TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

18
PEDOMAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH DISUSUN OLEH: TIM PENGAJAR NAMA : ………………………………………………….. NIM : ………………………………………………….. KELOMPOK : ………………………………………………….. PROGRAM STUDI AGROEKOTEKTOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA BANGKALAN 2018/2019

Transcript of TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

Page 1: TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

PEDOMAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH

DISUSUN OLEH: TIM PENGAJAR

NAMA : ………………………………………………….. NIM : ………………………………………………….. KELOMPOK : …………………………………………………..

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKTOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA BANGKALAN

2018/2019

Page 2: TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

ii | Teknologi Bebas Limbah

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa harus datang di Laboratorium 15 menit sebelum praktikum dimulai.

2. Sebelum melaksanakan praktikum mahasiswa diwajibkan mempelajari materi yang akan dipraktikumkan.

3. Mahasiswa harus mengikuti semua kegiatan praktikum yang diselenggarakan di laboratorium.

4. Pada waktu praktikum mahasiswa diharuskan memakai baju/jas laboratorium

5. Mahasiswa bertanggung jawab atas alat-alat atau bahan-bahan yang digunakan di dalam praktikum.

6. Waktu praktikum mahasiswa harus bekerja dengan tenang dan penuh tanggung jawab, dilarang bersendau gurau, ribut, main, merokok dan makan ataupun minum di Laboratorium.

7. Mahasiswa dilarang melakukan percobaan atau mencoba-coba dengan bahan-bahan kimia di Laboratorium tanpa seijin asisten yang bertugas.

8. Bila ada kesulitan atau kecelakaan harus segera lapor pada asisten yang bertugas.

9. Bila mahasiswa memecahkan ataupun merusakkan barang-barang/ alat-alat laboratorium diharuskan mengganti dengan barang yang sama.

10. Selesai melakukan praktikum setiap mahasiswa diharuskan membuat laporan sementara.

11. Seminggu setelah laporan sementara, mahasiswa harus menyerahkan laporan resmi dari percobaan yang telah dilakukan. Keterlambatan pengumpulan laporan dikenai sangsi pengurangan nilai 2.5% perhari.

12. Sebelum melaksanakan praktikum mahasiswa diwajibkan mempelajari materi yang akan dipraktikumkan.

13. Penanggung jawab Laboratorium/Asisten berwenang untuk mengambil tindakan, jika ada mahasiswa yang melanggar peraturan tata tertib di atas.

14. Pelanggaran terhadap tata tertib ini dikenakan sanksi sebagai berikiut : a. Peringatan atas pelanggaran yang dilakukan. b. Tidak diijinkan mengikuti praktikum.

Page 3: TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

iii | Teknologi Bebas Limbah

DAFTAR ISI

TATA TERTIB DI LABORATORIUM ii DAFTAR ISI iii KATA PENGANTAR iv PENDAHULUAN v PRAKTIKUM 1. OBSERVASI LAPANG LIMBAH DI LAHAN PERTANIAN 1

Pendahuluan 1 Tujuan 1 Bahan dan Metode 1

PRAKTIKUM 2. PENGELOLAAN LIMBAH PADAT 3 A. Limbah organik padat untuk kompos 3

Pendahuluan 4 Tujuan 4 Bahan dan Metode 4

B. Pengelolaan Limbah Padat untuk Biogas 5 Pendahuluan 5 Tujuan 6 Bahan dan Metode 6

PRAKTIKUM 3. PEMBUATAN PESTISIDA DARI LIMBAH 8 Pendahuluan 8 Tujuan 8 Bahan dan Metode 8

PRAKTIKUM 4. LIMBAH BUAH-BUAHAN SEBAGAI MEDIA TERNAK LARVA LALAT HITAM (PAKAN) 10

Pendahuluan 10 Tujuan 10 Bahan dan Metode 11

PRAKTIKUM 5. DESAIN/KONSEP TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH 11 Pendahuluan Error! Bookmark not defined. Tujuan Error! Bookmark not defined. Bahan dan Metode Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA 13

Page 4: TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

iv | Teknologi Bebas Limbah

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan pedoman praktikum “Teknologi Bebas Limbah”. Pentingnya peguasaan tentang teknologi bebas limbah dan kompetensi mahasiswa dalam praktik pengelolaan limbah pertanian mendorong penulis menyusun pedoman praktikum ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada tim pengajar dan civitas akademik Prodi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian pedoman praktikum ini.

Buku ini berisi tentang teknologi pengelolaan limbah dalam pertanian yang bermanfaat dalam menunjang sistem pertanian berkelanjutan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan pedoman praktikum ini. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan untuk penyempurnaan pedoman praktikum “Teknologi Bebas Limbah” edisi berikutnya.

Penulis berharap, semoga buku ini bermanfaat untuk pembelajaran mahasiswa dan masyarakat luas dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Bangkalan, Februari 2019

Tim Pengajar

Page 5: TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

v | Teknologi Bebas Limbah

PENDAHULUAN

Proses produksi dalam pertanian menyisakan bahan-bahan yang tidak digunakan atau dikenal sebagai limbah. Banyaknya biomassa dari limbah pertanian menjadi tantangan tersendiri dan dapat menjadi peluang apabila diolah menjadi bahan yang lebih bermanfaat. Misalnya pupuk, pestisida, pakan dan lain sebagainya. Kemampuan menerapkan teknologi/teknik pengelolaan limbah untuk pertanian ini menjadi kompetensi penting bagi mahasiswa untuk mewujudkan sistem pertanian terpadu dan berkelanjutan.

Buku panduan praktikum Teknolgi Bebas Limbah ini disusun sebagai pedoman pelaksanaan praktikum MK. Teknologi Bebas Limbah. Adapun isi materi dalam buku panduan ini diantaranya yaitu: observasi lapang penanganan limbah pertanian, praktik pengolahan limbah padat dan cair sisa produksi pertanian untuk pupuk dan pestisida organik.

Buku ini merupakan edisi pertama. Komponen penulisan dalam buku ini teridiri atas: landasan teori, tujuan praktikum, bahan dan metode, serta tugas-tugas mandiri yang dapat menunjang kompetensi mahasiswa yang mengampu MK. Teknologi Bebas Limbah.

Page 6: TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

1 | Teknologi Bebas Limbah

PRAKTIKUM 1. OBSERVASI LAPANG LIMBAH DI LAHAN

PERTANIAN

Pendahuluan

Limbah merupakan bahan padat maupun cair yang sudah tidak digunakan atau sisa dari proses produksi. Di bidang pertanian, limbah yang serin kita jumpai diantaranya kemasan pestisida, limbah sisa atau bekas cucian bahan-bahan kimia pestisida. Pemahan dan pengamatan langsung terkait limbah pertanian dan potensinya di lapangan sangat penting untuk mencari cara dalam pengelolaan. Cemaran/limbah di lahan pertanian sebagai salah satu contoh dalam menganalisis jumlah limbah, keberadaan dan jenis-jenis limbah pencemar lahan pertanian.

Pengetahuan tentang sebaran dan jenis limbah di lahan menjadi penting diamati untuk melihat jenis limbah terbesar yang menjadi penyebab pencemaran. Selain itu, melakukan wawancara terhadap pelaku pertanian menjadi dasar mengetahui perilaku dan jenis bahan pencemar secara langsung dari pelaku pertanian

Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengamati jenis-jenis limbah dilahan

pertanian dan memperoleh informasi secara langsung dari pelaku pertanian di

lapangan.

Bahan dan Metode

Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: plastik wadah, pensil, buku catatatn, dan kamera. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah lembar kuisioner.

Metode Praktikum

1. Pengarahan pelaksanaan praktikum di lakukan di laboratorium lingkungan tanaman.

2. Praktikan dibagi menjadi kelompok-kelompok. Setiap kelompok diberikan 10 lembar kuisioner untuk melakukan wawancara

3. Setiap kelompok melakukan wawancara kepada petani tentang perilaku pengelolaan limbah.

4. Setiap kelompok juga mengamati cemaran/limbah yang terdapat pada lahan pertanian seluas 1 Ha. Titik sampling boleh menggunakan metode diagonal, X, atau N.

5. Setiap limbah yang termati dicatat dan didokumentasikan 6. Selanjutnya limbah dikelompokkan berdarkan jenisnya seperti pada tabel

berikut: Contoh

Jenis limbah

Keterangan Jumlah Persentase/kelimpahan

Padat Botol minum plastic

5 (Jumlah limbah jenis ini : total limbah) x (100%)

Botol pestisida 3 Contoh=> (3:12) x (100%)=25%

Page 7: TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

2 | Teknologi Bebas Limbah

Kemasan pupuk

2

Cair Minyak (bekas pompa)

1

Detergen 1

Dst

Total 12

7. Data yang diperoleh diolah dan dibuat laporan. Data yang belum diolah digunakan sebagai lampiran.

Komponen wawancara, meliputi: 1. Identitas petani 2. Lokasi/tempat tinggal 3. Perilaku pengelolaan limbah:

Bagaimana petani memilih pestisida/pupuk? (berdasarkan pengaruh teman/ informasi dari penyuluh / keefektivan atau kesesuaian bahan aktif / berdasarkan desain atau bentuk kemasan).

Dimana petani menyimpan pestisida/pupuk di rumah? (di dapur / kandang / dimana saja)

Apakah petani mencuci alat-alat yang digunakan untuk aplikasi pestisida?(Ya/Tidak)

Jika Ya, dimana petani mencuci alat-alat aplikasi pestisida? (di sumur / sungai)

Bagaimana petani membuang kemasan pestisida/pupuk? Apakah kemasan dibuang di lahan? Apakah kemasan dikubur atau dibakar? Apakah petani tahu bahwa kemasan dan sisa-sisa pestisida dapat

menyebabkan pencemaran lingkungan atau sebagai limbah? Pernahkah memperoleh sosialisasi atau penyuluhan terkait pengelolaan

limbah? Terkait dengan limbah ternak. Apakah petani memiliki ternak? Jika punya, bagaimana pengelolaan limbah peternakan? Apakah sudah

dimanfaatkan sebagai kompos? Bagaimana proses pengomposan yang dilakukan? Apakah sebelumnya pernah memperoleh pelatihan atau penyuluhan

terkait pengeloaan limbah ternak?

Jangan lupa berterima kasih kepada petani

Page 8: TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

3 | Teknologi Bebas Limbah

PRAKTIKUM 2. PENGELOLAAN LIMBAH PADAT

Pertanian dalam arti luas meliputi peternakan. Limbah ternak merupakan sisa dari aktivitas atau usaha peternakan. Dalam praktik peternakan, banyak limbah yang dihasilkan dan berpotensi untuk dimanfaatkan. Pengelolaan limbah peternakan yang baik dapat mengurangi pencemaran dan meningkatkan manfaat serta memberikan keuntungn secara finansial karena memiliki daya jual. Misalnya pengelolaan/pemanfaatan limbah peternakan untuk pupuk kompos.

Kebutuhan pangan dan nilai ekonomis peternakan mendorong meningkatnya jumlah usaha peternakan. Akibatnya jumlah limbah peternakan juga meningkat. Misalnya limbah feses, urin, dan sisa pakan dapat diolah menjadi biogas, pupuk organik padat, dan pupuk organik cair.

Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik yang berasal dari tanaman dan hewan yang dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam Permentan No.2/Pert/Hk. 060/2/2006, tentang pupuk organik dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya; NILAI C-organik menjadi pembeda dengan pupuk organik.

Sumber: Laboratorium Tanah BPTP Jawa Timur, Malang 2009-2010

Unsur hara makro dari sisa tanaman berkisar antara 0.7-2% nitrogen,

0.07-0.2% fosfor dan 0.9-1.9% kalium, sedangkan pupuk kandang mengandung 1.7-4% nitrogen, 0.5-2.3% fosfor dan 1.5-2.9% kalium. Secara keseluruhan bahan organik memiliki potensi yang lengkap untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Manfaat bahan organik secara secara fisik memperbaiki struktur dan meningkatkan kapasitas tanah menyimpan air, secara kimiawi

Page 9: TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

4 | Teknologi Bebas Limbah

meningkatkan kapasitas tukar kation, menurunkan fiksasi P dan sebagai reservoir unsur hara sekunder dan unsur mikro.

Bagian 1

A. Limbah organik padat untuk kompos

Pendahuluan

Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan organik, baik dari kotoran ternak, sisa biomassa pertanian, sisa makanan, sisa pakan ternak, dan lain sebagainya. Proses pelapukan dipercepat dengan merangsang pertumbuhan mikroba dekomposer. Mikroorganisme tersebut biasa dikenal dengan Effective Microorganism (EM). Penguraian efektif ditandai dengan kenaikan suhu pada bahan organik.Suhu saat proses fermentasi sekitar 60 oC.

Menurut Setyorini et al. (2012), kompos merupakan bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan dedak padi, batang jagung, sulur, carang, serta kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Kompos mengandung hara-hara mineral yang esensial bagi tanaman.

Manfaat kompos atau pupuk organik diantaranya dapat menambah unsur hara makro dan mikro di dalam tanah, dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap air, dan menaikkan kondisi kehidupan (ekosistem) dalam tanah. Sampah rumah tangga tidak dapat langsung digunakan sebagai pupuk tanaman, tetapi harus mengalami pengomposan terlebih dahulu dengan beberapa alasan, antara lain: 1) apabila tanah mengandung cukup air dan udara, penguraian bahan organik berlangsung cepat sehingga menggangu pertumbuhan tanaman, 2) penguraian bahan segar hanya sedikit sekali memasok humus dan unsur hara ke dalam tanah, 3) struktur bahan organik segar sangat kasar dan daya serap terhadap air kecil, sehingga bila langsung dibenamkan akan menyebabkan tanah remah, 4) pembuatan kompos dengan memanfaatkan sampah rumah tangga dengan berbagai macam decomposer dan bahan campuran lainnya.

Hasil analisis terhadap kompos sampah rumah tangga yang menunjukkan kandungan C-organik berkisar 15.4-18.9, C/N-rasion 11.9-18.29 dan N-total 0.58 -1.57% dari uji laboratorium diketahui bahwa pupuk organik sampah rumah tangga dengan decomposer Promi ditambah dengan pupuk kandang, dedak, dan tetes mengandung C—organik yang tinggi.

Tujuan

Pralktikum ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah orgaik padat menjadi pupuk kompos.

Bahan dan Metode

Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu: Cangkul, Golok, Blok kayu, ember, bak plastik, sekop, thermometer, pH meter. Sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu: Limbah rumah tangga 280-300 kg (sisa makanan, sayur, kulit

Page 10: TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

5 | Teknologi Bebas Limbah

buah,), Aktivator/decomposer (EM-4), Kotoran Kambing (30 kg), Tetes (molases) 1 liter, Dedak padi (5 kg).

Metode Pelaksanaan Proses pengomposan

1. Pemilahan sampah rumah tangga dipilah menjadi sampah organik (mudah diurai, mudah busuk, dan mdah hancur).

2. Sampah yang tergolong organik dan berukuran besar kemudian dicacah 3. Sampah tersebut kemudian dikomposkan

Proses pengomposan a. Timbang pupuk kandang sebanyak 30 kg, kemudian disiramkan ke bahan

sampah sebanyak 280-300 kg b. Campurkan tetes sebanyak 1 liter dan larutkan activator/decomposer EM-

4 sebanyak 400 ml ke dalam 6 liter air bersih, diaduk sampai rata, disiramkan pada sampah yang sudah dipilah dengan kapasitas 280-300 kg

c. Pencetakan sampah diaduk sampai rata baru dicetak pada pencetak (ukuran 180x120x160 cm), kemudian dinjak-injak

d. Pengukuran suhu dilakukan tiap hari dengan menggunakan thermometer alcohol selama 1-2 menit yang ditancapkan pada sampah yang telah dicetak dengan suhu sesuai ketentuan: hari ke-3 pertama ukuran suhu 50 <C, tumpukan dibalik dan disiram, hari ke-6 ukuran suhu < 60 C, tumpukan dibalik dan disiram, hari ke-9 suhu <50 C tumpukan dibalik dan disiram, hari ke-13 pematangan kompos

e. Parameter pengamatan meliputi: bobot awal dan bobot akhir kompos, perubahan fiik (tekstur, warna, dan bau), serta perubahan suhu dan pH.

Bagian 2

B. Pengelolaan Limbah Padat untuk Biogas

Pendahuluan

Biogas merupakan gas potensial sebagai energy yang terbentuk dari proses fermentasi bahan organik. Energi biogas dilaporkan memiliki nilai kalori yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar lainnya. Hal ini menjadikan biogas memiliki lebih banyak panas yang dihasilkan. Prinsip pembuatan biogas adala adanya dekomposisi bahan organik secara anerobik (fermentasi) dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Produk utama brupa gas metan dan karbon dioksida. Faktor yang mempengaruhi produksi biogas adalah: kondisi anaerob, bahan baku isian, derajat keasaman, temperature, dan starter. Salah satu model pembuatan biogas adalah model digester. Secara alami, kotoran ternak yang ditumpuk akan mengeluarkan gas metan. Gas tersebut akan menguap habis sehingga perlu teknik atau design untuk memanfaatkannya. Berdasarkan cara pengisisan terdapat 3 jenis digester, yaitu: batch fermentation, fed batch fermentation, dan continuous fermentation.

Page 11: TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

6 | Teknologi Bebas Limbah

Ilustrasi model digester dan pengisiannya (kiri-kanan: batch, fed batch,

continuos)

Tujuan

Tujuan praktikum ini untuk mempraktikkan produski biogas dari limbah dengan teknik batch digester.

Bahan dan Metode

Alat dan bahan Alat yang digunakan yaitu digester, ember, kayu pengaduk, gayung,

corong, pH meter, dan Termometer. Sedangkan bahan yang dibutuhkan yaitu feses sapi atau ayam, air, kertas, sisa pakan/bahan organik.

Desain alat dan instalasi sederhana biogas

Page 12: TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

7 | Teknologi Bebas Limbah

Metode pelaksanaan 1. Siapkan alat dan bahan 2. Bahan dicacah sampai berukuran kecil kemudian dicampur 3. Campuran dimasukkan ke dalam ember dan ditambahkan dengan air

dengan perbandingan 1:1 4. Aduk merata dan masukkan dalam digester, tutup rapat. 5. Amati perkembangan proses fermentasi, meliputi:

a. Suhu b. pH c. Metan (uji pembakaran atau uji gas dengan balon)

Page 13: TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

8 | Teknologi Bebas Limbah

PRAKTIKUM 3. PEMBUATAN PESTISIDA DARI LIMBAH

Pendahuluan

Madura memiliki komoditas-komoditas pertanian penting dan limbahnya dapat dimanfaatkan sebagai petisida. Misalnya: tembakau, gadung, mahoni, mimba.

Potensi diversifikasi produk tembakau meliputi daun tembakau dan limbah tembakau. Limbah tembakau terdiri dari biji, debu, tangkai dan batang tembakau. Potensi daun dan limbah tembakau dapat menghasilkan produksi yang sama. Daun dan limbah tembakau jika diolah dapat berpotensi menghasilkan pestisida nabati. Minyak dari daun atau biji tembakau merupakan toksis atau racun dari kutu daun.

Daun tembakau bisa menghasilkan minyak atsiri, yang memiliki nilai jual sangat tinggi per kg mencapai harga US $ 1,733.00 atau sekitar Rp 19 juta. Kegunaan daun tembakau juga berguna dalam dunia kecantikan berupa parfum dan kosmetik. Potensi limbah debu tembakau bisa menghasilkan kompos, 1 (satu) gudang di pabrik rokok dapat menghasilkan limbah debu seberat 150 ton / tahun. Tembakau yang selama ini dikenal sebagai pembunuh yang ditakuti, ternyata memiliki sisi yang positif yang kegunaan sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Selain itu banyak kandungan senyawa-senyawa lain yang berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan dalam pembuatan suatu produk lainnya yang mempunyai nilai ekonomi.

Menurut Badan Lingkungan Hidup BLH Propinsi Jawa Tengah dan Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BTPPI, 2009), bahwa potensi limbah padat sebesar 14-20% dari bahan baku yaitu berupa sisa gagang tembakau, gagang cengkeh dan limbah partikel, berasal dari proses udalan, perajangan dan pengayakan tembakau. Saat ini limbah padat tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal, hanya dibakar atau digunakan sebagai bahan bakar pada industri bata.

Tujuan

Tujuan praktikum ini yaitu membuat pestisida dari limbah bahan rokok

(tembakau dan cengkeh).

Bahan dan Metode

Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya pisau, ember,

fermentor, kain saringan, botol, pH, dan thermometer. Bahan yang digunakan diantaranya yaitu limbah rokok (tembakau dan cengkeh), air, gula dan molase.

Metode Pelaksanaan

1. Siapkah alat dan bahan 2. Ambil limbah tembakau dan cengkeh, kemudian dicuci dengan air bersih 3. Timbang bahan sebanyak 200 gram 4. Bahan tersebut selanjutnya diblender dan dicampur dengan air sebanyak 1

liter, dan dimasukkan ke dalam ember 5. Rendam campuran bahan selama 24 jam. 6. Amati cairan tersebut, meliputi: warna, pH, bau, dan endapan 7. Setelah 24 jam larutan disaring dengan kain halus, seperti kain sifon.

Page 14: TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

9 | Teknologi Bebas Limbah

8. Larutan hasil saringan telah siap digunakan (Hadisoeganda dan Suryaningsih, 2004).

9. Selanjutnya, larutan yang telah diperoleh dapat diaplikasikan dilapangan. Dimana dosis aplikasi larutan cengkeh yaitu 200 mL/L air. Aplikasi pestisida nabati ini dilakukan 3 hari sekali atau 6 hari sekali. Aplikasi pestisida dilakukan dengan menggunakan sprayer dengan cara disemprotkan ke tanaman pada sore hari.

Page 15: TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

10 | Teknologi Bebas Limbah

PRAKTIKUM 4. LIMBAH BUAH-BUAHAN SEBAGAI MEDIA TERNAK

LARVA LALAT HITAM (PAKAN)

Pendahuluan

Kelimpahan limbah organic tinggi dari golongan buah dan sayur menjadi permasalahan yang cukup serius. Pengelolaan limbah tersebut tentu memerlukan teknologi sehingga limbah dapat diubah menjadi rupiah. Dalam ekosistem ada serangga-serangga yang secara alami menjadi decomposer seperti contohnya lalat hitam atau dikenal black soldier fly/BSF.

Budidaya lalat BSF ini menjadi solusi beberapa permasalahan seperti terkonversinya limbah organic menjadi pakan, pemenuh kebutuhan pakan ikan bagi peternak ikan, serta pengelolaan dan cara budidaya yang mudah menjadi cara yang tepat dalam mengelola limbah organik.

Serangga BSF ini sebenarnya lalat, tapi bukan seperti lalat lainnya, yang dikenal orang kebanyakan seperti lalat hijau dan lalat abu- abu dan lain-lain. Lalat-lalat jenis tersebut membawa bibit penyakit, berbeda dengan Black soldier fly (BSF) tidak membawa penyakit dan mudah dibudidayakan.

Adanya senyawa antimikroba yang di hasilkan membuat larva BSF kaya akan berbagai jenis antimicrobial peptide (AMP) yang memiliki aktivitas hambat terhadap berbagai jenis mikroorganisme patogen (Park et al. 2014). E. coli dan Salmonella sp. Larva BSF juga diketahui memiliki kandungan asam laurat yang tinggi, salah satu jenis asam lemak yang dapat berfungsi sebagai agen antimikroba alami (Kim dan Rhee 2016) serta kandungan kitin, polisakarida yang dapat berperan dalam meningkatkan respon kekebalan hewan (Bovera et al. 2015).

Siklus hidup BSFsekitar 45 hari

Page 16: TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

11 | Teknologi Bebas Limbah

Ilustrasi pemanfaatan limbah organik menjadi produk oleh BSF

Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk memperoleh BSF dan budidaya BSF

sebagai upaya pengelolaan limbah organik padat.

Bahan dan Metode

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu nampan plastik, plastik, sarung tangan, kasa dan kertas. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu limbah buah dan sayur.

Metode Pelaksanaan

1. Siapkah alat dan bahan 2. Ambil limbah buah dan sayur yang sudah disiapkan kemudian dicuci dengan

air bersih 3. Tiriskan hingga kering angina 4. Timbang sebanyak 2 kg untuk masing-masing sampel 5. Letakkan limbah buah dan sayur ke ember yang sudah disiapkan 6. Letakkan embr pada tempat terbuka namun tidak boleh terkena hujan 7. Inkubasi dan amati 1 minggu kemudian keberadaan larva BSF 8. Pelihara larva BSF dan amati perkembangannya selama 45 hari 9. Bandingkan hasil dari masing-masing limbah

Page 17: TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

12 | Teknologi Bebas Limbah

FORMAT LAPORAN

Format laporan resmi terdiri atas:

1. Sampul (memuat judul, nama dan kelompok, seperti contoh)

2. Pendahuluan

3. Tujuan praktikum

4. Prosedur pelaksanaan

5. Hasil praktikum dan pembahasan

6. Referensi (minimal 3 sumber primer/jurnal)

PRAKTIKUM TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH

JUDUL PRAKTIKUM Hari, Tanggal praktikum

Disusun oleh:

Nama praktikan NIM

Kelompok XX Nama anggota 1 Nama anggota 2

Asisten praktikum:

Asisten 1

Asisten 2

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

BANGKALAN

2019

Page 18: TEKNOLOGI BEBAS LIMBAH - Trunojoyo

13 | Teknologi Bebas Limbah

DAFTAR PUSTAKA

Bovera, F., Loponte, R., Marono, S., Piccolo, G., Parisi, G., Iaconisi, V., ... & Nizza, A. 2016. Use of Tenebrio molitor larvae meal as protein source in broiler diet: effect on growth performance, nutrient digestibility, and carcass and meat traits. Journal of animal science, 94(2), 639-647.

Gintinng, N. 2017. Teknologi Pengelolaan Limbah Peternakan. Medan (ID): USU. Irianto, I. 2015. Pengelolaan Limbah Pertanian. Denpasar (ID): Universitas

Marwadewa. Khoiri, S. 2019. Fermentasi Limbah Jagung dan Pengaruhnya terhadap

Pertumbuhan Jagung Ungu Introduksi di Madura. Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi, 11(2), 96-100.

Kim, S. A., & Rhee, M. S. 2016. Highly enhanced bactericidal effects of medium chain fatty acids (caprylic, capric, and lauric acid) combined with edible plant essential oils (carvacrol, eugenol, β-resorcylic acid, trans-cinnamaldehyde, thymol, and vanillin) against Escherichia coli O157: H7. Food Control, 60, 447-454.

Park, S., Song, J., Tark, S. J., Kim, Y. D., Choi, C. J., Kwon, S., ... & Kim, D. 2014. Investigation of Al back contacts and BSF formation by in situ TEM for silicon solar cells. Progress in Photovoltaics: Research and Applications, 22(8), 863-869.

Setyorini, D., R. Saraswati, E.K. Anwar. 2012. Kompos. Di dalam: Simanungkalit R.D.M., D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, W. Hartatit (ed). 2012. Pupuk organik dan pupuk hayati. Jakarta (ID): Balitbangtan, Kementerian Pertanian.

Supriadi, Soeharsono. 2008. Limbah pertanian sebagai daya dukung pakan ternak di lahan kering; studi kasus: Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul. Yogyakarta (ID): BPTP.

Syamsu, J.A. 2007. Kayu bakar dan limbah pertaniansebagai energy alternatif.