Makalah Ulat Sutra

15
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi Indonesia dengan keunggulan komparatifnya berupa tanah yang luas dan subur berikut iklim pendukung serta tersedianya tenaga kerja di pedesaan yang cukup melimpah merupakan faktor pendukung untuk menjadi negara produsen sutera alam. Selain itu kesenjangan antara produksi dan konsumsi dalam negeri yang selama ini harus diatasi dengan import benang sutera merupakan suatu kesempatan yang harus segera diantisipasi oleh petani dan pengusaha sutera dalam negeri. Kegiatan persuteraan alam merupakan suatu kegiatan agroindustri yang mencakup dua aspek yang saling berhubungan, yaitu aspek budidaya dan aspek produksi. Aspek budidaya meliputi usaha pengelohan tanaman murbei sebagai makanan ulat, produksi telur dan bibit ulat sutera, serta kegiatan pemeliharaan ulat sampai membentuk kokon yang siap panen. Sedangkan aspek industri meliputi pengelohan kokon menjadi benang berikut proses penenunan sampai menjadi kain sutera.. yang mana setiap bidang tersebut bersifat padat karya dan masing-masing bidang menyumbangkan nilai tambah cukup besar terhadap hasil akhirnya, yaitu kain sutera itu sendiri. Lebih jauh lagi budidaya persuteraan alam tidak memerlukan adanya klasifikasi umur maupun jenis kelamini, sehingga dewasa maupun anak- anak, laki-laki maupun perempuan, bersekolah maupun putus sekolah dapat mengerjakannya. Usaha persuteraan alam di Indonesia memiliki prospek yang sangat cerah, terutama datam jangka pendek ini untuk prcduksi bahan baku kokon dan benang 1

description

Makalah ulasan tentang ulat sutra

Transcript of Makalah Ulat Sutra

Page 1: Makalah Ulat Sutra

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Potensi Indonesia dengan keunggulan komparatifnya berupa tanah yang luas dan

subur berikut iklim  pendukung serta tersedianya tenaga kerja di pedesaan yang cukup

melimpah merupakan faktor pendukung untuk menjadi negara produsen sutera alam.  Selain

itu kesenjangan antara produksi dan konsumsi dalam negeri yang selama ini harus diatasi

dengan import benang sutera merupakan suatu kesempatan yang harus segera diantisipasi

oleh petani dan pengusaha sutera dalam negeri. 

Kegiatan persuteraan alam merupakan suatu kegiatan agroindustri yang mencakup dua

aspek yang saling berhubungan, yaitu aspek budidaya dan aspek produksi.  Aspek budidaya

meliputi usaha pengelohan tanaman murbei sebagai makanan ulat, produksi telur dan bibit

ulat sutera, serta kegiatan pemeliharaan ulat sampai membentuk kokon yang siap panen. 

Sedangkan aspek industri meliputi pengelohan kokon menjadi benang berikut proses

penenunan sampai menjadi kain sutera.. yang mana setiap bidang tersebut bersifat padat

karya dan masing-masing bidang menyumbangkan nilai tambah cukup besar terhadap hasil

akhirnya, yaitu kain sutera itu sendiri.  Lebih jauh lagi budidaya persuteraan alam tidak

memerlukan adanya klasifikasi umur maupun jenis kelamini, sehingga dewasa maupun anak-

anak, laki-laki maupun perempuan, bersekolah maupun putus sekolah dapat

mengerjakannya. 

Usaha persuteraan alam di Indonesia memiliki prospek yang sangat cerah, terutama datam

jangka pendek ini untuk prcduksi bahan baku kokon dan benang sutera yang pasar

eksportnya terbuka luas karena disatu pihak negara-negara industri sutera maju, yaitu

Jepang, Italia, Korea, Perancis dll. 100% tergantung pasokan bahan baku dari import. 

Usaha persuteraan alam di Kabupaten Banyumas pernah mencapai puncaknya pada dekade

tahun 70-an, dimana masyarakat secara swadaya berhasil mengembangkan tanaman murbai

sebagai pakan ulat hingga tahap penenunan kain.  Cacatan sejarah ini diperkuat dengan

fakta bahwa beberapa petani di Desa Karanggintung, Kecamatan Kemranjen masih

menyimpan pakaian sutera produk sendiri pada tahun 70-an.  Tetapi karena berbagai

1

Page 2: Makalah Ulat Sutra

macam kendala, antara lain adanya konversi lahan tanaman murbei menjadi areal lain,

terbatasnya modal usaha, tidak adanya pembinaan yang kontinyu serta tersendatnya

pemasaran, maka yang ada saat ini hanya tinggal sisa-sisa kejayaan masa lalu.

Dari bukti sejarah tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Banyumas sangat potensial

untuk pengembangan ulat sutera.  Hal ini didukung oleh ,.kondisi iklim, tanah, topografi dan

sosial ekonomi masyarakat Banyumas. 

Pada dekade tahun 95-an, kegiatan persuteraan alam di Kabupaten Banyumas mulai

ditumbuh kembangkan kembali; terlebih lagi dengan adanya Dinas Perhutanan dari

Konservasi Tanah (DPKT) yang menangani langsung pembinaan dan pengembangan

persuteraan alam di Kabupaten Banyumas. Hal ini mulai tampak dari bermunculannya

kelompok tani persuteraan alam, baik swadaya maupun melalui bantuan Proyek

Penghijauan.

B. Rumusan Masalah

*Bagaimana sejarah tentang sutra?

*Bagaimana proses pembuatan sutra?

*Apa sajakah keunggulan sutra?

*Bagaimana cara merawat kain dari sutra?

*Apakah ulat sutra memiliki manfaat medis?

*Apakah ulat sutra dapat dikonsumsi oleh manusia?

*Bagaimana dengan porsi makanan ulat sutra?

*Bagaimana sara memelihara ulat sutra?

*Bagaimana sara memanen ulat sutra?

 

2

Page 3: Makalah Ulat Sutra

BAB II

ISI

Sejarah Sutra

Pada awalnya, sutra merupakan produk ekslusif Kekaisaran Cina atau Tiongkok. Sutra

mulai dikenal di Cina sejak sekitar tahun 2700 SM. Hanya bangsa Cina yang mengetahui

rahasia pembuatan sutra selama berabad-abad. Siapapun yang membocorkan cara

pembuatan sutra akan dibunuh sebagai seorang pengkhianat. Karena monopoli inilah yang

membuat harga sutra sangatlah mahal, bahkan sebanding dengan emas pada masa itu.

Lalu pada tahun 550 M, Kaisar Romawi Timur atau Bizantium yang bernama Justinian I

mengirim 2 biarawan yang menyamar sebagai mata-mata ke negeri Cina. Mereka berhasil

mengambil ulat sutra dari negeri Cina dan mengetahui cara membuat sutra pada tahun 552

M. Sejak saat itu, monopoli sutra bukan lagi milik Kekaisaran Cina.

Sejak saat itu, sutra dikembangkan di seluruh wilayah Kekaisaran Romawi dan menyebar ke

seluruh dunia. Di Indonesia, sutra mulai dikenal sejak abad kesepuluh. Kemudian pada

tahun 1718, bangsa Belanda membawa teknologi untuk budi daya sutra di Indonesia. Sejak

saat itulah, sutra mulai dikembangkan di Indonesia.

Proses Pembuatan Sutra

Sutra dihasilkan dari kepompong ulat sutra. Ulat sutra menghasilkan kepompong yang dapat

dipintal menjadi serat sutra. Ada ratusan jenis ulat sutra, namun sutra yang terbaik

dihasilkan oleh kepompong dari ulat sutra pohon murbei yang memiliki nama ilmiah Bombyx

mori.

Induk sutra dapat menelurkan hingga 500 butir telur ulat sutra seukuran kepala jarum

pentul. Setelah sekitar 20 hari, telur tersebut menetas menjadi larva ulat yang sangat kecil.

Larva ulat ini akan memakan daun murbei dengan agresif. Sekitar 18 hari kemudian, ukuran

badan larva ulat tersebut telah membesar hingga 70 kali ukuran tubuh semula serta empat

kali mengganti cangkangnya. Kemudian larva ulat tersebut akan terus membesar hingga

beratnya mencapai 10.000 kali berat semula. Pada saat itu ulat sutra akan berwarna

kekuningan dan lebih padat. Itulah tanda ulat sutra akan mulai membungkus dirinya dengan

3

Page 4: Makalah Ulat Sutra

kepompong.

Kemudian kepompong direbus agar larva ulat di dalamnya mati. Karena jika dibiarkan, ulat

akan matang lalu menggigiti kepompongnya sehingga tidak bisa digunakan lagi. Setelah ulat

mati, serat di kepompong dapat diuraikan menjadi serat sutra yang sangat halus.

Satu buah kepompong sutra dapat menghasilkan untaian serat sepanjang 300 meter hingga

900 meter dengan diameter 10 mikrometer (1/1000 milimeter). Di seluruh dunia dalam satu

tahun dapat menghasilkan total serat sutra sepanjang 112,7 milyar kilometer atau sekitar

300 kali perjalanan pergi-pulang ke matahari dari bumi!

Kemudian serat sutra yang halus tersebut dipintal. Serat sutra dipintal dengan proses yang

menyerupai proses pada saat ulat sutra memintal kepompongnya. Proses itulah yang dibuat

menjadi alat pemintalan serat sutra untuk dibuat menjadi kain sutra yang indah. Bahan kain

dari sutra inilah yang kemudian dibuat menjadi berbagai produk pakaian maupun produk

lainnya. Beberapa batik kelas terbaik di Indonesia juga menggunakan bahan dari sutra.

Keunggulan Sutra

Saat mengenakan pakaian yang terbuat dari sutra, Anda akan merasakan kenyamanan dan

kelembutan dari bahan sutra tersebut. Namun pakaian yang terbuat dari sutra memiliki

banyak keunggulan. Keunggulan dan keistimewaan dari sutra antara lain:

Sutra merupakan bahan yang sangat kuat. Kekuatan sutra sebanding dengan kawat

halus yang terbuat dari baja.

Sutra juga lembut saat menyentuh kulit. Asam amino dalam serat sutra yang membuat

sutra terasa lembut dan nyaman. Bahkan sutra dapat menjaga agar terhindar dari

berbagai penyakit kulit. Tentu hal ini akan membuat pemakainya merasa nyaman.

Sutra memiliki kemampuan menyerap yang baik sehingga cocok digunakan di udara

yang hangat dan tropis. Karena itu, setiap pemakai bahan sutra akan merasa sejuk

4

Page 5: Makalah Ulat Sutra

dan lebih kering meski udara panas. Yang menyebabkan bahan sutra mampu

menyerap kelembaban dan cairan karena asam amino di dalam serat sutra mampu

menyerap lalu membuang keringat.

Bahan sutra memiliki ciri khas yaitu berkilau seperti mutiara. Hal ini disebabkan

karena lapisan-lapisan fibroin, yaitu sejenis protein yang dihasilkan ulat sutra,

membentuk struktur mikro yang berbentuk prisma. Struktur prisma inilah yang

menyebabkan cahaya akan disebar ketika terkena bahan dari sutra sehingga

menimbulkan efek kilau yang indah pada sutra.

Sutra memiliki daya tahan terhadap panas dan tidak mudah terbakar.

Salah satu kemampuan istimewa sutra adalah mampu melindungi kulit tubuh dari

sinar ultraviolet yang dapat merusak kulit.

Cara Merawat Bahan dari Sutra

Tentu setelah membeli pakaian yang terbuat dari sutra, Anda akan menjaganya agar tetap

terawat dan indah. Berikut ini beberapa tips agar pakaian atau produk kain yang terbuat

dari sutra tetap terawat:

Jika Anda memiliki batik atau bahan pakaian dari sutra, maka jangan menyemprot

parfum atau minyak wangi langsung ke kain tersebut, terutama batik sutra ataupun

kain sutra dengan pewarna alami.

Pada saat mencuci bahan dari sutra, sebaiknya Anda mencuci di pencuci profesional

dengan sistem dry cleaning, kecuali Anda dapat melakukan proses pencucian jenis

tersebut. Namun Anda juga dapat mencucinya di rumah dengan deterjen yang lembut

dan air hangat sekitar 30° C. Jangan diremas dan diperas. Biarkan kering sendiri

dengan angin.

Anda juga dapat menyeterika bahan dari sutra. Hindari menyeterika langsung di

permukaan sutra. Gunakan kain atau pakaian untuk melapisi kain sutra Anda, lalu

mulailah menyetrika.

Simpanlah bahan kain atau pakaian dari sutra di tempat yang kering dan tidak

lembab. Gunakan hanger atau gantungan pakaian yang terbuat dari bahan lembut,

misalnya dilapisi busa.

Hindari ngengat pada tempat penyimpanan pakaian atau kain dari sutra. Untuk

mengusir ngengat, Anda dapat menggunakan akar wangi atau pengharum pakaian.

5

Page 6: Makalah Ulat Sutra

Hindari menyimpan pakaian atau kain dari sutra di tempat yang terkena sinar atau

cahaya berlebih seperti sinar matahari.

Manfaat medis

Ulat sutra yang digunakan untuk pengobatan tradisional China adalah "Bombyx

batryticatus" atau "ulat sutra kaku" (Hanzi sederhana: 僵 蚕 , tradisional: 僵 蠶 pinyin:

āngcán). Ia adalah larva kering 4-5th yang mati akibat penyakit muskadin putih disebabkan

oleh jamur Beauveria bassiana, dimanfaatkan untuk mengobati masuk angin, mencairkan

dahak dan meringankan kejang-kejang.

Makanan

Ulat sutra dikonsumsi di sejumlah kebudayaan. Di Korea, ulat sutra yang direbus

sertadibumbui merupakan makanan ringan yang populer dan dikenal sebagai beondegi. Di

China, sejumlah pedagang jalanan menjual ulat sutra yang dipanggang

Ulat Sutera Binatang yang Rakus

Siapa bilang tubuh kecil berarti karena makannya sedikit. Hukum ini tidak berlaku untuk

makhluk hidup kecil lain seperti ulat sutra. Meski posturnya tidak lebih besar dari ibu jari

orang dewasa, hewan ini membutuhkan makanan sangat banyak.

Selain butuh makan yang banyak, ulat ini pun sangat selektif soal makanan. Dia hanya mau

memakan daun murbei dan tidak daun lainnya. Tidak heran ulat sutra memiliki nama ilmiah

Bombyx mori, yang berarti ulat sutra pohon murbei. Doyannya ulat sutra terhadap murbei,

karena murbei menghasilkan enzim glukosida yang menyebabkan rasa ketagihan.

Kerakusan ulat sutra terhadap murbei, akibat masa hidupnya yang bermetamorfosa

sebanyak empat kali selama satu bulan. Kebutuhan makannya terjadi sejak masih berupa

telur dan berakhir ketika ulat mengeluarkan serat sutra dan membuat kokon (kepompong).

Biasanya petani sutra harus menyediakan 18 karung daun murbei per hari dimana satu

karungnya berkapasitas 100 kilogram. Sebanyak itu hanya untuk mengembangkan 25 ribu

telur ulat sutra.

Karena kebutuhannya yang besar, jarang ada petani sutra yang mengembangkan ulat sutra

berbarengan dengan penanaman murbei. Jika keduanya dilakukan, maka dibutuhkan areal

tanah yang luas untuk menanam murbei. Selain itu, penanaman murbei juga membutuhkan

6

Page 7: Makalah Ulat Sutra

jumlah air yang besar. Lokasi penanaman pun harus berada di ketinggian 700 meter dari

permukaan laut.

Hanya sedikit yang mampu melakukan teknik keduanya. Di Padepokan Dayang Sumbi,

pemiliknya melakukan dua aktivitas pertanian; menanam murbei sekaligus

mengembangbiakan ulat sutra. Padahal arealnya tidak terlalu besar.

"Kami punya areal tanah seluas 2 hektar. Sekitar 1,5 hektar tanah kami digunakan untuk

menanam murbei," kata Dedi Agus Wirantoro (38), pengelola Padepokan Dayang Sumbi.

Dedy sengaja sengaja melakukan dua aktivitas tersebut. Karena seperti tujuan awalnya

bahwa padepokan ini bukan sekadar pabrik kain sutra, melainkan sebagai wisata pendidikan

untuk anak-anak.

Dedi mengaku, areal pertanian murbei dengan jumlah ulat belum sebanding. Karena itu,

Dedi mengatakan menggunakan penamanan dengan sistem blok. Masing-masing blok bisa

melakukan panen sebanyak satu kali dalam satu tahun. Di tempat Dedi ada tiga blok,

sehingga bisa melakukan panen tiga kali

"Sistem blok juga bisa memberikan kesempatan pengunjung menyaksikan metamorfosa ulat

selama satu tahun penuh," ujarny.

Kalah dari Cina

Varietas ulat sutera yang dibudidayakan di Padepokan Dayang Sumbi adalah varietas

varietas Jepang. Varietas ini merupakan varietan umum yang dikembangkan kebanyak

petani sutra di Indonesia. Varieta ini mampu menghasilkan 1.600 meter benang sutera per

satu kepompong ulat sutra. Diakui Dedy, jumlah ini jauh lebih sedikit dibandingkan varietas

Cina yang satu kepompongnya bisa menghasilkan 3.000 meter benang sutera.

Dedy mengatakan kapasitas produksi di tempatnya hanya mampu menghasilkan 70 meter

kain sutra jadi per satu kali panen. Jumlah itu diperoleh dari sekitar 70 kilogram kepompong

dari satu kali panen. Dengan proses produksi seperti itu, wajar saja harga sutra menjadi

lebih mahal ketimbang jenis kain lainnya.

Diakui Dedi, teknologi Cina dalam budidaya ulat sutera memang lebih unggul. Selan itu

pemerintah Cina pun cukup serius dalam pengembangan budidaya ulat sutera ini. Wajar

saja, karena negeri tirai bambu itu merupakan negara pertama yang membudidayakan ulat

sutera.

7

Page 8: Makalah Ulat Sutra

PEMELIHARAAN ULAT SUTERA

Kegiatan pemeliharaan ulat sutera meliputi pemeliharaan ulat kecil, pemeliharaan ulat

besar serta mengokonkan ulat.

a. Pemeliharaan Ulat Kecil

Pemeliharaan ulat kecil didahului dengan kegiatan "Hakitate" yaitu pekerjaan penanganan

ulat yang baru menetas disertai dengan pemberian makan pertama.

Ulat yang baru menetas didesinfeksi dengan bubuk campuran kapur

dan kaporit (95:5), lalu diberi daun murbei yang muda dan segar yang

dipotong kecil-kecil;

Pindahkan ulat ke sasag kemudian ditutup dengan kertas minyak atau

parafin;

Pemberian makanan dilakukan 3 kali sehari yakni pada pagi, siang,

dan sore hari;

Pada setiap instar ulat akan mengalami masa istirahat (tidur) dan

pergantian kulit. Apabila sebagian besar ulat tidur ($ 90%),

pemberian makan dihentikan dan ditaburi kapur. Pada saat ulat tidur,

jendela/ventilasi dibuka agar udara mengalir;

Pada setiap akhir instar dilakukan penjarangan dan daya tampung

tempat disesuaikan dengan perkembangan ulat;

Pembersihan tempat ulat dan pencegahan hama dan penyakit harus

dilakukan secara teratur.

Pelaksanaanya sebagai berikut :

Pada instar I dan II, pembersihan dilakukan masing-masing 1

kali. Selama instar III dilakukan 1-2 kali yaitu setelah

pemberian makan kedua dan menjelang tidur;

Penempatan rak/sasag agar tidak menempel pada dinding

ruangan dan pada kaki rak dipasang kaleng berisi air, untuk

mencegah gangguan semut;

Apabila lantai tidak ditembok, taburi kapur secara merata agar

tidak lembab;

8

Page 9: Makalah Ulat Sutra

Desinfeksi tubuh ulat dilaksanakan setelah ulat bangun tidur,

sebelum pemberian makan pertama.

Penyalur ulat kecil dari UPUK ke tempat pemeliharaan petani / kolong rumah atau Unit

Pemeliharaan Ular Besar (UPUB), dilakukan ketika sedang tidur pada instar III. Perlakuan

pada saat penyaluran ulat sebagai berikut :

Ulat dibungkus dengan menggulung kertas alas;

Kedua sisi kertas diikat dan diletakkan pada posisi berdiri agar

ulat tidak tertekan;

penyaluran ulat sebaiknya dilaksanakan pada pagi atau sore

hari.

b. Pemeliharaan Ulat Besar.

Kondisi dan perlakuan terhadap ulat besar berbeda dengan ulat kecil. Ulat besar

memerlukan kondisi ruangan yang sejuk. Suhu ruangan yang baik yaitu 24-26° C dengan

kelembapan 70-75%.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ulat besar adalah sebagai

berikut :

Ulat besar memerlukan ruangan/tempat pemeliharaan yang lebih luas

dibandingkan dengan ulat kecil;

Daun yang dipersiapkan untuk ulat besar, disimpan pada tempat yang

bersih dan sejuk serta ditutup dengan kain basah;

Daun murbei yang diberikan pada ulat besar tidak lagi dipotong-

potong melainkan secara utuh (bersama cabangnya).

Penempatan pakan diselang-selingi secara teratur antara bagian

ujung dan pangkalnya;

Pemberian makanan pada ulat besar (instar IV dan V) dilakukan 3-4

kali sehari yaitu pada pagi, siang, sore dan malam hari;

Menjelang ulat tidur, pemberian makan dikurangi atau dihentikan.

Pada saat ulat tidur ditaburi kapur secara merata;

9

Page 10: Makalah Ulat Sutra

Desinfeksi tubuh ulat dilakukan setiap pagi sebelum pemberian makan

dengan menggunakan campuran kapur dan kaporit (90:10) ditaburi

secara merata;

Pada instar IV, pembersihan tempat pemeliharaan dilakukan minimal

3 kali, yaitu pada hari ke-2 dan ke-3 serta menjelang ulat tidur;

Pada instar V, pembersihan tempat dilakukan setiap hari;

Seperti pada ulat kecil, rak/sasag ditempatkan tidak menempel pada

dinding ruangan dan pada kaki rak dipasang kaleng yang berisi air.

Apabila lantai ruangan pemeliharaan tidak berlantai semen agar

ditaburi kapur untuk menghindari kelembaban tinggi.

c. Mengokonkan Ulat.

Pada instar V hari ke-6 atau ke-7 ulat biasanya akan mulai mengokon. Pada suhu rendah

ulat akan lebih lambat mengokon. Tanda-tanda ulat yang akan mengokon adalah sebagai

berikut :

Nafsu makan berkurang atau berhenti makan sama sekali;

tubuh ulat menjadi bening kekuning-kuningan (transparan);

Ulat cenderung berjalan ke pinggir;

Dari mulut ulat keluar serat sutera.

Apabila tanda-tanda tersebut sudah terlihat, maka perlu di ambil tindakan sebagai berikut :

Kumpulkan ulat dan masukkan ke dalam alat pengokonan yang telah

disiapkan dengan cara menaburkan secara merata.

Alat pengokonan yang baik digunakan adalah : rotari. Seri frame,

pengokonan bambu dan mukade (terbuat dari daun kelapaatau jerami

yang dipuntir membentuk sikat tabung).

 PANEN DAN PENANGANAN KOKON.

Panen dilakukan pada hari ke-5 atau ke-6 sejak ulat mulai membuat kokon. Sebelum panen,

ulat yang tidak mengokon atau yang mati diambil lalu dibuang atau dibakar.

Selanjutnya dilakukan penanganan kokon yang meliputi kegiatan sebagai berikut :

10

Page 11: Makalah Ulat Sutra

o Pembersihan kokon, yaitu menghilangkan kotoran dan serat-serat pada

lapisan luar kokon;

o Seleksi kokon, yaitu pemisahan kokon yang baik dan kokon yang cacat/jelek;

o Pengeringan kokon, yaitu penanganan terhadap kokon untuk mematikan pupa

serta mengurangi kadar air dan agar dapat disimpan dalam jangka waktu

tertentu;

o Penyimpanan kokon, dilakukan apabila kokon tidak langsung dipintal/dijual

atau menunggu proses pemintalan.

Cara penyimpanan kokon adalah sebagai berikut :

Dimasukkan ke dalam kotak karton, kantong kain/kerta;

Ditempatkan pada ruangan yang kering atau tidak lembab;

Selama penyimpanan, sekali-sekali dijemur ulang di sinar matahari;

Lama penyimpanan kokon tergantung pada cara pengeringan, tingkat

kekeringan dan tempat penyimpanan.

11

Page 12: Makalah Ulat Sutra

BAB III

Penutup

Kesimpulan

*Bahwa ulat sutra banyak manfaat untuk kehidupan masyarakat.

*Bahwa memelihara ulat sutra tidak mudah dan memerlukan dana dan tenaga yang ekstra.

Saran

*Bagi pemerintah dukunglah adanya petani/peternak ulat sutra.

*SDM maupun peternak ulat sutra mohon di perbanyak.

*Semoga usaha peternak ulat sutra lebih maju.

12