Makalah1
Click here to load reader
-
Upload
anitsuga91 -
Category
Documents
-
view
71 -
download
0
Transcript of Makalah1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biji kacang-kacangan merupakan sumber protein bagi sebagian besar
penduduk dunia, khususnya bagi masyarakat di negara-negara berkembang
seperti Indonesia. Bahkan dewasa ini, pola konsumsi masyarakat telah
bergeser dari bahan makanan hewani ke bahan makanan nabati. Berdasarkan
penelitian, bahan makanan hewani diketahui banyak mengandung
kolesterol, sedangkan bahan makanan nabati tidak demikian, terutama
kacang kedelai.
Salah satu produk olahan kedelai adalah susu kedelai. Susu kedelai
mempunyai nilai gizi yang mirip dengan susu sapi dan sangat baik
digunakan sebagai pengganti susu sapi bagi anak-anak yang menderita
intoleransi laktosa. Namun demikian, pemanfaatan susu kedelai masih
terbatas karena cita rasa yang kurang disenangi (langu).
Keterbatasan susu kedelai tersebut dapat dikurangi melalui proses
fermentasi susu kedelai menjadi yogurt yang lebih dikenal dengan istilah
soygurt. Fermentasi dapat menimbulkan cita rasa baru dan membentuk
tekstur beberapa makanan sehingga mampu memperbaiki penerimaan
produk kedelai. Namun, apabila susu kedelai langsung diinokulasi tanpa
penambahan gula tidak akan menghasilkan soygurt yang berkualitas baik
hal ini ditandai dengan masih tingginya nilai pH dan tidak terjadi
penggumpalan protein.
Ada banyak jenis sumber gula yang dapat ditambahkan dalam
pebuatan soygurt, yakni sukrosa, laktosa, glukosa atau fruktosa. Jenis gula
yang berbeda akan menghasilkan asam-asam organik yang berbeda yang
pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya perbedaan kualitas soygurt
yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai
pegaruh penambahan berbagai jenis sumber gula terhadap kandungan gizi
soygurt.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh fermentasi terhadap
kandungan gizi susu kedelai.
2. Untuk mengetahui dan mempelajari evaluasi mutu soygurt yang dibuat
dengan penambahan beberapa jenis gula.
3. Untuk membandingkan penelitian dalam jurnal berjudul ‘Evaluasi Mutu
Soygurt yang Dibuat Dengan Penambahan Beberapa Jenis Gula’ dengan
literatur yang berkaitan.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
informasi kepada pembaca mengenai pengaruh fermentasi terhadap
kandungan gizi susu kedelai serta mutu soygurt yang dibuat dengan
penambahan beberapa jenis gula.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Biji kacang-kacangan merupakan sumber protein bagi sebagian besar
penduduk dunia. Bahkan dewasa ini pola konsumsi masyarakat telah bergeser dari
bahan makanan hewani ke bahan makanan yang berasal dari nabati. Hal ini
dikarenakan para masyarakat berusaha untuk menghindari makanan-makanan
yang mengandung kolesterol tinggi. Bahan makanan hewani banyak mengandung
kolesterol sedangkan bahan makanan nabati tidak mengandung kolesterol tinggi.
Bahan makanan nabati salah satunya berasal dari kacang kedelai.
Kacang kedelai merupakan kacang jenis polong-polongan, jenis kacang-
kacangan ini paling banyak diproduksi untuk dijadikan beberapa bahan makanan.
Bentuk kacang kedelai memang sederhana yaitu bulat-bulat. Namun, gizi yang
terkandung di dalamnya tidak kalah dengan kacang-kacang yang lainnya. Kacang
kedelai mengandung protein yang tinggi, selain itu kacang kedelai mengandung
gizi yang lain untuk metabolisme manusia (Anonim, tanpa tahun).
Kacang kedelai sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk olahan dan hanya
sebagian kecil saja yang dikonsumsi secara langsung. Salah satu produk olahan
dari kacang kedelai adalah susu kedelai. Komposisi gizi susu kedelai hampir sama
dengan susu sapi. Karenanya susu kedelai dapat digunakan sebagai pengganti susu
sapi. Terutama bagi orang yang alergi susu sapi, yaitu mereka yang tidak punya
atau kurang enzim laktase dalam saluran pencernaannya, hingga tidak mampu
mencerna laktosa dalam susu sapi. Namun, pemanfaatan susu kedelai masih
terbatas karena citarasa susu kedelai yang kurang disenangi karena langu. Tetapi,
kandungan gizi susu kedelai lebih tinggi daripada susu sapi terutama kandungan
proteinnya.
Dari segi gizi, yoghurt tidak jauh berbeda dengan susu. Tetapi, karena
melalui proses fermentasi ada beberapa zat gizi yang kandungannya lebih tinggi
pada yoghurt seperti vitamin B1, vitamin B2, serta beberapa jenis asam amino
penyusun protein (Viva News, Tanpa Tahun).
Untuk mengurangi rasa langu, maka susu kedelai dapat diolah menjadi
soyghurt. Dibandingkan dengan yoghurt, soyghurt mempunyai beberapa
keuntungan, yaitu menggunakan kultur dalam jumlah yang lebih kecil,
pembuatannya dapat dilakukan pada suhu kamar, lebih kaya akan cita rasa dan
apabila dilihat dari segi gizinya, soyghurt mengandung kadar protein yang lebih
tinggi dari yoghurt (Winarno, 1984). Soyghurt merupakan sejenis yoghurt yang
dibuat dari susu kedelai yang difermentasikan dengan menggunakan bakteri
Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus. Minuman fermentasi
ini merupakan salah satu produk makanan yang sangat populer saat ini.
Selain sebagai makanan, produk yangdibuat dari susu ini dianggap sebagai
produk yang dapat membantu pencernaan, mencegah diare, mencegah
peningkatan kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi, bahkan dinyatakan dapat
membantu melawan kanker (Chandan & Shahani 1993). Soyghurt dikonsumsi
karena kesegarannya, aroma, dan teksturnya yang khas. Fermentasi dapat
menimbulkan citarasa baru dan membentuk tekstur beberapa makanan sehingga
mampu memperbaiki penerimaan produk kedelai. Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Yusmarini et, al (1998), selama fermentasi akan terbentuk asam-
asam organik yang menimbulkan citarasa yang khas pada soyghurt.
Menurut Dwi, Febrina (2012), asam laktat merupakan hasil fermentasi dari
berbagai bahan baku seperti gula(glukosa), alkohol, dan juga karbohidrat. Asam
laktat tersebut terbentuk dari perubahan glukosa-fosfat pada jalur pemecahan
glikosa. Pada proses fermentasi asam laktat terdapat serangkaian reaksi-reaksi
kimia. Fermentasi asam laktat yaitu fermentasi dimana hasil akhirnya adalah asam
laktat. Reaksi ini dapat terjadi dalam keadaan atau kondisi anaerob. Fermentasi
pada dasarnya dibutuhkan untuk meregenerasi NAD+(yang sudah direduksi
menjadi NADH pada proses glikolisis) dan ATP yang dihasilkan selama
fermentasi laktat hanya berasal dari glikolisis(2ATP).
Proses fermentasi pada pembuatan soyghurt terkadang mengalami
kesulitan. Hal ini karena jenis karbohidrat yang terdapat dalam susu kedelai
sangat berbeda jauh dengan karbohidrat dari susu sapi. Karbohidrat pada susu
kedelai terdiri dari golongan oligosakarida yang tidak dapat digunakan sebagai
sumber energi maupun sebagai sumber karbon oleh kultur starter. Hasil penelitian
menunjukan bila susu kedelai langsung dinokulasi (ditambah) dengan starter dan
diinkubasi selama empat jam pada suhu 45oC, ternyata tidak menghasilkan
perubahan, baik pH maupun kekentalan pada susu kedelai. Dengan kata lain tidak
terbentuk yoghurt kedelai (soyghurt). Maka supaya proses fermentasinya berhasil,
susu kedelai terlebih dahulu ditambah sumber gula, sebelum diinokulasi. Hasil
percobaan menunjukkan, soyghurt dapat dibuat dengan hasil baik, bila kadar
protein susu kedelai berada antara 3,6 sampai 4,5 persen, dan dengan penambahan
sumber gula sebanyak 4 sampai 5 persen. Sumber gula yang dapat ditambah
diantaranya, sukrosa (gula pasir), glukosa, laktosa, fruktosa, atau susu bubuk skim
(Koswara, 1996).
Karbohidrat yang ada pada susu kedelai terdiri dari golongan
oligosakarida dan polisakarida, sedangkan karbohidrat pada susu sapi adalah
laktosa (Koswara, 1995). Kandungan gula yang terdapat pada susu kedelai dapat
dimanfaatkan oleh mikroorganisme yang berperan dalam proses pembuatan
soyghurt sangat terbatas, oleh karena itu perlu ditambahkan sumber gula yang
lain.
Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila susu kedelai langsung
diinokulasikan tanpa ada penambahan gula didalamnya, maka tidak akan dapat
menghasilkan soyghurt yang berkualitas baik, karena hal ini ditandai dengan
masih tingginya nilai pH dan tidak terjadi penggumpalan protein (Yusmarini et al,
1998). Oleh sebab itu, supaya proses fermentasinya berhasil maka susu kedelai
harus ditambahkan gula terlebih dahulu sebelum diinokulasikan. Sumber gula
yang dapat ditambahkan untuk proses pembuatan soyghurt adalah sukrosa,
laktosa, glukosa, atau fruktosa sebanyak 4 – 5 % (Koswara, 1995). Yusmarini et
al (1998), menambahkan sukrosa sebanyak 4 -12 % pada susu kedelai yang akan
dibuat soyghurt. Jenis gula yang berbeda akan menghasilkan asam-asam organik
yang berbeda yang nantinya akan menyebabkan terjadinya perbedaan kualitas
soyghurt yang dihasilkan.
Menurut Chandan dan Shahani (1993), menyatakan bahwa hasil
metabolisme karbohidrat (gula) berupa asam-asam organik akan mempengaruhi
cita rasa dan ikut menentukan kualitas soyghurt. Asam organik yang dihasilkan
selama proses fermentasi susu kedelai menjadi soyghurt dengan menggunakan
kultur Lactobacillus acidophillus dan Streptococcus thermophillus adalah asam
laktat, asam sitrat, dan asam suksinat (Yusmarini et al, 1998), sedangkan yoghurt
dari susu sapi mengandung asam laktat, asam sitrat, asam piruvat, asam format,
asam urat, asam butirat, dan asam orotat (Lee et al, 1990).
Buckle et al, (1987) menyatakan bahwa aroma khas yoghurt disebabkan oleh
asam laktat, dan senyawa asetaldehid, diasetil, asam asetat, dan bahan-bahan
mudah menguap lainnya yang dihasilkan selama proses fermentasi oleh bakteri
Lactobacillus bulgaricus adalah penyebab utama terbentuk asetaldehid.
BAB III
PEMBAHASAN
Salah satu produk olahan kacang kedelai yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat adalah susu kedelai. Hasil penelitian menunjukan bila susu kedelai
langsung diinokulasi (ditambah) dengan starter dan diinkubasi selama empat jam
pada suhu 45oC, ternyata tidak menghasilkan perubahan, baik pH maupun
kekentalan pada susu kedelai. Dengan kata lain tidak terbentuk yogurt kedelai
(soygurt). Maka supaya proses fermentasinya berhasil, susu kedelai terlebih
dahulu ditambah sumber gula sebelum diinokulasi. Soygurt dapat dibuat dengan
hasil baik bila kadar protein susu kedelai berada antara 3,6 sampai 4,5 persen dan
dengan penambahan sumber gula sebanyak 4 sampai 5 persen. Sumber gula yang
dapat ditambah diantaranya, sukrosa (gula pasir), glukosa, laktosa, fruktosa, atau
susu bubuk skim (Koswara, 1996).
Penggunaan jenis gula pada penelitian yang dilakukan oleh Yusmarini dan
Efendi, Raswen (2004) juga demikian, yakni menggunakan gula jenis sukrosa,
glukosa, laktosa serta kombinasi sukrosa-glukosa, sukrosa-laktosa, dan glukosa-
laktosa dengan kadar yang sama, yakni 7% dari volume susu kedelai.
Yusmarini et al (1998), menambahkan sukrosa sebanyak 4 -12 % pada
susu kedelai yang akan dibuat soygurt. Jenis gula yang berbeda akan
menghasilkan asam-asam organik yang berbeda yang nantinya akan menyebabkan
terjadinya perbedaan kualitas soygurt yang dihasilkan.
Menuruh hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusmarini dan Efendi,
Raswen (2004), selama proses fermentasi susu kedelai menjadi soygurt terjadi
perubahan pH. Susu kedelai yang awalnya mempunyai pH 6,66 setelah
difermentasi selama 18 jam dengan menggunakan bakteri Streptococcus
thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus mengalami penurunan pH yakni
berkisar antara 3,96-5,01.
Menurut Viva News, bakteri asam laktat mampu menguraikan gula susu
(laktosa) menjadi asam laktat. Asam laktat inilah yang menyebabkan yoghurt
rasanya asam. Proses fermentasi menyebabkan kadar laktosa dalam yoghurt
berkurang sehingga yoghurt aman dikonsumsi oleh orang yang alergi susu dan
lansia.
Jika laktosa digantikan dengan glukosa dan sukrosa, maka kadar asam
yang dihasilkan pada soygurt tentu sama dengan kadar asam soygurt yang
menggunakan jenis gula laktosa karena komponen utama pembentukan asam
laktat adalah glukosa. Hal ini sesuai dengan Dwi, Febrina (2012) yang
menyatakan bahwa asam laktat merupakan hasil fermentasi dari berbagai bahan
baku seperti gula (glukosa), alkohol, dan juga karbohidrat. Asam laktat tersebut
terbentuk dari perubahan glukosa-fosfat pada jalur pemecahan glikosa.
Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Yusmarini dan Efendi,
Raswen (2004), soygurt yang menggunakan penambahan gula jenis sukrosa,
kadar pH-nya lebih tinggi daripada soygurt dengan penggunaan gula jenis laktosa
dan sukrosa. Padahal sukrosa dan laktosa memiliki kesamaan, yakni termasuk
jenis oligosakarida.
Hal ini dikarenakan sukrosa yang telah diuraikan, selain menghasilkan
glukosa juga menghasilkan fruktosa. Seperti dikemukan dalam jurnal penelitian
tersebut, fruktosa memiliki tingkat kemanisan paling tinggi dibandingkan
galaktosa sehingga soygurt dengan penggunaan sukrosa memiliki pH lebih tinggi.
Pengaruh fruktosa pada penelitian yang dilakukan oleh Yusmarini dan
Efendi, Raswen (2004) tak hanya pada kadar pH, namun juga pada rasa dan
tingkat kesukaan. Nilai rata-rata yang diberikan oleh panelis untuk soygurt yang
dibuat dengan penambahan sukrosa 7% adalah 2,78 (tidak asam/berasa manis),
sedangkan perlakuan lain berkisar antara 1,42-1,64 (kurang asam hingga asam).
Nilai rata-rata tingkat kesukaan yang diberikan oleh panelis untuk
perlakuan yang ditambah sukrosa 7% adalah 1,53 (antara suka dan kurang suka),
sedangkan pada perlakuan lain berkisar antara 2,11- 2,65 (kurang suka hingga
tidak suka). Umumnya panelis lebih menyukai soygurt yang rasanya tidak terlalu
asam. Seperti dikemukakan di atas bahwa soygurt yang dibuat dengan
penambahan sukrosa 7% mempunyai rasa yang tidak terlalu asam dan masih
berasa manis, sedangkan soygurt dari perlakuan lain mempunyai rasa yang asam
sehingga kurang disukai oleh panelis.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusmarini dan Efendi,
Raswen (2004), warna dan aroma dari soygurt tidak mengalami perubahan
signifikan akibat penggunaan beberapa jenis gula.
Sementara itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Yusmarini dan
Efendi, Raswen (2004), fermentasi dapat menyebabkan perubahan pada
kandungan gizi susu kedelai, yakni kadar protein meningkat dan kadar lemak
menurun. Hal ini dikarenakan adanya penambahan mikrobia dalam pembuatan
soygurt karena sebagian besar komponen penyusun mikrobia adalah protein.
Penambahan laktosa merupakan sumber karbon optimal bagi bakteri asam laktat
yang digunakan. Hal ini terbukti dengan tingginya kandungan protein pada
perlakuan ditambah laktosa. Tersedianya sumber karbon yang optimal akan
meningkatkan pertumbuhan mikrobia sehingga kadar protein soygurt juga ikut
meningkat.
Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan Viva News (7 Oktober 2012),
yang menyatakan bahwa dari segi gizi, yogurt tidak jauh berbeda dengan susu.
Tetapi, karena melalui proses fermentasi ada beberapa zat gizi yang
kandungannya lebih tinggi pada yogurt seperti vitamin B1, vitamin B2, serta
beberapa jenis asam amino penyusun protein. Ini menunjukkan bahwa fermentasi
meningkatkan kandungan protein.
Penurunan kadar lemak terjadi karena selama fermentasi, lemak akan
dihidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana. Meskipun begitu,
penambahan beberapa jenis gula berpengaruh tidak nyata terhadap kandungan
lemak soygurt karena gula yang ditambahkan hanya akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan mikrobia dan meningkatkan cita rasa soygurt.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusmarini dan Efendi, Raswen
(2004) menunjukkan bahwa fermentasi meningkatkan total padatan susu kedelai.
Hal ini dikarenakan fermentasi karbohidrat akan menghasilkan asam-asam
organik terutama asam laktat yang menyebabkan pH susu menjadi rendah sekitar
3,96-5,01. Pada pH tersebut akan terjadi penggumpalan protein.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusmarini dan Efendi,
Raswen (2004), diketahui bahwa penambahan beberapa jenis gula berpengaruh
tidak nyata terhadap total padatan soygurt. Hal ini disebabkan karena jumlah gula
yang ditambahkan sama yakni 7%. Susu kedelai yang awalnya mempunyai total
padatan 8,16% setelah ditambah gula sebanyak 7% akan menghasilkan total
padatan sekitar 15%. Selama fermentasi, sebagian dari gula tersebut akan
dimetabolisir oleh S. thermophilus danL. bulgaricus sehingga pada akhir
fermentasi total padatan akan berkurang berkisar antara 13,07-13,8%.
Meskipun soygurt dengan penambahan sukrosa memiliki pH yang lebih
tinggi dari soygurt dengan penambahan jenis gula lainnya, namun total padatan
soygurt dengan penambahan sukrosa tetap memiliki kadar total padatan yang
sama karena peningkatan pH disebabkan oleh flavor fruktosa, bukan aktivitas
mikrobia penghasil asam laktat. Pada dasarnya, aktivitas mikrobia dalam
menghasilkan asam laktat sama sehingga total padatan yang dihasilkan juga sama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Fermentasi mempengaruhi kandungan gizi soygurt terutama kandungan
protein dan lemak.
2. Penambahan atau penggunaan berbagai jenis gula berpengaruh terhadap
pH, kandungan protein, rasa, dan tingkat kesukaan. Namun, penggunaan
berbagai jenis gula tidak berpengaruh terhadap kandungan lemak, total
padatan, warna, dan aroma soygurt.
3. Hasil analisa secara statistik pada kadar pH membingungkan karena pada
pembahasan dalam jurnal berjudul ‘Evaluasi Mutu Soygurt yang Dibuat
Dengan Penambahan Beberapa Jenis Gula’ disebutkan bahwa
penambahan beberapa jenis gula tidak berbeda tidak nyata. Namun, pada
kesimpulan disebutkan bahwa penambahan beberapa jenis gula
berpengaruh nyata terhadap pH.
4. Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian berjudul ‘Evaluasi Mutu
Soygurt yang Dibuat Dengan Penambahan Beberapa Jenis Gula’ sesuai
dengan literatur.
3.2 Penutup
Demikian makalah ini ditulis dengan semestinya. Semoga dengan
adanya makalah ini, dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Tanpa Tahun. Inilah Manfaat Yoghurt.
http://log.viva.co.id/news/read/88016-inilah_manfaat_yoghurt [diakses
7 Oktober 2012]
Anonim. Tanpa Tahun. Kandungan Gizi Kedelai.
http://www.anneahira.com/kandungan-gizi-kedelai.htm [diakses 6
Oktober 2012]
Chandan , R.C.&Shahani, K.M. 1993. Yoghurt. Didalam Hui (ed). Dairy science
and Technology Handbook-Product Manufacturing. New York
Dwi P, Febrina. 2012. Makalah Asam Nukleat.
http://blog.ub.ac.id/febrina/2012/06/08/makalah-asam-nukleat/ [diakses
7 Oktober 2012]
Koswara, S. 1995. Teknologi Pengolahan Kedelai. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Lee, S.Y., Morr, C.V. & Seo, A. 1990. Comparison of Milk-Bassed and Soymilk-
Based Yoghurt. J. Food Sci. 55 : 532 – 536.
Winarno, F.G. 1984. Bahan Pangan Terfermentasi. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor.
Yusmarini, Adnan M. & Hadiwiyoto S. 1998. Perubahan Oligosakarida Pada
Susu Kedelai dalam Proses Pembuatan Yogurt. Berkala Penelitian
Pasca Sarjana (BPPS). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.