Makalah teknik sampling
Transcript of Makalah teknik sampling
STATISTIK STATISTIK STATISTIK
STATISTIK STATISTIK STATISTIK
STATISTIK STATISTIK STATISTIK
STATISTIK STATISTIK STATISTIK
STATISTIK STATISTIK STATISTIK
STATISTIK STATISTIK STATISTIK
STATISTIK STATISTIK STATISTIK
STATISTIK STATISTIK STATISTIK
STATISTIK STATISTIK STATISTIK
STATISTIK STATISTIK STATISTIK
STATISTIK STATISTIK STATISTIK
STATISTIK STATISTIK STATISTIK
STATISTIK STATISTIK STATISTIK
STATISTIK STATISTIK STATISTIK
TEKNIK SAMPLING
OLEH:KELOMPOK II
ERMANSYAH (8146182009)RIDHA HUTAMI (8146182035)
TRI ASTARI (8146182041)
KELAS: KONSENTRASI MATEMATIKA DIKDAS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
1
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kita rahmat kesehatan dan kesempatan, sehingga bisa menyusun atau
menyelesaikan penyusunan makalah Statistik ini yang berjudul TEKNIK
SAMPLING.
Shalawat dan rangkaian salam kehadirat nabi Muhammad SAW yang kita
dari alam kegelapan menuju terang benderang.
Pembuatan makalah ini bertujuan sebagai tugas kelompok Statistik dan
sebagai bahan perkuliahan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga,
M. Pd. yang telah membimbing penulis dan pihak-pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini penulis yakini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangannya seperti pepatah yang mengatakan “tak ada gading yang tak retak“,
baik isi maupun penyusunnya. Atas semua itu dengan rendah hati penulis
harapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Medan, November 2015
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan ...................................................................................2
D. Manfaat Pembahasan ..................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................4
Pengertian Populasi .....................................................................................4
B. Pengertian Sampel .......................................................................................6
C. Teknik Sampling........................................................................................12
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................21
BAB IV SIMPULAN dan SARAN .....................................................................35
A. Simpulan....................................................................................................35
B. Saran ..........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melakukan penelitian, populasi dan sampel merupakan satu
komponen yang sangat perlu diperlukan. Populasi dan sampel sebagai
keseluruhan atau sebagian contoh dari objek-objek yang diteliti. Mendengar
istilah sampel, orang akan akan cenderung menghubungkannya dengan contoh.
Misalnya ketika jalan-jalan dipusat perbelanjaan dan diberikan hadiah sabun
dalam bentuk yang lebih kecil, maka disebut sampel (contoh) sabun (asli). Lalu,
apa hubungannya sampel barang tersebut dengan statistik?
Dalam menentukan populasi dan sampel penelitian, sudah barang tentu
haruslah sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan serta haruslah tepat dan
efisien. Kendala-kendala yang timbul selayaknya dapat diantisipasi oleh peneliti.
Oleh karenanya, dalam menentukan populasi dan sampel peneliti hendaklah
memperhatikan hal-hal yang memang berkaitan dengan populasi dan sampel,
sehingga didapatkan sampel yang tepat.
Penelitian adalah pekerjaan ilmiah yang bermaksud mengungkapkan
rahasia ilmu secara obyektif, dengan dibentengi bukti-bukti yang lengkap dan
kokoh. Penelitian merupakan proses kreatif untuk mengungkapkan suatu gejala
melalui cara tersendiri sehingga diperoleh suatu informasi. Pada dasarnya,
informasi tersebut merupakan jawaban atas masalah-masalah yang dipertanyakan
sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian juga dapat dipandang sebagai usaha
mencari tahu tentang berbagai masalah yang dapat merangsang pikiran atau
kesadaran seseorang.
Sebagian dari kualitas hasil suatu penelitian bergantung pada teknik
pengumpulan data yang digunakan. Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah
dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat, dan reliable.
Untuk memperoleh data seperti itu, peneliti dapat menggunakan metode, teknik,
prosedur, dan alat-alat yang dapat diandalkan. Ketidaktepatan dalam penggunaan
intrumen penelitian tersebut dapat menyebabkan rendahnya kualitas penelitian.
Penelitian bertujuan menemukan jawaban atas pertanyaan melalui aplikasi 4
prosedur ilmiah. Prosedur ini dikembangkan untuk meningkatkan taraf
kemungkinan yang paling relevan dengan pertanyaan serta menghindari adanya
bias. Sebab, penelitian ilmiah pada dasarnya merupakan usaha memperkecil
interval dugaan peneliti melalui pengumpulan dan penganalisaan data atau
informasi yang diperolehnya.
Dalam penelitian, salah satu bagian dalam langkah-langkah penelitian
adalah menentukan populasi dan sampel penelitian. Seorang peneliti dapat
menganalisa data keseluruhan objek yang diteliti sebagai kumpulan atau
komunitas tertentu. Seorang peneliti juga dapat mengidentifikasi sifat-sifat suatu
kumpulan yang menjadi objek penelitian hanya dengan mengamati dan
mempelajari sebagian dari kumpulan tersebut. Kemudian, peneliti akan
mendapatkan metode atau langkah yang tepat untuk memperoleh keakuratan
penelitian dan penganalisaan data terhadap objek.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada maka rumusan masalah yang dugunakan
adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan populasi, sampel dan teknik sampling?
2. Bagaimana penerapan teknik sampling?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari makalah ini, antara lain:
1. Memahami populasi, sampel dan teknik sampling.
2. Mengetahui penerapan teknik sampling?
5
D. Manfaat Pembahasan
Penulis berharap makalah ini memiliki manfaat bagi kita semua. Dimana
dengan adanya makalah ini dapat membantu semua kalangan baik itu mahasiswa,
pelajar dan masyarakat umum mendalami ilmu statistika terutama dalam
pengambilan sampel penelitian, khususnya dalam teknik sampling. Selain itu
sebagai tambahan wawasan dalam penerapan yang berkaitan dengan teknik
sampling.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Populasi
Sugiyono (2001: 55), menyatakan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun menurut Wiratna (2014: 65), populasi adalah keseluruhan jumlah
yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Menurut George A. Ferguson (1981: 142) menyatakan bahwa a
population is any defined aggregate of objects, persons, oe events, thw variables
used as the basis for classification or measurement being specified.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain.
populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek atau
subjek itu.
Menurut Margono (2004: 118), populasi adalah seluruh data yang
menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita
tentukan. Jadi populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau
setiap manusia memberikan suatu data maka, maka banyaknya atau ukuran
populasi akan sama dengan banyaknya manusia. Populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian (Arikunto, 2002: 108).
Kerlinger (Furchan, 2004: 193) menyatakan bahwa populasi merupakan
semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek yang telah dirumuskan
secara jelas. Nazir (2005: 271) menyatakan bahwa populasi adalah kumpulan
dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Kualitas atau
ciri tersebut dinamakan variabel. Sebuah populasi dengan jumlah individu
tertentu dinamakan populasi finit sedangkan, jika jumlah individu dalam
kelompok tidak mempunyai jumlah yang tetap, ataupun jumlahnya tidak
7
terhingga, disebut populasi infinit. Misalnya, jumlah petani dalam sebuah
desa adalah populasi finit. Sebaliknya, jumlah pelemparan mata dadu yang
terus-menerus merupakan populasi infinit.
Pengertian lainnya, diungkapkan oleh Nawawi (Margono, 2004: 118). Ia
menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang
terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala,
nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki
karaktersitik tertentu di dalam suatu penelitian. Kaitannya dengan batasan
tersebut, populasi dapat dibedakan berikut ini.
1. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang
memiliki batas kuantitatif secara jelas karena memilki karakteristik
yang terbatas. Misalnya 5.000.000 orang guru SMA pada awal tahun
1985, dengan karakteristik; masa kerja 2 tahun, lulusan program
Strata 1, dan lain-lain.
2. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang
tidak dapat ditemukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan
dalam bentuk jumlah secara kuantitatif. Misalnya guru di Indonesia,
yang berarti jumlahnya harus dihitung sejak guru pertama ada sampai
sekarang dan yang akan datang.
Dalam keadaan seperti itu jumlahnya tidak dapat dihitung, hanya dapat
digambarkan suatu jumlah objek secara kualitas dengan karakteristik yang
bersifat umum yaitu orang-orang, dahulu, sekarang dan yang akan menjadi guru.
populasi seperti ini disebut juga parameter.
Selain itu, menurut Margono (2004: 119) populasi dapat dibedakan ke
dalam hal berikut ini:
1. Populasi teoretis (teoritical population), yakni sejumlah populasi yang
batas-batasnya ditetapkan secara kualitatif. Kemudian agar hasil
penelitian berlaku juga bagi populasi yang lebih luas, maka ditetapkan
terdiri dari guru; berumus 25 tahun sampai dengan 40 tahun, program S1,
jalur skripsi, dan lain-lain.
2. Populasi yang tersedia (accessible population), yakni sejumlah
populasi yang secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan tegas.
8
Misalnya, guru sebanyak 250 di kota Bandung terdiri dari guru yang
memiliki karakteristik yang telah ditetapkan dalam populasi teoretis.
Margono (2004: 119-120) pun menyatakan bahwa persoalan populasi
penelitian harus dibedakan ke dalam sifat berikut ini:
1. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan
jumlahnya secara kuantitatif. Misalnya, seorang dokter yang akan
melihat golongan darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes
darah saja. Dokter itu tidak perlu satu botol, sebab setetes dan
sebotol darah, hasilnya akan sama saja.
2. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-
unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu
ditetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun secara
kuantitatif. Penelitian di bidang sosial yang objeknya manusia atau
gejala-gejala dalam kehidupan manusia menghadapi populasi yang
heterogen.
B. Pengertian Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2002: 109; Furchan, 2004: 193). Menurut George A. Ferguson (1981: 142)
menyatakan bahwa a sample is any subaggregate drawn from the population.
Pendapat yang senada pun dikemukakan oleh Sugiyono (2001: 56). Ia
menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi.
Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu,
maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (mewakili).
Margono (2004: 121) menyatakan bahwa sampel adalah sebagai
bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan
9
cara-cara tertentu. Hadi (Margono, 2004: 121) menyatakan bahwa sampel dalam
suatu penelitian timbul disebabkan hal berikut:
1. Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari
besarnya jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja.
2. Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil
kepenelitiannya, dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada
objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.
Penggunaan sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan
berbagai alasan. Nawawi (Margoino, 2004: 121) mengungkapkan beberapa
alasan tersebut, yaitu:
1. Ukuran populasi
Dalam hal populasi ta terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang
jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat
konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan
data dari populasi seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas
(terhingga) yang jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk
mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang
tersebar di seluruh pelosok Indonesia, misalnya.
2. Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung yang juga dari banyak sedikitnya
objek yang diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin
besar biaya yang diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di
wilayah cukup luas. Oleh karena itu, sampling ialah satu cara untuk
mengurangi biaya.
3. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit
daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu
yang tersedia terbatas, dan keimpulan diinginkan dengan segera, maka
penelitian sampel, dalam hal ini, lebih tepat.
4. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi
karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin
10
mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan
dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon
untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya
pada sampel.
5. Masalah ketelitian
Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan
cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam hal ini
meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian
terhadap populasi belum tentu ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti
akan bosan dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu
semua, penelitian terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu
penelitian.
6. Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seorang peneliti; apakah
kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga
yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian?
Dengan kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis
daripada penelitian populasi.
Berkenaan dengan teknik pengambilan sampel, Nasution (2003: 53)
mengatakan bahwa “Mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya
sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain
penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya”. Beberapa kriteria
yang perlu diperhatikan dalam mengambil sampel adalah sebagai berikut:
1. Berilah batas-batas yang tegas tentang sifat-sifat / karakteristik populasi,
sehingga dapat menghindari kekaburan dan kebingungan.
2. Tentukan sumber-sumber informasi tentang populasi. Ada beberapa
sumber informasi yang dapat memberi petunjuk tentang karakteristik suatu
populasi. Umpamanya didapat dari dokumen-dokumen.
3. Pilihlah teknik sampling dan hitunglah besar anggota sampel yang sesuai
dengan tujuan penelitiannya.
4. Tentukan ukuran sampel yang akan dianalisis
Adapun syarat sampel yang baik adalah sebagai berikut:
11
1. Akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan)
dalam sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada
dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias”
atau kekeliruan adalah populasi.
2. Agar sampel dapat memprediksi dengan baik populasi, sampel harus
mempunyai selengkap mungkin karakteristik populasi (Nan Lin, 1976).
3. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi. Presisi diukur oleh simpangan baku (standard
error). Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh
dari sampel (s) dengan simpangan baku dari populasi (N), makin tinggi
pula tingkat presisinya.
Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil merupakan hal yang
penting jika peneliti melakukan penilitian yang menggunakan analisis kuantitatif.
Pada penelitian yang menggunakan analisis kualitatif, ukuran sampel bukan
menjadi hal yang penting. Karena yang dipentingkan adalah kekayaan informasi
dari sampel. Walau jumlahnya sedikit tetapi jika kaya akan informasi, maka
sampelnya lebih bermanfaat.
Roscoe (1975) dalam Uma Sekaran (1992) memberikan pedoman
penentuan jumlah sampel di antara 30 s/d 500 elemen. Jika sampel dipecah lagi ke
dalam subsampel (laki/perempuan), SD,SLTA, SMU, dsb), jumlah minimum
subsampel harus 30. Untuk menentukan ukuran sampel dapat menggunakan cara
slovin dan tabel Isac Michael sebagai berikut:
a. Rumus Slovin adalah sebagai berikut:
Dimana:
n = Ukuran sampel
N = Populasi
e = Presentase kelonggaran ketidakterikatan karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih diinginkan.
Contoh:
Populasi responden adalah seluruh pegawai Bank Artha Prima berjumlah
100 orang, maka sampel yang kita ambil sebagai penelitian jika
12
menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan 95 %, dan tingkat
error 5 % adalah sebagai berikut:
orang
Jadi sampel penelitian untuk populasi 100 orang dan tingkat kepercayaan
95 % adalah 80 orang.
b. Berikut ini tabel penentuan sampel yang dikembangkan oleh Isac dan
Michael. Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang
diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut:
Dimana: dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1 %, 5 %, 10 %.
P = Q = 0, 5
d = 0, 05
s = jumlah sampel
Penentuan jumlah sampel dari populasi dapat disajikan dalam tabel berikut
ini:
Tabel 2.1.
Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf
Kesalahan 1 %, 5 %, dan 10 %
NS
Ns
NS
1% 5% 10% 1% 5% 10% 1% 5% 10%
10 10 10 10 280 197 155 138 2800 537 310 247
15 15 14 14 290 202 158 140 3000 543 312 248
20 19 19 19 300 207 161 143 3500 558 317 251
25 24 23 23 320 216 167 147 4000 569 320 254
30 29 28 27 340 225 172 151 4500 578 323 255
35 33 32 31 360 234 177 155 5000 586 326 257
40 38 36 35 380 242 182 158 6000 598 329 259
45 42 40 39 400 250 186 162 7000 606 332 261
50 47 44 42 420 257 191 165 8000 613 334 263
55 51 48 46 440 265 195 168 9000 618 335 263
13
60 55 51 49 460 272 198 171 10000 622 336 263
65 59 55 53 480 279 202 173 15000 635 340 266
70 63 58 56 500 285 205 176 20000 642 342 267
75 67 62 59 550 301 213 182 30000 649 344 268
80 71 65 62 600 315 221 187 40000 563 345 269
85 75 68 65 650 329 227 191 50000 655 346 269
90 79 72 68 700 341 233 195 75000 658 346 270
95 83 75 71 750 352 238 199 100000 659 347 270
100 87 78 73 800 363 243 202 150000 661 347 270
110 94 84 78 850 373 247 205 200000 661 347 270
120 102 89 83 900 382 251 208 250000 662 348 270
130 109 95 88 950 391 255 211 300000 662 348 270
140 116 100 92 1000 399 258 213 350000 662 348 270
150 122 105 97 1100 414 265 217 400000 662 348 270
160 129 110 101 1200 427 270 221 450000 663 348 270
170 135 114 105 1300 440 275 224 500000 663 348 270
180 142 119 108 1400 450 279 227 550000 663 348 270
190 148 123 112 1500 460 283 229 600000 663 348 270
200 154 127 115 1600 469 286 232 650000 663 348 270
210 160 131 118 1700 477 289 234 700000 663 348 270
220 165 135 112 1800 485 292 235 750000 663 348 270
230 171 139 125 1900 492 294 237 800000 663 348 271
240 176 142 127 2000 498 297 238 850000 663 348 271
250 182 146 130 2200 510 301 241 900000 663 348 271
260 187 149 133 2400 520 304 243 950000 663 348 271
270 192 152 135 2600 529 307 245 1000000 663 348 271
280 664 349 272
Keterangan:
N = Jumlah populasi
s = Jumlah sampel yang diperlukan
C. Teknik Sampling14
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel
(Sugiyono, 2001: 56). Margono (2004: 125) menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data
sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar
diperoleh sampel yang representatif. .
Adapun teknik sampling berdasarkan teknik memilihnya adalah sebagai
berikut:
1. Sampling dengan Pengembalian
Satuan sampling yang terpilih, “dikembalikan” lagi ke dalam populasi
(sebelum dilakukan kembali proses pemilihan berikutnya). Sebuah satuan
sampling bisa terpilih lebih dari satu kali. Untuk populasi berukuran N=4
dan sampel berukuran n=2, maka sampel yang mungkin terambil adalah Nn =
42 = 16 buah sampel. Teknik sampling seperti ini bisa dikatakan tidak
pernah digunakan dalam suatu penelitian, hanya untuk keperluan teoritis yang
berkatian dengan pengambilan sampel.
2. Sampling Tanpa Pengembalian
Satuan sampling yang telah terpilih, “tidak dikembalikan” lagi ke
dalam populasi. Tidak ada kemungkinan suatu satuan sampling terpilih
lebih dari sekali. Untuk populasi berukuran N=4 (misalnya A, B, C, D) dan
sampel berukuran n=3, maka sampel yang mungkin terambil ada 4 buah
sampel yaitu ABC, ABD, ACD, dan BCD. Jumlah sampel mengikuti persamaan
sebagai berikut:
Sedangkan teknik sampling menurut peluang pemilihannya yang kemudian
dipakai untuk menentukan sampel dalam penelitian dapat digambarkan secara
skematis. Menurut Sugiyono (2001: 57) teknik sampling ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.
15
Teknik Sampling
Probability Sampling Nonprobability Sampling
1. Simple random sampling
2. Proportionate stratified random sampling
3. Disproportionate stratified random sampling
4. Area (cluster) sampling (sampling menurut
daerah)
1. Sampling sistematis
2. Sampling kuota
3. Sampling incidental
4. Purposive sampling
5. Sampling jenuh
6. Snowball sampling
Dari gambar di atas terlihat bahwa teknik sampling pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability
Sampling. Probability sampling meliputi: simple random sampling,
proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random
sampling, dan area (cluster) sampling (sampling menurut daerah).
Nonprobability sampling meliputi: sampling sistematis, sampling kuota,
sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball
sampling.
1. Probability Sampling
Sugiyono (2001: 57) menyatakan bahwa probability sampling adalah
teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik sampel ini
meliputi:
a. Simple Random Sampling
Menurut Sugiyono (2001: 57) dinyatakan sample (sederhana) karena
pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Margono (2004: 126)
menyatakan bahwa simple random sampling adalah teknik untuk
mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Dengan
demikian setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang terpencil memperoleh
peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasi. Cara
demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik ini dapat 16
dipergunakan bilamana jumlah unit sampling di dalam suatu populasi tidak
terlalu besar. Misal, populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa program S1 (unit
tampling). Untuk memperoleh sampel sebanyak 150 orang dari populasi tersebut,
digunakan teknik ini, baik dengan cara undian, ordinal, maupun tabel bilangan
random. Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini.
Populasi Diambil secara Sampel
Homogen random yang
representatif
Gambar 2.1. Teknik Simpel Random Sampling (Sugiyono, 2001: 58)
b. Proportionate Stratified Random Sampling
Margono (2004: 126) menyatakan bahwa stratified random sampling
biasa digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau
berlapis-lapis. Menurut Sugiyono (2001: 58) teknik ini digunakan bila
populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen. Dan berstrata secara
proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari berbagai latar
belakang pendidikan, maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah
pegawai yang lulus S1 = 45, S2 = 30, STM = 800, ST = 900, SMEA = 400,
SD = 300. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan
tersebut yang diambil secara proporsional jumlah sampel.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling
Sugiyono (2001: 59) menyatakan bahwa teknik ini digunakan untuk
menentukan jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional.
Misalnya pegawai dari PT tertentu mempunyai mempunyai 3 orang lulusan S3,
4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang lulusan SMU, 700 orang
lulusan SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan empat orang S2 itu diambil
semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok itu terlalu kecil bila
dibandingkan denan kelompok S1, SMU dan SMP.
17
d. Cluste Sampling (Area Sampling)
Teknik ini disebut juga cluster random sampling. Menurut Margono
(2004: 127), teknik ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-
individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster.
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek
yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari
suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang
akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah
populasi yang telah ditetapkan. Sugiyono (2001: 59) memberikan contoh, di
Indonesia terdapat 27 propinsi, dan sampelnya akan menggunakan 10
propinsi, maka pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara random.
Tetapi perlu diingat, karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata
maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling.
Contoh lainnya dikemukakan oleh Margono (2004: 127). Ia
mencotohkan bila penelitian dilakukan terhadap populai pelajar SMU di suatu
kota. Untuk random tidak dilakukan langsung pada semua pelajar- pelajar, tetapi
pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau cluster.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap,
yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya
menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.
Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini.
18
Populasi daerah
A B
C
Tahap I Tahap II
A C
E D Diambil dengan random
FG I
H
D Diambil dengan random
G F
Sampel daerah Sampel individu
19
Gambar 2 . 2 . Teknik Cluster Random Sampling (Sugiyono, 2001: 59)
2. Nonprobability Sampling
Menurut Sugiyono (2001: 60) nonprobability sampling adalah teknik
yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi:
a. Sampling Sistematis
Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling sistematis adalah
teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah
diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari
semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau
kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu
maka yang diambil sebagai sampel adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai
100.
b. Sampling Kuota
Menurut Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling kuota adalah
teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu
sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Menurut Margono (2004: 127) dalam
teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan
dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau
quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung
pada unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, pengumpulan data dihentikan.
Sebagai contoh, akan melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II, dan
penelitian dilakukan secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 100, dan
jumlah anggota peneliti berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat
memilih sampel secara bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan
(golongan II) sebanyak 20 orang.
c. Sampling Incidental
Sampling incidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2001: 60).
Menurut Margono (2004: 127) menyatakan bahwa dalam teknik ini
pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung
mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui. Misalnya penelitian tentang
pendapat umum mengenai pemilu dengan mempergunakan setiap warga
negara yang telah dewasa sebagai unit sampling. Peneliti mengumpulkan data
langsung dari setiap orang dewasa yang dijumpainya, sampai jumlah yang
diharapkan terpenuhi.
d. Sampling Purposive
Sugiyono (2001: 61) menyatakan bahwa sampling purposive adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono
(2004: 128), pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan
atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan
ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Degan kata lain unit sampel
yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan
berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya akan melakukan penelitian tentang
disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang
kepegawaian saja.
e. Sampling Jenuh
Menurut Sugiyono (2001: 61) sampling jenuh adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal
ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang.
Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi
dijadikan sampel.
f. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula- mula
jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman- temannya untuk
dijadikan sampel (Sugiyono, 2001: 61). Begitu seterusnya, sehingga jumlah
sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding, makin lama
semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive
dan snowball. Teknik sampel ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
A Sampel Pertama
Pilihan A
B C
Pilihan B Pilihan C
D E F G H I
Pilihan E Pilihan H
J K L M N O
Gambar 2.3. Nowball Sampling (Sugiyono, 2001: 61)
Menurut Margono (2004: 128-130) penentuan sampel perlu
memperhatikan sifat dan penyebaran populasi. Berkenaan hal itu,
dikenal beberapa kemungkinan dalam menetapkan sampel dari suatu populasi
berikut ini:
1. Sampel Proporsional
Sampel proporsional menunjuk kepada perbandingan penarikan sampel
dari beberapa subpopulasi yang tidak sama jumlahnya. Dengan kata lain unit
sampling pada setiap subsampel sebanding jumlahnya dengan unit sampling
dalam setiap subpopulasi, misalnya, penelitian dengan menggunakan murid
SLTA Negeri sebagai unit sampling yang terdiri dari 3.000 murid SMA Negeri
dan 1.500 murid STM Negeri. Dengan demikian perbandingan subpopulasi
adalah 2:1. Dari populasi itu akan diambil sebanyak 150 murid. Sesuai
dengan proporsi setiap subpopulasi, maka harus diambil sebanyak 100 murid
SMA Negeri dan 50 murid STM Negeri sebagai sampel.
2. Area Sampel
Sampel ini memiliki kesamaan dengan proporsional sampel.
Perbedaannya terletak pada subpopulasi yang ditetapkan berdasarkan daerah
penyebaran populasi yang hendak diteliti. Perbandingan besarnya sub
populasi menurut daerah penelitian dijadikan dasar dalam menentukan ukuran
setiap sub sampel. Misalnya, penelitian yang menggunakan guru SMP
Negeri sebagai unit sampling yang tersebar pada lima kota kabupaten. Setiap
kabupaten memiliki populasi guru sebanyak 500, 400, 300, 200 dan 100.
Melihat populasi seperti itu, maka perbandingannya adalah 5:4:3:2:1. Jumlah
sampel yang akan diambil 150. Dengan demikian dari setiap kabupaten harus
diambil sampel sebesar 50, 40. 30, 20 dan 10 orang guru.
3. Sampel Ganda
Penarikan ganda atau sampel kembar dilakukan dengan maksud
menanggulangi kemungkinan sampel minimum yang diharapkan tidak
masuk seluruhnya. Untuk itu jumlah atau ukuran sampel ditetapkan dua kali
lebih banyak dari yang ditetapkan. Penentuan sampel sebanyak dua kali lipat itu
dilakukan terutama apabila alat pengumpul data yang dipergunakan adalah
kuesioner atau angket yang dikirimkan melalui pos. Dengan mengirim dua set
kuesioner pada dua unit sampling yang memiliki persamaan, maka dapat
diharapkan salah satu di antaranya akan dikembalikan, sehingga jumlah atau
ukuran sampel yang telah ditetapkan terpenuhi.
4. Sampel Majemuk (multiple samples)
Sampel majemuk ini merupakan perluasan dari sampel ganda.
Pengambilan sampel dilakukan lebih dari dua kali lipat, tetap memiliki kesamaan
dengan unit sampling yang pertama. Dengan sampel multiple ini kemungkinan
masuknya data sebanyak jumlah sampel yang telah ditetapkan tidak diragukan
lagi. Penarikan sampel majemuk ini hanya dapat dilakukan apabila jumlah
populasi cukup besar.
Margono (2004: 130) menyatakan bahwa dalam setiap penelitian,
populasi yang dipilih erat hubungannya dengan masalah yang ingin dipelajari.
Dalam penelitian fertilitas misalnya. Suatu sampel biasanya dipilih dari populasi
wanita usia subur (umur 15-49 tahun) yang pernah kawin. Dalam penelitian
tenaga kerja dipilih populasi peduduk usia kerja; dalam penelitian transmigrasi,
para transmigran yang menjadi populasi sasaran; dan dalam penelitian memakai
alat kontrasepsi, para akseptor yang menjadi sasaran peneliti.
Unsur-unsur yang diambil sebagai sampel disebut unsur sampling.
Unsur sampling diambil dengan menggunakan kerangka sampling (sampling
frame). Kerangka sampling ialah daftar dari semua unsur sampling dalam
populasi sampling. Kerangka sampling dapat berupa daftar mengenai jumlah
penduduk, jumlah bangunan, mungkin pula sebuah peta yang unit-unitnya
tergambar secara jelas. Sebuah kerangka sampling yang baik, menurut
Margono (2004: 131) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Harus meliputi seluruh unsur sampel (tidak satu unsur pun yang
tertinggal).
2. Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali;
3. Harus up to date.
4. Batas-batasnya harus jelas, misalnya batas wilayah; rumah tangga,
(siapa-siapa yang menjadi anggota rumah tangga); dan
5. Harus dapat dilacak di lapangan; jadi hendaknya tidak terdapat beberapa
desa dengan nama yang sama.
Dari uraian di atas, banyak teknik sampling yang dapat kita lakukan untuk
mendapatkan sampel yang representatif, baik secara sampling random (probability
sampling) maupun secara sampling nonrandom (nonprobability sampling).
Kesalahan-kesalahan umum yang sering dijumpai dalam menentukan besarnya
anggota sampel diantaranya:
1. Peneliti mengubah prosedur teknik sampling
2. Peneliti memilih anggota sampel yang tidak sesuai dengan tujuan
penelitiannya,
3. Peneliti mengurangi anggota sampel yang telah ditentukan oleh
perhitungannya;
4. Peneliti tidak memberikan alasan-alasan mengapa rumus dan teknik
sampling tertentu yang ia gunakan didalam penelitiannya itu;
BAB III
PEMBAHASAN
Di bagian bab sebelumnya telah dikemukakan terdapat dua teknik sampling
dalam penelitian, yaitu probability sampling dan nonprobability sampling.
Probability sampling adalah teknik sampling yang memberi peluang sama kepada
anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara demikian sering
disebut dengan random sampling, atau cara pengambilan sampel secara acak.
Pengambilan sampel secara random/acak dapat dilakukan dengan bilangan
random, komputer, maupun dengan undian. Bila pengambilan dilakukan dengan
undian, maka setiap anggota populasi diberi nomor terlebih dahulu, sesuai dengan
jumlah anggota populasi.
Karena teknik pengambilan sampel adalah random, maka setiap anggota
populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Cara pengambilan bila satu nomor setelah diambil, maka perlu dikembalikan lagi,
kalau tidak dikembalikan peluangnya menjadi tidak sama lagi. Peluang akan
semakin besar bila yang telah diambil tidak dikembalikan lagi. Bila yang telah
diambil keluar lagi, dianggap tidak sah dan dikembalikan lagi. Sehingga jelas tidak
dikembalikan atau mengembalikan mempengaruhi siapa saja yang menjadi
anggota sampel yang akan diteliti.
Distribusi Sampling
Diberikan sebuah populasi.
Pikirkan semua sampel berukuran N yang mungkin, yang diperoleh dari
populasi yang diberikan.
Setiap sampel mempunyai “statistik”,
Misalnya:
Mean
Simpangan baku
Median dan sebagainya.
Sehingga kita mempunyai sebuah distribusi statistik tertentu dan sampel-
sampel tersebut yang disebut: distribusi sampling/ distribusi sampel.
Sk
S1
S2
Semua sampel berukuran N
distribusi sampel dari mean:
, , …….. ,………………
distribusi sampel dari mean:
S1, S2, …….., Sk, ………………
Dari setiap distribusi sampel statistik, kita dapat menghitung mean,
simpangan baku dan sebagainya. Jadi terdapat:
Mean dari distribusi sampel mean :
Simpangan baku dari distribusi sampel mean:
Mean dari distribusi sanpel varian :
Simpangan baku dari ditribusi sampel varian:
dan lain-lain.
1. Distribusi Sampel Mean
Jika semua sampel berukuran N diambil tanpa pengambilan dari populasi
berhingga dengan ukuran Np > N, maka:
dan
Contoh:
Sebuah populasi beranggotakan 5, 6, 7, 9, 10.
Pandang semua sampel berukuran 2, yang diambil tanpa pengembalian
dari populasi tersebut.
Populasi
Sampel 2 (N)
Sampel 1 (N)
Sampel 3 (N)
Penyelesaian:
a.
b.
c.
= 1, 1358
Sementara,
Sampel = 5 maka Np = 5
Si
5 ; 6 5, 5
5 ; 7 6
5 ; 9 7
5 ; 10 7, 5
6 ; 7 6, 5
6 ; 9 7, 5
6 ; 10 8
7 ; 9 8
7 ; 10 8, 5
9 ; 10 9, 5
Si = sampel ke-i
Jika semua sampel berukuran N diambil dengan pengembalian atau
populasi tak berhingga, maka dan dapat dihitung sebagai berikut:
dan
Contoh:
Sebuah populasi anggotanya 5, 6 , 7, 9, 10.
Pandang semua sampai berukuran 2 yang diambil dengan pengembilan
dari populasi tersebut seperti contoh sebbelumnya, diperoleh:
Penyelesaian:
a. dan
b. Terdapat 25 sampel yang mungkin, yaitu:
(5; 5) (5; 6) (5; 7) (5; 9) (5; 10)
(6; 5) (6; 6) (6; 7) (6; 9) (6; 10)
(7; 5) (7; 6) (7; 7) (7; 9) (7; 10)
(9; 5) (9; 6) (9; 7) (9; 9) (9; 10)
(10; 5) (10; 6) (10; 7) (10; 9) (10; 10)
c. Sehingga diperoleh distribusi sampel mean sebagai berikut:
(*) 5, 0 5, 5 6, 0 7, 0 7, 5
5, 5 6, 0 6, 5 7, 5 8, 0
6, 0 6, 5 7, 0 8, 0 8, 5
7, 0 7, 5 8, 0 9, 0 9, 5
7, 5 8, 0 8, 5 9, 5 10, 0
Mean dari distribusi sampel mean adalah
Simpangan baku dari distribusi sampel mean:
Sementara,
Terlihat,
Catatan:
Untuk N besar ( ), distribusi sampel mean “mendekati”
distribusi normal dengan mean dan simpangan baku (dari
teorema limit sentral).
Jika populasi berdistribusi normal, maka distribusi sampel mean
juga normal (N < 30)
Perhatikan bahwa nilai makin “mendekati” ke 1, jika Np
mendekati .
Standar deviasi dari distribusi sampel suatu statistic disebut standar
error (kesalahan baku).
Apa beda dari: distribusi sampel teoritis dan distribusi sampel
eksperimental?
Contoh :
Diketahui bahwa hasil tes IQ dari 1000 mahasiswa disuatu PT tertentu
berdistribusi normal dengan mean 110 dan simpangan baku 13. Sebanyak 100
sampel yang berisi 20 mahasiswa diambil dari 1000 mahasiswa-mahasiswa
tersebut.
1. Berapakah mean darn simpangan baku dari distribusi sampel mean, jika
pengambilan sampel dilakukan dengan:
a. Pengembalian
b. Tanpa pengembalian
2. Berapa banyaknya sampel diharapkan agar mean,
a. antara 105 dan 112
b. kurang dari 106
c. lebih dari 107
Penyelesaian:
Secara teoritis, banyaknya sampel berukuran 20 yang dapat dari 1000
mahasiswa dengan dan tanpa pengembalian berturut-turut adalah:
dan
Karena kedua bilangan tersebut jauh lebih besar dari 100, maka dalam hal
ini kita tidak memperoleh distribusi sampel mean yang “sempurna” melainkan
hanya sebuah distribusi sampai mean eksperimental. Walau begitu, karena
banyaknya sampel “cukup besar”, distribusi sampel mean eksperimental ini
“mendekati” distribusi sampel mean teoritis/sempurna.
Sehingga:
(1. a).
(1. b).
Jadi distribusi sampel mean eksperimental “mendekati” distribusi normal
dengan mean 110 dan simpangan baku 2, 9.
Sehingga, mean dari sebuah sampel, di dalam “bentuk baku” menjadi
Dengan demikian,
(2. a). 105 dalam bentuk baku menjadi
112 dalam bentuk baku menjadi
Probabilitas dari sampel-sampel denagn mean antara 105 dan 112
= luas daerah dibawah kurva normal diantara Z = -1,72 dan Z = 0,69.
= (luas daerah anatara Z = -1,72 dan Z = 0) + (luas daerah antara Z = 0
dan Z = 0,69)
= 0,4573 + 0,2549 = 0, 7122
Banyaknya sampel yang diharapkan = 100 (0,7122) 71.
(2. b). 106 dalam bentuk baku menjadi
Proporsi dari sampel-sampel dengan mean kurang dari 106
= luas daerah di bawah kurva normal dari Z = -1,38 ke kiri
= (luas daerah dari Z = 0 ke kiri) – (luas daerah dari Z = 0 s/d Z = -
1,38)
= 0,5 – 0,4162 = 0,0838
Banyaknya sampel agar mean kurang dari 106 adalah = 100 (0,0838)
8.
(3. c). 107 dalam bentuk baku menjadi
Proporsi dari sampel-sampel dengan mean lebih dari 107
= luas daerah di bawah kurva normal dari Z = -1,03 ke kanan
= (luas daerah dari Z = -1,03 s/d Z = 0) + (luas daerah dari Z = 0 ke
kanan)
= 0,3485 + 0, 5 = 0, 8485
Banyaknya sampel agar mean lebih dari 107 adalah = 100 (0,08485)
85.
Contoh Soal Pembuktian:
Buktikanlah , jika semua sampel berukuran N diambil dari populasi
tak berhingga (atau diambil dengan pengembalian).
Bukti:
Telah diketahui untuk populasi berhingga (atau tanpa pengembalian).
Akan dibuktikan
terbukti.
2. Distribusi Sampel Proporsi
Populasi Proporsi suatu event
P
Sampel 1 Sampel 2 . . . . . Sampel k
(N) p1 (N) p2 (N) pk
Distribusi sampel proporsi: p1, p2, ……, pk
Mean dari distribusi sampel proporsi :
Simpangan baku dari distribusi sampel proporsi :
Jika semua sampel berukuran N diambil tanpa pengembalian dari populasi
berhingga berukuran Np > N, maka
= P dan
Jika semua sampel berukuran N diambil dengan pengembalian dari
populasi berhingga, atau populasi tak berhingga, maka
= P dan
Contoh:
Sebuah populasi beranggotakan 5 orang yang terdiri dari 2 pria (l1, l2) dan
3 wanita (w1, w2, w3).
a. Proporsi anak pria dalam populasi : P =
Proporsi anak wanita dalam populasi : 1 - P =
b. Bandingkan semua sampel berukuran 3 yang diambil tanpa pengembalian
dari populasi.
Sampel yang mungkin sebagai berikut:
(l1, l2, w1), (l1, l2, w2), (l1, l2, w3), (l1, w1, w2), (l1, w1, w3)
(l1, w2, w3), (l2, w1, w2), (l2, w1, w3), (l2, w2, w3), (w1, w2, w3)
Sehingga diperoleh distribusi sampel proporsi sebagai berikut:
0
Dengan demikian,
dan
Sementara dengan rumus:
3. Distribusi Sampel dari Selisih Dua Statistik
Populasi 1 Populasi 2
P1 P2
sampel 1.1 sampel 1.2 sampel 1.k sampel 2.1 sampel 2.2 sampel 2.l
N1 N1 ….. N1 N2 N2 ……. N2
Distribusi sampel selisih dua mean:
……,
……, dan seterusnya
Distribusi sampel selisih dua proporsi:
P1.1-P2.1, P1.1-P2.2, … dan seterusnya
P1.2-P2.1, P1.2-P2.2, … dan seterusnya
.
.
.
P1.k-P2.1, P1.k-P2.2, … dan seterusnya
dan seterusnya
Misalkan sampel-sampel dari populasi 1 dan sampel-sampel dari populasi
2 saling bebas (independent).
Mean dari distribusi sampel selisih dua mean:
Simpangan baku dari distribusi sampel selisih dua mean:
a.
Populasi tak berhingga atau populasi berhingga tetapi pengambilan sampel
dengan pengembalian.
b.
Populasi berhingga atau pengambilan sampel tanpa pengembalian.
Mean dari distribusi sampel selisih dua proporsi:
Simpangan baku dari distribusi sampel selisih dua proporsi:
Catatan :
Jika N1 dan N2 “besar” (N1, N2 30), maka distribusi sampel selisih dua
mean atau dua proporsi mendekati distribusi normal.
Jika populasi 1 dan populasi 2 berdistribusi noormal, apa yang saudara
ketahui tentang distribusi sampel selisih dua mean atau dua proporsi?
Contoh :
Bola lampu merek 1 mempunyai rata-rata “waktu hidup” 2000 jam dengan
simpangan baku 300 jam. Bola lampu merek 2 mempunyai rta-rata ”waktu
hidup” 1750 jam dengan simpangan baku 150 jam. Jika sampel-sampel random
yang masing-masing beranggota 100 bola lampu dari tiap merek di test, berapakah
peluang bahwa bola lampu nomor 1 mempunyai “waktu hidup” paling sedikit 200
jam lebih lama dari bola lampu merek 2?
Penyelesaian :
Populasi 1
Populasi 2
N1 = N2 = 100
Sehingga = 2000 – 1750 = 250
dan
Karena N1, N2 ,
mendekati distribusi normal
Selisih 200 jam dalam bentuk baku menjadi
Dengan demikian peluang yang diminta
= luas daerah dibawah kurva normal sebelah kanan Z = -1,49
= 0,4319 + 0,5000 = 0,9319
Z = -1,49 Z=0
Data mendekati normal maka Sx = Sy= 1
Sehingga r = byx = byx
r = byx
r bukan merupakan proposi, tetapi merupakan proporsi.
Artinya sekitar 93 % Dari bola I dengan II selisih hidupnya minimal 200 jam (hanya 7 ps) yang selisih hidupnya kurang dari 200 jam).
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi populasi berhubungan dengan
data, bukan manusianya. Kalau setiap manusia memberikan suatu data maka,
maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang
diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya
sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya,
dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh
sampel yang representatif.
Teknik sampling berdasarkan teknik memilihnya adalah sampling dengan
pengembalian d a n s ampling tanpa pengembalian. Sedangkan teknik sampling
menurut peluang pemilihannya yang kemudian dipakai untuk menentukan sampel
dalam penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling
dan Nonprobability Sampling. Probability sampling adalah teknik sampling yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel. Teknik sampel ini meliputi: simple random
sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified
random sampling, dan area (cluster) sampling (sampling menurut daerah).
Nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi: sampling sistematis,
sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan
snowball sampling.
B. Saran
Dalam makalah ini penulis memiliki harapan agar pembaca memberikan
kritik dan saran yang membangun. Karena penulis sadar dalam penulisan makalah
ini terdapat begitu banyak kekurangan.
Selain itu, penulis juga menyarankan setelah membaca makalah ini kita
dapat mengetahui bagaimana mencari sampel yang benar dan tepat dalam
penelitian. Untuk itu, sebelum melakukan penarikan sampel sebaiknya dipahami
terlebih dahulu penarikan sampel dengan pengembalian atau tanpa pengembalian.
DAFTAR PUSTAKA
Ferguson, George A. 1981. Statistical Analysis In Psychology And Education.
Singapore: B & JQ Interprise PTE LTD.
Setiawan, Nugraha. 2005. Teknik Sampling. Bogor: Universitas Padjadjaran.
Sinaga, Bornok, M. Pd., Dr. Statistika. Medan: UNIMED.
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta.
Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: PT. Pustaka
Baru.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: PT. Bumi Aksara.
Susilana, Rudi. Modul 6 Populasi dan Sampel, pdf.