MANAJEMEN KURIKULUM DI SMP ALTERNATIF...
Transcript of MANAJEMEN KURIKULUM DI SMP ALTERNATIF...
MANAJEMEN KURIKULUM DI SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH
KALIBENING SALATIGA
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah
Prodi Kependidikan Islam
Oleh Maskur
NIM : 3104048
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2009
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eks.
Hal : Naskah Skripsi
an. Sdr. Maskur
Kepada Yth,
Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini
saya kirim naskah skripsi saudara:
Nama : Maskur
NIM : 3104048
Judul : Manajemen Kurikulum (Studi Kasus di SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah).
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat segera
dimunaqosahkan
Demikian harap menjadikan maklum
Mengetahui, Pembimbing I Pembimbing II Syamsul Ma’arif, M. Ag. Ismail SM, M. Ag. NIP. 150 321 619 NIP. 150 282 135
iii
P E N G E S A H A N
Skripsi saudara : Maskur
NIM : 3104048
Jurusan : Kependidikan Islam
Judul : Manajemen Kurikulum
(Studi Kasus di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah).
Telah dimunaqosahkan oleh dewan penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat
cumlaude / baik / cukup, pada tanggal:
Dan dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S.1)
dalam ilmu Tarbiyah tahun akademik 2007/2008
Semarang, 29 Desember 2009
Sekretaris Sidang Ketua Sidang
Penguji I Penguji II Mengetahui, Pembimbing I Pembimbing II Syamsul Ma’arif, M. Ag. Ismail SM, M. Ag. NIP. 150 321 619 NIP. 150 282 135
iv
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang tertulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan sebagai bahan rujukan.
Semarang, 12 November 2009
Deklarator
Maskur NIM. 3104048
v
ABSTRAK
Maskur (NIM : 043311048), ”Manajemen Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah)”. Skripsi. Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009.
Pendidikan perlu dikembangkan dengan manajemen kurikulum yang baik, sesuai dengan kondisi masyarakat dan kebutuhan masyarkat, seperti yang ada pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga. Lembaga tersebut sangat mengerti masyarakat yang sederhana, kemudian membuat lemabaga sekolah yang terjangkau dan mengedepankan serta mengembangkan potensi, bukan nilai sebagai target, namun karya menjadi tolok ukur kualitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Bagaiaman, Latar belakang Karakteristik dan bagaimana Implementasi kurikulum di SMP alternatif Qaryah Thayyibah.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) dengan jenis kualitatif. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu: interviw (wawancara), observasi dan dokumentasi, dengan Teknik Analisis data yang menggunakan model analisis data interpretatif dan deskriptif kualitatif, dalam hal ini analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data setelah data terkumpul, tiga komponen analisis tersebut adalah reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.
Penelitian yang dilakukan di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah mempunyai hasil bahwa Kurikulum sangat berbeda dengan lainnya dan telah melaksanakan proses Manajerial walaupun dengan struktur organisasinya sangat terbatas tetapi dapat melaksanakan proses manajerial dengan baik, diakui atau tidak kurikulum ini lain daripada yang lain, karena kurikulum nasional hanya sebagai referensi dan lembaga ini membuat kurikulum tersendiri, yang bertujuan untuk menjalankan proses pendukungan belajar seumur hidup, dan anggapan dalam kurikulum ini lebih baik tidak sekolah jika tidak belajar, karena tidak sekolah pun jika belajar akan menjadi manusia yang berpendidikan, kemudian manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Karakteristik kurikulum adalah sangat memperhatikan psikologi daripada target materi, apalagi satandarisasi. Efektifitas pelaksanaan manajemen kurikulum yang menggunakan program tersendiri dapat dinilai dari penerapan hasil sosialisasi, dalam proses manajerial kurikulum dan meningkatnya efektifitas kurikulum sehingga kualitas dan mutu peserta didik semakin baik dan dapat bersaing dengan lembaga pendidikan lain, persaingan tersebut tidak mengedepankan nilai melainkan hasil karya peserta didik, sebagai wujud belajar dan berusaha untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan dan bahan informasi bagi khazanah ilmu pengetahuan, serta masukan bagi civitas akademika dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
vi
MOTTO
نابى ع ريرقال .ة ه ولى هللا ا ل رسه صليع لم وما . س من لومو اال د لدوي لىع فطرفا.ة ال وا ب و ههي ا د نه و رصا ين 1 (البخارى رواه) نه
Dari Abu Hurairah, r.a., berkata dia: Nabi saw bersabda: Tidak ada satu anak pun dilahirkan kecuali kedaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang menyebabkan menjadi Yahudi, Nasrani. (HR. Bukhari).
1Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Al- Bukhari, Matnul Bukhari, (Bandung: Sirkah
Al-Ma’arif Litthob’I Wannasyar, tt.p), juz 4, hlm. 144.
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembah kepada
Ayahanda Mustawi dan Ibu Sa’adah tercinta
viii
KATA PENGANTAR
Kehadirat Illahi Rabbi yang senantasa memberikan Rahmat, taufiq dan
hidayahnya, puji syukur selalu kami panjatkan, hingga kami mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi ini sesuai target yang telah ditentukan. Setiap
detik Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad
saw beserta keluarga dan seluruh umatnya.
Perjuangan demokratisasi pendidikan, mulai dari titik-titik kecil menuju
titik besar di Indonesia, terbukti dengan munculnya sebuah pendidikan SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah Salatiga, Alfa Centuri Bandung dan lain sebagainya
merupakan adanya sebuah proses pembelajaran yang hakekatnya meningkatkan
semua skill pada diri manusia dan adanya sebuah proses dalam diri manusia tanpa
adanya isolasi dari orang lain maupun dari suatu instansi, terbukti dengan
Manajemen Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, yang
mengedepankan Demokrasi Pendidikan.
Skripsi berjudul “Manejemen Kurikulum SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah Kalibening Salatiga” disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Kependidikan Islam
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Kemudian diuji validitasnya di
hadapan sidang penguji, merupakan rangkaian terakhir dari tugas akademik yang
mesti dilalui oleh setiap mahasiswa dalam perjalanan karir intelektualnya
menempuh jenjang pendidikan strata satu (S.1).
Karya ilmiah ini tidak mungkin selesai tanpa partisipasi pihak-pihak yang
dengan tulus memberikan motivasi, inspirasi, bimbingan dan do’anya. Untuk itu,
penulis mengucapkan rasa terima kasih yang kepada:
1. Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA, Selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang
2. Prof. Dr. Ibnu Hadjar, M.Ed, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang yang telah merestui pembahasan skripsi ini
3. Ismail SM, M. Ag. selaku ketua Jurusan Kependidikan Islam dan, Mustofa
Rahman, M.A. sebagai Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo.
ix
4. Syamsul Ma’arif, M.Ag, dan Ismail SM, M. Ag. selaku pembimbing yang
telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dr. Ruswan, M.A. sebagai wali studi yang telah banyak memberikan arahan
dan bimbingan serta motivasi selama studi di IAIN Walisongo Semarang.
6. Dewan Penguji yang menjadi pembimbing terahir dari skripsi ini.
7. Pak Bahrudin, Pak. Sujono Samba, Pak Ridwan, Bu Nurul, Pak Taha, Pak
Ahmad dan teman-teman yang masih selalu belajar di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah Kalibening Salatiga
8. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh dan membimbing serta
memberikan restu kepada penulis.
9. Adik-adikku tercinta Ainil Qurroh Bissalamah dan Indah Taufiqi Soraya.
10. Sahabat-sahabatku TIM KKN Boja, Dewan Kerja Ranting Ngaliyan, Racana
Walisongo Semarang, dan para penjaga Masjid, serta Musolla.
11. Kakak dan adik semua anggota Racana Walisongo dan Dewan Kerja Kwartir
Ranting Ngaliyan Beserta Jajaran Andalan dan Majlis Pembimbing.
12. Semua pihak.yang telah membantu terselesainya skripsi ini
Atas kebaikan dan keikhlasan mereka, penulis hanya dapat mengucapkan
ucapan terimkasih dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Semarang, 20 November 2009
Penulis,
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... ..................................................................................... . i
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... . ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... . iii
DEKLARASI ................................................................................................... . iv
ABSTRAKSI ..................................................................................................... . v
MOTTO ............................................................................................................ . Vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ . Vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... Viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... . X
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah …………............................................ 1
B. Penegasan Istilah........................................................................ 3
C. Perumusan masalah.................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian........................................................................ 4
E. Kajian Pustaka............................................................................ 5
F. Metode Penelitian ...................................................................... 7
G. Sistematika Penulisan................................................................. 13
BAB II MANAJEMEN KURIKULUM DI SMP ALTERNATIF
QARYAH THAYYIBAH ……………………….………………..
14
A. Pengertian Kurikulum ...................................…..…………….. 14
B. Latarbelakang Manajemen Kurikulum ..................................... 20
C. Karakteristik Manajemen Kurikulum ....................................... 27
BAB III MANAJEMEN KURIKULUM DI DI SMP ALTERNATIF
QARYAH THAYYIBAH. .............................................................
41
A. Gambaran Umum SMP Alternatif Qaryah Tayyibah
Kalibening Salatiga....................................................................
41
B. Karakteristik Manajemen Di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah...................................................................................
48
xi
C. Implementasi Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah Kelurahan Kalibening Salatiga....................
51
BAB IV ANALISIS MANAJEMEN KURIKULUM DI SMP
ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING
SALATIGA ......................................................................................
66
A. Mengembangkan Kurikulum Sesuai Kebutuhan ………............. 66
B. Demokratisasi Manajemen Kurikulum Di SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah Menjadi Sebuah Karakteristik.......................
68
C. Mewujudkan Demokrasi Pendidikan Pada Implementasi
Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah......................
73
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP................................... 87
A. Simpulan ……..………………………………………………… 87
B. Saran……………………………………………………………. 90
C. Penutup…………………………………………………………. 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama Lengkap : Maskur
2. Tempat / Tgl Lahir : Demak, 06 Desember 1984
3. NIM / Jurusan : 3104048 / Kependidikan Islam
4. Nama Ayah : Mustawi
5. Nama Ibu : Sa’adah
6. Alamat : Jamus, Rt. 12 Rw. IV, Mranggen, Demak
7. Pendidikan Formal
• SDN Jamus 01 lulus tahun 1997
• MTs Rohmaniyyah Mranggen lulus tahun 2000
• MA Futuhiyyah I Mranggen Demak lulus tahun 2003
• S1 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Jurusan Pendidikan
Agama Islam Negeri Angkatan 2004
8. Pendidikan Non Formal
Pondok Pesantren Al-Kautsariyyah Jamus Godo Mranggen Demak
Pelatihan Komputer Autocom Mranggen 2003
9. Pengalaman Organisasi
• Sekretaris Gerakan Pramuka Dewan Kerja Ranting Ngaliyan 2006-2007
• Dewan Bidang Sosial Agama Racana Walisongo 2006
• Ketua Gerakan Pramuka Dewan Kerja Ranting Ngaliyan 2007-2009
• Dewan Bidang Tekpram Racana Walisongo 2007
• Sekretaris Racana Walisongo Semarang 2008
• Tutor Kejar Paket B dan C, PKBM Bangkit Ngaliyan Semarang 2008
10. Pengalaman Pekerjaan
• Pegawai Kontrak 1 tahun (Bagian Silabus, dan RPP) Fakultas Hukum
UNISSULA Semarang, tahun 2008-2009.
• Pengajar Kewirausahaan (Mulok), SMK Al-Kautsariyyah, Jamus, Mranggen
Demak 2009
Semarang, 12 Desember 2009 Maskur
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manajemen Kurikulum merupakan salah satu komponen dalam
pendidikan formal, maupun non-formal yang harus dikonsep dan dilaksanakan
serta dievaluasi, untuk merealisasikan hal tersebut, membutuhkan perangkat
lunak maupun perangkat keras, sarana dan prasarana sebagai penyempurna
dalam menuju suksesnya tujuan pendidikan Nasional dan Institusional.
Menyadari hal tersebut, pemerintah telah melakukan upaya
penyempurnaan sistem pendidikan, baik melalui penataan perangkat lunak
(soft ware) maupun perangkat keras (hard ware). Penataan perangkat lunak
(soft ware) yang telah dikonsep oleh pemerintah adalah Kurikulum yang
mengalami beberapa perubahan, dan inti dari perubahan tersebut adalah suatu
pengembangan Kurikulum, diantaranya adalah Kurikulum tahun ajaran1994
(CBSA), Kurikulum tahun ajaran 2004, dengan sebutan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), kemudian sampai saat ini biasa disebut dengan
Kurrikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), upaya tersebut sesuai dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah, yang secara langsung berpengaruh terhadap perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pendidikan. Bila sebelumnya pengelolaan
pendidikan merupakan wewenang pusat, maka dengan berlakunya undang-
undang tersebut kewenangannya berada pada pemerintah daerah kota/
kabupaten. Dalam kaitan ini visi, misi dan strategi kantor Departemen
Pendidikan Nasional pada tingkat kabupaten harus dapat mempertimbangkan
dengan bijaksana kondisi nyata organisasi maupun lingkungannya, harus pula
mendukung pula misi pendidikan nasional, serta mampu memelihara garis
kebijaksanaan dari birokrasi yang lebih tinggi. Disamping itu, tujuan harus
2
layak, dan dapat mencapai tujuan dengan kemampuan yang ada, serta
memiliki wawasan tentang gambaran ideal kondisi pendidikan dimasa depan.1
Dipihak lain, Manajemen Kurikulum mempunyai target pendidikan
lebih khusus, bukan hanya diorientasikan kepada hasil nilai angka yang
memuaskan saja, melainkan kualitas peserta didik yang terwujud pada
Kebutuhan, keahlian dan komunitas peserta didik serta karya yang selalu
ditanamkan. Lembaga tersebut menganggap menejemen kurikulum dalam
pendidikan yang mereka kelola harus didesain mengedepankan peserta didik
untuk didorong selalu beradaptasi kepada lingkungan dan kemajuan zaman.
Berkaitan dengan hal ini di kelurahan Kalibening, Kecamatan Tingkir,
tepatnya di Kota Salatiga, lembaga sekolah alternatif yang diberi nama SMP
Alternatif Qaryah Thayibah, mempunyai keunikan tersendiri dalam mengelola
kurikulum. Lembaga tersebut ternyata tidak menggunakan Standar Kurikulum
Nasional, melainkan membuat desain kurikuluim tersendiri yang mereka sebut
dengan Kurikulum, sesuai dengan Pengantar Buku Pendidikan Alternatif
Qaryah Thayibah oleh Bahruddin 2.
Lembaga SMP Alternatif Qaryah Thayibah tersebut mengedapankan
Kebutuhan, yang berasal dari kebutuhan belajar Peserta didik, dengan
melengkapi sarana untuk belajar, diantaranya adalah komputer yang
dilengkapi dengan jaringan internet, alat-alat musik dan sarana belajar yang
lain, tanpa meminta sumbangan dari peserta didik. Dilihat dari sisi
administrasinya sebenarnya nampak begitu sederhana, namun yang
mengherankan, semua roda manajerial dapat berjalan dengan baik sampai
pendampingan terhadap peserta didikpun sukses, dengan bukti empat dari 16
peserta didik SMP Alternatif Qaryah Thayibah mengikuti Ujian Nasional
dapat lulus dengan nilai terbaik.3 Bukan hanya nilai yang baik saja, bahkan
karya merekapun, sudah terekspos dimedia cetak, maupun media masa sampai
1 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2003), hlm. 5-6. 2 Bahruddin, Pendidikan Alternatif Qoryah Thoyibah, (Ypgyakarta: LKiS, Cet.I 2007),
hlm. xiv. 3 Ibid., hlm. 118.
3
mengundang wartawan televisi, Maka dengan adanya hal tersebut penulis
tertarik pada SMP Alternatif Qaryah Thayibah Kelurahan Kalibening, bagian
dari Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, dan bermaksud untuk melakukan
penelitian pada lembaga tersebut. Sebagai tugas dan pendalaman materi
tentang manajemen kurikulum.
B. Penegasan Istilah
Penelitian ini perlu adanya keterangan dalam rangka memberikan
penjelasan dan penegasan yang terdapat dalam judul “Menejemen Kurikulum
(Studi Kasus di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kelurahan Kalibening
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga)”, maka disertakan pula definisi istilah yang
dimaksud. Penegasan dan penjelasan ini berguna juga untuk menghindari
kesalahpahaman terhadap judul di atas, maka penulis berusaha menjelaskan
istilah-istilah tersebut dengan formulasi sebagai berikut:
a. Manajemen Kurikulum
Banyak tokoh mendefinisikan pengertian Manajemen, salah
satunya adalah, George R. Terry & Leslie W. Rue. Memaparkan bahwa,
manajemen secara bahasa yaitu, pengelolaan atau pengaturan, sedangkan
menurut istilah adalah, suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan
orang lain untuk melaksanakan demi mencapai suatu tujuan.4
Kurikulum adalah semua pengalaman yang mencakup seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta
cara yang diperoleh baik dari dalam maupun dari luar lembaga pendidikan
secara sistematis, yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mempersiapkan peserta didik demi mencapai
tujuan pendidikan tertentu.5
Pengertian Manajemen Kurikulum adalah suatu proses yang
melibatkan orang lain, untuk mengelola perangkat yang ada pada suatu
4 George R. Terry & Leslie W. Rue. (alih bahasa oleh: G.A. Tico Alu), Dasar-dasar
Manajemen. (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 8 2003), hlm. 1. 5 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. I, 2006), hlm. 152.
4
lembaga pendidikan guna mencapai tujuan. Pada manajemen kurikulum
tersebut meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring,
dan evaluasi. Kemudian manajemen kurikulum yang baik adalah lembaga
yang sudah mencukupi beberapa persyaratan diantaranya :
1. Kesiapan Sumber Daya Manusia6
2. Sarana Prasarananya
3. Berupaya dalam melibatkan warga sekolah dan masyarakat.
Dengan demikian, suatu Manajemen Kurikulum harus dapat
mencakup semua aspek yang ada, dan terus menerus dalam
menyempurnakannya.
C. Rumusan masalah
Rumusan masalah pada penelitian yang dilakukan di lembaga
pendidikan Alternatif SMP Qaryah Thayibah antara lain adalah :
1. Bagaimana Karakteristik Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga?
2. Bagaimana Implementasi Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini secara umum, mempunyai tujuan untuk mencari data
informasi kemudian dianalisis dan disajikan secara sistematis dalam gambaran
yang maksimal tentang Manajemen Kurikulum. Secara khusus tujuan dari
penelitian ini untuk :
Mengetahui dan memahami Karakteristik serta Pengelolaan dari
Manajemen Kurikulum, di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kelurahan
Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.
Manfaat penelitian ini yang perlu dikembangkan yaitu:
6 Dalam hal ini kesiapan sumber daya manusia adalah bukan sekedar orang yang ahli
ilmu akan tetapi siap untuk belajar dan melaksanakan proses pendukungan sebagai pendamping pesertadidik.
5
a. Hasil dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan, bahwa betapa
pentingnya sebuah Manajemen Kurikulum dalam pendidikan, terutama
bagi kepala sekolah agar dapat mengelola Lembaga Pendidikan dan
kurikulum dengan sebaik-bainya.
b. Bagi peneliti adalah sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang
Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah khususnya.
c. Menjadikan rujukan jika hasil dapat dikembangkan.
d. Membantu pengembangan Kurikulum Nasional, guna memperbaiki sistem
pendidikan.
E. Kajian Pustaka
Penelitian perlu adanya kajian pustaka, demi kelanjutan skripsi yang
bersangkutan, adapun kajian pustaka yang dipakai adalah sebagai berikut :
1. Buku Pendidikan Alternatif Qaryah Thayyibah (Bahruddin).7
Buku tersebut diterbitkan oleh LKiS Yogyakarta, tahun 2007
cetakan I, buku tersebut memaparkan beberapa bagian, tetapi bagian
terpenting dan relevan dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat
pada Bagian ke-1, keterangan dari buku tersebut diantaranya: Prinsip dasar
yang melatarbelakangi SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. Pendidikan
adalah Proses Pembudayaan, maksudnya adalah proses humanisasi yang
dikaitkan dengan memanusiakan manusia, kemudian menuju sebuah
pendidikan yang wajib diberikan kepada semua manusia, dan menjadikan
manusia memperoleh pendidikan sepanjang hayat. Hasil dari sebuah
pendidikan bukan hanya terletak pada sekolah formal, melainkan dimana
ada pusat pembelajaran, disitulah proses pendidikan berjalan dan dari
proses tersebut akan menciptakan sebuah hasil pendidikan. Diakui atau
tidak model yang tepat bagi masyarakat yang kurang mampu menuju
lembaga pendidikan formal adalah model sekolah komunitas, kemudian
kurikulum nasional sebagai salah satu referensi untuk mengembangkan
kurikulum SMP Alternatif Qaryah Thayyibah.
7 Bahruddin, Pendidikan Alternatif Qoryah Thoyibah, (Yogyakarta: LKiS, Cet. I, 2007), hlm. 40
6
2. Skripsi dari Edi Hartono NIM 3101166
Judul dari skripnya adalah Manajemen Pengelolaan Pendidikan
(Studi Kasus Manajemen Pengelolaan Pendidikan Di Lembaga Pendidikan
Ma’arif Nahdlatul Ulama Wilayah Jawa Tengah), yang berisikan tentang
pemaparan dari Manajemen Kurikulum dan pengelolaan yang ada di
Lembaga tersebut dengan semaksimal mungkin, kemudian yang diperoleh
adalah walaupun banyak kekurangan akan tetapi juga banyak hal yang
perlu dikaji dan dikembangkan.
Pada skripsi ini memaparkan tentang pengelolaan Pendidikan yang
ada di Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Wilayah Jawa
Tengah), jadi termasuk menerangkan Kurikulum walaupun dengan secara
global.
3. Karya M. Ali Fauzi NIM 3101129
Skripsi ini meneliti dan membahas tentang Pendidikan Alternatif
Kaum Marjinal Dalam Proses Pembelajaran PAI di SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah, yang mana pendidikan Alternatif merupakan salah satu
Pendidikan yang termarjinalkan, diskripsi ini membahas tentang bentuk
pembelajaran yang tidak banyak menghambat siswa karena birokrasi yang
rumit, tentang sarana prasarana yang sederhana tetapi dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan, kontrak belajar antara peserta
didik dan pembimbing yang merujuk pada kebutuhan siswa.
Selain pembahasan di atas, skripsi inipun juga membahas Proses
pembelajaran PAI yang dijumpai di Qaryah Thayyibah secara umum
menggunakan trade mark community bassed schooling tetapi tidak
menutup kemungkinan menggunakan metode praxis yakni sistem
pembelajarannya diramu dengan menggunakan aksi kultur, dimana
tindakan sehari-hari setiap siswa menjadi bagian langsung dari realitas,
visi, misi SMP Alternatif Qaryah Thayyibah.
7
Di atas dapat dilihat bahwa Pola kegiatan pembelajaran PAI di
SMP Alternatif Qaryah Thayyibah yang berangkat dari misi membentuk
watak dan sikap (affective domain), mengembangkan pengetahuan
(cognitive domain) serta melatih ketrampilan (psychomotoric/conative
domain), dalam proses pembelajaran PAI, guru sebagai fasilitator dan
siswa lebih aktif. Di harapkan proses pembelajaran ini dapat menambah
dan membuat semangat siswa atau peserta didik untuk menemukan
hakekat manusia dan hakekat belajar.
Pada skripsi ini jelas, bahwa perjalanan SMP Alternatif Qoryah
Thayyibah mempunyai proses pembelajaran yang unik dan sedikit banyak
menerangkan tentang perjalanan kurikulum yang ada di SMP, mulai dari
proses Pembelajaran sampai pada Evaluasi, maka peneliti mengambil
sebagai kajian pustaka, karena dapat dikatakan sebagai salah satu kajian
yang relevan pada penelitian yang akan dilaksanakan.
F. Metodologi Penelitian
Penelitian perlu adanya metodologi, adapun metodologinya sebagai
berikut:
1. Obyek Penelitian
SMP Alternatif Qaryah Thayibah Kalibening Salatiga adalah
obyek dari penelitian ini. Adapun yang akan dikaji di dalamnya adalah
pelaksanaan manajemen Kurikulum yang meliputi bidang Administrasi,
tata usaha, bidang kepegawaian, bidang hubungan masyarakat, bidang
keuangan dan bidang perbekalan (sarana prasarana).
Bertindakan
Bertindakan
Dan seterusnya
Berfikir
Berfikir
8
Pada awalnya, SMP Alternatif Qaryah Thayyibah pada awal
merupakan salah satu lembaga pendidikan yang resmi terdaftar sebagai
SMP Terbuka, sekolah yang sering disosiasikan sebagai sekolah untuk
menampung orang-orang miskin, agar bisa mengikuti program wajib
belajar sembilan tahun. SMP Alternatif Qaryah Thayyibah yang terbentuk
atas dasar pemikiran masyarakat Kelurahan Kalibening, Kecamatan
Tingkir, Kota Salatiga, dan pada saat ini menginduk pada Pendidikan
Nonformal dan Informal (PNFI). Sekitar tahun 2007 Qaryah Thayyibah
resmi menjadi sekolah nonformal, menginduk pada PNFI, dan sebutanya
secara Administrasi adalah PKBM Qaryah Thayyibah. Bagaimanapun juga
hal tersebut tetap sebuah SMP Alternatif Qaryah Thayyibah.
Lembaga ini menggambarkan sebuah Alternatif SMP yang berada
di Kelurahan, kemudian lembaga ini juga mempunyai keunikan dalam
mengelola kurikulum.8 Keunikan tersebut terdapat pada konsep, dan
pelaksanaan, serta evaluasinya, karena tidak mengikuti standar kurikulum
nasional bahkan membuat kurikulum tersendiri.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Kualitatif (penelitian yang berdasarkan
lapangan), mencari data asli dari lapangan kemudian disajikan bebentuk
laporan atau disebut juga penelitian “naturalistik” bahwa pelaksanaan
penelitian ini terjadi secara alamiah, apa adanya dan dalam situasi normal
yang tidak dimanipulasi kondisinya).9 Studi kasus, merupakan strategi
yang memaparkan kejadian sebenarnya pada obyek penelitian, paparan
tersebut, sebagai fokus utama dalam penelitian, dengan kata lain penelitian
dilakukan secara intensif terinci dan mendalam. Seorang pengamat
mengatakan bahwa: “esensi studi kasus, tendensi sentral dari semua jenis
studi kasus, adalah mencoba menjelaskan keputusan-keputusan tentang
mengapa studi kasus tersebut dipilih, bagaimana mengimplikasikannya,
8 Bahruddin, Pendidikan Alternatif Qayah Thayyibah, (Yogyakarta: Lkis, 2007), Cet. I,
hlm. 2. 9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, Ed. Revisi, VI, 2006), hlm.12.
9
dan apa hasilnya. Dengan demikian definisi ini menonjolkan “keputusan”
sebagai fokus utamanya. Sejalan hal tersebut topik-topik lain juga
ditemukan, mencakup organisasi, proses, program, lingkungan, institusi,
dan bahkan peristiwa.10
3. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan oleh peneliti pada penelitian skripsi ini
adalah pendekatan fenomenologis, prosesnya yaitu berusaha menangkap,
memahami makna dari suatu peristiwa atau gejala dan kaitan-kaitannya
terhadap manusia berupa mimik, ucapan dan tingkah laku dalam situasi
tertentu, dan relevan dengan tujuan penelitian.11 Selain itu peneliti juga
menggunakan pendekatan Kurikulum sesuai dengan permasalahan yang
ada, dikarenakan adanya suatu kurikulum itu adalah timbul dari hasil hasta
karya manusia.
Penelitian kualitatif dan pendekatan Fenomenologis ini, merupakan
suatu usaha untuk memahami obyek, dengan segala aktivitasnya, tidak
untuk menemukan hukum-hukum, tidak untuk membuat generalisasi,
melainkan membuat ekstrapolasi. Asumsinya bahwa Secara Psikologis
manusia adalah mahluk yang aktif dan dinamis, dimana manusia
mempunyai kebebasan Kebutuhan, perilakunya tidak bisa dipahami dalam
kontek hukum sebab akibat, melainkan pada budaya dan perilaku.
4. Sumber Data
Maksud penelitian ini dengan sumber data adalah suatu sumber
data yang diperoleh dari obyek penelitian. Kemudian sumber data
penelitian ini, dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data berupa pengamatan berperan serta
(observation–participant) dan wawancara tidak terstruktur
10 Robert K. Yin, Study Kasus, (desain dan metode), terj. M. Djauzi Mundzakir, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 17. 11 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2001), hlm. 9.
10
(instructural–Interview) pada subyek,12 penggunaan tersebut sebagai
sumber informasi tentang Konsep menejemen Kurikulum di SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah
2. Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini bersumber dari data
kepustakaan maupun dokumentasi (foto, gambar, atau ivent yang
diabadikan, melalui perekam audio / audio visual ) yang berkorelasi
erat dengan pembahasan obyek penelitian.13
5. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa metode untuk mendapatkan
data dengan setting alamiah, adapun metode pengumpulan yang
digunakan, yaitu:
a. Wawancara
Wawancara tidak tersetruktur, merupakan sala satu teknik
pengumpulan data, meminjam bahasanya Soeharsimi Arikunto cukup
menggunakan wawancara bebas sesuai kebutuhan, tetapi pada akhir
pendaptnya menyarankan untuk membuat wawancara semi terstruktur
yaitu dengan membuat pertanyaan secara garis besar saja.14
Interview juga dapat disebut dengan wawancara atau
kuesioner lisan, yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara.15
Sedangkan menurut Noeng Muhadjir Wawancara adalah suatu
percakapan dengan tujuan untuk memperoleh kontruksi, organisasi,
institusi, perasaan, motivasi, pengakuan dan kerisauan. Wawancara
juga diartikan sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara.16 Dengan redaksi lain,
12 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 91. 13 Lexy J. Moleong, Metodologi Peneltiian Ilmiah, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1989), hlm. 114. 14 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 227. 15 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 155. 16 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasih, Cet.
VII, 1998), hlm. 104.
11
bahwa interview yang dimaksud untuk merekam data-data yang
berfungsi sebagai data penting sebagai bahan analisis. Wawancara ini
dilakukan terhadap person atau orang-orang yang terlibat dalam proses
pendidikan di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga.
Adapun rancangan interviewnya adalah sebagaimana terlampir.
b. Observasi
Suatu penelitian hendaknya juga ada sebuah Observasi/
pengamatan, langsung, pengertian observasi secara sempit yakni
memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata.17 Dengan kata lain
Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap suatu objek baik
langsung maupun tidak langsung. Observasi juga diartikan sebagai
metode pengumpulan data dengan mengulas dan mencatat secara
sistematik kejadian atau fenomena yang sedang diteliti.18
Kegiatan observasi ini dilakukan secara intensif sekitar satu
bulan untuk memperoleh data dan gambaran tentang; letak geografis,
kondisi lingkungan, sarana prasarana SMP Qaryah Thayyibah, keadaan
siswa dan guru, proses pembelajaran, dan sebagainya
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu hal yang perlu dilakukan dalam
penelitian, kemudian Studi dokumentasi dimaksudkan untuk
melengkapi data dari wawancara dan observasi. Dokumentasi dapat
berupa arsip-arsip, gambar atau foto dan catatan-catatan lain yang
berhubungan dengan penelitian.
Dokumentasi yang dilakukan dalam hal ini adalah segala
dokumentasi yang berhubungan dengan kelembagaan dan administrasi,
desain kurikulum, struktur organisasi dan sebagainya.
17 Ibid., hlm. 146. 18 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000),
hlm. 158.
12
6. Metode Analisis Data
Langkah lanjut setelah terkumpulnya data, maka yang dilakukan
adalah analisis terhadap data yang terhimpun dengan menggunakan
metode deskriptif-interpretatif:
a. Metode Analisis Deskriptif
John W. Best metode deskriptif dalam bukunya mengatakan
“usaha untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan mengenai apa
yang ada tentang kondisi, pendapat yang sedang berlangsung, serta
kecenderungan yang tengah berkembang”.19 Dengan kata lain analisis
deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti kelompok manusia,
suatu obyek, suatu setting kondisi, suatu sistem pemikiran, atau suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari analisis data adalah membuat deskriptif
(gambaran) secara sistematis, faktual, dan akurat. Dengan demikian,
analisis deskriptif ini dilakukan ketika berada dilapangan dengan cara
mendeskripsikan segala data yang telah didapat, kemudian dianalisis
sedemikian rupa secara sistematis, cermat dan akurat.
b. Metode Interpretatif.
Metode Interpretatif adalah menyelami buku untuk sedapat
mungkin mampu mengungkap arti dan makna yang disajikan.20 Dalam
metode ini, memungkinkan peneliti mengkritisi setiap pendapat-
pendapat dengan analisis-analisis yang akan dipaparkan dalam bab IV.
Hal tersebut, ketika data telah dikumpulkan melalui
wawancara, survey maupun segala hasil yang diperoleh di lapangan.
Sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai, tehnik analisis data
dalam penelitian ini adalah deskriptif-Interpretatif yaitu
mendeskripsikan Manajemen Kurikulum di SMP Qaryah Thayyibah
dan menganalisisnya.
19 John W. Best, Reseach in Education, dalam Sanafiah Faisal dan Mulyadi Guntur W.
(eds), Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm. 119. 20 Anton Beker dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta:
Kanisius, 1990), hlm. 63.
13
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini mempunyai sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan, berisi : Latarbelakang masalah, Penegasan judul, Permasalahan,
tujuan penelitian, Kajian pustaka, Metode penelitian, Sistematika
penulisan Bab II, Kajian teori manajemen kurikulum, berisi: Pengertian
kurikulum, Latarbelakang manajemen kurikulum, Karakteristik manajemen
kurikulum, Bab III: Manajemen Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah, berisikan, Gambaran umum SMP Alternatif Qaryah Tayyibah
Kalibening Salatiga, Karakteristik Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga, Implementasi Manajemen Kurikulum
di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kelurahan Kalibening Salatiga. Bab IV:
Analisis Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Kalibening Salatiga. Berisikan, Mengembangkan Kurikulum Sesuai
Kebutuhan, Demokratisasi Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah, dan Mewujudkan Demokrasi Pendidikan pada Implementasi
Kurikulum Di Qaryah Thayyibah, kemudian Bab V: Kesimpulan, Saran, dan
Penutup, berisikan, Simpulan, Saran, Penutup. Kemudian ditambah dengan
lampiran-lampiran.
BAB II
MANAJEMEN KURIKULUM
A. Pengertian Manajemen Kurikulum
1. Manajemen Kurikulum
George R. Terry & Leslie W. Rue. Manajemen secara bahasa
adalah pengelolaan atau pengaturan, sedangkan menurut istilah yaitu suatu
proses atau kerangka kerja, yang melibatkan orang lain untuk
melaksanakan demi mencapai suatu tujuan.1
Secara bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris, yaitu
“manage” bentuk pertama, berarti mengurus, mengatur, mengelola,
melaksanakan, memperlakukan, kemudian “management”, dalam bentuk
2, berarti pengelolaan, tata pimpinan.2 Banyak tokoh mendefinisikan
pengertian Manajemen, meminjam teorinya Scanlan dan Key pada buku
Manajemen Berbasis Sekolah, manajemen adalah sebuah proses
pengkoordinasian dan pengintegrasian semua sumber, baik manusia,
fasilitas, maupun sumber daya teknikal lain untuk mencapai suatu tujuan
khusus yang telah ditetapkan.3
Teorinya Ahli manajemen Henri L. Sisk, Ph.D., terdapat pada
bukunya yang berjudul Principles Of Management sebagai berikut :
Management is the coordination of all resources trought the processes of planning, organizing, directing, and controlling in order to attain stated objectives.4
Kemudian menurut pengertian yang disampaikan oleh Ibrahim
Asmat, dalam buku Jami’ Khuquq al-Thab’I wan-Nasyr Makhfudah pada
1 George R. Terry & Leslie W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen, terj. G.A. Tico Alu,
(Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 8, 2003), hlm. 1. 2 John M. Echols & Hassan shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta : PT.
Gramedia, Cet. XXIV, 2000), hlm. 372. 3 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik, (Jakarta : Bumi Aksara, Cet. I, 2006), hlm. 32. 4 Henry L. Sisk, Ph.D, Principles of management, (Cicago: Soutth- western Publishing
company), hlm. 10. 14
15
bagian tiga manajemen disebut dengan manajemen pelaksanaan
sebagaimana berikut :
الادارة صممتها التى ود الحد ضمن سة السيا بتنفيذ تتعلق ية التنفذ الادارة ان 5 .الغرض الى للوصول التنظيم باستخدام العليا
Maksud dari pengertian di atas adalah sesungguhnya manajemen
pelaksanaan berkaitan dengan konsep cara yang menyimpan keterangan-
keterangan tertentu, yang membatasinya dengan sebuah manajemen ideal
guna mengambil aturan untuk mencapai tujuan.
Teori-teori terdahulu, menggambarkan tentang pengertian
manajemen, merupakan kegiatan yang mengatur, memperdaya,
memperlakukan orang lain, untuk sebuah tujuan. Jadi dengan berbagai
pendapat sebuah manajemen, ada sesuatu yang saling berkaitan yaitu
perencanaan, pembagian kerja, pelaksanaan, dan dilanjutkan dengan
evaluasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Kemudian Kurikulum berasal, dari bahasa Inggris “Curriculum”6
berarti rencana pelajaran, kemudian menurut istilah adalah semua
pengalaman yang mencakup seperangkat rencana, dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang diperoleh baik
dari dalam maupun dari lua lembaga pendidikan secara sistematis, yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran, guna
mempersiapkan peserta didik demi mencapai tujuan pendidikan tertentu.7
Secara modern kurikulm, meminjam pemikiran Poulo freire, di
dalam buku Metode Pendidikan Marxis sosialis adalah sebagai himpunan
pengalaman peserta didik yang menjadi objek pembahasan dan praktik
5 Ibrahim Asmat, Al-Usuuli Al-Idariyatu Littarbiyah, (Riyad: Darossyuruk, 1996), hlm. 12 6 John M. Echols & Hassan shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, (Jakarta : PT.
Gramedia, Cet. XXIV, 2000), hlm.160. 7 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. I, 2006), hlm. 152.
16
belajar mengajar, sumber materi dan proses belajar dalam kurikulum
bersumber dari realita konkret keseharian peserta didik.8
Teori pada buku Curriculum Design And Development
menerangkan bahwa:
A curriculum set of formal educational and/ or training intentions.9 Pengertian diatas kurikulum adalah sebuah pengaturan dari
pendidikan formal dan atau pelatihan yang bertujuan baik dan dilakukan
secara terus menerus 10.
Selain itu perlu ditambahkan bahwa Kurikulum yang baik adalah
yang berpusat pada “Problematisasi” situasi konkret, peserta didik dan
pendidik bersama para pendidiknya memaknai berbagai macam persoalan
seputar pengalaman hidupnya dan berusaha memecahkan persoalan yang
dihadapinya.11
Bukunya Syamsul Ma’arif, bahwa Kurikulum berasal dari bahasa
yunani, yaitu currer, bermakna jarak tempuh lari, kemudian kata teresebut
hampir sama dengan kata kurir, maksudnya adalah penyampai sesuatu ke
tempat yang akan di tuju berdasarkan perintah orang lain,12
Berdasarkan di atas, manajemen kurikulum adalah suatu proses
yang melibatkan orang lain, untuk mengelola perangkat pada suatu
lembaga pendidikan, demi mencapai tujuan yang baik dan dilaksanakan
secara terus menerus. Manajemen kurikulum tersebut meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi.
Kemudian Manajemen Kurikulum yang baik adalah lembaga yang sudah
mencukupi beberapa persyaratan yaitu :
8 Nurani Soyomukti, Metode Pendidikan Marxis Sosialis, (Jogjakarta: Ar-ruz Media, 2008), hlm. 194
9 David Pratt Curriculum Design And Development, Harcourt brace Jovanovich (New York: 1980), hlm. 4.
10Pada kalimat “dengan bertujuan baik dan terus menerus” adalah arti dari kata Intentions jika tanpa “s” maka artinya adalah ada sebuah pamrih hal tersebut terdapat pada kamus John M. Echols & Hassan shadily, op.cit., hlm. 326.
11 Nurani Soyomukti, op.cit., hlm. 194. 12 Syamsul Ma’arif, Pesantren vs Kapitalisme Sekolah, (Semarang : Need’s Press 2008)
hlm. 45.
17
a. Kesiapan Sumber Daya Manusia
b. Sarana Prasarananya
c. Berupaya dalam melibatkan warga sekolah dan masyarakat.
Dengan demikian, suatu Manajemen Kurikulum harus dapat
mencakup semua aspek yang ada, dan terus menerus dalam
menyempurnakannya.
Deretan teori yang didapat, dan ditawarakan oleh para tokoh,
mempunyai paradigma bahwa mengelola perlu orang yang mampu, dan
fokus, namun penulis mempunyai pemahaman lain, seperti halnya peserta
didik mampu mengelola perangkat kurikulum, bisa dijadikan salah satu
komponen yang membantu proses manajerial. Selain membantu proses
juga bisa belajar multi fungsi, jadi mereka selain belajar sesuai dengan
mata pelajaran yang dibutuhkan juga bisa bilajar bagian dari ilmu
manajemen kurikulum.
Selain itu, perlu dicermati juga, aspek kebutuhan dalam hal
pendidikan diantaranya adalah :
a. Pendidikan Informal
Pendidikan ini perlu diberikan, karena pendidikan informal
sangatlah mempengaruhi dalam membentuk kebiasaan-kebiasaan
(habit formations) yang positif sebagai fondasi yang kuat. Memberikan
kebiasaan positif pada anak, termasuk memotivasi anak dengan
berbagai media, salah satuanya adalah alat multi media, yang biasa
disebut dengan komputer, serta salah satu cara membiasakan kebiasaan
baik dan dapat memotivasi menarik daya baca maka multi media
mendominasi anak untuk belajar dan berkreatifitas dengan tidak lepas
dari bimbingan orang tua.13
b. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang segala sesuatunya
telah dipersiapkan dan telah diatur dalam aturan atau tata tertib, maka
13 Sintha Ratnawati (ed), Sekolah Alternatif Untuk Anak (Kumpulan Artikel Kompas),
(Jakarta : Kompas, 2002), hlm. 191-197
18
anak harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan formal, atau
yang biasa disebut dengan pendidikan di sekolah. Sebagian anak pada
awalnya masuk tidak dapat menyesuaikan dengan pendidikan formal,
dan sampai-sampai ada anak yang belum dapat menyesuaikan sampai
batas akhir sekolah berlangsung, akibatnya anak menjadi kurang dalam
menyerap ilmu. Hal tersebut dikarenakan kebiasaan dikeluarga banyak
yang memperhatikan kemudian di sekolah belum dapat menerima
keadaan. Maka pendidikan formal banyak program bagaimana
mengatasi peserta didik diantaranya adalah mentarget satu kelas
maksimal adalah empat puluh anak. Batasan ini juga belum dapat
diterima para peserta didik akibatnya stres dan kurang kondusif dan
tidak dapat belajar dengan nyaman. Maka selain peserta didik
bernagsur-angsur harus dapat menyesuaikan juga para guru diharapkan
dapat membuat kelas lebih kondusif14 dan menyenangkan, ini berkaitan
dengan tuntutan sekolah dan tuntutan kurikulum.15 Kemudian
penelitian baru dari para peneliti Universitas Newcastle Inggris
menyimpulkan bahwa, murid di depan komputer yang berjumlah 20
orang, dapat lebih mengefektifkan belajar dan berkreatifitas. Dari hal
tersebut maka sangatlah penting dalam pendidikan adanya media yang
dapat memotivasi kebutuhan peserta didik.16
c. Pendidikan Non-Formal
Pendidikan non-formal ini adalah pendidikan yang terjadi
sangat alami, karena pendidikan ini berkenaan dengan lingkungan
disekitar anak, sangat komplek dan bermacam-macam bentuk manusia
sebagai pembawa kebiasaan, yang disebut dengan masyarakat. Fungsi
masyarakat adalah sebagai penerus budaya, dari generasi ke generasi
selanjutnya berjalan dinamis, sesuai dengan situasi dan kondisi serta
kebutuhan masyarakat, melalui pendidikan dan interaksi sosial.
14 Suasana kondusif bukan peserta didik tenang dan diam, melainkan aktif dan membahas
atau melakukan kegiatan belajar yang sedang berlangsung serta mencoba untuk bisa. 15 Op.cit., hlm. 50. 16 Sintha Ratnawati, op.cit., hlm. 196-197.
19
Pendidikan dapat diartikan sebagai sosialisasi pada suatu kondisi atau
tempat, seperti anak yang dilahirkan sampai dewasa harus
menyesuaikan diri mulai dapat minum ASI sampai dengan
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Termasuk
dalam perkembangan ilmu dan teknologi harus dapat menyesuaikan
dan dapat memahami dan mempraktekkan, minimal dari sebagian
macam ilmu teknologi. Pendidikan semacam ini yang disebut
pendidikan sesungguhnya, kemudian dapat dikatakan pendidikan
seumur hidup. 17
d. Pendidikan Nasional
Hal ini juga sangat mendasar, dimana siswa dapat
memantapkan Pancasila, sebagai sebagai nilai inti pokok (core value)
yang menjadi dasar intregasi nasional, terutama dengan pembangunan
yang bertujuan mengisi kemerdekaan, pancasila sangatlah relevan
dengan kemajuan pembangunan sehingga peserta didik juga dapat
menyesuaikan perkembangan zaman. Penyesuaian tersebut perlu
ditekankan, kelak peserta didik dapat menciptakan sebuah lapangan
pekerjaan, bukan hanya sebagai pekerja yang tidak tahu arah dan
kepastian.18
Mencermati empat aspek di atas, maka perlu ditarik sebuah solusi
jika terjadi ketidaksinkronan antara pendidikan informal, formal, dan non-
formal, karena beberapa kendala pasti ada seperti, Pendidikan non-formal
tidak dapat berjalan secara alami karena keterbatasan keluarga, maka perlu
diramu sebuah wadah untuk menyemai pendidikan, yang dapat mencakup
dari hal tersebut, wadah ini dinamakan Sekolah Alternatif, kemudian untuk
memotivasi peserta didik dan merasa membutuhkan apa arti sebuah
pendidikan, wadah tersebut juga diperlukan sebuah soft ware yang biasa
disebut dengan kurikulum, bertujuan memberikan pendidikan kepada
pesertadidik dengan proses yang bermutu.
17 Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006), Cet.IV, hlm.79. 18 Ary H. Gunawan, loc.cit., hlm.50.
20
Dari sekian literatur, maksud ramuan teori yang tersusun guna
kurikulum bebasis kebutuahan, tidak menciptakan kelas paktis teori,
namun menciptakan komunitas yang lengkap dan saling membangun
antara pendidikan formal, informal dan non formal maupun pendidikan
nasional, sehingga mencetak kader bangsa yang cerdas19, profesional dan
berakhlak mulia, sehingga tidak menindas sesama manusia, tetapi maju
bersama dengan semangat berbagi.
B. Latar Belakang Manajemen Kurikulum.
Kurikulum yang diterapkan pada pendidikan Alternatif, tentu
mempunyai banyak latarbelakang, perlu dikaji dan dicermati bersama dengan
tidak melupakan nilai-nilai normatif dan nilai-nilai filosofis.
Bertolak dari sebuah kebutuhan, maka perlu dipahami juga tentang
Fitrah manusia, Perkembangan Diri dan Hasrat Batin, kemudian berdasarkan
fungsi situasi proses pendidikan, yaitu tiga landasan yang mana akan
dipaparkan sebagai berikut:
a. Potensi Manusia
Abdul Khamid Zahwan, menjabarkan tentang Fitrah terambil dari
kata fathir, yang berarti belahan atau pikiran belum matang, kemudian
selain fatir adalah kata fithrah, yang mempunyai 5 makna: zakat fitrah,
sunat/ kejadian, mengadakan, agama, ciptaan, dan perangai.20 Makna
tersebut lahirlah makna-makna baru, antara lain muncul, kejadian dan
penciptaan. Kata ini terulang sebanyak 28 kali, 14 di antaranya dalam
uraian tersebut, menerangkan tentang bumi dan langit. Sisanya
membicarakan tentang manusia, baik pengakuan sebagai makhluk ciptaan
Allah maupun berkaitan dengan uraian tentang fitrah keagamaan yang
dimilikinya, maka fitrah manusia adalah sesuatu yang menjadi bawaan
kejadiannya sejak lahir. Manusia berjalan kakinya adalah fitrah jasadiah,
manusia mengambil kesimpulan berdasarkan premis-premis tertentu
19 Cerdas bukan hanya pandai teori dalam otak, hafal bermacam keilmuan, namun cerdas merupakan dapat memecahkan permasalahan yang ada, dengan bijak sana.
20 Abdul Khamid Zahwan, Kamus al-Kamil Arab Indonesia, (Semarang: PT. M.G Usaha Keluarga), hlm. 309.
21
adalah fitrah akliyah, manusia kepada lawan jenis, kepada anak, kepada
kepada harta adalah fitrah sebagai mahluk ciptaan Allah21
Landasan fitrah ini juga terdapat dalam Al-Qura’an surat Ar-Rum
ayat 30.
مفأق كهجين ولدنيفا لح تطرف ي اللهالت فطر اسا النهليال ع لخلق تبديل الله كذل ينالد مالقي نلكو اس أكثرال الن (30:رومال) .يعلمون
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS. Ar-Rum : 30)”. 22
Kemudian dalam hadist nabi yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhori di beritakan dari iskhak, dari Abdul Rozaq dari Muammar, dari
Hamam dari Abi Hurairah Rosulullah S.A.W, berkata :
نابى ع ريرقال .ة ه وهللا ا ل رس من ما . سلم و عليه صلى لومو اال د لدوي لىع فطرفا.ة ال وا ب و ههي ا د و ينرا ص 23(البخــارى رواه) نه
Artinya, dari Abu Hurairah, r.a., berkata dia: Nabi saw bersabda:
Tidak ada satu anak pun dilahirkan kecuali kedaan fitrah, maka kedua
orang tuanya yang menyebabkan menjadi Yahudi, Nasrani.(H.R. Bukhari).
Ayat Qur’an dan Hadist di atas, mempunyai hubungan erat yaitu,
menerangkan bahwa, manusia dilahirkan membawa fithrah, dari dasar
agama maka keterangannya adalah manusia mempunyai potensi agama,
yaitu condong untuk mencari tuhan, kemudian jika menuju bidang
pendidikan, berarti manusia mempunyai banyak potensi, yang dapat digali
21 MIF Baihaqi, op.cit., hlm. 232-234. 22 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002, ), vol. 15, hlm.
52. 23Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Al- Bukhari, Matnul Bukhari, (Bandung: Sirkah
Al-Ma’arif Litthob’I Wannasyar, tt.p), juz 4, hlm. 144.
22
dan dikembangkan, tergantung siapa dan dimana yang menyebabkan
berkembangnya manusia tersebut, didasari dengan proses pendidikan dan
proses pendukungan.
Fitrah Insani adalah alih fungsi dari antropologi filsafat yang
berdasarkan atas kodrat manusia yang dominan pada karakteristik
individu. yakni meliputi:24
1) Individualitas
Suatu konsep bahwa anak didik relasi dengan kejasmanian,
alam, dan lingkungan ekologis atau dengan kata lain, Anak didik
merupakan individu yang memiliki hak otonom, sehingga pendidik
tidak baik bila memaksa hak anak seperti kebebasan berbuat, hak tidak
berbuat, hak persetujuan dan lain-lain. Dengan kata lain bahwa
manusia memiliki potensi, dimana manusia itu hidup dan bersksistensi
dalam kehidupannya.25
2) Sosialitas
Konsep sosialitas biasa disebut keterlibatan dengan sesama,
termasuk di dalamnya adalah pendidikan, kematangan, penalaran,
kesadaran dan sikap hidupnya tergantung pada pendidikan yang
berlangsung di tengah masyarakat, maka anak didik dapat diajak
bekerja sama dengan cara kooperatif dibidang pendidikan.26
3) Moralitas
Anak didik memiliki harga diri atau martabat, yang sering
disebut dengan khalifah dibumi,27 sehingga pendidik tidak dibenarkan
menciptakan iklim pendidikan yang instrumentalitas.28
24 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Gama Media, Jakarta 2005, hlm. 80. 25 Ibid. 26 Ibid., hlm. 83. 27 Ibid., hlm. 88. 28 Instrumental atau diperalat adalah iklim rasa takut atau penurut anak didik kalau tidak
berbuat, dan anak didik harus dihormati.
23
4) Religiusitas
Anak terdapat dimensi keagamaan (religiusitas), sering
diangkat oleh para pakar adalah sebagai hamba yang harus beribadah
kepada Allah29, sebagaimana Firman Allah dalam al-Qur’an:
لقتاخوم ناجل سانالاال و نودبعلي
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah (ibadah) kepada-Ku (Q.S. Al-Dzariyat,51:56)”.30
Maksud ibadah telah diterangkan dalam tafsir Mishbah, ibadah ada
dua macam yaitu ibadah mahdhoh (ibadah murni, meliputi shalat, zakat,
puasa dan haji) dan Ghairu Mahdhoh, (ibadah tidak murni, meliputi semua
aktivitas manusia lahir dan batin, dimaksudkan untuk mendekatkan diri
kepada Allah), selain ibadah mahdhoh adalah ghairu mahdhoh meliputi
dari pendidikan, dan belajar sepanjang hayat.31
Fitrah Insani berdasarkan teori di atas, sebenarnya hakekat manusia
dominan pada karakteristik individu, yakni diciptakan Allah untuk
mengembangkan kemampuan dasar jasmaniah dan rohaniah menurut
kehendak pencipta-Nya, sebagaimana dimaksud dalam al-Qur'an surat
Asy-Syams: 7-10 yang berbunyi:
خاب وقد زكاها من أفلح قد .وتقواها فجورها فألهمها .سواها وما ونفس (7-10 :الشمس ). دساها من
“dan jiwa serta penyempurnaan (penciptaaan)Nya maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”(Q.S. Asy-Syams7- 10). 32
29 Abudin Nata, op.cit., hlm. 92. 30 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Intermasa, 1971),
hlm. 862. 31 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2003), Cet. I, Vol. 13,
hlm. 355-356. 32 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Intermasa, 1971),
hlm. 1064.
24
Ayat di atas ada kata fa alhamaha dari kata al-lahm yakni menelan
sekaligus, kemudian lahir kata ilham, memang ilham datang secara tiba-
tiba tanpa disertai analisis sebelumnya, bahkan tidak terpikirkan
sebelumnya, sehingga manusia tidak dapat menolaknya, potensi ini ada
pada setiap insane, walaupun peringkat dan kekuatannya berbeda antara
seseorang dengan lainnya. Potensi ini bisa negatif maupun positif .33
b. Perkembangan Diri
Perkembangan diri sama halnya landasan psiko-dinamik yang
fokusnya pada penciptaan iklim psikologis dalam proses pendidikan. Pada
landasan ini memancarkan semangat untuk saling mempengaruhi situasi
pendidikan yang terpancar dari kepribadian pendidik yakni kehidupan
emosionalnya karena telah mencapai kedewasaan kemdian pesertadidik
dapat mempunyai pemikiran dan pengertian diri tentang sesuatu yang telah
didengar, diraba, disentuh dan lain sebagainya sesuai indera yang
dimilikinya.34
Landasan semangat batin, adalah penciptaan iklim psikologis
sangat membantu pembangunan kata hati peserta didik, terutama dalam
mengembangkan ego-strenght dan ego-ideal, anak dalam rangka merajut
cita-cita atau menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya dalam proses
kedewasaan.
c. Hasrat Hati
Hati/Fuad sering dianggap sebagai pedoman qolb. Kadang-kadang
disamakan dengan aql (akal). Dalam Al-Qur’an, kata fuad yang bentuk
jamaknya adalah (af-idah), terulang sebanyak 15 kali. Hal tersebut adalah
karunia Allah yang diberikan kepada manusia untuk menangkap dan
mempersepsi informasi, baik yang berbentuk abstrak atau yang konkrit,
33 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), Cet. IV, Vol. 15, hlm. 297.
34 MIF Baihaqi, op.cit., hlm. 140-142.
25
yang terjadi dimasa lampau, sekarang maupun besok, apabila qolb adalah
semacam wadah sekaligus pusat kesadaran, yang menampung semua
persepsi yang disadari manusia, maka fuad merupakan semacam mata air
kesadaran yang bersih, hati nurani manusia yang terdalam.35 Allah
berfirman dalam Al-Qur’an :
.ءىالفؤادمارا بماكذ
“Hati nurani tidak akan mendustakan segala sesuatu yang telah dilihatnya”(QS. An. Najm 53:11)”. 36
Secara alami hati tidak akan berbohong pada sesuatu yang telah
dilihat, kemudian ketika terjadi kebohongan karena hasil dari pemikiran
manusia itu sendiri.
Istilah hasrat hati, merupakan alih fungsi dari landasan filosofis
yang berdasarkan pada filosofis pendidikan yang tidak mencakup pada
seluruh substansi filsafat, melainkan secara dominan substansi metafisika
(seputar nilai-nilai dan tujuan hidup).
Nilai-nilai inilah merupakan wujud dari tujuan pendidikan karena
mengandung nilai yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial kemasyarakatan,
seperti tanggungjawab, kesadaran norma, etika dan kepribadian.37
Karakteristik individu merupakan, hal yang perlu dicermati,
kemudian atas beberapa karakteristik tersebutm, perlu disalurkan dengan
adanya kurikulum bebasis kebutuhan, karena lembaga pendidikan pastinya
mempunyai kurikulum, secara sengaja dan sadar dirancang untuk
keperluan pendidikan reguler atau konvensional, maka pendidikan
mempunyai pertimbangan tentang, hakekat objek (landasan Ontologis),
tentang (asal, cara, struktur, dan lain-lain), penggarapan objek (landasan
epistemologis), dan manfaat objek (landasan aksiologis).
35 Ibid., hlm. 241. 36 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Intermasa, 1971),
hlm. 871. 37 MIF Baihaqi, op.cit., hlm. 123-124.
26
a. Segi Ontologis
Dari segi ontologis pendidikan Kurikulum Berbasis Kebutuhan
meliputi sejumlah postulat, yaitu:
1) Kurikulum didesain sebagai salah satu alat untuk memperlancar proses
pendidikan.
2) Kurikulum didesain atas kesepakatan peserta didik dan masyarakat.
3) Kurikulum didesain sesuai dengan kebutuhan masyarakat, atau daerah
masing-masing.
4) Kurikulum Nasional Sebagai Salah Satu Referensi/ Rujukan dalam
mendesain silabi pembelajaran.38
b. Segi Epistemologi
Bagaimana kurikulum yang dikonsep dan dilaksanakan, sebagai
himpunan pengalaman peserta didik, yang menjadi objek pembahasan dan
praktik belajar mengajar, sumber materi dan proses belajar dalam
kurikulum, bersumber dari realita konkret keseharian peserta didik.39
c. Segi Aksiologis
Segi aksiologis atau asas manfaat Kurikulum, ditujukan kepada
peserta didik, agar mengikuti pendidikan, sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan peserta didik. Program kurikulum memberi kesempatan, untuk
mengembangkan potensi pada diri perserta didik seoptimal mungkin,
dengan tujuan utama, pendidikan seumur dan belajar seumur hidup.40
Keterangan tersebut, dapat dilihat kecocokan antara pendidikan
sekolah dengan Kurikulum berbasis Kebutuhan, kemudian kebutuhan dan
38 Sujono Samba, Lebih Baik Tidak Sekolah, hlm. 43. 39 Nurani Soyomukti, Metode Pendidikan Marxis Sosialis,(Jogjakarta: Ar-ruz Media,
2008), hlm. 194. 40 Forum Mangunan, A. Ferry Indratno, (ed) Kurikulum Yang Mencerdaskan Visi 2030
dan Pendidikan Alternatif, (Jakarta: Kompas, 2008), hlm. 65-77.
27
motivasi sesungguhnya, tidak berdasarkan nilai ujian, melainkan
rasa keingintahuan yang sangat tinggi, dan keinginan berkarya. Kemudian
tugas lembaga memotivasi dan menfasilitasi.
C. Karakteristik Manajemen Kurikulum
Karakteristik manajemen kurikulum ini dapat kita lihat dalam
Planning, Organizing, Actuating, dan Controling / Evaluating, secara singkat
disebut dengan (POAC), adapun lebih detailnya adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan Kurikulum (Planning)
Perencanaan Kurikulum adalah kesempatan belajar, yang
dimaksudkan untuk membina siswa/ peserta didik, ke arah perubahan
tingkah laku yang diinginkan dan menilai hingga perubahan-perubahan
pada diri peserta didik.41
Perencanaan kurikulum perlu adanya sebuah pemahan terhadap
fungsi merencanakan, kemudian pimpinan perlu menyusun secara cermat,
teliti, menyeluruh dan rinci, adapun fungsi perencanaan kurikulum adalah
sebagai berikut:42
1) Perencanaan ini berfungsi sebagai pedoman atau alat manajemen, yang
berisi petunjuk tentang jenis dan sumber peserta yang diperlukan,
media, tindakan yang perlu dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana
yang diperlukan, sistem kontrol dan evaluasi, peran unsur-unsur
ketenagaan untuk mencapai tujuan manajemen organisasi.
2) Sebagai penggerak roda organisasi, dan tata laksana untuk
menciptakan perubahan mayarakat sesuai dengan tujuan organisasi.
3) Perencanaan Kurikulum berfungsi sebagai motivasi dalam
melaksanakan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil optimal.
Dalam merencanakan kurikulum, perlu koordinasi dengan beberapa
pihak, utamanya kepada pesertadidik, yang mempunyai kebutuhan,
sebelum mengkrucut pada kurikulum yang relevan, perlu pemaparan
model-model kurikulum sebagai berikut :
41 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum,(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. I, hlm. 152.
42 Ibid., hlm. 152.
28
a. Model Perencanaan Rasional deduktif atau rasional Tyler
Model Perencanaan Rasional deduktif atau rasional Tyler ini
mempunyai beberapa ciri-ciri sebagai berikut:
1) Menitikberatkan pada logika dalam merencanakan Program
Kurikulum.
2) Bertitik tolak pada spesifikasi tujuan (goals and objektif)
3) Cenderung mengabaikan Problematika lingkungan tugas
4) Menentukan kebijakan dilingkungan departemen
5) Cocok pada sistem pendidikan centralistik, yang menitik beratkan
pada perencanaan pusat
6) Kurikulum dianggap sebagai alat untuk mengembangkan mencapai
maksud dan tujuan di bidang ekonomi.
Model kurikulum tersebut, terkonsep rapi tetapi terkesan
monoton, seolah-olah statis dan susah mengalami perkembangan.
b. The Disiplines Model
Perencanaan ini adalah mempunyai cirri sebagai berikut :
1) Perencanaan yang dititik beratkan kepada guru-guru.
2) Para guru merencanakan kurikulum berdasarkan pertimbangan
yang sistematik tentang relevansi pengetahuan filosofis, (isu-isu
pengetahuan yang bermakan), sosiologi (argument-argumen
kecenderungan sosial), Psikologi (untuk memberitahukan tentang
urutan-urutan materi pelajaran). Hal tersebut, Mif sepakat dengan
pendapatnya Lawton pada tahun 1973.
Ketika melihat prosesnya, jelas model kurikulum diatas,
merupakan kurikulum yang tidak statis, namun tekesan otoriter dan
semua terkonsep dari guru atau lembaga, kurikulum tersebut cocok
untuk anak pada usia di bawah 10 tahun.
c. Model Tanpa Perencanaan (Non Planning)
Kurikulum model ini adalah model yang mempunyai ciri yang
berbeda yaitu :
29
1) Mempunyai pertimbangan-pertimbangan intuitif guru-guru di
dalam ruangan kelas,
2) Sebagai bentuk pembuatan keputusan, hanya sedikit upaya kecuali
merumuskan tujuan khusus, formalitas pendapat, dan analisis
intelektual.
Pada zaman modern ini, tentunya yang paling tidak relevan
adalah kurikulum tersebut karena merupakan kurikulum, insidental dan
tidak terencana.
d. Model Interaktif Rasional
Dari beberapa model kurikulum yang berkaitan dengan
Kurikulum Berbasis Kebutuhan, adalah Model Interaktif Rasional (The
Rational-Interactive Model), kurikulum ini mempunyai ciri-ciri :
1) Rasional sebagai tuntutan kesepakatan antara pendapat-pendapat
yang berbeda.
2) Tidak mengikuti urutan logik.
3) Perencanaan dipandang sebagai suatu masalah, yang lebih lebih
menekankan, ‘Perencanaan Dengan’ (planning with), dibandingkan
perencanaan bagi/ untuk ‘planning for’.
4) Model ini biasa disebut dengan model situasional, hal ini
mempunyai asumsi rasionalitasnya menekankan pada respons
fleksibel kurikulum yang kurang memuaskan, dan inisiatif pada
suatu refleksi keyakinan ideologis masyarakat demokrasi.
5) Rencana merupakan fase krusial dalam pengembangan kurikulum,
tentunya diperlukan saling beradaptasi antara perencana dan
pengguna kurikulum.43
Salah satu dari empat model tersebut, Model Interaktif
Rasional, sangat mengerti keinginan dan kebutuhan peserta didik,
kaena peserta didik diikutsertakan dalam merencanakan kurikulum,
maka lebih cocok untuk kurikulum berbasis kebutuhan. Sistem
kurikulumnya, berdasarkan kesepakatan peserta didik, tentunya mereka
43 Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 152.
30
akan senang dan tahu alur, serta tidak merasa terpaksa, dan ditekan
untuk belajar, tetapi mereka akan merasakan diberi kesempatan,
motivasi dan kepercayaan.
Setelah tahu bagaimana model kurikulum, pijakan
selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah mendesain kurikulum, guna
menuju kesempurnaan kurikulum yaitu :
1) Mata ajaran / mata pelajaran
Mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan pesertadidik
2) Peserta didik, adalah fokus utama dalam desain kurikulum
3) Guru / fasilitator 44
selain di atas Media dan Sumber belajar, tidak kalah
pentingnya, karena dapat menjadi pengganti guru, meminjam
bahasanya E. Mulyasa, dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Buku
tersebut menerangkan adanya keseluruhan sumber belajar yang
digunakan, dan pengalaman lapangan.45
Hal-hal yang perlu diperhatikan setelah model dan desain
kurilum, karena ini merupakan nyawa dari sebuah kurikulum, adapun
macamnya sebagaimana berikut:
a. Konsep Administrasi Kurikulum
Oemar Hamalik meminjam bahasanya Sondang S.
Siagian bahwa, administrasi merupakan keseluruhan proses
kerjasama antara dua orang atau lebih, didasarkan atas rasionalitas
tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Jika
dicermati lebih lanjut Administrasi Kurikulum ada lima konsep di
antaranya adalah :46
1) Administrasi sebagai suatu proses keseluruhan.
2) Manusia yang terlibat dalam proses administrasi
3) Proses administrasi senantiasa bertujuan
44 Ibid. 45 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
hlm. 42-55. 46 Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 54.
31
4) Proses administrasi membutuhkan dukungan perlatan dan
perlengkapan
5) Pada prinsipnya administrasi dilakukan dalam bentuk
kerjasama.
Secara umum Administrasi Kurikulum ada beberapa
kegiatan yaitu: Kegiatan dibidang Program Intruksional, kegiatan
di bidang personal, kegiatan dibidang dukungan logistik,
Perencanaan, Hubungan dengan Pihak Luar.
1) Pendekatan Administrasi Kurikulum
Pendekatan ini termasuk tahab perencanaan yang
perlu diperhatikan, adapun pendekatan ini adalah Pendekatan
Modern, ciri-ciri pendekatan ini ada empat belas tahap :47
a). Pengelompokan Peserta didik secara Fleksibel
b). Pesertadidik berpartisipasi secara aktif dalam proses
pembelajaran
c). Suasana kelas berlangsung dengan suasana liberal
d). Mengutamakan pada proses belajar
e). Kegiatan belajar pada inquiry, penyelidikan terhadap
masyrakat
f). Mempergunakan sumber belajar yang munkin
g). Menitik beratkan pada belajar pengalaman, bukan pada isi
pelajaran atau metode mengajar.
h). Semua Peserta didik dibimbing agar kreatif
i). Anak bersikap transaktif (saling aksi mereaksi)
j). Peserta didik dihadapkan pada tingkat probabilitas/
kemungkinan yang menuntut pilihan
k). Hubungan yang dikalangan peserta didik terarah pada
pertumbuhan/ perkembangan, dimana persaingan antara
kelompok dan kerja kelompok dapat saja dilaksanakan.
47 Ibid., hlm. 61.
32
l). Peserta didik bekerja dalam bentuk self-fulfilling (mengisi
kegiatan sendiri dengan semaksimal munkin)
m). Menekankan pada tanggungjawab, bukan keterikatan atau
kebebasan mutlak
n). Peserta didik bekerjasama dengan rekan dan guru/
pembimbingnya
2) Sistem Pembelajaran
Pada dasarnya, Perencanaan Sistem Pembelajaran
tetap merujuk pada kebutuhan peserta didik, jika Sistem
pembelajaran pada Kurikulum Berbasis Kompetensi ada 6
strategi yang perlu dilaksanakan yaitu, 1. Sistem Belajar dengan
Modul, 2. Menggunakan Keseluruhan Sumber Belajar, 3.
Pengalaman Lapangan, 4. Strategi Belajar Individual, 5.
Kemudahan Belajar, dan 6. Belajar Tuntas.48 Kemudian dalam
Kurikulum Berbasis Kebutuhan ada satu macam yang
ditekankan oleh peserta didik yaitu, menggunakan sistem
pembelajaran, Multimedia (Komputer Berinternet), yang dapat
mengakses semua bentuk informasi Local, Nasional sampai
Internasional, dengan tidak menafikan ke-enam Sistem
pembelajaran dari Kurikulum Berbasis Kebutuhan.49
Penekanan tersebut jelas pada usia SMP sangat
menggemari dunia multimedia, konsep sistem pembelajaran
ditekankan pada Multimedia atau Komputer berinternet, tetapi
juga tidak menginggalkan konsep 6 sistem sistem
pembelajaran.
3) Sumber Belajar
Jika fasilitas memenuhi kebutuhan peserta didik,
maka kegiatan pembelajaran, merupakan kegiatan yang
mengasikkan, sumber belajar yang digunakan adalah semua
48 E. Mulyasa, op.cit, hlm. 42-55. 49 Bahruddin, Pendidikan Alternatif Qoryah Thoyibah, (Yogyakarta: LKiS, Cet. I, 2007),
hlm. 40.
33
yang dapat dilihat oleh mata manusia normal, dan dapat di
dengar oleh telinga, adalah sumber belajar, kemudian
memberdayakan sumber belajar dengan membawa peserta didik
ke suatu tempat, yang terdapat sumber belajar.50 Dari
penjelasan disini jelas, jika sumber belajar dapat dibawa
kemana saja akan lebih mengasikkan, seperti halnya melalui
internet dan memakai beberapa alat elektronik.
4) Strategi Pembelajaran
Kurikulum akan lebih baik, jika menggunakan sistem
pembelajaran Partisipatif, Secara bahasa Partisipatif diambil dari
kata bahasa Inggris participation mempunyai arti, pengambilan
bagian atau mengikutsertakan.51 Kemudian menurut Istilah
Pendidikan partisipatif berarti sebuah pendidikan yang melibatkan
semua komponen pendidikan, khususnya peserta didik, model ini
bertumpu pada nilai-nilai demokrasi, pluralisme dan kemerdekaan
manusia (peserta didik). Landasan nilai tersebut, fungsi pendidik
sebagai fasilitator yang memberikan ruang seluas-luasnya bagi
peserta didik untuk berekspresi, berdialog dan berdiskusi.52
Muis mengatakan ada dua macam istilah yaitu,
Andragogi dan Pedagogi, lebih jelasnya cermati penjelasan
dibawah ini:53
1) Andragogi
Andragogi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu
“andr” yang berarti laki-laki atau orang dewasa, dan “Ogogos”
yang berarti membimbing atau membina, maka secara harfiyah
dua kata tersebut dapat disimpulkan andragogi adalah ilmu atau
seni mengajar orang dewasa.
50 Ibid. 51 John M. Echols & Hassan shadily, loc.cit., Cet. XXIV, 2000, hlm. 419. 52 Muis Saad Iman, Pendidikan Partisipatif, (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2004),
Cet. II, hlm. 4. 53 Ibid., hlm. 5.
34
2) Pedagogi
Pedagogi juga berasal dari bahasa yunani kuno yaitu,
dari kata “Paid” yang berarti anak, dan “Ogogos” yang berarti
membina atau membimbing. Dari bahasa inggris kata
“pedagogy”54 berarti mendidik/ membimbing.
Kedua istilah di atas, adalah dua kata yang sangat
berbeda, dan jika dikaitkan dengan strategi partisipatif yang sesuai
adalah istilah andragogi, walaupun selama ini dunia pendidikan
dominan menggunakan pedagogi, maka sekarang dalam konteks ini
perlu dipilah dan dipilih cara yang sesuai yaitu mengkrucut pada
andragogi.
Konsep andragogi ini perlu dikembangkan dan disemaikan,
pendapat Malcolm di bukunya Muis Sad Imam, menerangkan ada
empat asumsi pokok yaitu: 55
1) Konsep diri
Konsep diri mempunyai asumsi, bahwa bayi akan tumbuh dan
berkembang berdasarkan ketergantungan total, setelah bayi itu
dewasa maka ia akan mengarahkan dirinya sendiri, sehingga
mampu untuk hidup dan belajar mandiri.
2) Peranan Pengalaman
Asumsi ini bahwa setelah bayi tumbuh dewasa, ia akan
mengumpulkan pengalaman, sehingga ia menjadikan sebagai
sumber belajar, dan pada saat yang bersamaan, individu
tersebut mendapatkan pengalaman baru dan ilmu baru. Konsep
ini sering disebut dengan Proses belajar Berdasarkan
Pengalaman (Experiential Learning Cycle).
3) Kesiapan Belajar
Individu semakin dewasa, kesiapan belajar bukan ditentukan
oleh paksaan akademik dan biologisnya, melainkan lebih
54 Loc.cit John M. Echols & Hassan shadily cet XXIV 2000. hlm. 423. 55 Ibid., hlm. 5-6.
35
ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas
serta peran sosial.
4) Orientasi Belajar
Maksud dari orientasi belajar ini adalah sebuah asumsi, yang
menerangkan, bahwa manusia dewasa akan mempunyai
orientasi belajar, berpusat pada pemecahan masalah.
Demikian empat asumsi, bahwa setelah bayi yang tumbuh,
besar dan dewasa akan lebih sesuai jika strategi pembelajarannya
menggunakan partisipatif, yang mengkrucut pada andragogi.
Memang betul konsep ini diperuntukkan orang dewasa, yang akan
tertantang dengan pemecahan masalah, tetapi diatas umur 10 tahun
manusia diberikan hal tersebut, mayoritas bisa karena hakikat
manusia, tetap akan berusaha memecahkan masalah yang
dihadapinya demi aktualisasi diri, yang merupakan kebutuhan
manusia.
Mencermati dari sebuah Kurikulum Berbasis Kebutuhan,
maka perlu adanya strategi pembelajaran, yang jelas tidak ada
unsur paksaan, menurut Psikologi Pendidikan, Belajar sesuia
kehendak hati seperti dalam teori prinsip-prinsip belajar sebagai
berikut :56
1) Belajar akan berhasil jika disertai kemauan dan tujuan tertentu.
2) Belajar disertai berbuat, latihan dan pengulangan.
3) Belajar akan berhasil dengan metode menyenangkan.
4) Belajar berhubungan dengan kebutuhan hidupnya.
5) Memahami bahan yang sedang dipelajari bukan hanya sekedar
menghafal.
6) Memerlukan bantuan orang lain.
7) Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri
pelajar.
56 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogjakarta :Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, Bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2004), Cet. III hlm. 69.
36
8) Ulangan dan latihan perlu tetapi didahului dengan pemahaman.
Berdasarkan keterangan di atas memang perlu sebuah
pendukungan, kemudian termasuk ujian sebenarnya yang menguji
itu bukan pembimbing atau guru, akan tetapi para peserta didik itu
sendiri yang ingin menguji kemampuan, jika psertadidik belum
mempunyai motivasi untuk menguji dirinya maka tugas
pembimbing atau pendidik untuk memberi pendukungan untuk
menguji.
2. Pengorganisasian Kurikulum (Organizing)
Secara bahasa, organisasi berasal dari kata bahasa inggris
“Organization” berarti mengatur,57 oemar mengatakan dalam bahasa
istilah, organiasi merupakan suatu kelompok sosial, bersifat tertutup atau
terbuka, terhadap pihak lain, dikelola berdasarkan aturan tertentu, yang
dipimpin oleh seorang pimpinan, yang dapat melaksanakan bimbingan
secara teratur dan bertujuan. Kemudian organizing yang berarti
pembagian, banyak organisasi juga model bentuk organisasi kurikulum,
kemudian secara akademik organisasi mempunyai beberapa
pengembangan yaitu :58
1) Kurikulum Mata Ajaran, model ini mempunyai sejumlah mata ajaran
secara terpisah
2) Kurikulum bidang studi, berbeda dengan yang di atas, karena
menfungsikan beberapa mata ajaran yang sejenis
3) Kurikulum Integrasi, jika ini adalah sebuah kurikulum yang
menyatukan dan memusatkan kurikulum pada topik atau masalah
tertentu
4) Core curriculum, yakni kurikulum yang disusun berdasarkan pada
masalah dan kebutuhan peserta didik.
Mencermati dari beberapa bentuk organisasi kurikulum di atas,
maka perlu dikrucutkan dengan kurikulum berbasis kebutuhan yaitu
57 John M. Echols & Hassan shadily, op.cit., hlm. 408. 58 Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 136-137.
37
core curriculum yaitu penyusunan kurikulum berdasarkan kebutuhan
siswa/ peserta didik, dengan melibatkan mereka. Bentuk pembagian
secara kongkritnya memang tidak ada, namun jika mau berfikir
mendalam, maka alam ini, adalah bentuk kongkrit mata ajar, dapat
menjadi acuan untuk membaginya, misal sawah, dapat dikategorikan
beberapa ilmu, bisa IPS, matematika, ekonomi, atau IPA dan lain
sebagainya, hal tersebut akan bermanfaat dan bisa dipraktekkan.
3. Pelaksanaan Kurikulum (actuating)
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada pelaksnaan kurikulum
diantaranya :
a) Lembaga Kegiatan administrasi Kurikulum
Kegiatan dalam administrasi Kurikulum mempunyai beberapa
tahab antara lain:59
1) Para pimpinan lembaga menyusun rencana kegiatan tahunan.
2) Kemudian menyusun rencana pelaksanaan program Unit.
3) Menyusun jadwal pelaksanaan Kegiatan.
4) Melaksanakan kegiatan proses pembelajaran.
5) Mengatur pelaksanaan pengisian buku laporan pribadi.
6) Melaksanakan kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler.
7) Melakukan evaluasi belajar tahab akhir.
8) Mengatur alat perlengkapan pendidikan.
9) Melaksanakan kegiatan bimbingan dan penyuluhan.
10) mengkonsep usaha-usaha peningkatan mutu guru.
b) Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Sekolah
1. Koordinasi Program dengan Warga Sekolah.60
Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Sekolah berbentuk Musyawarah
antara pesertadidik dan pendidik, agar mengetahui kebutuhan
pesertadidik dalam pembelajaran.
59 Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 172. 60 Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bnadung: P.T. Rosda Karya, 2006),
hlm. 175.
38
2. Koordinasi Dengan masyarakat.
Setelah musayawarah dengan para pesertadidik, maka dilanjutkan
koordinasi dengan masyarakat.
c) Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Kelas.61
Dalam kegiatan ini ada 3 hal yang dilaksanakan antara lain :
1) Pembagian tugas bimbingan dalam belajar yang meliputi :
penyusunan RPP (Pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran62, berdasarkan kesepakatan antara pembimbing dan
pesertadidik63), Menyusun Jadwal Pelajaran, Pengisian Kemajuan
Siswa.
2) Pembinaan Ekstra Kurikuler yang memenuhi bakat dan minat,
Memenuhi Kebutuhan Kelompok, Memberi Pengalaman
Eksplotorik, Mengintregasikan kelompok-kelompok sosial,
mengembangkan sifat-sifat tertentu, menyediakan waktu untuk
bimbingan informal, mengembangkan citra masyarakat terhadap
sekolah.64
Pelaksanaan tersebut merupakan standar kurikulum yang berlaku di
nasional, kemudian jika menuju ke kurikulum berbasis kebutuhan karena
pada model kurikulum bernafaskan interaktif, maka dalam membuat
program tahunan maupun bulanan, tidak lupa menyaring dari aspirasi
peserta didik.
4. Evaluasi (controlling / evaluating)
a. Teknik Evaluasi Kurikulum.
Manajemen Kurikulum berbasis Kebutuhan, mempunyai teknik
evaluasi, rapat atau pertemuan antara Peserta didik dan pembimbing/
pendidik, mengenahi jalannya pembelajaran, sampai pengelolaan
sarana sekolah. Karena di dalam buku pengembangan Kurikulum
61 Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 181-182. 62 Forum Mangunan, op.cit.,hlm. 66-67. 63 Sujono Samba, op.cit., hlm. 43. 64 Di buku asli terdapat kata mengikat siswa disekolah, tetapi hal tersebut tidak relevan
karena hal ini adalah salah satu pemaksaan, karena kurikulum berbasis kebutuhan tidak ada sebuah ikatan atau paksaan.
39
untuk supervisi disusun dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan
program.65
b. Pedoman evaluasi kurikulum
Pedoman evaluasi kurikulum, sebagaimana penjelasan pada
Perencanaan Kurikulum, dan dikembalikan lagi kepada pesertadidik66.
c. Tindak lanjut setelah diadakan evaluasi Kurikulum.
Tindak lanjut merupakan kegiatan yang merujuk kepada hal
lebih baik, sebagaimana keterangan bahwa Supervisi Kurikulum adalah
usaha memberi bantuan, bimbingan dan pemberian motivasi, agar
terjadi sebuah peningkatan.67
Berdasarkan penciptaan kurikulum yang lebih baik, maka ada sebuah
keseimbangan dalam kurikulum, sesuai dengan teori Peter F. Oliva dalam
bukunya yang berjudul Supervision for Today’s schools, adapun
keterangannya adalah sebagai berikut :
Among the aspects of curriculum which require balancing are the following:68 1. there must a balance between general education and specialized
education 2. there must a balance between the academic and the vocational
aspect the curriculum. 3. there must a balance between contents aimed at the immediate and
the long range need of learners. 4. there must a balance between the child-centered approach and the
subject centered approach to curriculum.
Peter F. Oliva mengatakan, beberapa aspek dari kurikulum
membutuhkan keseimbangan sebagai berikut :
1. Harus ada keseimbangan antara pendidikan umum dan pendidikan khusus.
2. Kurikulum harus ada keseimbangan antara Akademik dan kejuruan dari
kurikulum.
65 Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 194. 66 Dikembalikan kepada pesertadidik maksudnya adalah selain melihat proses dan hasil
belajar peserta didik, juga menampung aspirasi, dan akan menjadi pijakan evaluasi. 67 op.cit., hlm. 94. 68 Peter F. Oliva, Supervision for Today’s schools, (New York : Longman, 1976), Cet. II,
hlm. 294.
40
3. Harus ada keseimbangan Antara isi tujuan pada saat ini (jangka pendek)dan
jangka panjang yang dibutuhkan dari pesertadidik
4. Kesimbangan antara jalannya pemusatan pada anak dan jalannya pemusatan
pada kurikulum.
Pendapat Peter F. Oliva di atas, dapat menjadi sebuah pijakan
mengevaluasi kurikulum, yang sedang berjalan atau sedang dalam proses
perancangan.
Evaluasi kurikulum, tidak kalah pentingnya dengan hal lain, evaluasi
kurikulum merupakan prosedur, berupa kualitatif dan kuantitatif. Caranya total
data yang dikumpulkan, kemudian dipertimbangkan untuk meningkatkan
kurikulum agar baik dan sempurna.
BAB III MANAJEMEN KURIKULUM
DI SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH
A. Gambaran Umum SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening
Salatiga.
1. Sejarah Berdirinya SMP Alternatif Qaryah Thayyibah.
SMP Alternatif, merupakan lembaga pendidikan, yang didirikan
atas prakarsa masyarakat Kalibening dan sekitarnya, didukung beberapa
orang luar yang faham realita, baik sistem pendidikan formal serta
keresahan lain, yang menggerakkan masyarakat.
Musyawarah warga sebagai salah satu wujud dari kelanjutan
keresahan warga, di dalamnya membahas gagasan tentang semakin
mahalnya biaya pendidikan. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Bahrudin
sekaligus itu membicarakan hal antara lain: Adanya keresahan biaya
pendidikan yang dirasa berat, diberlakukannya sistem antara pendidikan
dan pengajaran yang sebagian tidak relevan, dan seakan sekedar mengejar
target untuk mendapatkan sertifikat akhir jenjang pendidikan.1
Hasil dari rapat sebagian warga sepakat dengan keputusan, bahwa
akan segera mendirikan sekolah sendiri, dengan ketentuan sekolah murah
membayar suka-suka tetapi tetap belajar, dengan alasan karena yang buat
adalah masyarakat. Kondisi masyarakat mayoritas adalah petani, tentu
menginginkan anaknya menjadi pandai dan tidak tega jika harus
membiarkan anaknya tidak melanjutkan sekolah mereka, intinya adalah
melanjutkan belajar. Keresahan ini semakin lama semakin menguat,
karena para orang tua di Kelurahan Kalibening berkeyakinan, bahwa
membiarkan anaknya tidak melanjutkan sekolah, sama halnya memangkas
masa depan mereka. Secara keagamaan, ini berarti menyia-yiakan amanat
Tuhan, dan secara kemanusiaan berarti, merampas hak anak untuk pandai
1 Pertemuan warga dan Ahmad Bahrudin pada saat itu adalah Ketua RW. Yang terjadi
Pada tahun 2003.
41
42
dan hidup secara lebih baik. Maka SMP Alternatif ini dirintis dengan
harapan mampu menjawab persoalan, sebagaimana yang telah terpaparkan
di atas, dengan selamat dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat
Kalibening, khususnya dan masyarakat pendidikan pada umumnya.2
Ide pembuatan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah di Keluarahan
Kalibening Salatiga, berangkat dari keprihatinan Bahrudin, melihat makin
rusak dan semakin mahal pendidikan di tanah air ini. Hilmi (anak pertama
Bahrudin) akan masuk SMP dan mendapatkan tempat disalah satu SMP
Favorit Salatiga, namun bahrudin terusik dengan anak-anak petani lainnya
(warga sekitarnya) yang tidak mampu membayar uang masuk SMP Negeri
mencapai Rp. 750.000 saat itu, uang sekolah Rp. 35.000 per bulan, belum
lagi uang seragam dan uang buku, yang jumlahnya mencapai ratusan ribu
rupiah. Walaupun pada saat ini, sudah ada keringanan dalam pembayaran
sekolah formal yaitu ada subsidi dari pemerintah, tetapi lebih leluasa
sekolah yang tidak banyak aturan dan tidak terbatas waktu belajar.3
Bahrudin menginginkan, adanya perubahan yang ada pada sistem
sekolah mahal, menjadi ringan dan selanjutnya mendirikan sekolah
tingkat SMP, untuk membantu warga miskin mengakses pendidikan murah
dan berkualitas, yang mempunyai orientasi pendidikan yang membebaskan
dari banyak peraturan.
Pertengahan Juli 2003, melalui musyawarah diantara warga
setempat, disepakati pembuatan sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah
kurikulumnya tetap berdasarkan pada kurikulum nasional (Kurnas), hanya
pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, muatan pengetahuan teknologi
informasi dan bahasa inggris mendapat porsi yang lebih banyak, tetapi
pada tahun selanjutnya sampai sekarang, porsi itu sirna karena kebutuhan
peserta didik banyak mengambil pengetahuan melalui internet, dan melihat
2 Wawancara dengan Ahmad Bahrudin, Pengelola SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. pada tanggal 1 Juli 2009
3 Keterangan ini dari Ahmad Bahrudin dan Jurnal madrasah, vol. 6 no.3 tahun 2005 dan tayangan CD MetroTV dan TV E pada tahun 2004, kemudian dilanjutkan tayangan pada tahun 2008.
43
hal tesebut, pengelola menyerahkan sepenuhnya tntang materi
pembelajaran pada masing-masing kebutuhan peserta didik.4
Hal ini dipertegas sebagaimana Visi dan misi yang diusung oleh
SMP Alternatif Qaryah Thayyibah yaitu “ Terwujudnya masyarakat
belajar menuju masyarakat ilmu yang berkeadaban yang bersemangat
keIndonesiaan, realistis, dan replicable ”.
Belajar dengan alam sekitar atau sering mereka sebut, ”dunia
sekolah kami, semesta laborat kami, dan siapapun guru kami”. Lain pihak,
pada umumnya sekolah memiliki gedung, di dalamnya banyak ruangan,
biasanya untuk belajar yang disebut kelas. Sebagian lagi untuk guru,
kepala sekolah, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya. SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah tidak termasuk dalam jenis sekolah-sekolah
di atas. SMP Alternatif Qaryah Thayyibah tidak mempunyai papan nama
lembaga dan lainnya.
Rumah sederhanam, yang tidak jauh beda dengan rumah-rumah
penduduk di Kelurahan Kalibening. ada satu tanda yang membedakan
dengan rumah lainnya adalah di atas rumah berdiri menara besi setinggi
40-an meter, menara itu sangat mencolok dan kontras dengan menara-
menara televisi milik penduduk yang terbuat dari bambu. Dari menara
itulah siswa-siswi dan para guru bisa melanglang buana, menambah
cakrawala dan mengikuti perkembangan wacana pengetahuan mutakhir
melalui jaringan internet, kini tempat untuk akses internet disediakan
gedung tersendiri yang disebut dengan Resource Center5.
2. Letak Geografis
Letak Geografis SMP Alternatif Qaryah Thayyibah berkedudukan
di Jl. R. Mas Said No. 12 Kelurahan Kalibening, Kecamatan Tingkir,
Kodya Salatiga Jawa Tengah (50700) telp. (0298) 311438.
4 Wawancara dengan Sujono Samba, guru Musik yang termasuk teman dekat Ahmad
Bahrudin di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening Salatiga pada tanggal 11 September 2009
5 Gedung ini nama lainnya adalah lumbung peralatan belajar, karena secara bahasa adalah “Penunjang Materi”.
44
Batas wilayah Kelurahan Kalibening yaitu sebalah timur
berbatasan dengan Kelurahan Ujung-Ujung, sebelah barat berbatasan
dengan Kelurahan Krasak, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan
Tegalsari, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sidorejo Kidul.
3. Keadaan Sosiologis
Keseharian masyarakat Kalibening, mayoritas bermata pencaharian
petani, maka pendidikan alternatif sangat berarti bagi mereka, karena
keadaan petani rata-rata berekonomi sederhana, walaupun sederhana
apapun mereka, tetap menginginkan desa yang maju, Qaryah Thayyibah
diartikan dalam bahasa Indonesia yakni “Kelurahan yang indah”, pastilah
cita-cita paling mendasar dari sebuah proses menuju Kelurahan yang di
dalamnya tetap menjaga nilai-nilai kearifan lokalnya namun tetap
berpandangan global dan Universal, pendidikan anak-anak Kelurahan
adalah kunci dari masa depan Kelurahan tersebut. Maka satu-satunya
pastilah pendidikan yang menghantar-kan kemajuan, kesejahteraan dan
keindahan Kelurahan. Kelurahan yang indah terlukiskan manakala anak-
anak Kelurahan berpengetahuan, dapat mengelola sumber dayanya sendiri,
anak-anak tersebut adalah aset Kelurahan, kelak dapat memimpin
Kelurahannya dengan pengetahuan yang benar, bermoral, mencintai
Kelurahan dan lingkungannya. Keadaan tersebut akan menjadi terwujud
dengan semangat orang tua dan perserta didik Qaryah Thayyibah, hal
tersebut tertanam pada mereka, karena orang tua mereka senang jika
anaknya dapat berwirausaha dan memaksimalkan potensi diri. 6
Kondisi ideal ini masih jauh dari harapan, beberapa Kelurahan
dilingkup SMP Alternatif Qaryah Thayyibah masih belum dapat
mengakses pendidikan. Jarak tempuh antara rumah dan lembaga
sekolahnya jauh, seorang siswa harus berangkat jam 05.00 pagi dengan
jarak + 5 Km, bisa dibayangkan kondisi fisik dan psikisnya ketika harus
menerima pelajaran, jika pun harus ditempuh dengan kendaraan (ojek)
6 Salah satu dari orang tua peserta didik yaitu ibunya lulu ketika diwawancarai saipul ketika pembuatan film, dan Wawancara dengan Ibu Nurul tanggal 6 Juni 2009, selain itu data ini diambil dari observasi dari CD tayangan TV E.
45
orang tua siswa harus mengeluarkan ongkos Rp. 10.000,- pergi pulang,
sementara kondisi ekonomi petani Kelurahan tidak memungkinkan hanya
sekedar ongkos transportasi, belum lagi SPP yang tinggi, uang jajan
(tentunya jarak tempuh yang jauh menguras energi siswa), uang buku,
ongkos seragam sekian stel, biaya ekstrakurikuler, uang gedung dan
sebagainya.
Keadaan masyarakat di sekitar SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
sangatlah majemuk, baik tingkat perekonomian, mata pencaharian,
pendidikan, maupun keagamaan. Ekonomi rakyat Kelurahan Kalibening
masih rendah, kebanyakan dari mereka berada di posisi menengah ke
bawah.
Jika melihat hal tersebut, akhirnya urusan sekolah menjadi nomor
dua, ada ujar-ujar yang sering kita dengar, “sekolah duwur-duwur, metu-
metu nganggur”, hal ini sebenarnya salah satu bentuk kekecewaan warga
terhadap keluaran siswa yang tidak sebanding dengan biaya yang
ditimpakan pada orang tua siswa.7
Pendidikan masyarakat masih tergolong rendah, dengan demikian
dukungan moral sangatlah besar terhadap eksistensi SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah, hal ini bisa dilihat ketika penyelenggaraan berbagai
kegiatan pembelajaran dan peserta didik yang belajar di SMP Alternatif
tersebut, karena asumsi para pendamping sekarang ini banyak lembaga
pendidikan yang seharusnya menjadi lembaga yang mendidik anak, telah
berubah menjadi lembaga jasa pendidikan, tentunya menjadi
komersialisasi pendidikan, yang banyak memakan biaya.8
4. Perkembangan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Perkembangan SMP Alternatif secara umum, dapat dilihat pada
tayangan televisi pada tahun dan bulan lalu, mulai tahun 2004 sampai yang
terbaru adalah pada tahun 2009, SMP tersebut sudah sering ditayangkan di
7 Wawancara dengan salah satu warga yang anaknya belajar sebagai peserta didik Qaryah
Thayyibah dan beliau adalah seorang Lulusan PGA tetapi nganggur dan berwirausaha 2009 8 Wawancara dengan M. Ridwan tanggal 11 September 2009.
46
televisi Indonesia, beberapa televisi yang menayangkan diantaranya TV 7,
TV e, Metro TV, TransTV, dan Trans 7. penayangan tersebut mengenahi
pembelajaran dan karya anak, serta bentuk lembaga, serta kurikulum yang
berlaku, perkembangan tersebut menurut pengamatan peneliti dan
tayangan televise Indonesia adalah:
a. Pada tahun 2004 kurikulum menginduk pada Kurikulum Nasional,
kemudian karena beberapa hal diantaranya tentang banyaknya
peraturan kaku pada kurikulum nasional, jelas sama dengan sekolah
formal, maka pada akhir tahun 2004 mengalami perubahan dalam
kurikulum yaitu kurikulum nasional hanya sebagai refrensi, tetapi pada
pelaksanaan diserahkan pada seluruh peserta didik, dan menginduk
pada PNFI (Pendidikan Non Formal dan Informal) 9.
b. Karya yang telah dihasilkan ada beberapa macam diantaranya ada
Novel, Puisi dan buku Mengkritisi Ujian Nasional, kemudian lagu-
lagu dolanan, direkam dan diaransemen ulang, untuk dijual dikalangan
sendiri sebagai salah satu usaha untuk membiayai Sekolah, selain itu
telah mempunyai Hymne dan Mars Qaryah Thayyibah, Pendidikan
Kesetaraan yang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Nasional, serta
Dangdut Pendidikan.
5. Perkembangan berkenaan pembelajaran sekarang ini, diserahkan pada
kemauan dan kebutuhan peserta didik, dapat dicermati rata-rata sesuatu
nampak maju dari mereka, adalah keahlian berbentuk wirausaha10 dan
seni.11 Hasil dari wawancara dengan beberapa badan pengelola, salah
satunya dengan bahrudin ternyata, banyak terispirasi dari pengembangan
pemikiran-pemikiran poulu freire, Ivan Illich, yang biasa disebut dengan
aliran jalur kiri.12
9 Wawancara dengan Ahmad Bahrudin pada tanggal 6 Juli 2009. 10 Hal tersebut dapat dilihat pada CD tayangan Metro TV tanggal 13 Agustus 2009,
tentang pembuatan sesuatu seni Kria, dari hasil pengamatan Peneliti, mereka membuat kertas daur ulang walaupun beum nampak dari peserta didik yang dapat mandiri melakukan wirausaha.
11 Seni yang nampak adalah Sastra, Musik dan Seni Beladiri, dapat dilihat pada CD tayangan MetroTV pada tanggal 13 Agustus 2009.
12 Wawancara dengan bahrudin 6 Juli 2009.
47
6. Mengenahi pendanaan atau setiap bulan tidak lagi ada SPP, karena
sekarang tidak ada tarikan pembayaran SPP, kemudian jika para peserta
didik butuh untuk sesuatu, mereka memusyarawarahkan kemudian ada
kesepakatan iuran, termasuk pembiayaan Internet sebagai salah satu
multimedia, untuk pembelajaran, juga tidak membayar, tetapi pengelola
menyerahkan semua kepada Peserta didik untuk dikelola, sehingga
pesertadidik berfikir agar bagaimana tetap dapat digunakan terus menerus,
akhirnya mereka musyawarah dan menghasilkan kesepakatan, iuran untuk
internet saat menggunakan dalam satu jam iuran Rp. 2000,- hal tersebut
tidak dapat disebut membayar karena disepakati sebagai iuran dengan
musyawarah peserta didik.
B. Karakteristik Manajemen Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah.
Semua tindakan atau kegitan apapun pasti ada hal yang melatar
belakanginya, begitu juga Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah,
Kelurahan Kalibening, Kota Salatiga, tentunya berkenaan dengan konsep
Bahrudin yaitu, salah seorang yang tidak bisa jauh dari Sekolah alternatif
tersebut alias pengelola, beliau mengatakan bahwa kurikulum ini dulunya
adalah menginduk pada Kurikulum Nasional, tetapi mengalami
pengembangan, berdasarkan kebutuhan dan kemauan peserta didik yang tidak
dapat sama persis, dengan konsep keseluruhan kurikulum nasional, maka
Bahrudin mengambil kebijakan dibiarkan begitu saja dan diserahkan pada
kebutuhan peserta didik, dengan tetap didampingi, serta ditanamkan agar tidak
putus belajar, selain itu dalam Syair Dangdut Pendidikan Ciptaan Sujono
Samba “beri kami kami cukup kesempatan, motivasi dan kepercayaan”
maksudnya adalah mereka diberi kebebasan untuk belajar dan membuat
jadwal pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemauan mereka.13
Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, secara konsep masih
berada pada pemikiran Bahruddin dan Pendamping, kemudian hal-hal yang
13 Salah satu pendamping SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, sebagai pendamping/guru musik yang banyak mendukung tentang pengembangan pembelajaran seni musik.
48
bersangkutan pada operasional dan pengembangannya diserahkan kepada
peserta didik, termasuk jika peserta didik mengadakan sebuah workshop,
mereka mencari pemateri sendiri seperti halnya yang dilakukan oleh siswa
yang ada pada umumnya di perguruan tinggi.14 Termasuk sekarang ini banyak
perubahan dengan adanya tayangan di televisi ketika bahrudin di wawancarai
menerangkan lebih suka disebut dengan Community Schooling, sebutan ini
mepunyai alasan yang tidak terekspos secara transparan, karena didalam
pembelajaran belum lengkap adanya mata pelajaran, seperti halnya di sekolah
umum yang disebut dengan mata pelajaran formal dan muatan lokal, karena
dalam konsep tersebut untuk menciptakan masyarakat yang selalu belajar
yaitu Learning Society.15
Banyak hal yang melatarbelakangi Manajemen Kurikulum Di Qaryah
Thayyibah, dan hal tersebut menjadikan sebuah karakteristik tertentu
diantaranya adalah :
1. Masyarakat kaum tani mayoritas kurang tinggi dalam jenjang pendidikan.
Kaum tani yang disekitar di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
mempercayai, bahwa pendidikan yang ditawarkan oleh Bahruddin murah
dan bermutu, karena mempunyai prinsip, dari orang tua tetap dipersilakan
untuk menyumbang dengan minimal tidak bayar dan maksimal tidak
terhingga, memang bagi orang kaya tidak bermasalah jika anaknya tetap
sekolah di formal, tetapi bagi kaum petani yang ekonominya menengah ke
bawah, mendingan memilih sekolah yang murah, bermutu, dan pada saat
ini bukan golongan miskin saja, peserta didik juga ada yang dari keluarga
mampu, tetapi anaknya yang tidak mau sekolah yang banyak aturan
akhirnya mereka sekolah di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, dengan
asumsi dapat belajar sesuai kebutuhan dengan santai.
14 Hasil Pengamatan ketika mengadakan pelatihan atau workshop Teater pada 1 Juni
2009. 15 Menurut Ahmad Bahrudin wawancara pada 11 September 2009, serta menurut Ahmad
Bahrudin Ketika Diwawancarai oleh MetroTV pada tanggal 13 Agustus 2009.
49
2. Mengakui bahwa belum dapat memberikan fasilitas yang sempurna,
termasuk menyediakan guru yang professional.
Secara ideal sebagai fasilitator adalah pemerintah, jika guru
sebagai fasilitator pastilah tidak mampu, karena guru adalah sebagai
pendamping dan sebagai teman dalam belajar.
3. Pengelola mempunyai asumsi, bahwa tidak boleh memaksakan kehendak
manusia, hususnya pada peserta didik di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah.
Maksud memaksakan kehendak adalah jika peserta didik ingin
belajar, tinggal belajar saja, tidak harus ada peraturan seragam sama,
waktu harus bersama, atau pembatasan waktu belajar, dan kelompok yang
ditentukan oleh guru/pendamping, termasuk jika pada jam pelajaran salah
satu dari peserta didik belum ingin belajar, maka seorang
guru/pendamping tidak memaksa harus masuk, tetapi tetap mendukung
dalam hal belajar apa saja.16 Kemudian tentang menangani anak yang tidak
belajar, cukup diberikan nasihat dengan santai “jika ingin pandai maka
belajarlah tetapi jika bodoh, maka tidak usah belajar”17.
4. Berkeinginan menciptakan sebuah masyarakat belajar (Learning Society)
Keinginan tersebut, Bahruddin banyak terinspirasi dari beberapa
tokoh pendidikan yaitu Poulo Freire, kemudian sebuah kelompok tani
yang ada pada Negara Israel yang bernama Kibbutz. 18
5. Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah terbentuk
karena adanya kebutuhan lanjut untuk mengatur sebuah kelompok.19
Kelompok-kelompok yang ada pada SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah sebenarnya secara kelas sudah ada menurut jenjang masuknya,
tetapi selain itu peserta didik juga berhak untuk menentukan mengikuti
16 Wawancara dengan Bahruddin pada Jumat 6- Juni 2009 17 Wawancara dengan salah satu peserta didik (rossi) pada Jumat 6- Juni 2009 18 Kibbutz ini adalah sekelompok tani yang ada di Negara Israel, Kibbutz atau kibbutzim
dalam bentuk jamak merupakan tempat-tempat pemukiman kolektif di Israel dengan sistem kepemilikan bersama dan dengan struktur-struktur dasar demokratis. kemudian dapat dilihat di "http://www.wikipedia/kibbutz" wawancara dengan Bahruddin pada Jumat 6- Juni 2009
19 Menurut Ahmad Bahrudin Qaryah Thayyibah tidak ada konsep manajemen, jika ada karena kebutuhan-kebutuhan lanjut. Wawancara pada hari Jumat 6- Juni 2009
50
pada kelompok mana saja, yang penting tetap belajar sesuai dengan
kebutuhan.
C. Implementasi Manajemen Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah Kalibening Salatiga
Lain ladang lain belalang, begitu juga Manajemen Kurikulum pasti
berbeda, antara lembaga satu dengan yang lain, begitu juga SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah, mempunyai banyak perbedaan dengan lembaga sekolah
formal maupun non formal, karena mempunyai kurikulum beda, hal ini
menjadikan karakteristik tertentu, antara lain dapat dicermati sebagaimana
proses manajerial meliputi Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan,
Pengawasan dan Evaluasi. Lebih lanjut tertulis dibawah ini :
1. Perencanaan Kurikulum
Perencanaan tersebut, terlihat ketika para pendamping atau tutor
memberikan masukan setelah upacara, pesrta didik dipersilakan
berkumpul pada masing-masing kelas, kemudian membuat jadwal mata
pelajaran, jika membuthkan pendamping maka peserta didik meminta tutor
atau pendamping untuk mendampingi mereka belajar
Konsep kurikulum, marupakan salah satu bentuk perencanaan Kurikulum,
yang mempunyai beberapa hal diantaranya adalah :
a. Konsep Lembaga
Pada awal pendirian tahun 2003 sampai dengan 2004 memang
menyesuaikan Kurikulum Nasional, karena yang diketahui adalah dari
konsep nasional, kemudian berdasarkan kebutuhan masyarakat,
menemukan ide baru dalam perencanaan kurikulum. Ide tersebut
adalah bukan lembaga, tetapi perkembangan konsep dari pengelola
adalah sebuah komunitas belajar (Learning Society), salah satu
pendukung dari Learning Society adalah Resource Center.20
20 Wawancara dengan Bahruddin pada Jumat 6- Juni 2009 sekitar pukul 20.00 WIB,
Bahruddin mengutarakan resource center ini adalah salah satu pendukung untuk menciptakan sebuah Komunitas Belajar (Learning Society), media yang ada mulai dari buku bacaan, dan alat-alat yang mendukung untuk belajar peserta didik.
51
Konsep tersebut belum dapat terlaksana, yang jelas dalam catatan
dinas pada Sub PNFI (Pendidikan Non Formal Informal) adalah (Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat) PKBM yang menyelenggarakan kejar
Paket B dan C.
Konsep lembaga atau tidak sekarang ini masih SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah masih berstatuskan lembaga dengan menajemen Kurikulum
yang sederhana, dan dapat efektif serta efisien guna melaksanakan
belajar seumur hidup.
b. Konsep Kurikulum
Kurikulum pada di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah sesuai pada
pemaparan di atas bahwa awal berdirinya adalah mengikuti Kurikulum
Nasional, kemudian pada saat ini berdasarkan pada pengamatan21 dan
wawancara, mempunyai konsep semua kebutuhan peserta didik dalam
belajar, itulah yang menjadikan sebuah perencanaan kurikulum,
dengan menanamkan bahwa sebuah belajar tidak boleh ketergantungan
pada sesuatu22.
Konsep ini Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
mempunyai Visi dan misi serta tujuan adapun rinciannya adalah
sebagai berikut :
1) Visi
“ Terwujudnya masyarakat belajar menuju masyarakat ilmu yang
berkeadaban yang bersemangat ke-Indonesiaan, realistis, dan
replicable ”
21 Pengamatan senin pukul 08:00 WIB –selesai 1 Juni 2009, dalam pengamatan peniliti
mencermati beberapa hal yaitu hari senin biasa disebut hari untuk upacara, pada upacaara tersebut tata caranya adalah semua duduk sama rendah dengan lesehan, menyampaikan hal tentang belajar sampai tentang pengelolaan peralatan yang ada pada resource center, sampai masalah perasaanpun parapeserta didik mengungkapkan diforum tersebut.
22 Maksud dari belajar tidak ketergantungan adalah ketika peserta didik mempunyai kebutuhan untuk belajar komputer, maka tidak harus menunggu adanya computer tersedia. (wawancara dengan Ahmad Bahrudin pada hari jumat 06-Juni 2009)
52
2) Misi
Menanamkan peserta didik belajar seumur hidup
Menanamkan peserta didik belajar tanpa ketergantungan
Menanamkan peserta didik untuk hidup berbagi
Menanamkan peserta didik belajar menghargai
Menanamkan peserta didik untuk survival/ Bertahan Hidup
Menanamkan peserta didik untuk membaca 23
Menanamkan peserta didik untuk banyak mencoba/ belajar adalah
melakukan dan berkarya.24
3) Tujuan Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Tujuan dalam kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
adalah :
• Mendukung peserta didik untuk belajar apa saja dalam
beraktualisasi sesuai kebutuhan.
• Menciptakan Learning Society yaitu masyarakat pembelajar,
yang seumur hidup selalu belajar dan produktif
• Menanamkan peserta didik untuk berwira usaha dan bertahan
hidup dalam menghadapi kehidupan.
c. Model Kurikulum
Melihat proses manajerial pada kurikulum yang dilaksanakan
pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah proses perencanaannya adalah
sebagai berikut :
1) Silabus
Secara fisik hal silabus tidak tertulis, namun sebagai
gantinya adalah tercover pada pertemuan hari senin, yang disebut
dengan program dalam seminggu, dengan bentuk semua elemen
23 Membaca pada hasil penelitian ini bukan hanya membaca symbol tulisan tetapi membaca situasi yang ada pada kehidupan di dunia (wawancara dengan Sujono sebagai salah satu Pendamping pada tanggal 3 Juli 2009)
24 Hal tersebut selain wawancara dengan para pendamping diantaranya pak Sujono Samba, dan Ahmad Bahrudin pada tanggal 6 Juli 2009, terdapat pada dangdut Pendidikan Kesetaraan Ciptaan Sujono Samba yang berbunyi “Untuk menjadi pintar itu mudah, Kuncinya banyak membaca, Menjadi orang berdaya juga mudah kuncinya banyak berkarya, dan Untuk menjadi trampil itu mudah, Kuncinya banyak mencoba”
53
dari warga SMP Alternatif Qaryah Thayyibah dikumpulkan jadi
satu ruagan, kemudian ditanamkan untuk tidak putus belajar,
belajar tidak boleh selalu menggantungkan pada sesuatu.
2) RPP
Idealnya RPP dibuat dengan rapi oleh guru, tetapi pada
SMP Alternatif Qaryah Thayyibah dibuat oleh pesertadidik, ketika
rapat masing-masing kelas, dengan bentuk merencanakan urutan-
urutan mereka belajar, terada permainan sebelum belajar, peneliti
menyebutnya dengan Kurikulum kelas peserta didik, yang terdiri
dari, mengatur kelas, termasuk membuat daftar pelajaran dan
jadwal pelajaran, kecuali kelas yang belum paham akan sebuah
kebutuhan, biasanya didampingi dalam pembuatan hal tersebut,
kemudian mereka jika menginginkan Pendamping dipersilakan
menemui Pendamping untuk menemani proses pembelajaran.
3) Sistem Pembelajaran
Kemudian kurikulum di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah, mempunyai sistem pembelajaran sebagaimana berikut:
a). Belajar Total
Maksud belajar total pada Kurikulum di SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah adalah belajar sesungguhnya
sesuai kebutuhan, kapan saja, apa saja dan dimana saja, bahkan
semboyan mereka adalah dunia adalah Sekolah kami, Semesta
Laborat Kami, dan Kehidupan adalah Pustaka Kami serta
siapapun adalah Guru kami 25. b). Belajar Tanpa Ketergantungan 26
Belajar peserta didik SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah tidak menunggu pendamping memberi materi
25 Syair lagu Belajar Sepanjang Hayat, Dangdut Pendidikan Pencipta Sujono samba,
Vokal Lintang tahun 2008. 26 Belajar tanpa ketergantungan adalah minat belajar adalah kunci kesuksesan, jika ada
alat atau media lengkap jika minat belajar tidak ada maka tidak ada gunanya(wawancara dengan Ahmad Bahrudin)
54
pelajaran, tetapi mereka seumpama membutuhkan pendamping
mereka menghubungi pendamping, kemudian jika ada
keterangan dari pendamping yang kurang jelas selain bertanya
mereka mencari sendiri pada informasi lain termasuk pada
jaringan internet yang telah disediakan.27
c). Kemudahan Belajar SMP Alternatif Qaryah Thayyibah berusaha
menfasilitasi peserta didik untuk memudahkan dalam belajar,
hal tersebut dapat dicermati pada berdirinya Gedung sebagai
tempat buku dan Komputer dengan Jaringan internet, dan tanpa
batas untuk menggunakan jaringan tersebut, walaupun siswa
membayar Rp.1000 /jam dan pada tahun 2009 Rp.2000/jam.28
d). Menggunakan keseluruhan sumber belajar. Keseluruhan Sumber Belajar dapat digunakan sesuai
kebutuhan, yaitu di alam, semesta dan kehidupan, bahkan
setiap orangpun menjadi guru mereka. e). Pengalaman belajar dengan alam
Alam, semesta sebagai laborat, termasuk dalam
penelitian pada masyarakat, tumbuhan, kemudian belajar
mandiri, pengalaman tersebut dihubungkan dengan ilmu mata
pelajaran, seperti IPA, IPS, dan lain sebagainya. f). Belajar adalah Melakukan, dan Berkarya
Hasil dari pengamatan bahwa belajar melakukan
tentunya adalah belajar dengan melakukan kegiatan misal
belajar seni mereka melakukan sebuah organisasi seni teater,
kemudian menghasilkan adalah belajar dapat dilihat dengan
karya, bukan hanya sekedar teori contoh belajar menulis maka
27 Fina saat diwawancarai oleh TV 7 terdapat pada CD tayangan pada tahun 2004. peserta
didik pada tahun 2009 juga sama ketika pendamping masuk kelas menanamkan untuk meneliti suatu tempat.
28 Observasi pada tahun 2008 sampai 2009, peneliti langsung menggunakan internet tersebut setelah peneliti menginformasikan semarang paling murah adalah Rp.2000/ jam, maka harga dinaikkan menjadi Rp.2000/jam
55
karnyanya adalah semisal novel dan lain sebagainya, bahkan
selain menghasilkan karya dapat menghasilkan uang.
4) Sumber Belajar
Secara konsep kurikulum di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah pencarian sumber belajar, terdapat pada alam sekitar,
ini berkaitan dengan menanamkan kepada persertadidik untuk
dapat membaca situasi.
Kemudian secara nyata peserta didik melaksanakan pembelajaran
di alam terbuka di lapangan dan lain sebagainya.
5) Strategi Pembelajaran
Keadaan nyata di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah,
hususnya pada pembelajaran, tidak selayaknya mendidik anak bayi
yang baru lahir, tetapi disana pembelajaran, selayaknya mendidik
orang dewasa, dengan memberikan pemahaman, tentang belajar
sesungguhnya adalah belajar adalah melakukan, berkarya dan
banyak mencoba. Hal tersebut telah dibuktikan dengan jadwal serta
pemilihan mata pelajaran diberikan sekedar pelengkap, tetapi
mementingkan keinginginan dan kebutuhan belajar masing-masing
peserta didik, tidak dipungkiri bahwa Andragogy merupakan salah
satu metode yang secara dominan digunakan, kemudian dalam
teori yang meminjam dari tokoh pendidikan negara jerman dan
dikembangkan dinegara Amerika, karena menurut bahasa yunani
adalah dari kata Andra berarti Dewasa, dan Gogos berarti
membimbing, kemudian dapat disimpulkan menjadi sebuah proses
pembelajaran yang membimbing orang dewasa, walaupun mereka
usia SMP akan tetapi dianggap sudah dewasa, maka pembelajaran
dalam kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah adalah
pembelajaran anak dewasa, yang dapat disebut belajar mandiri.
6) Evaluasi Belajar
Secara umum evaluasi bejar selain ujian dan ulangan harian
program dari dinas, pesertadidik melakukan gelar karya setiap
56
bulan sekali, masing-masing kelas menampilkan sesuatu hasil
belajar dalam seminggu.
d. Desain Fasilitas Kurikulum
Bahrudin mengatakan bahwa kurikulum kebutuhan tidak ada
sebuah manajemen, kemudian jika dalam proses ternyata ada sebuah
pengaturan, dikarenakan mengikuti kebutuhan komunitas, adapun
pengaturan dalam mendesain kurikulum adalah :
1) Peserta didik ditanamkan minat belajar tanpa ketergantungan
dengan apapun dan kepada siapapun.29
Peserta didik ditanamkan untuk tidak ketergantungan pada sesuatu
yaitu jika ingin belajar tidak harus di fasilitasi, tetapi jika
difasilitasi maka akan lebih cepat mencapai tujuan, jelasnya minat
akan lebih dominant jika mau belajar. Misalkan ada alat tetapi
tidak ada minat maka sia-sia alat tersebut.
2) Resource Center dalam oxford kamus poket berartikan supply of
the materialy istilah ini terlihat baru yang mempunyai makna
materi pendukung, media tersebut ditujukan kepada komunitas
belajar, sebagai pendukung dalam belajar. Konsep ini merupakan
sebagai lumbung peralatan, idealnya dapat mencukupi semua
kebutuhan belajar peserta didik.30
3) Pendamping mendampingi jika dibutuhkan oleh peserta didik,
status Pendamping adalah menemani belajar dan menjalankan
proses pendukungan.
4) Partner, kata ini adalah istilah yang muncul dari peserta didik yang
ada di SMA Alternatif Qaryah Thayyibah, mereka berfikir bahwa
untuk merubah peserta didik SMP, yang awalnya kurang aktif
dalam proses pembelajaran, agar menjadi aktif, dan dapat
29 Penanaman tersebut selain di tanamakan setiap hari senin, dan hari-hari ketika
berinteraksi dengan pendamping, terdapat juga pada Nyanyian Dangdut Pendidikan ciptaan Sujono Samba (Pendamping Musik) pada Syair “Dunia Sekolah Kami, Semesta Laborat Kami, Kehidupan Pustaka Kami, dan Siapapun Guru Kami”
30 Wawancara dengan Ahmad Bahrudin pada hari jumat 06-Juni 2009
57
menyesuaikan sebagaimana teman-teman lainnya. Program lainnya
selain sebagai teman belajar dan menjadikan peserta didik aktif
adalah membuat program out bound, yang bertujuan untuk
membuat suasana belajar lebih kondusif.31
5) Pengelola dan pendamping bukan sebagai fasilitator, tetapi sebagai
pendukung, karena menurut Bahrudin bahwa fasilitator harus dapat
memenuhi semua kebutuhan belajar dalam hal media, yang berhak
dan berkwajiban menjadi fasilitator adalah pemerintah.32
e. Administrasi Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Jika sekolah formal jelas banyak administrasi kurikulum, yang
dilaksanakan oleh guru, namun pada SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah tidak selengkap administrasi pada SMP formal, Kurikulum
ini cukup mengedepankan minat belajar peserta didik, kemudian
melengkapi kebutuhan-kebutuhan berikutnya, sebagai pendukung,
termasuk administrasi jika dibutuhkan. Kebutuhan tersebut dapat
dibuktikan dengan adanya beberapa hal sebagai berikut :
1) Pengelompokan Peserta didik secara Fleksibel 33
Tentang kelompok siapapun boleh membuat kelompok, kelas, atau
forum dengan sesuai kebutuhan peserta didik, kemdian tentang
pengaturan kelompok diatur oleh peserta didik itu sendiri.
2) Peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.
Aktif dalam partisipasi ini bukan hanya selalu aktif jika di bimbing
oleh Pendamping, tetapi mereka berusaha aktif jika tidak ada
Pendamping, dengan bukti Pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
31 Peran partner hampir sama dengan asisten dosen yang ada di perguruan tinggi,
tugasnya membantu Pendamping untuk membuat siswa dapat lebih aktif, ide tersebut juga muncul dari peserta didik SMA Qaryah Thayyibah. Wawancara dengan ketua partner yaitu Iwan
32 Wawancara dengan Ahmad Bahrudin pada hari jumat 06-Juni 2009. 33 Maksud dari fleksibel pada Qaryah Thayyibah adalah siapa saja dan kapan saja boleh
membuat kelompok untuk belajar karena itu adalah bagian dari hak dan kebutuhan peserta didik, bahkan, Ahmad Bahrudin mengatakan tua dengan muda tidak menjadikan masalah dalam satu kelompok kelas, karena kelompok adalah hak dari mereka, jika ada yang mau masuk ke kelompok mereka juga tidak salah jika menolak dan mempersilakan membuat kelompok tersendiri. (wawancara dengan Ahmad Bahrudin pada hari jumat 06-Juni 2009), hasil pengamatan dari CD tayangan TV e dan pengamatan langsung. Pada tanggal 06-Juni 2009.
58
ada tim yang disebut dengan partner yang bertugas untuk membuat
suasana aktif dalam kegiatan belajar.
3) Suasana kelas berlangsung dengan suasana liberal 34
Suasana liberal yang ada pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
adalah kelas berlangsung bebas, jika anggota kelas tersebut belum
ingin mengikuti juga tidak dipermasalahkan, bahkan jika sekolah
salah satu peserta didik topang kaki juga tidak dipermasalahkan,
intinya bebas berekspresi dan tetap belajar yang tidak menuju
sebuah kejahatan.
4) Mengutamakan pada proses belajar
Proses belajar sangat diutamakan, karena belajar bukan untuk
mencari nilai angka, tetapi belajar adalah sebuah kebutuhan, untuk
memenuhi kebutuhan selanjutnya, yang mana penanaman yang
dilakukan oleh pendamping adalah, belajar adalah melakukan,
menghasilkan, dan tidak ketergantungan, hal tersebut dapat
dicermati dalam keseharian peserta didik, dan bentuk apapun hasil
belajar mereka belajar tetap dihargai oleh sesame dan pendamping,
kemudian di abadikan jika dibutuhkan, seperti pelaksanaan gelar
karya setiap bulan atau setiap minggu, kemudian pembuatan novel,
latihan seni Photo Grape, dan masik. Data tersebut dapat dilihat
minimal pada file Komputer dan lain sebagainya.
5) Kegiatan belajar pada inquiry, penyelidikan terhadap masyrakat.35
Kegiatan ini mereka lakukan walau kadang tidak dapat sempurna,
seperti contoh peserta didik ingin membuat film, walaupun
filemnya wawancara dengan orangtua murid, tentang kehidupan
sehari-hari dan rasanya menyekolahkan anaknya di SMP Alternatif
34 Belajar yang baik adalah sesuai keinginan hati jadi tidak ada pemaksaan maka disebut
suasana liberal. Karena konsep dari Ahmad Bahrudin adalah pendidikan yang membebaskan, bebas tersebut adalah bebas berekspresi yang tidak menuju kejahatan.
35 Penyelidikan pada masyarakat ini berdasarkan pengamatan keseharian, mereka mempunyai kegiatan untuk bertahan hidup diantaranya, mereka berlatih membuat kertas daur ulang dan lain sebagainya, seperti belajar teater, dan mempunyai topik tentang kegiatan bermasyarakat dan mengkritisi kebobrokkan pendidikan Indonesia. Kemudian dapat dilihat dalam CD tayangan Motro TV.
59
Qaryah Thayyibah, kemudian ditayangkan pada hari senin yang
disebut dengan Gelar Karya.
6) Mempergunakan sumber belajar yang munkin
Sumber belajar yang mungkin itu adalah apasaja dapat menjadi
sumber belajar karena belajar tidak bergantung pada apapun, jadi
mereka belajar tetap senang dan yang penting mereka mempunyai
keinginan belajar.
7) Menitik beratkan pada belajar pengalaman, bukan pada isi
pelajaran atau metode mengajar.
Belajar efektif adalah belajar sambil melakukan, hal ini kurikulum
di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, memberikan sebuah proses
cara proses belajar dengan melakukan sesustu yang bermanfaat
yang pasti mempunyai pengalaman, sespsrti latihan teater.
8) Semua Peserta didik dibimbing agar kreatif.
Proses Pendampingan ini selain dilakukan oleh Pendamping juga
dilakukan oleh partner. Sebuah belajar adalah melakukan maka
mencoba adalah salah satu belajar yang sesugguhnya, kemudian
penanaman banyak membaca dan mencoba adalah terdapat pada
Lagu-lagu ciptaan sujono, di dalam Album Dangdut Pendidikan.36
9) Anak bersikap transaktif (saling aksi mereaksi)
Kegiatan transaktif dalam proses pembelajaran dibiasakan seperti
halnya orang yang musyawarah.
10) Peserta didik tidak dihadapkan pada tingkat probabilitas/
kemungkinan yang menuntut pilihan.
11) Hubungan yang dikalangan peserta didik terarah pada
pertumbuhan/ perkembangan, dimana persaingan antara kelompok
dan kerja kelompok dapat saja dilaksanakan. tetapi walaupun ada
sebuah persaingan mereka tetap ditanamkan sebuah rasa hidup
berbagi dan berdampingan.
36 Dangdut Pendidikan Dipersembahkan Oleh dinas guna sosialisasi pendidikan kesetaraan, dengan Vokal Lintang Qaryah Thayyibah dengan Nomer Surat Sensor surat Sensor 3869/VCD/R/PA/6.2013/2008
60
12) Peserta didik bekerja dalam bentuk self-fulfilling (mengisi kegiatan
sendiri dengan semaksimal munkin)
Kegiatan ini terlihat setiap harinya dengan bermain dan belajar,
kemudian baksos, camping dan lain sebagainya dengan mengatur
sendiri tanpa banyak campur tangan dari Pengelola dan
pendamping.
13) Penanaman pada tanggungjawab, bukan keterikatan atau kebebasan
mutlak.
Penanaman ini terwujud dengan bentuk pengelolaan Resource
Center di hendel oleh peserta didik, walaupun masih ada
pendampingan dengan ketua dari unsur pendamping.
14) Peserta didik bekerjasama dengan rekan dan Pendampingnya
Kerjasama terlihat dalam pengelolaan buku bacaan didata dan
dikelola oleh peserta didik, termasuk pendataan buku dan
klasifikasi buku.
2. Pengorganisasian Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Pembagian tugas terdapat beberapa hal, di antaranya adalah
mengenahi pelaksanaan manajemen lembaga pendidikan SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah, Khususnya pada Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah, konsep di handel oleh pengelola kemudian pembagian
dihandel oleh para Pendamping dengan menemani dan mendukung proses
pembelajaran peserta didik, proses ini para Pendamping disiapkan
kemudian tinggal permintaan peserta didik ingin belajar apa saja, para
pendamping siap untuk mendukung, serta dibantu oleh partner yang
khusus dalam penggalian bakat, dalam bentuk memancing mereka untuk
berekspresi dalam semua hal yang berkaitan untuk belajar.
Pembagian tugas ini berarti sebagai berikut :
a) Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum secara manejerial tidak dapat di deteksi
dengan efektif, dikarenakan pengembangan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan peserta didik dalam belajar, kebutuhan mereka menjadi
61
sebuah referensi pengelola dalam mengembangkan peralatan untuk
sebagai materi pendukung.
b) Pengembangan Pendampingan
Dalam pengembangan bimbingan atau pendampingan para
pendamping, secara konsep menunggu kebutuhan peserta, yang terjadi
adalah para pendamping dihubungi dan dimintai untuk mendampingi
dalam kegiatan pembelajaran, biasanya peserta didik mengadakan
sebuah workshop atau pelatihan, jika dapri pendamping belum dapat
mendampingi maka peserta didik membuat permohonan pihak luar
untuk mendapmpingi dalam workshop.37
c) Pengembangan Kurikulum Kelas
Pengembangan ini terjadi sesuai kesepakatan kelas, seperti contoh
mengadakan kegiatan camping, dan disela-sela kegitan tersebut selain
belajar, adalah megadakan semacam outbound sebagai penyemangat
dalam belajar.
d) Pengembangan Pembelajaran
Dalam pengembangan pembelajaran diserahkan kepada peserta didik,
dengan adanya penelitian di tempat, atau pada sesuatu.
e) Pengembangan Bakat Minat
Pengembangan bakat minat dapat terlaksana dengan baik, di handel
oleh para kakak kelas yang disebut dengan partner, programnya selain
memancing kegiatan mereka agar lebih dapat aktif dalam belajar,
adalah menciptakan forum yang dikenal dalam dunia pendidikan
formal sebagai ekstra kurikuler, tetapi semua yang menghendel
manajerial tersebut adalah peserta didik.
37 Pada tanggal 22 Maret 2009 observasi pada peserta didik, ketika mereka mengadakan
pelatihan teater yang menjadi pendamping (sementara) adalah alumni dari teater getar.
62
3. Pelaksanaan Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Aksi kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah mempunyai
beberapa tahap, adapun tahap-tahap tersebut dapat dicermati sebagaimana
berikut:38
a) Peserta didik dikumpulkan menjadi satu dalam satu ruangan.
Hasil observasi peserta didik dikumpulkan dengan kondisi sederhana,
kemudian sharing perjalanan dalam pembelajaran.
b) Peserta didik diberikan Keterangan oleh pendamping tentang
bagaimana belajar yang baik, dan tentang cara untuk mengelola
komunitas atau kelas.
c) Peserta didik berkumpul sesuai kelasnya masing-masing, untuk
mendiskusikan kebutuhan apa saja yang perlu dipelajari.
d) Selain kebutuhan pelajaran kelas secara umum, mereka membuat acara
yang dapat menjalin hubungan emosional, kebersamaan dan belajar
berbagi dalam dalam berorganisasi.
e) Pembuatan jadwal pelajaran dan Pendamping.
Pembuatan jadwal ini dibuat oleh peserta didik dalam satu kelas
disepakati, kemudian disampaikan kepada pedamping, sesuai dengan
keinginan pendampingnya.
f) Peserta didik mengajukan permohonan kepada Pendamping untuk
menemani mereka dalam belajar.
g) Waktu belajar secara ideal adalah pukul 07.00 WIB sampai 17.00
WIB. Jika peserta didik melaksanakan acara tertentu seperti workshop
standarnya sampai pukul 22:00 WIB. Walaupun tada waktu ideal yang
mereka gunakan, tetapi mereka sangat fleksibel dalam hal waktu, yaitu
tergantung perjanjian antara peserta didik dan Pendamping.
h) Pendamping memberi masukan kepada semua peserta didik, tentang
teknik pelaksanaan pembelajaran dan pengelolaan kelas serta
pengelolaan Resource Center dan permasalahannya. Hal ini sering
dilakukan pada hari senin pukul 08:00 WIB sampai selesai, yang
38 Wawancara dengan Pak Akhmad pada tanggal 6 Juni 2009 dan pengamatan
63
disebut dengan upacara. Pelaksanaan upacara sangat simpel yaitu,
seluruh peserta didik tingkat SMP maupun SMA dikumpulkan menjadi
satu ruangan yang ditempatkan di gedung Resource Center kemudian
dibuka dengan sebagaimana musyawarah dan shering. Tatacara
upacara tersebut dilaksanakan dengan duduk berdampingan melingkar.
4. Pengawasan Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Pengawasan dilaksanakan secara global dilaksanakan pada hari
senin, di Resource Center, sekaligus mengontrol kegiatan belajar peserta
didik dengan teknik sebagai berikut :
1) Peserta didik mendiskripsikan masing-masing perkembangan dan
permasalahan yang ada di kelasnya, diwakili oleh ketua kelas, dan
beberapa anggota kelasnya jika dibutuhkan.
2) Masing komunitas bakat dan minat (komunitas tersebut disebut
Forum),39 melaporkan perkembangan dalam menyalurkan bakat dan
minat.
5. Evaluasi Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Hasil dari observasi dan wawancara evaluasi ini berbeda, dengan
yang ada pada sekolah maupun kurikulum nasional, tahap evaluasi ini
adakalanya dilaksanakan pada hari senin, dengan seluruh peserta didik,
tetapi juga dilaksanakan intern para Pendamping, dilaksanakan tiga kali
dalam setahun yaitu awal tahun, pertengahan dan akhir tahun. Pelaksanaan
evaluasi tersebut, dilakukan secara berkala, dengan pertemuan para
pendamping dan pengelola lembaga.
Titik poin pada evaluasi kurikulum diantaranya, hasil karya peserta
didik, kemajuan kegiatan KBM yang dilakukan peserta didik, dan salah
satunya RC penuh dengan peserta didik yang belajar, serta mengkritisi dan
mengimbangi perkembangan kurikulum nasional.
Evaluasi tersebut telah menghasilkan beberapa pengembangan
antalain, pada awal 2003 sampai 2004 menggunakan Kurikulum Nasional,
39 Forum terdiri dari Forum Teater, Kepribadian, Forum Partner, Forum Musik, Forum-
Forum apa saja sesuai kebutuhan
64
kemudian membuat kurikulum sesuai kebutuhan peserta didik sampai saat
ini. Dasar perubahan kurikulum tersebut dikarenakan, menurut aturan
negara guru kurang professional dan pengelolapun mengakuinya,
kebutuhan peserta didik menjadikan motivator yang paling kuat untuk
belajar, berdasarkan ilmu psikologi belajar sesuai kebutuhan dan
penanaman cara berfikir bahwa belajar tidak ketergantungan.40
40 Maksud dari ketergantungan adalah bergantung pada guru dan pada alat, bahruddin
mengatakan bahwa ketergantungan itu tidak membuka fikiran kreatif tetapi mematikan daya kreatifitas (wawancara pada tanggal 6 Juni 2009)
BAB IV
ANALISIS MANAJEMEN KURIKULUM
SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING
SALATIGA
A. Mengembangkan Kurikulum Sesuai Kebutuhan.
Kondisi masyarakat sangatlah mempengaruhi kegiatan apapun,
begitulah yang terjadi pada masyarakat kelurahan Kalibening yang ada di
kecamatan Tingkir Salatiga, pada Bab III terpaparkan kondisi masyarakat
tersebut, bahwa mayoritas penduduknya berpenghasilan bertani, telah kita
ketahui bahwa, mayoritas mayarakat pertanian terbiasa dengan hidup
sederhana, bahkan kelasnya dalam taraf hidup manusia indonesia tidak lain
adalah menengah kebawah.
Diakui atau tidak, hal tersebut menimbulkan ide pendiriannya lembaga
pendidikan, awalnya menginduk pada SMP Negeri, mulai akhir tahun 2006
mulai menginduk pada PNFI (Pendidikan Non Formal dan Informal), menjadi
lembaga PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), dengan sebutan tingkat
Kejar Paket B. Secara keuangan tidak banyak membutuhkan penarikan kepada
peserta didik yang memberatkan.
Menyadari perjalanan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, mulai
timbul sebuah pengembangan kurikulum, yang asalnya mengikuti kurikulum
nasional kemudian melakukan pengembangan dan dinamai dengan Kurikulum
berbasis kebutuhan, walaupun secara konsep tidak ada konsep matang, dan
sebagai rujukan jelas, dikarenakan hal tersebut berawal dari latar belakang
peserta didik yang berbeda-beda, diantaranya ada yang masuk karena tidak
mampu disekolah formal, kemudian kasus ketika di sekolah formal, tidak
dapat mengikuti peraturan, selain itu hanya menyukai salah satu bidang mata
pelajaran, dan ada yang senang belajar pada malam hari. Hal tersebut
mangakibatkan tidak dapat disamakan jam pelajaran, maupun mata pelajaran
wajib mengikuti, tetapi tetapi tetap ada jam formal. Sebenarnya jika dicermati
65
66
secara mendalam, bisa menjadi lebih memerlukan banyak dana, sebab jika
kebutuhan Peserta didik meningkat, maka dari segi fasilitas juga akan
meningkat, tetapi karena ditanamkan belajar tidak boleh ketergantungan, maka
dari pengelola tidak merasa terbebani, namun akan berusaha menfasilitasi
semampunya.
Kesederhanaan masyarakat merupakan salah satu hal yang
melatarbelakangi Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah, dan itu menunjukkan bahwa SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
menolak kapitalisme pendidikan, salah seorang guru memaparkan saat
diwawancarai mengatakan “mau melawan merasa tidak mampu, mau
mengikuti sistem kapitalisme juga tidak dimungkinkan”1, perkataan tersebut
dapat ditarik kesimpulan secara orasi mereka tidak melawan kapitalisme
pendidikan, tetapi secara tindakan mereka berusaha melawan kapitalisme
Pendidikan, dengan bukti terbentuknya SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan, lembaga tersebut,
mengedepankan kualitas, dengan memaksimalkan potensi Peserta didik, tanpa
banyak biaya. Bahkan sistem kurikulum maupun keuangan atas dasar
kesepakatan Peserta didik, yang bertujuan menciptakan hidup berbagi,
demokratis dan menanamkan berusaha untuk bermanfaat bagi diri sendiri dan
orang lain.
Pengembangan tersebut mempunyai tujuan, mengangkat kaum miskin
agar tetap mampu sekolah, selain Manajemen Kurikuum sesuai dengan desain
pemerintah, juga banyak tokoh yang mempunyai gagasan cerdas terhadap
pelawanan Kapitalisme Pendidikan, meminjam keterangannya Syamsul
Ma’arif, pada buku Pesantren Vs Kapitalisme, asumsi Puolu Freire, pada
bidang kritik teori pedagogy, yang terkenal dengan bukunya Pedagogy Of The
Oppresed, Ivan Illich (Deschooling Society), Philips H. Coombs, dan Everrett
Reimer, yang mengkrucut pada perlawan terhadap Kapitalisme Pendidikan
Sekolah, mereka menganggap sekolah mengatasnamakan Pendidikan,
didalamnya tidak memperjuangkan pendidikan kader bangsa, justru beralih
1 Tayangan OASIS, Metro TV pada bulan agustus 2009
67
fungsi, menjadi tempat penjinakan Peserta didik, yang disiapkan, bukan untuk
bertahan hidup dan mengembangkan potensi diri, melainkan mencetak
manusia pekerja (mesin) yang disiapkan untuk sebuah peusahaan, dan
biayanyapun sangat mahal, hal tersebut merupakan salah satu dari
penyelewengan pendidikan, diantaranya, dengan menanamkan manajemen
bisnis yang berbau kapitalis.
Kalibening menjawab berusaha mengembangkan kurikulum sesuai
kemampuan, dengan bukti menciptakan komunitas belajar dengan,
mengedepankan demokrasi pendidikan, dan pengembangan potensi diri
peserta didik, jawanan tersebut dapat dicermati dengan adanya sebuah karya
peserta didik yang ditampilkan pada setiap bulannya, dengan sebutan Gelar
Karya, sebagai salah satu bentuk evaluasi belajar.
B. Demokratisasi Manajemen Kurikulum Di Qaryah Thayyibah Menjadi
Sebuah Karakteristik.
Sekolah Alternatif Qaryah Thaoyyibah menumbuh kembangan
Kurikulum di Qaryah Thayyibah, dengan mengedepankan potensi Peserta
didik dan mengedepankan demokrasi pendidikan, hal tersebut dapat dicermati
pada beberapa kegiatan Qaryah Thayyibah yaitu, pada hari senin diadakan
petemuan disebut upacara, kegiatan tersebut berisikan laporan masing-masing
kelas, menyampaikan setiap permasalahan yang berkaitan dengan Peserta
didik, termasuk sesuatu yang ingin dipelajari, setiap sebulan sekali diadakan
gelar karya,2 setelah ada kesepakatan dalam forum dan masing-masing kelas,
kemudian merencanakan kegiatan dalam seminggu, termasuk jika
membutuhkan tutor atau pendamping, masing-masing kelas menemui para
tutor, dan memohon untuk menemani belajar mereka. Kegiatan tersebut jelas
mengedepankan demokrasi pendidikan, Peserta didikpun merasa
diikutsertakan. Jika dalam kurikulum nasional silabus dan RPP pasti
terealisasi yang dibuat oleh guru, namun pada SMP Alternatif Qaryah
2 Merupakan bentuk laporan dari hasil belajar dalam sebulan yang diperlihatkan pada
event tersebut, adapun hasil biasanya berbentuk seni, pembuatan film dan foto grafi serta pembuatan barang daur ulang.
68
Thayyibah, belum ada standar silabus dan RPP. Diakui atau tidak, jika
dicermati secara mendalam, seolah-olah mempunyai penggantinya, yaitu
setiap minggunya mengadakan perencanaan kegiatan dan teknis kegiatan
dalam belajar.
Pinjaman teori buku Curriculum Design And Development David
Pratt.3 disebut dengan interactive rational.4 Maksud teori tersebut, jika
dikaitkan dengan kegiatan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, sangat relevan
karena mempunyai kegiatan, merancang Kurikulum (Rational) yang masuk
akal, perancang harus mencermati, bahwa pendengar (Peserta didik) tidak
berisi hanya mengikuti guru, yang berbagi latar belakang dan filosofi mereka
sendiri. Maka hal tersebut dapat menjadi acuan, bahwa kurikulum bukan
hanya konsep sepurna, tetapi sebuah pelaksanaan pembelajaran yang
mendominasi implementasi kurikulum.
Selain itu, jika guru/ pendamping banyak memberikan informasi, akan
terjadi komunikasi satu arah, komunikasi ini membuat Peserta didik menjadi
pasif dan akan mati kreatifitasnya, apalagi ditambah guru merasa paling
pandai, termasuk merancang kurikulum hanya dari latarbelakang, dan
pemikiran guru/ lebih besarnya lembaga itu sendiri, akan menjadi kurikulum
yang mengekang, Peserta didikpun tidak merasa butuh, dan walau sebenarnya
membutuhkan, kemudian jika Peserta didik tidak dilibatkan dalam
perancangan kurikulum tersebut, maka Peserta didik merasa tidak diikut
sertakan, akhirnya pasif, dan tidak akan memunculkan kreatifitas.
Posisi guru yang mereka sebut dengan Pendamping, tidak lain hanya
sebagai teman dalam belajar, dan semua pelajaran disesuaikan kebutuhan
Peserta didik. Pendamping berusaha mendukung kebutuhkan bahkan, jika
mampu semua media yang dibutuhkan akan dilengkapi dengan kata lain
3 Kutipan keterangan “In writing the rational the designer need to bear in mind that their
audience does not consist only of fellow teachers sharing their own back-ground and philosophy” David Pratt Curriculum Design And Development, Harcourt brace Jovanovich (New York: 1980), hlm. 152.
4 Maksud Kurikulum ini adalah mendesain kurikulum berdasarkan kebutuhan peserta didik, kemudian kurikulum ini tidak monoton, atau dengan kata lain tidak consistans sesuai yang ditetapkan lembaga, tetapi dengan prinsip Sharing dan disesuaikan dengan latar belakang peserta didik.
69
sebagai fasilitator, dengan begitu pembelajaran akan efektif dan efisien.
Dalam teori Dasar-dasar manajemen George Terry, mengatakan prinsip
manajemen yaitu efektif dan efisien, sering kali prinsip tersebut tidak
dicermati dalam pendidikan sekolah, contoh kecil pada pemberian informasi
kepada Peserta didik, dominan menggunakan teori lama, yaitu transfer dari
guru, jaman sekarang, jika hanya sekedar informasi teori dapat diakses melalui
internet, itu akan lebih efektif dan efisien, kemudian guru tinggal menemani
mereka belajar. Tetapi yang terjadi pada realita kebanyakan lembaga sekolah
adalah sebaliknya, yaitu dominan informasi pelajaran yang masih ditransfer
oleh guru dan akhirnya Peserta didikpun menjadi pasif, ditambah lagi biaya
pendidikan sekolah mahal.
Secara teori memang manajemen berprinsip efektif dan efisien, namun
prinsip tersebut, terletak pada bebasnya Peserta didik untuk belajar sesuai
kebutuhan mereka, tanpa adanya pembatasan dengan nilai maupun peraturan
sekolah yang kaku, namun karya yang menjadi hasil evaluasi. Dalam analisis
ini peneliti berasumsi, bahwa Manajemen yang diterapkan pada Qaryah
Thayyibah sangat sederhana. Bahkan sebenarnya tidak ada manajemen yang
baku, karena perkembangan manejemen sebenarnya berasal dari tetapi
dibiarkan dengan sendirinya, tetap ada pengawasan dari pengelola, menurut
Bahrudin adanya manajemen karena kebutuhan-kebutuhan lanjut.5 Menurut
pengelola efektifitas dalam belajar maupun kurikulum, bukan teori dan nilai
angka hanya memuaskan sementara yang didapat, tetapi hasil karya sebagai
salah satu tujuan, karena Qaryah Thayyibah memberikan pemahaman bahwa
belajar adalah melakukan, menghasilkan, dan belajar tidak boleh
ketergantungan.hal tersebut betul sekali karena manajemen yang digunakan
pada manajemen bisnis, lebih cepat lebih baik, nilai tinggi sebagai tolok ukur,
namun jika manusia nomal dan cermat, nilai yang sering diberikan kepada
siswa pada lembaga sekolah, bahkan pada ujian nasionalpun berbentuk
abstrak, walaupun nilai tinggi namun hanya normatif. Kemudian hal terbaik
5 Maksud dari kebutuhan lanjut adalah jika satu komunitas ada beberapa oang mempunyai keinginan, perlu dikomunikasikan, hasil dari komunikasi tersebut merupakan dari hasil kebutuhan-kebutuhan lanjut.
70
dari pengukuran efektif dan efisien adalah hasil karya Peserta didik, dan nyata
bentuknya.
Dipihak lain, penerapan manejemen pendidikan, merujuk pada
manajemen bisnis yang berorientasi dana, bahkan dana pendidikan dianggap
investasi, dengan bentuk sekolah berkualitas baik, dana besar menjadi tolok
ukur. SMP Alternatif Qaryah Thayyibah menjawab kualitas baik, bukan pada
tolok ukur dana, tetapi pada waktu belajar yang tidak terbatas, dan berusaha
menfasilitasi media belajar untuk Peserta didik.
Jelas bahwa SMP Alternatif Qaryah Thayyibah adalah lembaga yang
mendukung masyarakat untuk belajar, khususnya pada Peserta didiknya,
kemudian cirihas lembaga tersebut, mengutamakan minat belajar Peserta didik
dan berusaha untuk menfasilitasi media, yang menjadi kebutuhan Peserta
didik, diwujudkan dalam bentuk Resource Center.
Tujuan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, menciptakan masyarakat
belajar, bahasanya Sujono, dalam bukunya lebih baik tidak sekolah,
maksudnya tidak sekolahpun tidak menjadikan masalah, asalkan minat belajar
tetap ada, dan tetap bejar berkartya.
Masyarakat sebagai salah satu faktor penting dalam terbentuknya
pendidikan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, kemudian seharusnya yang
paling penting adalah peran pemerintah dalam memberikan fasilitas pada
masyarakat untuk belajar, seharusnya dalam pendidikan, pemerintahlah
sebagai fasilitator yang paling dominan, karena dalam Undang-undang Dasar
Negara sudah tertera pada pasal 316. Keterangan pasal tersebut jelas bahwa
pemerintah wajib membiayai setiap warga Negara, secara tidak langsung
6 1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.2.Setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. 4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. 4. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Undang-undang Dasar 1945 dan Amandemen Pertama 1999 sampai Ke-empat 2004, (Semarang : Aneka Ilmu, 2005), cet. II, hlm.29
71
seharusnya mendapat fasilitas untuk belajar, pada SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah merupakan aset negara yang perlu dikembangkan disemua pihak
dan pemerintah siap membantu menfasilitasi hal tersebut.
Selain itu pada pasal 28C,7 perlu dicermati bahwa, setiap warga
negara mempunyai hak untuk mengembangkan bakat dan minat yang
terpendam tetapi banyak dari fasilitator termasuk lembaga sekolah belum bisa
mengantarkan mereka untuk dapat mengembangkan bakat mereka, karena
yang terjadi pada pendidikan nasional ini banyak hanya sekedar teori, bahkan
80% adalah pendidikan normatif, jika tidak paling hanya sebagai pengguna
saja bukan berkarya atau menciptakan hal yang baru.
Pasal 28I8. Pasal tersebut Ada kata-kata “tidak dikurangi haknya pada
situasi apapun”, namun yang terjadi banyak hak yang dikurangi, karena
pemerintah belum dapat menfasilitasi untuk media belajar masyarakat, contoh
keterbatasan lembaga belajar menyediakan waktu belajar, karena belajar
hanya setengah hari saja. Seharusnya belajar waktunya tidak terbatas.
Implementasi Manajemen Kurikulum pada SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah, sesuai dengan apa yang telah dipaparkan oleh peneliti pada Bab
III, maka perlu adanya perubahan paradigma lama lembaga sekolah lainnya
menuju paradigma baru, adapun paradigma baru dalam Manajemen
Kurikulum SMP Alternatif Qaryah Thayyibah sebagai berikut :
1. Pemikiran tentang guru, yang awalnya guru adalah kepandaianya segala-
galanya, tetapi pada hasil penelitian ini guru tidak lain hanyalah sebagai
7 1. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.2. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.Ibid, UUD 1945, hlm. 24
8 Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. Ibid, UUD 1945, hlm. 26
72
teman belajar, bahkan dari keterangan Bahrudin guru hanya menjalankan
proses pendukungan.9
2. Guru mempunyai otoritas besar, tetapi pada hasil penelitian ini guru tidak
mempunyai otoritas, sebaliknya Peserta didik yang diberikan otoritas
terbesar dalam merencanakan pembelajaran.
3. Lembaga yang biasanya birokrasi mengikat, tetapi pada hasil penelitian
adalah lembaga hanya sekedar wadah, atau hanya salah satu cara untuk
memagari agar Peserta didik tidak terkena hujan dan lain sebagainya.
4. Antara Manajemen yang digunakan pada lembaga sekolah dengan SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah, sebenarnya secara teori adalah sama
prinsipnya, yaitu agar efektif, dan efisien, tetapi yang terjadi pada hasil
penelitian sebuah efektif dan efisiennya bukan bernilai angka atau
keuntungan lembaga, tetapi hal itu terletak pada proses pembelajaran
peserta didik, dengan belajar bebas dan sesuai kebutuhan, mereka
mempunyai kesadaran untuk belajar, sehingga peserta didik dapat berkarya
dengan optimal sesuai keinginan dan kebutuhan.
5. Kompetensi yang biasa digunakan guru adalah Kompetensi Pedagogy
yang menganggap peserta didik adalah tidak tau dan perlu diberikan
pengetahuan, hasil penelitian ternyata berbeda, yaitu menggunakan
kompetensi Andragody,10 kompetensi ini guru diharapkan menganggap
Peserta didik sudah mempunyai isi, dan maksud dari komopetensi tersebut
mendidik seperti halnya orang dewasa, dilatih untuk menjadi dewasa
berfikir rasional, adalah salah satu jalan berfikir menjadi dewasa, dan
tentunya dengan tindakan yang bermanfaat, berfikir untuk pemecahan
masalah.
9 Pendukungan ini dapat dilakukan mulai dari pemberian semangat sampai jika mampu
akan berusaha menfasilitasi dalam proses belajar. (wawancara dengan Bahrudin pada tanggan 6 Juli 2009)
10 Sebuah penemuan baru dari tokoh pendidikan yaitu Knowles terdapat pada jurnal Pendidikan Non Formal telah diterangkan, tentang bagaimana membimbing orang dewasa, karena Andragogy berasal dari bahasa yunani yaitu Andra adalah orang dewasa, Gogos berarti membimbing atau memimpin. Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Pendidikan Non Formal dan Informal (BPPNFI) (Regional V Makassar : 2007) hal. 2-3.
73
C. Mewujudkan Demokrasi Pada Implementasi Kurikulum Di SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah
Mengedepankan demokrasi pendidikan, merupakan wujud dari
Manajemen Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, apresisasi
setinggi-tingginya bagi SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, karena selain
mengangkat kaum menengah ke bawah, untuk dapat mengikuti proses belajar,
selayaknya kaum menengah keatas, dengan kemerdekaan menentukan dan
mengembangkan potensi diri Peserta didik. Tetapi perlu dicermati tentang
pengelolaan kurikulum, karena jelas banyak perbedaan dengan Lembaga
pendidikan lainnya, pada pendidikan Formal Maupun Non formal, Negeri
maupun Swasta, pengelolaan Kurikulum pasti Guru yang mengelola, tetapi
yang terjadi pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah tidak guru, melainkan
peserta didik, walaupun masih tetap diawasi oleh pengelola. Hal itu dapat
dilihat ketika forum upacara pada hari senin, kegiatannya musyawarah,
berbagi pengalaman, dan sebualan sekali menampilkan gelarkarya. Semua
aspirasi ditampung dan disepakati, termasuk membuat jadual dan mata
pelajaran, walau disepakati dibuat masing-masing kelas.
Banyak tokoh dari aliran Sosialis, yang mengkritisi Penerapan
Manajemen Sekolah, yang kini sudah beralih fungsi menjadi manajemen
bisnis, Ivan Illich salah satu tokoh yang terkenal dengan Deschooling Society,
ia banyak mengkritisi bahwa sekolah membuat masyarakat bodoh, dan
kreatifitasnya dimatikan. Akhirnya dia mendirikan sekolah non formal yang
banyak membebaskan Peserta didik dari kekangan gedung sekolah, dan betul-
betul mendata keahlian para Peserta didiknya, menfasilitasi semacam show
room, dan jaringan-jaringan internet.11
11 http://www.infed.org/thinkers/et-illic.htm
74
SMP Alternatif Qaryah Thayyibah mewujudkan Manajemen
Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, dengan inspirasi pemikiran
Ivan illich dan Poulu Freire dapat dilihat sebagai berikut :
1. Perencanaan Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Hasil penelitian telah dipaparkan pada Bab III, bentuk
perencanaan sangatlah sederhana, yaitu dengan mengumpulkan Peserta
didik dan diajak musyawah bersama, akhirnya menyimpulkan kesepakatan
dalam belajar, mulai dari pembuatan jadual, dan sistem pembelajaran,
walaupun tidak langsung jadi tetapi bertahap, senin demi senin dan
menyimpulkan beberapa kesepakatan, kemudian pelaksanaan kurikulum
berjalan apa adanya, namun pengelola kritis dengan berusaha melengkapi
kebutuhan Peserta didik. Hal tersebut merupakan salah satu wujud dari
Demokrasi Pendidikan, agar dapat mewujudkan demokrasi pendidikam
dengan sesungguhnya, perlu ditingkatkan perencanaan Kurikulum di SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah, sebagai berikut:
a) Memang awal perencanaan yang dilakukan oleh pengelola,
mengkonsep pendidikan layaknya pendidikan formal, tetapi dengan
berjalannya waktu, perencanaan kurikulum tidak terkonsep, kecuali
kebutuhan Peserta didik, karena konsep dari pengelola adalah jangan
putus belajar, kemudian dapat diamati, setiap hari senin semua warga
berkumpul menjadi satu ruangan, tepatnya pada Resource Center,
disitulah semua aspirasi warga belajar disaring dan diimplementasikan
dalam bentuk kurikulum, termasuk pembimbingpun memaparkan
aspirasi, semua aspirasi ditampung menjadikan perencanaan kurikulum
dalam satu minggu ataupun satu bulan. Sebenarnya hal tersebut
memang konsep kurikulum yang bagus, walau sesuai dengan konsep
yang di tawarkan dalam buku Curriculum Planning And Development
dari David Pratt, tetapi akan lebih sempurna jika kegiatan tersebut
terarsip dengan rapi, selayaknya data seilabus maupun RPP, karena
data tersebut dapat menjadikan acuan generasi selanjutnya, tentunya
yang membutuhkan.
75
b) Agar kurikulum lebih baik dalam menunjang kualitas Peserta didik dan
dapat mandiri, maka perlu ditambahkan dengan bentuk lembaga
tersebut mempunyai unit produksi, yang dikelola oleh Peserta didik
sesuai dengan kebutuhan mereka, karena secara tidak langsung peserta
didik di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah sebagian telah mengadakan
kewirausahaan, tetapi kewirausahaan yang telah berjalan belum
menuju kepada Teknologi atau biasa disebut mesin maupun industri,
sesuai perkembangan pengetahuan dan teknologi, serta juga belum
mengarah menuju multimedia, keahlian multimedia hanya sekedar
sebagai pengguna. Jika hal tersebut dapat akan terealisasi akan menjadi
kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah yang lebih sempurna.
2. Pengorganisasian Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Pada komunitas tertentu hidup berbagi memang penting, termasuk
pembagian tugas, secara ideal pembagian tugas akan baik, jika tugas
tertentu dikerjakan oleh seseorang yang berkompeten, pembagian tugas
pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, secara tertulis untuk bidang
lembaga memang sudah ada, tetapi untuk bidang kurikulum memang
belum ada, karena semua diserahkan kepada Peserta didik dari awal,
kecuali untuk kelas satu masih dibimbing untuk membuat jadual, lebih
uniknya kegiatan tersebut, sudah secara langsung dihendel oleh masing
kelas dengan 1 pendamping. Jika merujuk pada Kurikulum Nasional
berbicara tentang pembagian tugs yang berkaitan dengan kurikulum, jelas
bahwa silabus dibuat oleh masing-masing guru mata pelajaran, termasuk
pengembangannya, kemudian ditambah dengan RPP, maka jika memang
betul diserahkan oleh peserta didik, demi demokrasi pendidikan dan
dikrucutkan demokrasi sekolah, alangkah lebih baik kelas membuat
semacam silabus dan RPP, hal tersebut akan lebih mendidik tentang
sebuah tanggung jawab, dan mendidik untuk merencanakan secara
teratur12.
12 Maksud kata teratur, umpamakan seseorang mempunyai rencana pasti yang tahu hanya
dirinya sendiri, tetapi jika tertulis maka orang lain dapat melihatnya, jika baik akan menjadi tolok
76
Selain kelas “forum” merupakan salah satu komunitas dalam
bahasa sekolah formal adalah Organisasi Siswa. Forum, mempunyai
kegiatan tentang pengembangan bakat minat Peserta didik, masing-masing
forum juga terbentuk pemimpin diantara mereka, namun sering juga ada
kendala untuk melakukan kegiatan, wajar karena tersebut semacam
kelompok yang tidak mengekang mereka. Perlu dicermati kelompok yang
saat ini terlihat hidup adalah kelompok yang bernafaskan seni serta,
kewirausahaan. Teater Gedeg, salah satu Forum yang di SMP Alternatif
Qaryah Thayyibah, sering juga ditampilkan pada gelar karya, maupun
mengikuti lomba, namun yang belum ada, mereka menamakan diri sebagai
forum ilmuan atau ilmu teknologi13 komputer atau industri. Hal tersebut
perlu dikembangbiakkan dan akan semakin sempurna menjadi SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah.
Pengorganisasian tersebut jelas bahwa pendidikan demokrasi
sangat ditanamkan, dengan cara pelaksanaan yang tidak banyak intervensi
dari pendamping, yang disebut dengan memberi kesempatan, motivasi dan
kepercayaan. Pemberian kesempatan tersebut, sebenarnya itu sebuah
pengembangan menggali kebutuhan dan potensi Peserta didik, karena
dalam teori kurikulum kebutuhan yang dipadukan dengan teori kebutuhan
Abraham Maslow, pertama “physiological needs” secara fisik Peserta
didik sudah mencapai dari pemberian orang tua, kemudian “needs for
Safety” kebutuhan ini adalah dimana tempat manusia pasti membuthkan,
termasuk di masyarakat, dan disekolah, bentuk dari rasa aman ini dapat
terwujud jika belajar mendapat fasilitas dan kepercayaan untuk
mengembangkan bakat minat. Social needs merupakan kebutuhan
selanjutnya yang berkaitan dengan masyarakat, yaitu hubungan sosial,
ukur, begitu juga pada suatu kelompok tertentu jika mempunyai perencanaan yang baik, kemudian ada kelompok lain ingin meniru kebaikan, akan lebih mudah karena prinsipnya adalah hidup berbagi. Paling penting adalah seorang pendamping akan tau kegiatan pesertadidik, karena secara langsung maupun tidak langsung seorang pendamping bertugas menemani dan berusaha menjaga pesertadidiknya tidak terjerumus pada sebuah kegiatan yang tidak diinginkan masyarakat sekitar.
13 Maksudnya forum teknologi adalah forum yang husus belajar tentang keilmuan dan teknologi, komputer maupun industri, sekalian nanti menjadi sebuah unit produksi.
77
Forum salah satu pemenuhan kebutuhan untuk bersosialisasi secara
internal maupun eksternal, needs for esteem penghargaan juga terpenuhi
jika ada sebuah berprestasi, prestasi akan lebih maksimal jika Peserta didik
diberi kepercayaan, sebaik apapun prestasi itu jika masih banyak campur
tangan pendamping kurang maksimal, termsauk kebutuhan terahir yaitu
needs for self actualization, peningkatan kemampuan akan tumbuh pada
manusia jika diberi sebuah amanat, yang tidak lain adalah kepercayaan.14
Needs for self actualization yang dikembangkan menjadi empat hal
yaitu, Need For meaning, Social Needs, Aesthetic needs, dan Survival
Needs 15. Maksud teori yang dinternalisasikan adalah, kebutuhan untuk
dimengerti, kebutuhan ini berkaitan dengan pertumbuhan kesadaran diri
sendiri, didukung seorang pengarah yang profesional, kemudian kebutuhan
untuk menemukan arti, atau menggunakan secara apa adanya, tentang
keberadaan seseorang.
Pengorganisasian yang terlaksana pada kurikulum di SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah, menekankan sebuah kesadaran diri,
diantaranya membuat kelompok, kelas, program kegiatan dan lain
sebagainya, tentunya demi kegiatan menggerakkan mereka, bertujuan otak
agar tetap belajar, dan melakukan kegiatan. Namun kadang peneliti
mengalami kejanggalan, yang berbentuk pemberian satu sudut pandang,
tentang ketergantungan hidup, menurut doktrin yang diberikan oleh
pengelola, bahwa ijazah itu tidak penting yang penting adalah belajar,
melakukan dan berkarya. Kelompok tertentu akan dapat menerima, tetapi
jika kita merujuk kembali teori maslow, yang berkaitan dengan social
needs mengalami pengembangan, yaitu extrovert needs dan introvert
needs, salah satu bentuk extrovert needs, secara berkelanjutan kebutuhan
manusia pasti ada, manusia akan memenuhi kebutuhan, demi
mempertahankan hidupnya, jika kehidupan tersebut di hutan maka survival
14 Loc.cit. David Pratt hal.54 15 Need For meaning, The growth of self-consciousness is accompanied by a drive that is
essentially philosophical: the need to find meaning, or (use existentially term) authenticity, in one’s existence. Loc.cit David Pratt hal 54 -60
78
yang dibutuhkan adalah mengenal alam, dan keahlian untuk mengelola
alam agar dapat bertahan hidup, namun kehidupan sangatlah kompleks,
dan manusiapun berbeda karakter, contoh kehidupan dikota akan berbeda
jika memberikan sudut pandang, dan pasti sudut pandangnya akan
bertambah “Belajar meningkatkan kemampuan adalah penting dibuktikan
dengan sertifikat”. Sudut pandang juga penting diberikan kepada Peserta
didik, karena jika berwirausahapun perlu sebuah tanda sertifikat, jika
bentuk usaha pada tempat berbeda, akan beda juga bentuk perjanjian
maupun lain sebagainya.
Adanya konsep perpaduan tersebut, maka dalam
mengorganisasikan sebuah Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah, tidak banyak menggunakan kerumitan dalam hal birokrasi,
karena jika manusia mengetahui kebutuhan yang sesungguhnya pada
dirinya sendiri, maka akan tumbuh minat belajar yang tinggi.
3. Pelaksanaan Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Pelaksanaan Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah tidak
ada silabus secara tertulis, tetapi jika dilihat dari proses pembelajarannya,
maka terjadi sebuah perkembangan, termasuk pembuatan jadual kelas
bukan dari lembaga, melainkan Peserta didik itu sendiri sesuai kelas
masing-masing, kemudian baru memohon pendamping untuk menemani
belajar atau dengan kata lain mendukung proses pembelajaran.
Proses pembelajaran pada Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah, sangat berbeda dengan yang formal maupun non formal
lainnya, karena pada pelaksanaan pembelajarannya secara konsep tidak
terbatas, karena pembelajaran dapat dilakukan kapan saja dimana saja,
sesuai kesepakatan kelas masing-masing, belum lagi belajar individual
yang mempunyai kebutuhan masing-masing.
Kemudian terlihat proses pembelajaran semacam pembelajaran
anak dewasa, pembelajaran tersebut pendamping hanya memberikan
79
motivasi belajar, jika pemberian materi diperkirakan hanya sekitar 20 %,16
karena Peserta didik banyak disarankan membaca dan browsing internet,
seperti teori yang diambil dari tokoh pendidikan,17 Model Andragogy
terdiri dari strategi pembelajaran memusat pada orang dewasa. Hal
tersebut sering ditafsirkan bahwa, proses dalam melibatkan pelajar dewasa
dengan pembelajaran struktur dan mengalami secara langsung. Teori ini
Digunakan pertamakali oleh Alexander Kapp (seorang pendidik Jerman)
pada 1833, kemudian andragogy dikembangkan ke dalam suatu teori
pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Malcolm Knowles.
Jika hal tersebut diberlakukan maka sebaiknya pembuatan RPP dan
Silabuspun diserahkan kepada mereka, hal tersebut menjadi salah satu
bentuk cara, guna mengetahui proses kegiatan mereka atau dalam bahasa
manajemen disebut dengan pengawasan (controling).
Needs safety, yang biasa diartikan dalam bahasa indonesia
Kebutuhan Rasa Aman, termasuk jika model andragogy ini diterapkan,
Peserta didik merasa diberi kepercayaan, selain itu peraturan, merupakan
pengembangan dari kebutuhan rasa aman, namun jika tidak
dikomunikasikan dengan baik, peraturan terebut akan menjadi sebuah
momok yang menakutkan seperti yang terjadi pada sekolah formal. Pada
SMP Alternatif Qaryah Thayyibah selain terbentuk peraturan ketika
pertemuan Peserta didik dan Pendamping dihari senin, terdapat pada satu
pemikiran, yaitu pemikiran Bahrudin, yang mempunyai prinsip tidak mau
memaksa Peserta didik, menanamkan sugesti “jadilah manusia yang
bermanfaat”, ketika mereka diibaratkan akan terperosok ke jurang, seorang
pendamping wajib menegur dan berusaha memberikan pertolongan, fungsi
16 Pemberian materi banyak dilakukan oleh pendamping hanya pada kelas VII,
dikarenakan kelas tersebut belum dapat beradaptasi dengan kurikulum yang berlaku. 17 Andragogy consists of learning strategies focused on adults. It is often interpreted as
the process of engaging adult learners with the structure of learning experience. Originally used by Alexander Kapp (a German educator) in 1833, andragogy was developed into a theory of adult education by the American educator Malcolm Knowles. http://en.wikipedia.org/wiki/Andragogy.
80
peraturan adalah teguran dan proses pendukungan belajar seumur hidup
agar memenuhi kebutuhan rasa aman.
Berbicara tentang rasa aman, perlu ditambahkan rasa aman sesaat
dan rasa aman selamanya, jika rasa aman sesaat itu cukup bagus konsep
pembelajaran, yang ditawarkan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah,
kemudian karena pendidikan yang berkelanjutan, jika membahas
kebutuhan, maka perlu ditambahkan kebutuhan Keserasian, kebutuhan
Memuaskan Hidup Sosial, kemudian kebutuhan Bertahan Hidup.
Kesemuanya itu akan saling berkaitan, karena bertahan hidup pada alam
desa dengan alam perkotaan berbeda, apalagi jika Peserta didik nantinya
menjadi wakilrakyat, pastilah membutuhkan hal-hal selain kemampuan,
seperti ijazah dan sertifikat.
4. Pengawasan dan Evaluasi Kurikulum Di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah
Perlu dicermati bahwa pengawasan dan evaluasi sudah pasti ada
didunia pendidikan, apalagi sebuah kurikulum yang sebagai acuan.
Pelaksanaan evaluasi dan pengawasan pada SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah tidak seperti layaknya lembaga pendidikan lainnya, jika pada
pendidikan Formal maupun Non formal lain banyak sebuah evaluasi,
dengan menggunakan cara normatif, yaitu dinilai dengan hanya data-data
saja, termasuk kemampuan nilai siswa, kemudian prestasi akdemik
maupun non akademik, kemudian pelaksanaan pengawasan dan Evaluasi
pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah dilaksanakan dengan tidak
menggunakan nilai, tetapi evaluasi yang dilakukan adalah dengan Shering
dan musyawarah dengan bentuk mengurangi sesuatu kelemahan, serta
mengembangkan potensi. Gelar karya sebagai bentuk evaluasi
pembelajaran, sekaligus evaluasi kurikulum, kemudian pertemuan demi
pertemuan berlalu, maka timbullah kesimpulan bahwa, evaluasi kurikulum
tersebut, menyimpulkan majunya pendidikan di SMP Alternatif Qaryah
Thayyibah, terletak pada hasil karya Peserta didik pada bidang Karya Seni
yang meliputi, Sastra (Novel, Puisi, Teater dan Rekaman Nyanyian
81
Pendidikan). Pada tahun 2009 ini mereka lebih suka disebut dengan
Komunitas Belajar, Bukan Lembaga Sekolah.18 Memang secara formal
lembaga sekolah sangat banyak syarat-syarat yang berkenaan dengan
birokratis, dan peraturan yang dirasa mengganggu pembelajaran. berbicara
tentang kurikulum nasional, sekarang ini sudah mulai membaik, kecuali
pada sebuah pembatasan belajar, dan cara guru mengajar, dan tidak sesuai
dengan kurikulum. Tetapi sayangnya ketidak singkronan kurikulum yang
bernamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, jelas Kurikulum ini
telah memberi kebebasan untuk masing-masing sekolah dalam
menentukan materi dan lain sebagainya, tetapi standarisasi wajib
dilakukan, dan jika tidak dapat nilai standar minimal, maka tidak lulus
dengan kata lain, bodoh. akhirnya yang membuat guru memaksa Peserta
didik, untuk mempunyai kemampuan sama dalam bidang pelajaran
normative. Kemampuan seseorang berbeda, kemudian penyamaan tersebut
ujian nasional berbentuk normatif semua tidak ada ujian yang berbentuk
karya. Berbicara tentang Ujian nasional, jika berdasarkan kejadian dan
berpijak pada Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, tetap
adapun tidak menjadikan masalah, tetapi sebaiknya tidak wajib, jika
Negara bertujuan mencari oang pandai dari segi normative cukup adakan
ujian nasional husus bagi yang mau mengikuti, itupun sebaiknya ujian
nasional bukan hanya sekedar ujian normative, melainkan ujian berbentuk
karya, nantinya akan menjadi terlihat betul hasil belajar dan nilainya pun
tidak abstak.
Usia SMP pasti bisa diarahkan untuk berkarya, walaupun tidak
semuanya, karena kedewasaan manusia bukan dari usia kronologis, tetapi
dari hasil pengalaman yang telah dicapai. Penentuan kelulusan dengan
standar minimal inilah yang membuat SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
mengatakan Ijazah itu tidak penting, karena ujian hanya sekedar nilai
normativ, dan tidak berguna jika tidak pernah melakukan.
18 Wawancara Ahmad Bahrudin 11 September 2009, juga pemaparan Ahmad Bahrudin
ketika diwawancarai oleh MetroTV pada tayangan 13 Agustus 2009.
82
Kurikulum pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah terlihat bagus
dengan kriteria sebagaimana tabel dibawah ini:
Tabel Peroses Pembelajaran No Waktu Pelajaran Pendamping Prestasi
1 Pukul 07.00-10.00, ada jam kelas, tetapi jika tidak ikut juga tidak masalah, setelah jam tersebut Peserta didik ditanamkan untuk belajar sesuka mereka seuai kebutuhan bahkan sampai larut malam.
Pelajarang secara kelas sama dengan SMP lainnya, tetapi tidak wajib mengikuti, semua. Jadual membuat sendiri sesuai kelas masing-masing
Pendamping bersifat sebagai teman, 100%, tetapi menemani belajar itupun jika diperlukan
Prestasi yang ada, terdapat pada mayoritas bidang seni, dan jiwa wirausaha.
Suasana Resource Center (RC) No Waktu Pengelolaan Peserta Belajar Penggunaan
1 Waktu belajar pada Resource Center yang dilengkapi, komputer dengan jaringan Internet, ruang musik, kamar Mandi dan kamar tidur, dan perpustakaan dengan waktu 07.00-21.00 WIB
Pengelolaan diserahkan oleh Peserta didik, dengan pembuatan jadual penjaga, dan dikoordinir oleh salah satu pendamping.
Peserta didik Qaryah Thayyibah
Sebagai tempat pencarian informasi,
Tempat Gelar Karya setiap bulan sekali, pada hari senin, karya yang ditampilkan mengenahi pembelajaran, kemudian karya Peserta didik, termasuk membuat film.
2 Jika ada acara workshop, atau seminar yang diadakan oleh Peserta didik.maka kadang sampai Full Time.
Sirkulasi dana juga oleh Peserta didik, tanpa mengangkat karyawan.
Pendamping dan Masyarakat termasuk orang tua murid.
Sebagai AULA untuk upacara (upacara berbentuk sharing seperti musyawarah nonformal) agar lebih mudah mengkoordinir.
3 Jika waktu sholat maka RC, ditutup.
Kesepakatan Peserta didik husus internet Rp.2000,-/jam,
Peserta didik non qaryah Thayyibah, dan pengunjung lain.
Tempat main Game.
83
Ruang Kelas No Waktu Pengelolaan Peserta Belajar Penggunaan
Secara Ideal 07.00-10.00.WIB teapi banyak sepinya dari pada RC
Oleh Peserta didik, dengan bentuk disapu dan dibersihkan
Khusus Pesertadidik QaryahThayyibah
Belajar dikelas dengan teman
sekelas
secara insedental dibuat pelatihan apa saja termasuk teater
Memusyawarahkan sesuatu termasuk membuat acara kemah, membuat jadual.
Tabel tersebut adalah identifikasi kelebihan, kemudian lebih lanjut
Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, perlu ditingkatkan untuk
mengembangkan karya, yang berbentuk Ilmu Teknologi, bukan hanya
sekedar ilmu seni. Berdasarkan pengamatan peneliti suatu tindakan pasti
berdasarkan latarbelakang pelaku, maka jika komunitas tersebut
berlatarbelkangkan moyoritas masyarakatnya bertani, akan lebih baik jika
proses pendukungan tersebut, diarahkan kepada teknologi pertanian,
ditambah teknologi industri pertanian.
Setelah melihat kelebihan pada kurikulum tersebut diatas, peneliti
melihat kelemahan, terhadap kurikulum tersebut secara umum. Sesuai
dengan pemaparan peneliti diatas, identifikasi ini adalah berdasarkan
kebutuhan Peserta didik, karena cita-cita setiap anak berbeda, maka
perbedaan tersebut, menjadikan kebutuhan yang banyak, dan banyak perlu
fasilitas, termasuk ada yang mempunyai cita-cita menjadi presenter19.
maka dapat dipaparkan lebih lanjut tentang identifikasi kelemahan sebagai
berikut :
a. Pemberian satu sudut pandang
Maksud dari satu sudut pandang adalah peserta didik diberi
pengertian tentang hasil belajar adalah karya, bukan ijazah atau nilai,
padahal dunia pendidikan sekarang ini adalah komplek dan dunia kerja
dan bisnis juga komplek, jika memberi sudut pandang alangkah lebih
baik diberikan beberapa sudut pandang tentang kehidupan yang ada
19 Fina salah satu pesertadidik dari tahun 2003, sampai sekarang yang diwawancarai oleh MetroTV, pada tayangan tahun 2004, memaparkan cita-citanya ingin menjadi presenter, jika kebutuhan tersebut tidak didukung, maka akan lambat untuk mencapai cita-cita tersebut.
84
seperti contoh, manusia hidup bermacam-macam ada yang jadi pekerja
dan ada yang wirausaha, kemudian ketika didunia kerja sebagian besar
selain keahlian adalah menggunakan sebuah sertifikat.
Kasus yang terjadi beberapa Peserta didik adalah tidak
mengikuti ujian nasional, memang bagi seseorang yang
kemampuannya adalah wirausaha tidak bermasalah tetapi jika orang
kemampuannya adalah bukan wirausaha maka sertifikat atau ijazah
menjadi penting.
b. Silabus dan RPP.
Jika menyerahkan semua menejerial kurikulum kepada Peserta
didik jangan tanggung-tanggung, untuk pengembangan silabus dan
pembuatan RPP20 walaupun insidental, tetapi itu adalah pembelajaran
tentang tanggungjawab laporan tertulis, dan hal tersebut adalah sejarah
dan perlu didokumentasi secara tertulis, lebih mudah untuk mengontrol
selain laporan lisan yang dilaksankan pada hari senin. Menurut peneliti
pembuatan tersebut dibuat oleh ketua kelas atau sekretaris atau yang
mewakili, dengan tujuan mereka dapat berkreasi dengan tulisan
tersebut, karena tidak ada aturan baku dalam pembuatan RPP, dan
intinya adalah cerita ketika mereka melaksanakan pembelajaran.
Tetapi setelah mreduksi hasil penelitian, dapat menjadikan
pijakan bahwa Silabus dan RPP ini terlihat pada sebelum
pembelajaran, yang terdapat musawarah pada hari senin, sebagai ganti
dari RPP, karena hari senin itulah semua kegiatan perencanaan
dilakukan, walaupun tidak sama dengan perencanaan pada sekolah
formal.
c. Resource Center belum ada ruang dan media untuk pusat penelitian.
Pentingnya pusat penelitian untuk memajukan pendidikan,
karena jika hanya sekedar fasilitas untuk ruang informasi, sangat
kurang untuk praktek yang menuju kepada teknologi, misalkan mesin,
20 Silabus dan RPP yang sering menjadikan momok bagi guru sebenarnya, tidak ada atuan baku, dan itu adalah salah satu bentuk laporan ketika melakukan tindakan kususnya pada pembelajaran.
85
atau elktronik, atau tempat penelitian keilmuan biologi, dan lain
sebagainya, haltersebut adalah wujud proses pendukungan kepada
Peserta didik. Model sarana ini terinspirasi dari pemikiran Ivan Illich
yang menciptakan sekolah non formal dan menciptakan “Reference
services to educational objects” dalamnya terdapat semacam, fasilitas
akses, Mosium atau perpustakaan dan laboratorium.21
d. Unit Produksi
Unit produksi merupakan salah satu pelaksanaan
pendukungan, selain itu untuk menciptakan suasana kewirausahaan,
semboyan Ahmad Bahrudin, mendidik mereka tidak untuk menjadi
mesin, atau dalam kata lain menjadi pekerja, namun menjadi manusia
wirausaha. Hal itu perlu didukung dengan adanya sebuah unit
produksi, sebagai salah satu tempat praktek untuk berwirausaha, dan
praktek tersebut bukan hanya sekedar praktek, tetapi betul-betul dapat
menghasilkan sesuatu barang baru bahkan bermutu.
Beranjak dari kelemahan dan kekuatan yang ada, maka akan lebih baik
jika pemenuhan kebutuhan segera dilaksanakan, dan betul-betul melaksanakan
Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, dan tidak terkesan sebagai
anak yang mengikuti pembelajaran sebagai korban uji coba keilmuan. Setiap
tindakan dimanapun, pasti ada konsekuensi masing-masing dan setiap
kejadian pasti ada sisi negatif dan positifnya, maka studi kasus ini bukan
merupakan pencarian kebenaran atau kesalahan, tetapi proses menuju
indonesia maju dan meraih cita-cita bangsa.
Berdasarkan wawancara dan pengamatan, yang dilakukan kemudian
didiskripsikan pada bab III, maka alur Manajemen Kurikulum di SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah, dari sumber pemikiran Bahrudin, mempunyai
asumsi manusia tidak boleh putus belajar, kemudian direspon masyarakat,
yang merasa tidak mampu menyekolahkan anaknya ke jenjang kebih tinggi,
dengan kendala mahalnya biaya pendidikan, dan Bahrudin banyak terinspirasi
para tokoh yang yang melawan kapitalisme pendidikan sekolah. Akhirnya
21 http://www.infed.org/thinkers/et-illic.htm
86
terkonsep Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, dengan ini dapat
digambarkan sebagai mana berikut :
Masyarakat Butuh Pendidikan
kemudian di bentuk komite sekolah Kebutuhan Belajar
Peserta didik Penampungan Minat Belajar
Penciptaan dan pengembanganMod
el Kurikulum
Macam Mata Pelajaran yang
dibutuhkan
Lembaga
System dan Strategi Pembelajaran
Pemenuhan Media Belajar
Pembimbing
Asisten Pembimbing
Pengelompokan Pesertadidik
Selain semacam kelas
Pengelompokan siswa sesuai dengan
bakat minat Asisten Dipilih
Dari Alumni Smp
Peserta didik melakukan Diskusi, browsing Internet, penelitian obyek,
sesuai mata pelajaran
Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi Kurikulum
Komite sekolah
Pemenuhan Bakat Minat
Jangan Putus Belajar
BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan berikut
1. Karakeristik manajemen kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Kelibening Salatiga.
Kebutuhan hidup manusia memang beragam hususnya pada, maka
Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah berusaha memenuhi
kebutuhan Peserta didik dengan cara menyaring aspirasi Peserta didik,
dengan cara mengumpulkan dalam satu ruangan atau cara lain yang dapat
menampung aspirasi, dan hal ini sangat relevan dengan teori yang
ditawarkan pada bukunya David Pratt yang berjudul Curriculum Design
and Development, dengan design Curriculum Rational. Dan sebenarnya
dengan kurikulum nasional secara konsep materi ada kesamaan, tetapi
ketika sudah masuk kepada peraturan serta peraturan pemerintah sangat
berbeda, karena pada kurikulum ini tidak banyak peraturan dan tidak
banyak mengikuti aturan birokrasi yang merumitkan Peserta didik untuk
belajar.
Kondisi nyata SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, dan bentuk
sosiologis kelurahan tersebut, yang menjadikan latar belakang Manajemen
Kurikulum pada SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, kehidupan kelurahan
Kalibening, mayoritas petani dan cara hidup mereka sangat sederhana,
kemudian mencermati keadaan yang sangat memprihatinkan bagi dunia
ekonomi dan pendidikan yang sangat berpaham kapitalis, Bahrudin salah
seorang dari masyarakat tersebut, akhirnya mendirikan sekolah alternative
tersebut, dan kurikulum diserahkan pada Peserta didik yang disebut
dengan Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayiibah, meskipun
sekarang dari pemerintah sudah mensubsidi SMP Negeri, tetapi hal
tersebut tidak membuat SMP Alternatif Qaryah Thayyibah beralih sistem
kurikulum, karena tetap berbeda dalam bidang peraturan yang tidak kaku
87
88
88
dan waktu pembelajaran full time. Kurikulum tersebut menyaring semua
aspirasi sebagai bentuk kebutuhan peserta didik, kemudian pengelola
berusaha untuk menfasilitasi kebutuhan tersebut.
Manajemen Kurikulum adalah Proses Manejerial tentang
pemenuhan kebutuhan dalam hal pembelajaran, untuk mencapai tujuan
(mengedepankan minat belajar dan penanaman belajar untuk melakukan,
berkarya serta tidak ketergantungan) dengan cara bekerjasama dan melalui
tahap perencanaan, pembagian, penggerakan, dan pengawasan.
2. Implementasi manajemen kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Kalibening Salatiga
Implementasi tersebut disimpulkan sebagaimana pelaksanaannya
yakni :
a. Perencanaan
untuk mencapai tujuan, maka butuh perencanaan yang
berfungsi untuk memperkirakan sebuah pelaksanaan. Perencanaan
kurikulum ini terbentuk atas semua peserta didik dikumpulkan menjadi
satu dengan tujuan menampung aspirasi kebutuhan, bahkan orang tua
murid pun ikut mewakili musawarah tersebut. Aspirasi tersebut
berkenaan dengan kebutuhan siswa dalam hal belajar dan sesuatu yang
dibutuhkan sebagai media, termasuk teknis belajar.
Pada perencanaan tersebut peserta didik ditanamkan untuk
belajar melakukan yakni banyak mencoba, berkarya, dan tidak
ketergantungan serta penanaman semangat untuk berbagi.
b. Pembagian
Untuk mencapai tujuan, Kelompok apapun memerlukan
pembagian tugas, maka pembagian tugas ini menurut konsep
kurikulum secara umum telah dipaparkan dalam perencanaan, tetapi
ketika menuju sebuah pembelajaran kelas, maupun forum apapun yang
sering disebut pada sekolah formal adalah ekstra kurikuler, diserahkan
pada kelas masing-masing yang dikoordinir oleh ketua kelas/ ketua
89
89
forum, termasuk pembuatan jadwal pelajaran ataupun jadwal apa saja
sesuai kebutuhan.
c. Pelaksanaan
Kematangan dalam merencanakan dan pembagian tugas akan
dilanjutkan dengan pengembangan pelaksanaan, adapun pelakasanaan
ini peserta didik setelah membuat jadwal sesuai dengan kelasnya
masing-masing, mereka mengadakan musyawarah siapa pendamping
yang sesuai untuk pelajaran yang terkait, akhirnya mereka memohon
para pendamping untuk mendampingi mereka belajar. Selain itu
partner yang biasanya mereka terdiri dari alumni SMP, yang mampu
menggerakan dan memotivasi mereka untuk belajar, senantiasa
membantu dalam proses belajar.
d. Pengawasan
Pelaksanaan kurikulum pada prosesnya tersebut perlu adanya
sebuah pengawasan, yang dilakukan setiap hari senin, dan bentuk dari
pengawasan kurikulum tersebut setiap bulan sekali tepatnya hari senin
diadakan Gelar Karya, hal ini menampilkan hasil belajar selama satu
bulan, dan karya yang telah dicapai.
Selain itu, para pendamping juga melakukan pertemuan dengan
pengelola, minimal 3 kali dalam satu tahun, dan maksimalnya sesuai
kebutuhan, termasuk adanya permasalahan atau kebutuhan baru yang
perlu di berikan kepada peserta didik sebagai wujud pengembangan
Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. Dari pengawasan
kurikulum tersebut akan menemukan sebuah kelemahan, dan
kelemahan tersebut pengelola masih berusaha untuk mengurangi
kelemahan.
Pengelolaan Kurikulum di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
menjadikan peserta didik lebih nyaman belajar dengan sistem
demokrasi yang diserahkan sesuai kebutuhan peserta didik, dengan
proses disepakati setiap hari senin yang disebut upacara, sebagai
bentuk rencana dan teknis kegiatan, namun kurikulum tersebut belum
90
90
ada standar silabus dan RPP (rencana pelakasanaan pembelajaran),
tidak terealisasinya hal itu, mempunyai alasan belum merasa butuh,
dan sebenarnya akan lebih baik jika hal tersebut dapat terealisasi.
B. Saran
Saran peneliti berkaitan dengan Manajemen Kurikulum di SMP
Alternatif Qaryah Thayyibah, agar dapat dikembangkan sesuai kebutuhan
peserta didik, karena sebetulnya kebutuhan peserta didik sangat kompleks,
karena setiap manusia mempunyai kebutuhan masing-masing, tentunya
berkaitan dengan kebutuhan belajar dan cita-cita.
Adapun saran ini pertama untuk lembaga terkait atau komunitas
terkait, dan yang kedua adalah lembaga sekolah formal maupun non formal:
1. Kepada Lembaga Terkait
Lembaga terkait memang lembaga yang telah mengangkat pendidikan
Indonesia semakin maju, dan bukti sudah menunjukkan bahwa sebagian
Peserta didik dapat berkarya sesuai kompentesi mereka, kemudian saran
untuk dapat lebih maju adalah
a. Sesegera mungkin melengkapi kebutuhan peserta didik, karena asumsi
SMP Alternatif Qaryah Thayyibah adalah belajar melakukan dan
banyak mencoba, jika media untuk mencoba belum ada maka akan
lambat dalam hal kemajuan kualitas peserta didik.
b. Dalam memberikan sudut pandang kepada peserta didik berilah
berbagai sudut pandang sisi kehidupan.
c. Jika dalam sistem pembelajaran semua diserahkan kepada peserta
didik, maka penaman untuk membuat cerita selama belajar dikelas atau
dimanapun ketika berkelompok dan teknisnya adalah perwakilan,
sebagai salah satu bentuk perhatian pengelola dalam pendampingan.
d. Berkaitan dengan mendidik, agar tidak menjadi mesin atau dengan
kata lain adalah pekerja, maka sebaiknya fasilitas untuk mereka adalah
Pusat Penelitian dan Unit Produksi agar peserta didik betul-betul dapat
berkarya bukan sekedar karya seni tetapi karya teknologi dan industri.
91
91
2. Kepada Lembaga Pendidikan Secara Umum
a. Lembaga pendidikan secara umum memang begitu rumit dalam hal
Birokrasi, termasuk peraturan yang tidak lentur, memaksakan
kehendak, atau yang disebut memaksakan nilai memuaskan saja, tetapi
ternyata pada tingkatan praktek tidak sesuai dengan nilai tersebut.
b. Sebenarnya Kurikulum Nasional sudah cukup baik, dalam hal
pembelajaran, tetapi ketika adanya sebuah peraturan pemerintah
tentang standarisasi kelulusan, yang membuat para guru mengejar
target padahal kemampuan siswa adalah berbeda-beda, yang diujikan
hanya normatif saja.
c. Saran ini saling berkaitan maka dengan adanya item a dan b maka
diharapkan guru dan semua lembaga yang telah dijamin pemerintah
untuk mendampingi peserta didik lebih optimal, tidak terbatas dengan
waktu yang minim.
d. Tentang sarana dan prasarana lembaga formal khususnya yang
berlabelkan negeri, sebenarnya lebih mampu untuk menfasilitasi,
kebutuhan Peserta didik.
e. Kepada lembaga sekolah yang memproklamirkan diri sebagai lembaga
yang berkualitas, sebaiknya tidak mengedepankan biaya yang mahal,
tetapi kualitas yang baik itu adalah dapat membuat Peserta didik
menjadi baik dan sukses tanpa memandang miskin atau kaya.
f. Lembaga Sekolah yang berkualitas baik, adalah lembaga yang dapat
mencermati antara manajemen Bisnis dengan Manajemen Pendidikan,
bukan disamakan atau dipukul rata, jika dipukul rata maka yang terjadi
adalah penindasan kepada kaum lemah dalam mengenyang
pendidikan, karena jika hanya sekedar informasi pada saat ini bisa di
cari dimana saja dan kapan saja kecuali media praktek penelitian yang
berbau teknologi dan mesin itu wajar kalau mahal, wajarnya
kemahalan tersebut akan ringan jika pemerintah betul-betul
menfasilitasi rakyatnya untuk belajar.
92
92
C. Penutup
Kemampuan yang terbatas dari peneliti tidak mengurangi semangat
untuk belajar meneliti, bukan hanya sekedar tugas dari institusi, tetapi betul-
betul menghayati dunia pendidikan, hususnya pada lingkup Manajemen
Kurikulum, yang semakin lama semakin tidak di akui oleh kita sendiri, karena
kurikulum adalah acuan untuk mendidik kader bangsa, tetapi acuan tersebut
dimentahkan oleh kita dengan bukti, banyak pelajaran yang semestinya murah
didapatkan di internet atau perpustakaan, tetapi mahal ketika sudah masuk
pada lembaga sekolah. Kemudian dalam ujian yang berdasarkan Standarisasi
Peraturan Pemerintah banyak pemaksaan dalam materi dengan bentuk materi
yang banyak dengan waktu sedikit, kemudian ditambah ujian pun sebagai
formalitas dan hanya Normatif, tidak ada bentuk nyata dalam ujian tersebut.
Tetapi yang paling penting adalah pada hasil penelitian ini semoga peneliti
dapat melakukan hal positif, dari Manajemen Kurikulum di SMP Altenatif
Qaryah Thayyibah, serta masukan para ahli pendidikan yang ditunggu oleh
peneliti.
Akhir dari penulisan ini adalah Allah maha tahu dan bijaksana, setelah
berusaha maka tawakal dan berdo’a, tidak lupa puji syukur yang senantiasa
terucap, agar semakin maju pendidikan di Indosesia.
Daftar Pustaka
Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Al- Bukhari, Matnul Bukhari juz 4,
Bandung: Sirkah Al-Ma’arif Litthob’I Wannasyar, t. Th .
Abudin Nata, H., Prof. Dr. M.A, Filsafat Pendidikan Islam, Gama Media, Jakarta
2005.
Anton Beker dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat,
Yogyakarta: Kanisius, 1990
Ary H. Gunawan, Drs. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi Tentang
Pelbagai Problem Pendidikan, Jakarta :Rineka Cipta, Cet I tahun 2000.
Bahruddin, Pendidikan Alternatif Qaryah Thayibah, Ypgyakarta: LKiS, Cet,I
2007
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Intermasa,
1971 .
E. Mulyasa, Dr. M.Pd. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002 .
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2003 .
Forum Mangunan, A. Ferry Indratno, edt Kurikulum yang mencerdaskan visi
2030 dan Pendidikan Alternatif, Jakarta: Kompas, 2008 .
George R. Terry & Leslie W. Rue. alih bahasa oleh: G.A. Tico Alu Dasar-Dasar
Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. ke- 8 2003.
H.M. Daryanto, Drs. Administrasi Pendidikan PT. Rineka Cipta, Jakarta cet II
2001.
Ibrahim Bufadal, Dr. M.Pd, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan
Aplikasi, Jakarta : Bumi Aksara, 2003.
John M. Echols & Hassan shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, Jakarta :
PT. Gramedia, cet XXIV 2000
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2001 .
Lexy J. Moleong, Metodologi Peneltian Ilmiah, Bandung: Remaja Rosdakarya,
1989 .
M. Quraish Shihab, Tafsir Almishbah, vol 13, Jakarta: Lentera Hati, Cet. I, 2003 .
M. Quraish Shihab, Tafsir Almishbah, vol 15, Jakarta: Lentera Hati, 2002, .
M. Quraish Shihab, Tafsir Almishbah, Vol. 15, Jakarta: Lentera Hati, Cet. IV
2005 .
Marno, M.Pd., Islam By Manajemen and Leadership, Jakarta,: Lintas Pustaka,
Cet, I. 2007.
MIF Baihaqi, Psikologi Pertumbuhan, Bandung : Rosda Karya Cet.I 2008 .
Muis Saad Iman, M.Ag, Pendidikan Partisipatif, Yogyakarta: Safiria Insania
Press, cet II, 2004 .
Mulyasa, Dr. M.Pd., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bnadung: P.T.
Rosda Karya, 2006 .
Muslichah Zarkasi, Dra., Manajemen Psikologi, Jakarta : PT. Gelora Aksara
Pratama, Erlangga 2004
Mustaqim, Drs. Psikologi Pendidikan, Yogjakarta :Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, Bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2004 .
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Yogyakarta: Rake Sarasih,
cet. VII, 1998 .
Nurani Soyomukti, Metode Pendidikan Marxis Sosialis, Jogjakarta: Ar-ruz
Media, 2008.
Oemar Hamalik, Prof. Dr. Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, cet. I, 2006 .
Peter F. Oliva, Supervision for Today’s schools, New York : Longman, 1976 cet.
II.
Robert K. Yin, Study Kasus desain dan metode, penterjemah: M. Djauzi
Mundzakir, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997 .
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000 .
Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001 .
Sanafiah Faisal dan Mulyadi Guntur W. ed , Metodologi Penelitian Pendidikan,
Surabaya: Usaha Nasional, 1982 .
Sintha Ratnawati edt , Sekolah Alternatif Untuk Anak Kumpulan Artikel Kompas,
Jakarta : Kompas, 2002 .
Sudarwan Danim, Dr. Prof., Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok
Jakarta : Rineka Cipta Cet. I 2004 .
Sudarwan Danim, Prof. Dr. Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke
Lembaga Akademik, Jakarta : Bumi Aksara, cet I, 2006
Suharsimi Arikunto, Prof. Dr. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta, Edisi Revisi. VI, 2006 .
Sujono Samba, Lebih Baik Tidak Sekolah, Suara Hening dari Kalibening,
Yogyakarta: LKiS, 2007
Yosal Irriantara Community Relations konsep dan aplikasi, Bandung :Simbiosa
Rekatama Media, 2004.
Undang-undang Dasar 1945 dan Amandemen pertama 1999 sampai ke empat
2004 Semarang : Aneka Ilmu, cet. II, 2005.
"http://id.wikipedia.org/wiki/hermeneutik"
http://en.wikipedia.org/wiki/Andragogy.