegon salah satu organisasi sektor publik yang bergerak dalam bidang pelayanan

jasa kesehatan yang mempunyai tugas melaksanakan suatu upaya kesehatan

secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan atau mementingkan

upaya penyembuhan dan pemulihan yang telah dilaksanakan secara serasi dan

terpadu oleh pihak rumah sakit dalam upaya peningkatan dan pencegahan

penyakit serta upaya perbaikan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.983/Men.Kes/SK/XI/1992). Rumah Sakit Umum Darah Kota

Cilegon juga merupakan salah satu unit bisnis pemerintah (sektor publik) yang

memiliki kewajiban memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan

optimal tanpa tujuan mencari laba (non profit organization). Untuk memberikan

pelayanan kesehatan yang optimal seperti yang diharapkan, dibutuhkan biaya

yang cukup besar dalam perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian dan

pengendalian yang baik. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon sebagai rumah

sakit rujukan pelayanan kesehatan. Perbaikan manajemen pengelolaan dalam

rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan, sarana dan

Page 57: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

41

prasarana dalam rumah sakit tersebut. Dalam kondisi demikian, diperlukan

pemikiran ulang tentang bagaimana manajemen pengelolaan yang baik dan dapat

diterapkan terhadap keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon

tersebut.

Untuk mengetahui sejauh mana manajemen pengelolaan Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Cilegon, peneliti menggunakan teori POAC dari G.R. Terry

(Hasibuan, 2001:38) yang terdiri dari: Planning, Organizing, Actuating, dan

Controlling. Karena untuk menjadikan sebuah Rumah Sakit yang berjalan dengan

optimal diperlukan planning (rencana) yang baik untuk dijadikan penentuan

tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternatif-

alternatif yang ada. Kemudian organizing (pengorganisasian) menentukan,

mengelompokan, dan mengatur bermacam-macam aktivitas yang diperlukan

untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini,

menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif

didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas

tersebut. Actuating (pengarahan) mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja

sama dalam mengelola rumah sakit dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.

Controlling (pengendalian) pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja

bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan

dapat terselenggara. Untuk mempermudah memahami alur berpikir, peneliti

menggambarkan dalam kerangka berpikirnya sebagai berikut:

Permasalahan:

1. Perencanaan yang tidak sesuai dengankebutuhan rumah sakit;

2. Ketidaksiap/siaganya tenaga medisyang tersedia;

3. Manajemen pengelolaan sumber dayamanusia yang kurang baik:

4. Pelaksanaan pelayanaan yang berjalanlambat;

5. Minimnya pengawasan terhadap

Terry dalam Hasibuan(2001:38)

1. Planning2. Organizing3. Actuating4. Controlling

Perbaikan manajemen pengelolaanRumah Sakit Umum Daerah Kota

Page 58: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

42

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

(Sumber: Peneliti, 2015)

2.4 Asumsi Dasar

Asumsi dasar merupakan hasil dari refleksi penelitian berdasarkan kajian

pustaka dan kajian teori yang digunakan sebagai dasar argumentasi. Berdasarkan

pada kerangka pemikiran yang dipaparkan diatas, peneliti telah melakukan

observasi awal, maka peneliti berasumsi bahwa dalam manajemen pengelolaan

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon masih belum berjalan optimal dan

masih diperlukan perbaikan serta peningkatan terhadap pengelolaannya.

Page 59: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metodologi Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara dan prosedur yang

sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan

maksud mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atas masalah

tersebut (Ulber, 2010:12). Adapun metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode

penelitian kualitatif ini sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik

karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Objek dalam

penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah yaitu objek yang apa adanya, tidak

dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki objek

dan setelah keluar dari objek relatif tidak berubah.

Pendekatan deskriptif digunakan sebagai prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang dimaksudkan untuk

mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat faktual mengenai manajemen

pengelolaan Rumah Sakit Daerah di Kota Cilegon.

Page 60: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

44

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian menjelaskan substansi materi kajian penelitian yang

akan dilakukan. Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian adalah Manajemen

Pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian menjelaskan tempat (locus) penelitian, serta alasan memilih

lokasi penelitian tersebut. Lokasi penelitian mengenai Manajemen Pengelolaan

Rumah Sakit Umum Daerah di Kota Cilegon, Provinsi Banten. Lokasi penelitian

dipilih karena ingin mengungkap masalah yang terjadi di daerah tersebut serta

nantinya memberi solusi yang berguna untuk perbaikan mutu pengelolaan Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.

3.4 Dimensi Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep dari

dimensi yang akan diteliti berdasarkan kerangka teori yang digunakan. Pada

penelitian ini dimensinya adalah Manajemen Pengelolaan Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Cilegon yang akan diteliti menggunakan teori fungsi

manajemen POAC (Planning, Organizing, Actuating,Controlling) dari Terry.

1. Planning ialah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk

mencapai tujuan yang digariskan, planning mencakup kegiatan

pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan aternatif-alternatif

keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan

melihat kedepan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan

Page 61: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

45

untuk masa mendatang (Terry, 2008:17). Planning merupakan

pemilihan dan menghubungkan fakta, menggunakan asumsi-asumsi

tentang masa depan dalam membuat visualisasi dan perumusan

kegiatan yang diusulkan dan memang perludilakukan untuk mencapai

hasil yang diinginkan (Terry, 2008:46).

2. Organizing merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksanakan

untuk dan mengatur seluruh komponen-komponen yang dibutuhkan

termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan

dengan sukses. Manusia merupakan unsur yang terpenting melalui

pengorganisasian manusia dapat di dalam tugas-tugas yang saling

berhubungan (Terry, 2008:73). Organizing mencakup: membagi

komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan

kedalam kelompok-kelompok, membagi tugas kepada seorang manajer

untuk mengadakan pengelompokan tersebut dan menetapkan

wewenang diantara kelompok atau unit-unit organisasi.

Pengorganisasian berhubungan erat dengan manusia, sehingga

pencaharian dan penugasannya kedalam unit-unit organisasi dimasukan

sebagai bagian dari unsur organizing. Ada yang tidak berpendapat

demikian, dan memasukan staffing sebagai fungsi utama. Di dalam

setiap kejadian, pengorganisasian melahirkan peranan kerja dalam

struktur formal dan dirancang untuk memungkinkan manusia bekerja

sama secara efektif guna mencapai tujuan bersama (Terry, 2008:17).

Page 62: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

46

3. Actuating, atau disebut juga “gerakan aksi” mencakup kegiatan yang

dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan

yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar

tujuan-tujuan dapat tercapai. Actuating mencakup penetapan dan

pemuasan kebutuhan manusiawi dari pegawai-pegawainya, memberi

penghargaan, memimpin, mengembangkan dan memberi komponsasi

kepada mereka (Terry, 2008:17). Pengarahan merupakan suatu kegitan

untuk mengintregasikan usaha anggota-anggota dari suatu kelompok,

sehingga melalui tugas-tugas mereka dapat terpenuhi tujuan pribadi

dan kelompoknya. Semua usaha kelompok menghendaki pengarahan

apabila ingin secara sukses mencapai tujuan akhir kelompok tersebut

(Terry, 2008:138).

4. Controlling (pengendalian) ialah suatu usaha untuk meneiliti kegiatan-

kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan. Pengendalian berorientasi

pada objek yang dituju dan merupakan alat untuk menyuruh orang-

orang bekerja menuju sasaran yang ingin dicapai (Terry, 2008:18).

Controlling mencakup kelanjutan tugas untuk melihat apakah kegiatan-

kegiatan dilaksanakan sesuai rencana. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi

dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki

supaya tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik. Ada berbagai cara

untuk mengadakan perbaikan, termasuk merubah rencana dan bahkan

tujuanya, mengatur kembali tugas-tugas dan wewenang, tetapi seluruh

perubahan dilakukan melalui manusianya. Orang yang

Page 63: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

47

bertanggungjawab atas penyimpangan yang tidak diinginkan itu harus

dicari danmengambil langkah-langkah perbaikan terhadap hal-hal yang

sudah atau akan dilaksanakan (Terry, 2008:166).

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau dimensi yang

akan diteliti dalam rincian yang terukur. Adapun dimensi dalam penelitian ini

ialah manajemen pengelolaan yang bertujuan meningkatkan nilai guna yang

diciptakan organisasi untuk kesejahteraan masyarakat, berhubungan dengan

itu masalah yang terjadi dilapangan yakni:

1. Perencanaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan rumah sakit;

2. Ketidaksiap/siaganya tenaga medis yang tersedia;

3. Manajemen pengelolaan sumber daya manusia yang kurang baik:

4. Pelaksanaan pelayanaan yang berjalan lambat;

5. Minimnya pengawasan terhadap manajemen dalam pengelolaan

tenaga medis;

6. Sarana prasarana yang belum menunjang kenyamanan pasien.

Permasalahan tersebut dapat terjawab dengan menggunakan teori

Fungsi Manajemen POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling)

dari Terry (Hasibuan, 2011:38). Yang peneliti simpulkan sementara bahwa

proses manajemen di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon belum

berjalan dengan optimal. Untuk mempermudah peneliti memahami, berikut

disajikan tabel seperti dibawah ini.

Page 64: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

48

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No. Fokus Sub Fokus

1. Planning (perencanaan) a. Tujuan;

b. Kebijaksanaan;

c. Prosedur;

d. Rule;

e. Program;

f. Budget;

2. Organizing

(pengorganisasian)

a. Pembagian kerja;

b. Sistem kerja;

c. Penetapan dan pengelompokan kerja;

d. Tata tertib;

e. Pendelegasian wewenang;

f. Unsur-unsur dan alat-alat organisasi;

g. Penempatan kerja.

3. Actuating (pelaksanaan) a. Pengarahan tujuan;

b. Perintah kerja;

c. Dorongan dan motivasi kerja;

d. Pemecahan masalah.

4. Controlling

(pengendalian)

a. Penentuan standar-standar;

b. Pengukuran hasil;

c. Membandingkan hasil dengan standar

yang ada;

d. Evaluasi.

(Sumber: Peneliti, 2015)

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian diperlukan suatu alat ukur yang tepat dalam proses

pengolahannya. Hal ini untuk mencapai hasil yang diinginkan. Alat ukur dalam

Page 65: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

49

penelitian disebut juga instrumen penelitian atau dengan kata lain bahwa pada

dasarnya instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam mengukur

fenomena alam atau sosial yang diamati.

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti itu

sendiri (human instrument). Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus

“divalidasi” seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian yang selanjutnya

terjun ke lapangan. Validitas terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi

validitas terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan

terhadap bidang yang diteliti dan kesiapan peneliti untuk memasuki objek

penelitian baik secara akademik maupun logistiknya. Adapun yang melakukan

validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman

terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang

diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan (Sugiyono, 2012:59).

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Sumber data utama atau primer dalam penelitian kualitatif ialah kata-

kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan atau data sekunder seperti

dokumen, dan lain-lain. Adapun alat-alat tambahan yang digunakan peneliti

dalam mengumpulkan data berupa pedoman wawancara, buku catatan, kamera

dan alat perekam (handphone).

3.6 Informan Penelitian

Penentuan informan dalam penelitian mengenai manajemen pengelolaan ini

adalah dengan menggunakan teknik purposive (bertujuan), yaitu merupakan

metode penetapan informan dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu

Page 66: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

50

disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan. Adapun yang menjadi informan

dalam penelitian ini antara lain peneliti muat dalam tabel berikut.

Tabel 3.2Informan Penelitian

No. KodeInforman Nama Keterangan Kategori Informan

1 I1-1 Dr.Meysuri

Wakil Direktur RSUD CilegonBagian Keuangan

Key Informan

2 I1-2 Edi Kepala Subbagian Perencanaandan Pelaporan RSUD Cilegon

Key Informan

3 I1-3 Hindun Kepala SubbagianKepegawaian RSUD Cilegon

Key Informan

4 I1-4 Tenaga Kesehatan RSUDCilegon

Key Informan

5 I1-5 TetiNurcahyati

Pegawai/Staf RSUD Cilegon Key Informan

6 I2-1 Ardiansyah, SH

Kepala SubbidangPengembangan Karir BadanKepegawaian Daerah Cilegon

Key Informan

7 I3-1 Suntani Inspektorat Kota Cilegon Key Informan8 I4-1 - Badan Pemeriksa Keuangan

Provinsi BantenSecondary Informan

(tidak bersedia diwawancara)

9 I5-1 Sulastri Pasien Rawat Inap (BPJS) Secondary Informan10 I5-2 Sukardan Pasien Rawat Inap (Non BPJS) Secondary Informan11 I5-3 Suyatno Pasien Rawat Jalan (BPJS) Secondary Informan12 I5-4 Septian Pasien Rawat Jalan (Non

BPJS)Secondary Informan

13 I5-5 Agus Masyarakat Sekitar / KeluargaPasien

Secondary Informan

14 I5-6 Fitria Masyarakat Sekitar / KeluargaPasien

Secondary Informan

(Sumber: Peneliti, 2016)

Dari tabel diatas peneliti akan menjelaskan peran informan pada penelitian ini:

1. Direktur/Wakil Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon adalah

pembuat kebijakan mengenai pengelolaan di Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Cilegon. Dalam tingkat manajemen disebut top mangement

(manajemen puncak), keahlian yang dimiliki para manajer tingkat puncak

Page 67: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

51

adalah konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan merumuskan

konsep untuk dilaksanakan oleh tingkatan manajer dibawahnya.

2. Kepala SubBagian Perencanaan dan Pelaporan Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Cilegon adalah orang yang bertanggung jawab memastikan rencana

dan memastikan tercapainya suatu tujuan. Dalam tingkat manajemen disebut

middle management (manajemen menengah) yaitu orang yang memiliki

keahlian interpersonal/manusiawi artinya keahlian untuk berkomunikasi,

bekerja sama dan memotivasi orang lain.

3. Kepala SubBagian Kepegawaian Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon

adalah orang yang bertanggung jawab menyelenggarakan pengadaan seleksi

calon pegawai, pengangkatan, pemindahan, pemberhentian serta pemenuhan

kebutuhan pegawai di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.

4. Pegawai/Staf Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon adalah pihak

pelaksana dari segala perencanaan, yang berhadapan langsung maupun tidak

langsung dengan pasien dalam hal pelayanan.

5. Ketua Satuan Pengawas Internal adalah pihak yang mengaudit,

mengevaluasi kinerja serta semua jenis pelaporan yang ada di Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Cilegon.

6. Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota Cilegon adalah pihak yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pengangkatan, pemindahan serta

pemberhentian pegawai.

Page 68: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

52

7. Kepala Badan Pengawas Daerah Kota Cilegon adalah pihak yang

mengaudit, mengevaluasi kinerja serta semua jenis pelaporan yang ada di

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.

8. Kepala Badan Pengawas Keuangan Provinsi Banten adalah pihak yang

mengaudit, mengevaluasi kinerja serta semua jenis pelaporan yang ada di

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.

9. Pasien Rawat Inap, Pasien Rawat Jalan dan Masyarakat adalah sasaran dari

tujuan target rencana manjemen pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Cilegon dan merasakan pelayanan dari rumah sakit tersebut.

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian kualitatif tidak ada istilah populasi, tetapi dinamakan

“social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu:

tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi

secara strategis. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan dengan

responden, tetapi dinamakan dengan narasumber, atau partisipan, atau

informan. Selanjutnya teknik pengumpulan data merupakan langkah yang

paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka

penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang

ditetapkan (Sugiyono, 2012:63). Adapun teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Page 69: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

53

1. Wawancara

Adapun teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dalam

penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam

(indepth interview) adalah data yang diperoleh terdiri dari kutipan

langsung dari orang-orang tentang pengalaman, pendapat perasaan dan

pengetahuan informan penelitian. Informan penelitian adalah orang

yang memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu

berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu penentuan informan yang

terdiri dari informan kunci dan informan sekunder, kriteria informan

dan pedoman wawancara disusun dengan rapih dan terlebih dahulu

dipahami peneliti. Selain itu, sebelum melakukan wawancara peneliti

juga melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian;

b. Menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai;

c. Menjelaskan situasi atau badan yang melaksanakan;

d. Mempersiapkan pencatatan data wawancara.

Hal-hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada

informan untuk melakukan wawancara dengan menghindari keasingan

serta rasa curiga informan untuk memberikan keterangan dengan jujur,

selanjutnya peneliti mencatat keterangan-keterangan yang diperoleh

dengan cara pendekatan kata-kata dan merangkainya kembali dalam

bentuk kalimat (Nazir, 2009:200). Pada penelitian ini, peneliti

Page 70: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

54

menggunakan wawancara tak terstruktur. Wawancara tak terstruktur ini

adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan

pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap

untuk pengumpulan datanya, namun pedoman wawancara yang digunakan

hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Adapun secara garis besar, pedoman wawancara yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu:

Tabel 3.3

Pedoman Wawancara

No. Dimensi Sub Dimensi

1. Planning

(perencanaan)

a. Tujuan;

b. Kebijaksanaan;

c. Prosedur;

d. Rule;

e. Program;

f. Budget;

g. Metode;

h. Strategi.

2. Organizing

(pengorganisasian)

a. Pembagian kerja;

b. Sistem kerja;

c. Penetapan dan pengelompokan

kerja;

d. Tata tertib;

e. Pendelegasian wewenang;

f. Unsur-unsur dan alat-alat

organisasi;

g. Penempatan kerja.

Page 71: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

55

3. Actuating

(pelaksanaan)

a. Pengarahan tujuan;

b. Perintah kerja;

c. Dorongan dan motivasi kerja;

d. Pemecahan masalah.

4. Controling

(pengendalian)

a. Penentuan standar-standar;

b. Pengukuran hasil;

c. Membandingkan hasil dengan

standar yang ada;

d. Evaluasi.

(Sumber: Peneliti, 2016)

2. Pengamatan/Observasi

Dalam penelitian ini, teknik observasi/pengamatan yang

digunakan adalah observasi/pengamatan secara terang-terangan.

dimana peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan

terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan

penelitian sehingga mereka yang diteliti mengetahui sejak awal

sampai akhir tentang aktivitas peneliti dan juga peneliti terlibat

dengan kegiatan sehari-hari yang menjadi sumber data penelitian

sehingga diperlukan data yang akurat lengkap, tajam dan terpercaya.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan

misalnya catatan-catatan, peraturan, kebijakan, laporan-laporan.

Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup,

sketsa dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari

Page 72: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

56

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian

kualitatif (Sugiyono, 2012:82). Dokumentasi dalam penelitian ini

berupa dokumen-dokumen yang mendukung penelitian menganai

manajemen pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah di Kota

Cilegon.

4. Studi Literatur/Kepustakaan

Studi literatur/kepustakaan merupakan pengumpulan data

penelitian yang diperoleh dari berbagai referensi baik buku ataupun

jurnal ilmiah yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

Dalam sebuah penelitian kualitatif analisis data dilakukan sejak

sebelum peneliti memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah

selesai di lapangan. Namun faktanya analisis data kualitatif

berlangsung selama proses pengumpulan data. Data yang terkumpul

harus diolah sedemikian rupa hingga menjadi informasi yang dapat

digunakan dalam menjawab perumusan masalah yang diteliti.

Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif

dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

datanya sudah jenuh. Adapun teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif deskriptif

dari Irawan. Langkah-langkah dalam melakukan analisis data

menurut Irawan (2006:5.27) yaitu:

a) Pengumpulan data mentah

Page 73: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

57

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data mentah misalnya

melalui wawancara, observasi lapangan, dan kajian pustaka.

Pada tahap ini juga digunakan alat bantu yang diperlukan,

seperti tape recorder, kamera, dan lain-lain. Catatan hasil

wawancara hanya data yang apa adanya (verbatim), tidak

dicampurkan dengan pikiran, komentar, dan sikap peneliti.

b) Transkip data

Pada tahap ini, peneliti merubah catatan dalam bentuk tulisan

(apakah itu berasal dari tape recorder atau catatan tulisan

tangan). Peneliti ketik persis seperti apa adanya (verbatim).

c) Pembuatan koding

Pada tahap ini, peneliti membaca ulang seluruh data yang

sudah ditranskip. Pada bagian-bagian tertentu dari transkip

data tersebut akan menemukan hal-hal penting yang perlu

peneliti catat untuk proses selanjutnya. Dari hal-hal penting

tersebut nanti akan diberi kode.

d) Kategorisasi data

Pada tahap ini peneliti mulai menyederhanakan data dengan

cara “mengikat” konsep-konsep (kata-kata) kunci dalam satu

besaran yang dinamakan “kategori”.

e) Penyimpulan sementara

Pada tahap ini peneliti mengambil kesimpulan meskipun

masih bersifat sementara. Kesimpulan ini 100% harus

Page 74: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

58

berdasarkan data dan data yang didapatkan tidak dicampur

adukkan dengan pikiran dan penafsiran peneliti.

f) Triangulasi

Triangulasi adalah proses chek and re-check antara satu

sumber data dengan sumber data lainnya. Triangulasi

dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

1. Triangulasi teknik, dilakukan dengan cara menanyakan

hal yang sama dengan teknik yang berbeda. Bisa

dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan

dokumentasi.

2. Triangulasi sumber, dilakukan dengan cara menanyakan

hal yang sama melalui sumber yang berbeda. Dalam hal

ini bisa dengan teknik informan purposif atau snowball.

3. Triangulasi waktu, dilakukan dengan cara menanyakan

hal yang sama tetapi pada berbagai kesempatan misalnya,

pada waktu pagi, siang, atau sore hari.

Dengan triangulasi data tersebut, maka dapat diketahui

apakah informan/narasumber memberikan data yang sama

atau tidak. Jika informan/narasumber memberikan data yang

berbeda maka berarti datanya belum valid. Namun dalam

penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber.

g) Penyimpulan akhir

Page 75: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

59

Kesimpulan akhir diambil ketika peneliti sudah merasa

bahwa data peneliti sudah jenuh (saturated) dan setiap

penambahan data hanya berarti ketumpang tindihan

(redundant). Langkah-langkah dalam melakukan analisis

data menurut Irawan (2006:5.27) secara lebih jelas dapat

dilihat dalam gambar sebagai berikut yaitu:

Gambar 3.1

Proses Analisis Data

(Sumber: Irawan, 2006:5)

3.8 Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif dikenal uji keabsahan data. Adapun dalam

penelitian ini, untuk pengujian keabsahan datanya dilakukan dengan

menggunakan teknik triangulasi dan member check. Terdapat tiga macam teknik

triangulasi yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu.

Adapun pada penelitian ini, teknik triangulasi yang peneliti gunakan adalah teknik

triangulasi sumber. Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber

melalui hasil wawancara atau disebut juga dengan mewawancarai lebih dari satu

PengumpulanData Mentah

TranskipData

PembuatanKoding

KategorisasiData

PenyimpulanSementaraTriangulasiPenyimpulan

Akhir

Page 76: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

60

informan yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. Sedangkan

member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada

pemberi data agar informasi yang diperoleh dan yang akan digunakan dalam

penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.

3.8 Jadwal Penelitian

Berikut ini merupakan jadwal penelitian Manajemen Pengelolaan Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Cilegon, peneliti sajikan pada Tabel 3.3 dibawah:

Tabel 3.3Jadwal Penelitian

KEGIATAN WAKTU PELAKSANAAN

Page 77: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

61

2015 2016 2015 2016 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2018 2018

Sep–Des

Jan–Feb

Mar Apr Mei Jun Jul AgsSep-Des

Jan Jun Jul

Observasi Data

Pengumpulan

Data Awal

Pengajuan

Judul Proposal

Penyusunan

Proposal

Bimbingan

Proposal

Pengujian

Proposal

Revisi Ujian

Proposal

Analisis Data /

Turun ke

Lapangan

Penyusunan

Hasil Skripsi

Ujian Skripsi

Revisi Ujian

Skripsi

Page 78: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

61

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Umum Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon

Sebelum diresmikan menjadi sebuah RSUD Kota Cilegon, Pemerintah

Kota Cilegon telah memiliki sebuah puskesmas yaitu Puskesmas DTP

Cilegon yang berlokasi di Jalan Raya Merak – Jombang Kali Cilegon. Pada

saat itu masih berada dalam lingkungan dan pembinaan Dinas Kesehatan

Kabupaten Serang. Puskesmas pada tahun 1992 dipecah menjadi 3 (tiga)

Puskesmas:

1. Puskesmas DTP Cilegon I (Rumah Sakit Persiapan Cilegon),

berlokasi di Jalan Raya Merak Jombang Kali;

2. Puskesmas Cilegon II berlokasi di Kapling Blok C Cilegon;

3. Puskesmas Cibeber yang berlokasi di Cibeber.

Menindak lanjuti instruksi Bupati Serang tanggal 01 Mei 1996 No.

640/1053-HUK/1996 tentang Pemanfaatan Penggunaan Bangunan Rumah

Bojonegara Panggung Rawi Cilegon, yang kemudian dikembalikan fungsinya

sebagai Puskesmas DTP Cilegon. Seiring dengan perkembangan

pemerintahan administratif Cilegon berubah menjadi Kota Cilegon

berdasarkan UU No. 15 Tahun 1999 dan dengan adanya komitmen dari

Walikota Cilegon untuk memiliki Rumah Sakit sendiri, Puskesmas DTP

Cilegon I dengan ketetapan Perda No. 14 Tahun 2001 diresmikan menjadi

Page 79: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

62

RSU Kota Cilegon pada Tanggal 27 April 2001. Ijin Operasional dan SK

Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Banten No. 800/2074/KES/VII/2002

tanggal 16 Juli 2002 dengan Nomor Registrasi Depkes No. 367.20.22

tertanggal 15 Agustus 2002. Dalam pekembangannya sesuai dengan SK

Walikota No. 590/Kep.168-Kp/2001 lahan RSUD Kota Cilegon seluas 4,3 Ha

ditempatkan pada lokasi di desa Panggung Rawi (Km. 3). Sejalan dengan

berjalannya waktu, RSUD Kota Cilegon dengan SK Walikota No.

445/Kep.214-Org/2007 ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum dengan

Pengelolaan Keuangan Rumah Sakit yang fleksibel, dan melalui Surat

Rekomendasi Walikota Cilegon Nomor 445/1757-Org/2007 tentang

dukungan untuk memperoleh status sebagai Rumah Sakit Kelas B Non

Pendidikan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

173/MENKES/SK/II/2008 tanggal 13 Februari 2008 tentang Penetapan Kelas

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon Milik Pemerintah Kota Cilegon

Propinsi Banten, maka RSUD Cilegon ditetapkan menjadi Rumah Sakit Kelas

B Non Pendidikan. Dan melalui SK Walikota Nomor 440/Kep.334-

RSUD/2008 tanggal 01 Juli 2008 tentang Pembebasan Biaya Rawat Inap

Kelas III pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon, maka

Biaya Rawat Inap Kelas III di RSUD Kota Cilegon dinyatakan gratis.

4.1.2 Tugas Pokok, Motto dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Cilegon

Page 80: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

63

Tugas pokok dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon adalah

melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil

guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang

dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta

pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan .

Motto dalam Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon adalah

memberikan pelayanan prima dan terjangkau .

Fungsi dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Cilegon menyelenggarakan pelayanan medis, menyelenggarakan pelayanan

penunjang medis dan non medis, menyelenggarakan pelayanan dan asuhan

keperawatan, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan,

menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

4.1.3 Visi, Misi dan Strategi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon

Visi dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon adalah menjadi

Rumah Sakit Umum pemerintah dengan pelayanan dan pendidikan kesehatan

yang terunggul di Propinsi Banten.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon memiliki beberapa misi

seperti memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna dan bermutu,

meningkatkan sarana dan prasarana sesuai dengan standar pelayanan rumah

sakit kelas B, meningkatkan profesional SDM Rumah Sakit melalui

pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan,

menyelenggarakan program pendidikan profesi medis dan paramedis.

Page 81: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

64

Strategi yang diterapkan dalam Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Cilegon melalui beberapa strategi seperti sinkronisasi antara kebijakan

nasional dan daerah, meningkatkan kuantitas tenaga medis spesialistik dan

paramedis disertai dengan peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan,

mengembangkan, menambah dan memelihara sarana, prasarana medical

equipment terutama yang berkaitan dengan teknologi tinggi, meningkatkan

pelayanan dengan membuka spesialis/sub spesialis dan melengkapi sarana

dan prasarana secara mencukupi, peningkatan kecepatan, ketepatan,

keramahan dan efisiensi seta melakukan kerjasama dengan pelayanan

kesehatan lokal dan nasional, melakukan efisiensi dan efektifitas pelayanan

pada semua unit kerja dan unit kegiatan, melaksanakan akuntabilitas

pelayanan dengan audit medis, audit keuangan, gugus kendali mutu.

4.1.4 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan dalam Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Cilegon

a) Direktur

Berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Walikota

melalui Sekretaris Daerah mempunyai tugas pokok memimpin,

merumuskan dan mengkoordinasikan kegiatan RSUD, melakukan

pembinaan dan pengarahan kegiatan RSUD serta menyelenggarakan,

mengevaluasi dan melaporkan kegiatan RSUD agar terlaksana dengan

baik, efektif dan efisien dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Untuk melaksanakan tugas pokok tesebut, Direktur

menyelenggarakan fungsi :

Page 82: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

65

1. Perumusan kebijakan teknis operasional dan administratif di

bidang pelayanan dan penunjang pelayanan medik dan

pelayanan keperawatan di lingkungan RSUD;

2. Penyelenggaraan dan pembinaan kesekretariatan RSUD;

3. Penyelenggaraan pembinaan aparatur di lingkungan RSUD;

4. Pengkoordinasian di bidang pelayanan dan penunjang medik

serta pelayanan keperawatan dengan instansi / pihak terkait;

5. Penyelenggaraan pelaporan pertanggungjawaban (akuntabilitas)

dan kinerja RSUD.

b) Wakil Direktur Pelayanan

Berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur,

yang mempunyai tugas pokok memimpin dan merencanakan

penyusunan program dan pengendalian anggaran, mengkoordinir,

menyelenggaakan, mengawasi serta mengevaluasi kegiatan Bidang

Pelayanan Medik, Bidang Pelayanan Keperawatan dan Bidang

Penunjang Pelayanan, membagi tugas dan mengatur serta memberikan

petunjuk kegiatan di Bidang Pelayanan Medik, Bidang Pelayanan

Keperawatan dan Bidang Penunjang Pelayanan berjalan dengan baik,

efektif dan efisien dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Wakil Direktur

Pelayanan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyelenggaraan program kerja Wakil Direktur Pelayanan;

Page 83: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

66

2. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis Wakil Direktur

Pelayanan;

3. Pengkoordinasian, pembinaan dan sinkronisasi kegiatan tiap-tiap

Bidang pada Wakil Direktur Pelayanan;

4. Penyelenggaraan pengendalian dan pengawasan di bidang

pelayanan medik, bidang pelayanan keperawataan dan bidang

penunjang pelayanan;

5. Penyelenggaraan koordinasi dengan instansi terkait di bidang

pelayanan medik, bidang pelayanan keperawatan dan bidang

penunjang pelayanan;

6. Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan Wakil Direktur

Pelayanan.

Wakil Direktur Pelayanan, membawahkan :

1. Bidang Pelayanan Medik, membawahkan;

a. Seksi Pelayanan Medik;

b. Seksi Mutu Pelayanan Medik.

2. Bidang Pelayanan Keperawatan, membawahkan;

a. Seksi Pelayanan Keperawatan;

b. Seksi Mutu Pelayanan Keperawatan.

3. Bidang Penunjang Pelayanan, membawahkan;

a. Seksi Penunjang Medik;

b. Seksi Penunjang Non Medik.

c) Wakil Direktur dan Keuangan

Page 84: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

67

Wakil Direktur Umum dan Keuangan berkedudukan dibawah dan

bertanggung jawab kepada Direktur, yang mempunyai tugas pokok memimpin

dan merencanakan penyusunan program dan pengendalian anggaran,

mengkoordinir, menyelenggarakann, mengawasi serta mengevaluasi kegiatan

Bagian Umum, Bagian Keuangan dan Bagian Perencanaan dan Diklat, membagi

tugas mengatur serta memberian petunjuk kepada Bagian Umum, Bagian

Keuangan, dan Bagian Perencanaan dan Diklat dan memberikan laporan kepada

pimpinan sehingga kegiatan di Bagian Umum, Bagian Keuangan dan Bagian

Perencanaan dan Diklat berjalan dengan baik, efektif dan efisien dan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Wakil Direktur

Umum dan Keuangan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyelenggaraan program kerja Wakil Direktur Umum dan

Keuangan;

2. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis Wakil Direktur Umum

dan Keuangan;

3. Pengkordinasiaan, pembinaan dan sinkronisasi kegiatan tiap-tiap

bagian pada Wakil Direktur Umum dan Keuangan;

4. Penyelenggaraan pengendalan dan pengawasan di Bidang Umum,

Keuangan dan Perencanaan dan Diklat;

5. Penyelenggaraan koordinasi dengan instansi/pihak terkait di Bidang

Umum, Keuangan dan Perencanaan dan Diklat;

Page 85: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

68

6. Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan Wakil Direktur Umum dan

Keuangan;

Wakil Direktur Umum dan Keuangan, membawahkan;

1. Bagian Umum, membawahkan;

a. Sub Bagian Tata Usaha dan Humas;

b. Sub Bagian Rumah Tangga;

c. Sub Bagian Kepegawaian.

2. Bagian Keuangan;

3. Bagian Perencanaan dan Diklat.

4.2 Deskripsi Data dan Analisis Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data merupakan uraian penjelasan data yang telah didapatkan

oleh peneliti dari hasil penelitian di lapangan. Data ini didapat dari hasil

penelitian dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Analisis data

dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data-data dari hasil

wawancara, observasi maupun data dari dokumen-dokumen yang diperoleh

selama penelitian. Data yang disajikan di bawah ini adalah data yang telah

direduksi. Deskripsi data menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari

data mentah dengan menggunakan analisis yang relevan.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara terus-menerus

dari sejak data awal dikumpulkan sampai dengan penelitian berakhir. Dalam

penelitian Manajemen Pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah di Kota

Cilegon ini, data didapat lebih banyak berupa kata-kata dan tindakan orang

Page 86: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

69

yang diwawancarai merupakan sumber data utama dalam penelitian. Sumber

data utama ini kemudian oleh peneliti dicatat dengan menggunakan catatan

tertulis dan melalui alat perekam yang terdapat di dalam handphone yang

digunakan selama wawancara berlangsung.

Selain wawancara dan observasi peneliti juga menggunakan data dari

hasil dokumentasi. Dokumentasi yang peneliti ambil pada saat peneliti

mengadakan pengamatan ke RSUD Kota Cilegon yang menjadi informan

dalam penelitian ini. Alasan peneliti menggunakan data berupa foto adalah

karena foto cukup berharga untuk dapat membantu menganalisis suatu objek

yang sedang diteliti. Selain itu juga foto dapat membantu untuk membuktikan

bahwa peneliti turun ke lapangan.

Selanjutnya metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif, di

mana data yang diperoleh berupa deskripif yang berbentuk kata dan kalimat

yang telah dikembangkan dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah model analisis data

Irawan Prasetya yang terdiri dari 1) pengumpulan data mentah, misalnya

melalui wawancara, observasi lapangan, dan kajian pustaka; 2) transkip data,

yaitu merubah catatan dalam bentuk tulisan sesuai dengan apa yang ada; 3)

pembuatan koding, yaitu pemilihan, merangkum dan memfokuskan pada hal-

hal yang penting; 4) kategorisasi data, yaitu peneyederhanaan data dengan

cara mengikat konsep-konsep kunci; 5) penyimpulan sementara, yaitu

pengambilan kesimpulan sementara; 6) triangulasi, yaitu proses check and re-

check pada beberapa sumber; 7) penyimpulan akhir, kesimpulan yang diambil

Page 87: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

70

ketika data penelitian memang sudah jenuh, secara lebih jelas dapat dilihat

dalam gambar sebagai berikut yaitu:

Gambar 4.1Proses Analisis Data

4.2.2 Data Informan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive yang

merupakan metode penentuan informan dengan berdasarkan pada kriteria

tertentu dan disesuaikan dengan jenis infomasi yang dibutuhkan. Penentuan

informan penelitian ini merupakan narasumber yang memang berkaitan

langsung dalam kesehariannya dalam objek penelitian. Berikut adalah daftar

informan penelitian setelah melakukan observasi.

Tabel 4.1

Data Informan Penelitian Setelah Observasi

No. KodeInforman Nama Keterangan

KategoriInforman

1 I1-1 Dr. Meysuri Wakil Direktur RSUDCilegon Bagian Keuangan

Key Informan

2 I1-2 Edi Kepala SubbagianPerencanaan danPelaporan RSUD Cilegon

Key Informan

3 I1-3 Hindun Kepala SubbagianKepegawaian RSUDCilegon

Key Informan

4 I1-4 Tenaga Kesehatan RSUDCilegon

Key Informan

PengumpulanData Mentah

TranskipData

PembuatanKoding

KategorisasiData

PenyimpulanSementaraTriangulasiPenyimpulan

Akhir

Page 88: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

71

5 I1-5 Teti Nurcahyati Pegawai/Staf RSUDCilegon

Key Informan

6 I2-1 Ardiansyah, SH Kepala SubbidangPengembangan KarirBadan KepegawaianDaerah Cilegon

Key Informan

7 I3-1 Suntani Inspektorat Kota Cilegon Key Informan8 I4-1 - Badan Pemeriksa

Keuangan Provinsi BantenSecondaryInforman

(tidak bersediadi wawancara)

9 I5-1 Sulastri Pasien Rawat Inap (BPJS) SecondaryInforman

10 I5-2 Sukardan Pasien Rawat Inap (NonBPJS)

SecondaryInforman

11 I5-3 Suyatno Pasien Rawat Jalan (BPJS) SecondaryInforman

12 I5-4 Septian Pasien Rawat Jalan (NonBPJS)

SecondaryInforman

13 I5-5 Agus Masyarakat Sekitar /Keluarga Pasien

SecondaryInforman

14 I5-6 Fitria Masyarakat Sekitar /Keluarga Pasien

SecondaryInforman

(Peneliti, 2017)

Pembahasan dalam penelitian ini merupakan data dan fakta yang peneliti

dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti

gunakan. Untuk mengetahui bagaimana manajemen pengelolaan rumah sakit

umum daerah di Kota Cilegon, menggunakan teori fungsi manajemen dari G.R

Terry (2008:17) di mana dalam teori ini memberikan tolak ukur atas komponen-

komponen penting yang harus dipertimbangkan dalam melakukan manajemen

pengelolaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu:

1. Planning (perencanaan);

2. Organizing (pengorganisasian);

3. Actuating (pelaksanaan);

4. Controlling (pengawasan).

Page 89: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

72

4.3.1 Perencanaan / planning

Perencanaan / planning ialah menetapkan pekerjaan yang harus

dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang digariskan, planning mencakup

kegiatan pengambilan keputusan karena termasuk pemilihan alternatif-

alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi

dan melihat kedepan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan

untuk masa mendatang (Terry, 2008:17).

Setiap kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan perlu perencanan

yang matang sesuai dengan tujuannya. Hal tersebut dapat disesuaikan dengan

tujuan apa yang ingin dicapai pada masing-masing organisasi. Perencanaan

yang baik adalah yang memiliki manfaat tidak hanya untuk organisasinya saja

tetapi juga mempunyai outcome terhadap masyarakat.

Dalam manajemen pengelolaan rumah sakit, sudah seharusnya

memiliki perencanaan yang matang dan baik karena tujuan utama

didirikannya Rumah Sakit adalah untuk melaksanakan kegiatan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat. Dalam penelitian ini peneliti mecoba menanyakan

bagaimana cara pengambilan keputusan dalam setiap perencanaan yang

dibuat. Hal ini kemudian dijelaskan oleh informan I1-1;

“Dari bawah dong. Nah dari bawah , dari unit, instalasi gitu, daripelayanan itu dari smr, smr itu seperti apa unit juga tapi dari dokter-dokter spesialisnya, misalnya bagian dari bagian radiologi langsung kebidang penunjang, dari bidang penunjang baru nanti ke perencanaan.Begitu juga yang lainnya, dari unit, instalasi kemudian unit-unitinstalasi itu berkoordinasi di bidang apa, misalnya iprss, kemudiansanitasi, kalau itu di penunjang. Unit-unit itu kalau mengajukananggaran atau perencanaan ke depan berkoordinasi dengan bidang

Page 90: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

73

yang terkait, yang berkoordinasi dengan mereka, misalnya kaloinstalasi, lab laboratorium itu juga ke penunjang. Kalau misalnyabagian rawat jalan, rawat inap ke bidangnya gitu, instalasinya ya kankoordinasinya dengan pelayanan medis, nah nanti pelayanan medisyang mengajukan kesini, gitu, ke perencanaan. Dari perencanaandirekap semuanya untuk menjadi suatu rencana ya, karna kan renstrarancangan yang untuk lima tahunan itu. Karna kita juga, rumah sakitudah BLU juga antara renstra sama rba, rencana anggarannya punharus matching, misalnya pelayanan dengan banyak spesialis yangbertambah gitu, oh dokter kita berkurang gitu dan di pelayanan itupasiennya banyak berarti kekurangan poliklinik. Nah itu diusulkan tuhdari bidang pelayanan, dari instalasinya ke bidang pelayanan, daribidang pelayanan ke wadir pelayanannya kemudian ke pak direktur,dari pak direktur turun lagi ke saya, saya baru ke bidang perencanaan,untuk direncanakan untuk anggaran tahun depan”

Gambar 4.2

Pihak-pihak yang Terlibat dalam Proses Pengambilan Keputusan

Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa pengambilan

keputusan di "rumah sakit daerah Kota Cilegon diambil bottom up bukan dari top

down, sehingga segala perencanaan yang nantinya akan dibuat dan dituangkan

dalam rencana stragis rumah sakit dapat sesuai dengan kebutuhan yang ada,

kemudian hal ini dipertegas oleh informan I1-2;

Direktur

Wadir Umum danKepegawaian

BagianPerencanaan

unit-unit /instalasi

Bagian Keuangan

unit-unit /instalasi

Wadir Pelayanan

Bagian Pelayanan

unit-unit/instalasi

Page 91: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

74

“Sistemnya ya bawah ke atas, bottom up, jadi gini, perencanaan itusetiap tahunnya mengumpulkan teman-teman terutama PPTK yangakan mengerjakan apa nih kerjanya. Karna kita kan ada duakegiatannya yang satu rutin, yang satu pengerjaannya dalam waktutertentu, itu anggarannya bisa dari apbd, dari apbn, kemudianswakelola jadi kita kumpulkan mereka, mereka maunya kegiatan apa,kemudian mengajukan, jadi tiap tahun itu mereka seperti tahun inimisalnya itu mereka sudah mengajukan kegiatan yang akandilaksanakan di tahun ini. Seperti misalnya alhamdulillah tahun inidapat bantuan dari apbn ya, kita khususkan untuk pengadaan alatkesehatan”

Dari hasil wawancara di atas dengan infoman I1-2 dapat dianalisis bahwa

pengambilan keputusan yang dibuat oleh rumah sakit daerah umum daerah kota

cilegon diambil dari bawah ke atas (bottom up), setiap tahun rumah sakit daerah

kota cilegon menyusun rencana dengan melakukan kordinasi dengan PPTK yang

ada yang kemudian adan dituangkan dalam perencanaan rumah sakit daerah kota

cilegon.

Dari dua hasil wawancara di atas dapat disimpulkan pengambilan

keputusan dalam hal perencanaan dibuat melalaui usulan-usulan bottom

manajement, seperti usulan – usulan dari tenaga medis, satff – staaf yang nantinya

akan dikordinasikan kepada kepala bagian atau PPTK yang ada dirumah sakit

daerah kota cilegon lalu di serahkan kebagian perencanaan yang kemudian akan

disusun untuk dijadikan perencaan rumah sakit di tahun berikutnya.

Page 92: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

75

Gambar 4.3Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

Kemudian peneliti mencoba menanyakan apakah tujuan dibangunya

pembangunan tampak muka depan rumah sakit?, pembangunan tampak muka

depan rumah sakit yang dirasa oleh beberapa orang untuk saat ini belum terlalu

dibutuhkan dan bukan hal yang mendesak, mengakibatkan pro dan kontra yang

terjadi di sekitar rumah sakit. Kurangnya manfaat atau outcome yang dirasakan

masyarakat dengan adanya tampak muka depan rumah sakit ini. Dijelaskan oleh

I1-1 seperti berikut:

“Nah itu sekalian. Dibawahnya tampak muka, lantai 1 lantai 2nya itupoliklinik. Jadi nanti seperti ada gerbang, kemudian nurse station,report-report disitu, kemudian banyaklah. Di atas itu poli apa saja, dilantai 3 nya itu poli apa saja. Karna memang kita itu apa ya denganpenigkatan kunjungan rumah sakit semakin banyak. Kalo dulu kantidak, nah sementara gedungnya ini untuk ruang perkantoran ini. Jadinanti poli-poli sudah pindah kesana dan mungkin lantai 2 kita pakeuntuk rung perkantoran. Memang kita gak ada lobbyiya tidak ada

Page 93: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

76

tampak mukanya. Karna wmemang dulu itu rumah sakit iniberkembang, tambal sulam, tambah tambah tambah jadiberkembang. Mungkin tadinya berprediksi 10 tahun lagi masihcukup ternyata diluar itu ada kebijakan yang memang mau tidak maukita harus siap, tampak depan itu sebagai identitas rumah sakit ininanti”

Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa pembangunan tampak

depan juga dibarengi dengan pembangunan gedung poliklinik, karena

perkembangan rumah sakit yang begitu cepat membutuhkan identitas agar rumah

sakit daerah kota cilegon dapat dikenal dan diketahui oleh masyarakat daerah kota

cilegon dengan mudah., hal ini diperkuat oleh informan I1-2 seperti berikut:

“Membangun tampak depan, kita kan belum punya depan ini, masihkaya kumuh gitu ngeliatnya, setidaknyaknya kita punya mukalah, ohrumah sakit cilegon sekarang jadi kaya gini, kaya di serang jg kan adamukanya gt, depannya bagus, sebenernya hanya utk mencirikan saja”

Dari hasil wawancara dengan informan penelitian di atas dapat dianalisis

bahwa pembangunan tampak depan rumah sakit daerah kota Cilegon dibangun

agar tidak terlihat kumuh dan terlihat bagus, juga sebagai ciri atau identitas bagi

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon itu sendiri. Kemudian penliti

menayakan seberapa pentingkah pembangunan tampak depan rumah sakit,

menurut Informan I1-1,

Page 94: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

77

“Itu untuk khas kita ya, sama kayak halnya rumah sakit - rumah sakitlainnya punya tampak muka depan juga”

Dari hasil wawancara dengan informan di atas dapat diketahui bahwa

pembangunan tampak depan Rumah Sakit Daerah Kota Cilegon dibuat untuk

membuat ciri atau khas sendiri bagi Rumah Sakit Daerah Kota Cilegon sama

seperti halnya rumah sakit lain di daerah banten memilik ciri khas atau tanda

tersendiri. Hal ini dipertegas oleh informan I1-2;

“Sebenarnya hanya untuk mencirikan saja kalau ini tuh adalah rumah sakitumum daerah kota cilegon”

Dari hasil wawancara penelitian dengan informan I1-2 dapat dianalisis

bahwa tujuan utama didirikannya bangunan tampak depan Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Cilegon untuk membuat ciri atau tanda tersendiri bagi Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Cilegon, agar mudah dikenali khususnya oleh masyarakat

Kota Cilegon itu sendiri.

Dari hasil wawancara dengan informan penelitian di atas mengenai

pembangunan tampak depan Rumah Sakit Daerah Kota Cilegon dapat

disimpulkan bahwa pembangunan tampak depan Rumah Sakit Daerah Kota

Cilegon hanya untuk membuat tanda atau ciri tersendiri bagi Rumah Sakit Daerah

Kot Cilegon, manfaat bagi proses pelayanan dirumah sakit adalah untuk

memudahkan masyarakat Kota Cilegon mengenali Rumah Sakit Daerah Umum

Kota Cilegon.

Setelah proses pengambilan keputusan dalam menetapkan perencanaan

dalam rumah sakit umum daerah Kota Cilegon kemudian peneliti menanyakan,

Page 95: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

78

adakah program yang telah disusun namun belum terlaksanakan atau mendapat

hambatan, hal ini dijelas oleh informan I1-1;

“Cuma pembangunan tampak muka depan rumah sakit saja sih”

Menurut informan penelitian di atas pada program rumah sakit umum

daerah Kota Cilegon yang belum terlaksana adalah pemebangunan tampak muka

depan rumah sakit, kemudian peneliti menanyakan kepada informan lain terkait

program yang belum terlaksana, hal ini dijelaskan oleh informan I1-2;

“Untuk tahun ini baru pembangunan tampak muka depan rumah sakit ajasih”

Dari wawancara dengan informan penelitian di atas dapat diketahui bahwa

perencanaan yang belum terlaksana atau memiliki hambatan adalah pembangun

tampak depan rumah sakit daerah Kota Cilegon. Kemudian peneliti menanyakan

hambatan apa yang terjadi dalam proses pembangunan tampak depan rumah sakit,

hal ini dijelasakan oleh informan I1-1;

“Karena belum menemukan saja siapa yang mau mengerjakan”

Dari hasil informan di atas dapat diketahui bahwa hambatan yang terjadi

dikarenakan belum menemukan pekerja pembangunan tampak depan rumah sakit

daerah Kota Cilegon, dalam proses pengadaan barang dan jasa ada proses lelang

yang harus dilalui, dalam hal ini rumah sakit umum daerah kota cilegon belum

menemuka pihak ketiga yang sesuai dengan kriteria pembangunan tampak depan

rumah sakit daerah Kota Cilegon. Hal ini diperjelas oleh Informan I1-2;

“Belum ada pihak ketiga yang sesuai dengan ketentuan kita ya, yang kitaminta”

Page 96: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

79

Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa pelaksanaan

pembangunan terkendala karena belum adanya pihak ketiga yang sesuai kriteria

untuk membangun tampak depan rumah sakit daerah Kota Cilegon. Sudah

seharusnya dalam proses pengadaan barang dan jasa unit layanan pelelangan

memilah-milah siapa yang akan menjadi pemenang, agar mendapat hasil yang

terbaik.

Dari hasil wawancara di atas mengenai perencanaan yang belum

terlaksana dan hambatan apa yang terjadi dalam proses pelaksanaan perencanaan

adalah pembangun tampak depan rumah sakit umum daerah Kota cilegon karena

belum ditentukanya pemenang lelang proses pengadaan barang dan jasa

pembangunan tampak depan rumah sakit daerah Kota cilegon. Dalam hal ini

rumah sakit daerah Kota Cilegon sebagai unit layanan pelelangan harus berhati-

hati dalam memilih siapa yang akan mendapatkan lelang tersebut agar pada

pelaksanaanya nanti dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah dibuat

sebelumnya.

Dalam menetapkan perencanaan kerja manajemen perlu menentukan

tujuanya secara jelas dan logis, perencanaan meliputi tindakan memilih atau

merumuskan aktifitas-aktifitas yang yang diusulkan yang dianggap perlu untuk

mencapai hasil yang diinginkan. Penentuan rencana kerja ini dibatasi oleh

beberapa faktor, salah satunya adalah anggaran, penyusunan anggaran merupakan

faktor penting yang harus dibahas secara matang dan penerapanya harus optimal.

Terkait masalah anggaran peneliti mencoba menanyakan dari mana sumber

anggaran rumah sakit. Pertanyaan ini dijawab oleh I1-1;

Page 97: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

80

“Anggaran rumah sakit itu dari APBD Kota Cilegon dan APBN”

Kemudian ditambahkan oleh I1-2;

“Bisa dari APBD dan APBN”

Dari hasil wawancara dengan dua informan penelitian di atas dapat

diketahui bahwa sumber anggaran rumah sakit untuk mendukung perencanaan

yang telah disusun oleh rumah sakit bersumber dari APBD Kota Cilegon dan dari

APBN. Kemudian bagaimana agar anggaran yang ada dapat terserap secara efektif

dan efisien, dijelaskan oleh I1-1;

“Pelaksanaannya harus sesuai dengan program-program yang sudahkita rencanakan sebelumnya”

Menurut hasil wawancara dengan I1-1 agar anggaran yang ada dapat

terserap secara efektif dan efisien pelaksanaan penggunaan anggaran harus sesuai

dengan program-program yang sudah direncanakan sebelumnya, atinya anggaran

yang tersedia tidak boleh digunakan untuk kegiatan lain. Pertanyaan yang sama

peneliti berikan kepada informan lain, dijawab oleh I1-2;

“Ya biar terserap kita harus sesuai dengan apa yang kita inginkan dankita butuhkan, keinginan sama kebutuhan kan beda ya, misalkeinginan itu kita ingin mempercantik ruangan, memperindah ruanganitukan keinginan ya, kalo kebutuhan itu seperti ada salah satu ruang ygkurang komputernya maka akan kita sediakan, nah itu kebutuhannamanya, nanti kita tulis, kita rencanakan, ntar kita tuangkan diperencanaan untuk ke depannya gitu”

Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis agar anggara dapat terserap

secara efektif dan efisien pihak manajemen sebagai pengguna anggaran harus

menyusun anggaran sesuai dengan kebutuh yang ada dirumah sakit bukan

menggunakan anggaran sesuai dengan keinginan manajemen, kebutuhan-

kebutuhan rumah sakit itu kemudian disususn dalam rencana kerja rumah sakit.

Page 98: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

81

Dengan penyusunan anggaran usaha-usaha manajemen pengelolaan rumah

sakit akan banyak berhasil apabila ditunjang dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan

yang terarah dan peencanaan yang matang. Manajemen yang berkencendurangan

memandang kedepan akan akan selalu memikirkan apa yang mungkin dilakukan

dimasa yang akan datang. Sehingga dalam pelaksanaanya, manajemen ini tinggal

berpegang pada semua rencana yang telah disusun sebelumnya.

`Banyaknya kebutuhan dan keinginan tidak sepenuhnya dapat terpenuhi

sehingga pihak manajemen pengelola harus dapat memilah-milah antara

kebutuhan yang menjadi prioritas utama dan kebutuhan lain. Didalam rumah sakit

daerah Kota Cilegon terdapat Satuan Pengawas Internal (SPI) yang ditunjuk oleh

Direktur Rumah Sakit untuk melaksanakan penilaian terhadap sistem pengelolaan

dan pengawasan secara efektif dan efisien, dalam hal pembangunan tampak muka

depan rumah sakit sudah seharusnya manajemen rumah sakit melakukan

komunikasi dengan satuan pengawas internal (SPI) agar kegiatan sistem

pengelolaan rumah sakit dapat diawasi secara efektif dan efisien untuk

menghasilkan kegiatan pengelolaan yang baik dan benar. Terkait hal ini peneliti

menanyakan apakah Satuan Pengawas Internal (SPI) mengetahui perencaan

tampak muka depan rumah sakit, dijelaskan oleh I1-8;

“Mestinya tau, jadi ada tembusan mereka melaporkan juga mulai dariperencanaan sampai tatanan pekerja, tapi untuk sekarang ini belumada laporan, bangunan tampak depan belum ada tembusan ke spianggaran aja belum tau. Normalnya sih spi tahu, nanti juga adatembusanya ke spi”

Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa tidak terjalin

komunikasi yang baik antara pihak manajemen rumah sakit dengan Satuan

Page 99: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

82

Pengawas Internal (SPI), dalam kegiatan perencanaan tampak muka depan rumah

sakit Satuan Pengawas Internal (SPI) belum menerima laporan perencanaan

bangunan tampak muka depan rumah sakit, seharusnya Satuan Pengawas Internal

mendapat laporan perencanaan tampak muka depan rumah sakit dari manajem

rumah sakit agar Satuan Internal Rumah sakit dapat melakukan penilaian dan

pengawasan mengenai bangunan tampak muka rumah sakit.

4.3.2 Pengorganisasian / organizing

Pengorganisasian / organizing merupakan kegiatan dasar dari manajemen

dilaksanakan untuk dan mengatur seluruh komponen-komponen yang dibutuhkan

termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan sukses.

Manusia merupakan unsur yang terpenting melalui pengorganisasian manusia

dapat di dalam tugas-tugas yang saling berhubungan (Terry, 2008:73).

Di dalam setiap kegiatan organisasi, pengorganisasian melahirkan peranan

kerja dalam struktur formal dan dirancang untuk memungkinkan manusia bekerja

sama secara efektif guna mencapai tujuan bersama yang telah disepakati.

Pengorganisasian juga dapat diartikan untuk mengumpulkan orang - orang

dan menempatkan mereka menurut keahlian pekerjaan dan latar belakang

pendidikan dalam pekerjaan yang sudah direncanakan.

Keberhasilan manajemen pengelolaan suatu organisasi sangat

tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Salah

satunya adalah sumber daya manusia yang sangat menentukan suatu keberhasilan

organisasi tersebut, selain itu sumber daya finansial dan sumber daya waktu juga

sangat berperan dalam keberhasilan manajemen pengelolaan. Dari hal tersebut

Page 100: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

83

peneliti menanyakan bagaimana penerapan sistem pembagian kerja dalam Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Cilegon?, pertanyaan ini dijawab oleh I1-3;

“Untuk manajemen kerjanya reguler senin sampai sabtu, sabtusetangah hari sampai jam 12, untuk tenaga medis dan pelayanandibagi menjadi 3 shift (pagi, siang, malam)”

Dari hasil wawancara penelitian di atas diketahui bahwa dalam RSUD

Kota Cilegon sistem kerja dibagi dalam dua kelompok yaitu untuk manajemen

kerja reguler senin sampai dengan sabtu sedangkan untuk tenaga medis bekerja

sesuai dengan shif, shift tersebut dibagi menjadi tiga yaitu pagi, siang dan malam.

Pertanyaan serupa peneliti tanyakan kepada I1-5;

“Kalo di rs khususnya ruang bersalin kerja team, shift pagi siang danmalam, dalam satu shift ada ketua teamnya”

Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis untuk tenaga medis

bekerja dalam tiga shift (pagi, siang, dan malam), utuk setiap shift di kepalai

oleh ketua shift yaitu kepala perawat. Yang nantinya akan berkordinasi

dengan kepala ruang untuk membagi tugas kerja dalam masing-masing

setiap shiftnya. Hal ini ditambahkan oleh I1-6;

“Dibagi per shift ya kalo untuk suster, dalam 1 hari 3 shift, Sistemkerjanya kita per shift itu dari jam 7 pagi smapai 2 siang, dari jam 2 –21, malam dari jam 21 – 7 pagi”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat diketahui bahwa dalam

satu hari kerja untuk tenaga medis dibagi dalam tiga shift kerja, pagi mulai

dari 07.00 sampai dengan 14.00, siang mulai dari 14.00 sampai dengan

21.00, dan malam mulai pukul 21.00 sampai dengan 07.00. Pertanyaan

wawancara ini kemudian diperkuat oleh I1-7;

Page 101: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

84

“Sistem pembagian kerjanya sesuai dengan peraturan dari RSUD,untuk manajemen bekerja secara reguler senin sampai dengan sabtu”

Dari wawancara penelitian di atas untuk pegawai manajemen sistem

kerjanya secara reguler, manajemen bekerja dari hari senin sampai dengan

hari sabtu secara reguler. Dari beberapa hasil wawancara penelitian di atas

dapat disimpulkan bahwa penerapan dan pemagian sistem kerja di RSUD

Kota Cilegon dibagi kedalam dua kelompok kerja yaitu untuk manajemen

bekerja secara reguler senin sampai dengan sabtu sedangkan untuk tenaga

medis bekerja dalam shift yaitu shift pagi, siang, dan malam. Kemudian

peneliti menanyakan adakah aturan khusus yang mengatur sistem kerja

seluruh pegawai?, pertanyaan wawancara ini dijawab oleh, I3-1;

“Ya tentu ada. Pegawai kita kan beda-beda ya, ada yang PNS, BLUDdan TKK, nah kalo PNS itu udh diatur sama pusat jadi kita tinggalsesuaikan saja, kalau BLUD karna kita yang rekrut, kita yangberwenang degan mereka, aturan-aturan kita yang buat, kalau TKK itudari pemda kota cilegon”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat diketahui bahwa aturan

yang mengatur sistem kerja RSUD Kota Cilegon disesuaikan terlebih dahulu

dari mana asal pegawai kemudian nanti aturannya disesuaikan oleh RSUD

Kota Cilegon agar terjadi sinkronisai sehingga tidak menyebabkan tumpang

tindih aturan dalam bekerja dilingkungan RSUD Kota Cilegon. Pertanyaan

serupa peneliti berikan kepada I1-4;

“Ada, diatur sama peraturan pemerintah dan direktur”

Dari hasil wawancara penelitian dengan informan penelitian di atas

peraturan yang mengatur sistem kerja pegawai RSUD Kota Cilegon didasari

oleh peraturan yang dibuat oleh pemerintah dan peraturan yang dibuat

Page 102: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

85

direktur, peraturan tersebut kemudian di sinkronisasikan yang kemudian di

susun oleh bagian kepegawaian untuk mengatur sistem kerja pegawai

RSUD Kota Cilegon. Hal ini ditambahkan oleh I1-5;

“Ada, itu yang atur dari atas”

Menurut informan penelitian di atas ketentuan yang mengatur sistem

kerja seluruh pegawai RSUD Kota Cilegon sudah ditetapkan oleh top

management¸ sebelum pegawai bekerja di RSUD Kota Cilegon pegawai

diberikan aturan-aturan yang mengatur sistem kerjanya yang nantinya harus

dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan tersebut.

Pernyataan ini diperkuat oleh I1-6;

“Ada, yang menentukan bagian kepegawaian yang di sahkanoleh direktur”

Dari hasil wawancara penelitian di atas peraturan yang mengatur

bagaimana sistem kerja RSUD Kota Cilegon adalah bagian kepegawaian

yang kemudian disahkan oleh Direktur RSUD, setiap pegawai yang ada di

RSUD Kota Cilegon harus mengikuti peraturan tersebut, baik pihak

manajemen ataupun tenaga medis. Kemudian ditambahkan oleh I1-7;

“Ada dong, yang menentukan sudah dari kepegawaian sini”

Dari jawaban wawancara penelitian di atas sistem kerja di RSUD

Kota Cilegon diatur oleh bagaian kepegawaian, bagian kepegewaian RSUD

Kota Cilegon bertugas untuk menyeleksi kriteria pegawai yang dibutuhkan

oleh RSUD kemudian mengatur sistem kerja pegawainya, pegawai yang

masuk dalam bagian RSUD Kota Cilegon harus menaati peraturan yang

telah dibuat tersebut.

Page 103: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

86

Dari hasil wawancara penelitian mengenai peraturan yang mengatur

sistem kerja di RSUD Kota Cilegon dapat disimpulkan bahwa, sistem kerja

yang ada dibuat dari latar belakang penerimaan pegawai (PNS, BLUD, dan

TKK), dari latar belakang penerimaan pegawai tersebut pihak kepegawaian

menyusun aturan yang mengatur sistem kerja SDM RSUD, aturan tersebut

harus sesuai dengan kebutuhan RSUD Kota Cilegon dan juga harus terjadi

sinkronisasi dengan peraturan pemerintah, agar tidak terjadi tumpang tindih

peraturan. Kemudian peneliti menanyakan Adakah kendala atau hambatan

dalam menerapkan sistem kerja tersebut?. Pertanyaan ini dijawab oleh I1-3;

“Sejauh ini tidak ada. Pegawai yang bekerja harus taat dengan

peraturan yang ada”

Menurut informan penelitian di atas tidak ada kendala yang dihadapi

dalam mengimplementasikan peraturan yang telah dibuat, seluruh pegawai

yang ada di RSUD Kota Cilegon harus taat pada peraturan tersebut, karena

peraturan tersebut menjadi kewajiban yang harus di penuhi oleh pegawai.

Pertanyaan serupa peneliti berikan kepada informan lain, I1-4;

“Tidak ada, harus dijalankan karena itu sudah menjadi tanggungjawab saya”

Menurut informan penelitian di atas tidak ada masalah dalam

menjalankan peraturan yang dibuat oleh RSUD Kota Cilegon, informan

penelitian di atas mengerti bahwa peraturan yang telah ada merupakan

tanggung jawab pekerjaanya. Kemudian ditambahkan oleh I1-5;

“Belum ada masalah sih, peraturanya kan harus ditaati selama tidakbertentangan dengan kode etik”

Page 104: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

87

Menurut informan penelitian di atas belum ada masalah yang

dialami dalam pengimplementasian peraturan sistem kerja pegawai di

RSUD Kota Cilegon, peraturan yang ada dapat ditaati oleh pegawai selama

tidak melanggar kode etik pekerjaan. Jawaban penelitian di atas diperkuat

oleh I1-6;

“Sepertinya tidak ada masalah, saya sudah mengerti peraturantersebut jadi mau tidak mau harus dijalankan dengan baik kalaumasih mau kerja disini”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat diketahui bahwa tidak

terjadi masalah dalam pengimplementasian peraturan sitem kerja di RSUD

Kota Cilegon, informan penelitian di atas sudah mengerti peraturan yang

ada harus ditaati dan di implementasikan oleh pegawai. Ditambahkan oleh

I1-7;

“Tidak ada, kita harus taat dengan peraturan tersebut”

Menurut informan penelitian di atas tidak ada masalah dengan

peraturan sistem kerja di RSUD Kota Cilegon, peraturan yang ada menjadi

patokan dalam bekerja jadi peraturan tersebut harus ditaati. Dari beberapa

hasil wawancara penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa peraturan

sistem kerja di RSUD Kota Cilegon tidak memiliki hambatan atau kendala

dalam pengimplementasianya pegawai yang ada di RSUD Kota Cilegon

sudah mengerti bahwa peraturan yang ada adalah tanggung jawaban

pekerjaanya, selama peraturan yang ada tidak menyalahi kode etik atau

merugikan pegawai peraturan tersebut akan di taati dan di implementasikan

dengan baik oleh pegawai RSUD Kota Cilegon.

Page 105: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

88

Kemudian peneliti menanyakan bagimana proses penetapan dan

pengelompokan kerja di RSUD Kota Cilegon, dalam kegiatan

pengorganisasian penetapan dan pengelompokan kerja harus di tentukan

oleh manajemen agar kebutuhan sumber daya dapat tercukupi dan tepat

dalam melayani pasien di RSUD Kota Cilegon, hal ini dijawab oleh I1-3;

“Ya sesuai dengan latar belakang pendidikan ya, jadi kalo dokterya kita tempatin untuk bagian tenaga medis, apoteker bagianapotek, dan sebagainya”

Menurut informan penelitian di atas penetapan kerja di bagi sesuai

dengan latar belakang pendidikannya agar terselenggaranya kegiatan pelayanan

kesehatan yang bermutu dan berkualitas. Penetapan dan pengelompokan kerja

tersebut dapat dilihat pada tabel dibwah ini:

Page 106: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

89

NO PNS TKK PTT THLHonor /

BLUOutsorcing JUMLAH

Sruktural 3 - - - - - 3Fungsional 24 - - - 10 - 34Gigi 2 - - - - - 2Struktural 1 - - - - - 1Fungsional 45 - - - 8 - 53

Kesehatan Masyarakat 8 - - - - - 81. Komputer 1 - - - 2 - 32. Ekonomi 11 - - - 2 - 133. Hukum 2 - - - - - 24. Mesin - - - - - - 05. Sains Terapan 3 - - - - - 36. Psikologi - - - - - - 07. Adm. Negara 2 - - - 1 - 38. Farmasi - - - - - - 09. Gizi 3 - - - - - 310. Agama - - - - - - 011. Kimia 1 - - - - - 112. Elektro 2 - - - - - 213. Politik 1 - - - - - 114. Komunikasi 1 - - - - - 1

Dokter Spesialis - - - - - 01. Penyakit Dalam 4 - - - - - 42. Anak 4 - - - - - 43. Bedah 2 - - - - - 24. Bedah Ortopedi 1 - - - 1 - 25. Kulit Kelamin - - - - 1 - 16. Syaraf 1 - - - - - 17. Mata 1 - - - 1 - 28. Obgyn 2 - - - 1 - 39. Radiologi 2 - - - - - 210. Patologi Klinik 2 - - - - - 211. Anastesi 3 - - - - - 312. Bedah Mulut - - - - - - 013. Prostotodontia 1 - - - - - 114. THT 2 - - - - - 215. Jantung 1 - - - - - 116. Paru 1 - - - 1 - 217. Psikiatri - - - - - - 0

Struktural 1 - - - - - 1Fungsional 7 - - - - - 7

MARS 1 - - - - - 1M.Kes 2 - - - - - 2M.M 7 - - - - - 7MS 1 - - - - - 1M.Si 4 - - - - - 4MKM 3 - - - - - 3M.H.Kes 1 - - - - - 1

Fungsional 132 - - - 65 - 197Sruktural 1 - - - - - 1Fungsional 3 - - - - - 3Struktural 1 - - - - - 1Fungsional 26 - - - 13 - 39Struktural - - - - - - 0

6 - - - - - - 07 4 - - - 1 - 58 8 - - - - - 89 8 - - - - - 8

10 9 - - - - - 911 5 1 - - - - 6

Fungsional 5 - - - - - 5Struktural 1 - - - - - 1

13 5 - - - - - 5D.III 4 - - - - - 4SLTA 1 - - - - - 1

15 2 - - - - - 216 15 - - - 5 - 2017 3 - - - - - 318 1 - - - - - 119 1 - - - 5 - 620 2 - - - 1 - 321 1 - - - - - 122 1 - - - - - 123 - 1 - - - - 124 - - - - - - 025 - - - - - - 026 2 - - - - - 227 Fungsional 9 - - - 1 - 10

Struktural 1 - - - - - 128 16 3 - 10 55 21 10529 5 - - - 3 - 830 3 - - - 2 - 531 5 - - 6 1 - 1232 2 - - - 4 - 6

446 5 0 16 184 21 672

672

DATA PEGAWAI MENURUT JENJANG PENDIDIKANRSUD KOTA CILEGON PER 2015

JUMLAH KESELURUHAN

J U M L A H T O T A L

HiperkesAkademi Analisis KesehatanAkademi Teknik Gigi / ATG /AKG

Infokes / Rekam MedisAkademi Kes. Lingkungan

D.III Kesejahteraan SosialD.III Rumah SakitD.III AkuntansiD.III KomputerManajemen Perkantoran

SMF / SAA

AnestesiD1. Kebidanan

AKBID

SPK

AKPER

ATEMAkademi Fisioterapi / AKFIS / T. WicaraAkademi Teknik Rontgent / ATROAkademi Farmasi / AKFARAkademi Gizi / AKZI

Sekolah Pendidikan Rawat Gigi / SPRGSekolah Menengah Analis Kimia / SMAKSekolah Menengah Analis Kes / SMAKD.III Manajemen Farmasi

SDSMPSTMSMK / SMEASMU / SMA

S1

S2

1

2

NAMA PENDIDIKAN

Kedokteran

Keperawatan

Umum

Apoteker

12

14

5

4

3

Page 107: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

90

Kemudian pertanyaan yang sama peneliti tanyakan kepada kepada

tenaga medis dan staff RSUD Kota Cilegon, I1-4;

“Karna saya dokter umum jadi di tempatkan di pelayanan umum,dalam satu hari ada tiga shift”

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa penetapan

kerja sudah sesuai dengan latar belakang pendidikannya, dalam satu hari

dibagi tiga kelompok kerja (tiga shift), pernyataan di atas kemduian

ditambahkan oleh tenaga medis lainya, seperti pernyataan I1-5;

“Dalam satu shift ada ketua teamnya, ada anggota juga, dalam 1hari ada 3 shift, jadi bergantian kerjanya”

Dari hasil wawancara penelitian di atas diketahui bahwa dalam

satu hari kerja dibagi dalam tiga kelompok kerja (tiga shift), masing-masing

shift terdapat ketua teamnya dan anggotanya agar tercipta kordinasi yang

baik. Kemudian ditambahkan oleh I1-6;

“Itu sudah diatur oleh kepala ruang dan kordinasi dengan kepalaperawat”

Dari wawancara penelitian di atas pembagian atau pengelompokan

kerja diatur atau dibagi oleh kepala ruangan dengan cara berkordinasi

dengan kepala perawat maksudnya tenaga medis yang sedang bekerja dalam

satu shift tugas kerjanya diarahkan oleh kepala ruangan untuk melayani

pasien yang ada. Pertanyaan ini kemudian dipertegas oleh I1-7;

“Sistem pengelompokan kerja dibagi beberapa kerja sesuai denganketetapan surat keputusan direktur, untuk staff mulai pukul 07.00s/d 14.00 dan dibagi dalam 3 shift untuk tenaga medis”

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa pengelompokan

kerja sudah ditetapkan oleh direktur pengelompokan kerja dibagi menjadi 2,

Page 108: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

91

untuk staff jam kerja ulai pukul 07.00 s/d 14.00 dan untuk tenaga medis tiga

shift (pagi,siang dan malam).

Dari beberapa hasil wawancara di atas terkait penetapan dan

pengelempokan kerja dapat diketahui bahwa penetapan kerja diatur oleh

surat keputusan direktur RSUD Kota Cilegon, dalam ketetapannya dalam

RSUD Kota Cilegon dibagi kedalam kedua kelompok kerja, untuk staff

mulai kerja pukul 07.00 sampai dengan 14.00 susai dengan tupoksi masing-

masing sedangkan untuk tenaga medis dibagi kedalam tiga shift kerja (pagi,

siang dan malam). Dan untuk pengelompokan kerja tenaga medis dalam

melaksanakan tugasnya diatur oleh kepala ruangan yang berkordinasi

dengan kepala perawat. Lebih lanjut peneliti menanyakan apakah terjadi

kendala dalam proses penetapan dan pengelompokan pegawai, dijawab oleh

I1-3;

“Tidak ada, semua sudah paham dan mengerti tupoksinya masing-masing”

Menurut hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam

proses pelaksanaan penetapan dan pengelompokan kerja tidak terjadi

kendala, masing-masing sumber daya manusia yang ada di RSUD Kota

Cilegon sudah mengerti tugas pokok dan fungsinya dalam melaksanakan

tugas kerjanya. Kemudian peneliti menanyakan hal yang sama ke I1-4;

“Sampai saat ini sih tidak ada”

Dari jawaban wawancara di atas dapat diketahui bahwa tidak ada

kendala dalam penetapan dan pengelompokan kerja, penetapan dan

Page 109: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

92

pengelompokan kerja dapat dilaksanakan susuai dengan keputusan direktur

RSUD Kota Cilegon, hal ini ditambahkan oleh I1-5;

“Paling jika ada yang tidak masuk kerja, tapi alasannya harus jelaskenapa tidak bisa masuk kerja”

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa hambatan yang

dihadapi terjadi ketika salah satu sumber daya manusia berhalangan hadir

karena alasan tertentu, kepala ruang atau kepala perawat harus segera

mencari pengganti yang memiliki fungsi yang sama dengan sumber daya

manusia yang berhalangan hadir kerja. Hal ini ditambahkan oleh I1-6;

“Tidak ada, Cuma mungkin kalo ada yang mau tidak masuk kerja,dia harus cari pengganti atau kasih tau ke kepala ruangan”

Menurut wawancara penelitian di atas kendala dalam penetapan

dan pengelompokan kerja terjadi ketika ada salah satu sumber daya manusia

di RSUD Kota Cilegon berhalangan hadir, karena rumah sakit fungsinya

adalah pelayanan kesehatan yang setiap hari harus melayani masyarkat

maka sumber daya manusia di RSUD Kota Cilegon harus tercukupi sesuai

dengan surat keputusan direktur, maka ketika ada yang berhalangan hadir

harus segera dicari penggantinya.

Selanjutnya dalam penelitian ini peneliti menanyakan Adakah tata

tertib yang diberlakukan dalam RSUD dalam sistem kerja, penetapan serta

pengelompokkan kerja para pegawainya. Tata tertib adalah peraturan khusus

yang harus dipatuhi dan dilaksanakan, apabila dilanggar mendapat

punishment atau sangsi (hukuman). Pertanyaan ini dijawab oleh I1-3;

“Ada, kita punya PP, PERWAL dan peraturan sendiri untukmengatur itu”

Page 110: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

93

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat diketahui bahwa tata

tertib yang diberlakukan dalam RSUD Kota Cilegon merujuk kepada

peraturan pemerintah, peraturan walikota dan juga peraturan yang dibuat

oleh RSUD Kota Cilegon sendiri. Pertanyaan serupa peneliti berikan kepada

I1-4;

“Ada, tata tertib kerja seperti jam masuk kerja, jam pulang kerjadan tata tertib dalam melaksanakan tugas kerja”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat diketahui bahawa tata

tertib di dalam RSUD Kota Cilegon mengatur tentang jam masuk kerja, jam

pulang kerja dan tata tertib dalam melaksanakan tugas kerja. Aturan-aturan

ini harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh pegawai RSUD Kota Cilegon

agar mampu memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.

Kemudian ditambahkan oleh I1-5;

“Ada, masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja, tidakmenyalahgunakan wewenang, bertanggung jawab atas peralatankerja yang digunakan.”

Dari hasil wawancara penelitian di atas tata tertib yang harus

dipatuhi dan dilaksanakan oleh pegawai RSUD Kota Cilegon menaati

ketentuan jam kerja, tidak menyalahgunakan wewenang, dan bertanggung

jawab atas peralatan kerja yang digunakan. Hal ini kemudian ditambahkan oleh

I1-6;

“Iya ada, itu udah ada aturannya dari atas, jam kerja, melayanipasien dengan bertanggung jawab, tidak tidur saat kerja”

Dari hasil wawancara penelitian di atas tata tertib dalam bekerja

sudah diatur oleh atasan atau pihak management RSUD seperti aturan jam

Page 111: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

94

kerja yang harus ditaati, melayani pasien dengan bertangung jawab, serta

tidak tidur ketika sedang bekerja. Karena jam kerja tenaga medis dibagi

dengan shift, pagi, siang, dan malam. Pada saat shift malam tenaga medis

sering tidur oleh karena itu pihak management rumah sakit membuat

peraturan tidak tidur saat bekerja. Pernyataan di atas diperkuat I1-7;

”Ada, bekerja tepat waktu, bekerja secara profisional, tidakmerokok dilingkungan kerja RSUD dan lain-lain.”

Menurut informan penelitian di atas dapat diketahui bahwa tata

tertib yang diberlakukan dalam melaksanakan pekerjaan di RSUD adalah

bekerja sesuai waktu yang telah ditetapkan, tidak datang terlambat dan tidak

pulang sebelum waktu yang telah ditetapkan, tidak merokok dilingkungan

kerja RSUD Kota cilegon, bekerja secara profisional maksudnya pegawai

RSUD harus bekerja secara sungguh-sungguh dan bekerja sesuai dengan

tupoksinya tidak membeda-bedakan latar belakang pasien agar tercipta

pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas, seluruh pegawai rumah

sakit sangat dilarang untuk merokok dilingkungan RSUD Kota cilegon

karena merokok mengganggu kenyamanan pengunjung RSUD juga merusak

kesehatan hal ini juga berlaku untuk pengunjung RSUD agar tidak merokok

dilingkungan RSUD. Kemudian hal terkait tata tertib ini ditambahkan oleh

informan penelitian I2-1;

“Kalau untuk sistem kerja, terkait disiplin dan tata tertib, itu adaaturannya, PP 53 Tahun 2010, nah ini juga kita lakukansosialisasikan ke semua SKPD bahwa ada PP baru, peraturantentang kedisiplinan, itu nanti akan di adopsi oleh semua SKPDdan akan disesuaikan dengan masing-masing SKPD. Kalau rumahsakit kan ada aturan lain tentang jam masuk dan jam pulang kantor,ada jam piket juga, nah itu SKPD sendiri yang buat, tetapi untuk

Page 112: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

95

aturan yang peraturannya sudah pemerintah, itu sudah wajiblangsung kita turunkan kepada stakeholder dibawahnya. Jadi selainSKPD membuat ketentuan jam kantor tetapi mereka juga tetapmelihat ke peraturan pemerintah yg ada. Jam kerja juga ada yangkita keluarkan dari PERWAL (Peraturan Walikota) tapi itu pundisesuaikan jam masuk dan pulangnya, di semua SKPD jugadisesuaikan sendiri sesuai kantornya”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat diketahui bahwa tata

tertib yang diberlakukan dalam RSUD Kota Cilegon disesuaikan dengan

Peraturan Pemerintah 53 Tahun 2010 tentang didiplin kerja pegawai negri sipil

juga Peraturan Walikota, merujuk pada peraturan tersebut RSUD Kota Cilegon

membuat aturan-aturan terkait jam masuk dan jam pulang kantor, juga jam

piket atau pebagian shift kerja, tata cara dalam melaksanakan tugas kerja dan

sangsi kepada pegawai yang tidak mematuhi dan melaksanakan tata tertib yang

ada. Kemudian pada penelitian ini, peneliti menanyakan Bagaimanakah proses

pendelegasian wewenang terhadap pegawai di RSUD Kota Cilegon. Dijawab

oleh I1-3;

“Tiap-tiap unit pasti ada atasannya ya, prosedurnya kepala unit ituyang mendelegasikan wewenang ke staff-staff bawahannya,biasanya ada perintah atau wewenang dulu gitu misalnya dari pakdirektur, nanti kepala-kepala unit, kasubag sampaikan lagi ke staff-staffnya, perintahnya di susun oleh bagian kepegawaian sesuaidengan kulifikasi kerjanyan dalam surat pertintah kerja yangdisahkan pak direktur”

Dari hasil wawancara penelitian di atas pendelegasian wewenang

terhadap pegawai RSUD Kota Cilegon dilakukan secara top down,

pendelagasian wewenang disusun oleh bagian kepegawaian yang disusun

sesuai dengan kemampuan atau kualifikasi sumber daya manusia yang ada di

RSUD Kota Cilegon yang dituangkan dalam bentuk surat perintah kerja yang

Page 113: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

96

telah disahkan dan di tanda tangani oleh direktur RSUD yang kemudian di

sampaikan kepada kepala unit atau kepala bagian yang kemudian di berikan

kepada staff atau anggota kerja dibawahnya. Kemudian pertanyaan yang sama

peneliti berikan kepada I1-4;

“Kalau untuk dokter, pendelegasian wewenang lansung dengan buwadir bagian pelayanan, dari ibu wadir diarahkan sesuai dengankeahlian kita, apa dan bagaimana cara kerja kita”

Dari hasil wawancara penelitian dengan informan penelitian di atas

dapat diketahui bahwa,g untuk tenaga medis (dokter) wewenang kerjanya

diberikan oleh wakil direktur bagian pelayanan, wewenang kerja disesuaikan

dengan kualifikasi dokter karena dokter memiliki kualifikasi atau spesialisasi

kerja yang berbeda, apa dan bagaimana cara kerja disesuaikan dengan

kualifikasi atau spesialisasi dokter tersebut. Kemudian ditambahkan oleh I1-5;

“Ada, misalnya tindakan wewenang dokter tapi doktermelimpahkan ke bidan dengan syarat ada tanda tangan persetujuandokter yang melimpahkan wewenang, misalnya tindakan persalinandengan vacuum, seharusnya dilakukan dokter tapi doktermelimpahkan ke bidan”

Dari hasil wawancara penelitian di atas wewenang kerja untuk

tenaga medis dapat diberikan secara langsung dengan melimpahkan

wewenang kebawahan dengan surat persetujuan tindakan medis yang di tanda

tangani oleh dokter yang bertugas. Wewenang diberikan harus sesuai dengan

kualifikasi penerima wewenang untuk menghindari kesalaha-kesalahan yang

mungkin terjadi, setiap wewenang kerja yang diberikan harus memiliki

bagian yang bertanggung jawab atas wewenang tersebut, siapa yang

Page 114: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

97

memberikan dan untuk siapa wewenang itu diberikan. Hal ini ditambakan

oleh I1-6;

“Dari atasan langusng ya, kalau kita suster ya dari kepala susteratau dokter, misalnya kapan kasih obat, ganti infus, cek kondisipasien”

Dari wawancara penelitian di atas dapat diketahui bahwa untuk

wewenang kerja diberikan langsung oleh atasan. Tindakan-tindakan dalam

melaksanakan tugas dalam melaksanakan pekerjaan diatur dengan kondisi

pasien, hal ini diatur oleh kepala perawat atau dokter yang menangani yang

kemudia dilimpahkan kepada suster atau perawat yang sedang bertugas. Hal

ini ditambahkan oleh I1-7;

“Wewenang kerja sesuai dengan keputusan direktur atau suratperintah kerja”

Dari hasil wawancara dengan informan penelitian pendelegasian

wewenang kerja diberikan melalui surat keputusan direktur atau surat

perintah kerja, dibagian mana dan apa saja yang harus dikerjakan oleh

pegawai sudah diatur dalam surat perintah kerja. Hal ini diperkuat oleh I1-2;

“Kan kalau sudah sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dankualifikasinya sesuai, langsung kita SPK kan saja”

Menurut informan penelitian di atas pendelegasian wewenang

dalam RSUD Kota Cilegon disesuaikan dengan kebutuhan dan kualifikasi

sumber daya manusia, di bagian mana pegawai ditempatkan dan apa saja

yang harus dikerjakan dituangkan dalam surat perintah kerja.

Dari beberapa hasil wawancara penelitian di atas terkait bagaimana

pendelegasian wewenang terhadap pegawai di RSUD Kota Cilegon peneliti

Page 115: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

98

menyimpulkan bahwa proses pendelegasian wewenang diatur oleh pihak

manangement RSUD Kota Cilegon, wewenang yang diberikan kepada

pegawai RSUD disusun oleh bagian kepegawaian RSUD, wakil direktur

pelayanan yang dituangkan kedalam bentuk Surat perintah kerja (SPK) yang

disahkan oleh Direktur RSUD Kota Cilegon, sedangkan untuk proses

pendelegasian wewewang mengenai tindakan medis diberikan langsung oleh

dokter langsung ke tenaga perawat atau bidan dengan surat persetujuan dokter

untuk melimpahkan wewenang yang telah ditanda tangani sebelumnya oleh

dokter bersangkutan.

Selanjutnya pada penelitian ini peneliti menanyakan apa saja

unsur-unsur yang dibutuhkan untuk membentuk sebuah pelayanan publik

berupa rumah sakit ini?. Rumah sakit sebagai penyedia layanan publik

(pelayanan kesehatan) harus memiliki unsur-unsur yang mampu mendorong

pelayanan kesehatan dapat terselenggara dengan optimal dan bermutu,

pertanyaan ini dijawab oleh I1-1;

“Sesuai dengan 6M saja sih, ada man, money, material, machine,method sama market”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat diketahui bahwa

unsur-unsur yang dibutuhkan oleh RSUD untuk membentuk sebuah

pelayanan publik adalah 6M (man, money, maetrial, Machune, method,

market). Man adalah sumber daya manusia pada RSUD baik itu pihak

manajemen atau tenaga medis yang melaksanakan proses pelayanan publik,

money, Uang atau anggaran menjadi alat perencanaan artinya anggaran yang

ada akan dipergunakan merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan

Page 116: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

99

RSUD (berapa biaya yang dibutuhkan dan berapa hasil yang diperoleh), dan

sebagai alat pengendalian anggaran memberikan rencana detail atas

pendapatan dan pengeluaran RSUD agar pembelanjaan yang dilakukan dapat

dipertanggung jawabkan, Material adalah sarana penunjang kegiatan

pelayanan publik/pelayanan kesehatan seperti gedung RSUD, meja, kursi,

tempat tidur pasien dan lain-lain, machine adalah alat-alat kesehatan yang

digunakan untuk mempermudah kinerja tenaga medis seperti alat-alat

laboratorium, incubator bayi, USG, diagnostic set dan lain-lain, methode

adalah aturan-aturan atau penetapan cara pelaksanaan kerja untuk

menciptakan pelayanan kesehatan yang baik dan market karena RSUD adalah

penyedia pelayanan publik berupa pelayanan kesehatan, kesehatan

masyarakat Cilegon adalah tujuan yang harus diciptakan oleh RSUD Kota

Cilegon, baik dengan cara penyuluhan atau kegiatan pelayanan kesehtan

secara langsung. Kemudian ditambahkan oleh I1-2;

“Ada bangunan, fasilitas, terus ada manusia ya sebagai tenagakerjanya, kemudian budget atau anggaran sebagai alat untukmerencankan tujuan RSUD”

Dari hasil wawancara penelitian di atas, unsur-usur yang

dibutuhkan untuk membentuk sebuah RSUD adalah bangunan sebagai tempat

bekerja juga untuk melayani masyarakat, fasilitas adalah sarana untuk

melancarkan kegiatan pelayanan kesehatan, manusia sebagai tenaga kerja

yang melayani masyarakat, dan budget atau anggaran yang berfungsi sebagai

dasar untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan untuk mencapai

tujuan RSUD. Pernyataan di atas diperkuat oleh I1-3;

Page 117: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

100

“Pertama ya pastinya anggaran, kedua SDM, ketiga fasilitas, itusih yang paling dibutuhkan”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa

unsur-unsur yang dibutukan untuk membentuk sebuah pelayanan publik

berupa rumah sakit adalah anggaran, anggaran menjadi unsur terpenting

dalam membentuk sebuah pelayanan publik angaran berfungsi sebagai alat

perencana, alat kordinasi, alat pengawasan, dan sebagai pedoman kerja dalam

menjalankan RSUD untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber

daya manusia berfungsi sebagai pengelola juga sebagai pelaksana dalam

mencapai tujuan RSUD. Fasilitas berfungsi sebagai alat untuk memperlancar

seluruh kegiatan pelayanan kesehatan di RSUD Kota Cilegon.

Kemudian pada penelitian ini peneliti mengajukan pertanyaan

lain, yaitu Bagaimana proses penempatan kerja di Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Cilegon?. Pertanyaan penelitian tersebut kemduian di jawab

oleh I1-1 seperti berikut;

“Jadi proses penempatan disini untuk yang PNS sudah adaketentuannya dari pusat melalui BKD Kota Cilegon, sedangkanuntuk pegawai BLUD baru kita sendiri yang rekrut, ketentuan,besaran insentif segala rupa kita yang atur untuk pegawaiBLUD”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat diketahui bahwa

proses penempatan kerja di lingkungan RSUD Kota Cilegon dibagi menjadi

dua kategori, penempatan pegawai negeri sipil dan pegawai badan layanan

umum daerah. Untuk pegawai negeri sipil proses seleksi dan besaran gaji

sudah diatur oleh badan kepegawaian negara kemudian di tempatkan oleh

badan kepegawaian daerah sesuai dengan kualifikasi RSUD Kota Cilegon,

Page 118: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

101

sedangkan untuk pegawai BLUD pihak RSUD Kota Cilegon sendiri yang

mengatur tahapan seleksi dan besaran gaji yang diberikan, RSUD Kota

Cilegon sebelumnya membuat formasi tenaga kerja yang dibutuhkan.

Pernyataan ini ditambahkan oleh I1-3;

“Untuk penetapan kerja perawat, bidan, dokter sudah sesuai. Klountuk dari umum itu sesuai dengan kebutuhan kita ya mba,memang sih sebetulnya harus sesuai dengan kompetensi”

Dari hasil wawancara penelitian di atas proses penetapan kerja

di RSUD Kota Cilegon untuk tenaga medis penetapan kerjanya sudah sesuai

dengan kualifikasi pekerjaan yang di miliki, sedangkan untuk bagian umum

masih ada ketidak sesuaian antara pekerjaan dengan kualifikasi yang dimiliki

pegawai. Kemudian hal ini ditambahkan oleh I2-1;

“Kalau sudah sesuai, langsung kita SPK kan, ini hanyagambaran umum ya, kalau formasinya sudah diusulkan olehRSUD, lalu BKD juga sudah membuat nominatif sesuai usulanitu, sesuai formasi, kemudian meminta ke pusat untuk formasiitu diberikan, akhirnya diberikan, itu kan pusat mengeluarkanSK PNS, setelah keluar SK PNS, dia sudah diterima, laludiberikan surat perintah untuk melaksanakan tugas di rumahsakit, karena sudah sesuai dengan formasinya”

Dari hasil wawancara penelitian ditas dapat diketahui bahwa proses

penetapan kerja dilingkungan RSUD Kota Cilegon melalui proses usulan

yang diminta oleh RSUD Kota Cilegon kepada Badan Kepegawaian Daerah

Kota Cilegon yang selanjutnya diajukan formasinya ke Badan Kepegawaian

nasional. Jika formasi yang diajukan tersebut disetujui oleh pemerintah

kemudian di tempatkan sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasi kerja atau

formasi yang telah diajukan, kemudian dengan dikeluarkan SK PNS dan surat

Page 119: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

102

perintah kerja dari RSUD Kota Cilegon maka pegawai tersebut bekerja di

RSUD Kota Cilegon.

Gambar 4.5Proses Penyusunan Formasi

Kemudian penelitian dilanjutkan dengan pertanyaan Apakah

penempatan pegawai sudah sesuai dengan latar belakang pendidikan

pegawai?. Dijawab oleh I1-1;

“Sesuai sih ya, sudah sama seperti latar belakang pendidikanterakhirnya tapi nanti kalalu mau lebih jelasnya tanya aja bagiankepegawaian”

Menurut hasil wawancara penelitian di atas penempatan kerja

pegawai RSUD Kota Cilegon sudah sesuai dengan latar belakang pendidikan

pegawai, namun informan penelitian di atas tidak daat menjelaskan secara

rinci. Kemudian pertanyaan penelitian ini dilanjutkan kepada informan

penelitian selanjutnya. Kemudian dijawab oleh I3-1;

Page 120: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

103

“Kita punya formasi alokasi tenaga, misalnya butuhnya adalahdari smk atau apa, nanti kita sesuaikan dengan itu, walaupun diapunya S1 tapi yang kita pakai yang kita butuhinya. Jadi sesuaidengan kebutuhan kita tapi ya memang disesuaikan denganizajahnya”

Menurut informan penelitian di atas penetapan dan penempatan

kerja disesuaikan dengan alokasi tenaga kerja yang dibutuhkan, pegawai

diseleksi dengan kebutuhan RSUD dengan melihat alokasi tenaga kerja yang

dibutuhkan jadi dalam penempatan kerja pegawai ditempatkan sesuai dengan

kebutuha RSUD dan keahlian pegawai tersebut. Selanjutnya ditambahkan

oleh I1-4;

“Untuk dokter kan itu sudah memang memliki basic ya, jadisesuai penempatannya dengan keahliannya. Kan gak mungkinjuga dokter penyakit dalam ditempatkan menjadi dokter anak”

Dari hasil wawacara penelitian di atas, penematan kerja

disesuaikan dengan latar belakang atau keahlian pegawai, seperti penempatan

kerja dokter disesuaikan dengan keahlian atau spesialisasinya, contohnya

dokter penyakit dalam tidak dapat ditempatkan di poli anak, atau bagian

lainya. Namun dalam penelitian ini ditemukan pernyataan lain, seperti

jawaban wawancara informan I1-6 dibawah;

“Sistem penempatannya tidak sesuai, masih ada bidan ygbekerja tidak sesuai dengan tupoksinya, seharusnya ruanglingkup bidan kan ibu dan bayi (ruang bersalin, bayi, nifas) tapimasih ada bidan yg ditempatkan di poli umum, administrasi.”

Menurut informan penelitian di atas penempatan kerja masih

ada ketidak sesuaian dengan latar belakang pendidikan atau keahlianya.

seperti pada tenaga medis, bidan yang memiliki ruang lingkup kerja pada bayi

dan anak (ruang bersalin, bayi, dan nifas) dalam beberapa kasus masih ada

Page 121: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

104

bidan yang ditempatkan diluar dari ruang lingkup pekerjaanya seperti bidan

yang ditempatkan di poli umum atau di bagian administrasi. Pernytaan ini

ditambahkan oleh I2-1;

“Kalau untuk PNS, karena kita yg menyerahkan formasinominatif tersebut maka penempatannya pun sesuai dengan latarbelakang pendidikan mereka. Beberapa memang mungkinkurang sesuai, itu untuk menutupi yang kurang-kurang karenajika nunggu pemerintah kan lama ya prosesnya, itu sifatnyakondisonal sebetulnya.”

Dari hasil wawancara penelitian di atas untuk penempatan kerja

pegawai negri sipil sudah sesuai dengan kebutuhan dan keahlinya, namun

dalam beberapa kasus penempatan kerja tidak sesuai dengan keahlianya,

menurut informan penelitian di atas hal tersebut bersifat kondisional karena

proses penerimaan atau penempatan pegawai membutuhkan waktu untuk

dalam prosesnya sedangkan kebutuhan pegawai harus segera terpenuhi maka

sering kali terjadi ketidak sesuaian dalam penempatan pegawai.

Dari hasil wawancara penelitian dengan beberapa informan

penelitian di atas, dalam penempatan pegawai masih ada ketidak sesuaian

antara latar belakang pendidikan atau kehlian dengan ruang lingkup

pekerjaannya, seperti pada tenaga medis bidan terjadi penempatan yang tidak

sesuai dengan ruang lingkup pekerjaanya seharusnya ditematkan di ruang

bersalin, anak, dan nifas namun terjadi penempatan di bagian umum dan

administrasi. Hal tersebut dapat terjadi karena proses penerimaan pegawai

yang memakan waktu. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian

Apakah masih terdapat kekurangan pegawai, yang kemudian dijawab oleh I1-

1;

Page 122: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

105

“Masih, masih ada. Kemarin kita baru minta didatangkandokter-dokter spesialis baru untuk kita tempatkan disini”

Menurut informan penelitian di atas dapat diketahui bahwa

masih terjadi kekurang pegawai di RSUD Kota Cilegon, RSUD masih

kekurangna dokter spesialis seperti dikemukakan oleh informan penelitian di

atas.dari wawancara diatas diketahui bahwa RSUD Kota Cilegon sedang

berupaya menambah jumlah dokter spesialis. Seperti ditambahkan oleh I1-3;

“Saya pikir semua SKPD pasti kurang ya pegawainya apalagi inirumah sakit yg tiap hari melayani orang-orang, tenaga mediskita masih kurang”

Dari hasil wawancara dengan informan penelitian di atas dapat

diketahui bahwa masih terjadi kekurangan pegawai pada RSUD Kota

Cilegon, tenaga kerja yang kurang ini pada posisi tenaga medis. Tenaga

medis menjadi bagian yang sangat penting dalam kegiatan pelayanan

kesehatan di RSUD Kota Cilegon sehingga perlu adanya penambahan guna

mempercepat dan memperlancara kegiatan pelayanan kesehatan. Kemudian

di perkuat oleh pernyataan I2-1;

“Kemarin saya melakukan pembinaan di Kelurahan, yang sayaliat hampir semua SKPD kurang, kurangnya kenapa? Ya itutadi,dalam hampir kurun 3 tahun terakhir tidak ada pembukaanCPNS, jadi kurang”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat disimpulkan

bahwa masih terjadi kekurangan pegawai di RSUD Kota Cilegon, hal ini

dikarenakan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak ada penambahan

jumlah Pegawai Negeri Sipil oleh pemerintah pusat. Kemudian dilanjutkan

Page 123: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

106

dengan pertanyaan penelitian pegawai dalam bidang apa yang masih kurang?.

Dijawab oleh I1-1;

“Yang jadi perhatian saya sih sekarang dokter spesialis yaspesialis penyakit dalam, untuk pegawai lain yang masihkurang, saya belum paham betul”

Dari hasil wawancara penelitian dengan informan di atas dapat

diketahui bahwa tenaga kerja yang masih kurang di RSUD Kota Cilegon

adalah tenaga medis khususnya dokter spesialis penyakit dalam. Hal ini

kemudian ditambahkan oleh I1-3;

“Dokter spesialis kita kurang, suster, apoteker, bagianperkantoran juga masih perlu ditambah beberapa lagi untukmengurus administrasi, ya banyaklah”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat diketahui bahwa

hampir semua bagian di RSUD Kota cilegon mengalami kekurangan tenaga

kerja, untuk tenaga medis RSUD Kota Cilegon yang kurang adalah dokter

spesialis, suster dan apoteker, dan untuk bagian perkantoran atau manajemen

yang masih kurang adalah bagian administrasi. Berikut tabel kekurangan

pegawai seperti di bawah ini:

Tabel 4.1JUMLAH TENAGA MEDIS RSUD KOTA CILEGON

No Nama PendidikanJumlah

Tersedia

Jumlah

sesuai

PMK

Kekurangan Ket.

1Medik

Dasar

Umum 34 12 √

Gigi 2 4 2

2Medik

Spesialis

Penyakit

Dalam4 3 √

Page 124: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

107

Dasar Anak 4 3 √

Bedah 2 3 1

Obgyn 3 3 √

3

Medik

Spesialis

Lain

Mata 2

Paling

sedikit

berjumlah

delapan

pelayanan

dari tiga

belas

pelayanan

belum

sesuai

dengan

PMK

THT 2

Syaraf 1

Jantung 1

Kulit &

Kelamin1

Kedokteran

Jiwa-

Paru 1

Orthopedi 2

Urologi -

Bedah

Syaraf-

Bedah

Plastik-

Forensik -

4

Medik

Sub

Spesialis

Spesialis

Bedah-

Paling

sedikit

berjumlah

dua

pelayanan

dari mpat

subspesialis

dasar

sudah

sesuai

dengan

PMK

Penyakit

Dalam4

Kesehatan

Anak4

Obgyn 2

5 Medik Anestesi 3 2 - √

Page 125: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

108

Spesialis

Penunjang

Radiologi 2 2 - √

Patologi

Klinik1 2 1 -

Patologi

Anatomi- 2 2 -

Rehabilitasi

Medik1 2 1 -

(Sumber: Peneliti, 2017)

Kemudian peneliti melanjutkan dengan pertanyaan penelitian

Bagaimana cara mengatasi masalah kekurangan pegawai tersebut dan dijawab

oleh I1-1;

“Kita rekrut pegawai yang memang kita butuhkan, misalnya sekarangkan kita lagi butuh dokter spesialis penyakit dalam, kita minta, kitacari itu sesuai sama apa yang kita butuhkan”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat diketahui bahwa untuk

mengatasi masalah terkait kekurangan pegawai RSUD Kota Cilegon merekrut

pegawai dengan cara berkordinasi dengan Badan Kepegawai Daerah Kota

Cilegon, jika mengalami kendala RSUD Kota Cilegon mencari sendiri

pegawai tersebut. Kemudian ditambahkan oleh I1-2;

“Ya kita harus rekrut pegawai baru, Ini juga sebenernya kita lagiminta beberapa dokter spesialis ke BKD, katanya sih datengnya nantiawal tahun depan, karna mereka lagi pelatihan dulu sekarang.”

Dari hasil wawancara penelitian dengan informan penelitian di atas

dapat diketahui bahwa untuk mengatasi kekurangan pegawai RSUD Kota

cilegon harus segera merekrut pegawai baru, salah satu caranya adalah

mengajukan formasi penambahan pegawai kepada badan kepegawain dearah

Kota Cilegon. Kemduian diperkuat oleh I2-1;

Page 126: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

109

“Menambah ya, membuat formasi unuk kemudian dibuatkannominatif dan diserahkan ke pusat (untuk PNS), untuk BLUDnyamerka yang cari sendiri.”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa

untuk proses penambahan atau perekrutan pegawai baru paegawai negeri

sipil RSUD Kota Cilegon harus membuat formasi kebutuhannya yang

kemudian dibuat nominatif oleh Badan Kepegawai Daerah Kota Cilegon

untuk diserahkan ke pemerintah pusat, sedangkan kebutuhan pegawai yang

bukan pegawai negeri sipil RSUD Kota Cilegon mencari sendiri, proses dan

ketentuannya dibuat sendiri oleh RSUD Kota Cilegon. Dilanjutkan dengan

wawancara penelitian Siapakah pihak yang berwenang dalam menempatkan

pegawai di RS. Dijawab oleh I1-1;

“Bagian kepegawaian di instansi terkait yang memang membutuhkanpegawai baru di SKPD-nya”

Dari jawaban hasil wawancara penelitan di atas dapat diketahui bahwa

pihak yang berwenang menempatkan pegawai di RSUD Kota Cilegon adalah

bagian kepegawaian dari RSUD Kota Cilegon, bagian kepegawaian bertugas

mencari solusi terhadap masalah yang timbul dilingkungan bagian

kepegawaian seperti masalah kekurangan pegawai yang terjadi di RSUD Kota

Cilegon dan menempatkan pegawai barunya. Kemudian ditambahkan oleh I1-

2;

“Kalo di RSUD kan ada tiga jenis pegawai, pertama yg uda PNS ituyang berwenang menempatkan dari pihak BKD langsung, keduaBLUD bagian yang berwenang ada direktur, wakil direktur bagianumum & kepegawaian, dan kepala subbagaian kepegawaian RSUD,ketiga TKK yg berwenang itu PEMKOT Kota Cilegon sendiri dandirektur”

Page 127: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

110

Dari hasil wawancara penelitan dengan informan di atas dapat

diketahui bahwa yang berwenang menempatkan pegawai di RSUD Kota

Cilegon ada beberapa pihak yang berwenang, untuk pegawai negeri sipil yang

berwenang menempatkan pegawai adalah bagian kepegawaian daerah kota

cilegon, sedangkan untuk pegawai BLUD yang berwenang menempatkan ada

direktur RSUD, Wakil Direktur bagian umum dan kepegawaian dan kepala

bagian subbagian kepegawaian, dan untuk TKK yang berwenang adalah

pemerintah kota cilegon dan Direktur RSUD Kota Cilegon. Kemudian di

perkuat oleh I2-1;

“Untuk PNS BKD dan BLUD RSUD Kota Cilegon sendiri. KarenaRSUD kan memiliki wewenang untuk merekrut sendiri pegawai dariyang bukan PNS, dan itu banyak ya jenisnya ada BLUD, TKK, THL,dan lain-lain”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat disimpulkan dapat

disimpulkan bahwa pihak yang berwenang menempatkan pegawai di RSUD Kota

Cilegon adalah Badan kepegawaian Daerah Kota Cilegon untuk penempatan

pegawai negeri sipil, untuk pegawai BLUD yang berwenang menempatkan

pegawai adalah RSUD Kota cilegon itu sendiri, untuk pegawai TKK dan lain-lain

yang berwenang menenmatkan ada pemerintah Kota Cilegon dan RSUD Kota

Cilegon sendiri. Dilanjutkan dengan wawancara penelitian Siapakah pihak yang

bertanggung jawab menyediakan jika terjadi kekurangan pegawai?, dijawab oleh

I1-1;

“Bagian kepegawaian di RSUD yang biasanya membawahi ataumenangani hal-hal yang berkaitan dengan kepegawaian”

Page 128: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

111

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat diketahui bahwa yang

bertanggung jawab menyediakan jika terjadi kekurangan pegawai adalah bagian

kepegaawaian RSUD Kota Cilegon, bagian kepegawaian memberikan usul dan

saran ke Direktur RSUD untuk menyidiakan pegawai kemudian membuat formasi

tenaga kerjanya yang selanjutnya mencari kekurangan pegawai tersebut.

Diperkuat oleh I1-2;

“Bagian kepegawaian dari instansi terkait dan BKD dalam ruanglingkup daerah SKPD tersebut”

Dari wawancara penelitian di atas dapat diketahui bahwa pihak yang

bertanggung jawab menagatasi kekurangan pegawai adalah bagian kepegawaian

RSUD Kota Cilegon bagian kepegawaian harus segeran membuat formasi

pegawai dan mencari pegawai untuk pegawai BLUD dan TKK dan juga

berkordinasi dengan badan kepegawaian Kota Cilegon untuk pegawai negeri sipil.

Di tambahkan oleh I2-1;

“Untuk RSUD Kota Cilegon, jika menyangkut berbagai hal denganPegawai Negeri Sipil (PNS) BKD yg mengatur, tetapi untuk pegawaitambahan lain seperti BLUD, TKK, itu mereka rekrut sendiri sesuaikebutuhan mereka”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa

yang bertanggung jawab untuk menyediakan pegawai jika terjadi kekurangan

pegawai adalah Badan kepegawai daerah Kota Cilegon untuk pegawai negeri

sipil, sedangkan untuk pegawai yang bukan berstatus pegawai negeri sipil bagian

kepegawaian RSUD Kota Cilegon yang bertanggung jawab. Selanjutnya

penelitian dilanjutkan dengan pertanyaan Adakah terjadi koordinasi RS Cilegon

dengan BKD Kota Cilegon?. Dijawab oleh I1-1;

Page 129: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

112

“Ada, lebih jelasnya dijawabnya melalui bagian kepegawaian diRSUD Cilegon saja ya”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat diketahui bahwa RSUD

Kota Cilegon melakukan kordinasi dengan bagian kepegawain daerah Kota

cilegon untuk hal yang menyangkut dengan kepegawaian. Kemudian jawaban di

atas di atas ditambahkan oleh I1-2;

“Untuk PNS, iya kita koordinasikan semua dengan BKD KotaCilegon. Mulai dari proses pengangkatan, mutasi atau perpindahansampai proses pensiunnya”

Menurut hasil wawancara dengan informan penelitian di atas dapat

diketahui bahwa terjadi kordinasi antara RSUD Kota Cilegon dengan badan

kepegawai daerah Kota Cilegon terkait pegawai yang berstatus pegawai negeri

sipil. Kemudian diperkuat oleh I2-1;

“Karna BKD dan RSUD adalah SKPD ya Satuan Kerja PerangkatDaerah, kalau BKD hubungannya ke SKPD lainnya memang wajib yamemang harus karna setiap permohonan maupun urusan pegawaimelalui BKD. Nah kalo BKD untuk jumlah personil yang ada di RSCilegon, untuk data administrasi kepegawaiannya kita yangmengelola”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa

terjadi kordinasi yang baik anatara RSUD Kota Cilegon dengan badan

kepegawain daerah Kota Cilegon, kordinasi tersebut mengenai pegawai yang

berstatus pegawai negeri sipil. RSUD Kota Cilegon harus mengajukan

formasi penambahan pegawai untuk menambah jumla pegawainya ke badan

kepegawaian daerah Kota Cilegon sehingga badan kepegawaian daerah Kota

Cilegon dapat nominatif pegawai yang akan diajukan ke badan kepegawai

pusat agar pada periode pengangkatan yang akan datang formasi pegawai

Page 130: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

113

yang dibuthkan tersedia. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian

Bagaimana proses koordinasi tersebut?. Dijawab oleh I1-1;

“Koordinasi ke BKD itu hanya menyangkut masalah pegawai yangstatusnya sudah PNS (Pegawai Negeri Sipil), kalau untuk yg BLUD,TKK, Magang, itu kita sendiri yang mengatur”

Dari hasil wawancara penelitian di atas koordinasi yang terjadi antara

RSUD Kota Cilegon dengan badan kepegawaian Kota cilegon menyangkut

urusan penambahan tenaga kerja pegawai negeri sipil. Kemudian lebih rinci

ditambahkan oleh I-2;

“Pertama kita cari dulu tenaga apa yang kita butuhkan, kita catet, truskita laporkan ke BKD, BKD yang memproses itu ke pusat, nanti kitatinggal tunggu aja konfirmasi lagi sama kita”

Proses koordinasi yang terjadi antara RSUD Kota Cilegon dan badan

kepegawaian daerah Kota Cilegon adalah menayangkut penambahan pegawai

negeri sipil, RSUD Kota Cilegon sebelumnya membuat formasi kebutuhan

tenaga kerja yang ada yang kemudian diberikan atau dilaporkan ke bagian

kepegawaian daerah Kota Cilegon. Kemudian di perkuat oleh pernyataan I2-1;

“Karna semua yang terkait dengan pegawai itu BKD yang mengelolajadi permasalahan personil di RSUD maupun SKPD lainnya itu selaludiajukan ke BKD, yang pertama itu permohonan pengadaanpegawainya, terus kenaikan pangkat, terus penempatannya, teruspermohonan pindah/mutasi”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa

proses koordinasi yang terjadi adalah proses administrasi pelaporan formasi

penambahan tenaga kerja yang diajukan oleh RSUD Kota Cilegon kepada

bagian badan kepegawaian daerah Kota Cilegon, yang kemudian diproses

menjadi nominatif pegawai oleh badan kepegawaian daerah Kota Cilegon ke

Page 131: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

114

pemerintah pusat jika sudah tersedia di beri surat keputusan kemudian

diserahkan ke RSUD Kota Cilegon.

4.3.3 Actuating (Pelaksanaan)

Actuating, atau disebut juga “gerakan aksi” mencakup kegiatan yang

dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang

ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat

tercapai. Actuating mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari

pegawai-pegawainya, memberi penghargaan, memimpin, mengembangkan dan

memberi komponsasi kepada mereka (Terry, 2008:17). Pengarahan merupakan

suatu kegiatan untuk mengintegrasikan usaha anggota-anggota dari suatu

kelompok, sehingga melalui tugas-tugas mereka dapat terpenuhi tujuan pribadi

dan kelompoknya. Semua usaha kelompok menghendaki pengarahan apabila

ingin secara sukses mencapai tujuan akhir kelompok tersebut (Terry, 2008:138).

Sumber daya manusia sangat berperan penting dalam melaksanakan suatu

kebijakan (perencanaan) untuk mencapai sebuah keberhasilan, dimana sumber

daya manusia lebih difokuskan kepada berapa jumlah orang yang menjalankan

kebijakan tersebut, kualitas sumber daya manusia tersebut, dan juga kinerja

mereka pada saat melaksanakan kebijakan. Pada penelitian ini peneliti

menanyakan siapa saja yang berwenang memberikan pengarahan tujuan?.

Dijawab oleh I1-1;

“Pak direktur ya sebagai penanggung jawab sekaligus direktur rumah sakitini, nanti direktur yang mengarahakan bagaimana manajemen harusbertindak”

Page 132: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

115

Menurut hasil wawancara di atas yang bertanggung jawab untuk

memberikan pengarahan adalah Direktur RSUD Kota Cilegon, Direktur

memeberikan pengarahan secara langsung ke Manajemen RSUD Kota Cilegon

untuk menyampaikan tujuan organisasi dan mendelegasikan wewenang kepada

manajemen agar tujuan organisasi dapat berjalan sesuai dengan apa yang sudah di

tetapkan organisasi. Hal lain disampaikan oleh I1-3;

“Karna rumah sakit itu luas sekali ya, biasanya pengarahan tujuandilakukan di tiap-tiap unit, misal kepala unit radiologi menyampaikanarahan tertentu ke stafnya, kalo untuk kepala ruangan misalnya memberipengarahan untuk perawat-perawat”

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pemberian pengarahan

tidak hanya dilakukan oleh Direktur RSUD Kota Cilegon, pengarahan juga

diberikan oleh kepala unit kepada staff atau bawahanya. Karena rumah sakit

cakupannya luas dibagi kedalam beberapa unit pengarahan secara langsung

diharapkan akan tepat sasaran sehingga tujuan organisasi yang diinginkan dapat

tercapai secara efektif dan efisien.

Dari dua hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pengarahan

yang dilakukan di RSUD Kota Cilegon dilakukan secara top down, pengarahan

dilakukan secara berurutan mulai dari top management ke bottom management

agar tujuan organisasi yang sudah direncanakan sebelumnya dapat berhasil

dilaksanakan secara efektif dan efisien. Berikut peneliti gambarkan dalam bentuk

bagan seperti dibawah ini:

Top management(Direktur/Pimpinan)

Middle management(Kepala Bagian, KepalaSeksi, Kepla Unit, KepalaRuangan, dll)

Low management (Stafdan Perawat)

Besarnya tanggung jawabmasing tingkatan

Page 133: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

116

Gambar 4.6Tingkatan Manajemen Berdasarkan Tanggung Jawab

*Ket: Semakin tinggi jabatan seseorang, maka jumlah akan semakin sedikit,

sedangkan tugas dan tanggung jawabnya akan semakin besar. Sedangkan semakin

rendah jabatan seseorang, maka jumlah pemegang jabatan tersebut akan semakin

banyak dan tanggung jawabnya semakin kecil.

Kemudian peneliti menanyakan bagaimana pengarahan yang diberikan

oleh atasan ke bawahan maupun antar lini dalam melayani pasien. Hal ini di

jawab oleh I1-1;

“Tiap hari kan kita ada apel pagi, disitu sering dikasih arahan langsungsama atasan”

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pengarahan yang

diberikan oleh pimpinan diberikan setiap apel pagi diberikan secara langsung agar

tercipta pemahaman yang mendalam kepada sumber daya manusia di Rumah

Sakir Umum Daerah Kota Cilegon dalam menjalankan tugas dan fungsi untuk

melayani masyarakat atau pasien secara efektif dan efisien. Hal ini ditambahkan

oleh I1-3;

“Ada apel pagi, briefing juga, kadang kita juga rapat langsung dengandirektur”

Jumlah manager dalam jabatan

Page 134: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

117

Menurut informan di atas dijelaskan selain pemberian pengarahan setiap

apel pagi ada juga briefing antara kepala unit dengan bawahan atau tenaga medis

yang diberikan sebelum memulai suatu pekerjaan hal ini bertujuan untuk

menciptakan pekerjaan yang efektif dan efisien serta menurunkan tingkat

kesalahan sumber daya manusia yang ada di RSUD Kota Cilegon. Selain itu ada

juga rapat dengan direktur untuk mengevaluasi apakah pengarahan yang diberikan

kepada sumber daya yang ada di RSUD kota cilegon sudah dilaksanakan dengan

baik. Selanjutnya peneliti menanyakan apakah ada hambatan dalam melaksanakan

pengarahan. Pertanyaan ini dijawab oleh I1-1;

“ Tidak ada”

Menurut informan penelitian di atas tidak ada hambatan dalam hal

melaksanakan pengarahan, pengarahan kerja yang diberikan oleh pimpinan dapat

dilaksakan dengan baik oleh organisasi dengan baik, hal ini dipertegas oleh

pernyataan informan penelitian I1-3;

“Sejauh ini belum ada”

Page 135: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

118

Pernyataan informan di atas mempertegas pernyataan informan

sebelumnya bahwa tidak ada hambatan dalam melaksanakan pengaraan di Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Cilegon dapat melaksanakannya, pengarahan dapat

diserap dan dilaksanakan dengan baik oleh pegawai. Kemudian pertanyaan

wawancara dilanjutkan dengan adakah perintah kerja dalam rumah sakit ini, jika

ada apa bentuk perintah kerja tersebut, lisan atau tulisan? Dijawab oleh I1-1;

“Ya itu tadi seperti di apel pagi, kita kasih arahannya langsung secaralisan, juga kepala bagian masing-masing kasih secara langsung”

Dari hasil wawancara di atas perintah kerja yang diberikan secara lisan,

perintah kerja diberikan ketika apel pagi, dan perintah kerja juga diberikan secara

langsung oleh kepala bagiannya masing-masing sebelum memulai pekerjaan.

Kemudian ditambahkan oleh I1-3;

“Ada yang lisan, ada juga yang tertulis. Kalo lisan ya semacam rapat-rapat,kalo tertulis via memo atau pemberian surat perintah kerja langsung daridirektur”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa ada

perintah kerja yang diberikan oleh manajemen atau atasan dari RSUD Kota

Cilegon. Bentuk pengarahan yang diberikan berupa lisan dan tertulis, dalam

bentuk lisan pengarahan diberikan di pada saat rapat atau apel pagi, sedangkan

dalam bentuk tulisan diberikan secara memo atau surat perintah kerja yang

diberikat oleh direktur RSUD Kota Cilegon.

Kemudian penelitian ini dilanjutkan dengan pertanyaan wawancara

Adakah motivasi kerja yang diterapkan di rs cilegon, jika ada berupa apakah

motivasi tersebut? Materi atau non materi. Pertayaan wawancara ini kemudian

penliti berikan kepada I1-1;

Page 136: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

119

“Ada, dua-duanya, kalo materi, kita kasih reward berupa insentiftambahan, kalo non materi, kita pengucapan terima kasih, support ke diauntuk lebih baik lagi dalam bekerja”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat diketahui bahwa RSUD Kota

Cilegon mempunyai motivasi kerja untuk memberikan motvasi juga sebagai

penilaian kerja kepada pegawainya, bentuknya berupa materi dan non materi.

Dalam bentuk materi ada insentif yang diberikan kepada pegawai-pegawai terbaik

di RSUD Kota Cilegon, sedangkan yang berupa non materi adalah dorongan-

dorongan semangat kerja dan ucapan terima kasih kepada pegawai, untuk

meningkatkan semangat kerja para pegawainya. Kemudian diperkuat oleh I1-3;

“Ada, kalau dari materi, kita beri insentif tambahan, untuk nonmaterinya,kita beri dukungan ke pegawai”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk

memberikan semangat kerja untuk pegawainya RSUD Kota Cilegon memberikan

motivasi kerja dalam bentuk materi dan non materi. Dalam hal materi RSUD Kota

Cilegon memberikan dalam bentuk insentif atau bonus kepada pegawai yang

berprestasi, sedangkan dalam bentuk non materi RSUD Kota Cilegon memberikan

dukungan atau menanamkan semangat kerja kepada pegawainya agar bekerja

dengan baik. Selanjutnya dalam penelitian ini peneliti menanyakan Bagaimanakah

proses pemecahan masalah dalam rs cilegon?. Kemudian dijawab oleh I1-1;

“Dibahas dalam rapat atau briefing untuk dicari solusinya dan langsungdisampaikan”

Menurut informan penelitian di atas proses pemecahan masalah yang

terjadi di RSUD Kota Cilegon dilakukan melalui rapat-rapat dan brifing. Rapat

tersebut mencari masalah apa saja yang muncul di RSUD Kota Cilegon kemudian

Page 137: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

120

langkah-langkah apa saja yang harus segera dilakukan untuk memecahkan

masalah tersebut. Kemudian ditambahkan oleh I1-3;

“Kita sering agendakan perminggu itu ada rapat atau briefing, untuksharing masalah-masalah yang terjadi di rumah sakit, terus kita cari jalankeluarnya bersama-sama”

Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

proses pemecahan masalah, RSUD Kota Cilegon mengagendakan rapat mingguan

untuk mencari masalah yang terjadi dan mencari jalan keluarnya dari masalah

tersebut. Diharapkan dari agenda rapat mingguan tersebut dapat meminimalisir

masalah-masalah yang muncul dan mengurangi masalah-masalah yang akan ada.

4.3.4 Controlling (Pengendalian)

Controlling (pengendalian) ialah suatu usaha untuk meneliti kegiatan-

kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan. Pengendalian berorientasi pada objek

yang dituju dan merupakan alat untuk menyuruh orang-orang bekerja menuju

sasaran yang ingin dicapai (Terry, 2008:18). Controlling mencakup kelanjutan

tugas untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan dilaksanakan sesuai rencana.

Pelaksanaan kegiatan dievaluasi dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak

diinginkan diperbaiki supaya tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik. Ada

berbagai cara untuk mengadakan perbaikan, termasuk merubah rencana dan

bahkan tujuanya, mengatur kembali tugas-tugas dan wewenang, tetapi seluruh

perubahan dilakukan melalui manusianya. Orang yang bertanggungjawab atas

penyimpangan yang tidak diinginkan itu harus dicari dan mengambil langkah-

langkah perbaikan terhadap hal-hal yang sudah atau akan dilaksanakan (Terry,

2008:166).

Page 138: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

121

Pengendalian ini merupakan tahapan terahkir dalam fungsi

manajemen yang sama pentingnya dengan fungsi yang lain, kendati dibeberapa

kegiatan suatu organisasi sering dianggap tidak penting atau dikesampingkan.

Pengendalian atau pengawasan ini pada dasarnya menjaga agar kegiatan yang

dilakukan sesuai dengan rencana dan mencapai tujuan yang diharapkan. Pada

penelitian ini peneliti menanyakan apa saja fungsi Satuan Pengawas Internal (SPI)

dan Inspektorat terhadap RSUD Kota Cilegon, dijawab oleh I1-8:

“yang diawasi oleh SPI itu bidang atau kerjaan yang meliputipelayanan dan keuangan, kalo di pelayanan yah rawat inap, rawatjalan, rekam medis, farmasi, lab. Dan kalo keuangan semuaaspeknya.”

Dari hasil wawancara di atas diketahui bahwa fungsi SPI yakni

mengawasi kinerja pengelolaan RSUD Kota Cilegon dalam bidang pelayanan

yang mencakup semua aspek dari rawat inap, rawat jalan, rekam medis, farmasi,

laboratorium dan bidang keuangan baik pendapatan dan pengeluarannya. Hal

yang sama ditanyakan kepada I3.1 :

“Dari inspektorat ada tiga fungsi yang dijalankan untuk pemeriksaanpada umumnya, pertama itu perencanaan pengawasan program, keduaperumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan, ketiga itupemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugaspengawasan.”

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa Inspektorat Kota

Cilegon dalam menjalankan tugasnya didasari berdasarkan tiga hal yakni

perencanaan pengawasan program, perumusan kebijakan, fasilitasi pengawasan,

dan pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan. Yang

ketiga hal tersebut sebenarnya fungsi tugas Inspektorat secara general yang

Page 139: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

122

dilakukan bukan hanya kepada RSUD Kota Cilegon tetapi diterapkan kepada

semua instansi yang di audit. Berikut fungsi pengawasan Inspektorat dalam

bentuk bagan seperti dibawah ini:

Gambar 4.7Tahap Fungsi Pengawasan Inspektorat

Dari wawancara kedua informan tersebut dapat disimpulkan bahwa

fungsi pengendalian RSUD Kota Cilegon sudah dilakukan oleh dua pihak pertama

SPI dan yang kedua Inspektorat. Masing-masing memiliki peran dan fungsi yang

kurang lebih sama, hanya SPI merupakan unit di dalam struktur organisasi RSUD

sendiri sedangkan Inspektorat adalah unit eksternal atau diluar struktur organisasi

RSUD. Adapun aspek yang diawasi yaitu Pelayanan dan Keuangan. Kemudian

peneliti menanyakan hal apa saja yang telah dilakukan SPI dan Inspektorat dalam

menjalankan fungsi pengawasan atau pengendalian di RSUD Kota Cilegon ?

I1-8 :dijawab oleh

Perencanaan pengawasan program

Perumusan kebijakan dan fasilitasipengawasan

Pemeriksaan, pengusutan, pengujian,dan penilaian tugas pengawasan

Page 140: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

123

Evaluasi pelayanan sama auditnya. audit pelayanan dan“pendampingan konsultan, SPI itu memberikan rekomendasi, jadi SPIitu hanya memberikan saran bukan menjadi eksekutor yang menjadieksekutornya itu manajemen, SPI hanya memberikan saran danpendapat yang menjadi eksekutor itu manajemen seperti direktur danwakil direktur jadi fungsi SPI hanya memberi pendapat saja. Setelahmelakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi harus ditindaklanjuti oleh manajemen, kan kita ada namanya fungsi pengawasan itutindak lanjut atas temuan SPI atau pemantauan, jadi SPI mengawasimemantau apa yang menjadi temuan”.

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa yang telah dilakukan

oleh SPI dalam menjalankan fungsinya yakni mengevaluasi pelayanan dan

mengaudit temuan dan melaporannya kepada pimpinan, karena SPI tidak

memiliki kewenangan untuk mengeksekusi adanya penyimpangan di dalam

I3-1kegiatan RSUD Kota Cilegon. Hal yang sama diajukan kepada

“Fungsi pengawasan yang telah dilakukan oleh kami itu menyusundan menetapkan pengawasan di lingkungan RSUD Kota Cilegon”.

Dari wawancara di atas diketahui bahwa peraturan atau ketetapan

mengenai pengawasan diatur oleh Inspektorat sebagai pedoman dalam

menjalankan fungsi pengawasan baik yang dilakukan oleh SPI maupun oleh

Inspektorat itu sendiri.

Dari dua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang

telah dilakukan oleh SPI dan Inspektorat yakni mengevaluasi pelayanan dan

membuat suatu peraturan yang mengatur tentang pengawasan. Peneliti kembali

mengajukan pertanyaan mengenai prosedur apa yang harus dilalui oleh SPI dan

Inspektorat yang dalam menjalankan pengawasan di RSUD Kota Cilegon ?

dijawab oleh I1-8

Page 141: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

124

“Melalui Surat Penugasan yang dibuat oleh Ketua SPI dan diserahkankepada Staff SPI yang menjalankan tugas pengawasan, misalpengawasan keuangan prihal penggunaan atau penyusunalaporannya.”Dari wawancara di atas diketahui bahwa Prosedur yang diterapkan

melalui Surat Penugasan Ketua SPI yang diserahkan kepada Staff yang

menjalankan tugas peng I3-1awasan. Hal yang sama ditanyakan kepada

“Prosedur yang harus dilalui sebenarnya hanya menyusun standarisasidalam pengecekan dan pelaporan dari setiap usaha, pengukuranpelaksanaan kegiatan, melaksanakan perbandingan pelaksanaandengan standar dan analisa penyimpangan, mengadakan koreksi padapelaksanaan.”

Dari wawancara diatas diketahui bahwa prosedur yang ditempuh oleh

Inspektorat yakni membuat standarisasi penyusunan dalam fungsi

pengawasannya, karena di dalam pernyataan sebelumnya, peraturan mengenai

pengawasan di RSUD Kota Cilegon Inspektoratlah yang membuatnya.

Dari kedua wawancara tersebut diketahui bahwasannya Prosedur

pengawasan yang dilakukan oleh kedua unit audit tersebut berbeda satu dengan

lainnya, jika SPI hanya berdasarkan Surat Perintah atau penugasan saja, berbeda

dengan Inspektorat yang membutuhkan standarisasi baik dalam persiapan,

pelaksanaan dan hasil laporan kesimpulannya. Kemudian peneliti menanyakan

tentang hal yang sama mengenai pengawasan yakni bagaimana proses

I1-8pengendalian atau pengawasan berlangsung ? dijawab oleh

“Jadi kita punya program kerja namanya rencanan kerja tahunan danrencana kerja semesteran yang ditanda tangani oleh direktur, jadidirektur sudah mengetahui dari awal pekerjaan SPI itu, program kerjaitu sudah tahu yang mau dilaksanakan itu audit, evaluasi kerja SPI,misalnya bulan ini audit keuangan, bulan depan audit yang lain.”

Page 142: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

125

Proses pengendalian di SPI sebagaimana diketahui dari pemaparan di

atas yakni SPI melaporkan rencana kerja tahunan kepada direktur, sehingga

sebenarnya pihak direktur mengetahui kapan atau agenda apa saja yang akan

diaudit oleh SPI. Hal yang sama ditanyakan kepada I3-1

“Alurnya sih seperti ini Inspeksi, pengumpulan data, tanya jawab,konfirmasi pihak terkait, uji lapangan bila diperlukan, membuatsimpulan.”

Dari pemaparan di atas terdapat sistematika audit yang dilakukan oleh

Inspektorat seperti Inspeksi langsung, pengumpulan data, tanya jawab,

konfirmasi, uji petik dan membuat kesimpulan atau penilaian.

Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

proses pengendalian yang dilakukan oleh SPI dan Inspektorat, di mana SPI hanya

mengaudit temuan atau yang berpotensi bermasalah dan bersifat pemberitahuan di

awal seperti melaporkan rencana kegiatan tahunan sedangkan Inspektorat

mengaudit hampir keseluruhan dari bidang pelayanan maupun keuangan, dan

bersifat independen atau bisa saja tanpa adanya pemberitahuan (mendadak).

Peneliti mengajukan kembali pertanyaan mengenai bagaimana alur hubungan

kerjasama/koordinasi antara RSUD Kota Cilegon dengan SPI/Inspektorat ?

I1-8dijawab oleh

“Jadi SPI itu berkoordinasi dengan dewan pengawas. Klo diperusahaan tu ada komite audit, komite audit itu akan memantaukinerja internal auditor SPI, nah jadi SPI itu melaporkan hasil kerjake dewan pengawas. Klo sama inspektorat itu lingkupnya beda denganSPI ya, klo inspektorat itu tingkat pemda klo SPI itu tingkat SKPD.Jadi ga ada hubunganya, jadi SPI itu bertanggung jawab kepdadirektur klo inspektorat kepda walikota, tapi untuk melaksanakn

Page 143: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

126

pengawasanya inspektorta itu biasanya menanyakan dulu ke SPI apasaja yang sudah dilakukan supaya tidak tumpang tindih,apa yangsudah di audit SPI klo isnpektorat itu menyakini kinerja SPI sudahbagus dia tidak mengaudit ulang, sama dengan bpk juga dia akanmenanyakan terlebih dahulu apakah sudah di audit oleh SPI klomereka sudah yakin tidak di audit lagi klo tidak yakin baru merekamelakukan audit ulang.”

Dari wawancara di atas, diketahui bahwa hubungan koordinasi SPI

dengan RSUD Kota Cilegon tercangkup melalui satuan unit di struktur RSUD, di

mana di dalam susunan kepengurusan RSUD terdapat Dewan Pengawas sebagai

penerima hasil laporan SPI, dan koordinasi SPI dengan Inspektorat pun berjalan

dengan baik hal tersebut di lihat dari penjelasan di atas yang menyatakan bahwa

SPI menjelaskan kegiatan mana saja yang telah di audit sehingga tidak menjadi

double job oleh Inspektorat dan hal ini bisa dikatakan efisien. Hal yang sama pun

disampaikan oleh I3-1

“Dalam menjalankan fungsi inspektorat kami selalu koordinasi,singkronisasi, dan integrasi baik secara vertikal ke atasan, maupunsecara horizontal kepada mitra seperti SPI dan BPK dan DPRD.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas diketahui bahwa Inspektorat

selalu berkoordinasi secara horizontal dengan mitra terkait yakni SPI dan RSUD

Kota Cilegon dalam menjalankan fungsi pengawasannya.

Dari wawancara di atas antara SPI dan Inspektorat dapat disimpulkan

bahwa Koordinasi antara RSUD dengan SPI dan Inspektorat berjalan baik hal

tersebut sebagaimana disampaikan oleh I1-8 dan I3-1 bahwa koordinasi tersebut agar

tidak terjadi tumpang tindih bagi berjalannya fungsi pengawasan. Peneliti

mengajukan pertanyaan kembali mengenai Siapa sajakah pihak yang berwenang

dalam mengawasi rumah sakit? Dari beberapa pihak yang berwenang melakukan

Page 144: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

127

fungsi pengendalian, apakah (SPI/Inspektorat) melakukan koordinasi/kerjasama

dengan mereka? Bagaimana proses kerjasama/koordinasi tersebut? Dijawab oleh

I1-8

“Ada Dewan Pengawas, Seperti yang sudah saya jelaskan tadi ya, SPIitu berkoordinasi dengan dewan pengawas untuk mengaudit rumahsakit.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas, disampaikan bahwa yang

berwenang melakukan pengawasan terhadap RSUD Kota Cilegon salah satunya

yakni Dewan Pengawas dan SPI pun pasti berkoordinasi dengan Dewan Pengawas

karena terdapat pelaporan kegiatan pengawasan yang disampaikan. Hal yang sama

I3-1disampaikan oleh

“Inspektorat sebagai pengawas eksternal bertanggung jawab langsungkepada walikota. Tentu saja kami berkoordinasi untuk penyelengaraandaerah termasuk rumah sakit. Inspektorat bertanggung jawab terhadapproses pengawasan penyelengaraan daerah, melaporkan sertamemberikan usulan tindak lanjut temuan kepada walikota.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas, diketahui bahwa Inspektorat

merupakan salah satu pihak yang berwenang untuk melakukan pengawasan

penyelenggaraan daerah salah satunya yakni RSUD Kota Cilegon, dan Inspektorat

sudah melakukan koordinasi sebagaimana yang dijelaskan pada pertanyaan

sebelumnya.

Dari dua wawancara di atas dapat disimpulakan bahwa pihak-pihak

yang berwenang dalam melakukan pengawasan yaitu Dewan Pengawas dalam hal

ini SPI sebaga pelaksananya, dan Inspektorat sebagai pengawas ekternal, yang

Page 145: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

128

keduanya melakukan koordinasi guna berjalannya fungsi pengawasan yang efektif

dan efisien. Peneliti menannyakan kembali yakni prihal kapan sajakah

(SPI/Inspektorat) melakukan kunjungan dalam menjalankan fungsi

I1-8 :pengendalian/pengawasan di RS, dijawab oleh

“Kapannya lebih sering pak direktur yang meminta sewaktu-waktu,jadi tidak tentu kapannya”

Dari penjelasan di atas diketahui bahwa jadwal atau waktu

pelaksanaan pengawasan tidak pasti atau bersifat tentatif karena direktur yang

I3-1 :menentukan. Hal yang sama disampaikan oleh

“Waktunya tidak pasti kapan (bisa kapan saja), ada dua metode dalamproses pengawasan, pengawasan langsung dan pengawasan tidaklangsung. Pengawasan langsung dilakukan secara pribadi olehpimpinan atau tim pengawas secara langsung ke lapangan (inspeksi).Pengawasan tidak langsung diadakan dengan mempelajari laporan-laporan yang diterima dari pelaksana baik lisan maupun tertulis.”

Dari penjelasan di atas, sifat tentatif mengenai waktu sama hal nya

dengan SPI yakni tidak pasti waktunya. Hanya saja jika Inspektorat menjelaskan

bentuk pengawasan secara langsung yakni inspkesi atau turun langsung ke

lapangan seperti mengawasi kinerja pelayanan dan pengawasan secara tidak

langsung yakni mempelajari bentuk laporan tertulis yang biasanya mencangkup

hal keuangan.

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwasannya kedua pihak

yang menjalankan fungsi pengawasan sama-sama tidak menentukan waktu

pelaksaan secara pasti atau bersifat tentatif karena pada dasarnya pengawasan

yang baik tersebut tidak diketahui oleh pelaksana pelayanan sehingga kinerja yang

Page 146: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

129

sebenar-benarnya dapat terlihat. Peneliti mengajukan kembali pertanyaan yakni

Dapatkah (SPI/Inspektorat) menyampaikan saran untuk perencanaan yang

I1-8terdapat di RS Cilegon? Dijawab oleh

“Kalau untuk perencanaan SPI tidak bisa memberikan saran kecuali

evaluasi dalam pelayanan dan keuangan rumah sakit.”Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa SPI dapat memberikan

saran atas hasil evaluasi pelayanan dan keuangan RSUD Kota Cilegon, namun

untuk hal perencanaan SPI tidak bisa memberikan saran atau masukan. Hal yang

I3-1berbeda disampaikan oleh

“Tidak bisa, kami hanya membuat perencanaan pengawasan danpemeriksaan program bukan perencaan pembangunan di rumah sakit,kami memberikan usulan kepada walikota bukan kepada rumah sakit.”

Dari pernyataan adi atas diketahui bahwa Inspektorat tidak

memberikan saran kepada RSUD Kota Cilegon, dan hanya terbatas sebagai

pengawas atau audit saja, adapun hasil dari pengawasan tersebut disampaikan

kepada Wali Kota.

Dari kedua wawancara di atas, terdapat perbedaan di mana SPI dapat

memberikan saran kepada RSUD sedangkan Inspektorat tidak memberikan saran,

dilihat dari struktur dan fungsi memang SPI berada di dalam pengawasan internal

yang sudah sepatutnya dapat memberikan saran langsung kepada Direktur, Dewan

Pengawas, Manajemen, dan Pihak terkait yang berada di lingkungan RSUD Kota

Cilegon untuk menjadi masukan yang bersifat konstruktif. Sedangkan Inspektorat

yang bersifat eksternal dinilai sebagai penilai atas dasar hasil audit pengawasan

oleh karena itu yang berhak memberi saran atas hasil penilaian tersebut yakni

Page 147: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

130

Wali Kota. Peneliti menanyakan kembali terkait jika melihat jumlah tenaga medis

di RSUD Kota Cilegon memang sudah cukup banyak, namun ada beberapa yang

masih belum sesuai dengan jumlah yang seharusnya ada dalam PERMENKES

No. 340/MENKES/PER/III/2010 dan beberapa jika tidak hadir, tidak ada

pengganti sehingga mengganggu proses pelayanan RS. Bagaimanakah pihak

(SPI/Inspektorat) dalam menanggapi kekurangan tenaga medis tersebut? Apakah

I1-8(SPI/Inspektorat) sudah mengetahui hal tersebut, dijawab oleh

“SPI pada dasarnya mengetahui hal itu, Cuma memang kami hanyasebatas mengetahui adapun solusi terkait itu kembali lagi kepadapimpinan dalam hal ini Direktur RSUD, Mudah-mudahan kedepanyadapat teratasi.”Dari keterangan yang disampaikan di atas dapat diketahui bahwa SPI

mengetahui bahwa terdapat kekurangan tenaga medis di RSUD Kota Cilegon atau

belum sesuai dengan ketentuan Permenkes Nomor 340, namun wewenang SPI

hanya sebatas mengetahui kondisi tersebut, dan tidak bisa mengambil suatu

kebijakan atau wewenang lebih lanjut. Hal yang sama disampaikan oleh I3-1

“Untuk tenaga medis di rumah sakit, rumah sakit sendiri yangmengetahui kebutuhan tenaga medisnya. Direktur dapat berkoordinasidengan badan kepegawaian daerah untuk penambahan ataupengurangan tenaga kerja (medis) di rumah sakit. Kita tahu untukjumlah tenaga medis karena rumah sakit juga memberikan datapegawainya, tapi untuk urusan lebih atau kurang tenaga medis ituurusan rumah sakit dan badan kepegawaian daerah”

I3-1 di atas, dapat diketahui bahwaDari apa yang disampakan oleh

Inspektorat mengetahui ketentuan yang seharusnya dipenuhi mengenai tenaga

medis yang belum cukup sesuai Permenkes Nomor 340, namun sama seperti hal

nya SPI, Inspektorat mengembalikan kepada Manajemen RSUD Kota Cilegon

Page 148: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

131

yang lebih mengetahui kebutuhan tenaga medisnya dan menyarakan agar

berkoordinasi dengan BKD apabila dirasa perlu untuk menamba tenaga medis.

Dari wawancara baik antara I1-8 dan I3-1 dapat disimpulkan

bahwasannya SPI dan Inspektorat mengetahui ketentuan mengenai tenaga medis

tertentu yang jumlahnya belum sesuai dengan Permenkes Nomor 340, Hal ini

disadari pula bahwasanya kondisi tersebut tidak dapat diatasi oleh kedua unit ini

karena hal tersebut dikembalikan kepada Manajemen RSUD Kota Cilegon.

Peneliti kembali mengajukan pertanyaan mengenai pelayanan di RSUD Kota

Cilegon seperti berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pelayanan admnistrasi?

Dijawab oleh I5-1

“Saya ga tau sih, yang nguruskan waktu itu anak”

Dari penjelasan di atas tidak dapat diketahui berapa lama waktu

yang dibutuhkan untuk pelayanan administrasi, dikarenakan informan tidak

langsung menjalani proses pelayanan. Hal yang sama ditanyakan kepada I5-2

“Ga tau, yang ngurus orang tua, saya kan kondisinya lagi sakit”

Dari penjelasan di atas, tidak berbeda dengan informan I5-1 karena

tidak langsung menjalani proses pelayanan. Hal yang sama kembali ditanyakan

kepada I5-3

“Kalau saya tadi pas daftar kebagian cepat ngga lama”

Penjelasan di atas dapat diketahui bahwa waktu pelayanan

admnisrasi di RSUD Kota Cilegon berlangsung cepat. Kembali Peneliti tanyakan

kepada I5-4

Page 149: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

132

“Tergantung antrian mba klo ini, klo lagi sedikit yang ngantri bisacepat”

Dari penjelasan informan I5-4 dapat diketahui bahwa waktu

pelayanan admnistrasi di RSUD Kota Cilegon tergantung dari situasi di ruang

pelayanan admnistrasi, jika pasien yang sedang melakukan proses pelayanan

administrasi sedikit maka waktu pelayanannya berjalan cepat ataupun sebaliknya.

Alur pelayanan pasien rawat jalan dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:

Gambar 4.7Alur Rawat Jalan

Hal yang sama ditanyakan kepada I5-5

“Saya di sini dari jam 7 pagi udah ambil nomer antrian, trus nunggupanggilan di loket depan itu ya, Cuma pagi itu mereka belum buka,bukanya siang jam 8, malah kadang telat juga, jadi buat daftar aja kitaharus nunggu lama, ya kira-kira sekitar 1 jam deh”.Informan I5-5 menjelaskan bahwa terdapat waktu tunggu yang lama

diakibatkan informan datang pada pukul 7 pagi, sedangkan loket dibuka pukul 8

Page 150: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

133

pagi. Sehingga ada waktu tunggu selama satu jam. Dan Informan menyatakan

bahwa terkadang loket buka tidak tepat waktu yang ditentukan. Terkahir hal yang

sama ditanyakan kepada I5-6

“Wah saya sih ga ngitung berapa lamanya, saya juga baru dateng, baruambil nomer antrean, ini uda rame aja”

Pernyataan di atas, seperti hal nya penjelasan yang telah disampaikan oleh

informan I5-4 bahwa kondisi dan situasi jumlah pasien menjadi indikator penyebab

waktu lama atau tidaknya proses pelayanan administrasi.

Dari enam informan yang telah diwawancarai terkait waktu pelayanan

admnistrasi di RSUD Cilegon dapat disimpulkan bahwa kondisi dan situasi

banyaknya pasien yang melakukan proses pelayanan admnistrasi menjadi

penyebab lama atau tidaknya waktu pelayanan, dan faktor penyebab waktu

pelayanan lainnya adalah keterlambatan pembukaan loket. Peneliti kembali

mengajukan pertanyaan terkait apakah anda sering berobat disini? Dijawab oleh

I5-1

“Sering, kalo sakit saya berobatnya disini”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa Informan I5-1 sering berobat

di RSUD Kota Cilegon. Hal yang sama ditanyakan kepada I5-2

Page 151: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

134

“Ga juga, paling baru 2-3 kali.”

Berbeda dengan Informan I5-1, Informan I5-2 menyatakan hanya baru 2

sampai 3 kali berobat di RSUD Kota Cilegon. Hal yang sama pula ditanyakan

kepada I5-3

“Kalau sakit berobatnya ke sini soalnya dekat ke rumah.”

Dari pernyataan di atas, Informan I5-3 menyatakan sering berobat ke RSUD

Kota Cilegon dikarenakan dekat dengan rumahnya. Hal yang sama ditanyakan

kepada I5-4

“Ngga mba, mudah-mudahan ngga balik lagi kerumah sakit”

Dari pernyataan di atas, Informan I5-4 tidak sering berobat di RSUD Kota

Cilegon, dan mengharapkan yang terakhir untuk dirawat atau berobat di RSUD

Kota Cilegon. Hal yang sama ditanyakan kepada I5-5

“Nggak sering, siapa yg mau sering-sering dateng ke sini.”

Pernyataan Informan I5-5 tidak berbeda jauh dengan informan sebelumnya

yang menyatakan tidak sering berobat ke RSUD Kota Cilegon. Terakhir hal yang

sama ditanyakan kepada I5-6

“Bukan saya yang berobat, bapak saya check up hari ini, minggu laludirawat di sini.”

Dari pernyataan di atas, tidak dapat jawaban seberapa sering atau tidaknya

informan untuk berobat ke RSUD Kota Cilegon dikarenakan hanya sebatas

mengantar atau menemani orang tuanya yang sudah dirawat atau check up.

Dari keenam Informan yang telah diwawancarai tersebut, dapat ditarik

kesimpulan bahwa seberapa sering Informan berobat ke RSUD Kota Cilegon

Page 152: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

135

bervariasi jawabannya terdapat dua informan yang sering dan selebihnya tidak,

yang sering dikarenakan dekat dengan rumah, dan yang tidak sering karena

sifatnya yang tentatif tergantung kondisi kesehatannya. Peneliti kembali

menanyakan kepada Informan terkait mengapa Informan berobat di RSUD Kota

Cilegon ? dijawab oleh I5-1

“Karena saya udah percaya sih ya, dari dulu keluarga juga disini aja”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa kepercayaan akan

pelayanan kesehatan dari RSUD Kota Cilegon dan rekomendasi dari keluarga

mempengaruhi alasan informan untuk berobat di RSUD Kota Cilegon. Hal yang

sama ditanyakan kepada I5-2

“Rumah saya di Panggung Rawi, jadi deket”

Dari pernyataan di atas, alasan berobat di RSUD Kota Cilegon

dikarenakan lokasinya berdekatan dengan rumah informan. Hal yang sama

ditanyakan kepada I5-3

“Dekat rumah sih mba”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui alasan informan berobat di RSUD

Kota Cilegon sama hal nya dengan informan sebelumnya yakni, lokasi RSUD

berdekatan dengan rumah. Hal yang sama ditanyakan kepada I5-4

“Karena dapat rujukan dari puskesmas”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa ada suatu pasien dirujukan

atau rekomendasi dari Puskesmas tempat pasien dirawat sebelumnya dikarenakan

ada suatu hal yang tidak bisa ditangani oleh tim di Puskemas, pernyataan tersebut

Page 153: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

136

berbeda dengan tanggapan informan sebelumnya. Hal yang sama pula ditanyakan

kepada I5-5

“Soalnya deket sih dari rumah”

Dari parnyataan di atas, sama dengan pernyataan I5-2 dan I5-3 sebelumya

yakni mengenai lokasi RSUD yang berdekatan dengan rumah. Hal yang sama

ditanyakan kepada I5-6

“Udah dapet rujukan dari puskesmasnya gitu”Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa pasien berobat di RSUD

Kota Cilegon dikarenakan rujukan dari Puskemas hal ini sama percis dengan apa

yang di alami oleh informan I5-4.

Dari enam infroman yang telah diwawancara di atas, dapat disimpulkan

bahwa setidaknya ada dua alasan mengapa pasien beroba di RSUD Kota Cilegon,

yang pertama yakni karena lokasi yang berdeketan dengan rumah, dan kedua

karena rujukan dari Puskemas tempat pasien dirawat sebelumnya. Peneliti

kembali menanyakan terkait pelayanan di RSUD Kota Cilegon yakni bagaimana

pelayanan administrasi di RSUD Kota Cilegon ? dijawab oleh I5-1

“Bagus kok”

Dari pernyataan tersebut, informan menilai pelayanan administrasi di

RSUD Kota Cilegon sudah tergolong bagus. Hal yang sama ditanyakan kepada I5-

2

“Gatau, bukan saya yang ngurus. Tapi kayaknya sih cepet, soalnya sayacepet dapet kamarnya”

Dari pernyataan tersebut, Informan memberikan jawaban bahwa pelayanan

administrasi RSUD Kota Cilegon termasuk dalam kategori bagus, didasari salah

Page 154: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

137

satunya yakni cepat mendapatkan kamar untuk pasien. Hal yang sama

disampaikan kepada I5-3

“Ya biasa pelayanan admistrasi mah gitu gitu aja, siapin ktp, kartu bpjsterus ngantri”

Penjelasan di atas dari informan I5-3 tergolong tidak memberikan penilaian

dikarenakan hanya sebatas menjawab persyaratan-persyaratan yang harus

disiapkan. Hal yang sama ditanyakan kepada I5-4

“Biasa mba klo itu, klo udah punya KIB sih tinggal daftar mau ke poli apasesuai sama keluhanya, terus nanti diarain ke dokternya terus nunggupanggilan.”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa inforaman I5-4 menganggap

biasa pelayanan admnistrasi di RSUD Kota Cilegon, dan menjelaskan mengenai

penggunaan KIB yang sudah bisa langsung daftar. Hal yang sama ditanyakan

kepada I5-5:

“Kurang bagus sih, ya tadi itukan karna saya ngantri lama”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pelayanan administrasi di

RSUD Kota Cilegon dinilai kurang bagus oleh informan dengan alasana daftar

tunggu yang banyak dan waktu antri yang lama. Hal yang sama ditanyakan

kepada I5-6:

“Ribet sih, uda ada surat check up tapi masih tetep ambil nomerpendaftaran juga”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pelayanan administrasi di

RSUD Kota Cilegon dinilai sulit dengan alasana sudah ada surat check up tetapi

harus tetap mengambil nomor antrian.

Page 155: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

138

Dari keenam informan yang telah diwawancara, dapat disimpulkan

bahwasannya penilaian tentang pelayanan administrasi di RSUD Kota Cilegon

cukup bervariatif, dengan terdapat alasan yang beragam. Penilaian bagus,

dikarenakan mendapatkan fasilitas yang cepat dan menilai tidak bagus

dikarenakan daftar tunggu antrian yang lama. Peneliti menanyakan tentang apakah

sarana dan prasarana di RSUD Kota Cilegon memadai, dijawab oleh I5-1

“Lengkaplah buat saya mah”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana RSUD

Cilegon termasuk dalam kategori lengkap untuk ukuran pribadi informan, hal

yang sama ditanyakan kepada I5-2

“Cukup kalo buat saya”

Penjelasan dari informan di atas, menilai sarana dan prasarana di RSUD

Kota Cilegon cukup memadai. Hal yang sama ditanyakan kepada I5-3

“Cukup, lumayanlah”

Sama dengan pernyataan informan sebelumnya, sarana dan prasarana di

RSUD Kota Cilegon dinilai cukup memadai. Hal yang sama ditanyakan kepada I5-

4 seperti berikut:

“Kurang sih kalo kata saya, soalnya saya ini padahal uda dateng pagi tapiga dapet tempat duduk buat nunggu panggilan nomer.”

Dari penjelasan di atas, berbeda dengan pernyataan sebelumnya bahwa

sarana dan prasarana di RSUD Kota Cilegon dinilai kurang memadai, dengan

alasan kursi duduk tempat menunggu antrian di ruang pelayanan administrasi

tidak mencukupi. Hal yang sama ditanyakan kepada I5-5

Page 156: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

139

“Kurang, alat lab nya kurang, saya masih harus ke luar, ke biomed untukperiksa sisanya, karna alatnya ga ada disini”

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana di

RSUD Kota Cilegon dinilai kurang memadai dengan alasan peralatan kesehatan di

laboratorium tidak lengkap atau kurang, sehingga pasien harus ke laboratorium di

luar RSUD Kota Cilegon.

Dari enam hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa sarana dan

prasarana di RSUD Kota Cilegon memiliki jawaban yang variatif dengan empat

informan menyatakan cukup memadai namun dua informan menyatakan kurang

memadai dengan alasan sarana penunjang pelayanan kurang dan peralatan

kesehatan di Laboratorium kurang. Peneliti kembali menanyakan tentang

bagaiman kondisi sarana dan prasarana di RSUD Kota Cilegon, dijawab oleh I5-1:

“Bagus, bersih, rapilah”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa kondisi sarana dan

prasarana di RSUD Kota Cilegon dinyatakan atau dinilai bagus, bersih, dan rapih

oleh informan. Hal yang sama ditanyakan kepada I5-2

“Ya namanya lagi sakit ya sebenernya ga terlalu peduliin itu sih, ygpenting saya cepet sembuh aja.”

Dari pernyataan di atas, informan menyatakan sebenarnya tidak terlalu

memperhatikan terkait kondisi sarana dan prasarana di RSUD Kota Cilegon, hal

yang sama kembali ditanyakan kepada I5-3

“Sepertinya alat-alatnya udah lama sih, tapi masih layak pakai”

Page 157: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

140

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa penilaian terhadap kondisi

sarana dan prasarana masih tergolong layak pakai. Hal yang sama pula ditanyakan

kepada I5-4

“bagus mba, ruang tunggunya aja baru”

Dari pernyataan di atas informan menyatakan bahwa sarana yakni ruang

tunggu di RSUD Kota Cilegon dinilai bagus karena kondisi ruangannya masih

baru. Hal yang sama ditanyakan kepada I5-5

“Bagus sih soalnya masih baru, tapi masih ga cukup”

Dari penyataan di atas dapat diketahui bahwa kondisi sarana dan prasarana

dinilai masih bagus walaupun terdapat prasarana seperti kursi yang masih kurang.

Terakhir peneliti tanyakan hal yang sama kepada I5-6

“Lumayan kalo di Kelas I mah, tapi gatau ya kalo di kelas lain”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang

diamati oleh informan khususnya di Kelas I dinilai bagus.

Dari hasil wawancara dengan enam informan di atas dapat disimpulkan

mengenai kondisi sarana dan prasaran di RSUD Kota Cilegon tergolong baik hal

ini diperkuat dari ruang pelayanan yang masih baru dan nyaman. Peneliti kembali

menanyakan tentang bagaimana tindakan tenaga medis ? dijawab oleh I5-1

“Baik – baik dokternya, susternya juga”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa tindakan tenaga medis baik

yang dilakukan oleh dokter maupun perawat dinilai baik oleh informan. Hal yang

sama ditanayakan kepada I5-2

“Bagus, di tambah lagi dokternya cantik”

Page 158: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

141

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa tindakan tenaga medis di

RSUD Kota Cilegon dinilai baik oleh informan, hal serupa peneliti tanyakan

kepada I5-3

“Saya berobat disini tindakannya tepat”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa tindakan tenaga medis di

RSUD Kota Cilegon dinilai baik dan tepat dalam menangani pasien oleh

informan, hal serupa peneliti tanyakan kepada I5-4

“Bagus, cepat, tindakanya sesuai sama penyakit mba”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa tindakan tenaga medis di

RSUD Kota Cilegon dinilai bagus dan cepat dan dirasa sesuai dengan keluhan

yang dirasakan oleh pasien. Hal yang sama ditanayakan kepada I5-5

“Gak tau, saya kan baru daftar ini, belum ketemu juga sama dokternya.”

Berbeda dengan pernyataan informan sebelum-sebelumnya, pernyataan

informan I5-5 menyatakan ketidak tahuan nya terhadap kinerja tenaga medis di

RSUD Kota Cilegon dikarenakan baru sebatas daftar untuk berobat sehingga

belum dapat menilai tentang tenaga medis tersebut. Hal yang sama ditanyakan

kepada I5-6

“Tindakannya sih bagus, Cuma kadang malem perawatnya suka berisik,ngobrol2 gitu”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa tindakan tenaga medis di

RSUD Kota Cilegon dinilai bagus oleh informan, walaupun terdapat catatan

bahwa perawat yang bekerja pada shift malam dinilai berisik karena berdiskusi

atau ngobrol.

Page 159: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

142

Dari keenam pernyataan yang telah dinyatakan oleh informan di atas dapat

disimpulkan bahwa tindakan tenaga medis baik dokter maupun perawat yang

berada di RSUD Kota Cilegon dinilai bagus oleh Informan. Selanjutnya peneliti

menanyakan tentang respon yakni apakah dokter mananyakan keluhan pasien ?

dijawab oleh I5-1

“Iya, pertama kali saya ketemu pasti ditanya dulu sakitnya yg mana aja”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa dokter di RSUD Kota

Cilegon menanyakan kepada pasien atau informan mengenai keluhan atau sakit

dibagian tubuh mana saja. Hal yang sama peneliti tanyakan kepada I5-2

“Iya, ditanya sambil diperiksa juga sih”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui seperti pernyataan informan

sebelumnya bahwa dokter di RSUD Kota Cilegon menanyakan kepada pasien

atau informan mengenai keluhan atau sakit dibagian tubuh mana saja. Hal yang

sama peneliti tanyakan kepada I5-3

“Iya mba, klo ngga nanya tau saya sakit dari mana, kan dokter nanyadulu keluhanya baru ngasih tindakan”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa dokter di RSUD Kota

Cilegon menanyakan kepada pasien atau informan mengenai keluhan atau sakit

dibagian tubuh mana saja. Hal yang sama peneliti tanyakan kepada I5-4

“Iya mba nanya dulu sakitnya apa, sakitnya dibagian apa gitu-gitu”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa dokter di RSUD Kota

Cilegon menanyakan kepada pasien atau informan mengenai keluhan atau sakit

dibagian tubuh mana saja. Hal yang sama peneliti tanyakan kepada I5-5

Page 160: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

143

“Saya kurang tau sih tentang hal itu”

Dari pernyataan di atas dapat berbeda dengan pernyataan informan

sebelumnya bahwa informan I5-5 tidak mengetahui dikarenakan belum bertemu

dengan dokter. Hal yang sama peneliti tanyakan kepada I5-6

“Ya iyalah, masa dokter main periksa2 aja kan ga mungkin”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa dokter di RSUD Kota

Cilegon menanyakan kepada pasien atau informan mengenai keluhan atau sakit

dibagian tubuh mana saja.

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dokter

di RSUD Kota Cilegon dalam memeriksa pasien selalu menanyakan keluhan atau

di bagian tubuh mana yang dirasa sakit. Peneliti kembali mengajukan pertanyaan

kepada informan terkait bagaimana keterbukaan informasi dan pelayanan di

RSUD Kota Cilegon ? dijawab oleh I5-1

“Terbuka ya karna kalo ada apa2 mereka ngomong langsung gitu kepasien / keluarga pasien”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa informasi yang

disampaikan atau diumumkan di RSUD Kota Cilegon dinilai terbuka dan

responsive dengan dinyatakan bahwa jika terdapat sesuatu hal pihak RSUD

langsung memberikan informasi kepada pasien atau keluarga pasien. Hal yang

sama ditanyakan kepada I5-2

“Kalo kata saya sih ya bagus – bagus aja”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa Informan menilai

keterbukaan informasi dan pelayanan di RSUD Kota Cilegon dinilai bagus. Hal

yang sama ditanyakan kepada I5-3

Page 161: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

144

“Bagus, tuh seperti pengumuman dokter yang lagi berhalangan hadir diinfokan di tempel ditembok”Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa Informan menilai

keterbukaan informasi dan pelayanan di RSUD Kota Cilegon dinilai bagus dengan

alasan pengumuman yang terkait dengan pelayanan diberitahukan di selebaran

yang ditempelkan di dinding. Hal serupa ditanyakan kepada I5-4

“Baik, tadi saya nanya terus dikasih tau harga kelas-kelas kamar klo maudirawat inap disini untuk pasien non bpjs”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa Informan menilai

keterbukaan informasi dan pelayanan di RSUD Kota Cilegon dinilai bagus dengan

alasan informasi yang disampaikan jelas mengenai tarif atau biaya yang

dikenakan kepada pasien. Hal yang sama ditanyakan kepada I5-5

“Ga tau”

Dari pernyataan di atas, informan I5-5 tidak mengetahui bagaimana

keterbukaan informasi dan pelayanan di RSUD Kota Cilegon. Hal yang sama

ditanyakan kembali kepada I5-6

“Bagus, soalnya disini ada alat lab yg gada, dikasih tau langsung kebiomed”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa Informan menilai

keterbukaan informasi dan pelayanan di RSUD Kota Cilegon dinilai bagus,

dikarenakan jika ada kendala seperti rujukan ke lab di luar RSUD diberi

informasi.

Dari pernyataan yang telah disampaikan oleh keenam informan tersebut

dapat diambil kesimpulan bahwa keterbukaan informasi dan pelayanan di RSUD

Kota Cilegon dapat dinilai dalam kategori baik atau bagus dengan beberapa alasan

Page 162: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

145

diantaranya informasi harian yang disampaikan, pertanyaan-pertanyaan pasien

yang dijawab sampai kendala-kendala yang diinformasikan kepada pasien atau

keluarga pasien. Pertanyaan terakhir peneliti tanyakan mengenai apakah obat yang

berada di RSUD Kota Cilegon ini sudah lengkap ? dijawab oleh I5-1

“Sejauh ini kalo saya berobat disini, obat yg saya terima ada terus”Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa ketersediaan obat di RSUD

Kota Cilegon dinilai sudah lengkap dan mencukupi. Hal yang sama ditanyakan

kepada I5-2

“Iya lengkap”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa ketersediaan obat di RSUD

Kota Cilegon dinilai sudah lengkap, pernyataan ini sama dengan pernyataan yang

disampaikan oleh informan sebelumya. Hal yang sama ditanyakan kepada I5-3

“Selama ini sih lengkap, obat yang dibutuhkan buat saya ada terus”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa ketersediaan obat di RSUD

Kota Cilegon dinilai sudah lengkap, dengan alasan obat yang dibutuhkan selalu

tersedia. Hal yang sama pula ditanyakan kepada I5-4

“Cukup lengkap lah mba, masa rumah sakit ngga lengkap”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa ketersediaan obat di RSUD

Kota Cilegon dinilai sudah lengkap. Hal yang serupa kembali ditanyakan kepada

I5-5

“Ga tau”

Dari pernyataan tersebut di atas, informan I5-5 tidak mengetaui ketersedian

obat di RSUD Kota Cilegon lengkap atau tidak dikarenakan belum menerima

Page 163: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

146

melakukan cek kesehatan sehingga belum menerima obat. Hal yang sama

ditanyakan kepada I5-6

“Lengkap sih, tapi kadang kalo stoknya kosong kita harus nebus di luar”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa ketersediaan obat di RSUD

Kota Cilegon dinilai sudah lengkap walaupun jika tidak ada pasien harus menebus

obat di apotik luar.

Dari enam informan yang telah diwawancara dan dengan pernyataannya

dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Obat yang tersedia di RSUD Kota Cilegon

lengkap dengan pernyataan informan yang sama.

4.3 Pembahasan

Langkah selanjutnya dalam proses analisis data adalah melakukan

kegiatan interpretasi hasil penelitian, yaitu menggabungkan temuan hasil

penelitian di lapangan dengan dasar operasional yang telah ditetapkan sejak awal.

Pembahasan merupakan inti dari hasil analisis data dan fakta yang peneliti

dapatkan di lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan.

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teori POAC (Planning, Organizing,

Actuating, dan Controling) dari G.R Terry. Di mana teori tersebut digunakan

sebagai alat untuk menganalisis dan menilai sejauh mana pengelolaan RSUD Kota

Cilegon, bagaimana perbaikan manajemen pengelolaannya, apakah terdapat

peningkatan pelayanan dan memenuhi ketersediaan fasilitas kesehatan di RSUD

tersebut.

Manajemen pengelolaan suatu organisasi terlebih organisasi tersebut

merupakan badan publik yang menyangkut hajat hidup orang banyak merupakan

Page 164: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

147

suatu keharusan yang harus dijalankan dengan baik dan profesional. Karena

pengelolaan yang dilakukan secara baik dan profesional akan menghasilkan atau

output yang baik juga, dan hasil luaran atau outcome pun akan selaras yakni

menghasilkan produk yang baik yang amat sangat dirasakan oleh pasien / publik

dalam hal ini masyarakat.

Cilegon yang merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang

merupakan termasuk jenis kota industri tentu menjadikan Kota Cilegon sebagai

penggerak roda perekonomian baik lokal maupun nasional, tingkat heterogen

masyarakat, kultur, dan sosial ekonomi tentu merupakan ciri khas dari suatu kota

industri. Dari keragaman itu tentu dibutuhkannya suatu fasilitas layanan untuk

msyarakatnya, baik itu fasilitas layanan pendidikan, kesehatan, olah raga, sentra

ekonomi, dan lain sebagainya. Dan tentunya fasilitas pelayanan publik itu

disediakan oleh Pemerintah Daerah sekitar.

Dalam hal ini jenis pelayanan yang disediakan oleh Pemda Kota Cilegon

dan diteliti oleh peneliti adalah layanan kesehatan yang berupa RSUD Kota

Cilegon, Rumah Sakit yang tergolong dalam tipe B ini melayani segenap

Masyarakat yang berada di Kota Industri tersebut.

Oleh karena diperlukannya suatu penelitian terhadap penilaian RSUD Kota

Cilegon tersebut, di mana Penilaian terhadap kegiatan rumah sakit adalah hal yang

sangat diperlukan dan sangat diutamakan. Kegiatan penilaian kinerja organisasi

atau instansi seperti rumah sakit, mempunyai banyak manfaat terutama bagi

pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap rumah sakit tersebut. Bagi

pemilik rumah sakit, hasil penilaian kegiatan rumah sakit ini dapat memberikan

Page 165: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

148

informasi tentang kinerja manajemen atau pengelola yang telah diberikan

kepercayaan untuk mengelola sumber daya rumah sakit. Bagi masyarakat, semua

hasil penilaian kinerja rumah sakit dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan

pertimbangan kepada siapa (rumah sakit) mereka akan mempercayakan perawatan

kesehatannya.

1. Perencanaan / Planning

Berkaitan dengan perencanaan terhadap penelitian rumah sakit di Cilegon,

menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan

yang digariskan, planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan,

karena termasuk pemilihan alternatif-alternatif keputusan.

Pembahasan mengenai perencaaan ini ada beberapa hal yang menjadi

bahan penelitian yakni mekanisme perencanaan di RSUD Kota Cilegon,

hal apa saja yang sudah masuk dalam program perencaaan, agenda

perencanaan yang belum terealisasi, sumber pembiayaan untuk

menjalankan rencana tersebut dan bagaimana anggaran harus dapat

terserap secara efektif dan efisien.

Pertama, mekanisme perencanaan yang dilakukan di RSUD Kota Cilegon

yakni melalui mekanisme bottom up atau poin-poin perencanaan

bersumber dari usulan bawahan atau unit-unit instalasi (smr) yang

kemudian mereka membuat suatu laporan kebutuhan yang diserahkan

kepada bidang perencanaan, atau seperti yang telah dilakukan yakni

Bidang Perencanaan mengumpulkan semua PPTK untuk membuat suatu

rencana kebutuhan baik yang bersifat rutin ataupun waktu tertentu

Page 166: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

149

dikarenakan kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi subjek yang lebih

mengetahui yaitu staff pelaksana atau staff dalam jajaran teknis bawahan.

Dengan mekanise seperti itu diharapkan semua kebutuhan di RSUD Kota

Cilegon dapat diinventarisasi dan diketahui oleh pimpinan dalam hal ini

jajaran Direktur dan Wakil Direktur.

Kedua yaitu perencanaan yang belum terealisasi yakni pembangunan

tampak muka, dikarenakan pihak Manajemen (PPTK) belum mendapatkan

pihak pelaksana pembangunan tersebut (kontraktor). Dan dari semua

perencanaan tersebut, anggaran didapatkan dari APBD, APBN, dan

Swakelola RSUD Kota Cilegon untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

yang diperlukan baik yang bersifat rutin maupun tertentu, baik untuk hal

pelayanan maupun peningkatan fasilitas sarana dan prasarana. Dan

terakhir anggaran tersebut akan optimal secara efektif dan efisien apabila

penggunaannya disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat atau

ditetapkan.

2. Pengorganisasian / Organizing

Berkaitan tentang pengorganisasian di RSUD Kota Cilegon yang berfungsi

untuk mengatur seluruh unit dan komponen yang ada sehingga

pelaksanaan dapat berjalan dan berhasil guna. Dalam hal ini ada beberapa

temuan hasil dari penelitian ini yang pembahasannya meliputi banyak hal,

yakni diantaranya sistem pembagian kerja, peraturan, pengelompokan,

penetapan kerja, dan lain-lain.

Page 167: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

150

Pertama adalah sistem pembagian kerja yang meliputi waktu atau jam

kerja yaitu dibedakan antara dua bidang kerja, jika satuan manajemen

bekerja dalam jadwal hari senin sampai dengan sabtu mulai pukul 07.30

WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB, dan sabtu hanya dibatasi sampai

jam 12.00 WIB, sedangkan untuk satuan tenaga medis dibagi kedalam tiga

shift mulai shift 1 (pukul 07.00 s/d 14.00 WIB) shift 2 (pukul 14.00 s/d

21.00 WIB), dan shift 3 (pukul 21.00 s/d 07.00 WIB). Jadwal tersebut

telah diatur didalam Peraturan Walikota dan Peraturan internal RSUD

Kota Cilegon.

Kedua mengenai aturan khusus, memang kategori sumber daya manusia di

RSUD Kota Cilegon dibedakan dalam tiga jenis, pertama yang berstatus

PNS aturannya langsung berasal dari pusat, jika melihat peraturan tata

tertibnya yakni di PP Nomor 53 tahun 2010, untuk status BLUD yakni

aturannya termuat di dalam peraturan internal RSUD Kota Cilegon dan

untuk yang berstatus TKK peraturannya berasal dari Pemerintah Kota

Cilegon, dalam hal ini Perwal. Aturan-aturan tersebut pada dasarnya

mengatur tentang tata tertib, perjanjian kerja, jadwal kerja, tidak

menyalahgunakan wewenang dan bertanggung jawab atas apa yang

dikerjakan termasuk fasilitas seperti peralatan medis, dan lainnya.

Ketiga, mengenai pengelompokan dan penetapan kerja di RSUD Kota

Cilegon disesuaikan dengan latar belakang pendidikannya, seperti Dokter,

Bidan, Perawat, Apoteker, dan lain-lain. Proses penempatan kerjanya

sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelemnya yang terkait dalam

Page 168: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

151

peraturan masing-masing status pegawai seperti PNS ditetapkan oleh pusat

melalui BKD Kota Cilegon, BLUD melalui Pimpinan RSUD dalam hal

teknisnya melalui Kasubag Kepegawaian, dan TKK berasal dari Pemda.

Kendala yang ditemukan dalam hal ini yakni ada penempatan tugas dan

fungsi yang tidak sesuai seperti Bidan yang seharusnya ditugaskan terkait

Ibu dan Anak namun disini ditugaskan dalam bagian poliumum dan

administrasi.

Keempat, yakni terkait kekurangan pegawai, RSUD Kota Cilegon dalam

penelitian ini dinilai masih kekurangan untuk tenaga medisnya seperti

Dokter Spesialis, suster, apoteker, dan sebagian tenaga pendukung

administrasi. Adapun cara mengatasi kekurangan tersebut dengan cara

melakukan rekruitment oleh RSUD, mengajukan permohonan kepada

BKD, dan membuka atau mengusulkan formasi kepegawaian PNS.

Kelima, yakni unsur-unsur yang dibutuhkan untuk pelayanan RSUD Kota

Cilegon, informan menganggap bahwa anggaran, sumber daya manusia,

dan fasilitas sarana prasarana seperti peralatan medis, menjadi faktor

penunjang untuk pelayanan yang optimal.

3. Pelaksanaan / Actuating

Berkaitan dengan pelaksanaan (Actuating) yang merupakan kegiatan yang

dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan

yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-

tujuan dapat tercapai. Pelaksanaan ini berandil besar dalam suksesnya

suatu operasional kegiatan dalam hal ini pelayanan di RSUD Kota

Page 169: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

152

Cilegon, dalam penelitian ini pembahasan yang dipaparkan terkait

pelaksanaan meliputi beberapa hal diantaranya penanggungjawab dalam

pemberian wewenang atau mengarahkan kinerja, bentuk pengarahan yang

dilakukan, jenis seperti apa dan apakah ada suatu motivasi untuk

mendorong dalam pencapaian tujuan.

Pertama, yang berwenang dalam mengarahkan tujuan yakni Direktur

RSUD Kota Cilegon sebagai penanggung jawab atau pimpinan tertinggi

salam struktur organisasi Rumah Sakit, dan Kepala Unit sebagai pimpinan

cabang dari tiap-tiap unit layanan yang berada di Rumah Sakit.

Kedua, yakni bentuk pengarahan yang disampaikan oleh pimpinan untuk

meningkatkan pelayanan bagi pasien disampaikan melalui apel pagi atau

briefing, apel pagi dilaksanakan setiap hari dan briefing dilaksanakan

sekurang-kurangnya seminggu sekali, dimana forum briefing merupakan

salah satu kegiatan untuk menyelesaikan masalah (Problem Solving) yang

dianggap perlu ada suatu tindakan penyelesaian.

Ketiga, adalah perintah kerja yang ditunjukan kepada orang atau bagian

dalam bentuk tulisan maupun lisan yang selama ini dikerjakan, seperti

halnya dalam bentuk tulisan berupa diterbitkannya Surat Perintah (SP) dan

Memo.

Terakhir yakni motivasi yang diberikan pimpinan terhadap pegawai adalah

berupa Bonus (Reward) dan insentif tambahan, hal ini merupakan

dorongan kepada pegawai agar meningkatkan kinerja dan pelayanan

kepada pasien atau masyarakat umum.

Page 170: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

153

4. Pengawasan / Controlling

Pengawasan atau Pengendalian merupakan pengukuran dan perbaikan

terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah

dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan dapat terselenggara.

Pengawasan menyumbang suatu faktor agar tujuan organisasi dapat

terwujud atau terkendali dan meminimalisir timbulnya penyimpangan

terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Dari faktor pengawasan ini ada

beberapa hal yang perlu dijelaskan diantaranya.

Pertama, fungsi pengawasan SPI/Inspektorat di RSUD Kota Cilegon

meliputi pengawasan pelayanan dan audit keuangan, dan juga

mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan. Prosedur yang dilakukan

sesuai dengan program kerja tahunan yang dibuat, dengan cara membuat

Surat Tugas yang ditujukan kepada staff pengawas untuk langsung

melakuan pengawasan, adapun teknisnya seperti : (Inspeksi, Pengumpulan

data, tanya jawab, konfirmasi pihak terkait, uji lapangan, dan membuat

kesimpulan).

Kedua, alur hubungan antara SPI dan RSUD yaitu melalui dewan

pengawas yang terdiri dari unsur pimpinan RSUD Kota Cilegon, dan alur

hubungan SPI dan Inspektorat hanya sebatas koordinasi dalam hal

pengawasan yang telah dilakukan. Waktu pengawasan tidak dapat

ditentukan atau bersifat tentatif dan bagaimana permintaan Direktur

sewaktu-waktu.

Page 171: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

154

Ketiga, dari hasil pengawasan dan pengendalian tersebut, SPI hanya

sebatas mengetahui apabila terjadi temuan-temuan di lapangan, seperti

kekurangan pegawai dan lain sebagainya, dan hanya sebatas membuat

kesimpulan yang kemudian disampaikan kepada pimpinan.

Keempat, jenis-jenis pelayanan yang telah dilakukan diantaranya waktu

pelayanan tidak tentu batasan penyelesaiannya dikarenakan mengikuti

situasi dan kondisi dari banyaknya pasien, jika semakin banyak maka

waktu pelayanan (waktu tunggu) semakin lama, jika tidak maka akan

cepat. Alasan untuk berobat di RSUD Kota Cilegon dikarenakan beberapa

alasan, diantaranya karena jarak yang dekat, rekomendasi keluarga, dan

rujukan dari puskesmas.

Kelima, Penilaian pelayanan RSUD Kota Cilegon, empat informan

menilai bagus. Akan tetapi dua informan menilai kurang bagus dengan

alasan antrian lama, dan merasa ribet karena harus mengambil nomor

antrian walaupun sudah melakukan check up. Penilaian terhadap sarana

dan prasarana pun sama yakni empat informan menilai cukup bagus, tetapi

dua informan menilai kurang karena tempat duduk yang belum mencukupi

dan fasilitas peralatan di laboratorium yang kurang. Selebihnya penilaian

terhadap kondisi sarana dan prasarana, tindakan tenaga medis, informasi

yang disampaikan RSUD Kota Cilegon kepada pasien, dan ketersediaan

obat dinilai bagus.

Tabel 4.1

Hasil Penelitian

Page 172: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

155

No. Indikator Hasil Temuan Lapangan Kendala1. Planning 1. Pembangunan

Tampak Muka Depanbelum terealisasikan

1. Belum didapatkan pihakketiga yang mampumengerjakan projecttersebut

2. Kurangnya anggaran3. Lemahnya faktor-faktor

pendukung sebelumusulan perumusanperencaanaan seperti tidakdilakukan kajianmengenai bagaimanatujuan perencanaantersebut, manfaatperencanaan tersebut,ketidaksiapan anggaran,dll

2. Organizing 1. Kurang tenaga medisdi bidang dokterspesialis

2. Penempatan pegawaiyang tidak sesuaidengan latar belakangpendidikan dankeahlian

1. Manajemen pengelolaanSDM yang kurangoptimal

2. Perekrutan pegawai yangtidak didasari darikebutuhan RS

3. Actuating 1. Pengarahan dari liniatas ke bawahdilakukan denganlisan dan tertulis, sertasering dilakukannyameeting setelah apelpagi sebelummelaksanakankegiatan

2. Pengarahan diberikandari tiap-tiap kepalaunit kepada stafnyakembali setelahkepala-kepala unittersebut mengadakan

-

Page 173: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

156

meeting denganDirektur atau Wadirsebagai pimpinantertinggi

3. Reward diberikansesuai dengan hasilkinerja masing-masing pegawai

4. Punishment dilakukandengan verbal dannon verbal, dilakukanjika terdapat pegawaiyang melanggaraturan yang telahdisepakati bersama

4. Controlling 1. Koordinasi yangdilakukan RS denganpihak-pihak terkaitseperti BKD danInspektorat sudahcukup bagus. Akantetapi tidak denganSPI sebagai auditorinternal dalam RS

2. Pelayanan RSUDKota Cilegon berjalanlambat

3. Sarana dan Prasaranakurang memadai

1. Koordinasi dengan SPIkurang baik

2. Antrian yang lama, waktutunggu yang tidak pasti,kurangnya tenaga medis

3. Sarana prasarana kuranglayak bagi penyandangcacat dan anak-anak, alatlaboratorium kurang

(Sumber: Peneliti, 2017)

Page 174: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

156

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan, maka

penyimpulan akhir tentang Manajemen Pengelolaan RSUD Kota Cilegon sudah

berjalan dengan baik walaupun masih terdapat indikator yang harus diperbaiki

atau dioptimalkan.

Dari hasil pembahasan, manajemen pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Cilegon sudah berjalan dengan optimal, hal ini dapat dilihat dari beberapa

perencanaan yang telah terlaksana seperti adanya peningkatan pelayanan

kesehatan, perbaikan kesehatan masyarakat serta beberapa penambahan alat

kesehatan. Namun demikian, masih ditemukan kendala dalam perencanaan

pembuatan tampak muka depan rumah sakit yang sudah tertunda hingga 3 tahun

lamanya. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan di RSUD Kota Cilegon masih

belum optimal karena masih ada perencanaan yang belum terealisasikan. Dalam

pengorganisasian di RSUD Kota Cilegon sudah berjalan dengan baik, hal ini

dapat dilihat dari cukup banyaknya jumlah pegawai yang terdapat di RSUD Kota

Cilegon, Akan tetapi, perekrutan pegawai yang terjadi belum disesuaikan

berdasarkan kebutuhan yang seharusnya sehingga dengan banyaknya jumlah

pegawai tersebut mengakibatkan ketidaksesuaian penempatan pegawai dengan

latar belakang pendidikan masing-masing pegawai. Sedangkan dalam

pengaarahan, tidak ditemukan masalah atau kendala yang berarti, hal ini dapat

Page 175: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

158

dilihat dari pernyataan beberapa informan yang mengaku pengarahan, reward

maupun punishment (SP) sudah sesuai dengan peraturan yang ada.

Koordinasi yang terjadi antara pihak manajemen RSUD Kota Cilegon dengan

Dinas maupun Badan terkait sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari adanya

koordinasi antara BKD yang telah menerima usulan pengajuan penambahan

pegawai khususnya tenaga medis yang berstatus PNS di RSUD, serta Inspektorat

yang telah mengetahui adanya perencanaan pembuatan tampak muka depan yang

belum terealisasikan dan beberapa pengawasan mengenai sarana prasarana serta

pengauditan laporan keuangan serta kinerja pelayanan Rumah Sakit tersebut.

Namun demikian, masih ditemukan kurangnya koordinasi antara SPI dengan

pihak manajemen RS dalam keterbukaan informasi mengenai proses perencanaan

tersebut, walaupun hal-hal yang berkaitan langsung dengan pihak RS seperti

mengaudit keuangan dan memberikan saran mengenai sarana prasarana kepada

RS telah terlaksana dengan cukup optimal.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian diatas maka

peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan masukan bagi pihak-

pihak yang terlibat dalam manajemen pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Cilegon, seperti berikut ini :

1. Dalam segi perumusan perencanaan tampak muka depan RSUD Kota

Cilegon hendaknya merencanakan dengan seksama. Hal ini dapat dilihat

dari aspek kebutuhan (prioritas utama), perencanaan tentang jumlah

anggaran, tujuan dibangunnya tampak muka depan (input, output dan

Page 176: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

158

outcomenya) untuk pihak Rumah Sakit maupun masyarakat sekitar.

Melakukan kembali kajian tentang usulan perumusan perencanaan tampak

muka depan RSUD Cilegon agar ke depannya tidak lagi terjadi

perencanaan yang gagal dikarenakan kekurangan anggaran, tidak

ditemukan pihak ketiga, ketidaksiapan tim project, dsb. Meninjau ulang

perencanaan yang menjadi prioritas utama dalam 3-5 tahun ke depan serta

menyiapkan berbagai hal pendukung lainnya dalam pelaksanaan

perencanaan tersebut agar tidak menjadi sia-sia.

2. Menambah tenaga medis terutama untuk dokter spesialis dan beberapa

tenaga medis dengan berkoordinasi melalui BKD Kota Cilegon atau pihak

RSUD Cilegon juga bisa melakukan perekrutan pegawai sendiri mengenai

tenaga medis yang memang dibutuhkan untuk RSUD Cilegon yang sesuai

dengan kebutuhan dan keahliannya agar pelaksanaan pelayanan

masyarakat tidak terhambat hanya karena kekurangan tenaga medis.

3. Pihak RSUD Cilegon seharusnya menempatkan kesesuaian penempatan

pegawai yang sesuai dengan latar belakang sehingga tidak menimbulkan

gap/kesenjangan dalam kemampuan dan keahlian pegawai tersebut. Juga

perekrutan yang diadakan harusnya berdasarkan kebutuhan pihak RSUD

Cilegon agar tidak terjadi lagi ketidaksesuaian penempatan kerja dengan

latar belakang dan keahlian pegawai yang bersangkutan.

4. Pihak RSUD Cilegon dengan SPI harus melakukan koordinasi dan

kerjasama yang baik agar pengawasan di RSUD Cilegon dapat berjalan

optimal serta dapat melakukan perbaikan atas saran dan masukan dari SPI

Page 177: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

158

kepada pihak RSUD Cilegon. Pihak RSUD Cilegon dapat memulainya

dengan keterbukaan informasi tentang RSUD Cilegon mulai dari

manajemen hingga keuangan, serta melibatkan SPI dengan usulan

perumusan perencanaan yang akan dilakukan di kemudian hari agar SPI

dapat memberi masukan dan saran demi peningkatan mutu RSUD

Cilegon.

5. Agar pelayanan tidak berjalan lambat, pihak RSUD Cilegon dapat

memanfaatkan teknologi sebagai bagian dari pelayanan agar

mempermudah proses pelayanan, mengelola manajemen SDM agar

terciptanya SDM yang profesional dengan memberikan pelatihan dan

pendidikan, memberikan sanksi tegas terhadap pegawai yang tidak taat

pada SOP yang berlaku, serta perbaikan SOP (waktu tunggu pelayanan)

yang diperjelas kembali untuk memberikan informasi kepada masyarakat

agar pelayanan yang diterima oleh masyarakat dapat berjalan dengan

optimal dan meningkatkan tingkat kepuasan pelayanan masyarakat sebagai

pengguna utama RSUD Cilegon.

6. Menambah sarana dan prasarana yang ramah untuk lansia dan penyandang

cacat agar mempermudah mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

dengan didukung oleh fasilitas yang memadai, serta menambah jumlah

alat laboratorium dan alat kesehatan lainnya demi menunjang pelayanan

kesehatan masyarakat agar lebih efektif dan efisien.

Page 178: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

DAFTAR PUSTAKA

BukuAmirullah dan Budiyono, Haris. 2004. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha

IlmuArikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka CiptaGarna, K. Judistira. 2009. Metoda Penelitian Kualitatif. Bandung: The Judistira

Garna Foundation dan Primako AkademikaHandoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta: BPFEHasibuan, H. Malayu S.P 2011. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah.

Jakarta: Bumi Aksara____________________. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Bumi AksaraIrawan, Prasetya. 2006. Metodelogi Penelitian Administrasi. Jakarta: Universitas

TerbukaMoleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

RosdakaryaSiagian, Prof. DR. Sondang. 2007. Fungsi-fungsi Manajerial. Jakarta: PT Bumi

AksaraSugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: AlfabetaTerry, Goerge. R. 2008. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta: PT. Bumi AksaraKamus Besar Bahasa Indonesia

Artikel lainhttp://ado1esen.blogspot.com/2014/02/menurut-para-ahli.html di akses padatanggal 09 Mei 2015 pukul 13.15 WIBhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan di akses pada tanggal 09 Mei 2015 pukul13.58 WIBmobile.repository.ipb.ac.id/handle/123456789/56162#sthashTTfV3y96.dpbs diakses pada tanggal 10 Mei 2015 pukul 15.10 WIB

Dokumen lainUU RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah SakitPERMENKES RI Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi RumahSakit di IndonesiaKepmenkes RI No. 129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar PelayananMinimal Rumah Sakit

Page 179: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

(

SURAT PERNYATAAN WAWANCARA

a

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : H rnt0clnj

Pekerjaan ,frJ9 - -

rabatan : IrAc|gtr6 tzC?GdftNAtA xt

No. rerp/Hp , oBt3tT %6qoAlarnat ltNu. Se fi sja *r.Or* I A t :PeL'tu4aaJAlA

l1@,. Ao^4b*rt 6f' - o,tL@n)

Menerangkan bahwa :

Nama :Devy Sulihati

NIM :6661110847

Progratn $t'udi : Adminishmi lr@m; , , '

Fakultas : Ilmu Sosial <lan Politik - UNTIRTA

Telah melakukan wawancara untuk keperluan peneliiian skripsi tentang Manajemen

Pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon. Demikian surat pern.vataan ini dibuat

dengan benar untuk dipergunakan semestinya.

Cilegon,

ffw( .l-{ tN Dvrt )

Page 180: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

SURAT PnRNYATAAN WAWANCARA

a

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

, J+r Nut mri)/MI rqsuD @ {pp Dn

SP, / f a\n" ffrycrhcs t1.tat44 1

:Devy Sulihati

:66611 10847

: Adnrirdsmi ' 1" ,, ,l-.- ,

: Ilmu Sosial dan Fslitik : UNTIRTA

Telah melakukan wawancara untuk repu #*liti* skripsi tentang Manajernen

Pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah Kota C.ilegoa. Dernikian surat pernyataan ini dibuat

dengan benar untuk dipergunakan semestinya- :

Nama

Feker.jaan

Jabatan

No. Telp/Hp

Alarnat

Menerangkan bahwa :

Nama

NIM

Progrem Studi

Fakultas

,s{e$ rTopTjg I

fa,muttput k^ I AAE"n -,hnba

Cilegon,

t&trvu,- &4,v

Page 181: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …
Page 182: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 129/Menkes/SK/II/2008

TENTANG

STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Otonomi Daerah, maka kesehatan

merupakan salah satu bidang pemerintah yang wajib dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota. Hal ini berarti bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajad kesehatan masayarakat diwilayahnya;

b. bahwa Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada mayarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu Rumah Sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat;

c. dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, maka perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan standar pelayanan minimal Rumah Sakit yang wajib dimiliki oleh Rumah Sakit.

d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, b, dan c di atas diperlukan Suatu Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang ditetapkan dnegan Keputusan Menteri Kesehatan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

(lembaran negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

2. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

Page 183: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4502);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4585);

9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159b/Menkes/SK/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit;

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 749a/Menkes/SK/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis / Medical Report;

11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575/Menkes/SK/Per/I/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT Kedua : Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit sebagaimana tercantum

dalam lampiran ini. Ketiga : Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit sebagaimana dimaksud

pada Diktum Kedua agar digunakan sebagai pedoman bagi Rumah Sakit dalam menjamin pelaksanaan pelayanan kesehatan.

Keempat : Setiap Rumah Sakit agar menyesuaikan dengan Standar Pelayanan Minimal ini dalam waktu 2 (dua) tahun sejak Keputusan ini ditetapkan.

Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : J a k a r t a Pada tanggal : 6 Februari 2008

MENTERI KESEHATAN RI,

DR. Dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)

Page 184: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Sejalan dengan amanat Pasal 28 H, ayat ( l) perubahan Undang – undang Dasar Negara Repubrik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan fasilitas pelayanan umum yang layak. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas perayanan kesehatan perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuan yang beragam, berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang perlu diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu standar, membuat semakin kompleksnya permasalahan di rumah sakit. Pada hakekatnya rumah sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf keejahteraan mesyarakat. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal BAB I ayat 6 menyatakan : Standar pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal. Ayat 7. Indikator SPM adalah tolak ukur untuk prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuh didalarn pencapaian suatu SPM tertentu berupa masukan, proses, hasil dan atau manfaat pelayanan. Ayat 8. Pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial ekonomi dan pemerintahan. Dalam penjelasan pasal 39 ayat 2 PP RI No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan standar pelayanan minimal adalah tolak ukur kinerja dalam menentukan capaian jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Standar pelayanan minimal ini dimaksudkan agar tersedianya panduan bagi daerah dalam melaksanakan perencanaan pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan standar pelayanan minimal rumah sakit. Standar pelayanan minimal ini bertujuan untuk menyamakan pemahaman tentang definisi operasional, indikator kinerja, ukuran atau satuan rujukan, target nasional untuk tahun 2007 sampai dengan tahun 2012, cara perhitungan / rumus / pembilangan penyebut / standar / satuan pencapaian kinerja dan sumber data.

Page 185: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

C. PENGERTIAN

Umum: 1. Standar Pelayanan Minimal:

adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada masyarakat.

2. Rumah Sakit: adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meIiputi pelayanan promotif, preventif, kurative dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Definisi Operasional: 1. Jenis Pelayanan adalah jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh Rumah

Sakit kepada masyarakat. 2. Mutu Pelayanan adalah 3. Dimensi Mutu adalah suatu pandangan dalam menentukan penilaian

terhadap jenis dan mutu pelayanan dilihat dari akses, efektivitas, efisiensi, keselamatan dan keamanan kenyamanan, kesinambungan pelayanan kompetensi teknis dan hubungan antar manusia berdasarkan standa WHO.

4. Kinerja adalah proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu organisasi dalam menyediakan produk dalam bentuk jasa pelayanan atau barang kepada pelanggan.

5. Indikator Kinerja adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukan pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu atau tolak ukur prestasi kuantitatif / kualitatif yang digunakan untuk mengukur terjadinya perubahane terhadap besaran target atau standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

6. Standar adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan sesuatu yang harus dicapai.

7. Definisi operasional: dimaksudkan untuk menjelaskan pengertian dari indikator

8. Frekuensi pengumpulan data adalah frekuensi pengambilan data dari sumber data untuk tiap indikator

9. Periode analisis adalah rentang waktu pelaksanaan kajian terhadap indikator kinerja yang dikumpulkan

10. Pembilang (numerator) adalah besaran sebagai nilai pembilang dalam rumus indikator kinerja

11. Penyebut (denominator) adalah besaran sebagai nilai pembagi dalam rumus indikator kinerja

12. Standar adalah ukuran pencapaian mutu/kinerja yang diharapkan bisa dicapai

13. Sumber data adalah sumber bahan nyata/keterangan yang dapat dijadikan dasar kajian yang berhubungan langsung dengan persoalan

Page 186: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

D. PRINSIP PENYUSUPAN DAN PENETAPAN SPM Di dalam menyusun SPM telah memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Konsensus, berdasarkan kesepakatan bersama berbagai komponen atau

sektor terkait dari unsur-unsur kesehatan dan departemen terkait yang secara rinci terlampir dalam daftar tim penyusun;

2. Sederhana, SPM disusun dengan kalimat yang mudah dimengerti dan dipahami;

3. Nyata, SPM disusun dengan memperhatikan dimensi ruang, waktu dan persyaratan atau prosedur teknis:

4. Terukur, seluruh indikator dan standar di dalam SPM dapat diukur baik kualitatif ataupun kuantitatif;

5. Terbuka, SPM dapat diakses oleh seluruh warga atau lapisan masyarakat: 6. Terjangkau, SPM dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya dan

dana yang tersedia; 7. Akuntabel, SPM dapat dipertanggung gugatkan kepada publik; 8. Bertahap, SPM mengikuti perkembangan kebutuhan dan kemampun

keuangan, kelembagaan dan personil dalam pencapaian SPM

E. LANDASAN HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992, tentang Kesehatan, 2. Undang-Undang Nomor l7 tahun 2003 tentang Keuangan Negara 3. Undang-Undang Nomor I tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 4. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,, 5. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang program Pembangunan

Nasional tahun 2000 – 2005, 6. Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2000 tentang

Kewenanga Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom,

7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggara Pemerintah Daerah,

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2003 tentang pedoman organisasi perangkat daerah (Lembaran Negara tahun 2001No. 14, tambahan lembaran negara No. 42621)

9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah.

10. Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara RI sebagaimana telah beberapa kali diiubah terakhir dengan Peraturan Presiden No. 62 Tahun 2005

I I . Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum,

12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,

13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal,

14. Keputusan Menteri pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 28 tahun 2004 tentang Akuntabilitas Pelayanan Publik,

15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 61 / Menkes/ SK /l/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Propinsi, Kabupaten/ Kota dan Rumah Sakit

16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228 / MenKes/SK/ III/ 2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minirnal Rumah Sakit Yang Wajib Dilaksanakan Daerah

I7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575/ Menkes/ SK / II /2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis tentang penyusunan dan penetapan Standar Pelayanan Minimal,

Page 187: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

BAB II SISTEMATIKA DOKUMEN

STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT

Sistematika dokumen SPM disusun dalam bentuk : Bab I Pendahuluan yang terdiri dari;

a. Latar Belakang b. Maksud dan tujuan c. Pengertian umum dan khusus d. Landasan Hukum

Bab II Sistematika Dokumen Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Bab III Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit terdiri dari:

a. Jenis Pelayanan b. SPM setiap jenis pelayanan, lndikator dan Standar

Penutup

Lampiran

Page 188: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

BAB III STANDAR PELAYANAN MINIMAL

RUMAH SAKIT

Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dalam pedoman ini meliputi jenis-jenis pelayanan indikator dan standar pencapaiain kinerja pelayanan rumah sakit. A. Jenis – jenis pelayanan rumah sakit

Jenis – jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan oleh rumah sakit meliputi : 1. Pelayanan gawat darurat 2. Pelayanan rawat jalan 3. Pelayanan rawat inap 4. Pelayanan bedah 5. Pelayanan persalinan dan perinatologi 6. Pelayanan intensif 7. Pelayanan radiologi 8. Pelayanan laboratorium patologi klinik 9. Pelayanan rehabilitasi medik 10. Pelayanan farmasi 11. Pelayanan gizi 12. Pelayanan transfusi darah 13. Pelayanan keluarga miskin 14. Pelayanan rekam medis 15. Pengelolaan limbah 16. Pelayanan administrasi manajemen 17. Pelayanan ambulans/kereta jenazah 18. Pelayanan pemulasaraan jenazah 19. Pelayanan laundry 20. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit 21. Pencegah Pengendalian Infeksi

B. SPM setiap jenis pelayanan, Indikator dan Standar

Adapun Standar Pelayanan minimal untuk setiap pelayanan, indicator dan standar dapat dilihat pada lampiran 1. Semnetara rinciannya dapat dilihat pada lampiran 2.

Page 189: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

BAB IV PERAN PUSAT, PROVINSI, DAN KABUPATENIKOTA

Peran Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit adalah sebagai berikut : I. Pengorganisasian:

a. Gubernur/Bupati/Walikota bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pelayanan rumah sakit sesuai Standar Pelayanan Minimal yang dilaksanakan oleh Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten/Kota

b. Penyelenggaraan pelayanan rumah sakit sesuai Standar Pelayanan Minimal

sebagaimana dimaksud dalam butir a secara operasional dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota

2. Pelaksanaan dan Pembinaan

a. Rumah Sakit wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal yang disusun dan disahkan oleh Kepala Daerah

b. Pemerintah Daerah wajib menyediakan sumber daya yang dibutuhkan

dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal

c. Pemerintah dan Pemerintah Provinsi memfasilitasi penyelenggaraan

pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan minimal dan mekanisme kerjasama antar daerah kabupaten/kota

d. Fasilitasi dimaksud butir a dalam bentuk pemberian standar teknis,pedoman,

bimbingan teknis, pelatihan, meliputi: 1). Perhitungan kebutuhan Pelayanan rumah sakit sesuai Standar

Pelayanan Minimal 2). Penyusunan rencana kerja dan standar kinerja pencapaian target SPM 3). Penilaian pengukuran kinerja 4). Penyusunan laporan kinerja dalam menyelenggarakan pemenuhan

standar pelayanan minmal rumah sakit

3. Pengawasan a. Gubernur/Bupati/walikota melaksanakan pengawasan dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan minimal rumahsakit di daerah masing-masing

b. Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan laporan pencapaian kinerja

pelayanan rumahsakit sesuai standar pelayanan minimal yang ditetapkan

Page 190: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

BAB V PENUTUP

Standar pelayanan minimal rumah sakit pada hakekatnya merupakan jenis-

jenis pelayanan rumah sakit yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah/pemerintah provinsi/pemerintah kabupaten/kota dengan standar kinerja yang ditetapkan. Namun demikian mengingat kondisi masing-masing daerah yang terkait dengan sumber daya yang tidak merata maka diperlukan pentahapan dalam pelaksanaan SPM oleh masing-masing daerah sejak ditetapkan pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2012, sesuai dengan kondisi/perkembangan kapasitas daerah. Mengingat SPM sebagai hak konstitusional maka seyogyanya SPM menjadi prioritas dalam perencanaan dan penganggaran daerah

Dengan disusunnya Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit diharapkan

dapat membantu pelaksanaan penerapan Standar Pelayanan Minimal di rumah sakit. SPM ini dapat dijadikan acuan bagi pengelola rumah sakit dan unsur terkait dalam melaksanakan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan setiap jenis pelayanan.

Hal-hal lain yang belum tercantum dalam Buku SPM ini akan ditetapkan

kemudian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Page 191: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

LAMPIRAN 1

SPM setiap jenis pelayanan, Indikator dan Standar NO. JENIS PELAYANAN INDIKATOR STANDAR 1. Gawat Darurat 1. Kemampuan menangani

life saving anak dan dewasa

2. Jam buka Pelayanan Gawat Darurat

3. Pemberi pelayanan gawat

darurat yang bersertifikat yang masih berlaku

BLS/PPGD/GELS/ALS

4. Ketersediaan tim penanggulangan bencana

5. Waktu tanggap pelayanan

Dokter di Gawat Darurat 6. Kepuasan Pelanggan 7. Kematian pasien< 24 Jam

8. Khusus untuk RS Jiwa pasien dapat ditenangkan dalam waktu ≤ 48 Jam

9. Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka

1. 100 %

2. 24 Jam

3. 100 %

4. Satu tim

5. ≤ lima menit terlayani, setelah pasien datang

6. ≥ 70 % 7. ≤ dua per seribu (pindah ke

pelayanan rawat inap setelah 8 jam)

8. 100 % 9. 100%

2. Rawat jalan 1. Dokter pemberi Pelayanan di Poliklinik Spesialis

2. Ketersediaan Pelayanan

1. 100 % Dokter Spesialis 2.

a. Klinik Anak b. Klimik Penyakit dalam c. Klinik Kebidanan d. Klinik Bedah

3. Ketersediaan Pelayanan di RS Jiwa 4. Jam buka pelayanan 5. Waktu tunggu di rawat jalan 6. Kepuasan Pelanggan 7. a. Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskop TB b. Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di RS

3. a. Anak Remaja b. NAPZA c. Gangguan Psikotik d. Gangguan e. Neurotik f. Mental Retardasi g. MentalOrganik h. UsiaLanjut

4. 08.00 s/d 13.00 Setiap hari kerja kecuali Jumat : 08.00 - 11.00 5. ≤ 60 menit 6. ≥ 90 % 7. a. ≥ 60 % b. ≤ 60 %

Page 192: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

NO. JENIS PELAYANAN INDIKATOR STANDAR

3.

Rawat Inap

1. Pemberi pelayanan di

Rawat Inap

2. Dokter penanggung jawab pasien rawat inap

3. Ketersediaan Pelayanan Rawat Inap

4. Jam Visite Dokter Spesialis 5. Kejadian infeksi pasca

operasi

6. Kejadian Infeksi Nosokomial

7. Tidak adanya kejadian

pasien jatuh yang berakibat kecacatan / kematian

8. Kematian pasien > 48 jam

1. a. Dr. Spesialis b. Perawat minimal pendidikan D3 2. 100 % 3. a. Anak b. Penyakit Dalam c. Kebidan d. Bedah 4. 08.00 s/d 14.0 setiap hari kerja 5. ≤ 1,5 % 6. ≤ 1,5 % 7. 100 % 8. ≤ 0.24 %

9. Kejadian pulang paksa 10. Kepuasan pelanggan 11. Rawat Inap TB a. Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB b. Terlaksanana kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di Rumah Sakit 12. Ketersediaan pelayanan rawat inap di rumah sakit yang memberikan

pelayanan jiwa 1 3. Tidak adanya kejadian kematian pasien gangguan jiwa karena bunuh diri 14. Kejadian re-admission pasien gangguan jiwa dalam waktu ≤ 1 bulan 15. Lama hari perawatan Pasien gangguan jiwa

9. ≤ 5 % 10. ≥ 90 % 11.

a. ≥ 60 % b. ≥ 60 %

12. NAPZA, Gangguan Psikotik, Gangguan Nerotik, dan Gangguan Mental Organik 13. 100 % 14. 100 % 15. ≤ 6 minggu

Page 193: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

NO. JENIS PELAYANAN INDIKATOR STANDAR 4. Bedah Sentral (Bedah saja) 1. Waktu tunggu operasi

elektif

2. Kejadian Kematian di meja operasi

3. Tidak adanya kejadian

operasi salah sisi 4. Tidak adanya kejadian

opersi salah orang 5. Tidak adanya kejadian

salah tindakan pada operasi

6. Tidak adanya kejadian

tertinggalnya benda asing/lain pada tubuh pasien setelah operasi

7. Komplikasi anestesi karena

overdosis, reaksi anestesi, dan salah penempatan anestesi endotracheal tube

1. ≤ 2 hari

2. ≤ 1 %

3. 100 %

4. 100 %

5. 100 %

6. 100 %

7. ≤ 6 %

5.

Persalinan, perinatologi (kecuali rumah sakit khusus di luar rumah sakit ibu dan anak) dan KB

1. Kejadian kematian ibu

karena persalinan

2. Pemberi pelayanan persalinan normal

3. Pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit

4. Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi

5. Kemampuan menangani

BBLR 1500 gr – 2500 gr 6. Pertolongan persalinan

melalui seksio cesaria 7. Keluarga Berencana

a. Presentase KB (vasektomi & tubektomi) yang dilakukan oleh tenaga Kompeten dr.Sp.Og, dr.Sp.B, dr.Sp.U, dr.umum terlatih

b. Presentse peserta KB mantap yang mendapat konseling KB mantap bidan terlatih

8. Kepuasan Pelanggan

1. a. Perdarahan ≤ 1 % b. Pre-eklampsia ≤ 30 % c. Sepsis ≤ 0,2 % 2. a. Dokter Sp.OG b. Dokter umum terlatih (Asuhan Persalinan Normal) c. Bidan 3. Tim PONEK yang terlatih 4. a. Dokter Sp.OG b. Dokter Sp.A c. Dokter Sp.An 5. 100 % 6. ≤ 20 % 7. 100 % 8. ≥ 80 %

Page 194: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

NO. JENIS PELAYANAN INDIKATOR STANDAR 6. Intensif 1. Rata rata pasien yang

kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama < 72 jam

2. Pemberi pelayanan Unit

Intensif

1. ≤ 3 % 2. a. Dokter Sp.Anestesi dan

dokter spesialis sesuai dengan kasus yang ditangani

b. 100 % Perawat minimal D3 dengan sertifikat Perawat mahir ICU / setara (D4)

7. Radiologi 1. Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto

2. pelaksana ekspertisi 3. Kejadian kegagalan

pelayanan Rontgen 4. Kepuasan pelanggan

1. ≤ 3 jam 2. Dokter Sp.Rad

3. Kerusakan foto ≤ 2 % 4. ≥ 80 %

8.

Lab. Patologi Klinik

1. Waktu tunggu hasil

pelayanan laboratorium.

2. Pelaksana ekspertisi 3. Tidak adanya kesalahan

pemberian hasil pemeriksa laboratorium

4. Kepuasan pelanggan

1. ≤ 140 menit

Kimia darah & darah rutin

2. Dokter Sp.PK

3. 100 %

4. ≥ 80 %

9. Rehabilitasi Medik

1. Kejadian Drop Out pasien

terhadap pelayanan Rehabilitasi Medik yang di rencanakan

2. Tidak adanya kejadian kesalahan tindakan rehabilitasi medik

3. Kepuasan Pelanggan

1. ≤ 50 % 2. 100 %

3. ≥ 80 %

10. Farmasi

1. waktu tunggu pelayanan

a. Obat Jadi b. Racikan

2. Tidak adanya Kejadian

kesalahan pernberian obat

3. Kepuasan pelanggan 4. Penulisan resep sesuai

formularium

1. a. ≤ 30 menit b. ≤ 60 menit 2. 100 % 3. ≥ 80 % 4. 100 %

11.

Gizi

1. Ketepatan waktu

pemberian makanan kepada pasien

2. Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien

3. Tidak adanya kejadian

kesalahan pemberian diet

1. ≥ 90 % 2. ≤ 20 % 3. 100 %

Page 195: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

NO. JENIS PELAYANAN INDIKATOR STANDAR

12.

Transfusi Darah

1. Kebutuhan darah bagi

setiap pelayanan transfusi

2. Kejadian Reaksi transfusi

1. 100 % terpenuhi 2. ≤ 0,01 %

13.

Pelayanan GAKIN

Pelayanan terhadap pasien GAKIN yang datang ke RS pada setiap unit pelayanan

100 % terlayani

14.

Rekam Medik

1. Kelengkapan pengisian

rekam medik 24 jam setelah selesai pelayanan

2. Kelengkapan Informed Concent setelah mendapatkan informasi yang jelas

3. Waktu penyediaan

dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan

4. Waktu penyediaan

dokumen rekam medik pelayanan rawat inap

1. 100 % 2. 100 % 3. ≤ 10 menit 4. ≤ 15 menit

15.

Pengelolaan Limbah

1. Baku mutu limbah cair

2. Pengelolaan limbah padat infeksius sesuai dengan aturan

1. a. BOD < 30 mg/l b. COD < 80 mg/l c. TSS < 30 mg/l d. PH 6-9 2. 100 %

16.

Administrasi dan manajemen

1. Tindak lanjut penyelesaian

hasil pertemuan direksi 2. Kelengkapan laporan

akuntabilitas kinerja 3. Ketepatan waktu

pengusulan kenaikan pangkat

4. Ketepan Waktu pengurusan gaji berkala

5. Karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam setahun

6. Cost recovery

7. Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan

8. Kecepatan waktu pemberian informasi tentang tagihan pasien rawat inap

9. Ketepatan waktu pemberian imbalan (insentif) sesuai kesepakatan waktu

1. 100 % 2. 100 % 3. 100 % 4. 100 % 5. ≥ 60 % 6. ≥ 40 %

7. 100 % 8. ≤ 2 jam 9. 100 %

Page 196: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

NO. JENIS PELAYANAN INDIKATOR STANDAR

17.

Ambulance/Kereta Jenazah

1. Waktu pelayanan

ambulance/Kereta jenazah

2. Kecepatan memberikan pelayanan ambulance/Kereta jenazah di rumah sakit

3. Response time pelayanan

ambulance oleh masyarakat yang membutuhkan

1. 24 jam 2. ≤ 230menit 3. (?) Sesuai ketentuan daerah

(?)

18.

Pemulasaraan Jenazah

1. Waktu tanggap (response

time) pelayanan pemulasaraan jenazah

≤ 2 Jam

19.

Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit

1. Kecepatan waktu

menanggapi kerusakan alat

2. Ketepatan waktu pemeliharaan alat

3. Peralatan laboratorium dan

alat ukur yang digunakan dalam pelayanan terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan ketentuan kalibrasi

≤ 80 % 100 % 100 %

20.

Pelayanan Laundry

1. Tidak adanya kejadian

linen yang hilang 2. Ketepatan waktu

penyediaan linen untuk ruang rawat inap

100 % 100 %

21.

Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)

1. Ada anggota Tim PPI yang

terlatih

2. Tersedia APD di setiap instalasi/ departemen

3. Kegiatan pencatatan dan

pelaporan infeksi nosokomial / HAI (Health Care Associated Infection) di RS (min 1 parameter)

Anggota Tim PPI yang terlatih 75 % 60 % 75 %

Page 197: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

LAMPIRAN 2 URAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL I. PELAYANAN GAWAT DARURAT. 1. Kemampuan menangani lifesaving anak dan dewasa Judul Kemampuan menangani life saving di Gawat darurat Dimensi Mutu Keselamatan Tujuan Tergambarnya kemampuan Rumah Sakit dalam memberikan Pelayanan Gawat

Darurat Definisi Operasional

Life Saving adalah upaya penyelamatan jiwa manusia dengan urutan Airway, Breath, Circulation

Frekuensi Pengumpulan Data

Setiap bulan

Periode Analisa Tiga bulan sekali Numerator Jumlah kumulatif pasien yang mendapat pertolongan life saving di Gawat Darurat Denominator Jumlah seluruh pasien yang membutuhkan penanganan life saving di Unit Gawat

Darurat Sumber Data Rekam Medik di Gawat Darurat Standar 100 % Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi Gawat Darurat

2. Jam buka pelayanan gawat darurat Judul Jam buka pelayanan Gawat darurat Dimensi Mutu Keterjangkauan Tujuan Tersedianya Pelayanan Gawat Darurat 24 Jam di setiap Rumah Sakit Definisi Operasional

Jam buka 24 jam adalah Gawat Darurat selalu siap memberikan pelayanan selama 24 jam penuh.

Frekuensi Pengumpulan Data

Setiap bulan

Periode Analisa Tiga bulan sekali Numerator Jumlah kumulatif jam buka gawat darurat dalam satu bulan Denominator Jumlah hari dalam satu bulan Sumber Data Laporan Bulanan Standar 24 Jam Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi Gawat Darurat

3. Pemberi pelayanan kegawat daruratan yang bersertifikat BLS/PPGD/GELS/ALS Judul Pemberi pelayanan kegawat daruratan yang bersertifikat BLS/PPGD/GELS/ALS Dimensi Mutu Kompetensi teknis Tujuan Tersedianya Pelayanan Gawat Darurat oleh tenaga kompeten dalam bidang ke

gawat daruratan Definisi Operasional

Tenaga kompeten pada gawat darurat adalah tenaga yang sudah memiliki sertifikat pelatihan BLS/PPGD/GELS/ALS

Frekuensi Pengumpulan Data

Setiap bulan

Periode Analisa Tiga bulan sekali Numerator Jumlah tenaga yang bersertifikat BLS/PPGD/GELS/ALS Denominator Jumlah tenaga yang memberikan pelayanan kegawat daruratan Sumber Data Kepegawaian Standar 100 % Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Pendidikan dan Pelatihan Rumah Sakit

Page 198: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

4. Ketersediaan tim penanggulanagan bencana Judul Ketersediaan tim penanggulanagan bencana Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitas Tujuan Kesiagaan rumah sakit untuk memberikan pelayanan penanggulangan bencana Definisi Operasional

Tim penanggulangan bencana adalah tim yang dibentuk di rumah sakit dengan tujuan untuk penanggulangan akibat bencana yang mungkin terjadi sewaktu - waktu

Frekuensi Pengumpulan Data

Setiap bulan

Periode Analisa Tiga bulan sekali Numerator Jumlah Tim penanggulangan bencana yang ada di rumah sakit Denominator Tidak ada Sumber Data Instalasi gawat darurat Standar satu tim Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi Gawat Darurat / Tim Mutu / Panitia Mutu

5. Waktu tanggap Pelayanan Dokter di Gawat Darurat Judul Waktu tanggap Pelayanan Dokter di Gawat Darurat Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitas Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang cepat, responsif dan mampu menyelamatkan

pasien gawat darurat Definisi Operasional

Kecepatan pelayanan dokter di gawat darurat adalah Kecepatan pasien dilayani sejak pasien datang sampai mendapat pelayanan dokter (menit)

Frekuensi Pengumpulan Data

Setiap bulan

Periode Analisa Tiga bulan sekali Numerator Jumlah kumulatif waktu yang diperlukan sejakkedatanagan semua pasien yang di

sampling secara acak sampai dilayani dokter Denominator Jumlah seluruh pasien yang di sampling (minimal n = 50) Sumber Data Sample Standar ≤ 5 menit terlayani setelah pasien datang Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi Gawat Darurat / Tim Mutu / Panitia Mutu

6. Kepuasan Pelanggan pada Gawat Darurat Judul Kepuasan Pelanggan pada Gawat Darurat Dimensi Mutu Kenyamanan Tujuan Terselenggaranya pelayanan gawat darurat yang mampu memberikan kepuasan

pelanggan Definisi Operasional

Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang di berikan

Frekuensi Pengumpulan Data

Setiap bulan

Periode Analisa Tiga bulan sekali Numerator Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasien Gawat Darurat yang di survey Denominator Jumlah seluruh pasien Gawat Darurat yang di survey (minimal n = 50) Sumber Data Survey Standar ≥ 70 % Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi Gawat Darurat / Tim Mutu / Panitia Mutu

Page 199: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

7. Kematian Pasien ≤ 24 jam di Gawat Darurat Judul Kematian Pasien ≤ 24 jam di Gawat Darurat Dimensi Mutu Efektifitas dan Keselamatan Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang efektif dan mampu menyelamatkan pasien gawat

darurat Definisi Operasional

Kematian ≤ 24 jam adalah kematian yang terjadi dalam periode 24 jam sejak pasien datang

Frekuensi Pengumpulan Data

Tiga bulan

Periode Analisa Tiga bulan Numerator Jumlah pasien yang meninggal dalam periode ≤ 24 jam sejak pasien datang Denominator Jumlah seluruh yang ditangani di Gawat Darurat Sumber Data Rekam Medik Standar ≤ 2 perseribu Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi Gawat Darurat

8. Pasien jiwa yang dapat ditenangkan dalam waktu ≤ 48 jam (khusus untuk rumah sakit dengan

pelayanan jiwa) Judul Pasien jiwa yang dapat ditenangkan dalam waktu ≤ 48 jam Dimensi Mutu Efektifitas dan Keselamatan Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang efektif dan mampu menenangkan dan

menyelamatkan pasien jiwa dalam pelayanan gawat darurat kesehatan jiwa Definisi Operasional

Pasien dapat ditenangkan adalah pasien dengan gangguan jiwa yang dengan intervensi medis tidaklagi menunjukkan gejala dan tanda agresif yang dapat mencelakakan diri sendiri maupun orang lain sebagai akibat gangguan jiwa yang diderita.

Frekuensi Pengumpulan Data

Tiga bulan

Periode Analisa Tiga bulan Numerator Jumlah pasien gangguan jiwa yang dapat ditenangkan Denominator Jumlah seluruh pasien gangguan jiwa yang menunjukkan gejala dan tanda agresif

yang ditangani di Gawat Darurat Sumber Data Rekam Medik Standar 100 % Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi Gawat Darurat

9. Tidak adanya keharusan untuk membayar uang muka Judul Tidak adanya keharusan untuk membayar uang muka Dimensi Mutu Akses dan Keselamatan Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang mudah diakses dan mampu segera memberikan

pertolongan pada pasien gawat darurat Definisi Operasional

Uang muka adalah uang yang diserahkan kepada pihak rumah sakit sebagai jaminan terhadap pertolongan medis yang akan diberikan

Frekuensi Pengumpulan Data

Tiga bulan

Periode Analisa Tiga bulan Numerator Jumlah pasien gawat darurat yang tidak membayar uang muka Denominator Jumlah seluruh pasien yang datang di Gawat Darurat Sumber Data Survei Standar 100 % Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi Gawat Darurat

Page 200: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

II. PELAYANAN RAWAT JALAN 1. Pemberi pelayanan di klinik spesialis Judul Pemberi pelayanan di klinik spesialis Dimensi Mutu Kompetensi tehnis Tujuan Tersedianya pelayanan klinik oleh tenaga spesialis yang kompeten Definisi Operasional

Klinik spesialis adalah klinik pelayanan rawat jalan di rumah sakit yang dilayani oleh dokter spesialis (untuk rumah sakit pendidikan dapat dilayani oleh dokter PPDS sesuai dengan special privilege yang diberikan)

Frekuensi Pengumpulan Data

1 bulan

Periode Analisa 3 bulan Numerator Jumlah hari buka klinik spesialis yang ditangani oleh dokter spesialis dalam waktu

satu bulan Denominator Jumlah seluruh hari buka klinik spesialis dalam waktu satu bulan Sumber Data Register rawat jalan poliklinik spesialis Standar 100 % Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi rawat jalan

2. Ketersediaan pelayanan rawat jalan Judul Ketersediaan pelayanan rawat jalan Dimensi Mutu Akses Tujuan Tersedianya jenis pelayanan rawat jalan spesialistik yang minimal harus ada di

rumah sakit Definisi Operasional

Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan rawat jalan spesialistik yang dilaksanakan di rumah sakit. Ketersediaan pelayanan rawat jalan untuk rumah sakit khusus disesuaikan dengan spesifikasi dari rumah sakit tsb.

Frekuensi Pengumpulan Data

1 bulan

Periode Analisa 3 bulan Numerator Jenis – jenis pelayanan rawat jalan spesialistik yang ada (kualitatif) Denominator Tidak ada Sumber Data Register rawat jalan Standar Minimal kesehatan anak, penyakit dalam, kebidanan dan bedah Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi rawat jalan

3. Ketersediaan pelayanan rawat jalan di rumah sakit jiwa Judul Ketersediaan pelayanan rawat jalan di rumah sakit jiwa Dimensi Mutu Akses Tujuan Tersedianya jenis pelayanan rawat jalan yang minimal harus ada di rumah sakit jiwa Definisi Operasional

Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan rawat jalan spesialistik yang dilaksanakan di rumah sakit.

Frekuensi Pengumpulan Data

1 bulan

Periode Analisa 3 bulan Numerator Jenis – jenis pelayanan rawat jalan spesialistik yang ada (kualitatif) Denominator Tidak ada Sumber Data Register rawat jalan Standar Minimal

a. NAPZA b. Gangguan Psikotik c. Gangguan Neurotik d. Gangguan Organik

Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi rawat jalan

Page 201: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

4. Buka pelayanan sesuai ketentuan Judul Buka pelayanan sesuai ketentuan Dimensi Mutu Akses Tujuan Tersedianya jenis pelayanan rawat jalan spesialistik pada hari kerja di rumah sakit Definisi Operasional

Jam buka pelayanan adalah jam dimulainya pelayanan rawat jalan oleh tenaga spesialis jam buka 08.00 s.d. 13.00 setiap hari kerja kecuali jum’at

Frekuensi Pengumpulan Data

1 bulan

Periode Analisa 3 bulan Numerator Jumlah pelayanan rawat jalan spesialistik yang buka sesuai ketentuan dalam satu

bulan Denominator Jumlah seluruh hari pelayanan rawat jalan spesialistik dalamsatu bulan Sumber Data Register rawat jalan Standar 100 % Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi rawat jalan

5. Waktu tunggu di Rawat Jalan Judul Waktu tunggu di Rawat Jalan Dimensi Mutu Akses Tujuan Tersedianya pelayanan rawat jalan spesialistik pada hari kerja di setiap rumah sakit

yang mudah dan cepat diakses oleh pasien Definisi Operasional

Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan mulai pasien mendaftar sampai dilayani oleh dokter spesialis

Frekuensi Pengumpulan Data

1 bulan

Periode Analisa 3 bulan Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu pasien rawat jalan yang disurvey Denominator Jumlah seluruh pasien rawat jalan yang disurvey Sumber Data Survey Pasien rawat jalan Standar ≤ 60 menit Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi rawat jalan/komite mutu/tim mutu

6. Kepuasan Pelanggan pada Rawat Jalan Judul Kepuasan Pelanggan pada Rawat Jalan Dimensi Mutu Kenyamanan Tujuan Terselenggaranya pelayanan rawat jalan yang mampu memberikan kepuasan

pelanggan Definisi Operasional

Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan

Frekuensi Pengumpulan Data

Setiap bulan

Periode Analisa Tiga bulan sekali Numerator Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasien rawat jalan yang disurvey Denominator Jumlah seluruh pasien rawat jalan yang disurvey (minimal n = 50) Sumber Data Survey Standar ≥ 90 % Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi rawat jalan /tim mutu/panitia mutu

Page 202: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

7. Pasien rawat jalan tuberkulosis yang ditangani dengan strategi DOTS Judul Pasien rawat jalan tuberkulosis yang ditangani dengan strategi DOTS Dimensi Mutu Akses, efisiensi Tujuan Terselenggaranya pelayanan rawat jalan bagi pasein tuberkulosis dengan strategi

DOTS Definisi Operasional

Pelayanan rawat jalan tuberkulosis dengan strategi DOTS adalah pelayanan tuberculosis dengan 5 strategi penanggulangan tuberculosis nasional. Penegakan diagnosis dan follow up pengobatan pasien tuberculosis harus melalui pemeriksaan mikroskopis tuberculosis, pengobatan harus menggunakan paduan obat anti tuberculosis yang sesuai dengan standar penanggulanagn tuberculosis nasional, dan semua pasien yang tuberculosis yang diobati dievaluasi secara kohort sesuai dengan penanggulangan nasional

Frekuensi Pengumpulan Data

Tiap tiga bulan

Periode Analisa Tiap tiga bulan Numerator Jumlah semua pasien rawat jalan tuberculosis yang ditangani dengan strategi DOTS Denominator Jumlah seluruh pasien rawat jalan tuberculosis yang ditangani di rumah sakit dalam

waktu tiga bulan Sumber Data Register rawat jalan, register TB 03 UPK Standar 100 % Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi rawat jalan

Page 203: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

III. PELAYANAN RAWAT INAP 1. Pemberi pelayanan rawat inap Judul Pemberi pelayanan rawat inap Dimensi Mutu Kompetensi tehnis Tujuan Tersedianya pelayanan rawat inap oleh tenaga yang kompeten Definisi Operasional

Pemberi pelayanan rawat inap adalah dokter dan tenaga perawat yang kompeten (minimal D3)

Frekuensi Pengumpulan Data

6 bulan

Periode Analisa 6 bulan Numerator Jumlah tenaga dokter dan perawat yang memberi pelayanan diruang rawat inap yang

sesuai dengan ketentuan Denominator Jumlah seluruh tenaga dokter dan perawat yang bertugas di rawat inap Sumber Data Kepegawaian Standar 100 % Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi rawat inap

2. Dokter penanggung jawab pasien rawat inap Judul Dokter penanggung jawab pasien rawat inap Dimensi Mutu Kompetensi tehnis, kesinambungan pelayanan Tujuan Tersedianya pelayanan rawat inap yang terkoordinasi untuk menjamin

kesinambungan pelayanan Definisi Operasional

Penanggung jawab rawat inap adalah dokter yang mengkoordinasikan kegiatan pelayanan rawat inap sesuai kebutuhan pasien

Frekuensi Pengumpulan Data

1 bulan

Periode Analisa 3 bulan Numerator Jumlah pasien dalam satu bulan yang mempunyai dokter sebagai penanggung jawab Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam satu bulan Sumber Data Rekam medik Standar 100 % Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi rawat inap

3. Ketersediaan pelayanan rawat inap Judul Ketersediaan pelayanan rawat inap Dimensi Mutu Akses Tujuan Tersedianya jenis pelayanan rawat inap yang minimal harus ada di rumah sakit Definisi Operasional

Pelayanan rawat inap adalah pelayanan rumah sakit yang diberikan tirah baringdi rumah sakit. Untuk rumah sakit khusus disesuaikan dengan spesifikasi rumah sakit tsb.

Frekuensi Pengumpulan Data

3 bulan

Periode Analisa 3 bulan Numerator Jenis – jenis pelayanan rawat inap spesialistik yang ada (kualitatif) Denominator Tidak ada Sumber Data Register rawat inap Standar Minimal kesehatan anak, penyakit dalam, kebidanan dan bedah (kecuali rumah sakit

khusus disesuaikan dengan spesifikasi rumah sakit tsb) Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi rawat inap

Page 204: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

4. Jam visite dokter spesialis Judul Jam visite dokter spesialis Dimensi Mutu Akses, kesinambungan pelayanan Tujuan Tergambarnya kepedulian tenaga medis terhadap ketepatan waktu pemberian

pelayanan Definisi Operasional

Visite dokter spesialis adalah kunjungan dokter spesialis setiaphari kerja sesuai dengan ketentuan waktu kepada setiap pasien yang menjadi tanggungjawabnya, yang dilakukan antara jam 08.00 sampai dengan 14.00

Frekuensi Pengumpulan Data

tiap bulan

Periode Analisa Tiap tiga bulan Numerator Jumlah visite dokter spesialis antara jam 08.00 sampai dengan 14.00 yang disurvey Denominator Jumlah pelaksanaan visite dokter spesialis yang disurvey Sumber Data Survey Standar 100 % Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi rawat inap/Komite medik/Panitia mutu

5. Kejadian infeksi pasca operasi Judul Kejadian infeksi pasca operasi Dimensi Mutu Keselamatan, kenyamanan Tujuan Tergambarnya pelaksanaan operasi dan perawatan pasca operasi yang bersih

sesuai standar Definisi Operasional

Infeksi pasca operasi adalah adanya infeksi nosokomial pada semua kategori luka sayatan operasi bersih yang dilaksanakan di rumah sakit yang ditandai oleh rasa panas (kalor), kemerahan (color), pengerasan (tumor) dan keluarnya nanah (pus) dalam waktu lebih dari 3 x 24 jam

Frekuensi Pengumpulan Data

tiap bulan

Periode Analisa tiap bulan Numerator Jumlah pasien yang mengalami infeksi pasca operasi dalam satu bulan Denominator Jumlah seluruh pasien yang dalam satu bulan Sumber Data Rekam medis Standar ≤ 1,5 % Penanggung jawab Pengumpulan data

Ketua komite medik/komite mutu/tim mutu

6. Angka kejadian infeksi nosokomial Judul Angka kejadian infeksi nosokomial Dimensi Mutu Keselamatan pasien Tujuan Mengetahui hasil pengendalian infeksi nosokomial rumah sakit Definisi Operasional

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang dialamioleh pasien yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit yang meliputi dekubitus, phlebitis, sepsis, dan infeksi luka operasi

Frekuensi Pengumpulan Data

tiap bulan

Periode Analisa tiap tiga bulan Numerator Jumlah pasien rawat inap yang terkena infeksi nosokomial dalam satu bulan Denominator Jumlah pasien rawat inap dalam satu bulan Sumber Data Survei, laporan infeksi nosokomial Standar ≤ 1,5 % Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala instalasi rawat inap/komite medik/panitia mutu

Page 205: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

7. Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang berakibat kecacatan/kematian Judul Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang berakibat kecacatan/kematian Dimensi Mutu Keselamatan pasien Tujuan Tergambarnya pelayanan keperawatan yang aman bagi pasien Definisi Operasional

Kejadian pasien jatuh adalah kejadian pasien jatuh selama dirawat baik akibat jatuh dari tempat tidur, di kamar mandi, dsb, yang berakibat kecacatan atau kematian

Frekuensi Pengumpulan Data

tiap bulan

Periode Analisa tiap bulan Numerator Jumlah pasien dirawat dalam bulan tersebut dikurangi jumlah pasien yang jatuh dan

berakibat kecacatan atau kematian Denominator Jumlah pasien dirawat dalam bulan tersebut Sumber Data Rekam medis, laporan keselamatan pasien Standar 100 % Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala instalasi rawat inap

8. Kematian Pasien > 48 Jam Judul Kematian Pasien > 48 Jam Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas Tujuan Tergambarnya pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit yang aman dan efektif Definisi Operasional

Kematian pasien > 48 jam adalah kematian yang terjadi sesudah periode 48 jam setelah pasien rawat inap masuk rumah sakit

Frekuensi Pengumpulan Data

1 bulan

Periode Analisa 1 bulan Numerator Jumlah kejadian kematian pasien rawat inap > 48 jam dalam satu bulan Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam satu bulan Sumber Data Rekam Medis Standar ≤ 0,24 % ≤ 2,4/1000 (internasional) (NDR ≤ 25/1000, Indonesia) Penanggung jawab Pengumpulan data

Ketua komite mutu/tim mutu

9. Kejadian pulang paksa Judul Kejadian pulang paksa Dimensi Mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan Tujuan Tergambarnya penilain pasien terhadap efektifitas pelayanan rumah sakit Definisi Operasional

Pulang paksa adalah pulang atas permintaan pasien atau keluarga pasien sebelum diputuskan boleh pulang oleh dokter

Frekuensi Pengumpulan Data

1 bulan

Periode Analisa 3 bulan Numerator Jumlah pasien pulang paksa dalam satu bulan Denominator Jumlah seluruh pasien yang dirawat dalam satu bulan Sumber Data Rekam Medis Standar ≤ 5 % Penanggung jawab Pengumpulan data

Ketua komite mutu/tim mutu

Page 206: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

10. Kepuasan Pelanggan Rawat Inap Judul Kepuasan Pelanggan Rawat Inap Dimensi Mutu Kenyamanan Tujuan Terselenggaranya persepsi pelanggan terhadap mutu pelayanan rawat inap Definisi Operasional

Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap pelayanan rawat inap

Frekuensi Pengumpulan Data

1 bulan

Periode Analisa 3 bulan Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan pasien yang disurvey (dalam prosen) Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minimal 50) Sumber Data Survei Standar ≥ 90 % Penanggung jawab Pengumpulan data

Ketua komite mutu/tim mutu

11. Pasien rawat inap tuberkulosis yang ditangani dengan strategi DOTS Judul Pasien rawat Inap tuberkulosis yang ditangani dengan strategi DOTS Dimensi Mutu Akses, efisiensi Tujuan Terselenggaranya pelayanan rawat Inap bagi pasein tuberkulosis dengan strategi

DOTS Definisi Operasional

Pelayanan rawat inap tuberkulosis dengan strategi DOTS adalah pelayanan tuberculosis dengan 5 strategi penanggulangan tuberculosis nasional. Penegakan diagnosis dan follow up pengobatan pasien tuberculosis harus melalui pemeriksaan mikroskopis tuberculosis, pengobatan harus menggunakan paduan obat anti tuberculosis yang sesuai dengan standar penanggulanagn tuberculosis nasional, dan semua pasien yang tuberculosis yang diobati dievaluasi secara kohort sesuai dengan penanggulangan nasional

Frekuensi Pengumpulan Data

Tiap tiga bulan

Periode Analisa Tiap tiga bulan Numerator Jumlah semua pasien rawat inap tuberculosis yang ditangani dengan strategi DOTS Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap tuberculosis yang ditangani di rumah sakit dalam

waktu tiga bulan Sumber Data Register rawat inap, register TB 03 UPK Standar 100 % Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi rawat inap

12. Ketersediaan pelayanan rawat di rumah sakit yang memberikan pelayanan jiwa Judul Ketersediaan pelayanan rawat di rumah sakit yang memberikan pelayanan jiwa Dimensi Mutu Akses Tujuan Tersedianya jenis pelayanan rawat inap yang minimal harus ada di rumah sakit jiwa Definisi Operasional

Pelayanan rawat inap adalah pelayanan rumah sakit jiwa yang diberikan kepada pasien tidak gaduh gelisah tetapi memerlukan penyembuhan aspek psiko patologis.

Frekuensi Pengumpulan Data

3 bulan

Periode Analisa 3 bulan Numerator Jenis – jenis pelayanan rawat inap rumah sakit jiwa Denominator Tidak ada Sumber Data Register rawat inap Standar Minimal

a. NAPZA b. Gangguan Psikotik c. Gangguan Neurotik d. Gangguan Organik

Penanggung jawab Pengumpulan data

Kepala Instalasi rawat inap

Page 207: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

13. Tidak adanya Kematian Pasien gangguan jiwa karena bunuh diri Judul Tidak adanya Kematian Pasien gangguan jiwa karena bunuh diri Dimensi Mutu Keselamatan Tujuan Tergambarnya pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit jiwa yang aman dan

efektif Definisi Operasional

Kematian pasien jiwa karena bunuh diri adalah kematian yang terjadi pada pasien gangguan jiwa karena perawatan rawat inap yang tidak baik

Frekuensi Pengumpulan Data

1 bulan

Periode Analisa 1 bulan jumlah seluruh pasien yang dirawat dalam satu bulan Numerator Jumlah seluruh pasien yang dirawat dalam satu bulan dikurangi jumlah kejadian

kematian pasien gangguan jiwa bunuh diri dalam satu bulan Denominator Jumlah seluru pasien yang dirawat dalam satu bulan Sumber Data Rekam medis Standar 100 % Penanggung jawab Komite medik/mutu

14. Kejadian (re-admision) pasien gangguan jiwa tidak kembali dalam perawatan dalam waktu ≤

1 bulan Judul Kejadian (re-admision) pasien gangguan jiwa tidak kembali dalam perawatan

dalam waktu ≤ 1 bulan Dimensi Mutu Efektifitas, Kompetensi tehnis Tujuan Tergambarnya pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit jiwa yang efektif Definisi Operasional

Lamanya waktu pasien gangguan jiwa yang sudah dipulangkan tidak kembali keperawatan di rumah sakit jiwa

Frekuensi Pengumpulan Data

1 bulan

Periode Analisa 6 bulan Numerator Jumlah seluruh pasien gangguan yang dipulangkan dalam 1 bulan dikurangi jumlah

kejadian pasien gangguan jiwa yang kembali dirawat dalam waktu ≤ 1 bulan Denominator Jumlah seluru pasien yang gangguan jiwa yang dipulangkan dalam 1 bulan Sumber Data Rekam medis Standar 100 % Penanggung jawab Komite medik/mutu 15. Lama hari perawatan pasien gangguan jiwa Judul Lama hari perawatan pasien gangguan jiwa Dimensi Mutu Efektifitas, Kompetensi teknis Tujuan Tergambarnya pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit jiwa yang efektif Definisi Operasional

Lamanya waktu perawatan pasien gangguan jiwa di rumah sakit jiwa

Frekuensi Pengumpulan Data

1 bulan

Periode Analisa 6 bulan Numerator Jumlah rerata perawtan pasien gangguan jiwa 6 minggu Denominator Tidak ada Sumber Data Rekam medis Standar ≤ 6 minggu Penanggung jawab Komite medik/mutu

Page 208: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

IV. BEDAH SENTRAL 1. Waktu tunggu operasi elektif Judul Waktu tunggu operasi elektif Dimensi Mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi Tujuan Tergambarnya kecepatan penanganan antrian pelayanan bedah Definisi Operasional

Waktu tunggu operasi elektif adalah tenggang waktu mulai dokter memutuskan untuk operasi yang terencana sampai dengan operasi mulai dilaksanakan

Frekuensi Pengumpulan Data

1 bulan

Periode Analisa 3 bulan Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu operasi yang terencana dari seluruh pasien yang

dioperasi dalam satu bulan Denominator Jumlah pasien yang dioperasi dalam satu bulan Sumber Data Rekam medis Standar ≤ 2 hari Penanggung jawab Ketua instalasi bedah sentral 2. Kejadian kematian dimeja operasi Judul Kejadian kematian dimeja operasi Dimensi Mutu Keselamatan, efektifitas Tujuan Tergambarnya efektifitas pelayanan bedah sentral dan anestesi dan kepedulian

terhadap keselamatan pasien Definisi Operasional

Kematian dimeja operasi adalah kematian yang terjadi di atas meja operasi pada saat operasi berlangsung yang diakibatkan oleh tindakan anastesi maupun tindakan pembedahan

Frekuensi Pengumpulan Data

Tiap bulan dan sentinel event

Periode Analisa Tiap bulan dan sentinel event Numerator Jumlah pasien yang meninggal dimeja operasi dalam satu bulan Denominator Jumlah pasien yang dilakukan tindakan pembedahan dalam satu bulan Sumber Data Rekam medis, laporan keselamatan pasien Standar ≤ 1 % Penanggung jawab Kepala instalasi bedah sentral/komite medis 3. Tidak adanya kejadian operasi salah sisi Judul Tidak adanya kejadian operasi salah sisi Dimensi Mutu Keselamatan pasien Tujuan Tergambarnya kepedulian dan ketelitian instalasi bedah sentral terhadap

keselamatan pasien Definisi Operasional

Kejadian operasi salah sisi adalah kejadian dimana pasien dioperasi pada sisi yang salah, misalnya yang semestinya dioperasi pada sisi kanan, ternyata yang dilakukan operasi adalah pada sisi kiri atau sebaliknya

Frekuensi Pengumpulan Data

1 bulan dan sentinel event

Periode Analisa 1 bulan dan sentinel event Numerator Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan dikurangi jumlah pasien yang

dioperasi salah sisi dalam waktu satu bulan Denominator Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan Sumber Data Rekam medis, laporan keselamatan pasien Standar ≤ 100 % Penanggung jawab Kepala instalasi bedah sentral/komite medis

Page 209: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

4. Tidak adanya kejadian operasi salah orang Judul Tidak adanya kejadian operasi salah orang Dimensi Mutu Keselamatan pasien Tujuan Tergambarnya kepedulian dan ketelitian instalasi bedah sentral terhadap

keselamatan pasien Definisi Operasional

Kejadian operasi salah orang adalah kejadian dimana pasien dioperasi pada orang yang salah

Frekuensi Pengumpulan Data

1 bulan dan sentinel event

Periode Analisa 1 bulan dan sentinel event Numerator Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan dikurangi jumlah operasi salah

orang dalam waktu satu bulan Denominator Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan Sumber Data Rekam medis, laporan keselamatan pasien Standar ≤ 100 % Penanggung jawab Kepala instalasi bedah sentral/komite medis 5. Tidak adanya kejadian salah tindakan pada operasi Judul Tidak adanya kejadian salah tindakan pada operasi Dimensi Mutu Keselamatan pasien Tujuan Tergambarnya ketelitian dalam pelaksanaan operasi dan kesesuaiannya dengan

tindakan operasi rencana yang telah ditetapkan Definisi Operasional

Kejadian salah satu tindakan pada operasi adalah kejadian pasien mengalami tindakan operasi yang tidak sesuai dengan yang direncanakan

Frekuensi Pengumpulan Data

1 bulan dan sentinel event

Periode Analisa 1 bulan dan sentinel event Numerator Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan dikurangi jumlah pasien yang

mengalami salah tindakan operasi dalam waktu satu bulan Denominator Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan Sumber Data Rekam medis, laporan keselamatan pasien Standar ≤ 100 % Penanggung jawab Kepala instalasi bedah sentral/komite medis 6. Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien setelah operasi Judul Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing pada tubuh pasien setelah

operasi Dimensi Mutu Keselamatan pasien Tujuan Kejadian tertinggalnya benda asing adalah kejadian dimana benda asing

sepertikapas, gunting, peralatan operasi dalam tubuh pasien akibat tundakan suatu pembedahan

Definisi Operasional

Kejadian salah satu tindakan pada operasi adalah kejadian pasien mengalami tindakan operasi yang tidak sesuai dengan yang direncanakan

Frekuensi Pengumpulan Data

1 bulan dan sentinel event

Periode Analisa 1 bulan dan sentinel event Numerator Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan dikurangi jumlah pasien yang

mengalami tertinggalnya benda asing dalam tubuh akibat operasi dalam satu bulan Denominator Jumlah pasien yang dioperasi dalam satu bulan Sumber Data Rekam medis, laporan keselamatan pasien Standar ≤ 100 % Penanggung jawab Kepala instalasi bedah sentral/komite medis

Page 210: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

7. Komplikasi anastesi karena over dosis, reaksi anantesi dan salah penempatan endotracheal tube

Judul Komplikasi anastesi karena over dosis, reaksi anantesi dan salah penempatan endotracheal tube

Dimensi Mutu Keselamatan pasien Tujuan Tergambarkannya kecermatan tindakan anastesi dan monitoring pasien selama

proses penundaan berlangsung Definisi Operasional

Komplikasi anastesi adalah kejadian yang tidak diharapkan sebagai akibat komplikasi anastesi antara lain karena over dosis, reaksi anantesi dan salah penempatan endotracheal tube

Frekuensi Pengumpulan Data

1 bulan dan sentinel event

Periode Analisa 1 bulan dan sentinel event Numerator Jumlah pasien yang mengalami komplikasianastesi dalam satu bulan Denominator Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan Sumber Data Rekam medis Standar ≤ 6 % Penanggung jawab Kepala instalasi bedah sentral/komite medis

Page 211: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

V. PERSALINAN DAN PERINATOLOGI (KECUALI RUMAH SAKIT KHUSUS DI LUAR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK)

1. Kejadian kematian ibu karena persalinan Judul Kejadian kematian ibu karena persalinan Dimensi mutu Keselamatan Tujuan Mengetahui mutu pelayanan rumah sakit terhadap pelayanan persalinan. Definisi operasional

Kematian ibu melahirkan yang disebabkan karena perdarahan, pre eklamsia, eklampsia, partus lama dan sepsis. Perdarahan adalah perdarahan yang terjadi pada saat kehamilan semua skala persalinan dan nifas. Pre-eklampsia dan eklampsia mulai terjadi pada kehamilan trimester kedua, pre-eklampsia dan elampsia merupakan kumpulan dari dua dari tiga tanda, yaitu : - Tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan diastolik >110 mmHg - Protein uria > 5 gr/24 jam 3+/4-pada pemeriksaan kualitati - Oedem tungkai Eklampsia adalah tanda pre eklampsia yang disertai dengan kejang dan atau penurunan kesadaran. Sepsis adalah tanda-tanda sepsis yang terjadi akibat penanganan aborsi, persalinan dan nifas yang tidak ditangani dengan tepat oleh pasien atau penolong. Partus lama adalah…..

Frekuensi pengumpulan data

Tiap bulan

Periode analisis Tiap tiga bulan Numerator Jumlah kematian pasien persalinan karena pendarahan, pre-eklampsia/eklampsia

dan sepsis Denominator Jumlah pasien-pasien persalinan dengan pendarahan, pre-eklampsia/eklampsia

dan sepsis. Sumber data Rekam medis rumah sakit Standar Pendarahan < 1% pre-eklampsia < 30%, sepsis < 0,2% Penanggung jawab Komite medik

2. Pemberi pelayanan persalinan normal Judul Pemberi pelayanan persalinan normal Dimensi mutu Kompetensi teknis Tujuan Tersedianya pelayanan persalinan normal oleh tenaga yang kompeten Definisi operasional Pemberi pelayanan persalinan normal adalah dokter Sp,OG, dokter umum terlatih

(asuhan persalinan normal) dan bidan Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah tenaga dokter Sp.OG, dokter umum terlatih (asuhan persalinan normal)

dan bidan yang memberikan pertolongan persalinan normal. Denominator Jumlah seluruh tenaga yang memberi pertolongan persalinan normal. Sumber data Kepegawaian Standar 100% Penanggung jawab Komite mutu

3. Pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit Judul Pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit Dimensi mutu Kompetensi teknis Tujuan Tersedianya pelayanan persalinan normal oleh tenaga yang kompeten Definisi operasional Pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit adalah Tim PONEK yang terdiri

dari dokter Sp,OG, dengan dokter umum dan bidan (perawat yang terlatih). Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Tersedianya tim dokter Sp.OG, dokter umum, bidan dan perawat terlatih. Denominator Tidak ada Sumber data Kepegawaian dan rekam medis Standar Tersedia Penanggung jawab Komite mutu

Page 212: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

4. Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi Judul Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi Dimensi mutu Kompetensi teknis Tujuan Tersedianya pelayanan persalinan dengan tindakan operasi oleh tenaga yang

kompeten Definisi operasional Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi adalah dokter Sp,OG,

dokter spesialis anak, dokter spesialis anastesi Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah tenaga dokter Sp.OG, dokter spesialis anak, dokter spesialis anastesi

yang memberikan pertolongan persalinan dengan tindakan operasi. Denominator Jumlah seluruh tenaga yang melayani persalinan dengan tindakan operasi Sumber data Kepegawaian Standar 100% Penanggung jawab Komite mutu

5. Kemampuan menangani BBLR 1500 gr-2500 gr Judul Kemampuan menangani BBLR 1500 gr-2500 gr Dimensi mutu Efektifitas dan keselamatan Tujuan Tergambarnya kemampuan rumah sakit dalam menangani BBLR Definisi operasional BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan 1500 gr-2500 gr Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah BBLR 1500 gr-2500 gr yang berhasil ditangani Denominator Jumlah seluruh BBLR 1500 gr-2500 gr yang ditangani Sumber data Rekam medis Standar 100% Penanggung jawab Komite medik/Komite mutu

6. Pertolongan persalinan melalui seksio cesaria Judul Pertolongan persalinan melalui seksio cesaria Dimensi mutu Efektifitas, keselamatan dan efisiensi Tujuan Tergambarnya pertolongan di rumah sakit yang sesuai dengan indikasi dan

efisien. Definisi operasional Seksio cesaria adalah tindakan persalinan melalui pembedahan abdominal baik

elektif maupun emergensi. Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah persalinan dengan seksio cesaria dalam 1 bulan Denominator Jumlah seluruh persalinan dalam 1 bulan Sumber data Rekam medis Standar < 100% Penanggung jawab Komite mutu

7.a. Keluarga Berencana Judul Keluarga Berencana Mantap Dimensi mutu Ketersediaan pelayanan kontrasepsi mantap Tujuan Mutu dan kesinambungan pelayanan Definisi operasional Keluarga berencana yang menggunakan metode operasi yang aman dan

sederhana pada alat reproduksi manusia dengan tujuan menghentikan fertilitas oleh tenaga yang kompeten

Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jenis pelayanan KB mantap Denominator Jumlah peserta KB Sumber data Rekam medik dan laporan KB rumah sakit Standar 100% Penanggung jawab pengumpulan data

Direktur Pelayanan Medik

Page 213: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

7.b. Konseling KB Mantap Judul Keluarga Berencana Mantap Dimensi mutu Ketersediaan kontrasepsi mantap Tujuan Mutu dan kesinambungan pelayanan Definisi operasional Proses konsultasi antara pasien dengan bidan terlatih untuk mendapatkan pilihan

pelayanan KB mantap yang sesuai dengan pilihan status kesehatan pasien. Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah konseling layanan KB mantap Denominator Jumlah peserta KB mantap Sumber data Laporan unit layanan KB Standar 100% Penanggung jawab pengumpulan data

Direktur Pelayanan Medik

8. Kepuasan Pelanggan Judul Kepuasan Pelanggan Dimensi mutu Kenyamanan Tujuan Tergambarnya persepsi pasien terhadap mutu pelayanan persalinan Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap

pelayanan persalinan. Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang disurvei (dalam

prosen) Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minial 50) Sumber data Survei Standar > 80% Penanggung jawab Ketua komite mutu/tim mutu

Page 214: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

VI. PELAYANAN INTENSIF 1. Rata-rata pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama < 72 jam Judul Rata-rata pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang

sama < 72 jam Dimensi mutu Efektifitas Tujuan Tergambarnya keberhasilan perawatan intensif Definisi operasional Pasien kembali keperawatan intensif dari ruang rawat inap dengan kasus yang

sama dalam waktu < 72 jam Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama < 72

jam dalam 1 bulan. Denominator Jumlah seluruh pasien yang dirawat di ruang intensif dalam 1 bulan. Sumber data Rekam medis Standar < 3% Penanggung jawab Komite mudik/mutu

2. Pemberi pelayanan unit intensif Judul Pemberi pelayanan unit intensif Dimensi mutu Kompetensi teknis Tujuan Tersedianya pelayanan intensif tenaga yang kompeten Definisi operasional Pemberi pelayanan intensif adalah dokter Sp.An dan dokter spesialis sesuai

dengan kasus yang ditangani, perawat D3 dengan sertifikat perawat mahir ICU/setara

Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah tenaga dokter Sp.An dan spesialis yang sesuai dengan kasus yang

ditangani, perawat D3 dengan sertifikat perawat mahir ICU/setara yang melayani pelayanan perawatan intensif

Denominator Jumlah seluruh tenaga dokter dan perawat yang melayani perawatan intensif Sumber data Kepegawaian Standar 100% Penanggung jawab Komite medik/mutu

Page 215: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

VII. RADIOLOGI 1. Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto Judul Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto Dimensi mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan radiologi Definisi operasional Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto adalah tenggang waktu mulai pasien di

foto sampai dengan menerima hasil yang sudah diekspertisi Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto dalam satu bulan. Denominator Jumlah pasien yang difoto thorax dalam bulan tersebut. Sumber data rekam medis Standar < 3% Penanggung jawab Kepala instalasi radiologI

2. Pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaan Judul Pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaan Dimensi mutu Kompetensi tehnis Tujuan Pembacaan dan verifikasi hasil pemeriksaan rontgen dilakukan oleh tenaga ahli

untuk memastikan ketepatan diagnosis Definisi operasional Pelaksana ekspertisi rontgen adalah dokter spesialis Radiologi yang mempunyai

kewenangan untuk melakukan pembacaan foto rontgen/ hasil pemeriksaan radiologi. Bukti pembacaan dan verifikasi adalah dicantumkannya tanda tangan dokter spesialis radiologi pada lembar hasil pemeriksaan yang dikirimkan kepada dokter yang meminta.

Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah foto rontgen yang dibaca dan diverifikasi oleh dokter spesialis radiologi

dalam 1 bulan. Denominator Jumlah seluruh pemeriksaan foto rontgen dalam 1 bulan. Sumber data Register di Instalasi Radiologi Standar 100 % Penanggung jawab Kepala instalasi radiologI

3. Kejadian kegagalan pelayanan rontgen Judul Kejadian kegagalan pelayanan rontgen Dimensi mutu Efektifitas dan efisiensi Tujuan Tergambarnya efektifitas dan efisiensi pelayanan rontgen Definisi operasional Kegagalan pelayanan rontgen adalah kerusakan foto yang tidak dapat dibaca Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah foto rusak yang tidak dapat dibaca dalam 1 bulan Denominator Jumlah seluruh pemeriksaan foto dalam 1 bulan Sumber data Register radiology Standar < 2 % Penanggung jawab Kepala instalasi Radiologi

4. Kepuasan pelanggan Judul Kepuasan pelanggan Dimensi mutu Kenyamanan Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan radiologi Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap

pelayanan radiology Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah pasien yang disurvei yang menyatakan puas Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minial 50) Sumber data Survei Standar > 80 % Penanggung jawab Ketua komite mutu/tim mutu

Page 216: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

VIII. LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK 1. Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium Judul Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium Dimensi mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan laboratorium Definisi operasional Pemeriksaan laboratorium yang dimaksud adalah pelayanan pemeriksaan

laboratorium rutin dan kimia darah. Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium untuk pemeriksaan laboratorium adalah tenggang waktu mulai pasien diambil sample sampai dengan menerima hasil yang sudah diekspertisi.

Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium pasien yang disurvey

dalam satu bulan Denominator Jumlah pasien yang diperiksa di laboratorium yang disurvey dalam bulan tersebut. Sumber data Survey Standar < 140 menit (manual) Penanggung jawab Kepala Instalasi Laboratorium

2. Pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaan laboratorium Judul Pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaan laboratorium Dimensi mutu Kompetensi teknis Tujuan Pembacaan dan verifikasi hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh tenaga

ahli untuk memastikan ketepatan diagnosis. Definisi operasional Pelaksana ekspertisi laboratorium adalah dokter spesialis patologi klinik yang

mempunyai kewenangan untuk melakukan pembacaan hasil pemeriksaan laboratorium. Bukti dilakukan ekspertisi adalah adanya tandatangan pada lembar hasil pemeriksaan yang dikirimkan pada dokter yang meminta.

Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah hasil lab. yang diverifikasi hasilnya oleh dokter spesialis patologi klinik

dalam satu bulan. Denominator Jumlah seluruh pemeriksaan laboratorium dalam satu bulan Sumber data Register di instalasi laboratorium Standar 100% Penanggung jawab Kepala instalasi laboratorium

3. Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium Judul Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium Dimensi mutu Keselamatan Tujuan Tergambarnya ketelitian pelayanan laboratorium Definisi operasional Kesalahan penyerahan hasil laboratorium adalah penyerahan hasil laboratorium

pada salah orang. Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah seluruh pasien yang diperiksa laboratorium dalam satu bulan dikurangi

jumlah penyerahan hasil laboratorium salah orang dalam satu bulan Denominator Jumlah pasien yang diperiksa di laboratorium dalam bulan tersebut Sumber data Rekam medis Standar 100% Penanggung jawab Kepala Instalasi Laboratorium

Page 217: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

4. Kepuasan pelanggan Judul Kepuasan pelanggan Dimensi mutu Kenyamanan Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan laboratorium Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap

pelayanan laboratorium. Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang disurvei (dalam

prosen) Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minial 50) Sumber data Survei Standar > 80 % Penanggung jawab Kepala Instalasi Laboratorium

Page 218: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

IX. REHABILITASI MEDIK 1. Kejadian drop out pasien terhadap pelayanan rehabilitasi yang direncanakan. Judul Kejadian drop out pasien terhadap pelayanan rehabilitasi yang

direncanakan. Dimensi mutu Kesinambungan pelayanan dan efektifitas Tujuan Tergambarnya kesinambungan pelayanan rehabilitasi sesuai yang direncanakan Definisi operasional Drop out pasien terhadap pelayanan rehabilitasi yang direncanakan adalah pasien

tidak bersedia meneruskan program rehabilitasi yang direncanakan. Frekuensi pengumpulan data

3 bulan

Periode analisis 6 bulan Numerator Jumlah seluruh pasien yang drop out dalam 3 bulan Denominator Jumlah seluruh pasien yang di program rehabilitasi medik dalam 3 bulan Sumber data Rekam medis Standar < 50% Penanggung jawab Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik

2. Tidak adanya kejadian kesalahan tindakan rehabilitasi medik Judul Tidak adanya kejadian kesalahan tindakan rehabilitasi medik Dimensi mutu Keselamatan dan kenyamanan Tujuan Tergambarnya kejadian kesalahan klinis dalam rehabilitasi medik Definisi operasional Kesalahan tindakan rehabilitasi medik adalah memberikan atau tidak memberikan

tindakan rehabilitasi medik yang diperlukan yang tidak sesuai dengan rencana asuhan dan/atau tidak sesuai dengan pedoman/standar pelayanan rehabilitasi medik.

Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah seluruh pasien yang deprogram rehabilitasi medik dalam 1 bulan dikurangi

jumlah pasien yang mengalami kesalahan tindakan rehabilitasi medik dalam 1 bulan.

Denominator Jumlah seluruh pasien yang deprogram rehabilitasi medik dalam 1 bulan Sumber data Rekam medis Standar 100 % Penanggung jawab Kepala Instalasi Rehabilitas Medik

3. Kepuasan Pelanggan Judul Kepuasan pelanggan Dimensi mutu Kenyamanan Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan rehabilitasi medik Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap

pelayanan rehabilitas medik. Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang disurvei (dalam

prosen) Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minial 50) Sumber data Survei Standar >80 % Penanggung jawab Kepala Instalasi Rehabilitas Medik

Page 219: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

X. FARMASI 1.a. Waktu tunggu pelayanan obat jadi Judul Waktu tunggu pelayanan obat jadi Dimensi mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan farmasi Definisi operasional Waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah tenggang waktu mulai pasien

menyerahkan resep sampai dengan menerima obat jadi Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu pelayanan obat jadi pasien yang disurvey dalam

satu bulan Denominator Jumlah pasien yang disurvey dalam bulan tersebut. Sumber data Survey Standar <30 % Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi

1.b. Waktu tunggu pelayanan obat racikan Judul Waktu tunggu pelayanan obat racikan Dimensi mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan farmasi Definisi operasional Waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah tenggang waktu mulai pasien

menyerahkan resep sampai dengan menerima obat racikan Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu pelayanan obat racikan pasien yang disurvey

dalam satu bulan Denominator Jumlah pasien yang disurvey dalam bulan tersebut. Sumber data Survey Standar <60 % Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi

2. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat Judul Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat Dimensi mutu Keselamatan dan kenyamanan Tujuan Tergambarnya kejadian kesalahan dalam pemberian obat Definisi operasional Kesalahan pemberian obat meliputi :

1. Salah dalam memberikan jenis obat 2. Salah dalam memberikan dosis 3. Salah orang 4. Salah jumlah

Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah seluruh pasien instalasi farmasi yang disurvey dikurangi jumlah pasien

yang mengalami kesalahan pemberian obat Denominator Jumlah seluruh pasien instalasi farmasi yang disurvey Sumber data Survey Standar 100% Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi

Page 220: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

3. Kepuasan Pelanggan Judul Kepuasan pelanggan Dimensi mutu Kenyamanan Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan farmasi Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan terhadap

pelayanan farmasi. Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang disurvei (dalam

prosen) Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minimal 50) Sumber data Survey Standar >80% Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi

4. Penulisan resep sesuai formularium Judul Penulisan resep sesuai formularium Dimensi mutu Efisiensi Tujuan Tergambarnya efisiensi pelayanan obat kepada pasien Definisi operasional Formularium obat adalah daftar obat yang digunakan di rumah sakit. Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah resep yang diambil sebagai sample yang sesuai formularium dalam satu

bulan. Denominator Jumlah seluruh resep yang diambil sebagai sampel dalam satu bulan (n minimal

50) Sumber data Survey Standar 100% Penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi

Page 221: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

XI. Gizi 1. Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien Judul Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien Dimensi mutu Efektifitas, akses, kenyamanan Tujuan Tergambarnya efektifitas pelayanan instalasi gizi Definisi operasional Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien adalah ketepatan

penyediaan makanan, pada pasien sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah pasien rawat inap yang disurvei yang mendapat makanan tepat waktu

dalam satu bulan. Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap yang disurvei Sumber data Survey Standar >90% Penanggung jawab Kepala Instalasi Gizi/Kepala Instalasi Rawat Inap

2. Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien Judul Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien Dimensi mutu Efektifitas dan efisien Tujuan Tergambarnya efektifitas dan efisiensi pelayanan instalasi gizi Definisi operasional Sisa makanan adalah porsi makanan yang tersisa yang tidak dimakan oleh pasien

(sesuai dengan pedoman asuhan gizi rumah sakit) Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah kumulatif porsi sisa makanan dari pasien yang disurvey Denominator Jumlah pasien yang disurvey dalam satu bulan Sumber data Survey Standar >20% Penanggung jawab Kepala Instalasi Gizi/Kepala Instalasi Rawat Inap

3. Tidak adanya kesalahan dalam pemberian diet Judul Tidak adanya kesalahan dalam pemberian diet Dimensi mutu Keamanan, efisien Tujuan Tergambarnya kesalahan dan efisiensi pelayanan instalasi gizi Definisi operasional Kesalahan dalam memberikan diet adalah kesalahan dalam memberikan jenis

diet. Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah pemberian makanan yang disurvey dikurangi jumlah pemberian makanan

yang salah diet. Denominator Jumlah pasien yang disurvey dalam satu bulan Sumber data Survey Standar 100% Penanggung jawab Kepala Instalasi Gizi/Kepala Instalasi Rawat Inap

Page 222: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

XII. TRANSFUSI DARAH 1. Pemenuhan kebutuhan darah bagi setiap pelayanan transfusi Judul Pemenuhan kebutuhan darah bagi setiap pelayanan transfusi Dimensi mutu Keselamatan dan kesinambungan pelayanan Tujuan Tergambarnya kemampuan bank darah rumah sakit dalam menyediakan

kebutuhan darah. Definisi operasional Cukup jelas Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah permintaan kebutuhan darah yang dapat dipenuhi dalam 1 bulan Denominator Jumlah seluruh permintaan darah dalam 1 bulan Sumber data Survey Standar 100% Penanggung jawab Yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan bank darah

2. Kejadian reaksi transfusi Judul Kejadian reaksi transfusi Dimensi mutu Keselamatan Tujuan Tergambarnya manajemen risiko pada UTD Definisi operasional Reaksi transfusi adalah kejadian tidak diharapkan (KTD) yang terjadi akibat

transfusi darah, dalam bentuk reaksi alergi, infeksi akibat transfusi, hemolisi akibat golongan darah tidak sesuai, atau gangguan sistem imun sebagai akibat pemberian transfusi darah.

Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah kejadian reaksi transfusi dalam satu bulan Denominator Jumlah seluruh pasien yang mendapat transfusi dalam satu bulan Sumber data Rekam medis Standar <0,01% Penanggung jawab Kepala UTD

Page 223: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

XIII. PELAYANAN GAKIN 1. Pelayanan terhadap pasien GAKIN yang datang ke RS pada setiap unit pelayanan Judul Pelayanan terhadap pasien GAKIN yang datang ke RS pada setiap unit

pelayanan Dimensi mutu Akses Tujuan Tergambarnya kepedulian rumah sakit terhadap masyarakat miskin Definisi operasional Pasien Keluarga Miskin (GAKIN) adalah pasien pemegang kartu askeskin Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah pasien GAKIN yang dilayani rumah sakit dalam satu bulan Denominator Jumlah seluruh pasien GAKIN yang datang ke rumah sakit dalam satu bulan. Sumber data Register pasien Standar 100% Penanggung jawab Direktur Rumah Sakit

Page 224: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

XIV. REKAM MEDIK 1. Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai pelayanan Judul Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai pelayanan Dimensi mutu Kesinambungan pelayanan dan keselamatan Tujuan Tergambarnya tanggung jawab dokter dalam kelengkapan informasi rekam medik. Definisi operasional Rekam medik yang lengkap adalah, rekam medik yang telah diisi lengkap oleh

dokter dalam waktu < 24 jam setelah selesai pelayanan rawat jalan atau setelah pasien rawat inap diputuskan untuk pulang, yang meliputi identitas pasien, anamnesis, rencana asuhan, pelaksanaan asuhan, tindak lanjut dan resume

Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah rekam medik yang disurvey dalam 1 bulan yang diisi lengkap Denominator Jumlah rekam medik yang disurvey dalam 1 bulan. Sumber data Survey Standar 100% Penanggung jawab Kepala instalasi rekam medik/wadir pelayanan medik.

2. Kelengkapan informed concent setelah mendapatkan informasi yang jelas Judul Kelengkapan informed concent setelah mendapatkan informasi yang jelas Dimensi mutu Keselamatan Tujuan Tergambarnya tanggung jawab dokter untuk memberikan kepada pasien dan

mendapat persetujuan dari pasien akan tindakan medik yang dilakukan. Definisi operasional Informed concent adalah persetujuan yang diberikan pasien/keluarga pasien atas

dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah pasien yang mendapat tindakan medik yang disurvey yang mendapat

informasi lengkap sebelum memberikan persetujuan tindakan medik dalam 1 bulan.

Denominator Jumlah pasien yang mendapat tindakan medik yang disurvey dalam 1 bulan Sumber data Survey Standar 100% Penanggung jawab Kepala instalasi rekam medik

3. Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan Judul Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan Dimensi mutu Efektifitas, kenyamanan, efisiensi Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan pendaftaran rawat jalan Definisi operasional Dokumen rekam medis rawat jalan adalah dokumen rekam medis pasien baru

atau pasien lama yang digunakan pada pelayanan rawat jalan. Waktu penyediaan dokumen rekam medik mulai dari pasien mendaftar sampai rekam medis disediakan/ditemukan oleh petugas.

Frekuensi pengumpulan data

tiap bulan

Periode analisis Tiap 3 bulan Numerator Jumlah kumulatif waktu penyediaan rekam medis sampel rawat jalan yang diamati Denominator Total sampel penyediaan rekam medis yang diamati (N tidak kurang dari 100). Sumber data Hasil survei pengamatan diruang pendaftaran rawat jalan untuk pasien

baru/diruang rekam medis untuk pasien lama. Standar Rerata < 10 menit Penanggung jawab Kepala instalasi rekam medis

Page 225: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

4. Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat inap Judul Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat inap Dimensi mutu Efektifitas, kenyamanan, efisiensi Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan rekam medik rawat inap Definisi operasional Dokumen rekam medis rawat inap adalah dokumen rekam medis pasien baru

atau pasien lama yang digunakan pada pelayanan rawat inap. Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat inap adalah waktu mulai pasien diputuskan untuk rawat inap oleh dokter sampai rekam medik rawat inap tersedia di bangsal pasien.

Frekuensi pengumpulan data

tiap bulan

Periode analisis Tiap 3 bulan Numerator Jumlah kumulatif waktu penyediaan rekam medis sampel rawat inap yang diamati Denominator Total sampel penyediaan rekam medis rawat inap yang diamati Sumber data Hasil survei pengamatan diruang pendaftaran rawat jalan Standar Rerata < 15 menit Penanggung jawab Kepala instalasi rekam medis

Page 226: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

XV. Pengolahan Limbah 1. Baku mutu limbah cair Judul Baku mutu limbah cair Dimensi mutu Keselamatan Tujuan Tergambarnya kepedulian rumah sakit terhadap keamanan limbah cair rumah

sakit Definisi operasional Baku mutu adalah standar minimal pada limbah cair yang dianggap aman bagi

kesehatan, yang merupakan ambang batas yang ditolerir dan diukur dengan indikator : BOD (Biological Oxygen Demand) : 30 mg/liter COD (Chemical Oxygen Demand) : 80 mg/liter TSS (Total Suspended Solid) 30 mg/liter PH : 6-9

Frekuensi pengumpulan data

3 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Hasil laboratorium pemeriksaan limbah cair rumah sakit yang sesuai dengan

baku mutu. Denominator Jumlah seluruh pemeriksaan limbah cair. Sumber data Hasil pemeriksaan Standar 100% Penanggung jawab Kepala IPRS

2. Pengolahan limbah padat berbahaya sesuai dengan aturan Judul Pengolahan limbah padat berbahaya sesuai dengan aturan Dimensi mutu Keselamatan Tujuan Tergambarnya mutu penanganan limbah padat infeksius di rumah sakit Definisi operasional Limbah padat berbahaya adalah sampah pada akibat proses pelayanan yang

mengandung bahan-bahan yang tercemar jasad renik yang dapat menularkan penyakit dan/atau dapat mencederai, antara lain : 1. Sisa jarum suntik 2. Sisa ampul 3. Kasa bekas 4. Sisa jaringan Pengolahan limbah padat berbahaya harus dikelola sesuai dengan aturan dan pedoman yang berlaku

Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah limbah padat yang dikelola sesuai dengan standar prosedur operasional

yang diamati Denominator Jumlah total proses pengolahan limbah padat yang diamati Sumber data Hasil pengamatan Standar 100% Penanggung jawab Kepala IPRS / Kepala K3 RS

Page 227: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

XVI. Administrasi dan Manajemen 1. Tindak lanjut penyelesaian hasil pertemuan tingkat direksi Judul Tindak lanjut penyelesaian hasil pertemuan tingkat direksi Dimensi mutu Efektivitas Tujuan Tergambarnya kepedulian direksi terhadap upaya perbaikan pelayanan di rumah

sakit Definisi operasional Tindak lanjut penyelesaian hasil pertemuan tingkat direksi adalah pelaksanaan

tindak lanjut yang harus dilakukan oleh peserta pertemuan terhadap kesepakatan atau keputusan yang telah diambil dalam pertemuan tersebut sesuai dengan permasalahan pada bidang masing-masing

Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Hasil keputusan pertemuan direksi yang ditindaklanjuti dalam satu bulan Denominator Total hasil keputusan yang harus ditindaklanjuti dalam satu bulan Sumber data Notulen rapat Standar 100% Penanggung jawab Direktur rumah sakit

2. Kelengkapan laporan akuntabilitas kinerja Judul Kelengkapan laporan akuntabilitas kinerja Dimensi mutu Efektivitas, efisiensi Tujuan Tergambarnya kepedulian administrasi rumah sakit dalam menunjukkan

akuntabilitas kinerja pelayanan. Definisi operasional Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban rumah sakit untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui pertanggungjawaban secara periodik. Laporan akuntabilitas kinerja yang lengkap adalah laporan kinerja yang memuat pencapaian indikator-indikator yang ada pada SPM (Standar Pelayanan Minimal), indikator-indikator kinerja pada rencana strategik bisnis rumah sakit dan indikator-indikator kinerja yang lain yang dipersyaratkan oleh pemerintah daerah. Laporan akuntabilitas kinerja minimal 3 bulan sekali.

Frekuensi pengumpulan data

1 tahun

Periode analisis 3 tahun Numerator Laporan akuntabilitas kinerja yang lengkap dan dilakukan minimal 3 bulan dalam

satu tahun Denominator Jumlah laporan akuntabilitas yang seharusnya disusun dalam satu tahun Sumber data Bagian Tata Usaha Standar 100% Penanggung jawab Direktur

3. Ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat Judul Ketepatan waktu pengusulan kenaikan pangkat Dimensi mutu Efektivitas, efisiensi, kenyamanan Tujuan Tergambarnya kepedulian rumah sakit terhadap tingkat kesejahteraan pegawai. Definisi operasional Usulan kenaikan pangkat pegawai dilakukan dua periode dalam satu tahun yaitu

bulan April dan Oktober Frekuensi pengumpulan data

1 tahun

Periode analisis 1 tahun Numerator Jumlah pegawai yang diusulkan tepat waktu sesuai periode kenaikan pangkat

dalam satu tahun. Denominator Jumlah seluruh pegawai yang seharusnya diusulkan kenaikan pangkat dalam satu

tahun. Sumber data Sub bagian kepegawaian Standar 100% Penanggung jawab Kepala Bagian Tata Usaha

Page 228: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

4. Ketepatan waktu pengurusan kenaikan gaji berkala Judul Ketepatan waktu pengurusan kenaikan gaji berkala Dimensi mutu Efektivitas, kenyamanan Tujuan Tergambarnya kepedulian rumah sakit terhadap kesejahteraan pegawai Definisi operasional Usulan kenaikan berkala adalah kenaikan gaji secara periodik sesuai peraturan

kepegawaian yang berlaku (UU No. 8/1974, UU No. 43/1999) Frekuensi pengumpulan data

Satu tahun

Periode analisis Satu tahun Numerator Jumlah pegawai yang diusulkan tepat waktu sesuai periode kenaikan pangkat

dalam satu tahun. Denominator Jumlah seluruh pegawai yang seharusnya diusulkan kenaikan pangkat dalam satu

tahun. Sumber data Sub bagian kepegawaian Standar 100% Penanggung jawab Kepala Bagian Tata Usaha

5. Karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam pertahun Judul Karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam pertahun Dimensi mutu Kompetensi teknis Tujuan Tergambarnya kepedulian rumah sakit terhadap kualitas sumber daya manusia Definisi operasional Pelatihan adalah semua kegiatan peningkatan kompetensi karyawan yang

dilakukan baik dirumah sakit ataupun di luar rumah sakit yang bukan merupakan pendidikan formal. Minimal per karyawan 20 jam per tahun.

Frekuensi pengumpulan data

Satu tahun

Periode analisis Satu tahun Numerator Jumlah karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam per tahun Denominator Jumlah seluruh karyawan di rumah sakit Sumber data Sub bagian kepegawaian Standar >60% Penanggung jawab Kepala Bagian Tata Usaha

6. Cost Recovery Judul Cost recovery Dimensi mutu Efisiensi, efektivitas Tujuan Tergambarnya tingkat kesehatan keuangan di rumah sakit Definisi operasional Cost recovery adalah jumlah pendapatan fungsional dalam periode waktu tertentu

dibagi dengan jumlah pembelanjaan operasional dalam periode waktu tertentu. Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah pendapatan fungsional dalam satu bulan Denominator Jumlah pembelanjaan operasional dalam satu bulan Sumber data Sub bagian kepegawaian Standar >40% Penanggung jawab Kepala Bagian Tata Usaha/Keuangan

7. Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan Judul Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan Dimensi mutu Efektivitas Tujuan Tergambarnya disiplin pengelolaan keuangan rumah sakit Definisi operasional Laporan keuangan meliputi realisasi anggaran dan arus kas

Laporan keuangan harus diselesaikan sebelum tanggal 10 setiap bulan berikutnya Frekuensi pengumpulan data

Tiga bulan

Periode analisis Tiga bulan Numerator Jumlah laporan keuangan yang diselesaikan sebelum tanggal setiap bulan

berikutnya dalam tiga bulan Denominator Jumlah laporan keuangan yang harus diselesaikan dalam tiga bulan Sumber data Sub bagian kepegawaian Standar 100% Penanggung jawab Kepala Bagian Tata Usaha/Keuangan

Page 229: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

8. Kecepatan waktu pemberian informasi tentang tagihan pasien rawat inap Judul Kecepatan waktu pemberian informasi tentang tagihan pasien rawat inap Dimensi mutu Efektivitas, kenyamanan Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan informasi pembayaran pasien rawat inap Definisi operasional Informasi tagihan pasien rawat inap meliputi semua tagihan pelayanan yang telah

diberikan. Kecepatan waktu pemberian informasi tagihan pasien rawat inap adalah waktu mulai pasien dinyatakan boleh pulang oleh dokter sampai dengan informasi tagihan diterima oleh pasien.

Frekuensi pengumpulan data

Tiap bulan

Periode analisis Tiap tiga bulan Numerator Jumlah kumulatif waktu pemberian informasi tagihan pasien rawat inap yang

diamati dalam satu bulan Denominator Jumlah total pasien rawat inap yang diamati dalam satu bulan Sumber data Hasil pengamatan Standar < 2 jam Penanggung jawab Bagian Keuangan

9. Ketepatan waktu pemberian imbalan (insentif) sesuai kesepakatan waktu Judul Ketepatan waktu pemberian imbalan (insentif) sesuai kesepakatan waktu Dimensi mutu Efektivitas, Tujuan Tergambarnya kinerja manajemen dalam memperhatikan kesejahteraan

karyawan. Definisi operasional Insentif adalah imbalan yang diberikan kepada karyawan sesuai dengan kinerja

yang dicapai dalam satu bulan. Frekuensi pengumpulan data

Tiap 6 bulan

Periode analisis Tiap 6 bulan Numerator Jumlah bulan dengan kelambatan pemberian insentif Denominator 6 Sumber data Catatan di bagian keuangan Standar 100% Penanggung jawab Bagian Keuangan

Page 230: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

XVII. AMBULANCE/KERETA JENAZAH 1. Waktu pelayanan ambulance/kereta jenazah Judul Waktu pelayanan ambulance/kereta jenazah Dimensi mutu Akses Tujuan Tersedianya pelayanan ambulance/kereta jenazah yang dapat diakses setiap

waktu oleh pasien/keluarga pasien yang membutuhkan. Definisi operasional Waktu pelayanan ambulance/kereta jenazah adalah ketersediaan waktu

penyediaan ambulance/kereta jenazah untuk memenuhi kebutuhan pasien/keluarga pasien

Frekuensi pengumpulan data

Setiap bulan

Periode analisis Tiga bulan sekali Numerator Total waktu buka (dalam jam) pelayanan ambulance dalam satu bulan Denominator Jumlah hari dalam bulan tersebut Sumber data Instalasi gawat darurat Standar 24 jam Penanggung jawab Penanggungjawab ambulance/kereta jenazah

2. Kecepatan memberikan pelayanan ambulance/kereta jenazah di rumah sakit Judul Kecepatan memberikan pelayanan ambulance/kereta jenazah di rumah sakit Dimensi mutu Kenyamanan, keselamatan Tujuan Tergambarnya ketanggapan rumah sakit dalam menyediakan kebutuhan pasien

akan ambulance/kereta jenazah Definisi operasional Kecepatan memberikan pelayanan ambulance/kereta jenazah adalah waktu yang

dibutuhkan mulai permintaan ambulance/kereta jenazah diajukan oleh pasien/keluarga pasien di rumah sakit sampai tersedianya ambulance/kereta jenazah. Maksimal 30 menit

Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah penyediaan ambulance/kereta jenazah yang tepat waktu dalam 1 bulan Denominator Jumlah seluruh permintaan ambulance/kereta jenazah dalam satu bulan Sumber data Catatan penggunaan ambulance/kereta jenazah Standar 100% Penanggung jawab Penanggungjawab ambulance/kereta jenazah

3. Response time pelayanan ambulance oleh masyarakat yang membutuhkan Judul Response time pelayanan ambulance oleh masyarakat yang membutuhkan Dimensi mutu Tujuan Definisi operasional Frekuensi pengumpulan data

Periode analisis Numerator Denominator Sumber data Standar Penanggung jawab

Page 231: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

XVIII. PEMULASARAAN JENAZAH 1. Waktu tanggap pelayanan pemulasaraan jenazah Judul Waktu tanggap pelayanan pemulasaraan jenazah Dimensi mutu Kenyamanan Tujuan Tergambarnya kepedulian rumah sakit terhadap kebutuhan pasien akan

pemulasaraan jenazah. Definisi operasional Waktu tanggap pelayanan pemulasaraan jenazah adalah waktu yang dibutuhkan

mulai pasien dinyatakan meninggal sampai dengan jenazah mulai ditangani oleh petugas.

Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Total kumulatif waktu pelayanan pemulasaraan jenazah pasien yang diamati

dalam satu bulan Denominator Total pasien yang diamati dalam satu bulan Sumber data Hasil pengamatan Standar < 2 jam Penanggung jawab Kepala instalasi pemulasaraan jenazah

Page 232: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

XIX. PELAYANAN PEMELIHARAAN SARANA RUMAH SAKIT 1. Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat Judul Kecepatan waktu menanggapi kerusakan alat Dimensi mutu Efektivitas, efisiensi, kesinambungan pelayanan Tujuan Tergambarnya kecepatan dan ketanggapan dalam pemeliharaan alat Definisi operasional Kecepatan waktu menanggapi alat yang rusak adalah waktu yang dibutuhkan

mulai laporan alat rusak diterima sampai dengan petugas melakukan pemeriksaan terhadap alat yang rusak untuk tindak lanjut perbaikan, maksimal dalam waktu 15 menit harus sudah ditanggapi.

Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah laporan kerusakan alat yang ditanggapi kurang atau sama dengan 15

menit dalam satu bulan. Denominator Jumlah seluruh laporan kerusakan alat dalam satu bulan Sumber data Catatan laporan kerusakan alat Standar > 80 % Penanggung jawab Kepala IPRS

2. Ketepatan waktu pemeliharaan alat Judul Ketepatan waktu pemeliharaan alat Dimensi mutu Efektivitas, efisiensi, kesinambungan pelayanan Tujuan Tergambarnya kecepatan dan ketanggapan dalam pemeliharaan alat Definisi operasional Waktu pemeliharaan alat adalah waktu yang menunjukkan periode

pemeliharaan/service untuk tiap-tiap alat sesuai ketentuan yang berlaku. Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah alat yang dilakukan pemeliharaan (service) tepat waktu dalam satu bulan Denominator Jumlah seluruh alat yang seharusnya dilakukan pemeliharaan dalam satu bulan Sumber data Register pemeliharaan alat Standar 100% Penanggung jawab Kepala IPRS

3. Peralatan Laboratorium (dan alat ukur yang lain) yang terkalibrasi tepat waktu sesuai dengan ketentuan kalibrasi. Judul Peralatan Laboratorium (dan alat ukur yang lain) yang terkalibrasi tepat

waktu sesuai dengan ketentuan kalibrasi. Dimensi mutu Keselamatan dan efektivitas Tujuan Tergambarnya akurasi pelayanan laboratorium Definisi operasional Kalibrasi adalah pengujian kembali terhadap kelayakan peralatan laboratorium

oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Frekuensi pengumpulan data

1 tahun

Periode analisis 1 tahun Numerator Jumlah seluruh alat laboratorium yang dikalibrasi tepat waktu dalam satu tahun Denominator Jumlah alat laboratorium yang perlu dikalibrasi dalam 1 tahun Sumber data Buku register Standar 100% Penanggung jawab Kepala Instalasi Laboratorium

Page 233: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

XX. PELAYANAN LAUNDRY 1. Tidak adanya kejadian linen yang hilang Judul Tidak adanya kejadian linen yang hilang Dimensi mutu Efisiensi dan efektifitas Tujuan Tergambarnya pengendalian dan mutu pelayanan laundry Definisi operasional Tidak ada Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 1 bulan Numerator Jumlah linen yang dihitung dalam 4 hari sampling dalam satu tahun Denominator Jumlah linen yang seharusnya ada pada hari sampling tersebut Sumber data Survey Standar 100% Penanggung jawab Kepala Instalasi Laundry

2. Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat inap Judul Ketepatan waktu penyediaan linen untuk ruang rawat inap Dimensi mutu Efisiensi dan efektifitas Tujuan Tergambarnya pengendalian dan mutu pelayanan laundry Definisi operasional Ketepatan waktu penyediaan linen adalah ketepatan penyediaan linen sesuai

dengan ketentuan waktu yang ditetapkan Frekuensi pengumpulan data

1 bulan

Periode analisis 1 bulan Numerator Jumlah hari dalam satu bulan dengan penyediaan linen tepat waktu Denominator Jumlah hari dalam satu bulan Sumber data Survey Standar 100% Penanggung jawab Kepala Instalasi Laundry

Page 234: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

XXI. PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI 1. Tim PPI Judul Tersedianya anggota Tim PPI yang terlatih Dimensi mutu Kompetensi teknis Tujuan Tersedianya anggota Tim PPI yang kompeten untuk melaksanakan

tugas-tugas Tim PPI Definisi operasional Adalah anggota Tim PPI yang telah mengikuti pendidikan dan

pelatihan dasar dan lanjut PPI Frekuensi pengumpulan data

Tiap 3 bulan

Periode analisis Tiap 1 bulan Numerator Jumlah anggota tim PPI yang sudah terlatih Denominator Jumlah anggota Tim PPI Sumber data Kepegawaian Standar 75% Penanggung jawab Ketua Komite PPI

2. Koordinasi APD Judul Tersedianya APD (Alat Pelindung Diri) Dimensi mutu Mutu pelayanan, keamanan pasien, petugas dan pengunjung Tujuan Tersedianya APD di setiap instalasi RS Definisi operasional Alat terstandar yang berguna untuk melindungi tubuh, tenaga

kesehatan, pasien atau pengunjung dari penularan penyakit di RS seperti masker, sarung tangan karet, penutup kepala, sepatu boots dan gaun

Frekuensi pengumpulan data

Setiap hari

Periode analisis 1 bulan Numerator Jumlah instalasi yang menyediakan APD Denominator Jumlah instalasi di rumah sakit Sumber data Survey Standar 75% Penanggung jawab Tim PPI

3. Kegiatan pencatatan dan pelaporan infeksi nosokomial di rumah sakit Judul Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan infeksi

nosokomial di rumah sakit Dimensi mutu Keamanan pasien, petugas dan pengunjung Tujuan Tersedianya data pencatatan dan pelaporan infeksi di RS Definisi operasional Kegiatan pengamatan faktor resiko infeksi nosokomial, pengumpulan

data (cek list) pada instalasi yang tersedia di RS, minimal 1 parameter (ILO, ILI, VAP, ISK)

Frekuensi pengumpulan data

Setiap hari

Periode analisis 1 bulan Numerator Jumlah instalasi yang melakukan pencatatan dan pelaporan Denominator Jumlah instalasi yang tersedia Sumber data Survey Standar 75% Penanggung jawab Tim PPI RS

Keterangan : ILO : Infeksi Luka Operasi ILI : Infeksi Luka Infus VAP : Ventilator Associated Pneumonie ISK : Infeksi Saluran Kemih

Page 235: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

MASUKAN TENTANG PENATALAKSANAAN TUBERCULOSIS (TB) DI RS

No. Jenis Pelayanan Indikator Standar 1. Rawat jalan a. Penegakan diagnosis TB melalui

pemeriksaan mikroskopis TB b. Terlaksananya kegiatan pencatatan

dan pelaporan TB di Rumah Sakit

60%

60%

2. Rawat Inap c. Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB

d. Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di rumah sakit

60%

60%

A. RAWAT JALAN 1. Kegiatan penegakan diagnosis Tuberculosis (TB) Judul Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB Dimensi mutu Efektivitas dan keselamatan Tujuan Terlaksananya diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB Definisi operasional Penegakan diagnosis pasti TB melalui pemeriksaan mikroskopis

pada pasien rawat jalan Frekuensi pengumpulan data

3 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis

TB di RS dalam 3 bulan Denominator Jumlah penegakan diagnosis TB di RS dalam 3 bulan Sumber data Rekam medik Standar 60% Penanggung jawab Kepala Instalasi Rawat Jalan

2. Kegiatan pencatatan dan pelaporan (TB) di RS Judul Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan (TB) di RS Dimensi mutu Efektivitas Tujuan Tersedianya data pencatatan dan pelaporan TB di RS Definisi operasional Pencatatan dan pelaporan semua pasien TB yang berobat rawat

jalan ke RS. Frekuensi pengumpulan data

3 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah seluruh pasien TB rawat jalan yang dicatat dan dilaporkan Denominator Seluruh kasus TB rawat jalan di RS Sumber data Rekam medik Standar 60% Penanggung jawab Kepala Instalasi Rawat Jalan

B. RAWAT INAP 1. Kegiatan penegakan diagnosis Tuberculosis (TB) Judul Penegakan kegiatan TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB Dimensi mutu Efektivitas dan keselamatan Tujuan Terlaksananya diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis TB Definisi operasional Penegakan diagnosis pasti T melalui pemeriksaan mikroskopis pada

pasien rawat inap. Frekuensi pengumpulan data

3 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan mikroskopis

TB dalam 3 minggu Denominator Jumlah penegakan diagnosis TB dalam 3 bulan Sumber data Rekam medik Standar 60% Penanggung jawab Kepala Instalasi Rawat inap

Page 236: MANAJEMEN PENGELOLAAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH …

15. Kegiatan pencatatan dan pelaporan Tuberculosis (TB) di RS Judul Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan Tuberculosis

(TB) di RS Dimensi mutu Efektivitas Tujuan Tersedianya data pencatatan dan pelaporan TB di RS Definisi operasional Pencatatan dan pelaporan semua pasien TB yang berobat rawat inap

ke RS. Frekuensi pengumpulan data

3 bulan

Periode analisis 3 bulan Numerator Jumlah seluruh pasien TB rawat inap yang dicatat dan dilaporkan Denominator Seluruh kasus TB rawat inap di RS Sumber data Rekam medik Standar 60% Penanggung jawab Kepala Instalasi Rawat Jalan