Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

74
MANAJEMEN ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN 'TEORI DASAR ORGANISASI', 'LEADERSHIF', 'MANAJEMEN DIRI', 'MANAJEMEN KONFLIK', 'BIOGRAFI TOKOH', 'BIOGRAFI ORGANISASI', 'SIMBOL ORGANISASI', 'BUDAYA ORGANISASI', 'RESENSI BUKU', 'SISTEM DAN INFORMASI ORGANISASI' Jumat, 21 Mei 2010 BUDAYA ORGANISASI DALAM RANGKA MENGHADAPI PERUBAHAN LINGKUNGAN Pendahuluan Budaya yang kuat merupakan kunci kesuksesan sebuah organisasi. Budaya organisasi mengandung nilai-nilai yang harus dipahami, dijiwai, dan dipraktikkan bersama oleh semua individu/kelompok yang terlibat didalamnya. Budaya organisasi yang berfungsi secara baik mampu untuk mengatasi permasalahan adaptasi eksternal dan integrasi internal. (Dharma, 2004). Perubahan di lingkungan eksternal organisasi, antara lain perubahan situasi politik, ekonomi, sosial serta lingkungan dalam persaingan yang sangat ketat. Perubahan situasi internal organisasi meliputi visi, misi, strategi, struktur organisasi, dan teknologi. Organisasi harus mengetahui bagian-bagian organisasi yang harus diubah agar tetap dapat bertahan dalam lingkungan yang terus berubah, seperti Weick yang menerapkan teori survival of the fittest Darwin’s ke organisasi.

Transcript of Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

Page 1: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

MANAJEMEN ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN 'TEORI DASAR ORGANISASI', 'LEADERSHIF', 'MANAJEMEN DIRI', 'MANAJEMEN KONFLIK', 'BIOGRAFI TOKOH', 'BIOGRAFI ORGANISASI', 'SIMBOL ORGANISASI', 'BUDAYA ORGANISASI', 'RESENSI BUKU', 'SISTEM DAN INFORMASI ORGANISASI'

Jumat, 21 Mei 2010

BUDAYA ORGANISASI DALAM RANGKA MENGHADAPI PERUBAHAN LINGKUNGAN

Pendahuluan

            Budaya yang kuat merupakan kunci kesuksesan sebuah organisasi. Budaya organisasi

mengandung nilai-nilai yang harus dipahami, dijiwai, dan dipraktikkan bersama oleh semua

individu/kelompok yang terlibat didalamnya. Budaya organisasi yang berfungsi secara baik

mampu untuk mengatasi  permasalahan adaptasi eksternal dan integrasi internal. (Dharma,

2004).

            Perubahan di lingkungan eksternal organisasi, antara lain perubahan situasi politik,

ekonomi, sosial serta lingkungan dalam persaingan yang sangat ketat. Perubahan situasi internal

organisasi meliputi visi, misi, strategi, struktur organisasi, dan  teknologi. Organisasi harus

mengetahui bagian-bagian organisasi yang harus diubah agar tetap dapat bertahan dalam

lingkungan yang terus berubah, seperti Weick yang menerapkan teori survival of the fittest

Darwin’s ke organisasi.

            Pettigrew dalam Dharma, 2004 menyarankan agar mempertimbangkan beberapa masalah

sebelum menetapkan rencana perubahan, antara lain budaya organisasi perlu diubah. Apakah

perlu perubahan sampai tingkat asumsi dasar atau kepercayaan anggota mengenai cara organisasi

menghadapi lingkungan eksternalnya ? Organisasi harus mempertimbangkan pandangan anggota

terhadap situasi internal organisasi. Para stakeholder perlu dilibatkan dalam penyelesaian

permasalahan.

            Dalam kenyataannya seringkali visi dan misi dalam organisasi hanya sebagai slogan saja.

Orang yang terlibat didalamnya belum memberikan makna yang sebenarnya dari visi, misi

tersebut sehingga tidak terbentuk nilai-nilai, prinsip dasar dan aturan yang dapat mengarahkan

Page 2: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

perilaku kearah tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi. Terjadi kelambanan dalam perubahan

perilaku yang mendukung keberadaan, pertumbuhan, dan perkembangan organisasi.

 

Arti Penting dan Peranan Budaya Organisasi

            Pemahaman budaya organisasi sebagai kesepakatan bersama mengenai nilai-nilai yang

mengikat semua individu dalam sebuah organisasi seharusnya nementukan batas-batas normatif

perilaku angoota organisasi.

            Secara spesifik, peranan budaya organisasi adalah membantu menciptakan rasa memiliki

terhadap organisasi, menciptakan jatidiri anggota organisasi, menciptakan keterikatan emosional

antara organisasi dan karyawan yang terlibat di dalamnya, membantu menciptakan stabilitas

organisasi sebagai sistem sosial dan menemukan pola pedoman perilaku sebagai hasil dari

norma-norma kebiasaan yang terbentuk dalam keseharian. Dengan demikian budaya organisasi

berpengaruh kuat terhadap perilaku para anggotanya.

Sepuluh karakteristik yang menggambarkan esensi budaya organisasi, menurut Dharma,

2004: 1) Identitas anggota, dimana karyawan lebihmengidentifikasi organisasi secara

menyeluruh; 2) penekanaan kelompok, dimana aktivitas tugas lebih diorganisir untuk seluruh

kelompok dari pada individu; 3) Fokus orang, dimana keputusan manajemen memperhatikan

dampak luaran yang dihasilkan oleh karyawan dalam organisasi; 4) penyatuan unit, dimana unit-

unit dalam organisasi didorong agar berfungsi dengan cara yang terkoordinasi atau bebas; 5)

pengendalian, dimana peraturan, regulasi dan pengendalian langsung digunakan untuk

mengawasi dan mengendalikan karyawan; 6) toleransi resiko, dimana pekerja didorong untuk

agresif, kreatif, inovatif dan mau mengambil resiko; 7) kriteria ganjaran, dimana ganjaran seperti

peringatan, pembayaran dan promosi lebih dialokasikan menurut kinerja karyawan dari pada

senioritas, favoritisme atau faktor non-kinerja lainnya; toleransi konflik, dimana karyawan

didorong dan diarahkan untuk menunjukkan konflik dan kritik secara terbuka; 9) orientasi sarana

tujuan, dimana manajemen lebih terfokus pada hasil atau luaran dari pada teknik dan proses yang

digunakan untuk mencapai luaran tersebut; 10) fokus pada sistem terbuka, dimana organisasi

memonitor dan merespons perubahan dalam lingkungan eksternal.

            Gambaran karateristik tersebut akan memberikan gambaran mengenai budaya yang

dianut. Gambaran ini menjadi landasan untuk menyamakan pemahaman bahwa anggota

Page 3: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

organisasi merasa memiliki organisasinya dan mendorong anggota organisasi agar berperilaku

sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut organisasi.

           

Tingkatan budaya organisasi

            Pada tingkatan teratas, budaya organisasi akan terwujud sebagai fenomena yang dapat

dilihat, didengar dan dirasakan ketika seseorang/individu berinteraksi dengan suatu organisasi.

Dalam hal ini budaya organisasi relatof lebih mudah diidentifikasi dan didefinisikan. Lewis

(1992) seperti dikutip Jalal, 2000 mengelompokkan budaya organisasi pada empat tingkatan:

1)      Simbol-simbol, terdiri dari logo, slogan, upacara-upacara, cerita-cerita yang sering disampaikan

orang-orang dalam organisasi tersebut, cara kerja sehari-hari, pemegang kekuasaan dan kriteria

yang dipakai untuk menyingkirkan, mengangkat, dan menghargai anggotanya.

2)      Proses, merupakan metode organisasi untuk melaksanakan tugasnya, seperti, jalur

pertanggungjawaban, desain pekerjaan, strategi manajemen dalam mengambil keputusan, jalur

komunikasi resmi, dan peraturan-peraturan tentang pertemuan.

3)      Format, merupakan benda-benda yang bisa langsung diobservasi, seperti desain bangunan, tata

letak ruang, furnitur, dokumen-dokumen resmi,  dan pidato-pidato.

4)      Perilaku, merupakan manifes simbol-simbol, proses dan format yang ada di organisasi. Dengan

demikian ada kemungkinan perilaku yang tidak ada kaitannya dengan budaya organisasi.

Sedangkan nilai-nilai utama dari budaya organisasi terdiri dari kepercayaan (beliefs) dan nilai-

nilai (values). Kepercayaan merupakan asumsi yang dipercayai sebagai anggota organisasi,

tentang peran organisasi itu sendiri dalam lingkungannya, dan peran anggota organisasi dalam

organisasi. Sementara Rokeach dalam Lewis (1968) menyatakan nilai-nilai (values) merupakan

kepercayaan anggota organisasi tentang hal-hal yang sangat bernilai untuk dimiliki atau

dilakukan, atau perilaku yang harus dilakukan, atau tidak dilakukan, atau hal-hal yang perlu

dicapai atau tidak dicapai. Bagan: Budaya Organisasi (Lewis, 1992 dalam Jalal, 2000), sebagai

berikut:

Simbol-simbol

Proses

Format

Page 4: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

Perilaku

Kepercayaan dan nilai-nilai

Asumsi-asumsi dasar

Budaya sebagai alat kontrol

            Bisa dikatakan bahwa organisasi tidak akan bias berjalan denganbaik jika organisasi tersebut tidak mempunyai sistem pengendalian yang memadai. Tanpa system pengendalian yang memadai, aktivitas-aktivitas organisasi berjalan sendiri-sendiri tanpa ada yang mengarahkan dan mengkoordinasikannya. Dengan demikian juga efisiensi dan efektivitas organisasi sangat bergantung pada berfungsi tidaknya sistempengendalian tersebut. Pengertian sistem pengendalian Legare, 1998 dalam Sobirin, 2007 adalah pengetahuan yang menyatakan bahwa seseorang yang mengetahui dan peduli, mau memberi perhatian terhadap apa yang kita kerjakan dan mau memberitahukannya manakala terjadi penyimpangan. Diposkan oleh Ahmad Kurnia di 4:49 PM 0 komentar Link ke posting ini Label: Budaya organisasi Reaksi: 

BUDAYA ORGANISASI

Sebagian para ahli seperti Stephen P. Robbins, Gary Dessler (1992) dalam bukunya yang berjudul “Organizational Theory” (1990), memasukan budaya organisasi kedalam teori

Page 5: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

organisasi. Sementara Budaya perusahaan merupakan aplikasi dari budaya organisasi dan apabila diterapkan dilingkungan manajemen akan melahirkan budaya manajemen. Budaya organisasi dengan budaya perusahan sering disalingtukarkan sehingga terkadang dianggap sama, padahal berbeda dalam penerapannya.

Kita tinjau Pengertian budaya itu sendiri menurut : “The International Encyclopedia of the Social Science” (1972) dpat dilihat menurut dua pendekatan yaitu pendekatan proses (process-pattern theory, culture pattern as basic) didukung oleh Franz Boas (1858-1942) dan Alfred Louis Kroeber (1876-1960). Bisa juga melalui pendekatan structural-fungsional (structural-functional theory, social structure as abasic) yang dikembangkan oleh Bonislaw Mallllinowski (1884-1942) dan Radclife-Brown yang kemudians dari dua pendekatan itu Edward Burnett Tylor (1832-1917 secara luas mendefinisikan budaya sebagai :”…culture or civilization, taken in its wide ethnographic ense, is that complex whole wich includes knowledge,belief, art, morals, law, custom and any other capabilities and habits acquired by man as a memmmber of society” atau Budaya juga dapat diartikan sebagai : “Seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang dijadikan miliknya melalui proses belajar(Koentjaraningrat, 2001: 72 ) sesuai dengan kekhasan etnik, profesi dan kedaerahan”(Danim, 2003:148).

Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita lebih memahami budaya dari sudut sosiologi dan ilmu budaya, padahal ternyata ilmu budaya bisa mempengaruhi terhadap perkembangan ilmu lainnya seperti ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM). Sehingga ada beberapa istilah lain dari istilah budaya seperti budaya organisasi (organization culture) atau budaya kerja (work culture) ataupun biasa lebih dikenal lebih spesifik lagi dengan istilah budaya perusahaan (corporate culture). Sedangkan dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah kultur pembelajaran sekolah (school learning culture) atau Kultur akademis (Academic culture)

Dalam dunia pendidikan mengistilahkan budaya organisasi dengan istilah Kultur akademis yang pada intinya mengatur para pendidik agar mereka memahami bagaimana seharusnya bersikap terhadap profesinya, beradaptasi terhadap rekan kerja dan lingkungan kerjanya serta berlaku reaktif terhadap kebijakan pimpinannya, sehingga terbentuklah sebuah sistem nilai, kebiasaan (habits), citra akademis, ethos kerja yang terinternalisasikan dalam kehidupannya sehingga mendorong adanya apresiasi dirinya terhadap peningkatan prestasi kerja baik terbentuk oleh lingkungan organisasi itu sendiri maupun dikuatkan secara organisatoris oleh pimpinan akademis yang mengeluarkan sebuah kebijakan yang diterima ketika seseorang masuk organisasi tersebut. Fungsi pimpinan sebagai pembentuk Kultur akademis diungkapkan oleh Peter, Dobin dan Johnson (1996) bahwa :Para pimpinan sekolah khususnya dalam kapasitasnya menjalankan fungsinya sangat berperan penting dalam dua hal yaitu : a). Mengkonsepsitualisasikan visi dan perubahan dan b). Memiliki pengetahuan, keterampilan dan pemahaman untuk mengtransformasikan visi menjadi etos dan kultur akademis kedalam aksi riil (Danim, Ibid., P.74).

Pola pembiasaan dalam sebuah budaya sebagai sebuah nilai yang diakuinya bisa membentuk sebuah pola prilaku dalam hal ini Ferdinand Tonnies membagi kebiasaan kedalam beberapa pengertian antara lain :

o       Kebiasaan sebagai suatu kenyataan objektif sehari-hari yang merupakan sebuah kelajiman baik dalam sikap maupun dalam penampilan sehari-hari.

Page 6: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

o       Kebiasaan sebagai Kaidah yang diciptakan dirinya sendiri yaitu kebiasaan yang lahir dari diri pendidik itu sendiri yang kemudian menjadi ciri khas yang membedakan dengan yang lainnya.

o       Kebiasaan sebagai perwujudan kemauan untuk berbuat sesuatu yaitu kebiasaan yang lahir dari motivasi dan inisatif yang mencerminkan adanya prestasi pribadi.

        Budaya dan kepribadianOleh karena budaya secara individu itu berkorelasi dengan kepribadian, sehingga budaya berhubungan dengan pola prilaku seseorang ketika berhadapan dengan sebuah masalah hidup dan sikap terhadap pekerjaanya. Didalamnya ada sikap reaktif seorang pendidik terhadap perubahan kebijakan pemerintah dalam otonomi kampus sebagaimana yang terjadi, dimana dengan adanya komersialisasi kampus bisakah berpengaruh terhadap perubahan kultur akademis penididik dalam sehari-harinya.Dilihat dari unsur perbedaan budaya juga menyangkut ciri khas yang membedakan antara individu yang satu dengan individu yang lain ataupun yang membedakaan antara profesi yang satu dengan profesi yang lain. Seperti perbedaan budaya seorang dokter dengan seorang dosen, seorang akuntan dengan seorang spesialis, seorang professional dengan seorang amatiran. Ciri khas ini bisa diambil dari hasil internalisasi individu dalam organisasi ataupun juga sebagai hasil adopsi dari organisasi yang mempengaruhi pencitraan sehingga dianggap sebagai kultur sendiri yang ternyata pengertiannya masih relatif dan bersifat abstrak. Kita lihat pengertian budaya yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Soerjono Soekanto mendefinisikan budaya sebagai : “Sebuah system nilai yang dianut seseorang pendukung budaya tersebut yang mencakup konsepsi abstrak tentang baik dan buruk. atau secara institusi nilai yang dianut oleh suatu organisasi yang diadopsi dari organisasi lain baik melalui reinventing maupun re-organizing”(Ibid, Soerjono Soekanto, P. 174) Budaya juga tercipta karena adanya adopsi dari organisasi lainnya baik nilai, jargon, visi dan misi maupun pola hidup dan citra organisasi yang dimanefestasikan oleh anggotanya. Seorang pendidik sebagai pelaku organisasi jelas berperan sangat penting dalam pencitraan kampus jauh lebih cepat karena secara langsung berhadapan dengan mahasiswa yang bertindak sebagai promotor pencitraan di masyarakat sementara nilai pencitraan sebuah organisasi diambil melalui adanya pembaharuan maupun pola reduksi langsung dari organisasi sejenis yang berpengaruh dalam dunia pendidikan. Sebuah nilai budaya yang merupakan sebuah sistem bisa menjadi sebuah asumsi dasar sebuah organisasi untuk bergerak didalam meningkatkan sebuah kinerjanya yang salah satunya terbentuknya budaya yang kuat yang bisa mempengaruhi. McKenna dan Beech berpendapat bahwa : „Budaya yang kuat mendasari aspek kunci pelaksaan fungsi organisasi dalam hal efisiensi, inovasi, kualitas serta mendukung reaksi yang tepat untuk membiasakan mereka terhadap kejadian-kejadian, karena etos yang berlaku mengakomodasikan ketahanan“( McKenna, etal, Terj. Toto Budi Santoso , 2002: 19)

Sedang menurut Talizuduhu Ndraha mengungkapkan bahwa “Budaya kuat juga bisa dimaknakan sebagai budaya yang dipegang secara intensif, secara luas dianut dan semakin jelas disosialisasikan dan diwariskan dan berpengaruh terhadap lingkungan dan prilaku manusia”( Ndraha, 2003:123).

Budaya yang kuat akan mendukung terciptanya sebuah prestasi yang positif bagi anggotanya dalam hal ini budaya yang diinternalisasikan pihak pimpinan akan berpengaruh terhadap sistem prilaku para pendidik dan staf dibawahnya baik didalam organisasi maupun diluar organisasi. Sekali lagi kalau Budaya hanya sebuah asumsi penting yang terkadang jarang diungkapkan secara resmi tetapi sudah teradopsi dari masukan internal anggota organisasi lainnya. Vijay

Page 7: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

Sathe mendefinisikan budaya sebagai “The sets of important assumption (opten unstated) that member of a community share in common” ( Sathe, 1985: 18) Begitu juga budaya sebagai sebuah asumsi dasar dalam pembentukan karakter individu baik dalam beradaptasi keluar maupun berintegrasi kedalam organisasi lebih luas diungkapkan oleh Edgar H. Schein bahwa budaya bisa didefinisikan sebagai :“A pattern of share basic assumption that the group learner as it solved its problems of external adaptation anda internal integration, that has worked well enough to be considered valid and therefore, to be taught to new members as the correct way to perceive, think and feel in relation to these problems”. ( Schein, 1992:16)Secara lengkap Budaya bisa merupakan nilai, konsep, kebiasaan, perasaan yang diambil dari asumsi dasar sebuah organiasasi yang kemudian diinternalisasikan oleh anggotanya. Seorang professional yang berkarakter dan kuat kulturnya akan meningkatkan kinerjanya dalam organisasi dan secara sekaligus meningkatkan citra dirinya.

        Organisasi dan budayaMembahas budaya, jelas tidak bisa lepas dari pengertian organisasi itu sendiri dan dapat kita lihat beberapa pendapat tentang organisasi yang salah satunya diungkapkan Stephen P. Robbins yang mendefinisikan organisasi sebagai “…A consciously coordinated social entity, with a relatively identifiable boundary that function or relatively continous basis to achieve a common goal or set of goal”. ( Robbins, 1990: 4) Sedangkan Waren B. Brown dan Dennis J. Moberg mendefinisikan organisasi sebagai “…. A relatively permanent social entities characterized by goal oriented behavior, specialization and structure”(Brown,etal,1980:6) Begitu juga pendapat dari Chester I. Bernard dari kutipan Etzioni dimana organisasi diartikan sebagai “Cooperation of two or more persons, a system of conciously coordinated personell activities or forces”( Etzioni, 1961:14.)

Sehingga organisasi diatas pada dasarnya apabila dilihat dari bentuknya, organisasi merupakan sebuah masukan (input) dan luaran (output) serta bisa juga dilihat sebagai living organism yang memiliki tubuh dan kepribadian, sehingga terkadang sebuah organisasi bisa dalam kondisi sakit (when an organization gets sick). Sehingga organisasi dianggap Sebagai suatu output (luaran) memiliki sebuah struktur (aspek anatomic), pola kehidupan (aspek fisiologis) dan system budaya (aspek kultur) yang berlaku dan ditaati oleh anggotanya.Dari pengertian Organisasi sebagai output (luaran) inilah melahirkan istilah budaya organisasi atau budaya kerja ataupun lebih dikenal didunia pendidikan sebagai budaya akademis. Untuk lebih menyesuaikan dengan spesifikasi penelitian penulis mengistilahkan budaya organisasi dengan istilah budaya akademis.Menurut Umar Nimran mendefinisikan budaya organisasi sebagai “Suatu sistem makna yang dimiliki bersama oleh suatu organisasi yang membedakannya dengan organisasi lain”(Umar Nimran, 1996: 11)

Sedangkan Griffin dan Ebbert (Ibid, 1996:11) dari kutipan Umar Nimran Budaya organisasi atau bisa diartikan sebagai “Pengalaman, sejarah, keyakinan dan norma-norma bersama yang menjadi ciri perusahaan/organisasi” Sementara Taliziduhu Ndraha Mengartikan Budaya organisasi sebagai “Potret atau rekaman hasil proses budaya yang berlangsung dalam suatu organisasi atau perusahaan pada saat ini”( op.cit , Ndraha, P. 102) Lebih luas lagi definisi yang diungkapkan oleh Piti Sithi-Amnuai (1989) dalam bukunya “How to built a corporate culture” mengartikan budaya organisasi sebagai :

Page 8: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

A set of basic assumption and beliefs that are shared by members of an organization, being developed as they learn to cope with problems of external adaptation and internal integration .( Pithi Amnuai dari kutipan Ndraha, p.102)

(Seperangkat asumsi dan keyakinan dasar yang dterima anggota dari sebuah organisasi yang dikembangkan melalui proses belajar dari masalah penyesuaian dari luar dan integarasi dari dalam) Hal yang sama diungkapkan oleh Edgar H. Schein (1992) dalam bukunya “Organizational Culture and Leadershif” mangartikan budaya organisasi lebih luas sebagai : “ …A patern of shared basic assumptions that the group learned as it solved its problems of external adaptation and internal integration, that has worked well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new members as the correct way to perceive, think and feel in relation to these problems.( loc.cit, Schein, P.16)

(“… Suatu pola sumsi dasar yang ditemukan, digali dan dikembangkan oleh sekelompok orang sebagai pengalaman memecahkan permasalahan, penyesuaian terhadap faktor ekstern maupun integrasi intern yang berjalan dengan penuh makna, sehingga perlu untuk diajarkan kepada para anggota baru agar mereka mempunyai persepsi, pemikiran maupun perasaan yang tepat dalam mengahdapi problema organisasi tersebut).Sedangkan menurut Moorhead dan Griffin (1992) budaya organisasi diartikan sebagai : Seperangkat nilai yang diterima selalu benar, yang membantu seseorang dalam organisasi untuk memahami tindakan-tindakan mana yang dapat diterima dan tindakan mana yang tidak dapat diterima dan nilai-nilai tersebut dikomunikasikan melalui cerita dan cara-cara simbolis lainnya(McKenna,etal, op.cit P.63).

Amnuai (1989) membatasi pengertian budaya organisasi sebagai pola asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota sebuah organisasi dari hasil proses belajar adaptasi terhadap permasalahan ekternal dan integrasi permasalahan internal. Organisasi memiliki kultur melalui proses belajar, pewarisan, hasil adaptasi dan pembuktian terhadap nilai yang dianut atau diistilahkan Schein (1992) dengan considered valid yaitu nilai yang terbukti manfaatnya. selain itu juga bisa melalui sikap kepemimpinan sebagai teaching by example atau menurut Amnuai (1989) sebagai “through the leader him or herself” yaitu pendirian, sikap dan prilaku nyata bukan sekedar ucapan, pesona ataupun kharisma.

        Hal-hal yang mempengaruhi budaya organisasiMenurut Piti Sithi-Amnuai bahwa : “being developed as they learn to cope with problems of external adaptation anda internal integration (Pembentukan budaya organisasi terjadi tatkala anggota organisasi belajar menghadapi masalah, baik masalah-masalah yang menyangkut perubahan eksternal maupun masalah internal yang menyangkut persatuan dan keutuhan organisasi).( Opcit Ndraha, P.76).

Pembentukan budaya akademisi dalam organisasi diawali oleh para pendiri (founder) institusi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

o       Seseorang mempunyai gagasan untuk mendirikan organisasi.o       Ia menggali dan mengarahkan sumber-sumber baik orang yang sepaham dan setujuan dengan dia

(SDM), biaya dan teknologi.o       Mereka meletakan dasar organisasi berupa susunan organisasi dan tata kerja.

Menurut Vijay Sathe dengan melihat asumsi dasar yang diterapkan dalam suatu organisasi yang membagi “Sharing Assumption”( loc.cit Vijay Sathe, p. 18) Sharing berarti berbagi nilai yang sama atau nilai yang sama dianut oleh sebanyak mungkin warga organisasi. Asumsi nilai yang

Page 9: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

berlaku sama ini dianggap sebagai faktor-faktor yang membentuk budaya organisasi yang dapat dibagi menjadi :

o       Share thing, misalnya pakaian seragam seperti pakaian Korpri untuk PNS, batik PGRI yang menjadi ciri khas organisasi tersebut.

o       Share saying, misalnya ungkapan-ungkapan bersayap, ungkapan slogan, pemeo seprti didunia pendidikan terdapat istilah Tut wuri handayani, Baldatun thoyibatun wa robbun ghoffur diperguruan muhammadiyah.

o       Share doing, misalnya pertemuan, kerja bakti, kegiatan sosial sebagai bentuk aktifitas rutin yang menjadi ciri khas suatu organisasi seperti istilah mapalus di Sulawesi, nguopin di Bali.

o       Share feeling, turut bela sungkawa, aniversary, ucapan selamat, acara wisuda mahasiswa dan lain sebagainya.

Sedangkan menurut pendapat dari Dr. Bennet Silalahi bahwa budaya organisasi harus diarahkan pada penciptaan nilai (Values) yang pada intinya faktor yang terkandung dalam budaya organisasi.( Silalahi,2004:8) harus mencakup faktor-faktor antara lain : Keyakinan, Nilai, Norma, Gaya, Kredo dan Keyakinan terhadap kemampuan pekerja

Untuk mewujudkan tertanamnya budaya organisasi tersebut harus didahului oleh adanya integrasi atau kesatuan pandangan barulah pendekatan manajerial (Bennet, loc.cit, p.43)

bisa dilaksanakan antara lain berupa :o       Menciptakan bahasa yang sama dan warna konsep yang muncul.o       Menentukan batas-batas antar kelompok.o       Distribusi wewenang dan status.o       Mengembangkan syariat, tharekat dan ma’rifat yang mendukung norma kebersamaan.o       Menentukan imbalan dan ganjarano       Menjelaskan perbedaan agama dan ideologi.

Selain share assumption dari Sathe, faktor value dan integrasi dari Bennet ada beberapa faktor pembentuk budaya organisasi lainnya dari hasil penelitian David Drennan selama sepuluh tahun telah ditemukan dua belas faktor pembentuk budaya organisasi /perusahaan/budaya kerja/budaya akdemis ( Republika, 27 Juli 1994:8) yaitu :

o       Pengaruh dari pimpinan /pihak yayasan yang dominano       Sejarah dan tradisi organisasi yang cukup lama.o       Teknologi, produksi dan jasao       Industri dan kompetisinya/ persaingan.o       Pelanggan/stakehoulder akademiso       Harapan perusahaan/organisasio       Sistem informasi dan kontrolo       Peraturan dan lingkungan perusahaano       Prosedur dan kebijakano       Sistem imbalan dan pengukurano       Organisasi dan sumber dayao       Tujuan, nilai dan motto.

Page 10: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

        Budaya dengan profesionalismeDalam perkembangan berikutnya dapat kita lihat ada keterkaitan antara budaya dengan disain organisasi sesuai dengan design culture yang akan diterapkan. Untuk memahami disain organisasi tersebut, Harrison ( McKenna, etal, 2002: 65) membagi empat tipe budaya organisasi :

o       Budaya kekuasaan (Power culture).Budaya ini lebih mempokuskan sejumlah kecil pimpinan menggunakan kekuasaan yang lebih banyak dalam cara memerintah. Budaya kekuasaan juga dibutuhkan dengan syarat mengikuti esepsi dan keinginan anggota suatu organisasi. Seorang karyawan butuh adanya peraturan dan pemimpin yang tegas dan benar dalam menetapkan seluruh perintah dan kebijakannya. Kerena hal ini menyangkut kepercayaan dan sikap mental tegas untuk memajukan institusi organisasi. Kelajiman yang masih menganut manajemen keluarga, peranan pemilik institusi begitu dominan dalam pengendalian sebuah kebijakan terkadang melupakan nilai profesionalisme yang justru hal inilah salah satu penyebab jatuh dan mundurnya organisasi.

o       Budaya peran (Role culture).Budaya ini ada kaitannya dengan prosedur birokratis, seperti peraturan organisasi dan peran/jabatan/posisi spesifik yang jelas karena diyakini bahwa hal ini akan mengastabilkan sistem. Keyakinan dan asumsi dasar tentang kejelasan status/posisi/peranan yang jelas inilah akan mendorong terbentuknya budaya positif yang jelas akan membantu mengstabilkan suatu organisasi. Hampir semua orang menginginkan suatu peranan dan status yang jelas dalam organisasi.

o       Budaya pendukung (Support culture)Budaya dimana didalamnya ada kelompok atau komunitas yang mendukung seseorang yang mengusahakan terjadinya integrasi dan seperangkat nilai bersama dalam organisasi tersebut. Selain budaya peran dalam menginternalisasikan suatu budaya perlu adanya budaya pendukung yang disesuaikan dengan kredo dan keyakinan anggota dibawah. Budaya pendukung telah ditentukan oleh pihak pimpinan ketika organisasi/institusi tersebut didirikan oleh pendirinya yang dituangkan dalam visi dan misi organisasi tersebut. Jelas didalamnya ada keselaran antara struktur, strategi dan budaya itu sendiri. Dan suatu waktu bisa terjadi adanya perubahan dengan menanamkan budaya untuk belajar terus menerus (longlife education)

o       Budaya prestasi (Achievement culture) Budaya yang didasarkan pada dorongan individu dalam organisasi dalam suasana yang mendorong eksepsi diri dan usaha keras untuk adanya independensi dan tekananya ada pada keberhasilan dan prestasi kerja. Budaya ini sudah berlaku dikalangan akademisi tentang independensi dalam pengajaran, penelitian dan pengabdian serta dengan pemberlakuan otonomi kampus yang lebih menekankan terciptanya tenaga akademisi yang profesional, mandiri dan berprestasi dalam melaksanakan tugasnya.

        Karakteristik budaya organisasi.Untuk menentukan indikator secara pasti mengenai budaya organisasi jauh lebih sulit tetapi penulis mengambil dari beberapa pendapat para ahli mengenai indikator yang menentukan budaya organisasi.Khun Chin Sophonpanich memasukan budaya pribadi ke dalam Bank Bangkok 50 tahun yang lalu dengan beberapa indikator antara lain :

o       Ketekunan (dilligency), o       Ketulusan (sincerity),

Page 11: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

o       Kesabaran (patience) dan o       Kewirausahaan (entrepreneurship).

Sedangkan Amnuai dan Schien membagi budaya organisasi kedalam beberapa indikator yaitu antara lain

o       Aspek kualitatif (basic)o       Aspek kuantitatif (shared) dan aspek terbentuknyao       Aspek komponen (assumption dan beliefs),o       Aspek adaptasi eksternal (eksternal adaptation)o       Aspek Integrasi internal (internal integration) sebagai proses penyatuan budaya melalui

asimilasi dari budaya organisasi yang masuk dan berpengaruh terhadap karakter anggota. Selangkah lebih maju tinjauan dari Dr.Bennet Silalahi yang melihat budaya kerja dapat dilihat dari sudut teologi dan deontology (Silalahi, 2004:25-32) seperti pandangan filsafat Konfutse, etika Kristen dan prinsip agama Islam. Kita tidak memungkiri pengaruh tiga agama ini dalam percaturan peradaban dunia timur bahkan manajemen barat sudah mulai memperhitungkannya sebagai manajemen alternatif yang didifusikan ke manajemen barat setelah melihat kekuatan ekonomi Negara kuning seperti Cina, Jepang dan Korea sangat kuat. Perimbangan kekuatan ras kuning Asia yang diwakili Jepang, Korea dan Cina tentu saja tidak bisa melupakan potensi kekuatan ekonomi negara-negara Islam yang dari jumlah penduduknya cukup menjanjikan untuk menjadi pangsa pasar mereka. Tinjauan ajaran Islam membagi budaya kerja kedalam beberapa indikator antara lain :

o       Adanya kerja keras dan kerjasama (QS. Al-Insyiqoq : 6, Al-Mulk : 15, An-Naba : 11 dan At-taubah : 105))

o       Dalam setiap pekerjaan harus unggul/professional/menjadi khalifah (An-Nahl : 93. Az-Zumar : 9, Al-An’am : 165)

o       Harus mendayagunakan hikmah ilahi (Al-Baqoroh : 13)o       Harus jujur, tidak saling menipu, harus bekerjasama saling menguntungkan.o       Kelemah lembutan.o       Kebersihano       Tidak mengotak-kotakan diri/ukhuwaho       Menentang permusuhan.

Sedangkan menurut ajaran konghucu budaya kerja ditinjau dari budaya Ren yang terdiri dari lima sifat mulia manusia antara lain :

o       Ren (hubungan industrial supaya mengutamakan keterbatasan, kebutuhan dan kualitas hidup manusia)

o       Yi (tipu muslihat, timbangan yang tidak benar, kualitas barang dan jasa supaya disngkirkan atau dibenarkan agar tidak merugikan para stakehoulder)

o       Li (Instruksi kerja, penilaian unjuk kerja, peranan manajemen harus dilandaskan pada kesopanan dan kesantunan)

o       Zhi (kearifan dan kebijaksanaan dituntut dalam perencanaan, pengambilan keputusan dan ketatalaksanaan kerja, khususnya dalam perencanaan strategi dan kebijakan)o                   Xing (setiap manajer dan karyawan harus saling dapat dipercaya)

Lebih jelas lagi diungkapkan oleh Desmond graves (1986:126) mencatat sepuluh item research tool (dimensi kriteria, indikator) budaya organisasi yaitu :

o       Jaminan diri (Self assurance)

Page 12: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

o       Ketegasan dalam bersikap (Decisiveness)o       Kemampuan dalam pengawasan (Supervisory ability)o       Kecerdasan emosi (Intelegence)o       Inisatif (Initiative)o       Kebutuhan akan pencapaian prestasi (Need for achievement)o       Kebutuhan akan aktualisasi diri (Need for self actualization)o       Kebutuhan akan jabatan/posisi (Need for power)o       Kebutuhan akan penghargaan (Need for reward)o       Kebutuhan akan rasa aman (Need for security).

Diposkan oleh Ahmad Kurnia di 4:36 PM 0 komentar Link ke posting ini Label: Budaya organisasi Reaksi: 

Budaya organisasi

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli

Page 13: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

:a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.c. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.d. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.

e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalampenelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.

Sumber-sumber Budaya Organisasi

Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Pengaruh umum dari luar yang luasMencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi.2. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakatKeyakinan-keyakinan dn nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan kebersihan.3. Faktor-faktor yang spesifik dari organisasiOrganisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi.

Fungsi Budaya Organisasi

Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.

Page 14: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.

Ciri-ciri Budaya OrganisasiMenurut Robbins (1996:289), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi adalah:1. Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif dan mengambil resiko.2. Perhatian terhadap detail. Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan, analisis dan perhatian terhadap detail.3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek pada orang-orang di dalam organisasi itu.5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya individu.6. Keagresifan. Berkaitan dengan agresivitas karyawan.7. Kemantapan. Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik.Dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku (Robbins, 1996 : 289).

Tipologi BudayaMenurut Sonnenfeld dari Universitas Emory (Robbins, 1996 :290-291), ada empat tipe budaya organisasi :

1. AkademiPerusahaan suka merekrut para lulusan muda universitas, memberi mereka pelatihan istimewa, dan kemudian mengoperasikan mereka dalam suatu fungsi yang khusus. Perusahaan lebih menyukai karyawan yang lebih cermat, teliti, dan mendetail dalam menghadapi dan memecahkan suatu masalah.2. KelabPerusahaan lebih condong ke arah orientasi orang dan orientasi tim dimana perusahaan memberi nilai tinggi pada karyawan yang dapat menyesuaikan diri dalam sistem organisasi. Perusahaan juga menyukai karyawan yang setia dan mempunyai komitmen yang tinggi serta mengutamakan kerja sama tim.

3. Tim BisbolPerusahaan berorientasi bagi para pengambil resiko dan inovator, perusahaan juga berorientasi pada hasil yang dicapai oleh karyawan, perusahaan juga lebih menyukai karyawan yang agresif. Perusahaan cenderung untuk mencari orang-orang berbakat dari segala usia dan pengalaman, perusahaan juga menawarkan insentif finansial yang

Page 15: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

sangatbesar dan kebebasan besar bagi mereka yang sangat berprestasi.

4. BentengPerusahaan condong untuk mempertahankan budaya yang sudah baik. Menurut Sonnenfield banyak perusahaan tidak dapat dengan rapi dikategorikan dalam salah satu dari empat kategori karena merek memiliki suatu paduan budaya atau karena perusahaan berada dalam masa peralihanDiposkan oleh Ahmad Kurnia di 4:26 PM 0 komentar Link ke posting ini Label: Budaya organisasi Reaksi: 

Senin, 22 Maret 2010

HUBUNGAN INTERNASIONAL

Hubungan Internasional, adalah cabang dari ilmu politik, merupakan suatu studi tentang persoalan-persoalan luar negeri dan isu-isu global di antara negara-negara dalam sistem internasional, termasuk peran negara-negara, organisasi-organisasi antarpemerintah, organisasi-organisasi nonpemerintah atau lembaga swadaya masyarakat, dan perusahaan-perusahaan multinasional. Hubungan Internasional adalah suatu bidang akademis dan kebijakan publik dan dapat bersifat positif atau normatif karena Hubungan Internasional berusaha menganalisis serta merumuskan kebijakan luar negeri negara-negara tertentu.

Selain ilmu politik, Hubungan Internasional menggunakan pelbagai bidang ilmu seperti ekonomi, sejarah, hukum, filsafat, geografi, sosiologi, antropologi, psikologi, studi-studi budaya dalam kajian-kajiannya. HI mencakup rentang isu yang luas, dari globalisasi dan dampak-dampaknya terhadap masyarakat-masyarakat dan kedaulatan negara sampai kelestrarian ekologis, proliferasi nuklir, nasionalisme, perkembangan ekonomi, terorisme, kejahatan yang terorganisasi, keselamatan umat manusia, dan hak-hak asasi manusia

Sejarah

Sejarah hubungan internasional sering dianggap berawal dari [Perdamaian Westphalia] pada [1648], ketika sistem negara modern dikembangkan. Sebelumnya, organisasi-organisasi otoritas politik abad pertengahan [Eropa] didasarkan pada tatanan hirarkis yang tidak jelas. Westphalia membentuk konsep legal tentang kedaulatan, yang pada dasarnya berarti bahwa para penguasa, atau kedaulatan-kedaulatan yang sah tidak akan mengakui pihak-pihak lain yang memiliki kedudukan yang sama secara internal dalam batas-batas kedaulatan wilayah yang sama. Otoritas Yunani dan Roma kuno kadang-kadang mirip dengan sistem Westphalia, tetapi keduanya tidak memiliki gagasan kedaulatan yang memadai.

[Westphalia] mendukung bangkitnya negara-bangsa (nation-state), institusionalisasi terhadap diplomasi dan tentara. Sistem yang berasal dari Eropa ini diekspor ke Amerika, Afrika, dan Asia, lewat kolonialisme, dan “standar-standar peradaban”. Sistem internasional kontemporer akhirnya dibentuk lewat dekolonisasi selama [Perang Dingin]. Namun, sistem ini agak terlalu

Page 16: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

disederhanakan. Sementara sistem negara-bangsa dianggap “modern”, banyak negara tidak masuk ke dalam sistem tersebut dan disebut sebagai “pra-modern”. Lebih lanjut, beberapa telah melampaui sistem negara-bangsa dan dapat dianggap “pasca-modern”. Kemampuan wacana HI untuk menjelaskan hubungan-hubungan di antara jenis-jenis negara yang berbeda ini diperselisihkan. “Level-level analisis” adalah cara untuk mengamati sistem internasional, yang mencakup level individual, negara-bangsa domestik sebagai suatu unik, level internasional yang terdiri atas persoalan-persoalan transnasional dan internasional level global.

Studi Hubungan internasional

Pada mulanya, hubungan internasional sebagai bidang studi yang tersendiri hampir secara keseluruhan berkiblat ke Inggris. Pada 1919, Dewan Politik internasional dibentuk di University of Wales, Aberystwyth, lewat dukungan yang diberikan oleh David Davies, menjadi posisi akademis pertama yang didedikasikan untuk HI. Pada awal 1920-an, jurusan Hubungan Internasional dari London School of Economics didirikan atas perintah seorang pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Phillip Noel-Baker. Pada 1927, Graduate Institute of International Studies (Institut universitaire de hautes Ã(c)tudes internationales), didirikan di Jenewa, Swiss; institut ini berusaha menghasilkan sekelompok personel khusus untuk Liga Bangsa-bangsa. Program HI tertua di Amerika Serikat ada di Edmund A. Walsh School of Foreign Service yang merupakan bagian dari Georgetown Unversity. Sekolah tinggi pertama jurusan hubungan internasional yang menghasilkan lulusan bergelar sarjana adalah Fletcher Schooldi Tufts. Meskipun pelbagai sekolah tinggi yang didedikasikan untuk studi HI telah didirikan di Asia dan Amerika Selatan, HI sebagai suatu bidang ilmu tetap terutama berpusat di Eropa dan Amerika Utara.

Teori hubungan internasional

Artikel utama: Teori hubungan internasionalApa yang secara eksplisit diakui sebagai teori hubungan internasional tidak dikembangkan sampai setelah Perang Dunia I, dan dibahas secara lebih rinci di bawah ini. Namun, teori HI memiliki tradisi panjang menggunakan karya ilmu-ilmu sosial lainnya. Penggunaan huruf besar “H” dan “I” dalam hubungan internasional bertujuan untuk membedakan disiplin Hubungan Internasional dari fenomena hubungan internasional. Banyak orang yang mengutip Sejarah Perang Peloponnesia karya Thucydides sebagai inspirasi bagi teori realis, dengan Leviathan karya Hobbes dan The Prince karya Machiavelli memberikan pengembangan lebih lanjut. Demikian juga, liberalisme menggunakan karya Kant dan Rousseau, dengan karya Kant sering dikutip sebagai pengembangan pertama dari Teori Perdamaian Demokratis. Meskipun hak-hak asasi manusia kontemporer secara signifikan berbeda dengan jenis hak-hak yang didambakan dalam hukum alam, Francisco de Vitoria, Hugo Grotius, dan John Locke memberikan pernyataan-pernyataan pertama tentang hak untuk mendapatkan hak-hak tertentu berdasarkan kemanusiaan secara umum. Pada abad ke-20, selain teori-teori kontemporer intenasionalisme liberal, Marxisme merupakan landasan hubungan internasional.Perkembangan fenomena hubungan internasional telah memasuki aspek-aspek baru, dimana Hubungan Internasional tidak hanya mengkaji tentang negara, tetapi juga mengkaji tentang peran aktor non-negara di dalam ruang lingkup politik global. Peran non-state actor yang semakin dominan mengindikasikan bahwa non-state actor memegang peran yang penting.

Page 17: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

Dewasa ini, fenomena hubungan internasional telah memasuki ranah budaya (seperti klaim tari pendet Malaysia terhadap indonesia), sehingga Hubungan Internasional memerlukan kajian teoritis dari dispilin ilmu lainnya

 Teori Epistemologi dan teori HI

Teori-teori Utama Hubungan Internasional Realisme [[Neorealisme], Dipelopori oleh Kenneth Waltz, istilah kunci : struktur, agen, sistem internasional Idealisme, Dipelopoeri oleh Imanuel Kant, istilah kunci : Pacific UnION Liberalisme. Dipelopori oleh Robert Keohane, istilah kunci : complex interdepency Neoliberalisme, Marxisme dan Neo Marxis Teori dependensiTeori kritis dipelopori oleh Jurgen Habermas, istilah kunci : Paradigma Komunikasi, Paradigma Kesadaran, Alienisasi, Emansipatoris.Konstruksivisme Fungsionalisme Neofungsiionalisme Negativitas Total dari TW Adorno, untuk memahami isu-isu lingkungan Masyarakat Konsumtif dari Herbert Marcuse, untuk memahami hubungan antara masyarakat dengan budaya globalSecara garis besar teori-teori HI dapat dibagi menjadi dua pandangan epistemologis “positivis” dan “pasca-positivis”. Teori-teori positivis bertujuan mereplikasi metode-metode ilmu-ilmu sosial dengan menganalisis dampak kekuatan-kekuatan material. Teori-teori ini biasanya berfokus berbagai aspek seperti interaksi negara-negara, ukuran kekuatan-kekuatan militer, keseimbangan kekuasaaan dan lain-lain. Epistemologi pasca-positivis menolak ide bahwa dunia sosial dapat dipelajari dengan cara yang objektif dan bebas-nilai. Epistemologi ini menolak ide-ide sentral tentang neo-realisme/liberalisme, seperti teori pilihan rasional, dengan alasan bahwa metode ilmiah tidak dapat diterapkan ke dalam dunia sosial dan bahwa suatu “ilmu” HI adalah tidak mungkin.Perbedaan kunci antara kedua pandangan tersebut adalah bahwa sementara teori-teori positivis, seperti neo-realisme, menawarkan berbagai penjelasan yang bersifat sebab-akibat (seperti mengapa dan bagaimana kekuasaan diterapkan), teori pasca-positivis pasca-positivis berfokus pada pertanyaan-pertanyaan konstitutif, sebagai contoh apa yang dimaksudkan dengan “kekuasaan”; hal-hal apa sajakah yang membentuknya, bagaimana kekuasaan dialami dan bagaimana kekuasaan direproduksi. Teori-teori pasca-positivs secara eksplisit sering mempromosikan pendekatan normatif terhadap HI, dengan mempertimbangkan etika. Hal ini merupakan sesuatu yang sering diabaikan dalam HI “tradisional” karena teori-teori positivis membuat perbedaan antara “fakta-fakta” dan penilaian-penilaian normatif, atau “nilai-nilai”. Selama periode akhir 1980-an/1990 perdebatan antara para pendukung teori-teori positivis dan para pendukung teori-teori pasca-positivis menjadi perdebatan yang dominan dan disebut sebagai “Perdebatan Terbesar” Ketiga (Lapid 1989.)

Islam, yang hanya dipandang orang dan para akademisi hanya sebagai agama, ternyata menyimpan pemikiran hubungan internasional. Sejarah mencatat kekuasaan Islam atau khalifah pada sekitar abad 7M. Pada masa ini, khalifah Islam merupakan suatu global polis atau tatanan hubungan internasional,karena menata hubungan wilayah-wilayah yang disatukan ke dalam bentuk polis. Apabila dikaji lebih dalam, khalifah Islam merupakan suatu order atau tatanan yang mengatur seluruh aspek-aspek kehidupan manusia. Misalnya hukum ekonomi global berlandaskan pada hukum ekonomi Islam, dimana hukum ekonomi Islam tidak mengutamakan riba ( keuntungan atau jiwa-jiwa kapitalis seperti yang diungkapkan oleh Pemikiran Marxis, tetapi suatu sistem ekonomi yang win-win solution serta mengutamakan kesejahteraan bersama,

Page 18: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

bukan keuntungan pihak tertentu saja. Bandingkan dengan pemikiran-pemikiran ekonomi sekarang ini, seperti Neolib dll, dimana pemikiran telah menciptakan keterbelakangan dan ketergantungan ( depedensi ) yang berakibat pada kesenjangan global.Teori politik adalah salah satu kajian di dalam bidang hubungan internasional. Teori politik pada dasarnya adalah tentang tata negara. Pemikiran sistem politik demokrasi yang diadopsi oleh negara-negara berkembang merupakan kajian teori politik. Islam adalah sumber teori politik, karena memuat seluruh aspek-aspek kehidupan manusia. Sebagai contoh, sistem ekonomi Islam merupakan teori politik yang bertujuan menjamin kesejahteraan bersama sehingga manusia menjadi "mansalahat" atau tentram. Teori politik yang bersumber dari pemikiran barat adalah suatu mal-praktik bagi manusia itu sendiri, karena manusia tidak menerima esensinya sendiri, tetapi mencari esensi lain yang berakibat pada jatuhnya manusia kepada jurang alienisasi.Menurut Imanuel Kant, perdamaian akan tercipta apabila negara-negara menganut sistem demokrasi. Perpertual peace adalah perdamaian yang timbul karena negara-negara menganut sistem demokrasi. Ini adalah kesalahan besar. Perdamaian hanya akan timbul apabila manusia menerima esensinya sebagai manusia, dengan cara menerapkan teori politik Islam yang merupakan sumber dari order manusia itu sendiri...

Teori-teori Positivis

 Realisme

Realisme, sebagai tanggapan terhadap liberalisme, pada intinya menyangkal bahwa negara-negara berusaha untuk bekerja sama. Para realis awal seperti E.H. Carr, Daniel Bernhard, dan Hans Morgenthau berargumen bahwa, untuk maksud meningkatkan keamanan mereka, negara-negara adalah aktor-aktor rasional yang berusaha mencari kekuasaan dan tertarik kepada kepentingan diri sendiri (self-interested). Setiap kerja sama antara negara-nge dijelaskan sebagai benar-benar insidental. Para realis melihat Perang Dunia II sebagai pembuktian terhadap teori mereka. Perlu diperhatikan bahwa para penulis klasik seperti Thucydides, Machiavelli, dan Hobbes sering disebut-sebut sebagai “bapak-bapak pendiri” realisme oleh orang-orang yang menyebut diri mereka sendiri sebagai realis kontemporer. Namun, meskipun karya mereka dapat mendukung doktrin realis, ketiga orang tersebut tampaknya tidak mungkin menggolongkan diri mereka sendiri sebagai realis (dalam pengertian yang dipakai di sini untuk istilah tersebut).

 Liberalisme/idealisme/Internasionalisme Liberal

Teori hubungan internasional liberal muncul setelah Perang Dunia I untuk menanggapi ketidakmampuan negara-negara untuk mengontrol dan membatasi perang dalam hubungan internasional mereka. Pendukung-pendukung awal teori ini termasuk Woodrow Wilson dan Normal Angell, yang berargumen dengan berbagai cara bahwa negara-negara mendapatkan keuntungan dari satu sama lain lewat kerjasama dan bahwa perang terlalu destruktif untuk bisa dikatakan sebagai pada dasarnya sia-sia. Liberalisme tidak diakui sebagai teori yang terpadu sampai paham tersebut secara kolektif dan mengejek disebut sebagai idealisme oleh E.H. Carr. Sebuah versi baru “idealisme”, yang berpusat pada hak-hak asasi manusia sebagai dasar legitimasi hukum internasional, dikemukakan oleh Hans Kóchler

 Neorealisme

Page 19: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

Neorealisme terutama merupakan karya Kenneh Waltz (yang sebenarnya menyebut teorinya “realisme struktural” di dalam buku karangannya yang berjudul Man, the State, and War). Sambil tetap mempertahankan pengamatan-pengamatan empiris realisme, bahwa hubungan internasional dikarakterka oleh hubungan-hubungan antarnegara yang antagonistik, para pendukung neorealisme menunjuk struktur anarkis dalam sistem internasional sebagai penyebabnya. Mereka menolak berbagai penjelasan yang mempertimbangkan pengaruh karakteristik-karakteristik dalam negeri negara-negara. Negara-negara dipaksa oleh pencapaian yang relatif (relative gains) dan keseimbangan yang menghambat konsentrasi kekuasaan. Tidak seperti realisme, neo-realisme berusaha ilmiah dan lebih positivis. Hal lain yang juga membedakan neo-realisme dari realisme adalah bahwa neo-realisme tidak menyetujui penekanan realisme pada penjelasan yang bersifat perilaku dalam hubungan internasional.

Neoliberalisme

Neoliberalisme berusaha memperbarui liberalisme dengan menyetujui asumsi neorealis bahwa negara-negara adalah aktor-aktor kunci dalam hubungan internasional, tetapi tetap mempertahankan pendapat bahwa aktor-aktor bukan negara dan organisasi-organisasi antarpemerintah adalah juga penting. Para pendukung seperti Maria Chatta berargumen bahwa negara-negara akan bekerja sama terlepas dari pencapaian-pencapaian relatif, dan dengan demikian menaruh perhatian pada pencapaian-pencapaian mutlak. Meningkatnya interdependensi selama Perang Dingin lewat institusi-institusi internasional berarti bahwa neo-liberalisme juga disebut institusionalisme liberal. Hal ini juga berarti bahwa pada dasarnya bangsa-bangsa bebas membuat pilihan-pilihan mereka sendiri tentang bagaimana mereka akan menerapkan kebijakan tanpa organisasi-organisasi internasional yang merintangi hak suatu bangsa atas kedaulatan. Neoliberalimse juga mengandung suatu teori ekonomi yang didasarkan pada penggunaan pasar-pasar yang terbuka dan bebas dengan hanya sedikit, jika memang ada, intervensi pemerintah untuk mencegah terbentuknya monopoli dan bentuk-bentuk konglomerasi yang lain. Keadaan saling tergantung satu sama lain yang terus meningkat selama dan sesudah Perang Dingin menyebabkan neoliberalisme didefinisikan sebagai institusionalisme, bagian baru teori ini dikemukakan oleh Robert Keohane dan juga Joseph Nye.

Teori Rejim

Teori rejim berasal dari tradisi liberal yang berargumen bahwa berbagai institusi atau rejim internasional mempengaruhi perilaku negara-negara (maupun aktor internasional yang lain). Teori ini mengasumsikan kerjasama bisa terjadi di dalam sistem negara-negara anarki. Bila dilihat dari definisinya sendiri, rejim adalah contoh dari kerjasama internasional. Sementara realisme memprediksikan konflik akan menjadi norma dalam hubungan internasional, para teoritisi rejim menyatakan kerjasama tetap ada dalam situasi anarki sekalipun. Seringkali mereka menyebutkan kerjasama di bidang perdagangan, hak asasi manusia, dan keamanan bersama di antara isu-isu lainnya. Contoh-contoh kerjasama tadilah yang dimaksud dengan rejim. Definisi rejim yang paling lazim dipakai datang dari Stephen Krasner. Krasner mendefinisikan rejim sebagai “institusi yang memiliki sejumlah norma, aturan yang tegas, dan prosedur yang memfasilitasi sebuah pemusatan berbagai harapan. Tapi tidak semua pendekatan teori rejim berbasis pada liberal atau neoliberal; beberapa pendukung realis seperi Joseph Greico telah mengembangkan sejumlah teori cangkokan yang membawa sebuah pendekatan berbasis realis ke

Page 20: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

teori yang berdasarkan pada liberal ini. (Kerjasama menurut kelompok realis bukannya tidak pernah terjadi, hanya saja kerjasama bukanlah norma; kerjasama merupakan sebuah perbedaan derajat).

 Teori-teori pasca-positivis/reflektivis

 Teori masyarakat internasional (Aliran pemikiran Inggris)

Teori masyarakat internasional, juga disebut Aliran Pemikiran Inggris, berfokus pada berbagai norma dan nilai yang sama-sama dimiliki oleh negara-negara dan bagaimana norma-norma dan nilai-nlai tersebut mengatur hubungan internasional. Contoh norma-norma seperti itu mencakup diplomasi, tatanan, hukum internasional. Tidak seperti neo-realisme, teori ini tidak selalu positivis. Para teoritisi teori ini telah berfokus terutama pada intervensi kemanusiaan, dan dibagi kembali antara para solidaris, yang cenderung lebih menyokong intervensi kemanusiaan, dan para pluralis, yang lebih menekankan tatanan dan kedaulatan, Nicholas Wheeler adalah seorang solidaris terkemuka, sementara Hedley Bull mungkin merupakan pluraris yang paling dikenal.

Konstruktivisme Sosial

Kontrukstivisme Sosial mencakup rentang luas teori yang bertujuan menangani berbagai pertanyaan tentang ontologi, seperti perdebatan tentang lembaga (agency) dan Struktur, serta pertanyaan-pertanyaan tentang epistemologi, seperti perdebatan tentang “materi/ide” yang menaruh perhatian terhadap peranan relatif kekuatan-kekuatan materi versus ide-ide. Konstruktivisme bukan merupakan teori HI, sebagai contoh dalam hal neo-realisme, tetapi sebaliknya merupakan teori sosial. Konstruktivisme dalam HI dapat dibagi menjadi apa yang disebut oleh Hopf (1998) sebagai konstruktivisme “konvensional” dan “kritis”. Hal yang terdapat dalam semua variasi konstruktivisme adalah minat terhadap peran yang dimiliki oleh kekuatan-kekuatan ide. Pakar konstruktivisme yang paling terkenal, Alexander Wendt menulis pada 1992 tentang Organisasi Internasional (kemudian diikuti oleh suatu buku, Social Theory of International Politics 1999), “anarki adalah hal yang diciptakan oleh negara-negara dari hal tersebut”. Yang dimaksudkannya adalah bahwa struktur anarkis yang diklaim oleh para pendukung neo-realis sebagai mengatur interaksi negara pada kenyataannya merupakan fenomena yang secara sosial dikonstruksi dan direproduksi oleh negara-negara. Sebagai contoh, jika sistem internasional didominasi oleh negara-negara yang melihat anarki sebagai situasi hidup dan mati (diistilahkan oleh Wendt sebagai anarki “Hobbesian”) maka sistem tersebut akan dikarakterkan dengan peperangan. Jika pada pihak lain anarki dilihat sebagai dibatasi (anarki “Lockean”) maka sistem yang lebih damai akan eksis. Anarki menurut pandangan ini dibentuk oleh interaksi negara, bukan diterima sebagai aspek yang alami dan tidak mudah berubah dalam kehidupan internasional seperti menurut pendapat para pakar HI non-realis, Namun, banyak kritikus yang muncul dari kedua sisi pembagian epistemologis tersebut. Para pendukung pasca-positivis mengatakan bahwa fokus terhadap negara dengan mengorbankan etnisitas/ras/jender menjadikan konstrukstivisme sosial sebagai teori positivis yang lain. Penggunaan teori pilihan rasional secara implisit oleh Wendt juga telah menimbulkan pelbagai kritik dari para pakar seperti Steven Smith. Para pakar positivis (neo-liberalisme/realisme) berpendapat bahwa teori tersebut mengenyampingkan terlalu banyak asumsi positivis untuk dapat dianggap sebagai teori positivis.

Page 21: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

Teori Kritis

(Artikel utama: Teori hubungan internasional kritis) Teori hubungan internasional kritis adalah penerapan “teori kritis” dalam hubungan internasional. Pada pendukung seperti Andrew Linklater, Robert W. Cox, dan Ken Booth berfokus pada kebutuhan terhadap emansipansi (kebebasan) manusia dari Negara-negara. Dengan demikian, adalah teori ini bersifat “kritis” terhadap teori-teori HI “mainstream” yang cenderung berpusat pada negara (state-centric). Catatan: Daftar teori ini sama sekali tidak menyebutkan seluruh teori HI yang ada. Masih ada teori-teori lain misalnya fungsionalisme, neofungsionalisme, feminisme, dan teori dependen.

Marxisme

Teori Marxis dan teori Neo-Marxis dalam HI menolak pandangan realis/liberal tentang konflik atau kerja sama negara, tetapi sebaliknya berfokus pada aspek ekonomi dan materi. Marxisme membuat asumsi bahwa ekonomi lebih penting daripada persoalan-persoalan yang lain; sehingga memungkinkan bagi peningkatan kelas sebagai fokus studi. Para pendukung Marxis memandang sistem internasional sebagai sistem kapitalis terintegrasi yang mengejar akumulasi modal (kapital). Dengan demikian, periode kolonialisme membawa masuk pelbagai sumber daya untuk bahan-bahan mentah dan pasar-pasar yang pasti (captive markets) untuk ekspor, sementara dekolonisasi membawa masuk pelbagai kesempatan baru dalam bentuk dependensi (ketergantungan). Berkaitan dengan teori-teori Marx adalah teori dependensi yang berargumen bahwa negara-negara maju, dalam usaha mereka untuk mencapai kekuasaan, menembus negara-negara berkembang lewat penasihat politik, misionaris, pakar, dan perusahaan multinasional untuk mengintegrasikan negara-negara berkembang tersebut ke dalam sistem kapitalis terintegrasi untuk mendapatkan sumber-sumber daya alam dan meningkatkan dependensi negara-negara berkembang terhadap negara-negara maju. Teori-teori Marxis kurang mendapatkan perhatian di Amerika Serikat di mana tidak ada partai sosialis yang signifikan. Teori-teori ini lebih lazim di pelbagai bagian Eropa dan merupakan salah satu kontribusi teoritis yang paling penting bagi dunia akademis Amerika Latin, sebagai contoh lewat teologi.

Teori-teori pascastrukturalis

Teori-teori pascastrukturalis dalam HI berkembang pada 1980-an dari studi-studi pascamodernis dalam ilmu politik. Pasca-strukturalisme mengeksplorasi dekonstruksi konsep-konsep yang secara tradisional tidak problematis dalam HI, seperti kekuasaan dan agensi dan meneliti bagaimana pengkonstruksian konsep-konsep ini membentuk hubungan-hubungan internasional. Penelitian terhadap “narasi” memainkan peran yang penting dalam analisis pascastrukturalis, sebagai contoh studi pascastrukturalis feminis telah meneliti peran yang dimainkan oleh “kaum wanita” dalam masyarakat global dan bagaimana kaum wanita dikonstruksi dalam perang sebagai “tanpa dosa” (innocent) dan “warga sipil”. Contoh-contoh riset pasca-positivis mencakup: Pelbagai bentuk feminisme (perang "gender" war—“gendering” war) Pascakolonialisme (tantangan-tantangan dari sentrisme Eropa dalam HI)

Konsep-konsep dalam hubungan internasional

Page 22: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

Konsep-konsep level sistemik

Hubungan internasional sering dipandang dari pelbagai level analisis, konsep-konsep level sistemik adalah konsep-konsep luas yang mendefinisikan dan membentuk lingkungan (milieu) internasional, yang dikarakterkan oleh Anarki.

 Kekuasaan

Konsep Kekuasaan dalam hubungan internasional dapat dideskripsikan sebagai tingkat sumber daya, kapabilitas, dan pengaruh dalam persoalan-persoalan internasional. Kekuasaan sering dibagi menjadi konsep-konsep kekuasaan yang keras (hard power) dan kekuasaan yang lunak (soft power), kekuasaan yang keras terutama berkaitan dengan kekuasaan yang bersifat memaksa, seperti penggunaan kekuatan, dan kekuasaan yang lunak biasanya mencakup ekonomi, diplomasi, dan pengaruh budaya. Namun, tidak ada garis pembagi yang jelas di antara dua bentuk kekuasaan tersebut.

Polaritas

Polaritas dalam Hubungan Internasional merujuk pada penyusunan kekuasaan dalam sistem internasional. Konsep tersebut muncul dari bipolaritas selama Perang Dingin, dengan sistem internasional didominasi oleh konflik antara dua negara adikuasa dan telah diterapkan sebelumnya. Sebagai akibatnya, sistem internasional sebelum 1945 dapat dideskripsikan sebagai terdiri dari banyak kutub (multi-polar), dengan kekuasaan dibagi-bagi antara negara-negara besar. Runtuhnya Uni Soviet pada 1991 telah menyebabkan apa yang disebut oleh sebagian orang sebagai unipolaritas, dengan AS sebagai satu-satunya negara adikuasa. Beberapa teori hubungan internasional menggunakan ide polaritas tersebut. Keseimbangan kekuasaan adalah konsep yang berkembang luas di Eropa sebelum Perang Dunia Pertama, pemikirannya adalah bahwa dengan menyeimbangkan blok-blok kekuasaan hal tersebut akan menciptakan stabilitas dan mencegah perang dunia. Teori-teori keseimbangan kekuasaan kembali mengemuka selama Perang Dingin, sebagai mekanisme sentral dalam Neorealisme Kenneth Waltz. Di sini konsep-konsep menyeimbangkan (meningkatkan kekuasaan untuk menandingi kekuasaan yang lain) dan bandwagoning (berpihak dengan kekuasaan yang lain) dikembangkan. Teori stabilitas hegemonik juga menggunakan ide Polaritas, khususnya keadaan unipolaritas. Hegemoni adalah terkonsentrasikannya sebagian besar kekuasaan yang ada di satu kutub dalam sistem internasional, dan teori tersebut berargumen bahwa hegemoni adalah konfigurasi yang stabil karena adanya keuntungan yang diperoleh negara adikuasa yang dominan dan negara-negara yang lain dari satu sama lain dalam sistem internasional. Hal ini bertentangan dengan banyak argumen Neorealis, khususnya yang dikemukakan oleh Kenneth Waltz, yang menyatakan bahwa berakhirnya Perang Dingin dan keadaan unipolaritas adalah konfigurasi yang tidak stabil yang secara tidak terelakkan akan berubah. Hal ini dapat diungkapkan dalam teori peralihan Kekuasaan, yang menyatakan bahwa mungkin suatu negara besar akan menantang suatu negara yang memiliki hegemoni (hegemon) setelah periode tertentu, sehingga mengakibatkan perang besar. Teori tersebut mengemukakan bahwa meskipun hegemoni dapat mengontrol terjadinya pelbagai perang, hal tersebut menyebabkan terjadinya perang yang lain. Pendukung utama teori tersebut, A.F.K. Organski, mengemukakan argumen ini berdasarkan terjadinya perang-perang sebelumnya selama hegemoni Inggris. Portugis, dan Belanda.

Page 23: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

 Interdependensi

Banyak orang yang menyokong bahwa sistem internasional sekarang ini dikarakterkan oleh meningkatnya interdepedensi atau saling ketergantungan: tanggung jawab terhadap satu sama lain dan dependensi (ketergantungan) terhadap pihak-pihak lain. Para penyokong pendapat ini menunjuk pada meningkatnya globalisasi, terutama dalam hal interaksi ekonomi internasional. Peran institusi-institusi internasional, dan penerimaan yang berkembang luas terhadap sejumlah prinsip operasional dalam sistem internasional, memperkukuh ide-ide bahwa hubungan-hubungan dikarakterkan oleh interdependensi.

Dependensi

Teori dependensi adalah teori yang paling lazim dikaitkan dengan Marxisme, yang menyatakan bahwa seperangkat negara Inti mengeksploitasi kekayaan sekelompok negara Pinggiran yang lebih lemah. Pelbagai versi teori ini mengemukakan bahwa hal ini merupakan keadaan yang tidak terelakkan (teori dependensi standar), atau menggunakan teori tersebut untuk menekankan keharusan untuk berubah (Neo-Marxisme).

Perangkat-perangkat sistemik dalam hubungan internasional

Diplomasi adalah praktik komunikasi dan negosiasi antara pelbagai perwakilan negara-negara. Pada suatu tingkat, semua perangkat hubungan internasional yang lain dapat dianggap sebagai kegagalan diplomasi. Perlu diingat, penggunaan alat-alat yang lain merupakan bagian dari komunikasi dan negosiasi yang tak terpisahkan di dalam negosiasi. Pemberian sanksi, penggunaan kekuatan, dan penyesuaian aturan perdagangan, walau bukan merupakan bagian dari diplomasi yang biasa dipertimbangkan, merupakan perangkat-perangkat yang berharga untuk mempermudah serta mempermulus proses negosiasi.

Pemberian sanksi biasanya merupakan tindakan pertama yang diambil setelah gagalnya diplomasi dan merupakan salah satu perangkat utama yang digunakan untuk menegakkan pelbagai perjanjian (treaties). Sanksi dapat berbentuk sanksi diplomatik atau ekonomi dan pemutusan hubungan dan penerapan batasan-batasan terhadap komunikasi atau perdagangan.

Perang, penggunaan kekuatan, sering dianggap sebagai perangkat utama dalam hubungan internasional. Definisi perang yang diterima secara luas adalah yang diberikan oleh Clausewitz, yaitu bahwa perang adalah “kelanjutan politik dengan cara yang lain.” Terdapat peningkatan studi tentang “perang-perang baru” yang melibatkan aktor-aktor selain negara. Studi tentang perang dalam Hubungan Internasional tercakup dalam disiplin Studi Perang dan Studi Strategis.

Mobilisasi tindakan mempermalukan secara internasional juga dapat dianggap sebagai alat dalam Hubungan Internasional. Hal ini adalah untuk mengubah tindakan negara-negara lewat “menyebut dan mempermalukan” pada level internasional. Penggunaan yang terkemuka dalam hal ini adalah prosedur Komisi PBB untuk Hak-hak Asasi Manusia 1235, yang secara publik memaparkan negara-negara yang melakukan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

Page 24: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

Pemberian keuntungan-keuntungan ekonomi dan/atau diplomatik. Salah satu contohnya adalah kebijakan memperbanyak keanggotaan Uni Eropa. Negara-negara kandidat diperbolehkan menjadi anggota Uni Eropa setelah memenuhi kriteria Copenhagen.

Konsep-konsep unit level dalam hubungan internasional

Sebagai suatu level analisis level unit sering dirujuk sebagai level negara, karena level analisis ini menempatkan penjelasannya pada level negara, bukan sistem internasional.

Tipe rezim

Sering dianggap bahwa suatu tipe rezim negara dapat menentukan cara suatu negara berinteraksi dengan negara-negara lain dalam sistem internasional. Teori Perdamaian Demokratis adalah teori yang mengemukakan bahwa hakikat demokrasi berarti bahwa negara-negara demokratis tidak akan saling berperang. Justifikasi terhadap hal ini adalah bahwa negara-negara demokrasi mengeksternalkan norma-norma mereka dan hanya berperang dengan alasan-alasan yang benar, dan bahwa demokrasi mendorong kepercayaan dan penghargaan terhadap satu sama lain. Sementara itu, komunisme menjustifikasikan suatu revolusi dunia, yang juga akan menimbulkan koeksitensi (hidup berdampingan) secara damai, berdasarkan masyarakat global yang proletar. asf

Revisionisme/Status quo

Negara-negara dapat diklasifikasikan menurut apakah mereka menerima status quo, atau merupakan revisionis, yaitu menginginkan perubahan. Negara-negara revisionis berusaha untuk secara mendasar mengubah pelbagai aturan dan praktik dalam hubungan internasional, merasa dirugikan oleh status quo (keadaan yang ada). Mereka melihat sistem internasional sebagai untuk sebagian besar merupakan ciptaan barat yang berfungsi mengukuhkan pelbagai realitas yang ada. Jepang adalah contoh negara yang beralih dari negara revisionis menjadi negara yang puas dengan status quo, karena status quo tersebut kini menguntungkan baginya.

Agama

Sering dianggap bahwa agama dapat memiliki pengaruh terhadap cara negara bertindak dalam sistem internasional. Agama terlihat sebagai prinsip pengorganisasi terutama bagi negara-negara Islam, sementara sekularisme terletak yang ujung lainnya dari spektrum dengan pemisahan antara negara dan agama bertanggung jawab atas tradisi Liberal.

Konsep level sub unit atau individu

Level di bawah level unit (negara) dapat bermanfaat untuk menjelaskan pelbagai faktor dalam Hubungan Internasional yang gagal dijelaskan oleh teori-teori yang lain, dan untuk beranjak menjauhi pandangan yang berpusat pada negara (negara-sentris) dalam hubungan internasional.

Page 25: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

Faktor-faktor psikologis dalam Hubungan Internasional - Pengevaluasian faktor-faktor psikologis dalam hubungan internasional berasal dari pemahaman bahwa negara bukan merupakan kotak hitam seperti yang dikemukakan oleh Realisme bahwa terdapat pengaruh-pengaruh lain terhadap keputusan-keputusan kebijakan luar negeri. Meneliti peran pelbagai kepribadian dalam proses pembuatan keputusan dapat memiliki suatu daya penjelas, seperti halnya peran mispersepsi di antara pelbagai aktor. Contoh yang menonjol dalam faktor-faktor level sub-unit dalam hubungan internasional adalah konsep pemikiran-kelompok (Groupthink), aplikasi lain yang menonjol adalah kecenderungan para pembuat kebijakan untuk berpikir berkaitan dengan pelbagai analogi-analogi

Politik birokrat – Mengamati peran birokrasi dalam pembuatan keputusan, dan menganggap berbagai keputusan sebagai hasil pertarungan internal birokratis (bureaucratic in-fighting), dan sebagai dibentuk oleh pelbagai kendala.

Kelompok-kelompok keagamaan, etnis, dan yang menarik diri — Mengamati aspek-aspek ini dalam level sub-unit memiliki daya penjelas berkaitan dengan konflik-konflik etnis, perang-perang keagamaan, dan aktor-aktor lain yang tidak menganggap diri mereka cocok dengan batas-batas negara yang pasti. Hal ini terutama bermanfaat dalam konteks dunia negara-negara lemah pra-modern.

Ilmu, Teknologi, dan Hubungan Internasional—Bagaimana ilmu dan teknologi berdampak pada perkembangan, teknologi, lingkungan, bisnis, dan kesehatan dunia.

Institusi-institusi dalam hubungan internasional

Institusi-institusi internasional adalah bagian yang sangat penting dalam Hubungan Internasional kontemporer. Banyak interaksi pada level sistem diatur oleh institusi-institusi tersebut dan mereka melarang beberapa praktik dan institusi tradisional dalam Hubungan Internasional, seperti penggunaan perang (kecuali dalam rangka pembelaan diri).Ketika umat manusia memasuki tahap peradaban global, beberapa ilmuwan dan teoritisi politik melihat hirarki institusi-institusi global yang menggantikan sistem negara-bangsa berdaulat yang ada sebagai komunitas politik yang utama. Mereka berargumen bahwa bangsa-bangsa adalah komunitas imajiner yang tidak dapat mengatasi pelbagai tantangan modern seperti efek Dogville (orang-orang asing dalam suatu komunitas homogen), status legal dan politik dari pengungsi dan orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan, dan keharusan untuk menghadapi pelbagai masalah dunia seperti perubahan iklim dan pandemik. Pakar masa depan Paul Raskin telah membuat hipotesis bahwa bentuk politik Global yang baru dan lebih absah dapat didasarkan pada pluralisme yang dibatasi (connstrained pluralism). Prinsip ini menuntun pembentukan institusi-institusi berdasarkan tiga karakteristik: ireduksibilitas (irreducibility), di mana beberapa isu harus diputuskan pada level global; subsidiaritas, yang membatasi cakupan otoritas global pada isu-isu yang benar-benar bersifat global sementara isu-isu pada skala yang lebih kecil diatur pada level-level yang lebih rendah; dan heterogenitas, yang memungkinkan pelbagai bentuk institusi lokal dan global yang berbeda sepanjang institusi-institusi tersebut memenuhi kewajiban-kewajiban global.

PBB

(Artikel Utama: PBB) PBB adalah organisasi internasional yang mendeskripsikan dirinya sendiri sebagai “himpunan global pemerintah-pemerintah yang memfasilitasi kerjasama dalam hukum

Page 26: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

internasional, keamanan internasional, perkembangan ekonomi, dan kesetaraan sosial”. PBB merupakan institusi internasional yang paling terkemuka. Banyak institusi legal memiliki struktur organisasi yang mirip dengan PBB.

 Institusi Ekonomi

Bank Pembangunan Asia Dana Moneter Internasional Organisasi Perdagangan Dunia Bank Dunia

Badan Hukum Internasional

Hak Asasi Manusia

European Court of Human Rights Human Rights Committee Inter-American Court of Human Rights Pengadilan Kriminal Internasional Pengadilan Internasonal untuk Rwanda Pengadilan Internasional untuk Bekas Yugoslavia Dewan Hak Asasi Manusia PBB

Hukum

African Court of Justice European Court of Justice Mahkamah Internasional Mahkamah Internasional untuk Hukum Laut

Organisasi tingkat regional

ASEAN Liga Arab Persemakmuran Negara-negara Merdeka Uni Eropa CSCAP GUAM Organisasi untuk Demokrasi dan Pembangunan Ekonomi NATO Organisasi Kerjasama Shanghai SAARC

 SUMBER : http://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_internasional Diposkan oleh Ahmad Kurnia di 8:40 PM 0 komentar Link ke posting ini Label: Komunikasi politik Reaksi: 

Page 27: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

Posting Lama Beranda Langgan: Entri (Atom)

# PENYUNTING

Ahmad KurniaCikarang Barat, Kab. Bekasi, Jawa Barat, Indonesialahir di kota kecil Garut yang saat ini Berprofesi sebagai seorang pendidik sejak tahun 1990 dan saat ini menjadi tenaga pengajar manajemen di STBA-JIA Bekasi, sangat interest terhadap perkembangan pendidikan, Manajemen, komunikasi, manajemen penelitian dan Budaya etnis Nusantara.

Lihat profil lengkapku

ARSIP

►   2007 (7) o ►   September (3)

STIGMA SOSIO-KULTURAL MASYARAKAT Di DAERAH URBAN ...

KURIKULUM MENTORING <!--[if !supportLists]-... o ►   November (4)

BUDAYA ORGANISASI Pendahuluan Sebagian para... Kepemimpinan Abad 21 Uraian dan pemikiran mengen... Perkembangan Paradigma Kepemimpinan : Gaya, Tipolo... Kepemimpinan karismatik kepemimpinan karis...

►   2009 (12) o ►   Maret (1)

Pengertian Kepemimpinan (Leadership) o ►   April (1)

Organisasi dan otoritas o ►   Desember (10)

Rizal Sukma Masuk 100 Pemikir Terkemuka Dunia KARAKTERISTIK SEORANG PEMIMPIN Kepemimpinan : Hakikat, prilaku dan konsep kekuasa... Mati karena tertawa Mengelola Konflik Organisasi Rahasia Bill Gate Dalam Memimpin Microsoft Menjadi pemimpin kharismatik Kepemimpinan dalam Islam

Page 28: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

PEMIMPIN KHARISMATIK ATAU DEMOKRASI NARSISME dalam KEPEMIMPINAN

▼   2010 (32) o ►   Januari (2)

HAL PENTING YANG HARUS DIMILIKI SEORANG PEMIMPIN KUNCI SUKSES PEMIMPIN SUKSES

o ►   Februari (25) Kuatnya Kata-kata Dalam Kepemimpinan Tokoh Sejarah : "Prof Dr A Sartono Kartodirdjo" Max Weber Mochtar Lubis Mohammad Hatta Ibnu Sina KH Ahmad Dahlan Bacharuddin Jusuf Habibie Rene Descartes Jendral Soedirman Jendral Achmad Jani Imam Syafi'i Adam Malik Imam Al-Bukhori RA Kartini Muhammad Rosulullah SAW DR. Muhammad Natsir Ibnu Sina BIOGRAFI AL-FAROBI Amien Rais TAUFIK ABDULLAH Soekarno Al-Kindi Teori Kepemimpinan leader dan follower

o ►   Maret (2) TEORI ORGANISASI HUBUNGAN INTERNASIONAL

o ▼   Mei (3) Budaya organisasi BUDAYA ORGANISASI BUDAYA ORGANISASI DALAM RANGKA MENGHADAPI

PERUBAHA...

KATEGORI

Page 29: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

Budaya organisasi (3) Definisi Leadership (1) humor organisasi (1) karakteristik pemimpin (2) Kepemimpinan (6) kepemimpinan Islam (1) Komunikasi politik (2) Konplik organisasi (1) konsep organisasi garis dan staf (2) Leadership (1) Manajemen haroqi (1) pemimpin kharismatik (3) Prilaku organisasi (1) Tokoh Agung (1) Tokoh budaya (2) Tokoh Filsafat (8) Tokoh organisasi (4) Tokoh sosial-politik (10) Wawasan organisasi (2)

# TOKOH LINK

LINK TUTORIAL

ESQ Way 12 Manage.com

MEDIA ORGANISASI

MEDIA CETAK

Antara Kompas Koran Tempo The Jakarta Post Media Indonesia

- Inspiration Link -

Page 30: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

Republika Suara Pembaruan Sinar Harapan Suara Merdeka Jawa Pos Bisnis Indonesia Suara Karya Harian Analisa Pos Kota detik.com Investor Indonesia Ekonomi Rakyat

MEDIA INTERNASIONAL

Google News Yahoo News A B C News A O L Asahi Shimbun AP News Asia Gateway B B C Bloomberg C N N IHT Reuters New York Times RIA Novosti USA Today Washington Post The Straits Times Interactive The Sidney Morning Herald TIME South China Morning Post HRW

ORGANISASI INTELIJEN

INTERPOL NATO FATF

Intelligence Agencies Link

The Bloody C I A Homeland Security National Counterintelligence Executive

Page 31: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

N S A D I A F B I Secret Service Kantor James Bond MI5 SIS Scotland Yard ACOS IS B N D AIVD C N I mossad Shabak ASIS ASIO NZ-SIS CSIS CISC SVR FSB

# ANGGOTA BLOG

REFERENSI

International Herald TribuneOhMyNews InternationalDaily News & AnalysisFrontline Weekly MagThe New York TimesThe Times of IndiaAl Jazera EnglishMedia IndonesiaOutlook IndiaDetik NewsWikipediaThe HinduThe WeekCNNBBCKompas

Page 32: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

Jawa PosNDTV 24x7RepublikaThe GuardianHindustan TimesReuters - IndiaChannel News AsiaOutlook Weekly MagThe Washington PostSouth Asian Media NetSouth Asia Media WatchThe Jakarta Post Daily

# REFERENSI LINK

Biografi tokoh Buku Budaya Organisasi Buku Kepemimpinan Buku Organisasi Buku Politik

 undi ane bermasalah nih akh…………ga taat, ga perform. Payah !!!”“sebagai jundi antum harus taat akh!!”Mungkin para aktivis dakwah sering mendengar kata-kata tersebut dikeluarkan oleh qiyadah-qiyadah-nya. Bahkan kata-kata tersebut jadi semacam kata-kata sakti seorang qiyadah dakwah. Kita semua sepakat Qiyadah wal jundiyah adalah keniscayaan dalam dakwah. Tanpa qiyadah wal jundiyah amal-amal dakwah tidak akan berjalan. Tapi apakah konsep yang ideal itu telah diterapkan dengan “Benar” dalam aktivitas dan amal kita sehari-hari. Masalah yang terjadi sekarang ini ialah banyak terjadi fenomena “pembangkangan” yang dilakukan oleh aktivis dakwah terhadap jamaah atau qiyadahnya yang mengakibatkan performa jamaah menjadi tidak maksimal. Sebelum membahas itu, kita lihat dulu arti dari qiyadah wal jundiyah. Qiyadah bisa diartikan sebagai kepemimpinan dan jundiyah sebagai pengikut. Maka secara kasar qiyadah wal jundiyah bisa diartikan sebagai hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin. Maka, qiyadah wal jundiyah adalah hubungan timbal balik atau 2 arah antara si pemimpin dengan pengikutnya. Jika ini yang terjadi, Pertanyaannya adalah, ketika seorang qiyadah menuntut haknya kepada pengikutnya, apakah ia telah melaksanakan kewajibannya sebagai seorang qiyadah?Menurut John C Maxwell, seorang leader atau pemimpin adalah “the one who knows the way, shows the way and goes the way” berarti seorang pemimpin adalah orang yang tahu mau dibawa kemana pengikutnya, menunjukkan arah dan jalannya serta pergi bersama pengikutnya menuju tujuan tersebut. Menurut Jack Welch, seorang ahli change management dan mantan CEO General electric, yang dibutuhkan adalah seorang “pemimpin di semua lini yang dapat memompa semangat, membangkitkan

Page 33: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

gairah dan memberi inspirasi. Bukan yang membuat lesu, menimbulkan rasa tertekan dan menebar kontrol” atau kita bisa lihat kriteria pemimpin menurut syaikh Mustapha Mansyur, seorang mursyid am gerakan islam terbesar di dunia, ikhwanul muslimin. Dalam bukunya “al qiyadah wal jundiyah”, ia mengatakan bahwa kriteria seorang qiyadah dakwah adalah :• Ikhlas• Peka terhadap pengawasan dan penjagaan Allah• Selalu memohon pertolongan Allah SWT• Memiliki tanggung jawab untuk menjaga diri dan amanah terhadap apa yang diembannya• Memberikan porsi untuk pendidikan• Menyiapkan regenerasi• Menjalin ukhuwah antar seluruh anggota• Mampu merencanakan program dengan tepat, menentukan tahapan strategi, sumber dana dan mengelola orang sesuai kemampuannya• Membangun iklim saling percaya dan khusnudzon• menyalakan cita-cita, mengukuhkan tekad, dan membangkitkan harapan anggotaatau jika kita liat ciri-ciri seorang pemimpin menurut Peter Drucker (bapak scientific management), seorang leader selain memiliki kapabilitas (pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan kerja yang bagus) ia juga harus memiliki :• memiliki keteguhan hati dan daya tahan yang tangguh• memiliki standar kerja yang tinggi dan mampu memotivasi seluruh jajarannya untuk hanya menghasilkan yang terbaik• berani merekrut orang-orang terbaik menempatkan dan mempertahankan mereka di posisi yang tepat.• Mampu membuat keputusan secara cepat, melaksanakannya dalam kerangka waktu yang ketat, dan mengukur hasilnya.• Memiliki passion terhadap apa yang dikerjakan.• Melakukan segala sesuatu dengan tenang, tak banyak sesumbar.• Rela menyalurkan ambisi untuk kemajuan organisasi, bukan pribadi.• Hanya bersandar pada inspired standard dalam memotivasi Jim collins dalam bukunya Good to great, menyatakan bahwa seorang pemimpin level-5 atau seorang pemimpin hebat (great leader) adalah seorang pemimpin yang bisa membangun kehebatan yang bertahan lama lewat bauran paradoks dari kerendahan hati pribadi dan kemauan professional.Karena jundi kita adalah kaca diri kita, maka jika kita protes kalau jundi atau staf kita tidak taat dan tidak bekerja sesuai yang kita inginkan, kita harus berkaca pada diri kita, apakah kita juga telah memenuhi kriteria seorang pemimpin yang disebutkan para pakar leadership diatas? Apakah kita telah memaparkan visi kita dengan baik kepada jundi kita sehingga mereka punya arahan dan tujuan yang jelas dalam beramal? Seringkali yang kita berikan adalah rincian tugas, bukan visi. Bahkan seringkali kita mengatur hal-hal teknis yang harus dilakukan seorang jundi dalam mengerjakan amanahnya. Sehingga jundi-jundi kita didik untuk menjadi seorang robot yang hanya menjalankan perintah, bukan seorang pemimpin-pemimpin baru yang kreatif dalam mengerjakan amanah dan mencapai tujuan jamaah. Maka, Mulai sekarang yang kita berikan adalah apa yang ingin kita capai, bukan apa yang harus dia kerjakan. Kita biarkan jundi-jundi kita berkreasi untuk mencapai visi bersama yang telah ditentukan

Page 34: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

bersama sejak awal, jadi walaupun kontrol tetap kita lakukan namun jundi-jundi kita tetap bisa bebas berekspresi dalam bergerak. Seringkali karena kita berada di posisi puncak dan didukung oleh jamaah, kita menganggap jundi kita sebagai robot yang siap diperintah sesuka hati kita. Kita lupa jika seorang jundi juga seorang manusia yang mempunyai hati. Ia butuh sentuhan personal, ia butuh didengarkan dan juga ia butuh dihargai eksistensinya sebagai seorang manusia. Kita tidak boleh menjadi seorang pemimpin berhati es yang tidak pernah mendengarkan jundi kita. Yang menutup kuping terhadap keluhan dan kesulitan jundi kita. Menjadi seorang otoriter dengan berlindung dibalik alasan kepentingan dakwah dan koordinasi. Tetapi kita harus menjadi seorang pemimpin yang hangat. Yang mau mendengarkan keluhan dan kesulitan jundi kita. Seorang pemimpin yang menghargai sang jundi sebagai manusia dengan mengajak mereka berdiskusi tentang hal-hal yang berkaitan dengan organisasi terutama jika keputusan itu berkaitan dengan dirinya secara langsung. Sudahkah kita?Apakah rapat dan syuro yang kita lakukan bersama jundi kita merupakan sebuah sarana mencari solusi bersama atau hanyalah ajang sosialisasi kebijakan? Jika merupakan sarana mencari solusi bersama, maka kita harus mendengarkan pendapat jundi-jundi kita dengan baik dan menggunakannya sebagai sebuah opsi solusi. Karena, bagaimanapun merekalah orang-orang yang paling mengerti kondisi di lapangan. Jika rapat dan syuro kita hanya sebagi ajang sosialisasi kebijakan, cukup dengarkan pendapat mereka dan lupakan!!! Kemudian kita berikan pendapat kita dan sahkan sebagai sebuah keputusan yang harus mereka taati.Jika hal-hal diatas telah kita lakukan, maka tak ada alasan pembangkangan yang dilakukan oleh jundi dan bawahan kita. Semoga ini akan membuat kita semua belajar untuk lebih baik lagi.Kita harus banyak belajar untuk saling menghargai……….kerja besar untuk perubahan besar”

uhiyah, Bekal Berdakwah

Fiqih Dakwah18/4/2007 | 01 Rabiuts Tsani 1428 H | Hits: 9.424Oleh: Dr. Attabiq Luthfi, MA

Ruhiyah adalah bekal yang terbaik bagi setiap muslim, terutama bagi seorang da’i. Ruhiyah inilah yang akan memotivasi, menggerakkan dan kemudian menilai setiap perbuatan yang dilakukannya.. Keberadaan ruhiyah yang baik dan stabil menentukan kualitas sukses hidup seseorang, demikian juga dengan dakwah. Sangat tepat ungkapan yang menyatakan, “Ar-Ruhiyah qablad dakwah kama Annal Ilma qablal qauli wal amal”. Ungkapan ini merupakan “iqtibas” dari salah satu judul bab dalam kitab shahih Al-Bukhari, “Berilmu sebelum berbicara dan beramal, demikian juga memiliki ruhiyah yang baik sebelum berdakwah dan berjuang”.

Dalam konteks dakwah, menjaga dan mempertahankan ruhiyah harus senantiasa dilakukan sebelum beranjak ke medan dakwah, sehingga sangat ironis jika seseorang berdakwah tanpa mempersiapkan bekal ruhiyah yang maksimal, bisa jadi dakwahnya akan ”hambar” seperti juga ruhiyahnya yang sedang ”kering”. Allah swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman,

Page 35: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

ruku’lah kalian bersama-sama, sujudlah dan sembahlah Tuhanmu, kemudian lakukanlah amal kebaikan, dan berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benar jihad”. (Al-Hajj: 77-78)

Menurut susunannya, ayat di atas memuat perintah Allah kepada orang-orang yang beriman berdasarkan skala prioritas; diawali dengan perintah menjaga dan memperbaiki kualitas ruhiyah yang tercermin dalam tiga perintah Allah: ruku’, sujud dan ibadah, kemudian diiringi dengan implementasi dari ruhiyah tersebut dalam bentuk amal dan jihad yang benar. Yang diharapkan dari menjalankan perintah ayat ini sesuai dengan urutannya adalah agar kalian meraih kemenangan dan keberuntungan dalam seluruh aspek kehidupan, terlebih urusan yang kental dengan ruhiyah yaitu dakwah. Tentunya susunan ayat Al-Qur’an yang demikian bijak dan tepat bukan semata-mata hanya memenuhi aspek keindahan bahasa atau ketepatan makna, namun lebih dari itu, terdapat hikmah yang layak untuk digali karena susunan ayat atau surah dalam Al-Qur’an memang bersifat “tauqifiy” (berdasarkan wahyu, bukan ijtihad).

Peri pentingnya ruhiyah dalam dakwah dapat dipahami juga dari sejarah turunnya surah Al-Muzzammil. Surah ini secara hukum dapat dibagikan menjadi dua kelompok; kelompok yang pertama dari awal surah hingga ayat 19 yang berisi instruksi kewajiban shalat malam dan kelompok kedua yang berisi rukhshah dalam hukum qiyamul lail menjadi sunnah mu’akkadah, yaitu pada ayat yang terakhir, ayat 20. Bisa dibayangkan satu tahun lamanya generasi terbaik dari umat ini melaksanakan kewajiban qiyamul lail layaknya sholat lima waktu semata-mata untuk mengisi dan memperkuat ruhiyah mereka sebelun segala sesuatunya. Baru di tahun berikutnya turun rukhshah dalam menjalankan sholat malam yang merupakan inti dari aktivitas memperkuat ruhiyah. Hal ini dilakukan, karena mereka memang dipersiapkan untuk mengemban amanah dakwah yang cukup berat dan berkesinambungan.

Pada tataran aplikasinya, stabilitas ruhiyah harus diuji dengan dua ujian sekaligus, yaitu ujian nikmat dan ujian cobaan atau musibah. Karena bisa jadi seseorang mampu mempertahankan ruhiyahnya dalam keadaan susah dan banyak mengalami ujian dan cobaan, namun saat dalam keadaan lapang dan senang, bisa saja ia lengah dan lupa dengan tugas utamanya. Inilah yang dikhawatirkan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya, “Bukanlah kefaqiran yang sangat aku khawatirkan terjadi pada kalian, tetapi aku sangat khawatir jika (kemewahan, kesenangan) dunia dibentangkan luas atas kalian, kemudian karenanya kalian berlomba-lomba untuk meraihnya seperti yang pernah terjadi pada orang-orang sebelum kalian. Maka akhirnya kalian binasa sebagaimana mereka juga binasa karenanya”. (Bukhari dan Muslim). Maka seorang mukmin yang kualitas ruhiyahnya baik adalah yang mampu mempertahankannya dalam dua keadaan sekaligus. Demikianlah yang pernah Rasulullah isyaratkan dalam sabdanya, “Sungguh mempesona keadaan orang beriman itu; jika ia mendapat anugerah nikmat ia bersyukur dan itu baik baginya. Namun jika ia ditimpa musibah ia bersabar dan itu juga baik baginya. Sikap sedemikian ini tidak akan muncul kecuali dari seorang mukmin”. (Al-Bukhari)

Dalam konteks ini, contoh yang sempurna adalah Muhammad saw. Beliau mampu memelihara stabilitas ruhiyahnya dalam keadaan apapun; dalam keadaan suka dan duka, senang dan sukar, ringan dan berat. Justru, semakin besar nikmat yang diterima seseorang, mestinya semakin bertambah volume syukurnya. Semakin besar rasa syukurnya, maka akan semakin tinggi voltase dakwahnya. Begitu seterusnya sehingga wajar jika Rasulullah tampil sebagai abdan syakuran. Karena memang demikian jaminan Allah swt, “Barangsiapa yang bersyukur, maka pada

Page 36: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

hakikatnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya” (Luqman: 12). Orang yang bersyukur akan memperoleh hasil syukurnya, yaitu kenikmatan ruhiyah yang ditandai dengan hidup menjadi lebih bahagia, tenteram dan sejahtera. Karena bersyukur hakikatnya adalah untuk dirinya sendiri.

Dan ternyata kesuksesan dakwah Rasulullah saw yang diteruskan oleh para sahabatnya sangat ditentukan –selain dari pertolongan Allah- dengan kekuatan ruhiyahnya. Selain dari qiyamul lail yang menjadi amaliyah rutin sepanjang masa, cahaya Al-Qur’an juga senantiasa menyinari hatinya. Allah swt menegaskan dalam firman-Nya, “Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Ia dibawa turun oleh Ar-ruhul Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan”. (Asy-Syu’ara’: 192-194). Demikian persiapan Muhammad sebelum menjadi Rasul yang akan memberi peringatan yang merupakan tugas yang berat dan mengandung resiko adalah dengan dibekali Al-Qur’an yang akan senantiasa mengarahkan hatinya.

Dalam hal ini, Dr. Yusuf Al-Qaradawi pernah menyatakan dengan tegas rahasia kekuatan Al-Qur’an, “

والعقول القلوب به تحيا رباني روح القرآن

“Al-Qur’an adalah kekuatan Rabbani yang akan menghidupkan hati dan pikiran”. Al-Qur’an akan senantiasa memancarkan kekuatan Allah yang akan kembali menghidupkan hati dan pikiran yang sedang dirundung duka dan kemaksiatan. Kekuatan nabi Muhammad sendiri ada pada kekuatan hatinya yang senantiasa dicharge dengan cahaya Al-Qur’an. Dan demikian seharusnya, kekuatan dakwah seseorang ditentukan oleh kekuatan ruhiyahnya, bukan dengan aspek secondary dan formalitas lainnya.

Pada masa yang sama, agar ruhiyah tetap stabil terpelihara, maka harus dijaga dengan banyak beramal, meskipun hanya sedikit. Karena amal yang terbaik menurut Rasulullah saw adalah amal yang berkesinambungan, “Sebaik-baik amal adalah yang berkesinambungan meskipun sedikit demi sedikit”. (Tirmidzi). Dalam konteks ini, Inkonsistensi ruhiyah pernah ditegur oleh Rasulullah saw, “Janganlah kamu seperti si fulan; dahulu ia rajin qiyamul lail, kemudian ia tinggalkan”.

Penguatan aspek ruhiyah sebelum yang lainnya pada hakikatnya merupakan bentuk kewaspadaan seorang mukmin di hadapan musuh besarnya yaitu setan yang seringkali bergandeng bahu dengan manusia untuk melancarkan serangannya dan merealisasikan misinya. Tepat ungkapan Prof. Muhammad Mutawlli Asy-Sya’rawi:.

لالنسان الضعف نقطة من الشيطان يأتى

“Setan akan senantiasa mengintai dan mencari titik lemah manusia”. Dengan licik dan komit, setan senantiasa mengincar kelemahan manusia tanpa henti, karena ia tahu bahwa setiap manusia memiliki kelemahan dan oleh karenanya manusia diperintahkan untuk berlindung hanya kepada Allah dengan memperkuat aspek ruhiyahnya.

Page 37: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

Demikianlah, aspek ruhiyah selalu menjadi potensi andalan para pemimpin dakwah yang telah menoreh tinta emas dalam sejarah dakwah ini. Mereka adalah orang-orang yang terbaik dalam kualitas ruhiyah dan amalnya. “Ruhbanun bil Lail wa Fursanun bin Nahar”. Bisa jadi kelemahan dan kelesuan dakwah memang berpangkal dari kelemahan dan kelesuan ruhiyah. Saatnya para da’i menyadari urgensi ruhiyah sebelum amal dakwah dengan memberi perhatian yang besar tentang aspek ini dalam pembinaan. Karena demikianlah memang dakwah mengajari kita melalui generasi terbaiknya. Wallahu ‘alam bis shawab

Beri Nilai Naskah Ini:

(16 orang menilai, rata-rata: 9,25 dalam skala 10)

 Loading ...

Naskah Terkait Sebelumnya:

Biografi Empat Pemimpin Dakwah Teladan Dakwah Tidak Dapat Dipikul Orang Manja Kisah Dakwah Nabi Nuh Menjadi Pelopor Kebajikan Kami Adalah Dai

Pembaca Naskah Ini, Juga Membaca:

Kekuatan Ruhiyah Seorang Dai Gaza Bermanuver Sambut Armada Kebebasan Langkah-Langkah Cerdas Dalam Berdakwah Ilmuwan Muda RI Raih Penghargaan Internasional IEEE Bekal Utama Aktivis Dakwah

CSUI05 Home About Archives

Oct 15

Berbagi.. Beberapa Ciri Rumah Tangga Islami

Page 38: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

Posted by lenidisini

Assalammu’alaikum wr. wb.

Semoga artikel yang di-kopas dari sini bisa bermanfaat. Maaf yah kalo temanya dirasa agak gimana gitu, cuman persiapan itu penting, kan?

Beberapa Ciri Rumah Tangga Islami

Pemateri: Ustz. Vivi (id: hifizahn)

*disampaikan di Kajian Muslimah Online, Senin, 22 Jan 2007

Rumah Tangga Islami merupakan dambaan bagi setiap insan yang menginginkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Sayangnya, banyak orang yang ingin mendapatkan hasil tanpa mau membayar harganya. Membangun rumah tangga islami memerlukan kerja keras dari seluruh anggota keluarga, yang dikomandani oleh suami dan isteri sebagai pemimpin di dalam rumah tangga.

Yang dimaksud dalam rumah tangga Islami adalah :

Rumah tangga yang di dalamnya ditegakkan adab-adab Islam, baik menyangkut individu maupun keseluruhan anggota rumah tangga. Rumah tangga Islami adalah rumah tangga yang didirikan atas landasan ibadah. Mereka bertemu dan berkumpul karena Allah, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, serta saling menyuruh kepada kebaikan dan mencegah keburukan karena cinta mereka kepada Allah.

Konsep ideal ini sepintas sulit untuk diwujudkan, tetapi insya Allah seiring dengan berjalannya proses belajar bagi suami, isteri dan seluruh anggota keluarga, rumah tangga seperti ini akan bisa terwujud.

Berikut ini beberapa ciri rumah tangga Islami:

1. RT didirikan dengan berlandaskan ibadah.

Ini dimulai dari sebelum pernikahan berlangsung, bahkan sejak kedua belah pihak memilih pasangan. Proses yang berlangsung mulai dari memilih pasangan, meminang sampai dengan pernikahan sebaiknya tidak dikotori oleh maksiat kepada Allah. Hal ini sangan berpengaruh dalam membangun rumah tangga yang diliputi dalam suasana ibadah. Dengan berpijak pada ibadah, insya Allah permasalahan apapun akan mudah diselesaikan, karena keduanya tunduk pada aturan Allah.

2. Nilai-nilai islam dapat terinternalisasi secara menyeluruh kepada setiap anggota keluarga.

Peran ayah dan ibu sangat penting untuk menurunkan nilai-ilai islam ini kepaa anak-anak. Oleh karena itu, selain ayah dan ibu harus terus menerus belajar menyerap nilai-nilai islam ini ke

Page 39: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

dalam sikap dan tingkah lakunya, menjadi kewajiban mereka juga untuk mengajarkan hal ini kepada seluruh anggota keluarga yang lainnya. Termasuk khodimat/asisten rumah tangga. Ayah yang menjadi direktur yang menerapkan kebijakan-kabijakan islami dalam rumah tangga, ibu sebagai manajer yang mencari cara agar kebijakan tersebut bisa diterapkan di rumahtangganya.

3. Hadirnya Qudwah/teladan yang nyata

Hal ini perlu dilakukan oleh pemimpin dalam rumah tangga. Terutama penting bagi anak-anak. Mereka perlu contoh yang nyata dalam menerapkan nilai-nilai islam dalam kehidupan sehari-hari. Inilah kewajiban orang tua yang akan dimintakan pertanggungjawabannya di akhirat nanti.

4. Terbiasa saling tolong menolong dalam menegakkan adab-adab Islam.

Setiap anggota keluarga memiliki kewajiban untuk membiasakan diri saling tolong menolong dalam hal ini. Misalnya memberi nasihat dengan cara yang baik kepada anggota keluarga yang melakukan kesalahan. Mengingatkan untuk sholat atau berdoa sebelum memulai suatu pekerjaan. Juga adab mengucapkan terima kasih / jazaakallah khoiran atas pertolongan setiap anggota baik kepada yang masih kecil maupun yag sudah besar.

5. Rumah terkondisi bagi terlaksananya peraturan Islam.

Dalam hal disain rumah, perlu diperhatikan aturan-aturan khusus yang dapat menjamin terlaksananya adab-adab pergaulan dalam Islam. Misalnya kamar ayah-ibu yang terpisah dengan anak-anak, kamar anak laki-laki yang terpisah dengan kamar anak perempuan.Hal ini untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam perilaku sang anak. Juga untuk mengajarkan adab-adab pergaulan dengan setiap anggota keluarga.

6. Tercukupinya kebutuhan materi secara wajar

Ini menjadi tanggung jawab sang ayah untuk mencukupi kebutuhan materi untuk membangun keluarga Islami. Bukan hanya sandang, pangan dan papan, tetapi juga sarana pendidikan islami, seperti perpustakaan keluarga, juga bisa tercukupi. Kalau mau yang ideal, termasuk di dalamnya terpenuhinya kebutuhan pendidikan sekolah yang bagus dan bermutu bagi anak-anak.

7. Rumah tangga dihindarkan dari hal-hal yang tidak sesuai dengan semangat islam

Misalnya benda-benda klenik yang dapat merusak aqidah setiap anggota keluarga. Tontonan atau bacaan hiburan yang dapat merusak aqidah dan akhlak anak-anak. Hal ini perlu menjadi perhatian orang tua yang ingin mewujudkan rumah tangga islami.

8. Anggota keluarga terlibat aktif dalam pembinaan masyarakat.

Lingkungan memiliki pengaruh yang besar bagi seluruh anggota keluarga. Bila ayah atau ibu tidak berperan aktif membina masyarakat, dan membiarkan masyarakat melakukan perbutan yang tidak sesuai dengan Islam, kemungkinan besar angota keluarga terlarut dalam kondisi masyarakat tersebut.

Page 40: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

9. Rumah Tangga dijaga dari pengaruh yang buruk

Bila hidup ditengah masyarakat yang sangat rusak, dan dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap aqidah dan perilaku anak, sementara upaya perbaikan sudah tidak dapat dilakukan, maka “pindah” menjadi suatu hal yang perlu dipertimbangkan oleh keluarga ini.

10. Masing-masing anggota keluarga harus diposisikan sesuai syariat.

Isteri menghormati suami sebagai pemimpin dan mengambil keputusan. Suami menyayangi dan menghargai siteri dengan cara mengajaknya bermusyawarah atas segala keputusan. Sang adik diajarkan untuk menghormati kakak, sang kakak diajarkan untuk menyayangi adik. Semuanya harus sesuai dengan apa yang diajarkan dalam Islam.Bila ada khodimat, anak-anak diajarkan untuk mengormati khodimat dan menghargai jasanya dalam membantu mengurus rumah tangga.

 

 ***

Ada beberapa hal tambahan, terutama bagi yang belum menikah. Apa yang perlu dipersiapkan? Ada beberapa poin, yaitu:

1. Persiapan ruhiyah : tentang menyadari bahwa menikah itu adalah ibadah, tentang adab berkeluarga

2. Persiapan fikriyah : menyiapkan ilmu tentang pernikahan, membaca buku-buku tentang fikih nikah, ilmu mendidik anak, hak dan kewajiban dalam keluarga

3. Persiapan psikologis : siap menghadapi dan memahami perbedaan

4. Persiapan fisik

ira2 saya sudah siap belum   yah???

Filed Under: Islam, My Short Story, Pernikahan, my artikel by Ahmad Shadiqin — 1 Comment19 January 2009

  Versi Nikah-ku (Insya Allah)

Pernikahan Suci yang Islami tentu saja hal ini adalah impian banyak orang. Lalu, apa saja yang perlu disiapkan?

Page 41: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

1. Persiapan RuhiyahSasaran: mengambil posisi sedekat mungkin dengan Allah swtTujuan: mensucikan jiwa sehingga niat nikah yang sempurna hanya karena menginginkan ridha Allah

Perangkat: kerendahan dan ketaatan di hadapan Allahlangkah-langkah:- banyak berdzikir- banyak bertaubat- shalat tepat waktu dengan khusyu’- shalat tahajjud setiap malam- tadarrus Al Quran- berpuasa sunnah

2. Persiapan Aqliyah (keilmuan)sasaran: menguasai informasi sebanyak mungkin tentang kenapa manusia harus menikah, dan segala persoalan yang melingkupinya di dunia serta konsekuensinya di akhirattujuan: memiliki road map yang lengkap menuju kesuksesan pernikahan dunia-akhiratperangkat: Al Quran, Sunnah Rasulullah saw, kisah pernikahan shahabat dan shahabiyah Rasulullah sawaction: memperbanyak membaca, mendengar, bertanya, dan mendiskusikan informasi-informasi tentang hal ini dengan orang-orang berilmu, dalam majelis yang diadakan khusus.

3. Persiapan Syu-uriyah (emosional dan mental)sasaran: mencapai keseimbangan mental dan emosional agar tetap fokus pada tujuan besar acara pernikahan, yaitu meraih ridha Allah, sehingga tidak mudah tergoda untuk melakukan kegiatan yang sia-sia atau mubadzir di mata Allah, dan tidak mudah terguncang oleh berbagai ‘insiden’ yang biasanya menjadi kerikil di sekitar hari-H pernikahan, dan sesudahnya.tujuan: memelihara silaturrahim dengan sesama manusia, terutama dengan ibu, ayah, saudara, tetangga, dll.perangkat: akhlak mulia kepada siapapunaction: selalau sensitif atas kehadiran siapapun di sekitar kita, karena biasanya, menjadi calon pengantin membuat kita merasa paling penting dan urusan orang lain menjadi kurang penting.

4. Persiapan Jismiyahsasaran: mencapai kondisi fisik terbaik menjelang pelaksanaan pernikahan dengan niat agar bisa melaksanakan ibadah kepada Allah dg sempurnatujuan: melaksanakan pernikahan dengan lancar tanpa gangguan kesehatanperangkat: makanan dan minuman yg halal, bergizi, tidak memicu timbulnya penyakit dan tidak berlebihan. Olah raga yang terprogram dan teratur.

5. Persiapan Walimahsasaran: mempersiapkan kepanitiaan serapi dan seefisien mungkintujuan: pernikahan berlangsung lancar dan khidmat, mengajak semua yang hadir berendah hati kepada Allahperangkat: sahabat dan kerabat

Page 42: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

ada yang  mau nambahin???

Tags: nikah, pasca kampus, persiapanComment

Menikah…..

Filed Under: Pernikahan by Ahmad Shadiqin — Leave a comment20 October 2008

Oleh: DR. Amir Faishol Fath

“MENIKAH”

Kita hidup di zaman yang mengajarkan pergaulan bebas, menonjolkan aurat, dan mempertontonkan perzinaan. Bila mereka berani kepada Allah dengan melakukan tindakan yang tidak hanya merusak diri, melainkan juga menghancurkan institusi rumah tangga, mengapa kita takut untuk mentaati Allah dengan membangun rumah tangga yang kokoh? Bila kita beralasan

ada resiko yang harus dipikul setelah menikah, bukankah perzinaan juga punya segudang resiko? Bahkan resikonya lebih besar. Bukankankah melajang ada juga resikonya?

View full article »

Read   More   &   Comment

Menanti Kehadiran Sang “Jundi   Kecil”

Filed Under: My Short Story, Pernikahan by Ahmad Shadiqin — 1 Comment27 March 2008

Dua hari yang laluSaya mendapat kabar dari seorang teman satu perjuanganSeperti ini pesannya :“Assalamu’alaikum. ..kabar terbaru dari njum…bulan ini istri njum telat ke bulan (eh telat dtg bulan deng)….beberapa hari setelah telat,,,kita sepakat buat periksa….dan hasil dari pemeriksaan oleh bidan setempat…adalah. ..ternyata,,,eh ternyata….

Page 43: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

ALHAMDULILLAH. …(+)terhitung bulan ini usianya baru sekitar sebulan kurang…dan setelah di forecast pake Analisis Deret Waktu diprediksi dalam selang bulan November-Desemberkelahirannya. ..asumsi umur kandungan sekitar 9 bln 10 hari…NB:ada usulan nama?? klo ada silakan kasih tau aja….Makasih…itu kabar terbaru Njum&Istri”

Yah, menanti kehadiran sang buah hati memang anugrah terindah untuk kedua pasangan suami istri. Akhirnya puisi berikut semoga menjadi inspirasi…..

Menanti Sang Buah Hati

kehadirannya sangat di nantimemberikan senyum kebahagiaan tersendirimeletupkan semangat yang berapi-apisubhanallah,betapa rindu hati inimenanti sang buah hati tercintagenerasi penerus perjuangan panji Ilahi Rabbikami merindukanmu duhai mujahidkuatkan kami dalam jalan terbaik inikami akan terus dan terus menentramkan hatiuntuk senantiasa bersabar atas setiap ujian yang datang menghampiriselalu bersyukur atas setiap rezeki pemberian-Nya yang tiada hentidan ikhlas atas kehendak Ilahikarena kami yakin bahwa putusan Allah ta’ala adalah yang terbaikasa kami mengharap deras tiada hentisemoga kau segera hadir sebagai buah cinta kamicinta yang kami persembahkan hanya untuk-Nya Yang Maha Segalamenemani hari-hari dalam perjalanan panjang perjuangan meraih ridho Allah

Comment

Untuk Calon   Istriku

Filed Under: Pernikahan by Ahmad Shadiqin — Leave a comment16 February 2008

Page 44: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

Assalammu’alaikum Wr… Wb…

Apa kabar calon istriku? Hope u well and do take care…Allah selalu bersama kita

Ukhtiku…Masihkah menungguku…?

Hm… menunggu, menanti atau whatever-lah yang sejenis dengan itu kata orang membosankan. Benarkah?!Menunggu…Hanya sedikit orang yang menganggapnya sebagai hal yang ‘istimewa’Dan bagiku, menunggu adalah hal istimewaKarena banyak manfaat yang bisa dikerjakan dan yang diperoleh dari menungguMembaca, menulis, diskusi ringan, atau hal lain yang bermanfaat

View full article »

Kamis, 09 Juli 2009

Persiapan Puasa bagi Anak-anak

Bulan Romadhon adalah bulan yang dinanti-nanti oleh umat Islam. Bulan utama dibandingkan bulan-bulan yang lain. Dalam bulan inilah Allah Azza wa Jalla memberikan berbagai keberkahan dan kemudahan. Inilah syahrul mubarokah (bulan berkah) karena merupakan bulan yang penuh berkah. 10 hari pertama Allah SWT mengucurkan rahmatnya (sehingga juga disebut syahrur rahmat/bulan penuh rahmat), 10 hari kedua Allah SWT memberikan maghfirohNya (ampunanNya) sehingga bisa disebut syahrul maghfiroh/bulan pengampunan, 10 hari ketiga Allah SWT memelihara manusia dari siksa api neraka. Di salah satu malamnya, Allah adakan Lailatul Qodar. Pahala sunnah (ibadah yang disunnahkan) sama pahalanya dengan ibadah wajib. Sedangkan pahala wajib dilipatgandakan menjadi 70 kali lipat.

Page 45: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

Seolah-olah Allah hamparkan beragam kesempatan dan tinggallah kita sebagai hambaNya mau atau tidak mereguk dan meraih semua bentuk kasih sayang Allah tersebut. Bagi hamba Allah yang dengan segala keikhlasan dan kesadarannya, ia akan peroleh janji Allah. Dan bagi sebagian hamba Allah yang lupa maka mereka tidak akan temui keberkahan bulan ini. Jadilah bulan Romadhon sekarang berlalu seperti Romadhon yang lalu. Waktu terus berlalu, umurpun bertambah serta duniapun semakin tua untuk ditinggali. Allahu Akbar!

Bulan Romadhon pun juga sering disebut syahrut tarbiyah/bulan training. Kita dilatih untuk tidak makan, minum, dan menahan hawa nafsu sejak fajar hingga terbenam matahari. Bahkan kita ditraining untuk tidak manja dengan suasana musim. Karena bulan Romadhon kadang datang di berbagai musim yang berbeda. Umat Islam juga tidak diperbudak oleh kebiasaan. Karena dapat berlatih menahan hawa nafsu buruk (marah, bohong, menyakiti orang lain). Syahruth-tha’at (bulan taat) sebutan lainnya. Bulan melatih ketaatan kepada perintah dan larangan Allah. Yang terakhir sebutannya adalah syahrul A-Qur’an (bulan Al-Qur’an) bulan dimana awal turunnya Al-Qur’an. Pedoman hidup, cahaya penerang, obat/penyembuh penyakit dan sebagai pembeda antara yang hak/benar dengan yang batil/buruk-salah.

Begitu banyak manfaat dan keutamaan bulan Romadhon sehingga Rasulullah SAW dan para sahabat mempersiapkan diri dengan serius. Ada masa warming upnya. Dua bulan sebelum bulan Romadhon yaitu bulan Rajab dan Sya’ban, para sahabat dan para ulama telah melatih diri dengan memperbanyak shoum/puasa sunnah. Semangat berinfaq dan beribadah semakin mengental dalam kehidupan sehari-hari.

Ibarat lampu teplok, di bulan Rajab semprong lampu dan tempat minyaknya dibersihkan dan di bulan Sya’ban diisi dengan minyak, sumbunya diganti sehingga ketika bulan Romadhon datang lampu teplok bisa menyala dengan baik dan lama. Dengan kata lain, harus ada warming up dan persiapan luar dalam.

Apa yang perlu kita siapkan? Pertama, mungkin mempersiapkan fisik/jasad. Yaitu kalau punya penyakit berobatlah, latihan shoum sunnah. Rumah harus dibersihkan, dicat. Bahkan lantainya bukan hanya dipel tapi disikat. Juga berbelanja sebaiknya dilakukan sebelum Romadhon terutama yang tahan lama. Untuk persiapkan ruhiyah, sebaiknya kita mulai melatih bangun malam (qiyamulail – sholat tahajud) agar tidak kesiangan bangun sahur. Sesudah sholat subuh diusahakan untuk memegang dan mambaca Al-Qur’an terlebih dahulu sebelum memegang yang lain. Mulailah kita belajar kembali mengenal pelafan huruf-huruf Al-Qur’an. Semakin lancar dalam membaca Al-Qur’an tentulah semakin mudah untuk berinteraksi dengan pedoman hidup kaum muslimin tersebut.

Page 46: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

Menjauhkan diri dari kebiasaan yang bernilai syirik/menduakan Allah SWT. Juga saling memaafkan dari segala kesalahan sesama manusia. Terutama kepada orang tua, suami/istri, anak dan khodimah/pembantu tumah tangga dan kemudian kerabat serta handai tolan. Secara sederhana begitulah gambaran yang perlu kita persiapkan.

Tapi, bagaimana dengan anak-anak kita? Apakah yang perlu kita kerjakan dan persiapkan buat mereka ketika Romadhon menjelang? Apakah sudah kita (orang tua) mengetahui perkembangan terakhir fisik dan emosi si anak? Ataukah selama ini kita lebih sibuk mempersiapkan sesuatu buat anak yang berkaitan dengan lebaran semata? Ataukah (mudah-mudahan tidak) selama ini kita tidak pernah memikirkan untuk mensosialisasikan suasana shoum kepada sang anak?

Membiasakan Anak Shoum/Puasa Sejak Dini

Anak yang sholih dan sholihah adalah aset yang berarti bagi kedua orang tuanya, bagi ummat maupun bagi masa depan Islam. Ummat Islam membutuhkan generasi yang berdaya guna, yang terus berprestasi menyempurnakan bangunan Islam. Anak yang sholih dan sholihah adalah anak-anak yang sejak usia dini jiwanya dipenuhi dengan bimbingan keimanan. Anak sejak usia dini ditempa dengan akhlaqul karimah (akhlak yang baik). Yang makan dengan makanan halalan thoyyiban (halal dan baik), menerapkan pola hidup sehat dengan berolah raga dan hidup bersih. Yang akalnya diasah dengan ilmu yang berguna untuk dunia dan akhirat. Yang tumbuh dengan bi’ah sholihah (lingkungan yang sholih). Dan tentu saja anak yang sholih dan sholihah adalah anak-anak yang diusianya dini telah diakrabkan dengan aktivitas ibadah ilaLloh (kepada Allah).

Allah Maha Besar dan Maha Mengetahui. Maka didatangkanlah kepada manusia satu bulan yang luar biasa. Bulan Romadhon. Bulan yang baik bagi pengkondisian pembentukan anak yang sholih dan sholihah. Ini merupakan kesempatan baik untuk lebih dekat pada anak dan mensyiarkan/menyebarkan misi Rasulullah saw.

Kata Rasulullah saw bersabda: ”Ajarilah anak-anakmu sholat pada usia 7 tahun dan pukullah pada usia 10 tahun dan pisahkanlah tempat tidurnya.” Abdullah Nashih ’Ulwan, seorang ulama pakar pendidikan dalam bukunya Tarbiatul aulad fil Islam (Pendidikan Anak dalam Islam) mengatakan bahwa perintah mengajar sholat ini dapat disamakan untuk ibadah lainnya seperti shoum. Proses pelatihan ini dapat saja dimulai lebih dini (kurang dari 7 tahun). Begitu pula jika kita lihat kisah para sahabat Rasulullah saw yang melatih anak-anaknya shoum hingga mereka perlu memboyongnya ke mesjid dan dihibur dengan mainan dari bulu bila anak-anak tersebut merengek minta makan. Meski hal ini tidak mendapat ketegasan dari Rasulullah berupa anjuran atau pelarangan tetapi tetap dapat dijadikan

Page 47: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

sebagai contoh betapa para sahabat sangat serius mendidik anak mereka beribadah dengan metode pembiasaan anak sejak dini dengan kegiatan ibadah.

Kaidah Melatih Anak Shoum

Dalam mendidik anak shoum di usia dini ini ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus terutama oleh pendidik dalam hal ini ibu dan bapak.

Pertama, anak-anak khususnya balita masih dalam proses tumbuh kembang. Supaya diperhatikan agar proses shoum tidak mengabaikan suatu kenyataan bahwa anak-anak terutama balita harus diperhatikan kebutuhan gizi dan tidur selama pelatihan berlangsung. Karena bila diabaikan kegiatan pelatihan ini bukan lagi bernama pendidikan tapi penganiayaan (pendzaliman) anak-anak yang dapat berakibat mengganggu proses tumbuh kembangnya.

Kedua, harus dipahami bahwa kegiatan ini adalah sebuah pelatihan, pengkondisian, pembiasaan, dan penyiapan anak agar akrab dengan aktifitas ibadah. Bukan sesuatu yang final sehingga kebijaksanaan yang diterapkan harus tetap fleksibel tergantung pada keadaan anak, umur, fisik, dan psikologisnya. Pendidik sebaiknya tidak menyarankan untuk shoum sampai jam tertentu, tapi bisa dilihat dan dicek sesuai dengan keadaan anak.

Ketiga, pendidik sebaiknya bersungguh-sungguh dalam niat dan azamnya (tekad) menerapkan pelatihan ini semata-mata karena Allah Azza wa Jalla bukan karena agar tidak malu bila ditanya teman: apakah balitanya shoum? Atau dapat berapa hari shoum anaknya?

Keempat, pendidik juga sebaiknya meluangkan waktu yang cukup untuk menemani anak dan memprioritaskan pelatihan shoum ini dibandingkan kegiatan lain.

Kiat Mendidik Anak Shoum Sejak Dini

Persiapan

Pertama, persiapan-ruhiyah. Anak-anak yang akan disertakan dalam pelatihan hendaknya dipersiapkan ruhiyahnya. Mulailah dengan menjelaskan kepada anak apa itu shoum secara santai dan pelan-pelan sesuai kondisinya. Sebaiknya tidak mengatakan kepada anak ’tidak boleh makan’ tapi gunakan istilah ’makannya di malam hari dan siangnya ditahan’. Sehingga tidak terkesan mengerikan bagi anak. Ditambah dengan cerita-cerita seputar Romadhon tentang pahala yang dilipatgandakan, kisah aktivitas Rasulullah

Page 48: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

dan para sahabat selama Romadhon, tentang lailatul qodar dan cerita lain yang sesuai dengan gambaran Al-Qur’an dan Hadits. Pendidik juga bisa bisa secara nyata dan langsung mensosialisasikan (sudah menggembar-gemborkan sebelumnya) dengan menanyakan siapa yang mau shoum disambung dengan siapa yang mau ikut makan sahur dan sholat tarawih.

Kedua, persiapan fisik. Pastikan anak-anak dalam kondisi prima pada awal Romadhon, bila perlu lakukan check kesehatan. Rumah pun perlu disiapkan untuk menyambut Romadhon. Berbelanjalah keperluan buka dan sahur (tentunya tetap berpatokan pada kesederhanaan dan tidak boros) juga bahan-bahan mentah yang awet untuk persiapan membuat kue lebaran. Baju lebaran pun sebaiknya dibeli sebelum Romadhon tiba selain untuk menggembirakan anak dan memotivasi anak untuk bersemangat dalam melaksanakan shoum. Karena setelah selesai satu bulan shoum boleh pakai baju baru juga menghindari kelelahan ibu karena belanja di saat shoum.

Ketiga, persiapan akal. Anak diakrabkan dengan hadits Shummu tashihuu (Shoumlah niscaya kalian akan sehat). Perlunya menerangkan bahwa alat pencernaan makanan dalam tubuh manusia makanan dalam tubuh manusia (pabrik penggilingan makanan) memerlukan waktu istirahat. Karena dia pun bisa lelah. Atau cerita sederhana yang lain, yang dapat dipahami akalnya bahwa shoum dianjurkan. Untuk lebih memudahkan kerja ada baiknya para orang tua melihatkan alat-alat pencernaan manusia melalui gambar atau bentuk lain yang menarik perhatian anak. Kalau memungkinkan terangkan pula beberapa masalah-masalah darurat yang menyebabkan orang boleh membatalkan puasanya.

Atau cobalah cara yang ini. Bawalah anak-anak silaturrahmi ke kantor untuk melihat orang yang bekerja di kantor juga shoum dengan menunjukkan tidak adanya gelas di mejanya. Atau ke tempat umum lain yang bisa mengesankan suasana puasa. Kalau memang ada waktu luang, ada baiknya memotivasi anak dengan melakukan ifthor (berbuka) bersama di masjid, panti asuhan, dan lain-lainnya. Suasana ini akan membekas pada perkembangan emosi si anak. Apalagi sebagai orang tua, kita dapat menjelaskan secara menarik perjalanan dan tempat yang telah dikunjungi.

Pelaksanaan

Pertama, mambangunkan sahur.

Bangun sahur adalah permasalahan terbesar bagi anak dan mungkin juga kita. Tentulah ada beberapa hal yang sangat perlu diperhatikan agar tidak memberikan kesan trauma pada si anak. Sebaiknya tidak membangunkan anak dengan mengatakan “Ayo bangun makan sahur”. Atau hindarilah membuat suasana bangun pada sahur tersebut seperti suasana yang serba terburu-buru dan tegang. Tapi siapkan dulu makanan/minuman kesukaan

Page 49: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

anak dan bangunkan dengan menyebut makanan kesukaannya. “Kakak Zahara, pepayanya sudah siap, bangun yuk” atau “Bang Kamal air sirop, air madu dan teh manisnya sudah siap, yuk diminum.” Atau “Mas Adji sholeh, manisan mangganya sudah ibu siapkan, yuk dicobain…”

Ketika anak sudah bangun maka berikan terlebih dahulu makanan dan minuman kesukaannya. Makanan pokok untuk sahur sebaiknya dipotong-potong kecil-kecil (daging, sosis halal, ikan tongkol, dll) atau dalam bentuk fillet/diiris tipis-tipis. Makanan sahur harus disiasati yang tidak susah menggigitnya dan langsung kunyah sebentar dan mudah ditelan.

Jangan lupa juga sediakan telor rebus dan segelas susu terutama ketika anak sulit dibangunkan dan adzan subuh sudah dekat. Bisa juga menyediakan jus buah kental masukkan dalam botol dan simpan di lemari pendingin. Ketika anak bangun beri anak jus buah yang sudah dicairkan dengan air hangat. Minum jus buah akan membuat anak menjadi lebih segar dan intake/pemasukan cairan ke dalam tubuh anak lebih banyak tanpa disadari anak untuk menghindari dehidrasi (kekurangan cairan yang berbahaya bagi kesehatan anak). Kadang-kadang sahur dengan nasi terus menerus bosan, bisa diganti dengan kentang goreng ala fried chicken yang terkenal atau roti, siomay, bakso, yang penting gizi bisa masuk ke tubuh anak.

Kedua, saat shoum.

Bapak, Ibu, dan keluarga yang sudah besar lainnya diharapkan bekerja sama menjadikan rumah bersuasana puasa dengan tidak meletakkan makanan di tempat terbuka. Anak-anak akan tahu dengan sendirinya, bahwa ada yang berubah di rumah ketika pagi dan siang hari.

Tidak ada yang makan di depan anak yang menjadi peserta pelatihan, termasuk tidak menyuapi adik dihadapan para peserta.

Menjauhkan dari teman-teman yang tidak puasa.

Menjelaskan kepada guru bahwa ia puasa, dengan harapan guru maklum dan dapat membantu memberikan dorongan.

Bila anak merengek lapar besarkan hatinya, siapkan stok cerita sebanyak-banyaknya, ajak bermain atau kegiatan kreativitas yang tidak banyak membuang energi.

Siang hari upayakan untuk bisa tidur siang dengan anak sambil sebelumnya bercengkerama di tempat tidur.

Buatlah jadwal imsakiyah khusus untuknya, dengan gambar dan warna-warna yang menarik yang berfungsi pula untuk menghitung telah berapa

Page 50: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

hari ia shoum. Dan setiap bertambah satu hari balaslah dengan dekapan mesra, ciuman, pujian, atau hadiah sederhana yang dia inginkan.

Tetap waspada dengan situasi dan kondisi anak selama masa pelatihan. Karena bagaimana pun shoum/puasa itu bagi yang dewasa dirasa berat apalagi anak-anak. Meskipun demikian jangan terlalu khawatir dengan keadaan anak. Jika sahurnya cukup air/cairan dan makanan insya Allah anak tidak akan mengalami dehidrasi (kekurangan air) dan kekurangan energi.

Berikan hadiah yang menarik dan bermanfaat di akhir Romadhon sesuai dengan prestasi masing-masing anak. Boleh memberikan hadiah uang untuk menghargai prestasi ibadah shoum anak.

Ketiga, saat berbuka.

Sediakan makanan yang manis-manis terutama korma (3 butir korma sama dengan 2.000 kalori) bisa ditambah kolak dan jus buah. Kadang setelah makan yang manis-manis selera makan nasi dan lauknya jadi berkurang karena sudah terasa kenyang. Siapkan saja makanan untuk anak-anak setelah pulang sholat tarawih – biasanya anak merasa lapar. Atau kurangi kolaknya atau bisa juga disiasati dengan menanyakan kepada anak menu kesukaannya untuk berbuka puasa. Dengan tetap berpatokan pada full gizi dan aman bagi kesehatan (tidak terlalu asam, dingin, dan pedas) dan cukup cairan. Ajaklah anak untuk berpartisipasi menyiapkan acara berbuka.

Perlu juga dipikirkan untuk mengajak anak-anak terbiasa dengan suasana masjid di malam hari bulan Romadhon. Kalau dimungkinkan ajaklah mereka sholat bersama atau ikutkan mereka dalam suasana suka cita di masjid. Biarkan mereka menikmati dan melihat orang-orang asyik berzikir, bertilawah, sujud dan sebagainya. Anak-anak akan mengingat suasana ini sampai ia besar. Dan apabila mereka terbiasa, ini memudahkan kita untuk mensosialisasikan ajaran Allah lainnya.

Penutup

Mengharapkan anak sholih dan sholihah membutuhkan serangkaian rencana, persiapan dan tingkah laku nyata dalam pendidikan selain do’a. Melatih anak shoum sejak dini merupakan salah satu contoh kesungguhan orang tua untuk mewujudkan harapan yang mulia itu.

Menganjurkan anak shoum ibarat menabur benih di sawah yang hasil panennya tidak dapat langsung dan segera diperoleh melainkan melalui proses dan membutuhkan waktu. Peranan orang tua dalam hal ini dibutuhkan dan berpengaruh besar terhadap penghayatan dan pemahaman ibadah shoum pada anak. Adalah sesuatu yang mustahil bila orang tua mengharapkan anaknya taat kepada Allah SWT, sementara orang tua tidak

Page 51: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

menganjurkan, mengarahkan, dan mencontohkan langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan semakin besar kesadaran peran orang tua dalam pembentukan kepribadian, konsep diri, citra diri dan penanaman nilai-nilai agama pada diri anak, insya Allah akan semakin besar pula kesungguhan dan kesabaran orang tua dalam mendidik anak. Disertai dengan do’a yang tak kunjung putus dimohonkan kepada Allah semoga akan lahir generasi Islam yang kenyang iman, tinggi ilmu, kuat amalnya, serta luhur budi pekertinya. Amin.

“Ya, Robb kami anugerahkanlah kami isteri-isteri kami sebagai penyenang hari dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqon: 74)

Wallahu a’lam bishowab.

http://fafaahmad.wordpress.com

Diposkan oleh Bang IT di 10:14 ntoh Doa Qunut Nazilah atas Tragedi Penyerangan Kapal Kemanusian MAVI MARMARA Ditulis oleh Administrator    Tuesday, 01 June 2010

Contoh Doa Qunut Nazilah

atas Tragedi Penyerangan Kapal Kemanusian MAVI MARMARA

g َال iْمkُهm nن َفgِإ iْمnُهn ب gَكi gي َعgل mْمkُهm الل ، iن َفnلnسiطnي iيnَف gنi nِمnي ل iسkِمi ال gا gَن nْخiوgان ِإ kوا gل َقgَت gنi mِذnي ال iن gِدnي iِمkعiَت ال nوِدkُهg iي nال ب gَكi gي َعgل mْمkُهm الل } gِدgِدا ب iْمkُهi kل وgاَقiَت } َعgِدgِدا iْمnُهnِصiْحg َأ mْمkُهm الل ، iْمnُهi gي َعgل gَة gرn الِدmاِئ nِلgعiاْجgو iْمkُهgعiِمgْج iْق وgَفgر� iْمkُهg ِمiل gَش iْت� َت gَش mْمkُهm الل ، gَكg ون kُزnِجiعk ي

nِمnيiن الَّظmال n iقgوiِم ال nنgَع ِد� gرk ي g َال mِذnي ال gَكgَسi gأ ب iْمkُهg َعgاوgن iنgم gلىgَعgو iْمnُهi gي َعgل iلnُزi ن

g َأ mْمkُهm الل ، } gْحgِدا َأ iْمkُهi مnَن iرnاِدgَغk ت g وgَال

 

Ya Allah turunkanlah hukumanMu atas kaum Yahudi yang telah melakukan kezhaliman dengan membunuh saudara-saudara kami kaum muslimin di Palestina, Ya Allah hukumlah mereka sesungguhnya mereka tak mampu melemahkanMu, Ya Allah cerai beraikan mereka porak porandakan kesatuan mereka dan turunkanlah balasanMu atas mereka, Ya Allah kumpukan dan binasakanlah mereka dan jangalah Kamu sisakan sedikitpun dari mereka, Ya Allah turunkanlah atas mereka dan semua pihak yang membantu mereka balasanMu yang tidak dapat ditolak oleh kaum pembuat kezhaliman

gنnم iْمkُهiْجnرiْخg وgَأ iْمkُهiِمgْح iارgو iْمnُهn ب iفkطiال mْمkُهm الل ، gنi َفnلnسiطnي iيnَف ngنi gضiعgِفnي َت iسkِمi ال iن nِمnي ل iسkِمi ال gا gَن nْخiوgان ِإ nِجi gن َأ mْمkُهm الل iنk gُك ت g وgَال iْمkُهg ل iنk ُك mْمkُهm الل ، ْحgى iرgِجi وgال َضgى iرgِمi ال kْمkُهi مnَن nف iاَشgو gاَءgِدgُه الش� kْمkُهi مnَن iِلm gقgَّب ت mْمkُهm الل ، nارgِصnحi وgال nِقi الض�ي

Page 52: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

Ya Allah selamatkanlah saudara-saudara kami kaum muslimin yang lemah di Palestina, Ya Allah sayangi dan kasihilah mereka dan keluarkanlah mereka dari isolasi dan keadaan sempit yang mereka alami saat ini, Ya Allah terimalah syuhada mereka dan sembuhkanlah yang luka dan sakit dari kalangan mereka, Ya Allah tetaplah bersama mereka dan jauhilah musuh-musuh mereka karena tiada daya dan kekuatan bagi mereka kecuali dariMu

، gنi gاَفnقnي iِمkَن وgال nارmِفk iُك ال gنnم iْمkُهg َعgاوgن iنgمgو nِدiوkُهg iي ال َعgلgى iْمkُه iرkِصi ان mْمkُهm الل gنi َفnلnسiطnي iيnَف gنi اُهnِدnي gِجkِمi ال nرkِصi ان mْمkُهm الل kِمiو� gاَقgي ي ْحgي� gا ي iحgِق� ال َعgلgى iْمkُهg nِمgَت gل ُك iْعgِمiاْجgو iْمkُهgَفiوkِفkُص iْح�ِدgوgو iْمkُهgِمiُه gَس iِد�ِد gَس mْمkُهm الل

Ya Allah turunkanlah pertolonganMu buat kaum mujahidin di Palestina, Ya Allah tolonglah mereka menghadapi kaum Yahudi dan penolong-penolong mereka dari kalangan kuffar dan kaum munafiq, Ya Allah tepatkanlah bidikan mereka, rapatkanlah shaf perjuangan mereka dan satukanlah kalimat mereka di atas kebenaran Ya Hayyu Ya Qayyum.

Sekilas Tentang Qunut NazilahQunut, secara istilah adalah seperti yang dikatakan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani—rahimahullah, "Suatu doa di dalam shalat pada tempat yang khusus dalam keadaan berdiri." (Fathul Bari, 2/490.) Dan nazilah artinya malapetaka atau musibah yang turun menimpa kaum muslimin dalam bentuk gempa, banjir, peperangan, penganiayaan dan sebagainya.

Qunut nazilah adalah suatu hal yang disyariatkan dan amat disunnahkan ketika terjadi musibah dan kezaliman.

Imam Syafi'i—rahimahullah—berkata, "Apabila turun musibah kepada kaum Muslimin, disyariatkan membaca qunut nazilah pada seluruh shalat wajib." (Syarhus Sunnah karya Al-Baghawi 2/279).

Soal lafal, tidak ada hadis dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa sallam yang menunjukkan adanya doa khusus dalam qunut nazilah. Karenanya, seseorang boleh berdoa dengan doa yang sesuai dengan keadaan orang yang tertimpa musibah.

Lafal qunut di atas tidak semuanya dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa sallam. Olehnya, tidak ada keterkaitan dengannya apalagi menganggapnya sebagai doa yang disunnahkan. Dan bagi yang mampu menyusun doa dalam bahasa Arab yang sesuai dengan keadaan musibah, tidak ada larangan baginya untuk berdoa dengannya.

Di antara orang yang doanya mustajab adalah doa seorang Muslim terhadap saudaranya dari tempat yang jauh. Nabi Shallallahu 'Alaihi wa sallam bersabda, artinya, “Tidaklah seorang Muslim berdoa untuk saudaranya yang tidak berada di hadapannya, maka malaikat yang ditugaskan kepadanya berkata, "Amin, dan bagimu seperti yang kau doakan".” (HR. Muslim).

Imam An-Nawawi berkata bahwa hadits di atas menjelaskan tentang keutamaan seorang Muslim mendoakan saudaranya dari tempat yang jauh. Jika seandainya dia mendoakan sejumlah atau

Page 53: Manajemen Organisasi Dan Kepemimpinan

sekelompok umat Islam, maka ia tetap mendapatkan keutamaan tersebut. Karena itu, sebagian ulama Salaf tatkala berdoa untuk diri sendiri, mereka menyertakan saudaranya dalam doa tersebut, karena di samping terkabul, dia akan mendapatkan sesuatu semisalnya.

 

DOWNLOAD DOA QUNUT NAZILAH UKURAN BESAR Terakhir Diperbaharui ( Tuesday, 01 June 2010 )