Makalah sistem koloid (cutnyak)

16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bahkan selalu menggunakan bahan-bahan kimia, seperti sabun, minyak wangi, pasta gigi, dan lain-lain. Bahan-bahan kimia tersebut tidak dalam bentuk padatan maupun larutan, tetapi dalam bentuk antara padatan dan larutan yang disebut koloid. Sistem koloid perlu kita pelajari karena berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari – hari. Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid; bahan makanan, seperti susu, keju, nasi dan roti adalah sistem koloid; cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan system koloid? 2. Jelaskan macam-macam system koloid? 3. Bagaimana sifat-sifat koloid? 4. Bagaimana proses pembuatan sistem koloid? 5. Apa saja komponen system koloid, bentuk partikel dan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari? C. Tujuan 1. Agar pembaca dapat mengetahui system koloid. 2. Agar pembaca mengetahui macam-macam system koloid. 3. Agar pembaca mengetahui sifat-sifat koloid. 4. Agar pembaca mengetahui proses pembuatan sistem koloid. 1

Transcript of Makalah sistem koloid (cutnyak)

Page 1: Makalah sistem koloid (cutnyak)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bahkan selalu menggunakan bahan-

bahan kimia, seperti sabun, minyak wangi, pasta gigi, dan lain-lain. Bahan-bahan

kimia tersebut tidak dalam bentuk padatan maupun larutan, tetapi dalam bentuk

antara padatan dan larutan yang disebut koloid. Sistem koloid perlu kita pelajari

karena berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari – hari. Cairan tubuh,

seperti darah adalah sistem koloid; bahan makanan, seperti susu, keju, nasi dan roti

adalah sistem koloid; cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga

merupakan sistem koloid.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan system koloid?

2. Jelaskan macam-macam system koloid?

3. Bagaimana sifat-sifat koloid?

4. Bagaimana proses pembuatan sistem koloid?

5. Apa saja komponen system koloid, bentuk partikel dan kegunaannya dalam

kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan

1. Agar pembaca dapat mengetahui system koloid.

2. Agar pembaca mengetahui macam-macam system koloid.

3. Agar pembaca mengetahui sifat-sifat koloid.

4. Agar pembaca mengetahui proses pembuatan sistem koloid.

5. Agar pembaca mengetahui komponen sistem koloid, bentuk partikel dan

kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

D. Mamfaat

1. Pembaca dapat mengetahui system koloid.

2. Pembaca mengetahui macam-macam system koloid.

3. Pembaca mengetahui sifat-sifat koloid.

4. Pembaca mengetahui proses pembuatan sistem koloid.

5. Pembaca mengetahui komponen sistem koloid, bentuk partikel dan

kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

1

Page 2: Makalah sistem koloid (cutnyak)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem koloid

Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk

campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun

memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga

terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak

terpengaruh oleh gaya gravitasiatau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga

tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan,

namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).

Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar,tinta, sampo, serta

awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma

dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri

dalam kimia industri karena kepentingannya.

Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :

a. Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid

b. Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid

Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid dibagi

sebagai berikut :

Fa se

Te rd i spe r s i

Pend i spe r s i Nama ko lo id Con toh

Gas Gas Bukan ko lo id , ka r ena ga s

be r campur s eca r a homogeny

Gas Ca i r Busa Bu ih , s abun ,

ombak , k r im

kocok

Gas Pada t Busa pada t Ba tu apung ,

ka su r busa

Ca i r Gas Aeroso l c a i r Oba t s empro t ,

kabu t , ha i r

sp r ay d i uda ra

2

Page 3: Makalah sistem koloid (cutnyak)

Ca i r Ca i r Emul s i A i r s an t an , a i r

su su , mayones

Ca i r Pada t Ge l Men tega , aga r -

aga r

Pada t Gas Aeroso l

pada t

Debu , ga s

kna lpo t , a s ap

Pada t Ca i r So l Ca t , t i n t a

Pada t Pada t So l Pada t Tanah , kaca ,

l umpur

B. Macam-macam koloid

Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung darifase zat

pendispersi dan zat terdispersinya. Beberapa jenis koloid:

1. Aerosol

Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki

zat terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan

yang memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan

debu dalam udara).

2. Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh:

Air sungai, sol sabun, sol detergen dan tinta).

3. Emulsi

Emulsi adalah sistem koloid di mana zat terdispersi dan pendispersi

adalah zat cair yang tidak dapat bercampur. Misalnya: Emulsi minyak

3

Page 4: Makalah sistem koloid (cutnyak)

dalam air: santan, susu, lateks, minyak ikan. Emulsi air dalam minyak:

mentega, minyak rambut, minyak bumi.

Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator

yaitu zat yang dapat tertarik oleh kedua zat cair tersebut.

Contoh: sabun untuk mengemulsikan minyak dan air;kasein sebagai

emulgator pada susu.

4. Buih

Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh:

pada pengolahan bijih logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan

lainnya).

a. Buih Cair (Buih)

Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan

dengan medium pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada

umumnya berupa udara atao karbondioksida yang terbetuk dari

fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh dari adanya zat pembuih

(surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase dan mengikat

gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu kestabilan.

Ukuran kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada

sistem kolid umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada

4

Page 5: Makalah sistem koloid (cutnyak)

daerah antar-fase dimana zat pembuih teradsorbsi, ukuran kolid

berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki struktur yang tidak

beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat cairnya, bukan

oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair

lebih dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hamper seperti

bola. Jika kurang dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah

polihedral.

Beberapa sifat buih cair yang penting:

Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu, karena: pemisahan

medium pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan

zat cair yang jauh berbeda,

Terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang

besar akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas

menjadi lebih besar,

Rusaknya film antara dua gelembung gas.

Contoh buih cair

Buih hasil kocokan putih telur

Buih hasil akibat pemadam kebakaran

b. Buih Padat

Buih padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas

dan denganmedium pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat

diperoleh dari zat pembuih juga (surfaktan). Contoh-contoh buih

padatyang mungkin kita ketahui:

Roti

Batu Apung

Styrofoam

5. Gel

Gel merupakan sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah

cair. (Contoh: agar-agar, Lem).

5

Page 6: Makalah sistem koloid (cutnyak)

C. Sifat-sifat Koloid

1. Efek Tyndall

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya)

oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul

koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall

(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut

efek tyndall.

Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena

sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan

tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem

koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel

koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat

menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-

partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan

sangat sulit diamati.

2. Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang

senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan).

Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat

bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.

Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat

senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat

cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya

beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid

dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel

akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri.

Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran

partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak

seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan

perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak

Brown.

6

Page 7: Makalah sistem koloid (cutnyak)

Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown

yang terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid,

semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa

gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam

campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown

juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka

semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium

pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase

terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah

suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

3. Adsorpsi

Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa

lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya

permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi

yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel).

4. Muatan Koloid dan Elektroforesis

Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap

permukaan koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena

pengaruh medan listrik.

Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak

dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah

melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju

elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan

muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).

Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang

bermuatan listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.

5. Koagulasi koloid

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk

endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi

membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti

pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti

penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.

7

Page 8: Makalah sistem koloid (cutnyak)

Koagulasi koloid merupakan penggumpalan koloid karena

elektrolit yang muatannya berlawanan.

Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga

air menjadi jernih.

Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:

Perubahan suhu.

Pengadukan.

Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).

Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.

6. Emulasi

Emulasi adalah kolid cairan dalam medium cair. Agar larutan

kolid stabil, ke dalam koloid biasanya ditambahkan emulsifier, yaitu zat

penyetabil agar koloid stabil.

Contoh: susu merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein

sebagai emulsifier.

7. Kestabilan Koloid

Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk

penggunaannya.

Contoh: es krim, tinta, cat.

Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan

di sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelindung.

Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.

Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu

zat yang dapat tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi

Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi minyak dan

air.

8. Pemurnian Koloid

Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang

mengganggu kestabilan koloid, dapat dilakukan cara dialisis. Koloid yang

akan dimurnikan dimasukkan ke kantong yang terbuat dari selaput

semipermeabel yaitu selaput yang hanya dapat dilewati partikel ion saja

8

Page 9: Makalah sistem koloid (cutnyak)

dan tidak dapat dilewati molekul koloid.Contoh: kertas perkamen, selopan

atau kolodion.

Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air

mengalir, maka ion-ion dalam koloid akan keluar dari kantong dan keluar

dari bejana dan koloid tertinggal dalam kantong. Proses dialisis akan di

percepat jika di dalam bejana diberikan arus listrik yang disebut elektro

dialisis.

Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh

ginjal termasuk proses dialisis. Maka apabila seseorang menderita gagal

ginjal, orang tersebut harus menjalani “cuci darah” dengan mesin

dialisator di rumah sakit. Koloid juga dapat dimurnikan dengan penyaring

ultra

9. Koloid pelindung

Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi

koloid lain dari proses koagulasi.

10. Dealisis

Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan

cara ini disebut proses dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang

tercampur dengan koloid melalui membran semi permeable yang

berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable ini dapat dilewati

cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan

berpisah.

11. Koloid liofol dan liofob

Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel koloid terhadap medium

pendispersinya, kita mengenal dua macam koloid :

Koloid liofil yaitu koloid yang ”senang cairan” (bahasa Yunani :

liyo = cairan; philia = senang). Partikel koloid akan mengadsorpsi

molekul cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling partikel koloid

itu. Contoh koloid liofil adalah kanji, protein, dan agar-agar.

Koloid liofob yaitu koloid yang ”benci cairan” (phobia = benci).

Partikel koloid tidak mengadsorpsi molekul cairan. Contoh koloid liofob

adalah sol sulfida dan sol logam.

9

Page 10: Makalah sistem koloid (cutnyak)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem koloid adalah merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi)

dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel

terdispersi yang cukup besar. Macam-macam sistem koloid : Aerosol, sol, buih,

emulsi dan gel. Sifat-sifat sistem koloid : Efek Tyndall, Gerak Brown, muatan

listrik, kestabilan koloid, koloid liofil dan liofod. Pembuatan sistem koloid

dibedakan menjadi 2 yaitu dengan cara kondensi dan dispepersi. Komponen

penyusun koloid dibedakan menjadi 2 yaitu fase kontinyu dan fase diskontinyu.

Bentuk- bentuk sistem koloid antara lain bulatan, batang, serat dam piringan.

Kegunaan sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam bidang industri,

makanan, kosmetik, obat-obatan dan sebagainya.

B. Saran

Dalam kehidupan sehari-hari koloid sangat bermanfaat bagi kita. Khususnya

dalam bidang kosmetik. Akan tetapi banyak jenis kosmetik yang berbahaya bagi

kesehatan karena mengandung zat kimia yang berbahaya. Oleh karena itu, kita

harus berhati-hati dalam memilih dan menggunakan kosmetik.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://rwahyu46.files.wordpress.com/2014/01/sabun.jpg

2. http://1.bp.blogspot.com/-DupUrCMcnwY/UUgzN4lWYxI/

AAAAAAAAGU4/licJ0GlnSiU/s1600/frisian_flag_sachet_putih-

500+bukan+susu.jpg

3. http://verliany.wordpress.com/2008/03/16/27/

4. http://nuranimahabbah.wordpress.com/2009/05/16/koloid-suspensi-larutan-

kimia/

5. Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta :

Yudhistira. Suharsini, Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta :

Ganesa Exact.

10