manajemen k3

89

Click here to load reader

description

zz

Transcript of manajemen k3

Page 1: manajemen k3

EPIDEMIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN

I. PENGERTIAN

§ Epidemiologi, berasal dari kata :

Epi : “ Pada “, Demos : “ Penduduk “, Logos : “ Ilmu “

Pengertian Epidemiologi :

- Ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit serta berbagai masalah kesehatan di dalam masyarakat termasuk aplikasinya ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (hasil kesepakatan pertemuan internasional ahli epidemiologi di Amerika Serikat, 1991)

- Ilmu yang mempelajari distribusi dan faktor-faktor determinan yang mempengaruhi status kesehatan atau menyebabkan terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan pada kelompok masyarakat tertentu dan penggunaan studi tersebut untuk menganggulangi masalah-masalah kesehatan (Last, J.M., Ed, 1988).

Pengertian Epidemiologi, mencakup :

- Penyakit atau status penyakit, frekuensi, distribusi (orang/populasi, waktu dan tempat), determinan (faktor-faktor yang mempengaruhi), metoda (design)

Berdasarkan pengertian tersebut terdapat tiga komponen penting dalam Epidemiologi :

1. Frekuensi

Merupakan kuantifikasi status kesehatan (kondisi status kesehatan yang terekam dalam data time series)à analisa data sekunder, sebagai awal pengamatan pola penyakit di dalam masyarakat (populasi).

2. Distribusi

Terkait dengan pola penyebaran penyakit dan merumuskan hipotesa tentang kemungkinan faktor penyebab à orang, tempat dan waktu.

3. Determinan

Faktor penyebab dari suatu masalah kesehatan baik yang menerangkan frekuensi, penyebaran (distribusi) dan penyebab timbulnya masalah kesehatan.

Pengertian Epidemiologi Kesehatan Lingkungan :

- Ilmu yang menganalisa dan mengukur efek-efek kesehatan dari faktor-faktor lingkungan dan menilai keefektifan strategi-strategi pengawasan (WHO, 1989)

Page 2: manajemen k3

- Ilmu dan seni yang mempelajari dan menilai (mengukur dan analisis) kejadian penyakit atau ganggguan kesehatan dan potensi bahaya faktor penyebab (bahan, kekuatan, kondisi) akibat perubahan keseimbangan lingkungan serta menilai upaya-upaya pengendaliannya (Pentaloka Epidemiologi Lingkungan, Ciloto, 28 Oktober dan 2 November 1991).

II. TUJUAN DAN LEVEL EPIDEMIOLOGI (EPIDKESLING )

1. TUJUAN EPIDEMIOLOGI (EPIDKESLING)

Tujuan Epid (kesling), yaitu :

a. mengumpulkan fakta dan data tentang berbagai masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat à EPIDKESLING berkaitan dengan pengaruh (perubahan) kondisi lingkungan.

b. Menjelaskan sifat dan penyebab masalah kesehatan berdasarkan fakta dan data yang diperoleh setelah dilakukan analisa.

c. Menemukan atau merencanakan pemecahan masalah serta mengevaluasi pelaksanaannya

2. LEVEL PENERAPAN EPIDEMIOLOGI (EPIDKESLING)

a. Level Pemahaman à dimulai dari pengamatan yang dilakukan secara ilmiah sampai pada penarikan kesimpulan yang mengarah pada akumulasi pengetahuan kejadian penyakit.

b. Level Intervensi à mengumpulkan informasi empiris yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan kesehatan masyarakat.

III. RUANG LINGKUP EPIDEMIOLOGI (EPIDKESLING)

Ruang lingkup Epidemiologi (Epidkesling)

1. Kondisi Lingkungan à perubahan kualilitas lingkungan berpengaruh terhadap agent (penyebab penyakit), host (manusia).

2. Variabel Epidemiologi à orang, waktu dan tempat

3. Penyakit :

§ Penyakit Infeksi/menular à akibat kondisi sanitasi yang buruk.

§ Penyakit menahun atau tidak menular à akibat menurunnya (perubahan) kualitas lingkungan yang timbul sebagai dampak negatif dari aktivitas pembangunan misalnya pencemaran yang terjadi pada air, tanah dan udara akibat limbah industri, pertanian, pertambangan/energi, transportasi, domestik dan sebagainya.

Page 3: manajemen k3

4. Ilmu sosial dan perilaku à perilaku manusia (higiene perorangan) dan hubungannya dengan timbulnya kejadian penyakit.

5. Metoda (Design) à sebagai dasar yang digunakan dalam melakukan kajian (analisa) untuk menarik kesimpulan baik level pemahaman maupun level intervensi, misal penggunaan Metode-metode Statistik (kajian Ilmiah) dan penggunaan konsep SIMPUL KESEHATAN LINGKUNGAN.

IV. VARIABEL EPIDEMIOLOGI (EPIDKESLING)

Variabel Epidemiologi dikelompokkan menurut :

§ Orang (person)

§ Tempat (place)

§ Waktu (time)

1. ORANG (PERSON)

Perbedaan Sifat/karakteristik individu secara tidak langsung memberikan perbedaan sifat/keterpaparan, dipengaruhi oleh:

§ Faktor Genetik à bersifat tetap, seperti : jenis kelamin, ras, data kelahiran, dsb.

§ Faktor biologik à berhubungan dengan kehidupan biologik, seperti : umur, status gizi, kehamilan, dsb.

§ Faktor Perilaku à berpengaruh secara individu, seperti: adat istiadat, mobilitas, dsb.

§ Faktor Sosial Ekonomi à seperti pekerjaan, status perkawinan, pendidikan, daerah tempat tinggal.

2. TEMPAT (PLACE)

Pengetahuan distribusi geografis suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan etologi penyakit.

Keterangan tempat dapat bersifat :

§ Keadaan geografis, misal: daerah pegunungan, pantai, dataran rendah, dsb.

§ Batas administratif (misal: batas negara, propinsi, kabupaten/kota, kecamatan/kelurahan), batas ekologis (batas penyebaran dampak).

Page 4: manajemen k3

Menganalisa hubungan penyakit dengan tempat harus dipikirkan hal-hal sbb :

§ Keadaan penduduk setempat dan sifat karakteristiknya.

§ Apakah penyakit berhubungan langsung dengan tempat, seperti :

- Angka kesakitan tinggi pada semua golongan umur.

- Penyakit tidak dijumpai/kurang ditempat lain.

- Penduduk yang pindah ke tempat tersebut akan terserang penyakit.

- Penduduk yang keluar dari tempat ybs akan sembuh atau penyakitnya tidak bertambah.

- Adanya gejala penyakit yang sama pada hewan.

§ Faktor lingkungan biologis dan sosial ekonomi setempat harus diperhitungkan.

3. WAKTU

Perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis, yaitu dengan adanya :

a. faktor penyebab penyakit pada waktu tertentu

b. perubahan komposisi dan jumlah penduduk menurut waktu

c. perubahan komposisi lingkungan menurut waktu (lingk. fisik, biologi dan sosial ekonomi).

d. perubahan kriteria dan alat diagnosa dari waktu ke waktu

e. perubahan pola penyakit karena usaha pencegahan dan penanggulangan serta perubahan lainnya dari waktu ke waktu.

PERUBAHAN PENYAKIT MENURUT WAKTU :

1. Perubahan dalam waktu singkat :

a. Epidemi à jumlah penderita melampaui keadaan normal, umumnya terjadi pada penyakit menular, namun tidak menutup kemungkinan karena akibat bahan kimia/akibat fisik serta kelainan perilaku, misal penyakit menular DBD.

b. Common sources/Point epidemic à timbul wabah mendadak dengan terfokus pada limit waktu sesuai dengan masa inkubasi terpanjang pada penyakit, misal keracunan makanan.

Page 5: manajemen k3

c. Epidemi berkepanjangan à epidemi yang terus menerus berlangsung, terutama penyakit dengan kontak person (umpama AIDS) maupun oleh vektor penyakit, misal malaria.

2. Perubahan secara periodik :

a. Pengaruh musim :

§ Hubungan penyakit dengan musim tertentu terutama penyakit menular, juga dijumpai pada penyakit kronik, seperti asmatik.

§ Perbedaan waktu erat hubungannya dengan keadaan cuaca yang dapat mempengaruhi sifat penyebab, pejamu serta lingkungan.

§ Perubahan tahunan secara epidemiologi karena sifat penyakit.

b. Perubahan periodik yang bersifat siklus :

§ Perubahan insidensi penyakit secara reguler antara beberapa bulan tertentu secara teratur.

3. Perubahan secara sekuler :

§ Perubahan yang terjadi setelah sekian tahun (5-10 tahun atau lebih) yang menampakkan perubahan keadaan penyakit/kematian yang cukup berarti dalam hubungan interaksi antara pejamu/manusia (H), penyebab (A) dan lingkungan (E).

INTERAKSI MANUSIA DAN LINGKUNGAN

EKOLOGI MANUSIA

§ Ilmu yang mempelajari interaksi antara setiap segi kehidupan manusia (fisik, metal, sosial) dengan lingkungan hidupnya (biofisis, psikososial) secara keseluruhan dan bersifat sintesis.

§ Studi yang menelaah hubungan timbal balik antara perilaku manusia dengan lingkungannya baik pengaruh aktivitas manusia terhadap lingkungan disekitarnya maupun sebaliknya manusia dengan lingkungan

§ merupakan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, bidang ini merupakan suatu perspektif dalam menelaah hubungan antara perilaku manusia dan lingkungannya.

HUB. EKOLOGI MANUSIA DENGAN KESLING

§ Meningkatkan faktor eugenik (menguntungkan) dan mengurangi atau mengendalilan faktor disgenik (merugikan)

Page 6: manajemen k3

PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT LINGKUNGAN

FAKTOR EUGENIK

Page 7: manajemen k3

Komponen lingkungan (Agent/penyebab) pada sumbernya (Emisi) Misal :

§ Pengukuran Kadar CO pada knalpot mobil, Cerobong asap pabrik

§ Pengukuran Kadar Hg pada air limbah effluent

Agent/penyebab pada lingkungan (ambient) à air tanah, udara, bahan makanan,

§ Pengukuran CO di udara

§ Pengukuran Hg pada air sungai

§ Residu pestisida dalam sayuran/buah-buahan

Agent/penyebab penyakit masuk ke dalam tubah manusia melalui pernafasan, sistem pecernaan, kontak kulit à PEMAPARAN (bio-marker)

§ Ada kandungan CO dalam darah,

§ Adanya kandungan Hg dalam darah

§ Penurunan cholinesterase dalam darah (indikasi kontak dengan pestisida).

Studi gejala penyakit (Efek) yang ditimbulkan akibat

Page 8: manajemen k3

pemaparan agent/penyebab penyakit.

§ Pengukuran distribusi gejala sakit baik klinis maupun subklinis

§

SIFAT-SIFAT MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN

Masalah kesehatan lingkungan memiliki sifat sbb :

1. Dimensi Lintas Batas à lintas batas geografis, lintas disiplin/sektor. penanganan masalah kesling harus memperhatikan dimensi ini.

Penanganan :

Page 9: manajemen k3

§ Lintas batas (antar Kab./Kota)

§ Lintas Sektor (Dinas terkait)

Misal :

§ Penanganan penc. Lingk.

§ Kasus Flu Burung (bata.

2. Dimensi Variabilitas à Variabel Epid: variabel orang (kelompok/ populasi), variabel waktu dan variabel tempat (geografis).

Dampak perubahan lingk. yang terjadi pada satu kelompok, belum tentu sama dengan kelompok yang lain, misal :

§ Kelompok yang terpapar bahan pencemar tertentu dalam dosis dan waktu tertentu.

§ Konsentrasi bahan pencemar pada suatu ambien lingk selalu befluaktuasi karena adanya variabel waktu.

Masalah kesehatan lingkungan dipengaruhi oleh :

1. Pertumbuhan dan sebaran penduduk

2. Kebijakan/policy para pengambil keputusan

3. Mentalitas dan prilaku masyarakat

4. Kemampuan alam untuk mengendalikan penc.lingk (Self Purification).

Dalam studi Epidkesling juga harus diperhatikan beberapa hal terhadap kejadian penyakit akibat kondisi lingkungan antara lain :

a. Kelompok risiko tinggi à sekelompok manusia (masyarakat) yang akan mengalami risiko (sakit) terlebih dahulu dibandingkan dengan kelompok lain dalam skala ruang, waktu dan dosis yang sama.

Misal :

§ Polisi lalu lintas, penjaga pintu tol, berisiko tinggi terpapar Pb

Page 10: manajemen k3

b. Behavioral Exposure à konsep perkiraan (pengukuran) pemaparan bahan pencemar/agent penyakit dengan memperhatikan faktor perilaku penduduk (sebagai kelompok risiko tinggi).

Misal :

§ Masyarakat yang tinggal dibantaran sungai yang tercemar, dan menggunakan air sungai tsb untuk keperluan hidup sehari-hari.

c. Population at Risk à sekelompok penduduk yang mimiliki ancaman yang sama dengan para korban, misal :

§ Peserta pesta (memiliki risiko sama dengan korban keracunan makanan dalam pesta tsb)

d. Penyebaran, waktu dan geografis à dg mengetahui hal ini upaya pencegahan dapat dilakukan.

KEJADIAN SAKIT AKIBAT LINGKUNGAN

Komponen lingkungan à Agent (Penyebab Penyakit), merupakan potensi bahaya menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat.

Page 11: manajemen k3

Klasifikasi Bahan Pencemar terhadap Kesehatan

1. Respiratory Pollutant àefek terhadap sistem saluran pernafasan.

§ Misal : SO2, NH3, Cadmium, Nox, H2S, Cobalt, Asbestos, Mangan, Zink, dsb.

2. Systemic Pollutant à efek terhadap lebih dari satu jaringan tubuh, masuk dalam saluran pencernaan dan disebarkan melalui aliran darah.

§ Gangguan pada lambung, sistem syaraf pusat dan saluran air seni

§ Pb, Hg, Fluorida, Cd, Organofospat, Chlorinated Hydrocarbon.

3. Host Spesific Polutant à bahan pencemar yang dapat menimbulkan reaksi, misal alergi, karsinogenik, mutagenik

§ Misal: Formaldehid, Thyocyanate, Nikel, Asbestos, Selenium, Arsenik, Metil Merkury, Chlorinated Hydrocarbon, dsb.

ARKL (Analisis Risiko Kesesehatan Lingkungan) :

Page 12: manajemen k3

§ Merupakan suatu pendekatan untuk mencermati potensi besarnya risiko yang dimulai dengan mendiskripsikan masalah lingkungan yang telah dikenal dan melibatkan penetapan risiko pada kesehatan manusia yang berkaitan dengan masalah lingkungan yang bersangkutan, baik pada saat ini atau di masa lalu (misalnya: lokasi tercemar)

LANGKAH-LANGKAH ARKL

1. Analisa Risiko

2. Pengelolaan Risiko

3. Komunikasi Risiko

1. ANALISA RISIKO

Tahapan dalam Analisa Risiko :

§ Tahap I, Identifikasi Bahaya

§ Tahap II, Evaluasi Dosis-Respon

§ Tahap III, Pengukuran Pemajanan

§ Tahap IV, Penetapan Risiko

LANGKAH PERTAMA à IDENTIFIKASI BAHAYA

§ Mengenal dampak buruk kesehatan yang disebabkan oleh pemajanan suatu bahan (racun) .

§ Memastikan mutu serta kekuatan bukti-bukti yang mendukungnya (daya racun yang ditimbulkan oleh suatu bahan).

LANGKAH KEDUA à EVALUASI DOSIS – RESPON

§ Melihat daya racun yang terkandung dalam suatu bahan atau menjelaskan kondisi pemajanan (cara, dosis, frekuensi dan durasi) oleh suatu bahan yang berhubungan dengan timbulnya dampak kesehatan.

LANGKAH KETIGA à PENGUKURAN PEMAJANAN

§ Perkiraan besaran, frekuensi dan lamanya pemajanan pada manusia oleh suatu bahan melalui semua jalur (Jalur 1, 2, 3, 4 dan 5) dan menghasilkan perkiraan pemajanan secara numerik.

JALUR PEMAJANAN :

o Jalur 1, Sumber pencemar : asal pencemar, misalnya: pabrik yang membuang limbah ke lingkungan atau timbunan sampah.

Page 13: manajemen k3

o Jalur 2, Media lingkungan dan mekanisme penyebaran : lingkungan dimana pencemar dilepaskan misalnya : air, tanah, udara, dan biota yang menyebarkan pencemar dengan mekanisme tertentu ke titik pemajanan

o Jalur 3, Titik pemajanan : suatu area potensial atau riil dimana terjadi kontak antara manusia dengan media lingkungan tercemar, misal sumur atau lapangan bermain

o Jalur 4, Cara pemajanan : pencemar masuk atau kontak dengan tubuh manusia misalnya: tertelan, pernapasan atau kontak kulit.

o Jalur 5, Penduduk berisiko : orang-orang yang terpajan atau berpotensi terpajan oleh pencemar pada titik pemajanan.

Untuk memudahkan Analisa Pemajanan diperlukan kategorisasi berdasarkan tempat (lokasi) individu dan masyarakat (penduduk) berisiko berdasarkan interaksi dengan lingkungan, antara lain:

§ Lingkungan domestik/pemukiman

o Kepadatan nyamuk, sanitasi lingkungan, pencemaran lingkungan (air, tanah, udara) di sekitar lingk.pemukiman.

§ Lingkungan kerja

o Petani, nelayan, buruh/karyawan pabrik/industri, tenaga medis di lingkungan kerjanya.

o Kebisingan, panas, bahan berbahaya (fisik, kimia, biologi, radioaktif), dsb di lingkungn kerja ybs.

§ Lingkungan tempat-tempat umum.

o Lingkungan rekreasi, sarana olah raga, hiburan (bioskop).

o Bahan pencemaran berbahaya yang terdapat di lingkungan tersebut.

§ Lingkungan dalam batas wilayah

o skala administratif, ekologis, kawasan, dsb.

LANGKAH KEEMPAT à PENETAPAN RISIKO

§ Mengintegrasikan informasi daya racun dan pemajanan ke dalam “perkiraan batas atas “ risiko kesehatan yang terkandung dalam suatu bahan.

- Membandingkan dengan Baku Mutu

- Melakukan uji LD50 atau LC50

2. PENGELOLAAN RISIKO

Page 14: manajemen k3

Ø Upaya mengendalikan risiko dampak pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan, meliputi :

§ Partisipasi masyarakat

§ Pengendalian bahaya :

- Pengendalian pada sumber (emisi)

- Pengendalian pemajanan (ambien)

§ Pemantauan risiko

3. KOMUNIKASI RISIKO

Ø Upaya untuk menginformasikan dan menyarankan masyarakat tentang hasil analisis risiko dan dampaknya, mendengar reaksi mereka, dan melibatkan mereka dalam perencanaan pengelolaan risiko.

SUMBER DATA DALAM ANALISA RESIKO KES.LINGK.

1. data Primer à Pengamatan/pengukuran sendiri

2. data Sekunder à dari institusi yang memiliki

§ medical record RS, Puskesmas, Sarana Kes lainnya.

§ Laporan bulanan berbagai institusi berkaitan dengan kesakitan (angka penyakit) dan kondisi kualitas lingkungan.

§ Pusat data, Dinas Kes, BPS dsb.

§ Hasil Penelitian oleh yang dilakukan oleh pihak lain.

Instrumen Pengukuran à kuisioner, sangat penting, yang harus diperhatikan :

§ Mempelajari gejala-gejala penyakit.

§ Penyusunan definisi kasus berdasarkan gejala-gejala penyakit à kategori individu/kelompok masyarakat yang memenuhi gejala tertentu untuk menjaring atau tidaknya kasus.

§ Setelah gejala-gejala tersusun dituangkan dalam pertanyaan.

§ Uji validasi instrumen à kuisioner yang tersusun di uji apakah benar-benar mengukur gangguan kesehatan yang dimaksud atau belum.

Indikator Pemajanan dapat diukur dengan cara :

Page 15: manajemen k3

1. Pengukuran pada Simpul II (lingkungan ambient).

2. Pengukuran dengan memperhatikan faktor perilaku penduduk atau individu (behavioral exposure).

3. Pengukuran parameter biologis (bio-marker), misal pengukuran Pb dalam darah, Hg dalam rambut

PENGUKURAN EPIDEMIOLOGI

Ada 3 macam cara pengukuran dalam Epidemiologi :

1. RATE (ANGKA)

§ perbandingan antara pembilang dan penyebut dinyatakan dalam kurun waktu tertentu.

§ Besarnya peristiwa (kejadiaan penyakit) yang terjadi pada suatu populasi penduduk dalam kurun waktu tertentu.

a. Incidence Rate à mengukur perkembangan penduduk tanpa suatu penyakit selama kurun waktu yang khusus.

x K

Jml kasus baru penyakit tertentu dlm kurun waktu tertentu

IR : -----------------------------------------------------------------------------

Jml populasi yang berisiko atau populasi keseluruhan

K = 1.000, 10.000 atau 100.000 (biasa dipakai)

b. Prevalensi Rate à mengukur jumlah orang pada suatu populasi yang menderita penyakit pada waktu tertentu.

x K

Jml keseluruhan kejadian penyakit waktu tertentu

PR : ------------------------------------------------------------------

Jml populasi keseluruhan

K = 1.000, 10.000 atau 100.000 (biasa dipakai)

c. Attack Rate à insidence rate yang dinyatakan dalam persen.

x 100 %

Jml kasus baru penyakit tertentu dlm kurun waktu tertentu

Page 16: manajemen k3

AR : -----------------------------------------------------------------------------

Jml populasi yang berisiko atau populasi keseluruhan

d. Mortality Rate à Frekuensi terjadinya kematian didalam suatu kelompok masyarakat tertentu selama periode waktu tertentu.

§ Crude Date Rate (CDR) atau Angka Kematian Kasar à jumlah kematian selama satu tahun per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama.

x 1000

Jml kematian selama 1 tahun

CDR : --------------------------------------------------------------------

Jml penduduk pada pertengahan tahun yang sama

§ Case Fatality Rate (CFR) à perbandingan antara jumlah kematian karena penyakit tertentu yangt terjadi selama 1 tahun dengan jumlah penderita penyakit tersebut pada tahun yang sama.

Jml kematian karena penyakit tertentu

CFR : ----------------------------------------------------

Jml penderita penyakit tersebut

§ Age Spesific Death Rate (ASDR) à Angka kematian berdasarkan golongan umur atau golongan lainnya (jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dsb)

Jml kematian pada golongan umur (tertentu)ASDR : ------------------------------------------------------------------------------ x K

Jml penduduk pertengahan tahun pada gol umur (tententu)

Manfaat ASDR :

1. mengetahui dan menggambarkan derajat kesehatan masyarakat dengan melihat kematian tertinggi pada golongan umur, misal:

§ kematian tertinggi pada golongan umur bayi atau balita à menggambarkan kondisi kesehatan masyarakat masih rendah.

§ kematian tertinggi pada golongan lansia à menggambarkan kondisi kesehatan masyarakat yang baik.

2. untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat diberbagai wilayah.

3. untuk menghitung rata-rata harapan hidup

Page 17: manajemen k3

2. PROPORSI (PROPOSIONAL DISTRIBUSI):

§ perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut dan dinyatakan dalam prosentase.

§ prosentase diantara jumlah keseluruhan kejadian dari suatu seri data yang muncul dalam suatu kategori tertentu dari seri data tersebut.

Jml kejadian pada kategori tertentu

Rumus : --------------------------------------------------------------- x 100 %

Jml keseluruhan kejadian pada semua kategori

3. RATIO:

§ nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut.

§ Pernyataan frekuensi relatif dari timbulnya suatu kejadian dibandingkan dengan kejadian lain.

Jml kejadian dengan kategori tertentu

Rumus : ---------------------------------------------------------------------

Jml kejadian dengan kategori tertentu yang berbeda

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI (LINGKUNGAN)

Pengertian :

§ Pengamatan terus menerus terhadap terjadinya penyebaran penyakit yang berbasis lingkungan atau kondisi (lingkungan) yang dapat memperbesar resiko terjadinya penyakit.

Tujuan :

§ mementukan data dasar/besarnya masalah kesehatan.

§ memantau atau mengetahui kecenderungan penyakit.

§ mengindentifikasi adanya KLB

§ membuat rencana tindak

§ evaluasi program kesehatan

Page 18: manajemen k3

Manfaat :

§ informasi tentang kejadian penyakit terutama yang berkaitan dengan kondisi lingkungan

§ informasi tentang pola penyebaran penyakit

§ informasi tentang kelompok penduduk risiko tinggi

Pengamatan (Surveilans) dilakukan dengan 2 (dua) cara :

1. Pengamatan Pasif

§ Pengumpulan data yang diperoleh dari laporan instansi terkait (kesehatan, pertanian/peternakan, Bappedalda, dsb) yang ada di daerah.

Dari data yang diperoleh diketahui :

v distribusi geografis kesakitan dan kematian akibat penyakit tertentu

v Perubahan-perubahan kondisi lingkungan yang terjadi (penurunan kualitas lingkungan, kematian binatang peliharaan, dsb).

v Kebutuhan tentang penelitian sebagai tindak lanjut untuk memperoleh keterkaitan antara kejadian penyakit (kematian) dengan kondisi lingkungan.

2. Pengamatan Aktif

§ Pengumpulan data yang dilakukan secara langsung untuk mempelajari penyakit tertentu dalam waktu singkat dan dilakukan oleh petugas kesehatan secara teratur seminggu sekali atau 2 minggu sekali untuk mencatat ada atau tidaknya kasus baru penyakit tertentu.

Pencatatan pada pengamatan aktif meliputi :

v Variable demografi (umur, jenis kelamin, pekerjaan, social ekonomi)

v Saat waktu timbul gejala

v Pola makan

v Kondisi lingkungan berkaitan dengan ada atau tidaknya kejadian penyakit tertentu.

Sasaran Pengamatan :

1. Individu

dilakukan pada individu yang terinfeksi dan mempunyai potensi untuk menularkan penyakit.

Page 19: manajemen k3

2. Populasi lokal/kelompok lokal

kelompok penduduk yang terbatas pada orang-orang dengan risiko terkena suatu penyakit.

v Kelompok individu yang kontak dengan penderita/karier.

v Pejamu yang rentan, misal: bayi, anak yang beum mendapat imunisasi.

v Kelompok individu yang mempunyai peluang kontak dengan penderita, missal: dokter, perawat, petugas laboratorium.

v Kelompok individu yang berada pada kondisi lingkungan yang berisiko (pekerja pabrik; pemukiman disekitar kawasan industri, bantaran sungai, TPA sampah dsb).

3. Populasi Nasional

Pengamatan dilakukan terhadap semua penduduk atau kelompok penduduk secara nasional.

misal :

v Pengamatan terhadap penyakit polio untuk menilai keberhasilan pelaksanaan PIN vaksinasi polio.

v Pengamatan terhadap penyakit TBC untuk menilai keberhasilan pemberantasan penyakit TBC secara nasional.

4. Populasi Internasional

§ Pengamatan terhadap penyakit yang dilakukan oleh berbagai negara secara bersama-sama.

misal :

v Pengamatan terhadap kasus penyakit Flu Burung (sebagai issue global yang saat ini sedang dihadapi)

§ Tujuan:

v untuk saling memberi informasi tentang epidemi yang timbul disuatu negara agar negara lain yang tidak terkena dapat melakukan upaya pencegahan.

v Untuk menjamin hal ini dibuat Undang-undang karantina yang berlaku secara internasional.

Langkah-langkah kegiatan Surveilans

Page 20: manajemen k3

1. Menetapkan tujuan surveilans dan menentukan data yang diperlukan.

2. mengumpulkan data secara jelas, tepat dan relevan

a. mengumpulkan dan menelaah ulang data yang diperoleh

b. melakukan penyelidikan kasus dengan menggunakan metodologi secara ilmiah.

3. mengolah data :

a. menemukan criteria guna penggolongan data (waktu, tempat & orang).

b. Menghitung rate, rasio dan proporsi

c. Membuat table, grafik

4. Menganalisa dan menginterpretasi data :

a. mencari golongan risiko tinggi dalam artian tempat, waktu dan orang.

b. Menginterpretasikan data untuk mengetahui persamaan dan perbedaan tingkat penularan penyakit, dengan cara :

§ Membandingkan analisa data surveilan saat ini dengan analisa data lalu, analisa seluruh propinsi, analisa secara nasional.

§ Menggunakan data yang tersedia dari studi lain pada waktu yang berbeda:

v Hewan sumber penularan penyakit

v Pemanfaatan produk biologis: vaksin, darah dsb.

v Penggunaan bahan-bahan kimia: obat-obatan, pestisida, dsb.

§ Menggunakan data dari sumber nasional, propinsi dan lokal yang berkaitan, missal :

v Studi demografi

v Studi lingkungan

v Studi yang berhubungan dengan penyebab penyakit

c. Mengidentifikasi faktor-faktor (penyebab) yang potensial berhubungan dengan penularan penyakit.

d. Memilih faktor-faktor yang paling mungkin bertanggung jawab sebagai penularan penyakit.

Page 21: manajemen k3

5. Merumuskan hipotesa berkenaan dengan faktor penyebab yang mempengaruhi penularan penyakit dengan menggunakan analisa dan intrerpretasi diatas.

6. Menguji hipotesa

a. menentukan data yang diperlukan

b. mendapatkan data yang diperlukan

c. mengolah data

d. menganalisa dan menginterpretasi data

e. menyimpulkan bahwa hipotesa benar atau salah dan bila salah menyusun hipotesa baru.

7. Merekomendasi dan/atau melakukan tindakan pemberantasan pencegahan setelah faktor-faktor utama diketahui.

8. Membuat laporan untuk dipublikasikan.

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

Pengertian :

§ Peristiwa bertambahnya kejadian atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada waktu dan lokasi tertentu.

Untuk mengetahui adanya perubahan perlu diketahui keadaan awal atau adanya informasi awal sebelum adanya perubahan.

Informasi berkaitan dengan perubahan dapat berupa :

§ Data penyakit (menurut waktu, tempat dan orang)

§ Faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit (kondisi lingkungan: fisik, kimia, biologi).

§ Kegiatan manusia yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit.

Kegiatan dalam Pengamatan KLB :

1. Pengumpulan, pengolahan, analisa dan pelaporan data yang diperlukan, baik sebagai data dasar maupun sebagai pembanding.

2. Sumber pelaporan adanya KLB dapat berasal dari berbagai sumber, misal: masyarakat umum, aparat pemerintah, industri, dsb.

3. Petugas kesehatan bertanggung jawab dalam pengamatan KLB di suatu wilayah.4. Sistem pencatatan dan pelaporan yang berlaku dan proses analisa yang memadai.

Page 22: manajemen k3

Penanggulangan KLB

Langkah penting yang perlu diambil antara lain:

1. Konfirmasi diagnosa untuk menentukan sifat dan risiko perluasan KLB.2. Menentukan apakah peristiwa yang terjadi KLB atau kejadian biasa.3. Menentukan hubungan KLB dengan waktu, tempat dan orang untuk mendapatkan

informasi besarnya masalah serta risiko untuk terjadinya masalah yang lebih besar.4. Merumuskan hipotesis sementara.5. Rencana kegiatan penaggulangan termasuk kuisioner dan pengumpulan sampel.6. Pelaksanaan penyelidikan, baik melalui wawancara, observasi dan pengumpulan serta

pemeriksaan sample.7. Analisa dan interpretasi.8. Penyusunan laporan secara lengkap (penyelidikan dan penanggulangan).2.1. Pengertian Epidemiologi Lingkungan

Kata epidemiologi berasal dari Bahasa Yunani, epi berarti pada/tentang, demos

berarti penduduk, dan logos berarti ilmu. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari

distribusi dan faktor-faktor determinan yang mempengaruhi status kesehatan atau

menyebabkan terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan pada kelompok masyarakat

tertentu dan penggunaan studi tersebut untuk menganggulangi masalah-masalah kesehatan

(Last, J.M., Ed, 1988).

Epidemiologi merupakan suatu metodologi ilmiah yang digunakan untuk

mempelajari epidemi dan temuannya, dan hasil studi epidemiologi kemudian digunakan di

bidang kesehatan masyarakat dan kedokteran untuk mengendalikan kejadian luar biasa

(KLB) penyakit dan mencegah terulangnya kejadian penyakit tersebut di masa mendatang.

Menurut WHO tahun 1989 Epidemiologi Kesehatan Lingkungan adalah Ilmu yang

menganalisa dan mengukur efek-efek kesehatan dari faktor-faktor lingkungan dan menilai

keefektifan strategi-strategi pengawasan. Sedangkan menurut pengertian lainnya

Epidemiologi Kesehatan Lingkungan adalah ilmu dan seni yang mempelajari dan menilai

(mengukur dan analisis) kejadian penyakit atau ganggguan kesehatan dan potensi bahaya

faktor penyebab (bahan, kekuatan, kondisi) akibat perubahan keseimbangan lingkungan

serta menilai upaya-upaya pengendaliannya (Pentaloka Epidemiologi Lingkungan, Ciloto, 28

Oktober dan 2 November 1991).

Page 23: manajemen k3

Pengertian Epidemiologi mencakup : Penyakit atau status penyakit, frekuensi,

distribusi (orang/populasi, waktu dan tempat), determinan (faktor-faktor yang

mempengaruhi) dan metoda (design).

Berdasarkan pengertian tersebut terdapat tiga komponen penting dalam

Epidemiologi :

1. Frekuensi

Merupakan kuantifikasi status kesehatan (kondisi status kesehatan yang terekam dalam

data time series)à analisa data sekunder, sebagai awal pengamatan pola penyakit di dalam

masyarakat (populasi).

2. Distribusi

Terkait dengan pola penyebaran penyakit dan merumuskan hipotesa tentang kemungkinan

faktor penyebab à orang, tempat dan waktu.

3. Determinan

Faktor penyebab dari suatu masalah kesehatan baik yang menerangkan frekuensi,

penyebaran (distribusi) dan penyebab timbulnya masalah kesehatan.

2.2. TUJUAN DAN LEVEL EPIDEMIOLOGI (EPIDKESLING)

1. TUJUAN EPIDEMIOLOGI (EPIDKESLING)

Tujuan Epid (kesling), yaitu :

a. Mengumpulkan fakta dan data tentang berbagai masalah kesehatan yang ada dalam

masyarakat à EPIDKESLING berkaitan dengan pengaruh (perubahan) kondisi lingkungan.

b. Menjelaskan sifat dan penyebab masalah kesehatan berdasarkan fakta dan data yang

diperoleh setelah dilakukan analisa.

c. Menemukan atau merencanakan pemecahan masalah serta mengevaluasi

pelaksanaannya

2. LEVEL PENERAPAN EPIDEMIOLOGI (EPIDKESLING)

a. Level Pemahaman à dimulai dari pengamatan yang dilakukan secara ilmiah sampai pada

penarikan kesimpulan yang mengarah pada akumulasi pengetahuan kejadian penyakit.

Page 24: manajemen k3

b. Level Intervensi à mengumpulkan informasi empiris yang dapat digunakan untuk

pengambilan keputusan kesehatan masyarakat.

2.3. RUANG LINGKUP EPIDEMIOLOGI (EPIDKESLING)

Ruang lingkup Epidemiologi (Epidkesling)

1. Kondisi Lingkungan à perubahan kualilitas lingkungan berpengaruh terhadap agent

(penyebab penyakit), host (manusia).

2. Variabel Epidemiologi à orang, waktu dan tempat

3. Penyakit :

§ Penyakit Infeksi/menular à akibat kondisi sanitasi yang buruk.

§ Penyakit menahun atau tidak menular à akibat menurunnya (perubahan) kualitas lingkungan

yang timbul sebagai dampak negatif dari aktivitas pembangunan misalnya pencemaran yang

terjadi pada air, tanah dan udara akibat limbah industri, pertanian, pertambangan/energi,

transportasi, domestik dan sebagainya.

4. Ilmu sosial dan perilaku à perilaku manusia (higiene perorangan) dan hubungannya dengan

timbulnya kejadian penyakit.

5. Metoda (Design) à sebagai dasar yang digunakan dalam melakukan kajian (analisa) untuk

menarik kesimpulan baik level pemahaman maupun level intervensi, misal penggunaan

Metode-metode Statistik (kajian Ilmiah) dan penggunaan konsep SIMPUL KESEHATAN

LINGKUNGAN.

2.4. KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI

Segitiga Epidemiologi

Page 25: manajemen k3

· Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi gambaran

tentang hubungan antara tiga faktor yg berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah

kesehatan lainnya

· Segitiga epidemiologi merupakan interaksi antara Host (penjamu), Agent (penyebab) dan

Environment (lingkungan)

· Keadaan di masyarakat dikatakan ada masalah kesehatan jika terjadi ketidak seimbangan

antara Host, Agent dan Environment

· Pada saat terjadi ketidakseimbangan antara Host, Agent dan Environment akan

menimbulkan penyakit pada individu atau masalah kesehatan di masyarakat

v Host

Faktor Host§ Adalah faktor yang melekat pada Host

§ Genetik: DM, asma, hipertensi

§ Umur: osteoporosis, campak, polio, ca servix, ca mammae

§ Jenis kelamin: ca servik, BPH, ca paru

§ Suku/ras/warna kulit: negro lebih kuat dari kulit putih

§ Fisiologis: kelelahan, kehamilan, pubertas, stres, kurang gizi

§ Imunologis: ASI, imunisasi, sakit

§ Perilaku: gaya hidup, personal higienis, HAM, rekreasi, merokok, napza

Karakteristik Host

· Resistensi: kemampuan Host untuk bertahan hidup terhadap infeksi (agent)

Page 26: manajemen k3

· Imunitas: kemampuan Host mengembangkan sistem kekebalan tubuh, baik didapat

maupun alamiah

· Infectiousness: potensi Host yg terinfeksi untuk menularkan penyakit yang diderita kepada

orang lain

v AgentFaktor Agent

· Faktor yang menyebabkan penyakit atau masalah kesehatan

· Gizi: kurang gizi, vitamin, mineral, kelebihan gizi

· Kimia: pengawet, pewarna, asbes, cobalt, racun, antigen

· Fisik: radiasi, trauma, suara, getaran

· Biologis: amoeba, bakteri, jamur, riketsia, virus, plasmodium, cacing

Karakteristik Agent· Infektivitas: kesanggupan agent untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan Host untuk

mampu tinggal, hidup dan berkembang biak dalam jaringan Host

· Patogenesitas: kesanggupan agent untuk menimbulkan reaksi patologis (penyakit) pada

Host setelah infeksi

· Virulensi: kesanggupan agent untuk menghasilkan reaksi patologis berat yang

menyebabkan kematian

· Toksisitas: kesanggupan agent untuk memproduksi toksin yang merusak jaringan Host

· Invasivitas: kesanggupan agent untuk penetrasi dan menyebar kedalam jaringan Host

· Antigenisitas: kesanggupan agent merangsang reaksi imunologis Host (membentuk

antibodi)

v EnvironmentFaktor Environment

· Faktor lingkungan yang mempengaruhi Host dan Agent

· Fisik: iklim (kemarau dan hujan), geografis (pantai dan pegunungan), demografis (kota dan

desa)

· Biologis: flora dan fauna

· Sosial: migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, perumahan, bencana alam, perang, banjir

Page 27: manajemen k3

Karakteristik Environment

· Topografi: situasi lokasi tertentu (letak/posisi/peta), baik alamiah maupun buatan

manusia, yang mempengaruhi terjadinya dan penyebaran penyakit tertentu (danau, sungai,

hutan, sawah)

· Geografis: keadaan yang berhubungan dengan permukaan bumi (struktur geologi, iklim,

penduduk, flora, fauna) yang mempengaruhi terjadinya dan penyebaran penyakit tertentu

(tanah pasir atau tanah liat)

2.5. Variabel Epidemiologi

Variabel Epidemiologi dikelompokkan menurut :

v ORANG (PERSON)

Perbedaan Sifat/karakteristik individu secara tidak langsung memberikan perbedaan

sifat/keterpaparan, dipengaruhi oleh:

§ Faktor Genetik, bersifat tetap, seperti : jenis kelamin, ras, data kelahiran, dsb.

§ Faktor biologic, berhubungan dengan kehidupan biologik, seperti : umur, status gizi,

kehamilan, dsb.

§ Faktor Perilaku, berpengaruh secara individu, seperti: adat istiadat, mobilitas, dsb.

§ Faktor Sosial Ekonomi, seperti pekerjaan, status perkawinan, pendidikan, daerah tempat

tinggal.

v Tempat (place)

Pengetahuan distribusi geografis suatu penyakit berguna untuk perencanaan

pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan etologi penyakit.

Keterangan tempat dapat bersifat :

§ Keadaan geografis, misal: daerah pegunungan, pantai, dataran rendah, dsb.

§ Batas administratif (misal: batas negara, propinsi, kabupaten/kota, kecamatan/kelurahan),

batas ekologis (batas penyebaran dampak).

Menganalisa hubungan penyakit dengan tempat harus dipikirkan hal-hal sbb :

1. Keadaan penduduk setempat dan sifat karakteristiknya.

2. Apakah penyakit berhubungan langsung dengan tempat, seperti :

§ Angka kesakitan tinggi pada semua golongan umur.

§ Penyakit tidak dijumpai/kurang ditempat lain.

§ Penduduk yang pindah ke tempat tersebut akan terserang penyakit.

Page 28: manajemen k3

§ Penduduk yang keluar dari tempat ybs akan sembuh atau penyakitnya tidak bertambah.

§ Adanya gejala penyakit yang sama pada hewan.

3. Faktor lingkungan biologis dan sosial ekonomi setempat harus diperhitungkan.

v Waktu (time)

Perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan

faktor-faktor etiologis, yaitu dengan adanya :

1. faktor penyebab penyakit pada waktu tertentu

2. perubahan komposisi dan jumlah penduduk menurut waktu

3. perubahan komposisi lingkungan menurut waktu (lingk. fisik, biologi dan sosial ekonomi).

4. perubahan kriteria dan alat diagnosa dari waktu ke waktu

5. perubahan pola penyakit karena usaha pencegahan dan penanggulangan serta perubahan

lainnya dari waktu ke waktu.

PERUBAHAN PENYAKIT MENURUT WAKTU :

1. Perubahan dalam waktu singkat :

a. Epidemi à jumlah penderita melampaui keadaan normal, umumnya terjadi pada penyakit

menular, namun tidak menutup kemungkinan karena akibat bahan kimia/akibat fisik serta

kelainan perilaku, misal penyakit menular DBD.

b. Common sources/Point epidemic à timbul wabah mendadak dengan terfokus pada limit

waktu sesuai dengan masa inkubasi terpanjang pada penyakit, misal keracunan makanan.

c. Epidemi berkepanjangan à epidemi yang terus menerus berlangsung, terutama penyakit

dengan kontak person (umpama AIDS) maupun oleh vektor penyakit, misal malaria.

2. Perubahan secara periodik :

a. Pengaruh musim :

§ Hubungan penyakit dengan musim tertentu terutama penyakit menular, juga dijumpai pada

penyakit kronik, seperti asmatik.

§ Perbedaan waktu erat hubungannya dengan keadaan cuaca yang dapat mempengaruhi sifat

penyebab, pejamu serta lingkungan.

§ Perubahan tahunan secara epidemiologi karena sifat penyakit.

b. Perubahan periodik yang bersifat siklus :

§ Perubahan insidensi penyakit secara reguler antara beberapa bulan tertentu secara teratur.

3. Perubahan secara sekuler :

Page 29: manajemen k3

Perubahan yang terjadi setelah sekian tahun (5-10 tahun atau lebih) yang menampakkan

perubahan keadaan penyakit/kematian yang cukup berarti dalam hubungan interaksi antara

pejamu/manusia (H), penyebab (A) dan lingkungan (E).

3.3. INTERAKSI MANUSIA DAN LINGKUNGAN

v Ekologi Manusia

§ Ilmu yang mempelajari interaksi antara setiap segi kehidupan manusia (fisik, metal, sosial)

dengan lingkungan hidupnya (biofisis, psikososial) secara keseluruhan dan bersifat sintesis.

§ Studi yang menelaah hubungan timbal balik antara perilaku manusia dengan lingkungannya

baik pengaruh aktivitas manusia terhadap lingkungan disekitarnya maupun sebaliknya

manusia dengan lingkungan

§ Merupakan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, bidang ini merupakan suatu perspektif

dalam menelaah hubungan antara perilaku manusia dan lingkungannya.

v Hubungan Ekologi Manusia dengan Kesling

Meningkatkan faktor eugenik (menguntungkan) dan mengurangi atau mengendalilan faktor

disgenik (merugikan)

Standar dan Prosedur Pengelolaan Limbah Medis Rumah SakitRumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan diantaranya melaksanakan kegiatan dalam katagori diagnosa dan pengobatan, perawatan, bahkan tindakan rehabilitasi. Rumah sakit dari aspek kesehatan lingkungan dapat berpotensi, antara lain :

Page 30: manajemen k3

1. Dapat menjadi media pemaparan atau penularan bagi para pasien, petugas maupun pengunjung oleh agent (komponen penyebab) penyakit yang terdapat di dalam lingkungan rumah sakit (Darpito, 2003).

2. Sebagai penghasil sampah dan limbah yang berdampak bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar.

Sebagaimana rekan-rekan Sanitarian ketahui, dasar pelaksanaan penyehatan lingkungan rumah sakit Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Ruang lingkup kesehatan lingkungan sesuai Permenkes 1204 tahun  2004 antara lain :

1. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit.2. Hygiene sanitasi makanan dan minuman.3. Penyehatan air.4. Pengelolaan limbah.5. Penyehatan tempat pencucian linen (laundry).6. Pengendalian serangga, tikus, dan binatang pengganggu.7. Dekontaminasi melalui sterilisasi dan disinfeksi.8. Pengamanan dampak radiasi.

Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit bertujuan untuk mewujudkan lingkungan rumah sakit baik in door ataupun out door yang aman, nyaman, dan sehat bagi para pasien, pekerja, pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah sakit, kejadian pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh rumah sakit dapat ditekan sekecil mungkin atau bila mungkin dihilangkan.

Pengelolaan limbah dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan terhadap limbah mulai dari tahap pengumpulan di tempat sumber, pengangkutan, penyimpanan serta tahap pengolahan akhir yang berarti pembuangan atau pemusnahan.

Tindakan pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan pengelolaan limbah dari tindakan preventif dalam bentuk pengurangan volume atau bahaya dari limbah yang dikeluarkan ke lingkungan. Atau minimasi limbah. Beberapa usaha minimasi meliputi beberapa tindakan seperti usaha reduksi pada sumbernya, pemanfaatan limbah,daur ulang, pengolahan limbah, serta pembuangan limbah sisa pengolahan.

Sedangkan tata lakana penanganan limbah medis sesuai permenkes meliputi kegiatan Minimisasi dan Pemilahan Limbah dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

Usaha Minimisasi Limbah

1. Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum membelinya.2. Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.3. Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi.4. Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan petugas

kesehatan dan kebersihan.5. Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi limbah bahan

berbahaya dan beracun.

Page 31: manajemen k3

6. Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.7. Menggunakan bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari kadaluarsa.8. Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.9. Mengecek tanggal kadaluarsa bahan pada saat diantar oleh distributor.

Pemilahan Limbah

Dilakukan pemilihan jenis limbah medis mulai dari sumber yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan dengan kandungan logam berat yang tinggi.

Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat penghasil limbah adalah kunci pembuangan yang baik.

Tempat Penampungan Sementara

Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.

Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah medis harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang.

Transportasi

Kantong limbah medis sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutu p.

Pengangkutan limbah keluar rumah sakit menggunakan kenderaan khusus. Kantong limbah medis harus aman dari jangkauan manusia maupun binatang. Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri:

Topi/helm, Masker, Pelindung mata, Pakaian panjang (coverall), Apron untuk industri, Pelindung kaki/sepatu boot dan sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves).

Pengumpulan Limbah Medis

Pengumpulan limbah medis dari setiap ruangan penghasil limbah menggunakan troli khusus yang tertutup.

Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.

Persyaratan Pewadahan Limbah MedisSyarat tempat pewadahan limbah medis, antara lain :

Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.

Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan yang terpisah dengan limbah non-medis.

Kantong plastik di angkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah terisi limbah.

Untuk benda-benda tajam hendaknya di tampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol atau karton yang aman.

Page 32: manajemen k3

Sayarat benda tajam harus ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol, jeregen atau karton yang aman.

Tempat pewadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik yang tidak langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan desinfektan apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang telah di pakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi.

Label dan Wadah Limbah Medis

Standar lain yang harus dipenuhi dalam pewadahan limbah medis ini menyangkut penggunaan label yang sesuai dengan kategori limbah. Detail warna dan lambah label pada wadah limbah medis sebagai berikut :

Standar pewadahan dan penggunaan kode dan label limbah medis ini berfungsi untuk memilah-milah limbah diseluruh rumah sakit sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan di tempat sumbernya :

Beberapa ketentuan juga memuat hal berikut ini

1. Bangsal harus memiliki minimal dua macam tempat limbah, satu untuk limbah medis (warna kuning) dan satunya lagi untuk non-medis (warna hitam).

2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah medis.3. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai limbah non-

medis.4. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah medis dan perlu

dinyatakan aman sebelum dibuang.

Sedangkan persyaratan yang ditetapkan sebagai tempat pewadahan limbah non-medis sebagai berikut :

Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.

Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan. Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan kebutuhan.

Page 33: manajemen k3

Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.

Penanganan Sampah Secara Medis

PENGERTIAN SAMPAH MEDISSampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang dari suatu sumber

hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan

Page 34: manajemen k3

dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar.

Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2005).

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang disebut sebagai sampah medis adalah berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehataan bagi manusia, yakni pasien maupun masyarakat.

Sampah yang secara potensial menularkan penyakit memerlukan penanganan dapat pembuangan, dan beberapa teknologi non-insinerator mampu mendisinfeksi sampah medis ini. Teknologi-teknologi ini biasanya lebih murah, secara teknis tidak rumit dan rendah pencemarannya bila dibandingkan dengan insinerator.

Banyak jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk obat-obatan, yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Sampah-sampah tersebut tidak sesuai diinsinerasi. Beberapa, seperti merkuri, harus dihilangkan dengan cara merubah pembelian bahan-bahan; bahan lainnya dapat didaur-ulang; selebihnya harus dikumpulkan dengan hati-hati dan dikembalikan ke pabriknya. Studi kasus menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip ini dapat diterapkan secara luas di berbagai tempat, seperti di sebuah klinik bersalin kecil di India dan rumah sakit umum besar di Amerika. Sampah hasil proses industri biasanya tidak terlalu banyak variasinya seperti sampah domestik atau medis, tetapi kebanyakan merupakan sampah yang berbahaya secara kimia.

JENIS SAMPAH MEDIS

Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2, yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dll. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya dengan sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dan lain-lain. Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami.

Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah. Selain itu, terdapat jenis sampah atau limbah dari alat-alat pemeliharaan kesehatan.

Beberapa diantaranya sangat mahal biaya penanganannya karena berupa bahan kimia berbahaya, seperti obat-obatan, yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Namun demikian tidak semua sampah medis berpotensi menular dan berbahaya. Sejumlah sampah yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas medis hampir serupa dengan sampah domestik atau sampah kota pada umumnya. Sementara sampah hasil proses industri biasanya tidak terlalu banyak variasinya seperti sampah domestik atau medis, tetapi kebanyakan merupakan sampah yang berbahaya secara kimia.

Page 35: manajemen k3

Limbah klinis berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinary, farmasi atau yang sejenisnya serta limbah yang dihasilkan rumah sakit pada saat dilakukan perawatan, pengobatan atau penelitian. Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkannya limbah klinis dapat digolongkan dalam limbah benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, citotoksik, farmasi, kimia, radio aktif dan limbah plastik.

1 Sampah Benda TajamSampah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian

menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik, perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda tajam yang terbuang yang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.

a. Sampah InfeksiusSampah infeksius merupakan limbah yang dicurigai mengandung bahan pathogen. Sampah

infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk limbah jenis ini antara lain : sampah mikrobiologis, produk sarah manusia, benda tajam, bangkai binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah pembedahan, limbah unit dialisis dan peralatan terkontaminasi (medical wast).

b. Sampah Jaringan Tubuh (Patologis)Sampah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan, placenta, darah dan

cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan autopsi. Sampah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke incinerator.

c. Sampah CitotoksikSampah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi obat

citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. Sampah yang terdapat sampah citotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000°C.

d. Sampah FarmasiSampah farmasi berasal dari : obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang terbuang karena

batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan.

e. Sampah KimiaSampah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, vetenary, laboratorium,

proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik.

f. Limbah Radio Aktif

Page 36: manajemen k3

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Asal limbah ini antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang daapt berupa padat, cair dan gas.

g. Sampah PlastikLimbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan

kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.

PENGARUH SAMPAH TERHADAP KESEHATAN

a. Efek langsung : efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah, misalnya : sampah beracun ; sampah yang korosif terhadap tubuh yang karsinogenik, teragonik, sampah yang mengandung kuman pathogen (berasal dari sampah rumah tangga dan industri).

b. Efek tidak langsung : dapat dirasakan masyarakat akibat proses : pembusukan, pembakaran, pembuangan sampah secara sembarangan, penyakit bawaan vector yang berkembang biak didalam sampah ( lalat dan tikus).

PRINSIP PENANGANAN SAMPAHPrinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penangan sampah misalnya dengan menerapkan

prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep penanganan sampah dengan cara reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur-ulang sampah), sedangkan 4-R ditambah replace (mengganti) mulai dari sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan replant (menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga diharapkan dapat mengrangi biaya pengelolaan sampah.

a. Reduce (Mengurangi)Sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin

banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

b. Reuse (Memakai kembali) Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian

barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.

c. Recycle (Mendaur ulang)

Page 37: manajemen k3

Sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

d. Replace ( Mengganti)Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.

KONSEP PENGELOLAAN SAMPAH

Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda dalam penggunaannya, antara negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling umum, banyak-konsep yang digunakan adalah:

a. Hirarki SampahHirarki sampah merujuk kepada " 3 M " yakni; mengurangi sampah, menggunakan kembali

sampah dan mendaur ulang, yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan dari segi minimalisasi sampah. Hirarki limbah yang tetap menjadi dasar dari sebagian besar strategi minimalisasi sampah.

Tujuan limbah hirarki adalah untuk mengambil keuntungan maksimum dari produk-produk praktis dan untuk menghasilkan jumlah minimum limbah.

b. Perpanjangan tanggung jawab penghasil sampah / Extended Producer Responsibility (EPR)(EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi semua biaya yang

berkaitan dengan produk-produk mereka di seluruh siklus hidup (termasuk akhir-of-pembuangan biaya hidup) ke dalam pasar harga produk.

Tanggung jawab produser diperpanjang dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas seluruh Lifecycle produk dan kemasan diperkenalkan ke pasar. Ini berarti perusahaan yang manufaktur, impor dan / atau menjual produk diminta untuk bertanggung jawab atas produk mereka berguna setelah kehidupan serta selama manufaktur.

c. Prinsip pengotor membayar Prinsip pengotor membayar adalah prinsip di mana pihak pencemar membayar dampak

akibatnya ke lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan limbah, ini umumnya merujuk kepada penghasil sampah untuk membayar sesuai dari pembuangan.

PENGELOLAAN DAN PENANGGULANGAN SAMPAH MEDIS

Page 38: manajemen k3

Pengelolaan sampah terdiri dari pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing-masing jenis zat.

Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.

Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal, diantaranya tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area. Pengelolaan sampah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbeda-beda antar fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari penimbulan, penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

Penimbunan ( Pemisahan Dan Pengurangan )

Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3

(bahan berbahaya dan beracun seperti baterai bekas, bekas toner, dan sebagainya),

dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.

Penampungan

Penampungan sampah ini merupakan wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan “domestik”.

Pengangkutan

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong

Page 39: manajemen k3

sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.

Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.

Beberapa diantara sampah medis sangat mahal biaya penanganannya karena berupa bahan kimia berbahaya, seperti obat-obatan yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Namun demikian tidak semua sampah medis berpotensi menular dan berbahaya.

Sejumlah sampah yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas medis hampir serupa dengan sampah domestik atau sampah kota pada umumnya. Sementara sampah hasil proses industri biasanya tidak terlalu banyak variasinya seperti sampah domestik atau medis, tetapi kebanyakan merupakan sampah yang berbahaya secara kimia.

Pengolahan dan Pembuangan

Metode yang digunakan untuk mengolah dan membuang sampah medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis (medical waste) yang mungkin diterapkan adalah :a. Incinerasib. Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh C) bersuhu 121c. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau formaldehyde)d. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia sebagai desinfektan)e. Inaktivasi suhu tinggif. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi)g. Microwave treatmenth. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)i. Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang terbentuk

Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya banyak mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah sakit tersebut. Dari sekian banyak sumber limbah di rumah sakit, limbah dari laboratorium paling perlu diwaspadai.

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji laboratorium tidak bisa diurai hanya dengan aerasi atau activated sludge. Bahan-bahan itu mengandung logam berat dan inveksikus, sehingga harus disterilisasi atau dinormalkan sebelum ”dilempar” menjadi limbah tak berbahaya. Untuk foto rontgen misalnya, ada cairan tertentu yang mengandung radioaktif yang cukup berbahaya. Setelah bahan ini digunakan. limbahnya dibuang.

Banyak pihak yang menyadari tentang bahaya ini. Namun, lemahnya peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah rumah sakit mengakibatkan hingga saat ini hanya sedikit rumah sakit yang memiliki IPAL khusus pengolahan limbah cairnya.

Page 40: manajemen k3

Berikut adalah beberapa cara untuk menanggulangi sampah medis maupun sampah benda tajam antara lain :

1. Penanganan Sampah Medis Cair yang Terkontaminasi ( darah, feses, urin dan cairan tubuh lainnya.a. Gunakan sarung tangan tebal ketika menangani dan membawa sampah tersebut.b. Hati-hati pada waktu menuangkan sampah tersebut pada bak yang mengalir atau dalam toilet bilas.

Sampah cair dapat pula dibuang kedalam kakus. Hindari percikannya. c. Cuci toilet dan bak secara hati-hati dan siram dengan air untuk membersihkan sisa-sisa sampah.

Hindari percikannya.d. Dekontaminasi wadah specimen dengan larutan klorn 0,5 % atau disenfeksi local lainnya yang

adekuat, dengan merendam selama 10 menit sebelum dicuci.e. Cuci tangan sesudah menangani sampah cair dan lakukan dekontaminasi, kemudian cuci sarung

tangan.

2. Penanganan Sampah Medis Padat (Misalnya pembalut yang sudah digunakan dan benda-benda lainnya yang telah terkontaminasi dengan darah atau materi organic lainnya.

a. Gunakan sarung tangan tebal ketika menangani dan membawa sampah tersebut.b. Buang sampah padat tersebut ke dalam wadah yang dapat dicuci dan tidak korosif (plastic atau

metal yang berlapis seng) dengan tutup yang rapat. c. Kumpulkan tempat sampah tersebut ditempat yang sama dan bawa sampah-sampah yang dapat

dibakar ke tempat pembakaran. Jika tempat pembakaran tidak tersedia maka bisa dilakukan penguburan saja.

d. Melakukan pembakaran atau penguburan harus segera dilakukan sebelum tersebar ke lingkungan sekitar. Pembakaran adalah metode terbaik untuk membunuh mikroorganisme.

e. Cuci tangan setelah menangani sampah tersebut dan dekontaminasi serta cuci sarung tangan yang tadi dipakai saat membersihkan sampah tersebut.

3. Penanganan Sampah Medis berupa Benda Tajam (Jarum, silet, mata pisau dan lain-lain)a. Gunakan sarung tangan tebal.

b. Buang seluruh benda-benda yang tajam pada tempat sampah yang tahan pecah. Tempat sampah yang tahan pecah dan tusukan dapat dengan mudah dibuat menggunakan karton tebal, ember tertutup, atau botol plastic yang tebal. Botol bekas cairan infus juga dapat digunakan untuk sampah-sampah yang tajam, tapi dengan resiko pecah.

c. Letakkan tempat sampah tersebut dekat dengan daerah yang memerlukan sehingga sampah-sampah tajam tersebut tidak perlu dibawa terlalu jauh sebelum dibuang.

d. Cegah kecelakaan yang diakibatkan oleh jarum suntik, jangan menekuk atau mematahkan jarum sebelum dibuang. Jarum tidak secara rutin ditutup, tetapi jika dibutuhkan, dapat diusahakan dengan metode satu tangan.

Letakkan tutup pada permukaan yang datar dank eras, kemudian pindahkan ke tangan. Kemudian dengan satu tangan, pegang alat suntik dan gunakan jarumnya untuk menyendok tutup

tersebut. Jika tutup sudah menutup jarum suntik, gunakan tangan yang lain untuk merapatkan tutup tersebut.

Page 41: manajemen k3

e. Jika wadah untuk sampah benda tajam telah ¾ penuh, tutp atau sumbat dengan kuat.

f. Buang wadah yang sudah ¾ penuh tersebut dengan cara menguburnya. Jarum dan benda-benda tajam lainnya tidak dapat dapat dihancurkan dengan membakarnya dan kemudian hari dapat menyebabkan luka dan mengakibatkan infeksi yang serius. Pembakaran atau membakarnya dalam suatu wadah, dapat mengurangi kemungkinan, sampah tersebut dikorek-korek dalam tempat sampah.

g. Cuci tangan sesudah mengolah wadah sampah benda tajam tersebut kemudian dekontaminasi dan cuci tangan.

4. Membuang Wadah Kimia yang Telah Digunakana. Cuci wadah dengan air wadah gelas dapat dicuci dengan diterjen, bilas dengan benar-benar bersih

dan kemudian bisa digunakan kembali.b. Untuk wadah-wadah plastic yang berisi zat-zat toksik, misalnya glutaraldehid, bilas tiga kali dengan

air kemudian buang dengan cara menguburnya. Jangan pernah menggunakan wadah tersebut untuk dipakai kembali setelah dibersihkan.

TEKNOLOGI DALAM PENANGANAN SAMPAH MEDISTeknologi pengolahan limbah medis yang sekarang sering dioperasikan hanya berkisar antara

masalah tangki septik dan insinerator. Keduanya sekarang terbukti memiliki nilai negatif besar. Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran rembesan air dari tangki yang dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Terkadang ada beberapa rumah sakit yang membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut langsung ke sungai-sungai, sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai mengandung zat medis.

Sedangkan insinerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada sampah medis, juga bukan berarti tanpa cacat. Badan Perlindungan Lingkungan AS menemukan teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat beracun. Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya kanker pada tubuh.

Hal yang sangat menarik dari permasalahan ini adalah ditemukaannya teknologi pengolahan limbah dengan metode ozonisasi. Salah satu metode sterilisasi limbah cair rumah sakit yang direkomendasikan United States Environmental Protection Agency (U.S.EPA) tahun 1999. Teknologi ini sebenarnya dapat juga diterapkan untuk mengelola limbah pabrik tekstil, cat, kulit, dan lain-lain.

a. InsenatorInsenerasi adalah proses dengan suhu tinggi untuk mengurangi isi dan berat sampah. Proses ini

biasanya dipilih untuk menangani sampah yang tidak dapat didaur ulang atau dibuang ke tempat pembuangan sampah atau tempat kebersihan perataan tanah.

Cara pemakaian insenerator tong yang sederhana untuk pembuangan sampah adalah sebagai berikut :

Langkah 1 : jika mungkin, pilihlah lokasi searah angin menjauhi klinik.

Page 42: manajemen k3

Langkah 2 : buatlah insenerator sederhana dengan bahan-bahan local seperti tanah atau lumpur atau drum bekas minyak (misalnya ukuran tong 220 liter)

Langkah 3 : pastikan bahwa insenerator mempunyai :

Cukup inlet udara dibawahnya untuk pembakaran yang baik. Untuk memudahkan perluasan, kendurkan susunan batang besi api Bukaan cukup untuk memasukkan sampah baru dan membuang abu Cerobong asap cukup panjang untuk memudahkan saluran udara dan pembuangan asap dengan

baik.Langkah 4 : tempatkan drum pada dasar yang cukup keras untuk dasar konkrit.

Khusus untuk incinerator, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan digunakan di rumah sakit antara lain : ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan volume sampah medis yang akan dibakar dan disesuaikan pula dengan pengaturan pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu, serta perangkap untuk melindungi incinerator dari bahaya kebakaran.

Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik menjadi non toksik, infeksius menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak tergantung pada iklim, dan residu abu dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah.

Sedangkan kerugiannya adalah tidak semua jenis sampah dapat dimusnahkan terutama sampah dari logam dan botol, serta dapat menimbulkan pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan pollution control berupa cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu).

Hasil pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan gas/pertikular dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah pencemar udara yang sesuai.

b. OzonisasiProses ozonisasi telah dikenal lebih dari seratus tahun yang lalu. Proses ozonisasi atau

proses dengan menggunakan ozon pertama kali diperkenalkan Nies dari Prancis sebagai metode sterilisasi pada air minum pada tahun 1906. Penggunaan proses ozonisasi kemudian berkembang sangat pesat.

Dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun terdapat kurang lebih 300 lokasi pengolahan air minum menggunakan ozonisasi untuk proses sterilisasinya di Amerika.Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak dipergunakan untuk sterilisasi bahan makanan, pencucian peralatan kedokteran, hingga sterilisasi udara pada ruangan kerja di perkantoran. Luasnya penggunaan ozon ini tidak terlepas dari sifat ozon yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa disekitarnya) serta memiliki oksidasi potential 2.07 V. Selain itu, ozon telah dapat dengan mudah dibuat dengan menggunakan plasma seperti corona discharge.

Page 43: manajemen k3

Melalui proses oksidasinya pula ozon mampu membunuh berbagai macam mikroorganisma seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella enteriditis, Hepatitis A Virus serta berbagai mikroorganisma patogen lainnya (Crites, 1998). Melalui proses oksidasi langsung ozon akan merusak dinding bagian luar sel mikroorganisma (cell lysis) sekaligus membunuhnya. Juga melalui proses oksidasi oleh radikal bebas seperti hydrogen peroxy (HO2) dan hydroxyl radical (OH) yang terbentuk ketika ozon terurai dalam air. Seiring dengan perkembangan teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak diaplikasikan dalam mengolah limbah cair domestik dan industri.

c. Ozonisasi Limbah Cair Rumah SakitLimbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan laboratorium, dapur, laundry, toilet, dan lain

sebagainya dikumpulkan pada sebuah kolam equalisasi lalu dipompakan ke tangki reaktor untuk dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozon yang masuk dalam tangki reaktor bereaksi mengoksidasi senyawa organik dan membunuh bakteri patogen pada limbah cair.

Limbah cair yang sudah teroksidasi kemudian dialirkan ke tangki koagulasi untuk dicampurkan koagulan. Lantas proses sedimentasi pada tangki berikutnya. Pada proses ini, polutan mikro, logam berat dan lain-lain sisa hasil proses oksidasi dalam tangki reaktor dapat diendapkan.

Selanjutnya dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi. Pada tangki ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat pollutan yang terlewatkan pada proses koagulasi. Zat-zat polutan akan dihilangkan permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, atau tidak mampu lagi menyerap maka proses penyerapan akan berhenti,

dan pada saat ini karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif baru atau didaur ulang dengan cara dicuci. Air yang keluar dari filter karbon aktif untuk selanjutnya dapat dibuang dengan aman ke sungai.

Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil radikal (-OH), sebuah radikal bebas yang memiliki potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8 V), jauh melebihi ozon (1.7 V) dan chlorine (1.36 V). Hidroksil radikal adalah bahan oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik (fenol, pestisida, atrazine, TNT, dan sebagainya).

Sebagai contoh, fenol yang teroksidasi oleh hidroksil radikal akan berubah menjadi hydroquinone, resorcinol, cathecol untuk kemudian teroksidasi kembali menjadi asam oxalic dan asam formic, senyawa organik asam yang lebih kecil yang mudah teroksidasi dengan kandungan oksigen yang di sekitarnya. Sebagai hasil akhir dari proses oksidasi hanya akan didapatkan karbon dioksida dan air.

Hidroksil radikal berkekuatan untuk mengoksidasi senyawa organik juga dapat dipergunakan dalam proses sterilisasi berbagai jenis mikroorganisma, menghilangkan bau, dan menghilangkan warna pada limbah cair.

Dengan demikian akan dapat mengoksidasi senyawa organik serta membunuh bakteri patogen, yang banyak terkandung dalam limbah cair rumah sakit.

Pada saringan karbon aktif akan terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat yang akan diserap oleh permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah

Page 44: manajemen k3

jenuh, proses penyerapan akan berhenti. Maka, karbon aktif harus diganti baru atau didaur ulang dengan cara dicuci.

Dalam aplikasi sistem ozonisasi sering dikombinasikan dengan lampu ultraviolet atau hidrogen peroksida. Dengan melakukan kombinasi ini akan didapatkan dengan mudah hidroksil radikal dalam air yang sangat dibutuhkan dalam proses oksidasi senyawa organik. Teknologi oksidasi ini tidak hanya dapat menguraikan senyawa kimia beracun yang berada dalam air, tapi juga sekaligus menghilangkannya sehingga limbah padat (sludge) dapat diminimalisasi hingga mendekati 100%.

Dengan pemanfaatan sistem ozonisasi ini dapat pihak rumah sakit tidak hanya dapat mengolah limbahnya tapi juga akan dapat menggunakan kembali air limbah yang telah terproses (daur ulang). Teknologi ini, selain efisiensi waktu juga cukup ekonomis, karena tidak memerlukan tempat instalasi yang luas.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) : Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan Penerapan Keselatan dan Kesehatan KerjaPosted by admin

 

Pengertian Kesehatan dan Keselatan KerjaMenurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6), mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar

Page 45: manajemen k3

pabrik atau tempat kerja tersebut.Jackson (1999, p. 222), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab keselamatan kerja adalah:a) Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang diperhitungkan keamanannya.2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.b) Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:1. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.2. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan penerangan.

Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja :Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995)Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

 

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BAGI TENAGA KESEHATAN

Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia, telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang

Page 46: manajemen k3

penduduknya hidup di dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

 

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

 

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Tenaga kesehatan yang perlu kita perhatikan yaitu semua tenaga kesehatan yang merupakan suatu institusi dengan jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan tenaga atau petugas kesehatan mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan sarana dan prasarana menentukan kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi sarana dan prasarana, maka risiko yang dihadapi petugas tenaga kesehatan semakin meningkat.Petugas atau tenaga kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan yang merupakan kendala yang dihadapi untuk setipa tahunnya. Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat – alat kesehatan, berionisasi dan radiasi serta alat-alat elektronik dengan voltase yang mematikan, dan melakukan percobaan dengan penyakit yang dimasukan ke jaringan hewan percobaan. Oleh karena itu penerapan budaya “aman dan sehat dalam bekerja” hendaknya dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor / Aspek Kesehatan.

 

 

 

FASILITAS ATAU SARANA/PRASARANA TENAGA KESEHATAN 

 

Page 47: manajemen k3

Sarana/Prasana Kesehatan adalah sarana kesehatan yang meliputi berbagai alat / media elektronik yang harus ada di  Tempat Kerja Kesehatan untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.

Disain Sarana / Prasarana Kesehatan harus mempunyai sistem yang memadai dengan sirkulasi udara yang adekuat agar suasana di dalam ruangan tersebut menjadi nyaman.

Disain Sarana / Prasarana Kesehatan harus mempunyai pemadam api yang tepat terhadap segala sesuatu yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran.

Harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaam (P3K) 

MASALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA  

 

 

Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.1. Kapasitas KerjaStatus kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30– 40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja.

 

2. Beban KerjaSebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis beroperasi 8 – 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.3. Lingkungan KerjaLingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).

Page 48: manajemen k3

 

 

 

IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BAGI TENAGA KESEHATAN DAN PENCEGAHANNYA

 

 

 

A. Kecelakaan KerjaKecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :

 

Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri.

 

 

 

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:

 

Peralatan / Media Elektronik, Bahan dan lain-lain Lingkungan kerja Proses kerja Sifat pekerjaan Cara kerja

 

2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang dapat terjadi antara lain karena:

 

Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana

Page 49: manajemen k3

Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect) Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

 

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di Tempat Kerja Kesehatan :1. Terpeleset , biasanya karena lantai licin.Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi di Tempat Kerja Kesehatan.Akibat :

 

Ringan à memar Berat à fraktura, dislokasi, memar otak, dll.

 

Pencegahan :

 

Pakai sepatu anti slip Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata

konstruksinya. Pemeliharaan lantai dan tangga

 

2. Mengangkat bebanMengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila mengabaikan kaidah ergonomi. 

 

Akibat : cedera pada punggungPencegahan :

 

Beban jangan terlalu berat Jangan berdiri terlalu jauh dari beban Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah tungkai

bawah sambil berjongkok Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.

Page 50: manajemen k3

Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja di Tempat Kerja Kesehatan

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan hazard di tempat kerja. Faktor Lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan sebagai penyebab timbulnya Penyakit Akibat Kerja. Sebagai contoh antara lain debu silika dan Silikosis, uap timah dan keracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya akibat kesalahan faktor manusia juga (WHO).Berbeda dengan Penyakit Akibat Kerja, Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) sangat luas ruang lingkupnya. Menurut Komite Ahli WHO (1973), Penyakit Akibat Hubungan Kerja adalah “penyakit dengan penyebab multifaktorial, dengan kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja tersebut memperberat, mempercepat terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit.

 

Penyakit akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan umumnya berkaitan dengan faktor biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, zat kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati; faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan di kamar penerimaan pasien, gawat darurat, karantina dll.)1) Faktor BiologisLingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus. Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan cukup tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK sangat besar, sebagai contoh dokter di RS mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih besar dari pada dokter yang praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan menangani limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman patogen, debu beracun mempunyai peluang terkena infeksi.

 

Pencegahan :

 

Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi dan desinfeksi.

Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam keadaan sehat badani, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.

Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.

Page 51: manajemen k3

Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan spesimen secara benar

Pengelolaan limbah infeksius dengan benar Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai. Kebersihan diri dari petugas.

2) Faktor Kimia

Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik ( trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.Pencegahan :

 

”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui oleh seluruh petugas untuk petugas atau tenaga kesehatan laboratorium.

Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol untuk petugas / tenaga kesehatan laboratorium.

Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas laboratorium) dengan benar.

Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.

 

3) Faktor ErgonomiErgonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to the JobSebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).

 

Page 52: manajemen k3

4) Faktor FisikFaktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja meliputi:

 

Kebisingan, getaran akibat alat / media elektronik dapat menyebabkan stress dan ketulian

Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium, ruang perawatan dan kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.

Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.Terkena radiasi Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan, penggunaannya

meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang menangani.

 

Pencegahan :

 

Pengendalian cahaya di ruang kerja khususnya ruang laboratorium. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi Pengaturan jadwal kerja yang sesuai. Pelindung mata untuk sinar laser Filter untuk mikroskop untuk pemeriksa demam berdarah 

5. Faktor Psikososial

Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat menyebabkan stress :

 

Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di tempat kerja kesehatan di tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan

Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman

kerja.Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun informal.

 

PENGENDALIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN KECELAKAAN MELALUI PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Page 53: manajemen k3

 

A. Pengendalian Melalui Perundang-undangan (Legislative Control) antara lain :

 

UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Petugas kesehatan dan non kesehatan

UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan sanitasi lingkungan. Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahayaPeraturan/persyaratan pembuangan

limbah dll.

 

B. Pengendalian melalui Administrasi / Organisasi (Administrative control) antara lain :

 

Persyaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga non medis yang meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan

Pengaturan jam kerja, lembur dan shift Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure) untuk masing-

masing instalasi dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures) terutama untuk

pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan kecelakaan (boiler, alat-alat radiology, dll) dan melakukan pengawasan agar prosedur tersebut dilaksanakan

Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan kerja dan mengupayakan pencegahannya.

C. Pengendalian Secara Teknis (Engineering Control) antara lain :

Substitusi dari bahan kimia, alat kerja atau proses kerja Isolasi dari bahan-bahan kimia, alat kerja, proses kerja dan petugas kesehatan dan non

kesehatan (penggunaan alat pelindung) Perbaikan sistim ventilasi, dan lain-lain

D. Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control)

Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (Recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya. Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat pekerja. Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment). Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi:

Page 54: manajemen k3

1. Pemeriksaan Awal

Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang calon / pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya.Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi :

 

Anamnese umum Anamnese pekerjaan Penyakit yang pernah diderita Alrergi Imunisasi yang pernah didapat Pemeriksaan badan Pemeriksaan laboratorium rutin Pemeriksaan tertentu: Tuberkulin test Psikotest

2. Pemeriksaan Berkala

Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.

 

3. Pemeriksaan KhususYaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk intern di Tempat Kerja Kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.

 

 

 

Page 55: manajemen k3

Kesehatan dan keselamatan kerja di Tempat Kerja Kesehatan bertujuan agar petugas, masyarakat dan lingkungan tenaga kesehatan saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung-jawab terhadap kesehatan masyarakat, memfasilitasi pembentukan berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di tempat kerja kesehatan serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaan K3 tersebut.Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen atau pengelola tempat kerja kesehatan mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan program ini. Demikian pula dengan pihak petugas kesehatan dan non kesehatan yang menjadi sasaran program K3 ini harus berpartisipasi secara aktif, bukan hanya sebagai obyek tetapi juga berperan sebagai subyek dari upaya mulia ini. Melalui kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja , diharapkan petugas kesehatan dan non kesehatan yang bekerja di tempat kerja kesehatan dapat bekerja dengan lebih produktif, sehingga tugas sebagai pelayan kesehatan kepada masyarakat dapat ditingkatkan mutunya, menuju Indonesia Sehat 2010.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja (kesJa)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar perusahaan, tetapi mempunyai

pengaruh atas pertumbuhan dan perkembangan perusahaan.Pada umumnya lingkungan tidak dapat

dikuasai oleh perusahaan sehingga perusahaan harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja banyak sekali dari faktor internal dari

karyawan maupun dari lingkungan itu sendiri.

Sekarang makin banyak lapangan pekerjaan jadi makin tinggi pula dampak dari lingkungan

pekerjaan tersebut.

Faktor-faktor lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat

banyak sekali, diantaranya faktor lingkungan, faktor penduduk, faktor pelayanan kesehatan serta

faktor prilaku masyarakt itu sendiri.

Page 56: manajemen k3

1.2 Rumusan Masalah

Apa saja faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja serta pentingnya lingkungan untuk

mempertahankan kesehatan masyarakat?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja dan faktor-faktor yang

mempengaruhi kesehatan masyarakat

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui konsep lingkungan kerja.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi derajat masyarakat.

4. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap kesehatan masyarakat

5. Untuk mengetahui dampak lingkungan kerja terhadap kesehatan masyarakat

1.4 Manfaat

1. Bagi mahasiswa

Untuk menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja serta

pentingnya lingkungan untuk mempertahankan kesehatan masyarakat.

2. Bagi Institusi

Untuk menambah referensi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja serta

pentingnya lingkungan untuk mempertahankan kesehatan masyarakat.

3. Bagi Masyarakat

Untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja serta pentingnya

lingkungan untuk mempertahankan kesehatan masyarakat.

Page 57: manajemen k3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lingkungan Kerja

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar perusahaan, tetapi mempunyai

pengaruh atas pertumbuhan dan perkembangan perusahaan.Pada umumnya lingkungan tidak dapat

dikuasai oleh perusahaan sehingga perusahaan harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Dalam pengertian lain juga disebutkan bahwa Lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak

dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Pengertian lain juga

menyebutkan lingkungan adalah segala hal yang terkait dengan operasional perusahaan dan

bagaimana kegiatan operasional tersebut dapat berjalan.Lingkungan kerja yang baik akan sangat

mempengaruhi tingkat produktivitas karyawan hal ini dapat dilihat dari peningkatan teknologi dan

cara produksi, sarana dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan dan kesehatan

kerja serta suasana lingkungan kerja itu sendiri.

Lingkungan perusahaan adalah berbagai hal atau berbagai pihak yang terkait langsung dengan

kegiatan sehari hari organisasi, dan mempengaruhi langsung terhadap setiap program, kebijakan,

hingga denyut nadinya perusahaan.Lingkungan perusahaan banyak sekali sehingga sulit disebutkan

satu persatu, adapun salah satu yang termasuk dalam lingkungan perusahaan adalah perundang-

undangan beserta peraturan lainnya, sistem birokrasi, dan sistem nilai masyarakat.

Page 58: manajemen k3

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja, seperti yang dikemukakan Sedarmayanti

(1996:5), yaitu:

1. Penerangan

Berjalannya suatu perusahaan tak luput dari adanya faktor penerangan, begitu pula untuk

menunjang kondisi kerja penerangan memberikan arti yang sangat penting.Salah satu faktor yang

penting dari lingkungan kerja yang dapat memberikan semangat dalam bekerja adalah penerangan

yang baik.Karyawan yang terlibat dalam pekerjaan sepanjang hari rentan terhadap ketegangan mata

yang disertai dengan keletiah mental, perasaan marah dan gangguan fisik lainnya.Dalam hal

penerangan di sini tidak hanya terbatas pada penerangan listrik tetapi juga penerangan matahari.

Penerangan yang baik dapat memberikan kepuasan dalam bekerja dan tentunya akan meningkatkan

produktivitas, selanjutnya penerangan yang tidak baik dapat memberikan ketidak puasan dalam

bekerja dan menurunkan produktivitas. Hal ini disebabkan karena penerangan yang baik tentunya

akan memudahkan para karyawan dalam melakukan aktivitas.

Ciri-ciri penerangan yang baik menurut Sofyan Assauri (1993:31) adalah sebagai berikut:

a. Sinar cahaya yang cukup.

b. Sinarnya yang tidak berkilau dan menyilaukan.

c. Tidak terdapat kontras yang tajam.

d. Cahaya yang terang.

e. Distribusi cahaya yang merata.

f. Warna yang sesuai.

2. Suhu Udara

Lingkungan kerja dapat dirasakan nyaman manakala ditunjang oleh beberapa faktor, salah satu

faktor yang memberikan andil adalah suhu udara.Suhu udara dalam ruangan kerja merupakan salah

satu faktor yang harus diperhatikan oleh manajemen perusahaan agar karyawan dapat bekerja

dengan menggunakan seluruh kemampuan sehinggan menciptajkan hasil yang optimal.

Selain suhu udara, sirkulasi udara di tempat kerja perlu diperhatikan juga.Bila sirkulasi udara

baik maka udara kotor yang ada dalam ruangan bisa diganti dengan udara yang bersih yang berasal

dari luar ruangan.

Berbicara tentang kondisi udara maka ada tiga hal yang menjadi fokus perhatian yaitu

kelembaban, suhu udara dan sirkulasi udara.Ketiga hal tersebut sangat berpengaruh terhadap

aktivitas para pekerja.Bagaimana seorang staf administrasi dapat bekerja secara optimal bila

keadaan udaranya sangat gerah. Hal tersebut akhirnya dapat menurunkan semangat kerja karena

Page 59: manajemen k3

dipengaruhi oleh turunnya konsentrasi dan tingkat stress karyawan. Mengenai kelembaban, suhu

udara dan sirkulasi udara dijelaskan oleh Sritomo Wignosubroto (1989:45) sebagai berikut:

a. Kelembabab

Kelembaban udara adalah banyaknya air yang terkandung di dalam udara. Kelembaban ini sangat

berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara. Suatu keadaan di mana temperatur udara

sangat panas dan kelembaban tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara

besar-besaran.

b. Suhu Udara

Tubuh manusia akan selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal dengan suatu sistem

tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi

di luar tubuh tersebut. Produktivitas manusia akan mencapi tingkat yang paling tinggi pada

temperatur sekitar 24-27ºC.

c. Sirkulasi Udara

Udara disekitar kita dikatakan kotor apabila keadaam oksigen di dalam udara tersebut telah

berkurang dan bercampur gas-gas lainnya yang membahayakan kesehatan tubuh.Hal ini diakibatkan

oleh perputaran udara yang tidak normal.

Kotoran udara disekitar kita dapat dirasakan dengan sesaknya pernafasan. Ini tidak boleh dibiarkan,

karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh dan akan cepat membut tubuh kita lelah. Sirkulasi

udara dengan memberikan ventilasi cukup akan membantu penggantian udara kotor dengan udara

bersih.

Seperti yang diungkapkan oleh Sritomo Wignjosoebroto (1989:50) pengaruh temperatur udara

terhadap manusia bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Pengaruh Temperatur Terhadap Aktivitas Manusia

Temperature Pengaruh Terhadap Manusia

Kurang lebih 49ºC Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam,

tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik

dan mental. Lebih kurang 30ºC aktiviatas

mental dan daya tanggap cenderung

membuat kesalahan dalam pekerjaan. Timbul

kelelahan fisik dan sebagainya

Kurang dari 30ºC Aktivitas mental dan daya tanggap mulai

menurun dan cenderung untuk membuat

kesalahan dalam pekerjaan dan menimbulkan

Page 60: manajemen k3

kelelahan fisik

Kurang lebih 24ºC Yaitu kondisi optimum (normal) bagi manusia

Kurang dari 24ºC Kelakuan ekstrim mulai muncul

Sumber: Sritomo Wignjosoebroto (1989:50)

3. Bising

Untuk meningkatkan produktivitas kerja suara yang mengganggu perlu dikurangi. Di lingkungan

Call Center Telkomsel suasana tenang sangat diperlukan karena pada saat officer online melayani

pelanggan harus terbebas dari suara lain yang bisa terdengar oleh pelanggan. Suara bising

ditimbulkan dari suara para officer yang online pada saat bersamaan dalam satu ruangan bisa

mengganggu konsentrasi officer itu sendiri pada saat bekerja.

Bunyi bising dapat mengganggu konsentrasi dalam bekerja, untuk itu suara-suara ribut harus

diusahakan berkurang.Turunya konsentrasi karena ditimbulkan oleh suara bising dapat berdampak

pada meningkatnya stres karyawan.

Menurut Sedarmayanti (1996:26) ada tiga aspek yang menentukan kualitas suara bunyi yang

bisa menimbulkan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu:

a. Lama bunyi

Lama waktu bunyi terdengar. Semakin lama telinga kita mendengar kebisingan maka semakin buruk

akibatnya bagi pendengaran (tuli).

b. Intensitas kebisingan

Intensitas biasanya diukur dengan satuan desibel (dB), yang menunjukan besarnya arus energi

persatuan luas dan batas pendengaran manusia mencapai 70 desibel.

c. Frekuensi

Frekuensi suara menunjukan jumlah dari gelombang-gelombang suara yang sampai de telinga kita

setiap detik yang dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik atau Hertz (HZ).

Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa telinga manusia memiliki batasan dalam

pendengaran. Batas pendengaran manusia mencapai 70 desibel, jika suara yang didengar manusia

melebihi batas tersebut maka konsentasi manusia akan mudah kabur. Gangguan-gangguan seperti

ini hendaknya dihindari agar semangat kerja tetap stabil dan produktivitas kerja menjadi optimal.

4. Penggunaan Warna

Warna ruangan mempunyai pengaruh terhadap gairah kerja dan semangat para

karyawan.Warna ini berpengaruh terhadap kemampuan mata melihat objek dan memberi efek

Page 61: manajemen k3

psikologis kepada para karyawan karena warna mempuyai pengaruh besar terhadap perasaan

seseorang.Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, ceria atau sumpek

dan lain-lain.

Berdasarkan hal yang dikemukakan di atas maka perusahaan harus memperhatikan

penggunaan warna agar dapat mempengaruhi semangat dan gairah kerja para karyawannya.Untuk

ruang kerja hendaknya dipilih warna-warna yang dingin atau lembut, misalnya coklat, krem, putih,

hijau muda dan sebagainya.Sebagai contoh adalah warna putih, warna putih dapat memberikan

kesan ruangan yang sempit menjadi tampak leluasa dan bersih.

Sebenarnya bukan warna saja yang harus diperhatikan tapi komposisinya juga harus

diperhatikan.Hal ini disebabkan komposisi warna yang salah dapat mengganggu pemadangan

sehingga menimbulkan rasa kurang menyenangkan atau bosan bagi yang melihat.Rasa

menyenangkan atau bosan dapat mempengaruhi semangat kerja karyawan.

Komposisi warna yang ideal menurut Alex S Nitisemito (1996:1120), terdiri dari:

a. Warna primer (merah, biru, kuning).

Kalau dijajarkan tanpa antara akan tampak keras dan tidak harmonis serta tidak bisa dijajarkan

dengan yang lain sehingga tidak sedap dipandang.

b. Warna sekunder (oranye, hijau, violet).

Kalau dijajarkan akan menimbulkan kesan yang harmonis, sedap dipandang mata.

c. Warna-warna primer jika dijajarkan dengan warna sekunder yang berada dihadapannya akan

menimbulkan warna-warna komplementer yang sifatnya kontras dan baik sekali dipandang mata.

d. Warna-warna primer jika dijajarkan dengan warna sekunder yang terdapat disampingnya akan

merusak salah satu dari warna tersebut dan akan terkesan suram.

Komposisi warna sangat berpengaruh terhadap kenyamanan kerja. Bila komposisi warna kurang

pas bisa menimbulkan rasa jenuh dan sumpek sehingga mengurangi kenyamanan dalam bekerja

sehingga semangat kerja akan menurun yang dapat mengganggu produktivitas kerja.

Menurut Sedarmayanti (1996:29), membagi warna berdasarkan pengaruhnya terhadap perasaan

manusia, yaitu:

a. Warna merah

Bersifat dinamis dan merangsang, berpengaruh menimbulkan semangat kerja.

b. Warna kuning

Bersifat keanggunan, terang dan leluasa.Berpengaruh menimbulkan rasa gembira dan merangsang

urat syaraf mata.

c. Warna biru

Bersifat tenang, tentram dan sejuk.Berpengaruh mengurangi tekanan dan keteganggan.

Page 62: manajemen k3

5. Ruang Gerak

Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya gangguan

keamanan dan keselamatan kerja bagi semua karyawan yang bekerja di dalamnya.Barang-barang

yang diperlukan dalam ruang kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan

gangguan terhadap para karyawan.

Jalan-jalan yang dipergunakan untuk lalu-lalang para karyawan hendaknya tidak dipergunakan

untuk meletakkan barang-barang yang tidak pada tempatnya.Dalam ruangan kerja hedaknya

ditempatkan tempat sampah sehingga kebersihan lingkungan kerja tetap terjaga.

Ruang kerja hendaknya di desain sedemikian rupa sehingga memberikan kesan nyaman bagi

para karyawan.Untuk itu ruangan kerja harus ditata mengacu kepada aliran kerja sehingga

meningkatkan efesiensi dan memudahkan koordinasi antar para karyawan. Perusahaan yang baik

akan selalu menyediakan berbagai sarana yang memadai, hal ini dimaksudkan agar para karyawan

merasa senang dan betah di ruangan kerja.

Menurut Sofyan Assauri mengemukakan bahwa: “Agar para karyawan dapat leluasa bergerak

dengan baik, maka ruangan gerak para karyawan perlu diberikan ruangan yang memadai. Terlalu

sempit ruang gerak akan menghambat proses kerja para karyawan. Sebaliknya ruangan kerja yang

besar merupakan pemborosan ruangan” (Assauri, 1993:33).

Dari pendapat di atas mengenai ruang gerak yang ideal adalah ruang yang leluasa sehingga

dapat membantu kelancaran kerja para karyawan. Ruangan yang sempit akan mengakibatkan lalu-

lintas di tempat kerja menjadi semrawut, sehingga karyawan akan kehilangan semangat dalam

bekerja. Perusahaan yang memiliki ruang kerja belum tentu mampu meningkatkan gairah para

karyawannya, karena tanpa tata ruang yang baik akan menghambat proses kerja.

6. Keamanan Bekerja

Keamanan yang diciptakan suatu perusahaan akan mewujudkan pemeliharaan karyawan

dengan baik, namun keamanan bekerja ini tidak bisa diciptakan oleh pimpinan perusahaan.

Keamanan bekerja akan tercipta bila semua elemen yang ada di perusahaan secara bahu-membahu

menciptakan kondisi keamanan yang stabil.

Keamanan kerja untuk sebuah kantor memang harus diperhatikan baik itu untuk keamanan

terhadap peralatan yang digunakan dan keamanan lingkungan kerja. Lingkungan kerja harus

memenuhi syarat-syarat keamanan dari orang-orang yang berniat jahat dan ruangan kerja yang

aman dari aktivitas tamu dan pergerakan umum.

Page 63: manajemen k3

Tentang keselamatan kerja ini sudah ada peraturannya, yang harus dipatuhi oleh setiap

perusahaan.Artinya setiap perusahaan menyediakan alat keselamatan kerja, melatih

penggunaanya.Hal ini dimaksudkan agar karyawan dapat bekerja dengan tenang dan nyaman.

Alex S Nitisemito (1996:11) berpendapat bahwa “Apabila perusahaan dapat memberikan jaminan

keamanan, ketenangan dalam bekerja maka akan timbul semangat kerja dan gairah kerja”.

Pendapat mengenai keamanan bekerja di atas menggambarkan bahwa perusahaan

bertanggung jawab akan kondisi karyawannya. Dorongan psikologis para karyawan dalam berkerja

yang berupa rasa aman dan nyaman sangat mempengaruhi konsenntrasi dalam bekerja. Konsentrasi

yang tidak mendukung akan mengakibatkan semangat dan gairah menurun sehingga mengurangi

produktivitas kerja.

Syarat-syarat untuk dapat bekerja dengan perasaan tentram, aman dan nyaman mengandung

dua faktor utama yaitu faktor fisik dan non fisik. Menurut Slamet Saksono berpendapat bahwa:

“Segala sesuatu yang yang menyangkut faktor fisik yang menjadi menjadi kewajiban serta tanggung

jawab perusahaan adalah tata ruangan kerja. Tata ruangan kerja yang baik adalah yang dapat

mencegah timbulnya gangguan keamanan dan keselamatan bagi karyawan.Barang-barang yang

diperlukan dalam ruang kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarkan

gangguan yang ditimbulkan terhadap karyawan” (Saksono, 1998:105).

Lingkungan kerja yang baik dan bersih, cahaya yang cukup, bebas dari kebisingan dan gangguan

diharapkan akan memberi semangat tersendiri bagi karyawan dalam melakukan pekerjaan dengan

baik. Tetapi lingkungan kerja yang buruk, gelap dan lembab akan menimbulkan cepat lelah dan

menurunkan semangat dan produktivitas dalam bekerja.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Derajat Masyarakat

Page 64: manajemen k3

Dari skema yang digambarkan oleh Blum, maka dapat dijelaskan bahwa kesehatan manusia

terdiri dari 3 dimensi yaitu : fisik, mental dan sosial. Ketiga dimensi di atas bersifat integrative,

artinya ketika salah satu dimensi di atas tidak dimiliki oleh seseorang maka orang tersebut tidak

dapat dikatakan sehat sepenuhnya. Dari paparan di atas maka Blum menyatakan bahwa derajat

kesehatan seseorang / masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu ;

1. Environment (lingkungan).

Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik (baik natural atau buatan manusia), dan sosiokultur

(ekonomi, pendidikan, pekerjaan dll). Pada lingkungan fisik, kesehatan akan dipengaruhi oleh

kualitas sanitasi lingkungan dimana manusia itu berada. Hal ini dikarenakan banyak penyakit yang

bersumber dari buruknya kualitas sanitasi lingkungan, misalnya ; ketersediaan air bersih pada suatu

daerah akan mempengaruhi derajat kesehatan karena air merupakan kebutuhan pokok manusia

dan manusia selalu berinteraksi dengan air dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan lingkungan

sosial berkaitan dengan kondisi perekonomian suatu masyarakat. Semakin miskin

individu/masyarakat maka akses untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik maka akan

semakin sulit. Contohnya : manusia membutuhkan makanan dengan gizi seimbang untuk mejaga

kelangsungan hidup, jika individu/masyarakat berada pada garis kemiskinan maka akan sulit untuk

memenuhi kebutuhan makanan dengan gizi seimbang. Demikian juga dengan tingkat pendidikan

individu/masyarakat, semakin tinggi tingkat pendidikan individu/masyarakat maka pengetahuan

untuk hidup sehat akan semakin baik. Kondisi

2. Live Style

Gaya hidup individu/masyarakat sangat mempengaruhi derajat kesehatan.Contohnya : dalam

masyarakat yang mengalami transisi dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, akan

terjadi perubahan gaya hidup pada masyarakat tersebut yang akan mempengaruhi derajat

kesehatan. Misalnya ; pada masyarakat tradisonal dimana sarana transportasi masih sangat minim

maka masyarakat terbiasa berjalan kaki dalam beraktivitas, sehingga individu/masyarakat senantiasa

menggerakkan anggota tubuhnya (berolah raga). Pada masyarakat modern dimana sarana

transportasi sudah semakin maju, maka individu/masyarakat terbiasa beraktivitas dengan

menggunakan transportasi seperti kendaraan bermotor sehingga individu/masyarakat kurang

menggerakkan anggota tubunya (berolah raga).Kondisi ini dapat beresiko mengakibatkan obesitas

pada masyarakat modern karena kurang berolah raga ditambah lagi kebiasaan masyarakat modern

mengkonsumsi makanan cepat saji yang kurang mengandung serat. Fakta di atas akan

mengakibatkan transisi epidemiologis dari penyakit menular ke penyakit degeneratif.

3. Heredity

Page 65: manajemen k3

Faktor genetic ini sangat berpengaruh pada derajat kesehatan.Hal ini karena ada beberapa penyakit

yang diturunkan lewat genetic, seperti leukemia.Faktor hereditas sulit untuk diintervensi karena hal

ini merupakan bawaan dari lahir dan jika dapat diintervensi maka harga yang dibayar sangat mahal.

4. Health Care Sevices

Pelayanan kesehatan juga mempengaruhi derajat kesehatan.Pelayanan kesehatan disini adalah

pelayanan kesehatan yang paripurna dan intregatif antara promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Semakin mudah akses individu/masyarakat terhadap pelayanan kesehatan maka

derajat kesehatan masyarakat akan semakin baik.

2.4 Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kesehatan Masyarakat

Lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kesehatan masyarakat.

Sebagian besar gangguan kesehatan disebabkan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.

Pengaruh lingkungan terhadap kesehatan mengakibatkan gangguan kesehatan yang bersifat segera

dan bersifat lambat atau akumulatif.

2.5 Dampak Lingkungan Kerja terhadap Kesehatan Masyarakat

1. Water Borne Disease dan Food Borne Disease

Bibit penyakit yang berada dalam air atau makanan dan masuk kedalam pencernakan makanan

manusia.Contoh : kolera, typhus, disentri, hepatitis infectiosa, polio myelitis.

2. Water Washed Disease

Air yang digunakan dalam jumlah terbatas untuk cuci dan mandi yang mengandung mikroba

penyebab penyaki, contoh : skinsepsis, conjungtivitis, trachoma.

3. Water Based Disease

Mikroba atau parasit dari penyakit-penyakit ini siklus hidupnya mempunyai intermediate host yang

hidup di air, contoh : schistosomiasis.

4. Insect Borne disease

Penyakit ini ditularkan oleh serangga yang membawa bibit penyakit dan serangga tersebut hidup di

air, contoh : malaria, filariasis, demam berdarah.

5. Food intoxication, keracunan makanan oleh karena toxin yang dikeluarkan oleh mikroba.

6. Food poisoning, keracunan makanan yang disebabkan kandungan logam, zat organic, hewan dan

tumbuhan beracun. Contoh : Pb, Hg, As, Pestisida, Kerang-kerangan, jamur.

7. Keracunan Gas, menghirup udara yang mengandung racun dalam bentuk gas, contoh : HCn, Co, So.

Page 66: manajemen k3

8. Cacingan , diperoleh dari pengelola tanah, kompos, dan sayuran, contoh : ascariasis, Taeniasis,

Trichinosis, Achilostomiasis.

9. Air Borne disease, kuman penyakit masuk melalui saluran pernafasan manusia melalui udara,

contoh : Tbc, Pertusis, Dipteri, influenza.

10. Pneumokoniosis, Penimbunan debu dalam Paru- paru, contoh ; silikosis, asbestosis.

11. Penyakit akibat kerja fisik, contoh : Tuli, kelainan sel, heat stoke dll.

2.6 PencegahanDampak Akibat Lingkungan Kerja

Dengan pengawasan lingkungan maka akan dapat mencegah penyakit penyakit yang

ditimbulkan oleh lingkungan. Program di puskesmas dalam rangka pencegahan penyakit yang

ditimbulkan oleh dampak lingkungan di masyarakat adalah program RAKSA SEHAT yaitu: Rumah ,

Air bersih, Kakus , Sampah, Air Limbah yang sehat

A. Rumah : syarat rumah sehat :

1. Tersedia air bersih, kakus(jamban), saluran air limbah, tempat sampah.

2. Tidak padat penghuni , Luas minimal 9 m2 setiap orang.

3. Ada sirkulasi udara ( jendela /lubang angin) dan cahaya matahari masuk rumah.

4. Ada lubang asap dapur

5. Tidak terdapat vector penyakit ( jentik nyamuk, kecoa dan tikus )

6. Dinding dan lantai kedap air

7. Kandang ternak terpisah ( min 10 m dari rumah )

Penyakit yang timbul dari rumah yang tidak sehat : TBC, ISPA,Kulit, Cacingan dll.

B. Air Bersih

Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kwalitasnya memenuhi syarat kesehatan

dan dapat diminum apabila telah dimasak

Syarat :

1. Syarat fisik : Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau.

2. Syarat kimia : Tidak mengandung zat-zat kimia yang `mengganggu kesehatan.

3. Syarat Bakteriologi : Tidak mengandung kuman yang mengganggu kesehatan

Penyakit yang timbul dari air yang tidak sehat : Diare, muntaber, penyakit kulit, sakit mata

Page 67: manajemen k3

C. Kakus

Kakus / jamban yang sehat :

1. Tidak menjadi sarang serangga : lalat, kecoa, nyamuk.

2. Jarak minimal 11 meter dari sumur.

3. Bersih, tidak ada kotoran dan genangan air di lantai , tidak berbau.

Penyakit yang timbul dari kakus yang tidak sehat : Diare, muntaber, penyakit kulit,

D. Sampah, syarat:

1. Tertutup.

2. Tempat sampah kedap air.

3. Tidak menjadi sarang binatang (tikus) dan serangga : lalat, kecoa, nyamuk.

E. Air limbah :

1. Tidak mencemari sumur.

2. Tidak menjadi sarang binatang (tikus) dan serangga : lalat, kecoa, nyamuk.

3. Tidak menyebabkan kecelakaan / harus tertutup.

4. Tidak menggangu pemandangan.

Penyakit yang timbul dari air limbah yang tidak sehat : Diare, muntaber, penyakit

kulit,terjatuh/terpeleset.