MANAJEMEN PEMASARAN PROGRAM TA’MIN...
Transcript of MANAJEMEN PEMASARAN PROGRAM TA’MIN...
MANAJEMEN PEMASARAN PROGRAM TA’MIN TA’AWUNI
BMT BINTARO
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
OLEH :
ALVINASIH NOOR SIAMI
NIM: 109046100090
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
ii
MANAJEMEN PEMASARAN PROGRAM TA’MIN TA’AWUNI
BMT BINTARO
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh
Alvinasih Noor Siami
NIM: 109046100090
Dibawah Bimbingan:
Pembimbing
Siti Hanna, Lc, MA
NIP. 197402162008012013
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “MANAJEMEN PEMASARAN PROGRAM TA’MIN
TA’AWUNI PADA BMT BINTARO” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta pada 21 Januari 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada program studi Muamalat
(Ekonomi Islam).
Jakarta, 21 Januari 2014
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 195505051982031012
PANITIA SIDANG MUNAQASYAH
1. Ketua : Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM (....................................)
NIP. 197107011998032002
2. Sekretaris : Mu’min Rauf, S.Ag, MA (....................................)
NIP.197004161997031004
3. Pembimbing : Siti Hanna, Lc, MA (....................................)
NIP 197402162008012013
4. Penguji 1 : Djaka Badranaya, SEI, M.E (....................................)
NIP. 197705302007011008
5. Penguji 2 : Ahmad Chairul Hadi, MA (....................................)
NIP. 197205312007101002
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku
di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 Januari 2014
Alvinasih Noor Siami
v
ABSTRAK
Alvinasih Noor Siami. 109046100090. Konsentrasi Perbankan Syariah,
Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014.
Kesadaran urusan asuransi kesehatan, rata-rata lebih dimiliki oleh kalangan
menengah keatas, sebab mereka yang telah sadar memasuki lingkaran proteksi
asuransi jiwa kesehatan itu, tentulah orang-orang yang sudah memiliki dana lebih
besar dari menutup biaya hidup bulanan atau tahunan. Sedangkan pada masyarakat
Indonesia yang relatif rendah pada kalangan menengah kebawah, asuransi adalah
mustahil bagi mereka. Karena semua penghasilan mereka habis di kebutuhan primer
(sementara asuransi adalah kebutuhan tersier). Padahal masalah sakit tidak ada yang
tahu dan dapat menimpa semua orang baik kaya maupun miskin. BMT Bintaro
adalah salah satu badan usaha berbentuk koperasi jasa keuangan syariah yang sesuai
dengan pemahaman salaful ummah. BMT Bintaro memiliki produk unggulan yaitu
program ta’min taawuni yang merupakan akad hibah yang pada dasarnya bertujuan
untuk saling tolong-menolong meringankan beban kerugian, dan ikut andil
menanggung penderitaan saat terjadi musibah. Program ta’min taawuni adalah
layanan bantuan biaya pengobatan atau perawatan yang dikelola oleh koperasi BMT
Bintaro yang memberikan kontribusi tabarru Tujuan penelitian ini ada tiga, yaitu: (1)
Untuk mengetahui konsep dan prosedur program ta’min ta’awuni (2) Untuk
mengetahui manajemen pemasaran (3) Untuk menganalisis kesesuaian syariah
berdasarkan fiqh muamalat dan Fatwa DSN-MUI.
Manajemen pemasaran BMT Bintaro belum dilakukan secara optimal
sehingga berdampak pada program ta’min ta’awuni yang hingga kini belum banyak
dikenal masyarakat. BMT Bintaro seharusnya membuat suatu komunitas dalam
daerah tertentu untuk mengumpulkan anggota ta’min dan bukan untuk perorangan.
Program ta’min ta’awuni telah sesuai dengan kaidah Fiqh Muamalat dan Fatwa DSN-
MUI
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif analisis. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian kulitatif. Teknik pengumpulan melalui
Library Research dan Field Research. Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik wawancara dan observasi. Teknik analisis data dengan pendekatan analisis
deskriptif kualitatif.
Kata kunci: Asuransi Kesehatan, Ta’min Ta’awuni, Manajemen Pemasaran
Pembimbing: Siti Hanna, Lc, MA
Daftar Pustaka: 1981 –2013.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillahirabbil ‘alamiin. Segala puji dan syukur hanya kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya serta pertolongan-Nya yang tiada terhingga
kepada semua makhluk-Nya, khususnya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah
keharibaan baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya
kepada jalan kebesaran hingga yaumil qiyamah.
Perkenankan penulis berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan, motivasi serta masukan terhadap penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini, diantaranya:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Euis Amalia M.Ag., Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. H. Mu’min Rouf, M.Ag., Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Siti Hanna, Lc, MA. Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan,
saran, dan ilmunya hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
vii
5. Bapak Irfan Wajidi, selaku bendahara BMT Bintaro yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan informasi kepada penulis.
6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu dan akhlak yang
tidak ternilai harganya.
7. Segenap staff akademik dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Orang tua tercinta dan tersayang yang telah memberikan doa dan motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Adikku tersayang Adam yang selalu bersedia membantu dalam transportasi.
10. Sahabat-sahabat terdekat penulis: Siti, Tika, Anggi, Fani yang selalu memberikan
support kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.
11. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini
dan tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat
penulis. Terimakasih dan semoga masukan dan bantuannya di catat oleh Allah
sebagai pahala disisi-Nya. Amiinn
Jakarta, 1 Januari 2014
ALVINASIH NOOR SIAMI
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. .i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................. ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ......................................................................... . iii
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... ..iv
ABSTRAK .................................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ..vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 7
E. Review Studi Terdahulu ............................................................................. 8
F. Kerangka Teori dan Konseptual................................................................ 11
G. Metode dan Penelitian ............................................................................... 12
H. Sistematika Penulisan ............................................................................... 15
ix
BAB II ASURANSI SYARIAH & MANAJEMEN PEMASARAN ..................... 16
A. Asuransi
1. Pengertian Asuransi ............................................................................ 16
2. Dalil-Dalil Asuransi Haram ................................................................ 17
B. Asuransi Syariah
1. Pengertian Asuransi Syariah ............................................................... 20
2. Dalil-Dalil Asuransi Syariah ............................................................... 23
3. Akad dalam asuransi syariah ............................................................... 24
4. Prinsip dasar asuransi syariah ............................................................. 24
C. Strategi Pemasaran
1. Pengertian strategi pemasaran ............................................................. 28
2. Konsep Strategi Pemasaran ................................................................. 29
3. Konsep Pemasaran dalam Islam.......................................................... 30
4. Perumusan Strategi Pemasaran ........................................................... 31
a. Strategi Pasar Yang Dituju ............................................................. 31
b. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ............................................... 32
BAB III GAMBARAN UMUM BMT BINTARO .................................................. 36
A. Profil BMT Bintaro ...................................................................................................... 36
B. Sejarah Singkat BMT Bintaro ..................................................................................... 37
C. Visi dan Misi ............................................................................................................... 39
D. Prinsip Operasional .................................................................................................... 39
x
E. Produk-Produk BMT Bintaro ...................................................................................... 41
F. Struktur Organisasi .................................................................................................... 46
BAB IV ANALISA PROGRAM TA’MIN TA’AWUNI BMT BINTARO .......... 49
A. Mekanisme Program Ta’min Ta’awuni ...................................................................... 50
1. Prosedur Ta’min Ta’awuni ................................................................................... 50
2. Akad Disetujui ...................................................................................................... 51
3. Pengelolaan Dana ................................................................................................ 52
4. Syarat Pengajuan Dana ........................................................................................ 53
5. Klaim .................................................................................................................... 53
6. Prinsip Asuransi Syariah BMT Bintaro ................................................................. 54
B. Pelaksanaan Strategi Pemasaran Program Ta’min Ta’awuni..................................... 55
C. Peluang dan Tantangan Program Ta’min Ta’awuni ................................................... 58
1. Peluang ................................................................................................................ 58
2. Tantangan ............................................................................................................ 59
D. Kesesuaian Syariah ..................................................................................................... 59
1. Akad Ta’min Ta’awuni ......................................................................................... 59
2. Pengelolaan Dana ................................................................................................ 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 65
B. Saran .......................................................................................................................... 66
xi
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 67
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sedia payung sebelum hujan. Pepatah lama ini memang sangat penting untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semua orang memang harus
mempersiapkan segala sesuatunya untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin
akan terjadi. Jadi saat hujan benar-benar turun, kita sudah punya payung untuk
melindungi diri dari guyuran hujan.
Dalam kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan pada kemungkinan
terjadinya musibah dan bencana yang dapat menyebabkan hilang atau
berkurangnya ekonomi seseorang. Segala musibah dan bencana merupakan
ketentuan Allah SWT, namun manusia wajib berikhtiar melakukan tindakan
antisipasi untuk memperkecil risiko yang timbul.1 Bukan perkara yang sukar
apabila masa depan diisi dengan keberuntungan, namun kontras apabila yang
terjadi adalah kemalangan, kerugian, jatuh sakit, dan lainnya. Pastinya tidak ada
yang rela menanggung risiko hidup ini.
Sehat adalah anugrah yang tak ternilai harganya, sebab dengan tubuh dan
jiwa yang sehat, seseorang bisa menikmati hidup secara sempurna. Umumnya
orang menyadari ketika umurnya bertambah kala itu biasanya orang terdorong
1 Cacan S. Agis, Modul Pengetahuan Dasar Takaful, Edisi Revisi, (Jakarta:Trendi, PT. Syarikat Takaful
Indonesia, 2005),h.9
2
memelihara kesehatan.2 Ketika seseorang mengalami suatu penyakit, biasanya
biaya yang dikeluarkan terkadang tidak kecil dan di luar jangkauan.
Perencanaan biaya untuk di masa akan datang sangat diperlukan, untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Mengelola risiko merupakan suatu
upaya yang ditempuh agar seseorang dapat selalu dalam keamanan dan hidup
tentram. Akan tetapi, kebanyakan orang takut menanggung risiko dan kemampuan
kita mengelak atau lari dari risiko, maka ditemukan risiko lainnya.3
Salah satu upaya untuk menekan biaya pelayanan kesehatan adalah lewat
asuransi. Asuransi syariah adalah kesepakatan sekelompok orang yang
menghadapi risiko tertentu untuk mengurangi dampak risiko yang terjadi, dengan
cara membayar kewajiban atas dasar hibah yang mengikat, sehingga menghimpun
dana tabarru’. Dana ini memiliki tanggungan sendiri yang digunakan untuk
membayar ganti rugi para peserta asuransi syari’ah atas risiko yang terjadi, sesuai
dengan ketentuan yang disepakati.4
Kesadaran urusan asuransi kesehatan, rata-rata lebih dimiliki oleh kalangan
menengah keatas, sebab mereka yang telah sadar memasuki lingkaran proteksi
asuransi jiwa kesehatan itu, tentulah orang-orang yang sudah memiliki dana lebih
besar dari menutup biaya hidup bulanan atau tahunan. Ketimbang biaya proteksi
2 Sudirman Tebba,Sehat Lahir Batin, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005),h.21
3 Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta: Sinar Grafika, 1997) Edisi ke-
1,h.3 4 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer,(Bogor: PT. Berkat Mulia Insani, 2013),h. 246
3
saja, tentu lebih optimal jika sumber dana itu juga sekaligus dibagi ke dalam
investasi yang memberikan hasil.
Sedangkan pada masyarakat Indonesia yang relatif rendah pada kalangan
menengah kebawah, asuransi adalah mustahil bagi mereka. Karena semua
penghasilan mereka habis di kebutuhan primer (sementara asuransi adalah
kebutuhan tersier). Padahal masalah sakit tidak ada yang tahu dan dapat menimpa
semua orang baik kaya maupun miskin.
Soal asuransi mikro, Firdaus Djaelani selaku Kepala Ekselutif Pengawa OJK
bidang Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) mengaku pelakunya masih sedikit.
Di satu sisi, peluang pengembangannya masih cukup terbuka. Karena hingga saat
ini asuransi mikro masih sangat kecil, yaitu 2 persen dari total industri.5 Tidak
adanya perlindungan atas risiko keuangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah
berpotensi mendorong masyarakat jatuh ke dalam kemiskinan apabila terjadi
musibah.
Melihat permasalahan yang terjadi, maka dirasakan perlu adanya lembaga
keuangan non bank yang dapat menjangkau kebutuhan masyarakat. Pada kondisi
demikianlah, BMT memposisikan diri, dengan tujuan untuk membantu masyarakat
ekonomi lemah baik itu dalam bentuk simpanan maupun dalam bentuk pinjaman
tanpa harus memberatkan masyarakat. Kehadiran Baitul Mal Wa Al-Tamwil yang
disingkat BMT, dalam pedoman Bahasa Indonesia adalah Balai Usaha Mandiri
5 Harian Terbit, “Dianggap Mahal Asuransi Mikro Masih Minim“, artikel diakses pada 18 Oktober 2013
dari http://www.harian terbit.com/2013/10/18/dianggap-mahal-asuransi-mikro-masih-minim/
4
Terpadu, merupakan lembaga keuangan syariah yang tumbuh seiring dengan
perkembangan lembaga keuangan maupun keuangan syariah lainnya di Indonesia.
Baitul Mal wa Al-Tamwil (BMT) adalah salah satu lembaga pendukung kegiatan
ekonomi masyarakat kecil dengan landasan sistem syariah.6
Pada sisi birokrasi, BMT berupaya menyerhanakan, demikian pula aspek
jaminan. Jaminan bukan syarat pokok seseorang memperoleh pembiayaan
(pinjaman) akan tetapi kepercayaan yang sudah dijalani, menjadi syarat pokok
bekerjasama dengan BMT. Selain itu, BMT juga dilengkapi dengan kegiatan
Baitul Mal yang lebih bersifat sosial. Ini berarti secara kelembagaan BMT
merupakan lembaga sosial dan komersial. Sebagai lembaga sosial BMT
menghimpun dana dari zakat, infaq, shadaqah (ZIS), hibah, dan sebagainya, yang
kemudian disalurkan kepada mereka yang dananya berasal dari simpanan,
khususnya simpanan untuk kesehatan.
BMT Bintaro adalah salah satu badan usaha berbentuk koperasi jasa
keuangan syariah yang sesuai dengan pemahaman salaful ummah. BMT Bintaro
memiliki produk unggulan yaitu program ta’min ta’awuni. Program ta’min
ta’awuni (asuransi kooperatif) merupakan akad hibah yang pada dasarnya
bertujuan untuk saling tolong-menolong meringankan beban kerugian, dan ikut
andil menanggung penderitaan saat terjadi musibah. Program ta’min ta’awuni
adalah layanan bantuan biaya pengobatan atau perawatan yang dikelola oleh
koperasi BMT Bintaro yang memberikan kontribusi tabarru. Tujuan dari program
6 M. Dawam Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, (Jakarta: LSAF, 1999)
5
ini adalah membantu para peserta jika mengalami sakit/dirawat dan membutuhkan
biaya pengobatan/perawatan hingga Rp 2.000.000 per peserta dalam periode 3
bulan.
Program ta’min taawuni merupakan bentuk penyederhanaan dari asuransi
yang biasa dipakai kalangan menengah ke atas. Karena program ini hanya
mewajibkan kepada calon peserta untuk membayar infaq program sebesar Rp
100.000 dengan masa kepersetaan per-3 bulan dan bisa mempunyai peluang
mendapatkan bantuan biaya kesehatan hingga Rp 2.000.000. Dengan biaya infaq
yang murah ini diharapkan bisa menjangkau kalangan menengah ke bawah untuk
mendapatkan asuransi kesehatan.
Program ta’min taawuni merupakan program yang sangat diharapkan oleh
banyak orang terutama bagi masyarakat yang belum mampu mendapatkan
asuransi. Asuransi yang notabenenya lebih banyak dimiliki oleh perusahaan besar,
saat ini di lembaga keuangan mikro seperti BMT khususnya BMT Bintaro juga
mempunyai produk asuransi. Karena program asuransi belum begitu banyak di
BMT, maka diperlukan penelitian yang lebih dalam lagi untuk mengetahui
kejelasan managemennya terutama dalam hal pemasarannya agar lebih dikenal
masyarakat. Berdasarkan pemikiran diatas, maka saya tertarik untuk mengangkat
masalah ini dengan judul “MANAJEMEN PEMASARAN PROGRAM
TA’MIN TA’AWUNI PADA BMT BINTARO”.
6
B. Identifikasi Masalah
Dari tema yang telah diambil penulis, ada beberapa hal yang terkait
didalamnya yang akan penulis teliti, yaitu:
1. Mekanisme program ta’min ta’awuni dalam bantuan biaya pengobatan. Dalam
suatu kegiatan muamalah, akad yang harus digunakan harus jelas agar tidak
merugikan salah satu pihak.
2. Pengelolaan dana tabarru yang didapat dari kontribusi peserta tabarru
3. Proses pengajuan klaim yang dilakukan oleh peserta program ta’min ta’awuni.
4. Manajemen pemasaran program ta’min ta’awuni kepada masyarakat.
5. Manajemen resiko apabila terjadi kekurangan dana tabarru
6. Kesesuaian program ini dengan kaidah fiqh muamalat. Apabila program ini
tidak bertentangan dengan fiqh muamalat, maka program ini bisa diteruskan.
Begitupula sebaliknya, apabila bertentangan maka program ini tidak bisa
dilanjutkan.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan tema penilitian yang
diambil penulis masih terlalu luas, sehingga penulis membuat pembatasan masalah
agar penilitian menjadi spesifik dan terarah. Oleh karena itu, penulis membatasi
permasalahan yang akan diteliti yaitu:
1. Penelitian ini dilakukan pada BMT Bintaro yang beralamat di Jl. Bintaro
Utama Blok F 2 no 5 Bintaro Sektor 2, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
7
2. Penelitian dilakukan untuk mengetahui prosedur, strategi pemasaran,dan
kesesuaian fiqh muamalat program ta’min ta’awuni.
3. Penelitian ini berdasarkan Fatwa DSN MUI No.21 (Pedoman Asuransi
Syari’ah), No. 52 (Akad Wakalah bil Ujroh Pada Asuransi Syariah) dan
No. 53 (Akad Tabarru Pada Asuransi Syariah).
Dari pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah yang ingin
dijawab dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep/prosedur program ta’min ta’awuni pada BMT Bintaro?
2. Bagaimana manajemen pemasaran program ta’min ta’awuni yang
diterapkan BMT Bintaro?
3. Apa kekuatan dan kelemahan strategi pemasaran program ta’min ta’awuni
yang diterapkan BMT Bintaro?
4. Bagaimana perspektif fikih terhadap program ta’min ta’awuni di BMT
ini?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitiaan
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk menguraikan mekanisme/prosedur program ta’min ta’awuni
b. Untuk mengetahui manajemen pemasaran program ta’min ta‘awuni
c. Untuk mengetahui peluang dan tantangan dari penerapan strategi
pemasaran yang dilakukan BMT Bintaro.
d. Untuk menganalisis program ini dalam perspektif fiqh muamalat.
8
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
program ta’min ta’awuni khususnya mengenai masalah diatas.
b. Bagi institusi untuk membantu menjelaskan mekanisme program dan
sebagai pertimbangan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan sistem
yang telah dilakukan.
c. Bagi masyarakat memberikan informasi mengenai mekanisme penerapan
program ta’min ta’awuni
E. Review Studi Terdahulu
No
Studi Terdahulu
Studi Terdahulu
Rencana Skripsi
1 a. Judul
Penyelesaian Klaim Asuransi
Kesehatan Kumpulan Untuk
Penanganan Circumsisi.
Penulis: Fitri Ristiani Badri
(Perbankan Syariah Fakultas
Syariah dan Hukum).
Manajemen Pemasaran
Program Ta’min Ta’awuni
BMT Bintaro.
b. Fokus Skripsi ini membahas
mengenai prosedur,
pengajuan, dan penyelesaian
klaim penanganan circumsisi
Skripsi ini membahas
mengenai manajemen
asuransi syariah pada BMT
yaitu mengenai mekanisme
/prosedur, manajemen
pemasaran, dan kesesuaian
fiqh muamalat program
ta’min ta’awuni.
9
c. Metode Penelitian Skripsi ini menggunakan
jenis metode kualitatif
dengan penelitian deskriptif
dan pendekatan survey,
wawancara dan documenter.
Skripsi ini menggunakan jenis
metode kualitatif dengan
penelitian deskriptif dan
pendekatan survey,
wawancara dan documenter.
d. Waktu dan tempat Penelitian dalam skripsi ini
dilakukan pada tahun 2012 di
PT. BNI Life Insurance Pusat
Unit Syariah.
Penelitian dalam skripsi ini
dilakukan pada tahun 2013 di
BMT Bintaro.
2 a. Judul Analisis SWOT Sistem
Klaim Pada Asuransi
Kesehatan Syariah
Penulis: Azzah Fadilatul
Maisah (Perbankan Syariah
Fakultas Syariah dan
Hukum).
Manajemen Pemasaran
Program Ta’min Ta’awuni
BMT Bintaro
b. Fokus Membahas analisis SWOT,
jenis-jenis klaim asuransi
kesehatan individu dengan
system reimbusement dan
sistem profider.
Skripsi ini membahas
mengenai manajemen
asuransi syariah pada BMT
yaitu mengenai mekanisme
/prosedur, manajemen
pemasaran, dan kesesuaian
fiqh muamalat program
ta’min ta’awuni.
c. Metode Penelitian
Metode deskriptif dengan
pendekatan Mix Research
(penelitian campuran) yaitu
dengan Library Research (
penelitian dengan bahan
pustaka yang relevan) dan
Field Research ( meneliti
data dengan melihat langsung
fenomena yang ada dan
terjadi di lapangan).
Skripsi ini menggunakan jenis
metode kualitatif dengan
penelitian deskriptif dan
pendekatan survey,
wawancara dan dokumenter.
d. Waktu dan Tempat Penelitian dalam skripsi ini
dilakukan pada tahun 2012 di
PT. Prudential Life
Assurance.
Penelitian dalam skripsi ini
dilakukan pada tahun 2013 di
BMT Bintaro.
10
3 a. Judul Strategi Pemasaran
Berdasarkan Prinsip Syariah
Dalam Meningkatkan
Permintaan Produk Koperasi
BMT Bintaro.
Penulis: Nisa’ul Khasanah
(Perbankan Syariah Fakultas
Syariah dan Hukum)
Managemen Pemasaran
Program Ta’min Ta’awuni
BMT Bintaro.
b. Fokus
Untuk mengetahui strategi
yang digunakan untuk
mempertahankan produk
unggulan yang kompetitif.
Skripsi ini membahas
mengenai manajemen
asuransi syariah pada BMT
yaitu mengenai mekanisme
/prosedur, manajemen
pemasaran, dan kesesuaian
fiqh muamalat program
ta’min ta’awuni.
c. Metode Penelitian
Skripsi ini menggunakan
jenis metode kualitatif
dengan penelitian deskriptif
dan pendekatan survey,
wawancara dan dokumenter.
Skripsi ini menggunakan jenis
metode kualitatif dengan
penelitian deskriptif dan
pendekatan survey,
wawancara dan dokumenter.
d. Tempat dan waktu Penelitian dalam skripsi ini
dilakukan pada tahun 2011 di
BMT Bintaro.
Penelitian dalam skripsi ini
dilakukan pada tahun 2013 di
BMT Bintaro.
4 a. Judul Produk Kavling Tanah Pada
BMT Al-Kautsar.
Penulis: Reny Syukrillah
(Perbankan Syariah Fakultas
Syariah dan Hukum)
Manajemen Pemasaran
Program Ta’min Ta’awuni
BMT Bintaro.
b. Fokus Skripsi ini membahas
mekanisme dan prosedur
produk kavling tanah dan
menganalis SWOT untuk
perencanaan masa depan.
Skripsi ini membahas
mengenai manajemen
asuransi syariah pada BMT
yaitu mengenai mekanisme
/prosedur, manajemen
pemasaran, dan kesesuaian
fiqh muamalat program
ta’min ta’awuni.
11
c. Metodelogi Penelitian Skripsi ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif
dalam bentuk desain
deskriptif dan metode
pengumpulan data dengan
cara observasi.
Skripsi ini menggunakan
metode kualitatif dengan
pendekatan survey dan
deskriptif analisis.
d. Waktu dan Tempat Penelitian dalam skripsi ini
dilakukan pada tahun 2011 di
BMT Al-Kautsar Cabang
Bekasi Timur.
Penelitian dalam skripsi ini
dilakukan pada tahun 2013 di
BMT Bintaro.
F. Kerangka Teori dan Konseptual
Program Ta’min Ta’awuni BMT Bintaro
Mekanisme program Manajemen
Pemasaran
Analisa Kesesuaian Syariah
Sesuai Tidak Sesuai
Solusi
Fiqh Muamalat
Fatwa DSN
12
Dalam program ta’min ta’awuni, akan diteliti bagaimana mekanisme atau
prosedur dan manajemen pemasaran. Setelah mengetahui kedua aspek tersebut, maka
akan dianalisis kesesuaian syariahnya yang berlandaskan pada kaidah fiqh muamalat
dan Fatwa DSN. Apabila telah sesuai dengan peraturan yang ada maka penulis akan
merekomendasikan program ini kepada masyarakat bahwa program ta’min ta’awuni
ini baik untuk dipilih masyarakat terutama yang belum mampu untuk
mengasuransikan kesehatannya di perusahaan asuransi besar dengan harga yang
sangat terjangkau.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu
penulis menggambarkan permasalahan data-data yang ada lalu dianalisis lebih
lanjut untuk kemudian diambil kesimpulan. Dengan metode analisis ini,
penulis mengumpulkan dan memaparkan data terlebih dahulu yang telah
diperoleh dari hasil interview di lapangan kemudian menganalisisnya dengan
berpedoman pada sumber yang tertulis yang didapatkan dari teori di
perpustakaan.
Dalam metode penelitiannya, skripsi ini menggunakan pendekatan Mix
Research (penelitian campuran, yaitu suatu metode yang digunakan untuk
meneliti data-data dengan cara menggabungkan dua metode penelitian atau
lebih. Adapun kedua metode itu adalah: Pertama, Library Research, yaitu
13
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti data-data dengan cara
mempelajari, mengkaji, dan meneliti bahan-bahan pustaka yang relevan.
Kedua, Field Research, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti data-data dengan cara melihat langsung fenomena yang ada dan
terjadi di lapangan.
Penelitian ini juga menggunakan teknik observasi dan wawancara agar
mampu memperkuat data-data yang diteliti.
2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini, dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu:
a. Data Primer
Merupakan data yang didapat dari sumber pertama yaitu hasil wawancara
yang dilakukan langsung kepada objek penelitian.7 Dengan teknik
pengumpulan data dari para karyawan terkait mengenai program ta’min
taawuni di BMT Bintaro.
b. Data Sekunder
Merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh
pihak pengumpul data primer. Data yang telah didapat dari hasil
observasi, wawancara, literatur-literatur kepustakaan, dan dokumentasi
yang berkaitan dengan materi penelitian ini.
7 Dergibson Siagian dan Sugiarto, Metode Statistik Untuk Bisnis dan Ekonomi, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2000),h.16
14
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini oleh penulis diantaranya
adalah dengan wawancara agar mampu mendapatkan informasi yang tepat
antara teori yang didapat dengan praktek yang ada di lapangan.Wawancara
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab kepada petugas dan pegawai yang terlibat perihal program ta’min
ta’awuni.
4. Teknik Analisis Data
Seluruh data yang penulis peroleh baik dari observasi, wawancara dan
literature-literatur yang ada mengenai materi penelitian, akan diolah dengan
pendekatan analisis deskriptif kualitatif. Hal ini karena data yang didapat akan
berupa kata-kata dan angka-angka yang akan diolah menjadi suatu
kesimpulan.
5. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah BMT Bintaro yang terletak di Jl. Bintaro
Utama Blok F 2 no 5 Bintaro Sektor 2, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
6. Teknik Penulisan
Teknik penulisan penelitian ini merujuk pada Buku Pedoman Penulisan
Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Syariah dan Hukum tahun 2012.
15
H. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan pembahasan skripsi ini, penulis mengurutkan
permasalahannya menjadi 5 bab, yaitu:
BAB I Pendahuluan, yaitu meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu,
kerangka teori dan kerangka konsep, metodelogi penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II Asuransi Syariah dan Manajemen Pemasaran, yaitu meliputi
tinjauan teoritis mengenai tentang asuransi syariah, dan manajemen
pemasaran.
BAB III Profil BMT Bintaro, meliputi sejarah singkat berdirinya, visi dan
misi, struktur organisasi, dasar legalitas, serta cakupan usahanya.
BAB IV Analisa Program Ta’min Ta’awuni BMT Bintaro, yaitu
menjelaskan tentang mekanisme, manajemen pemasaran, analisis program,
serta analisis kesesuaian syariah.
BAB V Penutup, yaitu meliputi kesimpulan dari penelitian ini dan
memberikan saran-saran yang dapat dijadikan masukan.
16
BAB II
ASURANSI SYARIAH DAN MANAJEMEN PEMASARAN
A. Asuransi
1. Pengertian Asuransi
Kata asuransi berasal dari bahasa Belanda assurantie, dan di dalam
bahasa hukum Belanda dipakai kata verzekering. Sedangkan dalam bahasa
Inggris disebut Insurance.1 Kata tersebut kemudian disalin dalam bahasa
Indonesia dengan kata pertanggungan. Dari peristilahan assurantie kemudian
timbul istilah assuradeur bagi penanggung, dan geassureerde bagi
tertanggung.2 Dalam bahasa Arab, asuransi digunakan istilah at-ta‟min,
penanggungnya disebut mu‟ammin, dan tertanggung disebut dengan
musta‟min.3
Asuransi adalah sebuah mekanisme perpindahan risiko yang oleh suatu
organisasi dapat diubah dari tidak pasti menjadi pasti. Pertukaran kerugian
tidak pasti dengan kerugian pasti, seperti diterapkan dalam asuransi
konvensional masuk dalam ruang lingkup pengertian gharar dan tidak
diperbolehkan dalam Islam.4
1 John M. Echols dan Hasan Syadiliy, Kamus Inggris-Indonesia ,(Jakarta: Gramedia, 1990), h.326
2 Worjono Projodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia ,(Jakarta: PT. Intermasa, 1981), h. 1
3 Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial ,(Bandung: Mizan, 1884), h. 205
4 Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik , (Jakarta: Gema Insani Press, 2005),h. 4-5
17
Sistem proteksi atau asuransi dibenarkan sejauh telah memenuhi syarat-
syarat lain dalam konsep muamalat secara Islami. Dalam konsep muamalat
secara Islami setidaknya ada beberapa hal yang jelas diharamkan, yaitu
adanya unsur gharar (ketidakjelasan dana), maisir (judi/gambling), riba,
barang haram dan perbuatan maksiat.
Pada tahun 1985 para ulama Islam sedunia yang berada di bawah OKI
dalam konfrensi ke II di Jeddah sepakat mengeluarkan keputusan No. 9 (9/2)
1985, yang berbunyi, “Transaksi asuransi dengan premi tertentu yang
diselenggarakan oleh perusahaan asuransi merupakan transaksi dengan
tingkat gharar (spekulasi) tinggi. Hal ini membuat hukum transaksi asuransi
batal (menurut syariat). Oleh karena itu, transaksi ini diharamkan Islam“
2 . Dalil-Dalil Asuransi Haram
Keputusan lembaga-lembaga fatwa Internasional yang mengharamkan
asuransi didasarkan kepada dalil-dalil berikut:5
a. Polis asuransi termasuk dalam akad tukar-menukar uang dengan uang
(sharf). Akad asuransi ini mengandung gharar (ketidakjelasan) tingkat
tinggi. Pihak tertanggung, pada saat akad tidak tahu berapa jumlah premi
yang harus ia bayar, karena jika terjadi kerugian yang dipertanggungkan
5 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, (Bogor: PT. Berkat Mulia Insani, 2013), h.
240-242
18
setelah pembayaran premi pertama, maka akad langsung berakhir dan pihak
tertanggung terus membayar premi hingga waktu yang telah disepakati.
Tingkat gharar dalam polis asuransi sangat tinggi, dan Nabi shalallahu
„alaihi wa sallam telah mengharamkan tukar-menukar (jual beli) yang
mengandung gharar.
ع الغررو سيم لن به ليه نه رسى ل اهلل صل اهلل
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi melarang jual beli
gharar". (HR. Muslim No. 942)6
b. Polis asuransi termasuk qimar (judi). Karena bisa jadi pihak tertanggung
baru membayar premi pertama dan terjadi kerugian yang
dipertanggungjawabkan maka pihak tertanggung memperoleh uang dari
pihak penanggung jauh lebih besar daripada yang dibayarnya. Pihak
tertanggung beruntung dan pihak penanggung merugi. Dan jika premi
dibayarkan sampai waktu yang ditetapkan dalam perjanjian dan tidak terjadi
kerugian maka pihak tertanggung merugi dan pihak penanggung beruntung.
Inilah hakikat judi jika satu pihak beruntung maka pihak lain merugi. Allah
telah mengharamkan perjudian dalam firmanNya,
6Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Mukhtashhar Shahih Muslim,(Jakarta: Pustaka Azzam,2003), h.661
19
‘’Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya arak, judi, dan berhala
dan mengundi nasib adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan ”. (Al-Maidah :90)
c. Polis asuransi adalah akad tukar-menukar uang dengan uang (sharf),
karena pada saat tertanggung menerima uang ganti rugi berarti ia
memberikan uang dalam bentuk premi dan menerima uang dalam bentuk
ganti rugi. Dalam akad tukar-menukar uang dengan uang, bila uangnya
sejenis disyaratkan harus sama nominalnya dan harus serah terima tunai
pada saat itu juga. Jika tidak terpenuhi salah satu persyaratan tersebut
maka akad tukar menukar uang dengan uang ini termasuk riba ba‟i.
Kenyataannya dua persyaratan tersebut tidak terpenuhi pada polis
asuransi. Pada saat terjadi perbedaan antara nominal premi yang dibayar
dengan ganti rugi yang diterima maka transaksi ini dinamakan riba fadhl
dan riba nasi‟ah.
Yaitu, nominal kedua uang tidak sama dan tidak tunai (uang premi telah
diserahkan beberapa waktu yang lalu namun ganti rugi baru diterima
setelah berlalu beberapa waktu). Dan jika nominal premi dan ganti rugi
20
sama maka termasuk riba nasi‟ah karena tukar-menukar dua uang tidak
tunai.
B. Asuransi Syariah
1. Pengertian Asuransi Syariah
Secara etimologi bahasa arab, takaful berasal dari akar kata kafala atau
tafaa ‟ala yang berarti saling menanggung. Sementara ada yang mengartikan
dengan makna saling menjamin. Dalam bidang mu’amalah, asuransi syariah
(takaful) adalah saling memikul risiko diantara sesama orang sehingga antara
satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko lainnya. Saling pikul
risiko ini dilakukan atas dasar saling tolong-menolong dalam kebaikan dengan
cara masing-masing mengeluarkan dana ibadah (tabarru) yang ditujukan untuk
menanggung risiko tersebut.7
Dalam asuransi syariah tidak hanya melibatkan dua pihak yang bertakaful
yakni orang-orang yang saling mengikatkan dirinya untuk saling menjamin
risiko yang diderita masing-masing, melainkan diperlukan pihak ketiga. Pihak
ketiga yang dimaksud ini adalah lembaga atau badan hukum atau perusahaan
yang menjamin kegiatan kerja sama atau asuransi ini terjamin berjalan dengan
baik dan tidak termasuk kegiatan yang dilarang oleh syariat yaitu gharar,
7 Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2002),
h. 105-106
21
maisir, riba. Berkaitan dengan ini, ada unsur-unsur penting yang mesti ada
demi terlaksananya takaful, yaitu :8
a. Beberapa pihak yang berasuransi
b. Pengelola asuransi (Perusahaan Asuransi). Dalam hal ini, perusahaan
asuransi hanya bertindak sebagai fasilitator saling menanggung diantara
para peserta asuransi.
Produk asuransi syariah ditawarkan kepada seluruh masyarakat, bukan
saja muslim tetapi juga non-muslim. Prinsip tolong-menolong (takaful) dalam
asuransi syariah bermakna universal, tolong-menolong bukan saja ditujukan
kepada sesama muslim tetapi seluruh manusia. Dimana satu diantara lain
sebagai sesama manusia mempunyai potensi mendapatkan risiko yang sama
dalam hidup ini. Prinsip tolong-menolong inilah yang menjadi kelebihan
asuransi syariah dibandingkan asuransi konvensional, hal ini yang menjadikan
alasan bagi masyarakat untuk tertarik menjadi bagian dari penyelenggaraan
asuransi syariah. Asuransi syariah didasarkan pada prinsip agama tentang
saling kerjasama dan solidaritas sebagaimana dinyatakan oleh Allah SWT :
(۲التقىاي )سىرةالمائدة: و رنىا لي البوتعا و …
”…dan tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan ”(QS. Al-
Maidah :2)
8 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media, 2004)
22
Konsekuensi dari perkembangan asuransi syariah dan banyaknya masalah
masyarakat yang ditemui, akan berdampak semakin beragam produk yang
ditawarkan masyarakat. Produk asuransi syariah merupakan representasi dari
kondisi ‘‘permintaan’’ masyarakat akan keberadaan suatu produk. Maka
dengan keadaan ini perlu dukungan dari berbagai elemen masyarakat untuk
menjadikan posisi asuransi syariah dengan produk-produknya semakin berarti
dalam pembangunan.9
Selain itu, asuransi syariah juga memiliki fungsi yang dapat membantu
program pemerintah dalam mensejahterakan kehidupan rakyat. Fungsi ini
dapat dilihat segi pembangunan nasional. Maka dari itu kehadiran asuransi
syariah memiliki fungsi untuk mensejahterakan dan mententramkan kehidupan
rakyat ketika tertimpa musibah atau bencana.10
Ketika para ulama mengharamkan asuransi berdasarkan dalil-dalil dari
Al-qur’an dan sunnah, maka mereka merumuskan penggantiannya yang
terbebas dari gharar, qimar, riba, dan dari sisi bisnis lebih menguntungkan bagi
kedua belah pihak. Hal ini mengingat asuransi merupakan kebutuhan manusia
di abad modern agar kehidupan mereka lebih tentram untuk menghadapi risiko
hari esok.
9 Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah:Deskripsi dan Ilustrasi, cet IV, ( Yogyakarta:
Ekonisis. Edisi Kedua), h.126 10
Elida Hayati, “Strategi Pengembangan Diri Agen Asuransi Syariah Dalam Mencapai Produktifitas.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
23
2. Dalil-Dalil Asuransi Syariah
Al-Majma „Al Fiqhiy Al Islami(divisi fikih Rabithah Alam Islami) dalam
muktamar I, tahun 1978 setelah mengeluarkan fatwa yang mengharamkan
asuransi menyertakannya dengan fatwa asuransi Islami yang berbunyi, “Majlis
Al Majma’ sepakat membolehkan asuransi kooperatif (ta’min ta’awuni) sebagai
ganti dari asuransi komersial yang diharamkan, berdasarkan dalil-dalil berikut:11
a. Asuransi kooperatif (ta’min ta’awuni) merupakan akad hibah yang pada
dasarnya bertujuan untuk saling tolong-menolong meringankan beban
kerugian, dan ikut andil menanggung penderitaan saat terjadi musibah.
Dengan membayar sejumlah uang tunai yang dikhususkan untuk mengganti
kerugian orang yang ditimpa musibah. Maka sekelompok orang tergabung
dalam ta’min ta’awuni tidak bertujuan komersial, meraup laba dari harta
orang lain. Semata-mata tujuan mereka pemerataan risiko diantara mereka
dan saling tolong-menolong dan menanggung sebagian risiko.
b. Asuransi kooperatif (ta’min ta’awuni) terbebas dari riba dengan segala
bentuknya, riba fadhl dan riba nasi‟ah. Transaksi para peserta asuransi tidak
termasuk akad riba. Dan pengelola tidak akan menggunakan dana yang
terhimpun dari para peserta untuk suatu transaksi riba dalam bentuk apapun.
c. Ketidakjelasan besarnya klaim ganti rugi yang akan diterima peserta
asuransi kooperatif (ta’min ta’awuni) pada saat akad dilangsungkan tidak
11
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer ,(Bogor: PT. Berkat Mulia Insani, 2013), h. 245
24
mempengaruhi keabsahan akad, karena akad ini adalah akad hibah. Dan
gharar dalam akad hibah dibolehkan serta tidak termasuk judi. Berbeda
dengan asuransi komersial, akad yang terjadi adalah akad tukar-menukar.
3. Akad Dalam Asuransi Syariah
Akad dalam asuransi syariah ada tiga :12
a. Musyarakah. Akad antara sesama para pemegang polis asuransi syariah.
b. Wakalah. Akad antara perusahaan yang ditunjuk untuk mengelola dana yang
terhimpun. Jika perusahaan juga dipercayakan untuk mengembangkan dana
maka akadnya adalah mudharabah.
c. Hibah yang bersifat mengikat. Akad antara pemegang polis dan badan dana
pada saat awal perjanjian. Dan pada saat klaim ganti rugi diberikan oleh
badan dana maka akadnya adalah Al-iltizam.
4. Prinsip-Prinsip Dasar Asuransi Syariah13
Prinsip dasar yang ada dalam asuransi syariah tidaklah jauh berbeda
dengan prinsip dasar yang berlaku pada konsep ekonomika islami secara
komprehensif dan bersifat major. Hal ini disebabkan karena kajian asuransi
syariah merupakan turunan (minor) dari konsep ekonomika Islami.
12
Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, (Bogor: PT. Berkat Mulia Insani, 2013), h.250 13
Ali Hasan, Asuransi dalam Prespektif Hukum Islam, (Jakarta: Prenada Media,2004),h. 125-136
25
Dalam hal ini, prinsip dasar asuransi syariah ada sepuluh macam, yaitu:
1. Tauhid
Dalam berasuransi yang harus diperhatikan adalah bagaimana
seharusnya menciptakan suasana dan kondisi bermuamalah yang
tertuntun oleh nilai-nilai ketuhanan.
2. Keadilan
Keadilan dalam berasuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan
antara pihak-pihak yang terikat dengan akad asuransi. Keadilan dalam
hal ini menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah (anggota) dan
perusahaan asuransi.
3. Tolong-menolong
Seseorang yang masuk asuransi, sejak awal harus mempunyai niat dan
motivasi untuk membantu dan meringankan beban temannya yang
pada suatu ketika mendapatkan musibah atau kerugian.
4. Kerja sama
Kerja sama dalam asuransi dapat berwujud dalam bentuk akad yang
dijadikan acuan antara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu antara
anggota dan perusahaan asuransi.
5. Amanah
Seseorang yang menjadi nasabah asuransi berkewajiban
menyampaikan informasi yang benar berkaitan dengan pembayaran
26
dana iuran (premi) dan tidak memanipulasi kerugian (peril) yang
menimpa dirinya.
6. Kerelaan
Kerelaan dapat diterapkan pada setiap anggota asuransi agar
mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah dana
(premi) yang disetorkan ke perusahaan asuransi, yang difungsikan
sebagai dana sosial (tabarru).
7. Larangan Riba
Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum
terdapat yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan,
baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam meminjam secara bathil
atau bertentangan dengan prinsip muamalat.
8. Larangan Maisir (Judi)
Unsur maisir dalam asuransi artinya adanya salah satu pihak yang
untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian. Hal ini tampak
jelas apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu
membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period, biasanya
tahun ketiga maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali
uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja.
27
9. Larangan gharar (ketidakpastian)
Gharar dalam asuransi ada dua bentuk:14
a. Bentuk akad syariah yang melandasi penutupan polis.
b. Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’i penerimaan
uang klaim itu sendiri.
Secara syariah, dalam akad pertukaran harus jelas berapa yang
harus dibayarkan dan berapa yang harus diterima. Keadaan ini akan
menjadi rancu (gharar) karena kita tahu berapa yang akan diterima
(sejumlah uang pertanggungan), tetapi tidak tahu berapa yang akan
dibayarkan (jumlah seluruh premi) karena hanya Allah yang tahu
kapan seseorang akan meninggal.
10. Kemaslahatan15
Pada kenyataannya dalam praktik muamalah yang Islami di Indonesia,
Lembaga Keuangan Syariah masih baru dilingkungan atau negara
yang tidak (belum) menerapkan sistem syariah, maka sering
menghadapi situasi yang sulit. Dalam situasi seperti ini, Dewan
Pengawas Syariah (DPS) sering mengeluarkan fatwa dengan latar
belakang dharurah, yang isinya dalam rangka kemaslahatan.
14
Muhammad Syafi’i Antonio, Asuransi dalam Prespektif Islam ,(Jakarta: STI, 1994),h. 1-3. 15
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gema Insani Press,2004),h. 743
28
Dr. Muhammad Muslehuddin mengatakan bahwa keadaan darurat
membolehkan hal yang terlarang, adalah sudah menjadi kaidah umum
dalam Islam.
C. Strategi Pemasaran
1. Pengertian Strategi Pemasaran
Strategi adalah suatu rencana permainan untuk pencapaiannya. Strategi
adalah pola fundamental dari tujuan sekarang dan yang direncanakan,
pengetahuan sumber daya, dan interaksi dari organisasi dengan pasar, pesaing,
dan faktor-faktor lingkungan lain.16
Pemasaran adalah proses merencanakan dan melaksanakan konsep,
memberi harga, melakukan promosi, dan mendistribusikan ide, barang dan
jasa, untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan individu dan
organisasi.17
Pemasaran memiliki dua hal, pertama, pemasaran merupakan filosofi,
sikap, perspektif atau orientasi manajemen yang menekankan pada kepuasan
konsumen. Kedua, pemasaran adalah sekumpulan aktivitas yang digunakan
untuk mengimplementasikan filosofi ini.18
16
Harper W. Boyd, dkk. Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan Strategis Dengan Orientasi Global, Edisi kedua, (Jakarta: Erlangga, 2000), h.29 17
Carl McDaniel dan Roger Gates, Riset Pemasaran Kontemporer, (Jakarta: Salemba Empat, 2001, h.4) 18
Charles W. Lamb, dkk, Pemasaran (Jakarta: Salemba Empat, 2001), h.6
29
Pemasaran menurut perspektif syariah adalah segala aktivitas yang
dijalankan dalam kegiatan bisnis berbentuk kegiatan penciptaan nilai (value
creating activities) yang memungkinkan siapapun melakukannya bertumbuh
serta mendayagunakan kemanfaatannya yang dilandasi kejujuran, keadilan,
keterbukaan, dan keikhlasan sesuai dengan proses yang berprinsip pada akad
bermuamalah Islami atau perjanjian transaksi bisnis dalam Islam.
Menurut pendapat M. Syakir Sula, pemasaran syariah merupakan sebuah
disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan
perubahan value dari satu inisiator kepada stakeholders-nya dan dalam
keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad serta prinsip muamalah dalam
Islam. Allah mengingatkan agar senantiasa menghindari perbuatan zalim
dalam bisnis termasuk dalam proses penciptaan, penawaran, dan proses
perubahan nilai dalam pemasaran.19
2. Konsep Strategi Pemasaran
Konsep pemasaran adalah suatu falsafah manajemen dalam bidang
pemasaran yang berorientasi kepada kebutuhan dan keinginan konsumen
dengan didukung oleh kegiatan pemasaran terpadu yang diarahkan untuk
memberikan kepuasan konsumen sebagai kunci keberhasilan organisasi dalam
usahanya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi, konsep pemasaran
merupakan orientasi perusahaan yang menekankan bahwa tugas pokok
perusahaan adalah menentukan kebutuhan dan keinginan tersebut sehingga
19
Abdullah Amrin, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah, (Jakarta: Grasindo, 2007), h.1-2
30
dicapai tingkat kepuasaan langganan yang melebihi dari kepuasan yang
diberikan oleh para saingan.20
Tujuan penggunaan konsep pemasaran adalah mengubah orientasi falsafah
manajemen pemasaran lain yang ternyata telah terbukti tidak berhasil
mengatasi berbagai persoalan, karena adanya perubahan dalam ciri-ciri pasar
dewasa ini yang cenderung berkembang. Perubahan tersebut terjadi antara lain
karena pertumbuhan jumlah penduduk, pertambahan daya beli, peningkatan
dan meluasnya hubungan atau komunikasi, perkembangan teknologi dan
perubahan faktor lingkungan pasar lainnya.21
3. Konsep Pemasaran dalam Islam22
Konsep dasar spiritual marketing adalah tata olah, cipta, rasa, hati, dan
karsa (implementasi) yang dibimbing oleh integritas keimanan, ketaqwaan,
dan ketaatan kepada syariat Allah SWT. Jika iman, takwa, dan taat syariah ini
semu, maka aktivitas marketing yang dilakukan itu tidak ada sangkut pautnya
dengan syariat Islam.
Ada empat hal yang setidaknya berkaitan dengan konsep pemasaran
berorientasi Islam:
a. Kebutuhan dan keinginan untuk memperoleh produk (permintaan) tidak
diperbolehkan dengan cara bathil (bohong, tipu, rampok, curi, korupsi)
20
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, cet. VII, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004),h. 81. 21
Ibid, h. 85 22
Ali Hasan, Marketing Bank Syariah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.12
31
b. Untuk memperolehnya harus dilakukan melalui pertukaran (barang dari
marketer-uang dari konsumen) proses pertukaran unit (barang dan uang)
inilah disebut transaksi yang dilakukan dengan cara suka sama suka.
c. Proses jual beli atau berbisnis ini terjadi pada sejumlah kumpulan orang
(pasar) sebagai tempat terkjadinya pertukaran transaksi.
d. Kesesuaian harga (pengorbanan biaya yang dikeluarkan oleh konsumen)
dengan fisik produk.23
4. Perumusan Strategi Pemasaran
a. Strategi Pasar yang Dituju
(1) Segmentasi Pasar
Menurut Wendel R. Smith, segmentasi pasar adalah pembagian dari
pasar secara keseluruhan dalam kelompok-kelompok sesuai dengan
kebutuhan dan ciri-ciri konsumen. Dari definisi tersebut dapat diketahui
bahwa mengadakan segmentasi pasar berarti perusahaan telah menetapkan
secara jelas kelompok-kelompok pasar yang sesuai untuk dilayani secara
efektif dan efisien melalui kombinasi kebijakan marketing mix yang
berbeda-beda antara segmen yang satu dengan segmen yang lain.
(2) Penentuan Pasar Sasaran
Yaitu pemilihan besar atau luasnya segmen sesuai dengan kemampuan
suatu perusahaan untuk memasuki segmen tersebut. Sebagian besar
23
Ali Hasan, Marketing Bank Syariah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.13
32
perusahaan memasuki sebuah pasar baru dengan melayani satu segmen
tunggal, dan jika terbukti berhasil, maka mereka menambah segmen dan
kemudian secara vertical atau horizontal.
(3) Penentuan Posisi Pasar
Yaitu menentukan posisi yang kompetitif untuk produk atau suatu pasar.
Produk atau jasa ditempatkan pada posisi yang diinginkan konsumen
sehingga dapat menarik minat konsumen untuk membeli produk dan jasa
yang ditawarkan oleh perusahaan.
b. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Pemasar menggunakan sejumlah peralatan untuk memperoleh tanggapan
yang diinginkan target pasarnya. Peralatan tersebut adalah bauran
pemasaran. McCarthy mengelompokkan bauran pemasaran tersebut dalam
empat kelompok besar yang disingkat menjadi 4 P, yaitu Product (produk),
Price (harga), Place (tempat), dan Promotion (promosi).
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
(1) Product (produk)
Produk berdasarkan definisi dari Philip Kotler yaitu segala sesuatu yang
dapat ditawarkan kedalam pasar untuk dapat diperhatikan, dimiliki, dipakai
atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.
Karena merupakan suatu penawaran maka produk juga sering disebut
33
tawaran pasar.24
Dalam memasarkan suatu barang, produk merupakan hal
yang paling penting untuk diketahui mengenai bauran pemasaran. Istilah
bauran pemasaran mengacu pada paduan strategi produk, distribusi,
promosi, dan penentuan harga yang bersifat unik yang dirancang untuk
menghasilkan pertukaran yang saling memuaskan dengan pasar yang dituju.
Produk adalah hal penting yang perlu diperhatikan dalam strategi bauran
pemasaran, karena tanpa adanya produk, strategi bauran pemasaran lainnya
tidak dapat dilakukan.
Produk merupakan segala sesuatu yang memiliki nilai di suatu pasar
dimana kemampuannya memberikan manfaat dan kepuasan termasuk jasa,
benda, organisasi, tempat, orang, dan ide-ide.25
Philip Kolter mendefinisikan
produk sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan
suatu kebutuhan dan keinginan.26
Jadi produk bukan hanya berbentuk
sesuatu yang berwujud (tangible) saja, akan tetapi juga sesuatu yang tidak
berwujud (intangible) seperti pelayanan jasa.
(2) Price (Harga)
Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin)
yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang
24
Herry Achmad Buchory dan Djaslim Saladin, Dasar-Dasar Pemasaran Bank, (Bandung: Linda Karya, 2006), h.45 25
David W. Cravens, Pemasaran Strategis, Loc.cit, h.3 26
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, (Jakarta:Prenhallindo,1997), Jilid 1, Ed.9, h.9
34
beserta pelayanannya.27
Penentuan sebuah harga sering menjadi perhatian
saat membeli barang atau layanan. Harga salah satu aspek penting dalam
kegiatan pemasaran. Dalam konsep ekonomi Islam, penentuan harga
dilakukan oleh kekuatan pasar yaitu kekuatan permintaan dan kekuatan
penawaran.
Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan,
mengingat harga sangat menentukan laku tidaknya produk dan jasa
perbankan. Salah dalam menentukan harga akan berakibat fatal terhadap
produk yang ditawarkan. Bagi perbankan terutama bank yang berdasarkan
prinsip konvensional, harga adalah bunga, biaya administrasi, biaya
provisi, dan komisi, biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran, dan
biaya-biaya lainnya. Sedangkan harga bagi bank yang berdasarkan prinsip
syariah adalah bagi hasil.28
(3) Place (tempat)
Place dalam service merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan
atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara
penyampaian jasa kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis.
Distribusi merupakan kegiatan penyampaian produk sampai ke mitra pada
waktu yang tepat. Oleh karena itu kebijakan distribusi merupakan salah satu
27
Basu Swastha, Azas-Azas Marketing, Cet.V, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2002), h.147 28
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),Ed 1, h. 196)
35
kebijakan pemasaran terpadu yang mencakup penentuan saluran pemasaran
(marketing channels) dan distribusi fisik (physical distribution). Kedua
faktor ini mempunyai hubungan yang sangat erat dalam keberhasilan
penyaluran dan sekaligus keberhasilan pemasaran produk perusahaan.
Efektivitas penggunaan saluran distribusi diperlukan untuk menjamin
tersedianya produk di setiap mata rantai saluran tersebut.29
(4) Promotion (promosi)
Promosi merupakan kegiatan marketing mix yang terakhir. Serta inilah
yang paling diidentikan sebagai aktivitas pemasaran dalam arti sempit.
Promosi merupakan sarana paling ampuh untuk menarik dan
mempertahankan nasabahnya. Tanpa promosi jangan diharapkan nasabah
dapat mengenal produk suatu perusahaan. Oleh karena itu, promosi
merupakan sarana yang paling ampuh untuk menarik dan mempertahankan
nasabahnya. Salah satu tujuan promosi perusahaan adalah
menginformasikan segala jenis produk yang ditawarkan dan berusaha
menarik calon nasabah yang baru. Kemudian promosi juga berfungsi
mengingatkan nasabah akan produk, promosi juga ikut mempengaruhi
nasabah untuk membeli dan akhirnya promosi juga akan meningkatkan citra
perusahaan dimata para nasabahnya.
29
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada),h. 223-234
36
BAB III
GAMBARAN UMUM KOPERASI BMT BINTARO
A. Profil Koperasi BMT Bintaro1
BMT Bintaro adalah badan usaha yang berbentuk Koperasi Jasa
Keuangan Syari’ah yang didirikan pada tanggal 5 Muharram 1430 H
bertepatan dengan tanggal 2 Januari 2009 Notaris Ny. IRMA SAVYNA
FIRDAUS, S.H, dengan pengesahan Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Republik Indonesia nomor: 518/12/BH/Dis-KUKM
tanggal 7 Mei 2009.
Koperasi BMT Bintaro adalah penggabungan sistem perbankan
dengan pelaku usaha sektor riil, yang Insya Allah menjalankan syari’ah secara
murni, yang menerima penanaman modal dan para shohibul maal dan
menggunakan dana tersebut dalam berbagai sektor usaha riil yang dijalankan
langsung oleh BMT mulai dari sektor perdagangan, jasa, dan pabrikasi.
Koperasi BMT Bintaro lebih berhati-hati dalam menerapkan muamalahnya
sehingga hasil yang didapatkan lebih optimal, menghindari riba dan cabang-
cabangnya serta terbebas dari hal-hal yang dilarang secara syar’i.
1 Profil BMT Bintaro, diakses pada 18 Desember 2013 dari http://bmtbintaro.com/tentang-kami
37
B. Sejarah Singkat Koperasi BMT Bintaro
Sejarah pendirian Koperasi BMT Bintaro ini berawal dari keinginan
beberapa orang calon pengelola untuk menerapkan konsep perbankan yang
benar. Hal ini disebabkan oleh karena keraguan yang besar terhadap sistem
perbankan syariah maupun lembaga keuangan non bank lainnya. Sementara
mereka sudah memahami ilmu terhadap perbankan syariah itu sendiri, jauh
sebelum perbankan syariah di Indonesia muncul. Allah Ta’ala telah menjamin
kebenaran syari’ah-Nya yang mencakup dari berbagai segi baik itu hukum,
sosial, maupun ekonomi. Maka dalam syariah pun diberikan petunjuk
mengelola lembaga keuangan. Kehadiran lembaga keuangan khususnya dalam
bidang perbankan yang berbasis pada syariah-Nya yang biasa disebut
perbankan syariah ini diharapkan dapat membawa perkembangan baik pada
perekonomian masyarakat bahwa perbankan syariah tersebut dapat menjadi
solusi pengganti sistem perbankan ribawi. Dalam usahanya BMT ini
menjalankan syariah Allah Ta’ala, dan juga menghadapi tantangan pandangan
masyarakat bahwa lembaga keuangan syariah dapat menjadi solusi pengganti
sistem lemaga keuangan ribawi.2
Berangkat dari pemahaman mereka tentang lembaga keuangan yang
bebas riba, berkumpullah 5 orang pada pertemuan pertama yang dilakukan
sekitar akhir tahun 2008, diantaranya:
2 Nisa’ul Khasanah. “Strategi Pemasaran berdasarkan Prinsip Syariah Dalam Meningkatkan Produk-
Produk BMT Bintaro.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
38
1. Muhammad Dian Ghazali yang selaku sebagai pelopor dari pendirian
BMT.
2. Ustad Mukhtahrom
3. Mangaraja P Nasution
4. Suparman (Allahu Yarham)
5. Jaksa (Allahu Yarham)
Dari kelima orang tersebut, Muhammad Dian Ghazali merupakan
pelopor dari pendirian Koperasi BMT Bintaro. Beliau belajar ilmu tentang
syari’ah dari para Ustadz besar, belajar dari berbagai kita ulama Mujtahid
(ulama yang telah melakukan ijtihad). Kemudian, belajar dari bukunya Dr.
Arifin Badri seorang ilmuwan Universitas Madinah dan seorang ahli hadits
muamalah yang berjudul ‘‘Riba dan Mengkritisi Perbankan Syariah“. Lalu
buku yang kedua, “Sifat Perniagaan Nabi SAW“. Beliau telah berpengalaman
dalam bidang muamalah selama 30 tahun, dan pernah menjadi seorang
akuntan. Dari berbagai ilmu yang dipelajarinya, beliau berkeinginan untuk
membuat suatu lembaga keuangan yang bebas riba.
Kemudian setelah pertemuan pertama dilakukan, diadakan lagi
pertemuan kedua pada awal Januari 2009 dengan melibatkan calon-calon
pendiri yang terdiri dari 20 orang yang menggagas untuk mendirikan koperasi.
Tetapi pada waktu itu namanya masih BMT, dan ada yang mengusulkan untuk
memberi nama BMT Bintaro. Kemudian setelah rapat pendiri tersebut, pada
bulan berikutnya diantaranya bulan Februari sampai April mempersiapkan
39
prosedur legalitas dari pemerintahan yang bernama koperasi. Sehingga BMT
ini merubah namanya menjadi Koperasi BMT Bintaro.3
C. Visi dan Misi4
Visi : Insya Allah, ber-azam dalam Muamalah yang benar pada sektor riil
dengan skala Nasional dan Internasional.
Misi :
1. Penggabungan sistem perbankan dengan pelaku usaha sektor riil.
2. Penyebaran jenis usaha, lebih dari 50 unit Insya Allah sedang dan
segara dijalankan.
3. Mengutamakan keamanan usaha, kemudian kesinambungan,
perputaran, tingkat keuntungan.
D. Prinsip Operasional
Dalam setiap organisasi, lembaga maupun perusahaan diperlukan suatu
prinsip yang mana prinsip tersebut dapat menjadi pedoman dasar sebuah
organisasi dalam menjalankan setiap kegiatannya. Prinsip tersebut merupakan
pola yang dibuat berdasarkan pemikiran-pemikiran para pendiri koperasi.
3 Nisa’ul Khasanah. “Strategi Pemasaran berdasarkan Prinsip Syariah Dalam Meningkatkan Produk-
Produk BMT Bintaro.” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011., 4 Profil BMT Bintaro, diakses pada 18 Desember 2013 dari http://bmtbintaro.com/tentang-kami
40
Koperasi BMT Bintaro ini merupakan koperasi yang didirikan oleh
para pelopor yang mayoritas merupakan para paham kaum salafi. Salafi
merupakan suatu pemahaman. Istilah salaf telah digunakan Rasulullah SAW
ketika berkata kepada Fatimah:
فإنه نعم السلف أنا لك
“Maka sesungguhnya sebaik-baik salaf adalah saya
buatmu”(HR.Muslim No.2450)
Istilah salaf tidak hanya dipakai untuk menunjukkan kurun waktu yang
terdahulu saja. Ia bahkan digunakan untuk mengungkapkan generasi sahabat,
tabiin, tabiut tabiin, dan yang mengikuti mereka dengan istiqomah, baik
secara jaman maupun manhaj. Alhasil, salafi menjadi istilah yang sah untuk
disematkan pada setiap orang yang berusaha memelihara kemurnian akidah
dan manhaj agar selalu sesuai dengan cara bagaimana Rasulullah SAW dan
para sahabat sebelum terjadi perpecahan, dan juga generasi berikutnya yang
mengikuti mereka terutama dari kalangan tabiin dan tabiut tabiin serta para
Imam Sunnah yang senantiasa menjaga kemurnian Islam.5
Berikut adalah prinsip operasional yang ditetapkan pada Koperasi
BMT Bintaro, yaitu:6
a. Tidak memakai tenaga wanita untuk mempromosikan barang, dari front
office, back office, dan juga presentasi.
5 Zaenal Abidin, Buku Putih Dakwah Salafiah, (Jakarta: Pustaka Imam Abu Hanifah, 2009),h.,23-24
6 Wawancara Pribadi dengan Irfan Wajidi. Bintaro, 22 November 2013
41
b. Tidak mengikuti pola Bank Syariah dan BMT yang lainnya karena
dianggap masih menganut sistem riba.
c. Mewajibkan seluruh karyawan mengikuti pengajian sesuai dengan
pemahaman salafi, pemahaman generasi terbaik dari umat Islam.
d. Menjalin hubungan kerjasama diantara anggota yang sudah terjalin dalam
kajian yang sama yaitu salaf.
e. Menerima anggota koperasi BMT tidak hanya golongan salaf saja
(umum).
E. Produk-Produk Koperasi BMT Bintaro
Produk yang disediakan Koperasi BMT Bintaro, yaitu:7
1. Mudharabah Mutlaqah merupakan produk investasi berjangka waktu
tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola oleh BMT ke sektor
manapun berdasarkan prinsip syariah Mudharabah Mutlaqah.
Karakteristik:
a. Jangka waktu yang fleksibel antara 12 bulan
b. Simpanan tidak dicairkan sebelum jatuh tempo
c. Bagi hasil dapat menambah pokok simpanan, ditransfer, atau
dipindahbukukan ke rekening tabungan.
d. Fasilitas Automatic Roll Over
7 Produk-Produk BMT Bintaro diakses pada 18 Desember 2013 dari http://bmtbintaro.com/produk/
42
Manfaat:
Mendapatkan bagi hasil yang kompetitif dan terbebas riba.
2. Mudharabah Muqayadah adalah akad komersial kerjasama usaha antara
shohibul mal (penanam modal) dengan mudharib (pengusaha) pada usaha
yang ditunjuk dengan nisbah dan jangka waktu yang ditentukan.
Pengusaha hanya menjalankan dan menggunakan modal yang diberikan
oleh shahibul mal untuk usaha yang disepakati bersama. Sebagai contoh
shahibul mal memberikan kepada mudharib sebesar Rp 650.000.000
untuk menjalankan usaha Jual Cara Angsuran (JCA) dalam jangka waktu
1 tahun dengan nisbah bagi 50:50 bagi hasil perbulan. Dalam kaitannya
dengan anggota BMT Bintaro, maka penanam modal mudharabah
muqayyadah ini memberikan kebebasan bagi para anggota koperasi BMT
Bintaro untuk memilih tempat ia menanam modal.
Karakteristik Mudharabah Muqayadah
a. Pemakaian rekening bersama agar penanam modal dapat melihat
perputaran dana melalui Bank Syariah yang ditunjuk.
b. Penarikan dana dapat dilakukan secara tunai dengan menggunakan slip
penarikan atau dapat dilakukan melalui ATM khusus.
c. Informasi bagi hasil akan disamaikan dalam bentuk statement.
d. Penanaman modal dapat di roll over secara otomatis (ARO).
43
Manfaat: Mendapatkan bagi hasil yang kompetitif dan Koperasi BMT
Bintaro mengharapkan bagian profit yang diperoleh agar dapat
digunakan untuk menambahkan modal.
3. Tabungan Wadiah Koperasi Bintaro adalah simpanan dalam mata uang
rupiah berdasarkan prinsip Wadiah yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat berdasarkan syarat-syarat tertentu yang disepakati. Wadiah
merupakan titipan murni. Dimana nasabah menitipkan uangnya di BMT
tanpa adanya penambahan atau pengurangan saldo. Karena pada sistem
Wadiah yang diterapkan dana nasabah tidak diinvestasikan oleh BMT ke
sektor manapun.
Karakteristik tabungan Wadiah:
a. Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Wadiah
b. Setoran minimal yang ringan
c. Dilengkapi dengan Kartu ATM sekaligus Kartu Debet (Optional)
d. Dapat ditarik / disetor setiap saat di seluruh cabang BMT (akan
datang).
e. Tidak ada bagi hasil, baik untung atau rugi atas penitipan dalam
bentuk tabungan Al-Wadi’ah
f. Untuk tabungan Al-Wadi’ah minimal 30% dari total dana yang
dititipkan dimasukkan sebagai Penanaman Modal Koperasi Bintaro,
Misal: Bapak/Ibu ingin menabung di tabungan Al-Wadiah sejumlah
Rp 100.000.000,00 maka Rp. 30.000.000,00 diantaranya dimasukkan
44
kedalam investasi mudharabah, sehingga posisi Rp. 100.000.000,00
berada pada tabungan Al-Waidah, dan Investasi Mudharabah Rp
30.000.000,00.
Manfaat:
a. Dana aman dan tersedia setiap saat
b. Transaksi online di seluruh cabang BMT (akan datang)
c. Mendapatkan kartu ATM sekaligus debet (akan datang)
Peruntukkan: Individu / Perorangan
Fasilitas: BMT Card, BMT Bintaro Card merupakan sarana untuk
melakukan transaksi penarikan, dan pembayaran pada ATM BSM,
ATM Mandiri, jaringan ATM Prima-BCA, dan ATM Bersama,
serta ATM Bank Card. BSM Card juga berfungsi sebagai kartu
debit yang dapat digunakan untuk transaksi belanja di seluruh
merchant yang menggunakan EDC Prima-BCA.
4. Ba’i
Ba’i merupakan akad jual beli. Pada produk jual beli Koperasi BMT
Bintaro melakukan jual belinya pada beberapa sektor, yaitu:
a. ESL (Titipan Kilat)
b. Laundry
c. Beras
d. Air Galon
e. Gas Elpiji (Sub Agen)
45
f. Cargo Trucking (Maersk Line)-(off)
g. Pengobatan lugu alami (Abu Muhammad) cabang Bintaro-(off)
h. Soto Betawi (2 unit)(off)
i. Martabak telor, manis, keju (off)
j. Kebab (off)
k. One Stop Shopping (OSS) Material Bangunan/Renovasi Rumah
5. Program Ta’min Ta’awuni
Ta’min Ta’awuni adalah layanan bantuan biaya pengobatan atau
perawatan yang dikelola oleh Koperasi BMT Bintaro bagi peserta yang
memberikan kontribusi tabarru.
6. RUAS (Rumah Angsuran Aqad Syar’i)
RUAS adalah layanan pembelian rumah bagi konsumen yang
berencana untuk membeli rumah di wilayah Jabodetabek dengan komiten
mu’amalah yang benar.
7. Jual Beli Barang Cara Angsuran (JCA)
Jual Beli Cara Angsuran adalah layanan jual beli barang cara angsuran
yang aqadnya Insya Allah mengacu pada praktik mu’amalah yang benar.
Kebutuhan konsumen terhadap barang-barang semisal kendaraan
mobil/motor, komputer/laptop, AC, kulkas, dan mesin cuci dapat diajukan
dalam program JCA ini.
46
F. Struktur Organisasi
Organisasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem
atau bagian yang saling berkaitan satu sama lainnya dalam melakukan
aktivitasnya. Apabila kita berbicara tentang “struktur organisasi“ biasanya
akan terbayang di muka kita macam-macam peta organisasi atau skema
organisasi. Peta-peta organisasi menggambarkan/mencerminkan struktur
organisasi atau skema organisasi pada hakikatnya peta-peta organisasi
merupakan model (abstraksi) dari organisasi yang ada dalam kenyataan.8
Alasan penting penyusunan organisasi adalah untuk membedakan satu
tugas dengan tugas yang lainnya sehingga diperoleh efisiensi yang lebih besar
terutama karena dimungkinkannya setiap individu menspesialisasi dirinya.
Selain itu juga penyusunan organisasi dikatakan penting karena untuk
memungkinkan dilakukannya koordinasi atas usaha-usaha / tugas-tugas dan
tenaga yang ada, sehingga usaha pengembangan pemasaran dapat efektif
karena koordinasinya berada pada satu tangan.9
8 Indriyo Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita, Perilaku Keorganisasian, cet.II (Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta), h. 2 9 Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, cet VII, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004), h. 328-
329
47
Susunan Manajemen Koperasi BMT Bintaro (KJKS Bintaro) dalam
tahun 2013 adalah: 10
Ketua Pengawas : Muhammad Dian Ghazali
Pengawas Syariah : Ustadz Muhtahrom
Pengawas Usaha : Abu Choiri Rachman
Ketua Pengurus : Mangaraja P. Nasution
Bendahara : Irfan Wajidi
Corporate Secretary : Banu Faisal
Direktorat Layanan : Ali Budiman
Corporate Communications : Riki Rahmat Nugraha
Corporate Legal : Gilroy Arinoviandi
Accounting Supervisor : Arif Nafarif
Account Officer : Riyadhi Fouransyah
10
Susunan Organisasi dan Manajemen diakses pada 18 Desember 2013 dari http://bmtbintaro.com/tentang-kami
48
Struktur Organisasi Koperasi Bintaro
Ketua Dewan Pengurus
Anggota Dewan
Ketua Pengurus
Corporate Secretary Bendahara Direktorat
Layanan
Direktorat Pendukung dan
Administrasi
Direktorat Usaha
Supervisor Supervisor
Direktoorat Layanan
Supervisor
Acoounting Legal IT SDM Pengadaan Barang
Teller Customer Service Marketing Promosi
Usaha Berjalan
Pembangunan Usaha
Penyelesaian Usaha
49
BAB IV
ANALISA PROGRAM TA’MIN TA’AWUNI
BMT BINTARO
A. Konsep / Prosedur Program Ta’min Ta’awuni pada BMT Bintaro
Lembaga Keuangan Mikro Syariah Baitul Mal Wa Al-Tamwil (LKMS
BMT Bintaro) merupakan unit usaha yang bergerak semacam Bank Syariah mini
dengan mengalokasikan dananya kepada usaha kecil dan sektor informal lainnya.
Diantara berbagai macam produk dan program yang dimiliki BMT Bintaro,
program ta’min ta’awuni merupakan salahsatu program yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat kecil. Setiap manusia pasti ingin mempunyai rasa aman dan
tentram dalam hidupnya, sehingga dibutuhkan perencanaan di masa datang untuk
mengatasi keadaan darurat yang akan muncul.
Program ta’min ta’awuni merupakan salahsatu sarana untuk para anggota
atau nasabah BMT Bintaro untuk bisa mengikuti asuransi dengan biaya premi
yang ringan. Program ta’min ta’awuni memang masih terbilang baru, karena
program ini baru diluncurkan pada Juli 2013. Sampai saat ini, masih 30 orang
yang berpartisipasi dalam program ini.1
1 Wawancara Pribadi dengan Irfan Wajidi. Kantor BMT Bintaro, 22 November 2013, jam 14.00
50
Dalam Undang-Undang no 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian,
pada Bab VI tentang Badan Hukum Perasuransian disebutkan bahwa usaha
perasuransian hanya dapat dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk
perusahaan perseroan (PERSERO), koperasi, dan usaha bersama (mutual). Dan
dalam bab perizinan usaha pada pasal 9 ayat 1 menyatakan bahwa setiap pihak
yang melakukan perasuransian wajib mendapat izin dari menteri, kecuali bagi
perusahaan yang menyelenggarakan program asuransi sosial.
Mengacu pada peraturan ini, BMT Bintaro yang berbentuk Koperasi Jasa
Keuangan Syariah meluncurkan program ta’min ta’awuni yang merupakan
program tolong-menolong antar sesame dan tanpa mengharapkan keuntungan
apapun. Jadi, karena program ini program sosial maka BMT Bintaro tidak wajib
mendapat izin dari menteri.
1. Prosedur Program Ta’min Ta’awuni2
Adapun prosedur yang harus dilakukan jika ingin mengikuti program
ta’min ta’awuni yaitu:
a. Nasabah bisa langsung mendatangi BMT Bintaro yang beralamat di Jl.
Bintaro Utama Blok F2 No. 5 Bintaro Sektor 2, Pesanggrahan, Jakarta
Selatan.
b. Setelah itu, nasabah bisa langsung berkonsultasi kepada pihak BMT yang
menangani program ta’min ta’awuni.
2 Wawancara Pribadi dengan Irfan Wajidi. Kantor BMT Bintaro, 22 November 2013, jam 14.00.
51
c. Nasabah adalah muslim/muslimah yang berusia diatas 5 tahun hingga 65
tahun.
d. Mengisi formulir dan menandatangani akad, kemudian mengajukan
kepersertaan via email ke alamat yang telah ditentukan atau
mengirimkannya via pos.
e. Formulir pendaftaran dapat diambil langsung di BMT Bintaro atau di
unduh dari website bmt bintaro.
f. Menyertakan 1 lembar fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu
Keluarga (KK) yang masih berlaku.
g. Mampu memberikan dana tabarru’ sesuai ketentuan program ta’min
ta’awuni yaitu sebesar Rp 100.000 dengan melakukan transfer ke rekening
atas nama BMT Bintaro di Bank Syariah Mandiri No. 700.931.7443 atau
No. 060.600.6923 atau dapat disetorkan langsung ke kantor BMT Bintaro.
h. Masa pendaftaran program berlaku selama 3 bulan.
i. Menyampaikan dan mengajukan syarat diatas di kantor BMT dan tempat-
tempat yang ditunjuk oleh BMT Bintaro.
j. Dapat dihadiahkan kepada orang lain.
2. Aqad Disetujui3
a. Menunjuk Koperasi BMT Bintaro untuk mengelola dana tabarru’ yang
berasal dari program ta’min ta’awuni sebesar Rp 80.000 per-peserta setiap
3 bulan.
3 Wawancara Pribadi dengan Irfan Wajidi. Kantor BMT Bintaro, 22 November 2013, jam 14.00.
52
b. Mengalokasikan dana ta’min ta’awuni kepada pihak pengelola, yakni BMT
Bintaro sebesar Rp 20.000 yang berasal dari setiap peserta dalam periode
kepersertaan 3 bulan sebagai dana operasional program ta’min ta’awuni.
c. Masa berlaku aqad adalah tiga bulan sejak diterimanya dana tabarru’ di
rekening ta’min ta’awuni dan telah memenuhi kuota yang ditentukan.
3. Pengelolaan Dana
a. Dana tabarru’ dari setiap peserta sebesar Rp 100.000 yang kemudian
terhimpun dalam jumlah tertentu merupakan dana yang dimiliki oleh
badan dana ta’min yang dialokasikan untuk membantu seluruh peserta,
dan dana tersebut bukanlah milik pengelola.
b. 50% dari dana yang terkumpul dapat diputar dalam bentuk mudharabah,
dan dalam hal ini kedudukan BMT Bintaro adalah selaku mudharib,
dengan nisbah bagi hasil 40% untuk pengelola, dan 60% untuk pemilik
dana yakni badan dana ta’min (dengan izin dewan pengawas).
c. Kelebihan dana tabarru’ setiap tahun akan dimasukkan kembali pada
rekening program ta’min ta’awuni selanjutnya, atau dialokasikan untuk
pendirian pusat layanan kesehatan gratis bagi kaum dhu’afa setelah
disetujui dewan pengawas.
d. Bantuan pengobatan/perawatan bagi peserta tiap periode maksimal sebesar
Rp 2.000.000.
53
e. Kekurangan dana tabarru’ adalah suatu kondisi dimana jika lebih banyak
peserta yang membutuhkan bantuan dari dana tabarru’ yang terkumpul
dalam periode tiap 3 bulan, maka:
(1) Pengelola mengalokasikan kelebihan dana periode sebelumnya, jika
tersedia.
(2) Peserta yang membutuhkan bantuan dana dapat menunggu sampai
terkumpulnya dana tabarru’ berikutnya dalam tahun tersebut.
(3) Kuota kepesertaan dalam setiap periode minimal 200 peserta.
4. Syarat Pengajuan Dana Program Ta’min Ta’awuni4
a. Terdaftar dan telah membayar program ta’min ta’awuni.
b. Mengalami sakit (sesuai kategori jenis penyakit).
c. Benar-benar membutuhkan bantuan kesehatan.
d. Mengisi formulir pengajuan dana program ta’min ta’awuni.
e. Melampirkan bukti berupa kwitansi pembelian obat dan rawat inap.
f. Kwitansi klinik kesehatan /rumah sakit mencantumkan Nomor SIUP dan
atau nomor telepon yang jelas.
5. Klaim Program Ta’min Ta’awuni
Klaim adalah proses dimana peserta dapat memperoleh hak-hak
berdasarkan perjanjian. Klaim yang diterapkan oleh BMT Bintaro adalah
4 Brosur Program Ta’min Ta’awuni BMT Bintaro
54
mengganti seluruh pengeluaran sesuai dengan fakta atau bukti biaya
pengobatan dengan batas maksimal Rp 2.000.000. 5
6. Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah Yang Diterapkan BMT Bintaro
Asuransi syariah dibangun atas prinsip-prinsip berikut yang sesuai
dengan syariah dan mesti dicantumkan dalam anggaran dasar badan dana :6
a. Hibah bersifat mengikat. Harus dicantumkan dalam anggaran dasar bahwa
setiap peserta memberikan hibah untuk badan dana. Dana dan laba
digunakan untuk ganti rugi atas klaim peserta.
b. BMT Bintaro wajib memiliki dua rekening yang satu sama lainnya tidak
ada kaitan, yaitu rekening khusus milik BMT dan rekening khusus milik
badan dana.
c. BMT Bintaro sebagai pengelola dana asuransi syariah hanyalah sebagai
wakil. Dan pada saat BMT Bintaro ditunjuk untuk mengembangkan dana
yang terhimpun maka BMT Bintaro juga bertindak sebagai mudharib .
d. Aset dan laba asuransi semata-mata milik pemegang polis bukan BMT,
begitu juga defisit ditanggung oleh badan dana.
e. Boleh dicantumkan bahwa laba dari dana yang dikembangkan
diperuntukkan sebagai dana cadangan atau menutupi sebagian premi
(premi yang harus dibayar menjadi berkurang), atau disalurkan kepada
5 Wawancara Pribadi dengan Irfan Wajidi. Kantor BMT Bintaro, 22 November 2013, jam 14.00.
6 Ibid.
55
yayasan sosial atau dibagikan kepada pemegang polis. Dan perusahaan
pengelola sama sekali tidak berhak atas laba ini.
f. Pada saat asuransi dilikuidasi maka seluruh aset dan dana tersisa
disalurkan untuk kepentingan sosial.
g. Sebagian pemegang saham berhak untuk menjadi pengelola atau bertindak
sebagai dewan komisaris asuransi.
h. Asuransi syariah wajib komitmen menerapkan ajaran Islam dalam setiap
kegiatan usaha dan investasinya dan tidak boleh menanggung risiko atas
perbuatan haram atau tujuan-tujuan yang diharamkan.
i. Pengangkatan dewan pengawas syariah asuransi. Fatwa yang dikeluarkan
dewan ini mengikat dan wajib dipatuhi perusahaan pengelola, juga harus
ada auditor syariah dalam struktur kepengurusan perusahaan.
B. Pelaksanaan Strategi Pemasaran Program Ta’min Ta’awuni
Strategi promosi yang telah dilakukan BMT Bintaro dalam memasarkan
program ta’min ta’awuni adalah sebagai berikut:7
1. Melalui brosur, brosur yang dibuat didalamnya berisikan tentang program
ta’min ta’awuni. Kemudian dalam brosur ini didesain sedemikian rupa untuk
menarik para nasabah dengan memberikan warna yang menarik, logo sebagai
7 Wawancara Pribadi dengan Irfan Wajidi. Kantor BMT Bintaro, 22 November 2013, jam 14.00
56
simbol ataupun lambang yang mudah dipahami oleh orang lain, serta isi
singkat dalam brosur mengenai BMT Bintaro.
2. Melalui media elektronik bertujuan untuk menjalin hubungan dan membuka
selebar-lebarnya para anggota melalui web. Dengan web nasabah mendapatkan
informasi-informasi tentang BMT Bintaro yang lebih mendalam setelah
mendapat informasi secara umum yang diperoleh dari brosur. Disana nasabah
juga memperoleh formulir untuk permohonan menjadi anggota ta’min
ta’awuni, informasi tentang ketentuan produk yang disediakan, laporan
manajemen keuangan, dan sebagainya. Di dalam web dijelaskan bahwa BMT
Bintaro bebas dari unsur riba dan amanah dalam menjalankan kegiatan
perniagaannya. Pembuatan web ini diharapkan agar nasabah dapat mengakses
informasi tentang BMT Bintaro dengan mudah dimanapun dan kapanpun.
3. Dalam promosi langsung, BMT Bintaro baru sebatas melakukan persentasi
dengan rekan bisnis dan lingkungan keluarga. BMT Bintaro belum melakukan
presentasi tentang program ini ke masyarakat umum.
Karena produk ini masih baru, maka pemasaran yang dilakukan masih
sederhana, BMT Bintaro belum dapat merekrut masyarakat untuk menjadi peserta
ta’min ta’awuni. Namun, untuk ke depannya BMT Bintaro telah mempunyai
rencana strategi pemasaran yang lain. Adapun rencana strategi pemasaran
program ta’min ta’awuni yang akan dilakukan oleh BMT Bintaro, adalah:8
8 Wawancara Pribadi dengan Irfan Wajidi. Kantor BMT Bintaro, 22 November 2013, jam 14.00
57
1. Membuat iklan program ta’min ta’awuni melalui media elektronik, salah
satunya seperti Radio Rodja 75,6 AM atau Rodja TV. Radio Rodja merupakan
salah satu link dari BMT Bintaro.
2. Mengadakan seminar/kajian tentang asuransi syariah di berbagai tempat seperti
sekolah, kampus, kantor,dan majlis ta’lim.
3. Membuka stand pada saat ada acara kajian di masjid, sekolah, kampus, dan
lainnya.
4. Menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan melalui produk-
produk BMT Bintaro.
5. Mengadakan kajian rutin yang diselenggarakan oleh BMT Bintaro agar
masyarakat lebih kenal dengan pihak BMT Bintaro terutama dengan program
ta’min ta’awuni.
Adapun kendala yang dihadapi BMT Bintaro dalam memasarkan program
ta’min ta’awuni adalah sebagai berikut:
1. Kurang tertariknya masyarakat dalam menabung.
Untuk kendala dalam memasarkan program ta’min ta’awuni hanya kendala
umum yang terjadi dalam masyarakat, kurangnya kesadaran dalam menabung.
Hal ini dirasakan pihak BMT Bintaro yang menghambat sulitnya pemasaran
program ta’min ta’awuni.
2. Kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia) yang melakukan kegiatan
pemasaran.
58
Terjadi kendala pada jumlah tenaga kerja di lapangan dalam mempromosikan
program. Ini menjadi salah satu kendala intern BMT Bintaro dalam
memasarkan produknya. Dengan sedikitnya jumlah SDM tersebut, program
yang dipasarkan BMT Bintaro ini, khususnya program ta’min ta’awuni jadi
kurang dikenal masyarakat.
3. Kurangnya pemahaman teknologi pada masyarakat menengah kebawah.
Yang dimaksud disini adalah, ketika pihak BMT Bintaro mempunyai website
untuk promosi, namun sasaran BMT seperti pedagang atau masyarakat justru
belum bisa mengakses internet sehingga mereka tidak akan tahu program yang
dimiliki BMT Bintaro ini.
C. Peluang dan Tantangan Program Ta’min Ta’awuni di BMT Bintaro
1. Peluang
Peluang yang ada untuk program ta’min ta’awuni ini berdasarkan hasil
wawancara adalah sangat luas, banyak, dan terbuka lebar bagi semua
kalangan khususnya pada menengah ke bawah. Program ini akan sangat
berguna sekali bila suatu saat nanti terdapat hal-hal yang tidak diinginkan, dan
disaat itu pula akan mendapat pertolongan dari sesama. Saling tolong-
menolong adalah ibadah dan merupakan implementasi kepedulian dengan
sesama manusia dan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
59
2. Tantangan
Tantangan bagi BMT Bintaro dalam memasarkan program ini adalah
kurangnya pemahaman masyarakat tentang asuransi (ta’min). Jadi, BMT
Bintaro harus bisa memberikan edukasi secara berkala tentang pentingnya
asuransi dalam kehidupan kepada masyarakat yang awam khususnya
masyarakat menengah ke bawah.
D. Kesesuaian Syariah
Untuk menganalisis kesesuaian syariah pada program ta’min ta’awuni,
maka dibagi menjadi ke beberapa bagian yaitu berdasarkan akad dan pengelolaan
dana.
1. Akad Ta’min Ta’awuni
a. Akad yang telah disepakati oleh BMT Bintaro dan anggota adalah akad
wakalah.9 Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada
yang lain dalam hal-hal yang diwakilkan.10
Dalam hal ini BMT Bintaro
adalah lembaga yang ditunjuk untuk mengelola dana yang terhimpun.
Dalam akad, dana tabarru Rp 100.000, 20% akan dialokasikan untuk
pengelola sebagai ujroh pengelola.
Hal ini telah sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN No: 52/DSN-
MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah bil Ujroh pada asuransi syariah.
9 Wawancara Pribadi dengan Irfan Wajidi. Kantor BMT Bintaro, 22 November 2013, jam 14.00.
10 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001),h. 120
60
b. Akad Tabarru’ (Hibah) yang mengikat akad antara pemegang polis dan
badan dana pada saat awal perjanjian. Dalam akad, dana yang telah
dikumpulkan tidak bisa diambil kembali. Akan tetapi, dialokasikan ke
rekening tabarru selanjutnya atau digunakan untuk pendirian pusat layanan
kesehatan gratis untuk kaum dhuafa setelah disetujui oleh dewan
pengawas. Hal ini telah sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN No: 53/DSN-
MUI/III/2006, dimana disebutkan jika terjadi surplus underwriting maka
boleh disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dapat dibagikan
sebagian lainnya kepada perusahaan asuransi dan para peserta sepanjang
disepakati oleh para peserta.
Pada prinsip takaful, asuransi syariah menerapkan dua bentuk akad di
awal penerimaan premi, yaitu akad tabungan investasi dan akad kontribusi.
Akad tabungan investasi berdasarkan prinsip mudhorabah, sementara
kontribusi berdasarkan prinsip hibah. Program ta’min ta’awuni yang
sedang berjalan saat ini adalah berdasarkan prinsip hibah, dimana anggota
tidak dipaksa untuk melanjutkan pembayaran kontribusi jika ia
memutuskan untuk berhenti.11
. Akan tetapi, perlu bagi anggota untuk
melanjutkan pembayaran kontribusi agar dapat menyatakan klaim jika
suatu saat nanti diperlukan.
11
Wawancara Pribadi dengan Irfan Wajidi. Bintaro, 22 November 2013
61
2. Pengelolaan Dana
Mekanisme pengelolaan dana peserta (premi) terbagi menjadi 2 sistem,
yaitu:12
a. Sistem pada produk saving (tabungan).
b. Sistem pada produk non saving (tidak ada tabungan)
BMT Bintaro pada program ta’min ta’awuni menerapkan sistem non
saving, dimana premi yang dibayar peserta telah diniatkan anggota sebagai
iuran dan kebajikan untuk saling tolong-menolong. BMT Bintaro memiliki
dua rekening yang satu sama lainnya tidak ada kaitan, yaitu rekening khusus
milik perusahaan dan rekening milik badan dana.
Setiap premi yang dibayarkan oleh anggota akan masuk ke rekening
tabarru. Karena BMT belum menerapkan sistem mudharobah pada program
ini dalam pengembangan dana, maka anggota tidak akan mendapat laba dari
bisnis apapun.
Dalam program ta’min ta’awuni ini, aplikasi pelaksanaannya begitu
sederhana, tidak seperti asuransi-asuransi yang telah ada saat ini. Peserta
hanya diwajibkan membayar kontribusi dana sebesar Rp 100.000 per periode
3 bulan. Peserta akan mendapatkan bantuan dana jika peserta mengajukan
klaim saat sakit pada periode 3 bulan tersebut. Namun, apabila dalam periode
3 bulan tersebut tidak ada pengajuan klaim, maka kesempatan untuk
12
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah:Life and General, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h., 177
62
mendapatkan klaim bantuan pada periode itu akan gugur. Peserta bisa punya
kesempatan lagi mendapat klaim bantuan jika peserta mengikuti kembali
kontribusi dana tabarru pada periode berikutnya.
Sebagian orang masih meragukan kebolehan asuransi Islam, karena
mereka memahami bahwa dalam asuransi islami yang akadnya berdasarkan
hibah termasuk hibah yang kembali kepada pemberi hibah. Dimana yang telah
disumbangkan akan kembali pada pemberi hibah dalam bentuk uang
penggantian kerugian akibat resiko yang terjadi.
Nabi Shalaallahu ‘Alaihi Wassalam telah melarang untuk menarik
kembali sumbangan dan sabdanya:13
كب ل جت ء, الري يع د في ب هثل الس لكلت يس جع في قييس ل ئ
“Kita tidak boleh mencontoh yang buruk. Orang yang menarik kembali
pemberiannya seperti anjing yang menarik kembali muntahannya.” (Mutafaq
Alaih No.950).
Maksud hadits ini bahwa yang dilarang adalah menarik kembali
sumbangan yang telah dikeluarkan dan telah diterima oleh orang yang
ditujukan sumbangan untuknya. Adapun sumbangan yang telah dikeluarkan
akan tetapi belum lagi diterima oleh orang yang ditujukan sumbangan
untuknya maka boleh menarik kembali sumbangannya.
13
Ahmad Mudjab Mahalli dan A.R Hasbullah, Hadits-hadits Mutafaq Alaih, (Jakarta: Prenada Media, 2004),h.,130
63
Kemudian ketidakjelasan lainnya adalah besarnya klaim ganti rugi yang
akan diterima peserta ta’min ta’awuni. Karena disini peserta tidak diberi batas
sampai kapan mau ikut kontribusi, dan peserta tidak tahu berapa jumlah
bantuan yang akan didapat jika peserta akan mengajukan klaim. Biasanya
yang sering terjadi dalam asuransi adalah dana yang kita berikan tidak sama
dengan jumlah dana yang nanti akan diterima. Untuk lebih jelasnya, para
ulama menitir perbuatan orang-orang suku Asyari yang hampir sama dengan
asuransi Islami.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al Asy’ari
radhiyallahu anhu, Nabi bersabda,14
نإى األ شعس ييي إذا قل طعبم عيب ل ، أ از هلا في الغز
ة ج ة ثب لودي ن في ث د ن احد وعا هب كب ى ع ،ثن اقتسو ثي
احد بء نفي إ ب ه ا ن هي ية،ف ثبلس
“Sesungguhnya orang-orang dari suku Asy’ari apabila kekurangan
makanan dalam pertempuran atau kurang persediaan makanan mereka di
Madinah, masing-masing mereka mengumpulkan seluruh makanan yang
mereka miliki pada sehelai kain. Kemudian mereka membagi rata makanan
14
Imam Abi Hasan Muslim bin Hajjaj Al-Qusyairi Annaisaburi, Shohih Muslim, (Beirut: Darul Kitab Al ‘ajabiy), h.1042
64
tersebut untuk mereka. Mereka adalah bagian dariku dan aku juga bagian
dari mereka.”(HR. Muslim No. 6408)
Pujian Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam terhadap perbuatan orang-
orang suku Asyari menunjukkan hukum perbuatan mereka dianjurkan, karena
sesuai dengan spirit Islam yang menganjurkan saling membantu dan
menolong. Padahal perbuatan ini juga mengandung unsur riba, dimana
makanan yang diberikan berbeda kuantitasnya dengan makanan yang
diterima. Ini jelas merupakan riba fadhl yang disyaratkan sama kuantitas
makanan yang ditukar, akan tetapi dibolehkan karena atas dasar saling
membantu. Juga terdapat gharar dalam perbuatan orang-orang suku Asyari,
dimana masing-masing mereka tidak tahu berapa jumlah makanan yang akan
didapatkan pada saat ia memberikan sumbangan. Juga sebagian dari apa yang
telah mereka keluarkan kembali lagi kepada mereka. Namun gharar dan
kembalinya hadiah tidak menghalangi untuk bolehnya akad ini, karena
didasarkan pada tujuan saling bantu dan tolong-menolong.
Berdasarkan hasil analisis diatas, BMT Bintaro telah mengikuti prosedur
dan menjalankan program ta’min ta’awuni sesuai dengan kententuan kaidah
fiqh mua’malat dan Fatwa DSN-MUI. Jadi, sudah saatnya program ta’min
dikembangkan di BMT untuk membantu para pelaku usaha/ masyarakat kecil
turut andil mengikuti asuransi agar kesejahteraan dunia dan akhiratnya
meningkat.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Prosedur ta’min ta’awuni adalah muslim/muslimah yang berusia 5 tahun hingga 65
tahun, mengisi formulir dan menandatangani akad, menyertakan 1 lembar fotokopi
Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK) yang masih berlaku,
memberikan dana kontribusi tabarru sebesar Rp. 100.000 per periode 3 bulan
dengan maksimal biaya pengobatan Rp. 2.000.000.
2. Manajemen pemasaran yang akan diterapkan BMT Bintaro dalam program ta’min
ta’awuni adalah membuat iklan program ta’min ta’awuni melalui media elektronik,
mengadakan seminar/kajian tentang asuransi syariah di berbagai tempat, membuka
stand pada saat ada acara kajian di masjid, sekolah, kampus, dan lainnya,
menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan melalui produk-produk
BMT Bintaro, mengadakan kajian rutin yang diselenggarakan oleh BMT Bintaro.
3. Peluang BMT dari program ta’min ta’awuni adalah program ini akan sangat
berguna sekali bila suatu saat nanti terdapat hal-hal yang tidak diinginkan, dan
disaat itu pula akan mendapat pertolongan dari sesama.
Tantangan bagi BMT Bintaro dalam memasarkan program ini adalah harus bisa
memberikan edukasi secara berkala tentang pentingnya asuransi dalam kehidupan
kepada masyarakat yang awam khususnya masyarakat menengah ke bawah.
66
4. Program ta’min ta’awuni telah sesuai dengan kaidah fiqh muamalat dan Fatwa
DSN MUI No. 52-53.
B. Saran
1. Diharapkan BMT Bintaro tetap mempertahankan kemurnian dari prinsip syariah
yang sudah diterapkan.
2. Sebaiknya BMT Bintaro membuat draft antara pemegang polis dan pengelola agar
peserta dapat mengetahui peraturan secara detail., serta menggolongkan penyakit
berdasarkan risikonya dan berapa besar biaya yang akan diganti.
3. Lebih baik BMT Bintaro membuat berupaya membuat kelompok di beberapa
tempat, agar memperkuat anggota untuk berkomitmen menjalani program tolong-
menolong ini.
4. BMT Bintaro sebaiknya mengadakan kajian rutin tentang keagamaan di masjid-
masjid. Hal ini bisa dijadikan salah satu media informasi yang sangat penting agar
masyarakat jauh lebih tahu produk dan program yang dimiliki BMT Bintaro dan
mengetahui lebih jauh tentang BMT Bintaro.
67
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Abidin, Zaenal. Buku Putih Dakwah Salafiah. Jakarta: Pustaka Imam Abu Hanifah.
2009.
Agis, Cacan S. Model Pengetahuan Dasar Takaful. Jakarta: PT. Syarikat Takaful
Indonesia. 2005.
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. Mukhtashhar Shahih Muslim. Jakarta: Pustaka
Azzam. 2004.
Amrin, Abdullah. Strategi Pemasaran Asuransi Syari’ah. Jakarta: Grasindo. 2007.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Asuransi Dalam Perspektif Islam. Jakarta: STI. 1994.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syari’ah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani. 2001.
Assauri, Sofjan. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004.
Buchory, Herry Ahmad dan Djaslim Saladin. Dasar-Dasar Pemasaran Bank.
Bandung: Linda Karya. 2006.
Boyd, Harper W, dkk. Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan Strategis Dengan
Orientasi Global. Jakarta: Erlangg. 2000.
Carl, Mc Daniel dan Roger Gates. Riset Pemasaran Kontemporer. Jakarta: Salemba
Empat. 2001.
Cravens, David W. Pemasaran Strategis. Jakarta: Erlangga. 2006.
Dewi, Gemala. Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia. Jakarta: Prenada Media. 2004.
Echols, John M dan Hasan Syadiliy. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia.
1990.
Gito Sundarmo, Indriyo dan I Nyoman Sudito. Prilaku Keorganisasian. Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.
68
Harian Terbit. “Dianggap Mahal Asuransi Mikro Masih Minim. Artikel diakses pada
18 Oktober 2013 dari http://www.harianterbit.com/2013/10/18/dianggap-
mahal-asuransi-mikro-masih-minim/
Hartono, Sri Rejeki. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi. Jakarta: Sinar
Grafika. 1997.
Hasan, Ali. Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam. Jakarta: Prenada Media. 2004,
Hasan, Ali. Marketing Bank Syariah. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010.
Hayati, Elida. “Strategi Pengembangan Diri Agen Asuransi Syariah Dalam Mencapai
Produktifitas”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011.
Iqbal, Muhaimin. Asuransi Umum Syari’ah Dalam Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press. 2005.
Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta:.PT. Raja Grafindo Persada. 2002.
Khasanah, Nisaul. Strategi Pemasaran Berdasarkan Prinsip Syari’ah Dalam
Meningkatkan Permintaan Produk-Produk BMT Bintaro. Skripsi S1 Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2011.
Khotler, Philip. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Prenhallindo. 1997
Lomb, Charles W, dkk. Pemasaran. Jakarta: Salemba Empat.2001.
Mahalli, Ahmad Mudjab dan A.R Hasbullah. Hadits-Hadits Mutafaq Alaih. Jakarta:
Prenada Media. 2004.
Muhammad. Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Ekonomi Islam. Jakarta: Salemba
Empat. 2002.
Muslim. Imam Abi Hasan. Shahih Muslim. Beirut: Darul Kitab Al’Ajabiy.
Pojodikoro, Worjono. Hukum Asuransi di Indonesia. Jakarta: PT. Intermasa. 1981.
69
Raharjo, M. Dawam. Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi. Jakarta: LSAF, 1999.
Siagaan, Dergibson dan Sugiarto. Metode Statistik Untuk Bisnis dan Ekonomi.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2000.
Soedarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah: Deskripsi dan Ilustrasi.
Yogyakarta: Ekonisis,
Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Siatem
Operasional. Jakarta: Gema Insani Press. 2004.
Swastha, Basu. Azas-Azas Marketing. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. 2002.
Tarmizi, Erwandi. Harta Haram Muamalat Kontemporer. Bogor: PT. Berkat Mulia
Insani. 2013.
Tebba, Sudirman. Sehat Lahir Batin. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. 2005.
Undang-Undang no 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.
Yafie, Ali. Menggagas Fiqh Sosial. Bandung: Mizan. 1884
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
BMT BINTARO
Narasumber : Bp. Irfan Wajidi
Jabatan : Bendahara BMT Bintaro
Tempat : Kantor BMT Bintaro
Hari/Tanggal : Jum’at, 22 November 2013
Waktu : 14.00 WIB
1. Apa prinsip operasional BMT Bintaro dalam menjalankan kegiatan operasional?
a. Tidak memakai tenaga wanita untuk mempromosikan barang, dari front office, back office,
dan juga presentasi.
b. Tidak mengikuti pola Bank Syariah dan BMT yang lainnya karena dianggap masih
menganut sistem riba.
c. Mewajibkan seluruh karyawan mengikuti pengajian sesuai dengan pemahaman salafi,
pemahaman generasi terbaik dari umat Islam.
d. Menjalin hubungan kerjasama diantara anggota yang sudah terjalin dalam kajian yang sama
yaitu salaf.
e. Menerima anggota koperasi BMT tidak hanya golongan salaf saja (umum).
2. Apakah tujuan diadakannya program ta’min ta’awuni?
- Program ini bertujuan untuk saling tolong-menolong dalam kesehatan.
3. Kapan program ini dikeluarkan?
- Bulan Juli 2013
4. Berapa anggota ta’min ta’awuni saat ini?
- Sampai saat ini masih 30 orang.
5. Bagaimana mekanisme / prosedur pada ta ‘min ta’awuni?
- Prosedur program ta’min ta’awuni singkatnya adalah dengan mengisi formulir dan
memenuhi syarat yang telah ditentukan, mampu memberikan dana tabarru’, dan
menyepakati akad.
6. Bagaimana sosialisasi BMT terhadap program ini ke masyarakat?
- Sosialisasinya masih berdasarkan website, brosur, dan rekan bisnis. Untuk sosialisasi
kepada masyarakat, kita belum berperan banyak.
7. Sampai berapa lama peserta diwajibkan membayar kontribusi tabarru?
- Tidak ada batasan untuk mengikuti program ini, karena ini sifatnya hibah untuk saling
tolong-menolong.
8. Dana yang dikumpulkan, akan dikelola dalam usaha apa? Dan bagaimana cara bagi hasilnya?
- Untuk sementara ini, kita belum menerapkan akad mudharabah karena peserta ta’min
belum mencapai 200. Jadi saat ini kita hanya menerapkan akad wakalah bil ujroh.
9. Kalau peserta dalam periode 3 bulan tidak mengalami sakit, apakah hak mendapatkan
bantuannya gugur? Lalu bagaimana keuntungan yang seharusnya menjadi hak peserta?
- Tidak gugur. Akan tetapi di alokasikan untuk periode berikutnya dengan syarat tetap
membayar dana tabarru.
10. Apakah BMT Bintaro memberikan draft kontrak kepada peserta dan bagaimana prosedur
klaimnya?
- Tidak. Peserta yang akan mengajukan klaim cukup dengan menyerahkan bukti
pembayaran biaya kesehatan lalu kami akan menggantinya dengan batas maksimum Rp
2.000.000
11. Untuk kedepannya, apa rencana BMT Bintaro untuk memasarkan program ini?
Untuk kedepannya, Insya Allah kita akan mencoba membuat iklan di radio atau TV rodja,
membuat seminar tentang asuransi syariah atau hal yang berkaitan dengan ekonomi syariah,
dan membuat kajian rutin seminggu sekali.
12. Hal-hal apa saja yang menjadi kendala dalam memasarkan program ini?
- Yang menjadi kendala adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk menabung,
kurangnya SDM yang kita miliki dan ilmu asuransi yang masih minim, dan mungkin
kurangnya pemahaman teknologi pada masyarakat kebawah karena BMT juga melakukan
promosi lewat website.
13. Peluang apa saja yang ada dalam program ini?
- Peluangnya adalah dengan mengikuti ta’min ta’awuni maka peserta akan mendapat
bantuan dari anggota yang lainnya jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
14. Apa tantangan BMT dalam memasarkan program ta’min ta’awuni?
- Tantangannya yang pertama adalah kita harus memberi pembekalan ilmu dahulu ke
karyawan kita tentang asuransi. Kemudian, BMT berrencana melakukan kegiatan edukasi
atau pemahaman tentang asuransi syariah ke masyarakat kecil, sekolah, dan kantor.
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL
NO: 21/DSN-MUI/X/2001
Tentang
PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARI’AH
بسم اهللا الرحمن الرحيم Dewan Syari'ah Nasional setelah:
Menimbang : a. bahwa dalam menyongsong masa depan dan upaya meng-antisipasi kemungkinan terjadinya resiko dalam kehidupan ekonomi yang akan dihadapi, perlu dipersiapkan sejumlah dana tertentu sejak dini.
b. bahwa salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut dapat dilakukan melalui asuransi;
c. bahwa bagi mayoritas umat Islam Indonesia, asuransi merupakan persoalan baru yang masih banyak dipertanyakan; apakah status hukum maupun cara aktifitasnya sejalan dengan prinsip-prinsip syari’ah;
d. bahwa oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan dan menjawab pertanyaan masyarakat, Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa tentang asuransi yang berdasarkan prinsip-prinsip Syariah untuk dijadikan pedoman oleh pihak-pihak yang memerlukannya.
Mengingat : 1. Firman Allah tentang perintah mempersiapkan hari depan:
آم نا الذيهآأيي ،قوا اللهاتد، ولغ تماقدم فسن ظرنلتو قوا اللهوا اتن ).١٨: احلشر(إن الله خبير بماتعملون
“Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. al-Hasyr [59]: 18).
2. Firman Allah tentang prinsip-prinsip bermu’amalah, baik yang harus dilaksanakan maupun dihindarkan, antara lain:
أحلت لكم بهيمة األنعام إال ما يآ أيها الذين آمنوا أوفوا بالعقود دريا يم كمحإن اهللا ي ،مرح متأند ويحلى الصم رغي كمليلى عتي
)١: املائدة(
21 Pedoman Umum Asuransi Syari’ah
Dewan Syariah Nasional MUIewan Syariah Nasional MUI
2
“Hai orang-orang yang beriman tunaikanlah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hokum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (QS. al-Maidah [5]: 1)
إن الله يأمركم أن تؤدوا الأمانات إلى أهلها وإذا حكمتم بين الناس أن تحكموا بالعدل إن اهللا نعما يعظكم به، إن اهللا كان سميعا
)٥٨: النساء(بصيرا “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamiu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah dengan adil…” (QS. an-Nisa [4]: 58).
جس ياأيها الذين ءامنوا إنما الخمر والميسر والأنصاب والأزلام ر )٩٠: املائدة(من عمل الشيطان فاجتنبوه لعلكم تفلحون
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan” (QS. al-Maidah [5]: 90)
)٢٧٥: البقرة(وأحل الله البيع وحرم الربا “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”
(QS. al-Baqarah [2]; 275)
أيها الذين آمنوا اتقوا اهللا وذروا ما بقي من الربوا إن كنتم يآ نمنيؤ٢٧٨: البقرة(م.(
“Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang beriman” (QS.2 : al-Baqarah [2]: 278).
: البقرة(وإن تبتم فلكم رءوس أموالكم ال تظلمون وال تظلمون ٢٧٩(
“Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (QS. al-Baqarah [2]; 279)
وإن كان ذو عسرة فنظرة إلى ميسرة، وأن تصدقوا خير لكم إن )٢٨٠: البقرة(كنتم تعلمون
21 Pedoman Umum Asuransi Syari’ah
Dewan Syariah Nasional MUIewan Syariah Nasional MUI
3
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (QS. al-Baqarah [2]: 280)
ياأيها الذين ءامنوا ال تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إال أن تكون سكم، إن الله كان بكم تجارة عن تراض منكم وال تقتلوا أنف
)٢٩: النساء(رحيما “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan
(mengambil)harta orang lain secara batil, kecuali jika berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian..” (QS. an-Nisa [4] : 29)
3. Firman Allah tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain :
وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على الإثم والعدوان واتقوا ).٢: دةاملائ(الله إن الله شديد العقاب
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. al-Maidah [5]: 2)
4. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang beberapa prinsip bermu’amalah, antara lain:
ة منبكر هناهللا ع جا، فرينب الدكر ة منبلم كرسم نع جفر نم دبالع امادد مبن العوع اهللا فية، وامم القيوب يه كرن أخيوع في
).رواه مسلم(“Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد إذا رواه (اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالسهر والحمى
)مسلم عن النعمان بن بشري“Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling mengasihi dan mencintai bagaikan tubuh (yang satu); jikalau satu bagian menderita sakit maka bagian lain akan turut menderita” (HR. Muslim dari Nu’man bin Basyir)
21 Pedoman Umum Asuransi Syari’ah
Dewan Syariah Nasional MUIewan Syariah Nasional MUI
4
لم عن أيب رواه مس(المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا )موسى
“Seorang mu’min dengan mu’min yang lain ibarat sebuah bangunan, satu bagian menguatkan bagian yang lain” (HR Muslim dari Abu Musa al-Asy’ari)
. والمسلمون على شروطهم إال شرطا حرم حالال أو أحل حراما )ترمذي عن عمرو بن عوفرواه ال(
“Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf)
رواه البخاري (ما نوى إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ )ومسلم عن عمر بن الخطاب
“Setiap amalan itu hanyalah tergantung niatnya. Dan seseorang akan mendapat ganjaran sesuai dengan apa yang diniatkannya”. (HR. Bukhari & Muslim dari Umar bin Khattab).
رواه مسلم (الله عليه وسلم عن بيع الغرر نهى رسول الله صلى )والترمذي والنسائي وأبو داود وابن ماجة عن أبي هريرة
“Rasulullah SAW melarang jual beli yang mengandung gharar” (HR. Muslim, Tirmizi, Nasa’i, Abu Daud, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
)رواه البخاري(إن خيركم أحسنكم قضاء “Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang paling baik dalam pembayaran hutangnya” (HR. Bukhari).
ارالضرو رررواه ابن ماجة عن عبادة بن الصامت، وأمحد عن (الض )ابن عباس، ومالك عن حيي
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.” (Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari ‘Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad dari Ibnu ‘Abbas, dan Malik dari Yahya).
7. Kaidah fiqh yang menegaskan:
ت اإلباحة إال أن يدل دليل على تحريمها األصل فى المعامال- ١ “Pada dasarnya, semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
21 Pedoman Umum Asuransi Syari’ah
Dewan Syariah Nasional MUIewan Syariah Nasional MUI
5
. الضرر يدفع بقدر اإلمكان- ٢“Segala mudharat harus dihindarkan sedapat mungkin.”
. الضرر يزال- ٣“Segala mudharat (bahaya) harus dihilangkan.”
Memperhatikan : 1. Hasil Lokakarya Asuransi Syari’ah DSN-MUI tanggal 13-14 Rabi’uts Tsani 1422 H / 4-5 Juli 2001M.
2. Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada Senin, tanggal 15 Muharram 1422 H/09 April 2001 M.
3. Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada 25 Jumadil Awal 1422 H/15 Agustus 2001 & 29 Rajab 1422 H/17 Oktober 2001.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA TENTANG PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARI’AH
Pertama : Ketentuan Umum
1. Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
2. Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud pada point (1) adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.
3. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial.
4. Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial.
5. Premi adalah kewajiban peserta Asuransi untuk memberikan sejumlah dana kepada perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
6. Klaim adalah hak peserta Asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
Kedua : Akad dalam Asuransi 1. Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri
atas akad tijarah dan / atau akad tabarru'. 2. Akad tijarah yang dimaksud dalam ayat (1) adalah
mudharabah. Sedangkan akad tabarru’ adalah hibah. 3. Dalam akad, sekurang-kurangnya harus disebutkan :
21 Pedoman Umum Asuransi Syari’ah
Dewan Syariah Nasional MUIewan Syariah Nasional MUI
6
a. hak & kewajiban peserta dan perusahaan; b. cara dan waktu pembayaran premi; c. jenis akad tijarah dan / atau akad tabarru’ serta syarat-syarat
yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan.
Ketiga : Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tijarah & Tabarru’ 1. Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak
sebagai mudharib (pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul mal (pemegang polis);
2. Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelola dana hibah.
Keempat : Ketentuan dalam Akad Tijarah & Tabarru’ 1. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru'
bila pihak yang tertahan haknya, dengan rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibannya.
2. Jenis akad tabarru' tidak dapat diubah menjadi jenis akad tijarah.
Kelima : Jenis Asuransi dan Akadnya
1. Dipandang dari segi jenis asuransi itu terdiri atas asuransi kerugian dan asuransi jiwa.
2. Sedangkan akad bagi kedua jenis asuransi tersebut adalah mudharabah dan hibah.
Keenam : Premi 1. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis
akad tabarru'. 2. Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi syariah
dapat menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan tabel morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan syarat tidak memasukkan unsur riba dalam penghitungannya.
3. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan dan hasil investasinya dibagi-hasilkan kepada peserta.
4. Premi yang berasal dari jenis akad tabarru' dapat diinvestasikan.
Ketujuh : Klaim
1. Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian.
2. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan.
3. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan merupakan kewajiban perusahaan untuk memenuhinya.
21 Pedoman Umum Asuransi Syari’ah
Dewan Syariah Nasional MUIewan Syariah Nasional MUI
7
4. Klaim atas akad tabarru', merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad.
Kedelapan : Investasi 1. Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan
investasi dari dana yang terkumpul.
2. Investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah.
Kesembilan : Reasuransi Asuransi syariah hanya dapat melakukan reasuransi kepada perusahaan reasuransi yang berlandaskan prinsip syari'ah.
Kesepuluh : Pengelolaan 1. Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh
suatu lembaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah.
2. Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh bagi hasil dari pengelolaan dana yang terkumpul atas dasar akad tijarah (mudharabah).
3. Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh ujrah (fee) dari pengelolaan dana akad tabarru’ (hibah).
Kesebelas : Ketentuan Tambahan 1. Implementasi dari fatwa ini harus selalu dikonsultasikan dan
diawasi oleh DPS. 2. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
3. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 17 Oktober 2001
DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
K.H.M.A. Sahal Mahfudh Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL
NO: 53/DSN-MUI/III/2006
Tentang
AKAD TABARRU’ PADA ASURANSI SYARI’AH
بسم اهللا الرحمن الرحيم Dewan Syari'ah Nasional setelah:
Menimbang : a. bahwa fatwa No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah dinilai sifatnya masih sangat umum sehingga perlu dilengkapi dengan fatwa yang lebih rinci;
b. bahwa salah satu fatwa yang diperlukan adalah fatwa tentang Akad Tabarru’ untuk asuransi;
c. bahwa oleh karena itu, Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa tentang Akad Tabarru’ untuk dijadikan pedoman.
Mengingat : 1. Firman Allah SWT, antara lain:
وآتوا اليتامى أموالهم وال تتبدلوا الخبيث بالطيب وال تأكلوا )١ ).٢: النساء( أموالهم إلى أموالكم إنه كان حوبا كبريا
Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar. (QS. al-Nisa’[4]: 2).
عليهم افا خافواية ضع من خلفهم ذرن لو تركوايخش الذيول )٢ ).٩: النساء( قوال سديدايتقوا الله وليقولوافل
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahtera-an) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. al-Nisa’ [4]: 9).
٣( ونآم نا الذيهآأيقوا ياتد، ولغ تماقدم فسن ظرنلتو قوا اللها ات ).١٨: احلشر(ه، إن الله خبير بماتعملون الل
“Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat
53 Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 2
Dewan Syariah Nasional MUI
untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. al-Hasyr [59]: 18).
2. Firman Allah SWT tentang prinsip-prinsip bermu’amalah, baik yang harus dilaksanakan maupun dihindarkan, antara lain:
لكم بهيمة األنعام إال أحلت يآ أيها الذين آمنوا أوفوا بالعقود )١ما يتلى عليكم غير محلى الصيد وأنتم حرم، إن اهللا يحكم ما
دري١: املائدة(ي( “Hai orang yang beriman! Tunaikanlah akad-akad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hokum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (QS. al-Maidah [5]: 1).
الأمانات إلى أهلها وإذا حكمتم بين إن الله يأمركم أن تؤدوا )٢الناس أن تحكموا بالعدل إن اهللا نعما يعظكم به، إن اهللا كان
)٥٨: النساء(سميعا بصيرا “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamiu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. al-Nisa’ [4]: 58).
٣( اأياطل إال أن يبالب كمنيب الكموا أمأكلوا ال تونءام نا الذيهتكون تجارة عن تراض منكم وال تقتلوا أنفسكم، إن الله كان
)٢٩: النساء(بكم رحيما “Hai orang yang beriman! Janganlah kalian memakan
(mengambil)harta orang lain secara batil, kecuali jika berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. al-Nisa’ [4]: 29).
3. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain :
واتقوا ،إلثم والعدوان تعاونوا على ا وال،وتعاونوا على البر والتقوى ).٢: املائدة(الله إن الله شديد العقاب
53 Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 3
Dewan Syariah Nasional MUI
“ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesung-guhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. al-Maidah [5]: 2).
4. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang beberapa prinsip bermu’amalah, antara lain:
١( ع جفر نة مبكر هناهللا ع جا، فرينب الدكر ة منبلم كرسم نمن كرب يوم القيامة، واهللا في عون العبد مادام العبد في عون
). عن أيب هريرةرواه مسلم(أخيه “Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
طفهم مثل الجسد إذا مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعا )٢اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالسهر والحمى
)رواه مسلم عن النعمان بن بشري(“Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling mengasihi dan mencintai bagaikan tubuh (yang satu); jikalau satu bagian menderita sakit maka bagian lain akan turut menderita” (HR. Muslim dari Nu’man bin Basyir).
رواه مسلم عن أيب (المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا )٣ )موسى
“Seorang mu’min dengan mu’min yang lain ibarat sebuah bangunan, satu bagian menguatkan bagian yang lain” (HR Muslim dari Abu Musa al-Asy’ari).
٤( ال فليم ا لهمتيي ليو نمجتر كهرتال يبه، و حتلكأى تهالص ةقد رواه الترمذي والدار قطين والبيهقي من حديث عمرو بن (
)ده عبد اهللا بن عمرو بن العاصشعيب عن أبيه عن ج“Barang siapa mengurus anak yatim yang memiliki harta, hendaklah ia perniagakan, dan janganlah membiarkannya (tanpa diperniagakan) hingga habis oleh sederkah (zakat dan nafakah)” (HR. Tirmizi, Daraquthni, dan Baihaqi dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya Abdullah bin ‘Amr bin Ash).
53 Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 4
Dewan Syariah Nasional MUI
والمسلمون على شروطهم إال شرطا حرم حالال أو أحل )٥ )رواه الترمذي عن عمرو بن عوف. (حراما
“Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf).
٦( ارالضرو ررالض) ،رواه ابن ماجة عن عبادة بن الصامت )وأمحد عن ابن عباس، ومالك عن حيي
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.” (Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari ‘Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad dari Ibnu ‘Abbas, dan Malik dari Yahya).
5. Kaidah fiqh:
١ -مهريحلى تل عليل ددة إال أن ياحالت اإلبامعل فى الما األص “Pada dasarnya, semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
. الضرر يدفع بقدر اإلمكان- ٢ “Segala mudharat harus dihindarkan sedapat mungkin.”
. الضرر يزال- ٣“Segala mudharat (bahaya) harus dihilangkan.”
Memperhatikan : 1. Pendapat ulama:
فالمبلغ الذي يدفعه المشترك يكون تبرعا منه للشركة، يعان )١ همقدكة ترالشه، وليع فقتظام المب النسبح اجتحالم همن
ربضبصفة تعو قابل أور مغي ة منضحة مهب املعامالت . (ع أو )٢٧٦. املالية املعاصرة، ص
Sejumlah dana (premi) yang diberikan oleh peserta asuransi adalah tabarru’ (amal kebajikan) dari peserta kepada (melalui) perusahaan yang digunakan untuk membantu peserta yang memerlukan berdasarkan ketentuan yang telah disepakati; dan perusahaan memberikannya (kepada peserta) sebagai tabarru’ atau hibah murni tanpa imbalan. (Wahbah al-Zuhaili, al-Mu’amalat al-Maliyyah al-Mu’ashirah, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002], h. 287).
والتخريج الفقهي لتبادل االلتزام بالتبرع في عقد التأمين )٢نظام . (التعاوني أساسه قاعدة االلتزام بالتبرعات عند المالكية
53 Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 5
Dewan Syariah Nasional MUI
وعقود ، عقود التأمني٥٩-٥٨. التأمني ملصطفى الزرقاء، ص، ٢٤٧-٢٤٤.ضمان االستثمار ألمحد السعيد شرف الدين ص
)٥٣. ص، جيب أيبيالتأمني بني احلظر واإلباحة لسعدAnalisis fiqh terhadap kewajiban (peserta) untuk memberikan tabarru’ secara bergantian dalam akad asuransi ta’awuni adalah “kaidah tentang kewajiban untuk memberikan tabarru’” dalam mazhab Malik. (Mushthafa Zarqa’, Nizham al-Ta’min, h. 58-59; Ahmad Sa’id Syaraf al-Din, ‘Uqud al-Ta’min wa ‘Uqud Dhaman al-Istitsmar, h. 244-147; dan Sa’di Abu Jaib, al-Ta’min bain al-Hazhr wa al-Ibahah, h. 53).
٣( إن الع نأميقد التة عجتين نأمنيتسالم نيأ بشنت ة التينيوالقة القانالجماعي تتسم بالطابع التبرعي؛ فكل مستأمن متبرع لغيره بما
ي تدفع للمتضررين من يستحق عليه من التعويضات الت ذ منأخا يبم له عربتم وفسه هقت نفي الو؛ ونأمنيتسالم
. التأمين اإلسالمي ألمحد سامل ملحم، ص(تعويض عند تضرره ٨٣(
Hubungan hukum yang timbul antara para peserta asuransi sebagai akibat akad ta’min jama’i (asuransi kolektif) adalah akad tabarru’; setiap peserta adalah pemberi dana tabarru’ kepada peserta lain yang terkena musibah berupa ganti rugi (bantuan, klaim) yang menjadi haknya; dan pada saat yang sama ia pun berhak menerima dana tabarru’ ketika terkena musibah (Ahmad Salim Milhim, al-Ta’min al-Islami, h, 83).
2. Hasil Lokakarya Asuransi Syari’ah DSN-MUI dengan AASI (Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia) tanggal 7-8 Jumadi al-Ula 1426 H / 14-15 Juni 2005 M.
3. Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada 23 Shafar 1427 H/23 Maret 2006.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA TENTANG AKAD TABARRU’ PADA ASURANSI SYARI’AH
Pertama : Ketentuan Hukum 1. Akad Tabarru’ merupakan akad yang harus melekat pada semua
produk asuransi.
2. Akad Tabarru’ pada asuransi adalah semua bentuk akad yang dilakukan antar peserta pemegang polis.
53 Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 6
Dewan Syariah Nasional MUI
3. Asuransi syariah yang dimaksud pada point 1 adalah asuransi jiwa, asuransi kerugian dan reasuransi.
Kedua : Ketentuan Akad 1. Akad Tabarru’ pada asuransi adalah akad yang dilakukan dalam
bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong menolong antar peserta, bukan untuk tujuan komersial.
2. Dalam akad Tabarru’, harus disebutkan sekurang-kurangnya: a. hak & kewajiban masing-masing peserta secara individu; b. hak & kewajiban antara peserta secara individu dalam akun
tabarru’ selaku peserta dalam arti badan/kelompok; c. cara dan waktu pembayaran premi dan klaim; d. syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis
asuransi yang diakadkan.
Ketiga : Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tabarru’ 1. Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan dana hibah
yang akan digunakan untuk menolong peserta atau peserta lain yang tertimpa musibah.
2. Peserta secara individu merupakan pihak yang berhak menerima dana tabarru’ (mu’amman/mutabarra’ lahu, نع له/مؤممتبر ) dan secara kolektif selaku penanggung (mu’ammin/mutabarri’-
متبرع/مؤمن ).
3. Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar akad wakalah dari para peserta selain pengelolaan investasi.
Keempat : Pengelolaan 1. Pengelolaan asuransi dan reasuransi syariah hanya boleh
dilakukan oleh suatu lembaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah.
2. Pembukuan dana tabarru’ harus terpisah dari dana lainnya.
3. Hasil investasi dari dana tabarru’ menjadi hak kolektif peserta dan dibukukan dalam akun tabarru’.
4. Dari hasil investasi, perusahaan asuransi dan reasuransi syariah dapat memperoleh bagi hasil berdasarkan akad Mudharabah atau akad Mudharabah Musytarakah, atau memperoleh ujrah (fee) berdasarkan akad wakalah bil ujrah.
Kelima : Surplus Underwriting 1. Jika terdapat surplus underwriting atas dana tabarru’, maka
boleh dilakukan beberapa alternatif sebagai berikut: a. Diperlakukan seluruhnya sebagai dana cadangan dalam akun
tabarru’. b. Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dibagikan
sebagian lainnya kepada para peserta yang memenuhi syarat aktuaria/manajemen risiko.
c. Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dapat dibagikan sebagian lainnya kepada perusahaan asuransi dan para peserta sepanjang disepakati oleh para peserta.
53 Akad Tabarru’ pada Asuransi Syari’ah 7
Dewan Syariah Nasional MUI
2. Pilihan terhadap salah satu alternatif tersebut di atas harus disetujui terlebih dahulu oleh peserta dan dituangkan dalam akad.
Keenam : Defisit Underwriting 1. Jika terjadi defisit underwriting atas dana tabarru’ (defisit
tabarru’), maka perusahaan asuransi wajib menanggulangi kekurangan tersebut dalam bentuk Qardh (pinjaman).
2. Pengembalian dana qardh kepada perusahaan asuransi disisihkan dari dana tabarru’.
Ketujuh : Ketentuan Penutup 1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 23 Shafar 1427 H 23 Maret 2006 M
DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
K.H. M.A. Sahal Mahfudh Drs. H.M. Ichwan Sam
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL
NO: 52/DSN-MUI/III/2006
Tentang
AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI SYARI’AH DAN REASURANSI SYARI’AH
بسم اهللا الرحمن الرحيم Dewan Syari'ah Nasional setelah:
Menimbang : a. bahwa fatwa DSN No.10/DSN-MUI/2000 tentang Wakalah dan fatwa No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah dinilai sifatnya masih sangat umum sehingga perlu dilengkapi dengan fatwa yang lebih rinci;
b. bahwa salah satu fatwa yang diperlukan adalah fatwa tentang Wakalah bil Ujrah untuk asuransi, yaitu salah satu bentuk akad Wakalah di mana peserta memberikan kuasa kepada perusahaan asuransi dengan imbalan pemberian ujrah (fee);
c. bahwa oleh karena itu, Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa tentang Wakalah bil Ujrah untuk dijadikan pedoman.
Mengingat : 1. Firman Allah SWT, antara lain:
١( الذي شخلياوكورت لو افانة ضعيذر لفهمخ ا منافوخ همليع ).٩: النساء(ا د قوال سدييتقوا الله وليقولوافل
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahtera-an) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. al-Nisa’ [4]: 9).
يآأيها الذين آمنوا اتقوا الله ولتنظر نفس ماقدمت لغد، واتقوا )٢ ).١٨: احلشر(الله، إن الله خبير بماتعملون
“Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. al-Hasyr [59]: 18).
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 22
Dewan Syariah Nasional MUI
٣( اكيسالماء وللفقر قاتدا الصمإنامليالعلن وؤالما وهليع فة نقلوارميالغقاب وفي الرو مهبفيو نبيس بين السابلل الله و،
).٦٠: التوبة( والله عليم حكيم ،فريضة من الله
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. Al-Taubah [9]: 60).
٤( ،ملبثت كم مهقال قائل من ،مهنيا بآءلوستلي ماهثنعب كذلكومالبثتبم لمأع كمبا رم، قالووي ضعب ا أوموا يا لبثنا ،قالوثوعفاب
نة فلينديذه إلى المه رقكمبو كمدا أحامكى طعا أزهأي ظرهق منبرز أتكما،فليدأح ن بكمعرشال يو لطفتليالكهف (. و :
١٩.( “Dan demikianlah Kami bangkitkan mereka agar saling
bertanya di antara mereka sendiri. Berkata salah seorang di antara mereka: ‘Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini)?’ Mereka menjawab: ‘Kita sudah berada (di sini) satu atau setengah hari.’ Berkata (yang lain lagi): ‘Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembut, dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorang pun.” (QS. Al-Kahf [18]: 19).
٥( مليظ عفيح يض، إنائن األرزلى خع لنيعاج.) ٥٥: يوسف.( "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir). Sesung-
guhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengalaman.” (QS. Yusuf [12]: 55).
٦( أمي إن الله نيب متكمإذا حا ولهات إلى أهانوا الأمدؤأن ت كمرالناس أن تحكموا بالعدل إن اهللا نعما يعظكم به، إن اهللا كان
)٥٨: النساء(سميعا بصيرا “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 33
Dewan Syariah Nasional MUI
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. ” (QS. al-Nisa’ [4]: 58).
٧( نكما محله وأه نكما مثوا حعا فابنهميب شقاق مإن خفتوأهلها إن يريدا إصالحا يوفق الله بينهما إن الله كان عليما
)٣٥: النساء( خبريا“Dan jika kalian khawatirkan terjadi persengketaan di antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga wanita. Jika kedua hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Menilik” (QS. al-Nisa’ [4]: 35).
تعاونوا على الإثم والعدوان وتعاونوا على البر والتقوى وال )٨ ).٢: املائدة(واتقوا الله إن الله شديد العقاب
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. al-Ma’idah [5]: 2).
أحلت لكم بهيمة األنعام إال يآ أيها الذين آمنوا أوفوا بالعقود )٩لى عتا يا مم كمحإن اهللا ي ،مرح متأند ويحلى الصم رغي كملي
دري١: املائدة(ي( “Hai orang yang beriman! Tunaikanlah akad-akad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hokum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (QS. al-Maidah [5]: 1).
أن ياأيها الذين ءامنوا ال تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إال )١٠ إن الله ،كمفسا أنلوقتال تو كماض منرت نة عاركون تجت
٠)٢٩: النساء(كان بكم رحيما “Hai orang yang beriman! Janganlah kalian memakan
(mengambil) harta orang lain secara batil, kecuali jika berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesung-guhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”” (QS. al-Nisa’ [4]: 29).
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 44
Dewan Syariah Nasional MUI
2. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam, antara lain:
١( بع نب ليا عثندح نب ببيا شثندان، حفيا سثندد اهللا، حأن النبي صلى : سمعت الحي يتحدثون عن عروة: غرقدة، قال
ى لهرتاة، فاشبه ش له ريتشا يارندي طاهأع لمسأله وه ولياهللا عتين، فباع إحداهما بدينار، فجاء بدينار وشاة، فدعا له به شا
رواه (بالبركة في بيعه، وكان لو اشترى التراب لربح فيه ، ٣٢٣، ص ٢، ج ]١٩٩٥دار الفكر، : بريوت[البخاري،
)٣٦٤٢رقم “Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami, Syabib binGharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata: saya mendengar penduduk bercerita tentang ‘Urwah, bahwa Nabi s.a.w. memberikan uang satu dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau; lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu dinar. Ia pulang membawa satu dinar dan satu eor kambing. Nabi s.a.w. mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah membeli tanah pun, ia pasti beruntung.” (H.R. Bukhari).
استعمل رسول : عن أبي حميد الساعدي رضي اهللا عنه، قال )٢اهللا صلى اهللا عليه وأله وسلم رجال من األسد على صدقات
رواه البخاري، ( فلما جاء حاسبه بني سليم يدعى ابن اللتبية،، رقم ٣٢٢، ص ١، ج ]١٩٩٥دار الفكر، : بريوت[
١٥٠٠(
“Diriwayatkan dai Abu Humaid al-Sa’idi r.a., ia berkata: Rasulullah s.a.w. mengangkat seorang laki-laki dari suku Asd bernama Ibn Lutbiyah sebagai amil (petugas) untuk menarik zakat dari Bani Sulaim; ketika pulang (dari tugas tersebut), Rasulullah memeriksanya.” (H.R. Bukhari).
استعملني : عن بسر بن سعيد أن ابن السعدي المالكي قال )٣ا وهمن غتا فرقة، فلمدلى الصع رمالة، عمبع لي ره أمإلي تيأد
هللا، فقال: فقلت ملتا عمإن : ملتع يفإن ،تطيا أعذ مخ فقلت ،لنيمفع لمسأله وه وليلى اهللا عل اهللا صوسد رهلى عع
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 55
Dewan Syariah Nasional MUI
وسر فقال لي ،لكمثل قولمسأله وه وليلى اهللا عإذا : ل اهللا صقدصتأل فكل وسر أن تغي ئا منيش تطيمتفق عليه؛ نيل . (أع
.: ، ج] ٢٠٠٠دار احلديث، : القاهرة[األوطار للشوكاين، )٥٢٧.: ؛ ص٤
“Diriwayatkan dari Busr bin Sa’id bahwa Ibn Sa’diy al-Maliki berkata: Umar mempekerjakan saya untuk mengambil sedekah (zakat). Setelah selesai dan sesudah saya menyerahkan zakat kepadanya, Umar memerintahkan agar saya diberi imbalan (fee). Saya berkata: saya bekerja hanya karena Allah. Umar menjawab: Ambillah apa yang kamu beri; saya pernah bekerja (seperti kamu) pada masa Rasul, lalu beliau memberiku imbalan; saya pun berkata seperti apa yang kamu katakan. Kemudian Rasul bersabda kepada saya: Apabila kamu diberi sesuatu tanpa kamu minta, makanlah (terimalah) dan bersedekahlah.” (Muttafaq ‘alaih. Al-Syaukani, Nail al-Authar, [Kairo: Dar al-Hadits, 2000], j. 4, h. 527).
من فرج عن مسلم كربة من كرب الدنيا، فرج اهللا عنه كربة )٤العبد مادام العبد في عون من كرب يوم القيامة، واهللا في عون
).رواه مسلم(أخيه “Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
والمسلمون على شروطهم إال شرطا حرم حالال أو أحل ... )٥ )رواه الترمذي عن عمرو بن عوف. (حراما
“…Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf)
3. Kaidah fiqh:
األصل فى المعامالت اإلباحة إال أن يدل دليل على تحريمها “Pada dasarnya, semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
Memperhatikan : 1. Pendapat para ulama, antara lain:
النبي صلى اهللا عليه ويجوز التوكيل بجعل وغير جعل، فإن )١رعو ،دة الحإقام ا فييسكل أنو لمسأله واة، واء ششر ة فيو
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 66
Dewan Syariah Nasional MUI
غير جعل؛ وكان يبعث عماله وأبا رافع في قبول النكاح باملغىن إلبن قدامة، (لقبض الصدقات ويجعل لهم عمالة
)٤٦٨. ، ص٦. ، ج]٢٠٠٤دار احلديث، : القاهرة[“Akad taukil (wakalah) boleh dilakukan, baik dengan imbalan maupun tanpa imbalan. Hal itu karena Nabi shallallahu 'alaihi wa alihi wa sallam pernah mewakilkan kepada Unais untuk melaksanakan hukuman, kepada Urwah untuk membeli kambing, dan kepada Abu Rafi’ untuk melakukan qabul nikah, (semuanya) tanpa memberi-kan imbalan. Nabi pernah juga mengutus para pegawainya untuk memungut sedekah (zakat) dan beliau memberikan imbalan kepada mereka.” (Ibn Qudamah, al-Mughni, [Kairo: Dar al-Hadis, 2004], juz 6, h. 468).
Pendapat Imam Syaukani ketika menjelaskan hadis Busr bin Sa’id :
وفيه أيضا دليل على أن من نوى التبرع يجوز له أخذ األجرة )٢ ذلك دعدار احلديث، : القاهرة[نيل األوطار للشوكاين، (ب
)٥٢٧.: ؛ ص٤.: ، ج] ٢٠٠٠“Hadis Busr bin Sa’id tersebut menunjukkan pula bahwa orang yang melakukan sesuatu dengan niat tabarru’ (semata-mata mencari pahala, dalam hal ini menjadi wakil) boleh menerima imbalan.” (Al-Syaukani, Nail al-Authar, [Kairo: Dar al-Hadits, 2000], j. 4, h. 527).
٣( لى جة عت األمعمأجر وبأج صحتا، وهة إلياجكالة للحاز الوواملعامالت املالية املعاصرة للدكتور وهبة الزحيلى . (وبغير أجر
)٨٩.: ص“Umat sepakat bahwa wakalah boleh dilakukan karena diperlukan. Wakalah sah dilakukan baik dengan imbalan maupun tanpa imbalan.” (Wahbah al-Zuhaili, al-Mu’amalat al-Maliyyah al-Mu’ashirah, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002], h. 89)
النبي صلى اهللا عليه وأله تصح الوكالة بأجر وبغير أجر، ألن )٤لمسوض الصلقب الهمث ععبكان ي مل لهعجيقات ودفحكمها حكم ) بجعل(وإذا كانت الوكالة بأجر أي ... عمولة
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 77
Dewan Syariah Nasional MUI
؛ الفقه ٢. ، ص٦. تكملة فتح القدير، ج. (اإلجارات )٤٠٥٨. ص٥.اإلسالمى وأدلته للدكتور وهبة الزحيلى ج
“Wakalah sah dilakukan baik dengan imbalan maupun tanpa imbalan, hal itu karena Nabi shallallahu 'alaihi wa alihi wa sallam pernah mengutus para pegawainya untuk memungut sedekah (zakat) dan beliau memberikan imbalan kepada mereka… Apabila wakalah dilakukan dengan memberikan imbalan maka hukumnya sama dengan hukum ijarah.” (Fath al-Qadir, juz 6, h. 2; Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh alIslami wa Adillatuh, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002], juz 5, h. 4058).
في التوكيل فيجوز له ذلك، ألنه ) الوكيل(له ) الموكل(أذن )٥قدعلهفع به، فكان له القاهرة[املغىن إلبن قدامة، . ( أذن له :
)٤٧٠. ، ص٦. ، ج]٢٠٠٤دار احلديث، “(Jika) muwakkil mengizinkan wakil untuk mewakilkan (kepada orang lain), maka hal itu boleh; karena hal tersebut merupakan akad yang telah diizinkan kepada wakil; oleh karena itu, ia boleh melakukannya (mewakilkan kepada orang lain).” (Ibn Qudamah, al-Mughni, [Kairo: Dar al-Hadis, 2004], juz 6, h. 470).
2. Hasil Lokakarya Asuransi Syari’ah DSN-MUI dan AASI (Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia) tanggal 7-8 Jumadi al-Ula 1426 H / 14-15 Juni 2005 M.
3. Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada 23 Shafar 1427 H/23Maret 2006.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI SYARI’AH DAN REASURANSI SYARI’AH
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan:
a. asuransi adalah asuransi jiwa, asuransi kerugian dan reasuransi syariah;
b. peserta adalah peserta asuransi (pemegang polis) atau perusahaan asuransi dalam reasuransi syari’ah.
Kedua : Ketentuan Hukum 1. Wakalah bil Ujrah boleh dilakukan antara perusahaan asuransi
dengan peserta. 2. Wakalah bil Ujrah adalah pemberian kuasa dari peserta kepada
perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dengan imbalan pemberian ujrah (fee).
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 88
Dewan Syariah Nasional MUI
3. Wakalah bil Ujrah dapat diterapkan pada produk asuransi yang mengandung unsur tabungan (saving) maupun unsur tabarru’ (non-saving).
Ketiga : Ketentuan Akad
1. Akad yang digunakan adalah akad Wakalah bil Ujrah.
2. Objek Wakalah bil Ujrah meliputi antara lain: a. kegiatan administrasi b. pengelolaan dana c. pembayaran klaim d. underwriting e. pengelolaan portofolio risiko f. pemasaran g. investasi
3. Dalam akad Wakalah bil Ujrah, harus disebutkan sekurang-kurangnya: a. hak dan kewajiban peserta dan perusahaan asuransi; b. besaran, cara dan waktu pemotongan ujrah fee atas premi; c. syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis
asuransi yang diakadkan.
Keempat : Kedudukan dan Ketentuan Para Pihak dalam Akad Wakalah bil Ujrah 1. Dalam akad ini, perusahaan bertindak sebagai wakil (yang
mendapat kuasa) untuk mengelola dana.
2. Peserta (pemegang polis) sebagai individu, dalam produk saving dan tabarru’, bertindak sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk mengelola dana.
3. Peserta sebagai suatu badan/kelompok, dalam akun tabarru’ bertindak sebagai muwakkil (pemberi kuasa) untuk mengelola dana.
4. Wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa yang diterimanya, kecuali atas izin muwakkil (pemberi kuasa);
5. Akad Wakalah adalah bersifat amanah (yad amanah) dan bukan tanggungan (yad dhaman) sehingga wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan mengurangi fee yang telah diterimanya, kecuali karena kecerobohan atau wanprestasi.
6. Perusahaan asuransi sebagai wakil tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi, karena akad yang digunakan adalah akad Wakalah.
Kelima : Investasi 1. Perusahaan asuransi selaku pemegang amanah wajib
menginvestasikan dana yang terkumpul dan investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah.
2. Dalam pengelolaan dana investasi, baik tabarru’ maupun saving, dapat digunakan akad Wakalah bil Ujrah dengan mengikuti ketentuan seperti di atas, akad Mudharabah dengan mengikuti ketentuan fatwa Mudharabah.
52 Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Syari’ah 99
Dewan Syariah Nasional MUI
Keenam : Ketentuan Penutup 1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika
terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 23 Shafar 1427 H 23 Maret 2006 M
DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
K.H. M.A. Sahal Mahfudh Drs. H.M. Ichwan Sam