makalah stenosis aorta.docx

41
PENYAKIT KATUP JANTUNG (STENOSIS AORTA) MAKALAH oleh 1. Velinda Dewi Lutfiana NIM 142310101004 2. Fitri Aditya Sari NIM 142310101104 3. Nur Afif Abdullah NIM 142310101136 i

Transcript of makalah stenosis aorta.docx

PENYAKIT KATUP JANTUNG

(STENOSIS AORTA)

MAKALAH

oleh

1. Velinda Dewi Lutfiana NIM 142310101004

2. Fitri Aditya Sari NIM 142310101104

3. Nur Afif Abdullah NIM 142310101136

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

OKTOBER 2015

i

PENYAKIT KATUP JANTUNG

(STENOSIS AORTA)

MAKALAH

disusun sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Klinik IIB

dengan dosen pengampu Ns. Ratna Sari Hardiani, M.Kep

oleh

1. Velinda Dewi Lutfiana NIM 142310101004

2. Fitri Aditya Sari NIM 142310101104

3. Nur Afif Abdullah NIM 142310101136

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

OKTOBER 2015

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

yang berjudul “Penyakit Katub Jantung ( Stenosis Aorta)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih kurang

sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini

berguna dan bermanfaat bagi semuanya.

Jember, 22 September 2015 Penyusun

i

DAFTAR ISI

Halaman.

HALAMAN SAMPUL....................................................................................ii

KATA PENGANTAR....................................................................................iii

DAFTAR ISI...................................................................................................iv

BAB 1. PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2

1.3 Tujuan.................................................................................................2

BAB 2. TINJAUAN TEORI ..........................................................................4

2.1 Pengertian stenosis aorta.......................................................................4

2.2 Epidemiologi stenosis aorta..................................................................5

2.3 Etiologi stenosis aorta...........................................................................5

2.4 Tanda dan gejala stenosis aorta.............................................................6

2.5 Patofisiologi stenosis aorta....................................................................8

2.6 Komplikasi dan prognosis stenosis aorta............................................10

2.7 Pengobatan stenosis aorta ................................................................... 11

2.8 Pencegahan stenosis aorta .................................................................. 13

BAB 3. PATHWAY ................................................................................... 14

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN ASD ........................................... 16

4.1 Pengkajian ........................................................................................... 16

4.2 Diagnosa ............................................................................................. 16

4.3 Intervensi ............................................................................................ 17

4.4 Implementasi .......................................................................................

4.5 Evaluasi .............................................................................................. 20

ii

BAB 5. PENUTUP ................................................................................ 21

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 21

5.2 Saran................................................................................................21

iii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung mengalami

kelainan yang membuat aliran darah tidak dapat diatur dengan maksimal oleh

jantung. Katup jantung yang mengalami kelainan membuat darah yang seharusnya

tidak bisa kembali masuk ke bagian serambi jantung ketika berada di bilik jantung

membuat jantung memiliki tekanan yang cukup kuat untuk memompa darah ke

seluruh tubuh. Akibatnya orang tersebut tidak bisa melakukan aktifitas dalam

tingkat tertentu dan juga dapat menimbulkan kematian karena jantung tidak lagi

memiliki kemampuan untuk dapat mengalirkan darah.

Penyakit katup jantung masih cukup tinggi insidennya, terutama di negara-

negara yang sedang berkembang seperti halnya di Indonesia. Namun demikian,

akhir-akhir ini prevalensi penyakit katup jantung ada kecenderungan semakin

menurun. Berdasarkan penelitian yang ditekankan diberbagai tempat di Indonesia

penyakit katup jantung ini menduduki urutan ke-2 atau ke-3 sesudah penyakit

koroner dari seluruh jenis penyebab penyakit jantung (Gordis, 1985). Insiden

tertinggi penyakit katup adalah katup mitralis, kemudian katup aorta. Penyakit

katup trikuspidalis atau pulmonalis biasanya disertai dengan lesi pada katup

lainnya, sedangkan penyakit katup aorta atau mitralis sering terjadi sebagai lesi

tersendiri (Gordis, 1985).

Kelainan katup jantung biasanya terjadi karena faktor genetika atau keturunan

dan terjadi sejak masih dalam kandungan. Kelainan pada katup jantung juga bisa

terjadi karena kecelakaan ataupun cedera yang mengenai jantung. Operasi jantung

juga dapat menyebabkan kelainan pada katup jantung jika operasi tersebut gagal

atau terjadi kesalahan teknis maupun prosedur dalam melakukan operasi pada

jantung. Perilaku makan makanan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, konsumsi

alkohol, stress serta minimnya aktivitas fisik merupakan faktor-faktor resiko

penyakit degeneratif, disamping faktor-faktor resiko lain seperti usia, jenis

kelamin dan keturunan (genetik) (Notoatmodjo, 2011). Penyakit katup jantung

1

menyebabkan kelainan-kelainan pada aliran darah yang melintasi katup jantung.

Keadaan ini seringkali tidak disadari oleh masyarakat, sehingga angka kematian

anak-anak yang disebabkan oleh penyakit jantung ini terus meningkat. Oleh

karena itu penyusunan makalah ini ditujukan untuk mengetahui lebih lanjut

tentang penyakit katup jantung, khususnya penyakit stenosis aorta.

1.2 Rumusan masalah

a. Apa pengertian stenosis aorta?

b. Bagaimana epidemiologi stenosis aorta?

c. Bagaimana etiologi stenosis aorta?

d. Bagaimana tanda dan gejala stenosis aorta?

e. Bagaimana patofisiologi stenosis aorta?

f. Bagaimana komplikasi dan prognosis stenosis aorta?

g. Bagaimana pengobatan stenosis aorta?

h. Bagaimana pencegahan stenosis aorta?

i. Bagaimana gambaran pathways stenosis aorta?

j. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan stenosis

aorta?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian stenosis aorta

b. Untuk mengetahui epidemiologi stenosis aorta

c. Untuk mengetahui etiologi stenosis aorta

d. Untuk mengetahui tanda dan gejala stenosis aorta

e. Untuk mengetahui patofisiologi stenosis aorta

f. Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis stenosis aorta

g. Untuk mengetahui pengobatan stenosis aorta

h. Untuk mengetahui pencegahan stenosis aorta

i. Untuk mengetahui gambaran pathways stenosis aorta

2

j. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan

gangguan stenosis aorta

3

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Stenosis aorta menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta pada

waktu sistolik ventrikel. Dengan meningkatnya resistensi terhadap ejeksi

ventrikel, maka beban tekanan ventrikel kiri meningkat. Sebagai akibatnya

ventrikel kiri menjadi hipertropi agar dapat menghasilkan tekanan yang lebih

tinggi untuk mempertahankan perfusi perifer, hal ini menyebabkan timbulnya

selisih tekanan yang mencolok antara ventrikel kiri dan aorta. Hipertropi

mengurangi daya regang dinding ventrikel, dan dinding relative menjadi kaku.

Jadi meskipun curah jantung dan volume ventrikel dapat dipertahankan dalam

batas-batas normal, tekanan akhir diastolic ventrikel akan sedikit meningkat.

Ventrikel kiri mempunyai cadangan daya pompa yang cukup besar.

Misalnya, ventrikel kiri yang dalam keadaan normal menghasilkan tekanan

sistolik sebesar 120 mmHg, dapt meningkatkan tekanan itu menjadi 300 mmHg

selama kontraksi ventrikel. Untuk mengompensasi dan mempertahankan curah

jantung, ventrikel kiri tidak hanya memperbesar tekanan tetapi juga

memperpanjang waktu ejeksi. Oleh karena itu, meskipun terjadi penyempitan

progresif pada orifisium aorta yang menyebabkan peningkatan kerja ventrikel,

efisiensi mekanis jantung masih dapat dipertahankan dalam waku lama. Namun,

akhirnya kemampuan ventrikel kiri untuk menyesuaikan diri terlampaui. Timbul

gejala-gejala progresif yang mendahului titik krisis dalam perjalanan stenosis

aorta. Titik krisis pada stenosis aorta adalah bila lumen katup aorta mengecil dari

ukuran 3-4 cm2 menjadi kurang dari 0,8 cm2. Biasanya tidak terdapat perbedaan

tekanan pada kedua sisi katup sampai ukuran lumen berkurang menjadi 50 %.

2.2 Epidemiologi

Stenosis aorta berat jarang terjadi pada bayi, terjadi pada 0,33% dari

kelahiran hidup, dan karena katup unicuspid atau bikuspid. Kebanyakan pasien

dengan katup aorta bikuspid kongenital yang mengembangkan gejala tidak

4

melakukannya sampai usia pertengahan atau lebih. Pasien dengan stenosis aorta

rematik biasanya hadir dengan gejala setelah dekade keenam kehidupan.

Aorta sclerosis (kalsifikasi katup aorta tanpa obstruksi aliran darah,

dianggap sebagai pendahulu dari stenosis aorta kalsifikasi degeneratif kalsifikasi)

meningkat dalam insiden dengan usia dan hadir di 29% dari orang yang lebih tua

dari 65 tahun dan di 37% dari orang yang lebih tua dari 75 tahun. Pada orang

lanjut usia, prevalensi aortic stenosis adalah antara 2% dan 9%. Stenosis aorta

kalsifikasi degeneratif biasanya bermanifestasi pada orang tua dari 75 tahun dan

terjadi paling sering pada laki-laki.

2.3 Etiologi

2.3.1 kongenital

a. Aorta unikuspid, menyebabkan obstruksi berat pada saat bayi dan

merupakan penyebab kematian pada umur kurang dari 1 tahun.

b. Aorta bicuspid, dapat menyebabkan stenosis pada saat lahir, tetapi kadang-

kadang juga tidak. Struktur abnormal ini akan menyebabkan turbulensi

sehingga katub akhirnya menjadi kaku, fibrosis dan klasifikasi pada umur

dewasa. Kelainan ini dapat diperberat oleh endokarditis bakterialisis dan

menimbul regurgitasi.

c. Aorta tricuspid, dapat juga mengalami abnormalitas dalam bentuk maupun

besarnya sehingga menimbulkan turbulensi, fibrosis dan klasifikasi.

2.3.2 Penyakit jantung reumatik

Kelainan akibat penyakit jantung reumatik pada katub aorta jarang muncul

tersendiri, tapi selalu disertai kelainan pada katub lainnya.

2.3.3 Stenosis aorta akibat klasifikasi senilis

Kelainan ini merupakan akibat arteriosklerosis, dimana terjadi sklerosis dan

kalsifikasi katup pada usia lanjut dan jarang mengakibatkan stenosis berat.

5

2.3.4 Stenosis aorta pada arthritis reumatoid

Terjadi penebalan nodular daun katub dan proksimal aorta. Kelainan ini jarang

sekali terjadi.

2.4 Tanda dan gejala

Gejala-gejala pada penderita dengan stenosis aorta tergantung pada

keparahan obstruksi stenosis aorta. Stenosis aorta yang ada pada masa bayi awal,

disebut stenosis aorta kritis dan disertai dengan gagal ventrikel kiri berat. Bayi ini

datang dengan tanda-tanda curah jantung rendah. Gagal jantung kongestif,

kardiomegali, edema paru-paru adalah berat, dan nadi lemah pada semua

ekstremitas. Curah urin mungkin berkurang. Karena curah jantung berkurang,

intensitas bising pada linea parasternalis kanan atas dapat minmal, sebaliknya,

kebanyakan anak dengan bentuk stenosis aorta yang kurang berat akan tetap tidak

bergejala dan menampakkan pertumbuhan dan pola perkembangan normal. Bising

biasanya ditemukan selama pemeriksaan rutin. Jarang anak yang lebih tua dengan

obstruksi berat pada aliran keluar ventrikel kiri yang tidak terdiagnosis

sebelumnya akan datang dengan kelelahan, angina, pusing atau sinkop. Kematian

mendadak telah dilaporkan pada stenosis aorta tetapi biasanya terjadi pada

penderita dengan obstruksi aliran keluar ventrikel kiri berat yang pembedahan

padanya telah ditunga.

Tanda-tanda fisik tergantung pada tingkat obstruksi aliran keluar ventrikel

kiri. Pada stenosis aorta ringan, nadi, besar jantung, dan impuls apeks semuanya

normal. Dengan bertambahnya derajat keparahan, nadi intensitasnya akan menjadi

berkurang dan jantung dapat membesar dengan dorongan ventrikel kiri. Pada

stenosis aorta ringan sampai sedang, biasanya ada klik ejeksi sistolik, paling baik

terdengar di apeks dan linea parasternal kiri. Tidak seperti klik stenosis pulmonal,

intensitas klik ini tidak berubah pada perubahan respirasi. Klik tidak biasa pada

stenosis aorta yang lebih berat atau pada stenosis subaorta murni. Pada stenosis

berat suara jantung pertama mungkin menghilang karena kelunturan ventrikel kiri

6

yang menebal berkurang. Pembelahan normal bunyi jantung kedua ada pada

obstruksi ringan hingga sedang. Pada penderita dengan obstruksi pbstruksi berat,

intensitas penutupan katup aorta berkurang dan jarang pada anak-anak, bunyi

kedua mungkin membelah paradoks (pada ekspirasi jadi lebih lebar). Bunyi

jantung ke-4 mungkin dapat didengar bila obstruksi berat.

Intensitas, frekuensi, dan lama bising sistolik ejeksi merupakan petunjuk

keparahan yang lain. Umumnya, bising yang khas dapat didengar secara maksimal

pada linea parasternalis kanan atas dan menyebar ke leher dan turun ke linea

parasternal kiri. Bising ini disertaigetaran pada fosa suprasternalis. Pada penderita

dengan stenosis aorta subvalvuler, bising dapat maksimal sepanjang linea

parasternalis kiri atau bahkan pada apeks. Bising diastolic dekresendo halus yang

menunjukkan insufisiensi aorta ringan seing ada bila obstruksi adalah subvalvuler

atau pada penderita katup aorta bicuspid. Kadang-kadang, bising rumble mid-

diastolik pendek dapat didengar, bahkan pada adanya katup mitral normal

sekalipun. Namun, bising ini akan selalu menimbulkan kecurigaan disertainya

stenosis mitral.

Tanda dan gejala (Wajan, 2011) yaitu

1. Dispnea, angina, dan pingsan saat beraktifitas( akibat penurunan curah

jantung)

2. Kelemahan dan sianosis perifer(bila penurunan CO berat)

3. Ortopnea dan PND(bila terjadi edema paru)

4. Auskultasi

a. Sistolic Ejection Click

b. BJ 2 tunggal, intensitas lemah atau tak terdengar

c. Murmur sistolik crescendo/decrescendo(berbentuk shaped diamond

atau wajik) intensitas kasar. Terdengar di ICS 2/3 linea sternalis

kanan dengan penjalaran keleher atau arteri karotis.

5. Palpasi

a. Pulsus alternans

7

b. Penurunan tekanan denyut (<30-50/50mmHg)

c. Denyut apeks menonjol selama sistolik

6. EKG

a. Hipertrofi ventrikel kiri

b. AV blok derajat 1 (perpanjangan interval PR)

c. Left anterior hemiblock

7. Rontgen thorak

a. Dilatasi orta post stenotik (oleh karena ejeksi darah dengan tekanan

tinggi yang mengenai dinding aorta)

b. Klasifikasi daun katub

8. Kateterisasi jantung

a. Perbedaan tekanan aorta 80-100 mmHg

b. Peningkatan tekanan diastoik ventrikel

c. Tekanan atrium kiri dan pulmonal normal

9. Echocardiogram

a. Gerakan katub aorta menyempit

b. Peningkatan gema/suara gerakan katub

2.5 Patofisiologi

Stenosis aorta congenital, meliputi 5% malformasi jantung yang diketahui

pada masa anak, tetapi kelainan katup aorta (bikuspid) merupakam salah satu lesi

jantung congenital yang paling sering pada orang dewasa. Stenosis aorta lebih

sering terjadi pada laki-laki. Pada kebanyakan kasus, stenosis aorta kebanyakan

valvuler, daun katub menebal dan komisura berfusi sampai berbagai tingkat.

Stenosis subvalvuler (subaorta) dengan kerangka fibrosa tersendiri di

bawah katup aorta merupakan bentuk obstruksi saluran aliran keluar ventrikel kiri

yang juga penting. Lesi ini seringkali disertai dengan bentuk penyakit jantung

congenital lain dan penting karena penjelekan yang cepat. Sebenarnya tidak

8

pernah terdiagnosis selama masa bayi awal dan dapat timbul meskipun

sebelumnya terdokumentasi tidak ada perbedaan tekanan pada saluran aliran

keluar ventrikel kiri. Stenosis aorta subvalvuler dapat menjadi jelas sesudah

pembedahan defek jantung congenital lain yang berhasil (misalnya koarktasio

aoerta, PDA dan VSD), yang dapat timbul bersama dengan lesi ringan yang belum

diperbaiki secara bedah, dan dapat terjadi sebagai kelainan sendiri.

Stenosis aorta supravalvuler, tipe yang sering, dapat sporadic, familial, atau

disertai dengan sindrom William, yang meliputi retardasi mental, muka elfin

(muka bundar , dahi, lebar, jembatan hidung datar, bibir atas panjang, dan pipi

bulat) dan hiperkalsemia idiopatik masa bayi.

2.4 Pemeriksaan Diagnostik

a. Electrocardiogram (EKG) 

EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik jantung. Pola-pola

abnormal pada EKG dapat mencerminkan suatu otot jantung yang menebal dan

menyarankan diagnosis dari aortic stenosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang,

kelainan konduksi elektrik dapat juga terlihat.

b. Chest x-ray

Chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan jantung yang

normal. Aorta diatas klep aortic seringkali membesar. Jika gagal jantung hadir,

cairan di jaringan paru dan pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar di daerah-

daerah paru bagian atas seringkali terlihat.

c. Echocardiography

Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound untuk

memperoleh gambar-gambar (images) dari ruang-ruang jantung, klep-klep, dan

struktur-struktur yang mengelilinginya. Alat non-invasive yang berguna, yang

membantu dokter-dokter mendiagnosa penyakit klep aortic. Suatu

9

echocardiogram dapat menunjukan suatu klep aortic yang menebal dan kalsifikasi

yang membuka dengan buruk. Alat ini dapat juga menunjukan ukuran dan fungsi

dari ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut Doppler dapat digunakan

untuk menentukan perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep aortic dan untuk

menaksir area klep aortic.

d. Cardiac catheterization

Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi aortic

stenosis. Tabung-tabung plastik berongga yang kecil (catheters) dimasukan

dibawah tuntunan X-Ray ke klep aortic dan kedalam ventricle kiri. Bersama

tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari klep aortic. Kecepatan dari aliran

darah diseluruh klep aortic dapat juga diukur menggunakan suatu kateter khusus

(Delp & Manning, 1996: 337)

2.5 Komplikasi dan Prognosis

2.5.1 Komplikasi

a. Gagal jantung  

b. Hipertensi sisitemik 

c. Nyeri dada (angina pectoris) 

d. Sesak nafas

2.5.2 Prognosis

Prognosisnya baik pada kebanyakan anak dengan stenosis aorta ringan

sampai sedang. Pada sejumlah kecil penderita yang menderita obstruksi berat,

kematian mendadak telah terjadi. Pada keadaan tersebut, biasanys ada bukti

hipertrofi ventrikel kiri menyeluruh. Neonates yang menderita stenosis aorta berat

yang meni8nggal karena gagal jantung kongestif seringkali menderita fibroelastis

endokardium ventrikel kiri. Bayi yang datang sesudah umur satu atau dua minggu

pertama berespon baik terhadap pengurangan stenosis, dan fungsi ventrikel kiri

membaik. Operasi ulangan pada katup aorta seringkali kemudian diperlukan pada

masa anak atau kehidupan dewasa, dan banyak penderita akhirnya akan

memerlukan pergantian katup. Status setiap penderita harus ditinjau lagi setiap

10

tahun dan intervensi dianjurkan jika terjadi tanda dan gejala memburuk.

Profilaksis seumur hidup terhadap endokarditis infeksius diperlukan.

Survival rate 10 tahun penderita pasca operasi ganti katup aorta adalah

sekitar 60% dan rata rata 30% katup artifisial bioprotese mengalami gangguan

setelah 10 tahun dan memerlukan operasi ulang. Katup Metal artificial harus

dilindungi dengan antikoagulan untuk mencegah trombus dan embolisasi.

Sebanyak 30% penderita ini akan mengalami komplikasi perdarahan ringan-berat

akibat dari terapi tersebut.Valvuloplasti aorta perkutan dengan balon dapat

dilakukan pada  anak atau anak muda dengan stenosis aorta congenital non-

kalsifikasi. Pada orang dewasa dengan kalsifikasi,tindakan ini menimbulkan

restenosis yang tinggi

2.6 Penatalaksanaan

Timbulnya keluhan merupakan indikasi kuat untuk tindakan pembedahan.

Keluhan biasanya baru muncul pada obstruksi berat dimana gradient katup aorta

50 mmHg dan diameter katup kurang dari 0,4 cm2/m2 permukaan tubuh (25%

diameter katup aorta normal). Kebanyakan pasien anak-anak dengan stenosis

aorta bersifat asimtomatik walaupun penyakit sangat berat, dan mereka dianjurkan

untuk dilakukan operasi segera apabila gradient katup aorta mencapai 75 mmHg

atau diameter katup 0,7 cm2/m2 permukaan tubuh. Gradient antara 50-75 mmHg

atau diameter katup aorta antara 0,7- 1,2 cm2/m2 permukaan tubuh, dengan

keluhan lelah, dispnea, angina atau sinkop juga dianjurkan operasi segera. Anak-

anak dengan stenosis sedang (Gradient antara 50-75 mmHg atau diameter katup

aorta antara 0,7- 1,2 cm2/m2) tanpa keluhan (EKG dan foto rontgen normal) harus

diobati medikamentosa dan dianjurkan untuk menghindari olahraga kompetitif

dan isometric. Tindakan bedah biasanya berupa reseksi katup yang sakit dan

menggantikannya dengan katup artificial. Sebelum dan sesudah pembedahan,

tindakan pencegahan endokarditis bakterialis harus dilakukan bila ada tindakan

khusus.

11

Sekarang terdapat teknik baru, yakni melebarkan daerah yang menyempit

dengan kateter yang dilengkapi dengan balon. Cara ini dilaporkan cukup efektif,

meskipun kemungkinan terjadinya penyempitan kembali sering.

Cara penatalaksanaan yang dapat dilakukan Balloon Valvuloplasty

(valvulotomy). Seringnya tindakan  yang bertujuan untuk membenarkan kembali

katup tanpa menggantinya merupakan tindakan yang paling sering digunakan.

Balloon valvuloplasty dilakukan dengan kateter tipis dan lembut yang ujungnya

diberi balon yang dapat dikembangkan ketika mencapai katup. Balon yang

mengembang tersebut akan menekan katup yang menyempit sehingga dapat

terbuka kembali dan memungkinkan darah dapat mengalir dengan normal

kembali. Balon valvuloplasty merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan

stenosis katup aorta beserta manifestasi klinis yang timbul karenanya terutama

efektif pada infant dan anak-anak. Bagaimanapun juga pada dewasa metode ini

tidak selalu berhasil karena stenosis dapat muncul kembali setelah dilakukan

balon valvuloplasty. Oleh karena alasan di atas, untuk penyembuhan stenosis

katup aorta pada dewasa jarang dilakukan balon valvuloplasty terkecuali pada

klien yang tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi penggantian katup atau

valvuloplasty.

1. Percutaneous aortic valve replacement

Percutaneous aortic valve replacement atau Penempatan kembali katup aorta

percutan merupakan penatalaksanaan yang tersering yang dilakukan pada klien

dengan stenosis katup aorta. Pendekatan terbaru dengan metode ini

memungkinkan untuk dilakukan dengan menggunakan kateter.

2. Pembedahan katup aorta dilakukan dengan beberapa metode antara lain :

a. Penempatan kembali katup aorta

Metode ini merupakan metode primer untuk menangani kasus stenosis

katup aorta. Pembedahan dilakukan dengan mengambil katup yang rusak dengan

katup mekanik baru atau bagian dari jaringan katup. Katup mekanik terbuat dari

12

metal, dapat bertahan lama tetapi dapat pula menyebabkan resiko penggumpalan

darah pada katup atau daerah yang dekat dengan katup.

Oleh karena itu untuk mengatasinya klien harus mengkonsumsi obat anti

koagulan seperti warfarin (caumadin) seumur hidup untuk untuk mencegah

penggumpalan darah. Sedangkan penggantian dengan katup jaringan ini dapat

diambil dari babi, sapi atau berasal dari cadaver manusia.Tipe lainnya

menggunakan jaringan katup yang berasal dari katup pulmonary klien itu sendiri

jika dimungkinkan.

b. Valvuloplasty

Dalam kasus yang jarang ditemui penggunaan metode valvuloplasty lebih

baik untuk dilakukan daripada penggunaan metode balon valvuloplasty. Seperti

pada bayi yang baru lahir yang mengalami kelainan dimana daun katup aorta

menyatu. Dengan menggunakan cara operasi bedah cardiac pada katup aorta

untuk memisahkan daun katup yang menyatu dan meningkatkan kembali aliran

darah yang melewati katup. Atau cara lain dengan memperbaiki katup yaitu

menghilangkan kalsium berlebih yang terdapat pada daerah sekitar katup.

2.7 Pencegahan

Pencegahan yang harus dilakukan untuk mengurangi kejadian stenosis aorta

yaitu :

1. Menghindari suntikan haram

2. Segera obati infeksi streptococcus untuk mencegah demam reumatik

3. Selalu beritahu pemberi layanan kesehatan, jika memiliki riwayat penyakit

jantung ataupenyakit jantung bawaan sebelum pengobatan. Beberapa

orang mungkin perlu diberikan antibiotic sebelum memiliki prosedur.

13

Hipertrofi

BAB 3. PATHWAYS

14

Malformasi katup stenosis konginetal

Stenosis aorta pada arthritis reumatoid

Stenosis aorta akibat

klasifikasi senilis

Penyakit jantung reumatik

STENOSIS AORTA

Aliran darah dari V.S ke aorta terhambat

Resistensi ejeksi ventrikel

Beban tekanan ventrikel

hipertrofi

Daya regang dinding ventrikel

Dinding ventrikel kaku

Aliran darah ke pembuluh perifer

Hipoksia

Asupan O2 Kebutuhan

O2

Metabolism anaerob

NyeriHipoksemia Sianosis

15

Kontraksi

Aliran darah yang dipompa keluar jantung

CO

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

Sesak

Kelemahan tubuhGangguan Pola Nafas

Hipoksia Laktat

Asidosis Metabolik

Gangguan Pertukaran gas

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian

Data subjektif. Kebanyakan gejala-gejala gangguan katup jantung berkaitan

dengan berkurangnya curah jantung, misalnya :

1. merasa lemah dan cepat lelah

2. dispenia dan ortopnea

3. nyeri angina, lokasi dan sifatnya

4. palpasi, penyebabnya adalah kurang tidur atau minum kopi

5. sinkope (pingsan)

6. edema ekstremitas

7. cemas tentang penyakitnya

Data objektif :

1. sifat dan kecepatan pernapasan, pelebaran lubang hidung

2. warna dan temperature kulit (sianosis, petekie)

3. warna kuku, pengisian kapiler

4. distensi vena jugular

5. diaphoresis

6. auskultasi (murmur, krekels, mengi)

7. nadi (cepat, lambat, tidak teratur)

8. edema

4.2 Diagnosa

1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan gangguan

kontraktilitas ventrikel kiri untuk memompa darah

2. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan tidak seimbangnya

kebutuhan oksigen dan suplainya

3. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung, kongesti vena sekunder terhadap kerusakan fungsi katup ( regurgitasi/stenosis)

16

4. Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan kebutuhan oksigen

dengan suplai darah ke miokardium akibat sekunder dari aliran darah yang

menurun pada arteri koroner.

5. Kelelahan yang berhubungan dengan penurunan curah jantung

6. Deficit pengetahuan (gangguan katup jantung) yang berhubungan dengan

tidak ada informasi.

1.3 Intervensi

No. Diagnose Criteria hasil Intervensi Rasional 1. Penurunan curah jantung

yang berhubungan dengan

gangguan kontraktilitas

ventrikel kiri untuk

memompa darah

Setelah diberikan asuhan keperawatan 2x 24 jam diharapkan curah jantung adekuat dengan kriteria hasil: pasien menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung.

1. Observasi kualitas dan kekuatandenyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit

2. Tegakkan derajat cyanosis (misal: warna membran mukosa derajat finger)

3. Berikan obat–obat digitalis yang terindikasi

4. Berikan obat–obat diuretik yang terindikasi

1. Obat–obat digitalis memperkuat kontraktilitas otot jantung sehingga cardiak outpun meningkat atau sekurang–kurangnya klien bisa beradaptasi dengan keadaannya.

2. Mengurangi timbunan cairan berlebih dalam tubuh sehingga kerja jantung akan lebih ringan

2.Intoleransi aktivitas yang

berhubungan dengan tidak

seimbangnya kebutuhan

oksigen dan suplainya

Setelah diberikan asuhan keperawatan 2x24 jam diharapkan pasien dapat melakukan

1. Anjurkan klien untuk melakukan permainan dan aktivitas yang ringan

2. Bantu klien

1. Melatih klien

agar dapat

beradaptasi

dan

mentoleransi

17

aktivitas secara mandiri dengan kriteria hasil :

a. pasien mampu melakukan aktivitas mandiri.

untuk memilih aktifitas sesuai usia, kondisi dan kemampuan;

3. Berikan periode istirahat setelah melakukan aktifitas

terhadap

aktifitasnya;

2. melatih klien

agar dapat

toleranan

terhadap

aktifitas

3. mencegah

kelelahan

berkepanjang

an.

3. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung, kongesti vena sekunder terhadap kerusakan fungsi katup ( regurgitasi/stenosis)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak ada gangguan pada perfusi jaringan perifer pasien dengan indikator: 1. TD sistolik

dan diastolik normal

2. Kekuatan nadi

3. Suhu kulit normal

4. Tidak ada nyeri ekstremitas

1. Evaluasi nadi perifer

2. Monitor cairan masuk dan keluar

3. Monitor TD, nadi, dan RR

4. Monitor bunyi jantung

5. Monitor suhu tubuh pasien

Tanda dan gejala tersebut membantu diagnosis gagal jantung kiri menurunkan curah jantung

18

5. Keseimbangan intake dan output

4. Nyeri yang berhubungan

dengan ketidakseimbangan

kebutuhan oksigen dengan

suplai darah ke miokardium

akibat sekunder dari aliran

darah yang menurun pada

arteri koroner.

Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x 24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan criteria hasil :Pasien tidak mengeluh nyeri/ nyeri berkurang

1. Kaji skala nyeri

2. Kolaborasi pemberian obat untuk nyeri

3. Ajarkan pasien teknik napas dalam

Mengkaji skala nyeri akan mengidentifika seberapa nyeri yang dirasakan pasien. Kolaborasi obat dan latihan napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien

5. Ansietas yang berhubungan

dengan Deficit pengetahuan

(gangguan katup jantung) ,

tidak ada informasi.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 2x24

jam pasien

mengetahui

tentang kondisi

penyakit dan

tindakan dengan

indikator:

1. Mendeskrips

ikan faktor

penyebab

2. Menjelaskan

gejala-gejala

komplikasi

dan tanda-

tanda kepada

petugas

1. Ajarkan system

koping efektif

2. Jelaskan

patofisiologi

penyakit secara

singkat dan

jelas

3. Jelaskan tanda

dan gejala

komplikasi

4. Jelaskan aturan,

dosis, dan efek

pengobatan

5. Jelaskan cara-

cara mencegah

terjadinya

stenosis aorta.

Mengurangi rasa

cemas. Penyakit

katub jantung akan

menganggu fungsi

jantung sebagai

pompa. Gangguan

ini dapat

mengancam

kesehatan dan

nyawa sehingga

menimbulkan rasa

cemas. Penjelasan

tentang cara-cara

yang efektif

menangani stress

dapat membantu

pasien. Juga

penjelasan tentang

sifat penyakitnya,

pemeriksaan

19

kesehatan

3. Mendeskrips

ikan

mengenai

dosis, aturan,

dan efek

pengobatan

4. Mengidentifi

kasi

tindakan-

tindakan

mencegah

stenosis

aorta.

diagnostic, dan efek

obat, dapat

membuat pasien

merasa mampu

menangani

situasinya.

4.5 Evaluasi

1) Pasien mengungkapkan rasa nyaman dan cemas berkurang.

2) Bernapas dengan lebih baik, tidak cepat lelah dengan aktivitas.

3) Istirahat diantara kegiatan.

4) Berat badan stabil.

5) Dapat menjelaskan sifat penyakit, efek obat yang dmakannya, efek garam,

efek kegiatan/istirahat.

20

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Stenosis katup aorta adalah penyempitan orifisium antara ventrikel kanan

dan aorta. Pada orang dewasa stenosis tersebut mungkin congenital atau mungkin

diakibatkan oleh endokarditis reumatik, atau klasifikasi kuspid yang tidak

diketahui penyebabnya. Terjadi penyempitan orifisium katup secara progresif

selama periode beberapa tahun sampai beberapa decade. Ukuran otot jantung

meningkat(hipertrofi) dalam berespon terhadap semua tingkat obstruksi; gagal

jantung terjadi obstruksi menghebat.

5.2 Saran

Diharapkan mahasiswa mampu memahami proses terjadinya penyakit

stenosis aorta dan mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada penyakit

katup jantung.

21

DAFTAR PUSTAKA

Baradero dkk. 2008. Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: EGC

Cokronegoro.1996. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid 1.Jakarta: Balai Penerbit FK

UI.

Diane.2000.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC.

Huon.2002. Lekture Notes Kardiologi.Jakarta: Penerbit: Erlangga

J.C.E.Underwood.2000.Patologi umum dan sistematik edisi 2.Jakarta: EGC.

Knight.1995. Family Medical care (Vol.3) Major sytems of the body and

emergencies.Jawa barat: Anggota IKAPI

Kumar.2013.Dasar-dasar Patofisiologi Penyakit. Tanggerang: KARISMA

Publishing Group.

Muttaqin. 2009. Pengantar Askep Klien Dengan Gangguan System. Jakarta:

Penerbit Salemba

Tao.2014. Sinopsis Organ System Kardiovaskuler.Tanggerang: KARISMA

Publishing Group

Wajan.2011.Keperawatan kardiovaskuler.Jakarta:Salemba Medika.

.

22