Makalah SMK Rasio Keuangan

14
Tugas Makalah Seminar Manajemen Keuangan Analisis Rasio keuangan Dosen: Pak Said Kelas: A Kelompok: 8 Dibuat oleh :Vicky Alvian (20110277) Cindy Florentia (26100497)

description

rasio keuangan

Transcript of Makalah SMK Rasio Keuangan

Tugas MakalahSeminar Manajemen KeuanganAnalisis Rasio keuangan

Dosen: Pak SaidKelas: AKelompok: 8Dibuat oleh :Vicky Alvian (20110277)Cindy Florentia(26100497)Tjoe Albert Junaidi(26110260)

Analisis yang digunakan dalam hal ini menggunakan rasio-rasio keuangan sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu:1. Rasio likuiditas2. Rasio solvabilitas3. Rasio rentabilitas.

Penjelasan

RASIO LIKUIDITASRasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Dengan catatan semakin besar rasio likuiditas maka semakin likuid. Perhitungan rasio likuiditas dengan cara:1. Quick Ratio (mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya pada para deposan (pemilik giro, tabungan dan deposito) dengan harta yang paling likuid.Rumus : QR = (Cash asset) / (Total Deposit) x 100%

2. Investing Policy Ratio (mengukur kemampuan bank dalam melunasi kewajibannya kepada para deposannya dengan cara melikuidasi SB)Rumus : IPR = (Securities) / (Total deposit) x 100%

3. Banking Ratio (mengukur tingkat likuiditas bank dengan membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah deposit yang dimilki).Catatan: semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah tingkat likuiditas bank.Rumus : BR = (Total Loans) / (total deposit) x 100%

4. Assets to Loan Ratio ( mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan harta yang dimiliki bankCatatan: semakin tinggi rasio ini semakin rendah tingkat likuiditas bank.Rumus : ALR = (Total Loans) / (Total Assets) x 100%

5. Cash Ratio (mengukur kemampuan bank melunasi kewajiban yang harus segera dibayar dengan harta likuid bank.Rumus : CR = (liquid assets) / (short term borrowing) x 100%6. Loan to Deposit Ratio (mengukur komposisi kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri.Catatan :Besarnya LDR menurut aturan pemerintah maksimum 110%Rumus : LDR = (total Loans) / (total deposit + equity) x 100%

RASIO SOLVABILITASRasio ini digunakan mengukur kemempuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatan bank atau alat ukur untuk melihat kekayaan bank serta melihat efisiensi pihak manajemen bank. Perhitungan rasio ini dilakukan dengan cara :1. Primary Ratio (mengukur permodalan yang dimiliki bank memadai atau sejauh mana penurunan yang terjadi dalam total asset masuk dapat ditutupi oleh capital equity).Rumus : PR = (Equity capital) / (total assets) x 100%

2. Risk Assets Ratio (mengukur kemungkinan penurunan risk assets.Rumus : RAR = (Equity caital) / (total assets cash assets securities) x 100%

3. Secondary Risk Ratio ( Mengukur penurunan asset yang mempunyai resiko lebih tinggi).Rumus : SRR = (Equity capital) / (Secondary risk assets) 100%

4. Capital Ratio (mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama resiko yang terjadi karena ada kegagalan dalam menagih bunga bank).Rumus : CR = (equity capital + reserve for loan losses) / (total loans) x 100%

RASIO SOLVABILITASRasio ini digunakan mengukur kemempuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatan bank atau alat ukur untuk melihat kekayaan bank serta melihat efisiensi pihak manajemen bank. Perhitungan rasio ini dilakukan dengan cara :1. Primary Ratio (mengukur permodalan yang dimiliki bank memadai atau sejauh mana penurunan yang terjadi dalam total asset masuk dapat ditutupi oleh capital equity).Rumus : PR = (Equity capital) / (total assets) x 100%

2. Risk Assets Ratio (mengukur kemungkinan penurunan risk assets.Rumus : RAR = (Equity caital) / (total assets cash assets securities) x 100%

3. Secondary Risk Ratio ( Mengukur penurunan asset yang mempunyai resiko lebih tinggi).Rumus : SRR = (Equity capital) / (Secondary risk assets) 100%

4. Capital Ratio (mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama resiko yang terjadi karena ada kegagalan dalam menagih bunga bank).Rumus : CR = (equity capital + reserve for loan losses) / (total loans) x 100%

RASIO RENTABILITAS (Profitabiitas Usaha)Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank. Perhitungan rasio ini dilakukan dengan cara :1. Gross Profit Margin (mengukur presentasi laba dari kegiatan usaha murni bank setelah dikurangi biaya-biaya)Rumus : GPM = (operating income operating expense) / (operating income) x 100%

2. Net Profit Margin (mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi pokok bank)Rumus : NPM = (net income) / (operating income) x 100%

3. Return Equity Capital atau ROE (mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengeola capital yang ada untuk mendapatkan net income)Rumus : ROE = (net income) / (equity income) x 100%

4. Return on Total Assets (mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola assets). Ada 2 cara yang dihitung antara lain:a.Gross Yield on Total Assets (mengukur kemampuan manajemen bank menghasilkan income dari pengelolaan asset)Rumus : GRTA = (operating income) / (total assets) x 100%

b.Net Income Total Assets (mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas dan manajerial secara overall).Rumus : NITA = (net income) / (total assets) x 100%

5. Rate Return on Loans (mengukur kamampuan manajemen bank mengelola kredit bank)Rumus : RRL = (interest income) / (total loans) x 100%

6. Interest Margin on Earning Assets (mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya-biaya)Rumus : IMEA = (interest income interest expense) / (earning assets) x 100%

7. Leverage Multiplier (mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola asetnya, dalam hal ini adanya biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penggunaan aktiva bank)Rumus : LM = (total Assets) / (total equity)

8. Interest Margin on LoansRumus: IML = (Interest income Interest expense) / (total loans) x 100%

9. Assets Utilization ( mengukur sejauh mana kemempuan manajemen bank mengelola asset dalam rangka menghasilkan operating income dan non-operating income)Rumus : AU = (operating income + non operating income) / (total asset) x 100%

10. Interest Expense Ratio (mengukur besarnya persentase bunga yang dibayar kepada para deposan bank dengan total deposit yang ada di bank)Rumus : IER = (interest expense) / (total deposit) x 100%

11. Cost of Fund (mengukur besarnya biaya yang dikeluarkan bank untuk sejumlah deposit bank).Rumus : CF = (interest expense) / (total assets) x 100%

Contoh KasusKronologi awal bergulirnya kasus Bank CenturyKasus bank century di mulai dengan jatuhnya bank ini akibat penyalah gunaan dana nasabah yang di gerakan oleh pemilik bank century serta kluarganya. berawal dari berhembusnya kabar dana suntikan negara dalam jumlah yang fantastis yaitu 6,7 milyar rupiah. tidak salah lagi respon pemerintah begitu luar biasa sehingga bersedia melakukanbail outyang mencapai triliyunan rupiah yang memicu kemarahan publik.Menurut sri mulyani, mentri keuangan saat itu bail out di lakukan agar menghindari jatuhnya perbankan indonesia untuk menghindari hilangnya kepercayaan nasabah serta investor kepada beberapa bank di indonesia. yang membuat upayabail outtersebut bermasalah adalah status bank century yang kala itu tidak memiliki likuiditas yang memadai.Kronologi kasus bank century2003 awal kasus bank century berawal dari tahun 2003 ketika bank CIC di ketahui mendapat masalah. masalah yang menimpa bank CIC diindikasikan dengan ditemukannya beberapa surat valuta asing yang mencapai 2 trilyun rupiah. valuta asing tersebut tidak mempunyai peringkat, berjangka panjang, bunga rendah, serta tidak mudah dijual. akhirnya bank indonesia memberikan saran merger guna mengatasi masalah dalam bank tersebut.2004 sesuai dengan saran bank indonesia bank CIC pun melakukan merger dengan bank pikko serta bank danpac yang kemudian mengganti nama menjadi bank century. berbagai surat berharga valuta asing pun terus bercokoldalam neraca bankk century. pada dasarnya bank indonesia sudah menyarankan agar menjual valuta asing tersebut, tetapi pemegang saham menolak saran tersebutpemegang saham lebih memilih menghasilkan sebuah perjanjian agar mengubah surat berharga valuta asing tersebut menjadi deposito di bank dresdner, swis. ternyata deposito yang ditanam di bank dresdner ternyata sulit di tagih.2005 -pada tahun ini bank indonesia berhasil mendeteksi beberapa surat berharga valuta asing di bank century yang berjumlah sekitar 210 juta dollar amerika2008 -akhirnya pada tanggal 30 oktober dan 3 november 2008 ditemukan berbagai surat berharga valuta asingyang sudah jatuh tempo dan gagal bayar hingga mencapai angka 56 juta dollar amerika. sementara itu bank century mengalami kesulitan likuiditas. akhirnya, posisis bank century mengalami penurunan pada yanggal 31 oktober hingga 3,53 %.kasus bank century semakin rumit karena pada tanggal 13 november 2008 dan pada tanggal 17 november 2008 antaboga delta sekuritas milik robert tantular mulai melakukan pembayaran kepada produk yang telah di jual bank century pada akhir 2007.kemudian pada tanggal 20 november 2008, bank indonesia memberikan surat kepada mentri keuangan yang berisikan bahwa bank century merupakan bank gagal yang dapat memberikan dampak sistemik.oleh sebab itu BI menyarankan langkah penyelamatan melalui pihak LPS (lembaga penjamin simpanan). pada hari yang sama, KKSK (komisi kebijakan sektor keuangan) yang terdiri dari mentri keuangan dan LPS akhirnya memutuskan bahwa salah satu pemegang saham yaitu robert tantular serta 7 orang pemegang saham lain mengalami pencekalan.akhirnya lps memutuskan untuk mencairkan dana sebesar 2,2 trilyun untuk mendongkrak CAR serta menyelamatkan tingkat kesehatan sebuah bank. setelah mendapatkan dana dari LPS bank century mulai mendapatkan tuntutan dari nasabah sebesar 1,38 trilyun rupiah. dan tidak salah lagi dana investor itu pun mengalir pada robert tantular. pada tanggal 31 desembeer bank century tercatat mengalami kerugian 7,8 trilyun rupiah sepanjang tahun 2008. pada tahun 2007 bank century memiliki aset seharga14,26 trilyun rupiah namun seiring dengan berjalannya waktu aset tersebut habis hingga menyisakan 5,86 trilyun rupiah.2009 -untuk menmulihkan kesehatan bank century, LPS kembali menyuntikan dana sebesar 1,5 trilyun pada 3 februari 2009. sayangnya kasus tersebut tidak berhenti sampai disitu sehingga bank century terlepas dari pengawasan khusus bank indonesia.pada tanggal 2 juli 2009, parlemen mulai melayangkan gugatan terkait dana penyelamatan bank century yang terlalu besar. kasus tersebut telah mengantarkan robert tantular dengantuntutan penjara 8 tahun penjara serta denda 50 milyar. sebelum di vonis pihak manajemen bank century menggugat robert sebesar 2,2 trilyun rupiah serta meminta pada dpr dan polri untuk mengejar harta robert tantular sebesar 19,25 milyar dollar amerika.dan pada tanggal 10 november 2009 robert tantular di jatuhi hukuman 4 tahun penjara serta denda 50 milyar yang mana lebih ringan dari gugatan parlemen

BANK NUSA NASIONAL (BNN)Ketika santer terdengar bakal munculnya tindakan likuidasi, Aburizal Bakrie bergerak cepat. Pemilik Bank Nusa Nasional ini segera mengumumkan bahwapihaknya siap menyetorkan dana untuk memenuhi kewajibannya mengikutiprogram rekapitalisasi. Pemilik setidaknya harus menyediakan Rp400 miliaruntuk mengejar CAR 4% seperti yang disyaratkan.Sebelum Aburizal Bakrie membuat pernyataan, BNN memang santer dicurigaisebagai bank yang bakal terkena likuidasi. Maklum, dalam lampiran hasilsidang DPKEK itu, CAR bank ini disebut-sebut -210% dan membutuhkan dana Rp5triliun lebih untuk dapat mencapai CAR 4%. Bila merujuk rekomendasi anggotaKomisi VIII DPR RI, kloplah kecurigaan itu. Namun, dengan komitmen Icaluntuk menyetorkan dana, untuk sementara BNN bisa lolos.Bank Nusa Nasional sendiri adalah sebuah bank hasil peleburan empat bankmilik Grup Bakrie. Pada 10 Februari 1998 rapat umum pemegang saham luarbiasa, PT Bakrie Multifinance (BFC) menyetujui peleburan saham-saham BankNusa Internasional dan Bank Nasional dengan saham Bank Angkasa dan BankNasional Komersil. Hasil merger ini disebut Bank Nusa Nnasional yang tetap menjadi anak usaha BFC.Bank Nusa Nasional sebenarnya sudah bisa disebut perusahaan publik. Memang90% sahamnya dimiliki oleh BFC, tetapi sisanya dimiliki oleh 4.500 pemegangsaham yang sebagian besar berasal dari Sumatra Barat dan Bali. Hanya, sahamini tidak dicatatkan di bursa efek.Ketika BNN baru lahir, direncanakan modal setor akan mencapai Rp1 triliundengan total aset konsolidasi sekitar Rp6 triliun. Untuk memenuhi targetitu, direksi BNN kala itu berencana mengundang pihak asing, tanpa harusmelepas kepemilikan mayoritas.Akan tetapi, para analis saat itu masih pesimistis dengan restrukturisasidi BNN. Seperti pernah diungkapkan oleh Zulfyan Alamsyah ZA, direktur PTKartika Investindo, keadaan perbankan nasional untuk jangka pendek masihsangat sulit. "Selain sudah kurang dipercaya oleh masyarakat, juga karenakondisi perekonomian masih sulit," ungkapnya. Karena itu, dia mendukungrencana BFC mengurangi kepemilikan di BNN. "Dengan demikian, BFC akan lebihleluasa," ujarnya. Ternyata perkiraan ini terbukti. BNN makin sulit danbahkan terancam dilikuidasi karena sudah dikategorikan di kelompok C dengankecukupan modal (CAR) minus diatas 100%.Untungnya, pemegang saham mayoritas (Aburizal Bakrie) telah menyatakansikap untuk menyuntikkan dana segar sebesar Rp400 miliar sehingga bank inimasuk kategori B dan bisa ikut program rekapitalisasi.

Tragedi Likuidasi Bank SUMMAKasus Bank Summa adalah contoh paling baik dari sisi buruk deregulasi perbankan tahun 1988, yang kerap disebut Pakto 1988. Industri perbankan menjamur, dan itu dibarengi penyaluran kredit dalam bilangan "raksasa", yang kadang-kadang mengabaikan prinsip-prinsip bisnis yang sehat. Tak kurang pula bank membiayai kelompok usahanya sendiri. Puncak semua itu tahun 1992, ketika meledak kasus kredit macet Bank Summa sejumlah Rp 1,4 triliun.Ketika itu Edward Soeryadjaya, putra sulung Williem Soeryadjaya, pendiri Astra dan orang nomor dua terkaya di Indonesia saat itu (1992), berniat "membalap" sang ayah. Ia menggunakan jalur cepat. Edward mulai dengan mendirikan Summa Internasional Bank Ltd. tahun 1979 di Port Vila, Vanuatu, dengan modal 25 juta dollar AS. Setahun kemudian ia membidik HongKong, dan dari sana Edward melanglang ke Jerman.Tiga tahun kemudian, Edward berpatungan dengan pengusaha HongKong melebarkan sayapnya ke Indonesia, dengan mendirikan Summa International Finance Co. Ltd. (kemudian menjadi Indover Summa Finance, usaha patungan dengan anak perusahaan Bank Indonesia, Indover). Bisnis Edward maju pesat. Ia memborong saham sejumlah perusahaan besar, seperti Bank Asia, yang kemudian namanya menjadi Bank Summa. Selain itu, ia ikut memiliki Bandung Indah Plaza, Hotel Mirama (Surabaya), Hotel Sabang (Jakarta), dan berbagai macam bisnis properti dan keuangan. Edward juga dikenal "murah hati" karena memodali bisnis teman-temannya.Darimana dana Edward itu? Tak sulit ditebak: dari Bank Summa. Banyaknya tak diketahui pasti. Tapi, yang jelas saat itu diketahui aset Bank Summa mencapai Rp 1,2 triliun.Akibatnya pasti: kesulitan likuiditas. Tatkala pemerintah memberlakukan kebijakan uang ketat (1990), makin tercekiklah Bank Summa. Tiga bulan kemudian dikabarkan Summa benar-benar mengalami krisis keuangan yang hanya bisa diatasi dengan suntikan dana segar. Tapi Williem Soeryadjaya tidak melakukannya. Dia mengirimkan pasukan penyelamat dari Astra, perusahaan miliknya. Konon sampai tiga kali ia gonta-ganti tim penyelamat, tapi Bank Summa tetap merana. Pada Juni 1992, Williem mengambilalih 100 persen saham Bank Summa.Toh kesehatan Summa tetap memburuk. Kewajibannya ditaksir mencapai Rp 1,7 triliun. Tak lama kemudian Williem pun menjaminkan seratus juta lembar saham Astra Internasional senilai Rp 500 miliar kepada Bapindo, Bank Exim, dan Bank Danamon, untuk menyuntik Summa. Jumlah itu masih ditambah Rp 380 milyar dari BDN dan Bank Universal. Kabarnya Panin Bank juga menyuntikan sekitar Rp 250 miliar, meski pemilik Panin membantah kabar ini. Sebelum itu, Bank Indonesia juga sudah memberi pinjamandiscount windowkepada Bank Summa sebesar Rp 200 miliar lewat Indover.Tetap saja Summa "terjun ke jurang". Terpaksalah Willem meminta jasa Mumin Ali dari Bank Panin untuk memberikan konsultasi manajemen. Tapi, sinyal dari pemerintah bahwa Bank Summa akan dilikuidasi makin jelas terdengar. Williem masih berupaya mempertahankan dengan segala cara, temasuk menghimpun dana dari aset-aset keluarga. Bahkan, Gubernur BI Adrianus Mooy waktu itu ikut turun tangan. Langkah pengamanan lainnya: menyuntikkan lagi tambahan dana segar sebesar Rp 500 miliar dari Chase Manhattan Bank. Om Williem begitu pendiri Astra itu dipanggil juga meneken kontrak penyelamatan dengan 30 pengusaha dari group Prasetya Mulya. Toh dana raksasa itu tetap amblas mengingat banyaknya utang yang ditinggalkan Edward.Vonis pun jatuh pada tanggal 14 Desember 1992: Bank Summa dilikuidasi pemerintah berdasarkan UU Perbankan 1992.Itu bukan akhir, tapi awal sebuah "bencana" baru bagi keluarga Soeryadjaya. Nasabah yang sudah hilang kepercayaan menarik seluruh dana yang mereka simpan, walau ada anjuran untuk meneruskan kegiatan di BCA atau Bank Danamon. Repotnya, dana segar tak tersedia. Willem sudah menjaminkan 108 juta lembar saham Astra. Dari situ diperoleh sekitar Rp 1 triliun. Separuhnya, dipakai untuk menutup utang Summa kepada Bank Exim, Bapindo, Danamon. Sisanya untuk mengembalikan uang para deposan.Toh urusan makin kusut. Deposan ramai-ramai menuntut haknya. Sementara itu, Prof. Soemitro Djojohadikusumo yang bersedia menjadi "penengah" di Astra -- yang juga kena imbas kasus Summa itu -- akhirnya mengundurkan diri. Pak Cum, pangggilan akrab Prof. Soemitro, yang menjabat Presiden komisaris Astra, merasa ada yang tak beres di sana. Ia tak pernah diajak berunding sampai akhirnya Prayogo Pangestu, pengusaha grup Barito itu, membeli saham mayoritas Astra.Astra yang menjadi andalan Willem untuk membayar kewajiban Summa, membuahkan demonstrasi besar nasabah yang menuntut haknya. Belum lagi urusan PHK sekitar 2300 karyawan Summa yang tentu membutuhkan dana tak kecil.Dibentuklah Tim Likuidasi Bank Summa. Dan tim itu menentukan prioritas mana dari kewajiban Summa yang harus segera diselesaikan. Rupanya, pajak pemerintah menjadi prioritas pertama. Baru kemudian pesangon karyawan dan para kreditur. Ternyata, kreditur kecil yang punya uang di Summa sekitar Rp 10 juta, termasuk prioritas paling bawah, padahal jumlah mereka sekitar 9000 orang. Itu pun masih pakai syarat: jika aset Summa terjual hanya 50 persen, maka nasabah kecil itu hanya akan dibayar 50 persen dari deposito atau tabungannya.Banyak pihak yang dikabarkan akan membeli aset Summa. Di antaranya penyanyi pop Rinto Harahap yang "maju" dengan bendera grupnya Siti Hardijanti Rukmana alias Mbak Tutut. Tapi Rinto belakangan urung membeli Summa. Berbagai pihak yang juga mendekati Summa tak kunjung membuahkan hasil.Itulah yang memicu ketidakpuasan. Pada Mei 1993, lima bulan setelah likuidasi, nasabah membentuk Tim Perwakilan Nasabah. Pada bulan itu juga Om Willem menulis surat. Isinya, meminta nasabah sabar menunggu pelunasan dari Bank Summa. Sebagai pelipur lara, nasabah tetap dijanjikan bunga sesuatu yang tak kunjung terjadi pada akhirnya.Urusan panjang itu sempat mengakibatkan rumah Om Willem didemonstrasi. Para nasabah yang marah membawa peti mati dan meletakkannya tepat di pintu depan rumah Willem. Urusan baru usai pada bulan Oktober 1993, itupun nasabah tak mendapatkan uang simpanannya dengan utuh.