Makalah Supervision

35
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat pakar dan padat modal. Masa sekarang ini rumah sakit di Indonesia telah mengalami banyak perkembangan, hal itu juga diikuti dengan perkembangan pola penyakit, perkembangan tekhnologi kedokteran dan kesehatan serta perkembangan harapan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, dibutuhkan sumber daya manusia yang tangguh dan handal agar dapat memanage hal-hal yang ada di rumah sakit dengan baik. Sumber daya manusia memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berupa pelayanan medik, rehabilitasi medik, maupun pelayanan keperawatan. Layanan keperawatan yang berkualitas adalah layanan keperawatan yang selalu berupaya untuk memenuhi harapan pasien, dengan demikian pasien akan selalu puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh seorang perawat, untuk mendapatkan layanan keperawatan yang berkualitas diperlukan manajemen keperawatan yang baik pula. Perawat sebagai pemberi pelayanan merupakan ujung tombak dari pelayanan rumah sakit, hal itu disebabkan perawat yang selalu berinteraksi dengan pasien selama 24 jam. Salah

description

menjelaskan tentang suvervaisor dalam bidang keperawatan

Transcript of Makalah Supervision

Page 1: Makalah Supervision

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks,

padat pakar dan padat modal. Masa sekarang ini rumah sakit di Indonesia telah

mengalami banyak perkembangan, hal itu juga diikuti dengan perkembangan pola

penyakit, perkembangan tekhnologi kedokteran dan kesehatan serta perkembangan

harapan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, dibutuhkan

sumber daya manusia yang tangguh dan handal agar dapat memanage hal-hal yang

ada di rumah sakit dengan baik.

Sumber daya manusia memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan

kesehatan yang berupa pelayanan medik, rehabilitasi medik, maupun pelayanan

keperawatan. Layanan keperawatan yang berkualitas adalah layanan keperawatan

yang selalu berupaya untuk memenuhi harapan pasien, dengan demikian pasien akan

selalu puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh seorang perawat, untuk

mendapatkan layanan keperawatan yang berkualitas diperlukan manajemen

keperawatan yang baik pula. Perawat sebagai pemberi pelayanan merupakan ujung

tombak dari pelayanan rumah sakit, hal itu disebabkan perawat yang selalu

berinteraksi dengan pasien selama 24 jam. Salah satu yang dapat mempengaruhi

kualitas dari pelayanan adalah manajemen yang ada di rumah sakit, hal tersebut

dikarenakan manajemen merupakan salah satu roda penggerak dalam menjalankan

rumah sakit.

Manajemen merupakan fungsi yang berhubungan dengan mewujudkan hasil

tertentu melalui kegiatan sumber dayanya, hal ini menunjukkan bahwa sumber daya

manusia berperan penting dalam manajemen. Proses manajemen keperawatan sejalan

dengan proses keperawatan sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan

secara professional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling mendukung.

Manajemen keperawatan terdiri atas: pengumpulan data, identifikasi masalah,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil.

Page 2: Makalah Supervision

2

Menurut studi yang telah dilakukan, Woke menyebutkan bahwa manajemen

pelayanan keperawatan di rumah sakit terintegrasi dengan pelayanan kesehatan yang

lain, karena sasaran yang ingin dicapai adalah pasien. Pelayanan keperawatan

diberbagai negara relatif sama, hanya saja di Indonesia memiliki keunikan tersendiri

dikarenakan faktor kemajemukan dari pendidikan perawat. Kemajemukan tersebut

yang telah mempengaruhi pada sistem pelayanan keperawatan, dan pada akhirnya

akan berdampak pada tidak konsistennya pelayanan keperawatan yang diberikan.

Fungsi manajemen belum sepenuhnya mampu diperankan oleh perawat di Indonesia.

Salah satu fungsi manajemen adalah directing dimana kegiatan supervisi keperawatan

termasuk di dalamnya, fakta menunjukkan pelaksana supervisi keperawatan di

berbagai rumah sakit belulm optimal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

oleh Mularso (2006) menemukan bahwa kegiatan supervisi lebih banyak pada

kegiatan pengawasan, bukan pada kegiatan bimbingan, observasi dan penilaian.

Supaya pelaksanakan manajemen keperawatan berjalan dengan baik

diperlukan seorang pemimpin yang memiliki kemampuan dan ketarampilan

kepemimpinan dalam pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien. Pemimpin

merupakan motor penggerak dalam sebuah organisasi baik bagi sumber-sumber dan

alat-alat melalui pengambilan keputusan, penentuan kebijakan dan menggerakkan

orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Pada jajaran manajer keperawatan,

kepala ruang merupakan manajer operasional yang memimpin secara langsung dalam

mengelola seluruh sumber daya di unit perawatan untuk menghasilkan pelayanan

yang bermutu. Secara manajerial, kepala ruang memiliki kemampuan yang akan ikut

berpengaruh dalam keberhasilan pelayanan keperawatan.

Kepala ruang sebagai ujung tombak tercapainya tujuan pelayanan keperawatan

di rumah sakit harus memiliki kemampuan melakukan supervisi untuk mengelola

asuhan keperawatan. Supervisi yang dilakukan oleh kepala ruang memiliki peran

dalam mempertahankan segala kegiatan yang telah dijadwalkan agar terlaksana sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan supervisi bukan hanya ditujukan

untuk mengawasi apakah seluruh staf keperawatan menjalankan tugasnya dengan

sebaik-baiknya, sesuai dengan instruksi dan ketentuan yang telah digariskan, tetapi

juga bagaimana memperbaiki proses keperawatan yang sedang berlangsung. Maka

dalam kegiatan supervisi seluruh staf keperawatan bukan sebagai obyek tetapi sebagai

subyek. Perawat diposisikan sebagai mitra kerja yang memiliki ide-ide, pendapat dan

Page 3: Makalah Supervision

3

pengalaman yang perlu di dengar, dihargai dan diikutsertakan dalam melakukan

asuhan keperawatan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di dapat data bahwa

dokumentasi asuhan keperawatan belum mencapai target yang ditentukan, pada tahun

2010 didapatkan 74% dan meningkat sebanyak 4% pada tahun 2011. Selain data

mengenai dokumentasi keperawatan, dapat diketahui pula bahwa salah satu RS di

Yogyakarta yaitu RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta bahwa seluruh supervisor

merangkap sebagai kepala ruang.

Demikian banyak faktor yang mempengaruhi seorang perawat dalam

mengimplementasikan asuhan keperawatan kepada pasien, dalam hal ini kita harus

mengetahui sejauh mana pengaruh fungsi manajerial supervisi klinik atau RS terhadap

dokumentasi asuhan keperawatan.

B. Tujuan

a. Tujuan Umum

Secara umum mahasiswa keperawatan mampu mengetahui sejauh mana

pengaruh manajerial supervisi klinik atau RS terhadap dokumentasi asuhan

keperawatan.

b. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa keperawatan mampu mengetahui pengertian supervisi

2. Mahasiswa keperawatan mampu mengetahui tujuan supervisi

3. Mahasiswa keperawatan mampu mengetahui manfaat supervisi

4. Mahasiswa keperawatan mampu mengetahui prinsip supervisi

5. Mahasiswa keperawatan mampu mengetahui tugas sepervisi

6. Mahasiswa keperawatan mampu mengetahui model-model supervisi

7. Mahasiswa keperawatan mampu mengetahui cara supervisi

Page 4: Makalah Supervision

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Supervisi

Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah

berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah

melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan

yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera

diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Azwar,

1996).

Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu bagian

proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling).

Swanburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumber-

sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan kegiatan

pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan dan

pengorganisasian kegiatan dan informasi dari kepemimpinan dan pengevaluasian

setiap kinerja karyawan. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer melalui

aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam

melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani, 2006)

B. Tujuan Supervisi

Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman, ini tidak hanya

meliputi lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja diantaranya para tenaga

keperawatan dan tenaga lainnya, juga meliputi jumlah persediaan dan kelayakan

perawatan agar memudahkan pelaksanaan tugas. Oleh karena itu tujuan supervisi

adalah:

a. Mengorganisasikan staf dan pelaksanaan keperawatan

b. Melatih staf dan pelaksana keperawatan

c. Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari dan mengerti

terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan

d. Memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan

Page 5: Makalah Supervision

5

Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan

yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien,

sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan

(Suarli & Bachtiar, 2008).

Tujuan supervisi adalah untuk mengawasi, mengevaluasi dan memperbaiki

hasil pekerjaan karyawan (Gillies, 1994). Selanjutnya Swansburg dan Swansburg

(1999) tujuan supervisi dalam keperawatan antara lain : 1) mempertahankan anggota

unit organisasi di samping itu area kerja dan pekerjaan itu sendiri. 2) memperhatikan

rencana, kegiatan dan evaluasi dari pekerjaannya. 3) meningkatkan kemampuan

pekerjaan melalui orientasi, latihan dan bimbingan individu sesuai kebutuhan serta

mengarahkan kepada kemampuan keterampilan perawat.

C. Manfaat Supervisi

Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak

manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar,

2009) :

a. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini

erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan,

serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara

atasan dan bawahan.

b. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini

erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan,

sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan

dapat dicegah.

Jika kedua komponen diatas terpenuhi maka suatu organisasi akan di katakan berhasil.

D. Prinsip Supervisi

Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang

kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan jumlah

sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas. Untuk itu

diperlukan beberapa prinsip pokok pelaksanaan supervisi. Prinsip pokok supervisi

secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut (Suarli dan Bahtiar, 2009):

Page 6: Makalah Supervision

6

a. Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatakan kinerja bawahan, bukan

untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan

pengamatan langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila

ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya.

b. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus edukatif dan

suportif, bukan otoriter.

c. Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang hanya

dilakukan sekali bukan supervisi yang baik.

d. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin kerja sama

yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat proses penyelesaian

masalah, dan untuk lebih mengutamakan kepentingan bawahan.

e. Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan

kebutuhan masing-masing bawahan secara individu. Penerapan strategi dan tata

cara yang sama untuk semua kategori bawahan, bukan merupakan supervisi yang

baik.

f. Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan

perkembangan.

Supervisi yang baik dapat di jalankan oleh seorang supervisor (kepala ruang)

yang memahami prinsip – prinsip supervisi dalam keperawatan (Arwani, 2006)

meliputi:

a. Bekerja berdasarkan hubungan professional dan bukan pribadi. Hubungan

professional merupakan hubungan terkait dengan pekerjaan dan bukan secara

pribadi. Supervisi memberikan pengarahan dalam konteks pekerjaan yang di

lakukan oleh perawat pelaksana. Fungsi atasan untuk pekerjaan professional

bukan pada persoalan administrative tetapi pada pemberian arahan, pengawasan

hasil kerja perawat, memberikan pendapat dan pertimbangan tentang masalah

maupun memberikan kepercayaan untuk lancarnya delegasi wewenang yang di

berikan kepada perawat (Aprizal, kontjoro, Probandari, 2008).

b. Kegiatan di rencanakan secara matang. Kegiatan supervisi yang direncanakan

dengan matang akan memandu supervisor dalam melakukan pekerjaan sesuai

standart. Kegiatan di agendakan secara bersama-sama dengan menjangkau aspek

personal dan professional dari pengalaman pegawai (Marquis dan Houston, 2010)

Page 7: Makalah Supervision

7

c. Bersifat edukatif, supportif dan informal Supervisi harus dapat memberikan

pembelajaran, dukungan dan bersifat memberikan informasi yang jelas. Supervisi

yang baik bersifat fasilitatif, karena memberikan pengetahuan terhadap pekerjaan

yang diawasi, memperbaiki kekurangan sebelum terjadi yang diawasi,

memperbaiki kekurangan sebelum terjadi yang lebih serius (Gillies, 1994).

Menurut Sigit (2009) kualitas yang baik dalam memberikan supervisi akan

memberikan dukungan (support), memotivasi, meningkatkan kemampuan dan

pengendalian emosional perawat dan tidak membuat perawat pelaksana merasa di

nilai dalam melaksanakan pekerjaan dengan benar.

d. Memberikan perasaan aman pada staf dan pelaksanaan keperawatan. Perasaan

aman penting bagi perawat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya dan

keselamatan bagi pasien sebagai penerima pelayanan. Marquis dan Houston

(2010) menjelaskan bahwa kegiatan supervisi dapat memastikan bahwa kebutuhan

klien terpenuhi dan keselamatan klien tidak terancam.

e. Membentuk hubungan kerjasama yang demokratis antara supervisor dan staf.

Hubungan kerjasama yang demokratis di jalin dengan baik dalam menentukan

upaya yang akan di lakukan oleh staf dalam menjalankan tugasnya. Menurut

Marquis dan Houston (2010) manajer sebagai supervisor mengkomunikasikan

dengan jelas apa yang dilakukan oleh pegawai, termasuk tujuan dan hasil akhir,

namum staf perlu memiliki otonomi yang tepat dalam memutuskan cara

penyelesaian tugas.

f. Harus progresif, inovatif, fleksibel dan dapat mengembangkan kelebihan masing-

masing perawat yang di supervisi. Intensitas supervisi, seperti kekuatan

mengarahkan, harus dapat menyesuaikan kondisi situasional, staf, kebutuhan,

keterampilan kepemimpinan dari seorang manajer. Supervisi harus dapat

menyesuaikan tipe dan intensitas pekerjaan dari kelompok terkait kenyamannya

dalam melaksanakan tugas (Gilles, 1994).

g. Konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri sesuai dengan kebutuhan.

Kegiatan supervisi harus mampu menumbuhkan keratiftas dan membangun. Kron

dan Gray (1987 dalam Lusianah, 2008) melalui kegiatan supervisi diharapkan

dapat memperbaiki dan memberikan masukan atas kekurangan yang dilakukan

perawat ketika sedang menjalankan tugas.

Page 8: Makalah Supervision

8

h. Dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan. Kegiatan supervisi yang bersifat bimbingan yang dilakukan oleh

supervisor dapat memperbaiki dan member masukan atas kekurangan yang

dilakukan perawat ketika sedang menjalankan tugasnya (Kron dan Gray, 1987

dalam Lusianah, 2008).

E. Tugas-Tugas Supervisi

Supervisi merupakan inspeksi terhadap pekerjaan orang lain, evaluasi kinerja

dan memastikan hasil pekerjaan sudah dilakukan dengan benar. Pendapat sama

dipertegas oleh Tappen. Weiss. Whitehead (2004). Kegiatan supervisi lebih kepada

pengawasan secara langsung kinerja orang lain. Kegiatan termasuk memastikan

apakah pekerjaan sudah selesai di kerjakan dan apa yang terencana seorang manajer

melalui aktifitas dalam meleksanakan kegaitan atau tugas seharian. (Arwani,2006)

a. Bimbingan dan Pembinaan

Bimbingan yang dilakukan kepala ruangan sebagai supervisor terkait dengan

asuhan keperawatan di ruangan. (Gillies,1994) menjelaskan bahwa supervisi

bersifat fasilitatif karena memberikan pengetahuan terhadap pekerjaan yang di

awasi sehingga peleksanaan mampu memperbaiki kekeurangan sebelum

terjadinya masalah yang lebih serius. Pembinaan di maksudkan untuk mencarikan

solusi penyelesaian untuk perbaikan kinerjanya kan solusi penyelesaian untuk

perbaikan kinerjanya (Sudarmanto,2009). Kegiatan bimbingan yang diberikan

oleh supervisor keperawatan sanagat diperlukan agar terjadi perubahan perilaku

yang mencakup perubahan mental (kognitif), emosional dan aktivitas fisik (Kron

dan Gray,1987 dalam Lusianah,2008).

b. Pengarahan

Kekuatan mengarahkan orang lain harus menyesuaikan kondisi dan situasi

kebutuhan staf. Hal ini memerlukan kemampuan memimpin seorang manajer

keperawatan, sehingga menghasilkan kenyamanan dalam bekerja (Gillies,1994).

Pengarahan kepela ruangan melalui kegiatan operan. Pre dan post conference

dapat meningkatkan kepuasan kerja perawat pelaksana. Hasil penelitian Sigit

(2009) menghasilkan adanya hubungan yang bermakna antara fungsi pengarahan

kepala ruangan dengan kepuasan kerja perawat.

Page 9: Makalah Supervision

9

c. Memotivasi

Memberikan dorongan kepada staf atau bawahan agar dapat bekerja dengan baik

untuk meningkatkan kinerjanya. Mekanisme kerja yang baik ini akan mendorong

dari dalam diri dan diharapkan kerja akan muncul pada diri karyawannya, bahkan

lebih jauh menumbuhkan komitmen dari karyawan secara mendalam

(Sudarmanto,2009). Memotivasi secara positif dan keadilan yang konsisten adalah

tanda-tanda dari kepemimpinan yang baik (Swansburg,2000). Sigit (2009)

menjelaskan kualitas dan proses supervisi yang baik akan meningkatkan motivasi

dan kepuasan kerja perawat.

d. Evaluasi Kinerja

Evaluasi kinerja merupakan salah satu tahapan manajemen kinerja. Tahapan ini

merupakan rangkaian dari penilaian kinerja individu yaitu, mengetahui sejauh

mana kontribusi individu terhadap organisasi (Sudarmanto,2009). Oleh karena itu,

hal ini sangat penting bagi perawat manajer untuk mempercayai staf melakukan

pekerjaan dengan benar, namum tetap melakukan verifikasi secara periodic bahwa

tugas terseebut sudah dilakukan dengan baik (Mc Eachan dan Keogh,2007). Hasil

kerja yang dicapai oleh perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan

mendokumentasikannya perlu dinilai oleh supervisor. Penilaian dilakukan secara

terus menerus untuk melihat aspek positif dan negative yang ditemui pada

pelaksanaan kerja perawat (Lusianah,2008).

Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan

keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya yang tersedia.

a. Manajemen pelayanan keperawatan.

Tanggung jawab supervisor adalah :

1. Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan.

2. Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan.

3. Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan

keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.

b. Manajemen anggaran

Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan, dan

pengembangan. Supervisor berperan dalam :

1. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana tahunan yg

tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat dicapai sesuai tujuan RS.

Page 10: Makalah Supervision

10

2. Membantu mendapatkan informasi statistik untuk perencanaan anggaran

keperawatan.

3. Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.

4. Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu saja,

tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan agar dapat dijalankan

dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat berpengaruh dalam pelayanan

keperawatan.

F. Model-Model Supervisi

Di beberapa negara maju terutama US dan Eropa, kegiatan supervisi klinik

keperawatan di rumah sakit dilakukan dengan sangat sistematis. Peran dan kedudukan

perawat supervisor begitu penting. Peran supervisor dapat menentukan apakah

pelayanan keperawatan (nursing care delivery) mencapai standar mutu atau tidak.

Penelitian Ilmonen (2001), membuktikan bahwa supervise klinik yang dilakukan

dengan baik berdampak positif bagi quality of care.

a. Model Development

Model ini diperkenalkan oleh Dixon pada rumah sakit mental dan Southern Cost

Addiction Technology Transfer Center tahun 1998. Model ini dikembangkan

dalam rumah sakit mental yang bertujuan agar pasien yang dirawat mengalami

proses developmental yang lebih baik. Maka semua ini menjadi tugas utama

perawat. Supervisor diberikan kewenangan untuk membimbing perawat dengan

tiga cara, yaitu change agent, konselor, dan teacher. Kegiatan change agent

bertujuan agar supervisor membimbing perawat menjadi agen perubahan;

kegiatan tersebut nantinya ditransfer kepada pasien sehingga pasien memahami

masalah kesehatan. Kegiatan konselor dilakukan supervisor dengan tujuan

membina, membimbing, mengajarkan kepada perawat tentang halhal yang

berkaitan dengan tugas (task) rutin perawat (contoh: supervisor membimbing

perawat melakukan pengkajian fisik). Kegiatan teaching bertujuan mengenalkan

dan mempraktikkan nursing practice yang sesuai dengan tugas perawat (contoh:

supervisor di ICU mengajarkan teknik pengambilan darah arteri, analisa gas

darah dsb).

Page 11: Makalah Supervision

11

b. Model Akademik

Model ini diperkenalkan oleh Farington di Royal College of Nursing UK tahun

1995. Farington menyebutkan bahwa supervisi klinik dilakukan untuk membagi

pengalaman supervisor kepada para perawat sehingga ada proses pengembangan

kemampuan profesional yang berkelanjutan (CPD; continuing professional

development). Dilihat dari prosesnya, supervisi klinik merupakan proses formal

dari perawat professional (RN‟s) untuk support dan learning sehingga

pengetahuan dan kompetensi perawat dapat dipertanggungjawabkan sehingga

pasien mendapatkan perlindungan dan merasa aman selama menjalani perawatan.

Dalam model akademik proses supervise klinik meliputi tiga kegiatan, yaitu:

1. Educative

2. Supportive

3. Managerial

Kegiatan edukatif dilakukan dengan:

a. Mengajarkan keterampilan dan kemampuan (contoh: perawat diajarkan cara

membaca hasil EKG);

b. Membangun pemahaman tentang reaksi dan refleksi dari setiap intervensi

keperawatan (contoh: supervisor mengajarkan perawat dan melibatkan pasien

DM dalam demontrasi injeksi SC);

c. Supervisor melatih perawat untuk mengexplore strategi, teknik-teknik lain

dalam bekerja (contoh: supervisor mengajarkan merawat luka dekubitus

dengan obatobat jenis baru yang lebih baik). Kegiatan supportive dilakukan

dengan cara: melatih perawat “menggali” emosi ketika bekerja (contoh:

meredam konflik antar perawat, job enrichment agar mengurangi burn out

selama bertugas). Kegiatan managerial dilakukan dengan: melibatkan perawat

dalam peningkatkan “standar” (contoh: SOP yang sudah ada dikaji bersama

kemudian diperbaiki hal-hal yang perlu).

c. Model Experintial

Model ini diperkenalkan oleh James di Newcastle University UK dan Department

of Health US tahun 2005 yang merupakan adopsi penelitian Milne, Aylott dan

Fitzpatrick. Dalam model ini disebutkan bahwa kegiatan supervisi klinik

keperawatan meliputi pelatihan dan mentoring. Dalam kegiatan pelatihan,

supervisor mengajarkan berbagai teknik keperawatan tertentu yang belum

Page 12: Makalah Supervision

12

dipahami perawat pelaksana (contoh: pemasangan infus pada bayi, melakukan

vena sectie, teknik advance life support dsb).

Pelatihan biasanya dilakukan secara berjenjang kepada setiap perawat, misalnya

pelatihan pada perawat pemula, perawat pemula-lanjut. Dalam kegiatan

mentoring, supervisor lebih mirip seorang penasihat dimana ia bertugas

memberikan nasihat berkaitan dengan masalahmasalah rutin sehari-hari (contoh:

bagaimana mengurus ASKES pasien, mencari perawatmpengganti yang tidak

masuk, menengahi konflik, mengambil keputusan secara cepat, tepat dan etis dsb).

Kegiatan ini lebih mirip kegiatan supportive dalam model akademik.

d. Model 4S (Structure, Skills, Support dan Sustainability)

Model ini diperkenalkan oleh Page dan Wosket dari hasil penelitian di Greater

Manchester UK dan New York tahun 1995. Model supervisor ini dikembangkan

dengan empat (4) strategi, yaitu Structure, Skills, Support dan Sustainability.

Dalam model ini, kegiatan structure dilakukan oleh perawat RN‟s dalam

melakukan pengkajian dan asuhan pasien dimana perawat yang dibina sekitar 6-8

orang. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan pengalaman perawat

dalam hal konsultasi, fasilitasi dan assisting. Kegiatan skills dilakukan supervisor

untuk meningkatkan ketrampilan interpretasi EKG, pasang CAPD dsb). Kegiatan

support dilakukan dengan tujuan untuk secara aktif mengajar, melatih,

mengembangkan untuk meningkatkan kemampuan perawat pelaksana, serta

sebagai inovasi atau pembaharuanebutuhan-kebutuhan pelatihan tertentu yang

bernilai kebaruan (contoh: pelatihan emergency pada keadaan bencana).

Kegiatan sustainability atau kegiatan supervisor untuk pemenambah ilmu yang

sudah di miliki perawat pelaksana, bertujuan untuk tetap mempertahankan

pengalaman, ketrampilan, nilai-nilai yang telah dianut perawat. Kegiatan ini

dilakukan secara kontinyu dengan cara mentransfer pengalaman supervisor

kepada perawat pelaksana (contoh: supervisor membuat modul tentang berbagai

ketrampilan teknik yang dibagikan kepada semua perawat pelaksana.

Model Supervisi keperawatan yang lain menurut (Suyanto, 2008) yang dikenal

dengan Model Ilmiah yaitu, Supervisi di lakukan dengan pendekatan yang sudah

di rencanakan sehingga tidak hanya mencari kesalahan atau masalah saja. Oleh

karena itu supervisi yang dilakukan dengan model ini memeliki karakteristik

sebagai berikut yaitu : dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan dengan

Page 13: Makalah Supervision

13

prosedur, instrument dan standart supervisi yang baku, menggunakan data yang

objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan.

Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi dapat

diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008):

a. Model konvensional

Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah

dan kesalahan dalam pemberian asuahan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk

mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan tugas. Model

ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan

yang dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-

hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan.

b. Model ilmiah

Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak

hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang

dilakukan dengan model ini memilki karasteristik sebagai berikut yaitu, dilakukan

secara berkesinambungan, dilakukan dengan prosedur, instrument dan standar

supervisi yang baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan

umpan balik dan bimbingan.

e. Model klinis

Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam

mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam

pemberian asuahn keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis

melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat

selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan.

f. Model artistic

Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk

menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat

pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan saling

percaya sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan terbuka dam

mempermudah proses supervisi.

Page 14: Makalah Supervision

14

G. Cara Supervisi

Supervisi dapat dilakukan dengan dua cara dalam prosesnya yaitu secara

langsung dan tidak langsung (Mc Eachen & Keogh, 2007) :

a. Supervisi Langsung

Supervisi langsung dilakukan apabila perawat manajer (karu) dengan cara

observasi secara langsung ke pada staf melalui langkah-langkah dalam tugas staf.

Lusianah, (2008) menjelaskan dalam kegiatan supervisi memberikan umpan balik

dan perbaikan, berfokus pada masalah-masalah pokok dan strategis, bersifat

objektif menurut standart yang telah di tetapkan.

Proses ini dilakukan pada saat perawat pelaksanan melakukan secara mandiri

tindakan keperawatan dan di damping oleh supervisor. Selama proses, supervisor

memberikan reinforcement positif dan petunjuk. Setelah tindakan selesai

dilakukan diskusi dengan tujuan mengautkan tindakan yang dilakukan. Hasil

penelitian Hamzah (2001) ada hubungan yang bermakna antara supervisi dengan

kepuasan kerja. Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Linggardini (2010)

menjelaskan bahwa teknik supervisi baik 51,4% dan tidak jauh berbeda dengan

persepsi perawat pelaksana terhadap supervisi 50%.

b. Supervisi Tidak Langsung

Perawat manajer mengawasi kinerja dari tugas secara tidak langsung. Tugas ini di

delegasikan pada staf dan kemudian yang bertanggung jawab mengatur setiap

langkah tugas dengan bebas dari perawat manajer. Perawat manajer memastikan

bahwa tugas atau pekerjaan tersebut dilakukan tepat waktu dan dapat di

selesaikan dengan sempurna. Staf bertanggung jawab memberikan laporan

kepada perawat manajer sehingga tidak ada alasan yang dapat menghalangi

penyelesaian tugas tersebut.

Hasil penelitian Linggardini (2010) pendokumentasian asuhan keperawatan

sebasar 60% dengan kategori baik. Analisi lebih lanjut mendpatkan adanya

hubungan yang bermakna antara frekwensi, teknik maupun cara supervisi dengan

pendokumentasian berbasia computer yang dilakukan.

Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber

yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer

keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

Page 15: Makalah Supervision

15

asuahan keperawatan di ruang yang bersangkutan melalui analisis secara

komprehensif bersama-sama dengan anggota perawat secara efektif dan efesien.

Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan mutu pelayanan keperawatan

menjadi fokus dan menjadi tujuan utama, bukan malah menyibukkan diri mencari

kesalahan atau penyimpangan (Arwani, 2006).

Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung.

a. Teknik Supervisi Secara Langsung.

Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang dilaksanakan. Pada

waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan

dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah Bittel, 1987 (dalam

Wiyana, 2008). Cara memberikan supervisi efektif adalah:

1. Pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami;

2. Menggunakan kata-kata yang tepat;

3. Berbicara dengan jelas dan lambat;

4. Berikan arahan yang logis;

5. Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu;

6. Pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami;

7. Pastikan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakn atau perlu tindak lanjut.

Supervisi lansung dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan

pengisian formulir dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan pada

kinerja pendokumentasian dengan mendampingi perawat dalam pengisian setiap

komponen dalam proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan

evaluasi.

Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008):

a. Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa

pendokumentasiannya akan disupervisi.

b. Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan

pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara

langsung dihadapan perawat yang mendokumentasikan.

c. Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan

keperawatan pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005.

d. Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang

disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa

Page 16: Makalah Supervision

16

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang

menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai form A dari

Depkes.

e. Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi.

b. Teknik Secara Tidak Langsung.

Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan

baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung apa yang

terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta. Umpan

balik dapat diberikan secara tertulis (Bittel, 1987) dalam Wiyana, 2008.

Langkah-langkah Supervisi tak langsung.

1. Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada

buku rekam medik perawat.

2. Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.

3. Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan

keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes.

4. Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan

memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis

pada perawat yang mendokumentasikan.

5. Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau sesuai

standar.

Page 17: Makalah Supervision

17

BAB III

PEMBAHASAN

A. Dokumentasi Proses Keperawatan

Tungpalan (1983) dalam Dinarti mengatakan bahwa dokumen adalah suatu

catatan yang dapat di buktikan atau di jadikan bukti dalam persoalan hukum. Fisbach

(1991), menambahkan dokumentasi adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau

dijadikan bukti dari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan

tercatat,bukan hanya tentang tingkat kesakitandari pasien, tetapi juga jenis,tipe,

kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan

pasien. Dokumentasi (catatan) asuhan keperawatan merupakan dokumen penting

karena merupakan bukti dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang menggunakan

metode pendekatan proses keperawatan dan berisi catatan tentang respon pasien

terhadap tindakan medis, tindakan keperawatan, dan reaksi pasien terhadap penyakit.

Dokumentasi juga merupakan salah satu aspek terpenting dari peran pemberi

perawatan kesehatan.

Disamping memiliki beberapa tujuan dalam jaringan yang runut antara pasien,

fasilitas pelayanan, pemberi perawatan, dan pembayar, dokumentasi juga merupakan

bukti bahwa tanggung jawab hokum dan etik perawat terhadap pasien sudah dipenuhi,

dan pasien menerima asuhan keperawatan yang bermutu. Responsibilitas dan

akuntabilitas professional merupakan salah satu alasan penting pembuatan

dokumentasi yang akurat. Dokumentasi adalah bagian dari keseluruhan tanggung

jawab perawat untuk perawatan pasien.(Nursalam,2001)

a. Tujuan dan Makna Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Tujuan utama dari pendokumentasian asuhan keperawatan adalah untuk:

1. Mengidentifikasi status kesehatan klien (pasien) dalam rangka mencatat

kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan asuhan keperawatan,

dan mengevaluasi tindakan.

2. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum, dan etika. Hal ini juga

menyediakan:

o Bukti kualitas asuhan keperawatan.

o Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban kepada klien.

Page 18: Makalah Supervision

18

o Informasi terhadap perlindungan individu.

o Bukti aplikasi standar praktik keperawatan.

o Sumber informasi statistik untuk standar dan riset keperawatan.

o Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan.

o Komunikasi konsep resiko tindakan keperawatan.

o Dokumentasi untuk tenaga profesional dan tanggungjawab etik dan

mempertahankan kerahasiaan informasi klien.

o Data perencanaan pelayanan kesehatan dimasa datang.(Nursalam

2001)

Dokumentasi asuhan keperawatan harus dibuat dengan lengkap, jelas, obyektif,

ada tanggal, dan harus ditandatangani oleh perawat, karena mempunyai makna

yang penting bila dilihat dari berbagai aspek, yaitu:

1. Hukum

Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi resmidan

bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan proses

keperawatan, dokumentasi tersebut dapat dijadikan barang bukti di

pengadilan.

2. Jaminan Mutu Pelayanan

Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberikan

kemudahan kepada perawat dalam membantu menyelesaikan masalah pasien,

dan untuk mengetahui sejauh mana masalah pasien dapat teratasi, serta

seberapa jauh masalah baru dapat teridentifikasi dan dimonitor melalui

catatan yang akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan.

3. Komunikasi

Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap masalah

yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa

melihat catatan yang ada, kemudian menjadikan sebagai pedoman dalam

memberikan asuhan keperawatan.

4. Keuangan

Dokumentasi memiliki nilai dari segi keuangan, karena semua tindakan

keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan yang dicatat dengan

Page 19: Makalah Supervision

19

lengkap dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya

keperawatan bagi pasien.

5. Pendidikan

Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena isinya menyangkut

kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan

sebagai bahan pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan.

6. Penelitian

Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian karena data yang

terkandung di dalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai

bahan atau obyek penelitian dan pengembangan profesi keperawatan.

7. Akreditasi

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan

fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian

asuhan keperawatan, guna pembinaan dan pengembangan lebih lanjut.

(Nursalam,2001)

b. Komponen Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Komponen dokumentasi asuhan keperawatan meliputi komponen isi dokumentasi

dan komponen dalam konsep penyusunan dokumentasi. Komponen isi

dokumentasi meliputi:

1. Pengkajian

Pengkajian adalah adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tengtang pasien.

Pengkajian dilakukan guna mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,

kebutuhan kesehatan, dan keperawatan.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan dari masalah pasien baik yang

nyata maupun yang potensial berdasarkan data yang telah diperoleh, yang

pemecahannya dapat dilakukan dalam bataskewenangan perawat untuk

melakukannya.

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan yang

akan dilakukan perawat guna menanggulangi masalah pasiensesuai dengan

Page 20: Makalah Supervision

20

diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya

kesehatan pasien. Komponen rencana keperawatan terdiri dari tujuan, kriteria

hasil, dan rencana tindakan keperawatan.

4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang telah

ditentukan, denngan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah implementasi keperawatan terhadap

pasien secara urut sesuai prioritas masalah yang sudah dibuat dalam rencana

tindakan asuhan keperawatan, termasuk di dalamnya nomor urut dan waktu

ditegakkannya suatu pelaksanaan asuhan keperawatan

5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang

rencana keperawatan. Evaluasi menilai respon pasien yang meliputi subyek,

obyek, pengkajian kembali (assessment), rencana tindakan (planning).

6. Tanda Tangan dan Nama Terang Perawat

Tanda tangan dan nama terang perawat harus tercantum dalam kolom yang

tersedia pada formulir asuhan keperawatan secara jelas sebagai bukti legal dan

tanggung jawab atas pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan kepada

pasien.

7. Catatan Keperawatan

Catatan keperawatan diisi secara lengkap dan jelas setiap memberikan asuhan

keperawatan maupun tindakan-tindakan yang diinstruksikan oleh dokter.

8. Resume Keperawatan

Resume keperawatan diisi setelah setelah pasien dinyatakan boleh pulang atau

meninggal dunia maupun pada pasien yang pulang atas permintaan sendiri,

yang berisi rangkaian secara singkat dan jelas atas asuhan yang keperawatan

yang telah diberikan.

9. Catatan Pasien Pulang atau Meninggal Dunia

Catatan yang diisi dengan sesuai dengan keadaan pasien saat itu. Jika pasien

diijinkan pulang untuk rawat jalan, maka harus diisi secara rinci yang meliputi

keadaan pasien pada saat akan pulang termasuk masalah perawatannya, misal

jika ada luka bagaiman merawatnya, diet yang dianjurkan, aktivitas, kapan

waktu kontrol, dan pesan-pesan lain yang diperlukan untuk pasien.

Page 21: Makalah Supervision

21

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan

keperawatan di rumah sakit, supervisi bukan berarti menghukum tetapi memberikan

pengarahan dan petunjuk agar perawat dapat menyelesaikan tugas secara efektif dan

efisien.

Supervisor diharapkan mempunyai hubungan interpersonal yang memuaskan

dengan staf agar tujuan supervisi dapat tercapai untuk meningkatkan motivasi,

kreativitas dan kemampuan perawat yang pada akhirnya akan berdampak pada

peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

Supervisi yang dilakukan oleh kepala ruang memiliki peran dalam

mempertahankan segala kegiatan yang telah dijadwalkan agar terlaksana sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan supervisi bukan hanya ditujukan

untuk mengawasi apakah seluruh staf keperawatan menjalankan tugasnya dengan

sebaik-baiknya, sesuai dengan instruksi dan ketentuan yang telah digariskan, tetapi

juga bagaimana memperbaiki proses keperawatan yang sedang berlangsung. Maka

dalam kegiatan supervisi seluruh staf keperawatan bukan sebagai obyek tetapi sebagai

subyek. Perawat diposisikan sebagai mitra kerja yang memiliki ide-ide, pendapat dan

pengalaman yang perlu di dengar, dihargai dan diikutsertakan dalam melakukan

asuhan keperawatan.

Page 22: Makalah Supervision

22

DAFTAR PUSTAKA

Arwani & Heru Supriyanto,(2006), Manajemen Bangsal Keperawatan, Jakarta, EGC

Hasibuan ,SP.(2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta, Bumi Aksara.

Hubber, D (2000). Leadrship Nursing Care Management, Philadelphia: WB. Saunders

Company

Lusianah,(2008). Hubungan motivasi dan supervisi dengan kualitas dokumentasi proses

keperawatan di instalasi rawat inap RS Marinir Cilandak Jakarta Selatan. FIK UI (tesis)

Marquis, B & Huston. (1990). Ledership Roles and Management Function in Nursing.

Philadelphia : Lippincott Company. Mc Eachen & Keogh.. (2007). Nurse Management

Demystified, A Self teaching Guide, New York : Mc Graw Hill

Swansburg. RC ( 2000). Kepemimpinan dan Manajemen Keperwatan , untuk perawat Klinis.

Jakarta. EGC

Nursalam, 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan

Profesional. Jakarta : Salemba Medika. 

Nursalam, 2007. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan

Profesional. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Githa, I Wayan. 2010. Manajemen Keperawatan. Denpasar: Poltekkes Depkes Denpasar

Jurusan Keperawatan

______ (2015) Hubungan Strategi Supervisi Kepala Ruang Dengan Motivasi Perawat Dalam

Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD Pariaman

(Online) (http://repository.unand.ac.id/19875/2/TESIS%20NI%20DA.pdf diakses tanggal 24

Mei 2015)

______ (2015) Supervisi Dalam Manajemen Keperawatan (Online)

(http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/default/files/Putra_Skripsi_p28-p52.pdf diakses 24 Mei

2015)

______ (2015) Supervisi Dalam Manajemen Keperawatan (Online)

(http:// repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf diakses 21 Mei 2015)