Manajemen Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Rawat Inap Di Puskesmas Randublatung

download Manajemen Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Rawat Inap Di Puskesmas Randublatung

of 22

description

PPI puskesmas

Transcript of Manajemen Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Rawat Inap Di Puskesmas Randublatung

ASKEP IBU HAMIL DENGAN HYPERTIROID

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 5 menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.1Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di satu wilayah kecamatan atau bagian wilayah kecamatan yang difungsikan sebagai Gate Keeper dalam pelayanan kesehatan, harus dapat memberikan jaminan terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan yang paripurna, adil, merata, berkualitas dan memuaskan masyarakat.1Paradigma baru di bidang kesehatan merespon berbagai perubahan dan tantangan, maka ditetapkan visi Kementerian Kesehatan yaitu masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dan berkeadilan dengan salah satu misinya mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat diwilayah kerjanya. Strategi yang diambil antara lain dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, bermutu, merata, terjangkau dan berkesinambungan.1Akhir akhir ini banyak bermunculan berbagai macam penyakit infeksi seperti AIDS,hepatitis B , dan lain lain. Cara penularan penyakit penyakit tersebut telah diketahui namun apabila pelayanan pada saat perawatan tidak dilakukan sesuai prosedur, akan menyebabkan kematian. Dalam upaya meminimalkan resiko terjadinya infeksi di Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksiPuskesmas Randublatung sebagai salah satu lembaga pelayanan kesehatan milik pemerintah daerah Kabupaten Blora, yang merupakan puskesmas yang memiliki rawat inap dengan PONED. Puskesmas ini memiliki rencana strategis dalam pelayanannya salah satunya dalam hal Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rawat Inap.Untuk mengkaji hal tersebut dalam laporan ini kami akan membahas hasil wawancara dan analisis data dari aspek rencana strategis dalam Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rawat Inap Puskemas Randublatung.1.2 TujuanMengetahui dan mendeskripsikan Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rawat Inap Puskemas Randublatung serta menganalisisnya.1.3 Ruang LingkupWaktu:Tanggal 29 Juli- 3 Agustus 2015.Lokasi:Puskesmas Randublatung, Kabupaten Blora.Materi: Manajemen Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rawat Inap Puskemas Randublatung.1.4 MetodologiLaporan ini disusun berdasarkan data primer dan data sekunder yang didapatkan selama tanggal 29 Juli- 3 Agustus 2015, di Puskesmas Randublatung Kabupaten Blora. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan koordinator perawat, koordinator IGD, Puskesmas Randublatung Kabupaten Blora. Sementara data sekunder didapatkan dari Evaluasi CM Puskesmas Randublatung tahun 2013 2014, Profil Puskesmas Randublatung Kabupaten Blora 2015.

BAB IIANALISIS SITUASI

2.1 Lingkungan2.1.1 Data Wilayaha. Batas-batas wilayah Puskesmas Randublatung adalah :Utara:Kecamatan JeponSelatan:Kecamatan BanjareroBarat:Pusk. KutukanTimur:Kecamatan Jati

Gambar 1. Peta Kecamatan Randublatung Kabupaten Blorab. Luas Wilayah KerjaLuas wilayah kerja Puskesmas Randublatung adalah 21.113 ha.2.2 VISI DAN MISI PUSKESMAS2.2.1 Visi Puskesmas RandublatungPuskesmas Randublatung harus mampu mengatasi/menyelesaikan permasalahan kesehatan di wilayahnya dengan berorientasi pada kepuasan pelanggan.1.2.2 Misi Puskesmas Randublatung Mewujudkan pelayan kesehatan dasar yang prima, transparan, dan profesional Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia sesuai kompetensi bidang tugas serta kesejahteraan karyawan Meningkatkan kerja sama lintas program dan lintas sektoral Mendorong kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat

2.3 INPUT2.3.1 ManBerikut adalah input puskesmas dari segi ketenagakerjaan:Tabel 1. Data Ketenagaan Puskesmas RandublatungNoKategori TenagaJumlah

1.Kepala Puskesmas1

2.Subag. TU1

3.Dokter umum2

4.Dokter gigi2

5.Bidan15

6.Perawat kesehatan12

7.Perawat gigi2

8.Asisten apoteker1

9.Ahli gizi1

10.Analis laboratorium1

11.Sanitarian1

12.Rekam medis1

13.Staf5

JUMLAH45

Sumber Data: Puskesmas Randublatung Tahun 2015

110

STRUKTUR ORGANISASI UPT PUSKESMAS RANDUBLATUNG

KEPALA PUSKESMASPuskesmaspembantuBidan di DesaKOORDINATORKOORDINATORKOORDINATOR

TATA USAHAUMUMURUSANKEPERAWATANBENDAHARA

UNIT VPenunjang :Laboratorium,Pengelolaanobat,CMUNIT VIPelaksanaKhusus :Kesehatanmata,KesehatanJiwa,Kesehatanolah raga,Kesehatantradisional,GizirawatinapUNIT IIIPemulihandanRujukan :Pengobatan,Gawatdarurat,Kes. Gigi mulut,permenkesUNIT IVPerawatan:RawatInapUNIT IPencegahandanPemberantasanpenyakit :Kes.Lingkdan PSM,P2P dan PTM,SurvailensdanImmunisasiUNIT IIPeningkatandanKesehatanKeluarga:KIA/KB, Kesreproduksi, kesUsila,Gizi,Promkes, UKS UKBM, Poskestren, DesaSiaga

Gambar 2.BaganStrukturOrganisasi UPT Puskesmas Randublatung26

2.3.2 MoneySumber Pendanaan Puskesmas Randublatung berasal dari :A. Pendapatan Puskesmas : 1. Retribusi (APBD)2. BPJS kesehatan (APBN)3. Lain-lainB. Penerimaan1. Dana dari APBD Kabupaten untuk operasional meliputi gaji, sarana dan prasarana aparatur serta sarana dan prasarana publik.2. Dana dari APBD Kabupaten melalui dinas kesehatan untuk pemeliharaan kendaraan roda dua dan roda empat3. Dana dari JPKMM atau Jamkesmas.4. Dana dari pihak ketiga Askes5. Dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas)

2.3.3 Material1) Sarana Fisik Puskesmas induk : 1 buah Puskesmas pembantu: 1 buah PKD : 5 buah Polindes : 5 buah (Sidosari, Sriwedari) Posyandu: 64 buah UKS : 23 SD / MISarana pelayanan kesehatan di Puskesmas Randublatung yaitu sebagai berikut: Ruang pendaftaran: 1 ruang Ruang Pembayaran (kasir): 1 ruang Ruang BP Umum: 1 ruang Ruang KIA/KB: 2 ruang Ruang Laboratorium: 1 ruang Ruang pelayanan obat: 1 ruang Gudang Obat: 1 ruang Ruang dapur: 1 ruang2) Sarana penunjang medis : Minor set, alat pengukur tanda vital, dan alat diagnostik lainnya Satu dental unit Sarana obat : jumlah cukup, jenis terbatas, dalam keadaan baik.

4. Machine Mobil Pusling : 1 buah Mobil ambulans: 1 buah Sepeda motor : 6 buah

5. MethodMetode Puskesmas Randublatung sesuai dengan sistem manajemen Puskesmas yang dianjurkan oleh Dinas Kesehatan.

2.4 PROSES MANAJEMENBerdasarkan wawancara dan pengamatan mengenai proses manajemen Puskesmas Randublatung dengan Pemegang program, diperoleh data sebagai berikut:2.4.1 Perencanaan (P 1)Tim perencanaan terdiri dari kepala puskesmas dan para pemegang program. Bahan perencanaan mengacu pada buku Pedoman Tingkat Puskesmas. Sumber data didapat dari laporan bulanan puskesmas yang direkapitulasi pada tiap akhir tahun. Data meliputi data umum dan data pencapaian target, dimana target diperoleh dari data Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas. Tiap pemegang program mengumpulkan data hasil pencapaian kegiatan selama satu tahun kemudian dilaporkan pada laporan rapat akhir tahun. Selain itu laporan juga memuat hasil kegiatan puskesmas. Laporan akhir tahun Puskesmas Randublatung memuat hasil kegiatan dari 6 upaya kesehatan pokok yang dilaksanakan di puskesmas. Laporan akhir tahun disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang didokumentasikan secara rapi, dan menggambarkan perjalanan kegiatan selama satu tahun. Kemudian data dianalisa dan di bandingkan dengan target yang mengacu pada SPM sebelumnya. Masalah timbul jika pencapaian kegiatan tidak memenuhi target yang ditetapkan.Masing-masing tim mengajukan rencana usulan kegiatan (RUK) dengan mempertimbangkan faktor-faktor pendukung dan penghambat untuk menghasilkan hasil yang seoptimal mungkin. Prioritas masalah ditentukan oleh Kepala Puskesmas beserta tim. Setelah prioritas masalah ditentukan maka dipikirkan pemecahan masalah yang paling realistis dan logis. Alternatif pemecahan masalah harus memperhatikan biaya, sarana, tenaga, waktu serta teknologi yang adaRencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) disusun untuk setahun yang akan datang oleh pemimpin Puskesmas beserta tim dan dilaksanakan setelah stratifikasi. RPK disusun berdasarkan prioritas masalah. Perencanaan pada Puskesmas Salaman II menggunakan PTP (Perencanaan Tingkat Puskesmas).

2.4.2 Penggerakkan dan Pelaksanaan (P 2)A. PengorganisasianPuskesmas Randublatung mempunyai struktur organisasi sebagai berikut :1. Pimpinan: Kepala Puskesmas2. Pembantu Pimpinan: Kepala Sub. Bagian TU (membawahi urusan umum dan urusan keuangan)3. Unit-unit: Unit pelayanan kesehatan : Poli Umum, Poli Gigi, KIA, KB, Gizi, Apotek, Loket, Laboratorium.. Unit PKK : Kesling, P2P, UKS, Perkesmas. Unit pemberdayaan keluarga dan masyarakat : Promkes, Peningkatan Gizi, KESGA, Jamkesmas. Unit Pustu PKD Puskesmas mempunyai struktur organisasi yang sesuai dengan fungsi Puskesmas dan uraian mengenai target, wewenang dan tanggung jawab masing-masing staf. Penentuan pemegang tanggungjawab dan pelaksana untuk setiap kegiatan dilakukan dengan pertemuan penggalangan tim pada setiap awal tahun kegiatan (Lokakarya mini). Setiap staf memiliki tugas pokok, tugas integrasi, dan tugas tambahan.Kepala puskesmas berfungsi sebagai manajer, konsultasi medik, dan penggerak masyarakat. Manajer mendelegasikan tugas-tugas kepada para staf sesuai tugas dan kemampuannya. Pengisian staf dilakukan berdasarkan kebutuhan setiap unit, kemudian disesuaikan dengan jenis tenaga yang dibutuhkan. Setiap staf yang mengalami kesulitan dapat berhubungan langsung dengan kepala puskesmas.Di Puskesmas Randublatung terdapat perangkapan tugas. Hal ini dikarenakan kurangnya SDM. Perangkapan tugas tetap memperhatikan latar belakang pendidikan dari staf tersebut. Menurut Kepala Puskesmas selama ini, perangkapan tugas tidak menganggu pelaksanaan kegiatan karena telah ada pembagian kerja yang ideal. Jika ditemui adanya hambatan karena perangkapan tugas, kepala puskesmas akan mengkaji ulang pendelegasian tugas dengan memberdayakan SDM lain yang tidak mengalami kesulitan dalam pelaksanaan tugas.

B. PenyelenggaraanPenyelenggaraan kegiatan dari 6 upaya kesehatan wajib Puskesmas Randublatung dilakukan dengan jadwal kegiatan yang disusun oleh setiap penanggung jawab dengan kepala Puskesmas agar penyelenggaraan kegiatan tetap memperhatikan azas standar dan pedoman pelayanan Puskesmas kendali mutu dan biaya. Penyelenggaraan kegiatan dilaksanakan dengan kerjasama lintas program maupun lintas sektoral.I. Lintas programPenggalangan kerja sama lintas program dilaksanakan dalam bentuk Lokakarya Mini Bulanan, untuk waktu pelaksanaan kadang tidak tepat waktu dan tidak tiap bulan. Hal ini disebabkan oleh karena padatnya kegiatan di Puskesmas. Pada Lokakarya Mini ini dibahas pembagian tugas masing-masing staf berupa tugas pokok, tugas integrasi dan tugas tambahan. Selain itu dibahas juga pencapaian kegiatan tiap bulan, masalah-masalah yang dihadapi serta rencana kegiatan pada bulan berikutnya, masalah individu berkaitan dengan motivasi kerja, masukan program, bagaimana mutu dan kendali biaya.II. Lintas SektorPuskesmas menjalin kerjasama lintas sektoral yang terkait dengan kesehatan dan mempunyai persamaan sasaran untuk merumuskan dan menetapkan tujuan-tujuan kegiatan kerjasama. Kerjasama ini dilakukan dalam bentuk rapat kinerja di kecamatan yang dilakukan setiap satu kali sebulan. Pihak Puskesmas mengikuti acara rapat kinerja kecamatan. Dalam pertemuan tersebut dibahas program-program sektoral yang mempunyai kesamaan sasaran dengan program kesehatan. Adapun yang terlibat meliputi UPT yang berada di Salaman, seperti Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, dan lain-lain.

2.4.3 Pengawasan, Penilaian, dan Pertanggungjawaban (P 3)Merupakan sebuah proses memperoleh kepastian, kesesuaian penyelenggaraan dan pencapaian tujuan puskesmas terhadap rencana dan undang-undang yang berlaku. Pengawasan terdiri atas pengawasan interna dari atasan langsung (Kepala Puskesmas) terhadap seluruh staf dan pengawasan eksternal yang dilakukan sebagian masyarakat dan Dinas Kesehatan terhadap kegiatan yang dilaksanakan puskesmas dengan ruang lingkup administratif, keuangan, teknis yang dilakukan di Puskesmas Randublatung.Penilaian dilakukan tidak hanya pada akhir tahun tetapi tiap bulan, meliputi penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai, dibandingkan dengan rencana tahunan dan standar pelayanan. Untuk program KIA, penilaian hasil kegiatan adalah dengan sistem kewaspadaan dini (SKD) yaitu pemantauan adanya kenaikan kasus.Pertanggungjawaban Puskesmas dilakukan melalui Laporan Pertanggungjawaban Tahunan yang berisi tentang pelaksanaan kegiatan, perolehan sumber dana (keuangan), dan penggunaan sumber dana. Laporan pertanggungjawaban tersebut dibuat oleh kepala puskesmas pada setiap akhir tahun anggaran yang meliputi pelaksanaan kegiatan serta perolehan dan penggunaan berbagai sumber daya termasuk keuangan. Laporan ini disampaikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten atau kota serta pihak-pihak terkait lainnya termasuk masyarakat.

2.4.4 Analisis Proses ManajemenSistem perencanaan di Puskesmas Randublatung dibuat dengan sistem analisis SWOT yaitu dengan melakukan identifikasi lingkungan internal yang meliputi apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan, serta lingkungan eksternal yang meliputi apa yang menjadi peluang dan ancaman dalam hal untuk menjalankan program-program wajib, pengembangan, dan inovatif Puskesmas. Dalam pelaksanaannya terdapat struktur organisasi dan pembagian tugas untuk masing-masing program puskesmas agar program dapat terlaksana sesuai dengan harapan. Beberapa program kegiatan memerlukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral. Untuk penilaiannya digunakan SPM (Standar Pelayanan Minimal) dan PWS (Pemantauan Wilayah Setempat).

BAB IIIHASIL KUNJUNGAN KERJA EVALUASIMANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RAWAT INAP PUSKESMAS RANDUBLATUNG

3.1 Data sekunderI. Gambaran Umum Instalasi rawat inap di Puskesmas Randublatung pada tahun 2013- 2014 memiliki 2 ruang perawatan pasien dengan kapasitas tempat tidur masing-masing sebagai berikut: 7

Data jumlah tempat tidur Puskesmas Randublatung Tahun 2013- 2014 NORUANGANJUMLAH

1Ruang Dahlia4Tempat tidur

2Ruang Anggrek8Tempat tidur

3Ruang VK2Tempat tidur

JUMLAH14Tempat tidur

II.Rekapitulasi Data Statistik Pelayanan MedisHasil rekapitulasi data statistik pelayanan medis Puskesmas Randublatung pada tahun 2013-2014 sebagai berikut:7Rekapitulasi Data Statistik Pelayanan Medis Tahun 2013NODATA

1Jumlah hari perawatan rumah sakit2.418

2Jumlah lama dirawat2.418

3Jumlah pasien keluar hidup mati1.005

Rekapitulasi Data Statistik Pelayanan Medis Tahun 2014NODATA

1Jumlah hari perawatan rumah sakit2.506

2Jumlah lama dirawat2.506

3Jumlah pasien keluar hidup mati1.064

III. Evaluasi Pengendalian dan Pencegahan Infeksi Melalui Perhitungan Efisiensi dan Efektivitas Indikator-indikator yang digunakan untuk mengevaluasi pengendalian dan pencegahan infeksi melalui perhitungan efisiensi dan efektivitas pelayanan medis Puskesmas Randublatung Tahun 2013-2014 adalah7,81. BOR (Bed Occupancy Rate)2. TOI (Turn Over Interval)3. Av-LOS (Average Length of Stay)Oleh karena itu, dilakukan perhitungan ulang untuk periode tahun 2013-2014 dengan hasil sebagai berikut:1. BOR (Bed Occupancy Rate)7BOR adalah prensentase tempat tidur yang terisi pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pemakaian tempat tidur di rumah sakit. Nilai ideal BOR adalah 60-85% (Depkes 2005).Rumus penghitungan BOR:BOR = Jumlah hari perawatan rumah sakit x 100% Jumlah TT x Jumlah hari dalam satu satuan waktu

BOR selama tahun 2013 = Jumlah hari perawatanJumlah TT x Jumlah hari dalam perawatan = 66,07%BOR selama tahun 2014 = Jumlah hari perawatanJumlah TT x Jumlah hari dalam perawatan = 81,93%

Atau menggunakan Rumus Barber-Johnson6 :

BOR

KeteranganO : rerata tempat tidur terisi (Hari Perawatan/t)A : kapasitas tempat tidur tersediaTT: jumlah tempat tidur siap pakait: jumlah hari perhitungan dalam satu satuan waktu

Hari perawatan =

2. Av-LOS (Average Length of Stay)7:Av-LOS adalah rata-rata lama dirawatnya seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan. Secara umum LOS yang ideal adalah antara 6-9 hari (Depkes 2005).Rumus perhitungan Av-LOS :

Av-LOS = Jumlah hari perawatan pasien keluar Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

Av-LOS selama tahun 2013 = Jumlah lama dirawatJumlah pasien keluar hidup mati = 2,41 hariAv-LOS selama tahun 2014 = Jumlah lama dirawatJumlah pasien keluar hidup mati = 2,36 hari

3. TOI (Turn Over Interval)7:TOI (Turn Over Interval) adalah rata-rata hari, dimana tempat tidur kosong dari saat terisi sebelumnya ke saat terisi berikutnya. Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat efisiensi dari penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1-3 hari.Rumus penghitungan TOR :TOI = Jumlah (TT x 366) Hari perawatan Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

TOI selama tahun 2013 = Jumlah (TT x 366) Hari perawatan Jumlah pasien keluar (hidup + mati) = 1,24 hariTOI selama tahun 2013 = Jumlah (TT x 366) Hari perawatan Jumlah pasien keluar (hidup + mati) = 1,08 hari

Tabel di bawah ini adalah tabel indikator pemanfaatan sarana pelayanan medis Puskesmas Randublatung Tahun 2013-2014 dibandingkan dengan nilai standar Barber-Johnson dan nilai standar Departemen Kesehatan tahun 2005.

Indikator pemanfaatan sarana pelayanan Puskesmas Randublatung Tahun 2013-2014NoIndikatorStandar pelayanan (Barber-Johnson)Standar Pelayanan(DepKes 2005) Nilai tahun 2013Nilai tahun2014

1.Bed Occupancy Rate (BOR)75-85 %60- 85 %66,07%81,93%

2. Average Length of Stay (Av LOS)1-3 hari1- 3 hari2,41 hari2,36 hari

3.Turn OverIntervale (TOI )3-12 hari6- 9 hari 1,24 hari1,08 hari

BAB IIIPEMBAHASAN

Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif yang berperan untuk mendiagnosis sedini mungkin dan mengobati secara tepat dan rasional terhadap individu yang terserang penyakit. Selain berperan dalam pelayanan kuratif dan rehabilitatif, Rumah Sakit juga berperan dalam upaya kesehatan promotif dan preventif. Sehingga Rumah Sakit tidak hanya berperan untuk memulihkan status kesehatan seseorang dari sakit menjadi sehat, namun disertai pula dengan pencegahan terhadap timbulnya suatu penyakit.3Adapun tugas unit Rawat Inap di suatu rumah sakit adalah untuk menyelenggarakan pelayanan asuhan medis secara keseluruhan bagi pasien rawat inap. Selain itu, pelayanan rawat inap juga berguna untuk keperluan observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis, dan pelayanan penunjang medis dengan cara tinggal di ruang rawat inap.5 Rawat inap memberikan nilai masukan yang cukup signifikan bagi rumah sakit. Pasien yang dirawat inap merupakan pasien yang tidak dapat diobati melalui rawat jalan, dan memerlukan perawatan intensif serta harus tinggal beberapa lama di rumah sakit sampai waktu tertentu.2Evaluasi penilaian tingkat keberhasilan atau gambaran pelayanan medis pada sebuah rumah sakit meliputi tingkat pemanfaatan sarana pelayanan, mutu pelayanan, tingkat efisiensi pelayanan dan tingkat produktifitas pelayanan. Indikator penilaian yang digunakan sebagai evaluasi adalah dengan penghitungan Bed Occupancy Rate (BOR), Averages Length of Stay (AvLOS), Turn Over Interval (TOI), Bed Turn Over (BTO), Net Death Rate (NDR) dan Gross Death Rate (GDR). Standar yang digunakan untuk menilai efisiensi dan efektifitas pelayanan medis adalah standar yang ditetapkan oleh DepKes tahun 2005 untuk nasional dan Barber- Johnson untuk standar internasional. Kedua standar tersebut menggunakan perhitungan indikator-indikator selama satu tahun. Oleh karena itu, meskipun telah tersedia data tiap indikator, data tersebut tidak dapat dianalisis karena tidak ada standar yang dapat dipakai untuk mengevaluasi setiap bulan. Maka berdasarkan hal tersebut dilakukan perhitungan ulang untuk periode satu tahun. 5Nilai BOR merupakan persentase pemakaian tempat tidur di Unit Rawat Inap pada satu satuan waktu tertentu yang menggambarkan tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit.5 BOR dihitung untuk menentukan efisiensi pelayanan rumah sakit. Perhitungan nilainya meningkat jika jumlah pasien meningkat, misal saat kejadian wabah atau jumlah tempat tidur yang tersedia kurang mencukupi. Jika rata-rata tingkat penggunaan tempat tidur di bawah standar berarti tempat tidur yang tersedia di rumah sakit belum dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya dan apabila lebih dari standar kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial akan meningkat dan juga akan mengurangi cadangan tempat tidur bila terjadi KLB.5 Berdasarkan standar pelayanan Barber-Johnson nilai ideal BOR adalah 75-85%, sedangkan standar pelayanan DepKes 2005 nilai ideal BOR adalah 60-85%. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus perhitungan BOR maka didapatkan nilai BOR RSUD RA Kartini pada tahun 2012 sebesar 70,89%. Sehingga berdasarkan DepKes 2005, nilai BOR RSUD RA.Kartini berada dalam batas standar, akan tetapi berdasarkan Barber-Johnson nilai BOR RSUD RA. Kartini di bawah standar. Nilai Barber-Johnson kurang tepat bila diterapkan di Indonesia karena menggunakan standar internasional.TOI adalah rerata hari (waktu) dimana tempat tidur tidak ditempati dari saat terisi sampai saat terisi berikutnya yang menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.5 Menurut Standar Pelayanan DepKes tahun 2005, idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1-3 hari. Nilai TOI tinggi pada keadaan sedikitnya pasien yang keluar selama periode waktu tertentu. Nilai TOI rendah pada keadaan tempat tidur yang kurang, sementara frekuensi penggunaan tempat tidur meningkat (begitu ada pasien yang keluar, tempat tidur sudah terisi lagi oleh pasien baru yang masuk). Nilai TOI RSUD RA. Kartini selama tahun 2012 sebesar 2,24 hari. Dalam hal ini nilai TOI RSUD RA.Kartini berada dalam batas standar.5AvLOS menurut DepKes tahun 2005 adalah rerata lama hari dirawatnya seorang pasien.5 Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi serta dapat pula memberikan gambaran mutu pelayanan. Secara umum, nilai AvLOS yang ideal menurut Depkes 2005 adalah 6-9 hari sedangkan menurut Barber Johnson adalah 3-12 hari. Nilai AvLOS RSUD RA. Kartini selama tahun 2012 sebesar 4,23 hari. Sehingga nilai AvLOS RSUD RA.Kartini berdasar DepKes 2005 memendek sedangkan menurut Barber Johnson berada dalam batas normal. Kemungkinan AvLOS yang memendek ini adalah dari angka kematian, rujukan, atau dari angka pulang paksa. Rendahnya angka AvLOS RSUD RA Kartini dipengaruhi oleh rendahnya angka AvLOS pada bangsal Bougenville yaitu 2,35 dan Mawar yaitu 2,13. Hal ini disebabkan karena bangsal tersebut merupakan ruang bersalin dan post partum. Adapun faktor-faktor lain yang menyebabkan memendeknya AvLOS tergantung dari jenis penyakit. Misalnya kasus pasien yang dirawat (diagnosis pasien yang masuk) adalah kasus penyakit ringan yang memang tidak memerlukan waktu inap yang lama.GDR adalah angka kematian umum untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar.5 Nilai GDR RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara tahun 2012 adalah 41,21 %0, dimana nilai tersebut sesuai standar yang ditetapkan DepKes yaitu tidak lebih dari 45 per 1000 pasien keluar. Sedangkan NDR adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar.5 NDR dapat memberikan gambaran mutu pelayanan rumah sakit. Nilai NDR RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara tahun 2012 adalah 19 %0, dimana nilai tersebut sesuai standar DepKes 2005 yaitu kurang dari 25 per 1000 pasien keluar. Hal ini dapat berarti keberhasilan pengobatan dan perawatan rumah sakit sudah baik.BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur yaitu berapa kali tempat tidur rumah sakit dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.5 BTO memberikan gambaran tingkat efisiensi dari pemakaian tempat tidur dan produktivitas tempat tidur. Dari hasil pengolahan data didapatkan nilai BTO RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara periode Januari Desember 2012 sebesar 68,85. Angka tersebut lebih besar dari standar yang ditetapkan DepKes 2005 yaitu 40 - 50. Angka BTO yang meninggi dapat disebabkan karena tingginya jumlah pasien keluar baik karena sembuh, meninggal ataupun pulang paksa dalam waktu relatif lebih cepat (AvLOS yang memendek). Nilai AvLOS yang memendek ikut menyebabkan BTO yang meningkat karena dengan memendeknya AvLOS berarti jumlah pasien yang dirawat bertambah cepat sehingga rata-rata satu tempat tidur ditempati oleh pasien dalam satu periode waktu (1 tahun) akan makin tinggi karena pergantian pasien yang menggunakan tempat tidur relatif berjalan lebih cepat. Periode waktu yang digunakan dalam indikator laporan ini dalam kurun waktu 1 tahun. Perhitungan indikator-indikator ini sebenarnya dapat menggunakan kurun waktu harian, bulanan, tahunan maupun per bangsal. Namun perhitungan per periode tahun lebih sering digunakan, karena apabila perhitungan indikator ini dihitung per bangsal, kemungkinan nilai indikator misalnya BOR menjadi lebih tinggi karena 1 tempat tidur dalam 1 bangsal per hari mungkin dipakai lebih dari 1 pasien. Nilai BOR dalam hal ini masih sesuai standar Depkes 2005 dan Baber Johnson. Dalam kurun waktu 1 tahun dapat dilihat perkembangan produktivitas dan perkembangan kegiatan dari suatu rumah sakit sehingga dapat dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.PERSAMAANPenjelasan :Rumus Length Of Stay : L = O x 366/DRumus Turn Over Interval : T = (A O) x 366/DJika Average Of Occupied Bed (O) = 70,89%maka O = 70,89/100 A.L = O x 366/D= 70,89/100 A x 366/DL x D= 70,89/100 A x 366100/70,89 L x D = ( A x 366 )

T = (A O) x 366/D= (A 70,89/100 A) x 366/DT x D = 29,11/100 A x 366100/29,11 T x D = ( A x 366 )

( A x 366 )= ( A x 366 )100/70,89 L x D = 100/29,11 T x D29,11 L = 70,89 TL = 70,89 T 29,11L= 7,089 T 2,911Y= 7,089 X 2,911Jika X= 2,911Y= 7,089 (2,911) 2,911Y= 7,089Jadi jika Average Of Occupied Beds (O) = 70,89%, maka 2,911 kali Length Of Stay (L) sama dengan 7,089 kali Turn Over Interval (T).Dengan kata lain grafik Average Of Accupied Beds (O) = 70,89% adalah garis penghubung antara titik (0 ; 0) dan titik (2,911 ; 7,089)Gambar grafik percentage Bed Occupancy Rate = 70,89%, dengan menghubungkan titik (0 ; 0) dan (7,089 ; 2,911).D = Jumlah pasien keluar hidup dan matiA= kapasitas TT yang terpakai

Grafik 1. Efisiensi Pemanfaatan Tempat Tidur RSUD RA Kartini Jepara Tahun 2012

Grafik diatas menggambarkan tingat efisiensi rumah sakit dengan menggunakan parameter BOR, AvLOS, TOI, dan BTO. Pada Grafik tersebut terlihat titik pertemuan parameter masih berada di luar daerah efisiensi. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan tempat tidur di RSUD RA Kartini masih belum efisien berdasarkan standar Barber-Johnson.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KesimpulanUntuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit, diperlukan berbagai indikator. Indikator yang digunakan untuk menilai suatu rumah sakit sangat banyak, khususnya yang menyangkut instalasi rawat inap. Indikator yang paling sering digunakan yaitu: Bed Occupancy Rate (BOR), Average Length of Stay (AvLOS/LOS), Bed Turn Over (BTO), Turn Over Interval (TOI), Net Death Rate (NDR),dan Gross Death Rate (GDR). Data dari RSUD RA Kartini Kabupaten Jepara selama periode Januari-Desember 2012 diperoleh hasil sebagai berikut: nilai BOR 70,89%, TOI 2,24 hari, AvLOS 4,23 hari, NDR 19 per mil, GDR 41,21 per mil, dan BTO 68,85 pasien.Berdasarkan grafik Barber-Johnson, titik pertemuan parameter terletak diluar daerah efisien, yang mempunyai arti bahwa penggunaan tempat tidur pada periode 2012 masih belum efisien. Nilai BOR dalam batas normal (Depkes 60-85%) tetapi rendah menurut standar Barber Johnson (75-85%), rata-rata nilai AvLOS lebih pendek dari standar (Depkes RI 6-9 hari) tetapi masih sesuai menurut standar Barbara-Johnson, dan nilai BTO yang melebihi standar Barber Johnson (30 kali) dan standar Depkes RI (40-50 kali).5.2 Saran1. Perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk mencari penyebab angka persentase LOS 4,23 yang lebih pendek dari rata-rata rumah sakit umum yaitu 6-9 hari menurut Standar Pelayanan Departemen Kesehatan dan BTO 68,85 yang lebih dari nilai rata-rata Standar Pelayanan yang ditetapkan Departemen Kesehatan yaitu 40-50 kali.2. Perlu dilakukan evaluasi terhadap data kondisi pasien saat pulang paksa dan data mengenai keberhasilan pengobatan di RSUD RA.Kartini sehingga dapat mengkonfirmasi apakah perawatan di RS cukup baik.3. Perlu dilakukan studi untuk memperoleh data mengenai penyakit yang perlu dilakukan rawat inap, yang tergolong penyakit ringan atau berat sehingga dapat diketahui apakah berpengaruh terhadap AvLOS atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Diunduh dari www.dinkes.surabaya.go.id 20152. Diambil dari data profil puskesmas randublatung3. Diunduh dari www.dinkes.prov.jatim.go.id 20154. Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta; 20015. Ducel, G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical guide. 2nd edition. World Health Organization. Department of Communicable disease, Surveillance and Response; 20026. Light RW. Infectious disease, noscomial infection. Harrisons Principle of Internal Medicine 15 Edition.-CD Room; 20017. Aday LA, Begley CE, Lairson DR. Evaluating the healthcare system : effectiveness, efficiency and equity. 3rd ed. Washington DC : Health Administration Press, 2004.8. Soejadi. Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit. Grafik Barber Johnson sebagai salah satu indikator. Katiga Bina, 1996