Makalah Tugas Manajemen Pascapanen - Analisis Rantai Nilai Kedelai

download Makalah Tugas Manajemen Pascapanen - Analisis Rantai Nilai Kedelai

of 16

Transcript of Makalah Tugas Manajemen Pascapanen - Analisis Rantai Nilai Kedelai

  • 8/13/2019 Makalah Tugas Manajemen Pascapanen - Analisis Rantai Nilai Kedelai

    1/16

    TUGAS KULIAH MANAJEMEN PASCAPANEN

    ANALISIS RANTAI NILAI KEDELAI

    Dini Nur Hakiki (F152120021)Sazli Tutur Risyahadi (F152120041)Rozana (F152120061)

    SEKOLAH PASCASARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR2013

  • 8/13/2019 Makalah Tugas Manajemen Pascapanen - Analisis Rantai Nilai Kedelai

    2/16

    I. PENDAHULUAN

    Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung.Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki artipenting dalam industri pangan dan pakan. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yangsangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan danmurah harganya. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlahpenduduk dan kebutuhan bahan industri olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai,tauco, snack, dan sebagainya. Zakiah (2012), menyatakan bahwa pasokan kedelai di Indonesiacenderung semakin tidak dapat dipenuhi dari hasil produksi dalam negeri sendiri. Sekalipun kedelaidapat ditanam dengan cara yang paling sederhana, produktivitas dan produksi kedelai dalamnegeri, hampir tidak dapat memenuhi permintaan yang semakin meningkat.

    Saat ini produksi kedelai di Indonesia hanya mencukupi sekitar 35 persen kebutuhan,selebihnya dipenuhi melalui impor. Sekitar 20 tahun terakhir di Indonesia masih terus melakukan

    impor kedelai, terutama dari Amerika Serikat, sehingga tidak heran apabila kedelai impor telahmendominasi sebagai bahan baku olahan pangan (Adisarwanto 2008). Ini merupakan sebuahfenomena yang mengkhawatirkan, dimana persentase jumlah impor terhadap konsumsi,menunjukkan persentase yang semakin meningkat. Besarnya angka impor tersebut merupakansalah satu indikator betapa besar kebutuhan kedelai untuk memenuhi kebutuhan penduduk melaluiberbagai jenis produk olahan (Zakiah 2012).

    Saluran pemasaran kedelai yang terlalu panjang, dan kebijakan harga yang tidakmendukung petani, mengakibatkan keuntungan yang diperoleh petani sangat sedikit. Inimengakibatkan kebanyakan petani memilih untuk mengalih fungsikan lahan kedelai mereka kekomoditi tanaman lainnya. Masih lemahnya nilai tawar petani dan sistem informasi serta lemahnya

    kelembagaan kelompok tani menyebabkan daya saing petani kedelai lokal sangat lemah(Rachmanet al 2008).Kendala internal berdasarkan aspek pemasaran adalah: (1) daya tawar petani lemah, (2)

    sistem informasi pasar lemah, dan (3) belum adanya tarif impor. Sedangkan kendala eksternalnyaantara lain adalah: (1) tingginya impor kedelai dengan harga murah, (2) rantai pemasaran yangpanjang sehingga tidak efisien, dan (3) biaya transportasi yang mahal.

    Panjangnya rantai dari produsen sampai kepada konsumen menyebabkan tidak efektifnyaproses pemasaran. Memperbaiki dan memperpendek simpul mata rantai dari produsen kekonsumen perlu dibentuk dan difungsikan sebagaimana mestinya sehingga dapat efektif danefisien dalam pendistribusian produk. Sistem informasi pasar belum terbentuk sehingga titik temuantara produsen dan konsumen sering tidak ketemu. Hal ini yang menyebabkan nilai jual produkberfluktuatif dan cenderung menurun. Harga komoditas kedelai hampir tidak tersentuh olehkebijakan pemerintah. Harga kedelai ditentukan oleh mekanisme pasar, yang ditentukan olehpermintaan dan persediaan (Demand and Supply ).

    Belum digunakannya jenis benih unggul oleh semua petani, juga menyebabkan rendahnyaproduktivitas kedelai lokal. Hingga kini penggunaan varietas unggul baru mencapai 20% danpenggunaan benih yang bersertifikat hanya 10%. Ditambah lagi dengan teknologi pascapanenyang belum memadai menambah alasan rendahnya produksi kedelai lokal. Persainganpenggunaan lahan dengan komoditi lainnya, seperti jagung yang merupakan komoditi alternativeunggulan setelah beras, diduga juga menjadi penyebab turunnya areal panen kedelai. Dalam halini kenaikan harga jagung akan mendorong petani untuk menanam komoditas tersebut, yangkonsekuensinya akan mengurangi areal tanam kedelai (Zakiah 2012).

  • 8/13/2019 Makalah Tugas Manajemen Pascapanen - Analisis Rantai Nilai Kedelai

    3/16

    Rendahnya produksi kedelai local menyebabkan ketidakcukupan kedelai local memenuhipermintaan industry pengolahan kedelai. Hal ini menyebabkan semakin tergantungnya industri-industri pengolahan kedelai pada kedelai impor (Zakiah 2011). Selain itu rendahnya kualitaskedelai lokal dari segi kebersihan dan kadar air menyebabkan industri-industri pengolahan kedelai

    cenderung memilih kedelai impor yang tingkat kebersihannya lebih tinggi dan kadar air yang lebihrendah rendah (Nurmeyda 2010).

    Kendala dalam aspek panen dan pascapanen adalah: (1) kehilangan hasil tinggi, (2)penerapan teknologi panen dan pascapanen belum memadai, dan (3) modal untuk membelialsintan sangat terbatas. Selain itu, ancaman eksternalnya adalah: (1) belum ada insentif hargayang memadai bagi produk bermutu, (2) makin meningkatnya biaya operasional alsintan, dan (3)tenaga kerja pengolah relatif terbatas. Kehilangan hasil kedelai pada saat panen maupunprosesing masih cukup besar. Sistem panen yang dijemur di lapangan tanpa lantai jemur dan alasmenyebabkan biji tercecer cukup banyak dan menyebabkan kehilangan hasil cukup tinggi. Alatpengering dinilai masih cukup mahal bagi petani kedelai. Belum berlakunya tarif impor

    menyebabkan jumlah kedelai impor semakin banyak, sehingga harga kedelai di dalam negeri jatuhdan petani enggan menanam kedelai.

    Penerapan teknologi panen dan pascapanen belum memadai, umumnya petani melakukanpemanenan dan prosesing masih dengan cara tradisional. Panen dengan menggunakan sabit danproses pengeringan sebagian besar masih di lapang. Sedangkan pemakaian alat mesin untukpanen dan pengeringan, sebagian besar petani belum menggunakan. Keterbatasan modal,menyebabkan petani kedelai tidak mampu untuk membeli alat mesin. Hal ini yang menyebabkankehilangan hasil panen cukup besar dan proses produksi menjadi tidak efisien.

    Salah satu alat analisis manajemen biaya yang dapat digunakan untuk memberikaninformasi guna membuat keputusan strategis dalam menghadapi persaingan bisnis adalah analisisvalue chain. Shank dan Govindarajan (2000), mendefinisikanValue Chain Analyisis, merupakanalat untuk memahami rantai nilai yang membentuk suatu produk. Rantai nilai ini berasal dariaktifitas-aktifitas yang dilakukan mulai dari bahan baku sampai ke tangan konsumen, termasuk juga pelayanan purna jual. Selanjutnya Porter (1985) menjelaskan, Analisis value-chain merupakanalat analisis stratejik yang digunakan untuk memahami secara lebih baik terhadap keunggulankompetitif. Value chain dapat mengidentifikasi dimana value pelanggan dapat ditingkatkan ataupenurunan biaya, dan untuk memahami secara lebih baik hubungan perusahaan denganpemasok/supplier, pelanggan, dan perusahaan lain dalam industri (Blocheret al. 1999). Valuechain mengidentifikasikan dan menghubungkan berbagai aktivitas stratejik diperusahaan (Hansen,Mowen 2000). Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis rantai nilai merupakan suatu alat yangdigunakan untuk menciptakan nilai bagi pelanggannya untuk mencapai suatu keunggulan yangkompetitif.

    Demi keunggulan kompetitif, dengan perilaku para konsumen yang makin berkembang,seperti menghendaki produk-produk yang lebih beraneka ragam dengan mutu serta pelayananserba prima dan harga yang terjangkau dalam era globalisasi ini harus ditanggapi denganmeniadakan ketidakekonomisan (diseconomies) yang terjadi yang cenderung menghambatkelancaran arus proses penciptaan nilai tambah dari para pemasok sampai ke para konsumensepanjang value chain. Untuk itu, perlu diidentifikasi dan ditiadakan biaya yang diakibatkan dariaktivitas-aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah sepanjang pelaksanaan analisis valuechain.

  • 8/13/2019 Makalah Tugas Manajemen Pascapanen - Analisis Rantai Nilai Kedelai

    4/16

    II. ANALISIS PASAR

    Kedelai merupakan komoditas pangan yang strategis. Permintaan kedelai di Indonesiaterus meningkat dari tahun ke tahun. Terlihat dari volume impor yang semakin meningkat tiaptahunnya (Tabel 6). Kedelai di Indonesia digunakan sebagai pangan, pakan, dan bahan bakuindustri. Konsumsi kedelai 95 persen dalam bentuk olahan, 4 persen dikonsumsi langsung dan 1persen untuk benih (Sarwono, 2004). Bentuk olahan kedelai antara lain:(1) Produk hasil fermentasi : kecap, tauco, natto, tempe, dan soyghurt.(2) Produk non-fermentasi : tahu dan produk olahannya, limbah tahu (pakan ternak), susu kedelai,

    tepung dan bubuk kedelai, isolat protein, konsentrat protein, daging tiruan, serat kedelai,minyak kedelai kasar, dan tauge.

    (3) Dari minyak kedelai kasar dapat dihasilkan :a. Aplikasi produk pangan : minyak salad, minyak goreng, mayonnaise,margarin, shortening,

    dan lesitin (pangan, non pangan, kosmetik, dan obat-obatan sebagai pengemulsi, penstabil,pelembut, pembasah, dan lain-lain).

    b. Aplikasi produk non-pangan/bidang teknik : lapisan pelindung, pengenyal, cat, semir,desinfektan, dan lain-lain.Dari berbagai produk olahan tersebut, sekitar 57 persen kedelai di Indonesia dikonsumsi

    dalam bentuk tempe, 38 persen dalam bentuk tahu, dan sisanya dalam bentuk kecap, taoco,kembang tahu, dan lain-lain. Berdasarkan survei SUSENAS oleh Biro Pusat Statistik setiap enamtahun sekali, konsumsi kedelai dalam bentuk biji dan olahan terus meningkat. Tahu dan tempemerupakan produk kedelai yang dominan dikonsumsi penduduk desa maupun kota. Rata-ratakonsumsi tahu dan tempe penduduk kota lebih tinggi dari penduduk desa.

    Industri tempe di Indonesia lebih menyukai biji kedelai yang berwarna kuning danberukuran besar (+ 12 gram atau lebih/100 biji). Industri tahu lebih menyukai biji kedelaiyangberukuran kecil (8-10 gram/100 biji) hingga sedang (10-12 gram/100 biji) (Sumarno, danHarnoto dalam Dian Handayan, 2007). Untuk tahu, bahan baku kedelai harus memenuhipersyaratan sbb:(1) Kedelai masih baru dipanen dan cukup umur. Jika terlalu lama disimpan ataupanen muda,

    rendemen rendah. Selain itu, tahu yang dihasilkan akan lembek dan tidak tahan lama disimpan.Kedelai panen muda ditandai dengan bijinya keriput.

    (2) Kadar air maksimal 13 persen. Bila kadar airnya mencapai 15 persen, jamur mudah tumbuhselama penyimpanan. Namun bila kadar airnya 9 persen atau kurang, maka biji kedelai akanmudah pecah dan rendemen tahu akan menurun.

    (3) Biji kedelai harus utuh karena enzim-enzim lipoksidase akan aktif bila kedelai pecah, sehinggamenyebabkan kandungan minyak dalam biji akan tengik dan bau tahu kurang enak.

    (4) Kedelai harus bebas berbagai kotoran (kerikil, pasir, dan sisa tanaman) yang akanmembutuhkan waktu dan biaya membersihkannya serta dapat merusak alat penggiling.

    Konsumsi yang besar serta pengembangan prduk olahan kedelai tidak didukung dengankemampuan produksi Indonesia. Produksi nasional kedelai per tahunnya hanya sekitar 700 850ribu ton. Kebutuhan/konsumsi nasional terhadap komoditas ini mencapai 2,5 juta ton per tahun,sehingga sampai dengan saat ini kekurangannya masih harus dipasok dari impor. Setiap tahunIndonesia mengimpor kedelai dari Amerika Serikat (AS) dan Brazil yang mencapai 70-80% daritotal kebutuhan (Kemendag, 2013).

  • 8/13/2019 Makalah Tugas Manajemen Pascapanen - Analisis Rantai Nilai Kedelai

    5/16

    Bila dibandingkan dengan kedelai impor, kandungan protein kedelai lokal lebih tinggidibandingkan impor, sehingga jika diolah untuk tahu, maka rendemen lebih banyak dihasilkan darikedelai lokal dan memiliki cita rasa yang khas. Kedelai impor memiliki ukuran biji besar, seragamdan kadar airnya rendah, sehingga lebih disukai industri tempe karena volume biji impor

    mengembang lebih banyak dan bobot tempe yang diperoleh lebih banyak.Secara nasional, kita memiliki benih berbiji besar seperti varietas Argomulyo dan

    Burangrang (untuk kebutuhan benih 50 kg/ha) tidak jauh berbeda dengan benih kedelai Amerika(59,7 kg/ha), namun varietas ini masih belum lama dilepas dan perlu banyak dikembangkan,sehingga sebagian besar petani masih menggunakan benih berbiji kecil (40 kg/ha). Untuk industrikecap, biji kedelai hitam lokal lebih disukai dari impor, karena memiliki cita rasa khas dan kecapyang dihasilkan lebih gurih (Handayani D 2007).

    Tabel 6. Volume Impor Komoditas Tanaman Pangan Indonesia, 2009 2012 (dalam ton)

  • 8/13/2019 Makalah Tugas Manajemen Pascapanen - Analisis Rantai Nilai Kedelai

    6/16

    III. PEMETAAN (MAPPING )

    Aktor dan VolumePemasaran kedelai dari petani sampai konsumen akhir melibatkan beberapa pelaku

    pemasaran yaitu pedagang pengumpul (tengkulak), pedagang besar kecamatan, pedagang besarkabupaten, pedagang besar propinsi, dan pedagang pengecer. Pada saat panen banyak pedagangpengumpul yang datang ke tempat petani sehingga petani dapat menjual kedelai di rumah atau disawah tanpa harus mengangkut ke tempat pembeli.

    Meryani (2008) telah melakukan kajian tataniaga kedelai dengan Studi Kasus diKecamatan Ciranjang Cianjur. Sebagian besar petani melakukan penjualan kedelai langsungkepada tengkulak. Hal ini disebabkan oleh lokasi petani yang jauh dari pedagang besar kecamatansehingga penjualan ke pasar akan menambah biaya dan keterbatasan waktu. Tetapi di Desa

    Ciranjang, selain cara penjualan yang demikian ada pula petani yang membawa sendiri danmenjualnya pada pedagang besar kabupaten yang berada di pasar. Saluran tataniaga kedelaiyang ada di Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, ada dua saluran tataniaga yaitu salurantataniaga kedelai polong muda (Gambar 1) dan saluran tataniaga kedelai polong tua (Gambar 2).

    Gambar 1. Saluran Tataniaga Kedelai Polong Muda.

    Gambar 1 diatas menginformasikan bahwa saluran tataniaga kedelai polong mudamempunyai dua tujuan, yaitu dari petani kedelai (100 persen) dibawa ke pedagang pengumpul,kemudian kedelai tersebut (100 persen) dibawa ke pedagang Pasar Induk Parung. Di pedagang

    pasar induk, 80 persen kedelai diserap oleh pedagang pengecer dan 20 persen langsung diserapoleh konsumen akhir.

    Kecamatan Ciranjang terdapat delapan saluran tataniaga yang digunakan petani dalammenyampaikan kedelai polong tua ke konsumen (Gambar 2). Pada saluran kesatu sampai kelimapetani menjual kedelai (73.33%) ke pedagang pengumpul. Saluran kesatu dari pedagangpengumpul kedelai dijual ke pedagang kecamatan (42.77%) lalu diserap langsung oleh pengrajintahu/tempe (10.69%). Saluran kedua dan ketiga kedelai dari pedagang pengumpul dijual kepedagang kabupaten (30.56%), lalu diserap langsung oleh pengrajin tahu/tempe (5.72%) melaluisaluran kedua. 8.58 persen kedelai dari pedagang kabupaten diserap oleh pedagang pengecerkemudian dijual ke konsumen akhir melalui saluran ketiga. Saluran keempat dan kelima samaseperti saluran kesatu, tetapi dari pedagang kecamatan (42.77%) kedelai dijual langsung ke

  • 8/13/2019 Makalah Tugas Manajemen Pascapanen - Analisis Rantai Nilai Kedelai

    7/16

    pedagang propinsi (32.08%) lalu diserap pengrajin tahu/tempe (6.14%) melalui saluran keempat.10.23 persen diserap pedagang pengecer untuk dijual ke konsumen akhir melalui saluran kelima.

    Gambar 2. Saluran Tataniaga Kedelai Polong Tua

    Saluran keenam sampai kedelapan petani menjual kedelai langsung ke pedagangkabupaten (26.67%).Pada saluran keenam kedelai dari pedagang kebupaten dijual ke pedagangpengecer (8.58%) lalu ke konsumen akhir, sedangkan saluran ketujuh dan kedelapan, kedelai daripedagang kebupaten dijual ke pedagang propinsi (4.58%). Kedelai diserap langsung oleh pengrajintahu/tempe (6.14%) melalui saluran ketujuh dan diserap oleh pedagang pengecer (10.23%) melaluisaluran kedelapan untuk dijual ke konsumen akhir.

  • 8/13/2019 Makalah Tugas Manajemen Pascapanen - Analisis Rantai Nilai Kedelai

    8/16

    Pada dasarnya petani memiliki kebebasan untuk menentukan saluran mana yang akandipilih. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, penjualan kedelai ke saluran 1, 2dan saluran 3 lebih banyak dipilih (73.33 persen) karena banyaknya jumlah pedagang pengumpullokal yang mendatangi petani, lokasi petani yang jauh dari pedagang kabupaten, sehingga tidak

    ada alternatif lain bagi petani untuk menjual hasil panennya. Volume kedelai banyak melaluisaluran tiga (57.23 persen) karena petani tidak mau mengambil resiko kerugian biaya transportasi.Saluran 6-8 hanya dipergunakan oleh petani responden (26.67persen) yang berdekatan denganpasar Ciranjang seperti Desa Ciranjang dan Desa Cibiuk.

    NilaiPemetaan nilai dilakukan dengan memetakan nilai yang terjadi pada setiap aktor. Disini

    dipetakan nilai margin dan R/C ratio. Marjin tataniaga diartikan melalui selisih harga di tingkatprodusen dengan harga di tingkat pedagang pengecer yang diperoleh dengan satuan rupiah perkilogram kedelai. Marjin tataniaga dalam penelitian ini dihitung berdasarkan kedelapan saluran

    tataniaga yang terbentuk. Marjin tataniaga menjelaskan perbedaan harga dan tidak memuatpernyataan mengenai jumlah komoditi yang dipasarkan. Penghitungan marjin meliputi biayatataniaga dan keuntungan lembaga yang terlibat dalam saluran tataniaga tersebut. Biaya tataniagamerupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga dalam memasarkan kedelaidari petani sampai ke konsumen akhir. Biaya tataniaga tersebut meliputi biaya transportasi, tenagakerja, pengemasan dan retribusi. Keuntungan pemasaran merupakan selisih antara harga jualdengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga yang bersangkutan. Secara umumpetani menyalurkan kedelai melalui dua lembaga saluran tataniaga, yaitu pedagang pengumpuldan pedagang besar kabupaten. Pembahasan mengenai sebaran marjin tataniaga dibagi menjadisebaran marjin melalui pedagang pengumpul dan sebaran marjin melalui pedagang besarkabupaten. Saluran tataniaga kedelai yang melalui pedagang pengumpul yaitu saluran satu sampaisaluran lima (Tabel 1) dan saluran tataniaga yang melalui pedagang besar kabupaten yaitu saluranenam sampai saluran delapan (Tabel 2).

    Tabel 1 Marjin Tataniaga Kedelai Saluran Satu, Dua, Tiga, Empat dan Lima di KecamatanCiranjang

  • 8/13/2019 Makalah Tugas Manajemen Pascapanen - Analisis Rantai Nilai Kedelai

    9/16

    Tabel 2 Marjin Tataniaga Kedelai Saluran Enam, Tujuh dan Delapan di Kecamatan Ciranjang

  • 8/13/2019 Makalah Tugas Manajemen Pascapanen - Analisis Rantai Nilai Kedelai

    10/16

    Pangsa dan Net MarjinBerdasarkan sebaran marjin tataniaga kedelapan saluran tataniaga di atas,maka dapat

    dilihat persentase pangsa marjin (Tabel 3) dan persentasenet marjin (Tabel 4) yang diperolehsetiap pelaku pasar untuk masing-masing saluran tataniaga. Pangsa marjin digunakan untuk

    melihat besarnya marjin yang diperoleh pelaku pasar untuk setiap saluran tataniaga, pangsa marjindiperoleh dari marjin tataniaga masing-masing lembaga dibagi total marjin tataniaga dalam bentukpersen. Net marjin digunakan untuk mengetahui penyebaran marjin keuntungan pada setiappelaku pasar, net marjindihitung dari keuntungan tiap lembaga tataniaga dibagi total keuntungantataniaga dalam bentuk persen. Saluran tataniaga yang efisien ditunjukkan oleh perolehan marjinyang merata di setiap pelaku pasar.

    Tabel 3 menginformasikan pangsa marjin terbesar terdapat pada saluran tataniaga satudan saluran tataniaga dua dengan tujuan pengrajin tahu/tempe di Kabupaten Cianjur yangdiperoleh pedagang kecamatan dan pedagang kabupaten yaitu masing-masing sebesar 59.745persen. Pada saluran tataniaga satu dan dua terdapat dua pelaku pasar yaitu pedagang

    pengumpul dan pedagang kecamatan/kabupaten. Pada saluran tataniaga ini merupakan pangsamarjin terbesar dari kedelapan saluran tataniaga yang dibahas dan diperoleh pedagang kecamatandan pedagang kabupaten.

    Tabel 3 Persentase Pangsa Marjin Setiap Pelaku Tataniaga

    Tabel 4 menginformasikan sebarannet marjin pada saluran tataniaga satu dan duacenderung belum merata, terlihat dari pedagang pengumpul memperoleh 39.24 persen dan

    pedagang kecamatan 60.76 persen pada saluran satu. Sebaran net marjin pada saluran tiga,enam dan tujuh cenderung sudah merata. Saluran tataniaga lima yang merupakan saluranterpanjang, net marjin terendah diperoleh pedagang pengumpul sebesar 10.19 persen, dantertinggi pedagang kecamatan dan pedagang propinsi sebesar 43.29 persen.

  • 8/13/2019 Makalah Tugas Manajemen Pascapanen - Analisis Rantai Nilai Kedelai

    11/16

    Tabel 4 Persentase Net Marjin Setiap Pelaku Tataniaga

    Rasio Keuntungan dan BiayaTingkat efisiensi tataniaga dapat juga diukur melalui besarnya rasio keuntungan terhadap biayatataniaga yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga tataniaga. Nilai rasio dapat dilihat padaTabel 5, nilai yang tinggi artinya keuntungan yang diperoleh semakin tinggi . Rasio keuntungan danbiaya tataniaga paling tinggi terdapat pada saluran tataniaga tujuh dan delapan pada lembagapedagang kabupaten yaitu sebesar 14.87. Nilai rasio ini memberikan arti bahwa setiap satu rupiahperkilogram biaya tataniaga yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 14.87per kilogram. Rasio keuntungan terendah terdapat pada saluran tataniaga tiga pada tingkatpedagang pengecer yaitu sebesar 5.49.

    Pemetaan informasiInformasi pasar dan harga telah terjalin antar aktor dengan penjelasan sebagai berikut:

    1. Petani Informasi harga tidak diketahui oleh petani karena umunya pedagang pengumpul langsung

    mendatangi sawah dan rumah petani dengan penawaran harga terterntu. Sistem ini memberikankemudahan bagi petani tetapi petani tidak memiliki akses terhadap informasi pasar dan harga.Namun ada pula beberapa petani yang menjual langsung ke pedagang besar di pasar.2. Pedagang pengumpul

    Kedelai yang dijual ke pedagang pengumpul sebanyak 77,33% dari keseluruhan hasilproduksi kedelai di Ciranjang. Pedagang pengumpul mengetahui akses pasar dan harga.3. Pedagang kecamatan

    Pedagang kecamatan umumnya mendapatkan dari pedagang pengumpul yang telah

    menerima bantuan modal darinya namun ada pula petani yang langsung menjual ke pedagangkecamatan. Pedagang kecamatan memiliki informasi yang akurat tentang harga yang terjadikarena berhubungan langsung dengan pedagang besar provinsi.4. Pedagang besar kabupaten

    Pedagang kabupaten mendapatkan kedelai dari pedagang pengumpul atau pedagangkabupaten yang lain seperti pedagang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pedagang besarumunya mengetahui informasi harga yang akurat.5. Pedagang besar propinsi

    Pedagang besar propinsi ini berada di Bandung dan menerima pasokan kedelai daribeberapa pedagang besar kabupaten Cianjur (di Kecamatan Ciranjang), Subang, Karawang,Sukabumi Selatan, Garut, Tasik, Majalengka, dan Banjar, serta dari Jawa Tengah, Jawa Timur,Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi. Informasi harga yang dimiliki adalah inforasi harga terbaru

  • 8/13/2019 Makalah Tugas Manajemen Pascapanen - Analisis Rantai Nilai Kedelai

    12/16

  • 8/13/2019 Makalah Tugas Manajemen Pascapanen - Analisis Rantai Nilai Kedelai

    13/16

    IV. SALURAN PEMASARAN IMPOR

    Bagan Biaya dan Harga Jual Kedelai Impor melalui Distributor

    Bagan Biaya dan Harga Jual Kedelai Impor melalui Distributor

    Pemetaan R/C Saluran Pemasaran Kedelai Impor

  • 8/13/2019 Makalah Tugas Manajemen Pascapanen - Analisis Rantai Nilai Kedelai

    14/16

    V. PERBAIKAN

    Peluang pengembangan kedelai berdasarkan aspek panen dan pascapanen meliputi: (1)tuntutan terhadap hasil panen bermutu, (2) jenis olahan beragam, dan (3) industri produk olahanberbahan baku kedelai makin berkembang. Mutu hasil panen kedelai saat ini masih perluditingkatkan.

    Preferensi konsumen terhadap mutu kedelai semakin meningkat. Industri pengolahanproduk berbahan baku kedelai membutuhkan jenis kedelai yang bermutu tinggi sesuai denganproduk yang akan dihasilkan. Sebagian besar konsumen menghendaki biji besar/sedang, warnakuning mengkilap dan kebersihan biji. Varietas kedelai sesuai dengan kehendak konsumen dansesuai dengan bahan baku industri telah tersedia, biji besar/sedang, warna kuning mengkilap(Argomulya, Burangrang, Anjasmoro, Kaba) bahkan kedelai hitam yang sesuai dengan industrikecap juga telah tersedia (Merapi, Cikuray, dan Malika).

    Peluang pengembangan kedelai berdasarkan aspek distribusi dan pemasaran meliputi: (1)

    industri pengolahan kedelai berkembang, (2) jaringan transportasi memadai, dan (3) permintaankedelai terus meningkat. Berbagai macam produk olahan berbahan baku kedelai berkembangdengan pesat. Industri pengolahan bahan pangan (tahu, tempe, tauco, kecap, snack), farmasi(obat obatan), aplikasi dalam bidang teknik (industri) dan sebagai pakan ternak menyebabkankebutuhan akan kedelai semakin meningkat.

    Di Indonesia konsumsi tertinggi adalah untuk bahan industri tahu dan tempe. Berdasarkanperhitungan, konsumsi kedelai untuk tahu dan tempe pada tahun 2002 mencapai 1,776 juta tonatau 88% dari total kebutuhan dalam negeri. Sedang 12% sisanya dipergunakan berbagaikeperluan makanan olahan lain dan bahan baku industri lainnya. Jaringan transportasi sudah baikdan ditunjang oleh alat angkut yang memadai, sehingga memudahkan mobilitas bahan baku

    kedelai dari produsen ke konsumen.

    Saluran pemasaranBila melihat saluran pemasarn yang terjadi dari saluran pemasaran satu hingga delapan,

    maka saluran enam yaitu dari petani ke pedagang kabupaten ke pengecer dan terakhir kekonsumen merupakan saluran yang direkomendasikan karena memiliki perolehan total marginyang paling rendah yaitu 1000, dan meperlihatkan pangsa margin dan net margin yang meratamerata di tiap tingkat lembaga.

    Meningkatkan R/C ratio PetaniData BPS tahun 2011, menunjukan Indonesia memproduksi kedelai 851,29 ribu ton biji

    kering. Namun dari jumlah produksi ini tidak semuanya termanfaatkan. Masih tingginya susut yangterjadi tiap tahapan penanganan komoditas dalam baik secara kualitatif dan kuantitatif. Susutkuantitatif yang terjadi adalah susut hasil akibat tertinggal selama proses panen dan pascapanensedangkan kualitatif adalah penurunan mutu hasil akibat kerusakan material (butir rusak,berkecambah, biji keriput, biji belah, dan lain sebagainya). Petani memegang peran pentingsebagai penghasil kedelai. Petani akan melakukan rangkaian kegiatan pascapanen kedelai mulaidari panen, penjemuran, perontokan, dan pengangkutan Aktivitas yang dilakukan petani antara lainpanen, penjemuran, perontokan, pengankutan, dan penjualan. Susut pascapanen terjadi dalamsetiap rangkaian aktivitas ini. Dan susut dari perontokan erupakan susut terbesar yaitu mancapai7% (Purwadaria, 1989). Bila susut ini mampu ditekan mejadi 4% denga penambahan thresher

  • 8/13/2019 Makalah Tugas Manajemen Pascapanen - Analisis Rantai Nilai Kedelai

    15/16

    Harga Rp. 3500ProduksiPanenPengeringanPerontokanPengangkutan

    maka nilai tambah kedelai bagi petani dapat ditingkatkan. Sebagai contoh peningkatan R/C ratiopetani yang terjadi pada saluran pemasaran no 6.

    1. PetaniKeadaan awal dengan susut perontokan 7%

    KegiatanPetani Kabupaten Pengecer

    Input Panen Pengeringan Perontokan Transport TransportProduk Kedelai pecah kulitTeknologi Manual Manual Manual Angkutan AngkutanSusut (%) 7

    Biaya (Rp/kg) 2056,75 72 65

    Nilai loss 245

    Total biaya 2301,75 3572 4065Harga jual 3500 4000 4500Keuntungan 1198,25 428 435R/C 1,52 1,12 1,10

    Keadaan akhir dengan susut perontokan 4%

    KegiatanPetani Kabupaten Pengecer

    Input Panen Pengeringan Perontokan Transport TransportProduk Kedelai pecah kulitTeknologi Manual Manual Thresher Angkutan AngkutanSusut (%) 4

    Biaya (Rp/kg) 2056,75 80 72 65

    Nilai loss 140

    Total biaya 2276,75 3572 4065Harga jual 3500 4000 4500Keuntungan 1198,25 428 435R/C 1,54 1,12 1,10

    Harga Rp. 4000PembelianPenjualanPenyimpananPengangkutan

    Harga Rp. 4500PembelianPenjualanPenyimpanan

    Pembelian

  • 8/13/2019 Makalah Tugas Manajemen Pascapanen - Analisis Rantai Nilai Kedelai

    16/16

    Distribusi informasiDilihat dari distribusi informasinya , petani memiliki sedikit akses informasi pasar dan harga.

    Pedagang besar yag memiliki akses kuat dalam inforasi. Oleh karenya diperlukan akses petaniterhadap informasi pasar dan harga salah satunya dengan membuats sistem informasi pasar dan

    harga yang bisa diinisiasi oleh pemerintah Kabupaten Ciranjang.

    VI. KESIMPULAN

    1. Saluran pemasaran kedelai impor memberikan nilai R/C ratio yang lebih merata dibanding kedelai lokal. Sehingga dalam pengembangan kedelai lokal diharapkan memilikisaluran pemasaran yang lebih pendek sehingga lebih efisien.

    2. Perbaikan pascapanen dapat dilakukan dengan menggunakan thresher yang dapatmeningkatkan R/C ratio.

    DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, T. 2009. Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. Http:\\www.litbang.deptan.co.id. ACIAR. 2012.Membuat Rantai Nilai Lebih Berpihak pada Kaum Miskin. ACIAR. AustraliaBlocher/Chen/Lin, 1999. Diterjemahkan oleh A. Susty Ambarriani, 2000. Manajemen Biaya. Jilid

    1. Penerbit Salemba: Empat Jakarta.Handayani D. 2007.Simulasi Kebijakan Daya Saing Kedelai Lokal Pasar Domestik. Tesis. Sekolah

    Pascasarjana IPBhttp://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/09/20/gambaran-harga-kedelai-di-setiap-titik-rantai-

    pasok-id0-1379647151.pdfan

    Hansen, and Mowen, 2000. Management Biaya; Akuntansi dan Pengendalian, alih bahasaTim Salemba Empat: Jakarta.

    Nurmeyda, 2010. Permintaan Industri Tempe Terhadap Kualitas Bahan Baku Kedelai diKotaBanda Aceh. Skripsi Fakultas Pertanian Unsyiah, Banda Aceh.

    Meryani N. 2008. Analisis Usahatani dan Tataniaga Kedelai Di Kecamatan Ciranjang, KabupatenCianjur, Jawa barat

    Porter, Michael E. 1985. Competitive Advantage Creating a Sustaining SuperiorPerformance, New York: The Free Press.

    Sarwono B. 2004. Membuat Tempe dan Oncom. Penebar Swadaya. Jakarta.Shank, Jhon K., Govindarajan Vijay. 2000. Strategic Cost Management and the Value

    Chain., Thomson Learning: USA.UNIDO. 2011.Pro-Poor Value Chain Development . UNIDO. AustriaZakiah. 2012. Preferensi dan Permintaan Kedelai pada Industri dan Implikasinya terhadap

    Manajemen Usaha Tani. MIMBAR, Vol. XXVIII, No. 1 (Juni, 2012): 77-84.

    http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/09/20/gambaran-harga-kedelai-di-setiap-titik-rantai-pasok-id0-1379647151.pdfanhttp://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/09/20/gambaran-harga-kedelai-di-setiap-titik-rantai-pasok-id0-1379647151.pdfanhttp://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/09/20/gambaran-harga-kedelai-di-setiap-titik-rantai-pasok-id0-1379647151.pdfanhttp://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/09/20/gambaran-harga-kedelai-di-setiap-titik-rantai-pasok-id0-1379647151.pdfanhttp://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/09/20/gambaran-harga-kedelai-di-setiap-titik-rantai-pasok-id0-1379647151.pdfan