Manajemen Hutang Negara
Transcript of Manajemen Hutang Negara
Nama : Hariyana
NPM : 0806463492
Tugas Keuangan Negara
Ringkasan Artikel ”Public Debt Management”
Oleh IMF dan Staf World Bank
Hutang merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari, terutama dalam kehidupan suatu
negara. Kekurangan dana cair di suatu negara mengakibatkan krisis ekonomi suatu negara,
oleh karenanya suatu negara tidak bisa menghindar untuk berhutang demi kelancaran
perekonomian suatu negara. Hutang itu sendiri memiliki komposisi waktu
peminjamannya,nilai tukar atau kurs suatu negara, dan bunga. Akan tetapi, komposisi dari
hutang tersebut juga dapat memicu krisis ekonomi di dalam suatu negara. Oleh karena itu,
ketika suatu negara harus berhutang, manajemen hutang suatu negara dibutuhkan untuk
memastikan hutang tersebut tidak menimbulkan dampak-dampak dan resiko yang tidak
diinginkan. Manajemen hutang negara adalah suatu rangkaian proses pembangunan strategi
untuk mengatur hutang pemerintah, termasuk nominal, syarat, resiko, dan tujuan dari hutang
tersebut. Resiko terhadap keadaaan yang tidak terduga akibat hutang bisa berkurang dengan
cara pemanjangan masa peminjaman, negoisasi denga pemberi pinjaman (penyesuaian
kembali jumlah, masa, dan komposisi kurs mata uang) atau mempelajari kembali kriteria dan
prosedur yang dihadapi pemerintah.
Manajemen hutang akan efektif jika pemerintah berkoordinasi dengan kebijakan fiskal
yang ada di suatu negara. Kebijakan fiskal yang ada di suatu negara mengantisipasi dampak
dari hutang dan persyaratan dari peminjaman tersebut. Krisis akan sumber peminjaman
tersebut juga mengharuskan manajemen hutang berjalan efektif agar hutang digunakan secara
efisien. Hasilnya, manajemen hutang yang efektif akan membangun keadaan perekonomian
suatu negara dengan baik.
Kapasitas manajemen hutang suatu negara berbeda dengan negara lainnya. Hal ini
bergantung pada kapasitas pasar di negara tersebut, kekuatan mata uangnya, kualitas ekonomi
makro dan kebijakan regulasi, kapasitas institusional, dan tujuan dari manajemen hutang
negara tersebut. Oleh karenanya manajemen hutang negara memerlukan pedoman untuk
membantu pembuat kebijakan dalam menguatkan kualitas dari manajemen hutang tersebut
dan menghindari resiko krisis terutama resiko krisis ekonomi internasional. Krisis ekonomi
rawan terjadi akibat minimnya tabungan masyarakat dan kurangnya pembangunan sistem
ekonomi serta arus modal yang tidak stabil. Maka dari itu pedoman manajemen hutang luar
negeri harus mengkaji lebih luas faktor-faktor yang mempengaruhi liquiditas perekonomian
suatu negara dan manajemen anggaran suatu negara.
Tujuan umum dari manajemen hutang negara itu sendiri adalah untuk memastikan
kebutuhan liquiditas suatu negara terpenuhi. Selain itu, dengan manajemen hutang negara,
diharapkan kewajiban membayar suatu negara berada pada kemungkinan biaya yang paling
kecil, baik dalam waktu yang singkat, maupun waktu yang lama, dengan resiko yang paling
bijak dan sederhana. Kebijakan manajemen hutang juga bisa mengikutsertakan promosi
pertumbuhan dan pembangunan pasar dalam negeri sebagai tujuan sampingan dari
manajemen hutang suatu negara.
Ruang lingkup manajemen hutang suatu negara dengan negara lain berbeda satu sama
lain tergantung dari politik dan kebijakan di masing-masing negara. Ruang lingkup
manajemen hutang suatu negara harus merealisasikan tujuan utama dari keadaan ekonomi
dan keuangan negara tersenut. Dalam strategi manajemen hutang negara, untuk mengurangi
dampak resiko dan biaya dari hutang, pemerintah juga harus terus memonitor dan
mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya hutang yang dilakukan secara
keseluruhan, baik hutang oleh pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah. Selain itu,
hutang yang dilakukan oleh pihak swasta juga harus diperhatikan. Ketiganya harus
dikoordinasikan secara berkala.
Koordinasi antara pembuat kebijakan hutang, fiskal, dan moneter juga harus dilakukan.
Para pembuat kebijakan tersebut harus saling berbagi dalam hal tujuan dari pembuatan
kebijakan dari masing-masing bidangnya dan kebijakan yang mereka buat juga harus
memiliki keterkaitan. Perlu diketahui bahwa dengan adanya keterkaitan antara kebijakan
tersebut, kebijakan yang mereka buat cenderung akan memperkuat kebijakan satu sama lain.
Bahkan, dengan resiko yang dibuat sebijak mungkin serta didukung oleh kebijakan fiskal dan
moneter yang ada, resiko utama dari bunga hutang jangka panjang bisa diminimalisir selain
meminimalisir krisis akibat hutang dengan pembatasan hutang dan manajemen hutang yang
baik baik. Selain itu, pengambil kebijakan hutang juga harus menginformasikan hutang yang
muncul kepada pemerintah secara berkala. Analisa pengambil kebijakan hutang mengenai
biaya dan resiko yang akan timbul akan sangat berguna bagi pembuat kebijakan fiskal.
Kadang kala antara kebijakan yang satu dengan kebijakanyang lainnya memiliki tujuan
yang berbeda. Terutama konflik antara manajemen hutang yang cenderung meminimalisir
resiko dan biaya dan kebijakan moneter yang cenderung bertujuan untuk menstabilkan harga.
Dalam kondisi ekonomi yang masih berkembang, manajemen hutang harus dipisahkan dari
kebijakan moneter. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya keputsan manajemen hutang
yang diambil mempengaruhi tingkat bunga dan konflik kpentingan dalam operasi pasar.
Suatu keputusan untuk meminimalisasi resiko hutang tidak boleh disatukan dengan keinginan
untuk mengurangi tingkat bunga atau mempengaruhi kondisi moneter dalam negeri. Tidak
juga meminimalisasi resiko dan biaya dianggap sbagai suatu pembenaran dalam memberikan
bunga rendah oleh bank sentral kepada pemerintah. Akan tetapi, dalam mencapai tujuan
pemisahan kebijakan yang satu dengan yang lainnya terkadang terasa sulit. Oleh karena itu,
para pembuat kebijakan harus selalu memperhatikan dan mempertimbangkan kebijakan
dalam rangka mencapai tujuan pemisahan ini.
Transaparansi juga merupakan suatu hal yang penting dalam manajemen hutang negara.
Hal ini didasarkan pada 2 alasan. Pertama, bahwa keefektivitasan suatu kebijakan akan lebih
baik ketika kebijakan dan keputusan yang dibuat diketahui publik dan wewenang yang
dimiliki para pembuat kebijakan sesuai dengan apa yang sdiamantakan. Kedua, transparansi
akan memperkuat good governance yang dijalankan, lewat akuntabilitas dari bank sentral,
kementrian perekonomian, dan institusi publik lainnya yang ikut dalam manajemen hutang.
Banyak hal yang berkaitan dengan transparansi dalam manajemen hutang negara.
Pertama, kewenangan yang dimiliki oleh kementrian keuangan, bank sentral, dan pembuat
kebijakan hutang, harus dipublikasikan. Transparansi dengan kejelasan wewenang dan
prosedur dalam pengoperasiannya akan memperkecil kemungkinan konflik yang akan terjadi,
menguatkan pemerintah itu sendiri, dan memfasilitasi konsistensi kebijakan. Transparansi
juga akan memperkecil biaya transaksi, ketidakpastian investasi, dan meyakinkan investor
untuk berpartisipasi. Kedua, tujuan dari manajememen hutang harus diberitahukan kepada
masyarakat. Hal ini bisa meminimalisasikan ketidakpastian resiko dan biaya. Ketidakjelasan
tujuan juga biasanya mengarah kepada keputusan yang salah dalam mengelola hutang yang
ada dan menambah kemudahan terena krisis. Ketiga, negara harus menyediakan informasi
mengenai keadaan saat ini dan proyeksi anggaran kegiatan, masa lalu, termasuk pembiayaan,
dan posisi keuangan pemerintah. Selain itu, pemerintah juga seharusnya mempublikasikan
informasi aset keuangan dan komposisi hutang, baik dalam hal kurs, masa peminjaman
maupun tingkat bunganya. Pada dasarnya transparansi dan kebijakan yang cermat merupakan
suatu hal yang saling melengkapi. Akan tetapi, terkadang, tidak bisa dipungkiri transparansi
bukan berarti kebebasan seluruhnya. Misalnya, ketika pemerintah tidak mau
mempublikasikan strategi yang akan digunakan sebelum hutang benar-benar terjadi dengan
tujuan menghindari ketidakstabilan harga pasar.
Akuntabilitas juga sangat diperlukan dalam manajemen hutang. Kegiatan manajemen
hutang harus diaudit secaar berkala oleh aditor eksternal. Hal ini ditujukan agar manajemen
hutang yang dilaksanakan beroperasi secara semestinya.
Kerangka hukum harus memperjelas wewenang dalam hal meminjam dan menerbitkan
hutang, investasi, dan melakukan transaksi oleh pemerintah berdasarkan undang-
undang. Kewenangan untuk meminjam harus didefinisikan secara jelas. Peraturan untuk
manajemen hutang harus ditetapkan dengan baik, dan memastikan bahwa hak dan kewajiban
yang yang ada dilaksanakan dengan benar.
Manajemen hutang juga harus didukung oleh sebuah sistem informasi manajemen yang
komprehensif dan akurat dengan sistem perlindungan yang tepat. Negara-negara yang
memulai proses pengembangan manajemen hutang negaranya harus memperhatikan
pengembangan laporan dan catatan hutang yang akurat. Hal ini tidak hanya untuk
menghasilkan data hutang akurat tetapi juga memastikan pembayaran hutang bisa tepat waktu
dan meningkatkan kualitas laporan anggaran dan transparansi keuangan pemerintah. Sistem
informasi yang ada harus mengambil semua arus kas yang relevan dan diintegrasikan ke
dalam itu sistem akuntansi pemerintah.
Risiko yang melekat dalam struktur utang pemerintah harus hati-hati dipantau dan
dievaluasi. Resiko-resiko ini harus dikurangi sejauh mungkin dengan memodifikasi struktur
utang, dengan mempertimbangkan biaya melakukannya. Untuk membantu mengambil
keputusan hutang dan mengurangi resiko pemerintah, pengambil kebijakan hutang harus
mempertimbangkan risiko lain dari karakteristik keuangan terhadap arus kas pemerintah.
Pengambil kebijakan hutang juga harus berhati-hati dalam menilai dan mengelola resiko yang
bisa saja muncul terkait dengan mata uang asing, hutang jangka pendek atau hutang dengan
kurs. Manajemen hutang yang memliki ketergantungan pada mata uang asing atau hutang
jangka pendek atau hutang dengan kurs mengambang sangat berisiko.