Manajemen Panen Sawit

33
Manajemen pada Pemanenan Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jack) (Diajukan sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Produksi Perkebunan oleh Dr. Ir. Cucu Suherman Victor Zar M.Si., dan Dr. Santi Rosniawaty , SP.MP.) MAKALAH Disusun oleh : Kelompok 4 Alfredo Sihombing 150510120025 Whisnu Bramastyo 150510120092 Rina Riswanti Dewi 150510120150 Martin Sianturi 150510120188 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN i

description

perkebunan

Transcript of Manajemen Panen Sawit

Page 1: Manajemen Panen Sawit

Manajemen pada Pemanenan Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jack)(Diajukan sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Produksi Perkebunan oleh Dr.

Ir. Cucu Suherman Victor Zar M.Si., dan Dr.  Santi Rosniawaty , SP.MP.)

MAKALAH

Disusun oleh :

Kelompok 4

Alfredo Sihombing 150510120025

Whisnu Bramastyo 150510120092

Rina Riswanti Dewi 150510120150

Martin Sianturi 150510120188

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

OKTOBER

2015

i

Page 2: Manajemen Panen Sawit

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini

dengan tepat waktu.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas

mata kuliah Manajemen Produksi Perkebunan dalam Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Padjadjaran. Pada makalah ini kami membahas mengenai manajemen

pada proses pemanenan tanaman kelapa sawit seperti jumlah tenaga kerja, alat dan bahan

yang digunakan serta biaya yang butuhkan. Makalah ini berjudul “Manajemen pada

Pemanenan Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jack)”

Pada penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada

teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu

kritik dan saran yang dapat membangun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan

makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. 

 

 

 

Jatinangor, Oktober 2015

Penyusun

ii

Page 3: Manajemen Panen Sawit

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Tujuan..........................................................................................................................1

1.3 Rumusan Masalah.......................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3

2.1 Manajemen Panen di PT. Wilmar International Plantations.......................................3

2.1.1 Persiapan Panen...................................................................................................3

2.1.2 Pelaksanaan Panen...............................................................................................3

2.2 Manajemen Panen Kelapa Sawit pada PTPN IV........................................................7

2.2.1 Sistem Panen........................................................................................................7

2.2.2 Organisasi Panen..................................................................................................8

2.2.3 Kebutuhan Tenaga Panen.....................................................................................9

2.2.4 Pengaturan Panen...............................................................................................10

2.2.5 Alat – Alat Panen...............................................................................................11

2.2.6 Cara Panen.........................................................................................................11

2.2.7 Pengawasan Panen.............................................................................................12

2.2.8 Pengangkutan.....................................................................................................13

2.2.9 Biaya Panen........................................................................................................13

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................15

3.1 Biaya yang Dibutuhkan.............................................................................................15

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................20

4.1 Kesimpulan................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iv

iii

Page 4: Manajemen Panen Sawit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangManajemen dapat diartikan sebagai usaha pengelolaan sumber-sumber daya untuk

mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dimana sifatnya universal yang berarti dapat

berlaku secara umum untuk berbagai organisasi. Sistem pengelolaan perkebunan di Indonesia

ada keterpaduan antara unsur-unsur yang membentuk sub-sektor perkebunan yang meliputi

pemerintah, swasta dan masyarakat (Syamsulbahri, 1996; 16).

Perkebunan sebagai salah satu usaha agribisnis tidak bisa lepas dari penerapan

prinsip ekonomi dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya. Prinsip

ekonomi yang dimaksud adalah memaksimalkan keuntungan dengan penggunaan sumber

daya seminimal mungkin. Hal ini perusahaan dihadapkan dengan sumber daya yang terbatas

dan harus dikelola dengan efisien..

Manajemen agribisnis khususnya perkebunan, sudah ada di Indonesia sejak berpuluh

tahun yang lalu ketika perkebunan-perkebunan besar dibuka oleh bangsa asing. Manajemen

tentunya disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi waktu itu dan perobahan yang

timbul .Apa yang diterapkan sekarang merupakan modifikasi dari konsep terdahulu ditambah

dengan teori-teori baru yang sebelumnya tidak ada dan perangkat teknologi yang lebih

canggih seperti komputerisasi dan komunikasi.

Manajemen bermanfaat bukan hanya untuk perusahaan atau organisasi, melainkan

juga untuk semua kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu agar berhasil dengan baik.

Perilaku manajemen tidak hanya mengatur yang telah ada, tetapi juga mampu memecahkan

persoalan dan mencarikan jalan keluarnya. Oleh karena itu perlu diketahui prinsip atau

perilaku manajemen perkebunan yang benar agar dapat tercapai tujuan yang diharapkan.

1.2 Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami proses

manajemet apa saja yang dilakukan saat pemanenan pada perkebunan kelapa sawit.

1

Page 5: Manajemen Panen Sawit

1.3 Rumusan Masalah

1) Bagaimana proses pemaenan pada perkebunan kelapa sawit?

2) Komponen manajemen apa saja yang terdapat pada proses pemanenan?

3) Bagaimana manajemen keuangan yang dibutuhkan saat proses panen ataupun

pasca panen kelapa sawit?

2

Page 6: Manajemen Panen Sawit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Manajemen Panen di PT. Wilmar International Plantations

2.1.1 Persiapan Panen

Pemanenan merupakan kegiatan paling penting dalam budidaya kelapa sawit.

Pelaksanaan panen kelapa sawit di CKP( Central Kalimantan Project) Wilmar International

Plantations dilakukan dengan sistem rotasi panen yaitu dengan membagi seluruh luas areal

berdasarkan kondisi tanaman, topografi, kerapatan buah, kapasitas pemanen, dan jam kerja

setiap harinya. Interval panen yang dilakukan oleh WIP adalah 7 hari, maksimal 10 hari

tergantung jumlah pemanen. Artinya area yang dipanen akan dipanen lagi pada 7 -10 hari

berikutnya. Hal ini dilakukan agar kualitas buah yang dijaga tetap pada kondisi optimal.

Persiapan awal dari pemanenan dimulai dari pembuatan jalur panen yang harus

tersedia 6 bulan sebelum pohon kelapa sawit dapat di panen. Lebar jalur panen adalah 2 m

dengan topografi datar dan harus bersih dari gangguan. Pada daerah dengan kemiringan lahan

>18º jalur panen yang digunakan berupa tangga dengan ketinggian anak tangga 15cm.

Tempat pemungutan hasil (TPH) yang ada diareal kebun kelapa sawit CKP WIP berukuran 3

m x 4 m yang dibuat sepanjang jalan, dimana dalam 2 jalur panen terdapat satu TPH. TPH

dibuat lebih tinggi dari tanah (15 cm) dan bersih dari kotoran serta batu. Pada daerah yang

memiliki parit irigasi digunakan titian untuk mengeluarkan buah dari dalam areal kebun

menuju jalan koleksi dengan kapasitas sampai 1,5 ton.

2.1.2 Pelaksanaan Panen

Pemanenan dilaksanakan oleh geng yang terdiri dari 27-31 orang yang diawasi oleh

seorang mandor yang tugasnya menjaga kualitas hasil panen dan produktivias pemanen. Tiap-

tiap geng dialokasikan dengan luasan antara 200-300 Ha dimana satu orang pemanen

mendapat luasan panen sebanyak 2.5 Ha. Kegiatan pemanenan diawali dengan kegiatan

Rowcall atau apel yang diikuti oleh staff lapangan dan pimpinan Estate yang dilakukan pada

pukul 05.00 WIB. Kegiatan apel ini bertujuan untuk melaporkan hasil panen yang didapat

pada hari sebelumnya dan pengarahaan oleh pimpinan untuk evaluasi kegiatan yang akan

dilakukan. Setelah itu, staff lapangan melakukan apel dengan para karyawan/pemanen untuk

memberikan arahan kegiatan yang dilakukan hari ini. Proses pemanenan harus berdasarkan

stadar panen yang di terapkan di WIP, adapun standar panen yang diterapkan DI WIP adalah:

3

Page 7: Manajemen Panen Sawit

1. Panen komersial dimulai pada umur 30 bulan setelah penanaman di lahan unuk bahan

tanaman DxP maupun klonal.

2. Jalur panen, jembatan dan titian telah siap minimal 6 bulan sebelum panen dimulai.

3. Tempat pemungutan hasil (TPH) harus dibangun pada setiap ujung teras dan setiap 2

jalur unutk daerah datar dan berombak.

4. Jalan koleksi harus dapat dilalui setiap waktu.

5. Interval panen harus dipertahankan antara 7 hari, maksimal 10 hari.

6. Standar kematangan minimal 5 brondolan segar dipiringan untuk region Malaysia

Timur. Untuk region Indonesia, 5 brondolan segar di piringan untuk pokok sawit

dibawah umur 7 tahun dan 2 brondolan ditanah untuk pokok kelapa sawit umur 7

tahun keatas.

7. Semua tandan buah segar dan brondolan harus dikumpulkan dan dikirim ke pabrik

dalam 24 jam.

8. Quantitative Agro Management System (QAMS) harus dilakukan unutk memantau

standard an kualitas panen tandan buah segar dan pemungutan brondolan.

9. Tenaga bantu pemungut brondolan dapat dilaksanakan jika situasi memerlukannya.

10. Pemuatan TBS satukali sangan di sarankan.

11. Tiket pengiriman dan pengesahan TBS berangkat harus digunakan semua pengemudi

dan pengangkutan TBS.

12. Harus memenuhi semua SOP K3 (PSKK & PTD) di semua kegiatan panen. Alat

Pelindung Diri (APD) yang memamdai seperti helm safety, penutup dodos/egrek,

sepatu dan kacamata safety (untuk pokok tinggi) harus digunakan sesui peraturan.

Pelaksanaan panen kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan alat panen

yang dinamakan dodos dan egrek. Kedua alat ini memiliki fungsi sama yaitu untuk

memotong pelepah sawit dan tandan. Yang membedakan kedua alat ini adalah waktu

penggunaan yang disesuaikan dengan umur tanaman. Dodos biasanya digunakan untuk

memanen kelapa sawit dengan umur tanaman berkisar kurang dari 8 (delapan) tahun.

4

Page 8: Manajemen Panen Sawit

Sedangkan egrek digunakan untuk memanen kelapa sawit dengan umur tanaman berkisar 8

(delapan) tahun atau lebih dengan ketinggian pohon 2,5 m dari permukaan tanah.

Tandan yang hendak dipanen dapat diketahui dengan memperhatikan brondol (buah)

yang terdapat di piringan pokok. Buah dapat dipanen bila sudah terdapat 5 brondolan di

piringan. Kriteria panen juga dilakukan berdasarkan tingkat kematangan buah.

Tabel 2.1 Standar Kualitas TBS yang Diharapkan.

Tingkat Kematangan Target Panen (%)

Mentah (Unripe) 0

Menggkal (Underipe) <2

Matang (ripe) >90

Lewat matang (Overripe) <3

Kosong (Empty) 0

Busuk (Rotten) 0

Sumber: SOP Agronomi EMU, 2014

Metode panen yang digunakan oleh WIP adalah metode “curi tandan” yaitu

menurunkan tandan tanpa memotong pelepah yang menyangga. Hal ini bertujuan untuk

menjaga penyangga buah selajutnya tetap terjaga sehingga tidak menggangu produksi

selanjutnya. Tandan buah yang sudah diturunkan dari pohon kemudian tangkainya dipotong

“V cut (Sikomo)” berdekatan dengan buah kelapa sawit. Pemotongan tangkai ini bertujuan

agar saat buah diproses di pabrik minyak tidak terserap oleh tangkai tersebut. Buah yang

sudah dikumpukan di TPH kemudian dicatat didalam surat pengantar buah (SPB). Brondolan

yang jatuh ke tanah dikumpulkan dan dimasukan ke dalam karung plastik. Selanjutnya buah

dan brondolan diangkut dengan menggunakan angkong untuk dikumpulkan di TPH. Buah

harus diangkut segera dan tidak boleh berada di TPH melebihi 24 jam.

5

Page 9: Manajemen Panen Sawit

Gambar 2.1 Pemanenan kelapa sawit di PT. Mustika Sembuluh 1 (PT. MS-1)

Pelaksanaan pengangkutan Tandan buah segar (TBS) dilakukan dengan terlebih

dahulu menganalisis kebutuhan truk pengangkutan TBS setiap harinya oleh kebun

berdasarkan rencana produksi harian. Setelah itu pengangkutan TBS dilaksanakan mulai pagi

hari sampai TBS habis terangkut pada hari itu juga. Pemuatan (loading) TBS yang

dilaksanakan di CKP dilakukan dengan manual dan dengan bantuan mesin atau mekanis.

Metode mekanis yang dilakukan dengan sistem jaring (Net System) dengan bantuan traktor

dimana buah dinaikan kedalam truk dengan memasukan buah kedalam jaring terlebih dahulu

kemudian diangkat ke dalam bak truk. Metode mekanis ini lebih efesien dalam penghematan

waktu dan tenaga kerja sehingga penggangkutan buah lebih maksimal. Bila buah tidak bisa

terangkut pada hari itu juga maka buah harus diletakan pada bin/ bak truk pada satu TPH dan

dijaga agar tidak dicuri selama buah belum diangkut ke pabrik untuk diolah.

Gambar 2.2 Proses pengangkutan TBS dengan sistem jaring.

6

Page 10: Manajemen Panen Sawit

2.2 Manajemen Panen Kelapa Sawit pada PTPN IV

2.2.1 Sistem Panena. Kriteria Matang Panen

Kriteria matang panen adalah persyaratan kondisi tandan yang ditetapkan untuk dapat

dipanen. Kriteria matang panen yang diberlakukan di PTPN IV adalah 5 – 10 berondolan per

tandan di piringan. Brondolan yang dimaksudkan sebagai kriteria matang panen adalah

brondolan normal dan segar. Brondolan yang kecil ukurannya, brondolan kering atau yang

sakit tidak bias dijadikan dasar sebagai kriteria matang panen.

b. Pusingan Panen

Pelaksanaan panen kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Marihat

dilakukan setiap hari namun di lokasi atau blok yang berbeda-beda. Sebelum melakukan

panen harus terlebih dahulu dilakukan perencanaan panen, diantaranya pusingan panen, rotasi

panen, kerapatan panen, jumlah produksi yang dipanen, dan jumlah tenaga kerja. Pusingan

panen adalah jumlah hari panen dalam seminggu dan jarak waktu antara panen pertama

disatu blok sampai penen berikutnya di blok yang sama. Pusingan panen dibagi menjadi

pusingan panen semester satu dan semester dua. Pusingan panen untuk semester satu

biasanya adalah 5 dan untuk semester dua biasanya 7. Pusingan panen yang dilaksanakan di

PTPN IV Unit Kebun Marihat khususnya Afdeling V adalah 7, artinya blok tersebut akan

dipanen sekali dalam tujuh hari.

c. Kerapatan Panen

Kerapatan panen adalah banyaknya tandan/pokok yang akan dipanen pada hari itu.

Kerapatan panen akan menentukan jumlah/ tonase yang dipanen dan jumlah tenaga kerja.

Untuk menentukan rencana panen pada besok hari, mandor panen harus melakukan

pengamatan kerapatan buah matang di blok yang akan dipanen pada hari sebelumnya (1 hari

sebelum panen dan biasanya dilakukan pada sore atau pada saat istirahat makan).

Penghitungan kerapatan panen dilakukan dengan cara menghitung tandan matang

panen dari pokok contoh yang terdapat dalam satu blok. Tandan matang diamati dengan cara

melihat brondolan yang ada di dalam piringan pokok. Jumlah pokok yang diamati harus

berjumlah 5 % dari jumlah pokok produktif yang terdapat pada blok tersebut. Pokok yang

diambil sebagai contoh harus mewakili semua areal blok. Pokok/pohon sampel biasanya

diambil dari rey/baris dengan kelipatan 5, contohnya rey 5, 10, 15 dan seterusnya.

7

Page 11: Manajemen Panen Sawit

Berdasarkan jumlah tandan matang yang akan dipanen dan kapasitas pemanen, maka pada

pagi hari Mandor panen sudah dapat menentukan jumlah pemanen untuk panen hari itu.

Kerapatan panen akan mnentukan rencana panen yang akan dilaksanakan pada besok

hari. Pada umumnya kerapatan panen satu tahun tanam akan sama atau tidak berbeda jauh.

Setelah menghitung di lapangan, maka akan dihitung kerapatan panen.

Rumus KP = __Jumlah Pohon Sampel___ : 1

Jumlah tandan dan buah matang

Contoh Perhitungan Sampel:

Jumlah pohon sampel = 200 pohon

Jumlah tandan matang = 25 tandan

Maka AKP = 200 : 1

25

= 8 : 1 artinya ada 8 pohon di lapangan terdapat 1 tandan buah

matang panen.

Estimasi produksi dapat dihitung dengan cara : Jumlah pokok produktif dibagi dengan

kerapatan panen dan dikalikan dengan rata-rata berat tandan. Berat rata – rata tandan untuk

Afdeling V Kebun Unit Marihat adalah tahun tanam 94 dan 96 30 kg, tahun tanam 07 adalah

15 – 16 kg, dan tahun tanam 99 25 kg.

2.2.2 Organisasi PanenPersonil yang terlibat dalam struktur organisasi panen sebenarnya sama dengan yang

ada di Kebun selama ini yaitu petugas yang menangani panen mulai dari Mandor Panen,

Mandor I, Asisten Tanaman, KD Tanaman dan Manajer. Namun untuk lebih mengefektifkan

manajemen panen, perlu ditambah satu petugas baru yaitu Petugas Pemeriksa Buah (P2B)

yang bertugas mengawasi (melakukan sortasi) buah di TPH.

Jumlah P2B di Kebun sama dengan jumlah Mandor panen. Setiap tingkatan organisasi

diberi wewenang dan tanggungjawab agar tujuan panen dapat dilaksanakan secara konsisten.

Kepada petugas yang terkait dengan panen diberikan premi sesuai dengan ketentuan

perusahaan. Sedangkan terhadap kesalahan yang dibuat oleh petugas diberikan pinalti sesuai

dengan ketentuan.

8

Page 12: Manajemen Panen Sawit

Skema organisasi panen di Kebun dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

2.2.3 Kebutuhan Tenaga Panena. Tenaga Panen Kebun

Tenaga panen jumlahnya harus disiapkan berdasarkan kebutuhan pada panen puncak.

Contoh luas areal tanaman menghasilkan = 4.000 Ha dengan perkiraan TBS 132.000 ton per

tahun. Penyebaran produksi pada bulan panen puncak biasanya 10-12 %; maka produksi pada

bulan puncak tersebut adalah 10-12% x 132.000 Ton TBS = 13.200 - 15.800 Ton. Dengan

hari panen 22 dan kapasitas rata-rata pemanen 1.500 Kg/orang, maka tenaga panen yang

harus disediakan adalah = 13.200/22/1,5 = 400 sampai 480 pemanen. Pada saat produksi

sedang trek, kelebihan tenaga pemanen dipergunakan untuk pekerjaan lain misalnya tunas

pokok.

Tabel 2.1 Cara perhitungan tenaga kerja pemanen

9

Page 13: Manajemen Panen Sawit

2.2.4 Pengaturan Panena. Pembagian Kapveld

Pengaturan wilayah/bagian yang akan dipanen pada hari yang sama sangat dibuat

untuk memudahkan pemanenan. Setiap bagian ini disebut “Kapveld” dan kapveld ini diatur

berurutan/menyambung antara kapveld hari Senin ke Selasa dan hari berikutnya sampai hari

Jum’at. Biasanya satu kapveld terdiri dari beberapa blok tanam dan blok yang berada pada

satu kapveld biasanya berdekatan. Selanjutnya kapveld hari Jum’at harus menyambung

dengan kapveld hari Senin. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui bila ada kapveld yang

tidak tembus (tidak terpanen) pada hari sebelumnya. Atau dengan kata lain pembagian

kapveld harus diatur sedemikian rupa sehingga berurutan mulai dari kapveld I sampai

kapveld V dan dari kapveld V ke kapveld I. Pada umumnya jika target produksi tidak tercapai

dari satu kapveld maka akan maju ke kapveld berikutnya yang berdekatan.

b. Pengaturan Hancak Panen

Hancak panen adalah luasan areal yang menjadi tanggung jawab dari setiap pemanen

pada setiap hari. Pemberian hancak kepada pemanen didasarkan pada kerapatan tandan yang

matang, kapasitas pemanen, topografi areal, dan ketinggian pohon. Dalam praktek sehari hari

dikenal hancak tetap dan hancak giring. Kepada setiap pemanen ditetapkan hancak panen

untuk hari itu. Jadi dalam membagi hancak mandor panen tinggal menyebutkan Pemanen

No. 1; baris 1 s/d 8; Pemanen No. 2 bari 9 s/d 17; Pemanen No. 3 baris 17 s/d 25 dst. Luas

maksimal hancak seorang pemanen adalah 2.5 ha, atau sekitar ± 8 baris pada blok yang

luasnya 20 ha (400 x 500 m).

Perbedaan hancak tetap dan hancak giring adalah dalam hal pemberian tugas kepada

pemanen. Dikatakan hancak tetap bila hancak panen yang diberikan kepada pemanen setiap

hari tidak berubah (tetap). Sedangkan hancak giring setiap hari hancaknya bisa berubah-ubah

sesuai dengan kebutuhan lapangan. Bila dilaksanakan dengan hancak giring pemanen akan

berpindah hancak 2 atau 3 kali. Hancak panen yang biasa digunakan adalah hancak giring.

Dengan hancak tetap mandor panen mudah membagi hancak yaitu dengan membagi habis

areal yang akan dipanen dengan jumlah pemanen yang disediakan. Tetapi mandor panen akan

melakukan pengawasan areal yang cukup luas karena kegiatan panen serentak berjalan

diseluruh areal yang akan dipanen. Bila panen dilakukan dengan hancak giring panen bisa

diselesaikan blok per blok, karena hancak pemanen diberikan dengan 2 atau 3 kali pindah.

Dengan demikian areal yang diawasi mandor lebih kecil dibandingkan dengan hancak tetap.

10

Page 14: Manajemen Panen Sawit

2.2.5 Alat – Alat PanenAlat – alat panen yang dibutuhkan untuk panen dibagi menjai dua yaitu alat panen

untuk kelapa tua dan alat panen untuk kelapa muda. Untuk panen diareal tanaman muda (3–5

tahun) diperlukan dodos, kampak dan alat pikul, kereta sorong atau sepeda, gancu dan goni.

Sedangkan untuk panen diareal tanaman dewasa dan tua (>5 tahun) diperlukan alat kampak,

alloy stick (panjang alloy stick dapat mencapai 28 meter), bambu/galah egrek, tali, alat pikul,

kereta sorong, gancu dan goni.

2.2.6 Cara PanenCara – cara panen yang dilakukan di PTPN IV Unit Kebun Marihat adalah sebgai berikut:

1. Tandan yang telah memenuhi kriteria matang panen dipotong.

2. Pelepah dibawah tandan yang dipanen dipotong mepet (untuk tanaman dewasa)

sedangkan pada tanaman muda (3–5 tahun) pelepah daun tidak dipotong karena yang

dipotong hanya buahnya saja.

3. Pelepah dipotong menjadi 3 bagian dan disusun digawangan mati (ditanah rata).

Sedangkan di areal bergelombang, pelepah tidak dipotong dan disusun di sekitar

tanaman sejajar dengan arah teresan/pasar panen agar berfungsi sebagai penahan

erosi.

4. Bersihkan brondolan yang menyangkut di ketiak pohon dengan menggunakan egrek.

5. Potong gagang buah yang panjang berbentuk “V” (cangkam kodok).

6. Letakkan buah di pinggir pasar pikul.

7. Kutip dan masukkan brondolan kedalam goni hingga bersih dan pastikan tidak ada

brondolan yang ketinggalan di piringan, gawangan maupun pasar pikul.

8. Angkut buah dan brondolan dengan menggunakan angkong/beko ataupun sepeda ke

Tempat Pengumpulan Hasil (TPH).

9. Susun buah 5 tandan per baris dan brondolan tetap di dalam karung/goni. Patikan

buah telah diberi nomor pemanen.

11

Page 15: Manajemen Panen Sawit

Gambar 2.3 Pemanenan di Kelapa Sawit Tua

2.2.7 Pengawasan PanenPengawasan mutu panen dan kondisi lapangan (yang terkait dengan panen) dilakukan

berlapis mulai dari P2B/Mandor panen, Mandor I, Asisten afdeling dan KD Tanaman.

Masing-masing petugas tersebut diberikan wewenang oleh Manajer untuk memberikan denda

kepada bawahannya bila bawahannya melakukan kesalahan dalam pengawasan/ sortasi. Bila

ternyata masih sering ada buah yang lolos tidak disortasi di TPH dan dijumpai di loading

ramp, Manajer bisa langsung melakukan sortasi di TPH dengan konsekuensi seluruh petugas

tersebut dikenakan denda. Pengawasan yang dilakukan antara lain:

Memeriksa kebersihan berondolan dan melakukan sortasi pada seluruh buah yang

dipanen.

Memeriksa buah matang tidak dipanen.

Kebersihan pengutipan berondolan di piringan/gawangan.

Buah dipanen tidak dibawa ke TPH.

Cabang sengkleh kena egrek.

Cabang/ pelepah tidak dipotong dan tidak disusun.

Gambar 2.4 Pengumpulan TBS di TPH

12

Page 16: Manajemen Panen Sawit

2.2.8 PengangkutanTandan buah segar yang dipanen harus diangkut dan sampai ke Pabrik Kelapa Sawit

pada hari itu juga. Buah yang tidak terangkut dinamakan buah restan. Buah restan harus

dihindarkan dengan pertimbangan, buah restan rawan terhadap pencurian TBS dan buah

restan mengakibatkan kenaikan asalam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan.

Pengangkutan dapat dilakukan dengan menggunakan truk yang berasal dari pemborong.

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada saat pengangkutan umumnya 3 – 4 orang untuk

satu kendaraan/ truk. Kebutuhan kendaraan angkut buah setiap hari dihitung berdasarkan

estimasi produksi yang sudah diketahui pada sore hari (sehari sebelum panen) dan realisasi

pengangkutan pada hari sebelumnya. Satu kendaraan biasanya dapat memuat 7 – 9 ton TBS.

Gambar 2.5 Pengangkutan TBS

2.2.9 Biaya PanenPada umumnya panen di perkebunan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan

sistem basis borong. Basis borong adalah batas minimum produksi yang harus dicapai oleh

pemanen pada setiap hari tanpa diberi premi. Premi merupakan upah yang diberikan kepa

pemanen yang dapat melakukan panen dengan jumlah diatas basis borong. Premi panen

(premi TBS) diberikan secara perorangan dan ditentukan berdasarkan kapasitas, tahun tanam

yang berkaitan dengan produktivitas dan topografi. Semakin rendah produktivitas, semakin

rendah basis borong dan semakin berbukit/curam topografinya semakin mahal premi

panennya.

Bila kapasitas pemanen lebih kecil dibandingkan dengan basis borong maka kepada

pemanen tersebut dikenakan denda sebesar selisih basis borong dengan kapasitas dikalikan

13

Page 17: Manajemen Panen Sawit

harga tarif nila panen. Untuk karyawan wanita yang membantu panen, maka basis borongnya

adalah 50% dari basis borong pemanen laki-laki.

Contohnya, basis borong panen adalah 1500 kg dengan harga Rp. 75/kg. Tapi

pemanen dapat panen sampai 1800 kg dalam satu hari panen. Maka upah yang akan didapat

oleh pemanen adalah (1500 x 75) + (300 x nilai premi). Pada umumnya untuk biaya

pengangkutan adalah Rp.90/kg TBS.

14

Page 18: Manajemen Panen Sawit

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Biaya yang Dibutuhkan

NO

KEGIATAN

NORMA HARGA SATUAN

(Rp)

HARGA TOTAL

(Rp)BAHAN ALAT HOK

1. Pemanenan - Egrek

- Goni

24 365 hari 150.000 3.600.000

20 2000 40.000

2. Transportasi Angkut TPH

- Beko kecil

- Gancu

- Kampak

18 365 hari 300.000 5.400.000

18 34.000 612.000

18 32.000 576.000

3. Transport Kemil - Kendaraan

- Supir

- Pengangkut

3 4 1 hari

3

3-4Tabel 3.1 Biaya yang dibutuhkan pada proses pemanenan kelapa sawit

Tabel 3.2 Biaya Panen dan Alat panen Pertahun

PemanenanNo Item Rp.1 Target minimum/ Pemanen/ hari (3 ton) 3000002 Gaji Pemanen / tahun ;(hari efektif: 286) 85,800,000Alat Panen1 Pisau Panen (Egrek)- 24 Unit/pemanen/tahun 3,600,0002 Pengasah Pisau- 24 Unit/pemanen/tahun 960,0003 Beko kecil-2 unit/pemanen/tahun 600,000

15

Page 19: Manajemen Panen Sawit

Tabel 3.3 Biaya Transport panen per hari:

Jarak (km) Trip/hari Volume (Kg) Biaya/Trip

20 – 30 2 8000  1,500,000

10 – 20 3 12000 1,000,000

5 – 10 4 16000 500.000

1 – 5 5 20000 250.000

Tabel 3.4 Alat dan Biaya yang digunakan Pasca Panen

16

Page 20: Manajemen Panen Sawit

17

Page 21: Manajemen Panen Sawit

18

Page 22: Manajemen Panen Sawit

Tabel 3.5 Pekerja yang dibutuhkan di Pabrik

19

Page 23: Manajemen Panen Sawit

BAB IV

PENUTUP

4.1 KesimpulanBerdasarkan hasil pembahasan tersebut, kita dapat mengetahui bahwa pengolahan

manajemen perkebunan yang baik dan secara terperinci sangatlah bermanfaat untuk mencapai

tujuan dari suatu perusahaan.

20

Page 24: Manajemen Panen Sawit

DAFTAR PUSTAKA

PTP Nusantara IV (Persero). 2007. Standar Prosedur Operasi (SPO) Bidang Tanaman/ Pabrik

Kelapa Sawit, Tanaman/ Pabrik Teh, PPIS dan Pabrik Kompos Organik RKAP Tahun

2008.

iv