Manajemen Bencana-Isu Dalam Kesiapan Rumah Sakit

6

Click here to load reader

Transcript of Manajemen Bencana-Isu Dalam Kesiapan Rumah Sakit

Page 1: Manajemen Bencana-Isu Dalam Kesiapan Rumah Sakit

ISU DALAM KESIAPAN RUMAH SAKIT

(Robert Powers)

PENDAHULUAN

Rumah sakit sebagai penyedia layanan publik cenderung tidak mempunyai kesiapan bencana. Ada banyak penyebab antara lain kurangnya dana serta kurangnya pemahaman tentang peran rumah sakit. Hal ini mulai disadari terutama perannya setelah peristiwa bencana. Namun, meskipun perbaikan telah dibuat, kesiapan rumah sakit masih jauh dari seharusnya dalam merawat masyarakat yang tertimpa bencana setelah peristiwa itu terjadi.

HAMBATAN DALAM KESIAPSIAGAANRumah Sakit menjadi tidak konsisten dalam kemauan dan kemampuan untuk

mendukung program kesiapsiagaan mitigasi bencana, pertama-tama akibat dari kurangnya pengawasan pusat. Belum ada peran koordinator bencana yang dapat memberikan arahan kepada setiap penanganan bencana. Belum ada spesialisasi yang dapat mengawasi semua aspek dari kesiapan bencana, untuk mendefinisikan setiap program agar tetap konsisten.

Komisi Bersama Akreditasi Organisasi Kesehatan (JCAHO) menyediakan rumah sakit untuk latihan kesiapsiagaan bencana setiap tahun, namun jarang ada rumah sakit menempatkan waktu dan usaha dalam latihan ini. Faktor ekonomi juga memberikan hambatan yang signifikan bagi rumah sakit dalam mitigasi bencana. Di satu sisi Rumah Sakit juga merupakan wilayah bisnis yang memperhitungkan secara cermat kekuatan mereka untuk bertahan dalam persaingan. Dana pemerintah khusus diberikan bagi rumah sakit yang telah membantu meringankan beberapa masalah kebencanaan, namun, tidak semua rumah sakit berpartisipasi karena kurangnya keberlanjutan visi dan keterbatasan program hibah bagi mereka. Rumah sakit masih harus menghabiskan waktu untuk fokus pada pengembangan program dan proses aplikasi yang membutuhkan waktu dan usaha yang belum terlihat manfaatnya. Administrator rumah sakit harus mengubah sikap mereka mengenai kesiapan bencana. Administrator harus memahami bahwa gagal untuk membuat mitigasi yang tepat dan kesiapsiagaan tindakan adalah tindakan tidak bertanggung jawab kepada masyarakat. Rumah sakit adalah bisnis tetapi mereka lebih dari bisnis. Mereka memiliki peran yang jauh lebih besar daripada hanya menyediakan layanan.

FUNGSI KRITISPerbedaan antara perusahaan lain dengan rumah sakit adalah bahwa rumah sakit

melayani fungsi kritis pada saat bencana. Konferensi PBB tentang Pengurangan Bencana menegaskan bahwa rumah sakit wajib mengoperasikan beberapa fasilitas segera setelah bencana untuk membatasi dampak dari bencana hilangnya nyawa. Mereka memiliki fungsi kritis yang tidak dimiliki bisnis lain. Artinya, jika mereka gagal untuk berfungsi selama bencana, mereka akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap dampak bencana di masyarakat. Selain itu, jika gagal untuk merespon dengan baik selama masa krisis akan

Page 2: Manajemen Bencana-Isu Dalam Kesiapan Rumah Sakit

berakibat pada hilangnya reputasi rumah sakit. Rumah sakit tergantung pada reputasi bisnis mereka di mata masyarakat.

Rumah sakit dalam kondisi normal saat ini sudah terkendala dengan kurangnya fasilitas dan sarana-prasarana. Oleh karena itu untuk dapat beroperasi secara baik pada saat bencana, pertama-tama yang harus dilakukan adalah memberikan mitigasi, perencanaan dan kesiapan prioritas yang mereka butuhkan, baik menyangkut peralatan, keahlian staf pelaksana, dana untuk mengimbangi biaya selama penanganan bencana serta kewenangan yang diberikan kepada rumah sakit untuk melaksanakan implementasi program penanggulangan bencana.

HIBAH PEMERINTAHMeskipun sejak Tahun 2002 telah diterapkan model bantuan bagi rumah sakit dengan

Sistem Respon Metropolitan Medical (MMRS) dan kemudian melalui Program Siaga Bioterorisme Rumah Sakit (NBHPP), namun masih tetap ada kekurangan yang signifikan dalam kesiapsiagaan rumah sakit. Melalui NBHPP, dana telah tersedia tetapi rumah sakit harus mengambil inisiatif untuk melihat nilai dalam program dan berkomitmen terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mengajukan pendanaan, proses dokumen hibah, dan kemudian berkomitmen untuk pemeliharaan peralatan yang diterima.

PERENCANAAN YANG TEPATRumah sakit perlu fokus pada beberapa item untuk memastikan bahwa mereka benar

siap dalam kegiatan-kegiatan mitigasi seperti perlunya keberlanjutan rumah sakit tanpa bantuan dari luar selama 72 jam pasca-bencana, waktu standar yang diperkirakan untuk memperoleh bantuan dari luar. Upaya mitigasi Rumah Sakit dimulai dengan penilaian kerentanan bahaya. Hal ini memungkinkan rumah sakit untuk mendapatkan kesiapan dengan biaya yang rendah. Rumah sakit tidak perlu memiliki rencana yang berbeda untuk setiap jenis bencana, hanya perlu satu rencana yang diperlukan untuk prosedur penanganan semua jenis bahaya. Hal ini juga untuk menyederhanakan respon dimana setiap staf diajarkan hanya salah satu cara untuk tampil saat bencana dan tidak memiliki waktu untuk berhenti dan membuat penentuan mana cara untuk merespon. Dengan demikian, kebingungan berkurang dan ada penurunan risiko staf melakukan prosedur yang salah pada kondisi bencana tersebut.

DAMPAK BENCANAAda dua cara rumah sakit dalam merespon bencana, baik secara struktural maupun

non-struktural. Mitigasi struktural di rumah sakit direncanakan untuk meningkatkan kesinambungan struktur yang ada melalui langkah-langkah seperti perencanaan bangunan rumah sakit tahan gempa untuk membatasi kerusakan pada fasilitas saat gempa bumi atau merancang sebuah pintu masuk gawat darurat yang memiliki kemampuan untuk dengan mudah diperluas dan menangani masuknya sebagian besar pasien yang tiba dengan kendaraan pribadi saat bencana. Sistem nonstruktural seperti sistem pemanasan, ventilasi, AC (HVAC sistem).

Page 3: Manajemen Bencana-Isu Dalam Kesiapan Rumah Sakit

LIFELINESSistem yang disebut sebagai jalur hidup juga penting dalam menjaga keberlanjutan

fasilitas. Lifelines menjaga hubungan yang diperlukan dari rumah sakit ke luar berbagai entitas atau pemasok bahan. Ini termasuk komunikasi, utilitas, dan transportasi. Komunikasi bisa datang dari management darurat lokal, pelayanan medis darurat, atau departemen kesehatan dan diperlukan untuk menjaga agar para pejabat rumah sakit tahu tentang situasi saat ini. Komunikasi juga diperlukan untuk mengisi sumber daya yang minim dan mendiskusikan pilihan regional dengan rumah sakit lainnya. Utilitas, seperti listrik dan air, harus direncanakan dan dikelola dengan baik.

LONJAKAN KAPASITASKeberlanjutan membutuhkan mitigasi dan perencanaan untuk lonjakan kapasitas.

Lonjakan adalah masuknya pasien ke rumah sakit baik segera setelah bencana atau dalam kasus bencana biologis, ketika mulai terjadi gejala pada korban. Kapasitas lonjakan meliputi perencanaan untuk kemampuan isolasi yang berhubungan dengan bioterorisme. Isolasi daerah harus dilakukan untuk meredam meningkatnya jumlah pasien. Selain menciptakan daerah isolasi sendiri, harus ada cukup perlengkapan isolasi, seperti masker dan pakaiyan, disiapkan untuk merawat para korban. Staf juga dapat menerima profilaksis, misalnya, vaksin cacar, sebelumnya untuk memastikan bahwa mereka dapat merawat pasien tanpa khawatir menjadi terinfeksi atau menginfeksi mereka. Upaya ini juga dilakukan termasuk bagi staf dan keluarga dekat mereka agar staf bekerja tanpa berpikir mengurus keluarga mereka terlebih dahulu.

LATIHAN BENCANA Latihan sendiri bagi rumah sakit merupakan strategi lain kesiapan bencana yang

penting. Latihan bervariasi dari berbasis kertas atau meja untuk simulasi skala penuh dengan pasien yang sebenarnya. Perencanaan untuk latihan sering tidak dilakukan sebab staf apatis berpartisipasi. Latihan juga sering gagal mensimulasikan kondisi nyata. Latihan yang dijalankan dengan benar, adalah strategi penting untuk pengukuran dan meningkatkan kesiapan rumah sakit. Evaluator harus berasal dari instansi luar, sehingga ada kebebasan untuk proses dan prosedur kritik. Evaluasi harus memberikan informasi yang relevan yang memandu rumah sakit dalam perubahan apa yang perlu terjadi pada kesiapsiagaan dan respon untuk benar-benar efisien dalam kondisi yang nyata.

DUKUNGAN DARI DALAM DAN DARI LUAR RUMAH SAKITKoordinator utama bencana juga harus bekerja untuk mendaftar dan mendidik pelaku

kunci dari seluruh rumah sakit. Para pelaku kunci adalah pemimpin administrasi seperti bagian gawat darurat, radiologi, pengendalian infeksi, laboratorium dan teknik untuk memperoleh kesiapan seluruh rumah sakit. Komite keamanan rumah sakit atau manajemen komite khusus darurat adalah wadah untuk membawa semua pelaku bersama-sama dan memastikan bahwa mereka berbagi visi bersama untuk benar-benar siap menanggapi peristiwa bencana.

Rumah sakit tidak akan berfungsi sendirian pada saat bencana sehingga administrator rumah sakit juga harus melihat melampaui rumah sakit. Interaksi antar komunitas adalah

Page 4: Manajemen Bencana-Isu Dalam Kesiapan Rumah Sakit

penting karena rumah sakit harus tahu dan membantu membimbing masyarakat untuk memberikan respon terhadap bencana sehingga operasi rumah sakit berjalan sesuai dengan rencana sebab untuk respon optimal dan keberlanjutan rumah sakit selama bencana secara langsung tergantung pada sumber daya dan dukungan yang diterimanya dari lembaga masyarakat lainnya. Sebuah komponen kunci dari interaksi masyarakat adalah respon regional. Rumah Sakit menggunakan rencana saling membantu dan respon regional berencana untuk saling mendukung. Rumah sakit di luar daerah dampak bencana berpotensi bisa mengirim dukungan personel dan peralatan dalam beberapa jam ke rumah sakit.

KESIMPULANRumah sakit harus bangkit dari kondisi saat ini. Pejabat Rumah Sakit yang

menangani bencana harus menggunakan pengaruh mereka untuk memperoleh dukungan terhadap berbagai langkah yang berdampak pada kemampuan rumah sakit untuk mempertahankan operasi selama bencana berskala besar berlangsung. Rumah sakit tidak boleh tertinggal dalam upaya mereka untuk siap diri menghadapi bahaya sehingga merugikan masyarakat.

N a m a : Hyasintus LamaN I M : 115030607111010