MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN...

94
MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI BALAI BUDIDAYA AIR PAYAU SITUBONDO PROVINSI JAWA TIMUR PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN Oleh : BEBBI VIANA RAMADHANI PROBOLINGGO – JAWA TIMUR FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2010 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Transcript of MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN...

Page 1: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI BALAI BUDIDAYA AIR PAYAU

SITUBONDO PROVINSI JAWA TIMUR

PRAKTEK KERJA LAPANG

PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

Oleh :

BEBBI VIANA RAMADHANI

PROBOLINGGO – JAWA TIMUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA 2010

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 2: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI BALAI BUDIDAYA AIR PAYAU

SITUBONDO PROVINSI JAWA TIMUR

Praktek Kerja Lapang Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi S-1 Budidaya Perairan

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Oleh :

BEBBI VIANA RAMADHANI

NIM. 060710311 P

Mengetahui, Menyetujui, Dekan Dosen Pembimbing, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh.,DEA Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh.,DEA NIP. 19520517 197803 2 001 NIP. 19520517 197803 2 001

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 3: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh – sungguh, kami berpendapat bahwa Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, baik ruang lingkup maupun kualitasnya dapat diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan.

Tanggal Ujian : 11 November 2010

Menyetujui,

Panitia Penguji,

Ketua

Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA. NIP. 19520517 197803 2 001 Sekretaris Anggota Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP Ir. Muhammad Arief, M.Kes NIP. 19720302 199702 2 001 NIP. 19600823 198601 1 001

Surabaya, 20 Desember 2010

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Dekan,

Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA. NIP. 19520517 197803 2 001

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 4: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

iv

RINGKASAN

BEBBI VIANA RAMADHANI. Praktek Kerja Lapang tentang Manajemen Pemeliharaan Benih Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Balai Budidaya Air Payau Situbondo Provinsi Jawa Timur. Dosen Pembimbing Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA.

Ikan kerapu macan atau Epinephelus fuscoguttatus adalah jenis kerapu

yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Tingginya harga jual dan permintaan pasar

di dalam dan luar negeri menuntut adanya pemenuhan produksi kerapu.

Ketersediaan benih secara kontinyu merupakan salah satu solusi dalam

mendukung produksi kerapu.

Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk memperoleh

pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kerja serta untuk mengetahui

permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan benih ikan

kerapu macan.

Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Balai Budidaya Air Payau

Situbondo, Dusun Pecaron, Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Kabupaten

Situbondo, Jawa Timur pada tanggal 19 Juli – 31 Agustus 2010. Metode kerja

yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode deskriptif dengan

teknik pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder. Pengambilan

data dilakukan dengan cara partisipasi aktif, observasi, wawancara dan studi

pustaka.

Usaha pembenihan kerapu macan di Balai Budidaya Air Payau (BBAP)

Situbondo merupakan usaha milik pemerintah. Sumber air diperoleh langsung dari

laut melalui proses filtrasi dengan menggunakan pipa PVC 8 inchi yang bagian

ujungnya dilengkapi dengan filter hisap dan dihubungkan langsung dengan pompa

electromotor berkapasitas 15 PK (11.250 watt). Parameter kualitas air pada

pemeliharaan larva antara lain suhu 30-31 0C, salinitas 31-33 ppt, oksigen terlarut

(DO) > 5 ppm dan pH 7,8-8,3. Pemijahan dilakukan secara alami dengan

manipulasi lingkungan. Produksi telur dalam sekali pemijahan mampu mencapai

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 5: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

v

5 juta telur. Pakan alami yang diberikan selama pemeliharaan larva adalah

Chlorella sp., Rotifer (Branchionus sp.) dan naupli Artemia sp. serta udang rebon

(jambret). Pakan buatan yang diberikan adalah Rotemia, Rotifier, Otohime B1,

Otohime B2, Otohime C1, Otohime C2, Otohime S1, Otohime S2 dan EP.

Penyakit yang umum menyerang adalah Vibrio spp., Viral Nervous Necrosis

(VNN) dan Iridovirus. Tingkat kelangsungan hidup sampai benih sekitar 5%.

Beberapa daerah pemasaran kerapu macan yaitu Lampung, Aceh, Jepara,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan,

Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, NTB, dan pasaran lokal sendiri.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 6: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

vi

SUMMARY

BEBBI VIANA RAMADHANI. Field Job Practice about Rearing Management of Brown-Marbled Grouper (Epinephelus fuscoguttatus) Fry in Departement of Brackishwater Aquaculture Situbondo Province of East Java. Lecturer of Concelour Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA.

Brown-Marbled grouper or Epinephelus fuscoguttatus is a type of grouper

fish that has a high economic value. The highest prices and market demand both

local and export required for the sufficient production of it. Fry supply

continuously is one of the solution to sufficient grouper’s production.

The aims of this Field Job Practice were getting the knowledge, skill and

experience work and also to know all problems that could influence the rearing

management of grouper fry.

This Field Job Practice was done in Departement of Brackishwater

Aquaculture in Pecaron Situbondo, Klatakan district, Kendit sub district,

Situbondo regency, East Java on July 19th until 31th Agustus 2010. Work method

used was descriptive method with data intake technique covers primary and

secondary datas. Data intake was done by active participate, observation,

interview, and literature.

The kind of Brown-Marbled grouper’s hatchery in Departement of

Brackishwater Aquaculture (BBAP) Situbondo belongs to government. Water

source was got directly from the sea through the filtration process using 8-inch

PVC pipe that the edges are equipped with suction filter and directly connected

with the pump capacity of 15 PK Electromotor (11.250 watts). Water quality that

measured were temperature of 30-31 0C, salinity 31-33 ppt, dissolved oxygen

(DO) > 5 ppm and pH 7,8 – 8,3. Spawning was done naturally by environment

manipulation. Eggs production in once spawning cycle could reach 5 million.

Natural food was given during the larval rearing were Chlorella sp., Rotifers

(Branchionus sp.) and naupli of Artemia sp. and little crustacean. Artificial feed

given were Rotemia, Rotifier, Otohime B1, Otohime B2, Otohime C1, Otohime

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 7: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

vii

C2, Otohime S1, Otohime S2 and EP. The disease that usually occurred were

Vibrio spp., Viral Nervous Necrosis (VNN) and Iridovirus. The survival rates

were about 5%. Some areas of marketing Brown-Marbled grouper’s such as

Lampung, Aceh, Jepara, South Kalimantan, West Kalimantan, East Kalimantan,

South Sulawesi, Southeast Sulawesi, Central Sulawesi, NTB and local market

itself.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 8: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Praktek Kerja Lapang (PKL) tentang Manajemen Pemeliharaan Benih Ikan

Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) dengan baik. Karya Ilmiah Praktek

Kerja Lapang (PKL) ini disusun berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang

telah dilaksanakan di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Dusun Pecaron, Desa

Klatakan, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur pada

tanggal 19 Juli – 31 Agustus 2010. Pelaksanaan dan penyusunan Karya Ilmiah

Praktek Kerja Lapang (PKL) ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas

Airlangga Surabaya.

Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Praktek Kerja Lapang (PKL) ini

masih jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat

penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Akhirnya

penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan

informasi bagi semua pihak, khususnya bagi Mahasiswa Fakultas Perikanan dan

Kelautan Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan

ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya perairan.

Surabaya, November 2010

Penulis

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 9: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapang ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat dan

penghargaan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Keluargaku tercinta Bapak, Ibu dan Adekku yang telah memberikan cinta dan

doa serta dukungan moril maupun materi.

2. Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA. selaku Dekan Fakultas Perikanan dan

Kelautan Universitas Airlangga dan sebagai Dosen Pembimbing yang telah

memberikan arahan, petunjuk serta bimbingan sejak penyusunan hingga

selesainya penyusunan laporan Praktek Kerja Lapang ini.

3. Ibu Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., M.P dan Bapak Ir. Muhammad Arief, M.Kes.

selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran atas

perbaikan laporan Praktek Kerja Lapang ini.

4. Bapak Sugeng Harjono, S.Pi. selaku Pembimbing Lapangan yang telah

memberikan arahan dan masukan saat pelaksanaan Praktek Kerja Lapang.

5. Bapak Akhmad Taufiq Mukti, S.Pi., M.Si. selaku Koordinator Praktek Kerja

Lapang.

6. Bapak Ir. Slamet Subiyakto M.Si selaku Kepala Balai Budidaya Air Payau

Situbondo yang telah memberikan ijin dan bantuan fasilitas selama

pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini.

7. Seluruh staf dan karyawan BBAP Situbondo yang telah membimbing dan

membantu kami selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 10: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

x

8. Khoirunnisa’ Assidqi, Niken Herawati, serta Indra Firmansyah, terima kasih

atas segala bantuan dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

9. Teman-temanku Buper 2007 (Myrbud, Dian, Erlina, Huda ‘mbek’, Taufik,

Galih, serta Rama) dan semua pihak yang selalu memberi semangat dan

membantu penulis dalam pelaksanaan maupun penyelesaian Laporan Kerja

Lapang ini.

10. Teman–teman selama Praktek Kerja Lapang antara lain Gebbie, Sofyan,

Kurnia, Geri, Dilla, Milan (IPB); Ivan, Didi dan Jun (UMI Makasar);

Arman dan Ayuk (Hang Tuah Surabaya) serta Amir (SMK Jember), terima

kasih atas kebersamaannya.

Surabaya, November 2010

Penulis

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 11: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

xi

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN………………………………………………………….. iv

SUMMARY……………………………………………………………. vi

KATA PENGANTAR…………………………………………………. viii

UCAPAN TERIMA KASIH…………………………………………... ix

DAFTAR TABEL……………………………………………………… xiv

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………... xv

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xvi

I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………….. 1

1.2 Tujuan………………………………………………………… 3

1.3 Kegunaan…………………………………………………….. 3

II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………… 5

2.1 Taksonomi dan Morfologi……………………………………. 5

2.2 Penyebaran dan Habitat………………………………………. 6

2.3 Siklus Reproduksi dan Perkembangan Gonad……………….. 7

2.4 Kebiasaan Makan…………………………………………….. 8

2.5 Persyaratan Lokasi Pembenihan……………………………… 9

2.6 Pemeliharaan Larva…………………………………………... 10 2.6.1 Seleksi Telur………………………………………….. 10 2.6.2 Persiapan Bak………………………………………… 10 2.6.3 Penetasan dan Penebaran Telur………………………. 10 2.6.4 Pengelolaan Pakan……………………………………. 11 2.6.5 Pengelolaan Kualitas Air……………………………... 11 2.6.6 Penyeragaman Ukuran (Grading)…………………….. 12

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 12: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

xii

III PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANG………………… 13

3.1 Waktu dan Tempat…………………………………………… 13

3.2 Metode Kerja…………………………………………………. 13

3.3 Metode Pengumpulan Data…………………………………... 13 3.3.1 Data Primer…………………………………………… 13 3.3.2 Data Sekunder……………………………………....... 15

IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………. 16

4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang………………. 16 4.1.1 Sejarah Berdirinya BBAP Situbondo………………… 16 4.1.2 Letak Geografis BBAP Situbondo…………………… 17 4.1.3 Struktur Organisasi…………………………………… 18 4.1.4 Tugas dan Fungsi……………………………………... 21 4.1.5 Visi dan Misi………………………………………….. 22 4.1.6 Dukungan Sumber Daya Manusia……………………. 23 4.1.7 Sarana dan Prasarana…………………………………. 23 4.1.7.1 Sarana Pembenihan…………………………. 23 4.1.7.2 Prasarana Pembenihan……………………… 30 4.1.8 Sumber Air…………………………………………… 32 4.1.8.1 Air Laut…………………………………….. 32 4.1.8.2 Air Tawar…………………………………… 33

4.2 Kegiatan Pemeliharaan Benih………………………………… 34 4.2.1 Pengadaan Induk……………………………………... 34 4.2.2 Pemanenan dan Seleksi Telur………………………… 36 4.2.3 Penetasan dan Penebaran Telur………………………. 38 4.2.3.1 Persiapan Wadah Penetasan………………… 38 4.2.3.2 Penebaran Telur……………………………... 40 4.2.4 Pengelolaan Pakan……………………………………. 42 4.2.4.1 Pemberian Pakan…………………………… 42 4.2.4.2 Kultur Pakan Alami………………………… 44 a. Chlorella sp……………………………… 44 b. Rotifer (Branchionus sp.)……………….. 45 c. Artemia sp……………………………..… 47 d. Udang Rebon (Jambret)………………… 49 4.2.4.3 Pemberian Pakan Buatan…………………… 49 4.2.5 Perkembangan Larva…………………………………. 51 4.2.6 Fase Kritis…………………………………………….. 53 4.2.7 Pengelolaan Kualitas Air……………………………... 54 4.2.8 Penyeragaman Ukuran (Grading)…………………….. 55 4.2.9 Panen…………………………………………………. 57 4.2.10 Pengendalian Hama dan Penyakit……………………. 58

4.3 Pemasaran dan Analisis Usaha……………………………….. 59

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 13: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

xiii

4.3.1 Pemasaran…………………………………………….. 59 4.3.1.1 Packing dan Transportasi…………………… 59 4.3.2 Analisis Usaha………………………………………… 61

4.4 Permasalahan dan Kemungkinan Pengembangan Usaha…….. 62 4.4.1 Permasalahan…………………………………………. 62 4.4.2 Kemungkinan Pengembangan Usaha………………… 62

V PENUTUP…………………….……………………………………. 64

5.1 Kesimpulan…………………………………………………… 64

5.2 Saran………………………………………………………….. 65

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 66

LAMPIRAN……………………………………………………………. 69

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 14: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pendistribusian Sistem Aerasi di BBAP Situbondo…………………. 30

2. Bangunan di BBAP Situbondo……………………………………..... 31

3. Spesifikasi Pompa di BBAP Situbondo……………………………… 34

4. Jumlah Telur pada Bulan Juli 2010…………………………………... 38

5. Nilai Hatching Rate Telur Kerapu Macan di Pembenihan Tengah…... 41

6. Komposisi Pupuk Majemuk untuk Kultur Chlorella sp……………… 45

7. Standar Prosedur Operasional Pembenihan Ikan Kerapu Macan…...... 51

8. Hasil Uji Parameter Kualitas Air…………………………………....... 55

9. Jumlah Ikan yang dipanen dan Tujuan Distribusi…………………...... 61

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 15: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Kerapu Macan Dewasa (Epinephelus fuscoguttatus)……………. 6

2. Struktur Organisasi Balai Budidaya Air Payau Situbondo………....... 19

3. Bak Pemeliharaan dan Pemijahan Induk…………………………….. 24

4. Bak Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva……………………….. 26

5. Bak Kultur Pakan Alami……………………………………………… 27

6. Bak Karantina dan Pengobatan Ikan…………………………………. 28

7. Blower Vortex………………………………………………………... 30

8. a) Tandon Air Tawar…………………………………………………. 33 b) Tandon Air Laut…………………………………………………… 33

9. Egg Collector…………………………………………………………. 37

10. Persiapan Wadah Penetasan………………………………………….. 39

11. Minyak Cumi…………………………………………………………. 42

12. a) Bak Kultur Chlorella sp…………………………………………… 45 b) Bak Kultur Rotifer (Branchionus sp.)……………………………... 45

13. a) Pemanenan Rotifer………………………………………………… 47 b) Pemberian Pakan Rotifer………………………………………….. 47

14. a) Artemia yang digunakan…………………………………………… 48 b) Cyste Artemia……………………………………………………… 48

15. Pakan yang digunakan dalam Masa Pemeliharaan…………………… 50

16. Perkembangan Larva…………………………………………………. 52

17. Grading Ikan Kerapu…………………………………………………. 57

18. Packing Benih Kerapu……………………………………………....... 60

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 16: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta Lokasi Praktek Kerja Lapang…………………..……………….. 69

2. Daerah Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo……………… 70

3. Denah Balai Budidaya Air Payau Situbondo………………………… 71

4. Daftar Ukuran Pakan…………………………………………………. 73

5. Jadwal Pemberian Pakan……………………………………………… 74

6. Analisis Usaha Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga (HSRT)…. 75

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 17: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan kerapu merupakan jenis ikan yang hidup di perairan terumbu

karang, yang dalam dunia internasional dikenal dengan nama grouper atau coral

reef fish. Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) adalah jenis kerapu yang

benihnya sangat laku di pasaran. Dalam perdagangan internasional, ikan kerapu

macan ini dikenal dengan nama flower atau carped cod (Kordi, 2001). Binatang

yang memiliki perkembangan gonad yang berubah-ubah (hermaprodit protogini)

ini hidup di daerah tropis, di laut yang berkarang. Di Indonesia, populasi ikan

kerapu macan cukup banyak adalah perairan Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau

Buru, dan Ambon. Ikan kerapu kecil, dengan tubuh ditutupi oleh sisik kecil yang

mengkilap dan juga dipenuhi dengan bintik – bintik gelap yang rapat mirip bulu

macan (Subyakto dan Cahyaningsih, 2005).

Ikan kerapu juga merupakan salah satu komoditas sumber daya perairan

yang memiliki nilai ekonomis penting di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan

tingginya harga jual serta permintaan pasar baik di dalam maupun di luar negeri.

Permintaan pasar yang cenderung semakin meningkat menuntut adanya

pemenuhan produksi ikan kerapu. Dewasa ini telah dikenal beberapa spesies ikan

kerapu dengan nilai ekonomis yang tinggi seperti ikan kerapu tikus/bebek

(Cromileptes altivelis), kerapu sunu (Plectropomus leoporus), kerapu lumpur

(Epinephelus tauvina dan E. suillus) dan kerapu alis/napoleon (Cheilinus

undulatus).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 18: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

2

Ikan kerapu macan memiliki beberapa keunggulan yaitu memiliki harga

jual tinggi baik di pasar lokal ataupun pasar ekspor, pertumbuhan yang cepat dan

banyak diminati oleh masyarakat. Di Indonesia, pembenihan dan pembesaran ikan

kerapu telah mulai dikembangkan sebagai usaha alternatif dalam mengantisipasi

kekurangan ikan kerapu akibat meningkatnya permintaan pasar (Wardana, 1994).

Namun begitu usaha ini belum dapat mencukupi kebutuhan pasar akan ikan

kerapu sehingga sebagian dari benih yang dibudidayakan maupun yang dijual

berasal dari benih tangkapan di alam. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan

dalam hal benih dan juga karena belum berhasilnya budidaya larva kerapu untuk

memproduksi benih. Keberadaan dan sumber benih harus diperhitungkan sebelum

pelaksanaan budidaya (Tridjoko dkk., 1996).

Ikan kerapu macan berhasil dipijahkan pada tahun 1987 dengan tingkat

kematian benih masih sangat tinggi. Seiring dengan berkembangnya ilmu

pengetahuan dan teknologi, tingkat kematian dapat ditekan dan berhasil

dipijahkan pada tahun 1990 (Kordi, 2001). Sejak saat itu produksi benih ikan

kerapu macan dilakukan oleh panti pembenihan (hatchery) untuk memenuhi

permintaan pasar. Permintaan pasar terhadap ikan kerapu macan mengalami

peningkatan, sedangkan pasokan benih ikan kerapu macan yang telah dilakukan

oleh panti pembenihan (hatchery) masih terbatas.

Salah satu faktor keberhasilan pemeliharaan benih ikan kerapu adalah

manajemen pemeliharaan benih. Manajemen dalam pemeliharaan ikan kerapu

merupakan suatu strategi pengelolaan benih dengan memanfaatkan sumber daya

manusia (SDM), fasilitas serta sumber daya alam (SDA) yang ada untuk mencapai

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 19: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

3

tujuan produksi benih ikan kerapu yang berkualitas dan jumlah yang diinginkan.

Pada kenyataannya, di lapangan sering ditemui beberapa permasalahan dalam

pemeliharaan benih ikan kerapu macan yaitu tingkat survival rate yang rendah

serta pertumbuhan yang kurang optimal. Beberapa permasalahan tersebut

disebabkan karena pengelolaan kualitas air dan pakan yang kurang optimal

disamping adanya sifat kanibalisme serta serangan penyakit. Oleh karena itu,

untuk mengatasi beberapa permasalahan pada pemeliharaan benih kerapu macan

diperlukan suatu manajemen pemeliharaan terhadap benih kerapu macan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktek kerja lapang ini adalah :

1. Mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktek

tentang manajemen pemeliharaan benih ikan kerapu macan

(Epinephelus fuscoguttatus) di Balai Budidaya Air Payau Situbondo.

2. Mengetahui bagaimana cara mengatasi berbagai permasalahan dalam

pemeliharaan benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) di

Balai Budidaya Air Payau Situbondo.

1.3 Kegunaan

Praktek Kerja Lapang ini diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan menambah wawasan terhadap permasalahan yang

timbul di lapangan, sehingga dapat memahami dan memecahkan permasalahan

tentang manajemen pemeliharaan benih ikan kerapu macan (Epinephelus

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 20: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

4

fuscoguttatus) di Balai Budidaya Air Payau Situbondo dengan cara memadukan

antara teori yang ada dengan kenyataan yang ada di lapangan.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 21: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi dan Morfologi

Ikan kerapu macan di pasaran internasional dikenal dengan nama flower

atau carped cod. Menurut Randall (1987) dalam Antoro, S., dkk., (1998)

menjelaskan sistematika ikan kerapu macan adalah :

Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Classis : Osteichtyes Subclassis : Actinopterigii Ordo : Percomorphi Subordo : Percoidea Familia : Serranidae Genus : Epinephelus Species : Epinephelus fuscoguttatus

Deskripsi oleh Subyakto dan Cahyaningsih (2005) menyebutkan bahwa

ikan kerapu macan ini memiliki bentuk tubuh memanjang dan gepeng

(compressed), tetapi kadang – kadang ada juga yang agak bulat. Mulutnya lebar

serong ke atas dan bibir bawahnya menonjol ke atas. Rahang bawah dan atas

dilengkapi gigi – gigi geratan yang berderet dua baris, ujungnya lancip, dan kuat.

Sementara itu, ujung luar bagian depan dari gigi baris luar adalah gigi – gigi yang

besar. Badan kerapu macan ditutupi oleh sisik yang mengkilap dan bercak loreng

mirip bulu macan. Menurut Kordi (2001) bentuk tubuh ikan kerapu macan

menyerupai kerapu lumpur, tetapi tubuh kerapu macan lebih tinggi. Kulit tubuh

ikan kerapu macan dipenuhi dengan bintik – bintik gelap yang rapat. Sirip

dadanya berwarna kemerahan, sedangkan sirip – sirip yang lain mempunyai tepi

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 22: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

6

cokelat kemerahan. Pada garis rusuknya, terdapat 110 – 114 buah sisik. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber : anonymous, 2005a

Gambar 1. Ikan kerapu macan dewasa (Epinephelus fuscoguttatus)

2.2 Penyebaran dan Habitat

Daerah penyebaran kerapu macan adalah Afrika Timur, kepulauan Ryukyu

(Jepang Selatan), Australia, Taiwan, Mikronesia, dan Polinesia. Weber dan

Beaufort (1931) dalam Subyakto dan Cahyaningsih (2005) mengatakan bahwa

perairan di Indonesia yang memiliki jumlah populasi kerapu cukup banyak adalah

perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, dan Ambon. Salah satu

indikatornya adalah perairan karang, Indonesia memiliki perairan karang yang

cukup luas sehingga potensial sumber daya ikannya sangat besar (Tampubolon

dan Mulyadi, 1989).

Ikan kerapu muda umumnya hidup di perairan karang pantai dengan

kedalaman 0,5 – 3,0 m. Habitat yang paling disenangi adalah perairan pantai di

dekat muara sungai. Setelah menginjak dewasa (buraya) berpindah ke perairan

yang lebih dalam, yaitu di kedalaman 7 – 40 m, biasanya perpindahan ini

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 23: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

7

berlangsung pada siang dan sore hari. Telur dan larva bersifat pelagis sedangkan

ikan kerapu muda hingga dewasa bersifat demersal atau berdiam di dasar kolam

(Tampubolon dan Mulyadi, 1989). Habitat benih ikan kerapu macan adalah pantai

yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracillaria sp., setelah dewasa

hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar pasir berlumpur

(www.warintekprogressio.or.id, 1996). Parameter biologis yang cocok untuk

pertumbuhan ikan kerapu yaitu temperatur antara 24 - 32 oC, salinitas antara 30 –

33 ppt, oksigen telarut lebih besar dari 3,5 ppm dan pH antara 7,8 – 8,0 (Chua and

Teng, 1978 dalam Antoro, dkk., 1998).

2.3 Siklus Reproduksi dan Perkembangan Gonad

Ikan kerapu macan bersifat hermaprodit protogini, yaitu pada tahap

perkembangan mencapai dewasa (matang gonad) berjenis kelamin betina

kemudian berubah menjadi jantan setelah tumbuh besar atau ketika umurnya

bertambah tua. Fenomena perubahan jenis kelamin pada kerapu sangat erat

hubungannya dengan aktivitas pemijahan, umur, indeks kelamin dan ukuran benih

(Smith, 1982 dalam Subyakto dan Cahyaningsih, 2005). Bobot kerapu macan

betina 3,0 – 4,5 kg dan bobot kerapu macan jantan 5,0 – 6,0 kg ke atas atau ketika

kerapu macan jantan sudah mampu menghasilkan sperma untuk membuahi telur

ikan betina. Menurut Chen (1991) mengatakan bahwa pada jenis E. diacanthus

kecenderungan perkembangan matang gonad terjadi selama masa non reproduksi

yaitu antara umur 2 – 6 tahun. Perkembangan matang gonad terbaik terjadi antara

umur 2 – 3 tahun.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 24: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

8

Proses pemijahan dilakukan secara bergerombol di perairan Indo Pasifik,

puncak pemijahan berlangsung beberapa hari sebelum bulan purnama pada malam

hari (Tampubolon dan Mulyadi, 1989). Beberapa spesies dari ikan kerapu

mempunyai musim pemijahan 6 – 8 kali per tahun sedangkan pemijahan pertama

(prespawning) terjadi satu sampai dua kali per tahun (Shapiro, 1987 dalam

Antoro, dkk., 1998). Musim pemijahan ikan kerapu di Indonesia terjadi pada bulan

Juni – September dan November – Februari (Sugama, 1999).

2.4 Kebiasaan Makan

Ikan kerapu macan dikenal sebagai predator atau piscivorous yaitu

pemangsa jenis ikan – ikan kecil, zooplankton, udang – udangan, invertebrata,

rebon dan hewan – hewan kecil lainnya (Kordi, 2001). Ikan kerapu macan

termasuk jenis karnivora dan cara makannya memangsa satu per satu makanan

yang diberikan sebelum makanan sampai ke dasar, sedangkan larva ikan kerapu

pemakan larva moluska (trokofor), rotifera, microcrustacea, copepoda dan

zooplankton (www.warintekprogressio.or.id, 1996).

Tampubolon dan Mulyadi (1989) menjelaskan bahwa spesies kerapu yang

mempunyai panjang usus lebih panjang dibandingkan panjang tubuhnya, diduga

memiliki pertumbuhan yang cepat. Hal ini disebabkan oleh aktivitas dan

kebiasaan dalam tingkat pemilihan jenis makanan. Panjang usus relatif ikan

kerapu sebagai ikan karnivora berkisar 0,26 – 1,54 meter, selain itu usus ikan

kerapu yang di amati memiliki lipatan – lipatan yang dapat menambah luas

permukaan usus ikan dan berfungsi sebagai penyerapan makanan.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 25: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

9

Utoyo, dkk., dalam Antoro, dkk., (1998) menyatakan bahwa kapasitas

penyerapan makanan meningkat dengan meningkatnya luas permukaan dinding

usus ikan melalui pengembangan klep spiral lipatan usus. Nybakken dalam

Antoro, dkk., (1998) menambahkan bahwa ikan kerapu cenderung menangkap

mangsa yang aktif bergerak di dalam kolom air dan bersifat nocturnal. Selain itu

mereka juga mempunyai sifat buruk, yakni kanibalisme yang muncul pada larva

yang berumur 30 hari akibat pasokan makanan yang tidak mencukupi.

2.5 Persyaratan Lokasi Pembenihan

Persyaratan lokasi pembenihan yang baik meliputi faktor teknis dan non

teknis. Faktor teknis adalah segala persyaratan yang harus dipenuhi dalam

kegiatan pembenihan ikan kerapu macan yang berhubungan langsung dengan

aspek teknis dalam memproduksi benih (Subyakto dan Cahyaningsih, 2005).

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) beberapa aspek penting yang harus

dipenuhi adalah letak unit pembenihan di tepi pantai untuk memudahkan

perolehan sumber air laut. Pantai tidak terlalu landai dengan kondisi dasar laut

yang tidak berlumpur dan mudah dijangkau untuk memperlancar transportasi. Air

laut harus bersih, tidak tercemar dengan salinitas 28 – 35 ppt. Sumber air laut

dapat dipompa minimal 20 jam per hari. Sumber air tawar tersedia dengan

salinitas maksimal 5 ppt. Peruntukan lokasi sesuai dengan Rencana Umum Tata

Ruang Daerah/Wilayah (RUTRD/RUTRW).

Faktor non teknis merupakan pelengkap dan pendukung faktor – faktor

teknis dalam pemilihan lokasi pembenihan. Persyaratan lokasi yang termasuk

dalam faktor non teknis meliputi beberapa kemudahan seperti sarana transportasi,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 26: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

10

komunikasi, instalasi listrik (PLN), tenaga kerja, pemasaran, laboratorium,

asrama, tempat ibadah dan pelayanan kesehatan. Selain itu, hal lain yang dapat

menunjang kelangsungan usaha yakni adanya dukungan dari pemerintah daerah

setempat, termasuk dukungan masyarakat sekitar (Subyakto dan Cahyaningsih,

2005).

2.6 Pemeliharaan Larva 2.6.1 Seleksi Telur

Seleksi telur dilakukan setelah telur – telur hasil pemijahan dipanen. Telur

yang baik akan terapung, berwarna transparan, berbentuk bulat, kuning telur

berada di tengah, berukuran 850 – 900 µm sedangkan telur yang jelek berwarna

putih susu dan sebaiknya disifon (Minjoyo dkk., 1998).

2.6.2 Persiapan Bak

Minjoyo dkk. (1998) menyatakan bahwa bak pemeliharaan larva bisa

berbentuk segi empat atau bulat dengan kedalaman air 1 – 1,5 m. Umumnya bak

yang digunakan adalah 10 – 20 ton. Penggunaan bak yang berukuran besar

bertujuan untuk mengurangi fluktuasi suhu, khususnya pada waktu larva masih

berumur 0 – 10 hari. Terlebih dahulu, bak dibersihkan lalu dikeringkan dan dibilas

dengan kaporit. Salinitas media pemeliharaan yaitu 30 – 33 ppt dan suhu berkisar

27 – 29 0C.

2.6.3 Penetasan dan Penebaran Telur

Penetasan telur terdiri dari dua cara yaitu pertama telur ditetaskan dalam

wadah penetasan kemudian larvanya dipindah ke dalam bak pemeliharaan larva.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 27: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

11

Kedua, telur langsung ditetaskan dalam bak pemeliharaan larva. Cara kedua ini

didasarkan pada efisiensi kerja serta mengurangi stres yang diakibatkan oleh

penanganan dan perubahan lingkungan (Minjoyo dkk., 1998).

Padat penebaran telur antara 30 – 50 butir/liter. Padat tebar 40 ekor/liter

memberikan tingkat kelulushidupan lebih baik pada masa pemeliharaan larva

umur 1 – 15 hari dan 10 ekor/liter untuk masa pemeliharaan larva umur 15 – 30

hari (Resmiyati dkk., dalam Minjoyo dkk., 1998).

2.6.4 Pengelolaan Pakan

Media pemeliharaan larva umur 1 – 15 hari diberi Chlorella vulgaris

untuk menjaga keseimbangan kualitas air dan sebagai pakan Rotifera yang ada

dalam bak pemeliharaan. Pada larva umur 3 – 15 hari pakan alami yang diberikan

adalah Rotifera dengan kepadatan 10 – 20 individu/ml. Larva umur 12 – 20 hari

pakan alami yang diberikan adalah naupli Artemia spp. dengan kepadatan 1 – 3

individu/ml. Larva umur 21 – 30 hari diberi Artemia spp. muda dengan kepadatan

1 – 1,5 individu/ml. Larva umur 30 – 45 hari diberi Artemia spp. dewasa

(Minjoyo dkk., 1998).

2.6.5 Pengelolaan Kualitas Air

Pada hari pertama setelah menetas dilakukan penyifonan untuk membuang

cangkang dan telur yang tidak menetas. Minjoyo dkk., (1998) menyatakan larva

umur 2 – 7 hari tidak dilakukan penyifonan karena masih dalam masa kritis

sehingga sangat membutuhkan kondisi lingkungan yang stabil. Penyifonan

dilakukan pada larva umur 8 – 20 hari tiap 3 hari sekali, larva umur 21 hari

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 28: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

12

penyifonan dilakukan setiap 2 hari sekali. Pergantian air mulai dilakukan pada

larva umur 8 – 15 hari sebanyak 5 – 10% tiap 3 hari sekali. Pada larva umur 15 –

25 hari sebanyak 10 – 25% dan umur 25 – 35 hari sebanyak 20 – 30% tiap 1 hari

sekali. Pada larva umur 35 hari sebanyak 40 – 60% tiap hari.

2.6.6 Penyeragaman Ukuran (Grading)

Minjoyo dkk. (1998) menyatakan bahwa grading dimaksudkan untuk

menyeragamkan ikan peliharaan yang ditempatkan dalam satu wadah dan bukan

merupakan jalan pemecahan untuk mengatasi sifat kanibal melainkan mengurangi

sifat kanibal. Sifat kanibal menurunkan tingkat populasi dan cara yang paling

tepat untuk menguranginya adalah menyediakan pakan secara optimal. Grading

pada ikan dilakukan pada waktu larva berumur 35 hari dimana larva sudah

menjadi benih.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 29: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

III PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANG

3.1 Tempat dan Waktu

Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di Balai Budidaya

Air Payau Situbondo, Dusun Pecaron, Desa Klatakan, Kecamatan Kendit,

Kabupaten Situbondo, Jawa Timur atau Jl. Raya Pecaron Po. Box. 5 Panarukan,

Situbondo, Jawa Timur. Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 19 Juli – 31

Agustus 2010. Peta Lokasi Praktek Kerja Lapang (PKL) tertera pada lampiran 1.

3.2 Metode Kerja

Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode

deskriptif, yaitu metode yang menggambarkan keadaan atau kejadian pada suatu

daerah tertentu. Metode deskriptif adalah metode untuk membuat pencandraan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi

atau daerah tertentu (Suryabrata, 1993).

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Data Primer

Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya,

diamati dan dicatat untuk pertama kalinya melalui prosedur dan teknik

pengambilan data yang berupa wawancara, observasi, partisipasi aktif maupun

menggunakan instrumen pengukuran yang sesuai tujuan (Azwar, 1998).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 30: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

14

A. Observasi

Observasi atau pengamatan secara langsung adalah pengambilan data

dengan menggunakan indera mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk

keperluan tersebut (Nazir, 1998). Pada Praktek Kerja Lapang ini observasi akan

dilakukan terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan

benih meliputi persiapan bak, sumber air, seleksi dan penetasan telur,

pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pengendalian

hama dan penyakit, grading benih dan panen, sarana serta prasarana yang ada

baik yang dipakai untuk operasional maupun untuk budidaya.

B. Wawancara

Wawancara merupakan cara pengumpulan data dengan cara tanya jawab

sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan Praktek

Kerja Lapang. Wawancara memerlukan komunikasi yang baik dan lancar antara

penanya (pewawancara) dengan penjawab (responden), sehingga pada akhirnya

bisa didapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan secara keseluruhan

(Nazir, 1998). Wawancara disini dilakukan dengan cara tanya jawab dengan

pegawai mengenai latar belakang berdirinya Balai Budidaya Air Payau Situbondo,

struktur organisasi, tugas dan fungsi, visi dan misi, produksi, pemasaran hasil

budidaya, sumber daya manusia serta permasalahan yang dihadapi dalam

menjalankan usaha.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 31: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

15

C. Partisipasi Aktif

Partisipasi aktif adalah keterlibatan dalam suatu kegiatan yang dilakukan

secara langsung di lapangan (Nazir, 1998). Kegiatan yang dilakukan adalah usaha

pemeliharaan larva dan benih ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus).

Kegiatan tersebut diikuti secara langsung mulai dari persiapan bak, pengukuran

kualitas airnya (pH, suhu, salinitas dan lain – lain), pengambilan telur, penetasan

telur, pemeliharaan larva, pemberian pakan pada benih, grading serta kegiatan

lainnya yang berkaitan dengan Praktek Kerja Lapang yang dilakukan.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung dan

serta dilaporkan oleh orang di luar dari Praktek Kerja Lapang itu sendiri (Azwar,

1998). Data ini diperoleh dari data dokumentasi, majalah, koran, buku, lembaga

penelitian, dinas perikanan, pustaka, laporan pihak swasta, masyarakat dan pihak

lain yang berhubungan dengan usaha pemeliharaan larva dan benih ikan kerapu

macan (Epinephelus fuscoguttatus).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 32: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang

4.1.1 Sejarah Berdirinya Balai Budidaya Air Payau Situbondo

Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo merupakan balai budidaya

ikan milik pemerintah yang berkembang dan tumbuh baik sebagai balai

perekayasaan. Balai berdiri pada tahun 1986, yang mulanya bernama Proyek Sub

Senter Udang Windu Jawa Timur yang pada saat itu masih berupa fasilitas

pemeliharaan benur udang windu di bawah naungan Direktorat Jenderal

Perikanan, Departemen Pertanian. Sub Senter Udang Windu ini terletak di Desa

Blitok, Kecamatan Mlandingan, Kabupaten Situbondo dan merupakan cabang dari

BBAP Jepara, Jawa Tengah. Sub Senter Udang Windu ini kemudian melepaskan

diri dari Balai Budidaya Air Payau Jepara dan berganti nama menjadi Loka Balai

Budidaya Air Payau Situbondo yang ditetapkan pada tanggal 18 April 1994

melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 264/Kpts/OT.210/4/94. Loka

Balai Budidaya Air Payau Situbondo terdiri dari tiga divisi meliputi divisi ikan,

divisi udang dan divisi budidaya.

Loka Balai Budidaya Air Payau Situbondo merupakan Unit Pelaksana

Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan di bidang pengembangan produksi

budidaya perikanan air payau yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Dengan beban tugas dan

tanggung jawab yang semakin berat, maka pada tanggal 1 Mei 2001 status Loka

Balai Budidaya Air Payau dinaikkan menjadi Balai Budidaya Air Payau

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 33: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

17

Situbondo berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perikanan dan Kelautan No.

KEP.26D/MEN/2001.

Pada 1 Januari 2007 Unit Pembenihan Udang Gelung yang dulunya

merupakan bantuan dari BADP (Brackishwater Aquaculture Development

Project) mulai bergabung dengan dengan Balai Budidaya Air Payau Situbondo

Jawa Timur dengan nama Instalasi Pembenihan Udang Gelung.

4.1.2 Letak Geografis BBAP Situbondo

Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo merupakan suatu balai yang

memiliki prestasi yang besar dalam bidang produksi dan perekayasaan. Devisi

kegiatan yang terdapat di Balai Budidaya Air Payau Situbondo ini terdiri dari 3

divisi yaitu divisi udang, divisi ikan, dan divisi budidaya. Divisi ikan terletak di

Dusun Pecaron, Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo yang

merupakan kantor utama dengan luas areal 4,39 Ha.

Divisi udang terletak di tiga lokasi yang berbeda yaitu unit Blitok, unit

Gelung, dan unit Tuban. Unit Blitok terletak di Kecamatan Bungatan sekitar 10

Km ke arah Barat dari kantor utama dengan luas areal 1,45 Ha. Unit Gelung yang

terletak di desa Gelung Kecamatan Panarukan sekitar 25 Km ke arah Timur dari

kantor utama dengan luas areal 8 Ha . Unit Tuban yang terletak di Kabupaten

Tuban dengan luas areal 7 Ha.

Sementara divisi budidaya terletak di Desa Pulokerto Kecamatan Kraton

Kabupaten Pasuruan dengan luas areal 30 Ha yang merupakan areal untuk

produksi rumput laut Glacilaria sp., udang dan ikan bandeng.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 34: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

18

Secara geografis, Balai Budidaya Air Payau Situbondo terletak pada

113o55’6’’ BT – 114o00’’BT dan 07o41’32’’LS – 07o42’35’’LS. Lokasi ini

dipengaruhi oleh dua musim, yaitu musim penghujan (November – Maret) dan

musim kemarau (April – Oktober).

Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di Divisi Ikan dengan batas lokasi

sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Madura

Sebelah Selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk

Sebelah Timur berbatasan dengan Hatchery Udang “ Jaya Abadi “

Sebelah Barat berbatasan dengan Hatchery Kerapu Tikus “ Kelola Benih

Unggul “ dan pemukiman penduduk.

4.1.3 Struktur Organisasi

Berdasarkan surat keputusan menteri Perikanan dan Kelautan RI no.

KEP.26D/MEN/2001 tanggal 1 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja,

Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo dipimpin oleh seorang Kepala

Balai. Tugas Kepala Balai dibantu oleh Kepala sub bagian Tata Usaha, Kepala

Seksi Pelayanan Teknis dan Kepala Seksi Standarisasi dan Informasi, Koordinator

Jabatan Fungsional meliputi Perekayasaan, Litkayasa dan Pengawas Benih.

Susunan Organisasi Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo secara lengkap

dapat dlihat pada Gambar 2.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 35: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

19

Sumber : Laporan BBAP Tahun 2009

Gambar 2. Struktur Organisasi Balai Budidaya Air Payau Situbondo

Kepala Balai

Ir. Slamet Subyakto, M.Si.

Kepala Seksi Bag. Tata Usaha

Ir. Made Yodriksa

Kepala Seksi Pelayanan Teknis

Dede Sutende

Kepala Seksi Stand. & Info.

Akhmad Romadlon, S.PT. M.Si.

Kelompok Jabatan Fungsional

Koord. : Ir. Siti Zubaidah, M.Si.

Perekayasa

Pengawas Benih

Pranata Humas

Fungsional Lainnya

Peng. Hama dan Peny. Ikan

Pengawas Budidaya

Litkayasa

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 36: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

20

Adapun uraian tugas di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo sebagai

berikut :

1) Kepala Balai

Kepala Balai Budidaya Air Payau Situbondo bertugas merumuskan kegiatan,

mengkoordinasikan dan mengarahkan tugas penerapan teknik pembenihan dan

pembudidayaan ikan air payau. Selain itu, Kepala Balai bertugas melestarikan

sumber daya induk/benih ikan air payau dan lingkungan serta membina

bawahan di lingkungan Balai Budidaya Air Payau sesuai dengan prosedur dan

peraturan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanan tugas.

2) Sub Bagian Tata Usaha

Tata Usaha mempunyai tugas melakukan administrasi keuangan,

kepegawaian, perlengkapan surat – menyurat dan rumah tangga Balai

Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo dan pelaporan.

3) Seksi Standarisasi dan Informasi

Seksi Standarisasi mempunyai tugas menyiapkan bahan standar teknik dan

pengawasan pembenihan dan budidaya ikan air laut dan air payau,

pengendalian hama dan penyakit ikan, lingkungan, sumber daya induk dan

benih, serta pengelolaan jaringan informasi dan perpustakaan.

4) Seksi Pelayanan Teknis

Pelayanan teknis mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis kegiatan

pengembangan, penerapan, serta pengawasan teknik pembenihan dan

budidaya air payau.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 37: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

21

5) Kelompok Jabatan Fungsional

Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan perekayasaan,

pengujian, penerapan dan bimbingan penerapan standard/sertifikasi

pembenihan dan pembudidayaan ikan air payau. Selain itu bertugas dalam

pengendalian hama dan penyakit ikan, pengawasan benih, budidaya dan

penyuluhan, serta kegiatan lain yang sesuai dengan tugas masing – masing

jabatan fungsional berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Dalam pelaksanaan tugasnya, Kepala Balai, Kepala Seksi, Kepala Urusan,

dan Kelompok Jabatan Fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi,

integrasi, dan sinkronisasi masing – masing maupun antar unit kerja dengan

instansi lain di luar Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan.

4.1.4 Tugas dan Fungsi

Berdasarkan surat keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.

KEP.26D/MEN/2001. Tugas dan fungsi Balai Budidaya Air Payau Situbondo

adalah sebagai berikut :

a. Tugas

Melaksanakan penerapan teknik dan pembudidayaan ikan air payau

serta pelestarian sumber daya induk / benih ikan dan lingkungan.

b. Fungsi

Pengkajian, pengujian dan bimbingan, penerapan standar pembenihan

pembudidayaan ikan air payau.

Pengkajian standar dan pelaksanaan sertifikasi sistem mutu dan

sertifikasi personil pembenihan dan pembudidayaan ikan air payau.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 38: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

22

Pengkajian sistem dan tata laksana produksi dan pengelolaan induk

penjenis dan induk dasar ikan air payau.

Pelaksanaan pengujian teknik dan pembudidayaan ikan air payau.

Pengkajian standar pengawasan benih, pembudidayaan serta

pengendalian hama dan penyakit ikan air payau.

Pelaksanaan sistem jaringan laboratorium pengujian, pengawasan

benih dan pembudidayaan ikan air payau.

Pengelolaan dan pelayanan informasi dan publikasi pembenihan dan

pembudidayaan ikan air payau.

Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

4.1.5 Visi dan Misi

Balai Budidaya air payau Situbondo memiliki visi dan misi dalam

pencapaian kerjanya. Visi dari balai Budidaya Air Payau Situbondo yaitu

mewujudkan BBAP Situbondo sebagai institusi pelayanan prima dalam

pengembangan akuakultur yang berdaya saing berkelanjutan dan sebagai sumber

pertumbuhan ekonomi andalan.

Misi dari BBAP Situbondo yaitu :

a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)

b. Menghasilkan, menerapkan, dan mensosialisasikan paket-paket teknologi

akuakultur yang standard dan efisien

c. Menghasilkan benih dan bibit unggul

d. Menerapkan sistem sertifikasi perikanan dan pelayanan laboratorium

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 39: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

23

e. Melaksanakan sistem perikanan budidaya yang bertanggung jawab dan

ramah lingkungan.

4.1.6 Dukungan Sumberdaya Manusia

Dalam melakukan tugasnya Balai Budidaya Air Payau Situbondo didukung

sumberdaya manusia sebanyak 143 orang karyawan berstatus pegawai negeri sipil

dengan berbagai tingkatan pendidikan yaitu : 10 orang bergelar Master (S2), 45

orang bergelar Sarjana (S1) dan 88 orang lainnya lulusan SD hingga D-3.

Sumberdaya terbagi ke dalam beberapa bagian divisi yaitu bagian perekayasa

sebanyak 17 orang, bagian litkayasa 16 orang, bagian pengawas 27 orang, Bagian

Pranata Humas 3 orang, bagian umum 26 orang, dan 54 orangnya dibagian lain.

4.1.7 Sarana dan Prasarana Pembenihan 4.1.7.1 Sarana Pembenihan

Sarana pembenihan merupakan fasilitas yang dapat secara langsung

menunjang proses produksi yang meliputi antara lain bak pemeliharaan induk,

bak penetasan telur dan bak pemeliharaan larva, bak kultur pakan alami, bak

karantina dan pengobatan ikan, reservoir dan bak filter air, bak pengumpul telur,

bak penampungan air, sistem aerasi.

a. Bak Pemeliharaan Induk

Bak pemeliharaan induk kerapu sekaligus digunakan sebagai bak

pemijahan induk (Gambar 3), berjumlah 4 buah berbentuk bulat yang terbuat

dari beton. Bak pemeliharaan berdiameter 10 m dengan kedalaman 3 m dan

kapasitas bak 300 m3. Dasar bak miring ke arah outlet yang berada di bagian

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 40: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

24

tengah sekitar 5 % untuk mempermudah penyurutan air, pembuangan kotoran

dan sisa pakan. Adapun keuntungan dari bak berbentuk bulat yaitu tidak adanya

sudut mati sehingga distribusi oksigen lebih merata serta aman bagi induk untuk

berenang dan terkesan luas.

Bak pemeliharaan induk dilengkapi dengan saluran air masuk (inlet)

yang terbuat dari pipa PVC berdiameter 4 inchi serta dua saluran pengeluaran

(outlet) berdiameter 8 inchi. Outlet tersebut berada di bagian bawah dan atas,

outlet bagian bawah berfungsi untuk pengeluaran sisa pakan dan feses serta

pembuangan air sedangkan outlet bagian atas berfungsi untuk pengeluaran

(penyaluran) telur dari bak ke wadah pengumpul telur (egg collector). Bak

induk juga dilengkapi 4 titik aerasi untuk suplai oksigen.

Bak pemeliharaan dihubungkan dengan bak penampungan telur yang

berisi egg collector, menggunakan pipa PVC 4 inchi dan dilengkapi juga dengan

pipa aerasi berdiameter ¾ inchi. Sumber air yang digunakan untuk pemeliharaan

berasal dari laut yang dialirkan dengan menggunakan pipa 4 inchi. Selain itu

juga bak induk dilengkapi dengan jaring yang memiliki diameter mata jarring

10 x 10 cm. jaring dipasang di bagian atas bak yang berfungsi sebagai penutup

agar ikan tidak meloncat pada saat bak diisi air penuh.

Gambar 3. Bak Pemeliharaan dan Pemijahan Induk

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 41: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

25

Bak pemijahan induk di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo

berbentuk bulat dan terbuat dari beton. Bak ini berdiameter 10 m dan kedalaman

3 m dengan kapasitas 250 m3 serta memiliki kemiringan 5 – 10 % ke arah

saluran pembuangan (outlet) di tengah – tengah bak.

b. Bak Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva

Bak penetasan telur berfungsi juga sebagai bak pemeliharaan larva dan

benih. Bak pemeliharaan larva berjumlah 24 buah yang terbagi menjadi tiga

bagian yaitu 12 buah di Pembenihan Barat, 6 buah di Pembenihan Tengah dan 6

buah di Pembenihan Timur masing – masing berukuran 5 x 2 x 1,25 m3.

Kapasitas bak pemeliharaan larva sebanyak 12,5 m3 dengan pengisian air

optimal 10 m3. Menurut Akbar dan Sudaryanto (2001), permukaan bak harus

dibuat sehalus mungkin dan sudut mati harus dihilangkan untuk menghindari

adanya penumpukan kotoran pada sudut bak. Adanya sudut mati dapat

menyebabkan penumpukan kotoran di satu tempat juga menyebabkan sirkulasi

air tidak sempurna.

Bak pemeliharaan larva berada di dalam ruangan (indoor), memiliki

dasar miring kearah outlet sekitar 5 % untuk mempermudah proses pemanenan

dan pembersihan bak. Bak pemeliharaan dilengkapi dengan pipa saluran inlet

berdiameter 2 inchi dan pipa saluran outlet 4 inchi. Pada bak pemeliharaan

terdapat16 titik aerasi yang dihubungkan dari pipa aerasi ¾ inchi.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 42: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

26

Gambar 4. Bak Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva

c. Bak Kultur Pakan Alami

Terdapat dua jenis pakan alami yang dibudidayakan di Balai Budidaya

Air Payau (BBAP) Situbondo yaitu Chlorella dan Rotifera. Pakan alami untuk

pemeliharaan larva berasal dari kultur massal yang berada di luar ruangan

(outdoor) (Gambar 5).

Bak untuk kultur Chlorella berjumlah 20 buah yang terbagi menjadi

menjadi 12 unit di Pembenihan Barat dan 8 unit di Pembenihan Timur, bak

kultur Chlorella berukuran 5 x 2 x 1,25 m3 dengan kapasitas 12,5 m3 tanpa

sudut mati dan kemiringan dasar bak 5 % kearah outlet. Bak kultur dilengkapi

dengan pipa saluran inlet 2 inchi dan pipa saluran outlet 4 inchi. Selain itu juga

bak dilengkapi dengan 3 titik aerasi yang disalurkan dengan menggunakan pipa

¾ inchi.

Bak kultur Rotifera berjumlah 8 buah dengan ukuran 5 x 2 x 1,25 m3 dan

kapasitas 12,5 m3. Kultur Rotifera terbagi 4 unit di Pembenihan Barat dan 4 unit

di Pembenihan Timur. Bak kultur Rotifera dilengkapi dengan pipa saluran inlet

2 inchi, pipa saluran outlet 4 inchi dan pipa saluran Chlorella ¾ inchi. Bagian

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 43: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

27

dasar bak kultur memiliki kemiringan 5 % kearah outlet dan dilengkapi juga

dengan 3 titik aerasi yang disalurkan dengan pipa ¾ inchi.

Gambar 5. Bak Kultur Pakan Alami

Selain bak semen, untuk kultur pakan alami juga menggunakan bak yang

menggunakan bak yang terbuat dari fiber. Bak fiber berbentuk melingkar dan

berbentuk persegi digunakan untuk kultur pakan alami dan pemeliharaan benih

ikan. Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo memiliki bak – bak fiber

dengan ukuran 0,5 ton dan 2 ton.

d. Bak Karantina dan Pengobatan Ikan

Bak karantina dan pengobatan ikan berjumlah 8 buah dengan ukuran

masing – masing 5 x 2 x 1,25 m3 dan kapasitas 12,5 m3 (Gambar 6). Bak

karantina ini bersifat semi outdoor karena berada di luar ruangan namun bagian

atas tertutup atap. Bak ini dilengkapi dengan pipa aerasi ¾ inchi, pipa inlet 2

inchi, pipa outlet 4 inchi dan pipa saluran air tawar ¾ inchi. Bak karantina juga

dilengkapi dengan pompa berkapasitas 7,5 PK.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 44: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

28

Gambar 6. Bak Karantina dan Pengobatan Ikan

e. Reservoir dan Bak Filter Air

Reservoir air tawar memiliki kapasitas 8 m3 untuk mensuplai dan

menampung air tawar pada kegiatan pembenihan. Air tawar dalam reservoir

diperoleh dari sumur bor pada kedalaman 80 m.

Reservoir air laut berjumlah 3 unit namun yang aktif hanya 2 unit

dengan kapasitas masing – masing sebanyak 80 – 100 m3. Air laut dipompa dan

dialirkan dengan menggunakan pipa sepanjang 200 – 300 m dari garis pantai,

agar bebas dari pencemaran dan antisipasi terhadap pasang surut air laut. Air

laut dapat langsung digunakan untuk pemeliharaan induk, namun untuk

pemeliharaan benih dan pakan alami air laut perlu diendapkan dan difilter

terlebih dahulu.

Sedangkan untuk pendistribusian air laut ke bak pembenihan dan bak

kultur pakan alami terlebih dahulu masuk ke bak penampungan (tandon) dengan

disaring menggunakan filter fisik atau sand filter berukuran 2 x 1 x 0,5 m3.

Saringan fisik untuk filter air tersusun dari bawah ke atas berupa batu kali,

kerikil, bungkusan arang, ijuk, waring 500 µm dan pasir laut.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 45: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

29

f. Bak Pengumpul Telur

Bak pengumpul telur berbentuk segitiga sama sisi dengan kedalaman

1 m. Bak tersebut terletak di dekat bak pemeliharaan induk yang dihubungkan

dengan menggunakan pipa PVC 4 inchi sebagai saluran outlet air permukaan

(atas) dan saluran pemasukan telur ke bak penampungan telur yang dilengkapi

dengan egg collector. Egg collector yang digunakan berukuran 1,35 x 0,5 x

1,3 m3 terbuat dari waring dengan ukuran mata waring 300 µm.

g. Bak Penampungan Air

Bak penampungan air dibuat kokoh berbentuk persegi empat terbuat dari

beton yang diharapkan dapat menahan tekanan air yyang cukup besar. Bak

penampungan air Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo ada unit

diantaranya satu unit ada di pembenihan barat dan satu lainnya di pembenihan

timur. Bak penampungan air juga dilengkapi dengan bak filter. Pada

pembenihan barat ada 2 bak filter. Susunan bahan pembuatan filter yang

terdapat di dalam bak filter meliputi pasir, ijuk, arang dan batu. Sedangkan bak

tandon memiliki ukuran 4 x 4 x 1,25 m3.

h. Sistem Aerasi

Sistem aerasi digerakkan oleh 3 blower (Gambar 7), yaitu 1 buah blower

berkekuatan 5 PK dan 2 buah berkekuatan masing – masing 7,5 PK. Sistem

aerasi tersebut dialirkan dengan menggunakan pipa PVC ¾ inchi ke dalam bak –

bak pemeliharaan benih, bak karantina ikan, bak pakan alami dan bak

pemeliharaan induk. Aerasi selain untuk suplai oksigen, juga berfungsi untuk

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 46: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

30

mencegah pengendapan fitoplankton dan membantu proses pelepasan gas

beracun (H2S dan NH3). Pendistribusian aerasi dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pendistribusian Sistem Aerasi di Balai Budidaya Air Payau Situbondo

No. Sumber Aerasi

Spesifikasi Distribusi

1. Blower Vortex Daya 7,5 PK Bak penggelondongan kerapu dan bak induk di pembenihan timur

2. Rood Blower Daya 5 PK Bak karantina ikan, pembenihan timur, sebagian pembenihan tengah dan kultur pakan alami timur

3. Blower Vortex Daya 7,5 PK Pembenihan barat, kultur pakan alami barat dan sebagian pembenihan tengah

Gambar 7. Blower Vortex

4.1.7.2 Prasarana Pembenihan

Prasarana pembenihan merupakan fasilitas yang secara tidak langsung dapat

menunjang produksi. Prasarana pembenihan diantaranya adalah tenaga listrik,

bangunan dan alat transportasi.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 47: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

31

a. Tenaga Listrik

Tenaga listrik yang digunakan Balai Budidaya Air Payau (BBAP)

Situbondo berasal dari PLN cabang Situbondo dengan kekuatan 197 KVA.

Sebagai cadangan bila aliran listrik dari PLN terputus, Balai Budidaya Air

Payau (BBAP) Situbondo memiliki generator set (genset) sebanyak 2 buah

berkekuatan 210 KVA. Listrik digunakan sebagai sumber tenaga untuk

menjalankan peralatan pembenihan, seperti blower dan pompa.

b. Bangunan

Sarana dan prasarana yang mendukung keberadaan Balai Budidaya Air

Payau (BBAP) Situbondo di divisi ikan antara lain laboratorium pakan alami,

laboratorium nutrisi, laboratorium penyakit dan kualitas air, rumah pompa,

rumah genset, rumah dinas karyawan, mushola, kantor, asrama, perpustakaan,

ruang auditorium dan jalan raya. Bangunan yang terdapat di Balai Budidaya Air

Payau (BBAP) Situbondo dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Bangunan di Balai Budidaya Air Payau Situbondo

Bangunan Uraian Jumlah a. Kantor - Kantor Utama (Kepala Balai)

- Kantor Tata Usaha 1 Unit 1 Unit

b. Laboratorium - Nutrisi dan Teknologi Pakan - Hama dan Penyakit - Lingkungan - Pakan Alami - Bioteknologi

1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit

c. Gudang - Pakan Buatan dan Pupuk (2 x 2 m) - Pakan Alami (Freezer) (3 x 2 m)

1 Unit 1 Unit

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 48: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

32

d. Rumah Karyawan - Rumah Karyawan - Rumah Kepala Balai / Tamu

14 Unit 1 Unit

e. Rumah Genset - Genset dan Panel Listrik (5 x 2 m) 1 Unit

f. Lainnya - Perpustakaan - Aula - Asrama - Tandon Air Tawar - Guest house

1 Unit 1 Unit 7 Unit 1 Unit 1 Unit

c. Alat Transportasi

Alat transportasi di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo berupa

5 unit mobil untuk keperluan kantor dan 1 unit mobil pick – up untuk keperluan

pengangkutan benih, pakan ikan serta pembelian alat – alat perlengkapan.

Kondisi jalan menuju Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo sangat

bagus dan strategis, sehingga mendukung kelancaran transportasi dan

pendistribusian hasil produk. Alat angkut (transportasi) yang ada di Balai

Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo terdiri dari pick- up, L-300, Suzuki

Future, Isuzu Panther, Kijang Innova, bus dan mobil kesehatan.

4.1.8 Sumber Air 4.1.8.1 Air Laut

Air merupakan faktor terpenting dalam kegaiatan pembenihan. Sumber air

laut yang digunakan di Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo berasal dari

Selat Madura yang berjarak 200 m dari Balai. Pengambilan atau penyaluran air

dari laut ke dalam bak tandon penampungan air menggunakan pipa PVC 8 inchi

yang bagian ujungnya dilengkapi dengan filter hisap dan dihubungkan langsung

dengan pompa electromotor berkapasitas 15 PK (11.250 watt). Pompa tersebut

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 49: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

33

dihubungkan dengan pipa paralon PVC 8 inchi sepanjang 200 – 300 m dari laut.

Spesifikasi pompa disesuaikan dengan jumlah air yang diperlukan tiap satuan jam.

Air laut langsung dialirkan ke bak pemeliharaan induk menggunakan pipa PVC 4

inchi.

Air yang telah difilter kemudian dipompa ke tandon pada ketinggian 2 m di

atas permukaan tanah menggunakan pompa electromotor berkapasitas 7 PK.

Setelah itu, baru air didistribusikan secara gravitasi ke bak pembenihan dan bak

kultur pakan alami.

4.1.8.2 Air Tawar

Penyediaan air tawar digunakan untuk kebutuhan kegiatan pembenihan, air

minum, keperluan karyawan Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo dan

asrama. Air tawar diperoleh dari tiga sumber sumur bor dengan kedalaman

80-100 m dari permukaan tanah dengan menggunakan pompa kapasitas 7 PK. Air

tawar dialirkan melalui pipa yang berada di bawah tanah ke unit pembenihan,

laboratorium, kantor, perumahan karyawan dan asrama.

Gambar 8. a) Tandon Air Tawar dan b) Tandon Air Laut

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 50: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

34

Tabel 3. Spesifikasi Pompa di BBAP Situbondo

Pompa Air Tawar Air Laut Jenis Sedot dan dorong Sedot dan dorong Merek Grundfoss Ebara Kapasitas 1 PK 1 unit 15 PK 3 unit

½ PK 2 unit 7,5 PK 4 unit Diameter inlet 1,8 inchi 4 inchi Diameter outlet 0,9 inchi 8 inchi

4.2 Kegiatan Pemeliharaan Benih

4.2.1 Pengadaan Induk

Induk kerapu macan yang ada di Balai Budidaya Air Payau (BBAP)

Siubondo berasal dari alam yang ditangkap oleh para nelayan dari perairan selat

Madura, Maluku dan Sulawesi. Induk juga didatangkan dari Lampung. Induk

betina yang digunakan adalah yang berumur 1-2 tahun dengan berat 1-2,5 kg,

sedangkan induk jantan yang telah berumur 3 tahun dengan berat lebih dari

2,5 kg. Jumlah induk kerapu macan yang ditebar ke dalam bak pemeliharaan

induk berjumlah 40 ekor dengan jumlah induk jantan 15 ekor dan induk betina 25

ekor. Bobot induk jantan mencapai 10 kg dan induk betina 6 – 8 kg. Untuk

membedakan induk jantan dan betina dapat dilakukan dengan cara melihat

fisiknya. Induk jantan relatif lebih besar dari induk betina. Induk betina memiliki

panjang tubuh kurang dari 600 mm dan induk jantan memiliki panjang tubuh lebih

dari 600 mm (BBAP Situbondo, 2003).

Pemilihan induk kerapu macan saat ini masih tergantung tangkapan di

alam. Sebelum calon induk digunakan terlebih dahulu diadaptasikan dengan

lingkungan pemeliharaan selama 14 hari hingga satu bulan. Proses ini dinamakan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 51: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

35

dengan aklimatisasi. Selama proses aklimatisasi induk dilakukan pemberian

antibiotik berupa furozolidon dengan dosis 1,5 ppm dilarutkan ke dalam gayung

yang berisi air. Tempat aklimatisasi dilakukan di bak karantina yang berukuran

5 x 2 x 1 m3. Tahap selanjutnya adalah seleksi dan pengamatan jenis kelamin dan

tingkat kematangan gonad. Calon induk dipilih dengan ciri – ciri induk yang

sehat, tidak cacat dan memiliki standar berat minimal 5 – 10 kg serta bebas

penyakit. Pengamatan jenis kelamin dan tingkat kematangan gonad dilakukan

dengan teknik stripping untuk induk jantan dan canulasi untuk induk betina.

Induk kerapu macan dipijahkan secara massal. Pemijahan induk kerapu

macan dilakukan secara alami dengan manipulasi lingkungan. Induk kerapu

macan dipelihara dalam bak beton yang berbentuk bulat. Diameter bak beton

adalah 10 m dengan kedalaman 3 m dan ketebalan dinding bak tersebut adalah

20 cm. Air diisi dengan ketinggian 2,9 m. Bak induk dilengkapi dengan aerasi

sebanyak 20 titik yang letaknya mengelilingi bak induk tersebut. Air yang

digunakan untuk induk dialirkan dari tandon air laut dengan menggunakan pipa

paralon yang berdiameter 8 inchi, pipa paralon tidak diberi filter bag, kemudian

air tersebut dialirkan pada empat bak induk dengan menggunakan pipa paralon

yang berdiameter 10 cm. Volume total untuk satu bak induk kerapu adalah

235 m3. Bak indukan dilengkapi dengan bangunan bak berbentuk segitiga sebagai

tempat peletakkan egg collector. Bak segitiga memiliki panjang sisi 3 m dengan

kedalaman 110 cm. Pada bagian bawah terdapat saluran dengan diameter 3 inchi.

Saluran tersebut berfungsi untuk mengeluarkan air yang terdapat pada bak

segitiga. Pemeliharaan induk dan pemijahan induk dilakukan pada wadah yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 52: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

36

sama. Induk dipelihara dan dipijahkan pada bak beton berbentuk bulat. Induk

kerapu yang telah memijah, dipindahkan ke bak yang memiliki diameter 12 m

dengan tinggi 3 m. Kegiatan pemeliharaan induk di Balai Budidaya Air Payau

Situbondo terdiri dari tahap persiapan wadah, pengelolaan induk, pemberian

pakan dan vitamin, pengelolaan air serta pencegahan hama dan penyakit.

4.2.2 Pemanenan dan Seleksi Telur

Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) memiliki telur yang

melayang. Telur yang terbuahi akan melayang di dalam air dan mudah terbawa

arus. Egg collector dipasang di depan outlet atas. Egg collector terbuat saringan

yang bermata kecil yaitu 40 µm dengan ukuran 135 x 80 x 80 cm3. Saringan

tersebut di sanggah oleh pipa paralon yang berbetuk kotak, penyangga ini

bertujuan untuk memperkuat posisi egg collector. Telur dipanen dipagi hari yaitu

pukul 06.00 – 07.00 WIB. Telur yang baik dan terbuahi akan melayang di

permukaan dan berwarna transparan. Sedangkan telur yang buruk dan tidak

terbuahi akan mengendap di dasar dan bewarna putih keruh. Diameter telur

kerapu macan adalah 700 – 800 µm (Usman dkk., 2003 dalam Minjoyo dkk.,

1998).

Telur kerapu macan yang telah terkumpul di egg collector dipanen dengan

menggunakan saringan yang bermata jaring 300 µm dan ditransportasikan menuju

akuarium dengan menggunakan ember. Telur tersebut dipindahkan dari egg

collector menuju akuarium dan diberi aerasi. Pemberian aerasi bertujuan

meningkatkan kadar oksigen di dalam akuarium. Akuarium yang digunakan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 53: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

37

sebagai penampungan telur yaitu 0,5 x 0,5 x 0,5 m3 dan air laut diisi setinggi

45-48 cm.

Gambar 9. Egg collector

Penghitungan jumlah telur total yang dihasilkan dihitung melalui sampling

yaitu dengan menghitung jumlah telur yang terdapat dalam volume tertentu dan

dikali dengan volume air. Sedangkan, jumlah telur yang dibagikan ke unit

pembenihan tidak dilakukan dengan menggunakan rumus sampling, melainkan

dengan menggunakan alat yang berbentuk sendok dengan ujungnya berbentuk

seperti setengah bola pimpong penghitungan telur seperti ini dikenal sebagai

metode penghitungan telur secara kering. Satu sendok tersebut dapat menampung

sebanyak 25.000 butir telur. Telur yang akan dibagi ke unit pembenihan

merupakan telur yang baik, telur mengendap yang terdapat di dalam akuarium

disipon dan dibuang, sedangkan telur yang digunakan adalah telur yang melayang.

Pemindahan telur dari akuarium menuju ember dilakukan dengan cara

penyiponan. Menurut Romadhon (2002), perhitungan telur dilakukan dengan

metode volumetrik, yaitu dengan menghitung telur pada volume dan

penghitungan jumlah total telur dengan rumus:

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 54: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

38

Setelah jumlah telur diketahui, maka telur telah dapat dijual dan

didistribusikan ke pembeli. Harga tiap butir telur kerapu macan adalah Rp 1,0

Pembeli telur hasil pemijahan kerapu macan di BBAP Situbondo berasal dari PT

Kelola Benih Unggul (KBU) dan petani-petani ikan di sekitar Situbondo.

Tabel 4. Jumlah Telur pada Bulan Juli 2010

Tanggal Jumlah Telur (butir) 17 Juli 2010 1.000.000 18 Juli 2010 2.500.000 Total 3.500.000

4.2.3 Penetasan dan Penebaran Telur 4.2.3.1 Persiapan Wadah Penetasan

Bak penetasan telur juga berfungsi sebagai bak pemeliharaan larva.

Pemeliharaan larva dan penetasan telur dilakukan pada wadah yang sama, hanya

saja proses penyiponan cangkang telur terjadi pada umur larva 1 hari (D1). Telur

yang akan ditetaskan diletakkan ke dalam bak penetasan. Sebelum telur diletakkan

ke dalam bak penetasan perlu dilakukan persiapan wadah. Bak beton yang

berukuran 2 x 5 x 1,25 m3 dibersihkan. Bak ini memiliki bentuk cekung pada

setiap sudut-sudutnya agar tidak terbentuk sudut mati pada wadah pemeliharaan

yang menyebabkan menumpuknya kotoran pada bagian sudut bak. Bak yang akan

dibersihkan dikeringkan terlebih dahulu. Air yang terdapat di dalam bak

dikeluarkan dengan membuka outlet. Bak dikeringkan dan dibilas dengan air

Volume akuarium (ml) Jumlah telur = x rata – rata jumlah telur hasil samping Volume air sampel (ml)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 55: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

39

tawar, semua selang aerasi dilepas. Kemudian bak di siram dengan larutan klorin

cair sebanyak 500 ml yang dicampur dengan 10 l air tawar dan dibiarkan selama

1-3 hari. Bak yang telah disiram klorin, kemudian dicuci dengan air tawar dan

detergen. Bak dicuci dan dibilas dengan air tawar hingga bersih dari bau kaporit.

Kemudian bak penetasan telur diisi air laut yang berasal dari tandon pembenihan

setinggi 80 cm dengan volume 8 m3.

Gambar 10. Persiapan Wadah Penetasan

Sebelum air masuk ke dalam bak penetasan, filter bag dipasang terlebih

dahulu pada bagian pipa pemasukan air laut. Pemasangan filter bag bertujuan

untuk menyaring air yang masuk ke dalam bak. Air yang masuk benar-benar baik.

Air yang terdapat di dalam bak diberi formalin sebanyak 200 ml untuk 8 m3.

Selang aerasi kemudian dipasang dengan jarak 40-50 cm sehingga di dalam

wadah terdapat 18 titik aerasi. Batu aerasi dipasang beserta dengan pemberat yang

terbuat dari timah. Jarak dari dasar terhadap batu aerasi sekitar 1 cm agar kotoran

dan sisa-sisa pakan dapat mengendap di dasar. Bak diberi aerasi yang kuat agar

formalin yang terdapat di dalam air menguap. Konsentrasi formalin yang

digunakan adalah 0,025 ppm yaitu 200 ml formalin dilarutkan dalam 8 m3 air laut.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 56: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

40

Penggunaan formalin pada air bertujuan sebagai pendesinfeksi air. Melalui

pemberian aerasi, formalin akan menguap dan tidak berbahaya bagi larva ikan.

Bagian dasar dan dinding bak dicat dengan warna biru muda, pada setiap

bak dilengkapi dengan tutup plastik berwarna biru dan thermometer sebagai

pengukur suhu. Bak yang dicat perlu dilakukan perendaman air tawar satu malam

dan digosok dengan buah nanas tujuannya untuk menghilangkan bau cat dari bak

tersebut. Penutupan plastik bertujuan untuk mencegah terjadinya penetrasi cahaya

dan menjaga suhu agar tetap hangat. Setiap bak larva dilengkapi dengan pipa

pemasukan air laut berdiameter 2 inchi, satu pipa pemasukkan Chlorella sp.

dengan diameter ¾ inchi dan satu pipa untuk distribusi udara dari blower. Setelah

semua persiapan selesai, telur dapat ditebar. Telur dan wadah pengangkut

dimasukkan ke dalam bak secara bersamaan, dan telur dilepaskan ke dalam air.

4.2.3.2 Penebaran Telur

Penebaran telur dilakukan setelah menyeleksi dan mengambil telur yang

memiliki kualitas yang baik. Seleksi telur dengan cara memisahkan telur yang

baik dan telur yang tidak bagus. Selang aerasi yang terdapat di dalam akuarium

diangkat, dan air yang terdapat di dalam akuarium dibiarkan tenang. Setelah itu,

telur yang mengendap pada bagian dasar disipon dan dibuang. Telur yang

mengendap merupakan telur yang memiliki kualitas tidak baik, sedangkan telur

yang diambil untuk penetasan adalah telur kerapu macan yang melayang. Telur

yang melayang tersebut disipon dengan selang yang berdiameter 0,5 cm dan

dimasukkan ke dalam ember yang berisi air dimana dibagian dalam ember

terdapat saringan yang berfungsi sebagai penyaring telur.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 57: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

41

Telur kerapu yang ditebar dalam satu bak pemijahan berkisar antara

100.000-200.000 telur per bak. Penebaran telur dilakukan dengan cara menyebar

telur di titik aerasi bagian tengah agar telur terdistribusi secara sempurna di dalam

bak. Telur kerapu macan akan menetas antara 17-19 jam setelah pembuahan pada

suhu 27-290C. Kemudian, dilakukan perhitungan daya tetas telur atau hatching

rate. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut :

1. Air media pemeliharaan yang telah ditebar telur sehari sebelumnya

diambil menggunakan pipa paralon berdiameter 1,5 inchi dengan panjang

150 cm.

2. Setelah dimasukkan ke dalam air berketinggian 80 cm, bagian atas pipa

ditutup dengan tangan

3. Pipa diangkat, air di dalam paralon segera dimasukkan ke dalam gelas

ukur bervolume 250 ml.

4. Jumlah larva yang terambil dengan pipa paralon dalam 250 ml air dihitung

satu per satu, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus HR (%)

Rumus penghitungan Hatching Rate (BBAP Situbondo, 2003):

Tabel 5. Nilai Hatching Rate Telur Kerapu Macan di Pembenihan Tengah

Nomor Bak Tanggal Tebar Telur Padat Tebar Telur HR (%) 1 14 Juli 2010 150.000 butir 18,24 2 9 Juli 2010 100.000 butir 40 3 19 Juli 2010 100.000 butir 28,43 4 15 Juli 2010 150.000 butir 14,1

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 58: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

42

4.2.4 Pengelolaan Pakan 4.2.4.1 Pemberian Pakan

Larva yang berumur D1 tidak perlu diberi pakan karena masih

memiliki kuning telur (yolk sack) dan larva yang belum bisa berenang dengan

baik sehingga dapat terperangkap di permukaan air. Pemberian minyak cumi

diberikan pada larva berumur 1-8 hari (D1-D8) sebanyak dua kali sehari yaitu

pukul 06.00 WIB dan 15.30 WIB. Jumlah minyak cumi yang diberikan

disesuaikan dengan kebutuhan yaitu 0,1 ml/m2, minyak cumi diberikan pada

aerasinya agar minyak cumi tersebar sendiri. Minyak cumi berguna sebagai

“pelicin” karena menurunkan tegangan permukaan air sehingga larva yang

berenang ke atas dapat masuk kembali ke dalam air. Selain itu pemberian minyak

cumi berguna untuk mensuplai vitamin A yang berguna untuk meningkatkan

kemampuan larva untuk melihat.

Gambar 11. Minyak Cumi

Selain minyak cumi, bak larva juga diberi Chlorella sp. Chlorella sp.

diberikan pada larva yang berumur 2 hari (D2). Chlorella sp.diberikan sebagai

penetrasi cahaya yang masuk, hal itu dikarenakan larva sensitif terhadap cahaya

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 59: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

43

yang masuk. Pemberian Chlorella sp. juga bertujuan sebagai pakan bagi Rotifer

agar Rotifer tetap bertahan di dalam bak pemeliharaan larva. Chlorella sp.

diberikan pada pagi hari yaitu pukul 07.30 WIB pemberian Chlorella sp.

dilakukan sekali dalam sehari. Jumlah Chlorella sp. yang diberikan pada larva

umur 2 hari (D2) yaitu 250 l. Jumlah Chlorella sp. semakin berkurang seiring

bertambahnya umur larva. Penghentian penggunaan Chlorella sp. dilakukan pada

saat larva berumur 30 hari (D30).

Rotifer yang diberikan kepada larva kerapu macan adalah Rotifer yang

telah mengalami pengkayaan. Pengkayaan Rotifer dengan menggunakan scott’s

emulsion. Pengkayaan dilakukan 1-2 jam sebelum diberikan kepada larva. Rotifer

diberikan ke larva dari umur 2-30 hari (D2-D30) tergantung kondisi ikan saat

pemeliharaan. Rotifer diberikan dua kali sehari yaitu pagi pukul 09.00 WIB dan

sore hari pukul 15.00 WIB. Kepadatan Rotifer yang diberikan pada larva umur

2-7 hari (D2-D7) yaitu sekitar 120 ml dengan kepadatan 3-5 individu/ml. Rotifer

tidak lagi diberikan pada larva ikan yang berumur 30 hari (D30).

Naupli Artemia merupakan pakan alami yang diberikan pada larva ikan

saat larva berumur 12 hari (D12). Jumlah Artemia yang diberikan disesuaikan

dengan kebutuhan larva. Larva berumur 12-20 hari (D12-D20) Artemia diberikan

sebanyak 1-3 individu/ml dengan frekuensi pemberian dua kali perhari yaitu pada

pagi hari jam 09.00 dan sore hari jam 16.00. Pada saat umur 21-30 hari

(D21-D30) frekuensi pemberian Artemia ditambah menjadi 3 kali dengan

kepadatan 1-3 individu/ml dan pada umur 31-45 hari (D31-D45) Artemia

diberikan 3 kali sehari dengan kepadatan 3-10 individu/ml.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 60: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

44

Pakan diberikan pada larva ikan agar memperoleh kecukupan nutrisi untuk

tumbuh dan berkembang. Pakan yang diberikan pada larva disesuaikan dengan

bukaan mulut larva. Pakan yang diberikan dapat berupa pakan buatan maupun

pakan alami. Pakan alami yang diberikan berupa Rotifer (Branchionus sp.) dan

naupli Artemia sp. serta udang rebon (jambret). Pakan buatan yang diberikan

adalah Rotemia, Rotifier, Otohime B1, Otohime B2, Otohime C1, Otohime C2,

Otohime S1, Otohime S2 dan EP.

4.2.4.2 Kultur Pakan Alami

a. Chlorella sp.

Kultur Chlorella sp. secara massal dilakukan dalam bak berukuran

5 x 2 x 1,2 m3 dengan kapasitas 12 ton yang terbuat dari beton dan

dilengkapi dengan instalasi oksigen (aerasi) di 3 titik menggunakan pipa

paralon ¾ inchi. Bak kultur Chlorella sp. ditempatkan pada ruang terbuka

(outdoor), sehingga pada saat kultur untuk pertumbuhan Chlorella sp.

mendapatkan cahaya matahari secara langsung.

Sebelum digunakan, bak dibersihkan terlebih dahulu dengan cara

disikat kemudian dibilas dengan air laut hingga bersih. Bak diisi air laut

sebanyak 75% (9 ton) dan disinfektan dengan menggunakan kaporit 50 ppm

(50 gr), diaerasi kuat dan didiamkan selama 1 hari. Sebelum penebaran

inokulan, dilakukan pengecekan kandungan kaporit dalam air dengan cara

mengambil sampel air pada tabung reaksi dan ditambahkan 3 tetes OTO 1

(chlorine/bromine test) kemudian dinetralisir dengan thiosulfat 25 ppm

(25 gr). Penggunaan thiosulfat hanya dilakukan bila kandungan atau residu

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 61: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

45

chlorine masih ada dalam air media yang akan digunakan. Media pupuk

dengan menggunakan pupuk majemuk dengan komposisi seperti pada

tabel 6. Setelah pemupukan, bak diisi inokulan Chlorella sp. sebanyak 15 –

20% (1,8 ton) dengan mengalirkan inokulan menggunakan selang 1 inchi

dan pompa celup berkapasitas 450 V.

Tabel 6. Komposisi Pupuk Majemuk untuk Kultur Chlorella sp.

Komposisi Dosis (ppm) Urea 40 – 60 TSP 20 – 30 Za 20 – 30 FeCl3 1 – 2 EDTA 1 – 5

Pemanenan Chlorella sp. dilakukan setelah Chlorella sp. dipelihara

atau ditumbuhkan selama 5 – 7 hari. Chlorella yang dipanen dialirkan

melalui pipa paralon 1 inchi dan pompa celup dengan kapasitas 450 V yang

dialirkan langsung ke bak pemeliharaan benih dan bak kultur Rotifer.

Gambar 12. a) Bak Kultur Chlorella sp. dan b) Bak Kultur Rotifer

b. Rotifer (Branchionus sp.)

Kultur massal Rotifer menggunakan bak beton 5 x 2 x 1,2 m3

berkapasitas 12 ton berbentuk persegi panjang tanpa sudut mati dengan 3

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 62: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

46

titik aerasi. Sebelum digunakan, bak dicuci dengan menggunakan sikat

kemudian dibilas dengan air laut sampai bersih, lalu diberi kaporit

100-150 ppm, dibiarkan selama 1-2 hari. Lalu dibilas kembali sampai bau

kaporit hilang dan dikeringkan. Bak yang bersih diisi dengan air laut

sebanyak 2/3 volume bak dan Chlorella sp. dimasukkan 1/3 volume bak,

kemudian inokulan dimasukkan dengan kepadatan awal 20-30 individu/ml.

Pada kultur Rotifer tidak dilakukan pemupukan, hanya penambahan

Chlorella sp. setelah panen. Awal pemanenan dilakukan 3-4 hari setelah

kultur awal. Pemanenan Rotifer dapat dilakukan secara pemanenan harian

atau pemanenan total. Pemanenan harian dengan memanen Rotifer sebanyak

20-30% dari volume total kemudian ditambahkan bibit Chlorella sp.

sebanyak 20-30% volume bak. Pemanenan total dengan cara mengalirkan

air media kultur bersamaan dengan Rotifer ditampung dengan plankton-net

200 – 400 µm. Pemanenan Rotifer dilakukan di pagi dan sore hari.

Rotifer (Branchionus plicatilis) merupakan zooplankton berukuran

80-400 µm (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Rotifer bersifat non

selective filter feeder, pakan yang diambil secara terus-menerus sambil

berenang, sehingga memiliki kandungan nutrisi tergantung dari media

kulturnya. Yeast roti diberikan tiap hari sebanyak 0,2 gr/m3 sebagai sumber

vitamin B untuk meningkatkan pertumbuhan Rotifer.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 63: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

47

Gambar 13. a) Pemanenan Rotifer dan b) Pemberian Pakan Rotifer

c. Artemia sp.

Artemia yang akan diberikan harus ditetaskan dulu. Penetasan Artemia

dilakukan pada ember cat. Artemia dapat ditetaskan secara langsung maupun

melalui dekapsulasi. Penetasan Artemia yang dilakukan di BBAP Situbondo

melalui proses dekapsulasi yaitu dengan melakukan penipisan lapisan luar

cyste. Tujuan proses dekapsulasi untuk menipiskan lapisan luar cyste

(chorion) tanpa merusak kelangsungan hidup embrio, meningkatkan daya

tetas cyste, dan mencuci hama cyste dari bakteri atau penyakit patogen pada

cangkang (Akbar dan Sudaryanto, 2001).

Penetasan dengan proses dekapsulasi dilakukan dengan menggunakan

larutan klorin. Klorin bertindak sebagai penipis lapisan luar cangkang. Cyste

Artemia yang akan ditetaskan direndam di dalam air tawar selama 1-2 jam.

Tujuan perendaman dengan air tawar yaitu untuk membuat cyste menjadi

bulat sempurna. Setelah cyste direndam dengan air tawar, cyste tersebut

disaring dan dimasukkan ke dalam ember. Klorin sebanyak 500 ml

dimasukkan ke dalam ember tersebut dan cyste diaduk secara cepat sambil

menyemprotkan air pada bagian luar ember. Penyemprotan air bertujuan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 64: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

48

untuk menjaga suhu agar tetap berada di bawah 40 0C. Kemudian cyste

tersebut dibilas dengan air tawar dan disaring dengan saringan Artemia.

Setelah itu ulangi kegiatan tersebut sampai terjadi perubahan warna. Cyste

yang telah berubah warna dibilas dengan air tawar hingga bau klorinnya

hilang. Bila belum hilang, rendam cyste dalam air tawar yang telah diberi

tiosulfat. Tiosulfat ini akan menetralkan keberadaan klorin. Setelah itu cyste

disaring dan diperas, cyste siap digunakan. Cyste yang telah didekapsulasi

disimpan dalam kulkas agar bertahan lama.

Terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh dari kegiatan

dekapsulasi Artemia yaitu membunuh bakteri dan jamur yang ada pada cyste

lewat perlakuan pemberian hipoklorit, mengurangi kotoran cangkang setelah

penetasan karena cangkang yang ada menjadi tipis, telur yang sudah

didekapsulasi bisa langsung diberikan sebagai pakan larva ikan, lebih cepat

menetas karena naupli Artemia mudah merobek cangkang yang tipis

sehingga derajat penetasannya tinggi.

Gambar 14. a) Artemia yang digunakan dan b) Cyste Artemia

Penetasan cyste yang telah didekapsulasi memerlukan waktu antara

18-30 jam pada air laut dengan kepadatan tidak lebih dari 5 gram/liter.

Untuk hasil optimum, pertahankan suhu kisaran 25 – 30 0C dan pH 8 – 9.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 65: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

49

Pemanenan Artemia dimulai dengan cara menghentikan aerasi dan tunggu

selama 15 menit agar telur-telur Artemia mengendap. Setelah itu Artemia di

sifon menggunakan selang dan ditampung di dalam saringan 300 µm.

Setelah dipanen naupli Artemia siap diberikan ke larva.

d. Udang Rebon (Jambret)

Udang rebon mulai diberikan pada saat ikan kerapu berumur 25-35

hari (D25-D35). Udang rebon dikenal sebagai pakan selingan kerapu.

Sebelum rebon diberikan pada kerapu, rebon akan mengalami proses

penyaringan. Rebon yang telah disaring dimasukkan ke dalam campuran air

tawar dan air laut dengan perbandingan 1:1. Rebon mendapatkan perlakuan

pemberian methylen blue untuk mencegah adanya jamur yang terdapat pada

rebon. Rebon diberikan dua kali sehari pada pukul 12.00 WIB dan pukul

15.30 WIB. Rebon diberikan pada kerapu sekenyangnya.

4.2.4.3 Pemberian Pakan Buatan

Pakan buatan mulai diberikan pada saat larva berumur 8 hari (D8).

Pakan yang digunakan adalah rotemia. Rotemia merupakan pakan yang berukuran

lebih kecil. Pakan buatan ini diberikan sebagai pakan buatan utama pada larva.

Jumlah awal rotemia (20-50 µm) yang diberikan adalah setengah sendok teh atau

setara 8 gram. Rotemia diberikan sebanyak dua kali sehari yaitu pada pagi pukul

06.00 WIB dan sore pukul 14.00 WIB. Rotemia (20-50 µm) diberikan pada larva

umur 8-17 hari (D8-D17). Setelah berumur 18 hari (D18) kerapu macan diberikan

pakan buatan rotifier (50-100 µm). Rotifier ini diberikan pada kerapu hingga

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 66: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

50

berumur 21 hari (D21). Pemberian Rotifier diberikan 3 kali sehari sebanyak

10 gram/pemberian. Pakan selanjutnya yang diberikan adalah Otohime B1 (200-

300 µm) hingga larva berumur 34 hari (D34) dan dilanjutkan dengan pakan

Otohime B2 (300-600 µm). Pada umur 45 hari (D45) pakan yang diberikan adalah

Otohime S1 (1 mm). Pemberian Otohime S1 diberikan 4 kali sehari. Pada larva

yang berumur lebih dari 50 hari (D50), pakan diberikan 4-6 kali sehari.

Gambar 15. Pakan yang digunakan dalam Masa Pemeliharaan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 67: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

51

Tabel 7. Standar Prosedur Operasional Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)

No Hari Manajemen Pakan Manajemen Kualitas Air

Jenis Pakan Dosis Frekwensi Pergantian Air

Sifon

1 D0 Kuning telur - - - - 2 D1 Kuning telur - - - Sifon telur

mengendap 3 D2 Chlorella sp

Rotifer 50-100 ribu sel/ ml 3-5 ind/ml

1x 1x

- -

4 D3-D7 Chlorella sp Rotifer

50-100 ribu sel/ ml 3-5 ind/ml

2x 3x

- -

5 D8-D20

Chlorella sp Rotifer Pakan buatan Naupli Artemia

50-100 ribu sel/ ml 3-5 ind/ml 8 gr/pemberian 1-3 ind/ml

2x 3x 2x (D7-D30); 3x (D18) 2x (D13)

10-20%

6 D21-D30

Chlorella sp Rotifer Pakan buatan Naupli Artemia Udang jambret

50-100 ribu sel / ml 3 – 5 ind/ml 10 gr / pemberian 3-5 ind/ml secukupnya

2x 3x 3x (D21) 2-3x (D21-D30) 1x

20-50 % Sifon

7 D31-D45

Naupli Artemia Pakan buatan Udang jambret

7-10 ind/ml 15 gr / pemberian secukupnya

3x 3x 2x

50-75 % Sifon

8 D46-D50

Udang jambret Pakan buatan

secukupnya 15 gr / pemberian

3x 4x

75-100 % Sifon

9 D51-panen

Udang jambret Teri nasi Pakan buatan

secukupnya 3-5% bobot badan 10-15 gr/pemberian

2x 2-3x 4x

100% flowthrough

Sifon

4.2.5 Perkembangan Larva

Telur yang menetas akan tumbuh menjadi larva. Berikut merupakan

perkembangan larva hingga mencapai juvenil

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 68: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

52

D-0 Telur dalam masa perkembangan hingga menetas, D-0 dihitung

sebagai awal tebar telur. Pada umur ini telur ikan mengalami

perkembangan dan menetas dalam waktu satu malam.

D-1 Larva sudah kelihatan, dengan warna hitam dan kecil. Pada umur

ini larva kerapu masih memiliki yolk sac yaitu kuning telur sebagai

cadangan makanan awal bagi larva.

D-2 Cadangan makanan pada beberapa ikan sudah mulai habis

sehingga larva membutuhkan pakan dari luar yaitu Rotifer (Branchionus

plicatilis).

D-3 Bintik mata pada larva kerapu mulai terlihat

D-6 Pangkal ekor, bakal sirip punggung dan perut mulai menonjol.

D-9 Mulai lepas spina/duri, sirip punggung dan dada terlihat jelas.

D-11 Duri sirip punggung terlihat semakin memanjang

D-25 Sirip punggung dan dada mereduksi menjadi keras, mulai muncul

bintik hitam di sekujur tubuh ikan hingga pertumbuhan D-45

Gambar 16. Perkembangan Larva (BBAP Situbondo, 2003)

D-0 D-2 D-1

D-6 D-9 D-11 D-25

D-3

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 69: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

53

4.2.6 Fase Kritis

Setelah telur menetas menjadi larva, larva ikan kerapu macan dalam

perkembangannya menjadi juvenil akan mengalami fase kritis (Akademi

Perikanan Sidoarjo, 2005) yaitu sebagai berikut :

1. Umur Kritis I

Larva umur 3-7 hari (D3-D7), persediaan kuning telur telah habis, bukaan

mulut larva juga masih terlalu kecil untuk memangsa larva seperti Rotifer.

Sementara itu, organ pencernaannya belum berkembang secara sempurna,

sehingga belum dapat memanfaatkan pakan yang tersedia secara

maksimal.

2. Umur Kritis II

Kematian larva terjadi pada umur 10-12 hari (D10-D12). Pada saat itu

spina calon sirip punggung dan dada mulai tumbuh semakin panjang. Pada

fase ini kebutuhan komposisi nutrisinya lebih komplit. Pakan yang

diberikan masih sama dengan fase yang sebelumnya.

3. Umur Kritis III

Kematian larva terjadi pada umur 21-25 hari (D21-D25) ketika terjadi

metamorfosis, yakni pada saat spina tereduksi menjadi sirip punggung dan

sirip dada pada kerapu muda.

4. Umur Kritis IV

Pada fase ini benih berumur lebih dari 35 hari (D35). Sifat kanibalnya

sudah mulai nampak, benih yang besar akan memakan benih yang lebih

kecil.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 70: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

54

4.2.7 Pengelolaan Kualitas Air

Kualitas air perlu dijaga agar larva maupun ikan kerapu yang terdapat di

dalam wadah budidaya tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit.

Pergantian air pada larva dilakukan saat larva berumur 8 hari (D8). Air yang

terdapat didalam bak dibiarkan 8 m3 hingga larva berumur 8 hari (D8). Air yang

terdapat di dalam bak mulai ditambah menjadi 10 m3 pada larva berumur 8 hari

(D8). Pergantian air dilakukan pada kerapu berumur 8-20 hari (D8-D20) sebanyak

10-20% yaitu 0.5 m3. Pergantian air dimaksudkan untuk menjaga kualitas air.

Pengurangan air dilakukan dengan memasang selang kecil pada bagian outlet dan

diatur sesuai volume yang ingin dibuang.

Pemasangan selang kecil dilakukan dari pada sore hari dan dibiarkan

semalaman. Sementara air dimasukkan ke dalam pada pagi air. Air yang

dimasukkan adalah air yang berasal dari tandon yang telah mengalami sterilisasi

dengan formalin 20 ppm. Seiring bertambahnya umur larva, jumlah air yang

dikurangi semakin banyak. Untuk kerapu yang berumur 21-30 hari (D21-D30),

pergantian air dilakukan sebanyak 20-50% sekitar 1 m3, kerapu yang berumur

31-45 hari (D31-D45) dilakukan pergantian hari sebanyak 50-75% yaitu 2 m3.

Sementara untuk juvenil, sistem pengairan dengan sistem flowthrough yaitu air

mengalir secara terus menerus. Sumber air yang diganti tidak lagi berasal dari

tandon, namum berasal dari air laut yang langsung disedot menggunakan pompa.

Proses penyiponan juga dilakukan agar kotoran yang terdapat pada dasar

bak tidak merusak kualitas air. Pengaturan pemberian pakan juga diatur

sedemikan rupa agar tidak banyak pakan yang terbuang. Pakan yang terbuang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 71: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

55

akan terdegradasi menjadi ammonia yang dapat merusak kualitas air. Selain

pergantian air dan penyiponan, pemberian probiotik juga dilakukan untuk

menjaga kualitas air yaitu dengan pemberian probiotik dengan konsentrasi 16 gr

untuk 10 m3. Kondisi air juga perlu diperiksa seperti kadar ammonia, suhu, pH,

dan salinitas untuk menentukan kecocokan kondisi lingkungan bagi pertumbuhan

ikan. berdasarkan uji kualitas air yang dilakukan pada tanggal 2 Juli 2010, kondisi

media hidup larva pada umur 55 hari, 29 hari, dan 25 hari yaitu sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Uji Parameter Kualitas Air No Parameter Satuan Hasil

29 hari 55 hari 25 hari 1 pH - 7,73 7,85 7,365 2 Salinitas 0/00 32 32 32 3 Nitrit(NO2-N) mg/l 0,03 0,002 3,13 4 TAN (NH3-N) mg/l 0,254 0,325 0,229 5 Amoniak (NH3) mg/l 0,0068 0,0109 0,001

Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa ikan yang berumur lebih tua

memiliki kadar ammonia yang tinggi dibandingkan ikan larva, hal itu dikarena

adanya tingkat metabolisme yang tinggi dan sisa pakan. Sementara untuk nitrit

yang lebih tinggi adalah pada media yang berisi ikan berumur 25 hari (D25). Nilai

salinitas untuk semua umur larva sama dan nilai pH untuk ketiga larva tidak

berbeda jauh.

4.2.8 Penyeragaman Ukuran (Grading)

Penyeragaman ukuran (grading) merupakan salah satu teknik untuk

menyeragamkan pertumbuhan dan mengurangi sifat kanibalisme benih kerapu

macan. Kanibalisme pada kerapu terjadi pada saat kondisi kekurangan makanan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 72: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

56

dan perbedaan ukuran, untuk menghindari hal tersebut perlu dilakukan grading.

Selain itu grading juga dilakukan saat akan panen untuk mengetahui ukuran ikan

yang nantinya akan berhubungan dengan harga ikan. Harga ikan kerapu macan

sendiri ditentukan berdasarkan panjang tubuh. Grading dilakukan pada juvenile

berumur 30-35 hari (D30-D35). Grading dilakukan setiap 3 hari sekali atau

melihat perbedaan ukuran benih yang didederkan.

Pendederan dapat dilakukan langsung dalam bak. Untuk bak dengan

kapasitas 10 m3 pendederan dapat dilakukan dengan padat penebaran 4.000-5.000

ekor. Padat tebar pemeliharaan juvenile kerapu yaitu 10-15 ekor/L. Pakan yang

diberikan adalah udang rebon (udang jambret) dan pakan buatan. Udang rebon

diberikan dua kali sehari pada pagi hari dan sore hari. Sedangkan pakan buatan

diberikan 4 kali sehari sebanyak 10-15 gram/pemberian. Proses pendederan

berfungsi untuk memilah ukuran benih dengan ukuran benih 2-3 cm

menggunakan keranjang berdiameter ± 35 cm dengan tinggi ± 20 cm dan ukuran

rata – rata 5 cm kepadatan populasi dapat dikurangi setengahnya. Jumlah benih

yang dapat ditampung dalam keranjang adalah 100-150 ekor. Ada 2 cara dalam

proses grading yaitu grading atas dan grading bawah. Grading atas dilakukan di

atas permukaan bak dengan menampung benih antara 200-300 ekor dalam

keranjang/tudung saji selanjutnya akan dipilih perbedaan ukurannya. Sebelum

dilakukan grading, air di dalam bak pemeliharaan larva diturunkan perlahan-lahan

hingga mencapai 30 cm.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 73: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

57

Gambar 17. Grading Ikan Kerapu

Selain grading atas pendederan juga dapat dilakukan dengan proses

grading bawah. Kegiatan ini menggunakan pipa paralon panjang yang telah

memiliki titik lubang dimana tiap lubang akan mengalirkan air yang dihubungkan

dengan pipa air laut di sisi bak pemeliharaan.

4.2.9 Panen

Pemanenan dilakukan pada juvenile yang siap jual sebagai benih.

Pemanenan biasanya dilakukan pada kerapu yang berumur 45-55 hari (D45-D55).

Panjang rata – rata juvenile yang dipanen ± 1 inchi dengan kesempurnaan bentuk

mencapai 70 %. Pemanenan dilakukan sekitar pagi sampai sore hari. Alat yang

digunakan dalam proses pemanenan adalah baskom plastik (diameter 40 cm dan

tinggi 15 cm), skopnet, keranjang/tudung saji. Air pada bak pemeliharaan larva

diturunkan secara perlahan-lahan sampai tinggi permukaan air dalam bak

mencapai kira-kira 30 cm. Setelah ketinggian air mencapai 30 cm benih kerapu

dapat dipanen. Juvenil yang telah dipanen dipisahkan berdasarkan ukurannya

(grading). Selanjutnya benih dapat dipindahkan ke bak pendederan sampai ukuran

siap jual. Harga benih per ekor 800 – 1000 rupiah tergantung pada ukuran tubuh

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 74: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

58

ikan. Jumlah ikan kerapu macan yang dipanen pada tanggal 15 juli 2010 yaitu

5555 ekor. Ikan kerapu ini dipanen pada umur 65 hari.

4.2.10 Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit sering mengancam larva maupun juvenile ikan. Hama

dan penyakit perlu dicegah dengan pengelolaan kualitas air, sanitasi, biosecurity,

dan desinfeksi. Pencegahan hama dan penyakit dilakukan melalui pengelolaan

kualitas air. Pengelolaaan kualitas air merupakan kunci utama mencegah

munculnya penyakit pada larva ikan. Penyakit dapat muncul karena kondisi

lingkungan yang kurang baik. Pengelolaan kualitas air melalui penyiponan,

penggunaan probiotik dan pergantian air.

Sanitasi, desinfeksi, dan biosecurity juga dilakukan untuk mencegah

penyebaran hama dan penyakit. Biosecurity dan desinfeksi dapat mencegah

penyebaran penyakit. Biosecurity yang digunakan adalah larutan kalium

permanganat. Setiap pekerja yang masuk wajib melewati biosecurity. Desinfeksi

yaitu membunuh bakteri maupun penyakit yang dapat mengganggu larva. Bahan

desinfeksi yang digunakan yaitu formalin. Formalin diberikan pada tandon dan

bak dengan dosis 20 ppm. Formalin akan membunuh semua bakteri patogen.

Selain itu, pencegahan hama dan penyakit dapat juga dilakukan melalui sanitasi

dimana pekerja menjaga kebersihan diri dan peralatan. Misalnya menggunakan

alkohol 70% dan sabun pencuci tangan untuk membersihkan tangan.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 75: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

59

4.3 Pemasaran dan Analisis Usaha

4.3.1 Pemasaran

Pemasaran merupakan rantai akhir dalam usaha pembenihan ikan kerapu,

kegiatan ini merupakan kegiatan penting yang harus diperhatikan. Pemasaran

berarti mendistribusikan produk dalam hal ini ikan kerapu untuk dijual. Harga

benih ikan kerapu berfluktuatif sebagaimana komoditas lainnya, harga di pasar

tingkat produsen. Ikan kerapu macan dengan ukuran 2,5 – 3 cm memiliki harga

berkisar antara Rp 800-1.000 per ekor. BBAP Situbondo menjual benih kerapu

macan ukuran 2,5 – 3 cm dengan harga Rp 800 per ekor.

Sejauh ini memasarkan benih ikan kerapu macan untuk segala ukuran

(3-10 cm) dan berapapun banyaknya tidaklah sulit. Ikan kerapu sendiri selain

dibeli dan dipesan oleh konsumen juga dibeli oleh orang yang ada di dalam

lingkup balai sendiri. Beberapa daerah pemasaran kerapu macan yaitu Lampung,

Aceh, Jepara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,

Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, NTB, dan pasaran lokal

sendiri. Biaya transportasi benih ditanggung oleh pembeli.

4.3.1.1 Packing dan Transportasi

Benih yang telah siap panen akan dijual dan didistribusikan ke

pembeli. Benih yang akan ditransportasikan mengalami beberapa perlakuan

diantaranya proses pengemasan. Wadah pengemas pada benih dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu menggunakan stereofoam dan kardus. Pengemasan dengan

menggunakan stereofoam dilakukan dengan cara benih ikan yang akan

didistribusikan dipuasakan sehari semalam. Setelah itu benih ikan dimasukkan ke

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 76: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

60

dalam kantong plastik yang telah berisi air dengan suhu 260C kemudian diberi

karbon aktif. Satu kantong berisi ikan 600 - 700 ekor dengan ukuran 2,7 – 3 cm.

Setelah itu ikan kantong plastik diberi oksigen. Perbandingan air dan oksigen pada

proses pengemasan ini yaitu 2:3. Benih ikan yang telah dibungkus plastik

dimasukkan ke dalam stereofoam. Stereofoam yang telah di isi kantong plastik

dilakban pada bagian tepi, atas, dan bagian bawah tujuannya agar tutup

stereofoam tidak terlepas. Setelah itu benih ikan siap didistribusikan.

Sementara itu, pengemasan dengan menggunakan kardus dilakukan

dengan cara yang hampir sama hanya saja pengemasan dengan kardus

ditambahkan es batu yang dibungkus dengan koran dan plastik. Penambahan es

batu bertujuan untuk menjaga suhu media tetap dingin yaitu 26 – 27 0C.

Gambar 18. Packing Benih Kerapu

Benih ikan biasanya didistribusikan melalui jalur darat, laut, dan udara.

Benih ikan tersebut biasanya didistribusikan dengan menggunakan bus kramat

jati, pahala kencana, dan safari, sementara untuk jalur udara sendiri lebih sering

menggunakan Batavia Airlines, Lion Airlines, dan Sriwijaya Airlines.

Ikan yang dipasarkan diuji Viral Nervous Necrosis (VNN) secara

laboratorium agar kualitas ikan yang dijual terbukti bebas virus. Adanya hasil uji

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 77: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

61

Viral Nervous Necrosis (VNN) pada ikan yang dipanen membuktikan bahwa ikan

tersebut bebas dari Viral Nervous Necrosis (VNN). Uji ini juga berfungsi untuk

meyakinkan pembeli mengenai kualitas ikan yang dijual.

Tabel 9. Jumlah Ikan yang dipanen dan Tujuan Distribusi Tanggal panen Jumlah Wadah kemas Tujuan 15 juli 2010 5555 ekor

3,5cm = 1300 ekor 3cm = 2255 ekor 2,5 cm = 2000 ekor

Menggunakan stereofoam

Lampung

26 Juli 2010 3000 ekor 4cm = 1300 ekor 3cm = 1700 ekor

Kardus Jawa Tengah

4.3.2 Analisis Usaha

Untuk mempertimbangkan suatu usaha budidaya, menentukan besarnya

biaya investasi serta biaya operasional yang tergantung dari sasaran produksi yang

akan dicapai, sangatlah penting untuk dibuat suatu analisis usaha (Murtidjo,

2002). Analisis usaha merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui

sampai dimana keberhasilan yang dicapai selama usaha berlangsung (Rahardi

dkk., 1993).

Usaha pembenihan kerapu macan skala rumah tangga memberikan

keuntungan bersih yang besar, yaitu Rp. 95.342.500 atau penghasilan per bulan

sebesar Rp. 7.945.210. Pay back period selama 1,2 tahun sehingga modal akan

kembali setelah kurang lebih 3 siklus. Analisis usaha pembenihan kerapu macan

skala rumah tangga (Backyard Hatchery) tertera pada lampiran 6.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 78: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

62

4.4 Permasalahan dan Kemungkinan Pengembangan Usaha

4.4.1 Permasalahan

Beberapa hal yang masih menjadi permasalahan dalam usaha

pemeliharaan benih kerapu macan di Balai Budidaya Air Payau (BBAP)

Situbondo antara lain :

a. Kurangnya kontinuitas pakan yang berkuantitas dan berkualitas menyebabkan

pertumbuhan larva lambat dan kanibalisme pada benih.

b. Kualitas benih yang buruk karena abnormalitas tulang belakang, rahang dan

tutup insang yang tidak sempurna menyebabkan harga jual turun.

c. Kematian massal yang sering terjadi selama stadia larva sampai benih

terutama pada umur 3-5 hari (D3-D5), 11-12 hari (D11-D12), dan 21-24 hari

(D21-D24) baik yang diakibatkan oleh kualitas air, pakan, penyakit maupun

kemampuan dalam melewati masa kritis menyebabkan tingkat kelulushidupan

(survival rate) benih sangat rendah dan pertumbuhannya lambat.

d. Belum ada tindak lanjut terhadap serangan penyakit, sehingga penanganannya

hanya sebatas upaya pencegahan dan jika ditemukan ikan yang sakit atau

cacat ikan langsung dibuang ke laut atau dilakukan penelitian lebih lanjut.

e. Tempat pemeliharan larva yang kurang baik dapat terjadinya fluktuasi

kualitas air terutama yang berada diluar ruangan (outdoor).

f. Perbaikan dan pemeliharaan sarana produksi yang masih terbatas.

4.4.2 Kemungkinan Pengembangan Usaha

Kebutuhan dan harga kerapu macan yang tinggi memberikan potensi

tersendiri bagi usaha kerapu jenis ini yang merupakan penyokong untuk usaha

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 79: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

63

budidaya selanjutnya (pendederan dan pembesaran). Dalam rangka

pengembangan usaha dan peningkatan produksi pembenihan, beberapa hal yang

dapat dilakukan antara lain: 1) Penerapan ilmu atau teknologi yang tepat melalui

uji coba juga diperlukan guna meningkatkan pertumbuhan, survival rate serta

kualitas benih ikan kerapu macan, 2) Menjaga mutu atau kualitas benih yang

dihasilkan, 3) Perbaikan sarana dan prasarana yang memadai sehingga produksi

benih ikan kerapu macan dapat terpenuhi secara kontinyu, 4) Menjalin kerjasama

dengan berbagai pihak terutama dalam kegiatan pemasaran.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 80: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Manajemen pemeliharaan benih ikan kerapu macan di Balai Budidaya Air

Payau (BBAP) Situbondo meliputi: 1)persiapan bak pemeliharaan larva,

2)penetasan (HR 28,43%) dan penebaran larva dengan padat tebar

100.000-200.000 butir/bak, 3)pengelolaan pakan antara lain pakan alami

berupa Chlorella sp. (D2-D30) dengan kepadatan 50.000-100.000 sel/ml;

Rotifer (D2-D30) dengan kepadatan 3-5 individu/ml; naupli Artemia sp.

(D12-D30) sebanyak 1-3 individu/ml, dan pada umur D31-D45 sebanyak

3-10 individu/ml; udang rebon (D25-D35) diberikan sekenyangnya serta

pakan buatan berupa Rotemia (8 gr/pemberian, D8-D17); Rotifier

(10 gr/pemberian, D18-D21); Otohime B1 (10 gr/pemberian, D22-D34);

Otohime B2 (15 gr/pemberian, D35-D44); Otohime S1 (15 gr/pemberian,

D45-D50) dan > D50 diberi 10 – 15 gr/pemberian, 4)pengelolaan kualitas air

antara lain suhu 30-31 0C, salinitas 31-33 ppt, oksigen terlarut (DO) > 5 ppm

dan pH 7.8 – 8.3, 5)grading, 6)panen mencapai 3,7% serta 7)pengendalian

hama dan penyakit.

Permasalahan yang terjadi dalam pemeliharaan benih ikan kerapu macan di

Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo antara lain kanibalisme pada

benih, kematian massal terjadi selama stadia larva sampai benih terutama

pada umur 3-5 hari (D3-D5), 11-12 hari (D11-D12), dan 21-24 hari (D21-

D24) diakibatkan oleh kualitas air, kurangnya kontinuitas pakan baik secara

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 81: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

65

kualitas dan kuantitas, penyakit maupun kemampuan dalam melewati masa

kritis, abnormalitas pada benih, serta perbaikan dan pemeliharaan sarana

produksi yang masih terbatas.

5.2 Saran

Kegiatan manajemen pemeliharaan benih perlu ditingkatkan agar

diperoleh produksi benih secara kualitas, kuantitas dan kontinuitas terjamin. Hal

ini dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah padat penebaran telur agar

menghasilkan tingkat pertumbuhan yang optimal dan survival rate yang tinggi.

Selain itu, perlunya pengkayaan pakan alami untuk meningkatkan pertumbuhan

larva dan pemberian pakan yang tepat waktu.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 82: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

DAFTAR PUSTAKA

Akademi Perikanan Sidoarjo. 2005. Teknik Pemeliharaan Larva Kerapu Skala Rumah Tangga. Departemen Kelautan dan Perikanan. Hlmn 11 – 15.

Akbar, S., dan Sudaryanto. 2001. Pembenihan dan Pembesaran Kerapu Bebek.

Penebar Swadaya. Jakarta. 104 hal. Anonymous. 2005a. Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus).

http://www.iptek.net.id/warintek/Budidaya_perikanan_idx.php?doc=3b7. 10 Mei 2010. 3 hal.

Antoro, S., E. Widiastuti dan P. Hartono. 1998. Biologi Kerapu Macan. Dalam :

Balai Budidaya Laut Lampung (Eds). Pembenihan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Perikanan. Balai Budidaya Laut Lampung. Lampung. Hlmn 4 – 18.

Azwar, S. 1998. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hlmn 15, 61. Balai Budidaya Air Payau Situbondo. 2003. Petunjuk Teknis Pembenihan Kerapu

Macan. Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jawa Timur. Hlmn 8 – 14.

Balai Budidaya Air Payau Situbondo. 2009. Laporan Tahunan Balai Budidaya Air

Payau Situbondo Tahun Anggaran 2008/2009. Balai Budidaya Air Payau Situbondo Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan.

Chen, J., and Shetty N.P.S. 1991. Culture of Marine Feed Organism UNDP/FAO

Regional Seafarming Development and Demonstration Project, National Inland Fisheries Institute, Kasetsart University Campus, Bangkhen. Bangkok.

Ismi, S. 2002. Kultur Plankton untuk Penyediaan Pakan Alami pada Pembenihan

Ikan Kerapu. Lokakarya Nasional dan Pameran Pengembangan Agrobisnis Kerapu II. Jakarta. Hlmn 196 – 201.

Isnansetyo, A., dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan

Zooplankton Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme-Organisme Laut. Kanisius. Yogyakarta. 115 hal.

Kordi K., M.G.H. 2001. Usaha Pembesaran Kerapu di Tambak. Kanisius.

Yogyakarta. 111 hal.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 83: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

67

2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Ikapi. Jakarta. 189 hal.

Minjoyo, H., Mustamin dan M. Thariq. 1998. Pemeliharaan Larva. Dalam : Balai

Budidaya Laut Lampung (Eds). Pembenihan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Perikanan. Balai Budidaya Laut Lampung. Lampung. Hlmn 44 – 48.

Murtidjo, B.A. 2002. Budidaya Kerapu dalam Tambak. Kanisius. Yogyakarta.

80 hal. Nazir, M. 1998. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hlmn 22 – 23,

37 – 38. Rahardi, F., Kristiawati, R., dan Nazarudin. 1993. Agribisnis Perikanan. Penebar

Swadaya. Jakarta. 61 hal. Randall, J.E. 1987. A Preliminary Synopsis of the Groupers (Perciformes;

Serranidae; Epinephelinae) of the Indo Pacific Region, J.J. Polovina and S. Ralston (editors), Boulder and London : Tropical Snapper and Groupers : Biology and Fisheries Management, Westview Press. Inc.

Romadhon. 2002. Teknik Pembenihan Kerapu. Kepala Teknisi Balai Budidaya

Air Payau Situbondo. Subyakto, S., dan Cahyaningsih, S. 2005. Pembenihan Kerapu Skala Rumah

Tangga : Kiat Mengatasi Masalah Praktis. Agromedia Pustaka. Jakarta. 62 hal.

Sugama, K. 1999. Inventarisasi dan Identifikasi Budidaya Laut dan Pantai yang

telah Dikuasai untuk Diseminasi. Seminar Nasional Penelitian dan Diseminasi Teknologi Budidaya Laut.

Suryabrata, S. 1993. Metodologi Penelitian. Rajawali. Jakarta. Hlmn 80. Tampubolon, G.H dan Mulyadi, E. 1989. Sinopsis Ikan Kerapu di Perairan Balit

Bangkan. Semarang. Hlmn 2. Tridjoko, B. Slamet, D. Makatutu dan K. Sugama. 1996. Pengamatan Pemijahan

dan Perkembangan Telur Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) pada Bak secara Terkontrol. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, II (2) : 55-62.

Wardhana, I.P. 1994. Pembesaran Kerapu dengan Keramba Jaring Apung.

Penebar Swadaya. Jakarta.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 84: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

68

www.dkp.go.id. 2005. Produksi Benih Kerapu Macan. http://www.dkp.go.id. 15 Juni 2010. 2 hal.

2006. Jenis Ikan Kerapu yang Dibudidayakan. http://www.dkp.go.id/content.php?c=908. 15 Juni 2010. 1 hal.

www.warintek.progressio.or.id. 1996. Pembenihan Ikan Kerapu Macan.

http://www.warintek.progressio.or.id/perikanan/kerapu.htm. 15 Juni 2010. 6 hal.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 85: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Praktek Kerja Lapang Desa Pecaron, Kecamatan

Panarukan, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 86: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

70

Lampiran 2. Daerah Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 87: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

71

Lampiran 3. Denah Balai Budidaya Air Payau Situbondo

1

1 1

1

6 3 4

5

9

9

7

7

7

8

14

15

19

11

12

16

7

13

17

17

17

18

30

30

29

28

25 26 27

31

23

23

23

23

23

23

23

23 34 33

24

35

19 15

8

9

20

21

23 23 23

21

22

10 10

18

32

U

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 88: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

72

Lampiran 3. (Lanjutan)

Keterangan :

1. Bak induk kerapu. 2. Bak penampungan telur 3. Rumah genset. 4. Broodstock Center Udang Vanname 5. Pompa air laut. 6. Rumah blower. 7. Bak calon induk kerapu. 8. Bak kultur Chlorella sp. 9. Bak kultur Brachionus plicatilis 10. Bak pemeliharaan nener 11. Bak karantina 12. Bak pembenihan timur 13. Laboratorium pakan alami 14. Bak pembenihan Abalone 15. Bak filter sand 16. Bak pembenihan tengah 17. Bak induk bandeng 18. Bak pembesaran udang Vanname 19. Bak tandon air laut 20. Bak pembenihan barat. 21. Asrama 22. Dapur. 23. Rumah karyawan. 24. Ruang pembuatan pellet. 25. Laboratorium nutrisi dan pakan buatan 26. Laboratorium penyakit dan kualitas air. 27. Ruang staf teknis dan Laboratorium Bioteknologi 28. Auditorium. 29. Perpustakaan 30. Kantor. 31. Musholla. 32. Bak tandon air tawar. 33. Koperasi dan workshop. 34. Garasi mobil. 35. Ruang kuliah.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 89: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

73

Lampiran 4. Daftar Ukuran Pakan

Uraian Ukuran pakan Rotemia 20 – 50 µm NRD ½ 100 – 200 µm NRD 2/3 200 – 300 µm NRD 2/4 200 – 400 µm NRD 3/5 300 – 500 µm NRD 4/6 400 – 600 µm NRD 5/8 500 – 800 µm NRD G8 (8/12) 800 – 1.200 µm NRD G12 (12/20) 1.200 – 2.000 µm Nosan R-1 20 – 50 µm Rotifier 50 – 100 µm Love Larva 100 – 200 µm Otohime B-1 200 – 300 µm Otohime B-2 300 – 600 µm Otohime C-1 500 – 900 µm Otohime C-2 900 – 1.400 µm Otohime S-1 1.000 µm Otohime S-2 1.400 µm Otohime EP1 1.500 µm Otohime EP2 2.200 µm

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 90: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

74

Lampiran 5. Jadwal Pemberian Pakan

Waktu Jenis Pakan Keterangan 06.00 Minyak cumi

Pakan buatan (Rotifier/Rotemia) Larva (D2-D8) Larva -Benih

07.00 Pakan Buatan Benih 09.00 Rotifer

Artemia Larva (D2- D30) Larva-Benih

10.00 Pakan Buatan Benih 11.00 Pakan Buatan Larva-Benih 12.00 Artemia Benih 14.00 Pakan Buatan Larva-Benih 15.00 Rotifer Larva (D2-D30) 15.30 Artemia Larva-Benih 16.00 Udang rebon Benih

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 91: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

75

Lampiran 6. Analisis Usaha Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga (HSRT)

Uraian Bahan Jumlah Harga Satuan Jumlah Harga (Rp)

1 Investasi Lahan Pembuatan bak larva dan pengatapan Pembuatan bak pakan alami Pembuatan bak reservoir, filter Pompa celup Pompa air laut Instalasi pompa air laut High blow 200 watt Instalasi aerasi Instalasi listrik Genset 3 KVA Peralatan pembenihan Lain – lain

500 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1

m2

unit unit unit buah unit unit unit unit unit buah unit unit

300.000 24.000.000 6.000.000 10.000.000 900.000 2.000.000 1.500.000 4.000.000 1.000.000 500.000 3.500.000 1.000.000 3.000.000

15.000.000 24.000.000 6.000.000 10.000.000 900.000 4.000.000 1.500.000 8.000.000 1.000.000 500.000 3.500.000 1.000.000 3.000.000

Total Biaya Investasi 78.400.000 2 a. b.

Biaya Operasional Pertahun Biaya tetap Perawatan alat (5%) Penyusutan (10%) Bunga modal (24%) Total Biaya Tetap Biaya variabel Telur (600.000/siklus) Pupuk Bahan kimia dan obat-obatan Pakan Artemia (6 kaleng/siklus) Udang jambret Listrik Gaji dan upah Lain – lain Total Biaya Variabel

1 1 1 1 1 1 4 6 100 3 12 12

paket paket paket paket paket paket siklus kaleng kantong siklus bulan bulan

2.962.500 5.925.000 14.220.000 600.000 500.000 1.000.000 1.000.000 275.000 4.500 250.000 400.000 500.000

2.962.500 5.925.000 14.220.000 23.107.500 600.000 500.000 1.000.000 4.000.000 1.650.000 450.000 750.000 4.800.000 6.000.000 19.150.000

Total Biaya Operasional 42.257.500 3. Penjualan

Benih ikan kerapu macan (1 tahun 3 siklus)

a. Penebaran telur : 10 butir/liter atau 100.000 butir/bak

b. Sintasan benih ukuran panjang 3-4 cm rata-rata = 10% (60.000 ekor/siklus)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 92: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

76

c. Harga jual rata-rata = Rp.1.200/ekor

d. Pendapatan 3 siklus = 3 x 60.000 x Rp.1.200

= Rp. 216.000.000

e. Keuntungan sebelum pajak

Pendapatan – Biaya Operasional = Rp. 216.000.000 - Rp. 42.257.500

= Rp. 173.742.500

Keuntungan bersih = Rp. 173. 742.500 – Rp. 78.400.000

= Rp. 95.342.500

Rata – rata penghasilan per bulan = Rp. 7.945.210

f. Analisis Biaya Manfaat

Arus Kas

Laba bersih + penyusutan = Rp. 95.342.500 + Rp. 5.925.000

= Rp. 101.267.500

Rentabilitas Ekonomi = Laba Operasional X 100%

Investasi + B. Operasional

= Rp. 216.000.000 X 100%

Rp. 78.400.000 + Rp. 42.257.500 = 179.02% (> 19%) Layak usaha 4. Break Even Point (BEP)

BEP Volume Produksi = Total Biaya Operasional

Harga Satuan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 93: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

77

= Rp. 42.257.500

Rp. 1.200

= 35.215 ekor

Berarti titik modal akan tercapai bila volume produksi sebesar 35.215 ekor.

BEP Harga = Total Biaya Operasional

Total Produksi

= Rp. 42.257.500

60.000 ekor

= Rp. 704,292 / ekor

Berarti bahwa titik balik modal akan tercapai bila harga produk sebesar

Rp. 704,292 / ekor.

5. R/C ratio = Hasil penjualan

Biaya produksi

= Rp.216.000.000

Rp. 42.257.500

= 5,11 (>1%) Layak usaha

Nilai tersebut berarti dengan biaya Rp. 42.257.500 diperoleh hasil penjualan

sebesar 5,11 kali (Rahardi dkk., 1993).

6. Pay Back Period = Investasi + B. Operasional

Arus kas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI

Page 94: MANAJEMEN PEMELIHARAAN BENIH IKAN KERAPU MACAN …adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/457/gdlhub-gdl-s1-2012-ramadhanib... · permasalahan yang dapat mempengaruhi manajemen pemeliharaan

78

= Rp. 78.400.000 + Rp. 42.257.500

Rp. 101. 267.500

= 1,2 tahun

Artinya modal akan kembali dalam jangka waktu 1,2 tahun atau setelah 3

siklus.

7. Return of Investment (ROI)

ROI = Laba usaha

Modal usaha

ROI = Rp. 95.342.500

Rp. 42.257.500

= 2,26 atau 226%

Berarti bahwa dari Rp. 100,00 modal yang diinvestasikan akan menghasilkan

keuntungan sebesar Rp. 226,00 (Rahardi dkk., 1993).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PKL Manajemen Pemeliharaan ... BEBBI VIANA RAMADHANI