makalah tentang belajar

16
1 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Hidayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam  pendidikan dalam profesi keguruan. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan  pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah i ni. Jambi, 15 Septermber 2014 Penyusun

Transcript of makalah tentang belajar

KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Hidayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan dalam profesi keguruan.Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 15 Septermber 2014PenyusunDAFTAR ISIKATA PENGANTAR1DAFTAR ISI2BAB 1. PENDAHULUAN 3 BAB 1.1 LATAR BELAKANG 3 BAB 1.2 RUMUSAN MASALAH 4 BAB 1.3 TUJUAN 4II. PEMBAHASAN 5III. PENUTUP 14DAFTAR PUSTAKA 15

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangAdanya kemapuan untuk belajar dan menurunkan kemampuan belajar antar generasi merupakan ciri penting manusia yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya. Kemampuan belajar telah memberikan banyak manfaat bagi perkembangan peradaban manusia baik secara individual maupun kelompok (masyrakat).secara individual, kemampuan belajar dapat mengantarkan seseorang pada perkembangan pribadi yang mengarah pada tebentuknya pola kecakapan intelektual, kecakapan hidup, serta penguasaan keterampilan-keterampilan tertentu. Berkaitan dengan hal ini, maka tidaklah mengherankan jika ada seorang dokter yang menguasai keterampilan lain selain keterampilan profesinya, misalnya keterampilan dalam memasak, mengajar, dan lainnya. Bagi masyarakat, kegiatan belajar memainkan peranan penting dalam proses pewarisan nilai-nilai budaya antar generasi. Hasil yang diperoleh dari proses belajar baik berupa temuan-temuan ilmiah maupun hasil coba-coba yang berlangsung terus menerus dari waktu ke waktu selalu terwariskan dan terus berkembang dari generasi ke generasi. Hal inilah yang menjadikan masyrakat manusia selalu berkembang secara dinamis dari waktu ke waktu atau dari generasi ke generasi berikutnya.Proses belajar dan pembelajaran merupakan dua istilah yang selalu berkaitan. Agar proses pembelajaran dapat belangsung, maka mesti ada peserta didik yang belajar dan pendidik yang berperan sebagai perancang, penilai proses dan hasil pembelajaran. Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati (dialami ) oleh orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain. Selain itu, belajar sering juga dimaknai sebagai adanya perolehan ketrampilan dan ilmu pengetahuan. Seiring dengan perkembangan mutakhir yang didukung oleh hasil kajian neurofisiologi dan neuropsikologi makna belajar lebih luas yakni melibatkan kemampuan memproses informasi, menalar, dan mengembangkan pemahaman serta meningkatkan penguaasaan keterampilan dalam proses pembelajaran.Istilah pembelajaran lebih dipengaruhi oleh perkembangan teknologi untuk kebutuhan belajar, dimana peserta didik difasilitasi untuk dapat berkreativitas secara individual maupun kelompok dalam proses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik. Untuk menciptakan dan menghasilkan kegiatan belajar dan pembelajaran yang berprestatif dan menyenangkan, perlu diketahui berbagai landasan yakni prinsip-prinsip maupun teori belajar.Proses pembelajaran dewasa ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-holistik yang menempatkan peserta didik sebagai pusat kegiatan atau subjek belajar. Seiring dengan hal ini, perkembangan teknologi yang sangat pesat semakin mempermudah peserta didik dalam belajar. Kemajuan teknologi harus mampu dimanfaatkan guna meningkatkan hasil belajar, tanpa melupakan prinsip-prinsip belajar. Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi peserta didik maupaun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.1.2Rumusan MasalahDari Latar belakang masalah yang telah diuraikan, diberikan beberapa pokok rumusan masalah, yaitu sebagai berikut:1. Apa yang dimaksud belajar ?2. Apa saja teori teori belajar ?3. Apa saja bentuk bentuk belajar ?1.3TujuanDari rumusan masalah di atas, diberikan beberapa tujuan dari perumusan masalah, yaitu sebagai berikut:1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari belajar secara luas ataupun khusus.2. Mengetahui konsepsi dan macam macam teori tentang belajar3. Untuk mengetahui bentuk bentuk belajar

BAB IIPEMBAHASAN

A.Pengertian BelajarBelajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik. Arti dari disengaja sebenarnya proses belajar timbul karena ada suatu niatan. Sedangkan perubahan itu misalnya, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan sesuatu dan lain sebagainya. Perubahan tersebut adalah perubahan yang timbul karena adanya pengalaman dan latihan. Jadi belajar bukanlah suatu hasil, akan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan menuntut ilmu. Proses belajar adalah mengalami, berbuat mereaksi dan melampaui (under going). Adapun Pengertian dari belajar menurut para ahli yaitu:1) Witherington (1952) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadianyang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentukketerampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. 2) Wingkel, 1987 menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas mental & psikis dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku pada diri sendiri.Belajar adalah suatu proses/usaha sadar yang dilakukan olehindividu untuk menghasilkan perubahan tingkah laku baik dalam aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap dan nilai) maupun psikomotor (keterampilan) sebagai hasil interaksinyadengan lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu. 3) Moh. Surya (1997) menyatakan bahwa belajar diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalamberinteraksi dengan lingkungannya.4) (Walra, rochmat, 1999:24) Belajar ialah Suatu aktifitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen. Dari pengertian belajar menurut para ahli di atas dapat diuraikan bahwa pada proses belajar terjadi penyesuaian dari pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan baru. Dengan kata lain, ada tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat, apakah pengetahuan yang kita miliki masih relevan atau kita harus memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan zaman.Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan manusia. Dalam ilmu psikologi, proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah (manners or operation) khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai tujuan tertentu. (Rober ,1988, dalam Muhibin,1995). Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri peserta didik. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.

B.Teori BelajarPara psikologi pendidikan memunculkan istilah teori belajar setelah mereka mengalami kesulitan ketika akan menjelaskan proses belajar secara menyeluruh. Berawal dari kesulitan tersebut munculah beberapa persepsi berbeda dari para psikolog, sehingga menghasilkan dalil-dalil yang memiliki inti kalau teori belajar adalah alat bantu yang sistematis dalam proses belajar.[1]Teori-teori belajar dikalangan psikolog bersifat eksperimental, dimana teori yang mereka kemukakan hanyalah berupa pendapat dari pengalaman mereka ketika dalam kegiatan belajar berlangsung. Dari interaksi tersebut, para psikolog menyusun proposisi yang mereka tekuni sehingga menghasilkan madzhab yang mereka ciptakan itu bisa digunakan sebagai landasan pola pikir mereka. Ada beberapa macam teori teori belajar, yaitu :1. Teori BehaviorismeBehaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadapa teori psikologi daya dan teori mental state. Sebabnya ialah karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi kesadaran saja.Menurut aliran behaviorisme, bahwa:1) The image and memories consist of activites engaged in by the organism. We wake certain responses, we act and this activities are knnown as images.2) Behaviorism in psikology is merely the name for that type of investigation and theory which assumes that mens educational, vocation and social activities can be completely described or explained as the result of same (and other) forces used in the natural sciences.Didalam behaviorisme masalah matter (zat) menempati kedudukan yang utama. Jadi, melalui kelakuan segala sesuatu tentang jiwa dapat diterangkan. Dengan memberikan rangsangan (stimulus) maka siswa akan merespons. Hubungan antara stimulus respons ini akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis pada belajar. Dengan latihan-latihan maka hubungan-hubungan itu akan semakin menjadi kuat. Inilah yang disebut S-R Bond Theory.Keberatan terhadap teori ini adalah karena teori ini menekankan pada refleks dan otomatisasi dan melupakan kelakuan yang bertujuan (a purposive behavior).[footnoteRef:1] [1: Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm., 38-39 ]

2. Teori Pembiasaan KlasikTeori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936), pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut.[footnoteRef:2] [2: Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, hlm., 104]

Pavlov mengadakan percobaan terhadap anjing yang diberi stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing. Dari hasil percobaannya, sinyal (pertanda memainkan peran yang sangat penting dalam akdaptasi hewan terhadap sekitarnya.Teori Classical conditioning yang ditemukan pavlov didasarkan pada tiga proses, yaitu: pertama, penyamarataan (generalization) sebab respon dikondisikan dengan kehadiran stimulus yang sama melalui keluarnya air liur; kedua, perbedaan (discimination) untuk merespon apabila ada perangsang makanan kemulutnya; ketiga, pemadaman (extinction) terjadi ketika stimulus disajikan berulang-ulang tanpa adanya stimulus berupa makanan.Kesimpulan dari percobaan pavlov ialah apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu disertai dengan stimulus penguat (UCS), stimulus tadi (CS), cepat atau lambat akan menimbulkan respon atau perubahan yang kita kehendaki dalam CR. Skinner berpendapat bahwa percobaan Pavlov itu tunduk terhadap dua macam hukum yang berbeda, yakni: law of respondent conditioning atau hukum pembiasaan dan law of respondent extinction atau pemusnahan yang dituntut.[footnoteRef:3] [3: Bahrudin, Pedidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2010, hlm., 169]

Keterangan: US (Unconditioned Stimulus), UR (Unconditioned Reflex), CS (Conditioned Stimulus), CR (Conditioned Reflex)

3. Teori Belajar KoneksionismePrinsip teori Thorndike adalah belajar asosiasi antara kesan panca indra (sense impression) dengan implus untuk bertindak (impulse to action). Asosiasi itulah yang menjadi lebih kuat atau lebih lemah dalam terbentuknya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan. Oleh karena itulah, teory thorndike disebut Connectionism atau bond psychology.Awal eksperimennya menggunakan kucing, ketika eksperimen awal ini berhasil maka ia melanjutkan pada hewan lainnya. Kucing dibiarkan kelaparan, kemudian ia dimasukkan kedalam kotak yang sudah dirancang khusus, sehingga jika kucing itu mnyentuh tombol pintu maka pintu itu akan terbuka dan ia dapat keluar dan mencapai daging yang dijadikan umpan diluar kandang. Pada usaha pertama ia belum terbiasa memecahkan problemnya, sampai kemudian berhasil menemukan tombol tersebut. Waktu yang dibutuhkan dalam usaha pertama agak lama. Percobaan yang sam dilakukan secara berulang-ulang.Dengan terlatihnya proses belajar dari kesalahan (trial and error), maka watu yang dibutuhkan untuk memecahkan problem itu semakin singkat. Teori trial and error learning mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:1) Adanya motif yang mendorong akktivitas.2) Adanya berbagai respon terhadap situasi.3) Adanya eliminasi respon-respon yang gagal atau salah.4) Adanya kemajuan reaksi-reaksi dalam mencapai tujuan.Menurut thorndike, dasar proses belajar pada hewan maupun pada manusia adalah sama. Baik belajar pada hewan maupun manusia, menggacu pada tiga hukumbelajar pokok, yaitu:a) Law of Readiness adalah reaksi terhadap stimulus yang didukung kesiapan untuk bertindak dan reaksi itu menjadi memuaskan. b) Law of Exercise ialah hubungan stimulus respon apabila dering digunakan akan semakin kuat melalui repetitton atau pengulangani. Law of Use: Hubungan stimulus respon bertambah kuat jika ada latihan.ii. Law of Disuse: Hubungan stimulus respon bertambah lemah jika latihan dihentikan.c) Law of Effect ialah menunjukkan kepada makin kuat atau lemahnya hubungan sebagai akibat dari pada hasil respon yang dilakukan.[footnoteRef:4] [4: Bahrudin, Pedidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2010, hlm., 166-167 ]

4. Teori GestaltMenurut aliran ini jiwa manusia adalah suatu keseluruhan ynag berstruktur. Suatu keseluruhn bukan terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Unsur-unsur itu berada dalam keseluruhan menurut struktur yang telah terbentuk dan salin berinterelasi satu sama lain.Teori psikologi gestalt sangat berpengaruh terhadap tafsiran tentang belajar. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :1. Tingkah laku terjadi berkat interaksi antar individu dan lingkungannya.2. Individu berada dalam keadaan keseimbangan yang dinamis, adanya ganguan terhadap keseimbangan itu akan mendorong terjadinya tingkah laku.3. Belajar mengutamakan aspek pemahaman (insight) terhadap situasi problematis.4. Belajar menitikberatkan pada situasi sekarang, dalam situasi tersebut menemukan dirinya.5. Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya bermakna dalam keseluruhan itu.[footnoteRef:5] [5: Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm., 41]

5. Teori Belajar KognitifTeori ini berusaha mendiskripsikan apa yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia belajar. Teori ini lebih menaruh perhatiannya pada peristiwa innternal. Peristiwa belajar yang dialami manusia bukan semata masalah respon terhadap rangsangan, akantetapi adanya pengukuran dan pengarahan diri yang dikonttrol oleh otak.Dalam aliran kognitif, penataan kondisi bukan sebaga penyembah terjadinya belajar, melainkan sekedar memudahkan belajar. Keaktifan individu dalam belajar menjadi unsur yang sangat penting dan menentukan kesuksesan bealajar.a. Pemahaman pencerahan (insight)Menurut aliran Gesalt kegiatan belajar menggunakan insight adalah pemahaman terhadap hubungan-hubungan terutama hubungan antar bagian dan keseluruhan. Tingkat kejelasan dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan belajar seseorang dari pada hukuman dan ganjaran.Ada enam macam sifat khas belajar dengan insight sebagai berikut:1) Insight tergantung atas kemampuan dasar.2) Insight didahuui oleh proses mencoba-coba.3) Pengalaman seseorang dimasa lampau memengaruhi insight.4) Belajar dengan menggunakan insight dapat dilakukan secara berulang-ulang.5) Insight dapat digunakan untuk menghadapi situasi baru.6) Insight terjadi apabila situasi belajar dikondisikan melalui pengaturan secara eksperimental.[footnoteRef:6] [6: Baharudin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010, hlm., 172 ]

b. Teori belajar dari Kurt Lewin Menurut teori ini adanya asosiasi tidak memberikan motor penggerak bagi aktivitas mental. Menurutnya, akan selalu ada tegangan yang perlu pada tiap aktivitas. Belajar merupakan perubahan dalam struktur kognitif, struktur kognitif ini berasal dari dua macam kekuatan, satu dari struktur dari medan kognisi dan lainnya dari kebutuhan dan motivasi internal individu. Motivasi mempunyai pengaruh yang urgen dalam belajar dari hadiah dan hukuman.Kurt Lewin menggambarkan hadiah atau hukuman sebagai situasi yang mengandung konflik. Apabila seorang ynag sedang belajr maka ia akan bertambah pengetahuannya sehingga ruang hidupnya akan menjadi lebih berdiferensiasi.Perubahan struktur kognitif dapat terjadi karena pengulangan situasi, hal terpenting bukan ulangan itu terjadi, melainkan struktur kognitif yang berubah.[footnoteRef:7] [7: Baharudin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010, hlm., 173]

6. Teori Operant Conditioning Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya : Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.Reber menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat.[footnoteRef:8] Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning. [8: Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, hlm., 106]

C.Bentuk Bentuk BelajarMenurut Muhibbin Syah, bentuk-bentuk belajar yang umum dijumpai dalam proses pembelajaran antara lain adalah:1. Belajar abstrak; ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata.2. Belajar keterampilan; adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf. Tujuannya adalah untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.3. Belajar Sosial; adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial.4. Belajar Pemecahan Masalah; adalah belajar menggunakan metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognetif untuk memecahkan masalah secara rasioanal, lugas, dan tuntas5. Belajar rasioanal; ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan sistematis. Tujuannya ialah untuk memperoleh berbagai kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.6. Belajar kebiasaan; adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri tauladan, dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras secara kontekstual, serta selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku.7. Belajar apersiasi; adalah belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah afektif yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu, misalnya apersiasi sastra, apersiasi musik, dan sebagainya.8. Belajar Pengetahuan; ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhada objek pengetahhuan tertentu. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya.

BAB IIIPENUTUPKesimpulanBelajar merupakan sebuah proses yang mampu merubah tingkah laku seseorang yang memerlukan sebuah proses secara terus menerus . Dalam hal ini banyak sekali faktor faktor yang mempengaruhi proses belajar sehingga diperlukan banyak latihan dan konsentrasi . Kita juga perlu mengetahui berbagai teori teori tentang belajar sehingga menambah wawasan kita bagaimana cara belajar yang mampu membantu kita mendapatkan hasil yang maksimal. Yang sangat diharapkan setelah kita belajar tidaklah hanya menguasai teorinya saja, tetapi bisa kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat membuat kehidupan kita lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Suryabrata Sumadi .Psikology Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada . 2004Purwanto Ngalim .Psikology Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya . 2007Syah Muhibbin .Psikologi Pelajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada . 2003

[1]M. Ngalim Purwanto, Psikology Pendidikan, ( Bandung : Rosdakarya , 2007 ) , hal . 84

[2]Sumadi Suryabrata , Psikology Pendidikan , ( Jakarta : Raja Grafindo Persada , 2004 ) , hal . 232[3]M. Ngalim Purwanto, Psikology Pendidikan, ( Bandung : Rosdakarya , 2007 ) , hal . 107

[4]M. Ngalim Purwanto, Psikology Pendidikan, ( Bandung : Rosdakarya , 2007 ) , hal . 86

[5]M. Ngalim Purwanto, Psikology Pendidikan, ( Bandung : Rosdakarya , 2007 ) , hal . 87[6]Ibid, hal . 87[7]Ibid, hal . 87[8]M. Ngalim Purwanto, Psikology Pendidikan, ( Bandung : Rosdakarya , 2007 ) , hal . 88[9]Ibid, hal . 89[10]Muhibbin Syah , Psikologi Belajar , ( Jakarta : Raja Grafindo Persada , 2003 ) , hal . 110[11]Ibid , hal . 111[12]Ibid , hal . 112[13]Muhibbin Syah , Psikologi Belajar , ( Jakarta : Raja Grafindo Persada , 2003 ) , hal . 94[14]Ibid , hal . 97[15]Ibid , hal . 98,100[16]Ibid , hal .101,102[17]Muhibbin Syah , Psikologi Belajar , ( Jakarta : Raja Grafindo Persada , 2003 ) , hal .103 ,105[18]Ibid , hal . 106-108[19]M. Ngalim Purwanto, Psikology Pendidikan, ( Bandung : Rosdakarya , 2007 ) hal . 113 - 116[20]M. Ngalim Purwanto, Psikology Pendidikan, ( Bandung : Rosdakarya , 2007 ) ,hal . 120 - 121

16