Makna Dan Memaknai Hari Kemerdekaan Indonesia

download Makna Dan Memaknai Hari Kemerdekaan Indonesia

of 23

Transcript of Makna Dan Memaknai Hari Kemerdekaan Indonesia

Memaknai Hari Kemerdekaan Indonesia

Sejarah Makna Hari Kemerdekaan Indonesia Jatuhnya bom atom di dua kota Hirosyima dan Nagasaki, membuat Jepang shock. Akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1945, pemerintah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Mendengar berita kekalahan Jepang, para pemuda melihat adanya momentum yang tepat untuk segera memproklamirkan kemerdekaan. Sejarah Makna Hari Kemerdekaan Indonesia ini harus menjadi pelajaran berharga bagi kita generasi para penerus. Sejarah Makna Hari Kemerdekaan Indonesia Namun, harapan para pemuda tidak semulus yang dibayangkan. Golongan tua justru melihat pada saat itu kekuatan Jepang masih terlalu kuat. Akhirnya, timbullah peristiwa penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok. Setelah didesak, akhirnya semua sepakat pada tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan RI diproklamasikan. Sejarah Hari Kemerdekaan Indonesia Namun, disini saya tidak membahas tentang sejarah proklamasi kemerdekaan. Karena, saat ini banyak sekali sejarah yang ditutup-tutupi. Saya mencoba untuk memaknai hari kemerdekaan tersebut. Memaknai berarti mengungkap arti yang tersembunyi dibalik peristiwa tersebut. Dan Alhamdulillah pada hari ini jga umur saya telah bertambah :) Pernahkah kita berpikir kalau pada tanggal 17Agustus 1945 merupakan tanggal yang sakral? Dalam ilmu eksakta (science) susunan angka 17-08-45 merupakan kumpulan bilangan yang memiliki arti mendalam. Angka 17 Dalam ilmu matematika, angka 17 merupakan bilangan prima. Bilangan prima adalah bilangan yang tidak bisa dibagi dengan bilangan berapapun, kecuali bilangan 1 dengan bilangan itu sendiri. Bilangan 17 merupakan bilangan prima ketujuh (2,3,5,7,11,13,17). Oleh karena urutannya (urutan bilangan 17) juga merupakan bilangan prima(7), maka angka 7 juga memiliki arti yang mendalam. Kita semua tahu, kalau didunia ini terdapat 7 Benua yaitu : Asia, Afrika, Australia, Amerika, Amerika Selatan(setelah dibangunnya terusan panama), Antartika, dan Eropa. Terdapat 7 Samudera yaitu : Pasifik Utara, Pasifik selatan, Hindia Barat, Hindia, Atlantik Utara, Atlantik Selatan, dan Arktik. Jika kita kaitkan antara bilangan prima dengan makna kemerdekaan, maka kemerdekaan itu merupakan hak segala bangsa. Dan yang mampu mewujudkan kemerdekaan itu adalah pemerintah dan rakyat. Kernapa bisa begitu? karena sesuai dengan definisi bilangan prima yang

hanya bisa dibagi dengan bilangan 1 dan bilangan itu sendiri. Bilangan 1 disini merepresentasikan pemerintah. Pemerintah yang satu dan berdaulat. Sedangkan bilangan itu sendiri, merepresentasikan rakyat, rakyat dari negara itu sendiri. Angka 8 Dalam ilmu Kimia modern, angka delapan juga memiliki peranan vital. Berdasarkan sistem periodik unsur-unsur Kimia modern yang dikemukakan oleh, Dmitri Mendeleyev, angka 8 merupakan nomor Atom dari Oksigen. Massa atom Oksigen sendiri adalah 16 kali dari massa atom Hidrogen. Jadi, angka 8 merupakan urutan dari atom Oksigen dalam sistem periodik unsur. Kita semua tahu, kalau Oksigen merupakan komponen utama dalam kehidupan. Hampir semua reaksi Kimia memerlukan oksigen. Kita bernafas memerlukan oksigen, tumbuhan juga memerlukan oksigen dalam fotosintesisnya, dan masih banyak yang lain. Jika kita kaitkan dengan kemerdekaan Indonesia, bahwa kemerdekaan itu adalah sesuatu yang mutlak diperlukan oleh semua makhluk. Sama dengan oksigen yang juga dibutuhkan oleh semua makhluk. Jadi, wajar jika seluruh umat di bumi ini berjuang mati-matian untuk mendapatkan kemerdekaan. Angka 45 Dalam ilmu fisika modern, terutama dalam bidang mekanika. Angka 45 sangat berperan dalam menentukan jauhnya jarak tempuh suatu benda. Dalam busur derajat, 45 merupakan sudut yang dapat menghasilkan jarak tempuh terjauh jika kita menembakkan suatu benda terhadap garis horizontal. Misalnya, jika kita menembakan sebuah meriam, maka jarak terjauh dapat dihasilkan jika sudut yang dibentuk sebesar 45 dengan tanah Jika dikaitkan dengan kemerdekaan Indonesia. Cita-cita bangsa ini harus jauh meninggalkan segala bentuk penjajahan. Bukan hanya penjajahan militer, namun juga penjajahan Ekonomi, Sosial, dan Ilmu pengetahuan. Kita harus melakukan akselerasi sekencang-kencangnya agar tidak tertinggal dengan negara lain. Itulah makna yang tersembunyi dibalik angka 17-08-45. Susunan angka tersebut dapat diungkapkan dalam ilmu Matematika, Kimia, dan Fisika. Ketiga bidang ilmu tersebut merupakan bidang ilmu eksakta, yaitu ilmu pasti yang tidak dapat direkayasa. dan kitra semua berharap, semoga kemerdekaan Indonesia saat itu bukan merupakan sebuah rekayasa. Karena itulah Sejarah Hari Kemerdekaan Indonesia harus dimaknai sebaik-baiknya jangan sampai Sejarah Hari Kemerdekaan Indonesia hanya tinggal sejarah tanpa ada makna di dalmnya.

Memaknai Kemerdekaan Dari Perspektif Pembinaan Karakter Bangsa

M. Hatta Rajasa Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. Pendahuluan Bulan Agustus adalah bulan yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia. Setiap bulan ini bangsa Indonesia merayakan sebuah peristiwa yang sangat bersejarah yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945, yaitu diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia. Sampai hari ini bangsa Indonesia telah menikmati alam kemerdekaan selama 62 tahun dan telah mengisinya dengan berbagai aktifitas sebagaimana diamanatkan oleh pendiri bangsa ini. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya, maka perhatian dan penghormatan pada para pahlawan juga telah menjadi tradisi yang hidup pada bangsa besar Indonesia. Bahkan dari waktu ke waktu lingkup kepahlawanan ini pun telah diperluas. Ada pahlawan nasional, ada pahlawan kemerdekaan, ada pula pahlawan Revolusi. Penghargaan kepada para pahlawan bukanlah dalam bentuk pengkultusan individu tertentu, tetapi wujud rasa hormat kepada individu yang telah memperlihatkan pengabdian, pengorbanan, serta jasa tanpa pamrih bagi kejayaan nusa dan bangsa yang diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan berbagai aktifitas pembangunan yang didasari oleh semangat dan karakter kepahlawanan. Esensi dari karakter kepahlawanan adalah kerelaan untuk berbuat sesuatu yang ditujukan untuk mencapai cita-cita besar bangsanya diiringi dengan kesediaan untuk mempertaruhkan jiwa dan raga. Karakter seperti itulah yang menjadi parameter keberhasilan bangsa Indonesia di masa perjuangan fisik. Dalam rangka memperingati hari ulang tahun kemerdekaan RI ke-62 ini, makalah ini akan mengulas kembali pemaknaan kemerdekaan tersebut dari perspektif pembinaan karakter bangsa, khususnya dikaitkan dengan relevansi dan aktualisasi karakter kepahlawanan di masa sekarang ini. Karakter Bangsa Dan Mengisi Kemerdekaan Proklamasi Kemerdekaan RI yang dikumandangkan ke seluruh dunia pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah sebuah produk dari sejumlah konstituen perjuangan yang sangat lengkap. Ada perjuangan yang bersifat politis, yakni melalui pendirian sejumlah partai, ada perjuangan yang bersifat konseptual yakni berbagai aktifitas intelektual yang melahirkan berbagai konsepsi yang di kemudian hari menjadi ideologi bangsa dan ada pula perjuangan yang bersifat fisik yaitu melalui berbagai konflik bersenjata yang telah merenggut ribuan nyawa pahlawan kita. Kumpulan konstituen perjuangan itu bersinergi dengan baik dan dengan kohesivitas yang tinggi, yang pada akhirnya bermuara pada proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Harus diakui bahwa pola sinergi dari berbagai konstituen yang beraneka ragam tersebut hanya dapat dikonvergensikan melalui suatu kerja keras dari individu dan sekelompok masyarakat dengan karakter dan semangat juang yang tinggi. Menterpadukan berbagai konstituen perjuangan yang sangat kompleks tersebut untuk kemudian menjadi sebuah produk yang koheren dan produktif, yaitu kemerdekaan bagi suatu bangsa adalah sebuah upaya yang sangat luar biasa dan hanya mungkin dilakukan oleh manusia-manusia dengan karakter unggul. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa para pendiri bangsa ini adalah generasi manusia Indonesia dengan karakter kepahlawanan yang unggul, yang sanggup merancang skenario masa depan bangsanya, menuju bangsa yang mandiri dan bermartabat. Gagasan pembangunan karakter bangsa unggul telah ada semenjak diproklamirkannya republik ini pada tanggal 17 Agustus 1945. Pimpinan nasional kita yang pertama yakni Bung Karno telah pernah menyatakan perlunya nation and character buildings. Walaupun pernyataan tersebut dalam konteks politik, namun secara eksplisit mengandung arti bahwa pembangunan Indonesia tidak cukup hanya dengan membangun fisik akan tetapi harus termasuk membangun karakter dan budaya bangsa. Beberapa tokoh nasional bangsa ini seperti Ki Hadjar Dewantoro juga menyebutkan tentang perlunya character building sebagai bagian integral dari pembangunan bangsa. Karakter suatu bangsa berperan besar dalam mempertahankan eksistensi dan kemerdekaannya. Cukup banyak contoh empiris yang membuktikan bahwa karakter bangsa yang kuat berperan besar dalam mencapai tingkat keberhasilan dan kemajuan atau progress pembangunan. Contoh pertama adalah Cina. Negeri ini bisa dikatakan tidak lebih makmur dibandingkan dengan Indonesia di era 70 an. Namun dalam kurun waktu kurang dari 30 tahun, dengan disiplin baja dan kerja keras, Cina telah berhasil bangkit menggerakkan mesin produksi nasionalnya. Budaya disiplin Cina tercermin dari berhasilnya negeri ini menekan masalah korupsi di kalangan birokrasinya secara substansial. Sedangkan budaya kerja keras tampak nyata dari semangat rakyat di negeri ini untuk bersedia bekerja selama 7 hari dalam seminggu demi mencapai keunggulan dan kejayaan negerinya. Saat ini Cina tidak saja menjadi negara pengekspor terbesar, akan tetapi bahkan lebih dari itu, produk ekspor Cina semakin banyak yang memiliki kandungan teknologi menengah dan teknologi tinggi. Contoh lain adalah India. Negara ini sekarang telah berhasil menjadi salah satu negara yang sanggup berswasembada pangan. Dengan jumlah penduduk kedua terbanyak di dunia, maka mencapai posisi kesanggupan memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri merupakan prestasi yang membanggakan. Keberhasilan ini didorong oleh karakter kuat bangsa India untuk maju dan membangun dengan kemampuan sendiri atau dikenal dengan istilah budaya swadeshi. Prinsip inilah yang telah membuat India tumbuh menjadi negara paling mandiri di Asia

saat ini. Berbagai kebutuhan hidup mulai dari yang paling sederhana seperti sabun mandi hingga mobil, mesinmesin industri, kapal laut bahkan pesawat terbang dibuat sendiri. Meskipun produk-produk tersebut kualitasnya rendah kalau dibandingkan dengan produk Jepang dan Barat akan tetapi semangat swadeshi telah menjadikan ketergantungan India terhadap produk impor sangat rendah. Ekonomi India bukanlah yang terbaik di Asia, namun hutang luar negeri India nyaris tidak ada. Karakter bangsa-bangsa besar lainnya juga hampir sama. Intinya selalu ada kombinasi antara semangat juang, disiplin dan kerja keras. Karakter bangsa Jerman misalnya, adalah arbeit atau kerja keras. Artinya bagi bangsa Jerman, sukses diperoleh melalui suatu kerja keras dan tanpa lelah. Budaya instan tidak ada dalam kamus bangsa Jerman. Dengan arbeit inilah bangsa Jerman, yang pernah kalah dalam dua kali perang dunia, masih sanggup tampil kembali sebagai salah satu mesin ekonomi dan teknologi terkuat, termaju dan termodern didunia. Pembinaan Karakter Bangsa Di Era Globalisasi Makna kemerdekaan di era globalisasi bukanlah berarti suatu kemandirian total. Hakekat kemerdekaan di era globalisasi adalah suatu kapasitas yang mandiri yang dimiliki oleh suatu bangsa dalam membina keterbukaan dengan bangsa-bangsa lain didunia, berdasarkan prinsip saling melengkapi atau komplementasi, yang saling menguntungkan. Untuk dapat menjalankan prinsip komplementasi yang saling menguntungkan tersebut, maka suatu bangsa dituntut untuk memiliki daya saing atau competitiveness. Parameter daya saing inilah yang selanjutnya berperan penting dalam menentukan setiap dinamika kehidupan berbangsa. Sejalan dengan hal itu, maka kemandirian dan martabat suatu bangsa di era globalisasi akan sangat ditentukan oleh kapasitas bangsa tersebut dalam membina dan mengembangkan suatu pranata ekonomi dan sosial-politik yang menunjang peningkatan daya saing secara terus menerus. Bangsa yang berhasil di era milenium ini adalah bangsa dengan kapasitas daya saing tinggi, yang rakyatnya memiliki kapasitas berpikir yang cerdas, kemampuan imajinasi dan kreasi yang tak terbatas dan mental yang robust atau tahan banting. Bangsa dengan kualitas yang seperti itulah yang akan sanggup berevolusi di era milenium ini dan di masa depan. Sebaliknya tanpa adanya kapasitas daya saing yang tinggi, maka bangsa tersebut tidak akan mampu memberikan komplementasi yang berarti pada sistem sivilisasi global dan memberikan peran pada sektor-sektor ekonomi yang bernilai tambah tinggi. Bangsa yang demikian, walaupun sarat dengan sumber daya alam akan tergusur dan hanya mampu mengembangkan sektor ekonomi dengan nilai tambah rendah, lingkungan yang semakin rusak dan secara budaya akan terjajah. Tanpa adanya upaya dan komitmen bagi suatu bangsa untuk meningkatkan daya saingnya, maka kita sangat berisiko menjadi bangsa yang termarginalkan di era kompetisi global. Lemahnya daya saing suatu bangsa akan mengakibatkan rentannya kemandirian bangsa tersebut karena akan terjebak pada dua perangkap globalisasi atau globalisation trap yaitu perangkap teknologi atau technology trap dan perangkap budaya atau culture trap. Kedua perangkap ini umumnya dengan cepat dapat dialami oleh suatu bangsa dengan karakter yang lemah. Sebagai misal perangkap teknologi akan menjebak sebuah bangsa untuk membangun industri yang hanya berbasiskan pada lisensi atau re-alokasi pabrik tanpa adanya pembinaan kapabilitas teknologi, sehingga bangsa tersebut, meskipun tampaknya dapat memfabrikasi berbagai produk, namun esensinya proses fabrikasi itu sebenarnya hanya dilakukan pada tahapan yang relatif tidak atau kurang penting. Adapun tahapan dari proses yang lebih penting (atau sangat penting) dari proses fabrikasi tersebut masih dikuasai oleh negara asing. Sehingga pada akhirnya bangsa yang demikian aktifitas industrinya akan sangat bergantung dengan entitas asing. Adapun perangkap budaya umumnya adalah dalam bentuk intervensi tata nilai unsur-unsur asing kepada budaya lokal suatu bangsa. Hal ini sangat dimungkinkan sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi serta transportasi yang menjadikan interaksi antar manusia menjadi semakin intensif. Teknologi komputer-jaringan atau internet saat ini telah menjadikan transaksi informasi menjadi sangat mudah. Namun, terkadang amalgamasi atau penggabungan antara tata nilai budaya yang berbeda malah menghasilkan jenis budaya baru yang tidak relevan dengan adat istiadat dasar dari bangsa tersebut. Bahkan sering akhirnya bersifat counter-productive pada pembangunan bangsa yang bersangkutan. Dalam kasus Indonesia, misalnya intervensi budaya hedonistik dan materialis berpotensi untuk melunturkan nilai-nilai budaya dasar Indonesia yaitu kekeluargaan dan relijius. Kedua perangkap yang diulas diatas, haruslah dijadikan sebagai tantangan yang perlu diwaspadai dalam membangun bangsa di era global. Unsur yang sangat penting dalam memperkuat jati diri bangsa dalam menghadapi kedua perangkap tersebut adalah terus menumbuhkembangkan karakter unggul yang dimiliki oleh bangsa ini dan telah dibuktikan aktualisasinya oleh para pendiri bangsa ketika memproklamirkan Kemerdekaan Republik Indonesia. Sekarang ini setelah 62 tahun merdeka, harus diakui bahwa bangsa Indonesia telah mengalami berbagai dinamika proses transformasi karakter bangsa. Dalam kurun waktu tersebut telah cukup banyak dicapai berbagai hasil pembangunan walaupun harus diakui masih banyak beberapa kekurangan yang perlu ditingkatkan pencapaiannya khususnya terkait dengan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat.

Bangsa kita saat ini dihadapkan pada sejumlah paradoks terkait dengan pembangunan karakter bangsa. Di satu pihak, pembangunan bangsa ini telah mencatat sejumlah prestasi, seperti pertumbuhan ekonomi yang membaik dan hampir mencapai target 6% di tahun 2007 ini, kuota ekspor yang terus meningkat, cadangan devisa yang semakin besar dan jumlah penduduk miskin juga telah semakin berkurang. Namun di pihak lain, kita masih menghadapi sejumlah fenomena seperti kasus korupsi, saling memfitnah dalam kehidupan bernegara dan sejumlah ekses lain yang tidak mencerminkan sifat-sifat karakter unggul yang telah pernah dicontohkan oleh para pendiri bangsa ini. Oleh karena itu merombak tatanan suatu bangsa di era globalisasi tidak cukup hanya dengan menjadikan masyarakat bangsa tersebut berada dalam tatanan pola kehidupan demokratis yang menghilangkan batas etnis, pluralitas budaya dan heterogenitas politik, akan tetapi di era knowledge based economy dituntut adanya hal yang lebih dari itu, yakni suatu tatanan masyarakat demokratis yang terus melakukan pembelajaran atau learning society dalam upaya untuk mencapai suatu peningkatan kapasitas pengetahuan yang kontinyu sehingga akan terbentuk suatu masyarakat madani yang berdaya saing atau competitive civil society. Inilah bentuk masyarakat yang mendukung untuk tercapainya kemandirian dan peningkatan martabat bangsa. Makna kemerdekaan dari perspektif pembinaan karakter bangsa adalah ketika suatu bangsa sanggup membentuk masyarakat madani yang berdaya saing. Dan hal itu dapat dilakukan berdasarkan pada dua prinsip. Prinsip yang pertama adalah mengutamakan pemberdayaan karakter bangsa terutama kaum mudanya agar menjadi individu yang kreatif. Dan prinsip yang kedua adalah menciptakan suatu tatanan pembangunan nasional yang bersifat innovation-led development. Atau pembangunan yang berkarakter, yaitu pembangunan yang tidak sekedar mengutamakan aspek fisik belaka, akan tetapi juga menonjolkan aspek pembentukan tata nilai atau value creating sehingga akan memacu terjadinya stimulasi pembentukan karakter yang positif. Mekanisme Institusional dan Pembinaan Karakter Bangsa Salah satu contoh dimana bangsa ini masih memiliki karakter unggul adalah kenyataan bahwa sejumlah anak-anak didik kita meraih prestasi gemilang dengan menjadi juara dunia olimpiade fisika. Sebuah prestasi yang secara implisit memberikan arti penting bahwasanya bangsa Indonesia juga memiliki kemampuan pola pikir logic yang unggul dan setara dengan bangsa-bangsa besar di dunia. Catatan prestasi ini juga bukti empiris bahwasanya masih ada komponen bangsa yang tidak malas dan memiliki karakter kerja keras serta sikap bersaing untuk selalu menjadi yang terbaik di era kompetisi inovasi global atau global innovation race. Anak-anak muda kita yang berprestasi ini jelas merupakan produk institusional bidang pendidikan. Sehingga menjadi jelas bagi kita, bahwasanya untuk pembangunan karakter bangsa maka mekanisme institusional memiliki peran yang sangat penting. Tanpa adanya mekanisme institusional yang kuat, maka akan berpotensi untuk gagalnya suatu induksi positif dari karakter bangsa yang baik, kepada kanal-kanal komponen bangsa lainnya, sehingga karakter positif tersebut tidak dapat di transmisikan ke seluruh denyut pembangunan. Apabila kelemahan mekanisme institusional ini dibiarkan maka akan mengakibatkan erosi dari karakter positif bangsa menuju pada tata nilai yang tidak membangun atau counter-productive. Misalnya, lemahnya mekanisme institusional pada pembangunan karakter bangsa akan mempersulit adanya induksi mentalitas bersaing dari para juara olimpiade fisika kepada komponen bangsa lainnya, sehingga para juara olimpiade fisika ini malah mengalami reduksi kapasitas pengetahuan ketika berinteraksi dengan komponen bangsa lainnya. Pendidikan sebagai mekanisme institusional yang akan mengakselerasi pembinaan karakter bangsa juga berfungsi sebagai arena untuk mencapai tiga hal prinsipil dalam pembinaan karakter bangsa yaitu: Hal pertama adalah pendidikan sebagai arena untuk re-aktifasi sejumlah karakter luhur bangsa Indonesia. Secara historis bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang memiliki karakter kepahlawanan, nasionalisme, sifat heroik, semangat kerja keras serta berani menghadapi tantangan. Kerajaan-kerajaan Nusantara di masa lampau adalah bukti keberhasilan kita membangun karakter yang mencetak tatanan masyarakat maju, berbudaya dan berpengaruh. Bahkan sampai di era 40-an dan 50-an kita pernah bangga menjadi bangsa Indonesia. Dunia mencatat, bahwa di akhir tahun 40-an, Indonesia adalah salah sat u dari sedikit negara yang merdeka dengan perjuangan berat. Kemudian di tahun 50-an kita pernah bangga sebagai bangsa yang menjadi pusat perhatian dunia ketika kita menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung. Sampai dengan tahun 70-an dunia pendidikan tinggi kita masih bisa berbangga, karena menjadi tempat berguru dari sejumlah mahasiswa dan kaum intelektual mancanegara. Memang kita tidak boleh terlena dengan kejayaan masa lampau, akan tetapi menjadikannya sebagai dorongan untuk peningkatan motivasi dan semangat dalam menapak masa depan merupakan satu hal yang diperlukan dalam rangka memupuk mentalitas positif yang harus kita perjuangkan untuk dapat dibangkitkan kembali.

Hal kedua adalah pendidikan sebagai sarana untuk membangkitkan suatu karakter bangsa yang dapat mengakselerasi pembangunan sekaligus memobilisasi potensi domestik untuk peningkatan daya saing bangsa. Untuk yang kedua ini maka perkenankan saya menyampaikan dua karakter penting yakni karakter kompetitif dan karakter inovatif. Karakter kompetitif memiliki esensi sebuah mentalitas dan watak yang mendorong adanya semangat belajar yang tinggi. Pembudayaan karakter ini akan mendorong minat untuk terus melakukan pembelajaran dalam memahami sekaligus mengatasi persoalan yang dihadapi. Karakter kompetitif adalah antagonis atau lawan dari budaya instan, karena karakter kompetitif akan mendorong adanya upaya perbaikan secara terus menerus dan bertahap ketika menghadapi persaingan yang semakin berat. Dalam kenyataannya, hanya dengan karakter kompetitiflah suatu bangsa dapat mempertahankan keunggulan daya saingnya. Bahkan di era knowledge based economy, dengan karakter kompetitiflah, suatu bangsa mempertahankan eksistensinya sebagai bangsa yang merdeka. Karakter inovatif adalah watak dan mentalitas yang selalu mendorong individu dalam melakukan inovasi-inovasi baru pada berbagai hal. Pada hakekatnya inovasi hanya dapat diciptakan setelah melalui serangkaian proses belajar secara kolektif, atau lazim dikenal dengan learning curve. Bangsa yang maju dan modern memiliki sejumlah learning curve yang dapat menjadi dasar bagi tumbuh dan berkembangnya proses inovasi. Mentalitas inovasi tidak lepas dari proses belajar, termasuk belajar dari kesalahan dan kegagalan di masa lalu. Hal ketiga adalah pendidikan sebagai sarana untuk menginternalisasikan kedua aspek diatas yakni re-aktifasi sukses budaya masa lampau dan karakter inovatif serta kompetitif, ke dalam segenap sendi-sendi kehidupan bangsa dan program pembangunan. Internalisasi ini harus berupa suatu concerted efforts dari seluruh masyarakat dan pemerintah. Maka membangun karakter bangsa untuk mencapai kemandirian, harus diarahkan pada perbaikan dan penyempurnaan mekanisme institusional. Untuk melakukan penyempurnaan mekanisme institusional ini, maka pemerintah telah memberikan perhatian besar dalam pengembangan dunia pendidikan nasional. Pendidikan yang baik dan produktif merupakan sarana paling efektif untuk membina dan menumbuhkembangkan karakter bangsa yang positif. Di samping juga peran pendidikan dalam meningkatkan kualitas hidup dan derajat kesejahteraan masyarakat, yang dapat mengantarkan bangsa kita mencapai kemakmuran. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pemerintah telah menetapkan bidang pendidikan sebagai agenda penting dalam pembangunan nasional, sekaligus menjadi prioritas utama dalam rencana kerja pemerintah. Komitmen pemerintah ini ditunjukkan dengan alokasi anggaran yang cukup besar untuk pembangunan sektor pendidikan. Sampai dengan pertengahan tahun 2007 pembangunan dunia pendidikan telah mencapai kemajuan pesat. Kemajuan pendidikan ditunjukan antara lain oleh peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM), serta penurunan angka buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas. Hingga tahun 2006 APM untuk jenjang SD/MI/Paket A setara SD dan yang sederajat, telah mencapai 94,7% dan ditargetkan pada tahun 2007 menjadi 94,8%. Kemajuan pendidikan untuk jenjang SMP/MTs/Paket B setara SMP dan yang sederajat ditunjukan oleh APK yang pada tahun 2006 telah mencapai 88,7% dan diharapkan pada tahun 2007 meningkat menjadi 91,75%. Demikian juga APK untuk jenjang SMA/SMK/MA/SMALB/Paket C setara SMA, pada tahun 2006 meningkat menjadi 60,2%. Sedangkan untuk jenjang pendidikan tinggi, kemajuan pendidikan dicerminkan oleh APK yang hingga tahun 2006 telah mencapai 16,7%. Untuk meningkatkan partisipasi pendidikan, pemerintah terus melanjutkan penuntasan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, antara lain melalui penyediaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk jenjang pendidikan dasar. Penyaluran BOS pada tahun 2006 telah mencakup 39,8 juta siswa dengan dana sebesar Rp10,2 triliun, sedangkan pada tahun 2007 program ini mencakup 41,3 juta siswa dengan alokasi dana sebesar Rp11,6 triliun. Untuk mendukung program peningkatan akses dan perluasan pemerataan pendidikan, pemerintah terus melanjutkan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang diprioritaskan untuk wilayah perdesaan dan terpencil, yang ditempuh antara lain melalui pembangunan SD-SMP Satu Atap dan Pembangunan unit sekolah baru. Selain itu, pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan pendidik melalui: peningkatan kualifikasi akademik bagi 172.000 guru untuk mengikuti pendidikan sarjana (S1) atau Diploma-4 serta sertifikasi untuk guru; serta penyediaan berbagai tunjangan guru sebagaimana diamanatkan dalam UU NO. 14 Tahun 2005 tentang Guru, Dosen dan Tenaga Pengajar pada umumnya. Seluruh aktifitas di atas, ditujukan untuk menyempurnakan mekanisme instusional nasional dalam mengakselerasi pembinaan karakter bangsa yang positif yang akan memacu tercapainya bangsa yang mandiri dan bermartabat. Penutup Kemerdekaan adalah proses pembebasan politik dari penjajahan asing. Pascakemerdekaan adalah masa berlanjutnya proses pembebasan sosial masyarakat dari kemiskinan, ketakpedulian, kebodohan, ketergantungan,

dan berbagai bentuk kendala yang membatasi masyarakat dalam berinovasi, mengembangkan pilihan-pilihan sah, dan dalam menghadapi masa depan. Kedua hal di atas menuntut adanya perjuangan dan kerja keras yang dijiwai oleh karakter unggul. Pengembangan karakter unggul sebuah bangsa adalah kombinasi positif dari berbagai upaya yang difasilitasi oleh suatu mekanisme institusional yang baik. Aktualisasi dari mekanisme institusional adalah memajukan dunia pendidikan, khususnya yang diarahkan pada pembinaan karakter bangsa. Pemerintah dalam kaitan ini telah memberikan komitmennya yang besar untuk memajukan dunia pendidikan nasional. Pembangunan pendidikan akan dilakukan secara seimbang yaitu dengan tetap mempertahankan aspek positif yang telah ada dan ditambahkan dengan yang baru, selanjutnya disinergikan dengan dinamika dan tuntutan global, khususnya dalam meningkatkan daya saing. Memaknai kemerdekaan dari perspektif pembinaan karakter bangsa mengandung arti bahwasanya karakter bangsa tidak saja menentukan kemampuan sebuah bangsa untuk hidup mandiri, akan tetapi lebih dari itu, karakter bangsa bahkan menentukan jalan hidup dan nasib bangsa tersebut.

MAKNA PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN KONSTITUSI PERTAMAFebruary 24th, 2010 Related Filed Under

Manfaat mempelajari materi ini, yaitu dapat mendeskripsikan makna proklamasi kemerdekaan, mendeskripsikan suasana kebatinan konstitusi pertama, menganalisis hubungan antara proklamasi kemerdekaan dan UUD 1945, serta menunjukan sikap positif terhadap makna proklamasi kemerdekaan dan suasana kebatinan konstitusi pertama. A. Makna Proklamasi Kemerdekaan Isi proklamasi : PROKLAMASI Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat singkatnya. Jakarta, 17 Agustus 1945 Atas nama Bangsa Indonesia Soekarno Hatta Proklamasi berasal dari kata proclamation (bahasa Yunani), yang artinya pengumuman kepada seluruh rakyat. Proklamasi menjadi tonggak awal munculnya Negara baru dengan tatanan kenegaraannya yang harus dihormati oleh Negara Negara lain di dunia. Proklamasi kemerdekaan bagi suatu bangsa juga dapat merupakan puncak revolusi, tonggak sejarah perjuangan bangsa yang telah lama dilakukan untuk dapat terbebas dari belenggu penjajah. Proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan oleh Soekarno Hatta memiliki makna bahwa bangsa Indonesia telah menyatakan kepada dunia luar maupun kepada bangsa Indonesia sendiri bahwa sejak saat itu Bangsa Indonesia telah merdeka. Pernyataan didunia luar menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sejak saat itu sudah merdeka dan berdaulat sehingga wajib dihormati oleh Negara Negara lain secara layak oleh suatu bangsa dan Negara yang mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat serta hak dan kewajiban yang sama dengan bangsa bangsa lain yang sudah merdeka dalam pergaulan antarbangsa di dalam hubungan internasional. Sedangkan pernyataan kepada bangsa Indonesia sendiri untuk memberikan dorongan dan rangsangan bagi bangsa Indonesia, bahwa sejak saat itu bangsa Indonesia mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat dengan bangsa bangsa lain yang sudah merdeka dalam pergaulan dunia, sehingga mempunyai kewajiban untuk mengisi dan mempertahankan kemerdekaan yang telah diperoleh dan memperjuangkan tercapainya cita cita nasional bangsa Indonesia. Untuk menyempurnakan berdirinya Negara yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, maka pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang terdiri dari 27 orang anggota dengan Ketua dan Wakil Ketua tetap Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta dalam sidangnya menetapkan dan mengesahkan Undang Undang Dasar Negara sebagai Konstitusi pertama serta memilih Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden. B. Suasana Kebatinan Konstitusi Pertama Agar tujuan Negara dapat tercapai dengan baik dan berhasil guna maka jalannya kehidupan bernegara haruslah dilakukan dengan tertib, teratur dan tentram , sehingga terwujud suatu kedamaian hidup bernegara. Aturan tata tertib hidup bernegara yang menjadi dasar segala tindakan dalam kehidupan Negara sering disebut sebagai hokum dasar atau konstitusi. Konstitusi sering disebut sebagai Undang Undang Dasar, arti kostitusi itu sendiri adalah hokum dasar

yang tertulis dan tidak tertulis. Undang Undang Dasar tergolong hukun dasar yang tertulis, sedangkan hokum dasar yang tidak tertulis adalah aturan aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan Negara, meskipun tidak tertulis. Aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan Negara pada saat orde baru, misalnya pidato kenegaraan Presiden setiap tanggal 16 Agustus di hadapan anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Undang Undang Dasar pada umumnya berisi hal hal sebagai berikut : 1. Organisasi Negara, artinya mengatur lembaga lembaga apa saja yang ada dalam suatu negara dengan pembagian kekuasaan masing masing serta prosedur penyelesaian masalah yang timbul diantara lembaga tersebut. 2. Hak hak asasi manusia. 3. Prosedur mengubah Undang Undang dasar. 4. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari Undang Undang Dasar Sebenarnya Undang Undang Dasar 1945 yang ditetapkan dan disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai konstitusi pertama Negara Republik Indonesia adalah naskah rancangan Undang Undang Dasar yang telah dipersiapkan oleh Badan Penyelidik Usaha usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dengan beberapa Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Badan Penyelidik Usaha usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) merupakan Badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, yang beranggotakan 62 orang bangsa Indonesia, dan bersidang sejak tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 16 Juli 1945 mempersiapkan segala sesuatu untuk sebuah Negara baru termasuk mempersiapkan sebuah Rancangan Undang undang Dasar. Undang undang Dasar 1945 merupakan wujud persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang senasib dan sepenanggunan sebagai bekas bangsa jajahan Belanda dan Jepang sehingga Undang undang Dasar 1945 ini memiliki nilai pemersatu bangsa. Undang undang Dasar 1945 sebagai Konstitusi pertama bangsa Indonesia didalamnya terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian pembukaan, bagian batang tubuh dan bagian penutup. 1. Bagian Pembukaan Merupakan suasana kebatinan dari Undang undang Dasar 1945. Terdiri dari 4 pokok pikiran, yaitu :1. Pokok pikiran pertama, yaitu: Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. 2. Pokok pikiran kedua, yaitu: Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. 3. Pokok pikiran ketiga, yaitu: Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan / perwakilan. 4. Pokok pikiran keempat, yaitu: Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap.

2. Bagian Batang Tubuh

Memuat pasal pasal yang menciptakan pokok pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang undang Dasar 1945. Pokok pokok pikiran tersebut mewujudkan cita cita hokum yang menguasai hokum dasar Negara, baik hokum tertulis maupun hokum tidak tertulis. Nilai nilai yang terkandung dalam pasal pasal pada Batang Tubuh Undang undang Dasar 1945 adalah bahwa Negara Indonesia merupakan suatu Negara demokrasi mewarnai isi pasal pasal dalam Batang Tubuh Undang undang Dasar 1945. Nilai dasar demokrasi yang terpenting adalah bahwa pemerintahan dilakukan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Nilai nilai dasar demokrasi antara lain : a. keterlibatan warga Negara dalam pengambilan keputusan politik b. perlakuan dan kedudukan yang sama c. kebebasan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia d. sistem perwakilan e. pemerintahan berdasarkan hokum f. sistem pemilihan yang menjamin pemerintahan oleh mayoritas g. pendidikan rakyat yang memadai Dalam penerapan nilai nilai demokrasi diperlukan lembaga penopang demokrasi. Lembaga penopang demokrasi tersebut antara lain : a. pemerintahan yang bertanggung jawab b. DPR yang dipilih dengan pemilu yang jujur dan adil c. sistem dwipartai / lebih / multi partai d. pers yang bebas e. sistem peradilan yang bebas dan mandiri 3. Bagian Penutup Terdiri dari aturan peralihan yang terdiri dari empat asal, dan aturan Tambahan yang terdiri dari dua ayat. Bagian penutup ini merupakan aturan dasar untuk mengatasi kekosongan hokum yang ada bagi suatu Negara baru dengan pemerintahan yang baru. C. Hubungan Antara Proklamasi Kemerdekaan dan UUD 1945 Makna proklamasi kemerdekaan yaitu pernyataan bangsa Indonesia kepada diri sendiri maupun kepada dunia luar bahwa bangsa Indonesia telah merdeka dan tindakan tindakan yang segera harus dilaksanakan berkaitan dengan pernyataan kemerdekaan itu. Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945 merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Apa yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 telah di jabarkan kedalam pasal pasal yang ada dalam batang tubuh UUD 1945. Pokok pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 dijelma dalam pasal pasal Undang undang Dasar 1945. Dapat di simpulkan bahwa pembukaan Undang undang Dasar 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan pasal Undang undang Dasar 1945. D. Sikap Positif terhadap Makna Proklamasi Kemerdekaan dan Suasana Kebatinan Konstitusi Pertama Sikap positif terhadap makna Proklamasi Kemerdekaan berarti menghargai perjuangan para pahlawan bangsa dan sikap positif terhadap suasana kebatinan dan nilai nilai konstitusi

pertama berarti menjunjung tinggi cita cita kehidupan bernegara dan tata hokum didalam kehidupan Negara yang didirikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan, aktivitas dan perbuatan yang mengarah kepada tercapainya tujuan Nasional dalam tata aturan bernegara yang sesuai dengan hokum dasar Negara. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan : 1. Selalu takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Berlaku jujur dalam setiap kata dan perbuatannya 3. Menghormati dan menjunjung tinggi hokum yang berlaku 4. Menghargai perbedaan pendapat 5. Berlaku adil dalam mengambil keputusan 6. Berperan serta dalam pelaksanaan pemilu 7. Mendukung segala kebijakan politik pemerintah yang merakyat 8. Rela berkorban untuk membela tanah air dari serangan musuh 9. Selalu setia mempertahankan keutuhan wilayah Negara 10. Krisis terhadap kondisi kehidupan kesengsaraan rakyat Sumber : Buku Pendidikan Kewarganegaraan SMP kelas VII Manfaat mempelajari materi ini, yaitu dapat mendeskripsikan makna proklamasi kemerdekaan, mendeskripsikan suasana kebatinan konstitusi pertama, menganalisis hubungan antara proklamasi kemerdekaan dan UUD 1945, serta menunjukan sikap positif terhadap makna proklamasi kemerdekaan dan suasana kebatinan konstitusi pertama. A. Makna Proklamasi Kemerdekaan Isi proklamasi : PROKLAMASI Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat singkatnya. Jakarta, 17 Agustus 1945 Atas nama Bangsa Indonesia Soekarno Hatta Proklamasi berasal dari kata proclamation (bahasa Yunani), yang artinya pengumuman kepada seluruh rakyat. Proklamasi menjadi tonggak awal munculnya Negara baru dengan tatanan kenegaraannya yang harus dihormati oleh Negara Negara lain di dunia. Proklamasi kemerdekaan bagi suatu bangsa juga dapat merupakan puncak revolusi, tonggak sejarah perjuangan bangsa yang telah lama dilakukan untuk dapat terbebas dari belenggu penjajah. Proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan oleh Soekarno Hatta memiliki makna bahwa bangsa Indonesia telah menyatakan kepada dunia luar maupun kepada bangsa Indonesia sendiri bahwa sejak saat itu Bangsa Indonesia telah merdeka. Pernyataan didunia luar menunjukkan

bahwa bangsa Indonesia sejak saat itu sudah merdeka dan berdaulat sehingga wajib dihormati oleh Negara Negara lain secara layak oleh suatu bangsa dan Negara yang mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat serta hak dan kewajiban yang sama dengan bangsa bangsa lain yang sudah merdeka dalam pergaulan antarbangsa di dalam hubungan internasional. Sedangkan pernyataan kepada bangsa Indonesia sendiri untuk memberikan dorongan dan rangsangan bagi bangsa Indonesia, bahwa sejak saat itu bangsa Indonesia mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat dengan bangsa bangsa lain yang sudah merdeka dalam pergaulan dunia, sehingga mempunyai kewajiban untuk mengisi dan mempertahankan kemerdekaan yang telah diperoleh dan memperjuangkan tercapainya cita cita nasional bangsa Indonesia. Untuk menyempurnakan berdirinya Negara yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, maka pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang terdiri dari 27 orang anggota dengan Ketua dan Wakil Ketua tetap Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta dalam sidangnya menetapkan dan mengesahkan Undang Undang Dasar Negara sebagai Konstitusi pertama serta memilih Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden. B. Suasana Kebatinan Konstitusi Pertama Agar tujuan Negara dapat tercapai dengan baik dan berhasil guna maka jalannya kehidupan bernegara haruslah dilakukan dengan tertib, teratur dan tentram , sehingga terwujud suatu kedamaian hidup bernegara. Aturan tata tertib hidup bernegara yang menjadi dasar segala tindakan dalam kehidupan Negara sering disebut sebagai hokum dasar atau konstitusi. Konstitusi sering disebut sebagai Undang Undang Dasar, arti kostitusi itu sendiri adalah hokum dasar yang tertulis dan tidak tertulis. Undang Undang Dasar tergolong hukun dasar yang tertulis, sedangkan hokum dasar yang tidak tertulis adalah aturan aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan Negara, meskipun tidak tertulis. Aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan Negara pada saat orde baru, misalnya pidato kenegaraan Presiden setiap tanggal 16 Agustus di hadapan anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Undang Undang Dasar pada umumnya berisi hal hal sebagai berikut : 1. Organisasi Negara, artinya mengatur lembaga lembaga apa saja yang ada dalam suatu negara dengan pembagian kekuasaan masing masing serta prosedur penyelesaian masalah yang timbul diantara lembaga tersebut. 2. Hak hak asasi manusia. 3. Prosedur mengubah Undang Undang dasar. 4. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari Undang Undang Dasar Sebenarnya Undang Undang Dasar 1945 yang ditetapkan dan disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai konstitusi pertama Negara Republik Indonesia adalah naskah rancangan Undang Undang Dasar yang telah dipersiapkan oleh Badan Penyelidik Usaha usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dengan beberapa Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Badan Penyelidik Usaha usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) merupakan Badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan Jepang untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, yang beranggotakan 62 orang bangsa Indonesia, dan bersidang sejak tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 16 Juli 1945 mempersiapkan segala sesuatu untuk sebuah Negara baru termasuk mempersiapkan sebuah Rancangan Undang undang Dasar. Undang undang Dasar

1945 merupakan wujud persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang senasib dan sepenanggunan sebagai bekas bangsa jajahan Belanda dan Jepang sehingga Undang undang Dasar 1945 ini memiliki nilai pemersatu bangsa. Undang undang Dasar 1945 sebagai Konstitusi pertama bangsa Indonesia didalamnya terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian pembukaan, bagian batang tubuh dan bagian penutup. 1. Bagian Pembukaan Merupakan suasana kebatinan dari Undang undang Dasar 1945. Terdiri dari 4 pokok pikiran, yaitu :1. Pokok pikiran pertama, yaitu: Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. 2. Pokok pikiran kedua, yaitu: Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. 3. Pokok pikiran ketiga, yaitu: Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan / perwakilan. 4. Pokok pikiran keempat, yaitu: Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap.

2. Bagian Batang Tubuh Memuat pasal pasal yang menciptakan pokok pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan Undang undang Dasar 1945. Pokok pokok pikiran tersebut mewujudkan cita cita hokum yang menguasai hokum dasar Negara, baik hokum tertulis maupun hokum tidak tertulis. Nilai nilai yang terkandung dalam pasal pasal pada Batang Tubuh Undang undang Dasar 1945 adalah bahwa Negara Indonesia merupakan suatu Negara demokrasi mewarnai isi pasal pasal dalam Batang Tubuh Undang undang Dasar 1945. Nilai dasar demokrasi yang terpenting adalah bahwa pemerintahan dilakukan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Nilai nilai dasar demokrasi antara lain : a. keterlibatan warga Negara dalam pengambilan keputusan politik b. perlakuan dan kedudukan yang sama c. kebebasan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia d. sistem perwakilan e. pemerintahan berdasarkan hokum f. sistem pemilihan yang menjamin pemerintahan oleh mayoritas g. pendidikan rakyat yang memadai Dalam penerapan nilai nilai demokrasi diperlukan lembaga penopang demokrasi. Lembaga penopang demokrasi tersebut antara lain : a. pemerintahan yang bertanggung jawab b. DPR yang dipilih dengan pemilu yang jujur dan adil c. sistem dwipartai / lebih / multi partai d. pers yang bebas e. sistem peradilan yang bebas dan mandiri

3. Bagian Penutup Terdiri dari aturan peralihan yang terdiri dari empat asal, dan aturan Tambahan yang terdiri dari dua ayat. Bagian penutup ini merupakan aturan dasar untuk mengatasi kekosongan hokum yang ada bagi suatu Negara baru dengan pemerintahan yang baru. C. Hubungan Antara Proklamasi Kemerdekaan dan UUD 1945 Makna proklamasi kemerdekaan yaitu pernyataan bangsa Indonesia kepada diri sendiri maupun kepada dunia luar bahwa bangsa Indonesia telah merdeka dan tindakan tindakan yang segera harus dilaksanakan berkaitan dengan pernyataan kemerdekaan itu. Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945 merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Apa yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 telah di jabarkan kedalam pasal pasal yang ada dalam batang tubuh UUD 1945. Pokok pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 dijelma dalam pasal pasal Undang undang Dasar 1945. Dapat di simpulkan bahwa pembukaan Undang undang Dasar 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan pasal Undang undang Dasar 1945. D. Sikap Positif terhadap Makna Proklamasi Kemerdekaan dan Suasana Kebatinan Konstitusi Pertama Sikap positif terhadap makna Proklamasi Kemerdekaan berarti menghargai perjuangan para pahlawan bangsa dan sikap positif terhadap suasana kebatinan dan nilai nilai konstitusi pertama berarti menjunjung tinggi cita cita kehidupan bernegara dan tata hokum didalam kehidupan Negara yang didirikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan, aktivitas dan perbuatan yang mengarah kepada tercapainya tujuan Nasional dalam tata aturan bernegara yang sesuai dengan hokum dasar Negara. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan : 1. Selalu takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Berlaku jujur dalam setiap kata dan perbuatannya 3. Menghormati dan menjunjung tinggi hokum yang berlaku 4. Menghargai perbedaan pendapat 5. Berlaku adil dalam mengambil keputusan 6. Berperan serta dalam pelaksanaan pemilu 7. Mendukung segala kebijakan politik pemerintah yang merakyat 8. Rela berkorban untuk membela tanah air dari serangan musuh 9. Selalu setia mempertahankan keutuhan wilayah Negara 10. Krisis terhadap kondisi kehidupan kesengsaraan rakyat

Memaknai HUT Kemerdekaan RI di Bulan Suci RamadanTahun ini HUT Kemerdekaan RI yang ke- 66 tentunya akan menjadi moment yang begitu mengesankan bila kita melihat secara lebih dalam akan makna HUT RI yang bertepatan dengan hadirnya bulan suci Ramadhan bulan yang penuh berkah, hikmah dan keampunan. Makna kemerdekaan yang dicita-citakan oleh pejuang kemerdekaan zaman dahulu adalah bangsa ini bebas menentukan nasib, bebas menentukan tujuan hidup bangsanya yang tidak dianulir oleh bagsa lain bebas menetukan arah bangsa dalam melaksanakan sesuatu yang tentunya berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan untuk mencitacitakan hal tersebut tentunya tidak semudah mebalikkan telapak tangan dan sebagaimana yang kita ketahui setelah diproklamsikannya Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 berbagai rongronggan yang datang menghapi bagsa ini, seperti masuknya Sekutu yang diboncengi oleh Belanda (NICA) ke berbagai wilayah Indonesia, dan Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949, selang empat tahun setelah proklamasi kemerdekaan RI pengakuan ini dilakukan ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan) ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam, Belanda . Terdapat banyak sekali peristiwa sejarah pada masa itu, pergantian berbagai posisi kabinet, Aksi Polisionil oleh Belanda, berbagai perundingan, dan peristiwa-peristiwa sejarah lainnya, begitulah sedikit catatan sejarah bangsa ini yang menjadi catatan yang tak mungkin untuk kita lupakan. Merdeka tidak selalu berarti bebas, hidup dan kehidupan ini mempunyai aturan dan ramburambu yang harus selalu kita ikuti dan kalau kita hubungkan dengan pelaksanaan ibadah puasa tentu saja mempunyai kolerasi dengan ibadah puasa yang kita jalankan saat ini. Puasa adalah menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa mulai terbit pajar hingga terbenamnya matahari, puasa bukan saja dapat membebaskan manusia dari belenggu hawa nafsu tetapi dapat menuntun manusia ke arah yang lebih baik dalam hidup dan kehidupan ini, memahami penderitaan orang lain, saling berbagi dengan sesama yang karna pada fitrahnya manusia adalah mahluk yang sama disisi Alla SWT. Memerdekakan hawa nafsu di bulan ramadhan bukan berarti bebas bertindak melakukan segala sesuatu sekehendak hati semua itu ada batasnya, sama halnya dengan makna dan arti Kemerdekaan berbangsa dan bernegara ada aturan merdeka yang harus kita ikuti yang kalau dilanggar tentu saja akan menyebabkan kekacauan dalam berbangsa dan bernegara. Kemerdekaan yang terlalu bebas tentunya akan dapat menganggu kesetabilan bangsa ini. Disini penulis coba memaparkan beberapa pengertian merdeka yang mungkin menjadi pola pikir pada masing-masing kita dan mudah-mudahan tidak ada dalam arti merdeka seperti ini: (1) merdeka, bagi golongan kapitalis atau pemodal ialah memperoleh keuntungan yang berlipat ganda, jika pemikiran ini diterapkan tentu saja dapat mengesampingkan nilai kemanusiaan dimana moral tidak membawa sebarang arti, tanpa memperhatikan aturan agama dan mungkin uang akan menjadi yang maha kuasa. (2) merdeka, bagi golongan yang berkuasa adalah mempertahankan kekuasaan yang mungkin dengan melakukan berbagai cara, tanpa kekuasa mungkin semuanya menjadi hampa. Pemikiran yang berkecamuk adalah bagaimana mempertahankan kekuasaan, segala usaha bagi mempertahankan kuasa adalah halal. Selagi kuasa di tangan, tiada apa yang boleh dianggap salah. Semuanya bisa diatur, diarah dan dipaksa.

(3) merdeka, bagi yang belum mendapatkan kekuasaan adalah berpikir bagaimana mendapatkan kekuasaan, yang salahnya adalah terkadang harus menjual prinsip, mengadaikan akhlak dan mengorbankan saudara dan teman dekat, demi mendapatkan kekuasaan tersebut. (4) merdeka, bagi kalangan pemuda mungkin saja adalah bebas tanpa batasan. Jika pemikiran merdeka bebas tanpa batas ada dikalangan pemuda tentunya dapat kita pastikan apa yang akan tejadi pada masa depan Negara ini. Begitu banyak dan beragam pengertian merdeka bagi tiap individu, kerana banyak dan beragama inilah menyebabkan kita keliru dan sampai saat ini masih keliru dan tidak memahami apakah makna sebenarnya merdeka bagi Negara ini dan bagi kita semua sebagai masyarakat. Sesungguhnya Islam lahir membawa misi kemerdekaan dan kebebasan serta ingin mengantarkan segenap manusia kembali kepada fitrah mereka yang suci. Misi kemerdekaan dan kebebasan yang diperjuangkan oleh Islam merupakan inti dari idiologi yang benar yaitu tahrirul ibad min ibaadatil ibaad ilaa ibaadati rabbil ibad , membebaskan manusia dari penghambaan, belenggu, dari ketergantungan kepada sesama manusia menuju penghambaan dan pengabdian yang totalitas kepada Tuhan sang pencipta makhluk alam ini. Allah menyebutkan didalam surat Ibrahim ayat 1-2. Sumbangan para pahlawan serta umat Islam dan pemuka agama lainnya begitu besar dan menentukan dalam perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajah dan meraih kemerdekaan. Betapa kontribusi mereka yang sangat bernilai dimata bangsa ini harus senantiasa dijadikan suatu semangat untuk mengukir prestasi sebagai bentuk relisasi dari rasa syukur kepada Allah swt. Saatnya kita menjadikan momentum kemerdekaan ini untuk meneladani perjuangan para pahlawan negeri ini, meneruskan perjuangan mereka dan membawa kemerdekaan ini menuju kemerdekaan yang totalitas dalam segala arti dan bentuknya. Seandainya setiap kita bisa menagkap makna kemerdekaan yang hakiki ini tentunya tidak akan dianggap remeh oleh bangsa lain begitu juga dimata Tuhan, kemerdekaan di bulan suci ramadhan adalah kemerdekaan yang disucikan disini mengandung arti bahwa sebagai bangsa kita dimerdekakan yang seterusnya kemerdekaan ini disucikan yang dengan tujuan agar lebih terarah, bersih untuk melangkah kemasa depan yang penuh dengan harapan. Mencintai tanah air adalah bagian dari iman. Berpuasa Ramadhan juga adalah bagian dari iman, bahkan wajib hukumnya; Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Dari hadits dan ayat tersebut ada keterkaitan yang sangat erat dalam perayaan kemerdekaan di Bulan Suci Ramadhan. Setiap orang yang beriman dituntut untuk memelihara kesucian dirinya baik lahir maupun batin. Kesyukuran yang tertinggi bagi kita bukan hanya bangsa ini telah meraih kemerdekaan, tetapi kesyukuran kita selaku umat Islam adalah bahwa kita tidak sekedar menjadi penonton didalam mengisi kemerdekaan ini, tapi semampu mungkin menjadi pemain dan ikut ambil bagian sesuai dengan bidangnya masingmasing. Akhir dari tulisan ini penulis mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa mohon maaf atas segala kekurangan terutama dalam tulisan ini semoga apapun yang kiranya baik bagi pemahaman kita akan menjadi perubahan dalam kehidupan ini. Semoga. Merdeka!!!

Arti Kemerdekaan Yang SesungguhnyaAugust 15th, 2011 Mukti Effendi Leave a comment Go to comments

17 Agustus tahun 1945. Tahun yang bersejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia. Tahun yang tak akan pernah terlupakan dalam benak seluruh bangsa. Saat itu bangsa di bawah komando Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muh. Hatta memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia telah menjadi

negara yang berdaulat, memegang dan mengatur negera sendiri. Merdeka dari cengkraman kekuasaan penjajah yang telah menjajah selama ratusan tahun lamanya. Proklamasi kemerdekaan juga sebagai bentuk pengakuan kepada dunia bahwa segala bentuk penjajahan tidak sesuai dengan hak asasi manusia sehingga harus dihapuskan dari permukaaan bumi. Ratusan tahun Indonesia dijajah. Telah mengalami banyak penderitaan. Telah bosan dengan berbagai kesengsaraan karena tindasan para penjajah. 66 tahun bangsa ini telah merdeka. Apa kita benar-benar telah merdeka? Apa yang telah kita lakukan untuk negeri ini setelah kita lepas dari belitan belenggu penjajahan? Kalau kita menoleh ke belakang ke masa Nabi Muhammad sebagai ibarat. Dalam suatu perang melawan orang kafir. Perang badar adalah perang yang sangat besar dan luar biasa dahsyat. Banyak para sahabat nabi yang gugur sebagai syahid. Bahkan paman Nabi Sayyidina Hamzah yang paling dibanggakan Nabi gugur juga sebagai syahid. Yang paling mengenaskan adalah Sang yahid dibelah dadanya oleh seorang wanita bernama Hindun kemudian hati hamzah dimakan. Nabi sempat menitikkan air mata menahan haru. Tapi apa kata nabi, kita telah menghadapi perang kecil dan akan menuju perang yang lebih besar. Para sahabat heran dan bertanya, wahai Rosulullah, gerangan perang apakah yang lebih besar dari perang yang telah kita hadapi ini. Nabi dengan tersenyum bersabda, perang melawan Hawa Nafsu adalah perang terbesar yang harus kalian hadapi. Kemerdekaan telah diproklamirkan. Dunia sudah tahu bahwa bangsa Indonesia telah menjadi bangsa berdaulat, menjadi bangsa yang Merdeka, bebas lepas dari penjajah. Tapi apakah kita telah merdeka dengan kemerdekaan yang sesungguhnya? Kalau kita berkaca kepada pristiwa Nabi dan Sahabatnya tadi, bahwa kita lepas dan merdeka dari bentuk penjajahan yang kecil dan pasti akan menghadapi bentuk penjajahan yang lebih besar. Yaitu penjajahan oleh hawa nafsu. Penjahan oleh hawa nafsu yang ada di dalam diri kita adalah bentuk penjajah yang jauh lebih berat. Diperlukan kekuatan batin untuk melawannya. Hawa nafsu adalah keinginan hewani manusia. Ingin harta, ingin wanita, ingin kendaraan, ingin hiburan, ingin tahta dan kekuasaan dan bentuk-bentuk ingin yang lain. Semua adalah hawa nafsu yang wajib kita kendalikan. Jangan sampai dibiarkan membelenggu kita sebagai bangsa Indonesia. Masih banyak kita temukan di antara kita masih menghalalkan segala bentuk cara untuk untuk mendapatkan dan memenuhi keinginan keinginan-keinginan tersebut. Adanya korupsi, sogok menyogok, bentuk-bentuk kejahatan, dan lain-lain menunjukkan bahwa kemerdekaan yang sesungguhnya belum kita dapatkan. Kemerdekaan yang sesungguhnya adalah kebebasan dari belenggu penjajahan hawa nafsu dalam diri kita. Nafsu wajib kita kendalikan. Bukan kita yang dikendalikan hawa nafsu. Semoga kita bangsa Indonesia semakin bisa memaknai kemerdekaan ini dengan kemerdekaan yang sesungguhnya. Sehingga bisa bebas lepas seperti burung yang terbang dari belenggu penjajahan hawa nafsu. Momentum Ramadhan jika dikaitkan dengan peringatan kemerdekaan sungguh sangat tepat. Suasana ramadhan, di mana Ummat Islam di seluruh dunia melaksanakannya, mengekang dan menahan tidak hanya dari rasa lapar, juga menahan hawa nafsu berbuat hal-hal yang tidak baik. Terbebas dari belenggu hawa nafsu adalah misi dari pelaksanaan puasa itu sendiri. Insya Allah bangsa ini akan semakin jaya dan besar. Jadi kemerdekaan tidak hanya diperingat dengan upacara semata. Tapi juga dijadikan bahan perenunggan untuk melangkah dan menatap masa depan yang lebik lagi. Semoga tercapai. Amien Ya Fattahulalim

Suara Muria 22 Agustus 2006

Share :

Memaknai KemerdekaanPRESIDEN pertama RI Bung Karno, dalam pidatonya berjudul "Res Publica" di depan Sidang Pleno Konstituante pada 22 April 1959, mengajak untuk kembali ke UUD 1945. "Kita bertanya, mengapa kemerosotan, mengapa disintegrasi, mengapa afglijdingsperoces" itu berjalan terus di semua lapangan di bidang politik, militer dan sosial ekonomi? .Jawabnya tak lain ialah karena kita nyeleweng. Nyeleweng di semua lapangan. Nyeleweng di semua bidang dari jiwa dan semangat UUD Proklamasi 17 Agustus 1945. Kita bersalah mulai memandang UUD 1945 itu sebagai dokumen yang mempunyai arti historis belaka. Kita bersalah memproklamasikan Proklamasi kemerdekaan

Indonesia, dengan memperingatinya tiap-tiap tahun tanggal 17 Agustus secara adat kebiasaan atau sleur belaka, " demikian Bung Karno Sebagai salah satu pelaku sejarah, Bung Karno memahami betul proses terwujudnya Negara Proklamasi 17 Agustus 1945 berdasarkan UUD 1945. Itulah sebabnya, wajar jika selalu mengingatkan akan makna pentingnya jiwa dan semangat yang melatarbelakangi lahirnya UUD 1945. Apakah dasar-dasar penyelenggara pemerintahan negara yang tertuang datam Pembukaan UUD 1945 itu Pancasila? Menurut Bung Hatta --salah seorang Proklamator disamping Bung Karno --, maka jawabnya betul. Jawaban itu terabadikan dalam artikelnya berjudul "Demokrasi Kita". Ditegaskan, "jika diperhatikan benar-benar, Pancasila itu terdiri atas dua fondamen. Pertama, fondamen moral yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Kedua, fondamen politik yaitu perikemanusiaan, persatuan Indonesia, demokrasi dan keadilan sosial. Dengan politik pemerintahan yang berdasarkan kepada moral yang tinggi diharapkan tercapainya -seperti tertulis di dalam Pembukaan itu- "suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. " Menurut hemat penulis, budaya menegakkan kebaikan, kejujuran, keadilan, kebenaran dan persaudaraan berlandaskan moral Ketuhanan - tanpa dikaitkan dengan agama tertentu- itulah esensi atau hakikat dari Pancasila. "Maka dari itu, jika bangsa Indonesia ingin supaya Pancasila yang saya usulkan itu menjadi satu realitet, yakni jika kita ingin hidup menjadi satu bangsa, satu nationalitet yang merdeka, ingin hidup sebagai anggota dunia yang merdeka, yang penuh dengan perikemanusiaan, ingin hidup di atas dasar permusyawaratan, ingin hidup sempurna dengan socialerechtvaardigheid, ingin hidup dengan sejahtera dan aman, dengan Ketuhanan yang luas dan sempurna - janganlah lupa akan syarat untuk menyelenggarakannya ialah perjuangan," demikian Bung Karno dalam "Lahirnya Pancasila." Makna Peringatan Peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan akan lebih bermakna manakala kegiatannya dimulai dari tanggal 29 Mei, saat dibukannya Sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Lantas, 1 Juni Bung Karno menyampaikan dasar Indonesia Merdeka berupa ideologi negara Pancasila. Setelah itu terjadinya kompromi antara faham Islam dengan faham kebangsaan berupa "Piagam Jakarta" yang oleh Panitia Sembilan (diketuai Bung Karno) ditandatangani 22 Juni 1945. Lalu, terjadinya perdebatan mengenai munculnya "Piagam Jakarta" pada Sidang Pleno BPUPKI pada 14 7uli 1945. Kemudian, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Terakhir adalah peranan Bung Hatta sebagai Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indoesia (PPKI) menjelang berlangsungnya Sidang Pertama PPKI 18 Agustus 1945 dalam memelopori penghapusan "tujuh buah kata" di belakang dasar Ketuhanan. Sejalan dengan itu disahkanlah UUD 1945. Apa makna yang bisa dipetik di balik serangkaian peringatan HUT Kemerdekaan? Hal itu mengingatkan "Negara Proklamasi 17 Agustus 1945 berdasarkan UUD 1945" tidak lahir karena perjuangan seorang atau sesuatu golongan saja. Tapi berkat pengamalan dan penghayatan budi luhur yang bertumpu pada moral Ketuhanan oleh pendiri negara selaku wakil-wakil Bangsa Indonesia tanpa mengenal suku, agama maupun golongan.

Di tengah derasnya arus demokratisasi, kita sependapat perlunya merapatkan barisan dan kerja keras membangun "modal sosial" berlandaskan kecerdasan budaya. Sasarannya agar mampu menjawab dinamika tantangan zaman pada masa mendatang yang multikompleks.(11) --- Amat Iskandar, sekretaris umum Dewan Pimpinan Daerah Badan Pembudayaan Kejuangan (DHD BPK) 45 Prov Jawa Tengah

Makna Kemerdekaan dalam Alquran [8/18/2008 06:04:00 AM | 0 comments ] KEMERDEKAAN memiliki beragam makna. Proklamasi 17 Agustus 1945 yang dibacakan Soekarno tidak secara eksplisit menerangkan apa makna kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Ketika Soekarno menyatakan kemerdekaan bangsa Indonesia, tentu yang dimaksudnya adalah kemerdekaan dari penjajahan Jepang. Tetapi apa makna kemerdekaan itu bagi rakyat Indonesia merupakan tugas para generasi setelahnya untuk menjawabnya. Karena itu, dalam Pembukaan UUD 1945 ditegaskan bahwa kemerdekaan adalah pintu gerbang menuju cita-cita kebangsaan dan keindonesiaan yang sejati. Apa makna kemerdekaan bagi kita? Sebagai bagian terbesar dari bangsa Indonesia, umat Islam dapat mengambil makna kemerdekaan tersebut dari Alquran. Dalam kitab suci ini ditunjukkan berbagai kisah kemerdekaan orang-orang terdahulu yang dapat mengilhami kita, bagaimana seharusnya menjadi bangsa merdeka di era globalisasi. Pertama, makna kemerdekaan dapat diambil dari kisah Nabi Ibrahim ketika ia membebaskan dirinya dari orientasi asasi yang keliru dalam kehidupan manusia. Dalam Surat Al-Anam Ayat 76-79 dikisahkan perjalanan spiritual Nabi Ibrahim dalam mencari Tuhan. Pencarian spiritual tersebut merupakan upaya Ibrahim dalam membebaskan hidupnya dari orientasi hidup yang diyakininya keliru, namun hidup subur dalam masyarakatnya. Seperti diketahui, masyarakat Ibrahim saat itu menyembah berhala. Bagi Ibrahim, penyembahan terhadap berhala merupakan kesalahan besar. Sebab manusia telah melakukan penghambaan yang justru menjatuhkan harkat dan martabat dirinya sebagai manusia. Bentuk penghambaan yang menjatuhkan harkat-martabat manusia seperti itu juga terjadi pada

era modern. Penghambaan terhadap materialisme dan hedonisme telah mengantarkan manusia modern untuk melakukan korupsi tanpa perasaan bersalah, mengorbankan nyawa-nyawa tak berdosa, menghalalkan berbagai cara untuk meraih kursi dan posisi, dan seterusnya. Penghambaan-penghambaan yang demikian bukan hanya melukai harkat-martabat manusia, namun juga menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, yang hakikatnya menjadi tujuan dari proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 63 tahun yang lalu. Kedua, makna kemerdekaan juga dapat dipetik dari kisah Nabi Musa ketika membebaskan bangsanya dari penindasan Firaun. Kekejaman rezim Firaun terhadap bangsa Israel dikisahkan dalam berbagai ayat Alquran. Rezim Firaun merupakan representasi komunitas yang menyombongkan diri dan sok berkuasa di muka bumi (mustakbirun fi al-ardh). Keangkuhan rezim penguasa ini membuat mereka tak segan membunuh dan memperbudak kaum laki-laki bangsa Israel dan menistakan kaum perempuannya. Keangkuhan inilah yang mendorong Musa tergerak memimpin bangsanya untuk membebaskan diri dari penindasan, dan akhirnya meraih kemerdekaan sebagai bangsa yang mulia dan bermartabat (QS Al-Araaf:127, Al-Baqarah:49, dan Ibrahim:6). Mengakhiri Keangkuhan Seperti halnya kisah sukses Nabi Musa, Proklamasi 17 Agustus 1945 hakikatnya juga merupakan momen yang mengakhiri episode keangkuhan dan penindasan rezim kolonial. Sebuah keangkuhan yang membuat bangsa kita miskin dan terhina selama ratusan tahun. Namun jangan lupa, berakhirnya keangkuhan dan penindasan rezim kolonial tidak serta merta membebaskan rakyat Indonesia dari keangkuhan dan penindasan rezim lain dalam bentuk yang berbeda. Tugas terberat dari sebuah bangsa merdeka sesungguhnya adalah bagaimana mempertahankan kemerdekaan dirinya sebagai bangsa merdeka, serta bebas dari hegemoni internal dan eksternal yang menindas. Merdeka dari hegemoni penindasan internal berarti bebas dari penguasapenguasa pribumi yang bertindak dan bertingkah laku laksana penjajah asing. Kita memerlukan pemerintahan yang sayang dan cinta kepada rakyatnya sendiri. Tidak hanya cinta sebatas bibir, namun juga mencintai dan mengayomi dalam bentuk dan tindakan nyata. Merdeka dari hegemoni eksternal artinya bebas dari pengaruh dan tekanan asing (terutama di bidang politik, ekonomi, dan budaya). Bangsa yang merdeka, namun di bawah tekanan politik negara lain, sesungguhnya bukan bangsa yang merdeka. Bangsa yang merdeka, tapi menyerahkan pengelolaan sumber daya alamnya kepada pihak asing tanpa share yang adil, bukan pula bangsa yang merdeka. Bangsa yang merdeka, namun sangat inferior terhadap identitas budaya bangsa lain, bukan pula bangsa yang merdeka. Kemerdekaan bagi bangsa Indonesia haruslah kemerdekaan yang holistik dan integral dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketiga, kisah sukses Nabi Muhammad dalam mengemban misi profetiknya di muka bumi (QS Al-Maaidah:3) menjadi sumber ilham yang tak pernah habis bagi bangsa Indonesia untuk memaknai kemerdekaan secara lebih holistik dan integral.

Ketika diutus 14 abad silam, Nabi Muhammad menghadapi sebuah masyarakat yang mengalami tiga penjajahan sekaligus: disorientasi hidup, penindasan ekonomi, dan kezaliman sosial. Disorientasi hidup diekspresikan dalam penyembahan patung oleh masyarakat Arab Quraisy. Rasulullah berjuang keras mengajarkan kepada umat manusia untuk menyembah Allah Yang Maha Esa dan meninggalkan tuhan-tuhan yang menurunkan harkat dan derajat manusia (QS Luqman:13; Yusuf:108; Adz-Dzaariyaat:56; Al-Jumuah:2). Penindasan ekonomi itu dilukiskan Alquran sebagai sesuatu yang membuat kekayaan hanya berputar pada kelompok-kelompok tertentu saja (QS Al-Hasyr:7). Rasulullah mengkritik orangorang yang mengumpulkan dan menghitung-hitung harta tanpa memedulikan kesejahteraan sosial dan keadilan ekonomi (QS Al-Humazah:1-4; Al-Maauun:2-3). Rasulullah mengkampanyekan pembebasan budak, kesetaraan laki-laki dan perempuan, dan kesederajatan bangsa-bangsa. Dalam khutbah terakhirnya di Arafah, saat haji wada, beliau menegaskan bahwa tak ada perbedaan antara hitam dan putih, antara Arab dan non-Arab. Semuanya sama di mata Tuhan. Tidak ada celah yang membedakan manusia satu dengan manusia lainnya, kecuali tingkat ketakwaan mereka kepada Tuhan-Nya (QS Al-Hujuraat:13). Apa makna kemerdekaan bagi kita? Sebagai bagian terbesar dari bangsa Indonesia, umat Islam dapat mengambil makna kemerdekaan tersebut dari Alquran. Alangkah indahnya jika bangsa Indonesia mampu memaknai kemerdekaannya seperti yang diilhamkan Alquran. Rakyat merasakan kemerdekaan ekonominya dan meraih kesejahteraan bersama. Tidak ada lagi penghisapan ekonomi, baik oleh oknum pribumi maupun pihak asing. Seluruh warganegara Indonesia sama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan. Tidak ada lagi tawar menawar hukum dan perlakuan istimewa bagi kaum berduit dalam proses peradilan. Bagi kelompok difabel, tak ada lagi perbedaan untuk memeroleh akses ekonomi, politik, sosial, dan pendidikan. Kemerdekaan tidak hanya dirasakan oleh manusia-manusia Indonesia di Jawa, namun juga manusia-manusia Indonesia di Aceh, pedalaman Irian Jaya, serta pulau-pulau terpencil. Manusia Indonesia di wilayah-wilayah ini harus dapat merasakan kemerdekaan yang ikhlas dan sejati, bukan kemerdekaan yang terpaksa dan semu, seperti yang mungkin mereka rasakan pada zaman Orde Baru. Dirgahayu Republik Indonesia!