SPESIASI ARSEN DALAM LINGKUNGAN Disbatraksikan oleh Smno.jursntnhfpub.2014
MAKALAH spesiasi
description
Transcript of MAKALAH spesiasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahaya yang ditimbulkan logam berat merupakan isu lingkungan yang
sangat menonjol saat ini. Berbagai limbah berbahaya dihasilkan dalam kegiatan
manusia, dengan kadar yang beragam masuk ke perairan dan menimbulkan
masalahpenanganannya. Bentuk limbah padat menimbulkan pengaruh relatif
lokal, tetapi apabila bentuk limbah cair atau yang dapat menguap pengaruhnya
lebih luas, dan kontaminasinya lebih sukar dicegah.Pergerakan logam serta
ketersediaannya (bioavailability) di lingkungan perairan sangat dipengaruhi oleh
bentuk dan tipe perikatan logam tersebut.Sedimen yang merupakan tempat akhir
senyawa di lingkungan perairan sangat memegang peranan penting dalam
menentukan bentuk-bentuk logam di perairan.
Menurut Yu, et al. (2010), logam di sedimen bisa berada dalam berbagai
bentuk dan perikatan, antara lain, sebagai ion bebas dan berikatan dengan
karbonat, logam bentuk ini disebut sebagai logam yang sangat labil sehingga
mudah lepas ke perairan serta mudah diserap oleh organisme
(bioavailable).Logam juga bisa berikatan dengan oksida Fe/Mn dan disebut
sebagai bentuk yang tereduksi (reducible). Perikatan dengan bahan organik serta
sulfida juga bisa menghasilkan logam dalam bentuk yang mudah teroksidasi
(oxidizable). Sedangkan logam dalam bentuk perikatan yang kuat dengan struktur
kristal mineral di sedimen disebut bentuk residual.
Keterikatan senyawa logam dengan komponen geokimia sedimen disebut
juga spesiasi. Spesiasi suatu senyawa kimia dapat didefenisikan sebagai suatu
proses identifikasi dan kuantifikasi berbagai spesies, bentuk dan fase yang
terdapat pada suatu media.Kehadiran logam di sedimen, bisa memberikan dampak
negatif pada biota bentik dan biota lainnya pada rantai makanan. Akan tetapi total
konsentrasi logam yang ada di perairan tidak selalu berkorelasi positif dengan
respon yang timbul pada biota.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan spesiasi kimia?
2. Bagaimana spesiasi unsur dalam lautan?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dalam makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui pengertian spesiasi kimia.
2. Mengetahui spesiasi unsur dalam lautan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Spesiasi Kimia
Spesiasi secara umum merupakan proses pemisahan dengan teknik
pembagian tahapan proses yang dilakukan untuk memberikan spesifisitas maupun
selektifitas agar didapatkan metode yang cukup baik untuk pemisahan logam pada
sedimen (Fergusson,1994). Spesiasi kimia menggambarkan komposisi (yaitu,
jenis dan konsentrasi senyawa kimia) dari larutan.Pentingnya spesiasi kimia untuk
ilmu lingkungan terletak pada kegunaannya sebagai alat untuk menafsirkan sifat
chemodynamic dan toksisitas senyawa kimia. Sebagai contoh adalah logam
Tembaga (Cu) pada gambar 1, bisa eksis dalam berbagai bentuk kimia, seperti
Ion (Cu 2 +) bebas
Hydroxo kompleks (misalnya, CuOH +)
Khelat kompleks dengan ligan organik, diserap pada partikel.
Karena spesies yang paling beracun adalah ion bebas, kita perlu
mengetahui berapa banyak yang ada untuk menilai risiko potensi air yang
terkontaminasi. Spesiasi kimia tergantung, antara lain faktor, pada komposisi
sistem, pH, suhu, kekuatan ionik dan waktu.
Gambar 1 Tembaga dapat berada dalam berbagai bentuk kimia yang berbeda.Konsentrasi relatif tergantung pada komposisi sistem, pH, suhu,
kekuatan ionik dan waktu.
Spesiasi kimia dapat ditentukan secara eksperimental atau diperkirakan
dengan komputasi.Penentuan eksperimental bisa sangat sulit: sementara cukup
mudah untuk mengukur total konsentrasi tembaga (misalnya, menggunakan
HNO3), tugas berat untuk membedakan antara berbagai bentuk tembaga, yaitu
spesies yang berbeda (misalnya, Cu2 +, CuOH +).
Dalam prakteknya, perhitungan spesiasi kimia yang digunakan untuk
memperkirakan konsentrasi spesies yang sulit atau tidak mungkin untuk diukur.Ini
diilustrasikan pada Gambar 2. Dalam rangka perfom perhitungan spesiasi kimia,
kita perlu:
1. Informasi eksperimental, seperti:
o [H +], yaitu pH (pH elektroda)
o Konsentrasi total Cu 2+ (yakni, HNO3)
o Konsentrasi bebas dari Cu 2+ (sensitif elektroda Cu)
o Konsentrasi partikel (ditentukan secara gravimetri)
o Jumlah karbon organik terlarut (DOC)
2. Untuk membuat asumsi, misalnya:
o Sistem ini pada kesetimbangan
o Konsentrasi ligan organik terlarut dapat diperkirakan dari DOC
o Pilihan kita spesies yang relevan sesuai konstanta kesetimbangan untuk
reaksi yang terjadi dalam sistem, yang dapat ditemukan dalam literatur.
Setelah mengumpulkan semua informasi yang diperlukan, kita siap untuk
menghitung spesiasi kimia untuk memperkirakan konsentrasi spesies yang tidak
diketahui.
Gambar 2Perhitungan spesiasi kimia dilakukan menggunakan program komputer khusus untuk mendapatkan perkiraan konsentrasi yang tidak diketahui.
Penghitungan ini didasarkan pada informasi eksperimental dan konstanta kesetimbangan.
International Union for Pure and Applied Chemistry (IUPAC) telah
menerbitkan pedoman atau rekomendasi untuk definisi analisis spesiasi:
Analisis spesiasi adalah kegiatan analitis untuk mengidentifikasi dan /
atau mengukur jumlah satu atau lebih spesies kimia dalam sampel.
Spesies kimia adalah bentuk spesifik dari suatu elemen didefinisikan
sebagai komposisi elektronik atau oksidasi, kompleks atau struktur
molekul isotopik.
Spesiasiunsur adalah distribusi unsur kimia di antara spesies yang
didefinisikan dalam suatu sistem.
B. Spesiasidi Laut
Berikut ini daftar spesies utama unsur-unsur dalam air laut:
Element Probable Main Species Element
Probable Main Species
H H2O Rb Rb+
Li Li+ Sr Sr2+
Be BeOH+ Y Y(OH)3
B H3BO3, B(OH)4- Zr Zr(OH)n
4-n
C HCO3- Mo MoO4
2-
N N2, NO3- Ag AgCl2
- (S), Ag+ (F)O H2O Cd CdCl2
0 (S), Cd2+ (F), CdOH+
F F-, MgF+ (S) Sn SnO(OH)3-
Na Na+ Sb Sb(OH)6-
Mg Mg2+ Te HTeO3-
Al Al(OH)4- I IO3
-, I-
Si Si(OH)4, MgH3SiO4 (S) Cs Cs+
P HPO42-, MgPO4
- (S) Ba Ba2+
S SO42-, NaSO4
+ La La3+, LaOH2+
Cl Cl- Ce Ce3+, CeOH2+
K K+ Pr Pr3+, PrOH2+
Ca Ca2+ Nd Nd3+, NdOH2+
Sc Sc(OH)30 Other
Ti Ti(OH)40 Rare Me3+, MeOH2+
V H2VO4-, HVO4
2- EarthsCr Cr(OH)3
0, CrO42- Lu LuOH2+
Mn Mn2+, MnCl+ (S) W WO42-
Fe Fe(OH)2+ Re ReO4
-
Co Co2+, CoCO30 Au AuCl2
- (S), Au(OH)30 (F)
Ni Ni2+, NiCO30 Hg HgCl4
2- (S), Hg(OH)20 (F)
HgOHCl (F)
Cu CuCO30, CuOH+ TI TICl0 (S), TI- (F)
Zn ZnOH+, Zn2+, ZnCO30 Pb PbCO3
0, Pb(CO3)22-
Ga Ga(OH)4- Bi BiO+, Bi(OH)2
+
Ge Ge(OH)40 Ra Ra2+
As HAsO42-, H2AsO4
- Th Th(OH)n4-n, Th(CO3)n
4-2n (?)
Se SeO32- U UO2(CO3)3
4-+
Br Br--
*S, Species prevalent in seawater only; F, Species prevalent in fresh water
1. Spesiasi Logam
Bentuk atau spesiasi logam di perairan alami dapat mengubah sifat-sifat
kinetik dan termodinamika. Misalnya, Cu(II) dalam bentuk ion bebas merupakan
racun bagi fitoplankton, sedangkan tembaga yang dikomplekskan dengan ligan
organik tidak beracun. Bentuk logam dalam larutan juga dapat mengubah
kelarutannya. Sebagai contoh, Fe(II) larut dalam larutan air, sementara Fe(III)
hampir tidak larut. Ligan organik alami berinteraksi dengan Fe(III) dapat
meningkatkan kelarutan 20 kali lipat dalam air laut. Model interaksi ion yang
dapat digunakan untuk menentukan aktivitas dan spesiasi logam divalen dan
trivalen dalam air laut dan elemen alam lainnya mempertimbangkan interaksi
logam dengan anion utama (Cl-, SO42-, HCO3
-, CO32-, Br-, F-) dan anion minor
(OH-, H2PO4-, HPO4
2-, PO43-, HS-) sebagai fungsi suhu (0 sampai 50 oC ), kekuatan
ion [0 sampai 6 m (m ~ mol.kg-1)] dan pH (1 sampai 13).
Baru-baru ini, telah ditunjukkan bahwa logam divalen banyak
dikomplekskan dengan ligan organik. Meskipun komposisi dari ligan tidak
diketahui, sejumlah peneliti telah menggunakan voltametri untuk menentukan
konsentrasi ligan [Ln] dan stabilitas konstan (KML) untuk pembentukan kompleks:
M2+ + Ln MLn+2 KML = [MLn+2]/[M2+][Ln]
Pada Gambar 3, menunjukkan bentuk spesiasi Fe(III) dalam air laut sebagai
fungsi pH.
Gambar 3 Spesiasi ion Fe(III) dalam air laut pada berbagai kondisi pH
2. Spesiasi Karbon
Siklus biogeokimia adalah proses perubahan suatu materi dari satu
bentuk ke bentuk lainnya yang melibatkan makhluk hidup, air, tanah, udara, dan
batuan. Siklus biogeokimia terdiri dari siklus karbon, siklus oksigen, siklus air,
siklus nitrogen, siklus belerang, dan siklus fosfor. Siklus karbon adalah siklus
biogeokimia dimana karbon berpindah-pindah dari biosfer, geosfer, hidrosfer, dan
atmosfer bumi.
Lautan mempengaruhi pertukaran CO2dari udara ke laut dan mewakili
reservoir besar karbon dengan lebih dari 60 kali karbon di atmosfer dan 20 kali
karbon di daratan (Solomon et al., 2007). Fase gas CO2 terlarut dalam air laut dan
terhidrasi dari asam karbonat (H2CO3) yang terdisosiasi menjadi bikarbonat
(HCO3-), karbonat (CO3
2-) dan foton (H+). Jumlah total semua spesiasi karbon
anorganik disebut karbon anorganik terlarut (DIC: Dissolved Inorganic Carbon).
Proporsi dari spesiasi karbon ini berbeda sebagai fungsi dari pH.Pada pH air laut
normal (pH 8.2) rasio HCO3- : CO3
2-:CO2 adalah 90:9:1.
3. Spesiasi Fosfat
Di perairan unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai
elemen, melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan
polifosfat) dan senyawa organik yang berupa partikulat. Senyawa fosfor
membentuk kompleks ion besi dan kalsium pada kondisi aerob, bersifat tidak
larut, dan mengendap pada sedimen sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh algae
akuatik.
Keberadaan fosfat di dalam air akan terurai menjadi beberapa bentuk
spesiasi yaitu H2PO4-, HPO4
2-, PO43-.
H3PO4→ H+ + H2PO4- K1= [H+] [H2PO4
-] / [H3PO4]
H2PO4-→ H+ + HPO4
2- K2 = [H+] [HPO42-] / [H2PO4
-]
HPO42- → H+ + PO4
3- K3 = [H+] [PO33-] / [HPO4
2-]
Gambar 3 Grafik Spesiasi Fosfat
3. Spesiasi Merkuri
Dalam lingkungan perairan, terutama air laut, merkuri terdapat dalam
konsentrasi yang rendah.
Secaraumumkonsentrasimerkuridalamairlautberkisarantara0,6 sampaidengan3,0
μg/liter.Disisilainpadaai
ryangterpolusi,konsentrasitotalmerkurimencapaibeberapapuluhμg/liter.Untuk
metilmerkurikonsentrasinya dalamairlaut yangtidakmengalamipolusiadalah 3
sampai dengan6%darikonsentrasi total merkuri.Sedangkanpadaair
tawarberkisarantara26 sampaidengan53%
darikonsentrasitotalmerkuri.Padaairpermukaanmerkuritidakterdapatdalam
bentukion bebas Hg2+ melainkan campuran senyawaan hidroksi dan
komplekskloro merkuri dan proporsitergantungdari pH dan ionklorida. Hubungan
antarapH dan ion klorida terhadapbentuksenyawaan merkuri ditunjukkan pada
Gambar2.
A B
Gambar 4 Diagram hidrokso dan kompleks klorohydroxo sebagai fungsi pH dan konsentrasi klorida.A.Diagramion merkuriB. Diagram metilmerkuri.
Pada lingkungan perairan spesi merkuri bergantung dari kondisi reduksi-
oksidasi dan kandunganbahanorganikterlarut(DOC).PadapHrendahHgCl2dan
CH3Hg2+,sedangkanpadapH tinggi alkalismerkuridominandalambentukHg°dan
(CH3)2Hg. Padaairyangbersifatoksidatifmerkuri dominandalambentukHgCl42-
danHgOH+,sedangkandalam kondisiredukstif dominandalambentuk CH3HgS-
dan HgS2-. Disisi lain dalam kondisi ang bervariasi merkuri sering terdapat
dalam bentukCH3HgCldan CH3Hg2+.Konsentrasimerkuri dalamsedimen
dasarmerupakan indikatorpolusi merkuri padaperairan.
Padasedimandasarm
erkuriterakumulasisebagaihasildariprosessedimentasidandisisilainmerkuri
dapatdilepas dari sedimen dasardan menjadi tersediauntuktrasnformasi
biogeokimialanjut.Proses
sed
imentasidanpelepasanmerkuripadasedimendasarditentukanolehkondisispesifikper
airandan sebagai hasilnyaadalahsenyawaan
merkuridalambentukkompleks,tranformasifisik danbiologi
kedalamspesiyanglebihtoksik.Konsentrasimetilmerkuridalamsedimen
dasarberkisarantara1 sampaidengan 1,5% dari konsentrasi total merkuri.
4. Spesiasi Kromium
Kromium mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam. Pada badan
perairan kromium dapat masuk melalui 2 cara yaitu secara alamiah dan non
alamiah. Masuknya kromium secara alamiah dapat terjadi karena beberapa faktor
fisika antara lain erosi. Secara non alamiah kromium masuk pada suatu
lingkungan perairan terutama merupakan efek sampingan dari suatu aktivitas yang
dilakukan manusia, kegiatan pabrik seperti elektroplating, penyamaan kulit,
pabrik tekstil, cat dan buangan limbah rumah tangga. Perilaku spesies kromium di
lingkungan sangat rumit dan dapat diringkassesuai dengan siklus biogeokimia.
Karena bentuk kimia Cr, kondisi mobilitas danbioavailabilitasnya,
mengakibatkan Cr (III) relatif inert dan mudah teradsorpsi pada fase padat
menunjukkan bahwa Cr (III) dapat membentuk kompleks dengan ligan organik,
larut dan kemudian bisa ada di perairan alami. Cr (VI) dapat hadir dalam bentuk
mineral padat, berasosiasi dengan kation yang berbeda. Ini merupakan senyawa
yang berbeda ditandai dengan berbagai kelarutan, dengan timbal, kalsium, dan
barium kromat menjadi yang paling larut sedangkan dikromat pada umumnya,
sangat larut. Pada tanah yang bermuatan negatif, mineral tanah liat mendominasi
anion Cr (VI) yang ditolak oleh muatan negatif partikel tanah membuat kromium
hexavalen cukup mobile. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Cr(VI) lebih
mobile dan akibatnya lebih bioavailable dibandingkan dengan Cr(III) dalam
sistem tanah - air. (Unceta, 2010).
Pada kisaran pH 3-5, metode DGT memungkinkan pengukuran
monomersederhana spesies Cr (III) (yaitu Cr3+, Cr(OH)2+, Cr(OH)2+) yang berada
dalamkeseimbangan labil dengan Cr (III) dalam larutan massal. Penelitian
penggunaan DGT sebagai analisis karakterisasi, spesiasi dan migrasi logam telah
banyak dilakukan. Penelitian meliputi air limbah rumah tangga, air limbah pabrik,
pertambangan, air laut, biota laut dan sedimen.DGT model disk adalah suatu alat
sederhana terbuat dari plastik berbentuk bulat dengan diameter 2,5 cm yang dapat
diisi dengan lapisan resin chelex yang diresapi hidrogel untuk mengumpulkan
logam. Ion harus berdifusi melalui filter. Proses difusi ion melalui filter adalah
pembentukan gradien konsentrasi yang konstan dalam lapisan resin yang menjadi
dasar untuk mengukur logam dalam larutan secara kuantitatif tanpa
membutuhkan kalibrasi terpisah. Massa logam pada lapisan resin diukur setelah
direndam dengan asam, pengukuran dapat dilakukan dengan AAS.Produk
hidrolisis monomer Cr(III) mengalami reaksi kesetimbangan dinamis dengan Cr3+
untuk pertukaran proton berlangsung pada skala waktu mikrodetik. Pada pH> 5,
metode yang berpotensi dapat mengukur polynuclear spesies Cr(III) (Giusti,
2004).
C. Pendekatan Metodologis untuk Analisis Spesiasi
1. Komposisi isotopik
Timbal diambil sebagai contoh yang memiliki empat isotop stabil.
Rasionya dapat diukur dengan teknik spektrometri massa dan dapat digunakan
untuk menentukan asal lingkungan timbal. Sampel udara telah dikumpulkan pada
filter, diuraikan asam, dan Pb dipekatkan dengan ekstraksi dithizone untuk
analisis spektrometer massa ionisasi termal (TIMS).
Pendekatan yang sama telah digunakan dengan induktif spektrometer
massa plasma digabungkan quadrupole (ICP-MS), tanpa ekstraksi dithizone.
Walaupun presisi lebih rendah dari TIMS, pendekatan ini memiliki keuntungan
dari sampel throughput tinggi karena sampel teridentifikasi sebagai aerosol
nebulized. ICP-MS telah terbukti menjadi presisi cukup untuk sourcing eksposur
terhadap Pb menggunakan darah dan contoh jaringan. Dalam pendekatan ini, rasio
invarian dari puncak massa berdekatan 203Tl/205Tl dapat digunakan untuk
mengoreksi efek bias massa. Ketepatan dalam ICP-MS dapat ditingkatkan dengan
time-of-flight (TOF) dan sektor multi-kolektor analisis field.
2. Elektronik dan Keadaan Oksidasi
Kromium diberikan sebagai contoh. Cr(VI) dapat selektif ditentukan
secara spektrofotometri setelah pembentukan kompleks dengan 1,5-
diphenylcarbazide. Pemisahan Cr(III) dan Cr(VI) sering dicapai dengan
pertukaran ion HPLC dengan deteksi spektrometri serapan atom (SSA)/absorption
spectrometry (AAS), inductively coupled plasma-atomic emission spectrometry
(ICP-AES). Untuk satu konsentrasi yang sangat rendah dapat menggunakan
anodic stripping voltammetry.
3. Senyawa Anorganik dan Kompleks
Ada metode karakterisasi untuk topochemical dan morfologi partikel
tunggal. Dalam keadaan tertentu metode ini dapat memberikan informasi pada
ikatan unsur-unsur di lapisan luar partikel yang relevan untuk spesiasi. Morfologi
kristal juga dapat mempengaruhi senyawa kimia. Hidrolisis Al3+ adalah contoh
untuk kompleks anorganik. Sementara salah satu ingin mengamati produk
individu dari hidrolisis ion logam secara langsung dengan teknik spektroskopi
optik atau magnetik, reaksi hidrolisis jarang menyebabkan spesiasi cukup
sederhana untuk memungkinkan mengamati komponen individual. Umumnya,
penentuan pH digunakan potensiometri untuk menyimpulkan stoichiometries
berdasarkan reaksi xMz+ + yH2O Mx(OH)y(Xz-y)+ + yH.
Metode tambahan digunakan untuk menyimpulkan adanya kompleks
polynuclear, termasuk pengukuran kelarutan, ultrasentrifugasi, dan hamburan
cahaya. Hal ini diilustrasikan dengan pendekatan sejarah untuk hidrolisis Al3+
diungkap oleh Baes dan Mesmer. Dalam larutan garam Al encer, pengukuran pH
telah menunjukkan pembentukan AlOH2+, dan persaingan oleh OH- dengan ligan
organik berwarna telah lebih jauh menghasilkan konstanta stabilitas untuk Al
(OH)2+ dan Al(OH)3. Dalam larutan basa, kelarutan penelitian gibsit (Al(OH)3)
telah memberikan konstanta kestabilan untuk Al(OH)4¯.
Dan spesies tetrahedral ini diamati dengan spektroskopi IR dan Raman.
Ultrasentrifugasi mengungkapkan terjadinya spesies polynuclear stabil, dengan
massa spesies unik yang lebih tinggi dengan koefisien stoikiometrik untuk Al
antara 7 dan 17. Modeling berdasarkan data potensiometri disarankan
Al13O4(OH)247+ untuk spesies ini, serta spesies bi- dan trinuclear diusulkan menjadi
Al2(OH)24 dan Al3(OH)4-5.