Makalan Adil

22
BAB II PEMBAHASAN 1. Adil 1.1. Pengertian Adil Adil menurut bahasa Arab disebut dengan kata ‘adilun, yang berarti samadengan seimbang.Menurut kamus besar bahasa Indonesia, adalah diartikan tidak berat sebelah,tidak memihak,berpihak pada yang benar,berpegang pada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang. Dan menurut ilmu akhlak ialah meletakan sesuatu pada tempatnya, memberikan atau menerima sesuatu sesuai haknya, dan menghukum yang jahat sesuai haknya, dan menghukumyang jahat sesuai dan kesalahan dan pelanggaranya. 1.2. Karakteristik Sikap Adil Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan sederajat dalam hukum. Dalam islam , tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan kulit, status social, ekonomi,atau politik . Berikut ini beberapa contoh sikap adil dalam Al- Qur’an : · Adil terhadap diri sendiri. · Adil terhadap istri dan anak 1

Transcript of Makalan Adil

Page 1: Makalan Adil

BAB II

PEMBAHASAN

1. Adil

1.1.  Pengertian Adil

     Adil menurut bahasa Arab disebut dengan kata ‘adilun, yang berarti samadengan

seimbang.Menurut kamus besar bahasa Indonesia, adalah diartikan tidak berat

sebelah,tidak memihak,berpihak pada yang benar,berpegang pada kebenaran,

sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang. Dan menurut ilmu akhlak ialah meletakan

sesuatu pada tempatnya, memberikan atau menerima sesuatu sesuai haknya, dan

menghukum yang jahat sesuai haknya, dan menghukumyang jahat sesuai dan kesalahan

dan pelanggaranya.

1.2.  Karakteristik Sikap Adil

     Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan

sederajat dalam hukum. Dalam islam , tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan

kulit, status social, ekonomi,atau politik .

     Berikut ini beberapa contoh sikap adil dalam Al-Qur’an :

·       Adil terhadap diri sendiri.

·       Adil terhadap istri dan anak

·       Adil dalam mendamaikan perselisihan

·       Adil dalam bertuturkata

·       Adil terhadap musuh sekalipun

1.3.  Nilai Positif Sikap Adil

     Keadilan merupakan sesuatu yang bernilai tinggi, baik, dan mulia. Apabila keadilan

diwujudkan dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, serta bangsa dan Negara,

sudah tentu ketinggian, kebaikan, dan kemuliaan akan diraih. Jika seseorang mampu

mewujudkn keadilan dalam dirinyasendiri, tentu akan meraih keberhasilan dalam

1

Page 2: Makalan Adil

2

Page 3: Makalan Adil

3

Page 4: Makalan Adil

4

Page 5: Makalan Adil

hidupnya, memperoleh kegembiraan batin, disenangi banyak orang, dapat

meningkatkan kualitas diri, dan memperoleh kesejahteraan hidup duniawi serta

ukkhrawi (akhirat).

     Jika keadilan dapat diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara, akan terwujud masyarakat yang aman,tentra , serta damai sejahtera lahir dan

batin. Hal ini disebabkan masing-masing anggota masyarakat melaksanakan kewajiban

terhadap orang lain dan akan memenuhi hak orang lain dengan seadil-adilnya .

Keuntungan dari bersikap adil adalah :

1.     Mereka yang bersikap adil akan mendapat keamanan di dunia dan akhirat

2.     Apabila orang adil yang berkuasa, maka keadilan akan memelihara kekuasaannya

3.     Mendapat keridhaan dari Allah SWT

4.     Mereka yang bersikap adil tidak akan menzalimi sesama manusia

5.     Mereka yang bersikap adil akan mendapatkan posisi yang tinggi di dunia maupun

akhirat

6.     Keadilan merupakan jalan menuju surge

1.4.  Membiasakan Sikap Adil

     Seorang hendaknya membiasakan diri berlaku adil, baik terhadap dirinya,kedua

orang tua nya,saudara-saudaranya,anak-anaknya, teman-temannya, tetangganya,

masyarakatnya, bangsa dan Negaranya, maupun terhadap sang Khalik(Alloh swt).

     Apabila keadilan itu ditegakan dalam setiap aspek kehidupan, tentu keamanan,

ketentraman,kedamaian, serta kesejahteraan lahir dan batin, duniawi dan ukhrawi akan

dapat diraih.

Orang yang adil biasanya memiliki sifat seperti :

1.     Mempunyai iman yang kukuh dan bertakwa kepada Allah SWT

2.     Menguasai ilmu syariat dan ilmu Aqilah

3.     Melakasankan amanah dengan penuh tanggung jawab

4.     Ikhlas dan bertakwa kepada Allah SWT

5.     Memiliki pribadi yang mulai ( tidak mementingkan diri sendiri, memiliki belas

kasihan, bijak/tegas dan berani mengambil resiko

5

Page 6: Makalan Adil

2. Rida

2.1.  Pengertian rida

     Perkataan rida berasal dari bahasa arab, radiya yang artinya senang hati (rela). Rida

menurut syariah adalah menerima dengan senang hati atas segala yang diberikan Allah

swt, baik berupa hokum (peraturan-peraturan) maupun ketentuan-ketentuan yang telah

ditetapkan-Nya. Sikap rida harus ditunjukkan, baik ketika menerima nikmat maupun

tatkala ditimpa musibah.

     Kebanyakan manusia merasa sukar atau gelisah ketika menerima keadaan yang

menimpa dirinya, seperti kemiskinan, kerugian, kehilangan barang, pangkat,

kedudukan, kematian anggota keluarganya, dan lain-lain, kecuali orang yang

mempunyai sifat rida terhadap takdir. Orang yang memiliki sifat rida tidak mudah

bimbang atau kecewa atas pengorbanan yang dilakukannya. Ia tidak menyesal dengan

kehidupan yang diberikan Allah swt dan tidak iri hati atas kelebihan yang didapat orang

lain karena yakin bahwa semua itu berasal dari Allah swt. Sedangkan kewajibannya

adalah berusaha atau berikhtiar dengan kemampuan yang ada.

     Rida terhadap takdir bukan berarti menyerah atau pasrah tanpa usaha lebih dulu

untuk mencari jalan keluarnya. Menyerah dan berputus asa tidak dibenarkan oleh

tatanan hidup dan tidak dibenarkan pula oleh ajaran Islam. Allah swt. memberikan

cobaan atau ujian dalam rangka menguji keimanan dan ketakwaan hamba-Nya. Firman

Allah swt.:

Artinya : “ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit

ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita

gembira kepada orang-orang yang sabar. (156) (yaitu) orang-orang yangapabila ditimpa

musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Sesungguhnya

Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali. kalimat ini dinamakan

kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu

ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.(Q.S. Al Baqarah:155-156).

6

Page 7: Makalan Adil

     Sikap rida dapat ditunjukkan melalui hal-hal sebagai berikut:

1. Sabar dalam melaksanakan kewajiban hingga selesai dengan kesungguhan usaha atau

ikhtiar dan penuh tanggung jawab.

2.  Senantiasa mengingat Allah swt. dan tetap melaksanakan shalat dengan kusyuk.

3. Tidak iri hati atas kekurangan atau kelebihan orang lain dan tidak ria untuk dikagumi

hasil usahanya.

4. Senantiasa bersyukur atau berterima kasih kepada Allah swt. atas segala nikmat

pemberian-Nya. Hal itu adalah upaya untuk mencapai tingkat tertinggi dalam perbaikan

akhlak.

5. Tetap beramal saleh (berbuat baik) kepada sesama sesuai dengan keadaan dan

kemampuan, seperti aktif dalam kegiatan social, kerja bakti, dan membantu orangtua di

rumah dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.

6. Menunjukkan kerelaan atau rida terhadap diri sendiri dan Tuhannya. Juga rida terhadap

kehidupan terhadap takdir yang berbentuk nikmat maupun musibah, dan terhadap

perolehan rezeki atau karunia Allah swt.

     Menurut kamus besar Indonesia, rida diartikan rela, suka, dan senang hati.sedangkan

menurut bahasa adalah ketetapan hati untuk menerima segala keputusan yang sudah

ditetapkan dan ridha merupakan akhir dari semua keinginan dan harapan yang baik .

2.2  Karakteristik sikap rida

     Apabila sebagian pendapat para ahli hikmah, rida dikelompokan menjadi tiga

tingkatan, yaitu rida kepada Alloh, rido pada apa yang datang dari Alloh, dan rida pada

qada Alloh.

Rida kepada Allah adalah fardu ain.Rida pada apa yang datang dari Allah meskipun

merupakan sesuatu yang sangat luhur, hal ini termasuk ubudiah yang sangat mulia.

     Sesungguhnya pilihan tuhan untuk hamba-Nya dibagi dua macam yaitu pertama,

ikhtiyar ad-din wa syar’I (pilihan keagamaan dan syariat).kedua, ikhtiyar kauni kadari

(pilihan yang berkenaan dengan alam dan takdir).Takdir yang tidak dicintai dan diridai

Alloh yaitu perbuatan aib dan dosa-dosa.

7

Page 8: Makalan Adil

Macam-macam rida :

a. Ridha terhadap perintah dan larangan Allah

     Artinya ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakekatnya seseorang yang

telah mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha

terhadap semua nilai dan syari’ah Islam. Perhatikan firman Allah dalam Q.S. al-

Bayyinah (98) ayat 8

Artinya : Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di

bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha

terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. Yang demikian itu adalah (balasan)

bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (Q.S.al-Bayyinah ayat 8 )

     Dari ayat tersebut dapat dihayati, jika kita ridha terhadap perintah Allah maka Allah

pun ridha terhadap kita.

b. Ridha terhadap taqdir Allah.

     Mari kita simak, apa yang dikisahkan berikut ; pada suatu hari Ali bin Abi Thalib

r.a. melihat Ady bin Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya ; “Mengapa engkau

tampak bersedih hati ?”. Ady menjawab ; “Bagaimana aku tidak bersedih hati, dua

orang anakku terbunuh dan mataku tercongkel dalam pertempuran”. Ali terdiam haru,

kemudian berkata, “Wahai Ady, barang siapa ridha terhadap taqdir Allah swt. maka

taqdir itu tetap berlaku atasnya dan dia mendapatkan pahalaNya, dan barang siapa tidak

ridha terhadap taqdirNya maka hal itupun tetap berlaku atasnya, dan terhapus

amalnya”.

     Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak

diinginkan yaitu ridha dan sabar. Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan,

sedangkan sabar adalah keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang

muslim.

     Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu

dan mengekangnya dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera

berlalunya musibah. Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir

Allah swt. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam hatinya

selalu tertanam sangkaan baik (Husnuzan) terhadap sang Khaliq bagi orang yang ridha

8

Page 9: Makalan Adil

ujian adalah pembangkit semangat untuk semakin dekat kepada Allah, dan semakin

mengasyikkan dirinya untuk bermusyahadah kepada Allah.

     Dalam suatu kisah Abu Darda’, pernah melayat pada sebuah keluarga, yang salah

satu anggota keluarganya meninggal dunia. Keluarga itu ridha dan tabah serta memuji

Allah swt. Maka Abu Darda’ berkata kepada mereka. “Engkau benar, sesungguhnya

Allah swt. apabila memutuskan suatu perkara, maka dia senang jika taqdirnya itu

diterima dengan rela atau ridha.

     Begitu tingginya keutamaan ridha, hingga ulama salaf mengatakan, tidak akan

tampak di akhirat derajat yang tertinggi daripada orang-orang yang senantiasa ridha

kepada Allah swt. dalam situasi apapun (Hikmah, Republika, Senin 5 Februari 2007,

Nomor: 032/Tahun ke 15)

c. Ridha terhadap perintah orang tua.

     Ridha terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada

Allah swt. karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, perintah Allah

dalam Q.S. Luqman (31) ayat 14 ;

Artinya : “ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang

ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-

tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua

orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman :14)

     Bahkan Rasulullah bersabda : “Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan

murka Allah tergantung murka orang tua”. Begitulah tingginya nilai ridha orang tua

dalam kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah,

mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun beliau

ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia tidak

menghiraukan panggilan ibunya.

d. Ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara

     Mentaati peraturan yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan merupakan

salah satu bentuk ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian akan menjamin

keteraturan dan ketertiban sosial. Mari kita hayati firman Allah dalam Q.S. an-Nisa (4)

ayat 59 berikut :

9

Page 10: Makalan Adil

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan

ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,

Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu

benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama

(bagimu) dan lebih baik akibatnya.( Q.S. an-Nisa :59)

     Ulil Amri artinya orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan umara

(Ulama dan pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara

dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

     Termasuk dalam ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha

terhadap peraturan sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri

sendiri, orang tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan

demikian mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.

2.3.  Nilai Positif Sikap Rida

     Rida merupakan kesadaran diri, perasaan jiwa, dan dorongan hati yang

menyebabkan seseorang berkenaan sepenuh hati untuk menerima apa yang didapat

ataupun yang dihadapi dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.

2.4.  Membiasakan Sikap Rida

     Konsekuensi rida kepada Alloh harus mengikuti semua yang diajarkan oleh

Rasululloh saw. (ittiba’ ar-Rasul). Apabila seorang rida kepada Alloh, tentu dia akan

selalu berusaha melakukan segala sesuatu yang diterima dari-Nya dan meninggalkan

segala sesuatu yang dibenci-Nya.

  

10

Page 11: Makalan Adil

3. Amal Saleh

3.1.  Pengertian Amal Saleh

     Menurut kamus besar bahasa Indonesia, amal diartikan sebagai perbuatan (baik atau

buruk). Secara istilah, amal saleh berarti perbuatan sungguh- sungguh dalam

menjalankan ibadah ataupun menunaikan kewajiban agama yang dilakukan dalam

bentuk berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau sesama manusia.contoh

mengumpulkan dana untuk membantu korban bencana alam, penyandang cacat, orang

jompo dan anak yatim piatu.

     Dalam al-Qur’an banyak dijumpai perkataan amal dengan berbagai bentuknya yaitu

‘amila, a’mala, ta’malun, ya’malun, ‘amilun, ‘amalus-salihat, dan ‘amalus-syyari’at.

3.2.  Karakteristik Amal Saleh

     Orang yang hidup pada zaman pra-islam mempunyai anggapan bahwa kekayaan,

keturunan, kedudukan, dan bermacam-macam kelebihanduniawi lainnya menjadi factor

yang akan menentukan keadaan seseorang.

     Agama islam membawa satu ajaran (dokrin) bahwa keturunan, pangkat, kedudukan

yang tinggi, dan kekayaan yang bayak , semua itu tidak mendatangkan keuntungan,

terutama untuk kehidupan di akhirat kelak. Satu-satunya yang memberikan faedah ialah

amal saleh, yakni perbuatan baik.

Secara umum, pengelompokan amal itu terbagi dua, yaitu amal saleh (amal yang baik)

dan ‘amalus sayyi’ah (amal yang buruk). Amal saleh ialah segala perbuatan kebbijakan

yang mendatangkan manfaat untuk diri sendiri, keluarga, bangsa, dan manusia

seluruhnya, baik berupa perbuatan, ucapan, maupun sikap.bahkan melakukan suatu

perbuatan yang dilarang Alloh, itu pun termasuk amal saleh.

3.3  Nilai Positif Amal Saleh

     Dalam Al-Qur’an, banyak diuraikan hasil (buah) dari amal saleh, baik didunia

maupun diakhirat, yaitu:

a. rezeki yang baik (al-Hajj/22:50);

11

Page 12: Makalan Adil

b. derajat yang tinggi (Taha/20:75);

c. keberuntungan (al-Qasas/28:67);

d. keadilan (Yunus/10:4);

e. keluar dari kegelapan (at-Talaq/65:11);

f.   rahmat dan cinta (al-Jasiyah/45:30);

g. hilang perasaan takut (Taha/20:112);

h. pahala yang cukup (Alli ‘Imran/3:57);

i.   ampunanIlahi (Fatir/3:57);

J. kehidupan di surga (al-Mu’minun/23:40).

3.4.  Membiasakan Amal Saleh

     Setiap amal saleh, harus didasari niat yang suci dan ikhlas. Jangan sampai seorang

yang beramal memiliki niat yang salah, ada udang dibalik madu. Misasal, mengharap

kedudukan,pujian, atau keuntungan yang lain-lain.

     Berusaha atau beramal, pada umumnya tidak memandang ruang dan waktu serta

tidak hanya pada saat yang lapang. Dalam situasi apa pun, kita tidak menyianyiakan

untuk beramal atau berusaha. Walaupun hasil amal itu belum tampak sekarang, hal itu

tidak boleh menjadikan kita malas beramal.

4. Persatuan dan kerukunan

4.1 Pengertian Persatuan dan kerukunan

Pengertian Persatuan ialah ikatan yang terjadi antara dua orang lebih yang mereka

melakukan tidak yang sama dalam hal terjadinya peristiwa tertentu. Bila seseorang

suatu bangsa maka rakyatnya akan bersatu membela bangssanya.

Dari penjelasan ayat diatas diperoleh kesimpulan bahwa usaha umat Islam

terutama para pemuka (ulama/hakim/pejabat) supaya memperbaiki hubungan antara

seseorang dengan seseorang yang lain atau kelompok, golongan dengan golongan atau

dengan seseorang secara nyata, jangan membiarkan persengkataan atau perselisihan itu

berlarut-larut. Para umat tidak boleh berdiam diri asal badan sendiri selamat, kita mesti

12

Page 13: Makalan Adil

berbuat, berusaha menghilangkan persengketaan, dan menghidupkan tali persaudaraan

antara orang-orang yang bersengketa itu.

Setiap muslim wajib berusaha membangun kukuhnya persatuan dan kesatuan

demi tegaknya agama, masyarakat, bangsa dan negara. Hal itu dilakukan agar dapat

meningkatkan kesejahteraan bersama dengan cara yang bijaksana dan seadil-adilnya

menurut ketentuan Allah SWT. Agama islan adalah agama yang smepurna ajaran-

ajarannya, bukan hanya membimnbing manusia mengenal tuhan dan tata cara beribadah

kepadanya, tetapi juga memberi petunjuk bagaimana menyusun suatu masyarakat agar

tiap-tiap anggotanya dapat hidup rukun, aman dan nyaman, yakni masing-masing

hendakalah bertakwa. Allah melarang kita saling membelakangi, suka mencari

kesalahan orang lain, hasud, iri dan dengki lebih-lebih berbuat aniaya yang dapat

menimbulkan perselisihan diantara sesama.

Sahabat Anas bin Malik meriwayatkan sebuah hadis yang artinya : “Tolonglah

saudaramu dalam keadaan menganiaya atau dianiaya. Saya bertanya. Wahai Rasululah,

yang ini saya menolongnya karena teraniaya. Bagaimana caranya menolong yang

zalim?, Engkau harus melarangnya dari kezaliman itulah cara menolongnya.” (HR

Anas r.a)

Hadis tersebut memberi penjelasan bahwa menjaga persatuan dan kesatuan itu

mutlak diperlukan. Terjadinya perbedaan pendapat, baik perorangan maupun kelompok

adalah hal yang wajar, karena setiap pribadi memang dianugrahi oelh Allah

kemampuan berkreasi dan penalaran yang berbeda-beda. Lebih-lebih para anak muda

yang sedang mencari jati dirinya, persaingan anatar individu atau kelompok sulit

dihindari sehingga tidak jarang berakhir dengan baku hantam. Dengan kondisi yang

demikian, hendaklah segera dibentuk juru damai, baik dari guru maupun pemuka

masyarakat agar masalah yang timbul tidak berlarut-larut. Perlu disadari bahwa mereka

yang terlibat perselisihan pada umumnya adalah teman kita sendiri, masih sebangsa dan

sering pula malah seiman. Maka penyelesaian dengan jalan kekerasan, jelas hanya akan

merugikan diri dan bangsa kita sendiri.

Selanjutnya dalam usaha memperjuangkan kebajikan dan amal, janganlah

merasa bahwa diri dan kelompoknyalah yang pantas memperoleh bagian dan fasilitas

yang lebih dari yang lain. Sikap demikian amat berbahaya jika bersemayam di dada

13

Page 14: Makalan Adil

seorang muslim, karena dapat merusak keikhlasan beramal. Hal yang demikian pernah

menghinggapi sebagian sahabat nabi seusai perang badar, kemudian oleh Allah dengan

firmannya.

Aritnya : “Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang.

Katakanlah: “Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul, oleh sebab itu

bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan

taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman.” (QS

Al Anfal :1)

Ayat diatas memberi dorongan kepada kaum muslimin agar siap memikul

tanggung jawab berat melaksanakan dakwah islamiyah secara terpadu, saling

melengkapi sesuai dengan kemampuan disiplin ilmu yang dikuasainya.

Dengan begitu, hal-hal yang menyebabkan terjadinya persengketaan hendaknya

dihindari. Unsur penting perekat persatuan dan kesatuan umat ialah takwa,

memperbaiki hubungan sesama muslim, tolong menolong, bantu mambantu dengan

manaati Allah dan rasulnya disetiap keadaan.

14

Page 15: Makalan Adil

BAB III

PENUTUP

1.      Kesimpulan

Setelah memahami dan mempelajari materi aklaq terpuji, kami dapat

mengambil hikmah yang begitu banyak, bahwa akhlaq terpuji itu dapat mendatangkan

kebaikan baik di dunia maupun di akhirat.

Materi ini bukan hanya untuk dipelajari, namun diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari, karena dengannya kita akan mampu beribadah dan bermuamalah dengan

baik. Di akhirat kelak pun yang paling berat timbangannya adalah akhlaq terpuji. Jadi

akhlaq terpuji dengan adil, amal shaleh, ridha, persatuan dan kerukunan ini adalah salah

satu aspek agar kita mampu berbuat akhlaq mulia sesuai dengan tuntunan Allah dan

Rasull-Nya.

2. Saran

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar dan menambah

wawasan bagi penulis dan juga para pembaca.

15

Page 16: Makalan Adil

DAFTAR PUSTAKA

http://jajaka-aja.blogspot.com/2012/01/materi-aqidah-akhlak-tentang-adil-rida.html

http://www.al-azim.com/masjid/adil.html

http://wuryanano.blogspot.com

http://www.lazyaumil.org

16