makalah sistem dalam kapal

18
TUGAS TEKNIK PRODUKSI JUDUL MAKALAH : KOMPONEN SISTEM PERPIPAAN DAN ISOMETRI DISUSUN OLEH : HERMAN AFDUL N : 21090111130043 LUKFANDI : 21090111130046 HERU ARYO : 21090111130047 BHAKTI. S : 21090111130048 BYAR .P : 21090111130040 WASISTO HARIWIBIWO : 21090111130051 DADAN HAMDAN : 21090111130052 Ocid Achmad PRORAM STUDI S1 TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013

description

fire system

Transcript of makalah sistem dalam kapal

TUGAS MAKALAH 1

TUGAS TEKNIK PRODUKSI

JUDUL MAKALAH :KOMPONEN SISTEM PERPIPAAN DAN ISOMETRIDISUSUN OLEH :HERMAN AFDUL N : 21090111130043LUKFANDI : 21090111130046HERU ARYO : 21090111130047BHAKTI. S : 21090111130048BYAR .P : 21090111130040WASISTO HARIWIBIWO : 21090111130051DADAN HAMDAN : 21090111130052OcidAchmad

PRORAM STUDI S1 TEKNIK PERKAPALANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS DIPONEGORO2013

6

KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Tauhid serta Hidayah-Nya dengan nikmat dan karunia berupa iman, islam, kesehatan dan rizki, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sistem pemadam kebakaran". Dengan terselesaikannya karya tulis ini, perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada :1. Ibu dan Bapak kami tersayang yang selalu mengirim doa untuk kelancaran dan keberhasilan studi penulis.2. Rekan-rekan di Teknik Perkapalan, Universitas Diponegoro, yang selalu memberi dorongan dalam menyelesaikan penyusunan karya tulis ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi diri pribadi penulis dan juga bagi semua pembaca. Apabila dalam karya tulis ini terdapat kekurangan ataupun kesalahan, penulis mohon maaf. Terima kasih.Semarang,19 April 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULiKATA PENGANTARiiDAFTAR ISIiiiBAB I PENDAHULUAN41.1. Latar Belakang Masalah.................................................................................41.2. TujuanBAB II PERMASALAHAN................................................................................6BAB III PEMBAHASAN.................................................................................. 73.1 Pengertian Penyambungan material...............................................................73.2 Macam Penyambungan pengelasan........................................................... 83.3. Bagaimana Cara penyambungan baut........ ............................................103.4. Kerusakan pada penyambungan material/ cacat las.............................12BAB IV PENUTUP..........................................................................................144.1. KESIMPULAN..........................................................................................144.2. SARAN......................................................................................................14DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 15

ii

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sistem pemadam kebakaran (fire main system) menyuplai air laut pada tekanan tinggi menuju kapal. Air laut, merupakan salah satu alat pemadam kebakaran pada kapal yang memiliki suplai yang sangat besar, air laut dapat diaplikasikan secara stream atau spray yang disesuaikan dengan kondisi kebakaran yang terjadi dan air laut merupakan alat pendingin dimana dapat menghalangi material yang mudah terbakar untuk melakukan reflashing, memperlambat penyebaran api di kapal, serta memproteksi personil pemadam kebakaran. Komponen utama pada sistem pemadam kebakaran (fire main system) ialah sebuah pompa sentrifugal yang dioperasikan pada tekanan yang tinggi untuk menghasilkan penyebaran air yang efektif baik itu secara streaming, penetration, dan spray. Komponen utama lain ialah rancangan sistem perpipaan pada kapal. Kesemua komponen yang terdapat pada sistem pemadam kebakaran didesain berdasarkan ukuran kapal, tipe kapal, serta fungsi dari kapal itu sendiri.Aplikasi dari sistem perpipaan pada umumnya didesain secara tidak langsung untuk perlindungan terhadap kebakaran dan harus dipastikan bahwa sistem ini dapat beroperasi ketika keadaan darurat dengan susunan pompa dan katup yang sederhana. Pompa pemadam kebakaran juga dapat digunakan untuk melayani sistem lain seperti bilga, balas dan seawater cooling tetapi harus diperhatikan bahwa pompa pemadam kebakaran harus disediakan minimal satu buah pompa disediakan agar sewaktu waktu dapat digunakan. Pompa pemadam kebakaran tidak boleh disambungkan dengan segala macam oil pipping. Untuk penggabungan sistem perpipaan dari sistem bilga diijinkan tetapi hanya untuk emergency dewatering.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui sistem pemadam kebakaran pada kapal2. Mengetahui sistem pemadaman dengan air3. Mengetahui sistem pemadaman kebakaran dengan uap/foam4. Mengetahui sistem pemadam kebakaran dengan gas CO2

BAB IIPERMASALAHAN

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Jelaskan sistem pemadam kebakaran pada kapal ?2. Bagaiman sistem pemadam kebakaran dengan menggunakan air ?3. Bagaiman sistem pemadam kebakaran dengan menggunakan uap/foam ?4. Bagaimana sistem pemadam kebakaran dengan menggunakan gas CO2 ?

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1. Sistem pemadam kebakaran pada kapal Sistem pemadam kebakaran merupakan sistem yang sangat vital dalam sebuah kapal, sistem ini berguna untuk menanggulangi bahaya api yang terjadi di kapal. Sistem pemadam kebakaran secara garis besar dapat dibagi menjadi dua dilihat dari peletakan sistem yang ada yaitu :a. Sistem penanggulangan kebakaran pasif, sistem ini berupa aturan kelas mengenai penggunaan bahan pada daerah beresiko tinggiterjadi kebakaran dan juga pemasangan instalasi fix pada daerah beresiko kebakaranb. Sistem penanggulangan kebakaran aktif, sistem ini berupa penanggulangan kecelakaan yang bersifat lebih aktif misal, penempatan alat pemadam api ringan pada daerah yang beresiko kebakaran.Pada dasarnya prinsip pemadaman adalah memutus segitiga api yang terdiri dari panas, oksigen, dan bahan bakar. Sehingga dengan mengetahui hal ini maka dapat dilakukan pemilihan media pemadaman sesuai dengan resiko dan kelas dari kecelakaan tersebut.Kebakaran merupakan salah satu hal yang paling berbahaya bagi kendaraan yang bergerak di laut khususnya kapal. Hampir seluruh kecelakaan pada kapal disebabkan oleh adanya kebakaran yang muncul dalam kapal tersebut. Dan kebakaran tersebut kebanyakan berasal dari kesalahan manusia (ABK) karena kurang berhati-hati dalam bekerja diatas kapal. Munculnya kebakaran berasal dari tiga faktor :1. Sesuatu yang mudah terbakar2. Sumber api3. Adanya oksigen yang berasal dari udaraTiga faktor ini memiliki hubungan saling terkait satu sama lain dimana apabila salah satunya tidak ada maka kebakaran tidak akan pernah terjadi. Jadi untuk meminimalisir munculnya kebakaran, maka harus menghilangkan atau tidak menggunakan salah satu faktor-faktor tersebut dalam jarak yang berdekatan. Kebakaran dibagi menurut jenis material yang mampu menghasilkan titik-titik api. Pembagian tersebut diantaranya :1. Kebakaran yang berasal dari pembakaran kayu, cairan lilin, serta benda-benda furniture (Kelas A)2. Kebakaran yang berasal dari cairan yang mudah terbakar misalnya minyak pelumas serta bahan bakar (Kelas B)3. Kebakaran yang berasal dari adanya gas-gas yang mudah terbakar misalnya LPG atau Liquefied Petroleum Gas (Kelas C)4. Kebakaran yang berasal dari bahan-bahan logam yang mudah terbakar misalnya magnesium dan alumunium (Kelas D)5. Kebakaran yang berasal dari berbagai macam material yang memiliki atau berhubungan dengan tegangan tinggi (Kelas E)Untuk mengatasi adanya kebakaran yang disebabkan oleh hal-hal diatas, terutama pada kapal, dilakukan tiga tahapan yaitu :1. Detection atau mencari serta mengetahui lokasi terjadinya kebakaran2. Alarm atau menginformasikan kepada ABK untuk mematikan segala hal, baik itu mesin atau yang lain, yang dapat memicu membesarnya api.3. Control atau mengontrol agar api tidak semakin membesar serta memadamkan api tersebut.a. . Detection Untuk mengetahui lokasi terjadinya kebakaran maka digunakan fire detector yang hampir selalu ada pada tiap-tiap ruangan di kapal. Apabila suatu kebakaran dapat dideteksi dengan cepat maka akan lebih mudah untuk dikendalikan serta dipadamkan tanpa menimbulkan kerugian yang besar atau berbahaya bagi kapal. Jadi fungsi utama dari fire detector adalah untuk mengetahui atau mendeteksi adanya kebakaran yang terdapat di dalam kapal secepat mungkin agar kebakaran yang muncul lebih mudah ditanggulangi. Cara kerja fire detector secara umum yaitu apabila terdapat asap, percikan api serta berubahnya temperatur sekitar menjadi panas maka alarm fire detector akan berbunyi dan hal tersebut akan membuat ABK tahu dimana letak terjadinya kebakaran.Tiga hal yang membuat alarm dari fire detector berbunyi yaitu :1. Asap (Smoke detector)2. Percikan api yang sangat banyak (Flame detector)3. Perubahan temperatur sekitar menjadi sangat panas.(Heat detector)i. Smoke detectorPendeteksi asap atau yang biasa disebut Smoke detector terdiri dari dua bilik ionisasi yaitu satu bilik terbuka untuk atmosfer atau udara bebas masuk dan satu bilik tertutup. Satu bilik terbuka digunakan sebagai tempat masuknya atau pendeteksi awal adanya asap yang berasal dari api atau kebakaran. Sedangkan satu bilik tertutup digunakan sebagai tempat penghubung atau pemberi sinyal agar alarm detector berbunyi sebagai tanda adanya asap atau kebakaran. Smoke detector biasanya digunakan di ruang mesin, ruang akomodasi, dan ruang kargo.

ii. Flame detectorPendeteksi nyala api atau yang biasa disebut Flame detector memiliki sifat yang berlawanan dengan Smoke detector. Flame detector biasanya digunakan untuk menjaga serta mencegah terjadinya bahaya akibat adanya percikan api. Flame detector menangkap sinar ultraviolet dan infrared yang berasal dari adanya percikan api yang ada di sekitarnya. Flame detector biasanya terdapat pada ruang peralatan kendali bahan bakar yang terdapat di kamar mesin.

iii. Heat detectorPendeteksi panas atau yang biasa disebut Heat detector dapat digunakan pada sejumlah bagian-bagian penting yang berhubungan dengan bagian pengoperasian kapal. Detector yang paling banyak digunakan untuk saat ini adalah Detector untuk pengaturan temperatur naik atau rata-rata dari kenaikan temperatur pada suatu waktu. Jadi, apabila di lingkungan sekitar terjadi kenaikan temperatur yang melebihi batas yang telah ditentukan, maka alarm dari detector tersebut akan berbunyi. Heat detector biasanya terdapat pada dapur dan tempat pengeringan dimana detector tipe lainnya akan kurang tepat bila diletakkan di tempat-tempat tersebut.

b. Alarm Sistem alarm berhubungan dengan fire detector yang terhubung dengan sirkuit-sirkuit elektrik yang dapat membunyikan bel yang terdapat pada alarm hanya dengan menggunakan sinyal elektrik. Bel ini akan berbunyi di kamar mesin apabila terdapat sumber api atau terjadi kebakaran disana. Kebakaran yang terdapat di ruangan lain akan menyebabkan bel di sekitar anjungan kapal akan berbunyi. Adanya alarm akan mempermudah ABK pada kapal untuk melakukan sesuatu untuk menanggulangi adanya kebakaran tersebut.

c. ControlAda dua peralatan dasar yang tersedia di kapal untuk mengontrol atau menanggulangi kebakaran yaitu Small portable extinguishers dan Large fixed installations. Small portable extinguishers merupakan tabung pemadam kebakaran yang berukuran kecil, yang dapat dibawa kemana-mana serta mampu memadamkan api secara cepat dan tepat. Sedangkan Large fixed installations digunakan ketika Small portable extinguishers tidak dapat mengatasi kebakaran yang terjadi, dengan kata lain Large fixed installations digunakan untuk memadamkan kebakaran yang sangat parah atau sangat berbahaya.

Komponen utama pada sistem pemadam kebakaran (fire main system) ialah sebuah pompa sentrifugal yang dioperasikan pada tekanan yang tinggi untuk menghasilkan penyebaran air yang efektif baik itu secara streaming, penetration, dan spray. Komponen utama lain ialah rancangan sistem perpipaan pada kapal. Kesemua komponen yang terdapat pada sistem pemadam kebakaran didesain berdasarkan ukuran kapal, tipe kapal, serta fungsi dari kapal itu sendiri.Aplikasi dari sistem perpipaan pada umumnya didesain secara tidak langsung untuk perlindungan terhadap kebakaran dan harus dipastikan bahwa sistem ini dapat beroperasi ketika keadaan darurat dengan susunan pompa dan katup yang sederhana. Pompa pemadam kebakaran juga dapat digunakan untuk melayani sistem lain seperti bilga, balas dan seawater cooling tetapi harus diperhatikan bahwa pompa pemadam kebakaran harus disediakan minimal satu buah pompa disediakan agar sewaktu waktu dapat digunakan. Pompa pemadam kebakaran tidak boleh disambungkan dengan segala macam oil pipping. Untuk penggabungan sistem perpipaan dari sistem bilga diijinkan tetapi hanya untuk emergency dewatering.

4.2 Sistem pemadam kebakaran menggunakan airSistem pemadam kebakaran (fire main system) menyuplai air laut pada tekanan tinggi menuju kapal. Air laut, merupakan salah satu alat pemadam kebakaran pada kapal yang memiliki suplai yang sangat besar, air laut dapat diaplikasikan secara stream atau spray yang disesuaikan dengan kondisi kebakaran yang terjadi dan air laut merupakan alat pendingin dimana dapat menghalangi material yang mudah terbakar untuk melakukan reflashing, memperlambat penyebaran api di kapal, serta memproteksi personil pemadam kebakaran. Komponen utama pada sistem pemadam kebakaran (fire main system) ialah sebuah pompa sentrifugal yang dioperasikan pada tekanan yang tinggi untuk menghasilkan penyebaran air yang efektif baik itu secara streaming, penetration, dan spray. Komponen utama lain ialah rancangan sistem perpipaan pada kapal. Kesemua komponen yang terdapat pada sistem pemadam kebakaran didesain berdasarkan ukuran kapal, tipe kapal, serta fungsi dari kapal itu sendiri.Aplikasi dari sistem perpipaan pada umumnya didesain secara tidak langsung untuk perlindungan terhadap kebakaran dan harus dipastikan bahwa sistem ini dapat beroperasi ketika keadaan darurat dengan susunan pompa dan katup yang sederhana. Pompa pemadam kebakaran juga dapat digunakan untuk melayani sistem lain seperti bilga, balas dan seawater cooling tetapi harus diperhatikan bahwa pompa pemadam kebakaran harus disediakan minimal satu buah pompa disediakan agar sewaktu waktu dapat digunakan. Pompa pemadam kebakaran tidak boleh disambungkan dengan segala macam oil pipping. Untuk penggabungan sistem perpipaan dari sistem bilga diijinkan tetapi hanya untuk emergency dewatering. Minimal, dua buah pompa pemadam kebakaran harus disediakan. Perencanaan pelatakan pompa pemadam kebakaran diletakkan bersamaan dengan lokasi sumber air yaitu seachest ataupun sumber daya untuk menggerakkan pompa. Hal ini ditujukan untuk memastikan bahwa pompa dapat beroperasi.Secara umum kebutuhan kapasitas setiap pompa pemadam kebakaran harus mencangkup 2 kriteria yaitu berdasar minimum flow rate berdasar ukuran kapal dan kapasitas masing-masing pompa harus mencukupi kebutuhan dari hose stream ketika pompa mensuplai kebutuhan selain pemadam kebakaran. Untuk kapasitas kedua buah pompa, harus mencukupi kebutuhan dari hose stream, ketika pompa pemadam kebakaran mensuplai sprinkle system.Untuk head dari pompa harus cukup dengan tekanan minimal 50 psi untuk kapal non-tanker dan 75 psi untuk kapal tanker. Head pompa pemadam kebakaran juga harus mampu mensuplai menuju high fireplugs di tempat tertinggi dari superstructure. Untuk letak dari fireplugs harus diletakkan ditempat dimana dapat diakses dengan mudah oleh crew ketika dalam kapal sedang beroperasi, dengan jarak minimal 50 ft.Penggunaan air sebagai pemadam kebakaran diperuntukkan bagi semua akibat kebakaran kapal, kecuali kebakaran yang ditimbulkan dari batubara atau minyak. Sistem pipa kebakaran dikapal ini dipusatkan disuatu ruangan kapal dan pipa-pipa ini menggunakan pipa galvanis yang berdiameter 50 sampai 100 mm. Pipa induk kebakaran terbentang disepanjang lambung kapal dan diperlengkapi dengan hydrant tiap jarak tidak kurang dari 20 meter. Saluran selang kanvas dihubungkan dengan hydrant dan diujung sleang kanvas dipasang nozzle penyemprot air.

Sistem pemadam kebakaran pada kapal bekerja melalui instalasi perpipaan pemadam kebakaran, yang tersalur kesetiap ruangan pada kapal, dimana apabila terjadi kebakaran pompa pemadam kebakaran menyalurkan air dari sea chest atau sea water inlet, melewati pipa-pipa instalasi lalu air dikeluarkan ke tempat terjadinya kebakaran melewati sprinkle. Sprinkler head atau pemercik air dipasang dalam ruang muat, kamar mesin, dan kamar ketel uap, living room dan service compartment. Sistem sprinkle ini memercikkan air melalui corong pemercik yang percikan airnya meliputi area radius 3 sampai 4 meter. Corong pemercik air terdiri dari badan pemercik dan cincin berulir dimana antara kedua komponen tersebut terdapat klem diaphragma. Aliran air dipercikan keluar melalui deflector yang tertuju kedalam area ruangan.

Number of Pumps Untuk pompa pemadam kebakaran setidaknya memiliki 2 buah pompa dengan penggerak sendiri. Untuk kapal kurang dari 1000 GT hanya memerlukan 1 buah pompa pemadam kebakaran. Pada setiap ruang mesin dari kapal cargo yang terdapat ballast, bilge atau pompa air lainnya, diharuskan untuk membuat hubungan antara salah satu pompa diatas dengan system pemadam kebakaran.

Capacity Kapasitas total dari pompa pemadam kebakaran tidak boleh kurang dari 4/3 kapasitas pompa bilga utama (124 m3/h) dan tidak boleh melebihi 180 m3/h. Untuk kapal lebih dari 6000 GT memiliki tekanan 40 Psi (2.8 Kgf/Cm2) untuk kapal kurang dari 6000 GT memiliki tekanan di nozzle 37 Psi (2.6 Kgf/Cm2). Untuk kapasitas tiap pompa pemadam kebakaran tidak boleh kurang dari 80% kapasitas total, tapi pada umumnya tidak boleh kurang dari 25 m3/h dan harus sudah dapat menyuplai 2 buah water jet.

Drive and arrangement of pumps Pompa pemadam kebakaran harus mendapatkan tenaga independent dari main engine. Dilengkapi dengan paling tidak dua buah sea inlet valves. Ballast, bilga dan pompa lainnya yang digunakan untuk menyalurkan air dari laut harus memungkinkan untuk menangani kapasitas yang harus tersedia untuk pemadam kebakaran. Pompa pemadam kebakaran sebisa mungkin terletak ditempat serendah mungkin dari water line. Pompa sentrifugal tersambung dengan instalasi pompa utama melalui screw down non return valves.

Hydrant ValveSetiap fire hydrant harus dipasang/memiliki katup sehingga setiap fire hose bisa dipindahkan saat pompa kebakaran beroprasi.

Fire HosesPanjang tiap tiap Fire Hose minimal 10 m dan tidak lebih dari :> 15 m untuk di ruang mesin> 20 m untuk ruang terbuka dan diatas deck terbuka> 25 m untuk deck terbuka pada kapal yang memiliki lebar lebih dari 30 m. Tiap hose harus terpasang dengan nozzle.

Number Of HosesUntuk kapal 1000 GRT dan lebih harus minimal memiliki 1 buah hoses dan satu cadangan tiap panjang 30 m dan tidak boleh kurang dari 5 buah pada kasus tertentu. Untuk kapal yang kurang dari 1000 GRT minimal memiliki 1 buah hose dan satu cadangan dan tidak boleh kurang dari 3 buah pada kasus tertentu.

Emergency Fire Pump Emergency fire pump / pompa pemadam darurat harus ada di setiap kapal untuk memadamkan kebakaran di saat keadaan emergency dan pompa pemadam kebakaran yang berada di kamar mesin sudah tidak dapat di fungsikan karena terjadi Black out. Emergency fire pump ini harus di tempatkan di luar kamar mesin dan harus ber-penggerak sendiri / independen.

BAB IVPENUTUP

4.1. KESIMPULANSistem perpipaan berfungsi untuk mengantar fluida yang akan dipindahkan sampai ke tujuan pemakaian untuk mendukung kerja dari suatu peralatan. Agar fluida tersebut sampai ke tujuan maka diperlukan suatu jaringan instalasi yang terdiri dari beberapa komponen pendukung.Salah satu bentuk penggambaran pemipaan adalah penggambaran instalasi pemipaan dengan gambar isometrik. Metode ini banyak digunakan karena penting dari segi perencanaan, perawatan dan perbaikan suatu instalasi pipa dalam unit pengilangan maupu instalasi lainnya.

4.2. SARANKritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Makalah kami.Bagi para pembaca dan rekan-rekan yang lainnya, jika ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih jauh, maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar lebih membaca buku-buku lainnya yang berkaitan dengan penyambungan logamJadikanlah Makalah ini sebagai sarana yang dapat mendorong para mahasiswa untuk lebih aktif menambah ilmu pengetahuan terutama dalah dunia las

DAFTAR PUSTAKA

Kiryanto. 2014. Buku ajar Sistem Dalam Kapal.LPPM. UNDIP

www.google.com/ di akses 05 April 2014 jam 21.00 wib12