Makalah Teory Maslow
-
Upload
farhan-fuadi -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
description
Transcript of Makalah Teory Maslow
Makalah Teory Maslow
A. Pendahuluan
Setiap manusia pada hakikatnya mempunyai sejumlah kebutuhan yang pada saat-saat
tertentu menuntut pemuasan, dimana hal-hal yang dapat memberikan pemuasan pada suatu
kebutuhan adalah menjadi tujuan dari kebutuhan tersebut. Prinsip yang umum berlaku bagi
kebutuhan tersebut. Prinsip yang umum berlaku bagi kebutuhan manusia adalah setelah m ini
timbul menuntut pemuasan lagi. Kemunculan kembali ini dapat dalam bentuk tujuan yang sama
ataupun dengan tujuan yang sudah berubah. Umpamanya kebutuhan faal seperti makan, setelah
seseorang makan, dalam waktu beberapa jam kemudian ia akan merasa lapar kembali.1[1]
Kebutuhan-kebutuhan manusia pada umumnya dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
Kebutuhan Primer, yang pada umumnya merupakan kebutuhan faal, seperti lapar, haus, seks,
tidur, dan lain-lain. Semua ini adalah kebutuhan faal yang merupakan syarat kelangsungan hidup
seseorang. Kebutuhan-kebutuhan semacam ini timbul dengan sendirinya atau sudah ada sejak
seseorang lahir. Kebutuhan Sekunder, yang timbul dari interaksi antara orang dengan
lingkungannya seperti kebutuhan untuk bersaing, bergaul, bercinta, ekspresi diri, harga diri dan
dan lain-lain. Kebutuhan sekunder inilah yang paling banyak berperan dalam motivasi
seseorang.2[2]
B. Riwayat Hidup A. Maslow
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 01 April 1908.
Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orangtua yang tidak mengenyam
pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang berkembang
dibanding anak lain sebayanya. Ia merasa terisolasi dan tidak bahagia pada masa itu. Ia
1[1] Pandji Anoraga, Psikologi Kerja, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, hal. 34.
2[2] Ibid., hal. 127.
bertumbuh di perpustakaan di antara buku-buku.Ia awalnya berkuliah hukum, namun pada
akhirnya, ia memilih untuk mempelajari psikologi dan lulus dari Universitas Wisconsin. Pada
saat ia berkuliah, ia menikah dengan sepupunya yang bernama Bertha pada bulan desember 1928
dan bertemu dengan mentor utamanya yaitu profesor Harry Harlow.Ia memperoleh gelar
bachelor pada 1930, master pada 1931, dan Ph.D pada 1934. Maslow kemudian memperdalam
riset dan studinya di Universitas Columbia dan masih mendalami subjek yang sama. Di sana ia
bertemu dengan mentornya yang lain yaitu Alfred Adler, salah satu kolega awal dari Sigmund
Freud. Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn College. Di New
York, ia bertemu dengan dua mentor lainnya yaitu Ruth Benedict seorang antropologis, dan Max
Wertheimer seorang Gestalt psikolog, yang ia kagumi secara profesional maupun personal.
Kedua orang inilah yang kemudian menjadi perhatian Maslow dalam mendalami perilaku
manusia, kesehatan mental, dan potensi manusia. Ia menulis dalam subjek-subjek ini dengan
mendalam. Tulisannya banyak meminjam dari gagasan-gagasan psikologi, namun dengan
pengembangan yang signifikan. Penambahan tersebut khususnya mencakup hirarki kebutuhan,
berbagai macam kebutuhan, aktualisasi diri seseorang, dan puncak dari pengalaman. Maslow
menjadi pelopor aliran humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar tahun 1950 hingga
1960-an. Pada masa ini, ia dikenal sebagai "kekuatan ke tiga" di samping teori Freud dan
behaviorisme. Maslow menjadi profesor di Universitas Brandeis dari 1951 hingga 1969, dan
menjabat ketua departemen psikologi di sana selama 10 tahun. Di sinilah ia bertemu dengan Kurt
Goldstein (yang memperkenalkan ide aktualisasi diri kepadanya) dan mulai menulis karya-
karyanya sendiri. Di sini ia juga mulai mengembangkan konsep psikologi humanistik. Ia
menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai akhirnya ia meninggal karena serangan
jantung pada 8
Juni 1970. Kemudian, Pada tahun 1967, Asosiasi Humanis Amerika menganugerahkan gelar
Humanist of the Year.3[3]
C. Mengeksplorasi Motivasi
Seorang pemuda Kanada, Terry Fox, menyelesaikan lari jarak jauh yang luar biasa dalam
sejarah. Dia rata-rata berlari sejauh jarak lari maraton (26,2 mil) setiap hari selama lima bulan,
dan karenanya menempuh total 3359 mil melintasi Kanada. Apa yang membuatnya menjadi luar
biasa adalah karena Terry Fox kehilangan satu kaki akibat kanker sebelum dia lari, dan
karenanya dia lari dengan bantuan kaki palsu. Terry Fox jelas orang yang penuh motivasi itu
sesungguhnya?
Apa Motivasi Itu?
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya,
perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
Mengapa Terry Fox menyelesaikan larinya? Ketika Terry masuk rumah sakit karena kanker, dia
berkata kepada dirinya sendiri sendiri bahwa jika dia bias bertahan hidup maka dia akan
melakukan sesuatu untuk membantu mendanai riset kanker. Jadi, motivasi dari tindakannya
berlari itu adalah untuk memberi tujuan bagi hidupnya dengan membantu orang lain yang
mengidap kanker. Tindakan Terry Fox dilakukan dengan semangat, punya arah (Tujuan) dan
gigih (bertahan lama). Selama berlari melintasi Kanada dia menjumpai banyak rintangan ;angin
kencang, hujan lebat, salju, dan jalan es. Karena kondisi ini, dia rata-rata hanya menempuh 8 mil
selama bulan pertama, jauh dari yang direncanakannya. Tetapi dia terus bertahan dan
mempercepat langkahnya pada bulan kedua sampai dia kembali ke jalur tujuannya. Tindakannya
3[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow/27/10/2011.
merupakan contoh dari bagaimana motivasi dapat membantu kita bertahan dan mencapai
sesuatu.4[4]
Kisah Terry Fox digambarkan dalam film The Power of Purpose. Seorang guru grade
enam memperlihatkan film itu kepada anak didiknya dan meminta muridnya untuk menulis apa
yang mereka pelajari dari film tersebut. Seorang murid menulis, “ Saya mempelajari bahwa jika
sesuatu buruk terjadi pada Anda, anda harus terus maju, terus mencoba. Bahkan jika tubuh Anda
sakit, semangat anda tidak boleh lenyap.”
Mari kita lihat contoh lain dari motivasi. Lance Armstrong adalah pembalap sepeda yang
hebat tetapi kemudian dia didiagnosis mengidap kanker pada 1996. Peluang kesembuhannya
diperkirakan kurang dari 50 persen saat pembalap sepeda itu mengikuti kemoterapi dam
emosinya memburuk. Akan tetapi, Lance pulih dari penyakit itu dan bertekad memenangkan
lomba Tour de France sejauh kurang lebih 2.000 mil, sebuah lomba balap sepeda paling
bergengsi di dunia. Hari demi hari Lance berlatih keras, terus betekad memenangkan lomba itu.
Lance kemudian berhasil memenangkan lomba balap Tour de Franc bukan hanya sekali, tetapi
empat kali-pada 1999,2000,2001 dan 2002.
Seperti contoh Terry Fox dan Lance Armstrong, motivasi murid di kelas berkaitan
dengan alas an dibalik perilaku murid dan sejauh mana perilaku mereka diberi dengan semangat,
punya arah dan dipertahankan dalam jangka lama. Jika murid tidak menyelesaikan tugas karena
bosan, maka dia kekurangan motivasi. Jika murid menghadapi tantangan dalam penelitian dan
penulisan makalah, tetapi sia terus berjuang dan mengatasi rintangan , maka dia punya motivasi
besar.5[5]
4[4] John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2008., hal. 69.
5[5] Ibid., hal. 69.
Firman Rija Arha
D. Pengertian Motivasi
Motivasi dalam teori Maslow adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu
yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan dari apa yang dibutuhkannya. Teori
motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan
bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi
kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini,
apabila seorang pemimpin ataupun pendidik bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang,
ia harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan
dimotivasinya.6[6]
E. Hierarki Kebutuhan Maslow
Mengingat bahwa orang mempunyai banyak kebutuhan, mana yang mereka coba puaskan
pada setiap saat tertentu? Untuk memprediksikan hal ini, Maslow mengusulkan hierarki
kebutuhan. Dalam teori Maslow, kebutuhan yang lebih rendah dalam hierarki ini harus
dipuaskan setidaknya sebagian sebelum seseorang nantinya mencoba memuaskan kebutuhan
tingkat yang lebih tinggi. Misalnya, orang lapar atau orang yang berada dalam bahaya fisik akan
kurang peduli untuk mempertahankan citra diri positif daripada untuk memperoleh makanan atau
keselamatan; tetapi begitu orang itu tidak lagi merasa lapar atau takut, kebutuhan harga diri
mungkin menjadi yang terpenting.7[7]
6[6] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, hal. 77.
7 [7] Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan (Teori dan Praktik), Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media, 2009, hal. 109.
Maslow mengidentifikasi dua jenis kebutuhan: yaitu kebutuhan pokok dan kebutuhan
pertumbuhan. Orang termotivasi untuk memuaskan kebutuhan pokok tersebut sebelum
memuaskan kebutuhan pertumbuhan (pemenuhan kebutuhan pokok).8[8]
Sebagai seorang pakar psikologi, Abraham Maslow mengemukakan teori motivasi
mengenai kebutuhan manusia. Menurut teori ini, ada lima tingkatan kebutuhan dalam diri
manusia (pokok) mulai dari yang paling dasar sampai ke yang paling tinggi , yaitu: kebutuhan
fisiologis, kebutuhan memperoleh rasa aman, kebutuhan rasa memiliki dan rasa cinta,
kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kelima jenis kebutuhan itu merupakan
jenjang yang saling terkait, dan mendorong individu untuk melakukan berbagai tindakan.9[9]
Teori Kebutuhan dasar yang dikembangkan oleh Abraham Maslow adalah:
a. Kebutuhan-Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis juga disebut kebutuhan jasmaniah (biologi), yaitu kebutuhan
manusia yang erat hubungannya dengan proses kehidupan jasmaniah. Kebutuhan ini sifatnya
sangat primer dan universal, artinya mutlak harus dipenuhi oleh siapa saja, kapan saja, dan
dimana saja. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka kelangsungan hidup manusia akan
terancam dan dapat membawa kematian. 10[10]
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan vital, yang
menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan
pangan, sandang, dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan seks, dan lain-lain.11[11]
8[8] Ibid., hal. 109.
9[9] Muhammad Surya, Psikologi Konseling, Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy, 2003, hal. 112.
10[10] Ibid., hal. 112.
11[11] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan..., hal. 78.
Tidak perlu diragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan paling kuat.
Tegasnya ini berarti bahwa pada diri manusia yang selalu merasa kurang dalam kehidupannya,
kebutuhan fisiologislah dan bukan yang lain, yang merupakan motivasi terbesar. Seseorang yang
kekurangan makanan, keamanan, kasih sayang dan penghargaan besar kemungkinan akan lebih
banyak membutuhkan makanan dari yang lainnya.
Apabila semua kebutuhan kurang dipenuhi, dan organisme itu didominasi oleh kebutuhan
pokok, kebutuhan lainnya mungkin tidak akan ada sama sekali atau terdesak ke
belakang. Maka layaklah untuk memberikan ciri pada seluruh organisme itu dengan semata-mata
mengatakan bahwa ia lapar, karena kesadaran itu hampir seluruhnya didahului oleh rasa lapar.
Bagi orang yang sangat kelaparan tidak ada perhatian lain kecuali makanan.12[12]
b. Kebutuhan akan Keselamatan
Apabila kebutuhan fisiologis relatif telah terpenuhi, maka akan muncul seperangkat
kebutuhan baru, yang kurang lebih dapat kita kategorikan dalam kebutuhan akan keselamatan
(keamanan, kemantapan, ketergantungan, perlindungan, bebas dari rasa takut, hukum, dan lain-
lain). Semua yang telah dibiccarakan tentang kebutuhan fisiologis juga berlaku bagi kebutuhan-
kebutuhan ini, sekalipun dalam taraf yang lebih kecil. Organisme juga dapat didominasi
seluruhnya oleh kebutuhan ini. Kebutuhan ini hampir-hampir merupakan pengatur perilaku yang
eksklusif, yang menyerap semua kapasitas organisme dalam usaha memuaskan kebutuhan itu,
dan layaklah apabila organisme itu kita gambarkan sebagai suatu mekanisme pencari
keselamatan. Mereka yang menerima, yang menimbulkan efek, yang memiliki kapasitas-
kapasitas lainnya menjadi alat pencari keselamatan. Seperti pada orang lapar, kita juga
mendapati tujuan dominan yang merupakan faktor penentu yang kuat, tidak hanya bagi
12[12] Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993, hal. 45.
pandangan terhadap dunia dan falsafahnya di masa kini, tetapi juga di masa depan. Hampir
semua hal kelihatannya kurang penting dibanding keselamatan dan perlindungan (bahkan
kadang-kadang juga kebutuhan-kebutuhan fisiologis, yang karena telah terpenuhi, sekarang
dianggap kurang berarti). Seseorang yang mengalami keadaan demikian dengan cukup ekstrem
dan cukup sinambung, dapat disebut sebagai orang yang hidup demi keselamatan semata.13[13]
Dengan terpenuhinya kebutuhan ini, orang akan merasa berada dalam situasi yang
tentram bebas dari ketegangan. Banyak orang yang terdorong dan betah dalam situasi tertentu
seperti pekerjaan, pendidikan, dalam keluarga, karena dapat menimbulkan rasa aman dan
tentram. Dan sebaliknya banyak pula orang yang merasa gelisah dalam melaksanakan tugasnya
karena di dalamnya tidak terdapat rasa aman.14[14]
c. Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan Rasa Cinta
Apabila kebutuhan fisiologis dan keselamatan cukup terpenuhi, maka akan muncul
kebutuhan akan cinta, rasa kasih dan rasa memilliki. Sudah merupakan kodratnya bahwa
manusia akan tergantung kepada manusia lain. Maka kini orang akan sangat merasakan
ketiadaan kawan, kekasih, isteri, atau anak. Ia haus akan hubungan yang penuh kasih dengan
orang-orang pada umumnya, yakni haus akan suatu tempat dalam kelompok atau keluarganya
sehingga ia akan berikhtiar lebih keras lagi untuk mencapai tujuan ini. Ia akan berupaya
mendapatkan tempat seperti itu lebih daripada yang lainnya di dunia ini, dan mungkin dengan
melupakan bahwa, ketika ia lapar, iaa pernah mencemoohkan cinta sebagai sesuatu yang tidak
nyata, tidak perlu atau tidak penting. Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian
itu, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak menentu.15[15]
13[13] Ibid., hal. 47-48.
14[14] Muhammad Surya, Psikologi Konseling..., hal. 113.
15[15] Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian..., hal. 53.
d. Kebutuhan akan Harga Diri
Semua orang dalam masyarakat kita mempunyai kebutuhan dan keinginan akan penilaian
mantap, berdasar dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa hormat diri, atau harga diri, dan
penghargaan dari orang lain. Kebutuhan-Kebutuhan ini dapat diklasifikasikan dalam dua
perangkat tambahan. Yakni, pertama: keinginan akan kekuatan, prestasi, kecukupan, keunggulan
dan kemampuan, kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi dunia serta kemerdekaan dan
kebebasan. Kedua: kita memiliki apa yang disebut hasrat akan nama baik atau gengsi, prestise
(yang dirumuskan sebagai penghormatan dan penghargaan dari orang lain), staus, ketenaran dan
kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian, arti yang penting, martabat atau apresiasi.16[16]
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (perwujudan diri)
Meskipun semua kebutuhan ini telah dipenuhi, kita masih sering merasa bahwa perasaan
tidak puas dan kegelisahan baru akan segera berkembang, kecuali apabila orang itu melakukan
apa yang secara individual sesuai baginya. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai
orang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang
musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis.” Kebutuhan ini
membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang,
kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak dicintai atau
diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apa orang itu gelisah tentang.
Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri. 17
[17]
Aktualisasi diri adalah kemampuan seseorang mengembangkan potensi penuhnya.
Aktualisasi diri dicirikan oleh penerimaan terhadap diri sendiri dan orang-orang lain, spontanitas,
16[16] Ibid., hal. 55.
17[17] Ibid., hal. 56.
keterbukaan, kreatifitas, akspresi diri, hubungan yang relatif mendalam tetapi demokratis dengan
orang lain, kreativitas, humor dan kebebasan.18[18]
Tingkatan atau hirarki kebutuhan dari Maslow ini tidak dimaksud sebagai suatu kerangka
yang dapat dipakai setiap saat, tetapi lebih merupakan kerangka acuan yang dapat digunakan
sewaktu-waktu bilamana diperlukan untuk memprakirakan tingkat kebutuhan mana yang
mendorong seseorang yang akan dimotivasi (bertindak melakukan sesuatu).
Di dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengamati bahwa kebutuhan manusia itu
berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan tingkat kebutuhan itu antara
lain latar belakang pendidikan, tinggi-rendahnya kedudukan, pengalaman masa lampau,
pandangan atau falsafah hidup, cita-cita dan harapan masa depan dari tiap individu.19[19]
Berdasarkan urutan tingkat kebutuhan menurut teori Maslow kehidupan tiap manusia
dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada mulanya kebutuhan manusia yang paling mendesak
adalah kebutuhan fisiologis seperti pangan, sandang, papan, dan kesehatan. Jika kebutuhan
fisiologis ini telah terpenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan berikutnya yang mendesak ialah
kebutuhan akan rasa aman dan terlindung. Apabila kebutuhan ini pun telah terpenuhi sehingga
tidak dirasakan lagi sebagai kebutuhan yang mendesak, maka timbul kebutuhan berikutnya yang
mendesak, yaitu kebutuhan rasa memilki dan rasa cinta. Jika kebutuhan ini pun telah terpenuhi
tidak terasa lagi sebagai kebutuhan mendesak, timbul kebutuhan lain yang mendesak, yaitu
kebutuhan akan penghargaan atau prestasi. Demikian seterusnya sampai kepada tingkat
kebutuhan aktualisasi diri: ingin menjadi orang ternama, terkenal di seluruh negara atau dunia.
Namun, janganlah diartikan bahwa kehidupan tiap manusia itu akan mengikuti urutan
kelima tingkatan kebutuhan Maslow itu secara teratur dari tingkat kebutuhan fisiologis sampai
18[18] Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan (Teori dan Praktik)..., hal. 109.
19[19] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan..., hal. 78.
dengan tingkat kebutuhan aktualisasi diri. Proses kehidupan manusia itu berbeda-beda dan tidak
selalu menuruti garis lurus yang meningkat. Kadang-kadang melompat dari tingkat kebutuhan
tertentu ke tingkat kebutuhan lain dengan melampaui tingkat kebutuhan yang berada di atasnya.
Dengan demikian, pada saat-saat tertentu tingkat kebutuhan seseorang berbeda dengan orang
lain.20[20]
Di samping kebutuhan pokok yang serba kekurangan, Kebutuhan pertumbuhan pun
muncul berupa kebutuhan untuk mengetahui, menghargai, dan memahami, yang dicoba puaskan
orang setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pertumbuhan diantaranya adalah: kebutuhan
untuk mengetahui dan memahami, kebutuhan estetis.21[21]
a. Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami
Meski kita sudah tahu, setiap menit kita terdorong mengetahui segala sesuatu secara
terperinci dan lebih banyak, dan sebaliknya, mengetahui secara umum arah filsafat dan teologi
dunia. Fakta yang kita peroleh, bila fakta ini terisolasi akhirnya akan dibuat teorinya dan
dianalisis atau diatur atau keduanya. Oleh beberapa kalangan, proses ini diistilahkan sebagai
proses mencari makna. Kita lalu akan mempunyai hasrat memahami, membuat sistem,
mengorganisasi, menganalisis, mencari hubungan dan makna. Kita lalu akan mempunyai hasrat
memahami, membuat sistem, mengorganisasi, menganalisis, mencari hubungan dan makna,
untuk membuat sistem nilai.
Maslow mengakhiri kesimpulannya dengan peringatan agar tidak membuat pemisahan
yang terlalu tajam antara hierarki kognitif dan konatif (kebutuhan pokok).
b. Kebutuhan estetika
20[20] Ibid., hal. 79.
21[21] Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan (teori dan praktik)..., hal. 109.
Beberapa individu benar-benar memiliki kebutuhan estetika dasar. Mereka menjadi sakit
(dengan cara khusus) bila berada dalam lingkungan yang jelek, dan disembuhkan oleh
lingkungan indah; mereka aktif memenuhi keinginan mereka, dan keinginan mereka hanya dapat
dipuaskan oleh keindahan.22[22]
F. Implikasi Teori Maslow bagi Kehidupan
Pentingnya teori Maslow bagi pendidikan terdapat dalam hubungan antara kebutuhan
dasar (kekurangan) dan kebutuhan pertumbuhan. Jelas, siswa yang sangat kelaparan atau berada
dalam bahaya fisik akan mempunyai sedikit energi psikologi untuk dikerahkan ke dalam
pembelajaran. Sekolah dan lembaga pemerintah mengakui bahwa , kalau kebutuhan dasar siswa
tidak terpenuhi, pembelajaran akan menderita. Mereka telah menanggapinya dengan
menyediakan program sarapan dan makan siang gratis. Namun, kebutuhan kekurangan yang
terpenting adalah kebutuhan akan cinta dan harga diri. Siswa yang tidak merasa bahwa mereka
dicintai dan bahwa mereka tidak mampu tidak akan mungkin mempunyai motivasi yang kuat
untuk mencapai sasaran pertumbuhan tingkat lebih tinggi, seperti pencarian pengetahuan dan
pemahaman pada dirinya atau kreativitas dan keterbukaan pada gagasan baru yang merupakan
karakteristik orang yang mengaktualisasikan diri. Siswa yang tidak yakin dengan kelayakannya
dicintai dan kemampuannya akan cenderung mengambil pilihan yang aman: Berpihak pada
orang banyak, belajar untuk ujian tanpa ketertarikan untuk mempelajari gagasan, menulis esai
yang sudah dapat ditebak tetapi tidak kreatif, dan seterusnya. Guru dapat menenangkan siswa
dan membuat mereka merasa diterima dan dihormati sebagai individu mempunyai kemungkinan
yang lebih besar (dalam pandangan Maslow) untuk membantu mereka gemar belajar demi
22[22] John Adair, Kepemimpinan yang memotivasi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006. hal. 53.
pembelajaran dan bersedia mengambil resiko bersikap kreatif dan terbuka terhadap gagasan baru.
Apabila siswa ingin menjadi pelajar yang menentukan arah sendiri, mereka harus percaya bahwa
guru akan menanggapi mereka dengan adil tidak akan ditertawakan atau dihukum karena
kesalahan yang jujur.23[23]
DAFTAR PUSTAKA
Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993.
John Adair, Kepemimpinan yang memotivasi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2008.
Mohammad Surya, Psikologi Konseling, Jakarta: CV Pustaka Bani Quraisy, 2003.
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Pandji Anoraga, Psikologi Kerja, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.
Robert E. Salvin, Psikologi Pendidikan (teori dan praktik), Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media,
2009.
http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow/ tanggal di akses 27/10/2011.
23[23] Robert E. Salvin, Psikologi Pendidikan (teori dan praktik)..., hal. 110.