Makalah Tafsir Ayat Tentang Evaluasi

15
Tafsir Ayat Tentang Evaluasi Pendidikan Agus Rizon

Transcript of Makalah Tafsir Ayat Tentang Evaluasi

Page 1: Makalah Tafsir Ayat Tentang Evaluasi

Tafsir Ayat Tentang Evaluasi Pendidikan

Agus Rizon

Page 2: Makalah Tafsir Ayat Tentang Evaluasi

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang.

BAB II

PEMBAHASAN

A. AL-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 2-3.............................................................................1

B. Terjemahan ...............................................................................................................................1

C. Mufrodat (kosa kata)..........................................................................................................1

D. Asbab An-nuzul...................................................................................................................2

E. Penjelasan ayat....................................................................................................................2

F. Hubungan alqur’an surat al-ankabut ayat 2-3 dengan evaluasi pendidikan.......................4

BAB III

PENUTUP.

A. Kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA.

BAB I

PENDAHULUAN

Page 3: Makalah Tafsir Ayat Tentang Evaluasi

A. Latar belakang.

Islam dengan sumber ajaran al-Qur’an dan hadits yang diperkaya penafsiran para

ulama ternyata menunjukkan dengan jelas berbagai masalah dalam bidang pendidikan yang

telah memberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itu ajaran Islam

menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya baik

pria maupun wanita yang berlangsung seumur hidup semenjak dari buaran hingga ajal datang

(al-Hadits) – life is education.

Dalam proses evaluasi pendidikan memiliki kedudukan penting dalam pencapaian

hasil yang digunakan sebagai input untuk perbaikan kegiatan pendidikan. Untuk mengetahui

lebih jelas tentang evaluasi pendidikan, akan dipaparkan tafsiran surat al-ankabut ayat 2-3

tentang evaluasi pendidikan.

BAB II

PEMBAHASAN

Page 4: Makalah Tafsir Ayat Tentang Evaluasi

A. AL-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 2-3

ب� ك�وا أ�ن� الناس� أ�ح�س� ول�وا أ�ن� ي�ت�ر� نا ي�ق� م� آ�م� ت�ن�و ال� و�ه� ي�ف�

(2ن� )

د�  ل�ق� ت�نا و� ن� الذ�ين� ف� م� م� ب�ل�ه� ل�ي�ع�ل�م�ن ق� د� الذ�ين� الله� ف� ص�

ن ق�وا ل�ي�ع�ل�م� (3ال�ك�اذ�ب�ين� ) و�

B. Terjemahan

(2) Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah

beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?

(3) “Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka

sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui

orang-orang yang dusta”.

C. Mufrodat (kosa kata)

ب� : ح�س� mengira

ت�ن�ون� ي�ف� : Sedang di uji

ن ل�ي�ع�ل�م� : Sesungguh nya dia mengetahui

ال�ك�اذ�ب�ين� : Orang-orang yg dusta1

D. Asbab An-nuzul

1 Al-qur’an dan terjemahan

Page 5: Makalah Tafsir Ayat Tentang Evaluasi

2 . Imam Muslim, Imam Tirmizi dan lain-lainnya telah mengetengahkan sebuah hadis melalui

Saad bin Abu Waqqash yang telah menceritakan, bahwa Ummu Saad telah berkata kepada

anaknya, "Bukankah Allah telah memerintahkan untuk berbakti (kepada orang tua) , maka demi

Allah, aku tidak akan makan makanan dan pula tidak akan meminum minuman hingga aku mati

atau kamu kafir kepada-Nya."

E. Penjelasan ayat

Ayat 2.

Pada ayat ini Allah seolah-olah bertanya kepada manusia yang telah mengaku beriman

dengan mengucapkan kalimat syahadat bahwa apakah mereka akan dibiarkan begitu saja

mengakui keimanan tersebut tanpa lebih dahulu harus diuji? Tidak, malah setiap orang beriman

harus diuji lebih dahulu, sehingga dapat diketahui sampai dimanakah mereka sabar dan tahan

menerima ujian tersebut. Ujian yang mesti mereka tempuh itu bermacam-macam. Umpamanya

perintah berhijrah (meninggalkan kampung halamanan demi untuk menyelamatkan iman dan

keyakinan), berjihad di jalan Allah, mengendalikan syahwat, mengerjakan tugas-tugas dalam

rangka menegakkan taat kepada Allah, dan bermacam-macam musibah seperti: kehilangan

anggota keluarga, hawa panas kering yang menyebabkan tumbuh-tumbuhan mati kekeringan.

Semua cobaan itu dimaksudkan untuk menguji siapakah di antara mereka yang sungguh-sungguh

beriman dengan ikhlas dan siapa pula yang berjiwa munafik. Begitu pula untuk mengetahui

apakah mereka termasuk orang yang kokoh pendiriannya atau orang yang masih bimbang dan

ragu-ragu sehingga iman mereka masih rapuh. 2

Keimanan bukan lah sekedar kata-kata yang di ucapkan. Namun, ia adalah hakikat yang

mempunyai beban-beban; amanah yang mempunyai konsekuensi; jihad yng memerlukan

kesabaran ;dan udaha yang memerlukan daya tahan.sehingga, tidak cukup seseorang

berkata ,”saya beriman .” mereka tak di biyarkan berkata seperti itu saja, hingga mereka

mengalami cobaan ,dan mereka bertahan menghadapi cobaan itu,untuk kemudian dari cobaan

tersebut dalam keadaan bersih unsur-unsur diri mereka dan hati nurani mereka .seperti api

membakar emas sehingga terpisalah antara emas itu dengan unsur-unsur murah yang tercampur

dengan nya (dan inilah asal kata ini secara bahasa dan iya memiliki makna ,nuansa dan sugesti

tersendiri) demikian juga halnya yang dilakukan oleh cobaan itu terhadap hati manusia .

Ayat 3.

2 Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an XVII

Page 6: Makalah Tafsir Ayat Tentang Evaluasi

Allah mengetahui hakikat hati manusia sebelum memberikan cobaan itu. Namun, cobaan itu

menyingkapkan hati mereka di dunia realita seperti yang tersingkap dalam ilmu allah, tapi

tertutup dari ilmu manusia. Dengan demikian, manusia dihisab seauai dengan apa yang terjadi

dari amal mereka ,bukan sekedar apa yang di ketahui oleh Allah tentang perkara mereka . ini

merupakan anugrah dari allah dari satu segi , dan keadillan dari segi lain, serta pendidikan bagi

manusia dari segi lain pula . sehingga, mereka tak menilai seseorang kecuali dari perkaranya

yang tampak ,dan dari hasil perbuatannya. Karena mereka tak lebih tahu dari allah tentang

hakikat hatinya!

Kita kembali kepada sunnah allah dalam memberikan cobaan kepada orang-orang beriman

dan menimpakan fitnah kepada mereka. Sehingga , diketahui siapa yang benar dan siapa yang

berdusta . karena , keimanan adalah amanah allah di muka bumi , yang tak dapat di emban

kecuali oleh mereka yang memang berhak dan mampu mengamban nya , serta mempunyai

keikhlasan dan kesungguhan hati nya. Sedangkan, orang-orang yang memilih santai dan

kesenangan diri, keamanan dan keselamatan diri ,serta harta benda dunia dan godaan, maka

mereka bukan lah orang-orang yangberhak dan mampu men gemban amanah itu.3

Orang-orang yang beriman dan berpegang teguh dengan keimanannya akan menghadapi

berbagai macam penderitaan dan kesulitan. Mereka sabar dan tabah menahan penderitaan itu.

Demikianlah umpamanya Bani Israel yang beriman, setelah diuji oleh Allah dengan berbagai

macam siksaan yang dijatuhkan Firaun kepadanya. Umat Nabi Isa a.s. yang beriman juga tidak

luput dari azab dan kesengsaraan. Semuanya menjadi contoh dan pelajaran bagi umat beragama

Islam ini. Diriwayatkan oleh Bukhari, Abu Daud dan Nasa'i bahwa suatu waktu pernah para

sahabat mengadukan penderitaan mereka kepada Rasulullah.

Mereka mengatakan bahwa kami menderita berbagai macam siksaan berat dari kaum

musyrikin. Apakah kami tidak akan ditolong wahai Rasulullah, dengan cara engkau berdoa untuk

keselamatan kami dari siksaan tersebut?. Keluh mereka kepada beliau. Rasulullah hanya

menjawab, "Orang-orang sebelum kamu juga mengalami hal seperti ini, bahkan lebih hebat lagi.

Seseorang yang karena keimanannya yang membaja kepada Tuhan ia dihukum, dan digali lubang

khusus untuknya. Diletakkan gergaji di atas kepalanya.

Kemudian gergaji itu diturunkan perlahan-lahan, sehingga tubuh orang tersebut terbelah dua.

Ada pula yang badannya disikat dengan sikat besi runcing yang sudah dipanaskan. Namun

mereka tidak mau mundur dari keyakinan agamanya. Demi Allah, agama ini pasti akan

kutegakkan jua, sehingga amanah musafir San'a yang sedang dalam perjalanan ke Hadramaut.

Mereka tidak takut kecuali hanya kepada Allah, walaupun serigala-serigala liar mengelilingi

3 Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an XVII

Page 7: Makalah Tafsir Ayat Tentang Evaluasi

binatang ternaknya. Tetapi kamu (sabda Rasulullah pula) terlalu tergopoh-gopoh minta

pertolongan".

F. Hubungan alqur’an surat al-ankabut ayat 2-3 dengan evaluasi pendidikan.

Evaluasi itu perlu dilakukan, dengan mengingat akan sifat-sifat manusia itu sendiri yaitu

manusia adalah makhluk yang lemah, makhluk yang suka membantah dan ingkar kepada Allah,

mudah lupa dan banyak salah namun mempunyai batas untuk sadar kembali. Tetapi di sisi lain

manusia juga merupakan makhluk terbaik dan termulia, yang dipercaya Allah untuk mengemban

amanat yang istimewa, yang diangkat sebagai khalifah di bumi dan yang telah diserahi Allah apa

yang ada di langit dan di bumi.

Bertolak dari kajian tersebut, maka ditemukan hal-hal prinsipal sebagai berikut : bahwa

manusia itu ternyata memiliki kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan tertentu,

sehingga perlu diperbaiki baik oleh dirinya sendiri maupun pihak lain. Namun manusia itu juga

memiliki kelebihan-kelebihan tertentu sehingga kemampuan tersebut perlu dikembangkan dan

manusia mempunyai kemampuan untuk mencapai posisi tertentu sehingga perlu dibina

kemampuannya untuk mencapai posisi tersebut. Dengan mengingat hal-hal tersebut, maka

evaluasi amatlah diperlukan, apalagi dalam proses pendidikan.

Evaluasi yang dilakukan Allah terhadap umat manusia mengandung pengertian bahwa

manusia senantiasa dalam pengawasan Allah yang apabila hal ini disadari oleh manusia berarti ia

akan hati-hati dalam bertingkah laku.4

Al Qur’an sebagai sumber utama pendidikan Islam, banyak mengungkap konsep evaluasi di

dalam ayat-ayatnya sebagai acuan bagi manusia untuk hati-hati dalam melakukan perbuatannya..

Allah dalam berbagai firman-Nya dalam kitab suci Al Qur’an memberitahukan kepada kita

bahwa pekerjaan evaluasi terhadap manusia didik adalah merupakan suatu tugas penting dalam

rangkaian tugas pendidikan yang dilaksanakan oleh pendidik. Ada tiga tujuan pedagogis dari

sistem evaluasi Tuhan terhadap perbuatan manusia yaitu ;

Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema

kehidupan yang dialaminya.

Untuk mengetahui sampai di mana atau sejauh mana hasil pendidikan wahyu yang telah

diterapkan Rasulullah SAW terhadap umatnya.

4 Abu Al-fida ismail ibnu katsir ,Tafsir ibn katsir,(beirut: Dar al fikr,1986).

Page 8: Makalah Tafsir Ayat Tentang Evaluasi

Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman manusia, sehingga

diketahui manusia yang paling mulia di sisi Allah yaitu yang paling bertaqwa kepada-

Nya, manusia yang sedang dalam iman dan ketaqwaannya, dan manusia yang ingkar

kepada ajaran Islam.

Untuk mengetahui sejauh mana kuatnya iman seseorang, Allah SWT terkadang

mengevaluasinya melalui berbagai cobaan yang besar. Allah SWT berfirman yang

artinya:”Apakah manusia itu mengira, bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan : “kami

telah beriman”, sedang mereka tidak diuji (dievaluasi) lagi ? Dan sesungguhnya kami telah

menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang

yang benar, dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut, 29:2-

3).

Sasaran evaluasi dengan teknik testing tersebut, adalah ketahanan mental beriman dan taqwa

kepada Allah. Jika mereka ternyata tahan terhadap uji coba Tuhan, mereka akan mendapatkan

kegembiraan dalam segala bentuk, terutama kegembiraan yang bersifat mental rohaniah. Seperti

kelapangan dada, ketegaran hati, terhindar dari putus asa, kesehatan jiwa dan kegembiraan paling

tinggi nilainya adalah mendapatkan tiket masuk surga.

Al Bala’ yang diartikan cobaan dan ujian, ibtala’ atau menguji, mencoba banyak digunaklan

oleh Allah dalam mengungkapkan bentuk ujian yang disebutkan, nama bahan ujiannya atau

dengan istilah pendidikan mata kuliah, bidang studi atau mata pelajaran. Dalam QS. Al-Baqarah

2:155 Artinya : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan,

kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada

orang-orang sabar.”

Ayat diatas merinci bahan ujian (materi evaluasi) yaitu terdiri dari : ketakutan, kelaparan,

kekurangan harta, kematian, kurang bahan makanan dan sebagainya. Maka hanya orang-orang

yang sabar, yang mampu keluar dari kesulitan dengan tidak menggadaikan imannya tetapi lulus

dalam ujian untuk memantapkan imannya. Ciri-cirinya dapat dilihat yakni, dia tidak bergembira

berlebih-lebihan dengan kesenangan yang diperolehnya tetapi bersyukur dan mengeluarkan

sebahagiaan yang wajib dikeluarkan atau bersadaqah, dan tidak pula bersedih yang menjadikan

putus asa karena penderitaan yang dialaminya. Bila dikaitkan dengan pendidikan, maka nilai

buruk yang diperolehnya tidak menjadikan dia lengah dan nilai buruk yang diperolehnya, karena

dia sabar atau tabah dalam menghadapi kesulitan.

Demikian pula QS. Al-A’raf 7:168 Artinya : “Dan kami bagi-bagi mereka di dunia ini

menjadi beberapa golongan; diantaranya ada orang-orang yang shaleh dan diantaranya ada yang

Page 9: Makalah Tafsir Ayat Tentang Evaluasi

tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang

buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).”

Jika dilihat dari teori taksonomi Benjamin S. Bloom, maka jelaslah bahwa yang dijadikan

sasaran evaluasi Tuhan dan Nabi adalah sebagai berikut :

Evaluasi Tuhan lebih menitik beratkan pada sikap, perasaan dan pengetahuan manusia

seperti iman dan kekafiran, ketaqwaan dan kefajiran (kognitif-afektif).

Evaluasi Nabi sebagai pelaksana perimtah Tuhan sesuai wahyu yang diturunkan kepada

beliau lebih menitik beratkan pada kemampuan dan kesediaan manusia mengamalkan

ajaran-Nya, di mana faktor psikomotorik menjadi penggeraknya. Di samping itu faktor

konatif (kemauan) juga dijadikan sasarannya. (Konatif-psikomotorik).5

BAB III

5

Page 10: Makalah Tafsir Ayat Tentang Evaluasi

PENUTUP

A. Kesimpulan

Evaluasi itu perlu dilakukan, dengan mengingat akan sifat-sifat manusia itu sendiri yaitu

manusia adalah makhluk yang lemah, makhluk yang suka membantah dan ingkar kepada Allah,

mudah lupa dan banyak salah namun mempunyai batas untuk sadar kembali. Tetapi di sisi lain

manusia juga merupakan makhluk terbaik dan termulia, yang dipercaya Allah untuk mengemban

amanat yang istimewa, yang diangkat sebagai khalifah di bumi dan yang telah diserahi Allah apa

yang ada di langit dan di bumi.

Ada tiga tujuan pedagogis dari sistem evaluasi Tuhan terhadap perbuatan manusia yaitu ;

Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema

kehidupan yang dialaminya.

Untuk mengetahui sampai di mana atau sejauh mana hasil pendidikan wahyu yang telah

diterapkan Rasulullah SAW terhadap umatnya.

Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman manusia, sehingga

diketahui manusia yang paling mulia di sisi Allah yaitu yang paling bertaqwa kepada-

Nya, manusia yang sedang dalam iman dan ketaqwaannya, dan manusia yang ingkar

kepada ajaran Islam.

Demikian lah hubungan surat al-ankabut ayat 2-3 dengan evaluasi pendidikan.

Page 11: Makalah Tafsir Ayat Tentang Evaluasi

DAFTAR PUSTAKA

Al-qur’an dan terjemahan

Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an XVII.

Abu Al-fida ismail ibnu katsir ,Tafsir ibn katsir,(beirut: Dar al fikr,1986).