Make a Match

22
 Page | 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan.Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan.Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam  pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Di dalam perkembangan pembelajaran sekarang ini,  banyak model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif sehingga siswa tertarik dan tidak merasa bosan. salah satu model pembelajaran tersebut adalah model  pembelajaran kooperatif tipe make a match. B. Rumusan Masalah Apa sajakah teori yang mendukung model pembelajaran kooperatif? Apakah hakikat model pembelajaran kooperatif? Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran make a match? Apa tujuan dari model pembelajaran make a match? C. Tujuan Masalah Mengetahui teori yang mendukung model pembelajaran kooperatif Mengetahui hakikat model pembelajaran kooperatif Mengetahui apa yang dimaksud dengan model pembelajaran make a match. Mengetahui tujuan dari meodel pembelajaran make a match.  

description

model

Transcript of Make a Match

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan.Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan.Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Di dalam perkembangan pembelajaran sekarang ini, banyak model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif sehingga siswa tertarik dan tidak merasa bosan. salah satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipemake a match.

B. Rumusan MasalahApa sajakah teori yang mendukung model pembelajaran kooperatif?Apakah hakikat model pembelajaran kooperatif?Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran make a match?Apa tujuan dari model pembelajaran make a match?C. Tujuan MasalahMengetahui teori yang mendukung model pembelajaran kooperatifMengetahui hakikat model pembelajaran kooperatifMengetahui apa yang dimaksud dengan model pembelajaran make a match.Mengetahui tujuan dari meodel pembelajaran make a match.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Teori Yang Mendasari Model Pembelajaran KooperatifPembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok. Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafahhomo homini socius,falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Sedangkan menurut Ibrahim model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok.Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

a. Teori Motivasi Motivasi dalam pembelajaran kooperatif terutama dalam aspek penghargaan atau struktur tujuan di mana siswa bekerja. Deutsh dalam slavin menyebutkan bahwa ada tiga struktur tujuan pembelajaran. a) struktur tujuan kooperatif yaitu usaha yang berorientasi pada tujuan dimana setiap individu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota lain; b) struktur tujuan kompetitif yaitu menekankan pada setiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota lain; c) struktur tujuan individualistik yang memiliki ciri bahwa tiap individu tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya.Dari ketiga struktur tujuan tersebut, struktur tujuan kkoperatif mampu menciptakan situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi adalah jika kelompok mereka bisa berhasil. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan individual, anggota kelompok harus membantu teman setimnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil, temasuk memberikan motivasi dan dorongan maksimal sesama anggota tim. Pencetus teori motivasional ini mengkritik sistem penilaian kompetitif dan sistem penghargaan informal di kelas menciptakan norma-norma di antara mereka yang berlawanan dengan usaha-usaha akademik. Kesuksesan salah satu siswa, menurunkan kesempatan sukses bagi siswa lainnya. Para siswa lebih suka mengekspresikan norma bahwa pencapaian yang tinggi hanya untuk orang aneh dan anak kesayangan guru. Beberapa kajian telah memperlihatkan bahwa ketika para siswa bekerja bersama-sama untuk meraih sebuah tujuan kelompok, membuat mereka akan mengekspresikan norma-norma yang baik dalam melakukan apa pun yang diperlukan untuk keberhasilan dalam kelompok. Dalam kelas kooperatif, murid yang berusaha keras selalu hadir di kelas dan membantu yang lainnya belajar serta akan dipuji dan didukung oleh teman satu timnya. Hal ini bertolak belakang dengan situasi dalam kelas tradisional.

b. Teori KontruktivismeBelajar menurut konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasikan dan mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pngertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan.Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan membri kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawasiswa ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka tulis dengan bahasa dan kata kata mereka sendiri.Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik membina sendiri pengtahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan idea-idea baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya.Dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan mempunyai dasar bagaimana membuat hipotesis dan mempunyai kemampuan untuk mengujinya, menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dari persoalan yang ditemuinya, mengadakan renungan, mengekspresikan ide dan gagasan sehingga diperoleh konstruksi yang baru.

c. Teori KognitifTeori kognitif menekankan pengaruh bekerja dalam suasana kebersamaan di dalam kelompok itu sendiri (apakah kelompok mencoba mencapai suatu tujuan kelompok atau tidak). Yang termasuk dalam kategori teori kognitif adalah teori perkembangan atau teori elaborasi kognitif. Teori PerkembanganAsumsi yang mendasar dari teori perkembangan adalah ingteraksi antar siswa di sekitar tugas-tugas yang sesuai dalam meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit. Menurut Vygotsky interaksi antar siswa terjadi pada zona of proximal development jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Teori Elaborasi KognitifPandangan teori elaborasi kognitif berbeda dengan pandangan teori perkembangan. Penelitian dalam psikologi kognitif telah menemukan bahwa apabila informasi harus tinggal dalam memori, siswa harus terlibat dalam beberapa macam kegiatan restruktur atau elaborasi atas suatu materi. Sebagai contoh, membuat ikhtisar atau outline dari suatu kuliah merupakan kegiatan belajar yang lebih baik daripada sekedar membuat catatan, karena ikhtisar atau outline menghendaki siswa mereorganisasi materi dan memilih materi yang penting. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materi itu kepada orang lain. Dalam hal ini ada yang menjadi pembicara dan pendengar, dan antara pembicara dan pendengar akan lebih banyak belajar. Bila dibandingkan dengan belajar sendiri, pembicara akan lebih banyak belajar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa siswa yang menerima penjelasan yang telah dijabarkan akan mendapatkan satu pelajaran lebih bila dibandingkan dengan belajar sendiri, tetapi tidak sebanyak yang diperoleh orang yang menerangkannya.

B. Hakikat Pembelajaran Kooperaatif1. PengertianPembelajaran kooperatif berasal dari kata asing yaitu Cooperate yang artinya bekerja sama. Pembelajaran kooperatif menurut Kahfi merupakan pembelajaran yang mana siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang dirancang untuk mendapatkan tujuan bersama. Siswa dituntut untuk bisa bekerja sama untuk mencapai sukses bersama dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan individu dalam kelompoknya.Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil yang siswanya bekerja secara bersama-sama untuk memaksimalkan belajar mereka, siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan setiap individu dan kelompoknya. Di dalam pembelajaran kooperatif guru sebagai fasilitator dan guru bukan lagi satusatunya sebagai sumber informasi bagi siswa.Ada beberapa definisi tentang pembelajaran kooperatif:Menurut Slavin mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai berikut: Cooperative Learning Methods share the ideal that student work together to lear and are responsible for the team mates learning as well as their own. Definisi ini menyatakan bahwa metode pembelajaran melalui pendekatan kooperatif merupakan suatu pembelajaran dimana siswa belajar bersama, saling menyumbang pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok, berbeda dengan pembelajaran konvensional, penekanan pembelajaran kooperatif adalah belajar bersama.Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda, saling bekerjasama untuk belajar dan bertanggung jawab atas teman sekelompoknya. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman atau kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak cukup jika hanya mempelajari materi saja, tetapi mereka juga harus mempelajari ketrampilan untuk memperlancar hubungan pada saat kerja kelompok.Menurut Thomson, pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran IPA. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan heterogen. Maksud kelompok heterogen terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima pendapat dan bekerjasama dengan teman yang berbeda latar belakangnya.Pada pembelajaran kooperatif diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerjasama didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman kelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan dalam belajar. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bersama dalam kelompok kecil, dan masing-masing anggota mempunyai tanggungjawab terhadap keberhasilan diri dan kelompoknya.

2. TujuanPembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen and Kauchak,1996 : 279). Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serata memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar KonvesionalKelompok Belajar KooperatifKelompok Belajar Konvesional

Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.Akuntabilitas individual sering dibaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya, mendompleng keberhasilan pemborong.

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat salingb mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.Kelompok belajar biasanya homogen.

Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.Pemimpin kelompok serig ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.

Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunisasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang berlansung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.Pemantauan melalui observasi dan intevensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.

Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Penekanan tidak hanya penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (Hubungan antar pribadi yang saling menghargai ).Penekanan sering hanya ada pada penyelesaian tugas.

Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama menapai tujuan tersebut. Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman., dan pengembangan keterampilan sosial.Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berfikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bahwa maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap permainan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata social, kemampuan dan ketidakmampuan. (Ibrahim, dkk, 2000: 9). Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan mulai penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.Keterampilan sosial atau kooperatif berkembang secara signifikan dan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatihkan keterampilan-keterampilan kerjasama dan kolaborasi, dan juga keterampilan-keterampilan Tanya jawab. (Ibrahim, dkk, 2000: 9).3. Ciri-CiriPembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (Ibrahim dkk, 2000:6)1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya dan jenis kelamin yang berbeda-beda.4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individuSiswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong dan dituntut untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama, dan siswa harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas.Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif juga dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.

4. Elemen-ElemenAgar benar-benar mencerminkan pembelajaran kooperatif, makaperlu diperhatikan elemen-elemen pembelajaran kooperatif sebagaiberikut (Anita Lie, 2005: 18-20)a. Saling ketergantungan positifKeberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiapanggotanya. Wartawan mencari dan menulis berita, redaksi mengedit,dan tukang ketik mengetik tulisan tersebut. Rantai kerja sama iniberlanjut terus sampai dengan mereka yang di bagian percetakan danloper surat kabar. Semua orang ini bekerja demi tercapainya satutujuan yang sama, yaitu terbitnya sebuah surat kabar dan sampainyasurat kabar tersebut di tangan pembaca.Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlumenyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompokharus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapaitujuan mereka. Dalam metodelJigsaw,Aronson menyarankan jumlahanggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dankeempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan.Keempat anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi.Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruhbagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasabertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisaberhasil.Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik, setiap siswamendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari sumbangan setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiapanggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Misalnya,nilai rata-rata si A adalah 65 don kali ini dia mendapat 72, dia akan menyumbangkan 7 poin untuk nilai kelompok mereka. Dengandemikian, setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untukmemberikan sumbangan nilai kelompok. Selain itu, beberapa siswayang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena mereka juga memberikan sumbangan. Hal ini dilakukan oleh tipe pembelajaran TGT.b. Tanggung jawab perseoranganUnsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama.Jika tugas dan pola penilaian di buat menurut prosedur modelpembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasabertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilanmetode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunantugasnya.Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran kooperatifmembuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupasehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakantanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompokbisa dilaksanakan. Siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah. Rekan-rekan dalam satu kelompok akanmenuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yanglainnya.c. Tatap mukaSetiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemumuka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan parapembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semuaanggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripadahasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja samaini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota.Inti dari model kooperatif ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiapanggota kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga,don sosial-ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses salingmemperkaya antar anggota kelompok. Sinergi tidak didapatkan begitusaja dalam sekejap, tetapi merupakan proses kelompok yang cukuppanjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk salingmengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap mukadan interaksi pribadi.d. Komunikasi antar anggotaUnsur ini juga menghendaki agar para pembelaiar dibekalidengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskansiswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkandan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung padakesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dankemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.e. EvaluasiPengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untukmengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agarselanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi initidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswaterlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif.

5. Tingkatan KeterampilanSebagai suatu keterampilan belajar, keterampilan kooperatif ternyata memiliki tingkat-tingkat, yakni tingkat awal, tingkat menengah, dan tingkat mahir (Lundgren L., 1994). Dalam setiap tingkat terdapat beberapa keterampilan yang perlu dimiliki siswa agar dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan baik.a. Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal(1) Menggunakan kesepakatan, yakni memiliki kesamaan kesepakatan. Hal ini penting karena anggota kelompok akan tahu siapa yang memiliki pendapat yang sama dan merasa pendapatnya berharga dan penting; (2) Menghargai kontribusi, yaitu memperhatikan atau mengenal apa yang dikatakan atau dikerjakan kelompok lain. Setiap kelompok tidak selalu harus setuju dengan kelompok lain. Kenyataannya dapat saja berupa kritikan, tetapi kritik terhadap ide dan tidak terhadap individu. Hal ini penting, agar anggota kelompok menyadari bahwa mereka dimengerti; (3) Menggunakan suara pelan yang tidak terdengar oleh orang di seberang meja. Hal ini penting agar anggota kelompok dapat mendengarkan percakapan dalam kelompok dan tidak frustasi oleh suara keras dalam ruangan; (4) Menggantikan seseorang yang mengemban tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab tertentu dalam kelompok. Pekerjaan akan berjalan lebih efektif, jika seluruh anggota kelompok memberikan kontribusi dalam kegiatan yang terorganisir. Selain itu pada anggota akan tumbuh rasa sebagai anggota tim kerja untuk mecapai suatu tujuan yang sama; (5) Berada dalam kelompok. Pekerjaan tidak akan efisien jika anggota kelompok pergi dari kelompoknya. Kelompok yang selalu tinggal bersama dapat saling membantu; (6) Meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Kegiatan akan terselesaikan dalam waktunya dengan ketelitian lebih baik dan kreatif. Kelompok akan lebih bangga terhadap peningkatan efektivitas dalam mempersiapkan tugas-tugas yang diemban; (7) Mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok. Jika satu atau dua orang tidak berpartisipasi atau hanya sedikit memberikan kontribusi, maka hasil dari kelompok tersebut tidak akan terselesaikan pada waktunya atau hasilnya kurang orisinal atau kurang imajinatif; (8) Mengundang orang lain untuk berbicara; (9) Menyelesaikan tugas tepat pada waktu yang direncanakan. Pekerjaan tidak akan selesai dan pekerjaan yang tidak selesai akan memperoleh nilai yang rendah; (10) Menyebutkan nama dan memandang pembicara. Memanggil satu sama lain dengan menggunakan nama dan kontak mata. Anggota kelompok akan merasa bahwa mereka telah memberikan kontribusi penting apabila nama mereka disebutkan dan dilakukan dengan kontak mata; (11) Mengatasi gangguan. Menghindari masalah yang diakibatkan karena tidak atau kurangnya perhatian terhadap tugas yang diberikan. Gangguan dapat membuat suatu kelompok tidak dapat menyelesaikan tugas belajar yang diberikan. Jika langkah-langkah positif telah diambil oleh kelompok untuk menanggulangi gangguan, anggota akan merasa telah berprestasi dan merasa dewasa dalam memahami hal tersebut; (12) Menolong tanpa memberikan jawaban, artinya memberikan bantuan tanpa menunjukkan cara pemecahannya. Jika seorang siswa memberikan jawaban kepada anggota kelompok, mereka tidak akan merasa telah memahami atau menemukan konsep. Hubungan kerja dalam kelompok akan meningkat, karena semua anggota kelompok menyumbang pemikiran untuk memecahkan masalah, maka mereka merasa telah berprestasi dan memiliki rasa bangga dalam kelompok mereka; dan (13) Menghormati perbedaan individu. Bersikap menghormati terhadap budaya, pengalaman hidup, serta suku bangsa dari setiap siswa. Permusuhan dihindari dan keharmonisan kelompok ditumbuhkan. Ketegangan dapat dikurangi, rasa memiliki dan persahabatan dapat dikembangkan serta masing-masing individu dapat meningkatkan rasa kebaikan, sensitivitas, dan toleransi.

b. Keterampilan Pembelajaran Kooperatif Tingkat Sedang(1) Menunjukkan penghargaan dan simpati. Maksudnya adalah menunjukkan rasa hormat, pengertian dan kepekaan terhadap usulan-usulan yang berbeda-beda. Ketegangan dikurangi, rasa memiliki dan persahabatan dapat dikembangkan serta masing-masing individu dapat meningkatkan rasa kebaikan, sensitivitas, dan toleransi; (2) Menggunakan pesan saya. Artinya menyatakan perasaan dengan menggunakan kata saya ketika berbicara. Contohnya, daripada mengatakan Anda salah lebih baik katakanlah Saya pikir tidak begitu. Jika menggunakan kata ganti orang pertama saya untuk menyebut diri sendiri, orang lain tidak akan merasa terancam atau merasa bersalah sehingga permusuhan dapat dihindari. Ketegangan dapat dihindari dan anggota kelompok akan merasa dihargai; (3) Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima. Maksudnya adalah menyatakan pendapat yang berbeda atau menjawab pertanyaan dengan cara sopan dan sikap baik. Mengkritik seseorang dan memadamkan ide seseorang dapat menimbulkan atmosfir yang negatif dalam kelompok. Jika pendapatnya, bukan anggota kelompok yang mengkritik, anggota kelompok tidak akan merasa terhina dan permusuhan dapat dihindari; (4) Mendengarkan dengan aktif. Dengan menggunakan pesan fisik dan lisan, pembicara akan tahu bahwa kita secara giat sedang menyerap informasi. Pengertian tentang suatu konsep akan meningkat dan hasil kelompok akan menunjukkan tingkat pemikiran dan komunikasi yang tinggi. Jika pembicara tidak terganggu dan semua siswa memberikan perhatian pada komunikasi, maka anggota kelompok akan merasa bahwa apa yang mereka sumbangkan itu berharga; (5) Bertanya, artinya meminta atau menanyakan sesuatu informasi atau penjelasan lebih jauh. Konsep dapat dijelaskan, seseorang yang tidak aktif dapat didorong untuk ikut serta, dan anggota kelompok yang malu dapat dimotivasi untuk ikut berperan serta; (6) Membuat ringkasan. Maksudnya adalah mengulang kembali informasi. Hal ini penting untuk membantu mengatur apa yang sudah dikerjakan dan apa yang perlu dikerjakan. Ketika kerja kelompok selesai secara efektif dan efisien, maka siswa akan merasa bangga terhadap kelompoknya; (7) Menafsirkan, yaitu menyatakan kembali informasi dengan kalimat yang berbeda. Informasi dapat dijelaskan dan hal-hal penting dapat diberi penekanan, sehingga komunikasi akan semakin baik; (8) Mengatur dan mengorganisir, artinya merencanakan dan menyusun pekerjaan sehingga dapat diselesaikan secara efektif dan efisien, dan tujuan akan mudah dicapai; (9) Memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban dan memastikan bahwa jawaban itu benar. Pekerjaan akan bebas dari kesalahan dan kekurangtepatan. Pemahaman terhadap bidang studi akan berkembang. Hasil kelompok akan lebih baik dan membantu berkembangnya hubungan-hubungan yang positif antar anggota kelompok; (10) Menerima tanggung jawab, yaitu bersedia dan mampu memikul tanggung jawab dari tugas-tugas dan kewajiban untuk diri sendiri dan kelompok, untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Tugas tidak dapat diselesaikan jika anggota kelompok tidak menerima tanggung jawab mereka dengan serius. Anggota kelompok yang mau menerima tanggung jawab untuk dirinya sendiri dan untuk kelompoknya, akan dapat belajar lebih banyak dibandingkan jika bekerja sendiri; (11) Menggunakan kesabaran, yaitu bersikap toleransi pada teman, tetap pada pekerjaan dan bukan pada kesulitan-kesulitan, serta tidak membuat keputusan yang tergesa-gesa. Frustrasi, ketegangan dan stress anggota kelompok akan dapat dikurangi. Anggota kelompok akan merasa diterima, merasa berprestasi ketika mereka tetap berada pada pekerjaan dan berkembang kedewasaannya; dan (12) Tetap tenang/mengurangi ketegangan, artinya adalah menciptakan atmosfir yang damai dalam kelompok. Suasana hening dalam kelompok menimbulkan tingkat pembelajaran yang lebih tinggi. Permusuhan akan terkontrol. Tidak ada seorangpun yang merasa terancam atau terganggu ketika ketegangan menurun.

c. Keterampilan Pembelajaran Kooperatif Tingkat Sukar(1) Mengelaborasi, yaitu memperluas konsep, kesimpulan dan pendapat-pendapat yang berhubungan dengan topik tertentu. Hal ini penting karena akan menghasilkan pemahaman yang lebih baik dan prestasi yang lebih tinggi, dan hal ini akan menumbuhkan motivasi yang lebih besar dan sikap yang lebih baik; (2) Memeriksa secara cermat, yaitu bertanya dengan pokok pembicaraan yang lebih mendalam untuk mendapatkan jawaban yang benar. Pertanyaan yang dipakai adalah pertanyaan yang tidak menuduh, misalnya mengapa dan dapatkan Anda memberikan contoh?. Hal ini penting untuk menjamin bahwa jawabannya benar. Prestasi yang lebih baik akan menumbuhkan penghargaan yang lebih tinggi pada diri sendiri; (3) Menanyakan kebenaran, yaitu membuktikan bahwa jawaban benar, atau memberikan alasan untuk jawaban tersebut. Hal ini dapat membantu siswa untuk berpikir tentang jawaban yang diberikan dan untuk lebih yakin atas ketepatan jawaban tersebut. Prestasi yang lebih baik akan mendorong ke sikap yang positif; (4) Menganjurkan suatu posisi, artinya menunjukkan posisi dalam suatu masalah tertentu. Hal ini dilakukan agar dapat mengarahkan orang ke arah pikiran kita. Penting untuk tidak menghakimi atau harus menghormati pandangan orang lain pada waktu kita mempresentasikan posisi kita secara positif. Menghormati pendapat orang lain akan mengurangi konflik dalam kelompok; (5) Menetapkan tujuan, maksudnya adalah menentukan prioritas-prioritas. Pekerjaan dapat diselesaikan lebih efisien jika tujuan jelas; (6) Berkompromi, yaitu menentukan pokok permasalahan dengan persetujuan bersama. Kompromi dapat membangun rasa hormat kepada orang lain dan mengurangi konflik antar pribadi. Belajar untuk mengkritik pendapat bukan mengkritik orangnya, menjelaskan pertanyaan orang lain untuk meyakinkan suatu pengertian dan membatasi posisi kita dalam hal mengurangi perdebatan akan membawa kita ke kedewasaan dan pemberian keputusan dengan baik; dan (7) Menghadapi masalah-masalah khusus, yaitu menunjukkan masalah dengan memakai pesan saya, tidak menuduh, tidak menggunakan sindiran, memanggil nama, menunjukkan bahwa hanya sikap yang dapat berubah bukan ciri atau ketidakmampuan seseorang, bertujuan untuk memecahkan masalah dan bukan untuk memenangkan masalah. Konflik antar pribadi akan berkurang dan tingkat kebaikan, sensitivitas dan toleran akan meningkat. Ketegangan akan terhindari dan hubungan pribadi akan meningkat. Kelompok sebagai tim akan berfungsi lebih baik dan dapat menyelesaikan tugas dengan lebih efektif.Dari uraian tingkatan keterampilan pembelajaran kooperatif di atas, salah satu model pembelajaran kooperatif yang termasuk tingkatan mudah adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) karena model tipe tersebut sangat cocok dengan kriteria tingkatan keterampilan yang mudah.

6. Sintak Model Pembelajaan KooperatifTerdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran kooperatif.Enam sintaks dalam pembelajaran kooperatifFASE-FASETINGKAH LAKU GURU

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswaGuru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa dalam belajar

2. Menyajikan informasiGuru menyediakan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajarGuru membagi kelompok secara heterogen

4. Membimbing kelompok bekerja dan belajarGuru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas

5. EvaluasiGuru mengevaluasi belajar tentang materi yang telah dipelajari

6. Memberikan penghargaanGuru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

C. PengertianMake a MatchMake a match atau mencari pasangan adalah model pembelajaran kooperatif dengan cara mencari pasangan soal/jawaban yang tepat, siswa yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas waktu akan mendapat poin.Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.model pembelajaran kooperatif tipe make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan model ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban dan dibacakan di depan kelas.

D. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A MatchTujuan yang ingin Anda capai dalam pembelajaran, sangat mempengaruhi Anda dalam memilih metode pembelajan. Setidaknya, ada tiga tujuan penerapan metode make a match, yaitu: (1) pendalaman materi; (2) menggali materi; dan (3) untuk selingan. Pengembang metode make a match pada mulanya merancang metode ini untuk pendalaman materi. Siswa melatih penguasanaan materi dengan cara memasangkan antara pertanyaan dan jawaban. Jika tujuan ini yang Anda pakai, maka Anda harus membekali dulu siswa Anda dengan materi yang akan dilatihkan. Anda dapat menjelaskan materi , atau Anda memberi tugas pada siswa untuk membaca materi terlebih dahulu, sebelum Anda menerapkan metode ini. Prinsipnya, siswa Anda harus mempunyai pengetahuan tentang matari yang akan dilatihkan terlebih dahulu. Baru setelah itu Anda menggunakan metode ini.Lain halnya, jika Anda ingin memakai tujuan ke dua, untuk menggali materi. Anda tidak perlu membekali siswa dengan materi, karena siswa sendiri yang akan membekali dirinya sendiri. Cara yang Anda tempuh adalah Anda menulis pokok-pokok materi pada potongan kertas. Lalu, Anda bagikan potongan kertas itu pada siswa Anda secara acak. Mintalah siswa Anda untuk mencocokkan/memasangkan potongan kertas tersebut menjadi satu materi utuh. Siswa yang sudah menemukan pasangannya, secara otomatis menjadi satu kelompok. Selanjutnya, Anda minta agar setiap kelompok bekerja sama menysusun materi secara utuh. Setelah semua kelompok selesai menyusun materi, Anda minta setiap kelompok untuk melakukan presentasi. Jangan lupa, Anda menekankan agar semua kelompok memperhatikan dan memberikan tanggapan pada kelompok yang sedang presentasi.Metode make a match juga dapat Anda pakai sebagai metode selingan. Apabila selingan yang menjadi tujuan Anda, maka Anda cukup melakukannya sesekali saja. Teknik yang Anda pakai sama dengan teknik mencari pasangan untuk mendalami materi.

E. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A MatchTeknik model pembelajaran kooperatif tipe make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match sebagai berikut:1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.Hal- hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah kartu- kartu. Kartu- kartu tersebut terdiri dari kartu- kartu berisi pertanyaan- pertanyaan dan kartu- kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan- pertanyaan tersebut.Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas kelas menjadi 2 kelompok.Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu- kartu berisi pertanyaan- pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu- kartu berisi jawaban- jawaban. Aturlah posisi kelompok- kelompok tersebut sehingga berjajar saling berhadapan.Jika masing- masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka bagikan kartu- kartu pertanyaan dan kartu- kartu jawaban.Berikan mereka kesempatan untuk memikirkan jawaban dari kartu pertanyaan atau pertanyaan dari kartu jawaban.Ketika mereka sedang melakukan kegiatan pembelajaran ini sebaiknya guru menghidupkan music instrumentalia yang lembut.Lalu guru membunyikan peluit atau aba- aba sebagai tanda kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak dan merekapun bertemu, mencari pertanyaan pasangan jawaban yang cocok.Hasil diskusi ditandai oleh pasangan- pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban.Pasangan- pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan- jawaban kepada guru untuk kemudian diperiksa.Setelah penilaian selesai dilakukan, mengulangi kembali dengan kelompok pertama sebagai pembawa kartu- kartu jawaban dan kelompok kedua sebagai pembawa kartu- kartu pertanyaan. Guru kembali memberi aba- aba menandai pemegang kartu pertanyaan dan jawaban bergerak untuk mencari dan mencocokkan pertanyaan- jawaban. Berikutnya adalah masing- masing pasangan pertanyaan- jawaban menunjukkan hasil kerjanya kepada guru.Perlu diketahui bahwa tidak semuanya peserta didik baik yang berperan sebagai pemegang kartu pertanyaan maupun pemegang kartu jawaban mengetahui dan memahami secara pasti apakah benar kartu pertanyaan- jawaban yang mereka pasangkan sudah cocok.Berdasarkan kondisi inilah guru memfasilitasi dengan memberikan waktu untuk mereka memikirkan jawaban atau pertanyaan dari kartu- kartu yang mereka dapatkan.

F. Penilaian KelompokA. Penilaian Skor PerkembanganNilaiTesSkorPerkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal5 poin

10 poin sampai 1 poin dibawah skor awal10 poin

Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal20 poin

Lebih dari 10 poin diatas skor awal30 poin

Nilai sempurna (tanpa memerhatikan skor awal30 poin

B. Tingkat Penghargaan KelompokSkorRata- RataPredikat

0 x 5-

5 x 15Kelompokbaik

15 x 25Kelompokhebat

25 x 30Kelompok super

Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata- rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok.

C. Kelebihan Dan KekuranganModel Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A MatchDari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a matchmemberikan manfaat bagi siswa, di antaranya sebagai berikut:1. Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu.2. Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.3. Dapat menumbuhkan kreatifitas belajar siswa, sebab melalui pencocokan pertanyaan dan jawaban akan tumbuh sendirinya.4. Pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran yang digunakan guru.5. Mampu menciptakan suasana belajar aktif, kreatif, dan menyenangkan6. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa7. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal Di samping manfaat yang dirasakan oleh siswa, model pembelajaran kooperatif tipe make a matchberdasarkan temuan di lapangan mempunyai sedikit kelemahan yaitu:1. Sulit bagi guru mempersiapkan kartu- kartu yang baik dan bagus.2. Sulit mengatur ritme atau jalannya proses pembelajaran.3. Siswa kurang menyerap makna pembelajaran yang ingin disampaikan karena siswa merasa hanya sekedar permainan saja.4. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan5. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.6. Sulit untuk mengkonsentrasikan anak.7. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadaiPada saat guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep/topik tentang mencari pikiran utama dan pikiran penjelas dalam wacana untuk sesi review (satu sisi berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban). Setelah guru memerintahkan siswa untuk mengambil kartu tampak sebagian besar siswa bersemangat dan termotivasi untuk menarik satu kartu soal.Setelah siswa mendapatkan kartu soal, masing-masing tampak memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.Kelompok dengan pasangannya ingin saling mendahului untuk mencari pasangan dan mencocokkan dengan kartu (kartu soal atau kartu jawaban) yang dimilikinya.Di sinilah terjadi interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa di dalam kelompok untuk membahas kembali soal dan jawaban. Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa.

BAB IIPENUTUP

A. KesimpulanMake a match atau mencari pasangan adalah model pembelajaran kooperatif dengan cara mencari pasangan soal/jawaban yang tepat, siswa yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas waktu akan mendapat poin. Ada kelebihan dan kelemahan dalam model pembelajaran ini. Salah satu kelebihan dari model pembelajaran ini adalah dapat menumbuhkan kreatifitas belajar siswa, sebab melalui pencocokan pertanyaan dan jawaban akan tumbuh sendirinya.

B. SaranDalam pelaksanaan model pembelajaran ini, pengajar harus benar-benar menyiapkan model pembelajaran dengan baik. Seperti kartu untuk melaksanakan model pembelajaran ini harus kreatif sehingga benar-benar meningkatkan minat belajar peserta didik.

Daftar PustakaHamalik, Oemar. 2004.Proses Belajar Mengajar. Cet. ke-3. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ibrahim, H. Muslimin.2000.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada

Lie, Anita. 2002.Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang- Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Anonim. 2009. Model Pembelajaran Make A MatchLorna Curran. http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/06/model-pembelajaran-make-a-match-lorna-curran-1994/: Diakses tanggal 22 September 2013

Nurani, Mustintin. 2012. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match. http://nurani-mustintin.blogspot.com/2012/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-make-match.html: Diakses tanggal 22 September 2013

Sadiman. 2007. Model Pembelajaran Make A Match. http://sadiman2007.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-make-and-match.html: Diakses tanggal 22 September 2013

Tarmizi. 2008. Pembelajaran Kooperatif Make A Match. http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match/: Diakses tanggal 22 September 2013

Page | 17