MAKALAH SOSIOLOGI
Click here to load reader
-
Upload
muhammad-al-mushawwir -
Category
Documents
-
view
234 -
download
0
Transcript of MAKALAH SOSIOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Masyarakat merupakan suatu kesatuan yang didasarkan ikatan-ikatan yang sudah
teratur dan boleh didasarkan stabil. Sehubungan dengan ini maka dengan sendirinya
masyarakat merupakan kesatuan yang dalam pembentukannya mempunyai gejala yang sama.
Istilah stratifikasi diambil dari bahasa Inggris yaitu stratification, berasal dari kata strata, atau
stratum yang berarti lapisan. Oleh sebab itu social stratification sering diterjemahkan dengan
pelapisan masyarakat atau pelapisan sosial. Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan
(status) yang sama menurut ukuran masyarakat dikatakan berada dalam suatu lapisan stratum.
Pitirim A. Sorokin memberikan definisi suatu masyarakat sebagai berikut : suatu masyarakat
ialah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara
bertingkat (hiearchis).
Pelapisan sosial terjadi dengan sendirinya dan dengan disengaja. Adapun orang-orang
yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun
sebelumnya oleh masyarakat itu tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh
karena itu sifatnya yang tanpa disengaja inilah maka bentuk pelapisan dan dasar dari
pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu dan kebudayaan masyarakat dan yang
disengaja pelapisan yang disusun dengan ditunjukkan untuk mengejar tujuan bersama. Di
dalam sistem pelapisan ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang dan
kekuasannya yang diberikan kepada seseorang.
Beberapa pemikiran tentang pelapisan sosial tentang pelapisan sosial ini muncul
karena adanya ketidaksamaan status-status diantara individu-individu serta adanya ukuran
tentang apa yang sangat dihargai dan dijadikan ukuran oleh masyarakat. Penghargaan yang
1
lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang
lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Kalau masyarakat lebih menghargai kekayaan material
daripada kehormatan misalnya, mereka yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pihak-
pihak lainnya, gejala tersebut menimbulkan lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan
posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal
dan selanjutnya ada yang membagi pelapisan sosial ini menjadi beberapa lapisan yakni :
1. Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class) dan kelas bawah (lower class).
2. Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class)
dan kelas bawah (lower class).
3. Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class),
kelas menengah bawah (lower middle class) dan kelas bawah (lower class).
Orang-orang yang berada pada kelas bawah (lower) biasanya lebih banyak (mayoritas)
daripada di kelas menengah (middle) apalagi pada kelas atas (upper). Semakin keatas
semakin sedikit jumlah orang yang berada pada posisi kelas atas (upper class)
I.2 Permasalahan
1. Apa yang dimaksud dengan pelapisan sosial itu ?
2. Pada faktor apakah yang terjadi pelapisan sosial di dalam kehidupan masyarakat ?
3. Karena apakah pelapisan sosial dalam masyarakat terbentuk ?
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Bentuk konkrit dari pelapisan masyarakat ada beberapa macam. Ada yang meninjau
bentuk pelapisan masayarakat hanya berdasarkan salah satu aspek saja, misalnya aspek
ekonomi atau aspek politik saja, tetapi ada pula yang melihatnya melalui berbagai ukuran
secara konfrensif.
Selanjutnya ada yang membagi pelapisan masyarakat kedalam jumlah yang lebih sederhana
(misalnya membagi hanya menjadi dua atau lebih). Ada yang membagi pelapisan
masyarakat seperti berikut ini:
1. Masyarakat terdiri dari kelas atas dan kelas bawah.
2. Masyarakat terdiri dari tiga kelas, yakni kelas atas, kelas menengah, kelas bawah.
3. Ada juga kelas atas, kelas menengah, kelas menengah ke bawah, kelas bawah.
Bahwa dalam tiap-tiap Negara memiliki tiga unsure yaitu mereka yang kaya sekali,
mereka yang melarat sekali, dan mereka yang berada di tengah-tengah.
(Aristoteles)
Selama di dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap
masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya, maka barang itu akan
menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya system yang berlapis-lapis dalam
masyarakat.
(Prof. Dr. Selo Soemardjan & Suelaiman Sumardi. SH. MA)
3
Ada dua kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu yaitu golongan elite dan
golongan non elit. Pangkal dari perbedaan itu karena ada orang yang pemerintah dan
yang diperintah. Kelas pertama jumlahnya selalu sedikit, mereka menjalankan
peran-peran politik, memonopoli kekuasaan, dan menikmati keuntungan-keuntungan
yang dihasilkan oleh kekuasaannya itu. Sebaliknya kelas kedua , yang diperintah,
jumlahnya lebih banyak dan diarahkan serta diatur oleh kelas yang pertama.
(Gaotano Mosoa “The Ruling Class” )
Ada dua macam kelas di dalam masyarakat, yaitu kelas yang memiliki tanah serta
alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyai serta hanya memiliki
tenaga yang disumbangkan dalam proses produksi.
(Karl Marx)
Menurut Mac Iver, ada tiga pola umum sistem pelapisan kekuasaan atau piramida
kekuasaan, yaitu tipe kasta, oligarkhis, dan demokratis.
A. Tipe Kasta
Tipe kasta memiliki sistem pelapisan kekuasaan dengan garis pemisahan yang
kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta yang hampir
tidak dijumpai dalam gerak vertikal. Garis pemisah antara masing-masing pelapisan
hampir tidak mungkin ditembus. Pada puncak piramida kekuasaan duduk penguasa
tertinggi, misalnya : raja atau maharaja dengan lingkungannya yang didukung oleh
kaum bangsawan, tentara, dan para pendeta. Lapisan kedua dihuni oleh para petani
dan buruh tani, dan pelapisan terendah terdiri dari para budak.
4
B. Oligarkhis
Tipe oligarkhis memiliki tipe pelapisan kekuasaan yang menggambarkan garis
pemisah yang tegas diantaranya pelapisan akan tetapi perbedaan antara pelapisan satu
dengan yang lain tidak begitu mencolok walaupun kedudukan para warga masyarakat
masih banyak didasarkan kepada aspek kelahiran (ascribed status), akan tetapi
kepada individu masih diberikan kesempatan untuk naik ke pelapisan yang lebih atas.
Kelas menengah mempunyai warga yang paling banyak seperti industri
perdagangan dan keuangan memang peran yang lebih penting. Ada bermacam-
macam cara bagi warga dari pelapisan bawah naik ke pelapisan yang lebih atas dan
juga ada kesempatan bagi warga kelas menengah untuk menjadi penguasa. Suatu
variasi dari tipe oligarkhis ini adalah pelapisan yang terdapat pada negara yang
didasarkan pada fasisme atau juga negara totaliter. Hanya bedanya untuk yang
disebut terakhir, kekuasaan berada di tangan partai politik.
C. Demokratis
Tipe demokratis adalah tipe ketiga yang tampak adanya garis pemisah antara
pelapisan yang sifatnya bergerak. Faktor kelahiran tidak menentukan kedudukan
seseorang yang terpenting adalah kemampuannya dan kadang-kadang faktor
keberuntungan.
Pelapisan sosial berdasarkan kriteria kekuasaan sebenarnya tidak selalu
digambarkan dengan hierarkhis atas bawah, tetapi dapat pula digambarkan sebagai
gejala melingkar menyerupai lingkaran kambium, yang terdiri dari lingkaran dalam,
lingkaran tengah dan lingkaran luar. Lingkaran dalam ditempati oleh mereka yang
mempunyai kekuasaan yang lebih besar daripada mereka yang menempati lingkaran
tengah atau luar. Perbedaan diantara lingkaran dalam dan lingkaran di luarnya bukan
5
berarti saling terpisah satu dengan yang lain tetapi terdapat kesalinghubungan yang
dinyatakan dengan adanya garis yang tidak terputuskan.
Pelapisan kekuasaan di lingkungan keraton dengan semua tata nilai yang
berlaku di dalamnya merupakan salah satu contoh lingkaran kambium. Raja
merupakan tokoh sentral yang penuh dengan kekuasaan dari privilege (hak-hak yang
istimewa). Kekuasaan dan privilege yang lebih rendah dari yang ada pada raja adalah
yang dimiliki oleh para anggota keluarga raja. Semakin jauh dari lingkaran keluarga
raja maka semakin berkurang kekuasaannya privilege maupun prestise (kehormatan)
yang dimiliki oleh seseorang.
6
BAB III
PEMBAHASAN
III.1. Definisi Pelapisan Sosial
Pengaruh pelapisan sosial merupakan gejala umum yang dapat ditemukan di setiap
masyarakat pada segala zaman. Betapapun sederhananya suatu masyarakat gejala ini pasti
dijumpai. Pada sekitar 2000 tahun yang lalu, Aristoteles menyatakan bahwa di dalam setiap
negara selalu terdapat tiga unsur yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat dan
mereka yang ada di tengah-tengah.
Adam Smith membagi masyarakat ke dalam tiga kategori yaitu orang-orang yang
hidup dari penyewaan tanah, orang-orang yang hidup dari upah kerja, dari keuntungan
perdagangan. Sedangkan Thorstein Veblen membagi masyarakat ke dalam dua golongan
yang pekerja, berjuang untuk mempertahankan hidup dan golongan yang banyak mempunyai
waktu luang karena kekayaannya.
Pernyataan tiga tokoh di atas membuktikan bahwa pada zaman ketika mereka hidup
dan dapat diduga pula pada zaman sebelumnya, orang-orang telah meyakini adanya sistem
pelapisan dalam masyarakat, yang didalam studi sosiologi disebut pelapisan.
Sedangkan pelapisan sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau para
warga masyarakat ke dalam kelas secara hierarkis (bertingkat). Perwujudan adanya kelas-
kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah di dalam masyarakat.
Di dalam masyarakat terdapat pelapisan sosial yang akan selalu ditemukan dalam
masyarakat selama di dalam masyarakat tersebut terdapat sesuatu yang dihargai demikian
menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam bukunya “Setangkai Bunga
Sosiologi”, sesuatu yang dihargai itu adalah uang atau benda-benda yang lain yang bernilai
ekonomis, politis, agamis, sosial maupun kultural.
7
Adanya kelas yang tinggi dan kelas yang rendah itu disebabkan karena di dalam
masyarakat terdapat ketidakseimbangan atau ketimpangan (inequality) dalam pembagian
sesuatu yang dihargai yang kemudian menjadi hak dan kewajiban yang dipikul dari warga
masyarakat ada segolongan orang yang mendapatkan pembagian lebih besar dan ada pula
mendapatkan pembagian lebih kecil, sedangkan yang mendapatkan lebih besar mendapatkan
kedudukan yang lebih tinggi, yang mendapatkan lebih kecil menduduki pelapisan yang lebih
rendah. Pelapisan mulai ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama atau
organisasi sosial.
Pelapisan sosial merupakan hasil dari kebiasaan manusia berhubungan antara satu
dengan yang lain secara teratur dan tersusun biak secara perorangan maupun kelompok,
setiap orang akan mempunyai situasi sosial (yang mendorong untuk mengambil posisi sosial
tertentu. (Drs. Taufik Rahman Dhohir, 2000)
III.2. Faktor-Faktor Terbentuknya Pelapisan Sosial
Faktor-faktor terbentuknya pelapisan sosial yang terjadi dengan sendirinya seperti
kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian di dalam kerabat pimpinan masyarakat serta
pemilikan harta antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain mempunyai alasan yang
berbeda-beda sebagai bentuk pelapisan sosial. Misalnya pada masyarakat yang hidup berburu
binatang yang dijadikan alasan utama adalah kepandaian berburu hewan sedangkan pada
masyarakat yang telah hidup menetap dan bercocok tanam dari para pembuka lahan yang asli
dianggap sebagai golongan yang menduduki pelapisan yang lebih tinggi. Pada masyarakat
yang taraf kehidupannya masih rendah pelapisan masyarakat mula-mula ditentukan dengan
dasar perbedaan seksual (jenis kelamin). Perbedaan antara yang memimpin dengan yang
dipimpin, golongan budak atau bukan budak, dapat juga berbeda karena kekayaan atau usia.
8
III.3. Proses Terbentuknya Pelapisan Sosial
Mengenai pelapisan sosial yang sengaja disusun untuk mengejar kepentingan atau
tujuan tertentu biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan yang resmi misalnya yang
terjadi dalam perkumpulan-perkumpulan formal (seperti pemerintah, negara, perusahaan-
perusahaan, partai politik atau perkumpulan profesi dan lain-lain. Untuk lebih memahami
mengenai proses pembentukan pelapisan sosial ada beberapa pedoman yang dirumuskan oleh
Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul “Sosiologi, Suatu Pengantar” sebagai
berikut :
1. Sistem pelapisan sosial mungkin berpokok kepada sistem pertentangan dalam
masyarakat.
2. Sistem pelapisan dalam masyarakat dapat dianalisis di dalam ruang
lingkup :
a. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif.
b. Sistem pertentangan yang diciptakan oleh para warga masyarakat (prestise dan
penghargaan)
c. Kriteria sistem pertentangan yaitu apakah didapat berdasarkan kualitas pribadi,
keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik wewenang dan kekuasaan.
d. Lambang-lambang kedudukan misalnya tingkah laku hidup, cara berpakaian,
perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi dan sebagainya.
e. Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.
f. Solidaritas antara individu atau kelompok sosial yang menduduki kedudukan
yang sama dalam sistem sosial masyarakat. (Drs. Taufik Rahman Dhohir, 2000)
9
Selama dalam suatu masyarakat ada sesuatu yang dihargai maka hal itu merupakan
bibit terbentuknya pelapisan sosial. Sesuatu yang dihargai itu dapat berupa uang atau harta
benda, kekuasaan, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Barang siapa yang dapat memiliki
sesuatu yang dihargai tadi akan dianggap oleh masyarakat sebagai orang yang menduduki
pelapisan atas, sebaliknya mereka yang hanya sedikit memiliki atau bahkan sama sekali tidak
memiliki sesuatu yang dihargai tersebut mereka akan dianggap masyarakat sebagai orang-
orang yang menempati pelapisan bawah atau berkedudukan rendah. Biasanya golongan yang
menduduki pelapisan atau tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh
masyarakat. Penempatan orang-orang kedalam suatu pelapisan di dalam suatu pelapisan
sosial bukanlah menggunakan ukuran yang tunggal melainkan bersifat kumulatif, artinya
mereka yang misalnya mempunyai uang banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah
kekuasaan dan mungkin juga kehormatan.
III.4. Kriteria yang Dipakai untuk Menggolongkan Orang dalam Pelapisan
Ukuran atau kriteria yang dipakai untuk menggolongkan orang dalam pelapisan
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Ukuran kekayaan, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak, ia akan menempati
pelapisan di atas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dari bentuk rumah, mobil
pribadinya, cara berpakaian serta jenis bahan yang dipakai, kebiasaan atau cara
berbelanja dan seterusnya.
2. Ukuran kekuasaan, barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai
wewenang terbesar akan menempati pelapisan yang tinggi dalam pelapisan sosial
masyarakat yang bersangkutan.
3. Ukuran kehormatan, orang yang disegani dan dihormati akan mendapat tempat atas
dalam sistem pelapisan sosial. Ukuran semacam ini biasanya dijumpai pada
10
masyarakat yang masih trdisional. Misalnya, orangtua atau orang yang dianggap
berjasa dalam masyarakat atau kelompoknya. Ukuran kehormatan biasanya lepas dari
ukuran-ukuran kekayaan dan kekuasaan.
4. Ukuran ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan digunakan sebagai salah satu faktor atau
dasar pembentukan pelapisan sosial didalam masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan.
Ukuran tersebut di atas tidaklah bersifat limitif. Oleh karena itu, masih ada ukuran
lain yang dapat dipergunakan. Namun, ukuran di atas lah yang paling banyak digunakan
sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial.
III.5. Bentuk-bentuk Pelapisan Sosial dalam Masyarakat
Sedangkan bentuk pelapisan sosial di dalam masyarakat bentuknya berbeda-beda.
Bentuk itu akan dipengaruhi oleh kriteria atau faktor apa yang dijadikan dasar pelapisan itu,
kriteria ekonomi atau kriteria politik. Pelapisan pada kriteria ekonomi akan membedakan
penduduk atau warga masyarakat menurut penguasaan dan pemilikan materi. Dalam hal ini
ada golongan orang-orang yang didasarkan kepada pemilik tanah dan benda, ada golongan
orang yang didasarkan kepada kegiatan ekonomi dan menggunakan kecakapan sehubungan
hal ini. Pelapisan sosial yang didasarkan pada kriteria ekonomi, akan berkaitan dengan
aktifitas pekerjaan pemilikan atau kedua-duanya dengan kata lain pendapatan kekayaan dan
pekerjaan akan membagi anggota masyarakat ke dalam beberapa lapisan atau kelas ekonomi.
Setiap pelapisan dalam stratifikasi ekonomi disebut kelas-kelas ekonomi atau sering
disebut kelas saja. Sehingga para warga masyarakat atau penduduk masyarakat dapat
digolongkan ke dalam beberapa kelas ekonomi (economic class). Istilah kelas ekonomi
mempunyai arti yang relatif sama dengan istilah kelas sosial (social class) hanya saja istilah
11
kelas sosial lebih banyak dipakai untuk menunjukkan pelapisan sosial yang didasarkan atas
kriteria sosial, seperti pendidikan atau pekerjaan namun kadang-kadang kelas-kelas sosial
yang diartikan sebagai semua orang yang sadar akan kedudukannya di dalam suatu pelapisan
tanpa membedakan apakah dasar pelapisan itu uang, pemilikan pekerjaan, kekuasaan atau
yang lainnya. Dalam pembahasan ini kelas ekonomi akan disebut dengan kelas saja sehingga
secara garis besar terdapat tiga kelas sosial, kelas atas, kelas menengah, kelas bawah.
Pelapisan sosial berdasarkan kriteria sosial, dengan memahami pelapisan masyarakat
berdasarkan kriteria sosial orang akan mudah memahami peristiwa atau gejala-gejala yang
terjadi di dalam masyarakat. Semua ini berhubungan dengan apa yang disebut prestise atau
gengsi. Suatu pekerjaan bagi seseorang tidak sekedar berhubungan dengan berapa jumlah
uang yang diterima sebagai gaji namun juga status sosial yang dinikmati melalui pekerjaan
orang itu. Contoh seorang karyawan atau pegawai suatu departemen walau hanya duduk di
ruang jaga setiap hari untuk membuat daftar nama tamu dan menerima kiriman surat serta
barang melalui pos atau perusahaan jasa titipan, ia akan menikmati suatu status sosial yang
lebih tinggi daripada seorang tukang becak yang biarpun mempunyai pendapatan yang lebih
tinggi namun harus melakukan pekerjaan yang kurang bergengsi. Demikianlah pelapisan
masyarakat yang didasarkan pada kriteria sosial akan berhubungan dengan status atau
kedudukan seseorang dalam masyarakat.
Ralph Linton dalam bukunya yang berjudul The Study of Man menuliskan definisi
status sebagai berikut : “In the abstract, is a particular pattern” artinya secara abstrak yaitu
kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola hubungan sosial tertentu. (Selo
Soemardjan, 1974 dan Soekanto, 1983)
Pelapisan sosial berdasarkan kriteria politik ialah pembedaan kedudukan atau
warga masyarakat menurut pembagian kekuasaan. Sebagai dasar pembentukan pelapisan
12
sosial, kekuasaan berbeda dari kriteria lain yaitu ekonomi dan kedudukan sosial, apabila
masyarakat menginginkan kehidupan yang teratur, maka kekuasaan yang ada padanya harus
pula dibagi-bagi dengan teratur. Apabila kekuasaan tidak dibagi-bagi secara teratur, maka
kemungkinan besar di dalam masyarakat akan terjadi pertentangan-pertentangan yang dapat
membahayakan keutuhan masyarakat.
Bentuk-bentuk kekuasaan pada berbagai masyarakat di dunia ini beraneka macam dengan
masing-masing polanya, akan tetapi ada satu pola umum bahwa sistem kekuasaan akan selalu
menyesuaikan diri dengan adat istiadat dan pola-pola perilaku yang berlaku dalam
masyarakat. Garis batas ini menimbulkan pelapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yang
didasarkan pada rasa kekhawatiran para warga masyarakat akan terjadinya disintegrasi
masyarakat apabila tidak ada kekuasaan yang menguasainya.
13
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari berbagai teori yang telah disebutkan di dalam bab-bab terdahulu dapat
diambil kesimpulan bahwa apabila masyarakat telah membaca paper ini maka akan
mengetahui faktor-faktor dasar terbentuknya pelapisan sosial yang telah terjadi dengan
sendirinya.
Faktor-faktor yang terjadi dengan sendirinya antara lain :
a. Kepandaian
b. Tingkat umur
c. Sifat keaslian keanggotaan di dalam kerabat pimpinan masyarakat,
misalnya : (cikal bakal, kepala desa dan sebagainya).
d. Pemilikan harta
Sedangkan bentuk-bentuk yang terjadi di dalam masyarakat dibagi menjadi tiga
golongan yaitu :
a. Pelapisan sosial berdasarkan pada kriteria ekonomi
b. Pelapisan sosial berdasarkan pada kriteria sosial
c. Pelapisan sosial berdasarkan pada kriteria politik
Di samping itu masyarakat juga dapat mengetahui sistem-sistem pelapisan sosial
yang menempatkan masing-masing warga masyarakat pada status dan peran sosial
tertentu.
14
Sistem-sistem pelapisan sosial antara lain :
a. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif
b. Sistem pertentangan yang diciptakan oleh para warga masyarakat
c. Kriteria sistem pertentangan
d. Lambang-lambang kedudukan
e. Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan
f. Solidaritas atas individu atau kelompok sosial yang menduduki kedudukan yang
sama dalam sistem sosial masyarakat.
IV.2 Saran
1. Stratifikasi sosial bukanlah halangan bagi kita untuk menjadi lebih baik. Maka sifat
optimis dan merasa cukup dalam hal ini diperlukan.
2. Tidak ada masyarakat tanpa stratifikasi sosial, maka optimalisasi peran adalah yang
terbaik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo.
Rahman Dhohir Taufik, Wartono Tarsisius, dkk. 2000. Sosiologi XI SMU. Jakarta :
Yudhistira.
Soekanto, Soerjono. (1983). Pribadi dan Masyarakat; Bandung: Penerbit Alumni.
http://www.google.com.
16