MAKAM KERAMAT SYEKH ABDUL MUHYI: KULTUS DAN...
Transcript of MAKAM KERAMAT SYEKH ABDUL MUHYI: KULTUS DAN...
MAKAM KERAMAT SYEKH ABDUL MUHYI: KULTUS DAN MOTIVASI
ZIARAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Siti Meli Marliana
NIM: 11140321000049
PRODI STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
III
PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQOSYAH
Skripsi ini berjudul MAKAM KERAMAT SYEKH ABDUL MUHYI: KULTUS
DAN MOTIVASI ZIARAH telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Agama (S. Ag) pada Program Studi Agama-agama.
Jakarta, 24 September 2018
Sidang Munaqosyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. Media Zainul Bahri, MA. Dra. Halimah SM, MA.
NIP. 19751019 200312 1 003 NIP. 19590413 199603 2 001
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Prof. Dr. M Ikhsan Tanggok, M. Si Dr. M. Amin Nurdin, MA.
NIP. 19651129 199403 1 002 NIP. 19550303 198703 1 003
Pembimbing,
Dr. Hamid Nasuhi, MA
NIP. 19630908 199001 1 001
iv
ABSTRAK
Siti Meli Marliana
Judul Skripsi: “Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi: Kultus dan Motivasi
Ziarah”
Dalam skripsi ini, penulis meneliti tentang “Makam Keramat Syekh Abdul
Muhyi: Kultus dan Motivasi Ziarah”. Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi” yang
terletak di Desa Pamijahan Kecamatan Bantarkalong, Tasikmalaya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengungkapkan fenomena pengkultusan terhadap
Syekh Abdul Muhyi yang diwujudkan dalam bentuk ziarah ke makamnya.
Penelitian ini juga mengkaji apa motivasi yang mendorong para peziarah
mengunjungi makam tersebut.
Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti menggunakan metode pendekatan
historis dan antropologis terhadap objek yang akan diteliti. Adapun metodologi
yang penulis gunakan untuk melakukan penelitian adalah observasi, wawancara
dan dokumentasi dengan menelusuri bahan-bahan pustaka yang relevan dengan
permasalahan yang akan diteliti. Data diolah dan dianalisis dengan teknik
deskriptif analitik.
Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: pertama, Syekh Abdul
Muhyi dikultuskan di Pamijahan karena dia dipersepsikan sebagai seorang
Waliyullah yang mempunyai ilmu yang tinggi dibandingkan dengan masyarakat
Pamijahan pada umumnya dan berkharisma. Kedua, motivasi dan tujuan peziarah
mengunjungi Makam Syekh Abdul Muhyi beragam, diantaranya menjadikan
Syekh Abdul Muhyi sebagai wasilah untuk menyampaikan hajat kepada Allah
SWT, sebagai emosi keagamaan, wisata religi dan berziarah hanya dijadikan
sebagai rutinitas keagamaan tanpa memiliki maksud tertentu.
Kata kunci: Kultus, Motivasi, Ziarah dan Peziarah
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
Skripsi berjudul Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi: Kultus dan
Motivasi Ziarah disusun guna memenuhi salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Srata Satu, Jurusan Studi Agama-agama, Fakultas
Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis tidak lupa
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak terutama kepada:
1. Dr. Hamid Nasuhi, M. Ag, selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan
skripsi ini yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaganya serta
kesabaran memberikan arahan dan bimbingan sehingga membuka
cakrawala berpikir dan nuansa ilmu yang baru.
2. Dr. Media Zainul Bahri, MA, selaku Ketua Jurusan Studi Agama-agama
sekaligus Dosen Penasehat Akademik, yang memberikan arahan serta
motivasi yang luar biasa kepada penulis dan selalu memberikan pelayanan
kepada mahasiswa/i dengan baik.
3. Ibunda Dra. Halimah SM, MA, selaku Sekertaris Jurusan Studi Agama-
agama, yang selalu memberikan pelayanan kepada mahasiswa/i dengan
baik.
vi
4. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Dosen Fakultas Ushuluddin yang telah berkenan dengan hati yang terbuka
untuk mencurahkan segenap waktunya dalam membagi cahaya ilmu
kepada penulis selama penulis mengikuti perkuliahan. Semoga Allah
senantiasa memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepadanya.
7. Pengurus yang berada di komplek makam Syekh Abdul Muhyi, terutama
kepada Bapak H. Endang Adjidin sebagi sesepuh Makam Karomah Syekh
Abdul Muhyi dan Muzawir lainnya serta masyarakat Desa Pamijahan.
8. Devi Kostaji selaku Kepala Desa Pamijahan beserta staf Desa Pamijahan
yang telah memberi ijin penelitian kepada penulis hingga skripsi ini selesai
tepat waktu.
9. Karyawan/ karyawati Perpustakaan Utama dan Fakultas Ushuluddin yang
telah menyediakan fasilitas dalam rangka penulisan skripsi.
10. Bapak Cecep Sutarli dan Mama Aas Sapuro selaku kedua orang tua
penulis yang selalu memberikan bimbingan, dukungan baik materil
maupun non materil, serta selalu mendoakan penulis sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
11. Teruntuk seseorang yang selalu menemani penulis dan mengantarkan
penulis ketempat penelitan, serta memberikan semangat dan dukungan
baik dari jarak yang dekat maupun jauh hingga terselesaikannya skripsi
ini.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................ ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH ............................................ iii
ABSTRAK .................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 7
D. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 8
E. Kerangka Teori .................................................................................................... 9
F. Metodologi Penelitian ........................................................................................ 13
G. Sistematika Penulisan ........................................................................................ 17
BAB II ........................................................................................................................ 19
GAMBARAN UMUM DESA PAMIJAHAN ......................................................... 19
A. Sejarah Desa Pamijahan ..................................................................................... 19
B. Letak Geografis dan Aksesabilitas ..................................................................... 22
C. Kondisi Ekonomi di Desa Pamijahan ................................................................ 24
D. Kondisi Pendidikan di Desa Pamijahan ............................................................. 26
E. Kondisi Keagamaan di Desa Pamijahan ............................................................ 28
BAB III ....................................................................................................................... 31
PENGKULTUSAN SYEKH ABDUL MUHYI DI PAMIJAHAN ....................... 31
A. Sejarah Syekh Abdul Muhyi .............................................................................. 31
B. Ajaran Syekh Abdul Muhyi ............................................................................... 37
C. Ketokohan Syekh Abdul Muhyi ........................................................................ 48
D.Kompleks Keramat di Pamijahan ......................................................................... 52
ix
BAB IV ....................................................................................................................... 60
A. Makna Ziarah Kubur .......................................................................................... 60
B. Pelaksanaan Ziarah Kubur Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi .................... 61
C. Motivasi dan Tujuan Ziarah ke Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi ............ 66
D. Dampak Tradisi Ziarah Kubur Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi ............. 70
BAB V......................................................................................................................... 73
PENUTUP .................................................................................................................. 73
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 73
B. Saran................................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 81
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya di Indonesia, manusia hidup bermasyarakat dalam
berbagai macam budaya, suku, bahasa, ras dan beraneka ragam adat istiadat.
Kebudayaan dan masyarakat ialah ibarat dua sisi mata uang yang mana satu sama
lain tidak bisa dipisahkan. Tidak akan adanya kebudayaan tanpa adanya
masyarakat, karena masyarakat merupakan subyek dalam kebudayaan tersebut
yang menciptakan objeknya dengan demikian kebudayaan dapat dipandang
sebagai karya mayarakat. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan adalah “hasil
dari cipta, karya dan rasa, berarti yang mengolah atau yang mengerjakan sehingga
mempengaruhi tingkat pengetahuan, sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, dalam kehidupan sehari-hari, sifatnya abstrak. Sedangkan
perwujudan lain dari kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifat nyata, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat”.1
Dialektika Islam dengan realitas kehidupan sejatinya merupakan
realitas yang terus-menerus menyertai agama ini sepanjang sejarahnya. Sejak awal
kelahirannya, Islam tumbuh dan berkembang dalam suatu kondisi yang tidak
hampa budaya. Relasi antara Islam sebagai agama dengan adat dan budaya lokal
sangat jelas dalam kajian antropologi agama. Dalam perspektif ini diyakini,
bahwa agama merupakan penjelmaan dari sistem budaya. Berdasarkan teori ini,
1Widiastuti, “Analisis Swot Keragaman Budaya Indonesia,” Jurnal Ilmiah Widya, Vol.1,
No.1. (1 Mei-Juni 2013), h.9.
1
2
Islam sebagai agama samawi dianggap penjelmaan dari sistem budaya suatu
masyarakat Muslim.2 Sejarah menunjukkan bahwa masuknya Islam di Nusantara
secara sistematis. Penyebaran Agama Islam ke Nusantara dilakukan oleh para
mubaligh dan pedagang Arab dengan memanfaatkan wahana perdagangan
Internasional yaitu perdagangan jalur sutera. Banyak wilayah yang disinggahi
oleh pedagang Muslim terutama tempat-tempat yang berada di daerah pesisir
seperti Tuban, Gresik, Demak, Cirebon, Banten dan lain sebagainya. Kemudian
Cirebon menjadi basis penyebaran Islam di Jawa Barat, karena Cirebon telah
berhasil mengembangkan perdagangan regional dan Internasional. Sedangkan
penyebaran Islam khusus wilayah Pamijahan Tasikmalaya menurut H. A.A
Khaerussalam yaitu dirintis dari seorang wali yang tidak dikenal dalam sejarah
yaitu Syekh Abdul Muhyi pada abad ke 17M. Syekh Abdul Muhyi bersahabat
baik dengan Syekh Maulana Mansur putra dari Abdul Fatah Tirtayasya dari
Banten dan Syekh Zafar Sidiq dari Cibiuk Garut. Makam Syekh Abdul Muhyi
hingga sekarang sangat ramai di ziarahi terutama menjelang bulan Ramadhan dan
Maulud. Peziarah mendatangi makam Syekh Abdul Muhyi untuk salat dan
berdoa, kemudian melanjutkan perjalanan ke Gua Saparwadi dan makam-makam
tokoh Islam lainnya yang terdapat di Desa Pamijahan.3
Tradisi perjalanan yang mengandung unsur religi, sering disebut
dengan istilah ziarah. Istilah ziarah sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat
Indonesia. Bahkan ziarah sangat melekat pada kebudayaan dan tradisi kita. Tidak
jarang ziarah selalu rutin dilakukan setiap tahun oleh kalangan tertentu dan pada
2Syahdan, “Ziarah Perspektif Kajian Budaya,” Jurnal Studi Agama dan Masyarakat,
Volume 13, Nomor 1. (Juni 2017), h.65-66. 3Effie Latifundia, “Perkembangan Awal Islam di Pamijahan Tasikmalaya: Kajian-kajian
Makam Kuno,” Purbawidya. Vol.1. No. 2. Tahun 2012/1013, h.214-215.
3
waktu-waktu tertentu pula. Indonesia begitu banyak mempunyai tempat ziarah
yang terdapat dihampir setiap pelosok negeri. Dengan begitu banyaknya situs
keramat yang dikunjungi. Membuat Indonesia dikenal sebagai Negara yang
religious.
Kata ziarah berasal dari bahasa Arab صسا -ص٠بسح -٠ضس -صاس yang
artinya hendaklah berpergian menuju ke suatu tempat.4 Secara terminologi kata
ziarah dimaknai sebagai perjalanan suci menuju ke suatu tempat khusus yang
dimiliki nilai-nilai sejarah, mitos dan juga di anggap keramat. Tempat tersebut
dapat berupa situs rumah ibadah atau kuburan seperti makam ulama besar atau
tokoh seorang pemimpin yang semasa hidupnya selalu diagungkan.5 Ziarah kubur
seorang wali sekarang telah menjadi tradisi yang berakar panjang dalam
sepanjang sejarah perkembangan Islam karena ada perwujudan dari suatu hal
sehingga menjadi makam keramat.
Asal muasal fenomena ziarah kubur di dunia Islam belum terungkap,
namun tidak dapat disangkal lagi bahwa fenomena itu banyak meminjam dari
tradisi Yahudi dan Kristen yang sudah lama bercokol sebelumnya di daerah-
daerah seperti Palestina, Suriah dan Mesir di mana Islam berkembang setelah
wafatnya Nabi Muhammad SAW. Pengambilalihan praktik itu oleh Islam
tentunya dipermudah, oleh karena itu sejumlah tokoh Alkitab dan Injil yang juga
diakui sebagai Rasul oleh ajaran Islam ternyata dikeramatkan di beberapa daerah
tersebut.6
4M. Affan Chafid, Tradisi Islam (Surabaya: Kalista, 2009), h.23.
5Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka 1998), h.118.
6Anwar Masduki, “Ziarah Wali di Indonesia dalam Perspektif Pilgrime Studies,” Jurnal
Studi Agama-agama, Vol.5, No.2. (September 2015), h. 168.
4
Pilrigmage studies (studi ziarah) tidak dapat dipisahkan dari religious
studies, sebagai sebuah kajian yang membahas fenomena keberagamaan sebagai
hal yang bersifat multi-interpretatif, lintas budaya dan masuk sangat jauh kedalam
kehidupan sehari-hari para pemeluk agama. Tidak bisa disangkal agama memang
menjadi suatu bagian penting, entah dalam aspek ritual, praktik dari nilai-nilai
ajaran agama dalam kehidupan para penganut agama itu sendiri. Fenomena ziarah
sendiri telah menjadi fenomena global di semua agama. Menurut Stoddard
kegiatan tersebut bisa dikatakan pilgrimage (ziarah) apabila memiliki beberapa
aspek diantaranya: jarak (distance of moment), motivasi (motivation), tempat
tujuan (destination), jumlah pengunjung (magnitude). Dengan mengkaji empat
aspek tersebut Stoddard mendefinisikan ziarah (pilgrimage) ialah “sebuah
kegiatan ke tempat-tempat suci yang dilakukan oleh banyak orang, dilakukan
lebih lama daripada sebuah perjalanan lokal biasa, dan dianggap sebagai tindakan
ketaatan beragama”.7
Peziarah merupakan orang-orang yang terkumpul dari berbagai
daerah yang memiliki karakter, keyakinan serta motivasi yang berbeda. Perbedaan
tersebut dapat terlihat dari cara dan ritual yang dilakukan saat ziarah. Kegiatan
dan ritual tertentu pada prinsipnya merupakan upaya manusia dalam mencari
hubungannya dengan Tuhan, dewa-dewi atau makhluk yang menghuni alam gaib.
Kegiatan manusia tersebut sudah tentu dilandasi dan didorong oleh adanya emosi
keagamaan, sebuah getaran spiritual yang dipercaya mampu menggerakkan jiwa
manusia. Beberapa pakar agama menyebutkan bahwa aktivitas ritual merupakan
7Robert Stoddard, Defning and calssifying Pilgrimage (Los Angels: Dept. of Geography
and Antropology, Louisiana State University, 1997), h.41.
5
proses di mana jiwa manusia dimasuki cahaya Tuhan.8 Salah satu motivasi
melakukan ziarah misalnya seorang peziarah menuturkan keyakinannya bahwa
dengan berziarah ke makam waliyullah Pamijahan, maka segala hajat dan
keinginannya akan dikabulkan oleh Allah. Oleh karena itu peziarah beranggapan
bahwa ziarah di makam Syekh Abdul Muhyi Pamijahan dapat menimbulkan
pengaruh tertentu.
Kompleks Pamijahan di Tasikmalaya dikenal sebagai salah satu pusat
kegiatan ziarah di Jawa Barat setelah Cirebon dan Banten. Daya tarik utamanya
selain ada makam keramat Syekh Abdul Muhyi juga terdapat Gua Saparwadi yang
mana tempat tersebut ialah tempat peziarah melakukan perjalanan spiritual dan
mengambil air suci. Di dalam Gua Saparwadi terdapat “Jabal Kopiah”, yaitu
lekukan-lekukan bulat atap gua yang menyerupai peci. Konon jika ada yang
sesuai dengan ukuran lingkar kepala saat berdiri, Insya Allah akan bisa naik haji.
Ada juga lubang-lubang seperti mulut gua yang dikisahkan menjadi jalan tembus
menuju Banten, Cirebon, bahkan sampai Mekkah.9 Maka dari situlah kekeramatan
tersebut dicetuskan di Pamijahan.
Ritual keagamaan yang melibatkan banyak orang pada setiap harinya,
telah menjadikan Pamijahan sebagai tempat ritual ziarah kubur di samping
sebagai objek wisata religi. Dari prosesnya, ziarah juga dipahami sebagai
perjalanan batin seseorang, sehingga memiliki emosi keagamaan. Masyarakat
memiliki kepercayaan yang bersifat religi melalui keyakinan mereka yang dengan
melakukan kebudayaan spiritual seperti percaya terhadap benda-benda atau pohon
8Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Jakarta: Penerbit Djambatan,
2002),h.144. 9Artikel ini diakses dari https://daerah.sindonews.com/read/1115873/29/kisah-karomah-
syekh-abdul-muhyi-Pamijahan-1465637226/26 pada tanggal 21-03-2018 pukul 14.40.
6
tua dan makam keramat peninggalan leluhur yang dianggap memiliki kekuatan
supranatural. Menurut William A Haviland “Religi adalah bagian dari
kebudayaan.” Agama terdiri atas pola-pola kepercayaan dan perilaku, yang oleh
manusia dijadikan sebagai pengendalian alam semesta, yang jika tidak demikian
lepas dari pengendalian mereka. Karakteristik agama adalah kepercayaan pada
makhluk dan kekuatan supranatural.10
Maka melalui doa, sesajian, dan kegiatan ritual umum termasuk
bentuk wujud dari kepercayaan yang memiliki fungsi sebagai tatanan kelakuan
yang mengatur dan mengendalikan perbuatan dalam kehidupan bermasyarakat.
Kemudian sistem ritual dalam suatu religi itu berwujud aktivitas dan tindakan
manusia dalam melaksanakan kebaktiannya yang menggunakan macam-macam
sarana dan peralatan seperti masjid atau makam keramat lainnya. Sistem ritus
Pamijahan merupakan kompleks keramat yang dikarakterisasikan dan difungsikan
sebagai tempat-tempat suci baik berupa gua, mata air dan makam tokoh penyebar
Islam yaitu Syekh Abdul Muhyi. Dengan melihat penjelasan di atas maka penulis
tertarik untuk meneliti Makam keramat Syekh Abdul Muhyi dengan mengangkat
judul skripsi yang berjudul “Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi: Kultus dan
Motivasi Ziarah”
B. Rumusan Masalah
Agar pembahasan dalam penulisan penelitian ini tidak melebar, maka
penulis membatasinya pada masalah-masalah berikut:
1. Bagaimana pengkultusan Syekh Abdul Muhyi dilakukan di Desa Pamijahan?
10
William A Haviland, Antropologi Edisi keempat (Jakarta: Erlangga, 1985), h. 218
7
2. Apa motivasi dan tujuan dari aktivitas-aktivitas ritual yang peziarah lakukan
terhadap makam keramat Syekh Abdul Muhyi?
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pengkultusan syekh Abdul Muhyi dilakukan di
Desa Pamijahan.
b. Untuk mengetahui motivasi dan tujuan yang terdapat dalam aktivitas-
aktivitas ritual yang dilakukan di makam keramat Syekh Abdul Muhyi.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini dibagi menjadi tiga, yakni kegunaan teoritis,
praktis dan Akademis.
a. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
sumbangan data ilmiah dan mampu menambah keilmuan dalam
mengkaji studi Antropologi mengenai makam keramat Syeikh Abdul
Muhyi dalam pengkultusan dan motivasi ziarah.
b. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dalam upaya
membuat program alternatif di bidang sosial keagamaan, lebih-lebih di
bidang kebudayaan sehingga dapat mendukung terlestarikannya
kebudayaan di Indonesia, terpeliharanya makam sebagai cagar budaya
yang masih difungsikan oleh masyarakat Indonesia dalam memenuhi
kebutuhan spiritual atau emosional. Dan hasil penelitian ini dapat
8
bermanfaat menjadi rujukan penelitian-penelitian serupa di kemudian
hari.
c. Kegunaan Akademis
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
persyaratan akhir perkuliahan guna mendapatkan gelar Sarjana Agama
(S.Ag) Jurusan Studi Agama-agama Fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Tinjauan Pustaka
Peneliti telah berusaha melakukan penelitian terhadap pustaka yang
ada, berupa karya-karya penelitian terdahulu yang mempunyai relevansi dengan
topik yang diteliti, di antaranya:
1. Skripsi Herni Herawati mahasiswi fakultas ushuluddin UIN Sunan Gunung
Djati Bandung dengan judul “Kepercayaan masyarakat terhadap kekeramatan
kanjeng Syekh H. Abdul Muhyi” skripsi ini mendeskriptifkan kepercayaan
masyarakat sekitar terhadap kekeramatan Syekh Abdul Muhyi.11
Persamaan
skripsi ini dengan penulis yaitu sama-sama meneliti tentang tokoh yang ada
yaitu Syekh Abdul muhyi, hanya saja perbedaannya di sini penulis meneliti
makam keramat Syekh Abdul Muhyi mengenai pengkultusan dan motivasi
ziarah.
2. Desertasi Aan Kusuma dengan judul “Wisata Religi dan Kesehatan
Lingkungan”. Fokus pada penelitian Aan Kusuma yaitu kesehatan lingkungan
yang ada pada para peziarah dan masyarakat sekitar makam keramat Syekh
11
Herni Herawati, “Kepercayaan Masyarakat terhadap Kekeramatan Syekh H Abdul
Muhyi,” Skiripsi, (Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, 2016)
9
Abdul Muhyi di Pamijahan Tasikmalaya.12
Persamaan disertasi ini dengan
penulis sama-sama meneliti di sekitar makam keramat Syekh Abdul Muhyi,
hanya saja perbedaannya penulis disini ingin menggunakan studi antropologi
dalam meneliti ziarah kubur di sekitar makam keramat Syekh Abdul Muhyi.
3. Buku karya Wildan Yahya dengan judul “Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual
Syekh Abdul Muhyi” tulisan ini fokus pada Ajaran Spiritual Syekh Abdul
Muhyi (Martabat Tujuh). Persamaan tulisan ini dengan penulis sama-sama
mengkaji tokoh Syekh Abdul Muhyi, hanya saja perbedaanya di sini penulis
lebih ke pengekultusan Syekh Abdul Muhyi yang dilakukan di Desa
Pamijahan.13
Jadi sebagaimana yang telah disebutkan di atas belum ada karya tulis
yang menuliskan tentang judul “Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi: Kultus dan
Motivasi Ziarah” hanya karya tulis inilah yang penulis temukan selama
melakukan tinjauan pustaka. Adapun tema-tema yang menyerupai dengan judul
penulis tersebut lebih membahas mengenai kepercayaan masyarakat terhadap
terhadap kekeramatan Syekh Abdul Muhyi, Wisata Religi dan kesehatan
lingkungan di sekitar makam keramat Syekh Abdul Muhyi serta Ajaran spiritual
Syekh Abdul Muhyi dalam Menyebarkan Agama Islam. Tentunya yang penulis
buat ini akan berbeda dengan tema-tema di atas.
E. Kerangka Teori
Dalam mengkaji mengenai Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi:
Kultus dan Motivasi Ziarah, untuk mengetahui mengenai kultus dan motivasi
12
Aan Kusuma, “Wisata Religi dan Kesehatan Lingkungan,” Desertasi, (Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014). 13
Wildan Yahya, Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syekh Abdul Muhyi (Bandung: PT
Refika Aditama, 2007).
10
ziarah diperlukan suatu kerangka teori yang dapat membantu dalam menjelaskan
hal tersebut. Adapun kerangka teori itu adalah sebagai berikut:
1. Kultus
Kultus secara terminologi didefinisikan sebagai bentuk penghormatan
secara berlebih-lebihan kepada orang, paham atau benda.14
Sedangkan Alvin
Johnson memaknai kultus yaitu (cult) sebagai simbol biografi (symbol
biography) bagi seseorang yang mempunyai kekuatan untuk menjelajahi dunia
metafisika (alam raya).15
Secara sosiologis, suatu gejala dapat dikatakan kultus
tradisional jika mempunyai ciri-ciri seperti: pemusatan ketaatan kepada
seorang pemimpin karismatik, gaya ketaatan yang eksesif dan fanatis, sikap
ekslusif dan tertutup, pandangan anti-sosial dan adanya janji keselamatan yang
mudah, sederhana dan langsung. Fenomena tersebut, tentunya bukan timbul
dengan sendirinya yang mengikuti tradisi lokal, akan tetapi secara legal
formal, tradisi kultus mempunyai sandaran norma dan kultur baik secara
teoretis maupun praksis. Edwin R.A Seligman dalam hal ini menyandarkan
kultus pada tiga unsur: pertama dasar teologis, kedua, dasar kosmologis,
ketiga sistem etika.16
dalam perpsekktif islam di contohkan pada seorang wali
yang memiliki posisi sangat istimewa di dunia Islam atau pada masyarat
religius lainnya. Menurut penelitian Mulder: “Kekuataan dan kekuasaan itu
diletakkan pada kodrat alam dan alam adikodrati (nature/supernatute) yang
mengelilingi manusia. Dengan kata lain, kekuatan atau kekuasaan itu
bagaimanapun terkonsentrasikan dan terwujudkan pada makhluk-makhluk
14
Diakses dari https://www.kbbi.web.id/kultus pada tanggal 1 April 2018 pukul 08.20. 15
M. Syamsul Huda, “Kultus Kiai: Sketsa Tradisi Pesantren,” Jurnal Tasawuf dan
Pemikiran Islam, Vol.1, No.1. (Juni 2011), h.115-116. 16
Azyumardi Azra, Rekonstruksi dan Renungan Religius Islam (Jakarta: Paramadina,
1996), h. 18.
11
ilahi, para suci, roh-roh, orang-orang yang telah meninggal atau benda-benda
yang keramat merupakan bagian dari situasi alamiah dan kehidupan sehari-
hari. Termasuk pandangan hidup ini adalah kepercayaan bahwa kekuataan
atau kekuasaan itu dekat, dapat diraba, dapat diperoleh; dan hal itu dipikirkan
dalam peristilahan yang bersifat manusiawi. Lebih penting lagi, kekuataan
atau kekuasaan itu dapat menjadi sasaran permohonan dan dapat dimanipulasi.
Itu berarti bahwa orang dapat mengetahui berbagai sifat dari bermacam
penjelmaan dari kekuatan itu dan tahu juga bagaimana harus berhubungan
dengannya”.17
Agama Asia Tenggara tidak berpusat pada moralitas, pada
penebusan atau pembebasan, tetapi lebih menekankan pada potensi orang-
perorangan, pada sakti, keselamatan dan berkat perlindungan supaya jauh dari
bahaya dan kemalangan. Pendek kata, praktik keagamaan itu pada hakikatnya
adalah hubungan dengan kekuatan atau kekuasaan. Apapun bentuk
perwujudan itu, yang penting di sini ialah bahwa hubungan dengan kekuatan
atau kekuasaan itu diandaikan begitu saja. .
2. Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya
dalam diri seseorang yang mendorong seseorang tersebut untuk melakukan
sesuatu. Motif tidak dapat diamati secara kasat mata atau secara langsung
namun dapat diamati dari tingkah laku seseorang tersebut dalam bentuk
rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya sasuatu tingkah
laku tersebut.18
Menurut Sardirman motivasi adalah perubahan dalam diri
17
Sulaiman Al-Kumayi, Islam Bubuhan Kumai Perspektiv Varian Awam, Nahu dan
Hakekat (Semarang: Pustaka Zaman, 2011), h. 219-220. 18
H. Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h. 3.
12
seseorang yang ditandai dengan munculnya“felling” dan didahului dengan
adanya tanggapan terhadap adanya tujuan.19
Sedangkan menurut Clifford
Geertz menguraikan mengenai definisi agama dan peranannya, agama adalah
sistem simbol yang berfungsi untuk menanamkan semangat dan motivasi yang
kuat, mendalam, bertahan lama pada manusia dengan menciptakan konsepsi.20
3. Ziarah
Ziarah dapat diartikan sebagai suatu perjalanan yang dapat dilakukan
secara individual maupun berkelompok, dengan tujuan mendatangi tempat-
tempat yang dianggap keramat dan suci. Selain itu tempat ini memiliki
sejarah, tempat di mana benda-benda diyakini memiliki kekuatan mistis dan
diperlakukan secara khusus.21
Dalam ajaran Islam mempunyai arti mendatangi atau berkunjung ke
makam untuk mendoakan orang yang sudah meninggal dunia, misalnya: orang
tua, saudara, raja, para ulama maupun wali. Sebelum masuknya Islam, tradisi
Hindu-Buddha yang didominasi unsur mistik diterima baik oleh masyarakat
Jawa. Penerimaan itu menyuburkan kepercayaan adanya orang-orang suci,
sehingga setelah meninggal makamnya dikultuskan.22
19
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2009), h. 73. 20
Roger M. Keesing, Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer (Jakarta:
Erlangga, 1981), h. 94. 21
Doorn-Harder, Lima Titik Temu Agama-Agama (Yogyakarta: Duta Wacana University
Press, 2000), h. 308. 22
Simuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita: Suatu Studi terhadap
Serat Wirit Hidayat Jati (Jakarta: UI Press, 1988), h. 47
13
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian sosial yang dilakukan di lapangan
(field research) yang menggunakan metode kualitatif dengan deskriptif
analitik yang mengambil di Desa Pamijahan Tasikmalaya. Penelitian
kualitatif ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi serta
tindakan. Secara holistic dan di deskriptif dalam bentuk kata-kata dan
bahasa pada suatu konteks.
2. Pendekatan penelitian
Dalam melakukan pendekatan ini penulis melakukan dengan dua
pendekatan yaitu pendekatan historis dan antropologis. Pendekatan historis
digunakan untuk mendeskriptifkan pengkultusan Syekh Abdul Muhyi di
Pamijahan. Sedangkan Pendekatan antropologis ini lebih berkaitan dengan
kepercayaan, peribadatan, tindakan dan kebiasaan masyarakat yang
mengacu kepada apa yang dianggapnya itu suci dan memiliki kekuatan
supranatural.23
Jadi, pendekatan antropologis ini salah satu upaya dalam
memahami keagamaan dengan cara melihat wujud praktik keagamaan,
kepercayaan dan makna yang terjadi di makam keramat Syekh Abdul
Muhyi.
23
Imam Suprayogo, Metode Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001), h. 62-67.
14
3. Sumber Penelitian
a. Sumber Data
Data yang diperoleh penulis dalam penelitian ini adalah data primer
dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung oleh orang yang melakukan penelitian.24
Data
Primer dalam studi lapangan didapatkan dari hasil wawancara dan
observasi kepada informan yang terkait dengan penelitian. Informan
dalam penelitian ini adalah) K.H Endang Adjidin selaku kuncen (juru
kunci Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi, masyarakat setempat,
peziarah, aparat desa dan yang mengetahui objek penelitian.
Sedangkan data sekunder adalah data yang materinya secara tidak
langsung berhubungan dengan masalah yang diungkapkan. Data
sekunder ini digunakan sebagai pelengkap dari data primer.25
Karena dirasa belum cukup, maka peneliti juga menggunakan buku-
buku dan jurnal sebagai sumber sekunder, yaitu:
1) Henri Chambert-Loir dan Claude Guillot. Ziarah dan Wali di
Dunia Islam, Terj. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta bekerja sama
dengan Ecole francaise d’Extreme-Orient, 2007.
2) A.A Khaerussalam. Sejarah Perjuangan Syekh Haji Abdul Muhyi
Waliyullah Pamijahan. Bantarkalong: PT. Usaha Muda, 1995.
Cet.VIII.
24
M Iqbal Hasan, Pokok-pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2002), h. 81. 25
Suharsini Ari Kunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h.117.
15
3) Wildan Yahya. Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syekh Abdul
Muhyi. Bandung: PT Refika Aditama. 2007.
4) Andrew Beatty, Variasi Agama Di Jawa, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2001.
5) Anwar Masduki, “Ziarah Wali di Indonesia dalam Perspektif
Pligrime,” Jurnal Studi Agama-agama, Vol. 5, No. 2.
b. Sumber Lapangan
Penelitian ini termasuk dalam katagori field research (penelitian
lapangan), dengan model pendekatan studi kasus sebagai analisis
permasalahan. Menurut Maxifield metode studi kasus adalah penelitian
mengenai subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase yang
spesifik atau yang khas dari keseluruhan personalitas.26
Kemudian
pendapat lain mengatakan bahwa studi kasus merupakan kajian yang
mendalam tentang peristiwa, lingkungan dan situasi tertentu yang
memungkinkan untuk memahami suatu hal.27
Teknik pengumpulan data mempunyai fungsi penting dalam penelitian.
Baik tidaknya hasil penelitian sebagian di tentukan oleh teknik
pengumpulan data yang digunakan. Sebelum menggunakan penelitian
lebih lanjut, disini penulis lebih dulu melengkapi prosedur
permohonan izin riset kepada pengurus Makam keramat Syekh Abdul
Muhyi, dalam melakukan proses penelitian.
26
Maxifield mengatakan sebagaimana dikutip oleh Najir, Metode Penelitian (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1998).h.66. 27
Basuki Sulistiya, Metode Penelitian (Jakarta: Wedatama Widyasasata, 2006), h. 113.
16
Adapun teknik yang penulis lakukan ketika melakukan pengumpulan
data sebagai berikut:
1) Observasi
Observasi, ialah melakukan pengamatan suatu keadaan, suasana,
peristiwa, menghimpun, memeriksa, dan mencatat dokumen-
dokumen yang menjadi sumber data penelitian. Penulisan terjun
langsung ke lokasi Makam keramat Syekh Abdul Muhyi guna
untuk melihat keadaan sekitar dan para peziarah yang datang di
lokasi tersebut.
2) Wawancara
Wawancara merupakan proses interaksi dan kombinasi berupa
wawancara mendalam (indepth interview) yang dilakukan untuk
mendapat informasi terkait dengan permasalahan. Dalam penelitian
ini yang menjadi responden adalah juru kunci atau kuncen yang
diagungkan di Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi, serta
peziarah atau orang lain yang dianggap relevan dengan objek yang
diteliti.28
Wawancara dalam penelitian bertujuan untuk
mengumpulkan keterangan mengenai motivasi dan tujuan peziarah
ke makam keramat Syekh Abdul Muhyi serta menganalisa fungsi
dan makna dari aktivitas-aktivitas peziarah.
3) Studi Dokumen
Dokumen adalah setiap pernyataan yang tertulis yang disusun oleh
seseorang untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau
28
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT. Gramedia,
1977), cet.1, h. 129.
17
penyajian akunting. Sebutan lainnya dokumentasi ialah penelitian
mencari dan mendapat data-data primer melalui data-data prasasti
atau dokumen baik tertulis, rekaman, video Maupun bentuk-bentuk
dokumentasi lainnya.29
Terkait dengan kegiatan yang dilakukan di
Makam keramat Syekh Abdul Muhyi di Pamijahan.
4) Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dalam penulisan ini dilakukan melalui:
a. Usaha yang bersifat kompilatif, yaitu mengumpulkan data
secara keseluruhan baik yang bersumber dari literature maupun
dari hasil penelitian lapangan.
b. Usaha selektif komparatif, yaitu menyeleksi sumber yang
dikumpulkan, dipilih yang paling relevan dengan pokok
pembahasan dengan dibanding-bandingkan dengan data yang
lain untuk mencapai penyajian yang mengarah.
5) Teknis Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Desertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh Biro Akademik dan
Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013/2014.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran dan memudahkan telaah terhadap
skripsi ini, penulis membagi skripsi ini kedalam lima bab, dengan sistematika
sebagai berikut:
29
Supardi, Metodelogi Penelitian Bisnis (Yogyakarta: UII Press, 2005), h.138.
18
BAB I: Pendahuluan. Bab ini menguraikan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Secara garis besar bagian ini
bertujuan sebagai landasan teoritis metodologis dalam penelitian.
BAB II: Bab ini membahas gambaran umum Desa Pamijahan
Tasikmalaya, yang meliputi: Letak Geografis dan aksesbilitas Desa Pamijahan,
kondisi Ekonomi, pendidikan dan sosial keagamaan yang ada pada masyarakat
Desa Pamijahan Tasikmalaya.
BAB III: Bab ini membahas mengenai pengkultusan serta doktrin
Syekh Abdul Muhyi dan beberapa kompleks kekeramatan yang terdapat di
Pamijahan.
BAB IV: Bab ini merupaka analisan dari penelitian dalam skripsi ini,
yang berisi unsur-unsur ziarah mengenai makna, motivasi, tujuan dan aktivitas-
aktivitas ritual yang dilakukan peziarah di makam Keramat Syekh Abdul Muhyi
serta dampak adanya tradisi ziarah bagi masyarakat sekitar.
BAB V: Bab ini adalah penutup yang merupakan bagian akhir dari
skripsi yang berisi kesimpulan dan saran-saran. Kesimpulan yang merupakan
jawaban atas rumusan masalah dari hasil analisis keseluruhan permasalahan.
19
BAB II
GAMBARAN UMUM DESA PAMIJAHAN
A. Sejarah Desa Pamijahan
Pamijahan adalah nama sebuah kampung yang letaknya di pinggir kali
sehingga di mana kali tersebut kadang-kadang bisa membawa bencana, seperti
yang pernah dialami, ada beberapa bangunan panggung yang hanyut ketika banjir.
Maka karena itulah sekarang bangunan-bangunan menjadi permanen terutama
yang berada di pinggir kali. Hal ini yang dengan secara terpaksa penduduk
meninggalkan citra atau salah satu adat ke Pamijahan.
Sebelum Kanjeng Syekh datang ke Pamijahan, sudah ada kampung
yaitu daerah Bojong wilayah Sukapura yang terletak di sebelah timur laut dari
kampung Pamijahan sekarang, yang kini terkenal dengan nama Kampung
Bengkok. Di sana terdapat makam Dalem Sacaparana yaitu, mertuanya Kanjeng
Syekh Haji Abdul Muhyi. Adapun kata Pamijahan adalah nama baru di masa
sebelum dan masa hidupnya Kanjeng Syekh Abdul Muhyi, Pamijahan ini
bernama “Safar Wadi” kata ini diambil dari Bahasa Arab Safar artinya “jalan”
dan Wadi artinya “lembah atau jurang” jadi safar wadi adalah jalan yang berada
di atas jurang atau lembah.30
Hal ini sesuai dengan letaknya yang ada di antara
dua bukit di pinggir kali dan mungkin juga nama Safar Wadi yang diberikan oleh
Waliyullah itu sebagai peringatan kepada generasi yang akan datang supaya hidup
di bumi Pamijahan (khususnya) dan dunia (umumnya) harus selalu berhati-hati
laksana berjalan di atas jurang yang bisa membawa pada bahaya atau celaka.
30
AA. Khaerussalam, Sejarah Perjuangan Syekh Haji Abdul Muhyi Pamijahan
(Bantarkalong: PT. Usaha Muda, 1995), Cet. 8, h.6-7.
19
20
Adapun sekarang nama Safar Wadi ini terkenal dengan nama
Pamijahan antara lain karena setelah Syekh Haji Abdul Muhyi Waliyullah wafat,
banyak orang-orang yang berdatangan berbondong-bondong dari setiap penjuru
pelosok pulau Jawa dan wilayah kepulauan Indonesia lainnya untu menziarahi
makam Syekh Abdul Muhyi seperti ikan akan bertelur yang dalam Bahasa Sunda
disebut mijah, yang berarti “ikan bertelur” hal ini mengandung filosofi karena
pada dasarnya ikan yang bertelur dan menetas akan dapat menghadirkan generasi
baru yang diharapkan mampu meneruskan dan mewarisi sifat-sifat induk atau
leluhurnya. Maka dari situlah nama Safar Wadi menjadi nama Pamijahan sebab
memiliki arti seperti suatu titik persamaan dengan tempat ikan akan bertelur
(Pamijahan) bukan berarti pemujaan.31
Kisah supranatural lain di lingkungan kekeramatan Pamijahan adalah
kisah yang menjadi muasal diharamkannya merokok di lingkungan Pamijahan.
Menurut kepercayaan masyarakat, pada suatu hari Syekh Abdul Muhyi dan
Maulana Mansyur berada di Mekkah hendak pulang ke tanah Jawa, keduanya
kemudian berunding tentang pemberangkatan bahwa siapa yang sampai lebih dulu
di Jawa, hendaklah menunggu salah seorang yang lain di tempat yang telah
ditentukan. Lalu berangkatlah kedua sahabat tersebut dengan cara masing-masing,
yakni; Syekh Maulana Mansyur berjalan di atas bumi sedangkan Syekh Abdul
Muhyi di bawah bumi, keduanya sama-sama menggunakan kesaktiannya. Namun,
ketika Syekh Abdul Muhyi sedang berada dalam perjalanan di bawah laut, tiba-
tiba ia merasa kedinginan, lalu berhenti sebentar. Sewaktu hendak menyalakan api
dengan maksud untuk merokok, tanpa disangka muncul kabut yang membuat
31
AA. Khaerussalam, Sejarah Perjuangan Syekh Haji Abdul Muhyi Pamijahan
(Bantarkalong: PT. Usaha Muda, 1995), Cet. 8, h. 7.
21
sekelilingnya jadi gelap. ia terpaksa berdiam diri menunggu kabut tersebut
menipis sambil merokok. Namun kabut itu ternyata semakin menebal.32
Akhirnya ia teringat bahwa merokok itu perbuatan yang makruh
(dibenci Allah). Maka seketika itu juga ia merasa berdosa dan segera bertaubat
kepada Allah SWT. Bersamaan dengan itu kabut pun menghilang, dan akhirnya ia
bisa berangkat lagi meneruskan perjalanannya. Mulai saat itulah Syekh Abdul
Muhyi menjauhkan diri dari merokok, bahkan bisa dikatakan mengharamkan
rokok untuk dirinya. Sedang kepada keluarga dan pengikutnya, ia hanya melarang
mereka merokok sewaktu di dekat dirinya.
Oleh karena itu, di daerah Pamijahan ada tempat tertentu yang dilarang
secara adat untuk merokok, khususnya tempat yang berada di sekitar makam
Syekh Abdul Muhyi. Adapun batas-batas wilayah larangan merokok antara lain:
sebelah timur daerah Kaca-Kaca, sebelah barat jalan yang menuju ke gua dimulai
dari masjid wakaf, sebelah Selatan dimulai dari makam Dalem Yudanagara (±300
m) dari makam Syekh Abdul Muhyi, sedang sebelah utara (±300 m) dari makam
Syekh Abdul Muhyi yaitu jalan umum yang menuju ke Makam Eyang Abdul
Qohar di Pandawa. Singkat kata, wilayah-wilayah dengan batasan yang telah
ditentukan tersebut adalah daerah larangan merokok menurut adat yang berlaku.33
32
Wawancara pribadi dengan Bpk.Devi Kostaji, selaku Kepala Desa Pamijahan
Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya, 10 April 2018. 33
Diakses dari https://www.facebook.com/notes/cerita-serem/kisah-supranatural-
keramat-Pamijahan/10150428751219903/ pada tanggal 25 April 2018, pukul 23.47.
22
B. Letak Geografis dan Aksesabilitas
Gambar 2. 1: Peta Makam Syekh Abdul Muhyi.34
Desa Pamijahan adalah salah satu dari delapan desa yang terdapat di
Kecamatan Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Secara
geografi Kecamatan Bantarkalong merupakan daerah perbukitan yang berada
disebelah selatan dari Ibu Kota Tasikmalaya. Pamijahan merupakan daerah
pedesaan di pinggir sungai Cipamijahan yang areanya dimanfaatkan sebagai
tempat perumahan penduduk, pasar, masjid, sawah, ladang, dan hutan. Area
tersebut sebenarnya lahan yang berbukit dan bergelombang. Hal ini dapat
dirasakan saat melewati sepanjang jalan di Pamijahan.
Adapun batas wilayah Desa Pamijahan adalah:35
Sebelah Utara : Desa Sukamaju
Sebelah Selatan : Desa Mekarlaksana
Sebelah Timur : Desa Parakanhonje
34
Diakses dari https://www.google.com/maps/place/Makam+Syekh+Abdul+Muhyi/@-
7.5682651,108.0774812,17z/data=!3m1!4b1!4m5!3m4!1s0x2e65e2cbffffffff:0xfdf50894f248a66f
!8m2!3d-7.5682651!4d108.0796699 pada tanggal 17 Agustus 2018, pukul 17.56. 35
Wawancara pribadi dengan Bpk. Devi Kostaji, selaku Kepala Desa Pamijahan
Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya, 10 April 2018.
23
Sebelah Selatan : Desa Wangunsari
Luas Desa Pamijahan 1.000,37000 hektar yang terdiri dari luas
pemukiman 125,000 hektar dan luas sawah 225,000 hektar. Pamijahan merupakan
daerah perbukitan yang terletak di titik koordinat 07 37’ 19’’ Lintang Selatan dan
108 06’ 30,6’’ Bujur Timur dengan ketinggian 274 meter diatas permukaan laut.
Tingkat erosi tanah ringan 15,50 hektar, jenis warna tanah hitam dan tekstur tanah
lempuang, serta tingkat kemiringan tanah sekitar 45˚. Adapun kondisi luas hutan
245,3500 hektar, pekarangan seluas 9,0000 hektar, dan perkebunan 150,000
hektar. Adapun lahan yang digunakan sebagai fasilitas umum ada 17,2400 dan
tanah kas Desa memiliki 46,7800 hektar. Desa Pamijahan terdiri dari enam
kampung yaitu Kampung Parumpung, Pamijahan, Panyalahan, Koranji, Pandawa
dan Cicandra. Desa Pamijahan berjarak 9 km dari Kecamatan Bantarkalong dan
dari Ibu Kota Tasikmalaya berjarak sekitar 64 km.36
Untuk mencapai wilayah Pamijahan ada beberapa rute, dan yang
paling mudah dijangkau adalah dari Terminal Indihiyang Tasikmalaya bisa
langsung ke Pamijahan via simpang tiga ke arah Cipatujah dan Pamijahan. Di
samping itu ada jalur alternatif lain via Kecamatan Parung Ponteng namun kondisi
jalan rusak, belum diperbaiki. Waktu tempuh Pamijahan melalui Tasikmalaya
sekitar 1,5 sampai 2 jam dengan kondisi jalan yang tidak rata atau bergelombang.
Begitu juga melalui alternatif via Parung Ponteng, kondisi jalan berbukit-bukit
dan terjal, mengkhawatirkan jika keadaan hujan karena kondisi jalan menjadi
licin. Tarif angkutan umum, menggunakan Bis Mikro dan Mobil Elf jalur Tasik
Indihiyang-Pamijahan sekitar Rp.25.0000 sampai Rp.35.000. Pamijahan ramai
36
Observasi, Lihat dari Arsip Desa Pamijahan Kecamatan Bantarkalong Kabupaten
Tasikmalaya, 10 April 2018.
24
didatangi pengunjung untuk berziarah dan mencapai puncaknya di bulan Maulud,
Rajab, Ruwah menjelang bulan puasa dan Syawal peziarah bisa mencapai ratusan
ribu.37
C. Kondisi Ekonomi di Desa Pamijahan
Berdasarkan hasil penelitian data yang diperoleh tentang kondisi sosial
ekonomi, jumlah penduduk masyarakat Desa Pamijahan mencapai 6.385 jiwa,
jumlah tersebut merupakan proyeksi dan angka yang masih sementara. Jumlah
penduduk laki-laki berjumlah 3.311 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah
3.074 jiwa. Jika dilihat dari data tersebut maka jumlah penduduk dari Desa
Pamijahan yang artinya jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada
penduduk perempuan.38
Jenis mata pencaharian penduduk Desa Pamijahan pada umumnya
adalah bertani. Penduduk Pamijahan yang menjadi petani dan buruh tani
merupakan jumlah penduduk terbesar dibandingkan dengan mata pencaharian
selain bertani. Masyarakat yang menjadi petani dan buruh tani, jumlah penduduk
yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlak
penduduk yang berjenis kelamin perempuan. Jumlah penduduk Desa Pamijahan
yang menjadi petani dan buruh tani sekitar 78% sedangkan jumlah penduduk
Pamijahan yang berprofesi selain bertani sekitar 22%. Adapun keistimewaan yang
terdapat di Desa Pamijahan Khusus para Pedagang yang memiliki pertokoan yang
ada di Desa Pamijahan di wajibkan tutup selama bulan puasa penuh (bulan
Ramadhan) tidak boleh diadakan aktivitas perekonomian (berdagang) karena
37
Observasi, di terminal Indihiang Tasikmalaya pada hari kamis tanggal 4 april 2018
pukul. 16.25. 38
Observasi, Lihat dari Arsip Desa Pamijahan Kecamatan Bantarkalong Kabupaten
Tasikmalaya, 10 April 2018.
25
untuk mengikuti adat yaitu menyambut bulan Ramadhan dan masyarakat
Pamijahan dianjurkan untuk beribadah penuh kepada Allah. Maka dari itu
perekonomian mayarakat dalam 1 tahun yaitu hanya 11 bulan.39
Grafik 2. 1: Mata Pencaharian Penduduk Desa Pamijahan
Berdasarkan lingkar grafik diatas menunjukkan bahwa mayoritas
penduduk Desa Pamijahan mata pencahariannya didapatkan dari hasil bertani dan
berwirausaha. Banyak penduduk yang berdagang di Desa Pamijahan ini terutama
di area tempat berziarah, sepanjang jalan menuju tempat berziarah ini para
pedagang berjajar dalam berjualan seperti mukena, baju-baju, makanan Khas
Pamijahan yaitu kolang-kaling, asesoris, makanan, air, kembang, lukisan para
wali dan lain sebagainya. Dengan adanya situs ziarah di Desa Pamijahan ini dapat
meningkatkan perekonomian mayarakat Pamijahan. Karena tempat ziarah tersebut
setiap harinya selalu di datangi para pengunjung dan setelah melakukan ziarah
biasanya mereka tidak lupa untuk berbelanja di pedagang-pedagang tersebut
sebagai oleh-oleh.
Pembangunan perekonomi di Desa Pamijahan tidak hanya berfokus
pada salah satu bidang usaha pertanian tetapi di bidang lain yaitu: peternak,
39
Wawancara pribadi dengan Bapak Devi Kostaji sebagai Kepala Desa Pamijahan, Pada
tanggal 10 April 2018.
33%
45%
0% 3% 0% 0% 0% 16%
0% 3%
Mata Pencaharian Penduduk Desa Pamijahan
Petani
Buruh Tani
Buruh Migran
PNS
Montir
TNI
26
pegawai negeri, pegawai swasta, pedagang dan lain-lain. Mengenai data penduduk
dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2. 1: pencaharian penduduk Desa Pamijahan
D. Kondisi Pendidikan di Desa Pamijahan
Desa Pamijahan apabila dilihat dari taraf pendidikan termasuk desa
yang yang mengalami kemajuan dalam segi pendidikannya. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya jumlah sarana prasarana dalam bidang pendidikan di Desa
Pamijahan, baik yang formal maupun non-formal. Pada umumnya sebagian besar
masyarakat Desa Pamijahan hanya sampai ketingkat Sekolah Dasar karena pada
jaman dulu belum adanya bantuan dari pemerintah untuk pendidikan. Hanya
NO Jenis Pekerjaan Laki-laki
(orang)
Perempuan
(orang)
Jumlah (orang)
1 Petani 464 154 618
2 Buruh Tani 456 392 848
3 Buruh Migran 5 0 5
4 PNS 37 15 52
5 Montir 7 0 7
6 TNI 1 0 1
7 Polri 2 0 2
8 Wirausaha 290 8 298
10 Arsitek 1 0 1
11 Wiraswasta 45 16 61
27
segelintir masyarakat yang mampu untuk meneruskan ke pendidikan umum yang
lebih tinggi, sebagian masyarakat Pamijahan ada yang melanjutkan dengan
pendidikan Agama saja, karena masyarakat Pamijahan lebih mengutamakan
terhadap pendidikan Ilmu Agama.
Masyarakat Pamijahan menanamkan nilai-nilai akidah Islam dan
membimbing generasi selanjutnya supaya bisa belajar Ilmu Agama dan bisa
membaca, tulis Qur’an.40
Pendidikan Agama ini bertujuan untuk meningkatkan,
pemahaman dan penghayatan anak-anak tentang Agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berahlak
mulia dalam kehidupan pribadi, dan bermasyarakat. Dengan banyaknya
pendidikan Agama di Desa Pamijahan ini diharapkan dapat berperan dalam upaya
pencapaian pendidikan Nasional karena tanpa melalui pendidikan Agama,
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan yang maha Esa tersebut tidak mungkin
dapat diwujudkan, karena itu pendidikan Agama memiliki peran dan kedudukan
yang penting dalam sistem pendidikan.41
Adapun grafik di bawah ini untuk menggambarkan banyaknya
mayarakat Pamijahan yang melanjutkan hingga ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
40
Wawancara pribadi dengan Bpk. Devi Kostaji sebagai Kepala Desa Pamijahan, pada
tanggal 10 April 2018. 41
Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan (Jakarta Selatan: UIN Jakarta Press, 2005),
Cet.1, h. 112.
28
Grafik 2. 2: Jumlah lulusan tingkat pendidikan penduduk Desa Pamijahan
Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa penduduk Desa
Pamijahan sejak tahun 2014 sampai sekarang mengenai jumlah penduduk menurut
tingkat pendidikan yang terdapat dari arsip desa: mereka yang hanya sampai tamat
SD berjumlah 4.050 orang , yang tamat sekolah SLTP 1.619 orang, tamat sekolah
SLTA berjumalah 2.175 orang dan lulusan perguruan tinggi dari D-1 hingga S-3
mencapai 1.947. Jadi tingkatan pendidikan yang dapat mereka tempuh lulusan
tingkat Sekolah Dasar (SD) lebih banyak atau dominan apabila di bandingkan
dengan lulusan tingkat SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.42
E. Kondisi Keagamaan di Desa Pamijahan
Agama dan kepercayaan merupakan suatu yang asas dalam kehidupan
manusia. Agama adalah seperangkat aturan atau undang-undang yang mengikat
manusia sebagai pedoman hidupnya. Karena dengan beragama kehidupan kita
akan menjadi teratur dan selaras sesuai dengan ajaran-ajaran Agama. Sedangkan
kepercayaan merupakan salah satu ciri dari agama, melalui agama dan
42
Observasi, Lihat dari Arsip Desa Pamijahan Kecamatan Bantarkalong Kabupaten
Tasikmalaya, 10 April 2018.
SD SLTP SLTA PERGURUAN TINGGI
0
5000
kependudukan jenjang pendidikan Desa Pamijahan
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
29
kepercayaan inilah manusia melakukan hubungan dengan Tuhan yang dipandang
mempunyai pengaruh dalam kehidupan manusia.43
Di Desa Pamijahan Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya
berdasarkan agama yang dianutnya adalah mayoritas beragama Islam. Yang mana
kegiatan keagamaan di Desa Pamijahan ini sudah cukup memadai. Hal ini
dikarenakan banyak terdapat tempat ibadah di masing-masing dusun, maka di
Desa Pamijahan terdapat masjid dan langgar atau mushola. Selain masjid dan
mushala terdapat juga beberapa lembaga yang bebasis Agama Islam (pesantren).
Sebagaimana kita ketahui bahwa pondok pesantren sarana untuk mempelajari
Ilmu Agama yang terdiri dari pesantren Al-Karomah, pesantren salafiyah Al-
falah, pesantren Miftahul Barkah, dan lain sebagainya. Hanya saja jumlah santri-
santri di sana tidak banyak seperti pesantren-pesantren modern yang ada di kota.44
Masyarakat Desa Pamijahan banyak yang paham agama, hal ini
berpengaruh terhadap perilaku masyarakat. Maka tidak heran bila desa ini
memiliki berbagai kegiatan sosial keagamaan baik mingguan, bulanan, tahunan.
Seperti tahlilan, sholawat dan ceramah keagamaan oleh tokoh setempat. Kegiatan
ini berguna untuk mempererat tali silaturahmi dan sebagai sarana interaksi antar
penduduk. Dengan berbagai kegiatan-kegiatan kaagamaan yang terdapat di Desa
Pamijahan, juga terdapat tradisi keagamaan di setiap tahunnya. Kegiatan-kegiatan
yang selalu diadakan sebagai suatu tradisi yaitu sunat masal yang diselenggarakan
setiap satu tahun sekali, kemudian setiap tanggal 27 Rajab diselenggarakannya
43
Beni Ahmad Saebani, Pengantar Antropologi (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012),
h.243. 44
Wawancara pribadi dengan Bpk. Endang Adjidin, sebagai sesepuh Makam Keramat
Syekh Abdul Muhyi, Desa Pamijahan Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya, 10 April
2018.
30
acara besar di Desa Pamijahan guna untuk memperingati hari Isra Miraj.45
Dengan hal-hal seperti itu maka timbullah kepercayaan yang mendalam terhadap
masyarakat yang terdiri atas kelompok-kelompok kekerabatan yang mempunyai
orientasi kepada leluhur. Akan tetapi, kepercayaan seperti itu memberi rasa
kesinambungan yang kuat karena masa lampau, masa kini dan masa yang akan
datang saling berkaitan.46
Dari sini dapat dilihat bahwa tingkat keagamaan di Desa Pamijahan
Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya ini tergolong sangat baik. Hal
ini disebabkan karena lingkungan di Desa Pamijahan termasuk desa yang agamis
dengan terdapat banyak langgar/mushola, masjid dan pondok pesantren di
lingkungan tersebut. Maka tampaklah bahwa masyarakat Desa Pamijahan sangat
peduli terhadap pengetahuan Agama Islam.
Adapun sarana ibadah yang terdapat di Desa Pamijahan sesuai dengan
agama yang dianut yaitu Islam hanya ada 10 masjid dan 22 musola atau langgar
saja, jumlah keseluruhan rumah ibadah yang berada di Desa Pamijahan terdapat
32 banyak rumah ibadah.
45
Wawancara pribadi dengan Bpk. Endang Adjidin, sebagai sesepuh Makam Keramat
Syekh Abdul Muhyi, Desa Pamijahan Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya, 10 April
2018. 46
Beni Ahmad Saebani, Pengantar Antropologi (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012),
h.244.
31
BAB III
PENGKULTUSAN SYEKH ABDUL MUHYI DI PAMIJAHAN
A. Sejarah Syekh Abdul Muhyi
Syekh Abdul Muhyi lahir di Mataram sekitar pada tahun 1650 M/1071
H, dari seorang ibu yang bernama Ny. R. Ajeng Tanganjiah keturunan dari
Saidina Husen bin Saidina Ali dan Fatimah binti Rasullah SAW. Syekh Abdul
Muhyi datang dari keluarga bangsawan. Ayahnya, Sembah Lebe Warta Kusumah,
adalah keturunan raja Galuh (Pajajaran). Jadi Syekh Abdul Muhyi sebagai
pertemuan dari keturunan Arab dan Jawa. Namun Syekh Abdul Muhyi tidak lama
tinggal di Mataram, kemudian beliau beralih dan dibesarkan di Ampel/Gresik
bersama orang tuanya. Beliau selalu mendapat pendidikan Agama Islam dari
orang tuanya dan ulama-ulama yang berada di Ampel.47
Kemudian di usianya yang betambah ketika beliau berusia 19 tahun
beliau berpamitan kepada orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan Agama
Islam (mesantren) ke Kuala/Aceh di Sumatera Utara pada gurunya yang bernama
Syekh Abdul Rauf bin Abdul Jabar, seorang sufi dan guru Tarekat Shattariyah.
Dengan senang hati orang tuanya memberikan izin kepada Syekh Abdul Muhyi
untuk menuntut ilmu agama yang mulia, maka berangkatlah beliau bersama
teman-temannya ke Kuala/Aceh setelah mendapatkan beberapa nasehat dan
pesan-pesan dari orang tuanya. Lama beliau tinggal di pesantren untuk menuntut
47
Wildan Yahya, Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syekh Abdul Muhyi (Bandung: PT
Refika Aditama, 2007), h. 7-8.
32
ilmu Agama Islam kira-kira sekitar 8 tahun, dari mulai tahun 1090-1098 H / 1669-
1677 M.48
Pada usia 27 tahun beliau dengan teman-temannya sepondok
pesantrennya diajak ke Bagdad oleh gurunya untuk menziarahi makam Syekh
Abdul Qadir Jaelani. Di sana beliau bermukim selama 2 tahun untuk menerima
ijazah ilmu Agama Islam. Setalah cukup lama bermukim di Bagdad kemudian
beliau diajak gurunya ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Ketika sedang
menunaikan ibadah haji di Baitullah tiba-tiba Syekh Abdul Rauf yaitu guru dari
Syekh Abdul Muhyi mendapatkan ilham, konon di antara santrinya itu akan ada
yang mendapat pangkat kewalian. Pada ilham itu dinyatakan bahwa manakala
tanda-tanda itu telah tampak, maka Syekh Abdul Rauf harus segera menyuruh
orang itu pulang dan harus terus mencari gua di pulau Jawa bagian Barat untuk
menetap atau bermukim di sana. Gua tersebut sebenarnya bekas Syekh Abdul
Qadir Jaelani Tawajuh (menerima ilmu Agama Islam) dari gurunya yaitu Imam
Sanusi.49
Pada suatu hari di waktu Ashar Syekh Abdul Muhyi dengan teman-
temannya sedang berkumpul di Masjidil Haram, tiba-tiba datanglah cahaya yang
langsung menuju wajah Syekh Abdul Muhyi, dan hal tersebut langsung diketahui
oleh gurunya Syekh Abdul Rauf ketika melihat kejadian itu ia sangat terkejut dan
ingat akan ilham yang pernah diterimanya. Kemudian ia merenunginya dan ia
yakin bahwa hal itu ialah tanda kewalian yang sedang ditunggu-tunggu
berdasarkan ilham yang didapatnya namun hal ini sangat dirahasiakan oleh Abdul
Rauf meski kepada santrinya sekalipun. Setelah kejadian yang terjadi kepada
48
AA. Khaerussalam, Sejarah Perjuangan Syekh Haji Abdul Muhyi Pamijahan
(Bantarkalong: PT. Usaha Muda, 1995), Cet. 8, h. 9. 49
AA. Khaerussalam, Sejarah Perjuangan Syekh Haji Abdul Muhyi Pamijahan, h. 10.
33
Syekh Abdul Muhyi maka Syekh Abdul Rauf segera membawa santri-santrinya
kembali ke Kuala pada tahun 1677 M/ 1099 H. Setibanya di Kuala Syekh Abdul
Rauf segera memanggil Syekh Abdul Muhyi dan diperintahkan untuk pulang ke
Gresik untuk ditugaskan mencari Gua dan menetap di sana.
Setibanya di Gresik beliau memberitahukan segala perintah gurunya
kepada ayah dan ibundanya serta meminta izin dan meminta doa restu untuk
melaksanakan perintah gurunya. Mendengar kisah tersebut dengan besar hati dan
gembira kedua orang tuanya memberikan izin kepada Syekh Abdul Muhyi untuk
melaksanakan tugas dari gurunya. Namun di balik kegembiraan tersebut ada suatu
kekhawatiran, karena pada waktu itu Syekh Abdul Muhyi belum mempunyai istri.
Karena itu ayah dan bundanya menyuruh supaya menikah terlebih dahulu sebelum
pergi melaksanakan perintah gurunya. Kemudian menikahlah beliau dengan
seorang istri pilihannya yang bernama Ayu Bakta putri dari Sembah Dalem
Sacaparana. Tidak lama setelah menikah Syekh Abdul Muhyi dengan isterinya
berangkat meninggalkan Gresik menuju ke arah Jawa Barat hingga ia sampai ke
suatu daerah yang bernama Darma Kuningan.50
Pada waktu beristirahat di Darma beliau bercakap-cakap dengan
penduduk di sana yang kebetulan mereka itu telah menganut Agama Islam.
Mereka sangat tertarik oleh Syekh Abdul Muhyi terutama setelah mereka
mengetahui bahwa beliau adalah seseorang yang berpengetahuan tinggi. Atas
permohonan mereka maka Syekh Abdul Muhyi menetap di Darma Kuningan
kurang lebih selama 7 tahun dari tahun 1678-1685 M. Di daerah ini selain
mendakwahkan ajaran Islam Syekh Abdul Muhyi juga tidak lupa dengan tugasnya
50
AA.Khaerussalam, Sejarah Perjuangan Syekh Haji Abdul Muhyi Pamijahan
(Bantarkalong: PT. Usaha Muda, 1995), Cet. 10, h. 9.
34
untuk mencari gua yang dimaksud dengan gurunya. Indikasi adanya gua itu
sendiri adalah isyarat dari gurunya yang mengatakan bahwa apabila menanam
padi satu maka benih padinya tetap satu, artinya tidak menambah penghasilan.
Kemudian Syekh Abdul Muhyi dengan mencari gua tersebut menggunakan cara
dengan mencoba menanam padi beberapa kali, akan tetapi ia belum berhasil
karena hasil tanamannya terus melimpah, sedangkan hal itu tidak sesuai dengan
petunjuk atau keterangan yang diterima dari gurunya.
Berita tentang Syekh Abdul Muhyi menetap di Darma Kuningan
sendiri terdengar oleh orang tuanya, mereka kemudian menyusul dan ikut menetap
di sana. Akan tetapi setelah gua yang dicari sebagai tujuan utama untuk dijadikan
tempat dalam melaksanakan penyebaran Agama Islam tidak didapati, lalu Syekh
Abdul Muhyi berpamitan kepada penduduk Darma Kuningan untuk melanjutkan
perjalanannya. Setelah meninggalkan Darma Kuningan ini Syekh Abdul Muhyi
kemudian melanjutkan perjalanannya ke daerah Pameungpeuk, Garut Selatan. Di
tempat barunya ini Syekh Abdul Muhyi ternyata harus menghadapi tantangan
yang sangat berat, khususnya dari sekelompok dukun sihir yang menentang
praktik dakwahnya. Tantangan tersebut bukan hanya berupa ancaman ilmu hitam
namun juga berupa serangan fisik.51
Syekh Abbdul Muhyi bermukim di Pameungpeuk Garut Selatan ini
kurang lebih selama 1 tahun dari tahun 1685-1686 M. Usia beliau ketika itu masih
36 tahun, di tempat ini Syekh Abdul Muhyi menyebarkan Agama Islam dengan
cara yang sangat hati-hati karena penduduknya mayoritas masih memeluk Agama
Hindu. Namun berkat ketabahan dan ketekunannya sedikit-sedikit akhirnya
51
AA.Khaerussalam, Sejarah Perjuangan Syekh Haji Abdul Muhyi Pamijahan
(Bantarkalong: PT. Usaha Muda, 1995), Cet. 10, h. 9-10.
35
masyarakat Pameungpeuk mulai masuk Agama Islam hingga menyebar di seluruh
daerah tersebut.52
Dalam waktu kurang lebih setahun setelah terus berdakwah di
Pameungpeuk ini, suatu musibah pada akhirnya datang menimpa kehidupan
Syekh Abdul Muhyi yaitu ayahanda beliau meninggal dunia yang kemudian
dimakamkan di Kampung Dukuh di tepi kali Cikaengang. Syekh Abdul Muhyi
sendiri menggambarkan kepergian ayahnya ini sebagai peristiwa yang
meninggalkan duka. Setelah ayahanda beliau meninggal beberapa hari kemudian,
beliau pamit untuk melanjutkan perjalanan menuju Batuwangi, di sana beliau
bermukim untuk mengabulkan masyarakat yang sudah masuk Agama Islam
dikampung tersebut. Namun beliau bermukim di sana tidaklah lama karena
tempat yang dicari, masih belum diketemukan. Di samping itu banyak sekali
rintangan-rintangan dari orang yang masih memeluk Agama Hindu. Dari
Batuwangi beliau melanjutkan perjalanannya menuju Lebaksiuh tempat yang
begitu jauh dari Batuwangi. Ketika sedang dalam peristirahatannya di Lebaksiuh,
beliau dikerumini masyarakat karena keramahan dan kealimannya beliau sehingga
penduduk di sana menahan beliau untuk menetap di sana, sama seperti di daerah-
daerah sebelumnya yang disinggahi. Dengan beberapa pertimbangan akhirnya
beliau bermukimlah di Lebaksiuh atas permintaan penduduk maka bermukimlah
beliau di sana selama 4 tahun dari tahun 1686-1690 M.53
Selama beliau di Lebaksiuh, beliau terus menyebarkan Agama Islam
dengan tekun selain disertai dengan kekeramatannya. Oleh karena itu di
52
AA. Khaerussalam, Sejarah Perjuangan Syekh Haji Abdul Muhyi Pamijahan
(Bantarkalong: PT. Usaha Muda, 1995), Cet. 8, h. 12.
53
AA. Khaerussalam, Sejarah Perjuangan Syekh Haji Abdul Muhyi Pamijahan
(Bantarkalong: PT. Usaha Muda, 1995), Cet. 8, h. 13.
36
Lebaksiuh yang pada waktu itu banyak masyarakat yang beragama Hindu yang
mengikuti ajaran beliau yaitu memasuki Agama Islam. Namun di sisi lain Syekh
Abdul Muhyi juga sering mendapatkan gangguan-gangguan terutama dari orang-
orang yang masih memeluk Agama Hindu. Salah satu gangguan yang pernah
dialami beliau di antaranya, ketika beliau sedang bersujud melaksanakan
sembahyang datanglah dua tokoh Agama Hindu yang sangat besar Ilmu sihirnya.
Mereka ingin menghantam Syekh Abdul Muhyi dari belakang ketika beliau
sedang bersembahyang, tetapi karena kekeramatan yang beliau miliki maka
mereka tidak berhasil.54
Setelah Syekh Abdul Muhyi selesai salat beliau merasa
kaget melihat orang tersebut berdiri di belakangnya dengan tangan terangkat,
dengan langkah kaku akhirnya mereka bersujud di hadapan Syekh Abdul Muhyi
untuk meminta maaf atas perbuatannya serta berjanji tidak mengulang perbuatan
tersebut. Kemudian Kanjeng Syekh memaafkan mereka dan mereka berdua
memohon untuk mengikuti ajaran beliau dengan masuk Agama Islam dengan
mengucapkan dua kalimah syahadat di hadapan beliau. Dengan bahagianya beliau
mengangkat kedua tangannya dan menengadahkan kepalanya ke atas, beliau
bersyukur kepada Allah yang telah memberikan hidayah kepada mereka berdua
sebagai tokoh Agama Hindu yang gagah dan perkasa kini sudah masuk Islam dan
menjadi sahabat beliau dalam mengembangkan tugasnya dalam menyebarkan
Agama Islam ke setiap pelosok.
54
Dua tokoh Agama Hindu yaitu Embah Ibra dan Embah Sanum keadaan tersebut ketika
kanjeng Syekh sedang sujud, dengan tidak berfikir panjang mereka ingin menghantam SYekh
Abdul Muhyi dari belakang. Karena kekeramatan beliau mereka tidak berhasil akrena tangannya
terus terangkat dan dan tidak dapat bergerak. Kemudian seseorangnya lagi mau memukul dengan
golok, tetapi begitu goloknya mau diangkat maka golok tersebut terus memanjang tidak bisa
terlepas dari sarungnya hinnga ia kelelahan. Wawancara pribadi dengan Pak Endang Adjidin
sebagai Kuncen Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi Pada tanggal 10 April 2018.
37
Selama 40 tahun Syekh Abdul Muhyi menyebarkan Agama Islam dari
mulai pelosok perkampungan sampai ke kota di wilayah Jawa Barat. Pada suatu
hari beliau jatuh sakit, sehingga orang-orang berdatangan dari setiap pelosok ingin
mengetahui sakit apa yang dideritanya. Selain itu mereka mengharapkan doa dan
keberkahannya, hingga rumah kediaman beliau penuh dengan pengikut-
pengikutnya yang berdatangan dengan silih berganti. Pada hari Senin tanggal 8
Jumadil Awal tahun 1730 M/ 1151 H, setelah salat subuh dan berusia 80 tahun
Syekh Abdul Muhyi meninggal dunia. Setelah beliau wafat tersebarlah berita
kemana-mana para pengikutnya baik yang dekat maupun yang jauh mendatangi
ke Pamijahan dengan penuh rasa duka. Setiap hari orang terus berdatangan
mengunjungi makam beliau sambil memperlihatkan kecintaannya dengan
bermacam-macam peribadatan.
B. Ajaran Syekh Abdul Muhyi
1. Perjalanan spiritual (Tarekat)
Syekh Abdul Muhyi adalah seorang murid dari Syekh Abdul Rauf al-
Sinkili sebagai pengembang tarekat Syathariyah. Ajaran tasawuf Syathariyah
yang dikembangkan oleh Syekh Abdul Muhyi berasal dari seorang sufi yaitu
Abdullah al-Syathar. Perkembangan tarekat Syathariyah ini mengalami
kemajuan yang sangat pesat di bawah Syekh Muhammad Ghaut Gwalioro.
Tarekat merupakan jalan yang sifatnya spiritual bagi seorang sufi yang berisi
amalan ibadah dan penghayatan yang mendalam yang ditunjukkan untuk
berdekatkan sedekat mungkin (secara rohaniah) dengan Sang Pencipta.55
Sedangkan tarekat menurut ajaran Syekh Abdul Muhyi adalah berupa
55
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), h. 270-271.
38
ketetapan dzikir rohani, yang mengungkapkan keyakinan yang berpusat pada
kalimah Thayyibah atau al-tauhid yang tertuang dalam kalimat “la illaha
illallah”. Syekh Abdul Muhyi juga menguraikan bahwa kalimat tauhid yang
tertuang dalam lafadz “la illaha illallah” yang artinya “Tiada Tuhan kecuali
Allah” yang menunjukkan bahwa Allah satu dzat-NYA, satu pekerjaannya
tidak beranak dan tidak diperanakan. Dia berkuasa, kaya, kasih sayang kepada
makhluknya.56
Selain tarekat Syathariyah Syekh Abdul Muhyi juga mengembangkan
tarekat Qadariyyah danNaqsyabandiyyah. Tarekat Syathariyah menonjolkan
aspek dzikir di dalam ajarannya. Tiga kelompok yang disebut di atas, masing-
masing memiliki metode berdzikir dan bermeditasi untuk mencapai intuisi
ketuhanan, penghayatan, dan kedekatan kepada Allah SWT. Ajaran-ajaran
tarekat Syattariyah yaitu praktek yoga yang merupakan ajaran agama hindu,
diadopsi dan dipraktekkan menjadi bagian dari formulasi dzikir tarekat
syattariyah, karna memang konsep dan ritual Islam, khususnya aspek tasawuf
memiliki kedekatan dengan dengan ajaran Hindu.57
Tarekat Qadariyyah dan
Naqsyabandiyyah Penggabungan inti ajaran kedua tarekat itu dimungkinkan
atas dasar pertimbangan logis dan strategis bahwa kedua ajaran inti itu bersifat
saling melengkapi, terutama dalam hal jenis dizkir dan metodenya. Tarekat
Qadariyah menekankan ajaran pada dzikir jahr nafi isbat, sedangkan Tarekat
Naqsyabandiyah menekankan model dzikr sirr ismu dzat, atau dzikir lathaif.
ada empat ajaran pokok dalam tarekat ini yaitu: ajaran tentang kesempurnaan
56
Wildan Yahya, Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syekh Abdul Muhyi (Bandung: PT
Refika Aditama, 2007), h. 27. 57
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia
(Jakarta: Kencana, 2006), h. 70.
39
suluk, adab para murid, dzikir, dan muraqabah. Ke empat ajaran inilah
pembentuk citra diri yang paling dominan dalam kehidupan para pengikut
tarekat Qadariyah dan Naqsyabandiyah. Ajaran-ajaran tersebut juga
pembentuk identitas diri yang membedakan antara pengikut tarekat dengan
yang lain.58
Tiga tarekat tersebut teruang dalam suatu naskah yang berjudul;
“Kitab Thariqoh Qadariyyah Naqsyabandiyyah” ajaran lain kedua tarekat ini
terlihat kuat dalam simtem dzikir yang dikembangkan oleh Syekh Abdul
Muhyi, yaitu dzikir al-Jahr dan dzikir al-Siir. Dzikir al-Jahr adalah dzikir
yang dikembangkan oleh tarekat Qadariyah, yaitu menyuarakan keras-keras
kalimah thayyibah atau al-tauhid kemudian diresapkan kedalam hati agar hati
tercerahkan dengan cahaya Illahi. Adapun Dzikir al-Siir adalah corak dzikir
khas yang dikembangkan oleh tarekat Naqsyabandiyyah yakni menghaluskan
bacaan kalimat Thayyibah di dalam hati dengan pendekatan nafyi ini (La
illaha atau “tidak ada Tuhan”) dan itsbat (Illaha atau “kecuali Allah SWT”).
Kalimah Thayyibah ini kemudian disatukan kedalam kesadaran bathin melalui
lima bentuk dzikir yaitu; al-qalb (hati), al-ruh (ruh), al-siir (rahasia), al-kahfi
(tersembunyi) dan al-akhfa (paling tersembunyi).59
Jalan spiritual yang harus dijalani seorang sufi untuk menanamkan
kalimah Thayyibah dalam diri dan kehidupan sendiri, dilakukan melalui 7
proses:60
58
Zurkani Yahya, Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah: Sejarah Asal Usul dan
Perkembangannya (Tasikmalaya: IAILM, 1990), h. 196. 59
Wildan Yahya, Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syekh Abdul Muhyi, h.29-30. 60
Wildan Yahya, Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syekh Abdul Muhyi, h.30-35.
40
a. Mendekatkan diri, baik secara jasmani maupun ruhani kepada Allah, sebab
dzikrullah sejatinya dapat ditangkap dengan mata hati secara cepat. Oleh
karena itu persiapan yang paling baik dalam proses mendekatkan diri
(taqarrub) pada Allah dengan menyadari bahwa Allah SWT yang maha
kuasa dan sangat dekat dengan diri.
b. Mengisi hati dengan lathaif (esensi-esensi dalam diri) seperti rajin
beribadah, dan mensucikan diri dari dorongan nafsu.
c. Menyatukan penglihatah ruhani (mata hati) dengan rahsa (perasaan)
Tuhan.
d. Menyatukan kalimah thayyibah dengan diri secara utuh dan segala
komponen yang ada di dalamnya: pancaindera, perasaan dan pikiran.
e. Mengaktualakan kalimah Thayyibah dalam semua perbuatan seseorang
pengamalan ini yakni dengan memperaktekan seluruh ajaran yang telah
diwariskan oleh Nabi dalam setiap tindakan.
f. Menjauhkan diri dari segala bentuk dosa.
g. Menyatukan diri dalam qudrah dan iradah Allah maksud dari hal tersebut
bentuk aktivitas yang dilakukan seseorang harus disertai kesadaran bahwa
hal itu merupakan manisfestasi kehendak dan kekuasaan Tuhan.
2. Dzikir dan kalimah thayyibah
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya tentang dzikir dan kalimah
thayyibah, Syekh Abdul Muhyi juga menambahkan bahwa orang mukmin
yang senantiasa mendawamkan kalimah thayyibah dengan baik dan teliti,
maka itu berarti ia telah membuka bagi dirinya semua pintu ganjaran (pahala)
41
dan pintu ilmu. Hidupnya akan dipenuhi kebahagiaan dan ketenangan, karena
kalimah Thayyibah tersebut meninggikan derajat hidupnya.
Tentang dzikir sendiri menurut pandanga Syekh Abdul Muhyi, ia harus
mengikuti sebagaimana tuntunan para wali yakni dengan memakai lathaif
(esensi jiwa yang halus dan terdalam). Seseorang yang menjalani praktik
sufistik diwajibkan dalam menggunakannya dalam praktik dzikir, jika tida
orang tersebut dapat dikatakan telah berlebih-lebihan dalam ucapan dan
tingkah lakunya.61
Demikian juga dalam hal praktik wirid seseorang harus
berhati-hati dalam melaksanakannya ia mesti mengikuti tuntunan yang
diberikan Rasulullah dan para sahabatnya.
Syekh Abdul Muhyi menguraikan beberapa tatakrama yang mesti
dilakukan seseorang dalam praktik dzikir. Yang terdiri dari 5 aturan yang
harus dilakukan sebelum dzikir, 12 aturan yang dilakukan dalam melakukan
dzikir dan 3 aturan yang dilakukan setelah dzikir;62
Tabel 3. 1: 5 hal yang dilakukan sebelum dzikir
61
Wildan Yahya, Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syekh Abdul Muhyi, h.43. 62
Wildan Yahya, Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syekh Abdul Muhyi, h. 44-46.
Lima tata cara yang dilakukan sebelum dzikir
Bertaubat dari seluruh dosa
Mandi atau wudhu
Berdiam diri atau tenang untuk memperoleh kejujuran hati dan niat di
dalam dzikirnya
Berniat ingin meminta pertolongan kepada Allah dengan mengikuti
petunjuk guru
42
Tabel 3. 2: 12 tata cara ketika melakukan dzikir
Ingin meminta bertekad pertolongan kepada guru sebagaimana
membutuhkan pertolongan dari Nabi SAW, karena guru itu bisa
dikatakan pengganti sebagai Nabi.
Dua belas tata cara ketika sedang melakukan dzikir
1 Berada pada tempat yang suci
2 Membiasakan dzikir pada kedua tangan dan di atas paha
3 Membiasakan rendah diri di dalam dzikir
4 Selalu memakai pakaian yang harum-harum
5 Memilih tempat yang redup
6 Mengendalikan pandangan dan keinginan
7 Mengendalikan diri untuk selalu membayangkan wajah gurunya
seakan-akan selalu terlihat di depannya
8 Jujur dalam dzikir
9 Ikhlas
10 Memilih lafadz la illaha Illallah
11 Menghayati dengan sungguh-sungguh sehingga dirinya akan selalu
diliputi dengan makna dzikir
12 Meyakinkan dalam hati dan pikiran bahwa seluruh maujud hanya
milik Allah
43
Tabel 3. 3: 3 hal yang dilakukan setelah berdzikir
3. Ajaran Tentang Akhlak
Iman dan akhlak harus berjalan beriringan dan saling mendukung,
kualitas iman akan menjadi naik seiring dengan peningkatan akhlak. Seperti
halnya seseorang yang menyebrangi jalan maka ia membutuhkan tuntunan
atau membutuhkan pegangan ketika melewati jembatan. Menyebrang jalan
atau melewati jembatan dapat diumpamakan dengan iman sedangkan tangan-
tangan tuntunan atau pegangan diumpamakan dengan hati. Maka keduanya
berjalan untuk saling mendukung. Oleh karena itu seseorang harus selalu
berhati-hati dalam memilih kendaraan untuk langkah jasmani dan rohaninya.63
Mereka yang dapat memahami ini pada akhirnya akan menjadi orang-orang
yang seperasaan, sehati dan seperbuatan. Orang-orang yang menjadi satu
saudara dalam seiman dan menyatu menjadi utuh tatkala menjadi kekasih
Allah. Jika manusia mempunyai hati yang buruk atau fasiq, juga pendendam
maka iman di dalam hatinya itu menurut Syekh Abdul Muhyi adalah Iman
63
Wawancara pribadi dengan Bpk. Endang Adjidin, Tasikmalaya: Desa Pamijahan, 10
April 2018.
Tiga tatacara yang dilakukan setelah berdzikir
Berdiam diri setelah melakukan berdzikir
Menarik nafas dalam-dalam
Mencegah diri untuk meminum air tatkala berdzikir, dan hanya
memfokuskan seluruh perhatian pada keyakinan bahwa hanya Allah
yang memberikan pertolongan.
44
Syetan. Hal yang demikian ini bagi Syekh Abdul Muhyi disebabkan karena
keadaan iman yang tidak sejalan dengan akhlak. Sehingga amal perbuatannya
menjadi rusak, oleh karena itu Rasulullah melarang perbuatan dholim, licik,
kikir, maksiat dan amarah.64
Syekh Abdul Muhyi memberikan uraian tentang akhlak praktis yang
berkaitan dengan perbuatan sehari-hari, atau etika tindakan yang terhubung
dengan orang lain atau masyarakat:65
a) Dalam keseharian, kita tidak boleh bersantai-santai dan banyak tertawa
sambil menatap orang yang lewat atau saling berbisik sambil melirik sebab
hal tersebut bisa merusak iman. Kita juga harus mencegah diri dari
tindakan hal tercela lainnya.
b) Di dalam rumah tangga kita harus melekatkan pada diri kita sifat sabar,
berupaya menciptakan suasana rukun dan damai selamanya, juga yang
paling penting berbuat baik kepada orang tua sebagai tanda kita tidak
pernah melupakan kebaikan mereka.
c) Dalam hal kepribadian kita tidak boleh menyombongkan diri dengan
kedudukan, kepintaran, kekayaan, keturunan dan lain sebagainya. Hal ini
dikarenakan Allah sangat membenci orang-orang yang sombong dan kelak
akan diberi ganjaran dengan memasukan orang tersebut kedalam Api
neraka.
d) Di hadapan orang banyak atau didalam sebuah pertemuan kita tidak boleh
banyak tertawa, memainkan mata cincin, mempermainkan kumis,
64
Wildan Yahya, Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syekh Abdul Muhyi, h.63. 65
Wildan Yahya, Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syekh Abdul Muhyi, h.64-67.
45
mempermainkan jenggot atau mempermainkan rokok, sebab tindakan-
tindakan tersebut hanya akan membawa kita pada kemungkaran.
e) Dalam hubungan antar sesama, bila kita berhutang kepada orang lain maka
ia harus segera membayarnya tidak boleh menunda hal itu hingga ajal
menjemput kita. Sebab Nabi telah mengajarkan bahwa barang siapa yang
telah meninggal dunia namun ia mempunyai hutang dan belum terlunasi
padahal ia sanggup untuk membayarnya, maka nanti diakhirat orang
tersebut akan dibangunkan dari kuburnya dengan tubuh yang menghitam
seperti tembaga yang sudah terbakar selama 100 tahun.
f) Apabila dalam perjalanan kita harus senantiasa berdoa agar memperoleh
keselamatan dalam perjalanan.
3. Ajaran tentang Alam Martabat Tujuh
Warisan ajaran Syekh Abdul Muhyi yang terus berkembang melalui
lisan ke lisan tradisi pengajaran yang bersifat mistik, memang biasanya hanya
melalui lisan yang disampaikan secara rahasia.66
Ajaran “Alam Martabat
Tujuh” ini berawal dari ajaran tasawuf wahdat al-wujud (kesatuan wujud)
yang dikembangkan oleh Ibn Arabi. Tidak begitu jelas kapan ajaran ini
pertama kali masuk ke Indonesia. Yang jelas, sebelum Syekh Abdul Muhyi,
beberapa ulama sufi Indonesia sudah ada yang menulis ajaran ini, seperti
Hamzah Fansuri, Syamsuddin al-Sumatrani (tokoh sufi, w. 1630), dan Abdur
Rauf Singkel, dengan variasi masing-masing. Oleh karena itu sangat lemah
untuk mengatakan bahwa karya Abdul Muhyi yang berjudul Martabat Kang
Pitu ini sebagai karya orsinilnya, tetapi besar kemungkinan berupa saduran
66
Wawancara pribadi dengan Bpk. Endang Adjidin, Tasikmalaya: Desa Pamijahan, 10
April 2018.
46
dari karya yang sudah terdapat sebelumnya dengan penafsiran tertentu
darinya.67
Ajaran tentang martabat tujuh sendiri bersumber dari Muhammad
bin Fadlullah Burhanpuri yang menyusun kitab al-Tuhfah al-Mursala ila Ruh
al-Naby. Bahkan dapat dikatakan konsep tajalli Allah atau ajaran martabat
tujun ini berkembang pada abad ke XVII dan XVIII di Nusantara. Syekh
Abdul Muhyi mengungkapkan konsep martabat tujuhnya secara khusus dalam
naskah Pamijahan; kitab Dadalan Syathariyyah dan dalam kitab istiqlal
Qadariyyah dan Nasbandiyah.68
Hakekat alam tujuh ini menurut konsep
Syekh Abdul Muhyi adalah sesuatu yang mengajak manusia untuk mengenal
dan mendekatkan kepada Tuhan (Taqarub ilallah) di antaranya adalah:
a. Alam al-Ahadiyah: yang disebut la-ta’ayyun ialah esensi Tuhan yang
mutlak tanpa nama dan sifat, sehinnga tak tampak dan tak dikenal oleh
siapapun.
b. Alam al-Wahdah yang memiliki sifat ta’ayyun al- awal (penampakan
pertama) maksudnya Allah memiliki ilmu tentang dzatnya, sifatnya dan
seluruh yang ada dalam bentuk global tanpa ada rincian. Martabat ini juga
disebut Wahdah dan Haqiqah Muhammadiyah.
c. Alam al-Wahidiyyah sebagai ta’ayyun tsani (penapakan kedua) yang
berupa hakikat insan yaitu ilmu tuhan mengenai dzatnya, sifatnya dan
alam semesta secara terperinci.
d. Alam al-Arwah yang disebut juga Nur Muhammad SAW, ruh tunggal yang
merupakan asal ruh semua makhluk.
67
Moh. Thariqul Chaer, “Aspek Religiousitas Masyarakat Peziarah Makam Syaikh Abdul
Muhyi Pamujahan”, Jurnal Studi Keislaman, Vol. 1, No. 2, Maret 2013, h. 457. 68
Wildan Yahya, Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syekh Abdul Muhyi, h. 69.
47
e. Alam mitsal yaitu ibarat dari suatu keadaan yang halus, akan tetapi tidak
menerima pembagian dalam pembelahan. Contohnya Nur Muhammad
dalam rupa ruh perorangan, ibarat laut selaku alam ruh yang kemudian
melahirkan ombak sebagai alam mitsal.
f. Alam al-Ajsam yaitu martabat yang menggambarkan ciptaan Allah yang
telah tersusun dengan rapih dan dapat dibagi-bagi atau telah menerima
susunannya, khusus manusia.
g. Alam al-Insana al-Kamil ialah puncak dari seluruh proses tajalli Allah
pada alam. Al-jilli juga memandang bahwa insan kamil adalah wadah
tajalli Allah yang paripurna. Ini berdasarkan pada asumsi bahwa seluruh
wujudnya hanya mempunyai realitas, realitas tunggal itu adalah wujud
mutlak.69
Jadi Menurut ajaran “martabat alam tujuh”, seperti yang tertuang
dalam Martabat Kang Pitu, wujud yang hakiki mempunyai tujuh martabat,
yaitu (1) Ahadiyah, hakikat sejati Allah, (2) Wahdah, hakikat Muhammad, (3)
Wâhidiyah, hakikat Adam As, (4) alam arwah , hakikat nyawa, (5) alam misal,
hakikat segala bentuk, (6) alam ajsam, hakikat tubuh, dan (7) alam insan,
hakikat manusia. Kesemuanya bermuara pada yang satu, yaitu Ahadiyah,
Allah. Dalam menjelaskan ketujuh martabat ini Syekh Abdul Muhyi pertama-
tama menggaris bawahi perbedaan antara Tuhan dan hamba, agar sesuai
dengan ajaran Syekh Abdul Rauf Singkel. Seseorang tidak terjebak pada
identiknya alam dengan Tuhan. Ia mengatakan bahwa wujud Tuhan itu qadim
(azali dan abadi), sementara keadaan hamba adalah muhdath (baru). Dari tujuh
69
Wildan Yahya, Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syekh Abdul Muhyi, h. 69-76.
48
martabat itu, yang qadim itu meliputi martabat Ahadiyah, Wahdah, dan
Wahidiyah, semuanya merupakan martabat-martabat “keesaan” Allah yang
tersembunyi dari pengetahuan manusia. Inilah yang disebut sebagai wujud
Allah. Empat martabat lainnya termasuk dalam apa yang disebut muhdath,
yaitu martabat-martabat yang serba mungkin, yang baru terwujud setelah
Allah memfirmankan kun (jadilah).70
C. Ketokohan Syekh Abdul Muhyi
Syekh Abdul Muhyi adalah seorang tokoh ulama legendaris menurut
tradisi lisan, kehadirannya di gua safarwadi Pamijahan adalah atas undangan
bupati Sukapura yang meminta bantuannya untuk menumpas aji-aji hitam batara
karang di Pamijahan.71
Di sana terdapat gua sebagai tempat bertapa orang-orang
yang menuntut aji batara karang, karena ilmu yang dimiliki Syekh Abdul Muhyi,
maka beliau dapat memenangkan pertarungan dengan orang-orang tersebut
sehingga ia bisa menguasai gua tersebut untuk dijadikan sebagai tempat
pemukiman bagi keluarga dan pengikutnya.
Berita mengenai keilmuan yang tinggi dimiliki oleh Syekh Abdul
Muhyi sampai terdengar ketelingan Sultan Mataram. Kemudian Sultan
mengundang Syekh Abdul Muhyi untuk menjadi guru untuk putra-putrinya di
istana Mataram. Sultan Mataram Paku Buwono II (1727-1749) ketika itu ia
menjanjikan akan memberikan piagam yang memerdekakan daerah Pamijahan
dan menjadikannya sebagai daerah “Perdikan” yaitu daerah yang dibebaskan dari
membayar pajak. Undangan dari Mataram tersebut tidak pernah dilakukan karena
70
Moh. Thariqul Chaer, “Aspek Religiousitas Masyarakat Peziarah Makam Syaikh Abdul
Muhyi Pamujahan”, Jurnal Studi Keislaman, Vol. 1, No. 2, Maret 2013, h. 458. 71
Wawancara Pribadi dengan K H. Endang Adjidin sebagai sesepuh di Makam Keramat
Syehk Abdul Muhyi, Pada tanggal 10 April 2018, Pukul 14.35.
49
pada tahun 1151 H (1730 M) Syekh Abdul Muhyi wafat. Atas dasar keputusan
Sultan Mataram itulah maka pemerintah kolonial Belanda, melalui keputusan
Recident Priangan, maka Pamijahan sejak tahun 1899 dijadikan derah Pasidkah,
daerah yang kuasai turun-temurun dan bebas memungut zakat, pajak dan
pungutan lain untuk keperluan daerah itu sendiri.72
Syekh Abdul Muhyi merupakan ulama puripurna ada beberapa faktor
yang membuatnya berhasil dalam menyebarkan dakwah di wilayah Priangan,
antara lain:73
1. Beliau memiliki jaringan yang luas yang terdiri dari Aceh, Makasar, Solo dan
Jawa Timur yang membuat namanya menjadi terkenal.
2. Syekh Abdul Muhyi adalah ulama moderat, ia mampu memadukan ajaran
wujudiah yang kontradiktif dengan penafsirannya dan menyebarkan dengan
damai.
3. Beliau adalah ulama akomodatif dengan budaya lokal, karena sejauh ini belum
pernah mendengar adanya perlawanan dari masyarakat, hal ini menunjukkan
karena adanya pemahaman beliau terhadap kebudayaan masyarakat lokal.
4. Beliau adalah ulama patriotik anti penjajahan Belanda. Sikap ini ditunjukkan
ketika Syekh Yusuf Makasar yang melarikan diri dari kejaran pasukan
Belanda akibat kemelut di Banten.
Menurut naskah sadjarah Soekapura, seorang bupati ke 3 yaitu
Wiradadaha III yang memegang pemerintahan pada tahun 1674-1723, sejak kecil
beliau belajar imu Agama Islam dari Syekh Abdul Muhyi. Kemudian generasi
72
Wawancara pribadi dengan Bpk.Devi Kostaji, selaku Kepala Desa Pamijahan
Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya, 10 April 2018, Pukul 11.00. 73
Aan Kusuma, “Wisata Religi dan Kesehatan Lingkungan,” Disertasi, (Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h.79.
50
selanjutnya putra kedua dari Wiradadaha III yaitu Subamanggala yang bergelar
Wiradadaha IV yang memegang pemerintahan juga sejak 1723-1745 dan menjadi
anak asuh Syekh Abdul Muhyi, ketika mereka wafat mereka dikuburkan di
komplek Pamijahan.74
Dalam naskah yang ditulis oleh Raden Abdul Saleh, terdapat beberapa
rekaman peristiwa yang terjadi di lingkungan keluarga Bupati Sukapura yang
mana penyelesaian masalahnya selalu berkaitan dengan tokoh Syekh Abdul
Muhyi. Saat Yudanegara putra Raden Aggadipa (Wiradadaha III)
memperbincangkan pigur pengganti ayahnya yang telah wafat, dia menyebutkan
beberapa persyaratan. Walaupun sebenarnya sanak saudaranya lebih condong
memilih dirinya menjadi bupati, namun beliau menolaknya. Yudanegara
menyebutkan yang layak untuk menduduki jabatan bupati menggantikan ayahnya
adalah harus seseorang yang pantas, kesayangan ayahnya, murid dan juga pungut
wali agung Syekh Abdul Muhyi sebab diyakini keberkahannya akan kemajuan
keturunan wirawangsa, Yudanegara menyebutkan Subamanggala dan semua yang
hadir menyetujuinya setelah diangkat menjadi bupati dengan gelar Wiradadaha
IV.
Begitu pula ketika akan memecahkan permasalahan yang menyulitkan,
Yudanegara selalu menyuruh para pembantunya untuk berziarah ke Pamijahan
sambil meminta dikirim pusaka gurunya. Ketika adanya konflik fitnah yang
hampir saja merenggangkan hubungan kekerabatan keturunan Wirawangsa,
Yudanegara yang pada saat itu yang menjadi patih di bawah Wiradadaha IV
dengan Somanegara, salah seorang saudara bupati. Konflik tersebut berkaitan
74
Aan Kusuma, “Wisata Religi dan Kesehatan Lingkungan,” Disertasi, (Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h.80-81.
51
dengan fitnah anti kompeni, akibat fitnah tersebut Raden Subamanggala di tahan
di Batavia atas prakarsa Yudanegara. Setelah itu Yudanegara menginginkan
konflik itu diselesaikan dengan bersumpah untuk tidak saling memfitnah berniat
jahat dan menjatuhkan. Kemudian dimusyawarahkan untuk lebih memperkuat
perdamaian maka Yudanegara menginginkan agar sumpah tersebut dilakukan di
makam Syekh Abdul Muhyi Pamijahan yang mereka taati dan mereka hormati.75
Maka dari peristiwa ini bisa tergambarkan bahwa tokoh Syekh Abdul Muhyi
sangat penting untuk di hormati dan sikap bijaksana dan kewibawaanya ketika
beliau masih hidup bahkan sampai beliau telah meninggal dunia bukannya hanya
menjadi panutan dimata masyarakat tetapi di mata para Bupati Soekapura
(Tasikmalaya) juga.
Menurut Pak Undang salah satu tokoh masyarakat di Desa Pamijahan
Syekh Abdul Muhyi dimuliakan di Pamijahan karena kepribadian beliau, beliau
juga termasuk salah satu ulama besar yang mempunyai nilai lebih mengenai Ilmu
Agama sehingga beliau bisa menyebarkan Agama Islam di tataran Tasik Selatan.
Syekh Abdul muhyi juga termasuk serumpun dengan Walisongo sedangkan
Syekh Abdul Muhyi ini termasuk ke dalam wali muda. Beliau bisa dikultuskan di
Pamijahan karena beliau adalah seorang Waliyullah yang mempunyai ilmu yang
tinggi dibandingkan dengan masyarakat Pamijahan pada umumnya, sehingga
masyarakat dan peziarah yang datang ke sini mengkultuskan Syekh Abdul Muhyi
yaitu untuk mengagungkan sehingga beliau mempunyai kedudukan sebagai
75
Aan Kusuma, “Wisata Religi dan Kesehatan Lingkungan,” Disertasi, (Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h.82.
52
waliyullah. Dan waliyullah itu memiliki keistimewaan yang diberikan oleh Allah
yang disebut dengan Karamah.76
Selain itu kelebihan Syekh Abdul Muhyi yang diketahui masyarakat
kala itu, konon ada seorang yang membawa anaknya yang terkena storoke,
tubuhnya mati separuh kemudian diajak untuk menemui Syekh Abdul Muhyi.
Kemudian anak tersebut diperintahkan untuk membaca dzikir kalimat tahlil
sebanyak 165 kali akhirnya setelah melakukan itu anak tersebut sembuh total. Di
samping ahli dalam ilmu Agama Syekh Abdul Muhyi juga ahli dalam bidang ilmu
kedokteran, ilmu hisab, ilmu pertanian dan juga ilmu baca Al- Qur’an. Maka pada
saat itu banyak para wali yang datang ke Pamijahan untuk berdialog masalah
agama seperti waliyullah dari Banten Syekh Maulana Mansyur, putra Sultan
Abdul Patah Ageng Tirtayasa keturunan Sultan Hasanuddin bin Sunan Gunungjati
juga Syekh Ja’far Shodiq yang makamnya di Cibiuk, Limbangan Garut.77
Sedangkan tidak setiap manusia mempunyai Karamah hanya orang-orang
tertentulah yang memilikinya salah satunya Syekh Abdul Muhyi. Maka dari itu
yang dimaksud menghormati di sini itu adalah menghormati dalam bentuk segala
perjuangnya.
D. Kompleks Keramat di Pamijahan
Pamijahan merupakan sebuah kompleks keramat di Tasikmalaya yang
dikenal sebagai salah satu pusat kegiatan ziarah terbesar di Jawa Barat setelah
Cirebon dan Banten. Daya Tarik utamanya selain terdapat makam Syekh Abdul
76
Wawancara pribadi dengan Pak undang sebagai masyarakat dan muzawir di Pamijahan
pada tanggal 12 April 2018. 77
Diakses dari https://daerah.sindonews.com/read/1115873/29/kisah-karomah-syekh-
abdul-muhyi-Pamijahan-1465637226/39 pada tanggal 23 April 2018 pukul 10.37.
53
Muhyi sebagai seorang sufi yang berbasis tarekat Satariyah.78
Selain itu juga
terdapat gua Safarwadi sebagai tempat peziarah untuk melakukan perjalanan
spiritual dan tempat pengambilan air suci. Situs Pamijahan sebuah kompleks
keramat yang dikarakterisasikan oleh fungsi bentang alam yang direkayasa dan
difungsikan sebagai tempat-tempat suci. Di bawah ini akan diuraikan unsur-unsur
yang membentuk kekeramatan di Pamiajahan;
1. Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi
Makam Syekh abdul Muhyi terletak di Kampung Panyalahan, Desa
Pamijahan Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya. Kompleks
makam Syekh Abdul Muhyi teletak di atas bukit, sebelah utara sungai
Cipamijahan dan berada di area makam yang ditumbuhi pepohonan besar,
rindang dan juga teduh. Keadaan kompleks makam keramat Syekh Abdul
Muhyi sudah mengalami pemugaran total yang memiliki 3 lapisan area yaitu ;
area pertama adalah bagian luar bangunan utama yang memiliki sekitar 24
makam, pada lapisan kedua sekitar 11 makam dari sanak keluarga Waliyullah
Safarwadi dan lapisan ketiga merupakan makam utama yaitu makam Syekh
Abdul Muhyi yang tertutup kelambu dan dibatasi oleh dinding. Pada bagian
tengah terdapat cungkup utama yang tertutup, namun jika peziarah
menginginkan untuk melihatnya bisa menghubungi juru kunci. Sekarang
bangunan makam Syekh Abdul Muhyi berada di dalam ruangan permanen.
Bangunan permanen ini di fasilitasi untuk aktifitas ziarah seperti masjid, kitab-
kitab untuk mengaji, Al-Qur’an, kipas angin, listrik, toilet, kolam dan air
78
Tarekat Satariyah adalah melanggengkan berdzikir kepada Allah baik secara
tersembunyi (di dalam hati) atau nyata (dengan suara). Lihat pada Bisri Affandi, Pengenalan
Thariqat Syathariyah (Jakarta: Yayasan Tazkia, 1998), h.1.
54
bersih serta sekat-sekat ruangan yang mengelilingi makam sehingga para
peziarah merasa nyaman dalam berzikir.79
Makam Syekh Abdul Muhyi adalah objek utama dari seluruh makam
keramat yang terdapat di Desa Pamijahan karena peran beliau dalam
menyebarkan Agama Islam di Jawa Barat bagian Selatan, penuh karisma dan
dihormati. Berbeda dengan kompleks makam lain, makam Syekh Abdul
Muhyi lebih ramai peziarah yang tidak pernah putus bahkan sampai ada yang
mukim berbulan-bulan hingga bertahun-tahun di dalamnya serta mendapat
perlakuan sangat khusus dari para peziarah, dengan wewangian dan
kebersihannya. Pada makam Syekh Abdul Muhyi terdapat kelambu, kemudian
makam ditandai jirat berbahan kayu jati berundak empat dengan dua nisan
(nisan yang terletak di bagian kepala dan di bagian kaki) dengan arah adab
utara-selatan. Di sebelah Timur terdapat makam Syekh Abdul Muhyi terdapat
makam R. Subumanggala Wiradadaha IV. Ia adalah anak R. Tumenggung
Anggadipa Wiradadaha III, salah seorang Bupati Sukapura.80
Di luar
bangunan di sekitarnya terdapat makam makam dan dikatakan oleh salah
seorang muzawir (pemandu) makam itu adalah makam keluarga dalem.81
2. Gua Safar Wadi
Salah satu gua yang sangat ramai dikunjungi para peziarah adalah Gua
Safarwadi yang dihubungkan dengan mitos dan ritual di gua ini. Gua
Pamijahan adalah sebagai pewaris dari Syekh H. Abdul Qadir Zaelani, yamg
kurang lebih 200 tahun sebelum Syekh Abdul Muhyi. Gua Pamijahan terletak
79
Observasi pada tanggal 4 Januari 2018 80
Effie Latifundia, “Perkembangan Awal Islam di Pamijahan Tasikmalaya: Kajian-kajian
Makam Kuno,” Purbawidya. Vol.1. No. 2. Tahun 2012/1013, h. 218. 81
Wawancara pribadi denga pak undang,sebagai masyarakat dan muzawir, Pamijahan,
pada tanggal 12 April 2018.
55
di kaki bukit atau gunung yang terkenal dengan sebutan “ Gunung Mujarod”
yang diambil dari kata bahasa Arab yang mempunyai arti “tempat
penenangan” yang dalam bahasa sunda disebut tempat nyirnakeun manah
yang berarti “tempat menenagkan hati”. Karena di dalam gua di bawah kaki
gunung itulah Syekh Abdul Muhyi sering bertaqorub mendekatkan diri
kepada Allah, dalam kata lain bersemedi.82
Selain itu gunung tersebut ada juga
yang memberikan nama “gunung mujarob” yang diambil dari bahasa Arab
yang berarti “gunung tempat mencoba”. Yang mana diceritakan dalam
sejarahnya bahwa Syekh Abdul Muhyi sebelum menemukan gua pernah
mencoba melaksanakan petunjuk yang diberikan gurunya, yaitu dengan cara
menanam padi, sebagai ciri adanya gua tersebut. Konon apabila setangkai biji
padi ditanam kemudian hasinya setangkai pula, maka itu adalah suatu tanda
bahwa ditanah inilah adanya gua Syekh Abdul Qadir Zaelani. Ternyata setelah
beberapa kali mencoba, maka di gunung itulah Syekh Abdul Muhyi berhasil
menanam setangkai padi dan hasilnya setangkai pula.83
Gua Safarwadi ini dalamnya luas dan besar yang didalamnya terbentuk
dari batu-batu besar dan jalur jalan setapak yang di bawahnya keluar air jernih
dari sela-sela batu yang licin dan di dalam gua tersebut tidak terdapatkan
listrik hanya saja yang di gunakan sebai penerang menggunakan lilin dan api,
lampu-lampu patromax dan obor.84
Gua Safarwadi memiliki panjang 284 m,
lebar 24,5 m, dan luas 6.950 m2. Gua tesebut mempunyai dua pintu, pintu
82
Wawancara pribadi dengan sesepuh Makam Karomah, bpk. Endang Adjidin, Desa
Pamijahan, pada tanggal 10 April 2108. 83
Bertemulah Syekh Abdul Muhyi dengan gua bekas Kanjeng Syekh Abdul Qodir Zaelani
menerima ijazah Ilmu Agama dari gurunya pada IImam Sanusi pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun
1111 H (1960 M) setelah mencari gua kurang lebih 12 tahun sejak beliau berusia 40 tahun. Lihat
AA. Khaerussalam, Sejara Perjuangan Syekh Abdul Muhyi Waliyullah Pamijahan (Bantarkalong:
PT Usaha Muda, 2008), Cet.X, h.16. 84
Observasi, Desa Pamijhana, pada tanggal 10 April 2018
56
masuk yang berada di sebelah Tenggara dan pintu keluar yang berada di
sebelah Barat.85
Di dalam Gua Safarwadi terdapat beberapa monument
peninggalan Syekh Abdul Muhyi yang sampai saat ini dijadikan sebagai situs
kekeramatan di antaranya:86
a. Tempat bertapa para wali yang tersusun dari beberapa batu besar konon
tempat tersebut merupakan tempat Syekh Abdul Muhyi bersemedi dan
berkumpul dengan para wali.
b. Batu cadas yang mengeluarkan air dari selah-selah langit gua, kono air
tersebut merupakan air zam-zam yang apabila orang-orang meminum atau
meneteskan kepada mata dari tetesan-tetesan air zam-zam yang kelur dari
sela-sela langit gua tersebut akan mendapatkan karomahnya. Sambil
meneteskan dan minum air zam-zam tersebut kita dianjurkan untuk
membaca shalawat kepada Nabi dan bertasbih.
c. Terowongan atau jalan menuju Banten, Cirebon, Surabaya dan Mekkah.
Terowongan atau jalan tersebut berbentuk dari batu-batu hanya saja
apabila dilihat dari luar jalan pintu menuju Surabaya dan Cirebon tersebut
terlihat kecil. Kemudian jalan menuju ke Banten itu cukup besar.
Sedangkan jalan menuju Mekkah (tanah suci) sudah di tutup dengan
jerujing besi di lorong jalan gua tersebut konon seseorang pernah nekat
masuk ke dalam lorong menuju Mekkah tersebut dan akhirnya wafat di
dalam gua tersebut sehingga sekarang lorong jalan ke Mekkah ini di tutup.
Banyak peziarah yang melakukan doa dan meminta permohonan di depan
85
Effie Latifundia, “Perkembangan Awal Islam di Pamijahan Tasikmalaya: Kajian-kajian
Makam Kuno,” Purbawidya. Vol.1. No. 2. Tahun 2012/1013, h.224. 86
Observasi, Tasikmalaya: Kec. Bantarkalong Desa Pamijahan pada tanggal 10 April
2018.
57
lorong menuju Mekkah tersebut. Setiap peziarah bergantian untuk
melakukan doa atau permohonan yang diinginkan di depan lorong gua
menuju Mekkah tersebut. Konon menurut seorang pemandu supaya kita
bisa mendapatkan keberkahan dari Allah melalui para wali tersebut.
d. Mimbar peninggalan Syekh Abdul Muhyi yang terbuat dari batu besar
yang memanjang, mimbar tersebut termasuk salah satu patilasan para wali
untuk berdakwah. Mitosnya apabila seseorang itu ingin bisa Qiroat maka
orang tersebut harus membaca Al-Qur’an (Qura) di atas mimbar tersebut
maka insya Allah orang tersebut akan menjadi seorang Qiroat hebat.
e. Di dalam gua Safarwadi terdapat 2 masjid yaitu masjid utama dan masjid
khusus istri-istri para wali. Masjid ini berbentuk dengan langit-langit
tinggi dengan menyerupai kubah masjid, Dimasjid utama inilah Syekh
Abdul Muhyi berjamaah dan mendidik santri-santrinya untuk
membantunya dalam menyebarkan Agama Islam. Di tempat ini para
peziarah lebih lama berdiam diri untuk memanjatkan doa-doa kepada
Allah dengan segala niat dan memohon kepada Nya agar dikabulkan.
f. Pesantren, maksud dari pesantren menurut muzawir di sini ialah tempat di
mana syekh Abdul Muhyi dan para santrinya menyimpan kita-kitabnya.
Pesantren itu terbuat dari batu besar yang berbentuk seperti sebuah rak
buku besar yang memanjang.
g. Lubang pengambilan Tanah, tanah ini dianggap oleh masyarakat dan
peziarah yaitu tanah karomah, sehingga sebagian peziarah banyak yang
membawa pulang tanah tersebut dan kemudian di simpan dan disatukan
dengan beras dalam bahas sunda disebut pabeasan supaya apa yang kita
58
makan akan menjadi berkah menurut seorang pemandu. Selain itu ada juga
yang menyimpan tanah tersebut di sawah atau di kebun yang dimilikinya
supaya tanah tersebut menjadi subur.
h. Jabal kopiah, kopiah-kopiah haji yang terbuat dari batu-batu yang
berbentuk lengkungan-lengkungan kepala. Terdapat 7 buah kopiah-kopiah
haji yang konon katanya apabila kita berdiri di bawah kopiah-kopiah haji
tersebut dan ada yang pas (sesuai ukuran kepala), maka insya Allah orang
tersebut akan naik haji (pergi ke tanah suci).
3. Pengambilan air Suci
a. Air Kahuripan
Air kahuripan ini juga terletak di dalam Gua Safarwadi tepatnya di kaki
gunung Mujarod dinamai air kahuripan karena berasal dari bahasa Sunda
yaitu “kahirupan” yang berarti kehidupan, maksud dari air kahuripan ini
adalah air kehidupan yang mana sumur tersebut dijadikan sebagai sumber
air bagi masyarakat dan peziarah Pamijahan yang selalu digunakan sebagai
sumber air untuk berlangsung menjalani kehidupannya. Jika menjelang
bulan Ramadhan para peziarah akan membawa pulang air kahuripan
tersebut kedalam botol bekas kemasan air mineral. Menurut kepercayaan
dengan meminum air kahuripan ini selama bulan puasa maka dapat
menjaga kesehatan tubuh.87
Sumur air kahuripan ini pada zaman Syekh Abdul Muhyi digunakan
sebagai tempat berwudhu Syekh Abdul Muhyi dan para wali, sehingga air
kahuripan ini dianggap sebagai air suci. Kepercayaan masyarakat terhadap
87
Wawancara pribadi dengan Pak Dirja, sebagai peziarah, Pamijahan, pada tanggal 5
April 2018.
59
air kahuripan ini sangat kuat akan keberkahannya sehingga mansyarakat
menganggap air tersebut bisa dijadikan sebagai obat segala macam
penyakit atau hal lainya yang yang mereka anggap baik sebagai bentuk
keberkahan dari air tersebut.88
b. Air Kajayaan
Air kajayaan ini adalah termasuk dalam patilasan para wali, dulunya
tempat ini dijadikan sebagai tempat mandinya syekh Abdul Muhyi dan
Para wali. Oleh karena itu saat ini tempat ini dijadikan sebagai tempat
keramat, banyak para peziarah yang berendam atau mandi di air kajayaan
ini sambil meminta permohonan, masyarakat maupun peziarah
mempercayai bahwa dengan mandi atau berendam dengan air kajayaan
tersebut maka akan mendapat kesejahteraan dalam hidupnya. Air kajayaan
ini tidak pernah kotor apalagi keruh walaupun di bawahnya banyak
endapan tanah dan banyak orang yang mandi, berendam atau sekedar
berwudhu di sumur kajayaan tersebut karena air tersebut terus mengalir
dan tidak pernah surut. Maka dari itu sebagian masyarakat dan peziarah
mempercayai akan kekeramatan yang terdapat pada Air Kajayaan
tersebut.89
88
Wawancara pribadi dengan Pak Dadang, sebagai pemandu, Pamijahan, tanggal 10 April
2018. 89
Wawancara pribadi dengan Pak Dadang, sebagai masyarakat dan pemandu, Pamijahan,
pada tanggal 10 April 2018.
60
BAB IV
A. Makna Ziarah Kubur
Pada dasarnya kata ziarah kubur sudah tidak asing lagi dalam
masyarakat. Merujuk pada kamus Al-Munawir bahwa ziarah berasal dari kata صاس-
ضاسا-ص٠بسح bermakna mengunjungi, yang dimaksud dengan mengunjungi yaitu
kunjungan yang dilakukan ke tempat tertentu yang dianggap memiliki nilai
sejarah.90
Sedangkan kubur berasal dari kata لجشا –لجش yang bermakna
menguburkan atau memakamkan.91
Dengan demikian maka ziarah kubur adalah
mendatangi atau menziarahi seseorang yang telah dikuburkan, dikebumikan atau
disemayamkan dalam kubur.
Ziarah kubur dapat dipahami sebagai suatu kebiasaan yang sudah ada
sejak zaman dahulu. Apabila dihitung berarti seumur dengan kehidupan manusia.
Terdapat beragam bukti sejarah yang menunjukkan hal itu; seperti orang quraisy
yang selalu mendatangi kuburan orang-orang tua mereka untuk sekedar meminta
berkah atau wangsit.92
Kebiasaan seperti ini terus berlanjut hingga ratusan tahun
sampai datangnya Islam. Ada beberapa catatan menarik yang dapat diambil oleh
kaum Muslim bahwa ziarah kubur di masa-masa tersebut sangat kental dengan
kepercayaan yang tinggi.
Lahirnya Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw memberikan
perubahan yang sangat radikal dalam hal ziarah. Islam tidak memperkenankan
seseorang untuk meminta sesuatu kepada selain Allah, termasuk mayit. Meminta
90
Achmad Mufid A.R, Risalah Kematian (Yogyakarta: Total Media, 2007), h.82. 91
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h.592
dan 1085. 92
Hanief Muslich, Ziarah Kubur; Wisata Spiritual (Jakarta: Al-Muwardi Prima,
2001),h14.
60
61
berkah dan tuntunan kepada mayit adalah teramasuk perbuatan syrik
(mempersekutukan Allah). Adapun perubahan yang mendasar yang dianjurkan
oleh Islam adalah adanya nuansa keagamaan yang tinggi. Islam meyerahkan
tradisi ziarah dari rutinitas penghambaan menjadi wahana untuk kontemplasi
tentang hakikat kehidupan. Dari orientasi ini, Islam menghendaki ziarah kubur
menjadi penguat jiwa seseorang dalam menghadapi germelapnya dunia.
Nuansa keagamaan ini ditunjukan dengan adanya pelarangan terhadap
hal-hal yang berhubungan dengan syrik, magis dan mistik. Nuansa keagamaan ini
di dasarkan pada tujuan keagamaan seperti mengambil I’tibar bahwa manusia
adalah makhluk yang lemah untuk mengingat kehidupan akhirat dan lain
sebagainya. Sedangkan bagi penguat kejiwaan, ziarah kubur diletakan sebagai
momentum penyadaran bagi keteguhan jiwa manusia terhadap kekurangan dirinya
dan kelemahan dirinya, serta realitas kehidupan setelah mati.
B. Pelaksanaan Ziarah Kubur Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi
Pelaksanaan ziarah kubur di makam keramat Syekh Abdul muhyi
dalam penyelenggaraan dan upaya untuk kenyamanan dalam berziarah maka
pengelolah makam membuat tata tertib dan administrasi kunjungan ziarah yang di
antaranya mempunyai beberapa tatacara yang harus dilakukan oleh peziarah yaitu
pertama, peziarah terlebih dahulu harus laporan kepada petugas untuk pendataan
di pos jaga yang terletak di pertengahan jalan menuju makam Syekh Abdul
Muhyi, dengan mengisi data diri di buku tamu kunjungan dan infak seikhlasnya.
Jadi setiap harinya data pengunjung yang masuk akan ada datanya. Dan bagi
pengunjung yang akan menginap harus memberi keterangan berapa lama ia akan
menginap kepada petugas atau muzawir yang sedang berjaga di pos tersebut.
62
Batasan waktu yang diberikan oleh petugas kepada pengunjung untuk menginap
paling lama 3 hari, jika lebih dari 3 hari maka peziarah harus membawa surat
keterangan dari desa tempat asal, berikut dengan jelas alasannya.93
Kedua
peziarah yang datang harus memberikan laporan dengan menyebutkan tujuan
ziarah kepada juru kunci atau muzawir kemudian juru kunci yang menyampaikan
doa kepada Allah. Lalu juru kunci memberikan keterangan kepada peziarah,
apakah akan dipandu atau tidak dalam melakukan kegiatan ziarah. Sebab jika
tidak memberikan keterangan tersebut maka dikhawatirkan akan terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan (kemusyrikan).
Ritual menurut bahasa berarti upacara keagamaan. Ada juga yang
mengartikan ritual sebagai buku resmi sebagai doa-doa dan peraturan mengenai
apa yang harus dilakukan dalam perayaan sakramen, penguburan, dan upacara
keagamaan lainnya.94
Menurut Djamari, ritual merupakan perilaku yang diatur
secara ketat yang dilakukan sesuai ketentuan, yang berbeda dengan perilaku
sehari-hari, baik cara melakukannya maupun maknanya. Apabila dilakukan sesuai
dengan ketentuan maka ritual diyakini akan mendatangkan keberkahan, karena
percaya akan hadirnya sesuatu yang sakral. Dalam antropologi upacara ritual
dikenal dengan istilah ritus. Ritus dilakukan untuk mendapatkan berkah atau
rezeki yang banyak dari sesuatu pekerjaan yang dilakukan. Dalam agama, upacara
ritual atau ritus ini biasa dikenal dengan ibadat, kebaktian, berdoa atau
93
Wawancara pribadi dengan Pak Undang, sebagai Muzawir di makam keramat Syekh
Abdul Muhyi, pada tanggal 12 April 2018. 94
M. Dahlan Yacub Al-Barry, Kamus Sosiologi Antropologi (Jakarta: Gramedia, 1990),
h. 488.
63
sembahyang.95
Dan setiap Agama mengajarkan berbagai macam ibadat, doa dan
baca-bacaan tertentu. Adapun ritual yang biasa dilakukan masyarakat ataupun
peziarah di makam keramat Syekh Abdul Muhyi yaitu:
1. Berwudhu
Sebelum melakukan aji-ajian di makam Waliyullah peziarah
dianjurkan dalam keadaan suci untuk menghilangkan dari hadast kecil dan
hadast besar. Makna yang bisa diambil dari berwudhu menurut masyarakat
dengan berwudhu kita bisa lebih tenang dan bisa berdoa dengan lebih khusyu
mudah-mudahan dengan izin Allah ketika berdoa dalam keadaan suci dan
khusyu maka doanya lebih cepat tersampaikan melalui para wali.
2. Berdzikir
Peziarah dianjurkan untuk berdzikir untuk mengingat Allah. Dan
dzikir termasuk salah satu ajaran spiritual Syekh Abdul Muhyi. Makna yang
terkandung disetiap bacaan dzikir para peziarah merupakan bentuk spiritual
kedekatannya dengan Allah.
3. Tahlil
Tahlilan merupakan aplikasi dari ritual keagamaan yang sangat
memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan. Puji-pujian dan
bacaan dzikir yang dibaca pada saat tahlil yaitu:
a. Membaca tawasul kepada Nabi Muhammad SAW, para shuhada, para
ulama dan para wali-wali Allah.
b. Membaca surat Al-Ikhlas
أحذ) ٱلله ذ)١ل ٱصه ٠ذ )٢( ٱلله ٠ذ )٣ ا أحذ )( ۥ وف (٠٤ى ه
95
Beni Ahmad Saebani, Pengantar Antropologi (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h.
243.
64
c. Membaca surat Al-Falaq
فك ) ب خك )١ل أعر ثشة ا شش لت )٢( شش غبسك إرا شش اهفهبثبد ( ٣(
عمذ ) ف ٤ا (٥) شش حبسذ إرا حسذ (
d. Membaca surat An-Nas
ه اهبط)١) أعر ثشة اهبطل اهبط ٢( خهبط )٣) ( إ اط ا س شش ا ( اهز ٤(
ط ف صذس اهبط س اهبط ) (٥) ٠ جهخ ا ٦)
e. Membaca surah al-Baqarah ayat 1-4
ح اص غ١ت ٠م١ب٠ ٠ؤ ثز( ا ٢م١ )ال س ٠ت ف١ ذ ز ةبه اىزا( ر١) ا
ز٠ ٠ؤ ثآ أضي إ١ه آ أضي لجه ثبألخشح ( ا٣) مفب سصل ٠
(٤)٠ل
f. Membaca ayat kursi
را ب ف األسض اد ب ب ف اسه ال ال رؤخز سخ م١ ا ح ا هللا ال ا إاله
ب إاله ث ع ء ثش ال ٠ح١ط ف ب خ أ٠ذ٠ ب ث١ ٠ع ذ إاله ثئر اهز ٠شفع ع
عظ١ ا ع ا ب ال ٠ئد حفظ األسض اد ب سع وشس١ اسه شبء
g. Membaca akhir surat al-Baqarah
ق ال فش سس وزج الئىز ثبلله آ و ؤ ا سث ب أضي إ١ سي ث اشه آ
فسب ص١ش )٢8٥( ال ٠ىف هللاه إ١ه ا ب أطعب غفشاه سثه عب لبا س سس أحذ ث١
ال رح ب أخطؤب سثه س١ب أ ب ال رؤاخزب إ ب اوزسجذ سثه ع١ ب ب وسجذ سعب ب إال
اغفش اع ف عهب ب ال طبلخ ب ث ب ال رح ب لجب سثه ز ع اهز٠ ب ح ع١ب إصشا و
)٢8٦( ىبفش٠ ا م صشب ع ا الب فب ذ ب أ اسح ب
h. Membaca istigfar
ا سزغفش هللا اعظ١
i. Membaca kalimat tahlil
هللاال ا اال
65
j. Membaca kalimat tahmid dan shalawat kepada Nabi Muhammad
ا ع س١ ص ذ ذ ب ح
اعظ١ سجحب هللا
ا ع حج١جه س١ ص ذ ع ا صحج س ذ ب ح
ا ع حج١جه س١ ص ذ ع ا صحج ثب سن س ذ ب ح
ا ع حج١جه س١ ص اجع١ذ ع ا صحج ثب سن س ذ ب ح
k. Membaca Doa Tahlil
Inti bacaan dalam dalam berziarah yaitu memberikan hadiah fatihah
kepada sohibul makam, syahadat, shalawat, istigfar, lalu memohon kepada Allah.
Kalau untuk shalawatnya tidak ada bacaan shalawat yang khusus, hanya membaca
shalawat kepada Nabi yang sering dibaca dan untuk kegiatan seterusnya terserah
pada peziarah apakah akan membaca Yasin atau tidak.96
Makna dari membaca
doa-doa tawasul tersebut merupakan jalan untuk mempermudah permintaan
ampunan kepada Allah SWT untuk ahli kubur khususnya Syekh Abdul Muhyi.
Dalam tawasul terdapat ayat ketauhidan, yang dibaca saat berziarah agar
keimanan manusia hanya tergantung kepada Allah, bukan tergantung kepada ahli
kubur atau sesuatu hal yang didoakan. Supaya manusia tidak terjerumus dalam
perbuatan sirik dan kemurtadan dan di dalamnya juga mengandung ayat
perlindungan kepada Allah dari godaan setan.97
Adapun perlengkapan yang dibawa ketika hendak melakukan ziarah ke
makam Keramat Syekh Abdul Muhyi yakni dengan membawa membawa air di
dalam botol aqua, ada yang membawa dengan ukuran besar dan sedang atau
96
Wawancara pribadi dengan Bpk. Endang Adjidin, sebagai juru kunci dan sesepuh di
makam karomah Syekh Abdul Muhyi, Pada Tanggal 10 April 2018. 97
Wawancara pribadi dengan Bpk. Undang sebagai muzawir di Makam Syekh Abdul
Muhyi, Pada Tanggal 12 April 2018.
66
dengan dirijen air. Saat mereka berziarah tutup dari tempat air tersebut dibuka
untuk didoakan yang mereka yakini akan membawa berkah dari air tersebut atas
izin Allah. Tetapi perlengkapan yang mereka bawa tersebut tidak diwajibkan oleh
pengurus makam, karena biasanya ada yang membawa dan ada juga yang tidak
membawa.98
Dalam segi tujuan, ritual dapat dibedakan menjadi tiga yaitu;
Pertama ritual yang bertujuan untuk mendapat ridho Allah dan balasan yang ingin
dicapai adalah kebahagiaan ukhrawi. Kedua ritual yang bertujuan mendapatkan
balasan di dunia. Ketiga ritual yang bertujuan meminta ampun atas kesalahan
yang dilakukan.99
C. Motivasi dan Tujuan Ziarah ke Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi
Peziarah Pamijahan merupakan orang-orang yang terkumpul dari
berbagai daerah yang memiliki karakter, keyakinan serta motivasi yang berbeda.
Perbedaan tersebut dapat terlihat dari cara dan ritual yang dilakukan saat ziarah.
Melakukan upacara atau ritual di tempat-tempat keramat adalah suatu tindakan
religius yang merupakan bagian dari kebudayaan. Kegiatan dan ritual tertentu
pada prinsipnya merupakan upaya manusia dalam mencari hubungannya dengan
Tuhan, dewa-dewi atau makhluk yang menghuni alam gaib. Kegiatan manusia
tersebut sudah tentu dilandasi dan didorong oleh adanya emosi keagamaan,
sebuah getaran spiritual yang dipercaya mampu menggerakkan jiwa manusia.
Beberapa pakar agama menyebutkan bahwa aktivitas ritual merupakan proses di
mana jiwa manusia dimasuki cahaya Tuhan.100
98
Observasi di Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi, Pada tanggal 10 April 2018. 99
Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam (Bandung: PT Remaja
Rosdakaya, 2011), h. 125-126. 100
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Jakarta: Penerbit
Djambatan, 2002), h. 144.
67
Ritual ini juga menunjukkan suatu tatanan motivasi manusia dalam
melakukan ziarah. Ada peziarah yang berkunjung lalu berziarah atau membaca al-
Qur’an beberapa jam atau menit kemudian ia pergi ke Gua Safarwadi atau
peziarah lainnya dan tidak kembali lagi (pulang). Ada pula peziarah yang berada
di makam seharian sedangkan sore harinya pulang atau semalaman dan paginya
pulang. Dari perbedaan tersebut sebenarnya menunjukkan motif yang berbeda
yang dimiliki oleh setiap peziarah. Hanya saja peziarah mengatakan bahwa ziarah
di malam Jumat lebih khusus dan mempunyai hawa yang berbeda dari hari-hari
lainnya.101
Bahkan seorang peziarah menuturkan keyakinannya bahwa ziarah ke
makam waliyullah Pamijahan, maka segala hajat dan keinginannya akan
dikabulkan oleh Allah.102
Dalam melakukan berziarah di Pamijahan, peziarah melakukannya
dengan sungguh-sungguh ada yang tersedu-sedu, menangis dalam melantunkan
doa-doa. Peziarah beranggapan bahwa ziarah di makam Syekh Abdul Muhyi
dapat menimbulkan pengaruh tertentu. Dilihat dari kisah keunggulan atau
keistimewaan tokoh yang dimakamkan merupakan daya tarik bagi peziarah untuk
mewujudkan atau mencapai keinginannya. Misalnya berziarah ke makam tokoh
yang pangkat dan kedudukan tinggi, maka akan mendapatkan berkah berupa
pangkat yang tinggi pula, atau ketika berziarah ke makam orang yang suci maka
dapat membawa keberkahan.103
Dalam hal ini ziarah di makam Syekh Abdul
Muhyi termasuk dalam kategori tersebut.
101
Wawancara pribadi dengan Bpk. Dirja, sebagai Peziarah di Pamijahan, Pada Tanggal 5
April 2018. 102
Wawancara pribdi dengan Aldi, sabagai peziarah Di Pamijahan, Pada Tanggal 10 April
2018. 103
Wawancara Pribadi dengan Bpk. Dirja sebagai peziarah Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi, Pada Tanggal 5 April 2018.
68
Secara umum, ada beberapa motivasi yang menjadi pendorong para
peziarah mengunjungi makam Syekh Abdul Muhyi. Berikut ini beberapa motivasi
(tujuan) para peziarah yang menjadi responden dalam penelitian ini.104
a. Motivasi Agama
Salah satu responden yaitu Ibu Dede Prihatini menyatakan bahwa tujuan
mereka mendatangi makam Syekh Abdul Muhyi ini karena tradisi agama.
Karena dengan berziarah ke makam, dapat mengingatkan akan kematian dan
mencontoh perilaku baik Kanjeng Syekh Abdul Muhyi.105
Orang yang
berziarah ke makam wali, maka akan ditetapkan hatinya untuk selalu berada
dalam kebaikan.
b. Mencari Berkah
Sebagaimana tradisi keberagamaan Islam-Jawa, ada kepercayaan bahwa para
wali ini mempunyai keramat atau berkah yang bisa bermanfaat bagi orang
yang masih hidup. Beberapa responden percaya bahwa dengan menziarahi
makam Syekh Abdul Muhyi, maka mereka akan mendapatkan berkah.
Beberapa responden memahami keberkahan sebagai kebaikan dan ketenangan
dalam kehidupannya. Responden yang lain memahami berkah sebagai
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Ada pula yang memahami keberkahan
sebagai kepuasan secara spiritual dalam hidup.
c. Wasilah dalam berdoa
Konsep sebagai kekasih Allah, mengantarkan pada pemahaman “dekat”
dengan Allah. Sebagai orang yang dekat, maka bisa menyampaikan
104
Observasi dan wawancara pribadi dengan beberapa peziarah di makam keramat Syekh
Abdul Muhyi, Pada tanggal 10 dan 12 April 2018. 105
Wawancara Pribadi dengan Ibu Dede Prihatini, Sebagai Peziarah di Pamijahan, Pada
Tanggal 11 April 2018.
69
komunikasi dari orang biasa ke pada sang Khaliq. Dalam konteks ini, salah
satu responden yang bernama Aldi menyatakan bahwa melalui waliyullah
maka doa dan permohonan (hajat) mereka akan sampai pada Allah, sehingga
dapat dikabulkan. Jadi pada dasarnya para peziarah bukan meminta pada
Kanjeng Syekh Abdul Muhyi, namun sebagai wasilah (perantara) kepada
Tuhan.106
d. Tolak Bala
Ada beberapa orang yang berziarah ke makam wali ini bebagai upaya untuk
menghindarkan diri dari bala dan bencana. Mereka mempercayai bahwa
Syekh Abdul Muhyi ini mempunyai keramat. Sehingga siapa saja yang
mengunjungi (makam) nya, maka akan bisa terhindar dari bala dan bencana.
e. Wisata Religi
Tidak bisa dipungkiri, bahwa dewasa ini terdapat tren wisata religi, di mana
orang berziarah ke tempat-tempat yang terdapat nuansa religinya. Termasuk
dalam hal ini adalah makam karomah Syekh Abdul Muhyi ini. Banyak
rombongan yang memakai bis, mobil dan sejenisnya yang melakukan
perjalanan wisata religi, khususnya destinasi makam walisongo. Salah satu
responden yaitu Pak Dede menyatakan bahwa mereka melakukan ziarah
karena ingin mengetahui makam Syekh Abdul Muhyi.107
Beberapa peziarah
bahkan ada yang berasal dari luar jawa.
Motivasi dan tujuan serta prosesi lain para peziarah Pamijahan pada
hakekatnya adalah suatu sistem yang terbentuk secara alami yang dibangun
106
Wawancara pribadi dengan Aldi, sebagai Peziarah di Pamijahan, pada tanggal 10 April
2018. 107
Wawancara Pribadi dengan Pak Dede, sebagai Peziarah di Pamijahan, Pada Tanggal 12
April 2018.
70
berdasarkan keyakinan dan kepercayaan yang dimiliki oleh para peziarah. Dalam
hal ini peziarah juga di tuntut untuk beradaptasi, tunduk dan taat pada peraturan
yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta unsur mitos yang melingkupinya.108
D. Dampak Tradisi Ziarah Kubur Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi
Masyarakat sekitar kompleks pemakaman Syekh Abdul Muhyi dan
peziarah menganggap bahwa keberadaan makam memberikan dampak yang
sangat positif bagi masyarakat dan peziarah. Seorang peziarah menuturkan bahwa
dampak ziarah memiliki nuansa tersendiri, nuansa tersebut bisa berbentuk
ketenangan dan kesejukan jiwa.109
Oleh karenanya wajar jika ziarah ke Pamijahan
membuat orang merasa nyaman sehingga bisa berhari-hari, maka dengan
berziarah dapat membawa ketenangan jiwa dan memupuk harapan hidup.
Peziarah yang datang ke Pamijahan untuk mengunjungi ke makam
Syekh Abdul Muhyi memiliki makna tersendiri. Makna yang terkandung dari
ziarah kubur waliyullah di samping doa dan tawassul yang dikabulkan juga
terdapat hikmah. Hikmah dalam keyakinan peziarah berupa berbagai dampak baik
untuk peziarah dan untuk ahli kubur. Adapun dampak dari ziarah adalah:110
a. Peziarah dapat mengambil iktibar berupa mengingat kematian dan orang mati,
serta meyakini bahwa tempat kembalinya hanyalah surga atau neraka.
b. Mendatangkan manfaat kepada sang jenazah berupa kebaikan dan
memberikan doa kesejahteraan baginya dan permohonan ampun untuknya.
108
Niels Mulder, Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 1986), h. 37. 109
Wawancara pribadi dengan Ibu Neli, sebagai peziarah di Pamijahan, Pada Tanggal 10
April 2018. 110
Nashirudin al-Albani, Fiqih Lengkap Mengurus Jenazah (Jakarta: Gema Insani, 2014),
h.155.
71
Makam keramat Syekh bdul Muhyi ini juga membantu perekonomian
masyarakat Pamijahan dan sekitarnya. Hal ini terlihat dari banyaknya para
penjual yang berjajar disepanjang jalan dan sekitar kompleks pemakaman.111
Pedagang yang berjualan disekitar makam diantaranya; pedagang botol-botol
plastik atau jerigen-jerigen kosong, beraneka makanan kering, warung nasi, oleh-
oleh khas Pamijahan dan oleh-oleh berupa makanan tempo dulu yang kini jarang
ditemui serta souvenir-souvenir yang berupa kerajinan tangan yang terbuat dari
kayu maupun lukisan.
Salah satu pedagang yang berada di kompleks pemakaman Syekh
Abdul Muhyi adalah Ibu Nani. Ibu Nani yang tidak memiliki keahlian dan
keterampilan khusus serta hanya seorang tamatan SMP sehingga tidak dapat
mendapatkan pekerjaan yang layak. Ibu Nani memilih berdagang karena melihat
peluang bahwa dengan banyaknya peziarah yang datang maka akan membantu
perekonomiannya. Barang dagangan yang Ibu Nani tawarkan hanya berupa
jerigen-jerigen dan botol-botol kosong, bunga untuk ritual nyekar para peziarah
serta beberapa guci atau kendi-kendi kecil yang terbuat dari tanah liat merah.112
Ada pula yang menjadi tukang parkir di sekitar kompleks pemakaman.
Abror salah seorang juru parkir di sekitar kompleks pemakaman menuturkan
bahwa dengan keberadaan makam Syekh Abdul Muhyi sangat membantu, terlebih
lagi dengan kondisi fisik yang tak sempurna dan hanya tamatan SD yang tak
memiliki keterampilan dan keahlian khusus. Dengan adanya makam Syekh Abdul
Muhyi, Abror dapat memperoleh uang dengan menjadi juru parkir. Ketika banyak
111
Wawancara pribadi dengan Bpk. Undang, sebagai masyarakat Desa Pamijahan, Pada
Tanggal 12 April 2018. 112
Wawancara pribadi dengan Ibu Nani, sebagai salah satu pedagang di komplek
pemakaman Syekh Abdul Muhyi, Pada Tanggal 10 April 2018.
72
peziarah yang datang maka upah yang diterima sebagai juru parkir akan sangat
banyak.113
Sebagian masyarakat Desa Pamijahan banyak yang lebih memilih
menjadi penjaga dan guide makam dikarenakan pendapatan yang didapatkan
lumayan tinggi. Pendapatan yang diperoleh tidak tentu karena tergantung pada
ramai atau tidaknya peziarah yang datang. Jika suasana makam ramai maka
perorang bisa mendapatkan uang sekitar Rp. 700.000 - Rp.1.500.000 per dua
minggu sekali. Tetapi jika keadaan dan suasana makam Syekh Abdul Muhyi
sedang sepi maka biasanya pendapat yang diperoleh sekitar Rp. 800.000 dalam 2
minggu. Dengan demikian dengan adanya keberadaan makam Syekh Abdul
Muhyi ini dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar Desa
Pamijahan.114
Keramaian peziarah yang datang ke makam Syekh Abdul Muhyi dapat
membawa peningkatan pendapatan rumah tangga bagi masyarakatnya. Dengan
adanya tradisi ziarah ini tidak hanya menciptakan suasana ramai tetapi juga bisa
memberikan peluang kerja bagi masyarakat sekitar makam, khususnya bagi
masyarakat yang memiliki jiwa berwirausaha. Masyarakat sekitar Desa Pamijahan
kebanyakan tidak memiliki keahlian yang memadai sehingga dengan demikian
masyarakat dapat membuka usaha sendiri seperti berdagang. Melalui usaha
tersebut setidaknya dapat menambah penghasilan untuk kebutuhan rumah tangga.
113
Wawancara dengan Kang Abror,Sebagai tukang parkir di komplek makam keramat
Stekh Abdul Muhyi Pamijahan, Pada Tanggal 12 April 2018. 114
Wawancara pribadi dengan Bpk. Dadang, Sebagai Pemandu di komplek pemakaman
Syekh Abdul Muhyi, Pada Tanggal 10 April 2018.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penulis mengenai Makam Keramat Syekh Abdul
Muhyi: Kultus dan Motivasi Ziarah, yaitu sebagai berikut:
1. Syekh Abdul Muhyi dikultuskan di Pamijahan karena dia di persepsikan
sebagai seorang Waliyullah yang mempunyai ilmu yang tinggi
dibandingkan dengan masyarakat Pamijahan dan berkharisma, sehingga
masyarakat dan peziarah mengunjungi Pamijahan untuk mengkultuskan
Syekh Abdul Muhyi yang di wujudkan dalam bentuk ziarah. Adapun
beberapa bentuk kompleks kekeramatan yang dikultuskan di Pamijahan
yaitu; makam keramat Syekh Abdul Muhyi, Gua Safarwadi dan tempat
pengambilan air suci.
2. Motivasi dan tujuan peziarah mengunjugi Makam Syekh Abdul Muhyi
beragam. Alasan utamanya untuk mendoakan Syekh Abdul Muhyi dan
para leluhurnya, menjadikan Syekh Abdul Muhyi sebagai wasilah untuk
menyampaikan hajat kepada Allah SWT, sebagai emosi keagamaan,
wisata religi dan berziarah hanya dijadikan sebagai rutinitas keagamaan
tanpa memiliki maksud tertentu.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dari uraian-uraian atau pembahasan dan
kesimpulan yang sudah dijelaskan dari hasil penelitian maka ada beberapa saran
dari penulis di antaranya sebagai berikut;
74
1. Bagi masyarakat dan peziarah hendaklah dapat memelihara dan melestarikan
tradisi ziarah kubur dengan baik. Hal ini dikarenakan agar tidak adanya
kesalah pahaman, antara ziarah dan syrik. Karena masih banyak masyarakat
awam yang menggunakan makam sebagai tempat pertolongan duniawi, bukan
semata-mata meminta kepada Allah.
2. Bagi masyarakat dan peziarah tetap mempertahankan perilaku yang ramah
tamah terhadap sesama yang berkunjung di makam Keramat Syekh Abdul
Muhyi.
3. Untuk staf perpustakaan, baik itu perpustakaan utama maupun perpustakaan
fakultas supaya lebih memperhatikan atas kualitas pelayanan, dan buku-buku
yang tersedia tersebut lebih dapat disesuaikan lagi dengan mata kuliah yang
ada di jurusan. Mengingat sekarang buku-buku yang ada di perpustakaan
utama atau fakultas tidak sesuai dengan yang di cari oleh mahasiswa untuk
tugas-tugas maupun skripsi.
75
DAFTAR PUSTAKA
Al-Kumayi Sulaiman. Islam Bubuhan Kumai Perspektiv Varian Awam, Nahu dan
Hakekat. Semarang: Pustaka Zaman, 2011
Albani, Nashirudin. Fiqih Lengkap Mengurus Jenazah. Jakarta: Gema Insani.
2014.
Affandi, Bisri. Pengenalan Thariqat Syathariyah. Jakarta: Yayasan Tazkia. 1998.
Affan, M Chafid. Tradisi Islam. Surabaya: Kalista. 2009.
Anwar, Masduki. “Ziarah Wali di Indonesia dalam Perspektif Pligrime.” Jurnal
Studi Agama-agama. Vol.5. No.2. (September 2015).
A.R, Achmad Mufid. Risalah Kematian. .Yogyakarta: Total Media. 2007.
Azra, Azyumardi. Rekonstruksi dan Renungan Religius Islam. Jakarta:
Paramadina. 1996.
Barry, M. Dahlan Yacub. Kamus Sosiologi Antropologi. Jakarta: Gramedia. 1990.
Beatty, Andrew. Variasi Agama Di Jawa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2001.
B. Uno, H. Hamzah. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang
Pendidikan.Jakarta: PT Bumi Aksara. 2007.
Chaer, Moh. Thariqul. “Aspek Religiousitas Masyarakat Peziarah Makam Syaikh
Abdul Muhyi Pamujahan”. Jurnal Studi Keislaman, Vol. 1. No. (2
Maret 2013).
Chambert, Henri-Loir dan Claude Guillot. Ziarah dan Wali di Dunia Islam. Terj.
Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta berkerjasama dengan Ecole
francaise d’Extreme-Orient. 2007.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka 1998.
76
Farela, Aristo. A History of Java. Surabaya: Ecosystem Publishing. 2017. Cet.1.
Hakim, Atang Abd dan Jaih Mubarok. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakaya, 2011.
Harder-Doorn. Lima Titik Temu Agama-Agama. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press. 2000.
Haviland, William A. Antropologi Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga. 1985.
Herawati, Herni. Kepercayaan Masyarakat terhadap Kekeramatan Syekh H Abdul
Muhyi (Skripsi). Bandung. (ID): Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati. 2016.
Ismail, Arifuddin. “Pilgrimage to The Tomb of Wali: Traditional Phenomena in
Modern Era,” Jurnal Al-Qalam. Vol.19. No.2. (Desember 2013).
Iqbal M Hasan. Pokok-pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor:
Ghalia Indonesia. 2002.
Khaerussalam, A.A. Sejarah Perjuangan Syekh Haji Abdul Muhyi Waliyullah
Pamijahan. Bantarkalong: PT. Usaha Muda, 1995. Cet.VIII.
Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit
Djambatan. 2002.
Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia.
1977.
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Balai Pustaka. 2000.
Kunto, Suharsini Ari. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. 2002.
Kusuma, Aan. Wisata Religi dan Kesehatan Lingkungan (Desertasi). Jakarta.
(ID): Universitas Islam Negeri Syarih Hidayatullah Jakarta. 2014.
77
Latifundia, Effie. “Perkembangan Awal Islam di Pamijahan Tasikmalaya: Kajian-
kajian Makam Kuno.” Purbawidya. Vol.1. No. 2, (2012/2013).
Najir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1998.
Nata Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1997.
M. Keesing, Roger. Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer. Jakarta:
Erlangga, 1981.
Mulder, Niels. Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional .Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. 1986.
Mulyati Sri. Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di
Indonesia. Jakarta: Kencana, 2006.
Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progresif. 1997.
Muslich, Hanief. Ziarah Kubur ; Wisata Spiritual. Jakarta: Al-Muwardi Prima.
2001.
Nasution, Khoiruddin. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Academia + Tazzafa
.2012.
Nazir, M. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2003. cet.ke-5.
Qur’an dan Terjemah, Mushaf Al-Hilali. Depok: Al-Fatih Creative Media. 2002.
Razak, Yusron dan Ervan Nurtawab. Antropologi Agama. Jakarta: Kerjasama
Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Press. 2007.
Simuh. Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita: Suatu Studi
terhadap Serat Wirit Hidayat Jati. Jakarta: UI Press. 1988.
Sabri, Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta Selatan: UIN Jakarta Press.
2005.
78
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2009.
Saebani, Beni Ahmad. Pengantar Antropologi. Bandung: CV Pustaka Setia. 2012.
Stoddard, Robert. Defning and calssifying Pilgrimage. Los Angels: Dept of
Geography and Antropology. Louisiana State University. 1997.
Sulistiya, Basuki. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widyasasata. 2006.
Supardi. Metodelogi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: UII Press. 2005.
Syahdan. “Ziarah Perspektif Kajian Budaya.” Jurnal Studi Agama dan
Masyarakat. Vol.13 No.1. (Juni 2017).
Syamsul, M. Huda. “Kultus Kiai: Sketsa Tradisi Pesantren.” Jurnal Tasawuf dan
Pemikiran Islam. Vol.1. No.1. (Juni 2011).
Widiastuti. “Analisis Swot Keragaman Budaya Indonesia,” jurnal Ilmiah Widya.
Vol.1. No.1, (1 Mei-Juni 2013).
Yahya, Wildan. Menyingkap Tabir Rahasia Spiritual Syekh Abdul Muhyi.
Bansdung: PT Refika Aditama. 2007.
Yahya Zurkani. Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah: Sejarah Asal Usul dan
Perkembangannya. Tasikmalaya: IAILM, 1990.
https://daerah.sindonews.com/read/1115873/29/kisah-karomah-syekh-abdul-
muhyi-Pamijahan-1465637226/26 pada tanggal 21-03-2018
https://www.kbbi.web.id/kultus
https://daerah.sindonews.com/read/1115873/29/kisah-karomah-syekh-abdul-
muhyi-Pamijahan-1465637226/39
79
https://www.google.com/maps/place/Makam+Syekh+Abdul+Muhyi/@-
7.5682651,108.0774812,17z/data=!3m1!4b1!4m5!3m4!1s0x2e65e2cbf
fffffff:0xfdf50894f248a66f!8m2!3d-7.5682651!4d108.0796699
https://www.facebook.com/notes/cerita-serem/kisah-supranatural-keramat-
Pamijahan/10150428751219903
Observasi dan Wawancara
Observasi. Pamijahan pada tanggal 4 Januari 2018
Observasi. Di terminal Indihiang Tasikmalaya pada hari kamis tanggal 4 april
2018
Pukul. 16.25.
Observasi. Lihat dari Arsip Desa Pamijahan Kecamatan Bantarkalong Kabupaten
Tasikmalaya, 10 April 2018.
Observasi di Makam Keramat Syekh Abdul Muhyi, Pada tanggal 10 April 2018.
Wawancara pribadi dengan Aldi. Sabagai peziarah Di Pamijahan. Pada Tanggal
10 April 2018.
Wawancara dengan Bpk. Abror. Sebagai tukang parkir di komplek makam
keramat Syekh Abdul Muhyi Pamijahan. Pada Tanggal 12 April 2018.
Wawancara pribadi dengan Ajie. Sebagai Peziarah di Pamijahan. Pada tanggal 10
April 2018.
Wawancara pribadi dengan Bpk. Dadang. Sebagai Pemandu di komplek
pemakaman SyekhAbdul Muhyi. Pada Tanggal 10 April 2018.
80
Wawancara Pribadi dengan Pak Dede. Sebagai Peziarah di Pamijahan. Pada
Tanggal 12 April 2018.
Wawancara pribadi dengan Bpk.Devi Kostaji. Selaku Kepala Desa Pamijahan
Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya. 10 April 2018.
Wawancara pribadi dengan Bpk. Dirja. Sebagai Peziarah di Pamijahan. Pada
Tanggal 5 April 2018.
Wawancara pribadi dengan Bpk. Endang Adjidin. Sebagai juru kunci dan sesepuh
di makam karomah Syekh Abdul Muhyi. Pada Tanggal 10 April 2018.
Wawancara pribadi dengan Bpk. Undang. Sebagai masyarakat Desa Pamijahan,
Pada Tanggal 12 April 2018.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Dede Prihatini. Sebagai Peziarah di Pamijahan.
Pada Tanggal 11 April 2018.
Wawancara pribadi dengan Ibu Nani. Sebagai salah satu pedagang di komplek
pemakaman Syekh Abdul Muhyi. Pada Tanggal 10 April 2018.
Wawancara pribadi dengan Ibu Neli. Sebagai peziarah di Pamijahan. Pada
Tanggal 10 April 2018.
81
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN I
LAMPIRAN II
LAMPIRAN III
81
LAMPIRAN I
LAMPIRAN II
DIALOG WAWANCARA DENGAN JURU KUNCI (SESEPUH)
Selasa, 10 April 2018
Di rumah kediaman juru kunci
Nama : KH. Endang Adjidin
Alamat : Desa Pamijahan, Tasikmalaya
No.HP : 081323185116
Pekerjaan : Juru Kunci Makam Keramat Syeh Abdul Muhyi
1. A: Sejak kapan bapak menjadi kuncen ?
B: Sejak tahun 1996 sampai sekarang
2. A: Apakah bapak bekerja setiap hari atau hari/hari tertentu saja ?
B: Iya, saya menerima tamu yang ingin berkunjung, alhamdulillah setiap
harinya ada saja yang berkunjung
3. A: Apakah ada pekerjaan sampingan selain menjadi juru kunci ?
B: Sebagai wiraswasta di Desa Pamijahan dan mendirikan beberapa
pendidikan di Desa Pamijahan.
4. A : Apakah ada motivasi yang membuat bapak ingin menjadi
kuncen/juru kunci?
B : Selain turun-temurun dalam menjadi kuncen ini, iya pasti ada juga
motivasi tersendiri, karena ingin memelihara , melestarikan dan
meningkatkan patilasan-patilasan (jejak-jejak) Syekh Abdul Muhyi.
5. A : Berapa penghasilan bapak di setiap bulannya sebagai juru kunci?
B : Dari sisi penghasilan, untuk membangun diri sendiri dan menghidupi
keluarga saya istilahnya “cari kasab sendiri” (hasil dari penghasilan
sendiri). Karena yang dihasilkan dari uang sedakah-sedekah tamu itu
dipergunakan untuk pemeliharaaan Makam keramat Syekh Abdul Muhyi
sebab di sini ada organisasi pengelolanya dan uang sedekah tersebut juga
digunakan untuk bantuan pendidikan di daerah sekitar.
6. A : Apakah pada hari-hari tertentu saja makam ini ramai oleh
pengunjung/ setiap hari?
B: Alhamdulillah setiap hari ada saja pengunjung yang datang ke Makam
Keramat Syekh Abdul Muhyi , tapi puncak banyaknya pengunjung pada
bulan Mulud, Rajab dan Syawal.
7. A : Apa saja biasanya yang dilakukan oleh peziarah ?
B: Peziarah melakukan, berdoa sesuai dengan ajaran Syariah Islam
mengenai tatacara ziarah sebagaimana Nabi menganjurkan “ apabila
anda mau datang ke kuburan bacakanlah salam!”, kemudian apabila
pada makam ulama, para wali, ayah dan ibu kita sendiri bahkan keluarga
sendiri maka bacakanlah salam-salam yang khusus buat beliau yang saya
ajarkan, ikuti sunnah Nabi yang sebenarnya.
8. A: Sebagian orang berpendapat bahwa ziarah kubur adalah bid’ah
yang mengikiskan akidah,Apakah bapak pernah mendapatkan orang
yang berziarah di sini dengan niat yang salah atau tujuan yang
menyimpang ?
B : Wah banyak, tapi pada umumnya kepada mereka (peziarah) yang telah
mengikrarkan, mengijabkan atau menyampaikan niat, permohonan dan
tujuannya kepada kami maka kami terima dan dibantu untuk memohon
kepada Allah SWT yang sesuai dengan hajat yang mereka inginkan “ ya
Allah semoga kiranya mendapat ijab dan kobul dari Allah sesuai dengan
yang diminta” selagi itu tidak menyimpang dari rel-rel syariat Islam,
maka akan kami bantu dalam memohon kepada Allah. Adapun contoh ada
yang meminta jodoh, kejayaan, kekayaan dan lain sebagainya.
9. A: Apa yang ada di dalam benak anda tentang sosok dan kelebihan-
kelebihan yang dimiliki Syekh Abdul Muhyi ?
B: Beliau adalah seorang sosok ulama yang berkharisma tinggi, yang arif
dan kelimuannya yang cukup tinggi.
10. A : Apa yang dilakukan Syekh Abdul Muhyi sehingga dikultuskan di
Desa Pamijahan ?
B: Awalnya Syekh Abdul Muhyi ialah seorang cendikiawan muslim yang
datang ke bagian Tasik Selatan, yang mana dulunya desa ini bukan Desa
Pamijahan. Beliau bisa ke sini sesuai dengan tugas beliau. Karena di
Tasik bagian Selatan ini terdapat gua, yang sejak dulu namanya Gua
Mujarad “ tempat bersirna” apabila dalam bhs Arab. Untuk
mengasingkan diri dari kehidupan orang banyak dan mengasingkan dunia
yang bemaksud ingin menyendiri hanya ingin dengan Allah saja. Lantas
kata gurunya lanjutkan dan teruskan dalam menuntut ilmu sulud kewalian
dalam menempuh ma’rifatbillah musyahadahbillah, orang yang
sempurna imannya bisa ma’rifat kepada Allah bahkan bisa sampai
makamsyahadah seperti Nabi. Maka beliau jauh-jauh dari Jawa Timur
karena beliau dilahirkan di Gresik lantas setelah dewasa diperintahkan
menuntut ilmu hingga sampai ke Aceh dengan Syekh Abdul Rauf. Setelah
beliau lama menuntut ilmu disana beliau diajak naik haji, ziarah ke
Bagdad di sana Syekh Abdul Muhyi terdapat keanehan-keanehan yang
tidak dimiliki dari santri-santri yang lain. Di mana Syekh Abdul Muhyi
ketika di Masjidilharam di sinari cahaya dari langit sehinnga gurunya
mengetahui, karena gurunya mengetahui akan ada dari seorang santrinya
yang akan mendapat kewalian. Dengan 13 tahun lamanya lalu
membangun pendidikan ajaran Islam dan mengislamkan masyarakat
kurang lebih selama 5 tahun, setelah sekian lama beliau bersulud dan
bersemedi di dalam gua yang telah ditemukan tersebut, kemudian beliau
membuka kampung ini, yang dulunya hutan rimba menjadi kampung
kediamannya beliau. Yang pertama di bangun masjid yang terletak di
depan jalan yang disebut dengan Masjid Talapakan maksudnya yaitu
talapaknnya Syekh Abdul Muhyi. Kemudian beliau menyebarkan Agama
Islam dan mendirikan pesantren-pesantren sehingga ramailah kampung
ini bahkan sampai Syekh Abdul Muhyi meninggal tiada hentinya orang
yang berdatangan ke makam Syekh Abdul Muhyi. Dari hal-hal yang
dilakukan Syekh Abdul muhyi itu maka Syekh Abdul Muhyi dikultuskanlah
di Pamijahan.
11. A: Apakah bapak percaya bahwa Syekh Abdul Muhyi bisa
memberikan keberkahan?
B: Insya Allah, karena bahwasannya Syek Abdul Muhyi salah satu
waliyulloh atas izin Allah Syekh Abdul Muhyi dapat membawa akan
keberkahan.
12. A: Apakah di Desa Pamijahan ini terdapat suatu tradisi yang
dilakukan setiap tahun/setiap bulan yang berhubungan dengan Syekh
Abdul Muhyi?
B: Iya di Desa Pamijahan ini ada suatu pertemuan keluaraga besar Syekh
Abdul Muhyi dari mana-mana, Jawa Timur, Jawa Barat, yang datang
Pejabat-pejabat dan lain sebagainya yang diselenggarakan setiap tahun
sekali yaitu pada tanggal 27 Rajab, sekaligus untuk memperingati hari
Isra Miraj dan mengadakan bakti sosial berupa khitanan masal.
DIALOG WAWANCARA DENGAN PEZIARAH
Selasa, 5 April 2018
Nama : Bpk. Dirja
Alamat : Malangbong
Pekerjaan : Pegawai service AC
Sebelumnya bapak Dirja menceritakan mengenai tengtang Desa Pamijahan di
waktu dulu, “karena sajak kecil saya tinggal di Pamijahan dan mesantren di
salah satu pesantren yang terdapat di Kecamatan Bantarkalong yaitu daerah
Cipatujah yang jaraknya sekita 6-7 KM dari Pamijahan. Ketika itu saya dan
teman-teman santri lainya setiap satu minggu sekali selalu berziarah ke makam
Syekh Abdul Muhyi dengan berjalan kaki, dan masuk ke dalam Gua Safawadi.
Dan banyak juga keanehan-keanehan yang terjadi pada gua keramat tersebut.
Sekian lama setelah selesai sekolah dan mesantren itu saya merantau ke
Malangbong dan mempunyai keluarga”.
1. A: Apa yang ada di dalam benak anda tentang sosok dan kelebihan-
kelebihan yang dimiliki Syekh Abdul Muhyi ?
B: Beliau seorang ulama besar, dan terkenal dengan keilmuannya yang
tinggi. Dan memiliki kedudukan sebagai Wali Allah, yang mana dipercaya
bahwa seorang wali itu memiliki keberkahan.
2. A: Kenapa Syekh Abdul muhyi dikultuskan di Pamijahan?
B: Menurut pak Dirja, kalau dalam istilah sundanya “tijalikeuh” yang
memiliki arti kesandung atau kejatuhan yang bermaksud hanya keetulan
saja beliau ini bisa menemukan tugasnya itu di Pamijahan/ kejatuhannya
di Desa Pamijahan.
3. A: Apa saja yang dilakukan anda ketika melakukan ziarah ke
makam Syekh Abdul Muhyi?
B: Saya melakukan di makam Syekh Abdul Muhyi sama halnya seperti
berziarah ke makam-makam lain yaitu untuk dengan bertawasul, mengaji
yasin, dzikir. Dan yang saya lakukan ketika memasuki guanya itu sebelum
masuk adzan terlebih dahulu di depan pintu masuk ke gua untuk
mehindari dari tolak bala dan terus bershalawat sepanjang jalan
menelusuri gua tersebut.
4. A: Apa motivasi dan tujuan anda melakukan ziarah ke makam
Syekh Abdul Muhyi?
5. B: Untuk mendoakan Syekh Abdul Muhyi dan mendapatkan
keberkahannya.
DIALOG WAWANCARA DENGAN PEZIARAH
Selasa, 10 April 2018
Nama : Aldi
Alamat : Lampung
Pekerjaan : pegawai
1. A: Apa yang anda ketahui tentang sosok Syekh Abdul Muhyi ?
B: Beliau adalah salah seorang tokoh penyebar Agama islam, seorang
mualim, yang berkharisma, selebihnya saya kurang tau karena melakukan
ziarah ini juga rombongan yag setiap tahunnya selalu mengadakan
ziarah, dan kebetulan tahun ini ke makam Syekh Abdul Muhyi.
2. A: Apa saja yang dilakukan anda ketika melakukan ziarah ke
makam Syekh Abdul Muhyi?
B: Hal yang saya lakukan layaknya orang ziarah biasa, yaitu tawasul,
yasinan, salat, dan dzikir-dzikir untuk mengingat Allah. Tidak ada
kegiatan yang lain
3. A: Apa motivasi dan tujuan anda melakukan ziarah ke makam Syekh
Abdul Muhyi?
B: Motivasi saya agar bisa bedoa lebih khusyu lagi kepada Allah, para
sunan, para wali supaya dibantu doa-doa kita dan dikabulkan.
4. A: Atas dasar apa anda berziarah ke makam Syekh Abdul Muhyi ?
B: Karena ada keinginan yang besar ingin disampaikan kepada Allah
SWT melalu
Syekh Abdul Muhyi sebagai waliyulloh
5. A: Apakah anda percaya bahwa Syekh Abdul Muhyi itu bisa
membawa keberkahan?
B: Insya Allah bisa,tergantung kehendak Allah
6. A: Apakah ada dampak tersendiri setelah anda melakukan ziarah
tersebut?
B: Efek dari ziarah itu sendiri mungkin ada hanya saja kita belum
menyadarinya. Karena efek dari ziarah tersebut tidak langsung muncul,
tapi ada prosesnya juga.
DIALOG WAWANCARA DENGAN PEZIARAH
Kamis, 12 April 2018
Nama : Bpk. Dede
Alamat : Cianjur
Pekerjaan : Wiraswasta
1. A: Apa yang anda ketahui tentang sosok Syekh Abdul Muhyi ?
B: Yang saya ketahui menurut Agama beliau ialah tokoh Agama untuk
menyebarkan petuah-petuah islam. Yang sampai sekarang diakui
kebenarannya itu, makanya dengan bukti bayaknya peziarah yang
berkunjung dari mana-mana bahkan dari pelosok pun ada yang datang ke
makam Syekh Abdul Muyi.
2. A: Apakah anda percaya bahwa Syekh Abdul Muhyi itu bisa
membawa keberkahan?
B: Menurut saya, mengenai itu wawllahu alam, yang penting kita itu
mengenang sejarah/ pelajaran-pelajaran yang ada sejak jaman Kanjeng
Syekh Abdul Muhyi. Dan untuk mendekatkan dan mengimani kepada diri
pribadi kita sendiri.
3. A: Atas dasar apa anda berziarah ke makam Syekh Abdul Muhyi ?
B: saya melakukan ziarah ini atas keinginan sendiri, intinya itu tadi, untuk
menambah keimanan.
4. A: Apa saja yang dilakukan anda ketika melakukan ziarah ke
makam Syekh Abdul Muhyi?
B: Berdoa, baca yasin, tahlil dan berziarah di makam Syekh Abdul Muhyi
ini ada keunikannya tersendiri seperti napak tilas menurut saya.
5. A: Apa motivasi dan tujuan anda melakukan ziarah ke makam Syekh
Abdul Muhyi?
B: Tujuan saya berziarah kesini, supaya memiliki hidup yang positif untuk
kedepannya dan memegang teguh keyakinan.
6. A: Apakah ada dampak tersendiri setelah anda melakukan ziarah
tersebut?
B: Dampak dari ziarah ini positif, tidak ada yang negative menurut saya.
Asal kita melakukannya dengan jelas dan sesuai dengan ketentuan Syariat
Islam.
DIALOG WAWANCARA DENGAN PEZIARAH
Selasa, 10 April 2018
Nama : Teteh Neli
Alamat : Tasikmalaya
Pekerjaan : guru
1. A: Atas dasar apa anda berziarah ke makam Syekh Abdul Muhyi?
B: Atas dasar sekedar ingin tau saja ziarah di Pmijahan ini seperti apa,
suasananya seperti apa tidak ada niat khusus untuk datang kesini. Ya…
saya datang ksini untuk berziarah
2. A: Apa motivasi dan tujuan anda melakukan ziarah ke makam Syekh
Abdul Muhyi?
B: Tujuan saya berziarah ini untuk mendoakan Sohibul makam, tidak ada
motovasi apa-apa. Yang terpenting untuk mendekatkan diri kepada Allah
saja.
3. A: Apa yang anda ketahui tentang sosok Syekh Abdul Muhyi ?
B: Setahu saya beliau seorang mualim, agamanya bagus, seorang ulama
besar, dan disegani banyak orang semasa hidupnya.
4. A: Apakah anda percaya bahwa Syekh Abdul Muhyi itu bisa
membawa keberkahan?
B: Menurut saya kalau mengenai keberkahan, itu datangnya dari Allah.
bukan dari orang yang sudah meninggal. Karena saya tidak percaya
dengan hal-hal mistis seperti itu. Berarti kan kalau kita percaya kepada
Syekh Abdul Muhyi berarti sama aja kan, kita menduakan dengan yg
kuasa yaitu Allah. Nah maka dari jika kita ingin meminta keberkahan,
memintalah kepada yang menciptakannya bukan kepada orang yang
sudah meninggal.
DIALOG WAWANCARA DENGAN PEZIARAH
Selasa, 10 April 2018
Nama : Ajie Mufti. R
Alamat : Tasikmalaya
Pekerjaan : Mahasiswa dan wiraswasta
1. A: Atas dasar apa anda berziarah ke makam Syekh Abdul Muhyi ?
B: Keinginan pribadi, dan ingin mengenal lagi sosok ulama yang tersohor
di daerah saya.
2. A: Apa yang ada di dalam benak anda tentang sosok dan kelebihan-
kelebihan yang dimiliki Syekh Abdul Muhyi ?
B: Menurut saya syekh Abdul Muhyi merupakan orang yang memiliki
kedekatan dengan Allah SWT. Sehingga insya Allah dapat memberikan
kebaikan terhadap sekitarnya.
3. A: Apakah anda percaya bahwa Syekh Abdul Muhyi itu bisa
membawa keberkahan?
B: Insya Allah bisa, karena keshalehannya dan setiap kebaikannya.
4. A: Apa saja yang anda lakukan ketika ziarah ke makam Syekh Abdul
Muhyi?
B: Seperti yang dianjurkan oleh sesepuh yang ada di sini, yang mana saya
dianjurkan untuk berdoa, bershalawat, tetep berdoa itu mintanya kepada
allah SWT.
5. A: Apa motivasi dan tujuan anda melakukan ziarah ke makam Syekh
Abdul Muhyi?
B: Motivasi dan tujuan saya, hmm itu untuk mengenal lebih baik lagi
tentang islam dan berharap bisa mempertebal lagi keimanan saya kepada
Allah SWT.
6. A: Apakah ada dampak tersendiri setelah anda melakukan ziarah
tersebut?
B: Insya Allah saya merasa lebih baik lagi dan lebih semangat lagi dalam
mengejar ridha Allah SWT.
DIALOG WAWANCARA DENGAN PEZIARAH
Rabu, 11 April 2018
Nama : Ibu Dede Prihatini
Alamat : Bandung
Pekerjaan : BUMN
1. A: Atas dasar apa anda berziarah ke makam Syekh Abdul Muhyi ?
B: Saya berziarah ke Pamijahan ini untuk wisata religi sekaligus napak
tilas para wali yang terkenal di Desa Pamijahan ini, yaitu gua Safarwadi
dan air suci yang terdapat di dalamnya.
2. A: Apa yang ada di dalam benak anda tentang sosok dan kelebihan-
kelebihan yang dimiliki Syekh Abdul Muhyi?
B: Beliau adalah seorang cendikiawan muslim yang terkenal di tataran
Tasikmalaya sebagai penyebar Agama Islam, dan beliau memiliki
keilmuan yang sangat tinggi.
3. A: Apakah anda percaya bahwa Syekh Abdul Muhyi itu bisa
membawakan keberkahan?
B: Iya percaya karena beliau telah terbukti, mendapatkan wahyu dari
Allah. Yang diketahui langsung oleh gurunya, sehingga saya percaya
karena beliau juga merupakan waliyullah.
4. A: Apa saja yang anda lakukan ketika ziarah ke makam Syekh Abdul
Muhyi?
B: Berdoa, membaca shalawat, dan bertawasul.
5. A: Apa motivasi dan tujuan anda melakukan ziarah ke makam Syekh
Abdul Muhyi?
B: Tujuan saya mendatangi makam Syekh Abdul Muhyi ini karena tradisi
agama. Karena dengan berziarah ke makam, dapat mengingatkan akan
kematian dan lebih mendekatkan diri kepada Allah.
6. A: Apakah ada dampak tersendiri setelah anda melakukan ziarah
tersebut?
B: Ya, merasakan ketenangan hati dan jiwa. Setelah melakukan ziarah
DIALOG WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT
Kamis, 12 April 2018
Nama : Bpk. Undang
Alamat : Desa Pamijahan
Pekerjaan : Guru
1. A: Apa yang ada di dalam benak anda tentang sosok dan kelebihan-
kelebihan yang dimiliki Syekh Abdul Muhyi?
B: Beliau adalah sosok ulama yang mempunyai nilai lebih tentang Ilmu
Agama khususnya, sehingga lebih di muliakan karena sesuai dengan
kepribadian beliau. Beliau juga termasuk serumpun dengan wali songo,
sekitar sahun 1600-an yang dikatakan sebagai wali muda.
2. A: Kenapa Syekh Abdul muhyi dikultuskan di Pahijahan?
B: Diantranya karena beliau ialah seorang waliyullah yang mempunyai
ilmu yang lebih dibandingkan warga/masyarakat di sini khususnya di
daerah Pamijahan tataran Selatan Tasikmalaya, sehinnga masyarakat
pada umumnya di sini/ yang datang ke sini mengkultuskan beliau di sini
yaitu mengagungkan karena beliau memiliki jabatan sebagai waliyullah
dan seorang wali itu mempunyai keistimewaan yaitu karomah, yang tidak
semua orang mendapatkannya kecuali orang-orang pilihan, dan Syekh
Abdul Muhyi termasuk sebagai waliyullah maka dari itu Syekh Abdul
Muhyi diagungkan dan dihormati segala perjuangannya. Jadi bukan
dengan mengkultuskan yang memuja-muja (tidak seperti itu). Karena
beliau itu membawakan syariat tauhid di dalamnya termasuk ilmu fiqih,
tasawufnya dsb.
3. A: Apakah anda percaya bahwa Syekh Abdul Muhyi itu bisa
membawa keberkahan?
B: Insya Allah beliau bisa dikatakan dapat membawa keberkahan, sudah
saya jelaskan juga tadi. Beliau ialah sorang waliyulloh yang pastinya
memiliki karomah, yang tidak akan dimiliki oleh setiap manusia.
4. A: Apakah ada peninggalan-peninggalan/ karya-karyanya Syekh
Abdul Muhyi?
B: Bentuk karya-karya mengenai ukiran-ukiran saya kurang tau, tapi
yang saya tahu hanya peninggalan-peninggalannya saja seperti adanya
masjid yang pertama kali dibuatnya yaitu Masjid Talapakan, dan barang
yang dimilikinya seperti jubah, sorban, toroktok, keris-keris, salah satu
kerisnya yaitu “Keris Badi” semacam keris sebagai ciri khasnya beliau,
yang insya Allah dengan izin Allah keris tersebut memiliki banyak fungsi/
manfaat untuk melawan musuhnya dengan keris tersebut dan atas izin
Allah juga maka musuh tersebut lari ketakutan karena keris yang
digunakan tersebut. Tapi pada intinya bukan karena kerisnya yang sakti,
tapi melainkan atas izin Allha tersebut.
5. A: Apa dampak adanya tradisi ziarah kubur ini terhadap
masyarakat?
B: Sangat luar biasa dampak positifnya, misalnya ketika banyak yang
berkunjung, dan masyarakat di sini juga bisa melayaninya berkomunikasi
baik dengan mereka dan banyak mendapat wawasan dari berbagai
macam pengunjung yang datang. Secara ekonomi Alhamdulillah warga di
sini dapat terbantu karena ramainya tradisi ziarah kubur di Pamijahan.
LAMPIRAN III
Area Komplek Pemakaman Syekh Abdul Muhyi
Gambar 1: Gapura Pamijahan Gambar 2: Makam Syekh Abdul Muhyi dan
kerabatnya
Gambar 3: Masjid Talapakan Syekh Abdul
Muhyi Gambar 4: Area Makam Keramat Syekh
Abdul Muhyi
Gambar 8: Gerbang Gua Safarwadi
Gambar 5: Pos laporan tamu
yang akan ziarah Gambar 6: Jalan menuju makam Gambar 7: Kondisi peziarah di
area makam
Gambar 9: Di dalam Gua Safarwadi
Gambar 10: Guide sedang adzan
di pintu masuk Gua Safarwadi
Gambar 11: Peziarah sedang
berdoa di depan pintu jalan
menuju ke Mekkah
Gambar 12: Peziarah sedang
meteskan matanya dengan air
zam-zam yang keluar dari
sela-sela batu cadas
Gambar 13: Air Kahuripan Gambar 14: Air Kajayaan Gambar 15: Gua jalan menuju
ke Mekkah
Gambar 17: Dokumentasi dengan KH. Endang
Adjidin sebagai sesepuh di komplek makam
Syekh Abdul Muhyi
Gambar 19: Dokumentasi dengan
Bpk. Undang sebagai Muzawir
Gambar 16: Dokumentasi dengan Bpk. Devi
Kostaji sebagai Kepala Desa
Gambar 18: Peziarah sedang bershalawat di
bawah Jabal Kopiah
Gambar 20: Dokumentasi dengan
salah satu peziarah