Makalah_LOGIKA DAN PENALARAN.doc

21
TUGAS KELOMPOK LOGIKA DAN PENALARAN MATA KULIAH FILSAFAT ILMU I (3 SKS) Dosen Pengampu : 1. Dr. Supadi 2 . Dr.Siti Zulaikha, M.Pd Oleh : Sumianti Kelompok V : 1. Yosi Dian Eko Prastyo / 7616140456 2. Vincensius Prastowo / 7616140454 3. Sri Kelana / 7616140452 4. Siska Agustin Handini / 7616140450 Program Studi Manajemen Pendidikan

Transcript of Makalah_LOGIKA DAN PENALARAN.doc

Page 1: Makalah_LOGIKA DAN PENALARAN.doc

TUGAS KELOMPOK

LOGIKA DAN PENALARAN

MATA KULIAH FILSAFAT ILMU I (3 SKS)

Dosen Pengampu : 1. Dr. Supadi 2. Dr.Siti Zulaikha, M.Pd

Oleh :Sumianti

Kelompok V :1. Yosi Dian Eko Prastyo / 76161404562. Vincensius Prastowo / 76161404543. Sri Kelana / 76161404524. Siska Agustin Handini / 7616140450

Program StudiManajemen Pendidikan

Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta2014

Page 2: Makalah_LOGIKA DAN PENALARAN.doc

LOGIKA DAN PENALARAN

A. LOGIKA

A. I. Pengertian Logika

Secara etimologis, logika berasal dari kata Yunani ‘logos’ yang berarti kata, ucapan, pikiran secara utuh atau bisa juga berarti ilmu pengetahuan. Asal kata Logika berasal dari berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. Dimana sebagai ilmu, logika disebut logike episteme (logicascientia) atau ilmu logika yang mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus, tepat serta teratur. 1 Dalam ilmu disini mengarah pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Logika bisa diartikan dengan masuk akal. Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan di mana objek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan objek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Logika tidak menelaah seluruh kegiatan berpikir melainkan hanya menelaah metode dan prinsip untuk membedakan penalaran yang tepat dengan yang tidak tepat.

Pengertian logika secara terminologi menurut beberapa ahli, diantaranya sebagai berikut:

1. W. Poespoprodjo, Ek. T. Gilarso, (2006: 13): Logika adalah ilmu dan kecakapan menalar, berpikir dengan tepat. Menurut.

2. Jan Hendrik Rapar, (1996 : 5: )Logika adalah suatau pertimbangan akal atau pikiran

yang diatur lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Menurut

3. Soekadijo, (1983-1994: 3): Logika adalah suatu metode atau teknik yang diciptakan

untuk meneliti ketepatan nenalar.

4. Aristoteles : logika adalah ajaran tentang berpikir yang secara ilmiah membicarakan

bentuk pikiran itu sendiri dan hukum-hukum yang menguasai pikiran.

1 Pengantar Logika. Asas-asas penalaran sistematis. Jan Hendrik Rapar. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 1996. ISBN 979-497-676-8

Page 3: Makalah_LOGIKA DAN PENALARAN.doc

5. William Alston : logika adalah studi tentang penyimpulan, secara lebih ceramat

usaha untuk menetapkan ukuran-ukuran guna memisahkan penyimpulan yang sah

dan tidak sah.

Dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pengertian diatas mengenai pengertian logika

secara etimologi maupun terminologi bahwa logika menegaskan dua hal yang menjadi inti

pengertian logika. Pertama, logika sebagai ilmu; logic adalah elemen dasar setiap ilmu

pengetahuan. Kedua, logika sebagai seni atau ketrampilan, yakni seni atau asas-asas

pemikiran yang tepat, lurus, dan semestinya. Sebagai keterampilan, logika adalah seni dan

kecakapan menerapkan

A. II. Sejarah Logika

Pada masa Yunani Kuno, ada seorang bernama Thales (624 s/d 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, cerita-cerita isapan jempol dan mulai berpaling pada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Menurutnya bahwa air adalah arkhe (Yunani) berarti prinsip atau utama alam semesta. Kemudian Aristoteles mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu. Lalu Aristoteles Menyimpulkan:

- Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)- Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia

- Air jugalah uap

- Air jugalah es

Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta. Masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri. Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid

Page 4: Makalah_LOGIKA DAN PENALARAN.doc

yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).

Pada abad pertengahan dan logika modern, pada abad 9 hingga abad 15 dimana Aristoteles dalam buku-bukunya seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan. Pada abad modern lahir logika modern yang salah satu tokohnya Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian. Pada masa puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970). Logika simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dan lain-lain.

Logika masuk ke dalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik). Logika tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus (130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri. Tokoh logika simbolik yang lain ialah John Venn (1834-1923), ia berusaha menyempurnakan analisis logik dari Boole dengan merancang diagram lingkaran-lingkaran yang kini terkenal sebagai diagram Venn (Venn’s diagram) untuk menggambarkan hubungan-hubungan dan memeriksa sahnya penyimpulan dari silogisme. Untuk melukiskan hubungan merangkum atau menyisihkan di antara subjek dan predikat yang masing-masing dianggap sebagai himpunan. Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).A. III. Logika Dari Berbagai Aspek

1. Bila dilihat dari aspek kemampuan berlogika pada manusia diantaranya :- Logika Kodratiah / Logika Alamiah

Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subjektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari dengan memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata.

- Logika Ilmiah

Page 5: Makalah_LOGIKA DAN PENALARAN.doc

Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.

2. Dilihat dari aspek sejarah dan penggunaan lambang dan symbol :- Logika Klasik

Logika ini diperkenalkan oleh Aristoteles pada sekitar abad ke 5 sebelum masehi, menggunakan lambang bahasa, yang disebut logika Aristotelian

- Logika ModernLogika ini menerapkan prinsip-prinsip matematika pada logika modern karenannya disebut juga logika matematis atau logika simbolik.

3. Dilihat dari segi bentuk an isi argument:- Logika Formal

Menganalisis kebenaran sebuah argument dari segi bentuk saja, maka logika formal lebih melihat proses penalaran. Logika formal berfungsi seperti program dalam computer, dia akan berjalan lurus sesuai program entah bahan apa pun yang dimasukkan dalam program.

- Logika MaterialDimana argument dinyatakan benar dari segi isi, jika pernyataan yang terdapat dalam argument memang sesuai dengan kenyataan. Sebaliknya jika pernyataan-pernyataan tidak sesuai dengan kenyataan, maka argument dinyatakan tidak benar. Dengan demikian dalam suatu argument ada dua persoalan yang harus dibedakan dengan tegas, adalah ketepatan bentuk dan kebenaran isi/materi.

4. Dilihat dari segi cara menarik kesimpulan :- Logika Induktif

Logika yang menggunakan metode induktif, melakukan penalaran berdasarkan kebenaran-kebenaran tunggal dan kemudian menarik satu kesimpulan umum.

- Logika Deduktif

Page 6: Makalah_LOGIKA DAN PENALARAN.doc

Bentuk penalaran yang didasarkan pada kebenaran kebenaran umum (yang sudah terbukti) dan dari situ ditarik satu kesimpulan yang bersifat khusus (kebenaran baru).

A. IV. Kegunaan atau Manfaat dari Logika

Adapun manfaat atau kegunaan dari Logika diantaranya yaitu sebagai berikut:

1) Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.

2) Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.

3) Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.

4) Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis

5) Meningkatkan cinta akan kebenaran berfikir dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir, kekeliruan, serta kesesatan.

6) Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.

7) Terhindar dari klenik, tahayul, atau kepercayaan turun-temurun (bahasa Jawa: gugon-tuhon)

8) Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.

A. V. Logika Sebagai Cabang Filsafat

Filsafat adalah kegiatan / hasil pemikiran /permenungan yang menyelidiki sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pasa makna dibalik kenyataan atau teori yang ada untuk disusun dalam sebuah system pengetahuan rasional.

Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya. Logika digunakan untuk melakukan

Page 7: Makalah_LOGIKA DAN PENALARAN.doc

pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.

Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan. Menurut Louis O. Kattsoff, logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan.

Logika bisa menjadi suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti : Adakah metode yang dapat digunakan untuk meneliti kekeliruan pendapat? Apakah yang dimaksud pendapat yang benar? Apa yang membedakan antara alasan yang benar dengan alasan yang salah? Filsafat logika ini merupakan cabang yang timbul dari persoalan tentang penyimpulan.

B. I. Pengertian Penalaraan

Salah satu hal yang membedakan manusia dari binatang adalah manusia dikaruniai Tuhan Yang Maha Esa dengan akal yang paling sempurna sehingga manusia dapat bernalar, sedangkan binatang tidak. Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan dari pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis diketahui dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Penalaran sebagai sebuah kemampuan berpikir, memiliki dua ciri pokok, yakni logis dan analitis. Melalui proses penalaran, kita dapat sampai pada kesimpulan yang berupa asumsi, hipotesis atau teori. Penalaran disini adalah proses pemikiran untuk memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang relevan. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan

Menurut Glass dan Holyoak (Jacob, 1997, h. 29) bahwa penalaran meliputi berbagai simpulan pengetahuan mutahir dan keyakinan. Penalaran, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan proses kognitif yang saling berhubungan. Pengambilan keputusan meliputi usaha untuk mencapai setiap variasi dari berbagai tipe tujuan. Dengan

Page 8: Makalah_LOGIKA DAN PENALARAN.doc

demikian, penalaran jelas meliputi pengambilan keputusan, sedangkan penalaran dan pengambilan keputusan diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Sehingga, pengambilan keputusan berarti menaksir dan memilih di antara beberapa alternatif yang tersedia. Penalaran adalah bentuk khusus dari berpikir dalam upaya pengambilan inferensi dan konklusi yang digambarkan oleh premis. Setiap penalaran adalah berpikir, tetapi tidak semua berpikir adalah penalaran.

Berdasarkan Kamus Besar Indonesia, penalaran adalah:

1) Cara (perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis; jangkauan

pemikiran. Contoh : kepercayaan takhayul serta – yang tidak logis haruslah dikikis habis

2) Hal yang mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan

dengan perasaan atau pengalaman

3) Proses mental dengan mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip

Berdasarkan e-learning gunadarma bahwa Penalaran adalah bentuk tertinggi dari

pemikiran. Secara sederhana penalaran dapat diartikan sebagai proses pengambilan

kesimpulan berdasarkan proposisi-proposisi yang mendahuluinya.

Adapun pengertian penalaran menurut para ahli yaitu sebagai berikut:

1) Bakry (1986:1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan suatu konsep

yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada

suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah

diketahui.

2) Suriasumantri (2001:42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu

aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.

3) Keraf (1985:5) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir dengan

menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu

kesimpulan.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa penalaran adalah suatu

proses berpikir manusia untuk menghubungkan fakta-fakta atau data yang sistematik

menuju suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Dengan kata lain, penalaran merupakan

sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis.

Adapun ciri-ciri dari penalaran yaitu :

Page 9: Makalah_LOGIKA DAN PENALARAN.doc

a. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu proses berpikir logis).

b. Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara analitik.

c. dilakukan dengan sadard. didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahuie. Sistematisf. terarah, bertujuang. menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baruh. sadar tujuani. premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperolehj. pola pemikiran tertentuk. sifat empiris rasional

Cara berpikir dapat dibagi menjadi dua, yaitu : Analitik dan Non analitik. Sedangkan jika

ditinjau dari hakekat usahanya, dapat dibedakan menjadi : Usaha aktif manusia dan apa

yang diberikan. Dimana Penalaran Ilmiah sendiri dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Penalaran Deduktif yang berujung pada rasionalisme

Penalaran Deduktif Merupakan cara penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat

umum menjadi kasus yang bersifat khusus (individual). Penarikan kesimpulan

secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir silogisme, dua

pernyataan dan sebuah kesimpulan. Dan didalam silogisme terdapat premis

mayor dan premis minor.

Contoh :

Semua makhluk punya mata ( premis mayor )

Si Adam adalah seorang makhluk ( premis minor )

Jadi, Adam punya mata ( kesimpulan )

Adapun macam-macam penalaran deduktif diantaranya :

a. Silogisme

Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif.

Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi

Page 10: Makalah_LOGIKA DAN PENALARAN.doc

(kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah

pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.

b. Entimen

Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan

pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah

sama-sama diketahui.

2. Penalaran Induktif yang berujung pada empirisme

Penalaran Induktif Merupakan cara penarikan kesimpulan dari kasus individual

nyata/fenomena menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Proses penalaran ini

mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomena-fenomena yang ada.

Karena semua fenomena harus diteliti dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum

melangkah lebih jauh ke penalaran induktif, maka proses penalaran itu juga

disebut sebagai corak berpikir yang ilmiah. Induksi adalah cara mempelajari

sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan

hukum yang umum (Kamus Umum Bahasa Indonesia, hal 444

W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006)

Adapun macam-macam dari penalaran induktif yaitu

a. Generalisasi

Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau

sebagian besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri – ciri

esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi

dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.

Ada tiga cara pengujian untuk menentukan generalisasi:

1) Menambah jumlah kasus yang di uji, juga dapat menambah

probabilitas sehatnya generalisasi. Maka harus seksama dan

kritis untuk menentukan apakah generalisasi (mencapai

probabilitas ).

2) Hendaknya melihat adakah sample yang di selidiki cukup

representatif mewakili kelompok yang di periksa.

Page 11: Makalah_LOGIKA DAN PENALARAN.doc

3) Apabila ada kekecualian, apakah juga di perhitungkan dan di

perhatikan dalam membuat dan melancarkan generalisasi.

b. Analogi

Analogi adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya.

Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari

pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara

membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya.

Contoh;

Sartono sembuh dari pusing kepalanya karena minum obat ini.

Pengetahuan secara analogis adalah suatu metode yang menjelaskan

barang – barang yang tidak biasa dengan istilah – istilah yang di kenal ide –

ide baru bisa di kenal atau dapat di terima apabila di hubungkan dengan hal

– hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.

c. Hubungan Kausalitas

Pada umumnya hubungan sebab akibat dapat berlangsung dalam tiga pola,

yaitu sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat. Namun, pola

yang umum dipakai adalah sebab ke akibat dan akibat ke sebab. Ada 3 jenis

hubungan kausal, yaitu:

1. Hubungan sebab-akibat

Yaitu dimulai dengan mengemukakan fakta yang menjadi sebab

dan sampai kepada kesimpulan yang menjadi akibat. Pada pola

sebab ke akibat sebagai gagasan pokok adalah akibat,

sedangkan sebab merupakan gagasan penjelas

2. Hubungan akibat-sebab

Yaitu dimulai dengan fakta yang menjadi akibat, kemudian dari fakta itu dianalisis untuk mencari sebabnya.

3. Hubungan sebab-akibat1-akibat2

Page 12: Makalah_LOGIKA DAN PENALARAN.doc

Yaitu dimulai dari suatu sebab yang dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikianlah seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.

Menurut Galotti (1989) bahwa penalaran logis berarti mentransformasikan informasi yang diberikan untuk memperoleh suatu konklusi (Matlin, 1994, h. 379). Ada dua macam penalaran logis, yaitu:

1. Penalaran KondisionalPenalaran kondisional berhubungan dengan pernyataan/proposisi: “jika ..., maka ...” Bagian “jika ...” disebut anteseden. Antesden artinya proposisi yang dimunculkan lebih pertama. Sedangkan, bagian “maka ...” disebut konsekuen. Konsekuen artinya proposisi berikutnya. Di sini, pernyataan kondisional tidak menegaskan bahwa jika antesedennya benar atau konsekuennya benar adalah benar: hanya menyatakan bahwa antesedennya mengakibatkan konsekuennya.Ada 4 situasi Penalaran Kondisional yang dapat benar seperti berikut:

1) Mengesahkan anteseden: berarti bahwa bagian kalimat “jika ...” adalah benar. Bentuk penalaran ini menuju kepada konklusi valid atau konklusi benar.

2) Mengesahkan konsekuen: berarti bahwa bagian kalimat “maka ...” adalah benar. Bentuk penalaran ini menuju kepada konklusi invalid atau konklusi tidak benar.

3) Menyangkal anteseden: berarti bahwa bagian kalimat “jika ...” adalah salah. Menyangkal anteseden mengarah kepada konklusi invalid atau konklusi tidak benar.

4) Menyangkal konsekuen: berarti bahwa bagian kalimat “maka ...” adalah benar. Bentuk penalaran ini menuju kepada konklusi valid atau konklusi benar.

2. Penalaran Silogistik (Silogisme). Silogisme (syllogism dilafalkan “sill-owe-jizz-um”) memuat dua premis, atau pernyataan yang harus kita asumsikan benar, ditambah suatu konklusi. Silogisme meliputi kuantitas, sehingga menggunakan kata-kata; semua, untuk setiap, ada, tak satupun, atau istilah-istilah sinonim lainnya

Page 13: Makalah_LOGIKA DAN PENALARAN.doc

B.II. Prinsip Penalaran

Dalam penalaran ada prinsip-prinsip penalaran atau aksioma penalaran merupakan dasar semua penalaran yang terdiri atas tiga prinsip. Dimana, aksioma atau prinsip dasar dapat didefinisikan bahwa suatu pernyataan mengandung kebenaran universal yang kebenarannya itu sudah terbukti dengan sendirinya. Ketiga prinsip penalaran yang dimaksudkan yaitu sebagai berikut :

1. Prinsip Identitas/ Identity

Pada prinsip identitas menyatakan bahwa sesuatu hal adalah sama dengan

halnya sendiri. Sesuatu yang disebut p maka sama dengan p yang dinyatakan itu

sendiri bukan yang lain. Prinsip identitas menuntut sifat yang konsisten dalam

suatu penalaran jika suatu himpunan beranggotakan sesuatu maka sampai

kapan pun tetap himpunan tersebut beranggotakan sesuatu tersebut.

2. Prinsip Nonkontradiksi / Non-Contradiction

Prinsip nonkontradiksi menyatakan bahwa sesuatu tidak mungkin merupakan

hal tertentu dan bukan hal tertentu dalam suatu kesatuan. Prinsip ini

menyatakan juga bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak) tidak

mungkin ada pada suatu benda dalam waktu dan tempat yang sama. Prinsip

nonkontradiksi memperkuat prinsip identitas, yaitu dalam sifat yang konsisten

tidak ada kontradiksi di dalamnya.

3. Prinsip Eksklusi Tertii / Excluded Middle

Prinsip eksklusi tertii menyatakan bahwa sesuatu jika dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga yang merupakan jalan tengah. Prinsip eksklusi tertii menyatakan juga bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak) tidak mungkin kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda. Prinsip ketiga ini memperkuat prinsip identitas dan prinsip nonkontradiksi, yaitu dalam sifat yang konsisten tidak ada kontradiksi di dalamnya, dan jika ada kontradiksi maka tidak ada sesuatu di antaranya sehingga hanyalah salah satu yang diterima.

Page 14: Makalah_LOGIKA DAN PENALARAN.doc

Pada Kesalahan Penalaran dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan.

Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari

kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi. Salah nalar dibagi

jadi 2 macam ;

1. Salah nalar induktif, berupa

a) kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas

b) kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat

c) kesalahan analogi

2. Kesalahan deduktif dapat disebabkan karena :

a) kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi

b) kesalahan karena adanya term keempat

c) kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi

d) kesalahan karena adanya 2 premis negatif

III. Kesimpulan

Secara umum logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah. Logika ini dimulai dari tahun 624 SM sampai 548 SM oleh Thales yang disebut sebagai Bapak Filsafat kemudian dikembangkan kembali oleh Aristoteles dengan mengenalkan logika sebagai ilmu. Menurut Soekadijo (1985: 7), proses berpikir yang didasari dengan logika akan melahirkan penalaran. Secara umum penalaran dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif adalah proses penarikan simpulan khusus berdasarkan prinsip-prinsip umum. Sedangkan penalaran induktif adalah kebalikan dari penalaran deduktif, yaitu proses penarikan simpulan umum dari fakta-fakta yang bersifat khusus. Penalaran deduktif ini disebut silogisme, yang terdiri atas tiga bagian, yakni (1) pernyataan umum (general statement), (2) contoh khusus (particular sample), dan (3) simpulan (conclusion).

Page 15: Makalah_LOGIKA DAN PENALARAN.doc

DAFTAR PUSTAKA

Alex Lanur OFM. 1983. Logika, Selayang Pandang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. ISBN 979-413-124-5

Betrand Russel.2002. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan kondisi sosio-politik dari zaman kuno hingga sekarang (alih Bahasa Sigit jatmiko, dkk ) . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kusumah, Y.S. (1986). Logika Matematika Elementer. Bandung: Tarsito.

Jalaluddin dan Abddullah. 2011. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/penalaran-induktif-dan-deduktif-3/

http://alqonews.wordpress.com/2010/08/20/pengertian-logika/Wikipedia. 2012.

Jan Hendrik Rapar. 1996. Pengantar Logika. Asas-asas penalaran sistematis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. ISBN 979-497-676-8

Glass, A. L., & Holyoak, K. J. (1986). Cognition (2nd ed.). Auckland: McGraw-Hill International