Makalan kenaikan harga kebutuhan pokok
Transcript of Makalan kenaikan harga kebutuhan pokok
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang dihadapi Indonesia sejak
dahulu hingga sekarang. Dan ini adalah dinamika kehidupan ekonomi yang tidak tetap
perubahannya. Kadang sistem ekonomi dunia naik, kadang sistem ekonomi dunia
merosot drastis. Ini menyebabkan gejolak besar bagi kehidupan ekonomi seluruh
dunia, tak terkecuali Indonesia. Akibat langsungnya adalah meledaknya harga
kebutuhan pokok di Indonesia. Yang mana sebelumnya saja sudah menjepit dompet
masyarakat dan kini semakin menekan.sektor-sektor usaha yang menyediakan kebutuhan tersebut. Misalnya: Petani
yang menyediakan sayur mayur kini kesulitan dalam mencari pupuk yang murah, padi
menjadi kurang subur dan pasokan yang terbatas membuat harga beras melonjak. Ini
adalah satu dari ribuan keluhan masyarakat dalam merasakan dampak buruk dari krisis
global ini.
Sejumlah kebutuhan pokok khususnya pangan di berbagai daerah terus
menunjukkan kenaikan. Kebutuhan pangan, seperti cabai, beras, bawang merah dan
putih, daging dan telur ayam, gula pasir, naik sekitar 30-75% bahkan bisa mencapai
dua kali lipat dengan kalau dilihat dari faktor musim dan yang meningkat tajam adalah
cabai keriting dan cabai merah dengan lonjakan harga hingga mencapai dua kali lipat.
Dengan situasi pasar tersebut akan mempengaruhi kondisi perekonomian
masyarakat. Pertama, Jika harga barang primer meningkat, sementara pendapatan
tetap, akan menyebabkan harga barang sekunder pun akan meningkat. Kedua,
Pembelian terhadap barang sekunder pun akan menurun. Ketiga, Perubahan harga
barang konsumsi menyebabkan tingkat substitusi (pergantian) terhadap barang
konsumsi akan berubah pula.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Dampak yang dirasakan dari kenaikan harga kenaikan harga bahan paku
pangan ?
2. Bagaimana cara bijak untuk menanggulangi kenaikan harga bahan baku pangan
tersebut?
ii
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kenaikan Harga Bahan Pokok
Resesi ekonomi yang kini melanda dunia, memberi gejolak perekonominan di
berbagai Negara terutama negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Namun,
saat itu krisis tersebut lebih karena pengaruh pergolakan politik di dalam negeri. Krisis
ekonomi yang melanda amat potensial karena bubble di sektor keuangan sudah amat
berlebihan. Harga terus melambung tinggi menunjukan pemerintah tidak memiliki
sistem yang jelas tentang tata niaga kebutuhan pokok. "Harga kebutuhan pokok yang
tetap melambung tinggi menunjukan pemerintah tidak pernah serius dalam menata
sistem perekonomian nasional, salah satunya terkait tata niaga kebutuhan pokok," kata
Anggota Komisi IV DPR RI Rofi Munawar dalam keterangan tertulisnya di Jakarta,
Senin (2/4/2012).
harga bahan pangan terus menunjukan kenaikan daging sapi yang sempat
bertengger di posisi Rp 70.000-Rp75.000/kg, naik menjadi Rp.100.000/kg. Sedangkan
harga-harga yang mulai naik, antara lain; ayam potong yang beberapa waktu lalu
Rp22.000/kg, kini menjadi Rp.45.000/kg. Telur ayam potong yang kemarin sempat
Rp800-Rp850/butir, kini naik, Rp.2000/butir. Harga sayur mayur seperti cabai merah
Rp20.000/kg, naik menjadi Rp. 30.000/kg. Adapun bawang merah Rp9.000 naik
menjadi Rp10.000/kg; tomat naik ke posisi Rp 6.000 per kg dari Rp.5000/kg.
Kenaikan bahan baku akibat dampak krisis ekonomi ini akan semakin
menyulitkan sektor properti, setelah sebelumnya juga diterpa kenaikan harga bahan
baku akibat kenaikan bahan bakar minyak (BBM).
Pada sektor properti ini, tipe rumah kelas menengah ke atas yang akan paling
besar terkena dampak terjadinya krisis ekonomi ini. Kenaikan tingkat suku bunga pasti
akan mengikutinya. Sehingga harga cicilan rumah perbulannya akan naik. Sedangkan
ii
untuk rumah kelas menengah ke bawah sedikit tidak berpengaruh karena sebagian
sudah disubsidi pemerintah.Di sisi lain murni karena adanya ketidakpastian harga
BBM. Sehingga banyak distributor yang menunda belanja pasokan sambil menanti
keputusan naik atau tidaknya harga BBM. Dua situasi diatas menunjukkan bahwa
sistem kita sangat rapuh, sehingga mudah sekali dipengaruhi faktor eksternal.
2.1 Dampak kenaikan harga bahan pangan terhadap tingkat pendapatan
Lonjakan harga pangan sepanjang Maret 2015 telah menyurutkan rasa optimisme masyarakat terhadap perekonomian Indonesia. Tak hanya itu,
konsumen melihat tiga bulan mendatang harga barang bakal terus melambung tinggi.
Sebaiknya pemerintah harus bertindak lebih tegas dan serius dalam
menanggapi masalah ini. Berikut adalah upaya-upaya yang mestinya dilakukan oleh
pemerintah :
Menyediakan lapangan pekerjaan untuk para pengrajin yang gulung tikar
Membatasi produk impor ke Indonesia supaya masyarakat kembali untuk
memanfaatkan hasil pribumi
Lebih menungkatkan ekspor agar kualitas Indonesia diakui oleh Negara lain. Seperti
beras, ketan, kacang-kacangan, jagung, dll.
Membuat suatu lahan pertanian atau perkebunan milik Negara yang dikelola oleh
petani lokal dengan hasil berkualitas tinggi
Mengadakan pameran makanan di kota-kota yang ada di Indonesia dengan tujuan
untuk mengenalkan makanan khas nusantara yang tidak diketahui masyarakat dan
hamper punah
Menurunkan harga pasar yang dikiranya tidak terlalu membebankan rakyat kalangan
tidak mampu agar bisa bertahan hidup
Upaya-upaya tersebut harus secepat mungkin dilakukan. Karena produsen dan
konsumenlah yang menjadi korban. Contoh-contoh dampak dari masalah ini yang
paling berat adalah yang dirasakan oleh masyarakat tidak mampu. Mereka menderita
ii
kelaparan karena tidak bisa membeli makanan yang mungkin harganya lebih besar
daripada pendapatan mereka sehari-hari. Busung lapar adalah ancaman yang paling
menakutkan untuk para balita yang sedang mengalami pertumbuhan. Mereka yang
harusnya diberi gizi yang cukup, bukan malah diberikan makanan yang tidak
seharusnya dimakan oleh para baliat, seperti nasi aking. Nasi aking adalah nasi basi
yang dibumbui hanya dengan garam. Nasi aking tersebut sama sekali tidak
mengandung gizi. Apakah mungkin mereka akan terus-menerus seperti itu?
Bagaimana kelangsungan bangsa Indonesia dimasa yang akan datang ?
Anak-anak yang biasa meminta dijalanan adalah termasuk kedalam dampak
masalah ini. Orangtua mereka tidak mempunyai penghasilan untuk menyekolahkan
anak-anaknya. Karena untuk mengisi perut mereka saja sudah kesulitan, apalagi untuk
yang lain. Dan masih banyak lagi dampak negatif akibat naiknya harga barang-barang
pokok.
Untuk mengatasi para penderita gizi buruk, sebaiknya ada kesadaran dari
masyarakat sendiri untuk menggugah hatinya untuk memberikan sebagian dari harta
mereka. Dapat dilakukan dengan cara bakti sosial dan kegiatan lainnya yang
bermanfaat. Uluran tangan dari kita bagai mendapatkan intan permata bagi mereka.
Hal ini pun terjadi di berbagai daerah-daerah, sebagai contoh seperti yang
dialami mayoritas anggota masyarakat lainnya yang begitu sulit mendapatkan minyak
tanah. Minyak tanah masih sangat dibutuhkan sebagian besar warga untuk memenuhi
kebutuhan pokok mereka, seperti untuk keperluan memasak sehari-hari. Walaupun
harga melonjak, mau tidak mau warga tetap harus membeli dengan harga yang sangat
tinggi, karena bagi mereka yang penting barang kebutuhan pokok tersedia.
Tidak hanya mereka yang menggunakan langsung minyak tanah untuk
memasak, seperti yang umum dilakukan kaum perempuan (khususnya para ibu rumah
tangga) yang merasakan imbas dari kenaikan harga harga kebutuhan pokok, tetapi
pasti juga meresahkan para pencari nafkah seperti para suami yang harus berusaha
lebih keras lagi untuk mendapatkan penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Mungkin bukan hanya bagi mereka yang sudah berkeluarga, bagi buruh
perempuan yang masih lajang pun mengalami persoalan yang sama, walaupun tingkat
kebutuhannya tidak serupa. Tapi tetap saja bagi mereka yang sudah berkeluarga
persoalan ini menjadi masalah yang sangat penting, belum lagi mereka harus
membiayai anak-anak mereka, mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga kebutuhan
sekolah.
Setiap tahunnya kenaikan harga barang kebutuhan seperti hampir pasti selalu
terjadi. Di awal tahun 2015 inipun kenaikan harga yang memberatkan rakyat sudah
ii
terjadi, mulai dari harga minyak tanah yang melonjak dan kebutuhan pokok lainnya
disertai dengan kelangkaan, yang menyebabkan untuk membeli minyak tanah pun
dibatasi. Ternyata tidak hanya berhenti di minyak tanah, tapi terus bergulir ke barang-
barang kebutuhan pokok rakyat lainnya.
Sementara kenaikan harga ini sering sekali diharapkan bisa dibarengi oleh
kenaikan upah/gaji buruh ataupun pegawai negeri sipil (PNS). Tapi ketika upah/gaji
naik, ternyata tidak memecahkan masalah rakyat kecil karena akan secara bersamaan
muncul akibat berupa naiknya harga harga di pasar, banyak dari para pedagang
mengatakan bahwa upah/gaji naik maka harga barang barang pun ikut naik.
Imbas kenaikan harga kebutuhan barang pokok seolah menjadikan masyarakat
untuk lebih pintar mengelola keuangan, mengurangi atau bahkan tidak membeli sama
sekali kebutuhan-kebutuhan yang dianggap tidak penting. Masyarakat oleh berbagai
nasihat yang menyikapi krisis harga ini dituntut untuk berhemat, untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Contoh kenyataan ini, yaitu banyak buruh yang bekerja berdatangan dari luar
kota sehingga mereka harus kost atau mengontrak rumah. Biaya sewa rumah/kost
terus meningkat, ketika masyarakat terus harus menanggung dan menyesuaikan diri
dengan harga-harga barang yang juga terus naik.
Mayoritas kaum buruh harus berhadapan dengan permintaan untuk membayar
sewa rumah lebih banyak dari sebelumnya dengan alasan sang penyewa rumah/kost
terbebani oleh kenaikan harga. Tidak bisa dipungkiri kenaikan harga-harga kebutuhan
pokok berpengaruh ke berbagai harga barang dan jasa, dan yang paling merasakan
kenaikan ini adalah rakyat pekerja.
Karena bila kita bandingkan para pejabat pemerintah, pemilik rumah sewa/kost,
pedagang menengah, maupun para bos pabrik mempunyai penghasilan yang berlebih
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dan bila harus menghadapi kenaikan harga,
mereka bisa mencari sasaran orang lain untuk menanggung beban itu. Seperti yang
dibebankan oleh pemilik rumah kontrak/kost kepada rakyat pekerja buruh yang
membayar sewa kepada mereka.
Tetapi mata rantai beban ini sampai pada tingkat dimana justru mereka yang
paling menanggung beban dari kenaikan harga – rakyat pekerja dan kaum miskin –
juga harus menanggung beban mereka yang bertanggung jawab atas kenaikan harga
yaitu para bos, birokrat pemerintah yang korup dan cuma berpikir menarik rente, dan
para spekulan.
Di layar kaca atau melaui media kita jumpai pula para distributor barang yang
melakukan unjuk rasa terhadap kenaikan sejumlah harga, sebagai contoh tempo lalu
kenaikan harga kedelai bagi para pembuat tempe, serta harga daging yang kian
ii
melonjak. Kenaikan harga bahan dasar dalam pembuatan tempe ini mempengaruhi
produksi pembuatan tempe. Namun masyarakat yang kebanyakan menjadi konsumen
dari barang2 tersebut dan merasakan langsung berbagai kenaikan harga barang hanya
bisa sekedar protes tanpa ada sikap yang ditujukan kepada pemerintah.
Ketidakmampuan ini juga disebabkan oleh ketakutan dan kebingunan mereka
tentang hak sebagai warga negara dan kewajiban pemerintah dalam kehidupan sosial
sebagaimana yang diharuskan oleh cita-cita kemerdekaan Indonesia seperti yang
dimandatkan oleh konstitusi negeri kita ini.
Masih sangat banyak diantara kaum buruh yang hanya bisa menerima dengan
hati berat dengan kenaikan harga barang barang kebutuhan pokok, dan mereka tidak
tahu apa yang harus mereka lakukan.
Kita tidak bisa lagi mengacuhkan atau tak peduli harga-harga barang kebutuhan
pokok terus dibiarkan naik seenaknya tanpa ada keputusan pengaturannya. Peran dan
aturan pemerintah harus khusus bertindak hanya demi untuk melindungi masyarakat
yang terus menjadi korban dalam kehidupan yang terus direpotkan oleh kenaikan
harga-harga. Seperti yang terjadi sekarang bahwa setiap tahunnya harga akan naik
seiring dengan adanya kenaikan upah/gaji. Mau berapa pun upah/gaji naik itu hanya
percuma, jika harga-harga kebutuhan pun ikut naik maka tidak akan pernah mencukupi
biaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2.3 Solusi untuk menanggulangi kenaikan harga bahan baku pangan
Solusi yang dapat ditawarkan untuk meredam faktor ekspektasi positif ini
mungkin bisa diharapkan dari opesari pasar dan pelaksanaan pasar murah di beberapa
titik konsumsi di seluruh Indonesia. Operasi pasar seperti ini dapat bermanfaat untuk
mengendalikan faktor psikologis pasar yang dipicu oleh ”ekspektasi positif” seperti
disebutkan di atas, agar kenaikan harga pangan tidak terjadi secara permanen. Pada
saat operasi pasar murah, pemerintah dapat menyampaikan pesan kepada spekulan
tentang keseriusan upayanya dalam menjaga stabilisasi harga pangan pokok
Faktor kedua pemicu kenaikan harga pangan adalah kinerja pasokan yang
sedikit terganggu, walau pemerintah berkali-kali membantah bahwa pasokan pangan
aman dan terkendali. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sistem produksi dan
sistem distribusi beberapa pangan terganggu karena kualitas sarana dan prasarana
transportasi banyak rusak.
Solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi faktor produksi dan distribusi ini
adalah peningkatan produksi pangan dan pertanian yang diikuti dengan perbaikan
sarana dan prasarana infrastruktur vital, terutama jalan negara sampai jalan desa.
ii
Peningkatan produktivitas pangan wajib menjadi acuan strategi kebijakan, karena
Indonesia tidak dapat mengandalkan cara-cara konvensional dan sistem budidaya
yang telah diadopsi selama 40 dekade terakhir.
Faktor ketiga yang memicu kenaikan harga pangan adalah perubahan iklim.
Dengan harga faktor produksi yang juga ikut meningkat, maka tingkat keuntungan
relatif petani di Indonesia juga tidaklah terlalu tinggi. Demikian pula, rendahnya
pasokan cabe dan produk hortikultura lain juga ikut memicu eskalasi harga komoditas
penting bagi konsumsi rumah tangga dan industri kuliner Indonesia.
Solusi yang dapat ditawarkan untuk menanggulangi faktor perubahan iklim ini
memang tidak ada yang berdimensi jangka pendek, karena proses adaptasi dan
mitigasi memerlukan waktu dan proses penyesuaian yang relatif lama. Namun
demikian, strategi penguatan cadangan pangan di tingkat pusat di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota dapat dijadikan langkah penting dalam jangka menengah.
ii
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seharusnya pemerintah lebih siap akan segala kebijakan-kebijakan yang
mereka buat. Tatanan pemerintahan yang sudah ada sebelumnya mereka lupa atau
kenapa terlihat hanya semena-mana kepada rakyat kecil. Indonesia mungkin setelah
ditinjau dari beberapa aspek banyak kekurangan di berbagai bidang. Khusus nya tak
usah jauh-jauh bahan baku pangan yang terlampau jauh dari harga yang sebelumnya
menjadi bukti pemerintah harus meninjau ulang kebijakanya.
Pemerintah kini mungkin sudah lebih dewasa akan segala kebijakan. Mereka
sekarang dituntut agar bisa mensejahterakan rakyatnya agar tidak ada lagi kelaparan,
pengangguran sampai tidak kuat mental(stres). Jadikan lah Indonesia bumi pertiwi ini
sebagai Negara yang tentram bagaimana ini sudah dijelaskan dalam Pancasila dan
UUD’45.
3.2 Saran
Kepada masyarakat untuk tetap bersabar terhadap situasi permasalahan kita ini
dan mempercayakan segala sesuatu kepada pemerintah. Dan dimulai dari pribadi dan
diri sendiri, untuk mengikuti saran yang telah dituliskan di atas. Dan bagi para
mahasiswa untuk menjadi lebih kritis. Semoga makalah ini menjadi kajian yang baik
meskipun masih terdapat kekurangan. Atas perhatian dari seluruh pihak, kami ucapkan
terima kasih.
ii
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, Rubrik Pembaca Menulis, Kompas Cybermedia, 20 April 2001.
Majalah Trend Data. Edisi Mei 2002.
Arya Yoga, Dampak Kenaikan Harga BBM. 2008. http://reincarbonated.multiply.com
http://www.abdurrahmancenter.com/index.php/artikel/1241-kenaikan-harga-sembako-
masalah-dan-solusi
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/04/06/m20uqj-kenaikan-harga-minyak-picu-
inflasi-harga-makanan
http://fararirureroduty.blogspot.com/2010/11/solusi-kenaikan-harga-pangan-pokok.html
http://metrotvnews.com/read/analisdetail/2010/08/13/59/Solusi-Kenaikan-Harga-Pangan-Pokok
http://nasional.kontan.co.id/news/harga-pangan-naik-konsumen-kian-pesimistis/2012/04/07
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat rahmat Beliau penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Kenaikan Harga Kebutuhan Yang Tidak sebanding dengan Penghasilan”
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, penulis masih perlu
banyak bimbingan, untuk itu penulis mohon agar dapat di beri bimbingan, saran serta
masukan untuk penyempurnaan proposal ini. Penulis juga ingin mengucapkan
terimakasih kepada semua belah pihak, terutama Bapak/Ibu Guru dan teman-teman
sekelas yang telah membantu dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat dituliskan
satu persatu.
Akhir kata penulis sangat mengharapkan semoga makalah ini memiliki manfaat
bagi para pembaca. Penulis mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kesalahan-kesalahan kata. Sekian dan terimakasih.
Wakuru, November 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1
Bab II Pembahasan
2.1 Kenaikan Harga Bahan Pokok ...................................................... 2
2.2 Dampak Kenaikan harga Bahan Pokok ........................................ 3
2.3 Solusi untuk Menanggulangi Kenaikan Harga
Bahan Baku Pangan ..................................................................... 6
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 8
3.2 Saran ............................................................................................. 8
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 9
ii
MAKALAH
KENAIKAN HARGA KEBUTUHAN YANG TIDAK SEBANDING DENGAN PENGHASILAN
OLEH :
ii
ANWAR ESTI PAMERAN NIRMAWATY RAHMAT SALEH
KELAS : XII IPS A
SMA NEGERI 1 TONGKUNO
2015
ii