makalah_biopang
-
Upload
farida-zulfah-fitriani -
Category
Documents
-
view
6 -
download
3
description
Transcript of makalah_biopang
PENGARUH SIFAT-SIFAT ASLI KOMBUCHA DAN WAKTU
FERMENTASI TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDANNYA
Tugas Makalah Biokimia Pangan (KI5261)
Oleh:
Irani Ruth Julita
10501023
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2006
PENGARUH SIFAT-SIFAT ASLI DAN WAKTU FERMENTASI
TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KOMBUCHA
I. Pendahuluan
Kombucha yang juga disebut sebagai tea fungus telah sejak lama dikonsumsi sebagai
minuman kesehatan, terutama di Cina, Rusia, dan Jerman. Kombucha merupakan hasil
simbiosis dari Acetobacter (seperti Acetobacter xylinum) dan berbagai ragi, seperti
Brettanomyces, Zygosaccharomyces,dll. The tea fungus broth terdiri dari dua bagian, yaitu:
lapisan pelikel selulosa yang mengapung dan cairan yang asam (the sour liquid broth).
Asam asetat, etanol, dan asam glukonat merupakan komponen-komponen utama dalam
liquid broth. Efek menyembuhkan dari tea fungus yang ada dalam tea decoction mungkin
berasal dari proses fermentasi yang belum jelas bagaimana mekanismenya, sehingga
penting untuk ditentukan hubungan antara proses fermentasi dan aktivitas antioksidan dari
kombucha. Perbedaan komposisi mikroba dalam berbagai kombucha, juga mungkin
berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan. Pada penelitian ini, akan ditentukan perubahan
kemampuan antioksidan dari pada kombucha yang dikumpulkan dari banyak rumah tangga
di Taiwan, serta ditentukan pula pengaruh dari sifat-sifat asli sampel kombucha tersebut.
II. Materi dan Metodologi
2.1 Bahan-bahan kimia
DPPH(α,α-difenil-β-pikrilhidrazil); ABTS(2,2’-azino-bis-(3-ethylbenzothiazoline-6-
sulfonic acid) diammonium salt); ammonium tiosianat; besi klorida (ferrous chloride);
peroksidase; Tween 20; natrium fosfat monobasa dan natrium fosfat dwibasa; hidrogen
peroksida; reagen folin-ciocalteu.
2.2 Persiapan/pembuatan medium
Sebanyak 4 g daun teh hitam direbus dalam 1 L air dan dijaga mendidih selama lima
menit. Setelah ditambahkan 100 g sukrosa, teh disaring dengan penyaring stainless dan
filtratnya (decoction) direbus lagi selama lima menit. The sugared tea (teh manis)
langsung dibagi ke dalam beberapa botol berukuran 250 mL (masing-masing sebanyak
150 mL) dalam kondisi aseptik dan dibiarkan dingin.
2.3 Sampel kombucha dan fermentasi
Sebanyak delapan sampel kombucha dikumpulkan dari rumah tangga di seluruh
Taiwan dan ditandai secara abjad dari A-H. Kultur-kultur ini disimpan dalam gliserol
(20%, w/w) pada -20ºC. Setelah 2x aktivasi stok kultur dengan medium di atas pada
30°C selama lima hari, kultur digunakan sebagai starter. Fermentasi dimulai dengan
menambahkan 10% (w/w) starter ke dalam medium segar dan disimpan pada 30°C
selama 15 hari. Sampling dilakukan secara berkala dan broth disentrifugasi selama 20
menit pada 15400 g untuk analisis lebih lanjut.
2.4 Uji inhibisi peroksidasi asam linoleat
Emulsi asam linoleat disiapkan dengan penambahan asam linoleat dan Tween 20 dalam
jumlah yg sama, diikuti dengan pengenceran berseri untuk memperoleh konsentrasi
0,02 M dengan bufer natrium fosfat (0,2 M, pH 7,0) dan homogenisasi. Sebanyak 0,02
ml alikuot dari setiap sampel kombucha dicampur dengan 2,5 ml emulsi asam linoleat
dan 2 ml bufer natrium fosfat, kemudian campuran tersebut diinkubasi pada 37°C
selama 24 jam. Sebanyak 4 ml larutan etanol (75 %), 0,1 ml ammonium tiosianat, 0,08
ml besi klorida (0,02 M dalam 5,0% HCl) ditambahkan ke dalam 0,08 ml campuran
reaksi. Setelah tiga menit, absorbans campuran diukur pada 500 nm dengan
spektrofotometer. Rasio inhibisi dihitung sbb:
Rasio inhibisi (%) = [1 − (As − Ab)/(Ac − Ab)] x 100
As, Ab, dan Ac berturut-turut adalah absorbans sampel, blanko dan kontrol
2.5 Uji penangkapan radikal DPPH
Sebanyak 0,025 ml kombucha diencerkan sampai 4 ml dengan methanol, lalu
ditambahkan 0,6 ml larutan DPPH 1 M yang dibuat dengan metanol. Campuran
diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit; absorbans pada 517 nm diukur. Kapasitas
penangkapan dari kombucha dihitung dgn persamaan:
Efek penangkapan (%) = [1 − (As − Ab)/(Ac − Ab)] x 100
2.6 Uji penangkapan radikal ABTS
Larutan kerja dari peroksidase, ABTS, dan hidrogen peroksida disiapkan semua dengan
bufer natrium fosfat (5 mM, pH 7,6). Radikal ABTS dihasilkan dengan mencampurkan
0,3 ml peroksidase (4,4 U/ml) dan 0,3 ml ABTS (0,1 mM) dengan 0,4 ml H2O2, dan
ditempatkan dalam keadaan gelap selama 30 menit. Sebanyak 0,01 ml alikuot
kombucha secara tepat ditambahkan ke dalam larutan di atas dan diinkubasi selama
sepuluh menit. Absorbans campuran diukur pada 734 nm dan perhitungannya sama
seperti uji penangkapan radikal DPPH.
2.7 Uji pengkelatan besi (II)
Campuran dari 0,8 ml kombucha dan 0,4 ml FeCl2 (0,182 mM) yang ditempatkan
dalam suatu tabung kecil direaksikan selama 30 detik. Sebanyak 0,8 ml alikuot ferozin
(5 mM) ditambahkan ke dalam campuran dan diinkubasi selama sepuluh menit.
Absorbans pada 562 nm ditentukan dan efek pengkelatan dari kombucha dihitung
berdasarkan:
Efisiensi pengkelatan (%) = [1 − (As − Ab)/(Ac − Ab)] x 100
2.8 Penentuan kandungan fenol total
Sebanyak 0,05 ml kombucha ditambahkan ke dalam 2 ml natrium karbonat 2%. Setelah
dua menit, dicampurkan 0,1 ml reagen folin-ciocalteu ke dalamnya, lalu absorbansnya
diukur pada 750 nm setelah 30 menit. Kandungan fenol total dinyatakan sebagai
ekivalen asam gallat (GAE, mM) dari kurva kalibrasi.
2.9 Analisis statistik
Setiap percobaan dianalisis secara duplo dan triplo. Data hasil percobaan dinyatakan
sebagai nilai rata-rata ± SD dengan menggunakan Microsoft Excel software.
Perbandingan statistik dibuat dengan prosedur ANNOVA dan diikuti oleh tes multiple
range Duncan.
III.Hasil dan Pembahasan
III.1 Uji penangkapan radikal DPPH
Hasil uji penangkapan radikal DPPH pada penelitian ini memperlihatkan bahwa
kemampuan penangkapan DPPH oleh tea decoction dari sampel A,B,C, dan D
meningkat sesuai dengan waktu fermentasi dan nilainya mencapai sekitar 1,7 kali lebih
besar dari teh hitam (kontrol) pada hari ke-15. Sampel-sampel kombucha yang berbeda
menunjukkan berbagai kemampuan penangkapan radikal diduga mungkin berhubungan
dengan mikrobiota normalnya masing-masing.
III.2 Uji penangkapan radikal ABTS
Hasil uji penangkapan radikal ABTS ini menunjukkan bahwa semua sampel kombucha
mengalami peningkatan yang sebanding dengan waktu fermentasi dan nilainya
mencapai 1,4 kali lebih besar dari teh hitam setelah 15 hari. Sementara itu, sampel H
memiliki potensi penangkapan radikal lebih tinggi dibandingkan dengan hirarki
kemampuan penangkapan DPPH.
III.3 Uji inhibisi peroksidasi asam linoleat
Teh hitam menunjukkan rasio inhibitori terhadap peroksidasi asam linoleat hingga
65%. Kombucha yang telah terfermentasi tiga hari menunjukkan potensi yang kuat
rata-rata hingga 90% dan diikuti dengan penurunan yang lambat sampai seluruh
fermentasi terjadi. Di antara semua sampel, sampel A, B, dan C yang menunjukkan
kemampuan terbaik, sama seperti pada pengamatan penangkapan DPPH. Jadi, sampel
kombucha A, B, dan C menunjukkan sifat-sifat antioksidan dalam inhibisi peroksidasi
asam linoleat dan penangkapan radikal DPPH yang lebih baik daripada eliminasi
radikal ABTS.
III.4 Uji pengkelatan besi(II)
Efisiensi pengkelatan teh hitam sekitar 16% dan turun dengan cepat menjadi sekitar 3%
setelah tiga hari, nilai ini tetap untuk semua sampel saat fermentasi berlangsung.
Logam-logam transisi seperti besi dan tembaga dapat berperan dalam menghasilkan
radikal-radikal bebas. Polifenol dalam teh telah diketahui merupakan antioksidan yang
sangat baik. Menurunnya kemampuan pengkelatan ion besi(II) oleh kombucha
mungkin berasal dari modifikasi mikrobial polifenol teh selama fermentasi
berlangsung.
III.5 Penentuan kandungan fenol total
Berdasarkan kurva yang dihasilkan, kandungan fenol total semua sampel kombucha
meningkat linier terhadap waktu fermentasi, di mana sampel C, G, dan H memiliki
kandungan tertinggi pada hari ke-15. Jumlahnya terakumulasi hingga 7,8 mM ekivalen
asam gallat (GAE) pada hari ke-15 fermentasi, sedangkan teh hitam hanya sekitar 4
mM. Kemungkinan dapat terjadi depolimerisasi thearubigin dan hal ini dapat
menjelaskan fenomena meningkatnya kandungan fenol total yang terjadi selama
fermentasi kombucha.
IV. Kesimpulan
Pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kombucha menunjukkan peningkatan
aktivitas antioksidan selama fermentasi yang bergantung pada masa periode kultur dan asal
muasal starter. Meskipun kebanyakan kombucha mempunyai sifat-sifat antioksidan yang
bergantung pada waktu, dalam hal ini perpanjangan masa fermentasi tidak
direkomendasikan karena dapat menyebabkan terakumulasinya asam-asam organik yang
mungkin dapat merusak tingkat konsumsi secara langsung.