makalah22.pdf

download makalah22.pdf

of 7

Transcript of makalah22.pdf

  • SEMINAR NASIONAL VIII

    SDM TEKNOLOGI NUKLIR

    YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2013

    ISSN 1978-0176

    177 STTN-BATAN Sujatno

    ANALISIS SISTEM KENDALI BEBAN ELEKTRONIK (ELC)

    SEBAGAI STABILISASI ENERGI LISTRIK

    BERBASIS MIKROKONTROLER

    SUJATNO

    STTN BATAN,

    Jl : Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB, Jogjakarta 55281

    Email : [email protected]

    ABSTRAK

    Analisis Sistem Kendali Beban Elektronik (ELC: Electronic Lood Control) Sebagai stabilisasi Energi

    Listrik berbasis Mikrokontroler. Telah dilakukan analisis sistem kendali beban elektronik (ELC) pada

    pembangkit listrik dengan kendali utama menggunakan mikrokontroler AT89C51/52. Pengendalian beban

    dimaksudkan untuk menjaga kestabilan energi listrik yang dihasilkan oleh generator. Sistem kendali

    dilakukan dengan cara membuat beban komplemen (ballast Lood), sehingga energi yang dihasilkan oleh

    generator akan tetap walaupun beban konsumen berubah-ubah. Pengendalian menggunakan mikrokontroler

    dengan tujuan, untuk mengatur bukaan lebar sempitnya sudut triac sebagai switch elektronik. Dimana

    unjuk kerjanya berdasarkan perubahan arus yang disebabkan oleh adanya perubahan pada beban

    konsumen. Perubahan arus dideteksi oleh trafo arus (CT : Current Transformer), keluaran dari trafo

    diperkuat dengan penguat operasional (Op-Amp). Sinyal dari trafo arus yang telah diperkuat yang berupa

    sinyal analog dirubah menjadi sinyal digital melalui A/D Converter agar dapat diproses dalam

    mikrokontroler. Keluaran dari mikrokontroler akan memicu triac untuk membuka yang besarnya

    berdasarkan perubahan arus yang terjadi pada jaringan. Dengan bekerjanya Triac maka jika terjadi

    penurunan daya pada konsumen, sisa daya akan mengalir ke beban komplemen (ballast load), sehingga daya

    generator senantiasa tetap walaupun beban konsumen mengalami perubahan. Diharapkan bahwa penelitian

    ini memungkinkan penentuan karakteristik dan performen suatu ELC berbasis mikrokontroler.

    Kata kunci : Beban komplemen, beban konsumen, mikrokontroler

    ABSTRACT

    Electronic Load Control System Analysis (ELC: Electronic Lood Control) For stabilization of

    Electrical Energy-based Microcontroller. Analyzed the electronic load control system (ELC) at a power

    plant with the main control using microcontroller AT89C51/52. Controlling expenses is intended to maintain

    the stability of the electrical energy produced by the generator. Control system is done by making a load of

    complement (ballast Lood), so that the energy produced by the generator will remain even if the consumer

    load changes. Control by microcontroller done to control the triac as electronic switches. Where its

    performance based on current changes due to changes in consumer load. Changes in currents detected by

    current transformer (CT: Current Transformer), the output of the transformer amplified by operational

    amplifiers (Op-Amp). Signals from the current transformer which has been strengthened in the form of

    converted analog signals into digital signals through A / D converter to be processed in a microcontroller.

    The output of the microcontroller will trigger triac to open a magnitude based on the current changes

    occurring in the network. With the operation of Triac so if there is a decrease in consumer power, the

    remaining power will flow to the load of complement (ballast load), so that the power generator always

    remains even though the burden of consumers is changing. It is hoped that this study allows the

    determination of the characteristics and performen a microcontroller-based ELC.

    Key words: Burden of complement, the burden of consumers, microcontrol.

  • SEMINAR NASIONAL VIII

    SDM TEKNOLOGI NUKLIR

    YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2012

    ISSN 1978-0176

    178 Sujatno STTN-BATAN

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Pada setiap pembangkit listrik diperlukan

    suatu sistem kontrol yang mengatur agar putaran

    turbin - generator tetap konstan, walaupun diberi

    beban yang bervariasi. Putaran turbin-generator

    yang fluktuasi akan berakibat hasil frekuensi dan

    tegangan dari generator tidak konstan. Untuk

    mengatasi problema itu ada dua cara yaitu

    menggunakan governor atau ELC (Electronic Lood

    Control). Governor berfungsi untuk mengatur

    putaran turbin-generator agar konstan, dengan cara

    mengatur debit air atau uap yang masuk ke runner

    turbin. Governor biasanya digunakan pada

    pembangkit tenaga air yang berdaya besar. ELC

    (Electronic Load Control) berfungsi untuk

    mengatur secara otomatis aliran listrik ke beban

    konsumen dan beban elektronik (beban

    komplemen). ELC banyak digunakan pada

    pembangkit tenaga air yang berdaya rendah sampai

    sedang seperti misalnya pada pembangkit listrik

    Mikrohidro. Pada prinsipnya bahwa pada setiap

    pembangkit listrik, putaran turbin-generator

    senantiasa harus di jaga konstan, walaupun beban

    pada konsumen selalu berubah-ubah. Beban yang

    tidak tetap berakibat arus yang mengalir dari

    generator ke konsumen juga tidak tetap.

    Berdasarkan konsumsi arus oleh konsumen inilah

    sebagai dasar untuk mendeteksi beban konsumen.

    Dengan menggunakan CT (Circuit transformer)

    konsumsi arus ke konsumen dapat di deteksi. Dari

    sekunder CT arus di rubah menjadi tegangan

    dengan cara memasang resistor. Tegangan dari

    sekunder CT masih terlalu kecil sehingga perlu di

    perkuat dengan menggunakan penguat operasional

    (Op-Amp). Tegangan keluaran dari CT yang

    diharapkan mempunyai ring antara 1 Volt sampai

    maksimum sekitar 5 Volt. Setiap perubahan arus

    pada konsumen maka akan terjadi perubahan

    tegangan keluaran dari CT. Setiap perubahan

    tegangan ini akan deteksi oleh ADC (Analog to

    Digital) untuk dirubah menjadi sinyal digital,

    sehingga dapat di proses di dalam mikrokontroler.

    Pada sistem mikrokontroler setiap

    perubahan tegangan dari ADC akan di deteksi dan

    akan digunakan untuk pemicu saklar elektronik

    yang dalam hal ini menggunakan triac. Bukaan

    gate triac akan membuka sesuai dengan perubahan

    arus yang terjadi pada beban konsumen. Dengan

    demikian arus listrik akan terbagi dua sebagian ke

    konsumen dan sebagian lainnya akan mengalir ke

    beban komplemen. Dengan kondisi itu maka arus

    yang di keluarkan dari sumber pembangkit listrik

    senantiasa tetap sesuai arus nominal nya. Penelitian

    ini bertujuan mengetahui ketelitian ELC dengan

    kendali mikrokontroler dan unjuk kerja ELC

    berdasarkan perubahan arus beban.

    TEORI

    Jika beban konsumen berubah maka arus

    dari generator yang diserap oleh beban juga akan

    berubah. Dengan perubahan arus ini diharapkan

    tidak mempengaruhi putaran generator, sehingga

    tidak berpengaruh pada frekuensi yang dihasilkan.

    Untuk menjaga putaran generator tetap konstan

    maka daya yang masuk ke turbin dibuat tetap dan

    beban yang diterima generator juga tetap. Daya

    turbin dipengaruhi oleh debit air, agar daya turbin

    tetap konstan, maka debit ait dibuat tetap.

    Sedangkan agar beban generator tetap, perlu dibuat

    beban komplemen untuk mengimbangi perubahan

    pada beban konsumen. Besar beban komplemen

    diatur oleh ELC yang menggunakan kendali utama

    mikrokontroler, sehingga : Beban Generator =

    Beban Konsumen + Beban Komplemen. Gambar 1

    menunjukkan blok diagram pembagian daya dengan

    ELC

    Gambar 1. Blok diagram Pembagian Daya

    dengan ELC

    Adapun prinsip kerja ELC adalah jika daya yang

    diserap oleh beban konsumen berubah akan

    mengakibatkan pula perubahan frekuensi dan arus

    yang mengalir ke beban. Perubahan arus dan

    frekuensi ke beban akan dideteksi oleh sensor arus

    yang kemudian dibandingkan dengan harga

    referensi yang telah ditentukan. Selanjutnya

    rangkaian kontrol yang berupa mikrokontroler akan

    memberikan aksi atas perubahan tersebut dengan

    memanipulasi untuk mengatur sudut penyalaan

    pada switch statik (Thyristor). Sistem pengatur

    putaran generator dengan ELC terdiri dari empat

    bagian utama yaitu (SubhanNafis,2008). Sensor

    arus berfungsi untuk mendeteksi perubahan arus

    yang disebabkan terjadinya perubahan beban

    konsumen. Sensor arus terdiri dari trafo arus (CT)

    dan konveter.

    1. Sistem Kontrol

    Rangkaian kontrol ini berfungsi untuk

    mensinkronkan dan membandingkan antara

    perubahan arus dan harga referensi yang telah

    ditentukan serta memberikan picu pada Triac

    (Static switch).

  • SEMINAR NASIONAL VIII

    SDM TEKNOLOGI NUKLIR

    YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2013

    ISSN 1978-0176

    179 STTN-BATAN Sujatno

    2. Static Switch

    Switch ini berfungsi untuk menghubungkan antara

    sistem kontrol dengan beban komplemen.

    Komponen switch ada yang menggunakan triac, scr

    dan relai.

    3. Beban Komplemen

    Beban tiruan ini dapat digunakan lampu atau

    resistan. Adapun fungsinya adalah untuk tempat

    pengalihan daya dari perubahan daya yang terjadi

    pada beban konsumen.

    TATA KERJA

    Untuk menunjang penelitian ini diperlukan

    beberapa peralatan dan bahan antara lain :

    Peralatan yang diperlukan

    a. Tool Set b. Multimeter c. Tang ampere d. Osciloscope e. Beban komplemen berupa lampu pijar f. Beban konsumen dari lampu pijar g. Generator Sinkron

    Bahan yang dibutuhkan :

    a. Komponen pasif b. Komponen aktif c. Mikrokontroler d. Trafo CT

    LANGKAH PENELITIAN

    Rangkaian ELC dibuat dengan menggunakan sensor

    arus dalam mengetahui perubahan beban dan

    menggunakan kontrol utama mikrokontroler.

    Rangkaian rancangan sistem ELC

    (Electronic Load Control) seperti terlihat

    pada Gambar 2.

    Pada kondisi awal putaran generator tetap dengan

    beban nominalnya yang diserap oleh konsumen.

    Tetapi pada saat beban puncak atau beban

    konsumen turun maka keluaran arus dari generator

    akan terjadi fluktuasi. Terjadinya perubahan arus

    ini maka akan mempengaruhi putaran generator

    bisa menjadi lebih cepat atau mungkin akan lebih

    lambat dari putaran nominalnya. Dengan demikian

    akan terjadi perubahan frekuensi yang dikeluarakan

    generator. Untuk itu perubahan beban dari

    konsumen dialihkan ke beban komplemen sehinga

    beban yang diterima generator senantiasa tetap.

    Sebagai sensor perubahan arus digunakan trafo arus

    (CT) seperti terlihat pada Gambar 3.

    Gambar 3. Sensor Arus

    Trafo arus yang digunakan mempunyai rasio 50 A/

    5 A, pada sisi sekunder keluaran arus di ubah

    menjadi tegangan dengan memasangkan resistor.

    Tegangan ini masih kecil sehingga perlu di naikan

    dengan menggunakan rangkaian penguat Op-Amp

    (Operastional Amplifier). Tegangan keluaran yang

    diharapkan adalah 0 Volt 5 Volt Rangkaian sensor arus seperti terlihat pada gambar berikut ini :

    Gambar 4. Rangkaian Sensor Arus

    Line CT

    Beban

  • SEMINAR NASIONAL VIII

    SDM TEKNOLOGI NUKLIR

    YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2012

    ISSN 1978-0176

    180 Sujatno STTN-BATAN

    Perhitungan :

    Nilai penguatan dari rangkaian propotional sesuai

    dengan rumus membalik (inverting) Yaitu :

    AV = - R2 atau Vout / Vin

    R1

    AV = - 66 K ,

    10 K

    AV = - 6,6 x penguatan

    Jika ada arus pada line 5 A, maka arus pada sisi

    sekunder trafo adalah :

    Ip = 5 A, IS = 5 / 10 A = 0,5 A

    Pada sekunder trafo dipasang Ri = 1 , maka tegangan pada sekunder :

    V = I x R

    V = 0,5 x 1

    V = 0,5 Volt

    Selanjutnya tegangan di perkuat menjadi :

    V = 6,6 x 0,5

    V = 3,3 Volt AC

    Tegangan masih berupa tegangan AC

    maka perlu di searahkan dengan penyearah

    setengah gelombang, sehingga tegangan menjadi : 5

    Volt. Selanjutnya tegangan analog ini akan dirubah

    menjadi tegangan digital melalui ADC 0804 agar

    perubahan arus dapat di proses di dalam

    mikrokontroler. Keluaran dari mikrokontroler

    berupa pulsa yang akan di gunakan untuk menyulut

    triac yang digunakan sebagai switch pada beban

    komplemen. Hasil pulsa keluaran dari trafo berupa

    pulsa sinus (AC) seperti terlihat pada Gambar 5.

    Pada gambar 5 terlihat bahwa tegangan keluaran

    dari trafo arus yang telah dirubah menjadi tegangan

    masih berupa tegangan bolak balik. Untuk dapat di

    proses di ADC tegangan perlu di searahkan.

    Di dalam rangkaian ADC 0804 sinyal

    analog dari keluaran trafo akan di rubah menjadi

    sinyal digital. Keluaran dari rangkaian ADC di

    inputkan ke mikrokontroler pada port 0 dan port 3

    yaitu P3.2 (INTO) dan P.3.6 (WR). Port 0

    berfungsi untuk membaca kondisi konversi dan port

    3.6 untuk memerintah ADC memulai konversi.

    Untuk menyelaraskan sinyal jala-jala dengan

    keluaran pulsa triger triac dari mikrokontroler di

    perlukan rangkaian zero crossing.

    ZeroCrossing berfungsi untuk mensinkronkan

    gelombang jala-jala dengan pulsa triger yang

    dikontrol. Tegangan ac keluaran dari trafo di

    bentuk menjadi pulsa gelombang penuh dengan

    menggunakan dua dioda D1 dan D2. Seperti

    terlihat pada Gambar 6. Rangkaian zero crossing

    selanjutnya dihubungkan ke port interrupt (INTI)

    AT89S51. Gelombang penuh ini sebagai inputan

    pada komparator (LM 311) untuk di ubah menjadi

    gelombang kotak dengan tegangan 5 Volt dan

    frekuensi sama dengan frekuensi jala-jala yaitu 50

    Hz (10 ms). Sinyal tersebut sebagai masukkan pada

    mikrokontroler dan akan di olah menjadi sinyal

    PWM (Pulse Width Modulation) dengan lebar pulsa

    50 Hz (10 ms). Pada sinyal PWM tersebut di seting

    pulsa aktif sebesar 9,5 ms dan pulsa aktif lownya

    0,5 ms. Sinyal PWM inilah yang nantinya

    digunakan untuk mengontrol kerja triac pada

    rangkaian ELC dengan cara menggunakan delay

    yang dikontrol oleh mikrokontroler.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengujian trafo arus dilakukan dengan

    memberikan arus pada trafo, kemudian pada

    keluaran trafo diamati dengan menggunakan meter

    arus, hasilnya seperti terlihat pada tabel. 1. Hasil

    uji laboratorium output trafo arus adalah sebagai

    berikut :

    Untuk mempermudah dalam pemrosesan maka

    keluaran dari trfo yang berupa arus dirubah menjadi

    keluaran yang berupa tegangan. Hasilnya seperti

    terlihat pada tabel 2.

  • SEMINAR NASIONAL VIII

    SDM TEKNOLOGI NUKLIR

    YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2013

    ISSN 1978-0176

    181 STTN-BATAN Sujatno

    Dari hasil pada Tabel. 2 terlihat bahwa jika input

    CT 0,5 A maka keluaran trafo pada sisi sekunder

    sebesar 29,3 mA. Pada hal yang dibutuhkan untuk

    pengontrolan adalah tegangan 0 Volt 5 volt. Untuk itu keluaran arus dari trafo dirubah menjadi

    tegangan dengan memasanga Ri = 10 k dan

    menghasilkan data tegangan 51 mV ac. Tegangan

    ini masih jauh dari kebutuhan kebutuhan untuk itu

    perlu diperkuat, sehingga dihasilkan 341 mV ac.

    Karena yang dibutuhkan adalah tegangan TTL

    maksimum 5 Volt maka tegangan out put tersebut

    dirubah menjadi tegangan dc agar dapat diproses

    dalam A/DC. Hasil akhir seperti terlihat pada Tabel

    3. dan grafiknya terlihat pada Gambar 7.

    Pada tabel 3. terlihat bahwa tegangan maksimum

    telah mencapai 5 volt dc, hai ini sudah memenuhi

    syarat sebagai input ke ADC. Dari ADC tegangan

    dirubah menjadi sinyal digital, sehingga dapat

    diolah dalam mikrokontroler. Sistem kontrol

    mikrokontroler akan merespon jika terjadi

    perubahan arus dari jaringan dan akan memicu

    saklar elektronik (Triac), sehingga beban akan

    mengalir dari komplemen ke konsumen atau

    sebaliknya.

    HASIL PENGUJIAN ADC

    Analog to Digital Converter (ADC) adalah

    sebuah piranti yang dirancang untuk mengubah

    sinyal-sinyal analog menjadi bentuk sinyal digital.

    Prinsip kerja dari konveter A/D adalah semua bit-bit

    diset, kemudian di uji dan bilamana perlu sesuai

    dengan kondisi yang telah ditentukan. Apabila

    konversi telah di laksanakan, rangkaian kembali

    mengirim sinyal selesai konversi yang berlogika

    rendah. Sisi turun sinyal ini akan menghasilkan data

    digital yang ekivalen ke dalam register buffer.

    Dengan demikian output digital akan tetap

    tersimpan sekalipun akan di mulai siklus konversi

    yang baru.

    Gambar 6. Grafik Pengujian Penguat

  • SEMINAR NASIONAL VIII

    SDM TEKNOLOGI NUKLIR

    YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2012

    ISSN 1978-0176

    182 Sujatno STTN-BATAN

    Dari hasil pengujian tanpa ELC pada Tabel.6

    terlihat bahwa tegangan akan mengalami penurunan

    pada saat beban konsumen dinaikkan. Demikian

    sebaliknya, jika beban konsumen diturunkan maka

    tegangan generator akan naik. Jadi dengan demikian

    terjadi putaran generator tidak stabil. Pada Tabel.7

    hasil pengujian dengan menggunakan ELC terlihat

    bahwa tegangan cenderung konstan terhadap beban

    konsumen. Jika dibuat grafik seperti terlihat pada

    Gambar 8. di bawah ini.

    Dari hasil tersebut dapat dihitung simpangan

    bakunya (standard deviation) dengan rumus sebagai

    berikut :

    Untuk prosentase ketidak seimbanganya adalah

    sebagai berikut :

    Pk = Simpangan baku x 100 %

    Rata-rata

    KESIMPULAN

    Dari hasil pengujian yang telah dilakukan,

    maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :

    1. Rangkaian Electronic Load Control (ELC) dengan sensor arus dapat digunakan

    sebagai pengatur beban listrik pada

    PLTMH.

    2. Electronic Load Control dapat untuk mengetahui pemakaian beban listrik pada

    konsumen.

    3. Tingkat ketelitian dalam pengaturan beban dengan ELC, standar deviasinya sebesar

    0,18079 dan prosentase ketidak

    keseimbangan tegangan sebesar

    0,082 %.

  • SEMINAR NASIONAL VIII

    SDM TEKNOLOGI NUKLIR

    YOGYAKARTA, 31OKTOBER 2013

    ISSN 1978-0176

    183 STTN-BATAN Sujatno

    4. Dapat mengetahui ketidak keseimbangan tegangan generator terhadap perubahan

    beban.

    5. Electronic Load Control (ELC) dengan kendali utama mikrokontroler unjuk

    kerjanya dapat meningkatkan kepekaan

    dan kecepatan deteksi.

    Saran

    1. Rangkaian Electronic Load Control (ELC) yang menggunakan sensor arus dan sebagai

    sensornya menggunakan trafo arus (CT) maka

    perlu dipilih trafo arus yang rasionya tidak

    terlalu besar, sehingga responnya lebih baik.

    2. Electronic Load Control dengan sensor arus kurang peka terhadap beban induktip, untuk itu

    beban induktip pada konsumen perlu diberi

    kapasitor.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. AFIANTO EKO PUTRA, 2002, Belajar Mikrokontroler Gaya media,Jogjakarta.

    2. ARIS MUNANDAR, 1997, Teknik Tenaga Listrik I , ITB Press, Bandung.

    3. CATUR EDI WIDODO, 2004, Interfacing port paralel dan port serial

    komputer.

    4. FOURYS YUDO. SP, 2009, Desain dan Rancang Bangun Kontrol Beban

    Elektronik Pada Pembangkit Listrik

    Tenaga Mikrohidro, MST-UGM.

    5. FREDRICK W.HUGHES, 1990, Panduan Op-Amp , PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

    6. FRANK.D.PETRUZELLA,1986, Elektronika Industri, Andi , Jogjakarta.

    7. DIDIN WAHYUDIN, 2007, Belajar Mikrokontroler , Andi, Jogjakarta.

    8. SUBHAN NAFIS, 2008, Electronic Load Control , Tutorial Dunia Listrik.

    9. WIDODO BUDIHARTO, 2004, Interfacing Komputer dan Mikrokontroler, Elex Media Komputindo, Jakarta.

    10. ILLIAM D. CHOOPER, 1999. Instrumentasi Elektronika dan Teknik

    Pengukuran , Penerbit Erlangga Jakarta.

    11. hhttp://www.wihans.web.id/info/rangkaian zero crossing-detektor dengan Op-Amp

    Diunduh pada 10 Maret 2010.

    TANYA DAN JAWAB

    Pertanyaan

    1. Apakah tanpa ELC beban listrik konsumen tidak dapat diukur/diketahui? (Djiwo Harsono)

    2. Selama ini sistem kendali beban elektronik dilakukan dengan cara seperti apa? Dan apa

    keuntungan dari Kontrol? (Dewita) 3. Modul yang diganti/diperbaik funsinya untuk

    apa? Dan perbandingan performa setelah

    diganti apakah lebih baik dari sebelumnya?

    (Iksan)

    Jawaban

    1. ELC berfungsi untuk menstabilkan putaran dan generator walaupun beban pada konsumen

    berubah-ubah, tidak untuk mengukur.

    2. Untuk PLTA, biasanya menggunakan Governor yaitu yang mengatur input/output air ke turbin-

    generator. Untuk ELC yang diatur bahan

    input/output air yang masuk dianggap air masuk

    tetap, kemudian yang diatur adalah beban dari

    generatornya.

    3. Untuk catu daya ke kapasitor baik. Performanya lebih baik karena yang sama bentuk PCB dan

    umpama sudah tidak layak, sudah waktunya

    diganti.