MAKALAH TEKNOLOGI LIMBAH
-
Upload
agita-raka -
Category
Documents
-
view
111 -
download
11
Transcript of MAKALAH TEKNOLOGI LIMBAH
MAKALAH TEKNOLOGI LIMBAH
Pemanfaatan Limbah Buah-buahan dan Sayuran Pasar Kota sebagai Bioetanol
Oleh :
Agita Raka P (101810301013)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2013
1. Latar belakang
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk semakin pesat, terlebih lagi
didaerah perkotaan mengakibatkan daerah pemukiman semakin luas dan padat.
Peningkatan aktivitas manusia, lebih lanjut menyebabkan bertambahnya sampah
dan peningkatan penggunaan bahan bakar.
Cadangan minyak Indonesia hanya tinggal 18 tahun lagi setelah itu
kemungkinan besar akan habis (Kusnadi dkk,2009). Keadaan ini memaksa
manusia untuk membuat suatu inovasi energi alternatif sebagai sumber bahan
bakar minyak bumi. Sumber energi alternatif tersebut juga diharapkan juga tidak
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Bersamaan dengan hal tersebut, kegiatan atau aktivitas pembuangan
sampah merupakan kegiatan yang tanpa akhir. Penanganan sampah perkotaan
mengalami kesulitan dalam hal pengumpulan sampah dan upaya mendapatkan
tempat atau lahan yang benar-benar aman ( Soeryani et al dalam Lilis, 2005).
Sampah kota yang dihasilkan 80%-nya adalah sampah organik. Menurut Pramono
(2004), dari total sampah organik kota sekitar 60% merupakan sayuran dan 40%
merupakan daun-daunan, kulit buah-buahan dan sisa makanan.
Salah satu penghasil sampah organik yang banyak adalah pasar. Pasar
melakukan aktivitas jual-beli tanpa henti. Para pedagang menyortir bahan
dagangannya yang sebagian besar adalah sayuran dan buah-buahan, dimana bahan
yang buruk atau kualitasnya rendah akan dibuang. Aktivitas tersebut terus
dilakukan setiap hari, membuat pasar sebagai salah satu penghasil sampah paling
banyak di suatu kota. Oleh karena itu diperlukan sistem pengelolaan sampah yang
baik.
Beberapa penelitian telah dilakukan yang berkaitan dengan pemanfaatan
sampah organik untuk dijadikan sebagai bahan bakupembuatan bahan bakar yaitu
etanol. Pemanfaatan bioetanol sebagai bahan bakar bersifat multiguna karena
pencampurannya dengan bensin dalam konsentrasi berapa pun dapat memberikan
dampak yang positif. Pencampuran bioetanol absolute sebanyak 10% dengan
bensin (90%), sering disebut gasohol E-10 yang merupakan singkatan dari
gasoline (bensin) dan alkohol ( Yudiarto,2008).
Sampah organik terutama sayuran dan buah-buahan banyak mengandung
selulosa , pati, glukosa dan hemiselulosa sehingga berpotensi untuk dijadikan
bahan bakar pembuatan etanol (Nugroho dalam Pujiastuti,2008). Melihat peluang
tersebut dibuatlah makalah mengenai teknologi limbah mengenai pemanfaatan
limbah sayuran dan buah-buahan di pasar sebagai bioetanol untuk menjawab
kedua masalah yang saat ini sangat krusial yakni masalah pengolahan sampah dan
bahan bakar alternatif.
2. Masalah
Penduduk kota yang semakin padat menimbulkan peningkatan
penggunaan bahan bakar dan banyaknya penimbunan sampah. Sedangkan bahan
bakar fosil jika terus-terusan dieksploitasi akan habis, karena hal tersebut
diperlukan inovasi energi alternatif yang ramah lingkungan.
Sampah yang paling banyak dihasilkan dalam suatu kota adalah sampah
organik, dalam hal ini adalah limbah pasar yakni berupa sayuran yang kualitas
rendah dan buah-buahan yang tidak layak jual atau busuk. Kegiatan di pasar
hampir setiap hari dan 24 jam dalam sehari akan mengakibatkan tumpukan
sampah yang mungkin bisa berton-ton dan jika tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan masalah berkepanjangan seperti pencemaran. Maka diperlukan
teknik pengolahan limbah yang efektif dan dapat juga digunakan sebagai bahan
bakar alternatif hasilnya.
3. Jenis Limbah yang Dihasilkan
Sampah pasar yang banyak mengandung bahan organik adalah sampah
hasil pertanian seperti sayuran, buah-buahan dan daun-daunan serta dari hasil
perternakan. Limbah sayuran adalah bagian dari sayuran atau sayuran yang sudah
tidak digunakan atau dibuang. Limbah buah-buahan terdiri dari limbah buah
semangka, melon, pepaya, jeruk, nanas. Limbah sayuran terdiri dari limbah daun
bawang, sawi hijau, kentang, sawi putih, kol, kecambah kacang dan kelobot
jagung. Sebagian limbah tersebut mengandung gula, pati dan selulosa yang
berpotensi untuk menghasilkan alkohol. Intinya limbah yang dipakai adalah
limbah padat organik.
4. Teknik Pengolahan Limbah
Teknik pengolahan limbah padat ini adalah fermentasi alkohol. Berikut reaksi
yang terjadi pada fermentasi :
(g)
Peralatan yang digunakan dalam pengolahan adalah :
Mesin parut untuk menghancurkan limbah buah dan sayuran atau blender
elektrik. Bisa juga digunakan penumbuk.
Drum atau bak penampung bahan baku.
Drum atau bak fermentasi
Timbangan kecil. Bisa juga timbangan kue.
Ethanol meter
Destilator. Alat ini harus dipesan ke produsen untuk menyesuaikan
kapasitas produksi ethanolnya
Alat pendukung lainya seperti gayung, parang, kain saring, penutup drum
dan ember.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk produksi bioethanol dari limbah pasar adalah
Limbah sayuran. Limbah sayuran dipilih yang mempunyai kadar gula
tinggi atau pati seperti kol, sawi putih, bayam, kentang dan kelobot
jagung.
Limbah buah-buahan. Hampir sama dengan sayuran dipilih buah yang
mengandung gula tinggi seperti nanas, pepaya, tomat, jeruk semangka
atau melon.
Ragi roti. Bisa memakai ragi roti yang banyak dijual ditoko kue.
Urea dan NPK (15-15-15) untuk nutrisi tambahan ragi.
Idealnya sebelum melakukan proses fermentasi limbah buah dan sayuran
perlu ditest terlebih dahulu kandungan gulanya. Tetapi untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari akan menambah biaya dan waktu. Kita bisa perkirakan
misalnya kadar dari limbah sayur atau buah adalah 10%. Hal tersebut bisa saja
lebih apabila menggunakan nanas yang memiliki kadar gula 15-20%. Oleh karena
itu diperlukan resep bahan sebagai berikut:
Ragi = 0,5% x kadar gula x volume limbah
Urea = 0,5% x kadar gula x volume limbah
NPK = 0,2% x kadar gula x volume limbah
Apabila kadar gula yang diperkirakan adalah 10 %, maka untuk setiap
drum dengan volume 200 liter penambahan bahan-bahannya adalah 100 gram
ragi, 100 gram urea, dan 40 gram NPK.
Prosedur pembuatan bioetanol adalah sebagai berikut :
Limbah sayuran dan buah-buahan dihancurkan terlebih dahulu dengan
menggunakan blender, mesin parut atau penumbuk. Setelah ditumbuk, limbah
tersebut dimasukkan ke dalam drum. Kemudian masukkan 100 gram urea dan 40
gram NPK ke dalam drum, dicampur dan diaduk hingga merata. Encerkan ragi
100 gram ragi dengan air hangat, diaduk hingga muncul buih. Masukkan ragi
tersebut kedalam drum limbah dan aduk hingga tercampur rata ke semua limbah.
Drum ditutup rapat dan siap difermentasi minimal 72 jam atau 3 hari, sampai
tidak muncul buihnya lagi. Setelah difermentasi limbah tersebut disaring dan
diperas menggunakan kain saring dan diambil airnya. Air perasan tersebut
didestilasi menggunakan destilator untuk mendapatkan ethanol. Limbah sisa
destilasi dapat diolah kembali menjadi pupur organik cair.
Kita perkirakan tadi bahwa kadar gulanya adalah 10% . Andaikan seluruh
gula bisa diubah menjadi etanol, maka etanol bisa diproduksi adalah 51 kg
absolute untuk satu ton limbah . Kenyataanya efisiensinya tidak pernah 100%.
Mungkin hanya 85-90% yang bisa diambil. Demikian juga kadar etanolnya
mungkin 60%, 80% atau 95%. Meskipun begitu volumenya yang dihasilkan
kemungkinan cukup besar yakni 48 liter. Nilai keuntungan juga bertambah besar
jika limbah bioetanolnya diolah kembali menjadi pupuk organik cair. Ampas dari
hasil pemerasan fermentasi dapat dijadikan kompos (Anonim, 2013).
5. Analisa Kelemahan dan Kelebihan Metode Pengolahan
Kelebihan dari metode pengolahan limbah padat ini adalah bahan
utamanya yang mudah dicari dan setiap waktu ada yakni limbah pasar. Bahan
pendukung seperti ragi mudah dijangkau. Melihat dari segi biaya tidak terlalu
mahal, mungkin agak sedikit membengkak pada pemesanan destilator.
Mendapatkan keuntungan yang lumayan besar dari penjualan bioetanol pastinya.
Pengolahan limbah ini juga hampir tidak menimbulkan limbah baru, dimana
limbah bioetanol dapat dijadikan pupuk cair organik yang bisa dijual atau dipakai
sendiri sedangkan ampasnya hasil perasan fermentasi dapat digunakan sebagai
kompos.
Kelemahan dari metode pengolahan ini adalah test kadar gula yang tidak
dilakukan sehingga perhitungan bahan-bahan yang dicampurkan dan etanol yang
didapatkan tidak presisi. Penyortiran bahan juga menjadi kelemahan dimana bisa
difokuskan satu macam limbah sayuran atau buah lebih baik dan diperlukan
tenaga kerja ekstra untuk penyortiran.
6. Kesimpulan
Limbah padat organik adalah penyumbang terbesar sampah yang ada di
kota. limbah organik tersebut adalah daun-daunan, sayur-sayuran dan buah-
buahan dimana semua itu terdapat dalam limbah pasar. Padahal aktivitas pasar-
pasar dikota hampir tidak berhenti. Maka dibutuhkan metode pengolahan limbah
efektif yakni fermentasi limbah menjadi bioetanol. Bioetanol juga diyakini juga
menjadi bahan bakar alternatif sehingga menjawab kecemasan tentang bahan
bakar utama yang mulai habis karena penduduk yang padat.
Metode ini efektif mengurangi limbah dan menghasilkan keuntungan
dimana dalam 1 ton limbah bisa dihasilkan sampai 48 liter etanol dan sisa limbah
bioetanolnya dapat diolah kembali menjadi pupuk orgnaiok cair. Akan tetapi
masih ada kelemahan dari segi presisi kadar gula, dan penghitungan bahan yang
dibutuhkan serta etanol yang dihasilkan. Penyortiran bahan juga menjadi
kelemahan dari metode ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. http://isroi/2010/06/14/membuat-bioetanol-dari-buah-buahan/ [ 26
Maret 2013 pukul 08.00 WIB]
Kusnadi., Sylasmi, A., dan Adisendjaja, Y.H. 2009. Pemanfaatan Sampah
Organik Sebagai Bahan Baku Produksi Bioetanol Sebagai Energi
Alternatif. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan.
Nugroho A., Effendi E. Dan Wongso L, 2008 dalam Pujiastuti, 1999. Produksi
Etanol dari Limbah Tapioka dengan Aspergillus Niger dan Saccharomyces
cerevisiae. Jakarta : Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Arsitektur
Lansekap dan Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti.
Pramono, S.S. 2004. Studi Mengenai Komposisi Sampah Perkotaan di Negara-
Negara Berkembang. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Suryani, M. Ahmad R., dan Mudi R. 2005 dalam Lilis Suryani, 1997. Lingkungan
Sumber Daya Alam dan Kependudukan Dalam Pembangunan. Jakarta :
Universitas Indonesia Press.
Yudiarto,M.A dan Djuma’ali. 2008. Menimbang Kelayakan Bioetanol Sebagai
Pengganti Bensin. http://www.indobiofuel.com/menu%20bioethanol8.php
[ 26 Maret 2013 pukul 08.00 WIB]