manajemen farmasi

19
http://id.scribd.com/doc/ 94524854/Pedoman- Pengelolaan-Perbekalan- Farmasi-Di-Rumah- Sakit#scribd http://www.scribd.com/doc/ 220735811/Makalah-Manajemen- Farmasi-Di-Instalasi- Farmasi-Rumah-Sakit#scribd http://www.scribd.com/doc/ 2679388/STANDAR-PELAYANAN- FARMASI-DI-RUMAH- SAKIT#scribd PENDAHULUAN Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan

Transcript of manajemen farmasi

Page 1: manajemen farmasi

http://id.scribd.com/doc/94524854/Pedoman-Pengelolaan-Perbekalan-Farmasi-Di-Rumah-Sakit#scribd

http://www.scribd.com/doc/220735811/Makalah-Manajemen-Farmasi-Di-Instalasi-Farmasi-Rumah-Sakit#scribd

http://www.scribd.com/doc/2679388/STANDAR-PELAYANAN-FARMASI-DI-RUMAH-SAKIT#scribd

PENDAHULUAN

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu

mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan

kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendirisendiri atau

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat.

Selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi

apoteker dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan. Apotek adalah suatu tempat

tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan

farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Definisi diatas ditetapkan

Page 2: manajemen farmasi

berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek pasal 1 ayat (a).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/Menkes/SK/IX/2004

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apoteker adalah sarjana farmasi

yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan

peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di

Indonesa sebagai Apoteker. Adapun Asisten Apoteker adalah tenaga kesehatan yang

membantu Apoteker. Asisten Apoteker menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI

No. 679/MENKES/SK/V/2003 Pasal 1, tentang Registrasi dan Izin Kerja Asisten

Apoteker menyebutkan bahwa “Asisten Apoteker adalah Tenaga Kesehatan yang

berijasah Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Farmasi Jurusan Farmasi Politeknik

Kesehatan, Akademi Analisis Farmasi dan Makanan Jurusan Analis Farmasi dan

Makanan Politeknik Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Di Apotek, Asisten Apoteker merupakan salah satu tenaga kefarmasian yang

bekerja di bawah pengawasan seorang Apoteker yang memiliki SIA (Surat Izin

Apotek). Apoteker Pengelola Apotek (APA) merupakan orang yang bertanggung

jawab di Apotek dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian

yang dilakukan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker di apotek haruslah sesuai

dengan standar profesi yang dimilikinya. Karena Apoteker dan Asisten Apoteker

dituntut oleh masyarakat pengguna obat (pasien) untuk bersikap secara professional.

Kewajiban Asisten Apoteker Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1332/MENKES/X?2002 adalah melayani resep dokter sesuai dengan tanggung

jawab dan standar profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat serta

melayani penjualan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter, serta memberi

informasi kepada pasien. Surat Izin Kerja Asisten Apoteker, dalam Pasal 1

KEPMENKES yaitu “bukti tertulis yang diberikan kepada Pemegang Surat Izin

Asisten Apoteker (SIAA) untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di sarana

kefarmasian”. Dengan begitu, jelas bahwa hanya Asisten Apoteker yang telah

memiliki Surat Izin Asisten Apoteker sajalah yang dapat mengajukan permohonan

perolehan Surat Izin Kerja Asisten Apoteker. Dan juga, hanya Asisten Apoteker yang

memiliki Surat Izin Kerja Asisten Apoteker sajalah yang dapat melakukan pekerjaan

Page 3: manajemen farmasi

kefarmasian seperti pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat atas resep dokter,

pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional,

baik itu dibawah pengawasan Apoteker, tenaga kesehatan atau dilakukan secara

mandiri sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai contoh, pada

toko obat berizin, puskesmas atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) dimana seorang

Asisten Apoteker dapat melakukan pekerjaan kefarmasian tanpa pengawasan. Oleh

sebab itu, seorang Asisten Apoteker harus memiliki Surat Izin Kerja Asisten

Apoteker,

A.   Pengertian Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI)

No. 1332/MENKES/SK/X/2002, tentang Perubahan atas Peraturan MenKes RI No.

922/MENKES/PER/X/1993 mengenai Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin

Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat

dilakukan pekerjaan kefarmasian penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat.

Tugas dan Fungsi apotek

Tugas dan Fungsi Apotek berdasarkan Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1980,

tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut:

Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah

jabatan.

Sarana farmasi yang telah melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.

Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyalurkan obat yang

diperlukan masyarakat secara luas dan merata.

Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya

kepada masyarakat.

Landasan Hukum Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur

dalam:

Page 4: manajemen farmasi

a. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

b. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

c. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.

d. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP

No. 26 tahun 1965 mengenai Apotek.

e. Peraturan Pemerintah No 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti dan Izin

kerja Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri

kesehatan No. 184/MENKES/PER/II/1995.

f. Peraturan Menteri Kesehatan No. 695/MENKES/PER/VI/2007

tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 184

tahun 1995 tentang penyempurnaan pelaksanaan masa bakti dan izin

kerja apoteker.

g. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

h. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian

di Apotek.

B.   Manajemen Apotek

Manajemen Apotek, adalah manajemen farmasi yang diterapkan di apotek.

Sekecil apapun suatu apotek, sistem manajemEnnya akan terdiri atas setidaknya

beberapa tipe manajemen, yaitu :

1. Manajemen keuangan

2. Manajemen pembelian

3. Manajemen penjualan

4. Manajemen Persediaan barang

5. Manajemen pemasaran

6. Manajemen khusus

Manajemen keuangan tentunya berkaitan dengan pengelolaan keuangan, keluar

masuknya uang, penerimaan, pengeluaran, dan perhitungan farmako ekonominya.

Page 5: manajemen farmasi

Manajemen pembelian meliputi pengelolaan defekta, pengelolaan vendor,

pemilihan item barang yang harus dibeli dengan memperhatikan FIFO dan FEFO,

kinetika arus barang, serta pola epidemiologi masyarakat sekitar apotek.

Manajemen penjualan meliputi pengelolaan penjualan tunai, kredit, kontraktor.

Manajemen persediaan barang meliputi pengelolaan gudang, persediaan bahan

racikan, kinetika aarus barang. Manajemen persediaan barang berhubungan langsung

dengan manajemen pembelian.

Manajemen pemasaran , berkaitan dengan pengelolaan dan teknik pemasaran

untuk meraih pelanggan sebanyak-banyaknya. Manajemen pemasaran ini tampak

padaapotek modern, tetapi jarang diterapkan pada apotek-apotek konvensional.

Manajemen khusus, merupakan manajemen khas yang diterapkan apotek sesuai

dengan kekhasannya, contohnya pengelolaan untuk apotek yang dilengkapi dengan

laboratorium klinik, apotek dengan swalayan, dan apotek yang bekerjasama dengan

balai pengobatan, dan lain-lain.

Prosedur Pendirian Apotek

Menurut KepMenKes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, disebutkan bahwa

persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerjasama

dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan

tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang

lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

2. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan

komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.

3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar

sediaan farmasi.Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam

pendirian apotek adalah:

Lokasi dan Tempat

Jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun sebaiknya tetap

mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan, jumlah

Page 6: manajemen farmasi

penduduk, dan kemampuan daya beli penduduk di sekitar lokasi apotek, kesehatan

lingkungan, keamanan dan mudah dijangkau masyarakat dengan kendaraan.

Bangunan dan Kelengkapan

Bangunan apotek harus mempunyai luas dan memenuhi persyaratan yang cukup,

serta memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan

tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang

farmasi.

Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari :

4. Ruang tunggu, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, ruang

penyimpanan obat, ruang peracikan dan penyerahan obat, tempat pencucian

obat, kamar mandi dan toilet.

5. Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan : Sumber air yang memenuhi

syarat kesehatan, penerangan yang baik, Alat pemadam kebakaran yang

befungsi baik, Ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat

higienis, Papan nama yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA,

alamat apotek, nomor telepon apotek.

Perlengkapan Apotek

Apotek harus memiliki perlengkapan, antara lain:

1. Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir, gelas

ukur dll. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi, seperti

lemari obat dan lemari pendingin.

2. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas.

3. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan beracun.

4. Buku standar Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, DPHO, serta kumpulan

peraturan per-UU yang berhubungan dengan apotek.

5. Alat administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, salinan resep

dan lain-lain.

Prosedur perizinan apotek

Page 7: manajemen farmasi

Untuk mendapatkan izin apotek, APA atau apoteker pengelola apotek yang

bekerjasama dengan pemilik sarana harus siap dengan tempat, perlengkapan,

termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya. Surat izin apotek (SIA) adalah

surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada apoteker atau apoteker

bekerjasama dengan pemilik sarana untuk membuka apotek di suatu tempat tertentu.

Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib

melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan

pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri Kesehatan dan tembusan

disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.

Sesuai dengan Keputusan MenKes RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yaitu:

1. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-

lambatnya 6 hari setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan

teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat

terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan.

2. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-

lambatnya 6 hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan.

3. Dalam hal pemerikasaan dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, apoteker

pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada

Kepala Kantor Dinas Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Kepala

Dinas Propinsi.

4. Dalam jangka 12 hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan

sebagaimana ayat (3) atau persyaratan ayat (4), Kepala Dinas Kesehatan

setempat mengeluarkan surat izin apotek.

Page 8: manajemen farmasi

5. Dalam hasil pemerikasaan tim Dinas Kesehatan setempat atau Kepala Balai

POM dimaksud (3) masih belum memenuhi syarat Kepala Dinas Kesehatan

setempat dalam waktu 12 hari kerja mengeluarkan surat penundaan.

6. Terhadap surat penundaan sesuai dengan ayat (6), apoteker diberikan

kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-

lambatnya dalam waktu satu bulan sejak tanggal surat penundaan.

7. Terhadap permohonan izin apotek bila tidak memenuhi persyaratan sesuai

pasal (5) dan atau pasal (6), atau lokasi apotek tidak sesuai dengan

permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Dinas setempat dalam jangka

waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan

disertai dengan alasan-alasannya.

Pelayanan Apotek

1. Pelayanan Resep

1. Skrining Resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi :

-          Persyaratan Administratif :

  Nama, SIP dan alamat dokter

  Tanggal penulisan resep

  Tanda tangan/paraf dokter penulis resep

  Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien

  Cara pemakaian yang jelas

  Informasi lainnya

-          Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas,

cara dan lama pemberian

-          Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis,

durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya

dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan

alternatif seperlunya bila perlumenggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

Page 9: manajemen farmasi

2. Penyiapan obat.

-          Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan menimbang, mencampur, mengemas

dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus

dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta

penulisan etiket yang benar.

-          Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

-          Kemasan obat yang diserahkan hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan

yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.

-          Penyerahan Obat. Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan

pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat

dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada

pasien.

-          Informasi Obat. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien

sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka

waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari

selama terapi.

-          Konseling. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi,

pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas

hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau

penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit tertentu seperti

kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus

memberikan konseling secara berkelanjutan.

-          Monitoring Penggunaan Obat. Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker

harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu

seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.

-          Promosi dan Edukasi. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus

memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi)

untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus

Page 10: manajemen farmasi

berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu

diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet /brosur, poster,

penyuluhan, dan lain lainnya.

2. Pelayanan Residensial (Home Care). Apoteker sebagai care giver diharapkan

juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah,

khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit

kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa

catatan pengobatan (medication record).

EVALUASI MUTU PELAYANAN

Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan adalah:

1. Tingkat kepuasan konsumen dilakukan dengan survei berupa angket atau

wawancara langsung.

2. Dimensi waktuLama pelayanan diukur dengan waktu ( yang telah

ditetapkan).

3. Prosedur Tetap ( Protap )Untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar

yang telah ditetapkan.

Disamping itu prosedur tetap bermanfaat untuk:

1. Memastikan bahwa praktik yang baik dapat tercapai setiap saat;

2. Adanya pembagian tugas dan wewenang;

3. Memberikan pertimbangan dan panduan untuk tenaga kesehatan lain yang

bekerja di apotek;

4. Dapat digunakan sebagai alat untuk melatih staf baru;

5. Membantu proses audit.

Prosedur tetap disusun dengan format sebagai berikut:

1. Tujuan merupakan tujuan protap.

2. Ruang lingkup berisi pernyataan tentang pelayanan yang dilakukan dengan

kompetensi yang diharapkan.

Page 11: manajemen farmasi

3. Hasil yang dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan dinyatakan dalam

bentuk yang dapat diukur.

4. Persyaratan hal-hal yang diperlukan untuk menunjang pelayanan.

5. Proses berisi langkah-langkah pokok yang perlu dilkuti untuk penerapan

standar. Sifat protap adalah spesifik mengenai kefarmasian.

C.   Tugas dan Tanggung Jawab Personil Apotek

Manejer Apotek Pelayanan

Apotek Rama dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai manager pelayanan

yang telah mengucapkan sumpah apoteker yang telah memiliki Surat Izin Kerja

(SIK), juga memiliki kemampuan memimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap

pekerjaan di apotek. Selain itu juga APA harus menguasai kemampuan manajemen

yaitu, perencanaan, koordinasi, kepemimpinan dan pengawasan disamping

kemampuan di bidang farmasi baik teknis maupun non teknis.

Tugas dan Tanggung Jawab pimpinan Apotek adalah :

1.      Memimpin, menentukan kebijaksanaan dan melaksanakan pengawasan dan

pengendalian apotek sesuai UU yg berlaku

2.      Menyusun program kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan

3.      Memberikan pelayanan dan informasi obat dan perbekalan farmasi kepada pasien,

dokter, dan tenaga kesehatan lainnya

4.      Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk perkembangan apotek

5.      Menguasai dan melaksanakan peraturan perundang-undangan farmasi yang berlaku

Fungsi Administrasi 1. Membuat laporan realisasi data dan anggaran setiap bulan

2. Membuat laporan penutupan buku3. Melakukan rekaptulasi buku penjualan tunai dihitung

berdasarkan jumlah resep dan rekaptulasi buku pembelian

Fungsi Pembelian

1.      Membuat kebutuhan barang pada buku permintaan barang

2.      Membuat Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) sesuai dengan data kebutuhan

barang yang tercatat pada buku permintaan barang dan pareto penjualan

Page 12: manajemen farmasi

3.      Membuat retur atau pengembalian barang bila terjadi kesalahan dalam pengiriman

barang

Karyawan/ Karyawati

Karyawan/Karyawati mencakup asisten apoteker dan non asisten apoteker.

1)      Tugas dan tanggung jawab asisten apoteker antara lain :

a.       Mengatur penyimpanan obat dan penyusunan apotek

b.      Memberi harga pada setiap resep dokter yang masuk dan memeriksa kelengkapan

resep

c.       Melayani dan meracik obat sesuai dengan resep dokter

d.      Menghitung dosis obat untuk racikan sesuai permintaan resep

e.       Menimbang, menyiapkan, mengemas, dan memberi etiket obat yang akan

diserahkan pada pasien

f.       Memeriksa kebenaran obat sebelum diserahkan pada pasien

g.      Menyerahkan obat sekaligus memberi informasi mengenai cara pemakaian dan

informasi lainnya mengenai obat tersebut kepada pasien.

h.      Membuat salinan resep bila diperlukan oleh pasien, bila obat hanya ditebus sebagian

atau resep diulang serta membuat kuitansi bila diperlukan.

i.        Berpartisipasi dalam pelaksaan dan pemeliharaan kebersihan di apotek.

2)      Tugas dan tanggung jawab non apoteker antara lain :

a.       Membantu tugas asisten apoteker dalam menyiapkan obat , mengerjakan obat

racikan yang telah disiapkan oleh asisten apoteker sesuai dengan dan jumlah yang

diminta

b.      Membuat obat racikan standar dibawah pengawasan asisten apoteker dan apoteker

c.       Menyusun obat-obat pada rak penyimpanan obat

d.      Membersihkan peralatan yang digunakan dan membersihkan ruangan diapotek.